• Tidak ada hasil yang ditemukan

PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN PROYEK-PROYEK KPS. Versi Draft

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN PROYEK-PROYEK KPS. Versi Draft"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

Versi Draft

PANDUAN PENYIAPAN

PRASTUDI KELAYAKAN

PROYEK-PROYEK KPS

(2)

PENDAHULUAN

UNTUK membantu lembaga-lembaga pemerintah sebagai Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK) dalam me-nyiapkan proyek-proyek KPBU, maka PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PT PII) merasa perlu untuk membuat suatu Buku Panduan Penyusunan Prastudi Ke-layakan Proyek Dalam Rangka Penjamin-an Infrastruktur.

BUKU PANDUAN INI DIRANCANG BERDASARKAN:

• Peraturan Presiden Nomor 38 tahun 2015, tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penye-diaan Infrastruktur.

• Peraturan Menteri Negara Perenca-naan Pembangunan Nasional/Kepala

Bappenas Nomor 4 tahun 2015, ten-tang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasa-ma Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur. • Tata praktek internasional, yang

dise-suaikan dengan kondisi Indonesia.

TUJUAN:

• Memberikan panduan dalam proses pengumpulan data dan pelaksanaan studi awal (preliminary), untuk me-ngetahui kelayakan dari suatu proyek. • Menjelaskan latar belakang dari suatu

Prastudi Kelayakan dalam suatu siklus hidup Proyek KPBU secara keseluruh-an berdasarkkeseluruh-an kerkeseluruh-angka hukum In-donesia.

(3)

PRASTUDI KELAYAKAN

DAN SIKLUS HIDUP

PROYEK KPS

MENTERI/Kepala Lembaga/Kepala Dae-rah sebagai PJPK bertugas menyusun Prastudi Kelayakan atas infrastruktur yang akan dikerjasamakan yang meliputi kajian aspek hukum, teknis, ekonomi ke-uangan, manajemen risiko, lingkungan

dan sosial. Penyusunan Prastudi Ke la yak-an merupakyak-an satu dari ryak-angkaiyak-an kegi-atan penyiapan proyek sebelum masuk ke tahap pegadaan proyek sebagaimana terlihat di gambar di bawah.

Tahap 1: PERENCANAAN

1. Perencanaan dan penganggaran 2. Identifikasi proyek dan penyiapan

proposal KPBU

3. Alokasi anggaran untuk fasilitas penyiapan proyek (PDF) 4. Persetujuan untuk melanjutkan

proposal

5. Penyiapan daftar KPBU 6. Kategori KPBU

Bappenas, Kepada Daerah, Menteri atau Dirut BUMN, Dirut BUMD

Bappenas, PJPK, BKPM, Kementrian Keuangan, Kementrian Agraria dan Tata Ruang (BPN), Kementrian Lingkungan Hidup, BUPI (PT PII)

Bappenas, PJPK, BKPM, Kementrian Keuangan, Kementrian Agraria dan Tata Ruang (BPN), Kementrian Lingkungan Hidup, BUPI (PT PII)

Output:

• Studi pendahuluan PBU • Daftar prioritas projek tender

publik

Output:

• Prastudi Kelayakan

• Proses aplikasi untuk dukungan pemerintah dan atau penjaminan pemerintah • Pengajuan lokasi

projek

Kajian lingkungan oleh

PJPK Izin lingkungan

Proses pengadaan lahan

• Konfirmasi atau persetujuan pemerintah atas Dukungan Kelayakan • Persetujuan lokasi proyek

• Proses alokasi, disbursement, pengelolaan dan pemantauan oleh pemerintah, dan/atau pemantauan dan evaluasi proses pelaksanaan • Perjanjian penjaminan dan penjanjian

regres

Output:

• Dokumen perjanjian kerjasama • Dokumen lelang

• Izin prinsip

• Dokumen penjanjian penjaminan • Dookumen perjanjian regres 1. Proposal penyiapan proyek 2. Penyiapan dokumen dukungan pemerintah 3. Penyiapan dokumen penjaminan pemerintah 4. Penyiapan dokumen

terkait lokasi proyek

1. Market sounding 2. Penetapan lokasi proyek 3. Proses pengadaan

4. Penandatanganan kontrak KPBU 5. Proses sampai dengan Financial

close

Tahap 2: PERSIAPAN

Tahap 3: TRANSAKSI

(4)

Informasi yang ada di Prastudi Kelayakan sangat penting untuk meyakinkan para pemegang kepentingan untuk mengam-bil keputusan yang tepat bagi:

• Kementerian Keuangan, sebagai bahan untuk menilai apakah suatu proyek perlu mendapatkan Dukungan Pemerintah.

• Institusi keuangan seperti PT PII, PT SMI dan PT IIF, sebagai bahan untuk mengevaluasi apakah proyek tersebut layak untuk mendapatkan penjamin-an atau kredit.

• Investor swasta, sebagai bahan untuk mengajukan penawaran yang sesuai dengan kebutuhan PJPK.

1. Analisis Kebutuhan 2. Analisis Teknis 3. Analisis Ekonomi 4. Analisis Keuangan

5. Kajian Lingkungan dan Sosial

6. Kajian Regulasi dan Kelembagaan 7. Analisis Risiko

8. Kajian Struktur KPBU 9. Dukungan Pemerintah 10. Rencana Pelaksanaan

CAKUPAN PRASTUDI

KELAYAKAN

ANALISIS

KEBUTUHAN

TUJUAN

Mengidentifikasi ada tidaknya permasa-lahan yang harus diatasi, memberikan justifikasi bahwa proyek ini adalah opsi

terbaik untuk mengatasi permasalahan dimaksud, dan akhirnya untuk mem-perkirakan permintaan atas barang atau jasa yang dihasilkan proyek.

(5)

CAKUPAN

Identifikasi Permasalahan

Permasalahan harus dapat diuraikan secara jelas. Prastudi Kelayakan harus dapat menginvestigasi kadar dan kuali-tas dari jasa-jasa layanan yang ada serta mengidentifikasi segara permasalahan dan kekurangannya. Untuk mengiden-tifikasi permasalahan dimaksud, maka beberapa pertanyaan berikut ini harus sudah dapat dijawab pada tahapan Pra-studi Kelayakan ini:

• Keterjangkauan Harga/Affordability: Apakah harga dari jasa layanan yang ada saat ini jauh di atas tingkat yang bisa dikeluarkan oleh pengguna? Apakah ada dampak distribusi? Harus dikurangi sampai tingkat berapakah harga jasa layanan tersebut agar per-masalahan dapat teratasi (singkatnya, seperti apakah elastisitas harga-nya)? • Ketersediaan/Availability: Apakah jasa

layanan yang ada saat ini terbebankan dari sisi volume? Apakah dibangunnya jasa layanan yang baru akan menim-bulkan kenaikan supply atau pengalih-an supply dari satu sumber ke sumber lainnya? Apakah yang menjadi ham-batan untuk menggunakan opsi-opsi yang ada? Apakah ada hambatan so-sial?

