• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pembatasan Periodisasi Anggota Lembaga Perwakilan Rakyat T1 BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pembatasan Periodisasi Anggota Lembaga Perwakilan Rakyat T1 BAB I"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Parlemen pada mulanya lahir sebagai wujud dari doktrin lahirnya

kedaulatan rakyat atau sovereignity. Kedaulatan dimaknai sebagai sifat khusus suatu negara, yang membedakannya dengan semua unit perkumpulan

lainnya. Kedaulatan tersebut diwujudkan dalam bentuk kekuasaan untuk

membuat dan melaksanakan undang-undang dengan segala cara pemaksaan

yang diperlukan.1 Kedaulatan mengandung makna kekuasaan penuh baik ke dalam maupun ke luar negara tertentu atau diidentikkan dengan pengertian

kekuasaan tertinggi dalam penyelenggaraan kegiatan bernegara.2

Untuk menyalurkan kedaulatan rakyat tersebut dapat dilakukan secara

langsung maupun tidak langsung. Pada mulanya kedaulatan rakyat dilakukan

secara langsung karena manusia hidup dalam suasana yang masih sangat

sederhana. Masa sekarang ini perwujudan kedaulatan rakyat tidak dapat

dilakukan secara langsung karena perkembangan dan kompleksitas

kepentingan manusia.3 Pelembagaan kedaulatan rakyat secara tidak langsung pada saat ini menjadi pilihan terbaik mengingat tidak mungkin pelaksanaan

1

Charles Simabura, Parlemen Indonesia: Lintasan Sejarah dan Sistemnya, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2011, h. 13.

2

Jimly Asshidique, Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia, Bhuana Ilmu Populer, Jakarta, 2007, (selanjutnya disingkat Jimly Asshidique I), h. 144.

3

(2)

kedaulatan rakyat secara langsung. Pelembagaan kedaulatan tersebut

kemudian diformulasikan dalam lembaga parlemen.4

Sejak 2004 rakyat secara langsung memilih wakil-wakilnya di lembaga

perwakilan rakyat. Di masa lalu, para pejabat politik tersebut dipilih rakyat

melalui partai berdasarkan sistem proporsional tertutup. Perubahan peraturan

perundang-undangan di bidang politik telah mulai mendorong

dilaksanakannya perubahan paradigma tata pemerintahan yang lebih

demokratis. Hal ini akan membawa konsekuensi logis, dimana rakyat sebagai

pemegang kedaulatan tertinggi akan mempunyai pengaruh sangat besar

dalam proses politik di Indonesia. Dengan keikutsertaannya dalam pemilihan

langsung, rakyat memilih dan menempatkan para wakil mereka untuk duduk

di lembaga perwakilan rakyat. pemilihan terhadap para wakil tentu dilakukan

berdasarkan kepercayaan dan keyakinan. Oleh karena itu, dapatlah dikatakan

bahwa pemilihan langsung dapat membangun hubungan kontraktual politik

yang lebih baik antara anggota dewan dan konstituennya. Kontrak politik

tersebut menghendaki para anggota dewan dan pejabat politik lainnya

mengoptimalkan pelaksanaan proses politik demi tata pemerintahan yang

lebih demokratis dan pembangunan yang menyejahterakan rakyat.5

Lembaga perwakilan rakyat dalam sistem ketatanegaraan Indonesia

terdiri atas Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Dewan Perwakilan

Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah Provinsi (DPRD Provinsi) dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

4

Charles Simabura, Op. Cit. h. 15. 5

(3)

kabupaten/kota (DPRD kabupaten/kota). Sebagai lembaga perwakilan rakyat,

anggota MPR, DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD kabupaten/kota

(anggota lembaga perwakilan rakyat) dipilih oleh rakyat melalui pemilihan

umum. Pemilihan umum dilaksanakan secara langsung, umum, bebas,

rahasia, jujur dan adil setiap lima tahun sekali.6 Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota DPR dan DPRD adalah partai politik7, sedangkan peserta pemilihan umum untuk memilih anggota DPD adalah perseorangan.8

