• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendekatan Lean Manufacturing Pada Sistem Produksi Kursi untuk Meminimasi Waste (Studi Kasus : CV Tiga Berlian Jaya)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pendekatan Lean Manufacturing Pada Sistem Produksi Kursi untuk Meminimasi Waste (Studi Kasus : CV Tiga Berlian Jaya)"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PENDEKATAN LEAN MANUFACTURING PADA SISTEM PRODUKSI KURSI UNTUK MEMINIMASI WASTE

(Studi Kasus : CV Tiga Berlian Jaya)

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik

Oleh :

CHAERANI NUSARIZKA HANIFANINGTYAS D 600 130 094

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

(2)
(3)
(4)
(5)

1

PENDEKATAN LEAN MANUFACTURING PADA SISTEM PRODUKSI KURSI UNTUK MEMINIMASI WASTE

(Studi Kasus : CV Tiga Berlian Jaya)

Abstrak

CV. Tiga Berlian Jaya merupakan usaha yang bergerak dibidang manufaktur pembuatan furniture meubel. Perkembangan industri yang pesat ini juga mengharuskan perusahaan dapat mempertahankan kepercayaan konsumen dengan menghasilkan produk yang berkualitas dan pengiriman yang tepat waktu. Namun perusahaan ini dalam pemenuhan produksi masih ditemukan keterlambatan dikarenakan pemborosan yang terjadi di area kerja. Untuk itu penelitian ini berguna untuk menurukan pemborosan yang ada dilantai produksi sehingga dapat meminimasi dengan rekomendasi perbaikan agar proses produksi tersebut dapat selesai sesuai target yang ditetapkan.

Pendekatan Value Stream Mapping adalah salah satu pendekatan Lean yang mempunyai susunan diagram (peta) yang dapat mengidentifikasi waktu yang dibutuhkan dalam satu pengerjaan produk, waktu tunggu dari setiap langkah proses, serta menggambarkan menunggu waktu proses selanjutnya merupakan pemborosan (waste).

Hasil dari pemetaan aktivitas didapatkan lead time produksi sebesar 610,15 menit. Dengan jumlah aktivitas Value Added sebanyak 14 ,aktivitas Non Value Added sebanyak 6 serta aktivitas Non Necessary Value Added sebanyak 4. Berdasarkan rekomendasi usulan yang dilakukan dan dipetakan kembali lead time yang sebelumnya dapat berkurang menjadi 581,5 menit atau 2,4%. Serta waktu operasi dapat berkurang sebesar 25 menit serta waktu transportasi berkurang sebesar 24 menit

Kata Kunci: Lean Manufacturing, Value Added, Value Stream Mapping, Waste

Abstract

CV. Tiga Berlian Jaya is a business engaged in manufacturing furniture making furniture. The rapid industrial development also requires companies to maintain consumer confidence by producing quality products and on time delivery. However, this company in the fulfillment of production is still found delay due to waste that occurred in the work area. Therefore, this research is useful to decrease the existing waste on the production floor so that it can minimize with the recommendation of improvement so that the production process can be completed according to the target set.

Value Stream Mapping Approach is one of Lean approach which has diagram arrangement (map) that can identify the time needed in a product workmanship, waiting time of each process step, and describes waiting time of next process is waste.

The result of activity mapping obtained 283 minutes of production lead time. With Value Added activity amounted to 14, Non Value Added activity as much as 6 and Non Necessary Value Added activity as much as 4. Based on the recommendation recommendation made and mapped back the previous lead time can be reduced to 255.5 minutes or 5.4%. As well as the operating time can be reduced by 25 minutes and transport time is reduced by 24 minutes

(6)

2 1.PENDAHULUAN

CV Tiga Berlian Jaya yang bergerak di bidang manufaktur pembuatan furniture meubel. Produk yang dihasilkan cukup beragam mulai dari almari, kursi santai, meja, cermin, patung, kaca hias dan lain sebagainya. Tetapi perusahaan ini lebih sering memproduksi furniture

jenis kursi serta cermin dengan menerapkan sistem make to order. Dalam pengamatan yang dilakukan, pemenuhan permintaan tersebut masih adanya keterlambatan dalam proses pemesanan bahan, finishing hingga pengiriman pada distributor. Oleh karena itu perlu adanya identifikasi tentang permasalahan yang terjadi menggunakan pendekatan Lean manufacturing.

Menurut Gaspersz (2007), konsep Lean manufacturing merupakan suatu upaya strategi perbaikan secara kontinu dalam proses produksi untuk mengidentifikasi jenis-jenis dan faktor penyebab terjadinya waste agar aliran nilai (value stream) dapat berjalan lancar sehingga waktu produksi lebih efisien. Value Stream Mapping adalah salah satu pendekatan Lean yang mempunyai susunan diagram (peta) yang dapat mengidentifikasi waktu yang dibutuhkan dalam satu pengerjaan produk, waktu tunggu dari setiap langkah proses, serta menggambarkan menunggu waktu proses selanjutnya merupakan pemborosan (waste). Tujuan dari Value Stream Mapping yaitu mengidentifikasi waste untuk dihilangkan serta memperbaiki proses yang ada.

Hasil dari penelitian ini berguna untuk menurunkan pemborosan yang ada dilantai produksi, mengetahui area-area yang terjadi pemborosan, sehingga dapat diminimalisasi dengan melakukan perbaikan agar proses produksi tersebut dapat selesai sesuai dengan target yang ditetapkan.

2.METODE

Penelitian yang dilakukan di CV Tiga Berlian Jaya ini tahapan yang pertama dilakukan yaitu pengamatan atau observasi secara langsung untuk mengidentifikasi permasalahan yang ada. Selain pengamatan serta melakukan studi literature yang sesuai dengan latar belakang permasalahan.. Berikut data yang dibutuhkan serta tahapan pengolahan data :

2.1 Pengumpulan Data

a. Data Kuisoner Pembobotan Waste

b. Data waktu pembuatan produksi dan urutan stasiun kerja produksi c. Data aliran informasi pemenuhan untuk produksi

d. Jumlah operator dalam setiap stasiun kerja e. Urutan proses perakitan produk

(7)

3 2.2 Pengolahan Data

Dalam tahap ini dilakukan beberapa langkah dalam pengolahan data, yaitu a. Pembuatan Big Picture Mapping

Tahapan ini untuk menggambarkan keseluruhan aliran proses informasi serta aliran material dalam satu siklus proses produksi. Gambaran ini membantu dalam mengidentifikasi waste, cycle time yang dibutuhkan dalam setiap kriteria proses yang ada.

b. Penyebaran Kuisoner

Kuisoner membantu pemilik serta pekerja dalam memperbaiki proses produksi untuk mengetahui aktivitas yang terlalu banyak waste (pemborosan) dalam pembuatan produk disetiap stasiun kerja.

c. Identifikasi Waste

Untuk melakukan langkah ini dibantu dengan metode wasteworkshop, metode ini bersifat kuantitatif menggunakan kuisoner untuk mendapatkan bobot waste. Waste

tersebut kemudian akan dianalisis lebih lanjut. d. Pemilihan Mapping Tools

Tahapan dalam pemilihan Mapping Tools dengan Value Stream Analysis Tools (VALSAT) dengan cara melihat hasil identifikasi matriks seven waste dan seven tools.

Tools yang ada dalam VALSAT bervariasi serta membantu dalam menganalisa dan memahami value stream sehingga mempermudah dalam penyusunan perbaikan. e. Rancangan Future State Mapping

f. Analisa Penyebab Pemborosan dan Pemborosan g. Perbaikan Solusi

(8)

4 Start

Menentukan Tempat dan Waktu Penelitian

Mengidentifikasi masalah dan Wawancara

Studi Literatur Studi Lapangan

Menentukan Tujuan

Pengumpulan Data a. Bill of Material (BOM) dari Kursi b. Data Kuisoner Pembobotan Waste

c. Data waktu pembuatan produksi dan urutan stasiun kerja produksi d. Data aliran informasi pemenuhan untuk produksi

e. Jumlah operator dalam setiap stasiun kerja f. Urutan proses perakitan produk

Pengolahan Data 1. Pembuatan Big Picture Mapping 2. Analisis Kuisoner Waste Workshop 3. Analisis VSM

3. Rancangan rekomendasi peta future mapping

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar 1. Kerangka Tahapan Pengerjaan Penelitian 3.HASILDANPEMBAHASAN

Costumer Factory

Supplier

I

Amplas Finishing Packing Stack/ Loading I PPIC Ngawi Blora Gunung Kidul - Jerman - Prancis - Belanda - Dubai Rakit

Value Added : 328,49 menit Total Lead Time : 610,15 menit Fax, Email, Marketing

6 5 4 4 8 1 Kontainer 300-400 unit kursi 156,15' 10' 37' 25' 170,97' 8' 50' 10' Permintaan Costumer : - 300 unit/bulan - 4 unit/hari C/T = 156,15' Shift 1 C/T = 37' Shift 1 C/T = 170,97' Shift 1 C/T = 50' Shift 1 45' 30' Ceper

Gambar 2. Big Picture Mapping

Gambaran Big Picture Mapping diatas digunakan untuk mengetahui aliran material serta aliran informasi dari perusahaan tersebut. Untuk selanjutnya dilakukan tahap mengidentifikasi

(9)

5 3.1 Waste Workshop

Tabel 1. Waste Workshop

No Waste Responden Rata-rata 1 2 3 4 5 6 7 1 Kelebihan Produksi 0 0 0 0 0 0 0 0 2 Waktu Tunggu 1 0 1 0 1 1 0 0,57143 3 Transportasi berlebihan 0 1 0 0 1 0 1 0,42857 4 Proses yang tidak tepat 2 1 0 2 2 1 1 1,28571 5

Persediaan yang tidak

penting 1 0 0 0 0 0 1 0,28571

6 Gerakan tidak berguna 2 1 1 2 2 1 1 1,42857

7 Cacat 1 1 2 0 1 0 0 0,71429

Total 7 4 4 4 7 3 4 4,71429

Dari hasil tabel diatas dapat dilihat bahwa waste yang terjadi pada CV Tiga Berlian Jaya yang paling dominan yaitu Gerakan tidak berguna (unnecessary motion) dengan rata-rata sebesar 1,42857, yang kedua Proses yang tidak tepat (innappropite process) dengan rata-rata sebesar 1,28571, dan yang ketiga yaitu Cacat (defect) dengan rata-rata 0,71429. 3.2 VALSAT (Value Stream Analysis Tools)

Tabel 2. VALSAT No Waste Process Activity Mapping Supply Chain Matrix Production Variety Funnel Quality Filter Mapping Demand Amplification Mapping Decission Point Analysis Physical Structure 1 Kelebihan Produksi 0 0 0 0 0 2 Waktu Tunggu 5,1429 5,143 0,571429 1,7142857 1,71429 3 Transportasi berlebihan 3,8571 0,42857 4

Proses yang tidak

tepat 11,571 3,857143 1,2857 1,28571 5 Persediaan yang tidak penting 0,8571 2,571 0,857143 2,5714286 0,85714 0,28571 6 Gerakan tidak berguna 12,857 1,429 7 Cacat 0,7143 6,4286 Total 35 9,143 5,285714 7,7143 4,2857143 3,85714 0,71429

Dari tabel diatas dapat diketahui hasil dari tiap bobot tools. Selanjutnya dari hasil tersebut membuat ranking dari nilai hasil tools yang paling tinggi hingga paling rendah. Ranking tersebut untuk memilih tools yang dianggap representative serta akan digunakan.

3.3 Analisis PAM (Process Activity Mapping)

Tools PAM ini dipilih dari perhitungan matrikx yang telah dilakukan diatas. Pemilihan tools ini disesuaikan dengan waste yang terjadi dalam perusahaan. Dalam hasil

(10)

6

kuisoner yang ditunjukkan bahwa waste gerakan tidak berguna (Motion) selanjutnya proses yang tidak tepat (Innapropiate Processing). Untuk itu penggunaan tools PAM ini sangat tepat karena dalam analisis ini diperlukan perincian tiap aktivitas agar mengetahui tiap waktu serta jarak yang ada dilantai produksi. Perincinan aktivitas tersebut membantu menganlisis aktivitas yang sebenarnya dibutuhkan dengan yang harusnya dihilangkan. Berikut hasil rekapitulasi dari perincian aktivitas yang telah dilakukan serta pengambilan data waktu pengamatan dari PAM :

a. Jumlah Tipe Aktivitas

Tabel 3. Hasil PAM Kategori Jumlah Tipe Aktivitas

Operation Inspection Transportation Delay Storage

Jumlah Aktivitas 11 2 7 3 1

Persentase (%) 0,45833 0,083 0,292 0,125 0,042

Dari hasil rekap diatas menunjukan keseluruhan aktivitas yang diperlukan untuk memproduksi kursi sebesar 24 aktivitas dengan tiap aktivitas menunjukan besar yang berbeda. Seperti aktivitas operation terdapat 12 aktivitas dari keseluruhan dengan menunjukan persen sebesar 0.458333%, berturut-turut untuk aktivitas Inspeksi dengan jumlah 2 aktivitas 0.083%, aktivitas Transportasi dengan jumlah 6 aktivitas sebesar 0.292%, aktivitas delay dengan jumlah 3 aktivitas sebesar 0,125%, serta aktivitas storage dengan jumlah 1 aktivitas sebesar 0,042%.

b. Waktu tiap masing-masing aktivitas

Tabel 4. Hasil PAM Kategori Waktu Tiap Aktivias

Aktivitas Operation Inspection Transportation Delay Storage Waktu (Menit) 262,68 30,31 187,91 123,15 37,45

Rekap diatas menunjukan jumlah waktu yang digunakan dalam setiap aktivitas.. Mulai dari aktivitas operation menggunakan waktu sebesar 262,68 menit, aktivitas inspeksi menggunakan waktu sebesar 30,31 menit, aktivitas transportasi menggunakan waktu sebesar 187,91 menit, aktivitas delay menggunakan waktu sebesar 123,15 menit serta aktivitas dalam storage.

Dapat diketahui dari penjelasan serta perincian aktivitas yang dilakukan dengan PAM. Selanjutya menganalisis pemborosan yang terjadi paling tinggi yaitu Innapropiate Processing dengan diagram sebab-akibat. Mengetahui waste yang paling dominan didapatkan dari pengelompokkan aktivitas dalam golongan waste yang telah dilakukan sebelumnya.

(11)

7 Inappropiate Processing Metode Manusia Lingkungan Berdebu Kebisingan

Suhu Ruang Panas

Kurang Pengawasan Usia

Ketelitian Pengeringan Kurang Max

Akurasi Ukuran yang salah

Mengandalkan cuaca Pemindahan material yang

masih manual

Gudang yang tidak ditata

Kelelahan Pekerja Kurang Infrastruktur Kerja

Gambar 3. Diagram Sebab Akibat

Penyebab-penyebab yang mempengaruhi Innapropiate Procesing secara khusus yaitu: a. Manusia (Man) dapat mempengaruhi terjadinya pemborosan dikarenakan kurang

telitinya dalam pengamplasan dapat menyebabkan banyaknya scrap yang terbuang dan mempengaruhi ukuran dari kursi. Usia pekerja juga cukup mempengaruhi, rata-rata usia pekerja berkisar 40-55 tahun. Sehingga mudahnya para pekerja lelah dan berlama untuk beristirahat. Posisi pekerja ketika duduk juga salah satu faktor penyebab dari kelelahan tersebut.

b. Metode/ Cara Pengerjaan mempengaruhi pemborosan ini dikarenakan pemindahan yang masih manual tidak menggunakan alat bantu trolly ataupun yang lainnya. Mengakibatkan pekerja harus bolak-balik untuk menyelesaikannya. Mengandalkan cuaca dalam pengeringan juga mengakibatkan bertambah lamanya waktu penyelesaian. Memastikan cat harus benar kering, karna jika cat tersebut belum benar kering ketika dimasukkan dalam box akan mengakibatkan jamur.

c. Lingkungan yang mempengaruhi seperti berdebu sehingga sangat mengganggu pernafasan dari operator yang melakukan pemasangan sak pada tiap spot, kebisingan dari mesin tersebut serta udara yang sangat panas sehingga operator bekerja dalam keadaan yang tidak nyaman dan sangat terganggu. Karena udara panas yang ada operator akan lebih cepat istirahat, ataupun tidak fokus terhadap spot pengisian yang mengakibatkan berat semen menjadi berlebih ataupun kurang.

3.4 Analisis SCRM (Supply Chain Response Matrix)

Tools SCRM digunakan karena untuk mengetahui peningkatan penurunan yang terjadi dalam inventory. Berikut days physical stock yang didapat dari data kumulatif sebelumnya :

(12)

8 Tabel 5. Perhitungan SCRM No Keterangan Days Physical Stock Lead Time Kumulatif Days Kumulatif Lead Times 1 Area Penyimpanan Bahan Baku 1 3 1 3 2 Area Produksi 1.7 2 2.7 5 3 Area Penyimpanan Barang Jadi 0.9 7 3.6 12 Total 15,6

Berikut grafik SCRM yang diperoleh melalui data-data kumulatif yang ada diatas:

12

3 5

1 2,7 3,6

Area Penyimpanan Barang Jadi

Area Produksi

Area Penyimpanan Bahan Baku

Kumulatif Days Stock

Kumulatif Lead Time

Gambar 4. Grafik SCRM (Supply Chain Respons Matrix)

Diketahui dari grafik tersebut days physical stock terpanjang pada area produksi. Hal tersebut dikarenakan penyerapan bahan 58% dengan rata-rata produksi 0,282 m3. Akibatnya terjadi penumpukan barang sebelum di packing. Pada area gudang memiliki lead time panjang yaitu 12 hari, itu terjadi dikarenakan barang yang sudah dipacking masih menunggu untuk dikirim pada buyer atau daerah lainnya.

3.5 Rekomendasi

Berdasarkan analisis PAM, diketahui waste yang terjadi paling dominan yaitu

innapropiate processing. Waktu pemborosan yang terjadi dalam innapropiate processing

ini sebesar 95,26 menit. Karena pemborosan ini selanjutnya mengakibatkan pemborosan transportasi. Pemborosan ini terjadi karena faktor salahnya metode/prosedur yang dijalankan. Aktivitas pekerja yang harus mengulang pengangkutan secara manual. Waktu transportasi yang mengakibatkan bolak-balik pekerja dalam pengangkutan selama 142,39 menit. Sedangkan proses memproduksi kursi ini membutuhkan waktu selama 610,5 menit dengan aktivitas sebanyak 24. Waktu yang disebutkan diatas didapatkan dari perincian aktivitas serta data waktu pengamatan. Untuk meminimalkan waktu dalam

(13)

9

produksi kursi ini, maka perlu adanya rekomendasi perbaikan. Rekomendasi perbaikan tersebut seperti berikut:

Tabel 6. Rekomendasi Menggunakan 5W+1H

No

Penyebab

Dominan What Why How Wh

en W h er e W h o Pokok

Bahasan Yang Terjadi Sebab Cara Penerapan

1 Pemindahan secara manual Pengulangan aktivitas, waktu menjadi lebih lama

Tidak ada alat bantu untuk pengakutan

Penambahan alat kerja bantu seperti trolly atau angkat bantu angkut lainnya Sep -17 Ar ea p ro d u k si Op er ato r 2 Kenyamanan posisi pekerja Mudahnya pekerja mengalami kelelahan, dan merasakan sakit punggung Tata letak pada area kerja yang kurang pas Pemberian meja serta kursi untuk area pekerja, untuk meminimalkan kelelahan punggung Sep -17 Ar ea p ro d u k si Op er ato r 3 Area Kerja yang kurang mendukung Hanya muat 10-20 unit sehingga berulang kali pengambilan bolak-balik Ruang kerja yang tidak tertata dengan baik Pembuatan layout yang baru agar lebih tertata rapi dan mudah dalam pencarian Sep -17 Ar ea p ro d u k si Op er ato r 4 Mengandalk an cuaca Berjamur jika cat tidak benar-benar kering ketika dalam box Belum adanya alternative lain Perlu adanya alternative lain untuk tidak mengandalkan cuaca Sep -17 Ar ea p ro d u k si Op er ato r

Rekomendasi perbaikan yang telah dilakukan diatas dengan cara memetakan kembali aktivitas dengan PAM serta analisis perbaikan 5W+1H. Dari pemetaan aktivitas PAM bahwa jumlah aktivitas rekomendasi dengan jumlah aktivitas aktual tidak berkurang tetap sama. Hanya saja waktu dalam aktivitas diatas seperti operasi, transportasi dapat berkurang. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan adanya perbaikan fasilitias yang lebih menunjang pekerjaan, jarak antar stasiun kerja serta tata ruang kerja yang lebih baik. Untuk aktivitas dalam storage dan inspeksi tidak dimungkinkan untuk dirubah atau direduksi lagi. Dibawah ini tabel yang menunjukkan perubahan waktu :

(14)

10

Tabel 7. Perbandingan Waktu Sebelum-Sesudah Perbaikan No Aktivitas Sebelum (Menit) Sesudah (Menit)

1 Operation 262,68 237,69

2 Inspeksi 30,31 46,82

3 Transportasi 187,91 159,37

4 Delay 123,15 114,65

5 Storage 37,45 22,95

Gambar 5. Grafik Perbandingan Kategori Jumlah Waktu Berikut juga Tabel perbandingan jumlah aktivitas :

Tabel 8. Perbandingan Aktivitas Sebelum-Sesudah Perbaikan No Aktivitas Sebelum (Menit) Sesudah (Menit) 1 Operation 0.458333 0.458333

2 Inspeksi 0.083 0.125 3 Transportasi 0.292 0.2083333

4 Delay 0.125 0.125

(15)

11

Gambar 6. Grafik Perbandingan Kategori Aktivitas 4.PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari hasil pengolahan data serta analisis yang telah dilakukan diatas dapat disimpulkan: a. Pemborosan yang paling dominan terjadi di CV Tiga Berlian Jaya yaitu Innapropiate

Processing, berturut-turut dengan waste waiting, transportation, motion, serta

unnecessary inventory.

b. Hasil dari pemetaan aktivitas didapatkan lead time produksi sebesar 343 menit. Dengan rekomendasi usulan yang dilakukan dan memetakan kembali aktivitas produksi berkurang menjadi 315,5 menit atau 4,17%. Serta waktu operasi dapat berkurang sebesar 25 menit serta waktu transportasi berkurang sebesar 24 menit. c. Sedangkan jumlah aktivitas Value Added sebelumnya sebanyak 14 menjadi 12

,aktivitas Non Value Added sebelumnya sebanyak 6 menjadi 3 serta aktivitas Non

Necessary Value Added sebelumnyasebanyak 4 menjadi 8.

4.2 Saran

Dari penelitian yang telah dilakukan di CV Tiga Berlian Jaya agar dapat mengembangkan perusahaan menjadi lebih efektif serta efisien, sebaiknya:

a. Perusahaan diharapkan dapat meningkatkan fasilitas alat bantu, serta tempat kerja yang lebih nyaman bagi pekerja.

b. Untuk penelitian selanjutnya disarankan lebih dikembangkan dengan menghubungkan aktivitas dengan memperhitungan biaya-biaya yang mungkin terkait.

(16)

12 DAFTAR PUSTAKA

Gaspersz, Vincent, (2007). “Lean Six Sigma for Manufacturing and Service Industries”. edisi

1. PT. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta

Hines P and N, Rich. 1997. “The Seven Value Stream Mapping Tools”. International Journal of Operation and Production Management. 17,1

Hines, P and Taylor, D. 2000. “Going Lean: Lean Thinking”. Lean Interprise Research Center. Cardiff: UK

Rother, M. dan Shook, J. (1999). “Learning to See: Value stream mapping to add value and eliminate muda”. Cambride, MA: Lean Enterprise Institute.

Gambar

Gambar 2. Big Picture Mapping
Tabel 1. Waste Workshop
Gambar 3. Diagram Sebab Akibat
Gambar 4. Grafik SCRM (Supply Chain Respons Matrix)
+4

Referensi

Dokumen terkait

Saran yang dapat diberikan demi peningkatan responsivitas pelayanan publik di puskesmas Jeruk Surabaya, yaitu perlu dibentuk tim yang bertugas untuk

Dalam artikel ini, beberapa contoh lereng sederhana akan dianalisa untuk memberikan gambaran Dalam artikel ini, beberapa contoh lereng sederhana akan dianalisa untuk memberikan

 Setelah dapat mengemukakan definisi operator aritmatika dan logika dan memecahkan alur kerja peralatan elektronika yang menggunakan operasi aritmatika dan logika

Tindak Tutur dalam Transaksi Jual Beli di Pasar Ujung Murung Banjarmasin Kalimantan Selatan. Tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang ditampilkan lewat tuturan,

Kriteria eksklusi penelitian ini adalah memiliki penyakit kulit atau luka yang luas, sedang menjalani terapi penyakit kulit maupun penyakit sistemik yang

Dengan menggunakan metode granulasi kering dalam pencampuran komponen asam dan basa, daun Leilem dapat diolah menjadi suatu sediaan granul effervescent yang menarik

Ekstrak etanol buah pepino putih dan ungu mempunyai daya peredam radikal bebas terhadap DPPH yang ditetapkan secara reaksi warna dan spektrofotometri sinar tampak. Daya

Nilai baru yang terbentuk adalah sadarnya masyarakat akan pentingnya pendidikan bagi anak laki- laki maupun perempuan, antara buruh laki- laki dan perempuan