• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Tingkat Stres dengan Kualitas Tidur pada Mahasiswa Semester VII di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun 2016 Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Tingkat Stres dengan Kualitas Tidur pada Mahasiswa Semester VII di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun 2016 Chapter III VI"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 3

KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL,

DAN HIPOTESIS

3.1.Kerangka Teori dan Kerangka Konsep

Keterangan :

- Kegagalan mencapai tujuan - Konflik

- Perubahaan gaya hidup 2. Keluarga

3. Komunikasi dan Masyarakat - Stimuli lingkungan yang

tidak menyenangkan

Faktor yang mempengaruhi tidur 1. Obat atau substansi

2. Gaya hidup 3. Lingkungan 4. Stres emosional 5. Pola tidur

6. Makanan dan asupan kalori 7. Aktivitas fisik • Rapid Eye Movement

(2)

3.2.Variabel dan Definisi Operasional

3.2.1. Variabel Penelitian

1. Variabel independen : tingkat stres 2. Variable dependen : kualitas tidur

3.2.2. Definisi Operasional

Tingkat stres adalah suatu tekanan atau sesuatu yang terasa menekan dalam diri individu

Cara ukur :

kuesioner skala stres yang terdiri atas 14 pertanyaan dengan rentan pilihan jawaban :

0. Tidak pernah 1. Kadang-kadang 2. Sering

3. Selalu

Alat ukur : kuesioner

Hasil ukur :

o stres ringan jika nilai 15-18 o stres sedang jika nilai 19-25 o stres berat jika nilai 26-33 o stres sangat berat jika nilai >34 Skala pengukuran : ordinal

- Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang terhadap tidur sehingga tidak merasa kekurangan tidur dan tidak ada gangguan tidur

Cara ukur :

kuesioner terdiri dari 10 pertanyaan masing-masing pertanyaan diberikan skor 0 sampai 3, dengan kriteria tertentu.

(3)

Hasil ukur : o Skor ≤ 5 : kualitas tidur baik o Skor > 5 kualitas tidur buruk Skala pengukuran : ordinal

3.3.Hipotesis

(4)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1.Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian analitik kategorik tidak berpasangan dengan desain cross sectional (potong lintang) yang dilakukan dengan tujuan untuk melihat hubungan tingkat stres dengan kualitas tidur. Desain cross sectional dipilih karena pengumpulan data hanya dilakukan satu kali.

4.2.Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan. Pemilihan tempat dipilih karena diketahui bahwa mahasiswa semester VII di FK USU tahun 2016 sedang mengerjakan skripsi mengalami stres dan kualitas tidur buruk, juga dengan alasan memudahkan proses pengumpulan data yang diperlukan sehingga diharapkan dapat memenuhi besar sampel minimal penelitian. Penelitian dilakukan mulai bulan Agustus sampai Oktober 2016.

4.3.Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian adalah seluruh mahasiswa semester VII Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun 2016.

4.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester VII di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun 2016, mahasiswa tersebut masih aktif kuliah dan tidak sedang cuti, dan bersedia menjadi responden peneliti.

(5)

n1 = n2 = �Zα�2PQ + Zβ�P1Q1 + P2Q2

(�1�1)2 �

2

Keterangan :

N = besar sampel

Zα = deviat baku alfa, sebesar 10% dua arah (1,64) Zβ = deviat baku beta, sebesar 20% (0,84)

P2 = proporsi pada kelompok yang sudah diketahui nilainya = 0,5 Q2 = 1-P2 = 0,5

P1 – P2 = 0,25

P1 = proporsi pada kelompok yang nilainya merupakan judgement peneliti = P2 + 0,25 = 0,75

Q1 = 1-P1 = 0,25

P = proporsi total = (P1+P2)/2 = 0,625 Q = 1-P = 0,375

Apabila seluruh nilai di atas dimasukkan ke dalam rumus akan diperoleh sebagai berikut :

n1 = n2 =�1,64�2x0,625x0,375 + 1,84�0,75x0,25 + 0,5x0,5

(0,75�0,25)2 �

2

n = 45

Jadi, besar sampel minimal yang digunakan pada penelitian ini adalah 45 orang 4.3.3. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

4.3.3.1. Kriteria Inklusi

- Mahasiswa semester VII FK USU tahun 2016 yang masih aktif kuliah

4.3.3.2. Kriteria Eksklusi

(6)

