Penerapan PHBS di Sekolah
Penerapan PHBS di sekolah merupakan kebutuhan mutlak seiring munculnya berbagai penyakit yang sering menyerang anak usia sekolah (6-10 tahun), yang ternyata umumnya berkaitan dengan PHBS. PHBS di sekolah merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat. Penerapan PHBS ini dapat dilakukan melalui pendekatan Usaha Kesehatan Sekolah (Dinas Kesehatan Kota Surabaya, 2009). 1) Penerapan PHBS di sekolah menurut Sya’roni. RS (2007), antara lain: 2) 1. Menanamkan nilai-nilai untuk ber-PHBS kepada siswa sesuai dengan
kurikulum yang berlaku (kurikuler)
3) 2. Menanamkan nilai-nilai untuk ber-PHBS kepada siswa yang dilakukan diluar
jam pelajaran biasa (ekstrakurikuler) 4) a. Kerja bakti dan lomba kebersihan kelas
5) b. Aktivitas kader kesehatan sekolah/ dokter kecil.
6) c. Pemeriksaan kualitas air secara sederhana
7) d. Pemeliharaan jamban sekolah
8) e. Pemeriksaan jentik nyamuk di sekolah
9) f. Demo/gerakan cuci tangan dan gosok gigi yang baik dan benar
10) g. Pembudayaan olahraga yang teratur dan terukur
11) h. Pemeriksaan rutin kebersihan: kuku, rambut, telinga, gigi
12) 3. Membimbingan hidup bersih dan sehat melalui konseling.
13) 4. Kegiatan penyuluhan dan latihan keterampilan dengan melibatkan peran aktif
siswa, guru, dan orang tua, antara lain melalui penyuluhan kelompok, pemutaran kaset radio atau film, penempatan media poster, penyebaran leaflet dan membuat majalah dinding.
14) 5. Pemantauan dan evaluasi
15) a. Lakukan pamantauan dan evaluasi secara periodik tentang kebijakan yang
telah dilaksanakan
16) b. Minta pendapat pokja PHBS di sekolah dan lakukan kajian terhadap masalah
yang ditemukan.
17) c. Putuskan apakah perlu penyesuaian terhadap kebijakan.
18)
19) 2.1.5 Sasaran
20) Sasaran PHBS di tatanan institusi pendidikan adalah seluruh anggota keluarga institusi pendidikan. Menurut Dinas Kesehatan Kota Surabaya (2009) terbagi dalam:
21)
1.
Sasaran Primer
22) Adalah sasaran utama dalam institusi pendidikan yang akan diubah
perilakunya atau murid dan guru yang bermasalah (individu ataukelompok
dalam institusi pendidikan yang bermasalah).
23)
2.
Sasaran Sekunder
24) Adalah sasaran yang dapat mempengaruhi individu dalam institusi
pendidikan yang bermasalah, misalnya kepala sekolah, guru, orang tua murid,
kader kesehatan sekolah, tokoh masyarakat, petugas kesehatan dan lintas
sektor terkait, PKK.
25)
3.
Sasaran Tersier
26) Adalah sasaran yang diharapkan dapat menjadi unsur pembantu dalam
menunjang atau mendukung pendanaan, kebijakan, dan kegiatan untuk
tercapainya pelaksanaan PHBS di institusi pendidikan, misalnya kepala desa,
lurah, camat, kepala Puskesmas, Diknas, guru, tokoh masyarakat, dan orang
tua murid.
27)
28) 2.1.6 Manfaat PHBS di Sekolah
29) Manfaat PHBS di sekolah diantaranya:
30) 1. Terciptanya sekolah yang bersih dan sehat sehingga peserta didik, guru, dan
masyarakat lingkungan sekolah terlindungi dari berbagai gangguan dan ancaman penyakit.
31) 2. Meningkatnya semangat proses belajar-mengajar yang berdampak pada
prestasi belajar peserta didik
32) 3. Citra sekolah sebagai institusi pendidikan semakin meningkat sehingga mampu
menarik minat orang tua (masyarakat)
33) 4. Meningkatnya citra pemerintah daerah di bidang pendidikan
34) 5. Menjadi percontohan sekolah sehat bagi daerah lain
35) (Suryatiningsih, 2010). 36)
37)
38) 2.1.7 Indikator PHBS
39) 1. Mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan sabun
40) Anak sering bermain dengan tanah atau batu dan bermain di tempat-tempat yang kurang bersih seperti selokan. Ada cara lain yang cukup “ampuh” yang dapat menghindarkan anak dari kuman-kuman penyakit yaitu dengan kebiasaan mencuci tangan.
41) Kebiasaan mencuci tangan masyarakat Indonesia masih belum baik. Terlihat dari kebiasaan mencuci tangan dengan menggunakan semangkuk air atau kobokan
untuk membasuh tangan sebelum makan. Padahal kebiasan sehat mencuci tangan dengan air bersih mengalir dan sabun dapat menyelamatkan nyawa dengan mencegah penyakit (Hasyim, 2009).
42) Alasan seseorang harus mencuci tangan dengan air bersih dan sabun adalah: 43) a. Air yang tidak bersih banyak mengandung kuman dan bakteri penyebab
penyakit. Bila digunakan, kuman berpindah ke tangan.
