• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dan membentuk suatu makna. Teks bisa berupa teks tertulis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dan membentuk suatu makna. Teks bisa berupa teks tertulis"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Teks merupakan rangkaian kata, klausa, atau kalimat yang saling berhubungan dan membentuk suatu makna. Teks bisa berupa teks tertulis ataupun teks lisan. Dalam memahami suatu teks, harus dilihat tidak hanya dari satu aspek atau sudut pandang, tetapi bisa juga ditelaah dari banyak sisi. Seperti konsep yang dikemukakan oleh Halliday, yaitu context of situation, maksudnya "melalui sebuah hubungan yang sistematik antara lingkungan sosial pada satu sisi dan organisasi bahasa yang fungsional pada sisi lainnya" (Halliday, 1985:11). Oleh karena itu, untuk memahami makna suatu teks harus juga dilihat dari konteks situasinya.

Bisa saja ditemukan beberapa teks pada satu halaman yang sama pada suatu majalah, misalnya, tetapi ketika ditilik lebih dalam teks-teks tersebut tentu saja akan ditemukan banyak perbedaan, baik dilihat dari judulnya, bahasa yang digunakan, pesan yang disiratkan, bentuk teks yang digunakan, maupun yang lainnya. Suatu teks memang harus dilihat juga dari segi struktur dan tata bahasanya, tetapi belum tentu akan memiliki pesan atau makna jika tidak dibuat dengan konsep dan tujuan. Jadi, teks merupakan suatu keseluruhan, baik dari segi tata bahasa maupun makna yang

(2)

dikandungnya. Selain itu, koherensi antara satu kalimat dengan kalimat lainnya harus diperhatikan. Walaupun suatu kalimat memiliki makna, apabila kalimat satu dan yang lainnya tidak koheren, maka maknanya menjadi sia-sia.

Teks tidak terlepas dari bahasa dan bahasa sebagai sistem semantis mampu memaparkan makna teks. Bahasa dikatakan memiliki tiga komponen makna, yaitu makna ideasional, makna interpersonal dan makna tekstual. Makna ideasional memaparkan tugas bahasa sebagai pemberi arti pada pemaparan pengalaman seseorang. Makna interpersonal mengemukakan makna dalam suatu interaksi. Selanjutnya, makna tekstual adalah makna yang digunakan untuk merangkai pengalaman linguistik menjadi satu kesatuan yang padu.

Banyak teori linguistik yang muncul, salah satu di antaranya adalah teori Linguistik Fungsional Sistemik (untuk seterusnya disingkat menjadi LFS). Dalam hal ini LFS dapat digambarkan sebagai pendekatan fungsional-semantik pada bahasa yang membahas dua hal, yaitu bagaimana orang menggunakan bahasa dalam konteks yang berbeda dan bagaimana pula bahasa digunakan sebagai sistem semiotik (Eggins, 1994:23). Di samping itu, LFS mencoba mengembangkan teori yang mengatakan bahwa bahasa sebagai proses sosial dan metode yang memperbolehkan detail dan deskripsi sistemik dari pola-pola bahasa.

(3)

Dalam LFS dikenal istilah transitivitas. Jika dibicarakan dalam nuansa kelinguistikan, transitivitas bisa dilihat dari berbagai sudut pandang. Ketransitifan suatu klausa dapat diukur jika dilihat dari sudut semantik dan gramatikalnya. Dalam kaitan ini kata kerja yang berperan dalam suatu klausa atau kalimat bisa berupa kata kerja transitif ataupun intransitif. Berbeda dengan istilah transitivitas yang dibahas dalam tulisan ini. Secara umum, transitivitas dapat dikatakan menjelaskan bagaimana suatu makna direpresentasikan dalam suatu kalimat. Transitivitas memiliki peran dalam menunjukkan bagaimana manusia menggambarkan pikiran mereka mengenai kenyataan dan bagaimana mereka menggabungkan pengalaman itu dengan kenyataan sekitar mereka. Namun, dalam linguistik, transitivitas berhubungan dengan makna proposional dan fungsi elemen-elemen semantik.

Teks pidato merupakan salah satu teks yang menarik untuk dianalisis menggunakan LFS. Jika dilihat dari konteksnya, teks pidato tentunya akan memiliki bentuk bahasa yang berbeda-beda. Begitu juga jika dilihat dari siapa yang menjadi petutur pidato itu, latar belakang penulis, di samping petutur pidato ikut memengaruhi bentuk bahasa di dalamnya. Dalam tulisan ini, teks pidato yang dianalisis adalah teks pidato pelantikan Presiden Amerika Serikat yang menjabat saat ini, yaitu Barack Obama. Seperti diketahui bahwa beliau adalah presiden kulit hitam pertama yang memenangkan pemilihan umum. Pemilihan kata yang lugas sangat sering

(4)

digunakan Obama dalam pidatonya. Kata yang digunakan tidak berbelit-belit dan langsung mengenai sasaran. Kelugasan inilah tentunya yang bisa mencerminkan seorang Obama dalam tindakannya. Dalam hal ini, pidato politik yang baik adalah pidato politik yang menggunakan bahasa yang mampu memberikan pengaruh pada pendengarnya sehingga pemilihan katanya mudah dimengerti dan tepat sasaran.

Pidato pelantikan Barack Obama terkesan sangat biasa jika dibandingkan dengan pidato pelantikan pendahulunya. Tidak ada lagi seruan, “Yes, we can!”. Obama lebih banyak membahas generasi sekarang dan mengajak warga Amerika Serikat untuk berjuang kembali dengan mengambil segala risiko yang ada. Obama meyakinkan warganya dengan mengatakan, “All this we can do. All this we will do.”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan beberapa permasalahan seperti berikut ini.

(1) Bagaimanakah tipe proses transitivitas yang terdapat dalam pidato pelantikan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama? Tipe proses apa sajakah yang mendominasi pidato pelantikan presiden Amerika Serikat, Barack Obama dan mengapa?

(2) Bagaimanakah sirkumstan yang terdapat dalam pidato pelantikan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama?

(5)

(3) Bagaimanakah hubungan antara sistem transitivitas dan konteks situasi dalam pidato pelantikan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama?

(4) Bagaimanakah hubungan antara transitivitas dengan kekuatan retorika pidato pelantikan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dalam tulisan ini dibagi menjadi dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum yang ingin dicapai dalam tulisan ini, yakni melalui penelitian ini diharapkan analisis teks dapat dipahami, yaitu tidak hanya pada pemahaman teori, tetapi juga pada penerapan teori dalam analisis masalah.

Selain tujuan umum di atas, tujuan khusus tulisan ini adalah sebagai berikut.

(1) Mendeskripsikan tipe proses transitivitas yang terdapat dalam teks pidato pelantikan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama dan mendeskripsikan proses yang mendominasi dalam teks pelantikan Presiden Amerika Serikat Barack Obama dan menganalisis alasan yang mendominasi tersebut.

(2) Mendeskripsikan sirkumstan yang ada dalam teks pidato pelantikan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama.

(6)

(3) Menganalisis hubungan antara sistem transitivitas dan konteks situasi dalam teks pelantikan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama.

(4) Menganalisis hubungan antara transitivitas dengan kekuatan retorika dalam teks pelantikan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam bidang kelinguistikan, baik yang bersifat teoretis maupun yang bersifat praktis. Kedua manfaat tersebut diuraikan di bawah ini.

1.4.1 Manfaat Teoretis

Adapun manfaat teoretis penelitian ini dirumuskan sebagai berikut. a. Diharapkan melalui tulisan ini ada pemahaman yang lebih jauh

mengenai analisis teks dilihat dari teori LFS. Begitu juga hubungan yang terkait dan yang dapat ditemukan antarkonsep, misalnya transitivitas dan konteks situasi.

b. Diharapkan juga ada pemahaman mengenai bidang ilmu lain, dalam hal ini retorika dilihat dari sudut pandang linguistik dan hubungan yang ada antara sisi lingistik dalam retorika, seperti transitivitas dan konteks situasi dengan kekuatan retorika.

(7)

1.4.2 Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang cukup, dalam hal ini tidak hanya aplikasi teori linguistik, tetapi juga apabila dihubungkan dengan retorika. Demikian pula pembahasan retorika, baik dari segi bahasa, pemilihan kata, gaya bahasa, kekuatan retorika, cara membawakan, dan maupun tidak lepas dari sisi linguistiknya.