- Mahasiswa semester VII FK USU tahun 2016 dengan riwayat penggunaan obat-obatan ( antikolinergik, antikejang, obat anoreksia, antidepresan, antihipertensi, antineoplastik, antiparkinson, bronkodilator, kortikosteroid), narkoba, dan alcohol

- Mahasiswa semester VII FK USU tahun 2016 dengan penyakit medis obstructive sleep apnea, central sleep apnea, sleep-related asthma, angina nocturnal, gagal jantung kongestif, sleep-related gastroesofageal reflux, pruritus, dan osteoartritik.

- Mahasiswa semester VII FK USU tahun 2016 yang tidak bersedia menjadi responden dalam penelitian

4.4.Metode Pengumpulan Data 4.4.1. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dari kuesioner yang diisi oleh responden.

4.4.2. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner yang digunaka untuk menilai tingkat stress adalah kuesioner DASS42 (Depression Anxiety Stress Scales) dan kuesioner yang digunakan untuk menilai kualitas tidur adalah kuesioner PSQI (The Pittsburgh Sleep Quality Index).

DASS adalah satu set tiga skala laporan diri yang dirancang untuk mengukur status emosional negatif dari depresi, kecemasan dan stres.DASS dibentuk tidak hanya sebagai satu set timbangan untuk mengukur secara konvensional mengenai status emosi, tetapi untukproses yang lebih lanjut untuk pemahaman pengertian, dan pengukuran yang berlaku dimanapun dari status emosional.

DASS terdiri dari 42 pertanyaan, dimana setiap skalanya terdiri dari 14 pertanyaan. Skala Depresi menilai dysphoria, putus asa, devaluasi hidup, self-deprecation, kurangnya minat / keterlibatan, anhedonia, dan inersia. Skala

(7)

terhadap tingkat terangsang non-spesifik kronis. Hal menilai kesulitan santai, rangsangan saraf, dan menjadi mudah marah / gelisah, pemarah / over-reaktif dan tidak sabar.

Tingkat stres berdasarkan scoring dibagi menjadi 4 kategori yaitu: o Stres ringan stres ringan jika nilai skor 15-18

o stres sedang jika nilai skor 19-25 o stres berat jika nilai skor 26-33 o stres sangat berat jika nilai skor >34

Reabilitas dan validitas penelitian dari DASS sudah teruji. Reliabilitas DASS sangat baik (α = 0,9483), karena 41 item memiliki korelasi item-total lebih dari 3 (Nunnaly, 1994) sehinggadapat disimpulkan bahwa DASS memiliki konsistensi internal yang memadai.

PSQI mengkaji 7 dimensi dalam kualitas tidur yaitu kualitas tidur subjektif, latensi tidur, durasi tidur, masalah selama tidur. efisiensi kebiasaan tidur, penggunaan obat tidur, dan disfungsi tidur pada siang hari. Pengukuran setiap dimensi tersebar dalam beberapa pertanyaan dan penilaian sesuai dengan standar baku. Terdapat 10 pertanyaan dalam PSQI. Pertanyaan 1 dan 3 untuk dimensi efisiensi kebiasaan tidur, pertanyaan 2 dan 5a untuk dimensi sleep latensi, pertanyaan 4 untuk dimensi durasi tidur, pertanyaan 5b-5j untuk dimensi masalah selama tidur, pertanyaan 6 untuk dimensi penggunaan obat tidur, pertanyaan 7 dan 8 untuk dimensi disfungsi tidur pada siang hari, pertanyaan 9 untuk dimensi kualitas tidur subjektif, dan pertanyaan 10 untuk mengkaji apabila responden memiliki teman tidur.

33

Dibagi atas tujuh komponen dengan tiap dimensi diberi skala nilai 0 (tidak ada masalah selama sebulan) hingga 3 (lebih dari tiga kali per minggu):

Komponen 1 Skor no. 9

Komponen 2 Skor no. 2 (<15min (0) // 16-30min (1) // 31-60 min (2) // >60min (3)) + Skor no. 5a

(8)

�����

�������������������

��������������������������������� � 100%) Komponen 5 Total skor no 5b hingga 5j

(0=0; 1-9=1; 10-18=2; 19-27=3)


Komponen 6 Skor no. 6

Komponen 7 Skor no. 7 + skor no. 8 (0=0; 1-2=1; 3-4=2; 5-6=3)

Total ketujuh komponen, maka didapatkan skor global PSQI. Skor global > 5 dianggap memiliki kualitas tidur yang buruk, dan mungkin memiliki gangguan tidur yang signifikan. Dianjurkan untuk ke tenaga kesahatan.