44) b. Pada saat makan, kuman dengan cepat masuk ke dalam tubuh, yang bisa
menimbulkan penyakit (Depkes RI, 2001).
45) c. Mencuci tangan dengan air yang mengalir hanya dapat menghilangkan kuman
25% dari tangan, sedangkan mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan sabun akan dapatmembersihkan kotoran dan membunuh kuman hingga 80% dari tangan (Hasyim, 2009)
46) Saat harus mencuci tangan yaitu:
47) a. Setiap kali tangan kita kotor (setelah memegang uang, memegang binatang,
berkebun)
48) b. Setelah buang air besar
49) c. Sebelum makan dan sebelum memegang makanan
50) Manfaat mencuci tangan diantaranya:
51) a. Membunuh kuman penyakit yang ada di tangan
52) b. Mencegah penularan penyakit seperti diare, disentri, kolera, thypus,
kecacingan, penyakit kulit, infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), flu burung atau SARS.
53) c. Tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman.
54) Cara mencuci tangan yang baik dan benar, yaitu:
55) a. Cuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan memakai sabun
56) b. Bersihkan telapak, punggung tangan dan pergelangan tangan lengan, gosok
bila perlu
57) c. Bersihkan juga sela-sela jari dan lipatan kuku jari
58) d. Setelah itu keringkan dengan lap bersih.
59) (Depkes RI, 2001)
60) 2. Jajan di kantin sekolah yang sehat
61) Jajan bagi anak merupakan hal yang paling sering dilakukan, dan hal ini dapat membahayakan apabila jajanan yang mereka konsumsi tidak sehat, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di Bogor dimana telah ditemukan Salmonella Paratyphi A di 25%-50% sampel minuman yang dijual di kaki lima. Bakteri ini mungkin berasal dari es batu yang tidak dimasak terlebih dahulu. Selain cemaran mikrobiologis, cemaran kimiawi yang umum ditemukan pada makanan jajanan kaki lima adalah penggunaan bahan tambahan pangan (BTP) ilegal
seperti borax(pengawet yang mengandung logam berat Boron), formalin(pengawet yang digunakan untuk mayat), rhodamin B (pewarna merah pada tekstil), dan methanil yellow (pewarna kuning pada tekstil) (Judwarwanto, 2008).
62) Menurut Depkes RI (2001) alasan tidak boleh jajan di sembarang tempat, harus di kantin sekolah karena:
63) a. Makanan dan minuman yang dijual cukup bergizi, terjamin kebersihannya, terbebas dari zat-zat berbahaya dan terlindung dari serangga dan tikus.
64) b. Makanan yang bergizi akan meningkatkan kesehatan dan kecerdasan siswa,
sehingga siswa menjadi lebih berprestasi di sekolah.
65) c. Tersedianya air bersih yang mengalir dan sabun untuk mencuci tangan dan
peralatan makan.
66) d. Tersedianya tempat sampah yang tertutup dan saluran pembuangan air kotor.
67) e. Adanya pengawasan secara teratur oleh guru, siswa dan komite sekolah.
68) 3. Membuang sampah pada tempatnya
69) Membuang sampah pada tempatnya merupakan cara sederhana yang besar manfaatnya untuk menjaga kebersihan lingkungan, namun sangat susah untuk diterapkan. Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan oleh Andang Binawan yang menyebutkan bahwa kebiasaan membuang sampah sembarangan dilakukan hampir di semua kalangan masyarakat, tidak hanya warga miskin, bahkan mereka yang berpendidikan tinggi pun melakukannya (Kartiadi, 2009).
70) Alasan harus membuang sampah ditempatnya adalah karena sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia maupun alam. Selain kotor, tidak sedap dipandang mata, sampah juga mengundang kuman penyakit. Oleh karena itu sampah harus dibuang di tempat sampah.
71) Secara garis besar, Depkes RI (2001) membedakansampah menjadi tiga jenis, yaitu:
72) a. Sampah anorganik atau kering, yang tidak dapat mengalami pembusukan
secara alamiah, contoh: logam, besi, kaleng, plastik, karet, atau botol.
73) b. Sampah organik atau basah, yang dapat mengalami pembusukan secara alami,
contoh: sampah dapur, sampah restoran, sisa sayuran, rempah-rempah, atau sisa buah.
74) c. Sampah berbahaya, contoh: baterai, botol racun nyamuk, atau jarum suntik
bekas.
75) Akibat dari membuang sampah sembarangan adalah:
76) a. Sampah menjadi tempat berkembang biak dan sarang serangga dan tikus
77) b. Sampah menjadi sumber polusi dan pencemaran tanah, air dan udara
78) c. Sampah menjadi sumber dan tempat hidup kuman-kuman
79) d. Sampah dapat menimbulkan kecelakaan dan kebakaran
80) Pengelolaan sampah dapat dilakukan dengan caramemusnahkan atau memanfaatkannya. Beberapa cara pemusnahan sampah yang dapat dilakukan secara sederhana sebagai berikut:
81) a. Penumpukan
82) Dengan metode ini sebenarnya sampah tidak dimusnahkan secara langsung, namun dibiarkan membusuk menjadi bahan organik. Metode penumpukan bersifat murah, sederhana, tetapi menimbulkan risiko karena berjangkitnya penyakit menular, menyebabkan pencemaran udara, terutama bau, sumber penyakit dan mencemari sumber-sumber air.