1.5 Jangkauan Penelitian

Jangkauan penelitian dititikberatkan pada teks pidato pelantikan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama berdasarkan sistem transitivitas yang terjadi dalam teks tersebut dan bagaimana hubungannya dengan konteks situasi. Data yang sudah dipilah kemudian dihitung untuk menemukan persentase kemunculan proses dalam teks pelantikan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama. Hasil perhitungan persentase menentukan proses yang mendominasi. Selanjutnya, data dianalisis berdasarkan sirkumstan dan hubungannya dengan konteks situasi. Terakhir, dianalisis hubungannya dengan kekuatan retorika.

(8)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI, DAN MODEL PENELITIAN

2.1 Kajian Pustaka

Analisis teks memiliki cukup banyak pengikut dalam dunia linguistik. Beberapa tulisan yang menyangkut analisis teks banyak dibuat, yakni dengan tujuan memperjelas apa dan bagaimana analisis teks, teori-teori yang ada, dan aplikasi teori tersebut, baik pada teks lisan maupun tulis.

Suardana (2008) dalam tesisnya yang berjudul “The Analysis of Transitivity Shift on Translation Mengapa Bali Disebut Pulau Seribu Pura” menggunakan LSF yang dikemukakan Halliday sebagai teori utama. Menurut Halliday (2004), transitivitas adalah makna yang ideasional, representasi dari apa yang ada di dunia yang ada di sekeliling kita, di samping yang ada dalam pikiran kita, yakni dunia tempat imajinasi kita berada. Tulisan ini lebih memanfaatkan teori LFS sebagai alat bantu dalam menemukan perubahan sistem transitivitas yang terjadi dari bahasa sumber ke dalam bahasa target. Melalui tulisan ini dapat dilihat adanya banyak perubahan sistem transitivitas dalam bahasa sumber setelah diterjemahkan ke dalam bahasa target. Dalam hal ini, transitivitas dibagi menjadi tiga, yakni proses, partisipan, dan sirkumstan. Proses penerjemahan mampu mengubah posisi ketiga sistem tersebut. Namun, tulisan ini hanya mengulas

(9)

dari sisi pengaruh transitivitas dalam terjemahan suatu teks, tidak menyinggung bagian lain, misalnya konteks situasi dalam hubungannya dengan transitivitas seperti pada penelitian ini.

Adisaputra (2008) dalam artikelnya yang berjudul “Linguistik Fungsional Sistemik: Analisis Teks Materi Pembelajaran di Sekolah Dasar (SD)” menggunakan teori yang dikemukakan Halliday, yaitu LFS dalam analisisnya. Dalam artikel ini disebutkan dua permasalahan dalam teks pembelajaran anak sekolah dasar dilihat dari transitivitas serta konteks dan inferensinya. Dalam tulisannya, analisis teks dengan pendekatan LFS terhadap teks mata pelajaran bahasa Indonesia dan Ilmu Pengetahuan Sosial di kelas dua sekolah dasar menghasilkan beberapa temuan sebagai simpulan analisis. Sebagai simpulan dapat dilihat bahwa unsur transitivitas sangat memengaruhi suatu teks. Klausa yang saling berhubungan menciptakan makna dalam teks. Jika dilihat dari kontekstual dan inferensinya, dinyatakan bahwa kedua teks masih belum dapat dikatakan sebagai teks pembelajaran yang universal. Di samping itu, melalui tulisan ini dapat diketahui seberapa besar pengaruh transitivitas pada suatu teks dan mengapa hal itu bisa terjadi. Berbeda dengan artikel tersebut, dalam tulisan ini diterapkan LFS pada bentuk teks yang berbeda, di samping melihat perbedaan pengaruh transitivitas pada teks yang berbahasa Inggris karena dalam tulisan ini, teks yang dianalisis menggunakan bahasa Indonesia.

(10)

Anindita (2008) dalam tesisnya yang berjudul “Analisis Retorika Pemimpin Misa dalam Penyelenggaraan Misa Bahasa Inggris di Gereja Katolik Redemptor Mundi Surabaya” merupakan salah satu tulisan yang menganalisis bentuk orasi atau pidato atau bisa juga disebut dengan retorika. Dalam tulisannya, Anindita menganalisis keterampilan pemimpin misa dalam menyampaikan pesan kepada jemaat melalui misa di gereja. Teori Retorika dijadikan sebagai teori pendukung utama dalam analisis ini. Hasilnya dapat disimpulkan bahwa kefasihan komunikasi komunikator terdiri atas tiga bagian utama, yaitu metode yang digunakan, pesan verbal, dan komunikasi nonverbal. Pengorganisasian pesan juga sangat penting untuk mencapai tujuan yang diinginkan oleh komunikator sehingga yang mendengarkan dapat segera memahami pesan tersebut. Tulisan ini hanya sebatas membahas komunikasi dari komunikator, sedangkan pada analisis mengenai teks pidato pelantikan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama ini, dibahas lebih mendalam, tidak hanya dari cara Obama berkomunikasi melalui pidatonya, tetapi juga dari sudut pandang linguistik, yakni bagaimana pemilihan tipe proses transitivitas yang digunakan dan relevansinya dengan konteks situasi.

Sutama (2010) membahas bahasa Bali dalam teks pernikahan dengan menggunakan teori LFS. Dalam disertasinya yang berjudul “Teks Ritual Pawiwahan Masyarakat Adat Bali Analisis Linguistik Sistemik Fungsional” dibahas secara lengkap mengenai analisis teks menggunakan teori LFS. Teks

(11)

ritual pawiwahan tersebut dianalisis dari segi struktur, moda, tema, transitivitas, tema-rema, hubungan logis antarklausa, dan ideologinya. Penelitian Sutama ini memberikan masukan yang besar dalam penelitian teks pidato pelantikan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama karena di dalam penelitian tersebut dibahas juga mengenai analisis transitivitas dan konteks situasi. Namun, yang membedakannya adalah data yang dianalisis karena kedua tipe teks tersebut memiliki tujuan dan gaya bahasa yang berbeda. Selain itu, dalam analisis teks pidato pelantikan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama ini, juga dibahas masalah retorika yang sama sekali tidak diulas dalam analisis teks ritual pawiwahan itu.

2.2 Konsep 2.2.1 Teks

Dalam pandangan Halliday (1978:141), teks dimaknai secara dinamis. Teks adalah bahasa yang sedang melaksanakan tugas tertentu dalam konteks situasi (Halliday & Hasan, 1992:13). Teks adalah contoh interaksi lingual tempat masyarakat secara aktual menggunakan bahasa; apa saja yang dikatakan atau ditulis; dalam konteks yang operasional (operational context) yang dibedakan dari konteks kutipan (a citational context), seperti kata-kata yang didaftar dalam kamus (Halliday, 1978:109). Karena semua bahasa yang hidup mengambil bagian tertentu dalam konteks situasi, dapat dinamakan teks.

(12)

Menurut Halliday (1978:135), kualitas tekstur tidak didefinisikan dari ukuran. Teks adalah sebuah konsep semantis. Meskipun terdapat pengertian sebagai sesuatu di atas kalimat (super-sentence), sesuatu yang lebih besar daripada kalimat, dalam pandangan Halliday hal itu secara esensial merupakan salah tunjuk pada kualitas teks. Kita tidak dapat merumuskan bahwa teks itu lebih besar atau lebih panjang daripada kalimat atau klausa. Selanjutnya, ditegaskan oleh Halliday (1978:135) bahwa dalam kenyataannya kalimat-kalimat itu lebih merupakan realisasi teks daripada merupakan sebuah teks. Sebuah teks tidak tersusun dari kalimat-kalimat atau klausa, tetapi direalisasikan dalam kalimat-kalimat. Demikian juga teks dapat memproyeksikan makna pada level yang lebih tinggi.

2.2.2 Pidato

Pidato adalah sebuah kegiatan berbicara di depan umum atau berorasi untuk menyatakan pendapat atau memberikan gambaran tentang suatu hal (Wikipedia, 2010). Pidato biasanya dibawakan oleh seseorang yang memberikan orasi atau pernyataan tentang suatu hal/peristiwa yang penting dan patut diperbincangkan. Pidato juga biasanya digunakan oleh seorang pemimpin untuk memimpin dan berorasi di depan banyak anak buahnya atau khalayak ramai.

Pidato yang baik dapat memberikan suatu kesan positif bagi orang-orang yang mendengarkannya. Adapun contohnya adalah pidato kenegaraan,

(13)

pidato menyambut hari besar, pidato pembangkit semangat, pidato sambutan acara atau event, dan sebagainya.