Masa jabatan anggota lembaga perwakilan rakyat tercantum dalam

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan

Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana telah diubah dengan

Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 (UU MD3) yakni selama lima tahun. Namun

tidak ada ketentuan dalam konstitusi maupun UU MD3 yang menyebutkan

bahwa anggota lembaga perwakilan rakyat sesudahnya dapat dipilih kembali

dalam jabatan yang sama, hanya untuk satu kali masa jabatan. Hal ini berarti

tidak ada pembatasan periodisasi anggota lembaga perwakilan rakyat dalam

hukum positif Indonesia. Berbeda halnya dengan jabatan presiden dan wakil

presiden, kepala daerah, hakim konstitusi, pimpinan Komisi Pemberantasan

Korupsi (KPK), dan anggota Komisi Yudisial (KY) yang memiliki batasan

periodisasi yang diatur dalam UU. Tidak adanya batasan periodisasi

seseorang dapat menjabat sebagai anggota lembaga perwakilan rakyat

semakin menegaskan adanya ketidak konsistenan yang dibuat oleh anggota

6

Pasal 22 E ayat (1) UUD 1945. 7

Pasal 22 E ayat (3) UUD 1945. 8

(4)

lembaga perwakilan rakyat karena dalam merumuskan UU, anggota lembaga

perwakilan rakyat memberikan pembatasan periodisasi bagi jabatan-jabatan

lain tetapi tidak memberikan pembatasan periodisasi dalam merumuskan

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tetang Pemilihan Umum Anggota

Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah (UU Pemilu) dan UU MD3.

Para anggota lembaga perwakilan rakyat yang dipilih oleh rakyat melalui

pemilu, pada hakikatnya adalah wakil-wakil rakyat dan kepanjangan tangan

rakyat, sehingga dalam menjalankan fungsi, tugas dan wewenangnya harus

sesuai dengan kepentingan rakyat. Namun di lain sisi, anggota lembaga

perwakilan rakyat sibuk dengan agenda politiknya sendiri dan seringkali

lamban dalam merespon kebutuhan maupun masalah yang dialami

masyarakat. Kelemahan ini yang menyebabkan masyarakat mulai tidak

percaya bahwa agen representasi yang mewakili mereka mampu bekerja

dengan baik dan memperjuangkan masalah yang dihadapi masyarakat.9 Tingkat krisis kepercayaan terhadap anggota lembaga perwakilan rakyat

sesuai dengan tingkat ketajaman kritik dan kekecewaan pemilih yang

disebabkan oleh tingkah laku kekuatan politik itu sendiri. Salah satu akibat

krisis kepercayaan masyarakat kepada kekuatan-kekuatan politik, dan

merupakan akibat yang terpenting jika dipandang dari segi pelembagaan

politik, ialah meningkatnya proses politik di luar lembaga-lembaga politik

yang berarti memperlemah proses pelembagaan politik. 10 Keadaan ini

9

Abdul Rozaki, dkk, Menuju Representasi Substantif: Potret Representasi Konstituensi dan Komunikasi Politik Anggota Dewan Perwa kilan Daerah, IRE, Yogyakarta, 2014, h. 16-17.

10

(5)

semakin memburuk manakala para anggota lembaga perwakilan rakyat yang

menjabat hanya itu-itu saja. Faktanya, pada pemilu anggota DPR 2014-2019,

terdapat 507 orang atau 90,5%11 caleg petahana yang mencalonkan diri kembali. Dari 507 orang tersebut, ada sebanyak 24212 orang yang terpilih kembali menjadi anggota DPR.