83) b. Pengkomposan
84) Cara pengkomposan merupakan cara sederhana dan dapat menghasilkan pupuk yang mempunyai nilai ekonomi.
85) c. Pembakaran
86) Metode ini dapat dilakukan hanya untuk sampah yang dapat dibakar habis. Harus diusahakan jauh dari pemukiman untuk menghindari pencemaran asap, bau, dan kebakaran.
87) d. Sanitari landfill
88) Metode ini hampir sama dengan pemupukan, tetapi cekungan yang telah penuh terisi sampah ditutupi tanah, namun cara ini memerlukan areal khusus yang sangat luas.
89) Dalam pemanfaatan sampah, sampah basah dapat dijadikan kompos dan makanan ternak, sampah kering dapat dipakai kembali dan didaur ulang seperti sampah kertas dapat didaur ulang. Daur ulang adalah salah satu strategi pengelolaan sampah padat yang terdiri atas kegiatan pemilahan, pengumpulan, pemrosesan, pendistribusian, dan pembuatan produk atau material bekas pakai. Material yang dapat didaur ulang misalnya:
90) 1) Botol bekas wadah kecap, saos, sirup, cremer, baik yang putih bening
maupun yang berwarna, terutama gelas atau kaca yang tebal.
91) 2) Kertas, terutama kertas bekas di kantor, koran, majalah, kardus, kecuali
kertas yang berlapis minyak
92) 3) Alumunium bekas wadah minuman ringan, bekas kemasan kue
93) 4) Besi bekas rangka meja, besi rangka beton
94) 5) Plastik bekas tempat shampoo, air mineral, jerigen, ember
95) 6) Sampah basah dapat diolah menjadi kompos
96) Pengelolaan sampah sangat besar sekali manfaatnya bagi diri kita sendiri, orang lain, maupun bagi lingkungan sekitar kita (Kartiadi, 2009), diantaranya:
98) b. Menghemat energi
99) c. Mengurangi uang belanja
100) d. Menghemat lahan tempat pembuangan akhir (TPA)
101) e. Meminimalkan lingkungan jentik di sekolah.
102) 4. Mengikuti kegiatan olahraga di sekolah (Gunarsa, S 2001):
103) Olahraga adalah serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana untuk memelihara gerak (mempertahankan hidup) dan meningkatkan kemampuan gerak (meningkatkan kualitas hidup). Olahraga adalah suatu bentuk aktivitas fisik yang terencana dan terstruktur, yang melibatkan gerakan tubuh berulang-ulang dan ditujukan untuk meningkatkan kebugaran jasmani.
104) Kebugaran jasmani sangat penting dalam menunjang aktivitas kehidupan sehari-hari, akan tetapi nilai kebugaran jasmani tiap-tiap orang berbeda-beda sesuai dengan tugas atauprofesi masing-masing. Kebugaran jasmani terdiri dari komponen-komponen yang dikelompokkan menjadi kelompok yang berhubungan dengan kesehatan (Health Related Physical Fitness) dan kelompok yang berhubungan dengan ketrampilan (Skill Related Physical Fitness).
105) Alasan mengikuti kegiatan olahraga di sekolah adalah untuk memelihara kesehatan fisik dan mental agar tetap sehat dan tidak mudah sakit. Selain itu juga untuk pertumbuhan dan perkembangan fisik. Manfaat olahraga antara lain:
106) a. Terhindar dari penyakit jantung, stroke, osteoporosis,
kanker, tekanan darah tinggi, kencing manis 107) b. Berat badan terkendali
108) c. Otot lebih lentur dan tulang lebih kuat
109) d. Bentuk tubuh menjadi ideal dan proporsional
110) e. Lebih percaya diri
111) f. Lebih bertenaga dan bugar
112) g. Keadaan kesehatan menjadi lebih baik
113) 114)
115) 5. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan
setiap 6 bulan
116) Mengukur berat dan tinggi badan merupakan salah satu upaya untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan anak. Dengan diketahuinya tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak maka dapat memberikan masukan untuk peningkatan konsumsi makanan yang bergizi bagi pertumbuhan anak. Sedangkan untuk mengetahui pertumbuhan seorang anak normal atau tidak, bisa diketahui melalui cara membandingkan ukuran tubuh anak yang bersangkutan dengan ukuran tubuh anak seusia pada umumnya. Apabila anak memiliki ukuran tubuh
melebihi ukuran rata-rata anak yang seusia pada umumnya, maka pertumbuhannya bisa dikatakan maju. Sebaliknya bila ukurannya lebih kecil berarti pertumbuhannya lambat. Pertumbuhan dikatakan normal apabila ukuran tubuhnya sama dengan ukuran rata-rata anak-anak lain seusianya.
117) Alasan siswa perlu ditimbang setiap 6 bulan adalah untuk memantau pertumbuhan berat badan dan tinggi badan normal siswa agar segera diketahui jika ada siswa yang mengalami gizi kurang maupun gizi lebih.