Validitas penelitian dari PSQI sudah teruji. Instrumen ini menghasilkan 7 skor yang sesuai dengan domain atau area yang disebutkan sebelumnya. Tiap domain nilainya berkisar antara 0 (tidak ada masalah) sampai 3 (masalah berat). Nilai tiap komponen kemudian dijumlahkan menjadi skor global antara 0-21. Skor global > 5 dianggap kualitas tidur yang buruk. PSQI memiliki konsistensi internal dan koefisien reliabilitas (Cronbach’s Alpha) 0,83 untuk tujuh komponen tersebut.

4.5.Pengolahan dan Analisa Data 32

4.5.1. Pengolahan Data

Data yang telah terkumpul kemudian diolah dengan menggunakan program komputer yaitu Statistical Product and Service Solution (SPSS). Tahap pengolahan data dilakukan agar analisis penelitian menghasilkan informasi yang benar. Terdapat empat tahap dalam pengolahan data, yaitu editing, coding , processing, dan cleaning. Pertama, editing adalah tahap memeriksa kebenaran data yang telah terkumpul. Kedua, coding adalah tahap mengubah data yang berbentuk huruf menjadi angka untuk mempermudah pada saat analisis data. Ketiga, processing adalah memasukkan data kuesioner yang telah terisi dan mengalami pengkodean ke program computer. Keempat, cleaning adalah hasil yang sudah dimasukkan ke dalam program computer diperiksa kembali ada kesalahan atau tidak.

(9)

Data yang telah diolah kemudian dianalisis. Jenis analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis univariat dan bivariat. Tujuan dari univariat adalah untuk menjelaskan tentang tingkat stres dan kualitas tidur yang dialami responden, sedangkan analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat stres dengan kualitas tidur pada responden.

Data yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah data kategori yang berskala ordinal. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji chi square, jika terdapat didalam sel nilai

ekspektasi <5, maka akan dianalisis dengan Kolmogorov-smirnoff. Derajat signifikan

apabila p<0,05. Uji korelasi menggunakan uji korelasi pearson (uji parametric) atau

spearman (uji non-parametrik) dan mempunyai makna r sebagai berikut :

- r = 0,00-<0,2 ( hubungan sangat lemah) - r = 0,2 - <0,4 (hubungan lemah)

- r = 0,4 - <0,6 (hubungan sedang) - r = 0,6 – 0,8 (hubungan kuat) - r = 0,8 – 1 (hubungan sangat kuat)34

4.6.Jadwal dan Alur Kegiatan Penelitian 4.6.1. Jadwal Kegiatan Penelitian

(10)

Tabel 4.6.1. Jadwal Kegiatan Penelitian

No Kegiatan Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des 1 Bimbingan dan

pembuatan proposal 2 Seminar proposal 3 Pengumpulan

data

4 Bimbingan, pengolahan data, analisa data, dan penyusunan hasil penelitian 5 Persentasi hasil

(11)

4.6.2. Alur Kegiatan Penelitian

Gambar 4.6.2. Kerangka alur penelitian MULAI

SURVEI AWAL PERUMUSAN

PENENTUAN

PENGUMPULAN DATA

KUALITAS TIDUR BAIK KUALITAS TIDUR BURUK

TINGKAT STRES : - RINGAN - SEDANG - BERAT - SANGAT BERAT

TINGKAT STRES : - RINGAN - SEDANG

- BERAT - SANGAT BERAT

PENGOLAHAN DATA

ANALISA DATA

HASIL

KESIMPULAN

(12)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-Oktober 2016 di kampus Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan yang berlokasi di jalan dr. Mansyur No.5 Medan, Sumatera Utara, Indonesia.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini adalah 100 orang mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara semester VII tahun 2016 yang termasuk dalam kriteria inklusi dan tidak termasuk dalam kriteria eksklusi.