• Kualitas/Quality: Apakah kualitas dari jasa layanan yang ada saat ini telah mampu memenuhi harapan peng-guna? Apakah yang menjadi penye-bab rendahnya kualitas jasa layanan? Apakah pengguna akan bersedia un-tuk membayar harga yang lebih ting-gi?

Prastudi Kelayakan harus dapat meng-identifikasi dengan jelas siapa saja yang terdampak oleh permasalahan, atau

siapa yang akan memperoleh manfaat apabila permasalahan bisa diatasi. Hal ini penting dalam rangka mengidentifikasi para pengguna yang disasar untuk me-netapkan cakupan/scope proyek pada tahapan berikutnya.

ANALISIS PERMINTAAN

Analisis permintaan (demand analysis) adalah unsur yang sangat penting da-lam uji kelayakan ekonomi dan keuang-an. Tujuan analisis permintaan ini ada-lah mengidentifikasi kebutuhan suatu investasi di bidang infrastruktur serta menetapkan cakupan/scope (penetap-an scope d(penetap-an ukur(penetap-an hasil) dari proyek. Permintaan untuk proyek yang diusulkan mencakup permintaan saat ini dan per-mintaan masa yang akan datang.

Permintaan kini didasarkan kepada data statistik yang tersedia di perusahaan penyedia jasa layanan, pada regulator, kementerian, biro pusat statistik atau pemerintah pusat. Permintaan masa de-pan didasarkan pada model perkiraan permintaan dengan mempertimbang-kan perkiraan ekonomi makro dan sosial ekonomi, alternatif sumber persediaan, kelenturan permintaan dalam kaitan-nya dengan faktor-faktor yang relevan serta beberapa hal lainnya. Permintaan masa depan juga bisa berasal dari para pengguna yang ada saat ini atau peng-guna baru yang dipicu oleh adanya ke-giatan-kegiatan baru yang diizinkan oleh proyek

ANALISIS KEBUTUHAN

(6)

ANALISIS

TEKNIS

TUJUAN

a. Mengkaji kelayakan teknis dan me-netapkan persyaratan teknis mini-mum, untuk dimasukkan ke dalam dokumen penawaran lelang (Request for Proposal) pada proses pelelang-an investor (Badpelelang-an Usaha Pelakspelelang-ana) proyek KPBU.

b. Menetapkan suatu rancangan pokok desain/ design benchmark yang men-jadi dasar penetapan biaya proyek, untuk digunakan pada analisis lan-jutan di dalam analisis ekonomi dan keuangan.

CAKUPAN

Kajian Karakterisitik Teknis Proyek a. Secara umum, informasi yang

dihasil-kan pada bagian ini dapat terdiri dari; - Kapasitas (size) proyek,

- Analisis permintaan (demand

analy sis) terhadap fasilitas yang akan dibangun,

- Durasi pelaksanaan konstruksi, - Metode umum konstruksi,

- Komponen dan kebutuhan opera-sional proyek,

- Desain teknis awal dari aset/fasili-tas yang diusulkan*,

- Biaya investasi dan biaya operasio-nal proyek.

* Desain teknis akan difinalisasi oleh pemenang lelang Badan Usa-ha Pelaksana Proyek KPBU.

b. Secara khusus, bab ini mencakup: • Lokasi Proyek:

- Uraian tentang lokasi proyek, - Data geografi, hidrologi, kondisi

eksisting dan drainase,

- Pertimbangan dalam pemilihan lokasi proyek

- Komponen pendukung yang tersedia di sekitar lokasi proyek; dan

- Luas lahan yang diperlukan

serta status kepemilikan lahan proyek saat ini.

• Desain Teknis Awal (Basic Enginer-ing Design)

- Layout Awal: berisi uraian ten-tang disain teknis atau layout dari proyek (yang disesuaikan dengan kebutuhan dan karak-teristik dari masing-masing sek-tor),

- mencakup survei teknis untuk melihat kondisi lapangan,

- mempertimbangkan opsi-opsi desain alternatif, termasuk keti-dakpastian dalam proyeksi per-mintaan serta berbagai

(7)

ketidak-pastian lain yang terkait dengan keadaan di sekitar lokasi proyek. • Teknologi

- Berisi uraian tentang teknologi yang dipilih, termasuk metode konstruksi, logika penggunaan-nya serta analisis risiko terhadap hambatan yang mungkin akan dihadapi. Prastudi Kelayakan juga harus memuat justifikasi bahwa teknologi tersebut aman dan telah terbukti efisien.

• Kinerja Standar

- Standar hasil output serta fasi-litas yang akan menjadi dasar bagi penetapan persyaratan teknis minimum untuk dican-tumkan dalam Request for Pro-posal pada fase transaksi.

• Input yang diperlukan dan standar dari input

• Biaya Proyek

- Biaya modal dan biaya opera-sional proyek

• Opsi-opsi operasional dan

mana-jemen proyek

• Rencana Pelaksanaan Proyek • Jadwal waktu dan keterkaitan

(in-terrelationship) dari semua kom-ponen utama Prastudi Kelayakan proyek harus dapat menyajikan bukti yang wajar, yang menunjuk-kan bahwa proyek secara teknis layak, karena:

- Teknologi yang diusulkan untuk pembangunan sudah layak,

- Teknologi sudah terbuktikan,

sudah digunakan pada proyek-proyek lain yang serupa,

- Volume dan kualitas dari sum-ber-sumber sudah mencukupi untuk operasional proyek,

- Desain yang digunakan adalah opsi yang sudah optimal serta efektif dari segi biaya,

- Jadwal pelaksanaan proyek la-yak,

- Lahan proyek yang diperlukan untuk pembangunan dan ope-rasional proyek dapat diperoleh. ANALISIS

TEKNIS

ANALISIS

EKONOMI

TUJUAN

UNTUK memperkirakan manfaat dan bia-ya proyek dari sudut pandang ekonomi. Proyek akan dianggap layak secara

ekonomi jika proyek tersebut dibutuhkan dan mampu memberikan manfaat yang lebih baik atau serupa dengan biaya yang lebih murah dari opsi-opsi lain yang men-jadi alternatif.

(8)

CAKUPAN a. Biaya:

• Biaya Langsung—relatif tidak terla-lu sulit memahaminya, dan men-cakup biaya modal dimuka serta biaya-biaya operasional dan pe-meliharaan proyek. Semua proyek-proyek infrastruktur akan menim-bulkan biaya-biaya langsung.