2.2.3 Transitivitas

Mengingat manusia berada pada proses sosial yang beragam, maka corak sosial akan menentukan dan ditentukan oleh bahasa sehingga variasi pengalaman sosial itu terwujud dalam variasi gambar pengalaman linguistik. Realisasi pengalaman linguistik pemakai bahasa inilah yang disebut transitivitas. Dalam kajian LFS, Halliday (1994:107) mengemukakan bahwa satu unit pengalaman yang sempurna direalisasikan dalam klausa yang terdiri atas (1) proses, (2) partisipan, dan (3) sirkumstan. Proses yang menuju pada aktivitas yang terjadi dalam klausa, yakni dalam tata bahasa tradisional dan formal disebut verba. Partisipan adalah orang atau benda yang terlibat dalam proses tersebut. Sirkumstan merupakan lingkungan tempat proses yang melibatkan partisipan terjadi. Karena inti pengalaman adalah proses, maka dalam tataran klausa, proses menentukan jumlah dan kategori partisipan. Selain itu, proses menentukan sirkumstan secara tak langsung dengan tingkat probabilitas.

(14)

2.2.4 Konteks Situasi dalam Teks

Situasi adalah lingkungan tempat teks beroperasi. Konteks situasi adalah keseluruhan lingkungan, baik lingkungan tutur (verbal) maupun lingkungan tempat teks itu diproduksi (diucapkan atau ditulis). Untuk memahami teks dengan sebaik-baiknya, diperlukan pemahaman terhadap konteks situasi dan konteks budayanya. Dalam pandangan Halliday (1978:110), konteks situasi terdiri atas tiga unsur, yakni (1) medan teks, (2) pelibat teks, dan (3) modus teks.

2.3 Kerangka Teori

Analisis teks adalah studi tentang struktur pesan dalam komunikasi atau telaah melalui aneka fungsi bahasa. Analisis teks lahir dari kesadaran bahwa persoalan yang terdapat dalam komunikasi tidak hanya terbatas pada penggunaan kalimat, bagian kalimat, atau fungsi ucapan, tetapi juga mencakup struktur pesan yang lebih kompleks dan inheren yang disebut teks. Begitu juga bahasa dianalisis tidak hanya dari aspek kebahasaan, tetapi juga dihubungkan dengan konteks. Konteks di sini berarti bahasa dipakai untuk tujuan dan praktik tertentu, termasuk di dalamnya praktik kekuasaan. Menurut Halliday (1978:138), sebuah teks selain dapat direalisasikan dalam level-level sistem lingual yang lebih rendah seperti sistem leksikogramatis dan fonologis, juga merupakan realisasi level yang lebih

(15)

tinggi daripada interpretasi, kesastraan, sosiologis, psikoanalitis, dan sebagainya yang dimiliki oleh teks itu. Level-level yang lebih rendah itu memiliki kekuatan untuk memproyeksikan makna pada level yang lebih tinggi. Hal ini oleh Halliday disebut dengan istilah latar depan (foregrounded). Di samping itu, fitur esensial sebuah teks adalah adanya interaksi.

Dalam pertukaran makna itu terjadi perjuangan semantis (semantic contest) antarindividu yang terlibat. Karena sifatnya yang berupa perjuangan itu, maka makna akan selalu bersifat ganda, tidak ada makna yang bersifat tunggal. Dengan demikian, pilihan bahasa pada hakikatnya adalah perjuangan atau pertarungan untuk memilih kode-kode bahasa tertentu. Situasi adalah faktor penentu teks. Dalam kaitan ini, Halliday (1978:141) menyatakan bahwa makna diciptakan oleh sistem sosial dan dipertukarkan oleh anggota-anggota masyarakat dalam bentuk teks. Makna tidak diciptakan dalam keadaan terisolasi dari lingkungannya. Selanjutnya, secara tegas dirumuskan oleh Halliday bahwa makna adalah sistem sosial. Perubahan dalam sistem sosial akan direfleksikan dalam teks. Dalam hal ini, situasi akan menentukan bentuk dan makna teks.

Dalam hal ini, LFS merupakan teori utama yang digunakan pada tulisan ini. Teori ini dipelopori oleh M.A.K. Halliday. Di sini disebutkan bahwa sistemic berakar dari kata sistem yang artinya representasi dari teori terhadap hubungan paradigmatik. Lebih lanjut, fungsional mengimplikasikan bahwa

(16)

fungsi semiotik bahasa atau makna beroperasi di dalam dimensi-dimensi semiotik dan realisasi fungsional sistem struktur secara alamiah berhubungan secara sintagmatik. Menurut Halliday (1985), bahasa adalah fenomena sosial sehingga cenderung sebagai alat berbuat sesuatu daripada mengetahui sesuatu. Oleh karena itu, bahasa memiliki fungsi-fungsi yang dibuat oleh konteks sosial. Fungsi-fungsi tersebut terangkum dalam tiga komponen utama yang disebut metafungsi bahasa. Metafungsi bahasa terdiri atas fungsi ideasional, fungsi interpersonal, dan fungsi tekstual (Halliday, 1985: xiii; Eggins, 1994: 3 dalam Saragih, 2005: 6).

Halliday (1985:159) berpendapat bahwa fungsi ideasional terdiri atas fungsi logikal. Hal ini direalisasikan melalui sistem kompleksitas klausa dan fungsi eksperensial yang direalisasikan oleh sistem transitivitas, fungsi interpersonal direalisasikan oleh sistem moda (MOOD), dan fungsi tekstual direalisasikan oleh sistem tema (THEME).

Penelitian ini menitikberatkan pada analisis fungsi ideasional yang direalisasikan melalui sistem transitivitas. Sistem transitivitas menyebabkan manusia menggambarkan mental dan fakta untuk mengetahui kejadian eksternal dan internal yang dijadikan pengalaman untuk menciptakan bentuk-bentuk proses. Pengalaman ini merupakan proses yang sedang terjadi.

Ketika seseorang merealisasikan pengalamannya menjadi pengalaman linguistik, maka terbentuklah representasi pengalaman linguistik itu dan

(17)

menjadi komoditas yang ditransaksikan oleh pemakai bahasa. Realisasi pengalaman linguistik pemakai bahasa itu disebut transitivitas. Pengalaman yang sempurna direalisasikan oleh tiga unsur penting, yaitu proses, partisipan, dan sirkumstan.

2.3.1 Proses

Proses dapat dikatakan sebagai kegiatan ataupun aktivitas yang terjadi dalam kata kerja. Proses dijadikan sebagai inti dari suatu pengalaman. Hal ini disebabkan proses sebagai penentu keberadaan partisipan, baik jumlahnya maupun kategorinya (Halliday, 1994:168; Martin, 1992: 10). Sirkumstan pun secara tidak langsung juga mendapat pengaruh dari proses melalui probabilitas proses. Misalnya, proses mental dan material yang keduanya sering muncul dengan sirkumstan berupa lokasi dan cara.

Konsep-konsep sistem transitivitas (proses, partisipan, dan sirkumstan) merupakan kategori-kategori semantik yang menjelaskan secara umum seperti apa dan bagaimana fenomena dunia nyata direpresentasikan sebagai struktur linguistik (Halliday, 1985: 109). Misalnya: (1) Ibu memasak nasi goreng tadi pagi.

Dalam klausa (1), memasak dikatakan sebagai proses, sedangkan ibu dan nasi goreng adalah partisipan, kemudian tadi pagi termasuk ke dalam sirkumstan. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa klausa (1) merupakan suatu klausa berupa pengalaman yang menyatakan bahwa satu proses, yakni

(18)

memasak. Selanjutnya, proses itu melibatkan dua partisipan, yaitu ibu dan nasi goreng. Dalam hal ini proses yang melibatkan dua partisipan itu terjadi dalam sirkumstan berupa lingkup waktu tadi pagi.

Halliday (1994: 107) dan Martin (1997: 102) mengategorikan proses menjadi enam jenis, yaitu tiga pengalaman utama (proses primer), yaitu terdiri atas proses material, proses mental, dan proses relasional. Selanjutnya, tiga pengalaman pelengkap, yakni terdiri atas proses perilaku (behavioral), proses verbal, dan proses wujud (eksistensial).

1. Proses Material

Proses material dapat didefinisikan sebagai proses atau kegiatan yang menyangkut fisik, yakni dapat diamati dengan menggunakan indra.

Contoh:

(1) Rico sedang menyiram anggrek di halaman belakang

Kata kerja, seperti memasak, menyiram, mencuci, menari, dan sebagainya dikategorikan sebagai proses material.

