• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. tingginya angka kematian pada ibu. Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. tingginya angka kematian pada ibu. Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu ciri negara yang sedang berkembang adalah masalah kesehatan yang masih rendah. Di negara Indonesia rendahnya kesehatan ditandai dengan masih tingginya angka kematian pada ibu. Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 angka kematian ibu secara nasional adalah 248 per 100.000 kelahiran hidup sedangkan untuk jawa tengah adalah 116 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI, 2007).

Menurut WHO, 40% kematian Ibu di negara berkembang berkaitan dengan anemia dalam kehamilan. Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut. Frekuensi ibu hamil di Indonesia yang mengalami anemia masih sangat tinggi yaitu 63,5% dibandingkan di Amerika hanya 6% (Saiffudin, 2002). Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari 12 gr% (Winkjosastro, 2002). Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II (Saifuddin, 2002).

Menurut Rustam (1998), penyebab sebagian besar anemia di Indonesia adalah kekurangan zat besi yang diperlukan untuk pembentukan hemoglobin disebut anemia defisiensi besi. Anemia pada ibu hamil membawa akibat dan komplikasi yang berisiko tinggi untuk terjadinya keguguran, perdarahan, BBLR, atonia uteri, inersia

(2)

uteri, retensio plasenta. Kebutuhan zat besi pada saat kehamilan meningkat. Beberapa literatur mengatakan kebutuhan zat besi meningkat dua kali lipat dari kebutuhan sebelum hamil. Hal ini terjadi karena selama hamil, volume darah meningkat 50%, sehingga perlu lebih banyak zat besi untuk membentuk hemoglobin. Selain itu, pertumbuhan janin dan plasenta yang sangat pesat juga memerlukan banyak zat besi. Dalam keadaan tidak hamil, kebutuhan zat besi biasanya dapat dipenuhi dari menu makanan sehat dan seimbang. Tetapi dalam keadaan hamil, suplai zat besi dari makanan masih belum mencukupi sehingga dibutuhkan suplemen berupa tablet besi (Depkes RI, 2009). tor yang cukup berpengaruh terhadap terjadinya anemia (Munir, 2011).

Suplementasi tablet besi merupakan salah satu cara yang bermanfaat dalam mengatasi anemia. Di Indonesia, suplementasi besi sudah lama diberikan secara rutin pada Ibu hamil di Puskesmas dan Posyandu, menggunakan tablet yang mengandung 60 mg/hari dapat menaikan kadar Hb sebanyak 1 gr% per bulan. Sejauh ini hasil yang dicapai belum menggembirakan, terbukti dari prevalensi anemia pada Ibu hamil yang masih tinggi baik di tingkat nasional maupun di tingkat jawa tengah (Prawirohardjo, 2002).

Kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet besi adalah ketaatan ibu hamil melaksanakan anjuran petugas kesehatan untuk mengkonsumsi tablet zat besi. Kepatuhan mengkonsumsi tablet zat besi di ukur dari ketepatan jumlah tablet yang dikonsumsi, ketepatan cara mengkonsumsi tablet zat besi, frekuensi konsumsi perhari. Suplementasi besi atau pemberian tablet Fe merupakan salah satu upaya penting

(3)

dalam mencegah dan menanggulangi anemia, khususnya anemia kekurangan besi. Suplementasi besi merupakan cara efektif karena kandungan besinya yang dilengkapi asam folat yang dapat mencegah anemia karena kekurangan asam folat (Afnita, 2004). Ketidakpatuhan ibu hamil meminum tablet zat besi dapat memiliki peluang yang lebih besar untuk terkena anemia.

Data anemia di wilayah kerja Puskesmas II bulan Januari sampai Maret tahun 2011 masih tinggi yaitu sekitar 60,57%. Dalam wilayah kerja Puskesmas Cilongok II terdiri dari 9 Desa yaitu Desa Pejogol (3,125%), Panusupan (19,20%), Jatisaba (13,84%), Kasegeran (12,95%), Sudimara (9,372%), Cipete (7,8%), Batuanten (6,70%), Langgongsari (5,36%) dan Pageraji (30,58%). Kasus anemia di wilayah Kerja Puskesmas II Cilongok terbanyak ada di Desa Pageraji (Profil Puskesmas II Cilongok, 2011).

Prevalensi anemia pada ibu hamil sangat tinggi, terutama di negara-negara berkembang. Prevalensi anemia di dunia berkisar antara 10%-20% (Prawiroharjo, 2002). Menurut WHO tahun 2005 kejadian anemia pada kehamilan berkisar antara 20%-89% dengan menetapkan kadar hemoglobin <11 gr% sebagai dasarnya (Munir, 2011).

Dampak anemia pada kehamilan bervariasi dari keluhan yang sangat ringan hingga terjadinya gangguan kelangsungan kehamilan (abortus, partus immatur atau prematur), gangguan proses persalinan (atonia, partus lama, perdarahan), gangguan pada masa nifas (sub involusi rahim, daya tahan terhadap infeksi, stress, dan produksi

(4)

ASI rendah), dan gangguan pada janin (dismaturitas, mikrosomi, BBLR, kematian periinatal, dll) (Yeyeh, 2010).

Anemia pada ibu hamil merupakan masalah kesehatan terkait dengan insidennya yang tinggi dan komplikasi yang dapat timbul baik pada ibu maupun pada janin. Di dunia 34 % ibu hamil dengan anemia dimana 75 % berada di negara sedang berkembang (WHO, 2005 dalam Syafa, 2010). Di Indonesia, 63,5 % ibu hamil dengan anema (Saifudin, 2006), di Bali 46, 2 % ibu hamil dengan anemia (Ani dkk., 2007), dan di RSUD Wangaya Kota Denpasar 25, 6 % ibu hamil aterm dengan anemia (CM RSUD Wangaya, 2010). Ibu hamil dengan anemia sebagian besar sekitar 62,3 % berupa anemia defisiensi besi (ADB) (Wiknjosastro, 2005).

Menurut WHO, 40% kematian ibu di negara berkembang berkaitan dengan anemia dalam kehamilan (Manuaba, 2001). Frekuensi ibu hamil dengan anemia di Indonesia relatif tinggi yaitu 63,5%. Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar < 10,5 gr% pada trimester II (Saifuddin, 2002). Anemia pada ibu hamil disebabkan oleh kekurangan zat besi, kekurangan asam folat, infeksi dan kelainan darah. Anemia dalam kehamilan dapat berpengaruh buruk terutama saat kehamilan, persalinan dan nifas. Prevalensi anemia yang tinggi berakibat negatif seperti: 1) Gangguan dan hambatan pada pertumbuhan, baik sel tubuh maupun sel otak, 2) Kekurangan Hb dalam darah mengakibatkan kurangnya oksigen yang dibawa/ditransfer ke sel tubuh maupun ke otak (Manuaba, 2001).

(5)

Menurut penelitian Lestari (2011), dalam penelitiannya menyatakan ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu hamil tentang anemia dengan sikap pencegahan terhadap anemia di RSIA Arvita Bunda Yogyakarta. Hubungan tersebut dapat dilihat dari semakin tingginya pengetahuan Ibu tentang anemia maka semakin positif pula sikap Ibu tersebut dalam melakukan pencegahan anemia.

Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang menstimulasi atau merangsang terhadap terwujudnya sebuah perilaku kesehatan. Apabila ibu hamil mengetahui dan memahami akibat anemia dan cara mencegah anemia maka akan mempunyai perilaku kesehatan yang baik dengan harapan dapat terhindar dari berbagai akibat atau risiko dari terjadinya anemia kehamilan. Perilaku kesehatan yang demikian berpengaruh terhadap penurunan kejadian anemia pada ibu hamil.