5.1.2.1. Karakteristik Responden

Deskripsi karakteristik responden pada penelitian ini dapat dilihat pada (tabel 5.1).

Tabel 5.1 Distribusi karakteristik responden

Variable Frekuensi (n=100) Persentase

Umur 19-21 tahun 83 83%

>21 tahun 17 17%

Jenis kelamin Laki-laki 37 37%

Perempuan 63 63%

Tempat tinggal Bersama orang tua 53 53%

Tidak bersama orang tua 47 47%

(13)

5.1.2.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Stres

Distribusi persentase karakteristik responden berdasarkan tempat tinggal pada penelitian ini dapat dilihat pada (gambar 5.1).

Gambar 5.1 Distribusi persentase responden berdasarkan tingkat stres

Berdasarkan Gambar 5.1 di atas, berdasarkan hasil penilaian skor DASS42 dari 100 orang responden, didapati lebih banyak responden yang mengalami stres ringan yaitu sebesar 57 orang (57%).

Tabel 5.2 Distribusi Tingkat Stres Terhadap Data Demografi

Variabel Tingkat stres (n=100)

Stres ringan Stres sedang

Stres berat Stres sangat berat

n % n % n % n %

Umur 19-21 tahun 48 48,0% 26 26,0% 6 6,0% 3 3,0% >21 tahun 9 9,0% 5 5,0% 3 3,0% 0 0,0% Jenis

kelamin

Laki-laki 28 28,0% 6 6,0% 2 2,0% 1 1,0% Perempuan 29 29,0% 25 25,0% 7 7,0% 2 2,0% Tempat

tinggal

Bersama ortu 33 33,0% 14 14,0% 4 4,0% 2 2,0% Tidak bersama

ortu

(14)

Berdasarkan Tabel 5.2 di atas, berdasarkan hasil penilaian skor DASS42 dari 100 orang responden, didapati responden dengan kelompok umur 19-21 tahun sebagian besar mengalami stres ringan yaitu sebanyak 48 orang (48,0%) dan responden dengan kelompok umur >21 tahun mengalami stres ringan sebanyak 9 orang. Responden perempuan mengalami stres ringan sebanyak 29 orang dan responden laki-laki mengalami stres ringan sebanyak 28 orang. Sedangkan responden yang tinggal bersama orang tua mengalami stres ringan sebanyak 33 orang dan responden yang tidak tinggal bersama orang tua mengalami stres ringan sebanyak 24 orang.

5.1.2.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Kualitas Tidur

Berdasarkan hasil pengisian kuesioner PSQI yang dilakukan oleh 100 orang responden, maka diperoleh hasil seperti gambar 5.2 dibawah ini.

Gambar 5.2 Distribusi persentase responden berdasarkan Kualitas tidur Berdasarkan Gambar 5.2 di atas, diketahui berdasarkan hasil penilaian skor PSQI bahwa dari 100 orang responden tercatat responden lebih banyak mengalami kualitas tidur buruk yaitu sbesar 53 orang (53%).

5.1.2.3.1. Karakteristik kualitas tidur terhadap kebiasaan tidur

(15)

Tabel 5.3 Distribusi dan Persentase Kebiasaan Tidur pada responden

Variabel Frekuensi (n=100) Persentase Mulai ke

tempat tidur?

sudah mengantuk 20 20.0 %

lelah/capek siap ngerjakan tugas 33 33.0 %

Kebiasaan tidur 40 40.0 %

Agar bangun cepat 7 7.0 %

Menanti sebelum tidur ?

Main handphone 52 52.0 %

Mencoba untuk tidur 21 21.0 %

Berbaring di tempat tidur 6 6.0 %

Langsung tertidur 21 21.0 %

Bangun tidur ?

Kuliah 63 63.0 %

Ngerjain tugas 4 4.0 %

Kebiasaan bangun 33 33.0 %

Berdasarkan Table 5.3 di atas, menunjukkan bahwa 40 orang (40%) responden akan memulai ke tempat tidur karena kebiasaan tidur, 52 orang (52%) responden mengungkapkan bahwa yang mereka lakukan diwaktu menanti sebelum tertidur digunakan untuk bermain handphone, dan 63 orang (63%) responden dapat bangun di pagi hari karena adanya kewajiban kuliah.