Pengisian jabatan sebagai anggota lembaga perwakilan rakyat terkesan

hanya sebagai rutinitas belaka. Minimnya kemunculan tokoh-tokoh baru

sebagai wakil rakyat menjadikan pemilu legislatif hanya formalitas belaka

untuk mencapai kekuasaan. Warga negara lain yang hendak mencalonkan diri

sebagai anggota lembaga perwakilan rakyat tidak memiliki peluang sebesar

calon petahana, terlebih calon anggota lembaga perwakilan rakyat yang

sudah menjabat lebih dari 2 periode masa jabatan. Hal ini disebabkan calon

petahana memiliki akses yang jauh lebih luas kepada masyarakat serta

fasilitas sarana dan prasarana yang memadahi. Penulis berargumen bahwa

tidak adanya pembatasan periodisasi bertentangan dengan Pasal 28 D ayat (1)

UUD 1945 yang menyatakan, “Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan,

perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di

hadapan hukum” karena ada ketidak konsistenan yang dilakukan oleh

pembuat undang-undang. Para pembuat undang-undang memberikan

pembatasan periodisasi pada jabatan-jabatan di luar anggota lembaga

perwakilan rakyat, namun tidak dilakukan terhadap dirinya sendiri. Negara

sebagai institusi yang menjaga hidup manusia berkewajiban untuk

11

http://www.republika.co.id/berita/nasional/politik/13/05/05/mmbftm-905-persen-anggota-dpr-2014-bakal-diisi-muka-lama dikunjungi pada tanggal 25 Mei 2016 pukul 12.23.

12

(6)

melindungi hak tersebut. Sesuai dengan pernyataan Friedman yang

menyatakan esensi dari nilai hukum demokrasi modern merupakan landasan

“demokrasi konstitusional” meliputi: asas kehendak rakyat dasar dari

kekuasaan, dan rule of law, yang unsur-unsurnya terdiri atas, “supremasi

hukum”, “persamaan di muka hukum”, dan perlindungan Hak Asasi Manusia

(HAM).13

Ada istilah yang pernah dikatakan oleh Lord Acton yaitu, ”Power tends

to corrupt, and absolute power tends to corrupts absolutely.” Dapat dilihat

bahwa banyak anggota lembaga perwakilan rakyat yang sudah menjabat

beberapa periode namun tidak memberikan kontribusi terhadap masyarakat.

Justru muncul potensi penyalahgunaan wewenang ketika seseorang terlalu

lama menjabat sebagai anggota lembaga perwakilan rakyat. Hal ini terbukti

dengan ditetapkannya Eri Zulfian sebagai tersangka kasus dugaan korupsi

uang makan dan minum fiktif DPRD Kabupaten Padangpariaman

2010/201114, ia menjadi anggota DPRD Padang Pariaman sejak 1999-2004, kemudian terpilih kembali untuk periode 2004-2009 dan 2009-2014. Atau

Marthen Apuy yang terjerat kasus dugaan korupsi dana operasional DPRD

Kutai Kartanegara tahun 2005 senilai Rp 2,67 miliar.15 Marthen Apuy menjadi anggota DPRD Kutai Kartanegara periode 2004-2009, anggota

DPRD Kalimantan Timur periode 2009-2014, dan anggota DPR RI periode

2014-2019. Memang benar anggota lembaga perwakilan rakyat dalam

13

I Dewa Gede Atmadja, Ilmu Negara Sejara h, Konsep Negara dan Kajian Kenegaraan, Setara Press, Malang, 2012, h. 92.

14

http://www.antarasumbar.com/berita/112670/pengamat-anggota-dprd-segera-diberhentikan-jika-divonis-bersalah.html dikunjungi pada tanggal 8 Juni 2016 pukul 20.45.

15

(7)

menjalankan setiap kewenangannya dilakukan secara kolektif, namun hal ini

tidak menutup ruang bagi anggota lembaga perwakilan rakyat untuk tidak

bertindak sewenang-wenang. Hal ini tercermin dari banyaknya kasus korupsi

yang melibatkan anggota lembaga perwakilan rakyat baik di daerah maupun

di pusat. Tercatat sejak tahun 2010-2016, ada 42 orang anggota DPRD yang

menjadi tersangka tindak pidana korupsi di KPK.16 Sedangkan pada anggota DPR periode 2014-2019, sudah ada 5 orang yang menjadi tersangka tindak

