• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyusunan Sistranas Pada Tatralok di Propinsi Sulawesi Tengah 2013 DAFTAR ISI. Hal DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penyusunan Sistranas Pada Tatralok di Propinsi Sulawesi Tengah 2013 DAFTAR ISI. Hal DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR..."

Copied!
194
0
0

Teks penuh

(1)

Hal DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... xii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ... 1-1 1.2. Maksud dan Tujuan ... 1-4 1.3. Ruang Lingkup ... 1-4 1.4. Indikator Keluaran... 1-5 1.5. Tempat Kegiatan... 1-5

BAB 2 METODOLOGI PENELITIAN

2.1. Pola Pikir... 2-1 2.2. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan... 2-3

BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI KABUPATEN DONGGALA

A. Letak Wilayah Studi... 3-1 B. Kondisi Kependudukan... 3-3 C. PDRB wilayah studi... 3-5 D. Kondisi Tata Guna Lahan... 3-7 E. Potensi Sumber Daya Alam ... 3-8

BAB 4 KONDISI TRANSPORTASI WILAYAH STUDI

A. Prasarana Transportasi Darat ... 4-1 B. Terminal ... 4-23 C. Jaringan Pelayanan Angkutan Umum ... 4-26 D. Kondisi Transportasi ASDP... 4-30 E. Prasarana Transportasi Laut... 4-31

(2)

BAB 5 ANALISIS PEMODELAN TRANSPORTASI

A. Arah Pengembangan Wilayah... 5-1 B. Potensi Wilayah... 5-2 C. Pergerakan Perjalanan Orang ... 5-12

BAB 6 ANALISIS AWAL ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN TRANSPORTASI

A. Tren Lingkungan Strategis... 6-1 B. Prediksi Bangkitan Perjalanan Orang Dan Barang ... 6-5 C. Model Pengembangan Jaringan Transportasi... 6-28 D. Idealisasi Jaringan Transportasi ... 6-40 E. Pengembangan Transportasi... 6-40

F. Arah Kebijakan Pengembangan Sistem Transportasi... 6-44

G. Strategi dan Upaya... 6-48

BAB 7 PENJADWALAN PROGRAM PENGEMBANGAN

A. Penjadwalan Program Pengembangan... 7-1 B. Kondisi Transportasi Dengan Adanya Program Pengembangan

(3)

BAB Gambar 1.1 Wilayah Kegiatan Studi ... 1-6 Gambar 2.1 Metode Pendekatan Teknis ... 2-2 Gambar 2.2 Alur Program Pekerjaan... 2-3 Gambar 3.1Peta Administrasi Kabupaten Donggala ... 3-1 Gambar 3.2Peta Jaringan Jalan Kabupaten Donggala ... 3-8 Gambar 4.1 Visualisasi Jalan di Kabupaten Donggala ... 4-9 Gambar 4.2 Grafik Volume Lalu Lintas Pada Ruas Jalan Petalolo

(Arah Donggala ke arah Trans Sulawesi dan Sebaliknya ... 4-10 Gambar 4.3 Grafik Volume Lalu Lintas Pada Ruas Jalan Trans Sulawesi

(Arah Palu ke arah Donggala dan Sebaliknya)... 4-12 Gambar 4.4 Grafik Volume Lalu Lintas Pada Ruas Jalan Jati

(Arah Perkantoran ke arah Jati dan Sebaliknya)... 4-14 Gambar 4.5 Grafik Volume Lalu Lintas Pada Ruas Jalan Trans Donggal-Palu

(Arah Kab.Donggala ke Palu dan Sebaliknya)... 4-16 Gambar 4.6 Grafik Volume Lalu Lintas Pada Ruas Jalan Thamrin

(Arah Kab.Donggala ke Palu dan Sebaliknya)... 4-18 Gambar 4.7 Peta Kinerja Ruas Jalan Kab. Donggala ... 4-20 Gambar 4.8 Peta Kinerja Aksesibilitas Kabupaten Donggala... 4-22 Gambar 4.9 Terminal Banawa ... 4-23 Gambar 4.10 Jenis Angkutan Kota... 4-24 Gambar 4.11 Peta Titik Angkutan barang di Kabupaten Donggala ... 4-28 Gambar 4.12 Peta Lintas Angkutan Barang... 4-29

Gambar 4.13 Peta Jaringan Pelayanan Jasa Penyeberangan di Kabupaten Donggala 4-31

Gambar 4.14 Visualisasi Pelabuhan... 4-32 Gambar 4.15 Jaringan Alur Pelayaran ... 4-35 Gambar 5.1Peta Potensi Pertambangan Mineral Logam ... 5-10 Gambar 5.2Peta Potensi Pertambangan Mineral Non Logam ... 5-11 Gambar 5.3Peta Zona Kabupaten Donggala... 5-13 Gambar 5.4Grafik Bangkitan dan Tarikan Kabupaten Donggala ... 5-16

(4)

Gambar 5.5Moda Split Kabupaten Donggala ... 5-17 Gambar 6.1 Peta Kawasan Strategis Kabupaten Donggala ... 6-4 Gambar 6.2 Pola Perjalanan saat ini di Kabupaten Donggala ... 6-5 Gambar 6.3 Grafik Pertumbuhan Perjalanan Orang... 6-26 Gambar 6.4 Grafik Pertumbuhan Perjalanan Barang... 6-27 Gambar 6.5 Tingkat Perbedaan Kepadatan Penduduk di Kab. Donggala... 6-41 Gambar 6.6 Kendaraan yang parkir di sembarang tempat ... 6-42 Gambar 6.7 Area yang belum terintegrasi dengan fasilitas prasarana transportasi. 6-42 Gambar 6.8 Visualisasi Aksesbilitas paling baik dan paling buruk di Kab.Donggala. 6-43 Gambar 6.9 Lokasi Pantai Tanjung Karang ... 6-50 Gambar 6.10 Presentase kondisi jalan di Kab. Donggala... 6-53 Gambar 6.11 Peta Jalan yang dilakukan Perbaikan... 6-54 Gambar 6.12 Peta area yang diberlakukan pembatasan parkir on street ... 6-55 Gambar 6.13 Visualisasi Parkiron street... 6-56 Gambar 6.14 Kondisi Ruas Jalan Trans Sulawesi ... 6-57 Gambar 6.15 Visualisasi jalan yang membutuhkan fasilitas perlengkapan jalan... 6-58 Gambar 6.16 Visualisasi Jalan di Kab. Donggala... 6-59 Gambar 6.17 Peta Pembuatan Akses Jalan Baru... 6-61

Gambar 6.18 Rencana Penetapan Angkutan Umum Massal Di Kab. Donggala ... 6-63

Gambar 6.19 Contoh Sarana Angkutan Umum Massal... 6-64 Gambar 6.20 Tampak Depan Desain Halte... 6-65 Gambar 6.21 Tampak Samping Desain Halte ... 6-66 Gambar 6.22 Tampak Atas Desain Halte ... 6-66

Gambar 6.23 Penempatan Tempat Henti Kendaraan Angkutan Umum Massal... 6-67

Gambar 6.24 Perencanaan Penempatan Halte Angkutan Perkotaan ... 6-69 Gambar 6.25 Contoh Penempatan Halte ... 6-70 Gambar 6.26 Peletakan Tempat Perhentian di Pertemuan Jalan Simpang Tiga... 6-71

Gambar 6.27 Peletakan Tempat Perhentian di Pertemuan Jalan Simpang Empat ... 6-71

Gambar 6.28 Peta Lokasi Terminal Usulan dan Terminal Eksisting... 6-73 Gambar 6.29 Kondisi Terminal Banawa... 6-74 Gambar 6.30 Peta jaringan lintas berdasarkan pola pergerakan dan geometrik jalan 6-77

(5)

Gambar 6.34 Peta Lokasi Rencana Titik Simpul Angkutan Barang Kabupaten Banggai 6-80

Gambar 6.35 Peta Lokasi Pelabuhan Nasional, Lokal dan Rencana Pelabuhan Baru 6-81

Gambar 6.36 Alur penyeberangan Tompe – Palu Utara ... 6-82 Gambar 7.1 Grafik Perbandingan Rasio Pada Ruas Jalan ... 7-13 Gambar 7.2Grafik Perbandingan Js/Jl Kab Donggala... 7-16

(6)

DAFTAR TABEL

BAB Tabel 2.1Kebutuhan Data Sekunder... 2-6 Tabel 2.2Kebutuhan Data Primer ... 2-7 Tabel 3.1Luas Wilayah Kecamatan di Kabupaten Doggala Beserta Jumlah Kelurahan 3-2 Tabel 3.2Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Kabupaten Donggala ... 3-4 Tabel 3.3PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Kabupaten

Donggala ... 3-5 Tabel 3.4Karateristik Sosial dan Ekonomi Wilayah Kabupaten Donggala ... 3-6 Tabel 3.5.Luas lahan berdasarkan jenis penggunaannya di Kabupaten Donggala... 3-7 Tabel 3.6Potensi Sumber Daya Mineral Kabupaten Donggala... 3-8 Tabel 4.1Nama jalan dan Panjang Jalan di Kabupaten Donggala... 4-1 Tabel 4.2Keadaan Kondisi Jalan... 4-7 Tabel 4.3Keadaan Perkerasan Jalan... 4-8 Tabel 4.4Volume Lalu Lintas Per Jam (smp/jam) Pada Jam Puncak Di Jl. Petalolo

(arah dari Kab. Donggala menuju ke arah Jl. Trans Sulawesi) ... 4-10 Tabel 4.5Volume Lalu Lintas Per Jam (smp/jam) Pada Jam Puncak Di Jl. Petalolo

(arah dari Jl. Trans Sulawesi menuju ke Kab. Donggala)... 4-11 Tabel 4.6Volume Lalu Lintas Per Jam (smp/jam) Pada Jam Puncak

Di Jl. Trans Sulawesi (arah dari Palu menuju ke arah Donggala) ... 4-13 Tabel 4.7Volume Lalu Lintas Per Jam (smp/jam) Pada Jam Puncak

Di Jl. Trans Sulawesi arah dari Kab. Donggala menuju ke Palu)... 4-13 Tabel 4.8Volume Lalu Lintas Per Jam (smp/jam) Pada Jam Puncak Di Jl. Jati

(arah perkantoran menuju ke arah jati) ... 4-15 Tabel 4.9Volume Lalu Lintas Per Jam (smp/jam) Pada Jam Puncak Di Jl. Jati

(arah dari Jati menuju ke Perkantoran) ... 4-15 Tabel 4.10Volume Lalu Lintas Per Jam (smp/jam) Pada Jam Puncak

Di Jl. Trans Donggala-Palu(arah Kab. Donggalamenuju ke arah Kota Palu) 4-17

Tabel 4.11Volume Lalu Lintas Per Jam (smp/jam) Pada Jam Puncak

(7)

(arah dari Donggala menuju ke Jl. Trans Donggala-palu) ... 4-19 Tabel 4.14Tabel Tingkat Aksesbilitas Tiap Kecamatan ... 4-21 Tabel 4.15Data Terminal Kabupaten Donggala ... 4-23 Tabel 4.16Jaringan Trayek Kabupaten Donggala... 4-26 Tabel 4.17Kinerja Angkutan Umum Kabupaten Donggala dengan