(2) Rico sedang menyiram anggrek di halaman belakang. Partisipan Proses Material Partisipan Sirkumstan

(19)

2. Proses Mental

Proses mental didefinisikan sebagai suatu proses atau kegiatan yang menyangkut kognisi, emosi, dan persepsi yang terjadi dalam diri manusia sendiri, misalnya melihat, merasa, mendengar, mencintai, percaya, membenci, dan sebagainya. Proses ini terjadi di dalam diri manusia dan mengenai mental kehidupan. Secara semantik, proses mental menyangkut pelaku manusia saja ataupun makhluk lain yang dianggap berperilaku seperti manusia.

Contoh:

(3) Dia menyadari kesalahannya. Partisipan Proses Mental Partisipan

3. Proses Relasional

Proses ini dapat didefinisikan sebagai suatu proses penandaan atau penyifatan, yaitu sesuatu yang dikatakan memiliki sifat atau penanda. Proses relasional berfungsi untuk menghubungkan suatu entitas dengan makhluk atau lingkungan lain dalam hubungan intensif, sirkumstan, ataupun kepemilikan dengan cara identifikasi atau atribut. Kata kerja yang dapat dikategorikan ke dalam proses ini, misalnya adalah, ada, menjadi, merupakan, memiliki, dan sebagainya.

(20)

Contoh:

(4) Adik memiliki rambut hitam. Partisispan Proses Relasional Sirkumstan (Identifikasi)

4. Proses Tingkah Laku (Behavioral)

Proses ini didefinisikan sebagai aktivitas atau kegiatan fisiologis yang menyatakan tingkah laku fisik manusia. Dalam hal ini yang dapat dikategorikan pada proses ini, misalnya kata kerja bernapas, menguap, mengeluh, tertawa, dan sebagainya.

Contoh:

(5) Kakak mengeluh kesakitan. Partisipan Proses Behavioral Sirkumstan

5. Proses Verbal

Proses verbal adalah proses yang menunjukkan aktivitas atau kegiatan yang menyangkut informasi, misalnya pada kata kerja memerintah, meminta, menjelaskan, dan sebagainya.

Contoh:

(6) Ayah menceritakan pengalamannya. Partisipan Proses Verbal Partisipan

(21)

6. Proses Wujud (Eksistensial)

Proses wujud (eksistensial) adalah suatu proses yang mengekspresikan keberadaan suatu benda tempat benda itu memang nyata atau benar-benar ada. Ada beberapa kata kerja yang dapat dikategorikan ke dalam proses eksistensial, misalnya muncul, terjadi, tumbuh, dan sebagainya.

Contoh:

(7) Beberapa jerawat muncul di wajahnya. Partisispan Proses Wujud Sirkumstan

2.3.2 Partisipan

Partisipan merupakan sesuatu yang dapat diikat oleh proses. Proses dapat dikatikan sebagai inti atau pusat yang menarik unsur lain, termasuk partisipan. Karena proses merupakan inti, maka proses sangat menentukan jumlah partisipan yang dapat diikat dalam suatu proses.

2.3.3 Sirkumstan

Sirkumstan dapat didefinisikan sebagai lingkungan, sifat, atau lokasi tempat berlangsungnya suatu proses. Sirkumstan berada di luar jangkauan proses. Oleh karena itu, sirkumstan berlaku dalam semua jenis proses. Sirkumstan dapat disetarakan dengan keterangan yang lazim digunakan dalam tata bahasa tradisional.

(22)

Sirkumstan terdiri atas rentang, yang dapat berupa jarak atau waktu, lokasi yang mencakup tempat dan waktu, cara, sebab, lingkungan, penyerta, peran, masalah, serta sudut pandang.

Selanjutnya, pada bagan berikut dirangkum bentuk sirkumstan, baik dalam frasa maupun klausa.

Tabel 1 Kategori Sirkumstan No. Jenis Sirkumstan Subkategori Cara Mengidentifikasi Realisasi dalam Frasa dan Klausa

1 Rentang Waktu

Tempat

Berapa lamanya? Berapa jauhnya?

Dia berjalan tiga jam Kami berjalan 6 kilometer. 2 Lokasi Waktu Tempat Kapan? Di mana?

Pesta itu akan diadakan pada minggu ini.

Adikku dilahirkan di Medan.

3 Cara - Bagaimana?

Dengan apa?

Lakukanlah tugas itu dengan cepat.

4 Sebab - Mengapa?

Untuk apa? Untuk siapa?

Kita belajar untuk bekal masa depan.

5 Penyerta - Dengan siapa? Kami datang dengan

adiknya.

6 Peran - Sebagai apa? Saya bicara sebagai

sahabat.

7 Masalah - Tentang apa? Dia bicara mengenai

(23)

2.3.4 Konteks Situasi

Ketika bahasa dianalisis dalam konteks dan hubungan teks dengan konteks yang digambarkan, maka dapat dikatakan bahwa gagasan bahasa menafsirkan dunia sosial kita yang sepenuhnya dapat dihargai. Suatu teks akan dapat dipahami dengan baik ketika kita memahami konteks situasi teks tersebut. Sehubungan dengan hal ini, Firth (1957: 182) berpendapat bahwa konteks situasi paling baik digunakan sebagai konstruksi skematis yang cocok untuk diterapkan pada peristiwa bahasa. Hal itu adalah kelompok kategori terkait pada tingkatan yang berbeda dari kategori gramatikal, tetapi menyerupai abstrak alam. Firth juga menyatakan bahwa kategori umum yang memiliki relevansi dengan teks adalah sebagai berikut.

a. Partisipan dengan fitur yang relevan, yakni manusia dan kepribadian. Hal ini bisa berupa aksi verbal dari partisipan, begitu juga aksi nonverbal.

b. Objek yang relevan c. Efek dari aksi verbal

Halliday (1978:21) memperkenalkan lebih banyak abstraksi yang memungkinkan kita untuk menginterpretasikan sebuah situasi atau lebih tepatnya sebuah tipe dari situasi, sebagai sebuah struktur semiotik, dan sebagai sebuah kumpulan makna yang berasal dari sistem semiotik yang merupakan suatu budaya. Selanjutnya, Halliday mengatakan sebagai berikut.

(24)

“That context of situation is encapsulated in the text, not in any piecemeal fashion, nor at the other extreme in any mechanical way, but through a systematic relationship between the social environment on the one hand, and the functional organisation of language on the other. If we treat both text and context as semiotic phenomena, as "modes of meaning", so to speak, we can get from one to the other in a revealing way.”

(Halliday and Hasan, 1985:12) Terjemahan:

“Bahwa konteks situasi dikemas dalam teks, bukan dalam mode yang sedikit-sedikit, tidak juga pada ekstrem lain dalam beberapa cara mekanik, tetapi melalui hubungan yang sistematik antara lingkungan sosial pada satu tangan dan struktur fungsional bahasa pada tangan yang satunya. Jika kita memperlakukan, baik teks maupun konteks sebagai fenomena semiotik, sebagai “mode makna”, maka dapat dikatakan bahwa kita tidak bisa mendapatkannya dari satu ke yang lain dengan cara pengungkapan.”

Kutipan di atas menjelaskan bahwa konteks situasi dianggap sebagai bagian dari tiga variabel register. Konteks situasi disusun berdasarkan tiga parameter, yaitu field, tenor, dan mode. Hal ini secara fungsional didiversifikasi ke dalam tiga jenis atau mode atau makna yang memungkinkan prediksi linguistik. Melalui tiga parameter tersebut, maka dapat dilakukan suatu analisis untuk memprediksikan makna dalam interaksi sosial yang digambarkan.

Dalam hal ini, konteks situasi dibagi menjadi tiga, yaitu medan teks, pelibat teks, dan modus teks. Medan teks (field of discourse) merujuk pada aktivitas sosial yang sedang terjadi serta latar institusi tempat satuan-satuan bahasa itu muncul. Untuk menganalisis medan, kita dapat mengajukan

(25)

pertanyaan, What is going on?, yang mencakup tiga hal, yakni ranah pengalaman, tujuan jangka pendek, dan tujuan jangka panjang.

Ranah pengalaman merujuk pada ketransitivan yang mempertanyakan apa yang terjadi dengan seluruh proses, partisipan, dan sirkumstan. Tujuan jangka pendek merujuk pada tujuan yang harus segera dicapai. Tujuan itu bersifat amat konkret. Tujuan jangka panjang merujuk pada tempat teks dalam skema suatu persoalan yang lebih besar. Demikian pula, tujuan tersebut bersifat lebih abstrak.

Pelibat teks (tenor of discourse) merujuk pada hakikat relasi antar-partisipan, termasuk pemahaman peran dan statusnya dalam konteks sosial dan lingual. Untuk menganalisis pelibat, kita dapat mengajukan pertanyaan, Who is taking part?, yang mencakup tiga hal, yakni peran agen atau masyarakat, status sosial, dan jarak sosial.