pidana korupsi.17

Tidak adanya pembatasan periodisasi anggota lembaga perwakilan

rakyat akan menghilangkan fungsi partai politik yang memiliki sistem seleksi

dan rekrutmen keanggotaan yang memadai serta mengembangkan sistem

pengkaderan dan kepemimpinan politik yang kuat. Tujuan rekrutmen politik

untuk menghasilkan kader-kader calon pemimpin yang memiliki kemampuan

di bidang politik tidak akan terwujud.18 Kader-kader muda partai politik yang potensial tidak akan pernah mendapat kesempatan untuk meraih kursi sebagai

anggota lembaga perwakilan rakyat karena partai politik memiliki

kepentingan pragmatis dalam mengusung calon anggota lembaga perwakilan

rakyat. Partai politik selalu berusaha untuk meraih kursi sebanyak-banyaknya

di lembaga perwakilan rakyat, tidak peduli siapa yang mengisi kursi tersebut.

Calon petahana yang memiliki peluang keterpilihan lebih besar tentu lebih

diunggulkan oleh partai politik untuk mengamankan kursi di lembaga

16

http://poskotanews.com/2016/03/05/sejak-2010-2016-sudah-42-anggota-dprd-jadi-tersangka-korupsi-di-kpk/ dikunjungi pada tanggal 2 Juni 2016 pukul 18.27.

17

http://nasional.sindonews.com/read/1090544/13/jumlah-legislator-jadi-tersangka-bertambah-kinerja-dpr-disorot-1457100077 dikunjungi pada tanggal 2 Juni 2016 pukul 18.31.

18

(8)

perwakilan rakyat. Hal inilah yang menyebabkan regenerasi di dalam partai

politik tidak berjalan lancar karena hanya orang itu-itu saja yang diusung

menjadi anggota lembaga perwakilan rakyat.

Pembatasan periodisasi anggota lembaga perwakilan rakyat menjadi

perlu dikarenakan melihat keadaan Indonesia saat ini. Tidak adanya

kemajuan dalam pembangunan dan kesejahteraan masyarakat, salah satunya

juga bersumber dari anggota lembaga perwakilan rakyat yang tidak memiliki

inovasi serta perbaikan sistem kerja. Secara kuantitas, sejak Oktober 2014 -

Maret 2016 hanya 21 Rancangan Undang-Undang (RUU) yang sudah

disahkan oleh Presiden menjadi undang-undang.19 Kenyataan ini sejalan dengan pandangan Giovanni Sartori yang menyatakan, masalah dalam sistem

pemerintahan presidensial bukan terletak di lingkungan kekuasaan eksekutif,

tetapi lebih pada kekuasaan legislatif.20 Alasan-alasan ini yang mendasari

penelitian penulis dengan judul “Pembatasan Periodisasi Anggota

Lembaga Perwakilan Rakyat.” Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis

berargumen bahwa pembatasan periodisasi anggota lembaga perwakilan

rakyat harus dilakukan karena: (1) menjamin dan melindungi HAM warga

negara lain; (2) mencegah penyalahgunaan wewenang; (3) mengoptimalkan

fungsi partai politik; (4) menciptakan inovasi pemikiran di lembaga

perwakilan rakyat.

19

21 RUU yang disahkan oleh Presiden menjadi UU dengan rincian 1 UU pada 2014, 14 UU pada 2015 dan 6 UU pada 2016.

20

(9)

B.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, rumusan masalah dari

penelitian ini adalah:

1. Apa yang menjadi dasar pertimbangan pembatasan periodisasi anggota

lembaga perwakilan rakyat?

2. Apa gagasan pembatasan periodisasi anggota lembaga perwakilan

rakyat?

C.

Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah membangun suatu argumen bahwa

perlu adanya pembatasan periodisasi anggota lembaga perwakilan rakyat.