Perengkingan terburuk ... 4-27 Tabel 4.18 Jalan Lintas Angkutan Barang ... 4-30 Tabel 4.19 Fasilitas Pelabuhan di Kabupaten Donggala ... 4-33 Tabel 4.20 Jumlah Data Bongkar Muat Pada Pelabuhan Donggala Tahun 2012... 4-33 Tabel 5.1 Zona Kabupaten Donggala ... 5-12 Tabel 5.2 Bangkitan Perjalanan per Hari ... 5-14 Tabel 5.3 Tarikan Perjalanan per Hari... 5-15 Tabel 5.4 Tabel Perjalanan Asal Tujuan Kab. Donggala Tahun 2013... 5-18 Tabel 5.5Tabel Perjalanan Asal Tujuan Kab. Donggala Tahun 2018... 5-19 Tabel 5.6Tabel Perjalanan Asal Tujuan Kab. Donggala Tahun 2023... 5-20 Tabel 5.7Tabel Perjalanan Asal Tujuan Kab. Donggala Tahun 2028... 5-21 Tabel 5.8Distribusi Barang dari Kab Donggala Ke Luar Negeri ... 5-22 Tabel 5.9Distribusi Barang dari Kab Donggala Ke Kabupaten Atau Kota Lain... 5-22 Tabel 6.1 Skenario Operasionalisasi Kawasan Prioritas Pengembangan

Ekonomi di Provinsi Sulawesi Tengah ... 6-6 Tabel 6.2 Output Skenario Fase 1 MP3EI, Tahun 2015... 6-7 Tabel 6.3 Output Skenario Fase 2 MP3EI Tahun 2020... 6-8 Tabel 6.4 Output Skenario Fase 3 MP3EI Tahun 2025... 6-8 Tabel 6.5 Pergerakan Internal-Eksternal (Bangkitan) dan Eksternal-Internal (Tarikan)

Penumpang Pada Tahun Rencana... 6-10 Tabel 6.6 Pergerakan Internal-Eksternal (Bangkitan) dan Eksternal-Internal (Tarikan)

Barang Pada Tahun Rencana... 6-11 Tabel 6.7 Matrik OD Penumpang 2013... 6-12 Tabel 6.8 Matrik OD Penumpang 2015... 6-13 Tabel 6.9 Matrik OD Penumpang 2015 + MP3EI... 6-14

(8)

Tabel 6.10 Matrik OD Penumpang 2020... 6-15 Tabel 6.11 Matrik OD Penumpang 2020 + MP3EI... 6-16 Tabel 6.12 Matrik OD Penumpang 2025... 6-17 Tabel 6.13 Matrik OD Penumpang 2025+MP3EI ... 6-18 Tabel 6.14 Matrik OD Penumpang 2030... 6-19 Tabel 6.15 Matrik OD Barang 2013... 6-20 Tabel 6.16 Matrik OD Barang 2015... 6-21 Tabel 6.17 Matrik OD Barang 2015+MP3EI ... 6-22 Tabel 6.18 Matrik OD Barang 2020+MP3EI ... 6-23 Tabel 6.19 Matrik OD Barang 2025+MP3EI ... 6-24 Tabel 6.20 Matrik OD Barang 2030 (ton) ... 6-25 Tabel 6.21 Standar Minimal Tingkat Pelayanan Jalan... 6-29 Tabel 6.22 Tingkat Pelayanan dan Karakteristik Operasi Jalan Arteri Primer... 6-29 Tabel 6.23 Prediksi Kinerja Lalu Lintas Ruas Jalan Utama Tahun 2012-2030

Pada KondisiDo-Nothing... 6-31 Tabel 6.24 Prediksi Kinerja Lalu Lintas Ruas Jalan Kabupaten Donggala

Tahun 2013-2030 pada kondisiDo-Nothing... 6-31 Tabel 6.25 Rasio Demand-Supply Jaringan Pelayanan Transportasi Tahun

2013-2030 pada Kondisi Do-Nothing... 6-39 Tabel 6.26 Perangkingan JS/JL dan Ratio Tertimbang Kab. Donggala ... 6-60 Tabel 6.27 Perbandingan Kinerja Sebelum dan Sesudah Pembuatan Akses... 6-62 Tabel 6.28 Data Jalan yang Direncakan Dilalui Angkutan Umum Massal ... 6-64 Tabel 6.29 Hirarki Perencanaan Angkutan Umum... 6-68 Tabel 6.30 Lokasi Perencanaan Penempatan Terminal di Kab. Donggala ... 6-74 Tabel 7.1 Penjadwalan Program Rencana Induk Transportasi Perkotaan di

Kabupaten Donggala... 7-4 Tabel 7.2 Prediksi Kinerja Lalu Lintas Ruas Jalan Kabupaten Donggala Tahun 2013-2030

Pada Kondisi Do-Something... 7-7 Tabel 7.3 Perbandingan Hasil JS/JL dengando-something... 7-15 Tabel 7.4 Perbandingan Ratio Supply-Demand Tanpa Skenario Dengan Ratio

(9)

1.1 LATAR BELAKANG

Keberhasilan pembangunan sangat dipengaruhi oleh peran transportasi. Karenanya sistem transportasi nasional (SISTRANAS) diharapkan mampu menghasilkan jasa transportasi yang berkemampuan tinggi dan diselenggarakan secara efisien dan efektif dalam menunjang dan sekaligus menggerakan dinamika pembangunan; mendukung mobilitas manusia dan barang serta jasa; mendukung pola distribusi nasional serta mendukung pengembangan wilayah, peningkatan hubungan nasional dan internasional yang lebih memantapkan perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara dalam rangka perwujudan Wawasan Nusantara.

MP3EI merupakan arahan strategis dalam percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia untuk periode 15 (lima belas) tahun terhitung sejak tahun 2011 sampai dengan tahun 2025 dalam rangka pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005 – 2025 dan melengkapi dokumen perencanaan. Saat ini sudah di identifikasi lokasi kawasan Perhatian Investasi (KPI) oleh KP3EI terkait dengan wilayah kabupaten/kota.

Suksesnya pelaksanaan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia tersebut sangat tergantung pada kuatnya derajat konektivitas ekonomi nasional (intra dan inter wilayah) maupun konektivitas ekonomi internasional Indonesia dengan pasar dunia. Dengan pertimbangan tersebut Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) menetapkan penguatan konektivitas nasional sebagai salah satu dari tiga strategi utama (pilar utama). Konektivitas Nasional merupakan pengintegrasian 4 (empat) elemen kebijakan nasional yang terdiri dari Sistem Logistik Nasional (Sislognas), Sistem Transportasi Nasional (Sistranas), Pengembangan wilayah (RPJMN/RTRWN), Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK/ICT). Upaya ini perlu dilakukan agar dapat diwujudkan konektivitas nasional yang efektif, efisien, dan terpadu. Sebagaimana diketahui, konektivitas nasional Indonesia merupakan bagian dari konektivitas global. Oleh karena itu, perwujudan penguatan konektivitas nasional perlu mempertimbangkan keterhubungan Indonesia dengan dengan pusat-pusat perekonomian lokal, regional dan dunia (global) dalam rangka

(10)

meningkatkan daya saing nasional. Hal ini sangat penting dilakukan guna memaksimalkan keuntungan dari keterhubungan lokal, regional dan global/internasional.

Koridor Ekonomi Sulawesi dalam sistem ekonomi nasional memiliki potensi tinggi di bidang ekonomi dan sosial dengan kegiatan-kegiatan unggulannya. Meskipun demikian, secara umum terdapat beberapa hal yang harus dibenahi di Koridor Ekonomi Sulawesi :

a) Rendahnya nilai PDRB per kapita di Sulawesi dibandingkan dengan pulai lain di Indonesia; b) Kegiatan ekonomi utama pertanian, sebagai kontributor PDRB terbesar (30 persen), tumbuh

dengan lambat padahal kegiatan ekonomi utama ini menyerap sekitar 50 persen tenaga kerja;

c) Investasi di Sulawesi berasal dari dalam dan luar negeri relative tertinggal dibandingkan di daerah lain;

d) Infrastruktur perekonomian dan social seperti jalan, listrik, air, dan kesehatan kurang tersedia dan belum memadai.

Pembangunan Koridor Ekonomi Sulawesi berfokus pada kegiatan-kegiatan ekonomi utama pertanian pangan, kakao, perikanan, dan nikel. Selain itu, kegiatan ekonomi utama minyak dan gas bumi dapat dikembangkan yang potensial untuk menjadi mesin pertumbuhan ekonomi di koridor ini. Dalam jangka panjang, diperlukan upaya konsisten untuk membangun industri hilir pertambangan dan hasil perkebunan. Hilirisasi industri diiringi pemasaran secara sinergis dan strategis akan menghasilkan pertambahan nilai optimal di dalam koridor yang berimplikasi pada perluasan lapangan kerja dan peningkatan daya saing produk yang dihasilkan. Pembangunan struktur ruang diarahkan pada pemahaman pola pergerakan barang dari hasil perkebunan (kakao) maupun tambang nikel, dan migas, menuju tempat pengolahan dan atau kawasan industry, yang berlanjut menuju ke pelabuhan. Untuk itu, penentuan prioritas dan kualitas pembangunan serta pemeliharaan infrastruktur jalan dan jembatan di setiap provinsi diarahkan untuk melayani angkutan barang disepanjang jalur konektivitas ekonomi di provinsi yang bersangkutan. Demikian pula pembangunan infrastruktur air dan energy dilakukan untuk mendukung produksi pertanian pangan, kakao, maupun pertambangan yang ada disetiap provinsi, yang berujung pada peningkatan manfaat dan nilai tambah produk yang dihasilkan.

(11)

Selatan hignga utara. Struktur ruang koridor ini mengalami dinamika yang tinggi seiring dengan percepatan pergerakan barang dan orang dari intra dan inter pusat-pusat pertumbuhan di dalam koridor Ekonomi Sulawesi maupun antar antar Koridor Ekonomi Sulawesi dengan koridor ekonomi lainnya di Indonesia. Selain itu, mengingat bahwa koridor ini berada di sisi Samudra Pasifik dan jalur pelayaran Internasional, maka sangat penting untuk dapat menentukan lokasi yang akan berfungsi sebagai hubungan internasional. Pelabuhan Bitung di Sulawesi Utara, atau pelabuhan Makassar di Sulawesi Selatan merupakan alternative pelabuhan yang dapat dikembangkan menjadi hubungan internasional. Penetapan hubungan internasional di kawasan Indonesia Timur diharapkan dapat mempercepat pembangunan di Indonesia Timur yang lebih di dominasi oleh pulau-pulau. Sebagai unsur pendorong, Tatrawil berfungsi menyediakan jasa transportasi yang efektif untuk menghubungkan daerah terisolasi dengan daerah berkembang yang berada di luar wilayahnya, sehingga terjadi pertumbuhan perekonomian yang strategis. Sistem Transportasi Nasional (SISTRANAS) pada hakekatnya merupakan suatu Konsep Pembinaan Transportasi dalam pendekatan kesisteman yang mengintegrasikan sumber daya dan memfasilitasi upaya-upaya untuk mencapai tujuan nasional. Dalam hal ini adalah penting untuk secara berkelanjutan memperkuat keterkaitan fungsi atau keterkaitan aktivitas satu sama lainnya baik langsung maupun tidak langsung dengan penyelenggaraan transportasi baik pada Tataran Transportasi Nasional (Tatranas), Tataran Transportasi Wilayah (Tatrawil), maupun Tataran Transportasi Lokal (Tatralok).