Survei pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di Desa Pulau Banyak Barat Kabupaten Aceh Singkil tercatat ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya di bidan Desa Pulau Banyak Barat Kabupaten Aceh Singkil sebagian besar mengalami anemia dengan rata-rata kadar Hb di bawah 10,5 gr%. Hasil wawancara dengan 6 orang ibu hamil tentang pentingnya ibu hamil mengkonsumsi tablet Fe secara teratur, didapatkan 3 orang mengetahui pentingnya minum tablet Fe secara teratur, sementara 3 orang kurang mengetahui kalau harus mengkonsumsi secara teratur. Dalam hal kepatuhan ibu dalam mengkonsumsi tablet Fe didapatkan 2 orang mengkonsumsi tablet Fe secara teratur, sementara 4 ibu mengkonsumsi tablet Fe secara tidak teratur karena ibu lupa minum, merasa mual jika minum tablet Fe.

(6)

Berdasarkana latar belakang diatas maka perlu dilakukan penelitian dengan judul “Hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang anemia defesiensi dengan kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet Fe di Desa Pulau Banyak Barat Kabupaten Aceh Singkil.

1.2. Rumusan Masalah

Yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang anemia defesiensi dengan kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet Fe di Desa Pulau Banyak Barat Kabupaten Aceh Singkil. 1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui secara umum hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang anemia defesiensi dengan kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet Fe di Desa Pulau Banyak Barat Kabupaten Aceh Singkil.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil tentang anemia defesiensi di Desa Pulau Banyak Barat Kabupaten Aceh Singkil.

2. Untuk mengetahui kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet Fe di Desa Pulau Banyak Barat Kabupaten Aceh Singkil.

3. Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang anemia defesiensi dengan kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet Fe di Desa Pulau Banyak Barat Kabupaten Aceh Singkil.

(7)

1.4. Manfaat Penelitian 1. Bagi Penulis

Sebagai sarana untuk menambah wawasan dan pengembangan logika berpikir penulis mengenai kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet Fe.

2. Bagi Desa Pulau Banyak Barat Kabupaten Aceh Singkil

Memberikan informasi dari penelitian ini kepada tenaga medis supaya dapat mengetahui anemia untuk diambil langkah-langkah yang sewajarnya.

(8)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan 2.1.1. Pengertian

Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu : indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui penglihatan dan pendengaran. Pengetahuan merupakan dasar untuk terbentuknya sikap dan tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah ada dan tersedia dan sementara orang lain tinggal menerimanya. Pengetahuan adalah sebagai suatu pembentukan yang terus menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi karena adanya pemahaman-pemahaman baru.

Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Misalnya ketika seseorang mencicipi masakan yang baru dikenalnya, ia akan mendapatkan pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan aroma masakan tersebut.

(9)

2.1.2. Kategori Pengetahuan

Menurut Arikunto (2006), pengetahuan dibagi dalam 3 kategori, yaitu:

a. Baik : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 76-100% dari seluruh petanyaan

b. Cukup : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 56-75% dari seluruh pertanyaan

c. Kurang : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 40-55% dari seluruh pertanyaan

2.1.3. Tingkat Pengetahuan dalam Domain Kognitif

Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu:

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengatahuan yang paling rendah

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang telah faham terhadap objek atau materi harus dapat

(10)

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

d. Analisis

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis

Menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menyambungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis adalah kemampuan untuk menyusun suatu formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi

Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek

2.1.4. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2005) beliau menulis tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah sebagai berikut :

(11)

1. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu (Soematno,1992). Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki sebaliknya. Pendidikan yang kurang akan menghambat sikap seseorang terhadap nilai- nilai yang diperkenakan.

2. Usia

Semakin cukup umur seseorang pengetahuan akan lebih matang atau lebih baik dalam berfikir dan bertindak (Susan Bastable, 2002).

3. Pengalaman

Pengalaman juga mempengaruhi pengetahuan karena dari pengalaman yang ada pada dirinya maupun pengalaman orang lain dapat dijadikan sebagai acuan untuk meningkatkan pengetahuan, sebab dari pengalaman itu ia tidak merasa canggung lagi karena telah mengetahui seluruhnya.

4. Support sistem

Lingkungan yang ada di sekitar dapat mempengaruhi pengetahuan manusia karena lingkungan biotik maupun lingkungan abiotik, dapat meningkatkan pengetahuan juga mengetahui sesuatu yang belum diketahui.

2.1.5. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau

(12)

responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas(Notoadmodjo, 2003).

Pengukuran pengetahuan dimaksud untuk mengetahui status pengetahuan seseorang dan disajikan dalam persentase kemudian ditafsirkan dengan kalimat yang bersifat kualitatif, yaitu baik (76%-100%), cukup (60%-75%), kurang (<60%) (Nursalam, 2010).

2.2. Anemia dalam kehamilan 2.2.1. Definisi

Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari 12 gr% (Wiknjosastro, 2002). Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin di bawah 11 gr% pada trimester 1 dan 3 atau kadar haemoglobin kurang dari 10,5 gr% pada trimester 2. Nilai batas tersebut dan perbedaannya dengan wanita tidak hamil terjadi karena hemodilusi, terutama pada trimester 2 (Saifuddin, 2002).

Darah akan bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut hidremia atau hipervolemia. Akan tetapi, bertambahnya sel darah kurang dibandingkan dengan bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah. Perbandingan tersebut adalah sebagai berikut: plasma 30%, sel darah 18% dan haemoglobin 19%.

Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah dimulai sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan antara 32 dan 36 minggu

(13)

(Wiknjosastro, 2002). Secara fisiologis, pengenceran darah ini untuk membantu meringankan kerja jantung yang semakin berat dengan adanya kehamilan.

2.2.2. Penyebab Anemia

Penyebab anemia pada umumnya adalah sebagai berikut: 1. Kurang gizi (malnutrisi)

2. Kurang zat besi dalam diit 3. Malabsorpsi

4. Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain 5. Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan lain-lain 2.2.3. Gejala dan tanda

Secara klinik dapat dilihat ibu lemah, pucat, mudah pingsan, mata kunang-kunang, sementara pada tekanan darah masih dalam batas normal, perlu dicurigai anemia defisiensi. Untuk menegakkan diagnosa dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan melakukan pemeriksaan kadar Hb (Saifuddin, 2002).

2.2.4. Patofisologi Anemia Pada Kehamilan

Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena perubahan sirkulasi yang semakin meningkat terhadap plasenta dan pertumbuhan payudara. Volume plasma meningkat 45-65% dimulai pada trimester II kehamilan, dan maksimum dimulai pada bulan ke-9 dan meningkatnya sekitar 1000ml, menurun sedikit menjelang aterm serta kembali normal 3bulan setelah partus. Stimulasi yang meningkatkan volume plasma seperti laktogen plasma, yang menyebabkan peningkatan sekresi aldesteron (Yeyeh, 2010).

(14)

2.2.5. Klasifikasi Anemia dalam Kehamilan

Klasifikasi anemia dalam kehamilan menurut Wiknjosastro (2002), adalah sebagai berikut:

1. Anemia Defisiensi Besi

Adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah. Pengobatannya yaitu, keperluan zat besi untuk wanita hamil, tidak hamil dan dalam laktasi yang dianjurkan adalah pemberian tablet besi.

a. Terapi oral adalah dengan memberikan preparat besi yaitu ferosulfat, feroglukonat atau Natrium ferobisitrat. Pemberian preparat besi 60 mg/hari dapat menaikkan kadar Hb sebanyak 1 gr% tiap bulan. Saat ini program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam folat untuk profilaksis anemia (Saifuddin, 2002).

b. Terapi parenteral baru diperlukan apabila penderita tidak tahan akan zat besi per oral, dan adanya gangguan penyerapan, penyakit saluran pencernaan atau masa kehamilannya tua (Wiknjosastro, 2002). Pemberian preparat parenteral dengan ferum dextran sebanyak 1000 mg (20 mg) intravena atau 2 x 10 ml/ IM pada gluteus, dapat meningkatkan Hb lebih cepat yaitu 2 gr% (Manuaba, 2001). Untuk menegakkan diagnosa anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan anamnesa. Hasil anamnesa didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang dan keluhan mual muntah pada hamil muda. Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan minimal 2 kali selama

(15)

kehamilan yaitu trimester I dan III. Hasil pemeriksaan Hb, dapat digolongkan sebagai berikut: 1. Hb 11 gr% : Tidak anemia 2. Hb 9-10 gr% : Anemia ringan 3. Hb 7 – 8 gr%: Anemia sedang 4. Hb < 7 gr% : Anemia berat

Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata mendekati 800 mg. Kebutuhan ini terdiri dari, sekitar 300 mg diperlukan untuk janin dan plasenta serta 500 mg lagi digunakan untuk meningkatkan massa haemoglobin maternal, kurang lebih 200 mg lebih akan dieksresikan lewat usus, urin dan kulit. Makanan ibu hamil setiap 100 kalori akan menghasilkan sekitar 8-10 mgzat besi. Perhitungan makan 3 kali dengan 2500 kalori akan menghasilkan sekitar 20-25 mg zat besi perhari. Selama kehamilan dengan perhitungan 288 hari, ibu hamil akan menghasilkan zat besi sebanyak 100 mg sehingga kebutuhan zat besi masih kekurangan untuk wanita hamil (Manuaba, 2001). 2. Anemia Megaloblastik

Adalah anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan asam folat, jarang sekali karena kekurangan vitamin B12

Gejala-gejalanya : a. Malnutrisi

b. Glositis berat (lidah meradang, nyeri) c. Diare

(16)

d. Kehilangan nafsu makan Pengobatannya:

a. Asam folat 15-30 mg per hari b. Vitamin B12 3 X 1 tablet per hari c. Sulfas ferosus 3 X 1 tablet per hari

d. Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga dapat diberikan transfusi darah.

3. Anemia Hipoplastik

Adalah anemia yang disebabkan oleh sum-sum tulang kurang mampu membuat sel-sel darah baru. Anemia ini terjadi pada sekitar 8% kehamilan. Etiologi anemia hipoplastik karena kehamilan belum diketahui dengan pasti. Biasanya anemia hipoplastik karena kehamilan, apabila wanita tersebut telah selesai masa nifas maka anemiaakan sembuh dengan sendirinya.Dalam kehamilan berikutnya ia mengalami anemia hipoplastik lagi.

Ciri-ciri:

a. Pada darah tepi terdapat gambaran normositer dan normokrom, tidak ditemukan ciri-ciri defisiensi besi, asam folat atau vitamin B12.

b. Sum-sum tulang bersifat normblastik dengan hipoplasia eritropoesis yang nyata.

4. Anemia Hemolitik

Adalah anemia yang disebabkan penghancuran atau pemecahan sel darah merah yang lebih cepat dari pembuatannya. Wanita dengan anemia hemolitik sukar

(17)

menjadi hamil; apabila ia hamil, maka anemianya biasanya menjadi lebih berat. Gejala utama adalah anemia dengan kelainan-kelainan gambaran darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ vital. Pengobatannya tergantung pada jenis anemia hemolitik dan beratnya anemia. Obat-obat penambah darah tidak member hasil. Tranfusi darah, kadang dilakukan berulang untuk mengurangi penderitaan ibu dan menghindari bahaya hipoksia janin. Anemia ini terjadi pada sekitar 0,7% kehamilan. Pengobatan tergantung pada jenis anemia himolitik serta penyebabnya. Bila disebabkan oleh infeksi, maka infeksinya diberantas dan diberikan obat-obat penambah darah. Namun pada jenis obat-obatan, hal ini tidak member hasil.

5. Anemia-anemia lain

Seorang wanita yang menderita anemia, misalnya berbagai jenis anemia hemolitik herediter atau yang diperoleh seperti anemia karena malaria, cacing tambang, penyakit ginjal menahun, penyakit hati, tuberkulosis, sifilis, tumor ganas dan sebagainya dapat menjadi hamil. Dalam hal ini anemianya menjadi lebih berat dan berpengaruh tidak baik pada ibu dalam masa kehamilan, persalinan, nifas serta berpengaruh pula bagi anak dalam kandungan. Pengobatan ditujukan pada sebab pokok anemianya, misalnya antibiotika untuk infeksi, obat-obat anti malaria, anti sifilis obat cacing dan lain-lain.

2.2.6. Penatalaksanaan Anemia pada Ibu Hamil

Penanggulangan anemia pada ibu hamil dapat dilakukan dengan cara pemberian tablet besi serta peningkatan kualitas makanan sehari-hari. Ibu hamil

(18)

biasanya tidak hanya mendapat preparat besi tetapi juga asam folat. Dosis pemberian asam folat sebanyak 500µg dan zat besi sebanyak 120mg. Pemberian zat besi sebanyak 30gram per hari akan meningkatkan kadar hemoglobin sebesar 0,3 dl/gram/minggu atau dalam 10 hari. Berikut upaya pencegahan dan penaggulangan anemia (Sulistyoningsih, 2011) :

a. Meningkatkan konsumsi makanan bergizi.

Perhatikan komposisi hidangan setiap kali makan dan makan makanan yang banyak mengandung besi dari bahan makanan hewani (daging, ikan, ayam, hati, telur) dan bahan makanan nabati (sayuran berwarna hijau tua, kacang-kacangan, tempe). perlu juga makan sayur-sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung vitamin C (daun katuk, daun singkong, bayam, jambu, tomat, jeruk dan nanas) sangat bermanfaat untuk meningkatkan penyerapan zat besi dalam usus. Makanan yang berasal dari nabati meskipun kaya akan zat besi, namun hanya sedikit yang bisa diserap dengan baik oleh usus.

b. Menambah pemasukan zat besi ke dalam tubuh dengan minum tablet tambah darah (tablet besi/tablet tambah darah).

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengkonsumsi tablet besi yaitu : 1. Minum tablet besi dengan air putih, jangan minum dengan teh, susu dan kopi

karena dapat menurunkan penyerapan zat besi dalam tubuh sehingga manfaatnya menjadi berkurang.

(19)

2. Kadang-kadang dapat terjadi gejala ringan yang tidak membahayakan seperti perut terasa tidak enak, mual-mual, susah buang air besar dan tinja berwarna hitam.

3. Untuk mengurangi gejala sampingan, minum tablet besi setelah makan malam, menjelang tidur. Akan lebih baik bila setelah minum tablet besi disertai makan buah-buahan seperti : pisang, pepaya, jeruk, dll.

4. Simpanlah tablet besi di tempat yang kering, terhindar dari sinar matahari langsung, jauhkan dari jangkauan anak, dan setelah dibuka harus ditutup kembali dengan rapat. tablet besi yang telah berubah warna sebaiknya tidak diminum

5. Tablet besi tidak menyebabkan tekanan darah tinggi atau kebanyakan darah. c. Mengobati penyakit yang menyebabkan atau memperberat anemia seperti :

kecacingan, malaria dan penyakit TBC. 2.2.7. Dampak Anemia dalam Kehamilan

Anemia pada ibu hamil bukan tanpa resiko. Menurut penelitian tingginya angka kematian ibu berkaitan erat dengan anemia. Anemia juga menyebabkan rendahnya kemampuan jasmani karena sel-sel tubuh tidak cukup mendapat pasokan oksigen. Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuaensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan. Resiko kematian maternal, angka prematuritas, berat badan bayi lahir rendah, dan angka kematian perinatal meningkat. Perdarahan antepartum dan post partum lebih sering di jumpai pada wanita yang anemia dan lebih sering berakibat fatal, sebab wanita yang anemis tidak dapat mentolerir kehilangan darah.

(20)

Dampak anemia pada kehamilan bervariasi dari keluhan yang sangat ringan hingga terjadinya gangguan kelangsungan kehamilan (abortus, partus immatur atau prematur), gangguan proses persalinan (atonia, partus lama, perdarahan), gangguan pada masa nifas (sub involusi rahim, daya tahan terhadap infeksi, stress, dan produksi ASI rendah), dan gangguan pada janin (dismaturitas, mikrosomi, BBLR, kematian periinatal, dll) (Yeyeh, 2010).

2.3. Kepatuhan

Kepatuhan berasal dari kata “patuh” yang berarti taat, suka menuruti, disiplin. Kepatuhan menurut Trostle dalam Simamora (2004), adalah tingkat perilaku penderita dalam mengambil suatu tindakan pengobatan, misalnya dalam menentukan kebiasaan hidup sehat dan ketetapan berobat. Dalam pengobatan, seseorang dikatakan tidak patuh apabila orang tersebut melalaikan kewajibannya berobat, sehingga dapat mengakibatkan terhalangnya kesembuhan.