• Biaya Tidak

Langsung—biasa-nya berupa biaya-biaya yang ter-kait dengan dampak negatif dari proyek dan sering kali tidak dikait-kan dengan nilai monetary value atau “market price”. Oleh karena itu maka harus dikembangkan suatu metode untuk memasukkan unsur ini sebagai nilai. Satu contoh biaya tersebut adalah biaya untuk me-mindahkan aset serta kerusakan pada tata lahan di mana proyek berada dan beroperasi.

b. Manfaat

- Manfaat Langsung—ini adalah

manfaat yang dirasakan oleh para pengguna dari

fasili-tas proyek. Untuk suatu proyek pembangunan

jalur kereta api misalnya, manfaat langsungnya

adalah mempersing-kat waktu perjalanan

serta biaya pengope-rasian kendaraan, meningkatkan keandalan dan k e n y a m a n a n dalam perjalan-an. - M a n f a a t

Tak Langsung—ini adalah manfaat sampingan yang bersifat positif yang

ditim-bulkan proyek, dan bisa juga diang-gap sebagai “biaya-biaya yang bisa dihindarkan” akibat adanya proyek. c. Jenis biaya dan manfaat bersifat unik

untuk masing-masing kasus. Pe-ngelompokan ini berfungsi sebagai kerangka kerja untuk dapat berpikir kritis tentang hal itu secara kasus per kasus, serta menghindari penghitung-an gpenghitung-anda/double counting.

KELUARAN

a. Keluaran akhir/final output dari ases-men kelayakan ekonomi ases-mencakup nilai kini netto atau Net Present Value (NPV) dan Economic Internal Rate Of Return (EIRR) dari biaya dan manfaat ekonomi dari proyek.

- NPV mencerminkan nilai kini dari biaya dan manfaat yang terjadi se-lama siklus hidup proyek

- EIRR mencerminkan tingkat hasil laba berdasarkan mana nilai kini dari biaya dan manfaat ekonomi dari proyek adalah sama.

b. EIRR harus dibandingkan dengan ting-kat hasil laba secara sosial. Proyek-proyek yang diketahui memiliki EIRR yang positif dan lebih tinggi dari ting-kat hasil yang diharapkan secara so-sial akan dianggap sebagai investa-si ekonomi. Sebaliknya, bila suatu proyek dengan hasil ekonomi negatif berarti menggunakan terlalu banyak sumberdaya sosial untuk mendapat-kan manfaat yang terlalu kecil bagi publik.

ANALISIS EKONOMI

(9)

ANALISIS

KEUANGAN

TUJUAN

Untuk mengurai analisis kuantitatif terha-dap kelayakan finansial (keuangan) dari suatu proyek KBPU. Bagian ini juga akan menunjukkan apakah proyek membu-tuhkan dukungan fiskal dan pendanaan tambahan dari Pemerintah.

CAKUPAN

Secara umum, Analisis keuangan harus memuat:

a. Kajian kelayakan proyek secara ke-uangan, dengan memberikan gam-baran secara jelas terhadap kinerja keuangan dari sudut pandang peneri-maan dan pengeluaran keuangan proyek, termasuk risiko yang akan di-hadapi selama siklus proyek (project viability).

b. Kajian kebutuhan terhadap dukungan pemerintah (pusat maupun peme-rintah daerah), apabila di kajian awal dinyatakan bahwa proyek ini tidak layak dengan hanya mengandalkan pendanaan dari Badan Usaha dan po-tensi pemasukan dari pengguna (user charge) fasilitas infrastruktur yang akan dibangun. Termasuk juga yang dikaji adalah kerangka waktu yang dibutuhkan terhadap dukungan Pe-merintah yang diperlukan agar proyek menjadi layak.

c. Gambaran yang jelas terkait sumber pendanaan proyek termasuk per-syaratan yang harus dipenuhi oleh Badan Usaha terhadap pengembalian pendanaan, bila pendanaan tersebut didapat dari sektor perbankan atau swasta lainnya.

Komponen utama dari analisis keuangan diuraikan pada gambar: Analisis Keuan-gan/Financial Analysis.

INSTRUMEN ANALISIS KEUANGAN a. Menggunakan informasi yang

diper-oleh dari analisis permintaan, kela-yakan teknis dan estimasi biaya serta akan mencerminkan struktur dan me-kanisme proyek KPBU yang dipilih. b. Menggunakan biaya dan penerimaan

serta fokus kepada asesmen proyek dari sudut pandang investasi.

c. Menggunakan metode atau istilah

yang sudah umum diterapkan pada proyek-proyek yang melibatkan sek-tor swasta.

d. Menggunakan biaya utang/debt ser-vice, biaya modal komersial tertim-bang, hasil atas ekuitas dan dinyatakan berdasarkan nilai kini (inflasi/eskalasi).

e. Mengembangkan suatu computer

(10)

berisi proyeksi terhadap rencana pe-nerimaan proyek, baik itu dari bantu-an pemerintah atau pemasukbantu-an dari pengguna, dan pengeluaran proyek seperti bunga pinjaman, capex dan

opex, pajak, perbaikan dan biaya lain-nya selama masa konstruksi dan masa konsesi proyek.

Secara rinci analisis keuangan mencak-up hal-hal sebagai berikut:

a. Biaya yang dibutuhkan selama siklus proyek (life-cycle costs) beser-ta kerangka waktunya; mencakup perkiraan biaya modal serta biaya op-erasi dan pemeliharaan (O&M costs). - Biaya modal

Mencakup biaya yang berhubung-an dengberhubung-an pengadaberhubung-an sarberhubung-ana in-frastruktur dan jasa layanan baru, termasuk namun tidak terbatas kepada biaya desain, perolehan ta-nah dan pengembangan, bahan

baku, konstruksi serta mesin dan peralatan (termasuk infrastruktur IT). Harus dipertimbangkan juga bi-aya-biaya tenaga kerja proyek, ma-najemen dan pelatihan, termasuk jasa keuangan, hukum, pengada-an, teknis dan manajemen proyek, juga mencakup beban bunga utang selama masa konstruksi.

- Biaya Operasi dan Pemeliharaan

(O&M)

Mencakup biaya-biaya operasi dan pemeliharaan aset-aset se-lama masa proyek, sesuai output yang diinginkan. Biaya O&M juga mencakup biaya-biaya bahan baku (raw material), perlengkapan dan peralatan, karyawan & manaje-men dan asuransi, termasuk bia-ya langsung operasional lainnbia-ya. Biaya O&M tahunan harus dise-suaikan dengan estimasi tingkat inflasi tahun berjalan.