Atas dasar argumen utama tersebut maka penulis selanjutnya akan

menjabarkannya menjadi argumen yang lebih spesifik sebagai tujuan

penelitian sebagai berikut:

1. Mengargumentasi bahwa pembatasan periodisasi anggota lembaga

perwakilan rakyat untuk menjamin hak asasi warga negara lain;

2. Mengargumentasi bahwa pembatasan periodisasi anggota lembaga

perwakilan rakyat untuk menghindari kesewenang-wenangan anggota

lembaga perwakilan rakyat dan menciptakan lembaga perwakilan rakyat

yang berkualitas.

3. Mengargumentasi bahwa pembatasan periodisasi anggota lembaga

(10)

4. Mengargumentasi bahwa pembatasan periodisasi anggota lembaga

perwakilan rakyat untuk menciptakan inovasi pemikiran di lembaga

perwakilan rakyat.

D.

Manfaat Penelitian

Manfaat yang diberikan oleh penelitian ini dari segi teoritis adalah untuk

menjelaskan pembatasan periodisasi angggota lembaga perwakilan rakyat

sesuai dengan Pasal 28 D ayat (1) UUD 1945 dan pada tataran praktis bisa

menciptakan lembaga perwakilan rakyat yang lebih berkualitas.

E.

Metode Penelitian

Penelitian yang akan penulis lakukan adalah penelitian hukum (legal

research) terkait dengan pembatasan periodisasi angggota lembaga perwakilan rakyat. Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan know-how

dalam ilmu hukum, bukan sekadar know-about. Sebagai kegiatan know-how,

penelitian hukum dilakukan untuk memecahkan isu hukum yang dihadapi.21 Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan perundang-undangan

(statute approach) dan pendekatan konseptual (conseptual approach).

Pendekatan perundang-undangan karena bahan hukum yang digunakan

dalam penelitian ini adalah undang-undang. Pendekatan perundang-undangan

akan membuka kesempatan bagi peneliti untuk mempelajari adakah

konsistensi dan kesesuaian antara suatu undang dengan

undang-undang lainnya atau antara undang-undang-undang-undang dengan Undang-Undang Dasar

atau antara regulasi dengan undang-undang. Hasil dari telaah tersebut

21

(11)

merupakan suatu argumen untuk memecahkan isu yang dihadapi. 22 Pendekatan konseptual digunakan penulis karena akan merujuk pada

pandangan sarjana dan doktrin hukum. Dengan mempelajari

pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin dalam ilmu hukum, peneliti akan menemukan

ide-ide yang melahirkan pengertian-pengertian hukum, konsep-konsep

hukum, dan asas-asas hukum yang relevan dengan isu yang dihadapi.

Pemahaman akan pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin tersebut

merupakan sandaran bagi peneliti dalam membangun suatu argumentasi

hukum dalam memecahkan isu yang dihadapi.23 Kedua pendekatan tersebut digunakan agar penulis dapat menjelaskan bagaimana ketentuan

perundang-undangan melakukan pembatasan periodisasi angggota lembaga perwakilan

rakyat.

Sumber data yang digunakan oleh penulis adalah sumber data sekunder.

Menurut Soerjono Soekanto, keuntungan yang dapat diperoleh dengan

penggunaan data sekunder, antara lain: penghematan tenaga dan biaya,

kemungkinan untuk memperkokoh dan memperluas dasar-dasar menarik

generalisasi dari hasil-hasil penelitian, penelitian terhadap data sekunder

tidak terikat oleh waktu dan tempat.24 Teori pengumpulan data yang digunakan adalah kepustakaan.

22Ibid. h. 133. 23

Ibid. h. 135-136. 24

(12)

F.

Sistematika Penulisan

Tulisan ini terdiri atas beberapa bab, dengan sistematikanya sebagai

berikut. Bab I berisi uraian latar belakang masalah yang menjadi alasan

penulis memilih judul dan mendeskripsikan permasalahan penelitian berkaitan

dengan pembatasan periodisasi angggota lembaga perwakilan rakyat.