Menurut Sacket (1985), kepatuhan penderita adalah sejauh mana perilaku penderita sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh profesional kesehatan. Menurut Sarafino (1994), secara umum ketidaktaatan meningkatkan risiko berkembangnya masalah kesehatan atau memperpanjang, atau memperburuk kesakitan yang sedang diderita. Perkiraan yang ada menyatakan bahwa 20% jumlah opname di rumah sakit merupakan akibat dari ketidaktahuan penderita terhadap aturan pengobatan. Faktor yang memengaruhi kepatuhan seseorang dalam berobat yaitu faktor petugas, faktor obat, dan faktor penderita. Karakteristik petugas yang

(21)

memengaruhi kepatuhan antara lain jenis petugas, tingkat pengetahuan, lamanya bekerja, frekuensi penyuluhan yang dilakukan. Faktor obat yang memengaruhi kepatuhan adalah pengobatan yang sulit dilakukan tidak menunjukkan ke arah penyembuhan, waktu yang lama, adanya efek samping obat. Faktor penderita yang menyebabkan ketidakpatuhan adalah umur, jenis kelamin, pekerjaan, anggota keluarga, saudara atau teman khusus. Faktor-faktor yang memengaruhi ketidakpatuhan dapat digolongkan menjadi 4 (empat) bagian yaitu :

1. Pemahaman tentang instruksi

Tak seorang pun mematuhi instruksi jika ia salah paham tentang instruksi yang diberikan padanya. Kadang-kadang hal ini disebabkan oleh kegagalan profesional kesehatan dalam memberikan informasi yang lengkap, penggunaan istilah-istilah medis, dan banyak memberikan intruksi yang harus diingat oleh penderita.

Pendekatan praktis untuk meningkatkan kepatuhan penderita ditemukan oleh (Niven, 2002), yaitu :

a. Buat instruksi tertulis yang jelas dan mudah diinterpretasikan.

b. Berikan informasi tentang pengobatan sebelum menjelaskan hal-hal lain. c. Jika seseorang diberikan suatu daftar tertulis tentang hal-hal yang harus

diingat maka akan ada efek “keunggulan”, yaitu mereka berusaha mengingat hal-hal yang pertama kali ditulis.

d. Instruksi-instruksi harus ditulis dengan bahasa umum (non medis) dan hal-hal yang perlu ditekankan.

(22)

2. Kualitas interaksi.

Kualitas interaksi antara profesional kesehatan dengan penderita merupakan bagian yang penting dalam menentukan derajat kepatuhan. Meningkatkan interaksi profesional kesehatan dengan penderita adalah suatu hal penting untuk memberikan umpan balik pada penderita setelah memperoleh informasi tentang diagnosis. Penderita membutuhkan penjelasan tentang kondisinya saat ini, apa penyebabnya dan apa yang mereka lakukan dengan kondisi seperti itu.

3. Isolasi sosial dan keluarga.

Keluarga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga menentukan tentang program pengobatan yang dapat mereka terima. Keluarga juga memberi dukungan dan membuat keputusan mengenai perawatan dari anggota keluarga yang sakit. 4. Keyakinan, sikap, kepribadian

Ahli psikologi telah menyelidiki tentang hubungan antara pengukuran-pengukuran kepribadian dan kepatuhan. Mereka menemukan bahwa data kepribadian secara benar dibedakan antara orang yang patuh dengan orang yang gagal. Orang-orang yang tidak patuh adalah orang-orang yang lebih mengalami depresi, ansietas, sangat memerhatikan kesehatannya, memiliki kekuatan ego yang lebih lemah dan yang kehidupan sosialnya lebih memusatkan perhatian pada dirinya sendiri.

Menurut Niven (2002), faktor yang berhubungan dengan ketidaktaatan, secara sejarah, riset tentang ketaatan penderita didasarkan atas pandangan tradisional

(23)

mengenai penderita sebagai penerima nasihat dokter yang pasif dan patuh. Penderita yang tidak taat dipandang sebagai orang yang lalai, dan masalahnya mengidentifikasi kelompok-kelompok penderita yang tidak patuh berdasarkan kelas sosio ekonomi, pendidikan, umur, dan jenis kelamin. Pendidikan penderita dapat meningkatkan kepatuhan, sepanjang bahwa pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif seperti penggunaan buku-buku dan kaset oleh penderita secara mandiri. Usaha-usaha ini sedikit berhasil, seorang dapat menjadi tidak taat kalau situasinya memungkinkan. Teori-teori yang lebih baru menekankan faktor situasional dan penderita sebagai peserta yang aktif dalam proses pengobatannya. Perilaku ketaatan sering diartikan sebagai suatu usaha penderita untuk mengendalikan perilakunya, bahkan jika hal tersebut bisa menimbulkan risiko mengenai kesehatannya.

Macam-macam faktor yang berkaitan dengan ketidaktaatan disebutkan : 1. Ciri-ciri kesakitan dan ciri-ciri pengobatan

Perilaku ketaatan lebih rendah untuk penyakit kronis (karena tidak ada akibat buruk yang segera dirasakan atau risiko yang jelas), sarana mengenai gaya hidup umum dan kebiasaan yang lama, pengobatan yang kompleks, pengobatan dengan efek samping, perilaku yang tidak pantas.

Menurut Sarafino (1994), tingkat ketaatan rata-rata minum obat untuk menyembuhkan kesakitan akut dengan pengobatan jangka pendek adalah sekitar 78% untuk kesakitan kronis dengan cara pengobatan jangka panjang tingkat tersebut menurun sampai 54%.

(24)

2. Komunikasi antara penderita dan dokter.

Berbagai aspek komunikasi antara penderita dengan dokter memengaruhi tingkat ketidakpuasan terhadap informasi aspek hubungan dengan pengawasan emosional yang kurang, dengan dokter, ketidakpuasan terhadap pengobatan yang diberikan.

3. Variabel-variabel sosial

Hubungan antara dukungan sosial dengan ketaatan telah dipelajari. Secara umum, orang-orang yang merasa mereka menerima penghiburan, perhatian, dan pertolongan yang mereka butuhkan dari seseorang atau kelompok biasanya cenderung lebih mudah mengikuti nasihat medis, daripada penderita yang kurang mendapat dukungan sosial. Jelaslah bahwa keluarga memainkan peranan yang sangat penting dalam pengelolaan medis. Misalnya, penggunaan pengaruh normatif pada penderita, yang mugkin mengakibatkan efek yang memudahkan atau menghambat perilaku ketaatan.

4. Ciri-ciri individual

Variabel-variabel demografis juga digunakan untuk meramalkan ketidaktaatan. Sebagai contoh : di Amerika serikat, kaum wanita, kaum kulit putih, dan orang tua cenderung mengikuti anjuran dokter (Sarafino, 1994).

(25)

2.4. Zat Besi (Fe) 2.4.1. Pengertian

Zat besi adalah mineral mikron yang paling banyak terdapat dalam tubuh manusia. Zat besi merupakan komponen dari hemoglobin, mioglobin, sitokran enzim katalase, serta peroksidase. Besi merupakan mineral mikron yang paling banyak terdapat dalam tubuh manusia yaitu sebanyak 3-5 gram dalam tubuh manusia dewasa (Almatsier, 2003). Zat besi adalah garam besi dalam bentuk tablet/kapsul yang apabila dikonsumsi secara teratur dapat meningkatkan jumlah sel darah merah. Wanita hamil mengalami pengenceran sel darah merah sehingga memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan jumlah sel darah merah dan untuk sel darah merah janin (Rasmaliah, 2004).

2.4.2. Manfaat Fe Bagi Ibu Hamil 1. Metabolisme Energi

Di dalam tiap sel, besi bekerja sama dengan rantai protein pengangkut elektron yang berperan dalam langkah-langkah akhir metabolisme energi. Protein ini memindahkan hidrogen dan elektron yang berasal dari zat gizi penghasil energi ke oksigen sehingga membentuk air. Dalam proses tersebut dihasilkan molekul protein yang mengandung besi dari sel darah merah dan mioglobin di dalam otot (Almatsier, 2003).