118) Cara untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan siswa yaitu dengan mencatat hasil penimbangan berat badan dan tinggi badan tiap siswa di Kartu Menuju Sehat (KMS) anak sekolah maka akan telihat berat badan atau tinggi badan naik atau tidak naik (terlihat perkembangannya).
119) Manfaat penimbangan siswa setiap 6 bulan di sekolah(Depkes, 2001) antara lain:
120) a. Untuk mengetahui apakah siswa tumbuh sehat.
121) b. Untuk mengetahui dan mencegah gangguan pertumbuhan siswa.
122) c. Untuk mengetahui siswa yang dicurigai gizi kurang dan gizi
lebih, sehingga jika ada kelainan yang berpengaruh langsung dalam proses belajar di sekolah, dapat segera dirujuk ke Puskesmas.
123) Jenis-jenis kondisi gizi tidak seimbang yang dapat diketahui setelah melakukan penimbangan berat badan adalah:
124) a. Gizi buruk
125) Gizi buruk adalah bila kondisi gizi kurang berlangsung lama, maka akan berakibat semakin berat tingkat kekurangannya. Pada keadaanya ini dapat menjadikwarshiorkor dan marasmus yang biasanya disertai penyakit lain seperti diare, infeksi, penyakit pencemaan, infeksi saluran pernafasan bagian atas, dan anemia
126) Tanda-tanda gizi buruk (Meru, 2008) yaitu: 127) 1) Sangat kurus, tulang iga tampak jelas 128) 2) Wajah terlihat lebih tua
129) 3) Tidak bereaksi terhadap rangsangan (apatis)
130) 4) Rambut tipis, kusam, warna rambut jagung, dan bila dicabut tidak sakit
131) 5) Kulit keriput
132) 6) Pantat kendur dan keriput 133) 7) Perut cekung atau buncit
134) 8) Bengkak pada punggung kaki yang berisi cairan dan bila ditekan lama kembali
135) 9) Bercak merah kehitaman pada tungkai dan pantat. 136) b. Gizi lebih
137) Masalah ini disebabkan karena konsumsi makanan yang melebihi dari yang dibutuhkan, terutama konsumsi lemak yang tinggi dan makanan dari gula murni. Pada umumnya masalah ini banyak terdapat di daerah perkotaan dengan dijumpainya balita yang kegemukan.
138) Tanda-tanda gizi lebih (Meru, 2008) yaitu: 139) 1) Berat badan jauh di atas berat normal 140) 2) Bentuk tubuh terlihat tidak seimbang 141) 3) Tidak dapat bergerak bebas
142) 4) Nafas mudah tersengal-sengal jika melakukan kegiatan 143) 5) Mudah lelah
144) 6) Malas melakukan kegiatan. 145) c. Gizi kurang
146) Gizi kurang disebabkan karena konsumsi gizi yang tidak mencukupi kebutuhannya dalam waktu tertentu (Meru,2008).
147) 6. Tidak merokok di sekolah
148) Rokok mengandung kurang lebih 4.000 elemen-elemen, dan setidaknya 200 diantaranya dinyatakan berbahaya bagi kesehatan. Racun utama pada rokok adalah tar, nikotin, dan karbon monoksida. Oleh karena itu kebiasaan merokok harus dihindarkan sejak dini mulai dari tingkat sekolah dasar (Wastuwibowo, 2008).
149) Alasan tidak boleh merokok di sekolah karena rokok ibarat pabrik bahan kimia. Dalam satu batang rokok yang diisap akan dikeluarkan sekitar 4.000 bahan kimia berbahaya diantaranya yang paling berbahaya adalah nikotin, tar, dan karbon monoksida. Nikotin menyebabkan ketagihan dan merusak jantung serta aliran darah, tar menyebabkan kerusakan sel paru-paru dan kanker, sedangkan karbon monoksida menyebabkan berkurangnya kemampuan darah membawa oksigen, sehingga sel-sel tubuh akan mati.
150) Menurut Depkes RI (2003), seorang perokok dibedakan menjadi dua, yaitu:
151) a. Perokok aktif
152) Adalah orang yang merokok secara rutin walaupun itu cuma 1 batang dalam sehari. Atau orang yang menghisap rokok walau tidak rutin sekalipun atau hanya sekedar coba-coba.
154) Adalah orang yang bukan perokok, tetapi menghirup asap rokok orang lain atau orang yang berada dalam satu ruangan tertutup dengan orang yang sedang merokok.