Di sisi lain, fungsi transportasi sebagai unsur promoting dan servicing dalam pengembangan transportasi yang menyediakan jasa transportasi yang efektif untuk menghubungkan daerah terisolasi, tertinggal dan perbatasan dengan daerah berkembang yang berada di luar wilayahnya, sehingga terjadi pertumbuhan perekonomian yang sinergis.

Dalam kaitan tersebut dan dalam rangka perwujudan SISTRANAS dalam Mendukung MP3EI perlu disusun jaringan transportasi pada tataran Nasional, Propinsi dan Lokal Kabupaten / Kota agar tercipta harmonisasi dan sinkronisasi penyelenggaraan transportasi. Pada Tataran wilayah propinsi (Tatrawil) telah disusun secara simultan pada tahun 2012 yang perlu di tindak lanjuti

(12)

dengan penyusunanan Tatralok pada tahun 2013 ini khususnya pada wilayah Kabupaten / Kota yang belum berkembang dengan baik. Dengan demikian diperoleh arah pembangunan jaringan pelayanan dan jaringan prasarana yang dapatberperan dalam mendukung perekonomian wilayah (MP3EI) dan mendorong pertumbuhan wilayah yang belum berkembang baik pada tataran lokal, provinsi hingga nasional/internasional.

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dari studi ini adalah menyusun Tataran Transportasi Lokal sejalan dengan dinamika perkembangan ekonomi wilayah dan pola Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota, sebagai pedoman pengaturan, pembangunan dan penyelenggaraan transportasi Lokal.

Tujuan studi adalah tersedianya dokumen rencana dan program pengembangan transportasi lokal kabupaten/kota di 6 wilayah, 1 (satu) Kota dan 5 (lima) Kabupaten yaitu : Kota Palu, Kabupaten Toli-Toli, Morowali, Banggai, Sigi, Donggala, yang efektif dan efisien dalam mendukung Masterplan Percepatan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).

1.3 RUANG LINGKUP

a) Ruang Lingkup Pekerjaan

Kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka Studi Sistranas Pada Tatralok di Propinsi Sulawesi Tengah Dalam Mendukung Prioritas Dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi Koridor Ekonomi Sulawesi ini adalah sebagai berikut :

1. Identifikasi permasalahan sistem transportasi lokal yang ada;

2. Identifikasi pelayanan, jaringan prasarana dan jaringan pelayanan transportasi secara terpadu;

3. Analisis permintaan transportasi dan pola bangkitan serta pergerakan terkait dengan rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota dan rencana pembangunan dalam MP3EI; 4. Pengkajian Model pengembangan jaringan transportasi lokal kabupaten / kota;

5. Merumuskan alternatif pengembangan jaringan prasarana dan pelayanan transportasi; 6. Merumuskan kebijakan, strategi dan program pengembangan jaringan prasarana dan

pelayanan transportasi;

(13)

9. Mengadakan FGD di Ibu Kota Kabupaten / Kota untuk mendapatkan masukan alternatif pengembangan jaringan transportasi lokal;

b) Ruang Lingkup Jangka Waktu

Adapun jangka waktu perencanaan dalam penyusunan Studi Sistranas Pada Tatralok di Propinsi Sulawesi Tengah Dalam Mendukung Prioritas Dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi Koridor Ekonomi Sulawesi ini adalah untuk kurun waktu dari tahun 2014-2030.

c) Ruang Lingkup Wilayah

Kegiatan penelitian ini dibatasi hanya dalam lingkup penyusunan Tataran Transportasi Lokal kabupaten/kota terkait dengan permintaan transportasi dan pola bangkitan serta pergerakan, utamanya untuk mendukung prioritas pembangunan sentra produksi di koridor ekonomi Sulawesi.

1.4 INDIKATOR KELUARAN DAN KELUARAN

Indikator pelaksanaan penyusunan Sistranas Pada Tatralok di Propinsi Sulawesi Tengah Dalam Mendukung Prioritas Dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi Koridor Ekonomi Sulawesi ini adalah Tersedianya Dokumen Tataran Transportasi Lokal (TATRALOK) dan konsep legalitas penetapannya di 6 wilayah, 1 (satu) Kota dan 5 (lima) Kabupaten yaitu : Kota Palu, Kabupaten Toli-Toli, Morowali, Banggai, Sigi, Donggala.

Keluaran kegiatan adalah enam (6) laporan di 6 wilayah, 1 (satu) Kota dan 5 (lima) Kabupaten yaitu : Kota Palu, Kabupaten Toli-Toli, Morowali, Banggai, Sigi, Donggala.

1.5 TEMPAT KEGIATAN

Pelaksanaan studi Sistranas Pada Tatralok di Propinsi Sulawesi Tengah Dalam Mendukung Prioritas Dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi Koridor Ekonomi Sulawesi ini adalah di Koridor IV Sulawesi Provinsi Sulawesi Tengah. Penjelasan selengkapnya dapat dilihat di gambar berikut ini.

(14)
(15)

2.1 POLA PIKIR

Pola pikir penyusunan tatralok pada dasarnya menggunakan pendekatan model perencanaan transportasi. Konsep dasar dari perencanaan transportasi (transport planning) secara umum adalah untuk hal-hal sebagai berikut :

a) Memprediksi jumlah bangkitan perjalanan dan pola pergerakan orang dan barang di kawasan studi, pada masa yang akan datang (tahun rencana) untuk kepentingan kebijakan investasi perencanaan transportasi.

b) Memperkirakan kinerja prasarana transportasi dan efisiensinya untuk semua sistem transportasi yang ada dan yang mungkin diadakan di wilayah studi.

c) Menentukan strategi penataan dan pengembangan prasarana transportasi serta penyusunan program untuk implementasinya.

Selain pada hal-hal yang telah disebutkan tersebut diatas, Studi Sistranas Pada Tatralok di Propinsi Sulawesi Tengah Dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi Koridor Ekonomi Sulawesi adalah untuk mendukung percepatan pembangunan ekonomi di Koridor IV Sulawesi. Dengan demikian studi ini harus menjadikan MP3EI (Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia) 2011-2025 harus menjadi rujukan utama dalam penyusunan studi ini. Hal ini disebabkan oleh karena dalam MP3EI, telah dibagi koridor-koridor ekonomi Indonesia yang terdiri atas :

a) Koridor Ekonomi Sumatera b) Koridor Ekonomi Jawa c) Koridor Ekonomi Kalimantan d) Koridor Ekonomi Sulawesi

e) Koridor Ekonomi Bali-Nusa Tenggara f) Koridor Ekonomi Papua-Kepulauan Maluku

Berdasarkan konsep tersebut di atas, pendekatan sistem dalam perencanaan transportasi di Provinsi Sulawesi Tengah untuk Studi Sistranas Pada Tatralok di Propinsi Sulawesi Tengah Dalam

(16)

Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi Koridor Ekonomi Sulawesi tersebut, secara lengkap dapat dilihat pada gambar berikut ini

 Tinjau Jaringan Transportasi Propinsi dan Kabupaten/Kota

 Inventarisasi Rencana Umum dan Teknis Pengembangan Perhubungan

 Kebijakan-Kebijakan Nasional Khususnya MP3EI dan MP3KI

 Data Statistik

 Data Asal Tujuan

 Potensi Wilayah

 Prasarana dan Sarana Transportasi

Kompilasi Data Kajian Kebijakan

Analisis Wilayah Analisis Teknis Analisis Prediksi  Pola Kecenderungan dan

Arah Pengembangan Wilayah

 Potensi dan Masalah Pengembangan Wilayah Kajian Terhadap RTRW K Analisis Bangkitan Tarikan  Analisis Permintaan Transportasi Kab./Kota  Model Pengembangan Jaringan Transportasi Kab/Kota  Alternatif Pengembangan Transportasi Kab./Kota

 Alternatif Pemilihan Moda

Pemetaan Demand Pelayanan Transportasi Proyeksi Demand Pelayanan Transportasi Pemetaan Supply Pelayanan Transportasi Proyeksi Supply Pelayanan Transportasi

Besaran dan pola pergerakan arus lalu lintas (orang dan barang)

Kinerja sistem transportasi dan defisiensi: Jaringan jalan

Trayek angkutan umum Jaringan lintas angkutan barang Fasilitas bongkar muat barang Fasilitas parkir

Guna ruang jalan.

Outlettransportasi Prov. Sulawesi Tengah (dermaga, pelabuhan, bandara, terminal) penumpang dan barang)

 Strategi penataan dan pengembangan

sistem transportasi yang ada dan yag akan datang untuk agkutan orang dan barang: Sistem angkutan darat

Sistem angkutan laut Sistem angkutan udara

PENYUSUNAN TINGKAT PRIORITAS

PENYUSUNAN PROGRAM UNTUK IMPLEMENTASINYA

REKOMENDASI: Penataan dan Pengembangan Sistem Transportasi dan Sistem Pendanaannya

(17)

Sentra Produksi Koridor Ekonomi Sulawesi adalah sebagai berikut : 2.2 TAHAPAN PELAKSANAAN PEKERJAAN

Studi Sistranas Pada Tatralok di Propinsi Sulawesi Tengah ini dilaksanakan dengan mengacu pada program kerja berikut, disesuaikan dengan petunjuk teknis penyusunan Tatralok yang telah ada.Secara umum, alur program yang digunakan dalam pengerjaan pekerjaan ini disajikan pada gambar berikut.