Peran terkait dengan fungsi yang dijalankan individu atau masyarakat. Status terkait dengan tempat individu dalam masyarakat sehubungan dengan orang-orang lain, sejajar atau tidak. Jarak sosial terkait dengan tingkat pengenalan partisipan terhadap partisipan lainnya, yakni akrab atau memiliki jarak. Dalam kaitan ini, peran, status, dan jarak sosial dapat bersifat sementara dan dapat pula permanen.

Modus teks (mode of discourse) merujuk pada bagian bahasa yang sedang dimainkan dalam situasi, termasuk saluran yang dipilih, apakah lisan atau tulisan. Untuk menganalisis modus, pertanyaan yang dapat diajukan adalah

(26)

What‟ s role assigned to language?, yang mencakup lima hal, yakni peran bahasa, tipe interaksi, medium, saluran, dan modus retoris.

Ketiga domain dari teks, yaitu field, tenor, dan mode, tidak secara mudah diaplikasikan dalam suatu analisis bahasa, tetapi lebih akurat. Ketiganya membentuk suatu konsep dalam merepresentasikan konteks sosial sebagai lingkungan semiotik tempat orang-orang saling bertukar paham dan pengertian (Halliday, 1978:22). Ketiga domain ini mengilustrasikan diversifikasi alam secara fungsional dalam LFS dan membantu analisis untuk membuat prediksi mengenai makna dari sebuah teks.

Firth adalah ahli linguistik yang pertama kali memperkenalkan LFS ke dalam prediksi secara linguistik. Dlam hal ini, Firth memfokuskan pada kesuksesan dalam komunikasi, yakni ada seseorang yang bergabung dalam suatu organisasi sosial, maka dia akan belajar untuk mengatakan “apa yang orang lain harapkan untuk kita katakan dalam situasi yang diberikan” (Firth, 1957:28).

Konteks situasi memfasilitasi komunikasi karena dalam suatu komunikasi diperbolehkan seorang petutur untuk memahami apa yang akan dikatakan dalam suatu situasi yang ada. Hal ini berarti bahwa seseorang dapat bertukar pendapat atau paham secara tidak langsung dalam suatu kerangka yang sudah diketahui akan terjadi (Halliday and Hasan, 1985:9). Poin ini lebih dikembangkan, kemudian dilihat lebih jauh lagi ke dalam hubungan antara konteks situasi dan strata yang lebih rendah sehingga ditemukan bagaimana

(27)

makna keseluruhan yang merupakan hasil realisasi dari fitur situasional field, tenor, dan mode teks pada level semantik.

Peran bahasa terkait dengan kedudukan bahasa dalam aktivitas. Oleh karena itu, bisa saja bahasa bersifat wajib (konstitutif) atau tambahan. Peran wajib terjadi apabila bahasa diperankan sebagai aktivitas keseluruhan. Peran tambahan terjadi apabila bahasa berfungsi hanya membantu aktivitas lainnya. Namun, tipe interaksi merujuk pada jumlah pelaku, baik monologis maupun dialogis. Selanjutnya, medium terkait dengan sarana yang digunakan, yakni bisa berbentuk lisan, tulisan, ataupun isyarat. Saluran berkaitan dengan bagaimana teks itu dapat diterima, seperti fonis, grafis, atau visual. Modus retoris merujuk pada perasaan teks secara keseluruhan, yakni persuasif, kesastraan, akademis, edukatif, mantra, dan sebagainya. Semuanya saling berhubungan dalam suatu teks sehingga menimbulkan suatu makna.

Sudah ditekankan bahwa baik konteks situasi maupun bahasa secara fungsional telah didiversifikasikan. Hal ini mengarahkan kita pada penemuan pola yang merespons pola-pola yang berbeda dalam lingkungan suatu teks. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa ada korelasi sistematik di antara konteks situasi dan struktur fungsional dari sistem semantik berdasarkan ketiga variabel yang ada, yaitu field, tenor, dan mode. Dalam hal ini, maka dimungkinkan untuk memperkenalkan masalah tempat tiap-tiap metafungsi dan makna potensial dapat diaktifkan sebagai variabel situasional yang partikular. Dalam kaitan ini, field direalisasikan sebagai makna ideasional,

(28)

tenor sebagai makna interpersonal, dan mode sebagai makna tekstual. Hal ini dijabarkan dalam tabel berikut ini.

Tabel 2 Realisasi Konteks Situasi dalam Metafungsi Bahasa

(Dimodifikasi dari Halliday and Hasan, 1985:26)

2.3.5 Retorika

Retorika didefiniksikan sebagai praktik penggunaan bahasa untuk meyakinkan atau memengaruhi orang lain dan bahasa yang dihasilkan dari praktik tersebut (Hartley, 1994:266). “Retorika adalah teknik pemakaian bahasa sebagai seni, baik lisan maupun tertulis yang didasarkan pada pengetahuan yang tersusun baik” (Keraf, 2007:3). Hal ini berarti bahwa retorika dapat berupa tulisan ataupun bahasa lisan. Uraian sistematis retorika yang pertama dibuat oleh Corax, orang Syracuse, bagian dari Pulau Sicilia. Ia

Situasi:

Direalisasiakan

oleh Teks:

Fitur Konteks

Komponen Fungsional Sistem Semantik

Field Experential Meanings

What is going on? (Transitivity)

Tenor Interpersonal Meanings

Who are taking

part? (Mood, Modality, etc)

Mode Textual Meanings

Role assigned to

language (Theme, Cohesion, etc)

(29)

menulis sebuah makalah retorika berjudul Techne Logon (seni kata-kata) untuk membantu kaumnya memperoleh kembali hak milik tanah yang sebelumnya dikuasai para tiran. Selain itu, ia juga membagi pidato menjadi lima bagian, yakni pembukaan, uraian, argumen, penjelasan tambahan, dan simpulan (Rakhmat, 1992).

Seorang ahli retorika klasik lainnya, Aristoteles, menyebutkan tiga cara untuk memengaruhi manusia (Bormann, 1986; Rakhmat, 1992), yakni dengan cara sebagai berikut.

(1) Ethos: menunjukkan kepada khalayak bahwa pembicara memiliki pengetahuan yang luas, kepribadian terpercaya, dan status terhormat. (2) Pathos: menyentuh hati khalayak melalui perasaan, emosi, harapan,

dan sebagainya.

(3) Logos: mengajukan bukti atau sesuatu yang dapat dianggap sebagai bukti sehingga disebut juga sebagai pendekatan melalui akal.

Para ahli retorika dari Yunani dan Romawi membagi retorika menjadi lima cakupan studi yang disebut sebagai lima hukum (kanon) retorika (Bormann, 1986; Griffin, 2003). Kelima hukum tersebut adalah seperti di bawah ini.

(1) Penemuan (invention), yakni menemukan alasan yang meyakinkan. (2) Penyusunan (arrangement), menyusun material untuk memperoleh

hasil terbaik.

(30)

(4) Penyampaian (delivery), yakni mengarah pada pengombinasian suara dan gerak tubuh.

(5) Memori (memory), yakni merupakan tahapan penguasaan isi dan melakukan latihan.

Retorika modern lebih sering diartikan sebagai seni berbicara atau kemampuan berbicara dan berkhotbah (Hendrikus, 2009) sehingga efektivitas penyampaian pesan pembicara dalam retorika sangat dipengaruhi oleh teknik atau keterampilan berbicara. Pernyataan Griffin (2003) mengenai kesuksesan retorika juga mensyaratkan adanya eloquence atau kefasihan (keterampilan) berbicara. Pada abad ke-20 istilah retorika mulai digeser oleh istilah speech, speech communication, atau public speaking (Rakhmat, 1992).

Keterampilan komunikasi seorang komunikator dapat dinilai melalui pemenuhan beberapa aspek (DeVito, 1997; Hasling, 2006; Hendrikus, 2009; Rakhmat, 1992), yakni sebagai berikut.

(1) Kefasihan komunikasi komunikator (eloquence), yaitu mengarah pada sistem verbal dan nonverbal komunikator serta metode yang digunakan dalam penyampaian pidato.

(2) Pengorganisasian pesan, yaitu mengacu pada tema yang dipilih, tujuan komunikasi, kesiapan materi oleh komunikator, serta penguasaan komunikator tehadap isi pesan.

(31)

(3) Dari segi partisipan, yakni yang dimaksud adalah penguasaan komunikator terhadap audience, bagaimana komunikator menganalisis audience kemudian menggunakan pendekatan yang tepat.