2. Sistem Kekebalan

Besi memegang peranan penting dalam sistem kekebalan tubuh, respon kekebalan oleh limfosit-T terganggu karena berkurangnya pembentukan sel-sel

(26)

tersebut, yang kemungkinan disebabkan oleh berkurangnya sintesis DNA, disamping itu sel darah putih yang menghancurkan bakteri tidak dapat bekerja secara aktif dalam keadaan tubuh kekurangan besi (Almatsier, 2003).

3. Pelarut Obat-obat

Obat-obatan yang tidak larut oleh enzim yang mengandung besi dapat dilarutkan sehingga dapat dikeluarkan dari tubuh (Almatsier, 2003).

2.4.3. Kebutuhan Fe Bagi Ibu Hamil

Semakin sering seorang wanita mengalami kehamilan dan melahirkan, akan makin banyak kehilangan zat besi dan menjadi makin anemis. Sebagai gambaran kebutuhan zat besi pada setiap kehamilan bagan berikut :

a. Meningkatkan sel darah ibu 500 mg Fe b. Terdapat dalam plasenta 300 mg Fe c. Untuk darah janin 100 mg Fe

2.5. Kepatuhan Ibu Hamil Mengkonsumsi Tablet Fe 2.5.1. Pengertian

Kata kepatuhan berasal dari kata dasar patuh yang berarti taat, suka menurut dan berdisiplin (kamus besar bahasa Indonesia, 1995). Menurut Arisman (2004) dalam Wipayani (2008), mengartikan kepatuhan adalah sebagai tingkat pasien melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokternya atau oleh orang lain. Kepatuhan dalam penelitian ini menunjuk pada kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi zat besi (Fe).

(27)

Kepatuhan mengkonsumsi tablet zat besi di ukur dari ketepatan jumlah tablet yang dikonsumsi, ketepatan cara mengkonsumsi tablet zat besi, frekuensi konsumsi perhari. Suplementasi besi atau pemberian tablet Fe merupakan salah satu upaya penting dalam mencegah dan menanggulangi anemia, khususnya anemia kekurangan besi. Suplementasi besi merupakan cara efektif karena kandungan besinya yang dilengkapi asam folat yang dapat mencegah anemia karena kekurangan asam folat. 2.5.2. Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Ibu Hamil Mengkonsumsi

Tablet Fe

Menurut Never (2002) dalam Wipayani (2008), faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan ibu hamil meminum tablet zat besi yaitu :

1. Pengetahuan

Pengetahuan ibu hamil tentang anemia dan manfaat dari zat besi didapat dari penyuluhan yang diberikan bidan pada waktu ibu hamil tersebut melakukan pemeriksaan ANC. Tingkat pengetahuan ibu juga mempengaruhi kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet zat besi.

2. Tingkat Pendidikan

Latar belakang pendidikan ibu hamil juga sangat berpengaruh terhadap kepatuhan ibu hamil meminum tablet zat besi.

3. Pemeriksaan ANC

Pemeriksaan ANC mempengaruhi tingkat kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet Fe, karena dengan melakukan pemeriksaan kehamilan ibu hamil akan mendapat informasi tentang pentingnya tablet Fe bagi kehamilannya.

(28)

2.6. Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 2.1

2.7. Hipotesis Penelitian

1. Ada hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang anemia defesiensi dengan kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet Fe di Desa Pulau Banyak Barat Kabupaten Aceh Singkil.

(29)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu untuk mengetahui bagaimana hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang anemia defesiensi dengan kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet Fe di Desa Pulau Banyak Barat Kabupaten Aceh Singkil.

3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Pulau Banyak Barat Kabupaten Aceh Singkil.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2015.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil pada bulan Januari s/d Mei 2015 di Desa Pulau Banyak Barat Kabupaten Aceh Singkil sebanyak jumlah 60 orang.

3.3.2. Sampel

(30)

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi dijadikan menjadi sampel (total Sampling) yaitu sebesar 60 orang.

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Jenis Data

a. Data Primer

Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner.

b. Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mengambil data-data dari dokumen atau catatan yang diperoleh dari Desa Pulau Banyak Barat Kabupaten Aceh Singkil.

3.5. Definisi Operasional

Tabel 3.1. Definisi, Cara, Alat, Skala dan Hasil Ukur Definisi Operasional Cara dan

Alat Ukur

Skala Ukur

Hasil Ukur 1. Pengetahuan adalah segala

sesuatu yang diketahui oleh ibu tentang anemia defisiensi.

Wawancara Ordinal 0. Baik 1. Sedang 2. Buruk 2. Kepatuhan dalam

mengkonsumsi tablet fe adalah ketaatan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet fe setiap hari

Wawancara Ordinal 0. Patuh 1. Tidak Patuh

(31)

3.5. Metode Pengolahan dan Analisa data 3.5.1. Pengolahan Data

Setelah data penelitian terkumpul maka dilakukan proses pengolahan data meliputi tahap-tahap berikut ini :

1. Editing

Editing dalam penelitian ini berupa kegiatan pengecekan data apakah sudah lengkap.

2. Coding

Coding adalah mengklasifikasikan data-data yang telah dikumpulkan menurut

macamnya. 3. Data Entry

Data rntry yaitu proses memasukkan data ke dalam kategori tertentu untuk dilakukan analisis data dengan menggunakan bantuan komputer.

4. Tabulating

Tabulating adalah langkah memasukkan data-data hasil penelitian ke dalam tabel sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan (Riyanto, 2009).

3.5.2. Analisa Data

3.5.2.1. Analisis Univariat

Analisis data secara univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran distribusi frekuensi responden. Analisa ini digunakan untuk memperoleh gambaran variabel independen yaitu tingkat pengetahuan ibu hamil tentang anemia defesiensi dan variabel dependen yaitu kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet fe.

(32)

3.3.1. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk menguji ada tidaknya hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang anemia defesiensi dengan kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet Fe di Desa Pulau Banyak Barat Kabupaten Aceh Singkil dengan menggunakan statistik uji chi-square kemudian hasilnya dinarasikan.

(33)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Desa Pulau Banyak Barat terletak Kabupaten Aceh Singkil. Desa ini merupakan salah satu wilayah yang terletak di dikelilingi oleh lautan. Secara geografis Desa Pulau Banyak Barat Kabupaten Aceh Singkil mempunyai luas wilayah 48.213 km2.

4.2. Karakteristik Responden

Karakteristik responden yang diteliti dalam penelitian ini meliputi: umur, dan pekerjaan.

4.2.1. Umur Responden

Untuk melihat umur responden di Desa Pulau Banyak Barat Kabupaten Aceh Singkil dapat dilihat pada Tabel 4.1 :

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Umur Responden di Desa Pulau Banyak Barat Kabupaten Aceh Singkil

No Umur Responden f %

1 > 20 tahun 4 6,7

2 20-35 tahun 43 71,7

3 > 35 tahun 13 21,7

Jumlah 60 100,0

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa umur responden lebih banyak dengan umur 20-35 tahun sebanyak 43 orang (71,7%), umur > 35 tahun sebanyak 13 orang (21,7%) dan lebih sedikit dengan umur < 20 tahun sebanyak 4 orang (6,7%).

(34)

4.2.2. Pekerjaan Responden

Untuk melihat pekerjaan responden di Desa Pulau Banyak Barat Kabupaten Aceh Singkil dapat dilihat pada Tabel 4.2 :

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Pekerjaan Responden di Desa Pulau Banyak Barat Kabupaten Aceh Singkil

No Perkerjaan f %

1 IRT 6 10,0

2 Petani 37 61,7

3 Berdagang 17 28,3

Jumlah 60 100,0

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa pekerjaan responden lebih banyak dengan pekerjaan petani sebanyak 37 orang (61,7%), berdagang sebanyak 17 orang (28,3%) dan lebih sedikit dengan IRT sebanyak 6 orang (10,0%).