155) Bahaya merokok (Depkes RI, 2003), antara lain: 156) a. Menyebabkan kerontokan rambut
157) b. Gangguan pada mata, seperti katarak
158) c. Kehilangan pendengaran lebih awal dibanding bukan perokok 159) d. Menyebabkan penyakit paru-paru, jantung dan kanker
160) e. Merusak gigi dan menyebabkan bau mulut yang tidak sedap 161) f. Tulang lebih mudah keropos
162) Bagi perokok yang ingin berhenti merokok dapat melakukannya dengan cara:
163) a. Bulatkan tekat, mantapkan niat yang kuat untuk berhenti merokok 164) b. Mencari alasan yang kuat untuk berbenti merokok misalnya karena
disuruh keluarga atau ingin meningkatkan kesehatan
165) c. Tetapkan tanggal berhenti merokok dalam waktu kurang dan dua minggu
166) d. Memilih salah satu cara berhenti seperti berhenti seketika, mengurangi jumlah rokok secara bertahap atau menunda waktu merokok
167) e. Minta dukungan teman atau keluarga
168) f. Menghindari segala sesuatu yang menimbulkan keinginan merokok. 169) (Wastuwibowo, 2008)
170) Ada 3 cara untuk berhenti merokok, yaitu berhenti seketika, menunda dan mengurangi. Hal yang paling utama adalah niat dan tekat yang bulat untuk melaksanakan cara tersebut:
171) a. Seketika
172) Cara ini merupakan upaya yang paling berhasil. Bagi perokok berat, mungkin perlu bantuan tenaga kesehatan untuk mengatasi efek ketagihan karena rokok mengandung zat adiktif.
173) b. Menunda
174) Perokok dapat menunda menghisap rokok pertama 2 jam setiap hari sebelumnya dan selama 7 hari berturut-turut.
175) c. Mengurangi
176) Jumlah rokok yang diisap setiap hari dikurangi secara berangsur-angsur dengan jumlah yang sama sampai 0 batang pada hari ke-7 atau yang ditetapkan. Misalkan dalam sehari-hari seorang perokok menghabiskan 28 batang rokok maka
si perokok dapat merencanakan pengurangan jumlah rokok selama 7 hari dengan jumlah pengurangan sebanyak 4 batang perhari.
177) Saat ini pemerintah telah mengeluarkan peraturan tentang penetapan kawasan tanpa rokok sebagai upaya perlindungan untuk masyarakat terhadap resiko ancaman gangguan kesehatan karena lingkungan tercemar asap rokok. 178) Kawasan tanpa rokok adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang
untuk kegiatan produksi, penjualan,perdagangan, promosi, dan penggunaan rokok. Penetapan kawasan tanpa rokok diselenggarakan di berbagai tempat(Depkes RI, 2001), yaitu:
179) a. Tempat umum, seperti terminal, bus way, bandara, stasiun kereta api,
pusat perbelanjaan, pasar serba ada, hotel, restoran, tempat rekreasi.
180) b. Tempat ibadah, seperti masjid, mushola, gereja, kapal,
pura,wihara, dan klenteng.
181) c. Arena kegiatan anak-anak, seperti tempat penitipan anak, tempat
pengasuhan anak, arena bermain anak-anak.
182) d. Tempat proses belajar mengajar, seperti sekolah, tempat pelatihan,
termasuk perpustakaan, ruang praktik, atau laboratorium, museum.
183) e. Tempat pelayanan kesehatan, seperti Posyandu, Puskesmas, dan
rumah sakit.
184) f. Tempat kerja, seperti perkantoran, pabrik, ruang rapat, ruang
sidang atau seminar.
185) g. Angkutan umum, seperti bus, bus way, mikrolet, kereta api, kapal laut
dan pesawat udara.
186) 7. Memberantas jentik nyamuk di sekolah secara rutin (Depkes
RI, 2001):
187) Sekolah menjadi bebas jentik dan warga sekolah serta masyarakat sekolah terhindar dari berbagai penyakit yang ditularkan melalui nyamuk, seperti demam berdarah, malaria, dan kaki gajah.
188) Memberantas jentik di sekolah adalah kegiatan memeriksa tempat-tempat penampungan air bersih yang ada di sekolah (bak mandi, kolam) apakah bebas dari jentik nyamuk atau tidak. Kegiatan memberantas jentik nyamuk di sekolah diantaranya:
189) a. Lakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan cara 3 M plus
(menguras, menutup, mengubur, plus menghindari gigitan nyamuk)
190) b. PSN merupakan kegiatan memberantas telur, jentik, dan kepompong
nyamuk penular berbagai penyakit, seperti demam berdarah, demam dengue, chikungunya, malaria,filariasis (kaki gajah) di tempat-tempat perkembangbiakannya.
191) 192)
193) Tiga (3) M plus adalah tiga cara plus yang dilakukan pada saat PSN, yaitu: 194) a. Menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan
air seperti bak mandi, kolam, tatakan pot kembang
195) b. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air, seperti
lubang bak kontrol, lubang pohon, lekukan-lekukan yang dapat menampung air hujan
196) c. Mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas
yang dapat menampung air, seperti ban bekas, kaleng bekas, plastik-plastik yang dibuang sembarangan (bekas botol atau gelas air mineral, plastik kresek)
197) d. Plus menghindari gigitan nyamuk, yaitu:
198) 1) Memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk, misalnya
memakai obat nyamuk oles atau diusap ke kulit
199) 2) Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi yang memadai
200) 3) Memperbaiki saluran dan talang air yang rusak
201) 4) Menaburkan larvasida (bubuk pembunuh jentik) di tempat-tempat
yang sulit dikuras, misalnya di talang air atau di daerah sulit air.