Analisis Keuangan Faktor-faktor pendapatan Faktor-faktor biaya Analisis Sensitifitas Memilih tarif diskonto yang tepat Rencana Mobilisasi Modal Rencana Pelunasan Menghasilkan Arus Kas Rencana Indikator-Indikator Keuangan Analisis Kelayakan Keuangan Opsi-Opsi Pendanaan

Gambar: Analisis Keuangan / Financial Analysis ANALISIS

(11)

b. Opsi penerimaan dan perkiraan aliran penerimaan; mencakup atas tarif (pe-nerimaan dari pengguna) dan sum-ber penerimaan sekunder dari proyek lainnya. Prastudi kelayakan harus menyertakan laporan survei tentang “kesediaan dan kemampuan memba-yar pengguna” (willingness-to-pay & ability-to-pay), sebagai justifikasi atas asumsi tarif yang digunakan.

c. Struktur modal (rasio utang terhadap modal sendiri atau ekuitas), dan jenis ekuitas

d. Utang dan jadwal pembayarannya

(termasuk di dalamnya jenis utang dan tingkat suku bunga, masa teng-gang serta jadwal pembayaran utang) e. Biaya modal rata-rata tertimbang

(WACC = weighted average cost ca-pital)

f. Spesifikasi Proyek (ketepatan waktu investasi, durasi proyek, dll)

g. Tarif pajak

h. Dasar penyusutan yang diizinkan Hasil analisis keuangan harus mencak-up beberapa indikator kunci, yaitu: a. Profitabilitas/Kelayakan

Kelayakan keuangan dapat dilihat dari nilai netto saat ini (NPV) atau Financial Internal Rate of Return (FIRR)/Return of Equity (ROE) dari proyek.

b. Pengembalian atas biaya/Cost reco-very

Jumlah tahun yang diperlukan untuk dapat menutup modal yang diinvesta-sikan.

c. Debt Service Coverage Ratio (DSCR) Anggaran arus kas harus cukup un-tuk membiayai beban bunga utang yang direncanakan. Berdasarkan pro-fil risiko dari masing-masing proyek, rasio DSCR dari beberapa lembaga keuangan berbeda-beda.

d. Kajian terhadap subsidi atau kebu-tuhan dukungan kelayakan, yakni kondisi di mana didapatkannya selisih antara estimasi jumlah pendapatan yang lebih kecil dibandingkan dengan estimasi jumlah pendapatan yang bisa diperoleh dari pengguna.

Hasil analisis di atas harus diuji berdasar-kan sejumlah skenario yang berbeda- beda terhadap permintaan, tarif dan bia-ya proyek. Proyek-proyek bia-yang secara keuangan dinyatakan layak memiliki NPV dan IRR yang positif, dan lebih besar dari syarat tingkat pengembalian (rate of re-turn) bagi investor.

Apabila proyek dapat dibiayai oleh pem-beri penjaman (lenders) sesuai dengan persyaratan yang berlaku umum di dunia perbankan dinyatakan bahwa proyek ini telah bankable. Proyek yang telah dinya-takan layak finansial belum bisa secara otomatis dinyatakan bankable. DSCR (debt service coverage ratio) adalah salah satu indikasi yang bisa digunakan untuk melihat tingkat bankability dari suatu proyek infrastruktur.

ANALISIS KEUANGAN

(12)

KAJIAN

LINGKUNGAN

DAN SOSIAL

TUJUAN

Menganalisis risiko dampak lingkungan dan sosial yang berpotensi terjadi dari proyek, baik pada tahapan pra-konstruk-si, konstrukpra-konstruk-si, dan operapra-konstruk-si, dan termasuk estimasi biaya pengelolaan dan monitor-ing dampak negative yang terjadi sebagai upaya mitigasi dampak tersebut. Analisis yang dilakukan mengacu pada peratur-an Pemerintah Indonesia yperatur-ang berlaku. Dengan begitu, Pemerintah dapat me-nyiapkan dokumen lelang yang baik dan proposal penawaran dari pihak swasta telah meminimalisasi risiko dampak yang potensial terjadi.

CAKUPAN Regulasi

Peraturan perundangan di Indonesia tentang pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup Hukum dan perun-dang-undangan yang berlaku di Indone-sia tentang prosedur danasesmen yang menjadi acuan diperlukan pada tahapan Pra Studi-Kelayakan adalah sebagai beri-kut:

a. Undang-Undang Indonesia No. 32/2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan

b. Peraturan Pemerintah No. 27/2012 tentang Izin Lingkungan

c. Keputusan Menteri Lingkungan

Hid-up No. 5/2012 tentang jenis-jenis usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

Analisis Dampak Lingkungan

Berisi uraian tentang studi-studi yang tel-ah dilakukan serta rencana pengelolaan lingkungan yang harus dibiayai oleh pe-serta tender, termasuk hal-hal yang harus dilaksanakan dalam rangka melindungi lingkungan. Analisis dampak lingkungan meliputi:

a. Uraian tentang kondisi karakteristik lingkungan dari lokasi tapak proyek (rona awal lingkungan);

b. Kesesuaian lokasi rencana proyek de-ngan rencana tata ruang;

c. Mengidentifikasi potensi dampak ling-kungan dan sosial yang akan timbul dari proyek;

d. Kategori skala dampak proyek, yaitu tinggi, sedang, atau rendah berdasar-kan peraturan Pemerintah Indonesia;

e. Rencana pengelolaan dampak

se-bagai upaya mitigasi dampak yang berpotensi terjadi dari proyek;

f. Menentukan peningkatan kapasitas dan program pelatihan untuk melak-sanakan program perlindungan ling-kungan, jika diperlukan;

g. Memperkirakan biaya yang diperlukan untuk perizinan yang berkaitan de-ngan pengelolaan dan perlindude-ngan lingkungan;

(13)

h. Menyiapkan rencana dan jadwal un-tuk melaksanakan program kepatu-han lingkungan sebagaimana diper-syaratkan peraturan yang berlaku. Panduan dari PT PII tentang Penerapan Tinjauan Aspek Lingkungan Dan Sosial adalah referensi yang bisa digunakan un-tuk bagian ini.