4.3. Analisis Univariat

Analisis univariat yang diteliti dalam penelitian ini meliputi: tingkat pengetahuan tentang anemia defesiensi dan kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet fe. 4.3.1. Pengetahuan Ibu Hamil tentang Anemia Defesiensi

Untuk melihat pengetahuan ibu hamil tentang anemia defesiensi di Desa Pulau Banyak Barat Kabupaten Aceh Singkil dapat dilihat pada Tabel 4.3 :

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Hamil tentang Anemia Defesiensi di Desa Pulau Banyak Barat Kabupaten Aceh Singkil

No Pengetahuan f %

1 Baik 7 11,6

2 Cukup 28 46,7

3 Kurang 25 41,7

(35)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa pengetahuan ibu hamil tentang anemia defesiensi di Desa Pulau Banyak Barat Kabupaten Aceh Singkil lebih banyak dengan pengetahuan kurang sebanyak 28 orang (46,7%), pengetahuan kurang sebanyak 25 orang (41,7%) dan lebih sedikit dengan pengetahuan baik sebanyak 7 orang (11,6%).

4.3.2. Kepatuhan dalam Mengkonsumsi Tablet Fe

Untuk melihat kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet fe di Desa Pulau Banyak Barat Kabupaten Aceh Singkil dapat dilihat pada Tabel 4.4 :

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Kepatuhan dalam Mengkonsumsi Tablet Fe di Desa Pulau Banyak Barat Kabupaten Aceh Singkil

No Kepatuhan f %

1 Patuh 13 21,7

2 Tidak Patuh 47 78,3

Jumlah 60 100,0

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet fe di Desa Pulau Banyak Barat Kabupaten Aceh Singkil lebih banyak dengan tidak patuh sebanyak 47 orang (78,3%) dan lebih sedikit dengan patuh sebanyak 13 orang (21,7%).

4.4. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mengidentifikasi hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang anemia defesiensi dengan kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet Fe di Desa Pulau Banyak Barat Kabupaten Aceh Singkil.

(36)

4.4.1. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang Anemia Defesiensi dengan Kepatuhan dalam Mengkonsumsi Tablet Fe di Desa Pulau Banyak Barat Kabupaten Aceh Singkil

Untuk melihat hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang anemia defesiensi dengan kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet Fe di Desa Pulau Banyak Barat Kabupaten Aceh Singkil dapat dilihat pada Tabel 4.5:

Tabel 4.6. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang Anemia Defesiensi dengan Kepatuhan dalam Mengkonsumsi Tablet Fe di Desa Pulau Banyak Barat Kabupaten Aceh Singkil

No Pengetahuan

Kepatuhan

Total Nilai p Patuh Tidak Patuh

n % n % N %

1 Baik 5 71,4 2 28,6 7 100,0 0,002

2 Sedang 6 21,4 22 78,6 28 100,0

3 Kurang 2 8,0 23 92,0 25 100,0

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 7 orang dengan pengetahuan baik terdapat patuh sebanyak 5 orang (71,4%) dan tidak patuh sebanyak 2 orang (28,6%). Kemudian dari 28 orang dengan pengetahuan sedang terdapat patuh sebanyak 6 orang (21,4%) dan tidak patuh sebanyak 22 orang (78,6%). Sedangkan dari 25 orang dengan pengetahuan kurang terdapat patuh sebanyak 2 orang (8,0%) dan tidak patuh sebanyak 23 orang (92,0%).

Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai p=0,002 < 0,05 maka dapat disimpulkan ada hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang anemia defesiensi dengan kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet Fe di Desa Pulau Banyak Barat Kabupaten Aceh Singkil.

(37)

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1. Pengetahuan Ibu Hamil tentang Anemia Defesiensi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan ibu hamil tentang anemia defesiensi di Desa Pulau Banyak Barat Kabupaten Aceh Singkil bahwa lebih banyak dengan pengetahuan kurang sebanyak 28 orang (46,7%), pengetahuan kurang sebanyak 25 orang (41,7%) dan lebih sedikit dengan pengetahuan baik sebanyak 7 orang (11,6%). Mengacu pada hasil penelitian ini dapat dijelaskan bahwa pengetahuan ibu tentang anemia defesiensi tergolong sangat rendah, keadaan ini dipengaruhi oleh kurangnya sumber informasi kepada ibu tentang anemia defesiensi melalui media massa, media cetak, media elektronik maupun orang lain.

5.2. Kepatuhan dalam Mengkonsumsi Tablet Fe

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet fe di Desa Pulau Banyak Barat Kabupaten Aceh Singkil lebih banyak dengan tidak patuh sebanyak 47 orang (78,3%) dan lebih sedikit dengan patuh sebanyak 12 orang (21,7%). Hal ini menunjukkan bahwa ketidakpatuhan ibu dalam mengkonsumsi tablet Fe sangat tinggi. Keadan ini perlu mendapat perhatian agar dari petugas kesehatan agar ibu meningkatkan kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet fe.

Mengkonsumsi tablet fe sangat diperlukan pada ibu hamil karena dengan mengkonsumsi tablet fe minimal 90 tablet saat kehamilan dapat mencegah terjadinya anemia pada ibu hamil. Pemerintah sudah melaksanakan pemberian tablet besi (Fe)

(38)

secara gratis kepada semua ibu hamil untuk mencegah terjadinya anemia terutama pada masa kehamilan. Tindakan yang dilakukan adalah pendistribusian tablet Fe melalui Posyandu, Polindes, dan Puskesmas. Selain itu melibatkan peran serta dari petugas kesehatan seperti; bidan, perawat hingga kader Posyandu dapat mengurangi jumlah ibu hamil yang mengalami anemia dengan meningkatkan pengetahuan tentang manfaat tablet besi, meningkatkan kepatuhan mengkonsumsi tablet besi, dan juga diperlukan sistem evaluasi dan monitoring yang dapat dipercaya

Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, angka anemia berkisar 24,5%. Anemia dalam kehamilan memberikan pengaruh yang kurang baik bagi ibu, baik dalam masa kehamilan, persalinan, maupun nifas, seperti abortus, partus prematur, partus lama, inersia uteri, perdarahan post partum karena atonia uteri, syok, infeksi baik intra partum maupun post partum bahkan sampai dapat menyebabkan kematian ibu. Anemia penyebab gangguan pembekuan darah yang mengakibatkan tonus uterus terhambat untuk berkontraksi.

Menurut penelitian tingginya angka kematian ibu berkaitan erat dengan anemia. Anemia juga menyebabkan rendahnya kemampuan jasmani karena sel-sel tubuh tidak cukup mendapat pasokan oksigen. Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuaensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan. Resiko kematian maternal, angka prematuritas, berat badan bayi lahir rendah, dan angka kematian perinatal meningkat. Perdarahan antepartum dan post partum lebih sering di jumpai pada wanita yang anemia dan lebih sering berakibat fatal, sebab wanita yang anemis tidak dapat mentolerir kehilangan darah.

(39)

Menurut Yeyeh (2010) bahwa dampak anemia pada kehamilan bervariasi dari keluhan yang sangat ringan hingga terjadinya gangguan kelangsungan kehamilan (abortus, partus immatur atau prematur), gangguan proses persalinan (atonia, partus lama, perdarahan), gangguan pada masa nifas (sub involusi rahim, daya tahan terhadap infeksi, stress, dan produksi ASI rendah), dan gangguan pada janin (dismaturitas, mikrosomi, BBLR, kematian periinatal, dll).

5.3. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang Anemia Defesiensi dengan Kepatuhan dalam Mengkonsumsi Tablet Fe di Desa Pulau Banyak Barat Kabupaten Aceh Singkil

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 7 orang dengan pengetahuan baik terdapat patuh sebanyak 5 orang (71,4%) dan tidak patuh sebanyak 2 orang (28,6%). Kemudian dari 28 orang dengan pengetahuan sedang terdapat patuh sebanyak 6 orang (21,4%) dan tidak patuh sebanyak 22 orang (78,6%). Sedangkan dari 25 orang dengan pengetahuan kurang terdapat patuh sebanyak 2 orang (8,0%) dan tidak patuh sebanyak 23 orang (92,0%).

Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai p=0,002 < 0,05 maka dapat disimpulkan ada hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang anemia defesiensi dengan kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet Fe di Desa Pulau Banyak Barat Kabupaten Aceh Singkil. Mengacu pada hasil uji tersebut dapat dijelaskan semakin tinggi pengetahuan ibu tentang anemia defesiensi akan meningkat kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet Fe dan sebaliknya semakin rendah pengetahuan ibu tentang anemia defesiensi akan menurunkan kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet Fe.

(40)

Kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet besi adalah ketaatan ibu hamil melaksanakan anjuran petugas kesehatan untuk mengkonsumsi tablet zat besi. Kepatuhan mengkonsumsi tablet zat besi di ukur dari ketepatan jumlah tablet yang dikonsumsi, ketepatan cara mengkonsumsi tablet zat besi, frekuensi konsumsi perhari. Suplementasi besi atau pemberian tablet Fe merupakan salah satu upaya penting dalam mencegah dan menanggulangi anemia, khususnya anemia kekurangan besi. Suplementasi besi merupakan cara efektif karena kandungan besinya yang dilengkapi asam folat yang dapat mencegah anemia karena kekurangan asam folat (Afnita, 2004). Ketidakpatuhan ibu hamil meminum tablet zat besi dapat memiliki peluang yang lebih besar untuk terkena anemia.

Kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet besi adalah ketaatan ibu hamil melaksanakan anjuran petugas kesehatan untuk mengkonsumsi tablet zat besi. Kepatuhan mengkonsumsi tablet zat besi di ukur dari ketepatan jumlah tablet yang dikonsumsi, ketepatan cara mengkonsumsi tablet zat besi, frekuensi konsumsi perhari. Suplementasi besi atau pemberian tablet Fe merupakan salah satu upaya penting dalam mencegah dan menanggulangi anemia, khususnya anemia kekurangan besi. Suplementasi besi merupakan cara efektif karena kandungan besinya yang dilengkapi asam folat yang dapat mencegah anemia karena kekurangan asam folat (Afnita, 2004). Ketidakpatuhan ibu hamil meminum tablet zat besi dapat memiliki peluang yang lebih besar untuk terkena anemia.

Pengetahuan dan pemahaman yang baik pada ibu hamil tentang cara mencegah dan mengatasi anemia, maka akan mempengaruhi terbentuknya perilaku

(41)

yang baik dalam mencegah dan mengatasi anemia kehamilan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.

Menurut penelitian Lestari (2011), dalam penelitiannya menyatakan ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu hamil tentang anemia dengan sikap pencegahan terhadap anemia di RSIA Arvita Bunda Yogyakarta. Hubungan tersebut dapat dilihat dari semakin tingginya pengetahuan Ibu tentang anemia maka semakin positif pula sikap Ibu tersebut dalam melakukan pencegahan anemia.

Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang menstimulasi atau merangsang terhadap terwujudnya sebuah perilaku kesehatan. Apabila ibu hamil mengetahui dan memahami akibat anemia dan cara mencegah anemia maka akan mempunyai perilaku kesehatan yang baik dengan harapan dapat terhindar dari berbagai akibat atau risiko dari terjadinya anemia kehamilan. Perilaku kesehatan yang demikian berpengaruh terhadap penurunan kejadian anemia pada ibu hamil.

(42)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Pengetahuan ibu hamil tentang anemia defesiensi di Desa Pulau Banyak Barat Kabupaten Aceh Singkil lebih banyak dengan pengetahuan kurang sebanyak 28 orang (46,7%), pengetahuan kurang sebanyak 25 orang (41,7%) dan lebih sedikit dengan pengetahuan baik sebanyak 7 orang (11,6%).

2. Kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet fe di Desa Pulau Banyak Barat Kabupaten Aceh Singkil lebih banyak dengan tidak patuh sebanyak 47 orang (78,3%) dan lebih sedikit dengan patuh sebanyak 13 orang (21,7%).

3. Terdapat hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang anemia defesiensi dengan kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet Fe di Desa Pulau Banyak Barat Kabupaten Aceh Singkil

6.2. Saran

1. Bagi petugas kesehatan wilayah kerja Puskesmas Kluet Utara Kabupaten Aceh Selatan agar penyuluhan kesehatan pada ibu hamil untuk mengurangi kejadian anemia.

2. Bagi ibu di Desa Sijambur Kecamatan Ajibata Kabupaten Toba Samosir agar mengkonsumsi zat besi selama hamil untuk mencegah anemia dan mencari informasi tentang anemia dalam kehamilan.

(43)

DAFTAR PUSTAKA

Aimee, et al., 2010. Association of Intrauterine and Early-Life Exposures with Diagnosis of Uterine Leiomyomata by 35 Years of Age in the Sister Study. Environmental Health Perspectives. Volume 118. No. 3. Pages 375-380. Anonim, 2011. Uterine Fibroids, Active Component Females, U.S. Armed Forces,

2001-2010. Medical Surveillance Monthly Report. Volume 18, No. 12. Pages 10-13.

Benson, Ralph. 2008. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi Edisi 6. Jakarta : Penerbit EGC.

Copaescu, C., 2007. Laparoscopic Hysterectomy. Chirurgia (Bucur). Volume 102, No. 2, March-April 2007. Romanian.

Hadibroto., R.Budi., 2005. Mioma Uteri. Majalah Kedokteran Nusantara, Volume 38, No. 3, September 2005. Medan.

Hart D.M, Norman J, 2001. Gynecology Illustrated.5th Edition. UK: Churchill Livingstone

James R., Md. Scott, Ronald S., Md. Gibbs, Beth Y., Md. Karlan, Arthur F., Md. Haney, David N, 2003.Danforth By Lippincott Williams & Wilkins Publishers; 9th edition:475

JK, Park et al., 2005. A Clinical Analysis of Uterine Myoma. Korean Journal Obstetric Gynecology. Volume 48, No. 2. Pages 436-445.

Kumar Vinay,Abbas Abul K, Fausto Nelson, Mitchell Richard N, Robbins Basic Pathology, 8th Edition, Philadelphia, USA, Saunders Elsevier 2007, Chapter 19 The Female Genital System and Breast: 724-725.

Kurniasari, T., 2010. Karakteristik Mioma Uteri Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta Periode Januari 2009 – Januari 2010. Laporan Penelitian Mahasiswa FK UNS. Laughlin et al., 2009. Prevalence of Uterine Leiomyomas in the First Trimester of Pregnancy : An Ultrasound-Screening Study. Journal of Obstetric and Gynaecology. Volume 113. Issue 3. Pages 630-635

(44)

Lefebvre, et al., 2003. The Management of Uterine Leiomyomas. Journal Obstetric Gynecologic Canada, No 128, Pages 396-405.

Muzakir, 2008. Profil Penderita Mioma Uteri di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau periode 1 Januari-31 Desember 2006. Laporan Penelitian.

Ohonsi, A, Amole, et al., 2011. Surgical Management of Uterine Fibroids at Aminu Kano Teaching Hospital. Hindawi Publishing Corporation Obstetrics and Gynecology International. Volume 2012. Pages 1-6.

Ompusunggu, Miranti., 2009. Karakteristik Penderita Mioma Uteri Rawat Inap di RS. Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2008. Skripsi Mahasiswa FKM USU Medan.

Parker WH. 2007, Etiology, Symptomatology and Diagnosis of Uterine Myomas. Volume 87. Department of Obstetrics and gynecology UCLA School of Medicine. California : American Society for Reproductive Medicine.

Prawirohardjo S, Wiknjosastro H, Sumapraja S, 2007. Ilmu kandungan. Edisi II. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, 2005. 338-345.

Purba, C, Merry., 2009. Karakteristik Penderita Mioma Uteri yang Dirawat Inap di rumah Sakit Vita Insani Pematang Siantar Tahun 2004-2008. Skripsi Mahasiswa FKM USU Medan.