202) 5) Memelihara ikan pemakan jentik di kolam atau bak penampung air,
misalnya ikan cupang, ikan nila
203) 6) Menanam tumbuhan pengusir nyamuk, misalnya zodia, lavender,
rosemary
204) Manfaat sekolah bebas jentik adalah:
205) a. Populasi nyamuk menjadi terkendali sehingga penularan penyakit dengan perantara nyamuk dapat dicegah atau dikurangi
206) b. Kemungkinan terhindar dan berbagai penyakit semakin besar seperti demam berdarah dengue (DBD), malaria, chikungunya, atau kaki gajah.
207) c. Lingkungan sekolah menjadi bersih dan sehat
208) Cara pemeriksaan jentik berkala dapat dilakukan secara sederhana dengan menggunakan senter untuk melihat keberadaan jentik. Jika ditemukan jentik, warga sekolah dan masyarakat sekolah diminta untuk menyaksikan atau melihat jentik, kemudian langsung dilanjutkan dengan PSN melalui 3 M atau 3 M plus. Setelah itu mencatat hasil pemeriksaan jentik.
209) 8. Buang air besar dan buang air kecil di jamban
sekolah (Depkes RI, 2001):
210) Jamban merupakan sanitasi dasar penting yang harus dimiliki setiap masyarakat. Pentingnya buang air bersih di jamban yang bersih adalah untuk menghindari dari berbagai jenis penyakit yang timbul karena sanitasi yang buruk.
Oleh karena itu jamban harus mengikuti standar pembuatan jamban yang sehat dimana harus terletak minimal 10 meter dari sumber air dan mempunyai saluran pembuangan udara agar tidak mencemari lingkungan sekitar.
211) Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran manusia, yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa (cemplung), yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya. Jenis jamban ada dua, yaitu:
212) a. Jamban cemplung
213) Jamban yang penampungannya berupa lubang berfungsi menyimpan dan meresapkan cairan kotoran/ tinja ke dalam tanah dan mengendapkan kotoran ke dasar lubang. Untuk jamban cemplung diharuskan ada penutup agar tidak berbau. 214) b. Jamban tangki septik atau leher angsa
215) Jamban berbentuk leher angsa yang penampungannya berupa tangki septik kedap air yang berfungsi sebagai wadah proses penguraian atau dekomposisi kotoran manusia yang dilengkapi dengan resapannya.
216) Manfaat yang dapat diperoleh jika menggunakan jambanbersih adalah: 217) a. Menjaga lingkungan bersih, sehat dan tidak berbau
218) b. Tidak mencemari sumber air yang ada di sekitarnya
219) c. Tidak mengundang datangnya lalat atau serangga yang dapat menjadi penular penyakit diare, kolera, disentri, thypus, kecacingan, penyakit infeksi saluran pencernaan, penyakit kulitdan keracunan.
220) Syarat jamban sehat yaitu:
221) a. Tidak mencemari sumber air minum (jarak antara sumber air minum dengan lubang penampungan minimal 10 meter)
222) b. Tidak berbau
223) c. Kotoran tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus 224) d. Tidak mencemari tanah disekitamya
225) e. Mudah dibersihkan dan aman digunakan 226) f. Dilengkapi dinding dan atap pelindung 227) g. Penerangan dan ventilasi cukup
228) h. Lantai kedap air dan luas ruangan memadai 229) i. Tersedia air, sabun, dan alat pembersih 230) Cara memelihara jamban sehat adalah:
231) a. Lantai jamban hendaknya selalu bersih dan tidak ada genangan air 232) b. Bersihkan jamban secara teratur sehingga ruang jamban dalam
233) c. Di dalam jamban tidak ada kotoran yang terlihat
234) d. Tidak ada serangga (kecoa, lalat) dan tikus yang berkeliaran 235) e. Tersedia alat pembersih (sabun, sikat dan air bersih) 236) f. Bila ada kerusakan, segera diperbaiki
237)
238) Cara menggunakan jamban dengan benar, yakni:
239) a. Ada dua model jamban, yaitu jamban jongkok dan duduk. Bila kita menggunakan jamban duduk jangan berjongkok, karena kaki kita akan mengotori jamban apalagi bila kita memakai alas kaki. Perilaku kita sangat merugikan pengguna jamban berikutnya.
240) b. Buang air besar dan buang air kecil haruslah di jamban untuk mencegah penularan penyakit, karena tinja dan urine (air kencing) banyak mengandung kuman penyakit.
241) c. Menyiram hingga bersih setelah buang air besar atau buang air kecil. 242) d. Buanglah sampah pada tempatnya, agar jamban tidaktersumbat dan
penuh dengan sampah.
243) e. Mengingatkan guru dan penjaga sekolah untuk mengawasi dan memastikan bahwa jamban yang tersedia selalu dalam keadaan bersih. 244)
245) 2.1.8 Langkah-langkah Pembinaan PHBS di Sekolah (Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2004):
246) 1. Analisis Situasi
247) Penentu kebijakan atau pimpinan di sekolah melakukan pengkajian ulang tentang ada tidaknya kebijakan tentang PHBS di sekolah serta bagaimana sikap dan perilaku khalayak sasaran (siswa, warga sekolah, dan masyarakat lingkungan sekolah) terhadap kebijakan PHBS di sekolah. Kajian ini untuk memperoleh data sebagai dasar membuat kebijakan.