Gambar 2.2Alur Program Pekerjaan

Pelaporan Kerangka TAHAP KEGIATAN Pelaksanaan Survey Kompilasi Data Analisis Awal Analisis Tatralok

Analisis Teknis Analisis Normatif Analisis Wilayah

Penyusunan Kebijakan

Focus Group Discussion Finalisasi Studi Persiapan dan Mobilisasi Koordinasi dan Mobilisasi Tim

Penajaman Metode dan Rencana Kerja

Penyiapan Peta Dasar

Pengumpulan Data Awal

Kajian Literatur

Penyiapan Perangkat Survey

Tinjau Ulang Jaringan Transportasi Propinsi dan Kabupaten/Kota

Inventarisasi Rencana Umum dan Teknis Pengembangan Perhubungan

Inventarisasi Sistem Perencanaan Pengembangan Perhubungan

Identifikasi Kebijakan Pengembangan Transportasi

Identifikasi Jaringan Pelayanan dan Jaringan Prasarana Transportasi Eksisting

Studi Terdahulu

Kebijakan-Kebijakan Nasional Khususnya MP3EI

Pola Kecenderungan: Dampak Ekonomi Pasar, Demografi yang Akan Datang

Lingkungan Strategis Kabupaten/Kota, Propinsi

Otonomi Daerah

Wujud Jaringan yang Diinginkan

Aspek Integrasi Antar Moda

 Kajian Terhadap RTRWK

 Analisa Bangkitan Tarikan

 Merumuskan Kebijakan Tatralok Kedepan

Tersusunnya Tatralok 6 Kota/Kabupaten Sulteng yang Mendukung Percepatan

Pembangunan ekonomi La po ra n Pe nd ah ulu an La po ra n An ta ra D ra ft La po ra n Ak hir La po ra n A kh ir Ta h a p P er si ap an Ta h a p S ur ve y da n P en g um p ul an D at a A na lis is Ta tr al ok Ta h a p A kh ir

(18)

Secara umum, tahapan pekerjaan Studi Sistranas Pada Tatralok di Propinsi Sulawesi Tengah

Dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi Koridor Ekonomi Sulawesi akan

terdiri atas tahapan penting, yaitu: a) Tahapan persiapan;

b) Tahap pengambilan di lapangan;

c) Tahap pengumpulan data dan informasi; d) Tahap FGD;

e) Tahap penyusunan laporan akhir.

Pada bagian-bagian selanjutnya akan dijelaskan secara mendalam rencana pelaksanaan kajian pada setiap tahapan yang disampaikan. Dalam tahapan tersebut.Diharapkan tahapan-tahapan ini dapat menghasilkan jawaban yang tepat bagi pelaksanaan kajian.

a) Tahap Persiapan

Kajian pustaka atau kajian literatur merupakan bagian penting dari studi ini, yang bertujuan untuk mengkaji studi-studi terdahulu yang dianggap relevan dengan topik bahasan studi ini. Pada dasarnya kajian literatur menghasilkan rangkuman mengenai kajian penelitian yang telah dilakukan, yang pada gilirannya dapat digunakan untuk mengembangkan teori atau pendekatan baru yang akan diterapkan dalam studi ini. Sumber-sumber penelitian ini didasari dari berbagai teori yang bersumber dari berbagai text book serta hasil-hasil penelitian yang diperoleh dari berbagai jurnal penelitian dalam bentukprint-out atau hasil unduhandariinternet.Kajian literatur ini akan mendukung teori, metodologi, serta data awal dan asumsi-asumsi yang dikembangkan dalam studi ini. Secara umum sumber-sumber tersebut terbagi menjadi tiga kelompok informasi, yaitu:

Text book; pada dasarnya merupakan sumber landasan teori yang menjadi acuan dari studi ini. Dari berbagai sumber literatur tersebut diperoleh berbagai acuan tentang teori perkiraan bangkitan perjalanan orang dan barang, perkiraan distribusi perjalanan, pemilihan moda, dan perencanaan trayek/rute operasi

Hasil Studi Sebelumnya; merupakan hasil-hasil studi yang telah dilakukan tentang penyusunan tatralok dan pengambilan kebijakan pada penyusunan sistranas, tatranas, dan

(19)

Statistik.

b) Persiapan Survey

Survei primer maupun sekunder dilakukan untuk mendapatkan data dan informasi yang belum dimiliki sebagai bahan atau input dari proses analisis yang akan dilakukan. Sebelum melakukan survei perlu dilakukan inventarisasi data dan informasi yang diperlukan pada proses analisis, sehingga survei dapat dilakukan lebih efektif dan efisien.

Pada tahap persiapan survei ini dilakukan penetapan metoda survei dan penyiapan SDM dan koordinasi. Penetapan metoda survei akan disesuaikan dengan jenis data yang akan didapatkan. SDM dan alat – alat survei akan disesuaikan dengan jenis data yang akan didapatkan. Sebagai gambaran awal, salah satu survei yang akan dilakukan adalah melakukan wawancara dengan instansi terkait yaitu Dinas Perhubungan Provinsi Sulawesi Tengah untuk mengetahui persepsinya tentang tingkat penyediaan, tingkat pelayanan dan tingkat kepuasan sarana perhubungan.

c) Persiapan Analisis

Tahap persiapan analisis dititikberatkan pada identifikasi dan perumusan masalah. Sehingga akan terbentuk pola pikir studi yang tepat dalam pengerjaan pekerjaan ini. Termasuk ke dalam persiapan proses analisis adalah:

1. Kajian terhadap Kebijakan Pemerintah yang relevan, antara lain:

 Undang – undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

 Undang – undang No. 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan

 Undang – undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran

 Undang – undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

 Undang – undang No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian

 Undang – undang No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan

 Undang – undang No. 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah

2. Kajian terhadap Kebijakan Nasional 

(20)

 Sislognas

 MP3EI 2011 – 2025

 MP3KI

 RPJM 2010 – 2015

 RPJM Provinsi Sulawesi Tengah 2010 – 2015

 RPJMD masing-masing Kabupaten/Kota (wilayah kajian)

3. Kajian terhadap Sinergitas Pusat, Wilayah dan Lokal

4. Kajian terhadap Permasalahan Transportasi Wilayah dan Lokal  Sinkronisasi MP3EI dengan Tatrawil serta Tatralok

 Sinkronisasi Sislognas dengan Tatrawil serta Tatralok

 Pola Pembiayaan KPS

Pada tahap persiapan analisis ini juga akan dipilih metoda yang sesuai untuk pemetaan potensi dan kendala, dan metoda penyusunan kebijakan.

d) Tahap Pengambilan di Lapangan/Survey

Tahap pengumpulan data dengan pelaksanaan survei, baik di Pusat (Jakarta) maupun di Daerah (1 Kota, 5 Kabupaten Provinsi Sulawesi Tengah). Sasaran dari pengumpulan data adalah mendapatkan bahan – bahan input untuk proses analisis yang akan dilakukan selanjutnya.Pengumpulan data dan informasi yang dibutuhkan meliputi data sekunder dan data primer. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi terkait maupun dari studi studi sebelumnya :

Tabel 2.1Kebutuhan Data Sekunder

No Jenis Data Sumber

1 Dokumen Perencanaan

- RTRW (Nasional, Pulau

Sulawesi, Propinsi Sulawesi

Tengah dan Propinsi

Perbatasan)

- RTRW Kota Palu, Kabupaten

Toli-Toli, Morowali, Banggai, Sigi, Donggala

- Kementerian Koordinator

Perekonomian

- Kementerian PU

- Kementerian Perhubungan

- Pemerintah Propinsi Sulawesi

Tenggara

- Pemerintah Daerah Kota Palu,

(21)

2 Data dan peta Jaringan

Transportasi Jalan SULTENG dan Kota Palu, Kabupaten Toli-Toli, Morowali, Banggai, Sigi, Donggala - Eksisting

- Rencana

- Dinas PU Prop SULTENG dan Kota Palu,

Kabupaten Toli-Toli, Morowali, Banggai, Sigi, Donggala

- Dinas Perhubungan Prop SULTENG

- Dinas Perhubungan Kota Palu,

Kabupaten Toli-Toli, Morowali, Banggai, Sigi, Donggala

3 Hasil O-D Nasional 2011 - Badan Litbang Kementerian

Perhubungan

4 Data Sosio Ekonomi - BPS Prop SULTENG dan Kota Palu,

Kabupaten Toli-Toli, Morowali, Banggai, Sigi, Donggala

5 Jaringan pelayanan & prasarana

transportasi Prop SULTENG dan Kota Palu, Kabupaten Toli-Toli, Morowali, Banggai, Sigi, Donggala (trayek, terminal,

dermaga/pelabuhan,bandara)

- DISHUB Prop SULTENG dan Kota Palu,

Kabupaten Toli-Toli, Morowali, Banggai, Sigi, Donggala

- Pengelola Pelabuhan

- Pengelola Bandara

6 Studi-studi terdahulu yang terkait - Dinas/Instansi terkait lainnya

Sumber : Hasil Analisis, 2013

Pada dasarnya survai lapangan dilakukan untuk melakukan verifikasi terhadap data yang diperoleh melalui survey data sekunder. Dari Kerangka Acuan Kerja dapat ditarik beberapa item data yang harus dikumpulkan konsultan melalui survey lapangan dalam pelaksanaan Studi Tinjau Ulang TATRAWIL Propinsi Sulawesi Tengah Dalam Mendukung Percepatan Pembangunan Ekonomi di Koridor IV Sulawesi ini, yaitu sebagai berikut:

Tabel 2.2Kebutuhan Data Primer

No Jenis Data Sumber

1 Data guna lahan Surveyland use

2 Data volume lalu lintas Surveytraffic counting

(22)

No Jenis Data Sumber

4 Data inventarisasi terminal,

dermaga/pelabuhan, bandara

Survey inventarisasiterminal, pelabuhan, bandara

5 Data bongkar muat barang Survey lokasibongkar muat

barang

6 Data kinerja terminal,

dermaga/pelabuhan, bandara

Surveyperformance terminal,

pelabuhan dan bandara

7 Data O-D (up date) Surveywawancara

8 Data persepsi regulator, operator dan

user terhadap pengembangan jaringan transportasi di Sulawesi Tengah

Surveywawancara

Sumber : Hasil Analisis, 2013

e) Tahap Pengolahan, Analisa dan Evaluasi/Kompilasi Data

Tahap kompilasi data merupakan proses mengumpulkan data berupa narasi, tabel dan peta yang akan dijadikan masukan (input) pada proses analisis. Data yang disajikan merupakan data terbaru yang didapat dari berbagai instansi terkait, terutama Kementerian Perhubungan, Dinas Perhubungan, Badan Pusat Statistik, dan Bakosurtanal.

Tahapan ini dilakukan setelah data-data primer serta sekunder mengenai kajian terkumpul dari lokasi-lokasi survey. Pelaksanaan tahap Pengolahan, Analisis dan Evaluasi akan dilakukan dengan dengan langkah-langkah berikut:

1. Pengelompokkan data dan informasi yang dikumpulkan

2. Tabulasi Data Kuesioner sesuai dengan metode analisa yang akan digunakan 3. Analisis dan Evaluasi Data berdasarkan masing-masing lokasi survey

4. Analisis data dengan software aplikasi yang sesuai

5. Identifikasi persoalan berdasarkan analisa yang telah dilakukan 6. Penyusunan Laporan Sementara/Draft Laporan Akhir

(23)

analisis dan pengambilan keputusan rekomendasi. Beberapa input yang diperlukan dalam Studi Sistranas Pada Tatralok di Propinsi Sulawesi Tengah Dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi Koridor Ekonomi Sulawesi ini meliputi :

1. Kondisi fisik wilayah, yang meliputi batas wilayah, luas wilayah, iklim, topografi, kondisi tanah dan batuan;

2. Kondisi sosial ekonomi wilayah yang meliputi: jumlah penduduk, pertumbuhan penduduk, tingkat pendidikan, penduduk usia produktif, tingkat PDRB dan PDRB perkapita, besaran ekspor dan impor, tingkat inflasi, komoditas andalan;

3. Kondisi transportasi, yang meliputi identifikasi jaringan sarana dan prasarana, jaringan pelayanan, moda unggulan serta identifikasi kinerja moda-moda transportasi di Provinsi Sulawesi Tengah yang terdiri atas moda transportasi jalan raya, jalan rel, moda transportasi udara serta moda transportasi air yang meliputi angkutan sungai dan penyeberangan (ASDP) dan angkutan laut.