5.1.2.3.2. Karakteristik kualitas tidur terhadap data demografi

(16)

Tabel 5.4 Karakteristik Kualitas Tidur Terhadap Data Demografi

Variabel Kualitas Tidur (n=100)

Baik Buruk

n % n %

Umur 19-21 tahun 41 41,0% 42 42,0%

>21 tahun 6 6,0% 11 11,0%

Jenis kelamin

Laki-laki 24 24,0% 13 13,0%

Perempuan 23 23,0% 40 40,0%

Tempat tinggal

Bersama ortu 25 25,0% 28 28,0%

Tidak bersama ortu 22 22,0% 25 25,0%

Berdasarkan Tabel 5.4 di atas, berdasarkan hasil penilaian skor PSQI dari 100 orang responden, didapati responden dengan kelompok umur 19-21 tahun memiliki kualitas tidur buruk sebesar 42 orang dan responden dengan kelompok umur >21 tahun didapati memiliki kualitas tidur buruk sebanyak 11 orang. Responden dengan jenis kelamin perempuan lebih banyak memiliki kualitas tidur buruk yaitu sebesar 40 orang dan reponden dengan jenis kelamin laki-laki lebih banyak memiliki kualitas tidur baik yaitu sebanyak 24 orang. Sedangkan responden yang tinggal bersama orang tua memiliki kualitas tidur buruk yaitu sebanyak 28 orang dan responden yang tidak tinggal bersama orag tua 25 orang mengalami kualitas tidur buruk.

5.1.3. Hubungan Tingkat Stres dengan Kualitas Tidur

(17)

Tabel 5.5 Hasil Tabulasi Silang Antara Tingkat Stres dengan Kualitas Tidur

Tingkat stres

Kualitas tidur

p-value PR CI 95%

Baik Buruk

n (%) n (%) Ringan 44 (93,6%) 13 (24,5%)

0,0001 11,064 3,683-33,255 Sedang – berat 3 (6,4%) 40 (75,5%)

Berdasarkan tabel 5.5 hasil penelitian tersebut dapat dilihat bahwa responden dengan tingkat stres ringan memiliki kualitas tidur yang baik sebanyak 44 orang (93,6%), dibandingkan responden dengan tingkat stres sedang-berat memiliki kualitas tidur yang buruk sebanyak 40 orang (75,5%). Hasil uji statistic chi square dari penelitian ini menunjukkan hasil p-value 0,0001 (CI 95%=3,683-33,255), hasil menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat stres dengan kualitas tidur dan dari nilai PR=11,064 maka dapat dikatakan tingkat stres merupakan faktor resiko terhadap kualitas tidur buruk.

Tabel 5.6 Hasil Uji Korelasi Antara Tingkat Stres dengan Kualitas Tidur

Variabel r P

Total skor PSQI 0,595 0,0001

Dari Tabel 5.6 diatas,berdasarkan uji korelasi spearman dapat dilihat bahwa nilai r untuk kualits tidur adalah 0,595 yang berarti semakin tinggu total skor PSQI maka semakin meningkat tingkat stresnya dan secara statistik bermakna karena nilai p adalah 0,0001 (<0,05).

5.2. Pembahasan

5.2.1. Analisis Univariat

5.2.1.1.Tingkat Stres

(18)

3 orang. Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Issabel, 2015 pada sebagian besar mahasiswa kedokteran di Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya memiliki tingkat stres ringan sebanyak 25 orang (37,9%), stres sedang sebanyak 21 orang (31,8%), stres berat sebanyak 15 orang (22,7%), dan stres sangat berat sebanyak 5 orang (7,6%).

Dari hasil penelitian diapati stres ringat paling banyak di temukan pada kelompok usia 19-21 tahun. Stres juga dapat terjadi kepada siapa saja tanpa mengenal usia dan kapan saja tergantung bagaimana cara individu itu sendiri menangani stresor tersebut.

35

Dari penelitian ini didapati bahwa tingkat stres lebih banyak pada responden perempuan daripada responden laki-laki, dimana perempuan untuk segala hal lebih menggunakan perasaan dibandingkan akal sehingga lebih mudah menjadi stres, sedangkan laki-laki lebih menggunakan akal daripada perasaan sehngga kemungkinan terjadinya stres lebih kecil. Berkaitan dengan tingkat stres terhadap jenis kelamin, dimana perempuan lebih sensitif dalam menanggapi masalah yang kecil sehingga akan menambah beban pikiran yang akhirnya mengakibatkan perempuan lebih mudah ansietas, stres, bahkan sampai depresi. Sedangkan untuk laki-laki sendiri kebanyakan berpikir secara rasional sehingga tidak terlalu menanggapi masalah yang kecil yang akan menambah beban pikiran. Akan tetapi, wanita lebih mudah merasakan perasaan bersalah, cemas, peningkatan bahkan penurunan nafsu makan, gangguan tidur, serta gangguan makan.

2

1

Sesuai dengan American Institute of Stress bahwa perempuan 2-3 kali lebih rentan terhadap stres dibandingkan laki-laki.18 Didukung juga dengan penelitian oleh Abdulghani,dkk, 2011 bahwa tingkat stres lebih tinggi pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki.

Berdasarkan tempat tinggal, stres lebih banyak ditemukan pada responden yang tinggal bersama orang tua dibandingkan responden yang tidak tinggal bersama orng tua. Hal ini bisa saja dikarenakan adanya masalah keluarga yang timbul seperti pertengkaran antar keluarga serta lingkungan yang tidak mendukung mengakibatkan stres menjadi meningkat, dimana responden yang tidak tinggal bersama orang tua memiliki tingkat stres yang lebih rendah ini bisa

(19)

saja dikarenakan adanya teman sebaya yang dapat membantu dan lebih memahami. Hal ini juga didukung dengan penelitian Putri, 2012 bahwa tingkat stres lebih tinggi pada responden yang tinggal bersama keluarga dibandingkan yang tidak bersama keluarga. Tetapi tidak menutup kemungkinan responden yang kost memiliki tingkat stres yang lebih tinggi dibandingkan yang tinggal bersama keluarga.

Penyebab stres pada mahasiswa berbeda antara satu individu dengan yang lain. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan stres dapat dibagi atas faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang berasal dari dalam diri individu mahasiswa sendiri misalnya kondisi fisik, motivasi, dan tipe kepribadian dari mahasiswa itu sendiri. Faktor eksternal biasanya berasal dari luar individu seperti keluarga, pekerjaan, fasilitas, lingkungan, dosen dan lain-lain.

4

1

5.2.1.2.Kualitas Tidur

Dari hasil penelitian ini didapati bahwa prevalensi dari 100 responden mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara semester VII tahun 2016 lebih banyak mengalami kualitas tidur buruk sejumlah 53% dibandingkan kualitas tidur baik sejumlah 47%.

Hasil dalam penelitian dini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Lemma dkk, 2012 pada Universitas di Ethiopia didapati mahasiswa yang memiliki kualitas tidur buruk sebesar 55,8%.36 Sementara itu berdasarkan hasil penelitian Brick, dkk, 2010 pada mahasiswa kedokteran di Amerika memiliki kualitas tidur buruk sebanyak 50,9%.9 Sedangkan berdasarkan penelitian yang dilakukan Fridayana, dkk, 2013 di Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura Pontianak didapati mahasiswa yang memiliki kualitas tidur buruk sebesar 72,2%.

Dari penelitian ini kualitas tidur berdasarkan umur tidak didapati perbedaaan yang signifikan antara kelompok umur 19-21 tahun dan >21 tahun. Hal ini dapat dilihat dari pola tidur seseorang, dimana remaja memiliki rata-rata tidur sekitar 7,5 jam sedangkan dewasa muda memiliki rata-rata tidur 6 – 8,5 jam.

12

(20)

Berdasarkan hasil penelitian ini didapati bahwa kualitas tidur buruk lebih banyak pada responden perempuan daripada responden laki-laki. Banyaknya kualitas tidur buruk pada perempuan dapat disebabkan oleh karena turunnya kadar hormon estrogen dan progesteron selama siklus menstruasi.37 Penurunan kadar progesteron selama masa premenstruasi berhubungan dengan kesulitan tidur dan meningkatkan frekuensi bangun. Hormon estrogen dapat menurunkan latensi tidur dan frekuensi bangun serta meningkatkan jumlah total jam tidur. Terapi estrogen pada perempuan dapat meningkatkan jumlah tidur gelombang lambat dan tidur REM sehingga kualitas tidur yang dialami akan lebih baik.

Berdasarkan kualitas tidur terhadap tempat tinggal responden ditemukan bahwa kualitas tidur buruk banyak ditemukan pada responden yang tinggal bersama orang tua dibandingkan responden yang tidak tinggal bersama orng tua. Penelitian ini didukung dengan penelitian Viona, 2013 dimana kualitas tidur buruk lebih banyak pada responden yang tinggal bersama orang tua, dimana juga didapati adanya faktor lingkungan seperti suhu yang terlalu panas, kebisingan, cahaya, suhu yang terlalu dingin, dan faktor lain.

38

9

5.2.2. Analisa Bivariat

5.2.2.1.Hubungan tingkat stres dengan kualitas tidur

(21)

Pada penelitian Mesquita, dkk, 2009 didapati nilai p-value sebesar 0,0596 (>0,05) yang artinya tidak terdapat hubungan antara tingkat stres denga kualitas tidur, tetapi mereka menyatakan stres merupakan prediktor terkuat terjadinya kualitas tidur yang buruk.

Kecendrungan stres sering terjadi pada mahasiswa tingkat akhir dimana ia diberikan tugas akhir kuliah berusa skripsi, yang mana dalam mengerjakannya sering sekali mahasiswa menghadapi berbagai macam kendala yang nantinya akan berpengaruh terhadap kualitas tidurnya, sehingga mengakibatkan mahasiswa tersebut memiliki kualitas tidur yang buruk. Dimana mahasiswa yang mengalami stres akan terus berfikir terhadap stresor yang dihadapinya sehingga dapat mengakibatkan dia tidak bias tidur dengan tenang.

(22)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang didapatkan berdasarkan hasil penelitian ini, adalah sebagai berikut :

1. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara semester VII pada tahun 2016 mengalami stres ringan sebesar 57%, stres sedang sebesar 31%, stres berat sebesar 9%, dan stres sangat berat sebesar 3%.

2. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara semester VII pada tahun 2016 memiliki 53% mengalami kualitas tidur buruk dan sebanyak 47% mengalami kualitas tidur baik.

3. Tingkat stress pada mahasiswa memiliki hubungan yang bermakna dengan kualitas tidur dengan nilai p = 0,0001.

4. Semakin meningkat tingkat stresnya maka semakin buruk kualitas tidurnya dan secara korelasi sedang dan hasilnya bermakna (r=0,595, p=0,0001).

6.2.Saran

1. Bagi mahasiswa, disarankan perlunya dilakukan gaya hidup sehat seperti tidur yang cukup, makan makanan yang sehat dan seimbang, dan lain-lain. Mahasiswa juga hendaknya mengatur jadwal kegiatan sehari-hari sehingga jadwal tidurnya teratur.

2. Bagi fakultas, untuk dapat melakukan upaya pencegahan dan manajemen stres bagi mahasiswa berupa konseling.

Gambar

Tabel 4.6.1. Jadwal Kegiatan Penelitian
Gambar 4.6.2. Kerangka alur penelitian
Tabel 5.1 Distribusi  karakteristik responden
Gambar 5.1 Distribusi persentase responden berdasarkan tingkat stres
+5

Referensi

Dokumen terkait

penelitian yang berjudul “ Tingkat Stres pada Mahasiswa Tahun Pertama Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2013 ”. Saya mengerti bahwa saya akan diminta

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prevalensi internet addiction pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara adalah 1,1 %.. Kata kunci : prevalensi,

Penelitian ini di lakukan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang menghadapi kegiatan akademik yang padat untuk mengetahui hubungan

Dari hasil penelitian ini didapatkan proporsi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun akademik 2020/2021 yang memiliki kualitas tidur yang buruk adalah

Dari hasil penelitian ini, populasi penelitian adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara angkatan 2019 yang berjumlah 203 orang.

HUBUNGAN KUALITAS TIDUR DENGAN FUNGSI KOGNITIF MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA SKRIPSI Oleh MELLY 160100125 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS

Tujuan penelitian ini untuk melihat hubungan tingkat stress dengan kualitas tidur pada mahasiswa FK USU semester VII tahun 2016.. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian

Sesuai dengan uraian pada latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara tingkat stres dengan kualitas tidur pada mahasiswa semester