Analisis Dampak Sosial

Berisi identifikasi isu-isu sosial pokok yang relevan dan strategi mitigasi dampak so-sial negatif yang berpotensi muncul dari proyek, baik pada tahapan pra-konstruksi, konstruksi, dan operasi. Analisis dampak sosial meliputi:

a. Menetapkan kondisi awal lingkungan manusia/area yang terdampak serta kondisi rona lingkungan;

b. Menguraikan hasil konsultasi publik yang telah dilakukan dengan semua pemangku kepentingan yang mung-kin akan terdampak;

c. Mengidentifikasi dampak sosial dari proyek terhadap masyarakat dan me-nyusun rencana mitigasinya, termasuk dengan estimasi biaya yang diperlu-kan;

d. Menentukan lembaga yang bertang-gung jawab untuk pembebasan tanah; e. Menentukan pihak-pihak yang akan

terkena dampak oleh proyek dan

kompensasi yang akan diperlukan, jika diperlukan;

f. Menentukan rencana pelatihan dalam rangka melaksanakan program per-lindungan sosial untuk meningkatkan kapasitas masyarakat yang terkena dampak.

g. Mengusulkan tindakan-tindakan untuk mengatasi kegelisahan publik serta al-ternatif yang masuk akal

Pengadaan Tanah dan Pemukiman Kembali

PJPK wajib membuat rencana pengada-an tpengada-anah dpengada-an pemukimpengada-an kembali untuk mengetahui kelayakan biaya yang diper-lukan untuk memperoleh lahan yang diperlukan untuk konstruksi dan operasi proyek. Bagian ini menjelaskan tentang: a. Lokasi tapak proyek dengan fitur- fitur

utama: area, aset-aset dan rumah tangga yang ada di lokasi proyek

b. Luas lahan yang diperlukan untuk kon-struksi serta aset dan penduduk yang akan terdampak selama masa kon-struksi

c. Rencana pengadaan tanah, rencana pemukiman kembali serta biaya- biayanya

d. Risiko potensial yang mungkin muncul selama proses pengadaan tanah e. Rencana pelaksanaan

f. Rencana pemantauan pelaksanaan KAJIAN

LINGKUNGAN DAN SOSIAL

(14)

KAJIAN

REGULASI DAN

KELEMBAGAAN

TUJUAN

Bagian ini berisi tentang kerangka kerja hukum serta asesmen tentang apakah terdapat hambatan hukum bagi pe-ngembangan dan pelaksanaan proyek.

CAKUPAN Regulasi

a. Pendirian badan hukum proyek:

meninjau bentuk dari badan hukum yang akan didirikan untuk melak-sanakan proyek KPBU

b. Investasi: meninjau apakah ada pem-batasan bagi investasi dalam sektor bisnis proyek

c. Skema KPBU:

- Apakah proyek ini layak untuk

dilaksanakan sebagai KPBU

- Apakah ada pembatasan pada ske-ma KPBU yang diusulkan

- Apakah ada batasan apapun untuk PJPK untuk melakukan kewajiban keuangan terhadap perusahaan proyek

- Apakah ada prosedur yang berlaku dan diterapkan memungkinkan PJPK untuk membayar kepada per-usahaan proyek dan mekanisme pembayaran layak

- Apakah ada prosedur yang berlaku

dan diterapkan memungkinkan PJPK membayar ke PT PII ber-dasarkan perjanjian regres dan me-kanisme pembayaran layak , dan

- Apakah ada pembatasan hukum

atau persyaratan untuk peman-faatan aset publik untuk proyek tersebut

d. Lingkungan dan pegadaan tanah: - meninjau apakah persyaratan

hu-kum yang terkait dengan perlin-dungan lingkungan dan peng-adaan tanah tidak akan memberi dampak bagi kelayakan proyek - meninjau persyaratan hukum yang

berkaitan dengan izin lingkungan, izin lokasi dan AMDAL yang diper-lukan

- meninjau apakah lokasi yang di-usulkan untuk proyek diperboleh-kan sesuai dengan tujuan proyek e. Pendanaan proyek: meninjau apakah

ada hambatan hukum terkait mobil-isasi modal, baik pada kreditur lokal maupun asing, terkait pelaksanaan proyek.

f. Dukungan kelayakan dan jaminan dari Pemerintah: meninjau apakah proyek ini cocok untuk memperoleh Dukung-an kelayakDukung-an dDukung-an untuk memperoleh Jaminan Pemerintah agar proyek ini menjadi layak secara keuangan.

(15)

Kelembagaan

a. Menetapkan siapa saja yang akan ter-libat di dalam pelaksanaan proyek. Lembaga-lembaga tersebut terma-suk:

- Lembaga Pemerintah

Penanda-tangan Kontrak (GCA): yang akan menandatangani kontrak kerjasa-ma dengan swasta

- Otoritas manajemen sektor, yang bertanggungjawab untuk menyu-sun dan melaksanakan kebijakan dan standar teknis pada sektor di mana proyek bernaung.

- Kementerian Keuangan beserta

aparatnya, termasuk PT PII, yang akan menyediakan penjaminan proyek.

- Lembaga-lembaga lain yang ber-tanggungjawab untuk menerbit-kan perizinan atau lisensi.

- Lembaga-lembaga lain yang ber-tanggungjawab untuk menerbit-kan undang-undang yang menga-tur tentang proyek.

- Lembaga-lembaga lainnya, jika re-levan.

b. Menetapkan tanggung jawab dari

masing-masing lembaga serta meng-ukur kapasitas masing-masing lem-baga dalam memenuhi tanggung jawabnya terkait proyek. Tanggung jawab dimaksud mencakup fiskal dan non-fiskal. Analisis ini mencakup uraian rinci tentang tanggung jawab dari masing-masing lembaga, serta

menetapkan:

- Apakah lembaga tersebut diizinkan untuk melaksanakan peran dan tanggung jawab yang diperlukan dalam proyek sesuai dengan regu-lasi dan perundang-undangan - Apakah lembaga tersebut mampu

untuk melaksanakan peran dan tanggung jawab dalam proyek dili-hat dari sisi kapasitas kelembagaan dan kapasitas keuangannya.

c. Mengusulkan suatu perjanjian lain yang tidak diwajibkan hukum untuk memperkuat kerangka kerja kelem-bagaan untuk proyek. Apabila terdapat kekhawatiran adanya suatu lembaga yang menolak untuk menanggung kewajiban, mapa PJPK sapat mem-pertimbangkan untuk memperkuat komitmen dimaksud untuk men-ciptakan rasa percaya diri bagi pihak swasta. Beberapa opsi yang mungkin adalah:

- Dengan menandatangani

perjan-jian dengan lembaga-lembaga lain (misalnya, perjanjian usufruct, Memorandum Perjanjian, dan lain sebagainya)

- Menunjukkan proyek-proyek seru-pa di masa lalu yang sukses - Membuat pengaturan-pengaturan

untuk mengatasi keberatan dari pi-hak-pihak yang mungkin menolak proyek (misalnya, dengan kelom-pok pelestari lingkungan serta me-reka yang harus pindah tempat). KAJIAN

REGULASI DAN KELEMBAGAAN

(16)

ANALISIS

RISIKO

TUJUAN

Bagian ini bertujuan untuk menjelaskan pengelolaan risiko-risiko yang terkait de-ngan pelaksanaan Proyek dan bagaimana mengalokasikan dan memitigasi risiko-risiko tersebut.

CAKUPAN

a. Identifikasi Risiko

• Pertama-tama, sebelum menda-patkan profil risiko utama (key risks)

untuk dapat dikelola di tahapan selanjutnya, PJPK perlu mengiden-tifikasi semua risiko yang terkait dengan Proyek. Identifikasi risiko Proyek sangat penting sehingga PJPK dapat merumuskan langkah mitigasi risiko (mengurangi dampak risiko atau mengurangi kemung-kinan terjadinya risiko) tersebut. Termasuk atas kewajiban dari risiko yang betul-betul terjadi. Dalam hal ini, pemerintah tidak saja berbagi pada risiko di atas kertas, namun juga ikut menanggung risiko yang betul-betul muncul.

b. Evaluasi Risiko

Tahap evaluasi risiko ditujukan untuk mendapatkan daftar risiko prioritas

(risk priority) sebagai risiko utama (key risks) Proyek. Risiko prioritas tersebut disusun berdasarkan parameter tingkat risiko/risk level yang dikuantifikasi atau dibentuk oleh komponen dampak

risiko dan tingkat keterjadian/probabi-litas risiko (sering disebut sebagai pe-nilaian risiko atau risk assessment). Sebagai catatan penting, selain keter-kaitan atau korelasi dari suatu risiko dengan risiko yg lain, aspek kualitas data atau informasi mengenai dampak dan probabilitas untuk setiap risiko ha-rus cukup kredibel agar dapat meng-hasilkan suatu proses kuantifikasi risiko yang baik.

Setelah memperoleh informasi ten-tang key risks, selanjutnya evaluasi risiko dapat disempurnakan dengan melakukan beberapa pendekatan da-lam mengukur risiko-risiko tersebut. Pendekatan tersebut antara lain ada-lah:

• Analisis Sensitifitas

Analisis ini menilai sensitifitas Proyek dengan asumsi-asumsi ter-tentu. Hal ini dapat digunakan un-tuk mengkuantifikasi suatu risiko. Asumsi-asumsi yang digunakan da-lam suatu model finansial dirubah dengan sensitifitas tertentu untuk melihat dampak suatu risiko terha-dap hasil proyeksi keuangan dan ekonomi proyek.

• Analisis Skenario

Analisis ini mendefinisikan bagaima-na asumsi model berubah dengan skenario ini, dan menghitung hasil proyek dengan skenario ini. Hal ini berguna untuk menunjukkan ke-seluruhan dampak dari suatu risiko, atau efek gabungan dari beberapa risiko yang terjadi sekaligus.

(17)

• Simulasi Monte Carlo

Simulasi ini menghitung probabi-litas suatu hasil dengan melakukan simulasi acak terhadap ribuan ske-nario. Analisis ini dilakukan dengan cara, mendefinisikan probabilitas pertama untuk terjadinya setiap risiko, lalu mendefiniskan dampak terjadinya risikonya tersebut pada asumsi model, dan terakhir men-definisikan kemungkinan terjadinya risiko-risiko secara bersama. Si-mulasi komputer digunakan untuk mengiterasi ribuan skenario secara acak berdasarkan probabilitas input. Secara grafis, pendekatan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

c. Alokasi Risiko untuk Memaksimalkan Value for Money

Setelah semua risiko Proyek telah di-identifikasi, kesesuaian alokasi risiko menjadi substansi analisis risiko dalam Prastudi kelayakan Proyek dan sangat terkait dengan Analisis Struktur KPBU (pada bagian 8) dimana lingkup peker-jaan/fungsi KPBU juga ditentukan oleh

struktur alokasi risiko.

Dalam konteks transaksi proyek KPBU, penentuan kewajiban PJPK dalam Per-janjian Kerjasama (PerPer-janjian KPS) perlu memenuhi prinsip Alokasi Risiko. Alo-kasi risiko secara kontraktual yang opti-mal berbanding lurus dengan value for money yang maksimal. Pada umum-nya, setiap risiko harus dialokasikan kepada pihak terbaik yang mampu mengelola, mengurangi ataupun mendiversifikasi, sesuai dengan logika berikut (lihat Gambar):

• Mengelola kemungkinan terjadinya suatu risiko

• Alokasi risiko kepada pihak terbaik yang mampu mengelola suatu risiko yang kemungkinan terjadi

• Mengurangi dampak terjadinya suatu risiko pada hasil proyek

• Jika suatu risiko tidak dapat dengan mudah dikelola oleh salah satu pi-hak, risiko tersebut perlu dikelola oleh pihak yang paling mampu un-tuk mengurangi dampaknya. Da-lam hal ini termasuk mengantisipasi terjadinya risiko tersebut, dan mem-ANALISIS

RISIKO

Gambar: Metode Pemodelan Risiko

Analisis

sensitifitas Bagaimana

sensitifitas hasil proyek terhadap perubahan asumsi?

Apa hasil dari peristiwa risiko tertentu? Apa kemungkinan hasil dari kemungkinan terjadinya peristiwa risiko? Asumsi Peristiwa risiko Kemungkinan peristiwa risiko Kemungkinan asumsi Kemungkinan hasil Hasil Asumsi Hasil Analisis scenario Simulasi Monte Carlo

(18)

berikan respon untuk meminimal-isasi dampak kerugiannya.

• Mendiversifikasi biaya untuk menyerap risiko

• Jika suatu risiko tidak dapat dikelo-la dengan baik atau dikurangi oleh salah satu pihak, risiko tersebut ha-rus dikelola oleh pihak terbaik yang mampu menyerap risiko dengan biaya terendah (misalnya kepada asuransi pihak ketiga).

Secara konseptual, penerapan prinsip tersebut di proyek KPS adalah sebagai berikut:

• Risiko yang berdasarkan pengalaman sulit untuk dikendalikan pemerintah agar memenuhi asas efektivitas bia-ya (konstruksi, operasi), sebaiknbia-ya di-tanggung pihak swasta;

• Risiko yang berada di luar kendali kedua belah pihak, atau sama-sama

dapat dipengaruhi kedua belah pihak sebaiknya ditanggung bersama (keja-dian kahar);

• Risiko yang dapat dikelola pemerin-tah, karena posisinya lebih baik atau lebih mudah mendapatkan informasi dibandingkan swasta (risiko peraturan atau legislasi) sebaiknya ditanggung pemerintah;

• Risiko yang walaupun sudah ditrans-fer, tetap memberikan eksposur

ke-pada pemerintah atau PJPK (meng-hambat tersedianya layanan penting ke masyarakat), dimana jika BU gagal memenuhi kewajiban maka pemerin-tah dapat mengambil alih proyek. Lebih lanjut, tahapan analisis risiko ini akan juga terkait dengan Kajian Struktur KPBU.

Langkah 1: “Kemungkinan Keterjadian Risiko” • Risiko harus dapat dialokasikan kepada pihak yang paling mampu Langkah 2: “Dampak Risiko” • Risiko harus dapat dialokasikan Langkah 3: “Biaya Risiko Terendah” • Risiko harus dapat dialokasikan

(19)

TUJUAN

Bagian ini bertujuan untuk menjelaskan struktur KPBU yang diusulkan dan dasar pemikirannya.