4. Peraturan dan regulasi yang terkait, yang meliputi Undang-undang dan peraturan pelaksanaan di bawahnya yang berkaitan dengan transportasi dan MP3EI.

5. Kebijakan yang berkaitan dalam lingkup regional (misalnya RTRWP, Sistem Transportasi Wilayah/Regional); dan lingkup nasional (misalnya RTRWN, Sistem Transportasi Nasional).

g) Tahap Proses

Tahap proses merupakan tahap pengkajian dan analisis terhadap masukan yang diperoleh dari tahap sebelumnya, meliputi :

1. Identifikasi dan analisis awal isu-isu strategis yang terkait dengan kondisi fisik wilayah; kondisi sosial ekonomi; kondisi transportasi; dan rencana penataan tata ruang yang ada; 2. Analisis kelembagaan dan finansial mencakup peraturan perundang-undangan dan kepemilikan; pengusahaan jasa transportasi; koordinasi kelembagaan dan efisiensi; analisis pola pendanaan/pembiayaan;

3. Analisis penyediaan jaringan transportasi, mencakup identifikasi jaringan prasarana dan pelayanan transportasi antar zona dalam skala propinsi serta skala regional dan nasional terkait; analisis tingkat pelayanan/kinerja operasional; analisis kinerja biaya; analisis

(24)

keterpaduan antar dan intra moda serta pelayanan multimoda; analisis dampak pengoperasian sistem transportasi;

4. Analisis permintaan jasa transportasi, mencakup penentuan zona; bangkitan dan distribusi arus barang dan orang; analisis pola arus barang dan orang serta model pengembangan transportasi; pemilihan moda;

5. Identifikasi defisiensi transportasi di waktu yang akan datang, mencakup identifikasi defisiensi transportasi di waktu yang akan datang berdasarkan tingkat kinerja sasaran saat ini; pengaruh peningkatan operasional terhadap kebutuhan transportasi di waktu yang akan datang; pendefisian dan kriteria koridor kritis;

6. Analisis dan evaluasi alternatif koridor kritis, mencakup analisis pilihan jenis angkutan pada koridor kritis; permintaan lalu lintas terhadap jenis angkutan pada koridor kritis; penyusunan, analisis dan evaluasi perencanaan pada koridor kritis; serta peringkat koridor kritis.

7. Analisis dan evaluasi alternatif rencana dan program transportasi wilayah, mencakup penyusunan alternatif; modal split dan arus lalu lintas di waktu yang akan datang; dampak jangka panjang terhadap alternatif rencana pola arus lalu lintas; analisis komprehensif masing-masing alternatif; serta evaluasi alternatif rencana.

Tahap output sebagai tahap akhir studi merupakan tahap penyusunan rekomendasi yang terkait dengan rencana pengembangan jaringan sarana dan prasarana transportasi wilayah yang mencakup struktur jaringan, pelayanan transportasi, moda transportasi unggulan, serta

outlet wilayah yang akan digunakan bersama-sama dokumen RTRW Provinsi Sulawesi

Tengah dalam pengambilan kebijakan penentuan prioritas pembangunan dan pengembangan sarana-prasarana transportasi di tingkat wilayah Provinsi Sulawesi Tengah pada horizon waktu 20 tahun.

h) Focus Group Discussion

Diskusi yang melibatkan tim penyedia jasa, tim teknis pengguna jasa, dan para nara sumber yang disiapkan oleh pengguna jasa. Diskusi ini adalah suatu interaksi komunikasi antara tim teknis penguna jasa, tim penyedia jasa, dan para nara sumber.

(25)

daerah (Propinsi dan Kabupaten/Kota). Pada tahap ini dilakukan perumusan naskah akademis Tataran Transportasi Lokal1 Kota dan 5 Kabupaten di Provinsi Sulawesi Tengah yang berisikan tentang rumusan kebijakan Sistranas pada Tatralokdi Provinsi Sulawesi Tengah, landasan pengembangan jaringan transportasi lokal, pengembangan jaringan pelayanan transportasi, dan tahapan pengembangan jaringan transportasi lokal yang tersusun berdasarkan program pembangunan jangka pendek dan menengah.

Tahap finalisasi merupakan langkah terakhir yang dilakukan dalam rangka penyelesaian pekerjaan. Seperti dijelaskan sebelumnya, keluaran yang akan dihasilkan dalam pekerjaan ini adalah tersusunnya Dokumen hasil kajian tataran transportasi lokal di 1 Kota, 5 Kabupaten di Propinsi Sulawesi Tengah. Pelaksanaan tahap ini akan dilakukan dengan dengan langkah-langkah berikut:

1. Penyempurnaan Laporan Kemajuan

2. Penyesuaian hasil diskusi teknis dan hasil FGD 3. Penyusunan Laporan Akhir

(26)

BAB 3

GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

KABUPATEN DONGGALA

A. Letak Wilayah Studi

Kabupaten Donggala dengan wilayah seluas 5,275.69 kilometer2 secara geografis

terletak di antara 0º30” LU dan 2º20” LS, dan 119º45” -121º45” BT persegi terbagi menjadi 16 kecamatan dimana Kecamatan Rio Pakava merupakan kecamatan terluas (872,16 km2) sedangkan kecamatan dengan luas wilayah terkecil adalah Kecamatan Banawa Tengah yang hanya memiliki luas 74,64 km2.Pada Tabel 3.1 berikut ini ditampilkan luas wilayah kecamatan di Kabupaten Donggala beserta jumlah kekelurahan/desa pada tiap kecamatan.

Gambar 3.22Peta Administrasi Kabupaten Donggala

Kondisi topografis Kabupaten Donggala sangat bervariasi dengan kelerengan yang beragam. Puncak tertinggi pada kawasan tenggara kabupaten dengan ketinggian di atas

(27)

besar merupakan daerah pegunungan dan perbukitan.

Tabel 3.1Luas Wilayah Kecamatan di Kabupaten Doggala Beserta Jumlah Kelurahan

No. Kecamatan Luas Wilayah

(Km2) Persentase Jumlah Kelurahan / Desa 1 Rio Pakava 872,16 16,53% 14 2 Pinembani 402,61 7,63% 6 3 Banawa 99,04 1,88% 14 4 Banawa Selatan 430,67 8,16% 15 5 Banawa Tengah 74,64 1,41% 7 6 Labuan 126,01 2,39% 6 7 Tanantovea 302,64 5,74% 8 8 Sindue 177,19 3,36% 12 9 Sindue Tombusabura 211,55 4,01% 5 10 Sindue Tobato 211,92 4,02% 5 11 Sirenje 286,94 5,44% 13 12 Balaesang 314,23 5,96% 10 13 Balaesang Tanjung 188,85 3,58% 8 14 Damsol 732,76 13,89% 12 15 Sojol 705,41 13,37% 9 16 Sojol Utara 139,07 2,64% 4

(28)

Kabupaten Donggala dengan luas wilayah 5.275,69 km2 mempunyai batas wilayah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kabupaten Toli-Toli

Sebelah Selatan : Kabupaten Sigi, Kota Palu, dan wilayah Propinsi Sulawesi Barat

Sebelah Barat : Selat Makassar dan Wilayah Provinsi Sulawesi Barat

Sebelah Timur : Kabupaten Parigi Moutong dan Kabupaten Sigi

B. Kependudukan

Penduduk Kabupaten Donggala mengalami peningkatan dari tahun 2010 ke tahun 2012 mencapai 307.903 jiwa. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, maka tingkat kepadatan penduduk juga mengalami peningkatan. Hingga akhir Tahun 2012 kepadatan penduduk rata-rata mencapai 86,4 jiwa/km², dengan luas wilayah Kabupaten Donggala 5.275,69 km².

Bila dilihat penyebaran penduduk pada tingkat kecamatan, ternyata Kecamatan Banawa merupakan wilayah dengan kepadatan tertinggi yaitu 358 jiwa/km², hal ini dikarena Kecamatan Banawa adalah merupakan Ibukota Kabupaten Donggala, sedangkan Kecamatan Pinembani merupakan wilayah yang tingkat kepadatan penduduknya masih rendah yaitu sebanyak 16,3 jiwa/km².

Komposisi atau struktur umur penduduk di Kabupaten Donggala menunjukkan bahwa terdapat 35,78 persen penduduk masih berusia dibawah 15 tahun, hal ini menunjukkan bahwa penduduk Kabupaten Donggala masih tergolong penduduk muda. Dengan melihat perbandingan jumlah penduduk yang berusia nonproduktif dengan penduduk usia produktif dapat diketahui besarnya angka rasio ketergantungan pada Tahun 2010 yaitu sebesar 65. Artinya bahwa setiap 100 orang penduduk usia produktif (15-64 tahun) menanggung sebanyak 65 orang penduduk usia tidak produktif ( 0-14 tahun dan 65 tahun keatas).

Komposisi atau struktur umur penduduk di Kabupaten Donggala menunjukkan bahwa terdapat 35,78 persen penduduk masih berusia dibawah 15 tahun, hal ini menunjukkan bahwa penduduk Kabupaten Donggala masih tergolong penduduk muda. Dengan

(29)

sebanyak 65 orang penduduk usia tidak produktif ( 0-14 tahun dan 65 tahun keatas). Pada Tabel 3.2 berikut ditampilkan data kependudukan Kabupaten Donggala.

Tabel 3.2Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Kabupaten Donggala

No Kecamatan Luas Wilayah (Km2) Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 1 RioPakawa 872,16 21530 21975 22353 22593 24603 2 Pinembani 402,61 5752 5872 5973 6037 6574 3 Banawa 99,04 31032 31674 32218 32564 35461 4 BanawaSelatan 430,67 22946 23421 23823 24079 26221 5 BanawaTengah 74,64 9762 9964 10135 10244 11155 6 Labuan 126,01 12908 13175 13402 13546 14751 7 Tanantovea 302,64 14714 15019 15277 15441 16814 8 Sindue 177,19 17868 18238 18552 18751 20419 9 SindueTombusabora 211,55 10970 11197 11390 11512 12536 10 SindueTobata 211,92 8504 8680 8829 8924 9718 11 Sirenja 286,94 19584 19989 20333 20551 22379 12 Balaesang 314,23 22094 22551 22939 23185 25247 13 BalaesangTanjung 188,85 10030 10238 10414 10526 11462 14 Damsol 732,76 28046 28626 29119 29431 32049 15 Sojol 705,41 24635 25145 25578 25852 28152 16 SojolUtara 139,07 9068 9256 9415 9516 10362 Total 5275,69 269443 275020 279750 282752 307903

(30)

Berdasarkan data penduduk menurut lapangan pekerjaan Kabupaten Donggala lapangan pekerjaan yang dominan dilakukan oleh masyarakat yaitu pertanian dan jasa. Ini dapat dilihat dari jumlah orang yang berpenghasilan dari pertanian yaitu sebanyak 72.613 jiwa dan jasa sebanyak 39.778 jiwa.