Bab II akan menguraikan mengenai teori-teori lembaga perwakilan

rakyat, HAM dan konsep pembatasan/pembagian kekuasaan. Penulis akan

menjelaskan mengenai pembatasan periodisasi angggota lembaga perwakilan

rakyat kemudian mengaitkan kerangka pikir ini sejalan dengan ketentuan

Pasal 28 D ayat (1) UUD 1945 yang menyatakan “Setiap orang berhak atas

pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta

perlakuan yang sama di hadapan hukum”. Dalam The Declaration of Rights

of Man and Citizen yang merupakan mukadimah rancangan undang-undang dasar Perancis, yang disusun pada bulan Agustus 1789, mengakui dan

menyatakan hak-hak manusia dan warga negara antara lain adalah hak

diperlakukan sama di hadapan hukum, sama pula haknya untuk dapat dipilih

menduduki jabatan-jabatan negara, tempat-tempat, dan pekerjaan-pekerjaan,

menurut kemampuan mereka, dan tanpa pembedaan lain kecuali pembedaan

berdasarkan keterampilan serta bakat mereka.25 Tidak adanya pembatasan periodisasi anggota lembaga perwakilan rakyat merupakan pelanggaran

terhadap hak asasi manusia. Setiap pelanggaran hak asasi manusia yang

melibatkan peran pemerintah dikategorikan sebagai crime by government

yang termasuk ke dalam pengertian political crime (kejahatan politik)

25

(13)

sebagai lawan dari pengertian crime against government (kejahatan terhadap

kekuasaan resmi).26

Bab III akan menguraikan profil lembaga rakyat dimulai dari orde lama,

orde baru hingga saat ini. Bab IV akan berisi analisis yang menguraikan

dasar pertimbangan pembatasan periodisasi anggota lembaga perwakilan

rakyat. Dasar pertimbangan tersebut meliputi; pembatasan periodisasi

anggota lembaga perwakilan rakyat untuk menjamin hak asasi warga negara;

pembatasan periodisasi anggota lembaga perwakilan rakyat untuk

menghindari kesewenang-wenangan anggota lembaga perwakilan rakyat dan

menciptakan lembaga perwakilan rakyat yang berkualitas; pembatasan

periodisasi anggota lembaga perwakilan rakyat untuk mengoptimalkan fungsi

partai politik; dan pembatasan periodisasi anggota lembaga perwakilan rakyat

untuk menciptakan inovasi pemikiran di lembaga perwakilan rakyat.

Bab V berisi uraian kesimpulan dan saran terhadap pembatasan

periodisasi angggota lembaga perwakilan rakyat.

26

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian lain [18] yang bertujuan untuk meninjau model dari deep learning dalam mendeteksi dan memprediksi Coronavairus, peneliti meninjau lebih banyak publikasi mengenai

Berdasarkan tabel 4.8 diatas dari 150 responden terdapat 127 responden atau 84,67% menyatakan bahwa kepastian waktu yang diberikan dalam menepati janji oleh pegawai

Tujuan Pembelajaran Umum : Mahasiswa mampu menjelaskan metoda dan teknik pembuatan bahan dekorasi patiseri Jumlah Pertemuaan : 2 (satu) kali. Pertemuan Tujuan Pembelajaran

Kotak yang lebih rendah sedikit daripada aktiviti langkah 1 digunakan. Segala perlakuan dan aktiviti adalah seperti dalam langkah 1. Pelajar dikehendaki dan diarahkan untuk

Berdasarkan fakta-fakta yang telah dijabarkan di atas, membuktikan bahwa masih adanya residivis anak di LPKA ini bukan hanya dikarenakan pola pembinaan di LPKA

considered adequate for constructing the 6-month velocity for girls. Table 13 presents the predicted centiles for girls' 6-month weight velocities between birth and 24 months.. by

Noviand Collection lebih sering menerapkan metode B2C (Bussines To Customer) atau kostumer datang ke toko dan melakukan transaksi di toko. Di masa pandemi seperti

Pengakuan adalah proses penetapan terpenuhinya kriteria pencatatan suatu kejadian atau peristiwa dalam catatan akuntansi sehingga akan menjadi bagian yang melengkapi unsur