CAKUPAN

Struktur dari KPBU terkait dengan empat unsur yang saling berkaitan:

a. Menetapkan hasil keluaran/outputs Menetapkan hasil keluaran yang diing-inkan dari suatu proyek—bukan mene-tapkan masukan/input—adalah perbe-daan pokok antara KPBU dan proses pengadaan publik yang konvensional. Dalam proses pengadaan publik kon-vensional, kontraktor swasta diwajib-kan membangun suatu disain tertentu dengan menggunakan material yang ditetapkan. Dalam suatu kontrak KPBU, pihak swasta diwajibkan untuk menye-diakan jasa layanan atau fasilitas yang memenuhi standar tertentu, dan dibe-rikan kebebasan untuk menentukan caranya bagaimana memenuhi stan-dar dimaksud, serta memilih masuk-an/input apa yang dibutuhkan. Hal ini menciptakan peluang dan insntif bagi inovasi sektor swasta.

Hasil keluaran yang diinginkan harus ditetapkan dengan jelas dan terukur, sedemikian rupa sehingga penyediaan hasil keluaran tersebut dapat dijadikan sebagai kewajiban pihak swasta dalam

kontrak KPBU. Spesifikasinya harus di-buat sejelas mungkin di dalam kontrak sehingga bisa dijadikan dasar untuk pembayaran, pengenaan denda serta pemberian bonus.

b. Mengalokasikan fungsi-fungsi

“Fungsi” adalah tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk dapat menye-diakan fasilitas atau jasa layanan. Tin-dakan-tindakan tersebut bisa berbe-da-beda berdasarkan kasusnya, tetapi secara umum mencakup beberapa atau seluruh dari ke-enam fungsi se-bagai berikut: - Merancang / Design - Membangun / Build - Mengoperasikan / Operate - Memelihara / Maintain - Memperbaiki / Rehabilitate - Membiayai / Finance

Pertama, PJPK harus mengidentifikasi fungsi-fungsi utama yang harus dilak-sanakan dalam pelaksanaan proyek. Lalu ia harus merekomendasikan bagaimana mengalokasikan fungsi- fungsi tersebut sedemikian rupa seh-ingga sehseh-ingga dapat memaksimalkan

value for money.

Secara umum, ini berarti mengalokasi-kan fungsi-fungsi untuk memaksimal-kan keahlian, insentif dan kewenan-gan/power berdasarkan logika sebagai berikut:

KAJIAN

(20)

• Keahlian/Expertise di dalam melak-sanakan fungsi dimaksud. Jika ada perusahaan-perusahaan swasta yang memiliki spesialisasi dalam melakukan disain, konstruksi, pe-meliharaan atau operasional dari aset yang diusulkan, atau spesialisa-si dalam menyediakan jasa layanan yang diusulkan, maka ini menjadi indikasi bahwa fungsi- fungsi terse-but harus dialokasikan kepada pi-hak swasta. Jika lembaga-lemba-ga publik julembaga-lemba-ga ada yang memiliki pengalaman dalam melaksanakan fungsi-fungsi tersebut, maka sangat baik untuk membandingkan kiner-ja masa lalu dari lembaga-lembaga publik tersebut dengan calon pe-serta tender yang potensial.

• Insentif/Incentives untuk berki-nerja dengan baik. Perusahaan- perusahaan swasta akan beker-ja lebih baik jika ada insentif laba, dan dapat didenda apabila meng-hasilkan kinerja yang buruk, dan ini lebih mudah dilakukan pada swasta dibandingkan dengan pe-rusahaan-perusahaan publik. Oleh karena itu maka argumentasi insen-tif sering kali dimaknai mengalokasi-kan suatu fungsi untuk pihak swasta di mana ia dapat diberi insentif atau dikenakan denda atas kinerjanya. Namun demikian, harus tetap dila-kukan analisis kasus per kasus, khu-susnya manakala kinerja sulit untuk ditetapkan secara penuh dan ter-ukur. Misalnya, pada proyek-proyek KPBU bidang kesehatan atau pendi-dikan, maka wajar untuk menganal-isa apakah pihak swasta dapat di-berikan insentif agar menyediakan layanan pendidikan dan kesehatan yang berkua litas.

• Kewenangan/powers yang diper-lukan untuk dapat melaksanakan fungsi. Pemerintah memiliki suatu kewenangan yang sangat khusus terkait pengadaan tanah dan dalam mengambil keputusan perencana-an. Ketika suatu fungsi bergantung kepada suatu kewenangan yang di-pegang oleh pemerintah, maka ini sebagai indikasi bahwa fungsi terse-but harus diberikan kepada lemba-ga publik.

• Hasil dari analisis ini adalah berupa gambaran tentang siapa yang ha-rus melaksanakan tugas apa ber-dasarkan skema KPBU. Misalnya, fungsi-fungsi yang terdapat dalam proyek instalasi pengolahan air limbah dapat dialokasikan sebagai berikut:

• Fungsi-fungsi Merancang/Design, Membangun/Build, Mengoper-asikan/Operate dan Memelihara/ Maintain—harus diberikan kepada pihak swasta berdasarkan alasan bahwa pemenang tender memiliki keahlian di bidang ini dibandingkan dengan Dinas Perairan Nasional atau lembaga-lembaga pemerintah lainnya, serta dapat dengan mudah diberi insentif untuk bisa berkinerja lebih baik.

• Perolehan hak atas tanah—dialo-kasikan ke Pemerintah, mengingat kewenangannya yang khusus • Pembiayaan/Financing—dibagi-

bagi, sedemikian rupa bahwa Pe-merintah pemiliki kemampuan yang unik untuk memperoleh dana konsesi berbiaya murah un-tuk proyek, sedangkan pemenang KAJIAN

STRUKTUR KPBU

(21)

KAJIAN STRUKTUR

KPBU Pemerintah

Ekuitas

Peralatan Konstruksi Operasi dan pemeliharaan Masukan (bahan bakar, tenaga kerja, teknologi) Penasihat/Konsultan (pajak, akuntasi, hukum, lingkungan, dsb) Keluaran Badan Usaha Pelaksana/

Special Purpose Vehicle

Sponsor A PT PII Sponsor B Sponsor C Sindikasi Bank Program Pensiun Lembaga Multilateral Hutang-Pinjaman /Obligasi Perjanjian Regres Perjanjian Penjaminan

tender dapat membantu dengan mencari dukungan keuangan lain-lain dengan cepat, dan dalam hal ini pemberian insentif yang lebih bagus akan semakin membuatnya berkinerja dengan lebih baik.

c. Mengalokasikan risiko

Sebagaimana telah dijelaskan dalam bagian 7 tentang Alokasi Risiko, jika fungsi-fungsi telah dialokasikan

berdasarkan prinsip-prinsip tersebut di atas, maka

ber-sama fungsi- fungsi terse-but terdapat ‘risiko-risiko

alami’, yang mana PJPK telah

mem- perhitungkann-ya pada saat

m e m a k s i m a l

-kan insentif—misalnya, alokasi fungsi konstruksi secara alami mengan dung risiko menggelembungnya biaya kon-struksi. Oleh karena itu, PJPK dapat memasukkan alokasi risiko-risiko se-cara implisit pada saat mengalokasikan fungsi-fungsi. Misalnya, Peme rintah mungkin memahami bahwa meski-pun secara umum risiko konstruksi dialihkan kepada pihak swasta, namun pasar tidak akan menerima risiko gem-pa secara penuh, sedemikian rugem-pa sehingga perlu dibuat klausul untuk membagi risiko ini.