Sebagai salah satu daerah penerima transmigrasi yang sangat potensial di Sulawesi Tengah, Pemerintah Daerah Kabupaten Donggala hingga Tahun 2011 telah menempatkan sebanyak 6.988 Kepala Keluarga (KK) atau 28.274 jiwa transmigran. Jumlah tersebut terdiri dari 6.633 KK (26.907Jiwa) Transmigran Umum dan 355 KK (1.367 Jiwa) Transmigran Swakarsa.

C. PDRB Wilayah Studi

Produk Domestik Regional Regional Bruto Kabupaten Donggala tahun 2011 berdasarkan harga berlaku sebesar 4.409.504 juta rupiah. Nilai ini mengalami peningkatan 21% dibandingkan tahun sebelumnya, yang hanya sebesar 3.649.466 juta rupiah.

Demikian pula terjadi peningkatan yang signifikan pada produk domestic regional bruto riil yang mencapai 1.837.951 juta rupiah dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 1.694.424 juta rupiah. Dengan demikian secara umum PDRB Kabupaten Donggala tahun 2012 baik atas dasar harga berlaku maupun konstan mengalami peningkatan yang cukup signifikan.

PDRB menurut sektor ekonomi yang paling besar kontribusinya dalam perekonomian di Kabupaten Donggala berasal dari sektor pertanian, yang mencapai 39,14%. Peranan terbesar kedua pada sektor jasa-jasa yaitu sebesar 20,04%. Sedangkan peranan terbesar ketiga pada sektor perdagangan, hotel,dan restoran, yang mencapai 13,35%.

(31)

No Sektor Usaha / Lapangan Usaha Tahun ( Rp. Jutaan) 2007 2008 2009 2010 2011 1 Pertanian 997.190 1.254.783 1.405.947 1.509.815 1.912.982

2 Pertambangan dan Penggalian

87.716 97.899 119.602 153.715 168.271

3 Industri Pengolahan

108.806 129.488 151.614 176.464 208.730

4 Listrik, Gas dan Air Bersih

6.614 7.641 9.252 10.986 12.689

5 Bangunan

61.863 186.986 21.769 26.015 118.675

6 Perdagangan, Hotel dan

Restoran 315.108 387.704 437.934 495.805 604.495

7 Angkutan dan Komunikasi

153.332 180.713 210.732 254.316 294.147

8 Keuangan, Sewa & Jasa

Perusahaan 50.511 59.553 69.298 83.888 96.899

9 Jasa

421.351 494.121 577.113 704.327 808.307

TOTAL

2.298.565 2.798.887 3.199.182 3.649.466 4.409.504 Sumber: Kabupaten Donggala Dalam Angka 2012, BPS

(32)

Tabel 3.4Karateristik Sosial dan Ekonomi Wilayah Kabupaten Donggala

Sumber: Kabupaten Donggala Dalam Angka 2012, BPS D. Kondisi Tata Guna Lahan Daerah Studi

Berdasarkan data Hasil perhitungan peta penggunaan lahan, dari luas keseluruhan daratan Kabupaten Donggala 527.569,00 Ha (5.275,69 Km2); 1,23 persen merupakan lahan untuk permukiman, pertambangan 0,12 persen, pertanian yang terbagi atas lahan basah, 2,66 persen, lahan kering 21,14 persen, perkebunan 13,45 persen, dan sebagian besar yaitu 61,36 persen berupa hutan, padang rumput, sungai dan danau.

Tabel 3.5.Luas lahan berdasarkan jenis penggunaannya di Kabupaten Donggala

Jenis Penggunaan Lahan Luas penggunaan

lahan (Ha) Persentase (%) Permukiman 6.480,00 1,23 Pertambangan 650,00 0,12 Perikanan/Tambak 222,60 0,04

Pertanian lahan basah 14.055,00 2,66

Pertanian lahan kering 111.505,62 21,14

Perkebunan 70.942,89 13,45

KSA, KPA, Hutan Lindung, Hutan

Produksi dan Hutan Konversi 323.712,89 61,36

Jumlah 527.569,00 100,00

Sumber : RPJMD Kabupaten Donggala 2009-2013

No. Karakteristik Sosial Ekonomi Kabupaten Donggala

1 Jumlah Penduduk (Jiwa) 307.903

2 PDRB ADHB(Juta Rp) 4.409.504

3 PDRB Perkapita (Rp) 15.594.953

4 Sektor Ekonomi Yang Paling Berpengaruh Pertanian (38,62%); Jasa-jasa

(18,65%)

(33)

bahan galian non logam dan logam. Batuan yang menyusun Kabupaten Donggala terdiri baik dari batuan induk dari batuan beku, sedimen dan metamorf maupun rombakan batuan asal yang tersebar luas hampir di seluruh Kabupaten Donggala. Material hasil rombakan ini yang nantinya menjadi primadona dan sumber Pendapaan Asli Daerah (PAD) bagi kabupaten Donggala dalam menunjang kelangsungan perekonomian. Potensi sumber daya mineral yang terdapat kabupaten Donggala adalah emas, niji besi, tembaga, batu bara, dan berbagai mavam potensi sumber daya mineral lainnya.

(34)

Tabel 3.6Potensi Sumber Daya Mineral Kabupaten Donggala.

No Jenis Sumber

Daya Deposit Lokasi Keterangan

1 Emas 5.000 ha Kec. Balaesang Tanjung Tahap Eksplorasi PT. DRK

16.262 ha Kec. Labuan Tahap Eksplorasi PT. WMN

10.008 ha Kec. Balaesang Tahap Eksplorasi PT. BMS

11.000 ha Kec. Sirenja Tahap Eksplorasi PT. BMS

6.229 ha Kec. Damsol Bahan Bakar Fosil Sumber

Energi Panas

9.357 ha Kec. Banawa Tahap Eksplorasi PT. BAS

42.229 ha Kec. Rio Pakava Tahap Eksplorasi PT. BMS

2 Biji Besi 11.022 ha Kec. Sojol

3.005 ha Kec. Damsol

4.642 ha Kec. Sindue

1.142 ha Kec. Tombusabora

5.953 ha Kec. Banawa Tengah

3 Tembaga 4.623 ha Kec. Tanantovea

4.966 ha Kec. Pinembani

4.966 ha Kec. Pinembani

4 Batu Bara 0,331 juta m3 Kec. Sindue s/d Kec.

Tobato

5 Gabro

(Gabbro) 1.000 ha

Kec. Damsol Lembah Mukti

4.966 ha Kec. Pinembani

6 Granit 12,31 milyar m3 Kec. Sojol & Sojol Utara

8,43 milyar m3 Kec. Balaesang

2,40 m3 Kec. Sirenje

(35)

8 Diorit & Adesit 30 ha Kec. Tanantovea

120 ha Kec. Labuan

500 ha Kec. Banawa

50 ha Kec. Sindue

25 ha Kec. Sin Tobata

40 ha Kec. Tombusabor

75 ha Kec. Sirenja

9 Lampung dan

Tanah Liat 5,10 juta m3 Kec. Banawa

(36)

BAB IV

KONDISI EKSISITING WILAYAH STUDI

KABUPATEN DONGGALA

A. TRANSPORTASI DARAT 1. Jaringan Prasarana Jalan

Kabupaten Donggala memiliki panjang jalan sepanjang 871,40 km yang terbagi di beberapa kecamatan. Total panjang jalan pada Kecamatan Banawa sebesar 107,54 km, untuk Kecamatan Banawa Tengah sebesar 43,30 km, untuk Kecamatan Banawa Selatan sebesar 137,90 km, untuk Kecamatan Rio Pakava sebesar 46 km, untuk Kecamatan Pinembani sebesar 62 km, untuk Kecamatan Tanatovea sebesar 48,90 km, untuk Kecamatan Labuan sebesar 23,37 km, untuk Kecamatan Sindue sebesar 34,42 km, untuk Kecamatan Sindue Tambusabora sebesar 33,20 km, untuk Kecamatan Sindue Tobata sebesar 31 km, untuk Kecamatan Sirenja sebesar 110,05 km, untuk Kecamatan Balaesang sebesar 93,65 km, untuk Kecamatan Balaesang Tanjung sebesar 44,20 km, untuk Kecamatan Dampelas sebesar 98,80 km, untuk Kecamatan Sojol sebesar 78,95 km, untuk Kecamatan Sojol Utara sebesar 22 km. Rincian nama jalan yang berada pada Kabupaten Donggala dengan panjang jalan dari tiap-tiap jalan tersebut dapat dilihar pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.1Nama jalan dan Panjang Jalan di Kabupaten Donggala

No NAMA RUAS JALAN / JEMBATAN PANJANG

(Km)

1 2 3

1 KABONGA BESAR - SALUBOMBA 14,00

2 BONEOGE - PUSAT LAUT 3,00

(37)

1 2 3

4 LOLI TASIBURI - AIR TERJUN 1,50

5 LOLI INDAH - PERMANDIAN 1,50

6 GANTI - BONE OGE 6,00

7 DUSUN IV GANTI - TG.KARANG 2,30

8 GANTI KABUTI - BATU PUTIH 3,00

9 KABONGA BESAR - TEMPAT PEMBUANGAN SAMPAH (TPA) 3,00

10 TOSALE - DUSUN KANGANDO 1,80

11 GANTI - DUSUN LAPALOANG 2,00

12 LOLI PESUWA - POWELUA 8,50

13 LIMBORO - PUSAT LAUT 4,80

14 LIMBORO - BAMBARIMI 17,80

15 TOWALE - BONEOGE 10,50

16 LEMBASADA - BAMBARIMI 5,60

17 POWELUA - INTAKE AIR BERSIH 3,50

18 LIMBORO PUSAT LAUT - DUSUN AVUMPAE 1,10

19 SP.LEMBASADA - TANAMEA 2,00 20 BAMBARIMI - SALUMPAKU 8,60 21 BAMBARIMI - PERKEBUNAN 3,30 22 LALOMBI - SALUMPAKU 6,70 23 LALOMBI I - SALUMPAKU I 2,50 24 WATATU - TANAMPULU 8,90

25 SP. WATATU - SURUMANA BARU 2,00

26 WATATU - MBUWU 3,30

27 MBUWU - ONGULARA 7,00

(38)

No NAMA RUAS JALAN / JEMBATAN PANJANG (Km) 1 2 3 29 ONGULARA - GIMPUBIA 37,00 30 SP. TANAMPULU - LALUNDU 86,60 31 TAIPA - BALE 6,20 32 PANTOLOAN - WOMBO 4,20 33 KINTALAWE - LIKU 2,00 34 WANI - LANTA 5,50 35 WANI - LIMOYONG 4,00 36 WANI II - WANI I 3,00 37 WANI II - LELEA 3,00