Randell, et al., 2006. Fracture Risk and Bone Density of Peri – and Early Postmenopausal Women with Uterine Leiomyoma. Maturitas. Volume 53, No. 3, February 2006, Finland.

Whiteman et al., 2008. Inpatient Hysterectomy Surveillance in The United States, 2000-2004. American Journal of Obstetric and Gynecology. Volume 198, No. 134, pages 1-7.

Wise, Lauren, et al., 2009. A Prospective Study of Dairy Intake and Risk of Uterine Leiomyomata. American Journal of Epidemiology. Vol. 171 No. 2. Pages 221-232.

Yilmaz et al., 2009. Assessment of the predictivity of preoperative serum CA 125 in the differential diagnosis of uterine leiomyoma and uterine sarcoma in the Turkish female. European Journal of Gynaecological Oncology. Volume 30. No. 4. Pages 412-414

(45)

KUESIONER

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ANEMIA DEFESIENSI DENGAN KEPATUHAN DALAM MENGKONSUMS I TABLET

FE DI DESA PULAU

BANYAK BARAT KABUPATEN ACEH SINGKIL

A. Indentitas Responden 1. Nama : ……… 2. Umur : ……… 3. Pekerjaan : ……… 4. Pendidikan : ……… B. Pengetahuan :

1. Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari 12 gr%?

a. Ya b. Tidak

2. Penyebab anemia pada umumnya adalah kekurangan zat besi dalam diet. a. Ya

b. Tidak

3. Gejala dan tanda anemia secara klinik dapat dilihat ibu lemah, pucat, mudah pingsan, mata kunang-kunang, sementara pada tekanan darah masih dalam batas normal, perlu dicurigai anemia defisiensi.

a. Ya b. Tidak

4. Untuk menegakkan diagnosa dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan melakukan pemeriksaan kadar Hb.

(46)

a. Ya b. Tidak

5. Anemia defisiensi besi adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah.

a. Ya b. Tidak

6. Pengobatannya Anemia defisiensi besi adalah dengan pemberian tablet besi.

a. Ya b. Tidak

7. Penanggulangan anemia pada ibu hamil dapat dilakukan dengan cara pemberian tablet besi serta peningkatan kualitas makanan sehari-hari. a. Ya

b. Tidak

8. Menambah pemasukan zat besi ke dalam tubuh dengan minum tablet tambah darah (tablet besi/tablet tambah darah).

a. Ya b. Tidak

C. Kepatuhan

1. Apakah ibu rutin mengkonsumsi tablet fe secara rutin? a. Ya

(47)

MASTER DATA PENELITIAN

No Umur Pengetahuan Pekerjaan Kepatuhan

1 1 2 1 1 2 2 0 2 0 3 0 2 2 1 4 2 2 1 1 5 1 2 2 1 6 1 2 2 1 7 1 1 2 0 8 2 2 1 1 9 1 2 2 1 10 2 1 2 1 11 2 0 2 0 12 2 1 1 1 13 1 2 0 1 14 2 1 1 1 15 2 2 2 1 16 2 2 1 1 17 1 2 2 1 18 2 2 2 1 19 2 2 1 1 20 0 1 1 0 21 1 0 1 0 22 1 1 1 0 23 1 2 2 1 24 1 2 2 1 25 1 1 1 1 26 1 2 0 0 27 1 2 1 1 28 1 1 2 1 29 2 2 2 1 30 1 1 1 1 31 2 1 1 1 32 1 2 1 1 33 1 0 1 1 34 1 2 1 1 35 1 1 0 0 36 1 2 1 1 37 1 1 2 1

(48)

38 1 1 1 1 39 0 1 1 1 40 1 1 1 1 41 1 1 1 1 42 1 1 1 1 43 1 0 0 0 44 1 1 1 0 45 1 1 1 1 46 1 2 1 1 47 1 0 1 1 48 1 2 1 1 49 1 2 0 0 50 1 2 1 1 51 1 1 2 1 52 1 1 1 1 53 0 1 1 1 54 1 1 1 1 55 1 1 1 1 56 1 1 1 1 57 1 0 0 0 58 1 1 1 0 59 1 1 1 1 60 1 1 1 1

(49)

Frequencies

Umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid > 20 tahun 4 6.7 6.7 6.7 20-35 tahun 43 71.7 71.7 78.3 > 35 tahun 13 21.7 21.7 100.0 Total 60 100.0 100.0 Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid IRT 6 10.0 10.0 10.0 Petani 37 61.7 61.7 71.7 Berdagang 17 28.3 28.3 100.0 Total 60 100.0 100.0 Pengetahuan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Baik 7 11.7 11.7 11.7 Cukup 28 46.7 46.7 58.3 Kurang 25 41.7 41.7 100.0 Total 60 100.0 100.0 Kepatuhan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Patuh 13 21.7 21.7 21.7

Tidak Patuh 47 78.3 78.3 100.0

(50)

Crosstabs

Pengetahuan * Anemia Crosstabulation Kepatuhan

Total Patuh Tidak Patuh

Pengetahuan Baik Count 5 2 7

Expected Count 1.5 5.5 7.0 % within pendidikan 71.4% 28.6% 100.0% Cukup Count 6 22 28 Expected Count 6.1 21.9 28.0 % within pendidikan 21.4% 78.6% 100.0% Kurang Count 2 23 25 Expected Count 5.4 19.6 25.0 % within pendidikan 8.0% 92.0% 100.0% Total Count 13 47 60 Expected Count 13.0 47.0 60.0 % within pendidikan 21.7% 78.3% 100.0% Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square 12.965a 2 .002 Likelihood Ratio 11.308 2 .004 Linear-by-Linear Association 10.370 1 .001 N of Valid Cases 60

a. 1 cells (16.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.52.

(51)

HUBUNGAN HUBUNGAN PENDIDIKAN IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN ANEMIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

KLUET UTARA ACEH SELATAN

PROPOSAL

OLEH :

……….. NIM ……….

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

(52)

UNIVERSITAS DARMA AGUNG MEDAN

Gambar

Tabel 3.1.  Definisi, Cara, Alat,  Skala dan Hasil Ukur  Definisi Operasional  Cara dan
Tabel 4.1.  Distribusi  Frekuensi  Umur  Responden  di  Desa  Pulau  Banyak  Barat  Kabupaten Aceh Singkil
Tabel 4.2.  Distribusi  Frekuensi  Pekerjaan  Responden  di  Desa  Pulau  Banyak  Barat Kabupaten Aceh Singkil
Tabel 4.3.  Distribusi  Frekuensi  Kepatuhan  dalam  Mengkonsumsi  Tablet  Fe  di  Desa Pulau Banyak Barat Kabupaten Aceh Singkil

Referensi

Dokumen terkait

Dengan menggunakan F hitung dapat diartikan bahwa menerima Ha dan Ho ditolak yaitu 204.811 ≥ 3.162 F hitung lebih besar dari F tabel berarti variabel

Berdasarkan dari penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan, maka dapat disimpulkan sebagai barikut (1) meningkatnya tingkat aktivitas siswa dari tiap

(1) Kepala ULP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a secara ex- officio dijabat oleh Kepala Bagian Pengadaan Barang dan Jasa Sekretariat Daerah Kabupaten Wonosobo

Kesulitan internal guru PPKn dalam meningkatkan sikap peduli sosial siswa di SMP Negeri 2 Lingsar yaitu: (1) kesulitan perancangan seperti sulitnya guru PPKn dalam

dilakukan pengujian daya antibakteri ekstrak etanol daun Afrika ( Vernonia amygdalina ) terhadap bakteri Fusobacterium nucleatum sehingga dapat digunakan sebagai

Proses pemindangan yang umum dilakukan ole h anggota poklasar “Rukun Mina Barokah” adalah diawali dengan sortasi dan preparasi bahan baku, dilanjutkan perebusan yang

Jawab: Dari tugas membaca buku tersebut, hal yang dapat saya pelajari adalah Tidak mencontoh kegiatan korupsi di lingkungan sekolah karena itu akan merugikan bangsa kita

(4) Suami ist ri yang masing-masing mendapat izin unt uk menghuni Rumah Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2), pengalihan hak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)