(4) Dari segi alat bantu, yakni bagaimana komunikator menggunakan alat bantu yang disediakan.

2.4 Model Penelitian

Penelitian ini menganalisis sistem transitivitas dan hubungannya dengan konteks situasi. Data yang dianalisis adalah data yang berupa teks pidato pelantikan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama. Teori yang digunakan dalam analisis adalah teori LFS yang dikemukakan oleh Halliday. Dalam teori tersebut dibahas mengenai sistem transitivitas dan konteks situasi. Selanjutnya, ilustrasi dari model penelitian ini digambarkan pada bagan berikut ini.

Data yang dipilih, yaitu berupa teks pidato berbahasa Inggris yang merupakan teks pidato pelantikan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama. Data dianalisisis dengan menggunakan teori LFS yang dikemukakan oleh Halliday. Pertama, dilihat sistem transitivitas pada data dengan menghitung persentase kemunculan proses, siapa saja partisipan yang ada, dan seperti apa sirkumstan yang terkait di dalamnya. Kedua, data dianalisis dengan konteks situasinya, yaitu dicari apakah medan teksnya, siapa saja pelibat teks, dan modus teks pidato. Setelah ditemukan, kemudian dicari hubungan

(32)

yang terkait antara sistem transitivitas dan konteks situasinya serta dengan kekuatan retorika.

(33)

Ilustrasi Model Penelitian

Teks Pidato Pelantikan Barack Obama

Teori

Sistemik Fungsional Linguistik

Sistem Transitivitas Konteks Situasi

Hubungan Transitivitas dan Konteks Situasi

Proses Partisipan Sirkumstan Medan Pelibat Modus

Teori Retorika

Hubungan Transitivitas dan Retorika

Hasil Analisis Simpulan dan Saran

(34)

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, suatu penelitian yang umum digunakan ilmu-ilmu sosial, dan sering berupa penyelidikan perubahan masyarakat yang bersifat longitudinal (Surakhmad, 1990: 140). Pada penelitian ini mula-mula data yang ditemukan diklasifikasikan, kemudian data tersebut dianalisis. Metode ini juga sering disebut dengan metode analitik. Metode penelitian bahasa berkaitan dengan tujuan penelitian serta melibatkan pengumpulan dan pemilihan data. Secara garis besar, penelitian deskriptif ini memusatkan perhatian pada sifat-sifat data secara alami atau secara apa adanya, yang secara empiris hidup dalam penutur-penutur bahasa sehingga hasil yang diperoleh merupakan pemerian bahasa yang aktual (Sudaryanto, 1987). Pendekatan kuantitatif juga digunakan karena ada beberapa perhitungan yang memerlukan statistik dasar untuk membantu analisis data.

3.1 Jenis dan Sumber Data

Sumber data yang digunakan sebagai data dalam tulisan ini adalah sumber tertulis dan lisan, yaitu pidato pelantikan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama. Data didapatkan dengan cara mengunduh dari media

(35)

internet, yaitu dari situs www.whitehouse.gov. Jadi, dapat dikatakan bahwa data yang dipakai bersifat primer karena diperoleh langsung dari hasil unduhan, bukan dari analisis yang sudah digunakan sebelumnya.

Pemilihan pidato pelantikan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama sebagai subjek analisis didasari pemikiran bahwa pidato tersebut dirangkai oleh klausa-klausa yang memiliki kelugasan dalam pemilihan katanya. Pemilihan kata, baik dari segi predikat, kata benda, objek klausa, maupun keterangannya sangat beragam dan tidak diulang-ulang. Hal ini sangat membantu analisis, termasuk penghitungan kemunculan sistem transitivitas.

3.2 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini digunakan metode simak, yaitu dengan teknik dasar simak bebas libat cakap, kemudian dilanjutkan dengan teknik lanjutan simak catat (Sudaryanto, 1988). Teknik ini digunakan karena sumber data yang digunakan adalah sumber data tertulis dan lisan.

Adapun proses pengumpulan data dilakukan dengan langkah-langkah berikut ini.

1. Teks pidato dibaca secara keseluruhan.

2. Bagian dari teks pidato dipilah dan dicatat, kemudian dipilah dalam kategori proses, partisipan, dan sirkumstan.

(36)

3. Untuk data lisan, dilakukan pencatatan pada bagian-bagian yang mendukung analisis retorika dan diberikan penandaan untuk memperjelas maksud dari data.

3.3 Metode dan Teknik Analisis Data

Analisis data didefinisikan sebagai proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola dan kategori sehingga dapat ditemukan tema, kemudian dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data (Moleong, 2007:280). Berdasarkan definisi tersebut, maka data penelitian ini dianalisis, diurut, dikategorikan, dan diolah berdasarkan kerangka teori.

Dalam hal ini, data yang digunakan adalah data tertulis dan lisan yang berupa pidato pelantikan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Berikut ini adalah prosedur analisisnya.

(1) Data yang sudah dipilah, kemudian diidentifikasi dan dihitung persentase kemunculannya.

(2) Berdasarkan hasil persentase, data dianalisis untuk menemukan alasan kemunculan tipe proses transitivitas yang mendominasi.

(3) Data juga dipilah untuk memperoleh tipe sirkumstan yang muncul.

(4) Data kemudian diidentifikasikan dan dianalisis ke dalam konteks situasinya.

(37)

(5) Hasil dari analisis (1), (2), (3), dan (4), kemudian dideskripsikan untuk menemukan jawaban kekuatan retorika dalam teks pidato pelantikan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama.

(6) Menginterpretasikan hasil analisis.

3.4 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data

Ada dua jenis metode penyajian hasil analisis, yaitu metode formal dan metode informal. Dalam metode formal, hasil analisis disajikan dengan menggunakan tanda atau lambang, sedangkan dalam metode informal, hasil analisis disajikan dengan kata-kata biasa.

Data yang sudah ditemukan, kemudian disajikan secara deskriptif berdasarkan teori yang digunakan, yaitu teori LFS. Selanjutnya, data dibuatkan presentasi kemunculan proses, partisipan, dan sirkumstan dengan statistik sederhana. Setelah itu, dicari hubungan antara transitivitas (proses, partisipan, dan sirkumstan) dengan konteks situasi. Pada tahapan akhir dipresentasikan bagaimana hubungan antara transitivitas dan kekuatan retorika. Kemudian, ditutup dengan simpulan yang ditemukan dan dilengkapi dengan saran.

(38)

BAB IV

ANALISIS TRANSITIVITAS

4.1 Tipe Proses dalam Teks Pidato Pelantikan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama

Fungsi ideasional dikatakan sebagai fungsi bahasa karena melalui fungsi ini, baik penutur maupun penulis terikat dengan pengalamannya dan berhubungan dengan fenomena yang ada di dunia. Selain itu, juga termasuk pengalaman internal dalam alam sadarnya, reaksinya, pemahaman, dan persepsi, di samping tindakan linguistiknya dalam berbicara dan memahami (Halliday, 1971: 332). Dengan kata lain, fungsi ini membawa informasi baru untuk membahas hal yang tidak diketahui petutur. Fungsi ini merefleksikan kejadian dan pengalaman, baik secara objektif maupun subjektif. Dalam hubungan ini transitivitas merupakan hal yang dibahas ketika membicarakan fungsi ideasional. Fungsi ini tidak hanya menspesifikasi pilihan yang ada secara semantis, tetapi juga mendefinisikan kealamian realisasi strukturalnya (Zhuanglin, 1988:312). Fungsi ideasional biasanya direpresentasikan oleh sistem transitivitas dalam tata bahasa. Sistem transitivitas terdiri atas enam proses, yaitu proses material, proses relasional, proses mental, proses verbal, proses behavioral, dan proses eksistensial.

Dalam Teks Pidato Pelantikan Barack Obama sebagai Presiden Amerika Serikat, ditemukan keenam jenis proses transitivitas tersebut. Dalam hal ini

(39)

yang mendominasi adalah proses material, kemudian diikuti proses relasional, proses mental, proses behavioral, proses verbal, dan kemudian proses eksistensial.

4.1.1 Proses Material

Dalam Teks Pidato Pelantikan Barack Obama paling banyak ditemukan contoh tipe proses material. Proses material adalah process of doing. Proses ini biasanya diindikasikan oleh kata kerja yang mengekspresikan tindakan, baik berupa tindakan nyata maupun abstrak. Biasanya, dalam proses material muncul dua partisipan, yaitu actor dan goal. Actor biasanya menunjukkan subjeknya, sedangkan goal menunjukkan objeknya Kedua partisipan ini biasanya direalisasikan dengan menggunakan kata benda.