38 WOMBO - AIR TERJUN 11,00

39 LABUAN - DALAKA 10,40

40 LABUAN - POL. AIRUD 0,40

41 LABUAN TOPOSO - SIMOO 2,50

42 LAIBA - DUSUN TARABU 2,80

43 TOAYA - TARIPA 6,60

44 SUMARI - APE 2,80

45 SUMARI - KUMBASA 3,30

46 MASAINGI - APE SALOYA 11,00

47 ENU - P K M T 2,30

48 TIBO - SALOYA 10,80

49 SP. SALOYA - TOKESALE 1,70

50 SALOYA - DUSUN PALAYUA 4,00

51 BATUSUYA - TAMARENJA 9,70

(39)

1 2 3 54 OTI - PKMT SIPESO 4,50 55 SIKARA - PKMT 3,00 56 SP. OMBO - PITULEMPA 7,00 57 OMBO - SIOTI 5,00 58 TONDO - JONO 2,50 59 SP. TONDO - SAO 2,60 60 BALINTUMA - DOMPU 2,50 61 TG. PADANG - OMBO 13,45 62 TOMPE - SIBADO 3,00 63 SIBADO - SIPI 2,50 64 SP. LENDE - LOMBONGA/LOBU 6,00 65 SIOTI - PITULEMPA 3,00

66 TANJUNG PADANG - KOTA 3,00

67 DAMPAL - JONO 2,50

68 BALINTUMA - SIPI 2,00

69 OMBO - PURA PERKEBUNAN 18,00

70 SIPI - PURA PERKEBUNAN 14,00

71 LENDE - AIR TERJUN GUMBASA 15,00

72 UWELENTE - AIR PANAS 5,00

73 BOSA - LOMBONGA 1,20 74 LABEAN - MAPAGA 2,00 75 LABEAN - MANIMBAYA 47,00 76 KAMONJI - LOMBONGA 39,20 77 SINJALIANG - MAPAGA 5,00 78 MELI - IRIGASI 1,80

(40)

No NAMA RUAS JALAN / JEMBATAN PANJANG (Km)

1 2 3

79 SIWELI - PERKEBUNAN 4,00

80 TAMBU - KAMPUNG BARU 1,90

81 SIBAYU - SIOYONG 17,30

82 SP.SIBAYU - PKMT 2,50

83 SIBOALONG - DUSUN II 3,00

84 Sp. LABEAN MAPAGA - SP. LABEAN MANIMBAYA 1,00

85 LABEAN - DUSUN II (PKK) 1,50

86 MELI - DUSUN IV DAN VI 3,00

87 MELI - DUSUN III ABO 0,30

88 LOMBONGA - SINJALIANG 3,00

89 SP. SIOYONG - PEMUKIMAN / DUSUN III 2,50

90 KAMBAYANG - SABANG 20,00

91 LONG - LEMBAH MUKTI 9,80

92 LAMBONANG - UNIT I MALONAS 9,00

93 RERANG - SIRAURANG 4,00

94 MALONAS I - MALONAS III 6,00

95 BINA MUKTI - RERANG 6,00

96 SABANG - DUSUN I 2,00

97 KARYA MUKTI - DUSUN IV 4,00

98 TALAGA DUSUN I - DUSUN IV 4,00

99 PONGGERANG - DUSUN IV 8,50

100 PARISAN AGUNG - BUDI MUKTI 6,00

101 PANII - KARYAMUKTI 16,00

(41)

1 2 3

104 OU - PANGALASIANG 2,80

105 BABATONA - PEMUKIMAN TRANS 21,00

106 SP. OU PKMT - MALAGA 10,70

107 BALUKANG - DUSUN III PONJU 5,00

108 SIBOANG - DUSUN I 5,00

109 BOU DUSUN I - DUSUN II 4,00

110 TONGGOLOBIBI - PELABUHAN 1,50

111 TONGGOLOBIBI - DUSUN TAIPA 2,50

112 TONGGOLOBIBI - BUKIT HARAPAN 8,00

113 BALUKANG - MTS DDI 1,00

114 SIBOANG - DUSUN MAROS 8,25

115 OGOAMAS - BENGKOLI 6,00

116 OGOAMAS I - LABULAN 3,00

117 LENJU - DUSUN I - II 5,00

118 OGOAMAS II - DUSUN MANUBA 5,00

119 POLANTO JAYA - MINTI MAKMUR 12,00

120 LALUNDU KAMPUNG - LALUNDU IV 8,00

121 LALUNDU - TINAUKA 8,00

122 LALUNDU - TOVIORA 8,00

JUMLAH 871,40

Kabupaten Donggala pada Tahun 2011 memiliki ruas jalan yang di aspal sepanjang 714,64 km yang terdiri dari Jalan Negara 320,02, Jalan Propinsi 7,89 dan Jalan Kabupaten 386,73 km. Jalan di Kabupaten Donggala sepanjang 1.343,22 km, kondisinya yang ada sekarang ini sebagian sudah rusak dan rusak berat yaitu 195,57

(42)

km rusak dan 253,91 km rusak berat, sedangkan yang baik sepanjang 344,88 km dan yang kondisinya sedang 139,06 km, yang memprihatikan adalah jalan sepanjang 198,81 km belum tembus. Selain keadaan kondisi akan jalan yang ada di Kabupaten tersebut diamana keadaan perkerasan akan jalan di Kabupaten Donggala juga Sebagian besar masih berupa kerikil, Tanah dan bahkan masih ada yang belum terinci. Keadaan kedua kondisi tersebut dapat dilihat pada tabel 4.44 berikut ini:

Tabel 4.2Keadaan Kondisi Jalan

Negara Propinsi Kabupaten Jumlah

Baik 249,12 2,4 204,36 455,88 Sedang 67,1 2 69,96 139,06 Rusak 2,4 3,49 289,68 295,57 Rusak Berat 1,4 0 252,51 253,91 Belum Tembus 0 0 198,81 198,81 Total 1343,23

Pada tabel diatas dapat diketahui bahwa panjang jalan dengan kondisi baik sepanjang 455,88 km, untuk jalan dengan kondisi sedang sepanjang 139,06, untuk jalan dengan kondisi rusak sepanjang 295,57 km, untuk jalan dengan kondisi rusak berat sepanjang 253,91 dan untuk jalan dengan kondisi belum tembus atau belum memiliki akses sepanjang 198,81 km.

(43)

Diaspal 320,02 7,89 386,73 714,64

Kerikil 0 0 239,39 239,39

Tanah 0 0 220,93 220,93

Tidak dirinci 0 0 168,26 168,26

Total 1343,22

pada tabel diatas dapat diketahui panjang jalan dengan kondisi di aspal sepanjang 714,64 km, untuk panjang jalan dengan kondisi kerikil sepanjang 239,39, untuk panjang jalan dengan kondisi jalan tanah sepanjang 220,93 km, dan untuk kondisi jalan dengan kondisi tidak dirinci sepanjang 168,26 km.

(44)

Berikut merupakan beberapa gambar dari jalan yang ada pada Kabupaten Donggala :

(45)

jalan yang terdapat di Kabupaten Donggala : a. Jalan Petalolo

Gambar 4.2Grafik Volume Lalu Lintas Pada Ruas Jalan Petalolo (Arah Donggala ke arah Trans Sulawesi dan Sebaliknya)

Darigambar 4.41di atas, dapat dilihat bahwa untuk volume lalu lintas Jl. Petalolo di Kab. Donggala, pada arah dari Kab. Donggala menuju ke arah Jl. Trans Sulawesi, volume lalu lintas terbesar adalah antara pukul 07.00-08.00. Sedangkan pada arah dari Jl. Trans Sulawesi menuju ke Kab. Donggalavolume lalu lintas terbesar adalah antara pukul 16.00-17.00. Volume lalu lintas per jam pada jam puncak di Jl. Petalolo dapat dilihat padaTabel 4.46 dan Tabel 4.47berikut.

Tabel 4.4Volume Lalu Lintas Per Jam (smp/jam) Pada Jam Puncak Di Jl. Petalolo (arah dari Kab. Donggala menuju ke arah Jl. Trans Sulawesi)

No.

Waktu

Pengamatan MC LV HV Total

(46)

No. Waktu Pengamatan MC LV HV Total 2 08.00-09.00 48 19 1 68 3 11.00-12.00 30 24 7 60 4 12.00-13.00 24 19 5 49 5 15.00-16.00 35 23 7 65 6 16.00-17.00 36 20 5 61

Sumber : Hasil Analisis Data, 2012

Volume kendaraan tertinggi dalam satuan smp/jam pada ruas Jalan Petalolo arah dari Kabupaten Dongggala menuju Jl. Trans Sulawesi terdapat pada jam 07.00-08.00 sebesar 113 smp/jam.

Tabel 4.5Volume Lalu Lintas Per Jam (smp/jam) Pada Jam Puncak Di Jl. Petalolo (arah dari Jl. Trans Sulawesi menuju ke Kab. Donggala)

No. Waktu Pengamatan MC LV HV Total 1 07.00-08.00 61 39 7 106 2 08.00-09.00 48 25 0 73 3 11.00-12.00 41 29 7 76 4 12.00-13.00 40 26 0 66 5 15.00-16.00 34 45 10 89 6 16.00-17.00 50 61 13 124

(47)

b. Jalan Trans Sulawesi (Tambu)

Gambar 4.3Grafik Volume Lalu Lintas Pada Ruas Jalan Trans Sulawesi (Arah Palu ke arah Donggala dan Sebaliknya)

Darigambar 4.42di atas, dapat dilihat bahwa untuk volume lalu lintas Jl. Trans Sulawesi (Tambu) di Kab. Donggala, pada arah dari Palu menuju ke arah Donggala, volume lalu lintas terbesar adalah antara pukul 08.00-09.00. Sedangkan pada arah dari Kab. Donggala menuju ke Palu volume lalu lintas terbesar adalah antara pukul 07.00-08.00. Volume lalu lintas per jam pada jam puncak di Jl. Trans Sulawesi (Tambu) dapat dilihat padaTabel 4.48 dan Tabel 4.49berikut.

(48)

Tabel 4.6Volume Lalu Lintas Per Jam (smp/jam) Pada Jam Puncak Di Jl. Trans Sulawesi (arah dari Palu menuju ke arah Donggala)

No. Waktu Pengamatan MC LV HV Total 1 07.00-08.00 134 69 27 230 2 08.00-09.00 154 69 16 239 3 11.00-12.00 139 52 18 209 4 12.00-13.00 154 39 13 206 5 15.00-16.00 126 40 13 179 6 16.00-17.00 147 49 10 207

Sumber : Hasil Analisis Data, 2012

Volume kendaraan tertinggi dalam satuan smp/jam pada ruas Jalan Trans Sulawesi arah dari Arah Palu menuju Arah Donggala terdapat pada jam 08.00-09.00 sebesar 239 smp/jam.