248) 2. Pembentukan kelompok kerja
249) Pihak pimpinan sekolah mengajak bicara/ berdialog guru, komite sekolah, dan tim pelaksana atau pembina UKS tentang:
250) a. Maksud, tujuan, dan manfaat penerapan PHBS di sekolah
251) b. Membahas rencana kebijakan tentang penerapan PHBS di sekolah
252) c. Meminta masukan tentang penerapan PHBS di sekolah,
antisipasi kendala, sekaligus alternatif solusi
253) d. Menetapkan penanggung jawab PHBS di sekolah dan
mekanisme pengawasannya
254) e. Membahas cara sosialisasi yang efektif bagi siswa, warga
255) f. Pimpinan sekolah membentuk kelompok kerja
penyusunan kebijakan PHBS di sekolah 256) 3. Pembuatan Kebijakan PHBS di sekolah
257) Kelompok kerja membuat kebijakan jelas, tujuan, dan cara melaksanakannya.
258) 4. Penyiapan Infrastruktur
259) Membuat surat keputusan tentang penanggung jawab dan pengawas PHBS di sekolah, instrumen pengawasan materi,sosialisasi penerapan PHBS di sekolah, pembuatan dan penempatan pesan di tempat-tempat strategis disekolah, pelatihan bagi pengelola PHBS di sekolah.
260) 5. Sosialisasi Penerapan PHBS di sekolah
261) Sosialisasi penerapan PHBS di sekolah di lingkungan internal,antara lain: 262) a. Penggunaan jamban sehat dan air bersih
263) b. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
264) c. Larangan merokok di sekolah dan kawasan tanpa rokok di sekolah
265) d. Membuang sampah pada tempatnya
266) e. Sosialisasi tugas dan penanggung jawab PHBS di sekolah.
267)
268) 2.1.9 Syarat Sekolah Sehat
269) Menurut Sya’roni. RS (2007), sekolah sehat adalah sekolah yang memenuhi 8 syarat sekolah sehat, yaitu:
270) 1. Mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan sabun 271) 2. Mengkonsumsi jajanan sehat di warung atau kantin sekolah 272) 3. Menggunakan jamban yang bersih dan sehat
273) 4. Olahraga teratur di sekolah
274) 5. Memberantas jentik nyamuk di sekolah 275) 6. Tidak merokok di sekolah
276) 7. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap 6 bulan 277) 8. Membuang sampah pada tempatnya
278)
279) 2.1.10 Peran Siswa dalam Melaksanakan PHBS di Sekolah (Dinas
Kesehatan, 2009):
280) 1. Tidak jajan di sembarang tempat, harus di kantin sekolah. Jajan sembarangan tidak terjamin kebersihan dan cara pengolahannya.
281) 2. Mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan sabun, setiap kali tangan kita kotor (memegang uang, memegang binatang, berkebun), setelah buang air besar atau buang air kecil, sebelum makan, sebelum memegang makanan. Tangan yang kotor banyak mengandung kuman dan bibit penyakit.
282) 3. Menggunakan jamban di sekolah jika buang air kecil dan air besar lingkungan menjadi bersih, sehat, dan tidak berbau serta tidak mengundang datangnya lalat atau serangga yang dapat menjadi penular penyakit, seperti diare, disentri, thypus, dan kecacingan.
283) 4. Mengikuti kegiatan olahraga di sekolah. Berolahraga membuat tubuh sehat dan bugar.
284) 5. Membantu pemeriksaan jentik nyamuk di sekolah dengan mengamati genangan air dan bak serta melaporkan kepada guru bila ada jentik nyamuk. 285) 6. Tidak merokok di sekolah. Merokok berbahaya bagi kesehatan antara
lain penyakit paru-paru, jantung dan kanker serta merusak gigi dan menyebabkan bau mulut yang tidak sedap.
286) 7. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap 6bulan. Dengan demikian pertumbuhan siswa sekolah dapat diketahui apakah sesuai antara tinggi badan, berat badan, usia siswa, dan status kesehatannya.
287) 8. Membuang sampah pada tempatnya. Sampah adalah sarang kuman dan bakteri penyakit. Membuang sampah pada tempatnya menghindari tubuh untuk terkena penyakit.
288)
289) 2.1.11 Peran Siswa dalam Mengajak Keluarga dan Teman Sebaya
untuk Melaksanakan PHBS di Sekolah (Dinkes Kota Surabaya, 2009):
290) 1. Penyampaian pesan PHBS di sekolah
291) a. Mendorong sekolah untuk menyediakan sarana
untuk melaksanakan PHBS di sekolah, yaitu jamban, sumber air bersih, tempat cuci tangan, tempat sampah, kantin sehat, sarana olahraga, alat pengukur tinggi badan dan berat badan.
292) b. Menganjurkan teman sebaya untuk menerapkan
PHBS di sekolah dan menegur bila tidak menerapkan PHBS di sekolah.
293) c. Mendorong guru untuk melakukan pengawasan dan
pemberian sanksi.
294) d. Mengingatkan warga dan masyarakat sekolah
untukmemberantas jentik nyamuk dengan 3 M plus secara teratur di sekolah. 295) 2. Pelaksanaan PHBS di sekolah
296) a. Sosialisasi penerapan PHBS di sekolah
297) b. Berperan aktif untuk membantu sekolah menyediakan
sarana untuk melaksanakan PHBS di sekolah, yaitu jamban, sumber air bersih, tempat cuci tangan, tempat sampah, kantin sehat, sarana olahraga, alat pengukur tinggi badan dan berat badan.
298) c. Melakukan diskusi kelompok dengan teman sebaya
untuk memecahkan masalah-masalah PHBS yang dihadapi.
299) d. Ikut berperan aktif dalam pengawasan dan penerapan
sanksi pelaksanakan PHBS di sekolah. 300) e. Memasang media PHBS di sekolah
301) f. Berperan aktif dalam memberantas jentik nyamuk dengan 3M
plus secara teratur di sekolah. 302)
303) 2.1.12 Dukungan dan Peran untuk Membina PHBS
di Sekolah menurut Dinkes Kota Surabaya (2009):
304) Adanya kebijakan dan dukungan dari pengambil keputusan seperti Bupati, Kepala Dinas Pendidikan, Kepala Dinas Kesehatan, DPRD, lintas sektor, sangat penting untuk pembinaan PHBS di sekolah demi terwujudnya sekolah sehat. Disamping itu, peran dari berbagai pihak terkait (Tim Pembina dan Pelaksana UKS), sedangkan masyarakat sekolah berpartisipasi dalam perilaku hidup bersih dan sehat baik di sekolah maupun di masyarakat.
305) 306)
307) 1. Pemda
308) a. Bupati atau Walikota
309) Mengeluarkan kebijakan dalam bentuk Perda, surat keputusan, surat edaran, instruksi, himbauan tentangpembinaan perilaku hidup bersih dan sehat di sekolah, dan mengalokasikan anggaran untuk pembinaan PHBS di sekolah.
310) b. DPRD
311) Memberikan persetujuan anggaran untuk pengembangan PHBS di sekolah dan memantau kinerja Bupati atau Walikota yang berkaitan dengan pembinaan PHBS di sekolah.
312) 2. Lintas Sektor
313) a. Dinas Kesehatan
314) Membina dan mengembangkan PHBS dengan pendekatan UKS melalui jalur ekstrakurikuler.
315) b. Dinas Pendidikan
316) Membina dan mengembangkan PHBS dengan pendekatan Program UKS melalui jalur kurikuler dan ekstrakurikuler
317) c. Kantor Depag
318) Melaksanakan pembinaan dan pengembangan PHBS dengan pendekatan program UKS pada perguruan agama.
320) a. Merumuskan kebijakan teknis mengenai pembinaan danpengembangan
PHBS melalui UKS.
321) b. Mengkordinasikan kegiatan perencanaan dan program serta
pelaksanaan pembinaan PHBS melalui UKS.
322) c. Membina dan mengembangkan PHBS melalui UKS serta mengadakan
monitoring dan evaluasi. 323) 4. Tim Pelaksana UKS
324) a. Merencanakan dan melaksanakan kegiatan pendidikankesehatan,
pelayanan kesehatan, dan pembinaan lingkungan kehidupan sekolah sehat dalam rangka peningkatan PHBS di sekolah.
325) b. Menjalin kerjasama dengan orang tua peserta didik, instansi lain yang
terkait, dan masyarakat lingkungan sekolah untuk pembinaan dan pelaksanaan PHBS di sekolah.
326) c. Mengadakan evaluasi pembinaan PHBS di sekolah.
327) 5. Komite Sekolah
328) a. Mendukung dalam hal pendanaan untuk sarana dan prasana
pembinaan PHBS di sekolah.
329) b. Mengevaluasi kinerja kepala sekolah dan guru-guru yang berkaitan
dengan pencapaian sekolah sehat.
330) c. Mengeluarkan kebijakan dalam bentuk surat keputusan, surat
edaran, dan instruksi tentang pembinaan PHBS di sekolah.
331) d. Mengalokasikan dana atau anggaran untuk pembinaan PHBS di
sekolah.
332) e. Mengkoordinasikan kegiatan pembinaan PHBS di sekolah.
333) f. Memantau kemajuan pencapaian sekolah sehat disekolahnya.
334) 6. Guru-guru
335) a. Bersama guru lainnya mengadvokasi yayasan atau orang tua
murid, kepala sekolah untuk memperoleh dukungan kebijakan dan dana bagi pembinaan PHBS di sekolah.
336) b. Sosialisasi PHBS di lingkungan sekolah dan sekitarnya.
337) c. Melaksanakan pembinaan PHBS di lingkungan sekolah dan sekitarnya.
338) d. Menyusun rencana pelaksanaan dan penilaian lomba PHBS di
sekolahnya.
339) e. Memantau tujuan pencapaian sekolah sehat di lingkungan sekolah
340) 7. Orang tua murid
341) a. Menyetujui anggaran untuk pembinaan PHBS di sekolah
342) b. Memberikan dukungan dana untuk pembinaan PHBS di sekolah baik