Dominasi proses ini dalam Teks Pidato Pelantikan Barack Obama, yakni menunjukkan bahwa Obama ingin menegaskan dalam kepemimpinannya nanti, dia akan lebih banyak melakukan tindakan untuk pencapaian target yang ditentukannya. Pemilihan kata-kata kerja yang merupakan proses material memiliki kemampuan untuk meyakinkan masyarakat bahwa apa yang akan dilakukan, meningkatkan kepercayaan diri warga Amerika Serikat, dan mampu membuat warga memberi dukungan untuk mencapai semua tujuan itu.

(40)

a. Forty-four Americans have now taken the presidential oath

empat puluh empat

warga

Amerika telah sekarang mengambil kepresidenan sumpah

(Proses Material)

Empat puluh empat warga Amerika telah diambil sumpahnya sebagai presiden.

b. On this day, we have chosen hope over fear

di ini hari, kita telah memilih harapan di

atas ketakutan

(Proses

Material)

Pada hari ini, kita telah memilih harapan daripada ketakutan.

c. They packed up their few worldly possessions

mereka mengemas naik mereka sedikit duniawi milik

(Proses Material)

Mereka mengemas sedikit milik mereka.

Dari contoh di atas dapat dilihat bahwa proses material adalah proses yang menunjukkan aktivitas yang dilakukan oleh seseorang atau lebih dan ditujukan kepada suatu hal yang ada di luar dirinya. Proses material yang ditunjukkan oleh have now taken, have chosen, dan packed up memperlihatkan adanya aktivitas yang dilakukan oleh actor terhadap goal. Proses material sebagai ekspresi aktivitas fisik, tidak hanya dalam pengertian fisik yang sempit, seperti mempertukarkan benda atau melakukan perbuatan terhadap suatu benda. Obama banyak menggunakan bentuk proses material untuk meyakinkan warga Amerika Serikat untuk berjuang bersama, dalam bentuk tindakan nyata yang pasti, untuk memperbaiki perekonomian Amerika Serikat pada saat itu. Dalam mewujudkan semua itu tentunya akan ada

(41)

partisipan yang berpartisipasi, baik sebagai actor maupun sebagai goal. Hal ini dijabarkan dalam tabel berikut ini.

Tabel 3 Sirkumstan dan Partisipan dalam Proses Material

Dalam tabel dapat dilihat hubungan antara partisipan satu dan yang lain. Dimana hubungan ini dikuatkan oleh proses materialnya. Sirkumstan tidak selalu hadir dalam tiap proses, tetapi kehadiran sirkumstan memberikan penjelasan mengenai proses tersebut dengan lebih rinci.

4.1.2 Proses Relasional

Proses relasional dikatakan sebagai proses yang menunjukkan atau berfungsi untuk menghubungkan antara satu entitas dengan entitas yang lainnya. Hubungan yang dimaksud dapat berupa hubungan antara pemilik dengan milik yang disebut sebagai hubungan kepemilikan, di samping dapat berupa hubungan antara satu entitas dengan entitas lainnya yang disebut dengan hubungan atributif atau dapat pula hubungan antara satu entitas

Sirkumstan Partisipan 1 Proses Partisipan 2

Forty-four Americans have now

taken the presidential oath

On this

day we

have

chosen hope over fear

They

packed

up their few worldly possessions

Actor

Proses

Material Goal

(42)

dengan lingkungan seperti lingkungan tempat atau yang lainnya yang disebut dengan hubungan identifikasi.

Dalam data, proses relasional menduduki peringkat kedua dilihat dari kemunculannya. Proses relasional atributif ditunjukkan oleh kata kerja be ataupun sinonim, dalam hal ini partisipan yang terlibat direalisasikan dengan kata benda yang disebut dengan carrier dan atribut. Kalimat dengan proses relasional atributif tidak bisa dijadikan bentuk pasif. Perubahan ini bisa dilihat pada data berikut ini.

Klausa sebenarnya:

We are in the midst of crisis. Klausa kemungkinan lain: We locate in the midst of crisis. Kemungkinan bentuk pasif:

In the midst of crisis is located by we. (tidak bermakna)

Dari uraian di atas, bentuk kalimat atau klausa yang menggunakan proses relasional atributif tidak bisa dijadikan bentuk pasif karena maknanya akan berbeda. Beberapa contoh proses relational atributif yang ditemukan dalam data, yakni seperti berikut ini.

a. It must be with this generation of Americans

ini harus adalah dengan ini generasi dari warga Amerika

(Proses

Relasional)

Ini adalah keharusan dengan generasi Amerika saat ini.

(43)

b. We are in the midst of crisis Kita adalah di dalam sebuah tengah-tengah dari krisis

(Proses Relasional)

Kita berada di tengah-tengah krisis.

c. These are the indicators of crisis

Ini adalah itu indikator dari krisis

(Proses Relasional)

Ini adalah indikator-indikator krisis.

Partisipan yang terlibat dijabarkan dalam tabel berikut ini.

Tabel 4 Proses Relasional Atributif

P r

Proses relasional identifikasi bertolak belakang dengan proses relasional atributif, baik secara semantik maupun gramatikal. Secara semantik, klausa identifikasi tidak mengklasifikasikan, tetapi mengidentifikasikan. Di sini subjek biasanya merupakan pemegang identitas objek. Secara gramatikal, proses ini mencakup dua partisipan, yaitu token (sebagai hal yang didefinisikan) dan value (sebagai definisi). Kalimat dengan proses ini bisa dijadikan bentuk pasif. Namun, dalam kalimat aktif, token selalu ditempatkan

Partisipan 1 Proses Partisipan 2

It must be with this generation of americans

we are in the midst of crisis

These are the indicators of crisis

Carrier

Proses

Relasional Attribute

(44)

sebagai subjek, sedangkan dalam kalimat pasif value ditempatkan sebagai subjek. Contoh kalimat dengan proses relasional identifikasi yang ditemukan dalam data adalah sebagai berikut.

a. Nor is the question before us

tidak adalah itu pertanyaan sebelum kita

(Proses Relasional)

whether the market is a force for good or ill

apakah itu pasar adalah sebuah paksaan untuk baik atau sakit

Tidak adalah pertanyaan sebelumnya apakah pasar adalah paksaan untuk kebaikan atau keburukan.

b. they are the guardians of liberty.

mereka adalah itu penjaga dari kebebasan

(Proses

Relasional)

Mereka adalah penjaga kebebasan kita.

c. This is the price and the promise of citizenship.

ini adalah itu harga dan itu janji dari kewarganegaraan

(Proses

Relasional)

(45)

Partisipan yang terlibat dijabarkan dalam tabel berikut ini. Tabel 5 Proses Relasional Identifikasi

Pada komposisi di atas, tampak bahwa secara sistemik hubungan antara proses relasional dengan partisipan memiliki pelabelan yang berbeda antara proses relasional atributif dan proses relasional identifikasi. Pada proses relasional atributif, pelabelan partisipan disebut dengan carrier dan attribute. Dalam kaitan ini it, we, this, yakni merupakan contoh carrier yang ditemukan dalam data. Carrier tersebut diikuti oleh atribut yang bisa berupa kualitas, klasifikasi, ataupun deskripsi yang menjelaskan apa itu carrier. Atribut yang ditemukan dalam data, misalnya, the question before us whether the market is a force for good or ill, the guardians of our liberty, the price and the promise of citizenship, menunjukkan deskripsi carrier-nya.

Partisipan 1 Proses Partisipan 2

Nor is

the question before us whether the market is a force for good or ill

They are the guardians of our liberty

This is the price and the promise of citizenship

Token

Proses

Relasional Value

(46)

Pada proses relasional identifikasi, partisipan yang berperan sebagai subjek disebut dengan token, tetapi partisipan yang berperan sebagai objek disebut value. Misalnya, pada contoh yang dijabarkan dalam tabel di atas, seperti nor, they, this, yakni merupakan subjek klausa yang disebut dengan token, sedangkan perannya sebagai sesuatu yang akan didefinisikan oleh value. Seperti pada contoh klausa pertama: Nor is the question before us whether the market is a force for good or ill. Nor disebut sebagai token, dan the question before us whether the market is a force for good or ill disebut value yang bertugas memberikan identifikasi terhadap nor.