Tabel 4.7Volume Lalu Lintas Per Jam (smp/jam) Pada Jam Puncak Di Jl. Trans Sulawesi (arah dari Kab. Donggala menuju ke Palu)

No. Waktu Pengamatan MC LV HV Total 1 07.00-08.00 159 99 25 283 2 08.00-09.00 150 79 13 242 3 11.00-12.00 150 46 26 222 4 12.00-13.00 168 49 12 229

(49)

5 15.00-16.00 131 47 13 191

6 16.00-17.00 139 39 9 187

Sumber : Hasil Analisis Data, 2012

Volume kendaraan tertinggi dalam satuan smp/jam pada ruas Jalan Trans Sulawesi arah dari Arah Donggala menuju Arah Palu terdapat pada jam 07.00-08.00 sebesar 283 smp/jam.

c. Jalan Jati

Gambar 4.4Grafik Volume Lalu Lintas Pada Ruas Jalan Jati (Arah Perkantoran ke arah Jati dan Sebaliknya)

Darigambar 4.43di atas, dapat dilihat bahwa untuk volume lalu lintas Jl. Jati di Kab. Donggala, pada arah perkantoran menuju ke arah jati, volume lalu lintas terbesar adalah antara pukul 12.00-13.00. Sedangkan pada arah dari Jati menuju ke Perkantoranvolume lalu lintas terbesar adalah antara pukul 12.00-13.00. Volume lalu lintas per jam pada jam puncak di Jl. Jati dapat dilihat padaTabel 4.50 dan Tabel 4.51berikut.

(50)

Tabel 4.8Volume Lalu Lintas Per Jam (smp/jam) Pada Jam Puncak Di Jl. Jati (arah perkantoran menuju ke arah jati)

No. Waktu Pengamatan MC LV HV Total 1 07.00-08.00 178 63 0 241 2 08.00-09.00 160 38 3 200 3 11.00-12.00 218 75 3 296 4 12.00-13.00 219 160 1 380 5 15.00-16.00 82 32 0 114 6 16.00-17.00 71 29 0 100

Sumber : Hasil Analisis Data, 2012

Volume kendaraan tertinggi dalam satuan smp/jam pada ruas Jalan Jati arah dari Arah Perkantoran menuju Arah Jati terdapat pada jam 12.00-13.00 sebesar 380 smp/jam.

Tabel 4.9Volume Lalu Lintas Per Jam (smp/jam) Pada Jam Puncak Di Jl. Jati (arah dari Jati menuju ke Perkantoran)

No. Waktu Pengamatan MC LV HV Total 1 07.00-08.00 194 69 0 263 2 08.00-09.00 151 64 7 221 3 11.00-12.00 214 92 3 309 4 12.00-13.00 250 163 3 415

(51)

5 15.00-16.00 54 26 0 80

6 16.00-17.00 63 24 0 87

Sumber : Hasil Analisis Data, 2012

Volume kendaraan tertinggi dalam satuan smp/jam pada ruas Jalan Jati arah dari Arah Jati menuju Arah Perkantoran terdapat pada jam 12.00-13.00 sebesar 415 smp/jam.

d. Jalan Trans Donggala – Palu

Gambar 4.5Grafik Volume Lalu Lintas Pada Ruas Jalan Trans Donggala-Palu (Arah Kab. Donggala ke Palu dan Sebaliknya)

Darigambar 4.44di atas, dapat dilihat bahwa untuk volume lalu lintas Jl. Trans Donggala-Paludi Kab. Donggala, pada arah Kab. Donggalamenuju ke arah Kota Palu, volume lalu lintas terbesar adalah antara pukul 16.00-17.00. Sedangkan pada arah dari Palu menuju ke Kab. Donggalavolume lalu lintas terbesar adalah antara pukul 16.00-17.00. Volume lalu lintas per jam pada jam puncak di Jl. Trans Donggala-Palu dapat dilihat padaTabel 4.52 dan Tabel 4.53berikut.

(52)

Tabel 4.10Volume Lalu Lintas Per Jam (smp/jam) Pada Jam Puncak Di Jl. Trans Donggala-Palu(arah Kab. Donggalamenuju ke arah Kota Palu)

No. Waktu Pengamatan MC LV HV Total 1 07.00-08.00 165 238 104 507 2 08.00-09.00 148 148 88 385 3 11.00-12.00 125 121 125 371 4 12.00-13.00 134 138 78 350 5 15.00-16.00 165 172 113 450 6 16.00-17.00 158 204 160 522

Sumber : Hasil Analisis Data, 2012

Volume kendaraan tertinggi dalam satuan smp/jam pada ruas Jalan Trans Donggala - Palu arah dari Arah Donggala menuju Arah Palu terdapat pada jam 16.00-17.00 sebesar 522 smp/jam.

Tabel 4.11Volume Lalu Lintas Per Jam (smp/jam) Pada Jam Puncak Di Jl. Trans Donggala-Palu (arah dari Palu menuju ke Kab. Donggala)

No. Waktu Pengamatan MC LV HV Total 1 07.00-08.00 150 157 99 406 2 08.00-09.00 148 162 79 389 3 11.00-12.00 126 146 83 355

(53)

4 12.00-13.00 132 118 87 338

5 15.00-16.00 150 142 69 361

6 16.00-17.00 147 180 142 469

Sumber : Hasil Analisis Data, 2012

Volume kendaraan tertinggi dalam satuan smp/jam pada ruas Jalan Trans Donggala - Palu arah dari Arah Palu menuju Arah Donggala terdapat pada jam 16.00-17.00 sebesar 469 smp/jam.

e. Jalan Thamrin

Gambar 4.6Grafik Volume Lalu Lintas Pada Ruas Jalan Thamrin (Arah Trans Donggala-palu ke Palu dan Sebaliknya)

Dari gambar 4.45 di atas, dapat dilihat bahwa untuk volume lalu lintas Jl. Thamrindi Kab. Donggala, pada arah Jl. Trans Donggala-palumenuju ke arah Donggala, volume lalu lintas terbesar adalah antara pukul 07.00-08.00. Sedangkan pada arah dari Donggala menuju ke Jl. Trans Donggala-paluvolume lalu lintas

(54)

terbesar adalah antara pukul 15.00-16.00. Volume lalu lintas per jam pada jam puncak di Jl. Thamrin dapat dilihat padaTabel 4.54 dan Tabel 4.55berikut.

Tabel 4.12Volume Lalu Lintas Per Jam (smp/jam) Pada Jam Puncak Di Jl. Thamrin (arah Jl. Trans Donggala-palumenuju ke arah Donggala)

No. Waktu Pengamatan MC LV HV Total 1 07.00-08.00 34 23 7 63 2 08.00-09.00 29 16 8 53 3 11.00-12.00 30 16 5 51 4 12.00-13.00 31 21 7 59 5 15.00-16.00 24 16 1 41 6 16.00-17.00 20 24 8 51

Sumber : Hasil Analisis Data, 2012

Volume kendaraan tertinggi dalam satuan smp/jam pada ruas Jalan Thamrin dari Jl. Trans Donggala - Palu menuju Arah Donggala terdapat pada jam 07.00-08.00 sebesar 63 smp/jam.

Tabel 4.13Volume Lalu Lintas Per Jam (smp/jam) Pada Jam Puncak Di Jl. Thamrin (arah dari Donggala menuju ke Jl. Trans Donggala-palu)

No.

Waktu

Pengamatan MC LV HV Total

1 07.00-08.00 29 28 1 59

(55)

3 11.00-12.00 30 20 5 56

4 12.00-13.00 29 24 5 58

5 15.00-16.00 62 15 3 80

6 16.00-17.00 40 20 1 61

Sumber : Hasil Analisis Data, 2012

Volume kendaraan tertinggi dalam satuan smp/jam pada ruas Jalan Thamrin dari Arah Donggala menuju Jl. Trans Donggala - Palu terdapat pada jam 15.00-16.00 sebesar 80 smp/jam.

(56)

2. Aksesbilitas

Aksesibilitas adalah suatu ukuran kenyamanan atau kemudahan mengenai cara lokasi tata guna lahan berinteraksi satu sama lain dan mudah atau susahnya lokasi tersebut dicapai melalui sistem jaringan transportasi.

Tingkat Aksesbilitas Kabupaten Donggala dari indikator dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.14Tabel Tingkat Aksesbilitas Tiap Kecamatan

No Kecamatan

Luas Wilayah

(Km2)

Panjang

jalan (Km) Aksesbilitas Perengkingan

1 Rio Pakava 872,16 46 0,05 1 2 Sojol 705,41 78,95 0,11 2 3 Dampelas 732,76 98,8 0,13 3 4 Sindue Tobata 211,92 31 0,15 4 5 Pinembani 402,61 62 0,15 5 6 Sindue Tombusabura 211,55 33,2 0,16 6 7 Sojol Utara 139,07 22 0,16 7 8 Tanantovea 302,64 48,9 0,16 8 9 Labuan 126,01 23,37 0,19 9 10 Sindue 177,19 34,42 0,19 10 11 Balaesang Tanjung 188,85 44,2 0,23 11 12 Balaesang 314,23 93,65 0,30 12 13 Banawa Selatan 430,67 137,9 0,32 13 14 Sirenja 286,94 110,05 0,38 14 15 Banawa Tengah 74,64 43,3 0,58 15 16 Banawa 99,04 96,27 0,97 16

(57)

nilai aksesbilitas sebesar 0,97 dengan luas wilayah seluas 99,04 km2dan panjang jalan yang dimiliki sepanjang 96,27 km. Peta kinerja aksesbilitas dapat dilihat pada peta dibawah ini :

Gambar

Gambar 2.1 Metode Pendekatan Teknis
Tabel 3.1 Luas Wilayah Kecamatan di Kabupaten Doggala Beserta Jumlah Kelurahan
Tabel 3.5.Luas lahan berdasarkan jenis penggunaannya di Kabupaten Donggala Jenis Penggunaan Lahan Luas penggunaan
Tabel 3.6 Potensi Sumber Daya Mineral Kabupaten Donggala.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada layar utama ini menampilkan seluruh menu, yaitu File dan Help dan sub menu, yaitu RSA, ECC, Exit dan About dengan tampilan toolbar dan tab sheet..

Sesuai dengan PP Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) mandat yang diberikan kepada BPKP antara lain melakukan pengawasan

Hipotesis Null ketiga ialah tidak terdapat perhubungan yang signifikan antara persepsi terhadap kemudahan infrastruktur dengan taraf pendidikan, pekerjaan dan

Angka inflasi Mei 2014 sebesar 0,16%, atau lebih tinggi dari ekspektasi angka pelaku pasar yang memperkirakan inflasi sebesar 0,14%, ditambah dengan kekhawatiran angka inflasi

Dari latar belakang tersebut, maka perlu dibangun sebuah sistem informasi dalam bentuk peta yang dapat memberikan informasi tentang kualitas udara pada tempat

Intervensi pemerintah untuk input domestik dilakukan dalam bentuk kebijakan subsidi (positif dan negatif). Jika nilai FT > 0 berarti ada kebijakan pemerintah yang melindungi

Dari pengertian motivasi dan belajar dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar merupakan keseluruhan daya penggerak yang terdapat dalam diri siswa yang mendorong,