Langkah-langkah praktis yang harus diambil oelh PJPK adalah:

• Mengidentifikasi semua risiko ma-teriil yang terkait dengan proyek • Mengalokasikan risiko-risiko

terse-but dengan menggunakan prinsip

value for money.

(22)

PADA situasi di mana proyek membutuh-kan dukungan pemerintah agar membuat proyek menjadi layak, PJPK diharapkan

untuk membuat kajian berdasarkan analisis keuangan dan ekonomi tentang jenis dukungan apa

saja yang diperlukan dari Pe-merintah, termasuk justifikasi mengapa Pemerintah harus mendukung proyek ini.

Bentuk dukungan pemerintah dapat berupa bantuan fiskal

dan non fiskal, baik dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, sesuai de-ngan tugas dan kewajiban masing-mas-ing. Dukungan tersebut antara lain: 1. Perizinan: Pemerintah harus

ber-komitmen memberikan semua lisensi dan perizinan yang diperlukan kepada pihak investor swasta untuk melak-sanakan proyek, sesuai dengan hu-kum dan perundang-undangan yang berlaku.

• Setelah mengikuti hal tersebut, PJPK harus membuat suatu Matriks Risiko yang komprehensif, dengan menggunakan acuan alokasi risiko sebagaimana yang ada di URL

http://www.iigf.co.id/Website/Publi-cation.aspx?rowid=24

d. Menetapkan Struktur hukum dan ke-uangan

Diagram struktur akan sangat berguna memperoleh klarifikasi tentang pen-gaturan aspek keuangan dan hukum yang diharapkan atau diusulkan. Satu contoh struktur indikatif dari sebuah proyek KPBU sederhana, seperti gam-bar di atas.

Untuk beberapa proyek tertentu, dia-gram indikatif di atas harus dilengkapi apabila ada pihak-pihak lain yang ter-libat, yaitu:

e. Kredit Multilateral untuk Pemerin-tah

f. Pembiayaan publik pada perusa-haan proyek atau aset (misalnya, melalui suatu perusahaan yang didirikan berdasarkan undang- undang)

g. Ada lembaga lain selain PJPK se-bagai pihak penandatangan dalam kontrak

h. KPBU dibuat untuk aset yang su-dah ada, bukan untuk memba-ngun aset baru

KAJIAN STRUKTUR KPBU

DUKUNGAN

PEMERINTAH

(23)

RENCANA

PELAKSANAAN

TUJUAN

Bagian ini bertujuan untuk menjelaskan rencana pelaksanaan proyek dari tahap transaksi sampai dengan financial close, termasuk tahapan konstruksi dan operasi.

CAKUPAN

a. Mengidentifikasi semua tahapan pro-yek sampai dengan Financial Close. b. Mengidentifikasi peran dan tanggung

jawab pihak-pihak yang terlibat dalam Proyek.

c. Mengidentifikasi kesepakatan antara pihak yang terlibat untuk melakukan peran dan tanggung jawab masing- masing.

d. Mempertimbangkan kebutuhan wak-tu peng adaan Badan Usaha dan nyu sunan desain dalam rencana pe-laksanaan.

e. Kewajaran metode pelaksanaan dan kebutuhan waktu dalam rencana pelaksanaan.

2. Pembebasan Tanah: Pemerintah daer-ah bertanggungjawab menyediakan lahan yang diperlukan untuk proyek atas biaya pemerintah sendiri sesuai dengan jadwal pelaksanaan proyek. 3. Kontribusi Keuangan, seperti VGF

(vi-ability gap funding) atau Dukung an Ke-layakan untuk mendukung sebagian – maksimum 50%– dari biaya konstruksi. 4. Kontribusi Fiskal dalam bentuk tunai

atau non tunai selama operasional proyek (subsidi tarif).

5. Bentuk Lain-Lain, jika diharuskan oleh hukum

Pemerintah juga mendukung proyek-proyek dengan memberikan berbagai jenis penjaminan untuk menekan risiko pihak swasta. Karenanya, PJPK harus memberikan justifikasi bahwa proyek ini layak mendapatkan penjaminan dan harus disediakan. Informasi tentang du-kungan dan jaminan dari Pemerintah ha-rus diberikan kepada peserta tender untuk membantu mereka dalam menyiapkan dokumen penawaran.

DUKUNGAN PEMERINTAH

(24)

KONTAK KAMI: Pratomo Ismujatmika

Senior VP - Corporate Secretariat i.pratomo@iigf.co.id

INDONESIA INFRASTRUCTURE GUARANTEE FUND (IIGF)

Sampoerna Strategic Square North Tower 14th floor Jl. Jendral Sudirman Kav 45-56 Jakarta 12930 Indonesia Telp. +62-21 57950550

Referensi

Dokumen terkait

Hal yang sama dijumpai di perairan luar Teluk Jiaoazhou dengan konsentrasi silikat berada di atas batas terendah pertumbuhan fitoplankton, Dinophyceae dapat

Film adalah karya seni yang lahir dari suatu kreativitas dari orang-orang pembuat film, film terbukti memiliki kemampuan untuk menciptakan realitas rekaan sebagai bandingan

masing-masing yang kena “goresan” dan yang “baik”, masing yang kena “goresan” dan yang “baik”, kemudian pada setiap titik sampel beri kemudian pada setiap titik sampel

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan rumah kasa dapat mengurangi serangan OPT sebesar 12–28,52%, sehingga biaya pestisida dapat dikurangi lebih dari 95% dengan produksi

Pada myasthenia gravis, sistem kekebalan menghasilkan antibodi yang menyerang salah satu jenis reseptor pada otot samping pada simpul neuromukular- reseptor yang

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat kasih dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Hubungan Tingkat Kebisingan dengan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) rata-rata jumlah dana bantuan langsung masyarakat yang diterima anggota kelompok nelayan, (2) rata-rata pendapatan

Seiring berkembangnya usaha budidaya ikan di karamba jaring apung laut maupun di tambak terdapat pula beberapa masalah yang sering mengganggu sehingga menghambat