4.1.3 Proses Mental

Dalam data, proses mental ada pada peringkat ketiga dilihat dari persentase kemunculannya. Orang biasanya tidak hanya membicarakan suatu hal yang kasat mata seperti dalam proses material, tetapi juga mengenai apa yang dirasakan atau yang dipikirkan. Dalam hal ini yang membedakan proses mental dengan proses material adalah cara pembuktiannya. Prosel material bisa diketahui dengan mengajukan pertanyaan, seperti “Apa yang x lakukan terhadap y?‟, sedangkan untuk proses mental bisa dibuktikan dengan pertanyaan, seperti “Apa yang kamu pikirkan mengenai x?”.

Halliday membagi proses mental menjadi tiga kelas, yaitu kognisi, afeksi, dan persepsi (Eggins, 1994). Proses mental juga dibedakan dengan proses material dari jumlah partisipannya. Dalam proses mental harus ada dua

(47)

partisipan yang terlibat. Salah satu partisipan harus manusia yang disebut sebagai senser, sedangkan partisipan yang lain disebut phenomenon. Ada dua tipe phenomenon dalam proses mental, yaitu aksi dan fakta. Beberapa proses mental yang ditemukan dalam data adalah sebagai berikut.

a. In reaffirming the greatness of our nation we understand

di

dalam menandaskan itu kebesaran dari kita negara kita mengerti

(Proses Mental)

that greatness is never a given

itu kebesaran adalah

tidak

pernah sebuah memberi

Dalam menandaskan kebesaran bangsa kita, kita memahami bahwa kebesaran bukanlah suatu pemberian.

b. But this crisis has reminded us tapi ini krisis telah mengingatkan kita

(Proses Mental) Akan tetapi krisis ini telah mengingatkan kita

c. We will not apologize for our way of life kita akan tidak minta maaf untuk kita jalan dari hidup

(Proses Mental)

Kita tidak akan meminta maaf atas cara hidup kita

Proses mental, seperti understand, reminded, dan apologize, yakni merupakan proses yang berkaitan dengan aktivitas kognisi, wilayahnya masih berada pada ruang pikiran, dan objek kognisi tersebut juga menyangkut hal-hal yang abstrak yang dilabeli dengan nama phenomenon. Dengan demikian, partisipan pertama secara logis dinamakan senser. Selanjutnya, penjabaran

(48)

partisipan yang terlibat dalam proses mental dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 6 Sirkumstan dan Partisipan dalam Proses Mental

Partisipan 1 Proses Partisipan 2 Sirkumstan

We understand

that greatness is never a

given

this crisis has reminded us

This

will not

apologize

for our way of life

Senser Proses Mental Phenomenon

Sirkumstan sebab

4.1.4 Proses Verbal

Proses verbal biasanya terdiri atas tiga partisipan, yaitu sayer, receiver, dan verbiage. Sayer adalah yang bertanggung jawab atas terjadinya proses verbal itu, tidak harus merupakan partisipan hidup. Receiver merupakan simbol kepada siapa proses verbal itu ditujukan. Selanjutnya, verbiage adalah pernyataan yang dinominalisasikan oleh proses verbal.

Beberapa proses verbal yang ditemukan dalam data adalah seperti berikut ini.

(49)

a. Today I say to you that

hari

ini saya mengatakan kepada anda itu

(Proses Verbal)

the challenges we face are real

itu tantangan kami wajah adalah nyata

Hari ini saya mengatakan pada kalian semua bahwa tantangan-tantangan yang kita hadapi adalah nyata.

b. The question we ask today

itu pertanyaan kita tanya

hari ini

(Proses verbal)

Pertanyaan yang kita tanyakan hari ini.

c. the knowledge that God calls on us to shape

itu pengetahuan itu Tuhan panggil di atas kita untuk bentuk

(Proses Verbal)

an uncertain destiny sebuah tidak pasti tujuan

Pengetahuan yang Tuhan panggil kepada kita untuk membentuk suatu tujuan yang tidak pasti.

Secara semantik proses verbal adalah proses yang menunjukkan suatu aktivitas atau perbuatan yang menyangkut komunikasi antarpelibat yang berada dalam lingkup komunikasi verbal seperti mempertukarkan informasi. Pada ketiga contoh di atas, dalam setiap unit pengalaman linguistik terdapat

(50)

masing-masing satu proses verbal, yaitu say, ask, dan calls. Proses-proses verbal tersebut dapat berhubungan dengan dua partisipan. Hubungan tersebut dijabarkan pada tabel di bawah ini

Tabel 7 Sirkumstan dan Partisipan dalam Proses Verbal

Sirkumstan Partisipan 1 Proses Partisipan 2 Sirkumstan

Today I say to you that the challenges we face are real

we ask today

the knowledge

that God calls on us to shape an uncertain destiny

Sayer Proses Verbal Receiver 4.1.5 Proses Behavioral

Menurut Halliday (dalam Eggins, 1994), proses tingkah laku adalah perpaduan antara proses material dan proses mental. Oleh karena itu, makna yang diperoleh juga merupakan perpaduan anatara proses material dan proses mental. Mayoritas proses ini hanya memiliki satu partisipan, yang disebut sebagai behaver. Dalam hal ini, walaupun ada partisipan lain yang terlibat, bukan merupakan statement ulang proses yang disebut phenomenon.

(51)

Beberapa proses behavioral yang ditemukan dalam data adalah sebagai berikut.

a. the challenges we face are real

itu tantangan kami wajah adalah nyata

(proses

behavioral)

Tantangan-tantangan yang kita hadapi adalah nyata.

b. And so to all the people and governments

dan jadi kepada semua itu orang dan pemerintah

who are watching Today.

siapa adalah melihat hari ini (Proses Verbal)

Dan juga, kepada semua orang dan pemerintah yang melihat hari ini.

c. we can meet those new threats that demand

kita bisa bertemu itu baru ancaman itu permintaan

(Proses verbal)

even greater effort

bahkan

lebih

besar upaya

Kita bisa bertemu ancaman yang baru yang menuntut usaha yang lebih besar.

Pada contoh di atas, proses behavorial hanya dapat bervalensi dengan satu partisipan. Proses ini menunjukkan aktivitas fisiologis dalam pengertian luas, baik perilaku fisik yang dapat dilihat seperti gerakan badan, mimik, maupun perilaku fisik yang lebih abstrak. Penjabaran hubungan proses behavorial dengan partisipan dapat dilihat pada tabel berikut ini.

(52)

Tabel 8 Sirkumstan dan Partisipan dalam Proses Behavioral

Sirkumstan Partisipan 1 Proses Partisipan 2 Sirkumstan

We face are real

to all the people and governments who are watching today Guided by these principles

once more we can meet

those new threats that demand even greater effort Behaver Proses Behavioral Phenomenon 4.1.6 Proses Eksistensial

Proses ini merupakan suatu proses yang mengekspresikan keberadaan suatu benda bahwa benda itu memang nyata atau benar-benar ada. Proses ini ditandai dengan munculnya kata there.

Contoh proses eksistensial yang ditemukan dalam data adalah sebagai berikut.

Gambar

Tabel 1 Kategori Sirkumstan  No.  Jenis  Sirkumstan  Subkategori  Cara  Mengidentifikasi  Realisasi  dalam   Frasa dan Klausa
Tabel 2 Realisasi Konteks Situasi dalam Metafungsi Bahasa
Ilustrasi Model Penelitian
Tabel 3 Sirkumstan dan Partisipan dalam Proses Material
+7

Referensi

Dokumen terkait

dapat diketahui bahwa sebagian besar responden menyapih bayinya pada umur tidak dini (24 bulan ke atas) dan bayinya mempunyai status gizi baik yaitu 21 orang (55,2%) sedangkan

Pembelajaran tatap muka memiliki karakteristik yaitu terencana, berorientasi pada tempat (place-based) dan interaksi sosial (Liyanagunawardena,2014). Pembelajaran

Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 443/Kep.476- Hukham/2020 tentang Perpanjangan Kelima Pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar Secara Proporsional di Daerah

Model EMQ cukup sensitif terhadap perubahan-perubahan parameter yang diberikan, mulai dari perubahan parameter panjang waktu produksi, penambahan biaya investasi,

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan menujukkan bahwa aspek yang dominan antara kecerdasan emosi dan kinerja karyawan di Koperasi Morisama Gowa sangat

Salah satu keunggulan dari Windows Phone adalah bagi pengguna yang suka bermain game di ponsel adalah pada Windows Phone 8 bisa memainkan beberapa game Xbox Live, dimana fitur

Adapun kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini yaitu aplikasi dapat menampilkan visualisasi proses pengolahan data berupa teks dan suara pada komputer dalam bentuk

Showwam Azmy ( 2012 ), dengan judul Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Bagi Hasil Simpanan Mudharabah Pada Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun