PENELITIAN
PREVALENSI INTERNET ADDICTION PADA
MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Oleh :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010
SRI WAHYUNI
PREVALENSI INTERNET ADDICTION PADA
MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Karya Tulis Ilmiah
ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
kelulusan Sarjana Kedokteran
Oleh :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010
SRI WAHYUNI
LEMBAR PENGESAHAN
PREVALENSI INTERNET ADDICTION PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Nama : Sri Wahyuni
NIM : 070100076
Pembimbing Penguji I
(dr. Elmeida Effendy, Sp.KJ) (dr. Tetty Aman Nst., M.Med.Sc) NIP: 19720501 199903 2 004 NIP: 19700109 199702 2 001
Penguji II
(dr. T. Azhar Johan, Sp.PK) NIP: 19490717 198011 1 001
Medan, 2010 Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan karunia-Nya maka penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini tepat
waktu sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program studi pendidikan
dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Selama penyusunan dan penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis menyadari
bahwa karya tulis ilmiah ini masih sangat sederhana dan masih banyak
kekurangannya, oleh sebab itu penulis akan menerima segala kritik maupun
tanggapan dari berbagai pihak guna memperbaiki kesalahan dan kekurangan tersebut
pada masa yang akan datang.
Dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan
ucapan terima kasih dan rasa hormat yang setinggi – tingginya kepada :
1. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
2. dr. Elmeida Effendi, Sp.KJ selaku dosen pembimbing penulis yang telah banyak
membantu dan memberikan saran – saran selama penulisan karya tulis ilmiah,
sehingga karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik.
3. Para staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara.
4. Orangtua tercinta, bapak Frianto Wibowo dan ibu Betty Julita, serta kakanda
Sukses Jaya Wibowo dan Rudi Hermansyah Wibowo, yang penulis sangat
5. Serta seluruh rekan mahasiswa/i terutama Adeodata Lily Wibisono, Carolin,
Delfina, dan Ervina, yang telah membantu memberikan saran dalam
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
Untuk seluruh bantuan baik moril dan materil yang diberikan kepada penulis
selama ini, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga Tuhan Yang Maha Esa
memberikan imbalan pahala yang sebesar- besarnya.
Sebagai akhir kata dari penulis, semoga karya tulis ilmiah ini memiliki
mamfaat dan nilai bagi kita semua di masa yang akan datang dan kiranya dapat
menjadi rujukan untuk penulisan yang lebih baik lagi.
Medan, Oktober 2010
Penulis
Sri Wahyuni
NIM: 070100076
ABSTRAK
Data dari Internet World Stats menunjukkan telah terjadi peningkatan pengguna internet di Indonesia dari 20.000.000 pada tahun 2000 menjadi 30.000.000 pada tahun 2009. Adapun peningkatan penggunaan internet akan memiliki dampak buruk yaitu Internet addiction, yang merupakan ketidakmampuan individu untuk mengontrol penggunaan internetnya, yang dapat menyebabkan terjadinya masalah psikologis, sosial, dan pekerjaan pada kehidupan individu tersebut. Berdasarkan penelitian oleh Ko, et al (2008) yang diikuti oleh partisipan sebanyak 261 mahasiswa di Taiwan menunjukkan terdapat 87 mahasiswa yang diklasifikasikan sebagai internet
addiction. Hal ini menunjukkan bahwa internet addiction tidak jarang terjadi pada
mahasiswa.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi internet addiction pada mahasiswa Fakultas kedokteran Sumatera Utara.
Metode penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan studi
cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 90 orang dengan tingkat ketepatan relatif (d)
sebesar 0,1. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik stratified
random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner.
Analisis data dilakukan dengan program SPSS (Statistical Package for Social
Science) versi 17.0.
Dari 90 responden, terdapat 42 orang laki – laki (46,7 %) dan 48 orang perempuan (53,3%).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prevalensi internet addiction pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara adalah 1,1 %.
ABSTRACT
The most recent data from Internet World Stats showed that there has been an increase in the number of internet users in Indonesia from 20.000.000 persons in 2000 to 30.000.000 persons in 2009. The increasing usage of internet has bad effects and can cause internet addiction, which is the inability of an individu to control his usage of internet, which may in turn cause psychological, social and job problems in life. According to a research by Ko et al (2008) that comprised by 261 university students in Taiwan, there were 87 university students who were classified as internet addicts. This indicated that internet addiction is a common phenomenon among university student.
The aim of this study is find out the prevalence of internet addiction among the medical students of University of North Sumatera.
This is a descriptive observation study done through the cross sectional design method. The number of subjects was 90 people with a relative accuracy (d) of 0,1. Stratified random sampling was chosen as the sampling technique. Questionnaires were used to collect information from the subjects. Data was analyzed using SPSS (Statistical Package for Social Science) version 17.
Out of the 90 respondents, there were 42 man (46,7 %) and 48 woman (53,3%).
The result of this study showed that the prevalence of internet addiction among the medical students of University of North Sumatera was 1,1 %.
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian... 28
5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden ... . 29
5.1.3 Hasil Analisa Data ... 32
5.2 Pembahasan ... 36
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 40
6.2 Saran ... 41
DAFTAR PUSTAKA ………..…..……….... 42
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
5.1 Distribusi frekuensi karakteristik responden 29
berdasarkan jenis kelamin
5.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan 30
rerata penggunaan internet per hari
5.3 Distribusi frekuensi karakteristik aktivitas 31 yang dilakukan oleh mahasiswa
dalam menggunakan internet
5.4 Distribusi frekuensi karakteristik aktivitas yang 32 dilakukan oleh mahasiswa ketika
tidak menggunakan internet
5.5 Distribusi frekuensi hasil diagnosa internet 33
addiction dengan YDQ( Young Diagnostic
Questionnaire )
5.6 Distribusi jawaban responden berdasarkan YDQ 34
( Young Diagnostic Questionnaire )
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.1 Cognitive-Behavioral Model of Pathological Internet Use 14
(PIU) menjelaskan etiologi PIU (Davis, 2000)
2.2 Grohol’s model of Pathological Internet Use yang 19 menunjukkan perkembangan tiga tahap dari PIU
DAFTAR SINGKATAN
APJII Asosiasi Penyelengara Jasa Internet Indonesia
ARPANET Advanced Research Projects Agency Network
BSI Bina Sarjana Informatika
DARPA U.S. Defense Advanced Research Projects Agency
DNS Domain Name System
DSM Diagnostic and Statistical Manual of Mental disorders
Eunet European Network
FTP File Transfer Protocol
IP Internet Protocol
IPTEK Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
IRC Internet Relay Chat
PIU Pathological Internet Use
SPSS Statistical Package for Social Science
TCP Transmission Control Protocol
USENET User Network
Wi- Fi Wireless - Fidelity
WWW World Wide Web
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 2. Kuesioner
Lampiran 3. Lembar penjelasan (Informed Consent)
Lampiran 4. Ethical Clearance
Lampiran 5. Content Validity
ABSTRAK
Data dari Internet World Stats menunjukkan telah terjadi peningkatan pengguna internet di Indonesia dari 20.000.000 pada tahun 2000 menjadi 30.000.000 pada tahun 2009. Adapun peningkatan penggunaan internet akan memiliki dampak buruk yaitu Internet addiction, yang merupakan ketidakmampuan individu untuk mengontrol penggunaan internetnya, yang dapat menyebabkan terjadinya masalah psikologis, sosial, dan pekerjaan pada kehidupan individu tersebut. Berdasarkan penelitian oleh Ko, et al (2008) yang diikuti oleh partisipan sebanyak 261 mahasiswa di Taiwan menunjukkan terdapat 87 mahasiswa yang diklasifikasikan sebagai internet
addiction. Hal ini menunjukkan bahwa internet addiction tidak jarang terjadi pada
mahasiswa.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi internet addiction pada mahasiswa Fakultas kedokteran Sumatera Utara.
Metode penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan studi
cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 90 orang dengan tingkat ketepatan relatif (d)
sebesar 0,1. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik stratified
random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner.
Analisis data dilakukan dengan program SPSS (Statistical Package for Social
Science) versi 17.0.
Dari 90 responden, terdapat 42 orang laki – laki (46,7 %) dan 48 orang perempuan (53,3%).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prevalensi internet addiction pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara adalah 1,1 %.
ABSTRACT
The most recent data from Internet World Stats showed that there has been an increase in the number of internet users in Indonesia from 20.000.000 persons in 2000 to 30.000.000 persons in 2009. The increasing usage of internet has bad effects and can cause internet addiction, which is the inability of an individu to control his usage of internet, which may in turn cause psychological, social and job problems in life. According to a research by Ko et al (2008) that comprised by 261 university students in Taiwan, there were 87 university students who were classified as internet addicts. This indicated that internet addiction is a common phenomenon among university student.
The aim of this study is find out the prevalence of internet addiction among the medical students of University of North Sumatera.
This is a descriptive observation study done through the cross sectional design method. The number of subjects was 90 people with a relative accuracy (d) of 0,1. Stratified random sampling was chosen as the sampling technique. Questionnaires were used to collect information from the subjects. Data was analyzed using SPSS (Statistical Package for Social Science) version 17.
Out of the 90 respondents, there were 42 man (46,7 %) and 48 woman (53,3%).
The result of this study showed that the prevalence of internet addiction among the medical students of University of North Sumatera was 1,1 %.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Memasuki era globalisasi, setiap orang diperkenalkan lebih jauh mengenai
teknologi, dimana teknologi itu sendiri berfungsi sebagai alat bantu mempermudah
pekerjaan manusia. Ada berbagai hasil dari teknologi, salah satunya dalam bidang
komunikasi itu sendiri yaitu dengan ditemukannya alat komunikasi berupa telegram,
pager, telepon, handphone, dan internet. Internet sebagai salah satu media
komunikasi yang tercanggih dan banyak diminati saat ini sesuai dengan data dari
APJII dan Internet World Stats. Data dari APJII, Asosiasi Penyelengara Jasa Internet
Indonesia, menunjukkan terjadi peningkatan pengguna internet di Indonesia dari
512.000 pada tahun 1998 menjadi 25.000.000 pada tahun 2007. Dan data dari
Internet World Stats, menunjukkan terjadi peningkatan pengguna internet di
Indonesia dari 20.000.000 pada 31 Desember 2000 menjadi 30.000.000 pada 30
Desember 2009.
Dengan bertambahnya penggunaan internet tentunya akan memberi dampak
baik dan buruk. Adapun dampak baik dari internet adalah memudahkan penggunanya
mencari informasi mengenai pendidikan dan meningkatkan komunikasi guru dengan
murid. Sebaliknya, dampak buruk dari internet adalah kurang tidur, sulit makan
dalam jangka waktu yang lama, aktivitas fisik terbatas, terganggunya pelajaran,
pekerjaan, dan aspek lain dalam kehidupan penggunanya. Pada penelitian oleh Young
(1996) pengguna internet dependen menunjukkan penggunaan berlebihan dari
internet menyebabkan masalah personal, keluarga, dan pekerjaan. Penelitian lain oleh
yang berlebihan oleh mahasiswa menyebabkan efek negatif pada pelajaran mereka
dan rutinitas sehari-hari.
Lebih jauh, Universitas Texas di Dallas mengemukakan beberapa akibat dari
internet addiction –akibat dari penggunaan internet yang berlebihan, pada mahasiswa
adalah sebagai berikut (1) Menyebabkan kurang tidur dan rasa letih yang berlebihan,
(2) Semakin menurunnya prestasi, (3) Berkurangnya interaksi dengan lawan jenis, (4)
Penurunan aktivitas sosial di kampus, (5) Menimbulkan kegelisahan dan apatis pada
saat offline, (5) Mengingkari kondisi addictive pada si pengguna, (6) Membentuk
opini bahwa apa yang mereka temukan di internet lebih tinggi kedudukannya
dibandingkan kemampuannya, (7) Menghindari pertanyaan mengenai waktu
penggunaan internet mereka serta apa-apa saja yang mereka lakukan dalam
berinternet.
Internet addiction, dapat disebut sebagai Pathological Internet Use (PIU),
merupakan ketidakmampuan individu untuk mengontrol penggunaan internetnya,
yang dapat menyebabkan terjadinya masalah psikologis, sosial, dan pekerjaan pada
kehidupan individu tersebut (Young and Roger 1998; Davis 2001).
Penelitian oleh Ko, et al (2008) yang diikuti oleh partisipan sebanyak 261
mahasiswa di Taiwan menunjukkan terdapat 87 mahasiswa yang diklasifikasikan
sebagai internet addiction. Hal ini menunjukkan bahwa internet addiction tidak
jarang terjadi pada mahasiswa.
Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui prevalensi internet addiction pada
1.2 Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Berapa besar prevalensi internet addiction pada mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara?
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui prevalensi internet addiction pada mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
1.3.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk menggambarkan angka internet addiction berdasarkan jenis kelamin
b. Untuk menggambarkan rata- rata waktu penggunaan internet per hari oleh
mahasiswa
c. Untuk menggambarkan aktivitas yang dilakukan oleh mahasiswa dalam
menggunakan internet dan aktivitas yang dilakukan oleh mahasiswa ketika tidak
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Mahasiswa
Sebagai bahan referensi untuk mahasiswa dalam memanfaatkan internet
secara efisien.
1.4.2 Bagi Institusi
Data dan informasi dari hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh institusi
untuk mengetahui prevalensi internet addiction pada mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara sehingga institusi terkait dapat
merencanakan suatu strategi penyediaan internet untuk menindaklanjutinya.
1.4.3 Bagi Peneliti
Dapat menambah pengetahuan peneliti mengenai internet addiction dan
mengembangkan kemampuan peneliti di bidang penelitian serta melatih kemampuan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Internet
2.1.1 Definisi Internet
Internet adalah jaringan komputer luas dan besar serta mendunia yang
menghubungkan pemakai komputer dari suatu negara ke negara lain di seluruh
dunia, dimana di dalamnya terdapat berbagai sumber daya informasi dari mulai yang
statis hingga yang dinamis dan interaktif (Eddy Purwanto).
2.1.2 Sejarah Internet
Sejarah internet dimulai pada tahun 1969 ketika Departemen Pertahanan
Amerika, U.S. Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA), memutuskan
untuk mengadakan penelitian mengenai cara untuk menghubungkan sejumlah
komputer sehingga membentuk jaringan organik. Program penelitian ini dikenal
dengan ARPANET. Pada tahun 1970, ARPANET berhasil menghubungkan lebih dari
10 komputer sehingga mereka dapat saling berkomunikasi dan membentuk sebuah
jaringan.
Pada tahun 1972, Roy Tomlinson berhasil menyempurnakan program e-mail
yang diciptakannya tahun 1971 untuk ARPANET. Program e-mail ini sangat mudah
sehingga langsung populer pada saat itu. Pada tahun yang sama, icon “@” juga
Tahun 1973, jaringan komputer ARPANET mulai dikembangkan ke luar
Amerika Serikat. Komputer pertama yang ada di luar Amerika yang menjadi anggota
jaringan ARPANET adalah milik University College di London. Pada tahun yang
sama, dua orang ahli komputer yakni Vinton Cerf dan Bob Kahn mempresentasikan
sebuah gagasan yang lebih besar dimana gagasan tersebut menjadi cikal bakal
pemikiran internet. Gagasan ini dipresentasikan untuk pertama kalinya di Universitas
Sussex.
Ratu Inggris berhasil mengirimkan email dari Royal Signals and Radar
Establishment di Malvern pada 26 Maret 1976. Setahun kemudian, terdapat lebih dari
100 komputer yang bergabung di ARPANET membentuk sebuah jaringan atau
network.
Pada tahun 1979, Tom Truscott, Jim Ellis dan Steve Bellovin, menciptakan
newsgroups pertama yang diberi nama USENET. Dan pada tahun 1981, France Telecom meluncurkan telepon televisi pertama, dimana orang bisa saling menelepon
sambil berhubungan dengan video link.
Akibat semakin banyaknya komputer yang membentuk jaringan maka
dibutuhkan sebuah protokol resmi yang diakui oleh semua jaringan. Pada tahun 1982,
dibentuk Transmission Control Protocol (TCP) dan Internet Protokol (IP). Sementara
itu di Eropa, muncul jaringan komputer saingan yang dikenal dengan Eunet yang
menyediakan jasa jaringan komputer di negara-negara Belanda, Inggris, Denmark,
dan Swedia. Jaringan Eunet menyediakan jasa e-mail dan newsgroup USENET.
Tahun 1984, diperkenalkan sistem nama domain, yang kini kita kenal dengan
DNS atau Domain Name System untuk menyeragamkan alamat di jaringan komputer
yang ada. Komputer yang tersambung dengan jaringan yang ada sudah melebihi 1000
komputer lebih. Kemudian tahun 1987, jumlah komputer yang tersambung ke
Jarko Oikarinen dari Finland menemukan dan memperkenalkan IRC (Internet
Relay Chat) pada tahun 1988. Setahun kemudian, jumlah komputer yang saling
berhubungan kembali melonjak 10 kali lipat dalam setahun. Tidak kurang dari
100.000 komputer kini membentuk sebuah jaringan. Pada tahun 1990, tahun yang
paling bersejarah, Tim Berners Lee menemukan program editor dan browser yang
bisa menjelajah antara satu komputer dengan komputer yang lainnya, yang
membentuk jaringan itu. Program inilah yang disebut World Wide Web (WWW).
Pada tahun 1992, komputer yang saling tersambung membentuk jaringan
sudah melampaui sejuta komputer. Pada tahun yang sama muncul istilah surfing the
internet. Kemudian tahun 1994, situs internet telah tumbuh menjadi 3000 alamat
halaman dan untuk pertama kalinya virtual-shopping atau e-retail muncul di internet.
Di tahun yang sama Yahoo! didirikan, yang juga bersamaan dengan kelahiran
Netscape Navigator 1.0.
2.1.3 Manfaat Internet
Quarterman dan Mithchell (1996) dalam Herring (1996) membagi manfaat
internet dalam empat kategori, yaitu :
a. Internet sebagai media komunikasi, merupakan manfaat internet yang paling
banyak digunakan, dimana setiap pengguna internet dapat berkomunikasi dengan
pengguna lainnya dari seluruh dunia.
b. Media pertukaran data, dengan menggunakan email, newsgroup, FTP (File
Transfer Protocol - untuk mengunduh file dari server) dan WWW, para pengguna
internet di seluruh dunia dapat saling bertukar informasi dengan cepat dan murah.
c. Media untuk mencari informasi atau data, perkembangan internet yang pesat
d. Manfaat komunitas, internet membentuk masyarakat baru yang beranggotakan para
pengguna internet dari seluruh dunia dimana dalam komunitas ini, pengguna
internet dapat berkomunikasi, mencari informasi, berbelanja, melakukan transaksi
bisnis, dsb. Karena sifat internet yang mirip dengan dunia kita sehari – hari, maka
internet sering disebut sebagai cyberspace atau virtual world (dunia maya).
Adapun manfaat internet dalam bidang kedokteran adalah sebagai berikut: (1)
menyediakan akses informasi mengenai kedokteran, (2) dapat digunakan sebagai
alat komunikasi elektronik dalam bidang kedokteran, (3) memudahkan publikasi
karya ilmiah maupun artikel mengenai kedokteran, (4) mempermudah mendapatkan
jurnal kedokteran disamping sebagai media promosi jurnal kedokteran, (5) sebagai
media penelusuran kepustakaan bagi dokter, (6) sebagai media untuk meningkatkan
profesionalisme dalam kerjasama institusi, (7) sebagai media untuk konsultasi kasus,
(8) sebagai media untuk berpartisipasi dalam forum diskusi, (9) mempermudah
dokter dalam mengumpulkan hingga mengolah data individu (Septiana et al, BSI,
2009).
2.1.4 Perkembangan Internet
Internet sudah menjadi kebutuhan bagi masyarakat pada umumnya karena
dengan internet, mereka bisa mengakses dan menemukan segala informasi di seluruh
dunia dengan cepat dan mudah. Kebutuhan internet yang sangat penting sehingga
peningkatan jumlah pemakai internet setiap tahun yang selalu meningkat di seluruh
dunia. Populasi pengguna internet di dunia berdasarkan data terakhir, 30 september
2009, dari Internet World Stats adalah 1.733.993.741. Angka ini meningkat dari
360.985.492 pada 31 Desember 2000.
Berdasarkan data yang ada, pengguna internet di dunia yang paling banyak
Jumlah pengguna internet di Asia adalah sebesar 738.257.230. Adapun 10 negara di
Asia pengguna internet yang paling banyak adalah Cina, Jepang, India, Korea
Selatan, Indonesia, Filipina, Vietnam, Pakistan, Malaysia, dan Taiwan.
Berdasarkan data terakhir tanggal 30 september 2009 dari Internet World
Stats, Indonesia berada di peringkat ketigabelas dunia dan berada di peringkat kelima
di Asia sebagai negara pengguna internet terbanyak. Dengan jumlah pengguna
internet di Indonesia adalah 30.000.000. Angka ini meningkat dari 20.000.000 pada
31 Desember 2000. Sedangkan, berdasarkan data dari APJII kita dapat melihat
adanya peningkatan pengguna internet dari 512.000 pada tahun 1998 menjadi
25.000.000 pada tahun 2007.
Berdasarkan penelitian oleh Alexa, situs yang paling banyak dikunjungi di
dunia adalah google.com, facebook.com, dan youtube.com, sedangkan di Indonesia
situs yang paling banyak dikunjungi adalah facebook.com, google.co.id, google.com,
yahoo.com, blogger.com, kaskus.us, wordpress.com, youtube.com, detik.com, dan 4shared.com. Hal ini menunjukkan pengguna internet di Indonesia lebih cenderung
menggunakan facebook.com dibandingkan dengan google.co.id.
2.2 Addiction
2.2.1 Definisi Addiction
Addiction berasal dari bahasa Latin yaitu addicere, yang berarti untuk
menjatuhkan atau memvonis (Carlson, 2005). Seseorang dikatakan memiliki
gangguan addictive apabila orang tersebut tergantung pada obat-obatan psikoaktif
dan pengunaan obat tersebut menyebabkan gangguan hubungan interpersonal
Dahulu addiction hanya terbatas pada penggunaan obat-obatan. Pada tahun
1996, Young mengemukakan bahwa addiction juga terdapat pada pengguna internet,
dimana internet addiction memiliki kesamaan dengan substance addiction sehingga
dia mengambil beberapa kriteria untuk substance addiction dari DSM IV untuk
merancang kriteria internet addiction. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
penggunaan internet berlebihan (internet addiction) dapat menyebabkan gangguan
akademi, hubungan interpersonal, keuangan, pekerjaan, dan kesehatan tubuh.
2.2.2 Teori Addiction
Psikiater dan psikologis telah mengemukakan teori untuk menjelaskan
gangguan addiction. Teori yang telah dikemukakan adalah teori psikodinamik dan
kepribadian, teori sosiokultural, teori perilaku, dan teori biomedis. Teori
psikodinamik dan kepribadian mengemukakan bahwa addiction berkaitan dengan
trauma pada masa kecil dan gangguan kepribadian (Sue, 1994).
Teori sosiokultural mengemukakan bahwa addiction bervariasi berdasarkan
jenis kelamin, usia, status ekonomi, etnis, agama, dan negara. Beberapa addiction
lebih sering dijumpai pada orang dengan berbagai kategori. Sebagai contoh,
ketergantungan alkohol lebih sering pada orang dengan status ekonomi menengah,
penduduk asli Amerika, dan beragama katolik. Orang kulit putih cenderung
menggunakan halusinogen, sedangkan orang kulit hitam cenderung menggunakan
heroin (Sue, 1994).
Menurut teori perilaku berdasarkan penelitian Skinner dalam Sue (1994) pada
operant conditioning, setiap seorang memiliki perilaku dan mendapat penghargaan
ataupun hukuman akibat kelakuan tersebut. Suatu ilustrasi yang menggambarkan hal
ini adalah seorang anak yang malu dan takut untuk bertemu dengan orang lain yang
bermain dengan anak-anak lainnya. Anak tersebut menghindari kecemasan dengan
cara menyendiri karena dengan menyendiri membuat dirinya nyaman (penghargaan).
Oleh karena itu, dia akan memilih menyendiri di kemudian hari. Hal ini berkaitan
dengan addiction, dimana obat- obatan, alkohol, internet memberikan cinta,
kesenangan, kenyamanan fisik maupun psikologis. Jika seseorang mendapatkan
kenyamanan dengan obat-obatan, alkohol, dan internet, maka dia akan menggunakan
obat-obatan, alkohol, dan internet di kemudian hari.
Teori biomedis, teori ini memfokuskan pada faktor genetik dan herediter serta
ketidakseimbangan neurotransmiter di otak. Teori ini mengemukakan bahwa
kemungkinan adanya kelainan kromosom, hormon, dan neurotransmiter yang
mengatur aktivitas pada otak dan sistem saraf lainnya. Adanya kelainan tersebut
dapat menyebabkan seseorang menjadi lebih rentan menjadi addiction (Sue, 1994).
2.2.3 Diagnosis Addiction
Kriteria diagnostik DSM IV untuk ketergantungan zat (substance addiction)
adalah suatu pola pemakaian zat maladaptif, yang menyebabkan gangguan atau
penderitaan yang bermakna secara klinis, seperti yang dimanifestasikan oleh tiga
atau lebih hal berikut, terjadi pada tiap saat dalam periode 12 bulan yang sama:
(1) Toleransi, seperti yang didefinisikan oleh berikut:
(a) Kebutuhan untuk meningkatkan jumlah zat secara jelas untuk mencapai
intoksikasi atau efek yang diinginkan.
(b) Penurunan efek yang bermakna pada pemakaian berlanjut dengan jumlah zat
yang sama.
(2) Putus, seperti yang dimanifestasikan oleh berikut:
(a) Sindroma putus yang karakteristik bagi zat (lihat kriteria A dan B dari
(b) Zat yang sama (atau yang berhubungan erat) digunakan untuk
menghilangkan atau menghindari gejala putus.
(3) Zat seringkali digunakan dalam jumlah yang lebih besar atau selama periode
yang lebih lama dari yang diinginkan.
(4) Terdapat keinginan terus menerus atau usaha yang gagal untuk menghentikan
atau mengendalikan penggunaan zat.
(5) Dihabiskan banyak waktu dalam aktivitas untuk mendapatkan zat (misalnya,
mengunjungi banyak dokter atau pergi jarak jauh), menggunakan zat (misalnya,
chain-smoking), atau pulih dari efeknya.
(6) Aktivitas sosial, pekerjaan, atau rekreasional yang penting dihentikan atau
dikurangi karena penggunaan zat.
(7) Pemakaian zat dilanjutkan walaupun mengetahui memiliki masalah fisik atau
psikologis yang menetap atau rekuren yang kemungkinan telah disebabkan atau
dieksarsebasi oleh zat (misalnya, baru saja menggunakan kokain walaupun
menyadari adanya depresi akibat kokain, atau terus minum walaupun
mengetahui bahwa ulkus memburuk oleh konsumsi alkohol).
Sebutkan jika, dengan ketergantungan fisiologis : tanda-tanda toleransi atau
putus (yaitu, terdapat butir 1 maupun 2). Jika tanpa ketergantungan fisiologis : tidak
ada tanda-tanda toleransi atau putus (yaitu, tidak terdapat butir 1 maupun 2).
2.3 Internet Addiction
2.3.1 Definisi Internet Addiction
Internet addiction, dapat disebut sebagai Pathological Internet Use (PIU),
merupakan ketidakmampuan individu untuk mengontrol penggunaan internetnya,
yang dapat menyebabkan terjadinya masalah psikologis, sosial, dan pekerjaan pada
Kandell (1998) menyatakan bahwa internet addiction adalah ketergantungan
psikologis terhadap internet yang dikarakteristikkan dengan meningkatnya aktivitas
penggunaan internet, perasaan yang tidak nyaman apabila offline, meningkatnya
toleransi, dan penyangkalan terhadap adanya problem kelakuan.
Lebih lanjut, Widyanto dan Griffith (2006) menekankan bahwa internet
addiction adalah technology addiction, dimana hal ini merupakan behavioral addiction yang melibatkan hubungan antara manusia dan komputer.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa internet addiction adalah penggunaan internet
yang berlebihan yang melibatkan manusia dan komputer, dan dikarakteristikkan
dengan meningkatnya aktivitas penggunaan internet, perasaan yang tidak nyaman
apabila offline, meningkatnya toleransi, serta penyangkalan terhadap adanya
problem kelakuan, dimana penggunaan internet yang berlebihan tersebut dapat
mengakibatkan masalah psikologis, sosial, dan pekerjaan pada kehidupan individu
tersebut.
2.3.2 Etiologi Internet Addiction
Davis (2000) mengemukakan Cognitive-Behavioral Model of Pathological
Internet Use (PIU) dengan asumsi bahwa PIU merupakan hasil dari kegagalan cognition bersamaan dengan perilaku. Dalam model ini, penyebab PIU diletakkan
dalam rantai etiologi dari proksimal ke distal. Penyebab pada distal dekat dengan
awal timbulnya masalah, sedangkan penyebab pada bagian proksimal dekat dengan
akhir dari rantai etiologi (lihat gambar 2.1).
Davis (2000) menggunakan teori diathesis-stress untuk menjelaskan
penyebab bagian distal dari PIU. Berdasarkan teori ini, disfungsi perilaku
merupakan akibat dari kerentanan yang telah ada sebelumnya (diathesis) dan
gangguan psikopatologi seperti depresi, ansietas, atau penyalahgunaan zat, penting
sebagai penyebab distal dari terjadinya gejala PIU. Gangguan tersebut tidak secara
langsung menyebabkan terjadinya gejala PIU tetapi sebagai komponen dasar pada
etiologi PIU.
Gambar 2.1 Cognitive- Behavioral Model of Pathological (PIU) menjelaskan
etiologi PIU (Davis, 2000).
Berdasarkan teori Cognitive-Behavioral Model of Pathological Internet Use,
adanya psikopatologi menyebabkan seorang individu menjadi lebih rentan terhadap
gejala PIU. Paparan pertama terhadap internet atau teknologi online baru dinyatakan
sebagai stressor pada teori diathesis-stress. Paparan pertama tersebut merupakan
positif terhadap teknologi baru tersebut, dia akan terdorong untuk terus
menggunakan teknologi itu dan untuk mendapatkan pengalaman positif yang sama
seperti sebelumnya (reinforcement).
Selain itu, beberapa stimulus dapat berkaitan dengan stimulus kondisi utama
dan menjadi pendorong sekunder. Kejadian dan objek yang berkaitan dengan online
seperti suara modem, perasaan mengetik di komputer, dan layar komputer dapat
menjadi pendorong sekunder dan menyebabkan respon yang telah dikondisikan.
Pendorong sekunder ini dapat mendorong perkembangan gejala PIU dan membantu
mempertahankan gejala- gejala yang berhubungan.
Bedasarkan Davis (2000), hal yang paling penting adalah terjadinya
maladaptive cognition. Maladaptif ini merupakan penyebab proksimal dari
gangguan PIU dan cukup untuk menyebabkan gejala PIU. Davis (2000) membagi
maladaptif ini menjadi dua yaitu memikirkan tentang diri sendiri dan memikirkan
tentang dunia. Maladaptif yang memikirkan diri sendiri dikarakteristikkan dengan
merenungkan masa lampau. Seseorang yang merenungkan masa lampau akan selalu
berpikir kegiatan online dibandingkan dengan isu kehidupan lain. Seseorang yang
merenungkan masa lampau diasumsikan akan mengalami PIU dengan periode waktu
yang lama dan dengan gejala yang lebih parah dibandingkan dengan orang yang
tidak memikirkan masa lalu. Beberapa hal maladaptif lainnya adalah keraguan diri,
ketidakpercayaan diri, dan pandangan negatif terhadap diri sendiri. Individu dengan
hal ini akan memiliki konsep negatif terhadap dirinya dan menggunakan internet
untuk mendapatkan feedback positif pada lingkungan yang tidak berbahaya.
Maladaptif yang memikirkan tentang dunia akan mengeneralisasikan kejadian
spesifik pada internet menjadi kejadian global di dunia nyata. Davis (2000)
mengemukakan beberapa contoh penyimpangan global tersebut seperti “Internet
merupakan satu –satunya yang dapat saya hormati,” “Tidak ada orang yang
lain memperlakukan saya buruk saat saya offline.” Pemikiran all or nothing ini
merupakan maladaptive cognition yang dapat memperparah ketergantungan internet
pada individu (Davis, 2000).
2.3.3 Prevalensi Internet Addiction
Prevalensi internet addiction bervariasi berdasarkan penelitian-penelitian
yang telah dilakukan. Berdasarkan penelitian oleh Young (1996) di Toronto, Kanada
yang diikuti partisipan sebanyak 496 orang, prevalensi internet addiction adalah
80%. Berdasarkan penelitian oleh Min, et al (2003) di Seoul, Korea yang diikuti
partisipan sebanyak 13.588 orang, prevalensi internet addiction adalah 3,5%.
Berdasarkan penelitian oleh Cao dan Su (2006) di Hunan, China yang diikuti
partisipan sebanyak 2.620 orang, prevalensi internet addiction adalah 2,4%.
Berdasarkan penelitian oleh Aboujaoude (2006) dalam Busko (2007) di 50 negara
yang diikuti partisipan sebanyak 2.531 orang, prevalensi internet addiction adalah
0,7%. Berdasarkan penelitian oleh Ko, et al (2009) di Taiwan Selatan yang diikuti
partisipan sebanyak 2.293 orang, prevalensi internet addiction adalah 10,8%.
2.3.4 Faktor Risiko Internet Addiction
Faktor risiko internet addiction adalah sebagai berikut:
(1) Seseorang menderita ansietas. Seseorang yang menderita ansietas akan
menggunakan internet untuk menghindari kekhawatiran dan ketakutannya.
Gangguan ansietas seperti obsesif kompulsif berkontribusi terhadap pengecekan
(2) Seseorang menderita depresi. Internet dapat digunakan untuk lari dari perasaan
depresi, tetapi penggunaan internet berlebihan dapat menyebabkan masalah yang
lebih buruk, internet addiction berkontribusi pada isolasi dan kesepian.
(3) Seseorang yang mengalami addiction lain. Banyak penderita internet addiction
mengalami addiction lain seperti seks, alkohol, obat- obatan, dan perjudian.
(4) Seseorang dengan kurangnya dukungan sosial. Seseorang dengan internet
addiction sering menggunakan chatrooms, instant messaging, atau online game
sebagai cara yang aman untuk membentuk hubungan baru dan lebih percaya diri
untuk berhubungan dengan orang lain.
(5) Remaja. Seorang remaja dapat merasakan bahwa persahabatan di internet lebih
nyaman daripada di dunia nyata.
(6) Seseorang dengan aktivitas sosial yang rendah. Sebagai contoh, penjagaan
berlebihan terhadap anak akan menyebabkan anak tersebut sulit untuk keluar
rumah atau berhubungan dengan temannya sehingga ia cenderung menggunakan
internet di rumah.
Faktor risiko internet addiction pada mahasiswa adalah sebagai berikut: (1)
Tersedianya internet gratis dan tidak terbatas, (2) Banyaknya waktu luang, (3)
Pengalaman pertama bebas dari pengaruh orang tua, (4) Tidak adanya pengawasan
atau pensensoran tentang apa yang mereka lakukan ataupun katakan saat online, (5)
Adanya dorongan dari fakultas dan administrasi, (6) Adanya pelatihan remaja pada
aktivitas yang sama, (7) Adanya keinginan untuk lepas dari stress belajar, (8)
Adanya intimidasi sosial, (9) Umur yang cukup untuk mengkonsumsi alkohol.
Selain itu, berdasarkan penelitian oleh Anderson (2001) ditemukan bahwa
pelajar ilmu alam dan teknologi lebih sering menggunakan internet dan lebih
2.3.5 Klasifikasi Internet Addiction
Davis (2000) mengemukakan klasifikasi internet addiction (PIU) adalah
spesifik PIU dan general PIU. Spesifik PIU adalah orang yang menjadi tergantung
pada salah satu fasilitas internet. Orang yang mengunakan internet secara berlebihan
untuk mengakses materi seksual, perjudian, layanan pelelangan, dan perdagangan
juga termasuk pada spesifik PIU. Pada orang dengan spesifik PIU diasumsikan
bahwa dependen akan timbul pada konteks lain walaupun orang tersebut tidak
memiliki akses terhadap internet. Spesifik PIU hanya berhubungan dengan satu segi
dari internet dan tidak berhubungan dengan penggunaan internet lainnya. General
PIU adalah penggunaan internet berlebihan yang general dan multidimensional.
Seseorang dengan general PIU akan sering menghabiskan waktu saat online tanpa
memiliki tujuan tertentu. Beberapa contoh dari general PIU adalah penggunaan
berlebihan chat room, instant messaging, online games, dan email. Ada asumsi
bahwa general PIU berhubungan dengan aspek sosial dari internet.
Internet addiction juga dapat dibagi menjadi lima yaitu sebagai berikut:
(1) Cybersexual addiction – ketergantungan pada cyberporn dan chatroom dewasa
(2) Cyber-relationship addiction – persahabatan online pada chatroom dan newsgroups yang menggantikan sahabat dan keluarga di dunia nyata
(3) Net compulsions – kompulsi pada perjudian online, pelelangan, dan obsesif
dalam belanja online
(4) Information overload – kompulsi untuk mencari sumber-sumber informasi
(5) Computer addiction – obsesif bermain game di komputer atau memprogram
aspek ilmu komputer, kebanyakan pada pria, anak-anak, dan remaja.
2.3.6 Patogenesis Internet Addiction
Grohol (1999) mengemukakan bahwa PIU memiliki tiga tahap pada pengguna
internet tertarik dengan adanya teknologi baru atau aplikasi baru di internet.
Ketertarikan ini atau obsesi dengan aktivitas baru menghasilkan penggunaan
berlebihan dari teknologi internet sampai orang tersebut mencapai tahap kedua. Pada
tahap kedua, pengguna internet menjadi bosan terhadap teknologi tersebut dan mulai
mencegah penggunaan berlebihan dari internet tersebut. Pencegahan ini akan
berakhir sampai orang tersebut mencapai tahap ketiga. Pada tahap ketiga, pengguna
internet menemukan keseimbangan dan mulai menggunakan teknologi baru tersebut
dalam level normal yang tidak mengganggu kehidupan orang tersebut.
Stage I
Stage II
Stage III
Gambar 2.2 Grohol’s model of Pathological Internet Use yang menunjukkan
perkembangan tiga tahap dari PIU (Grohol, 1999).
Grohol (1999) juga mengemukakan beberapa asumsi yaitu model ini
mengasumsikan beberapa orang terhenti pada tahap pertama ketika mereka
New online users Existing users
New online activity
Enchanment (obsession)
Disillusionment (avoidance)
menemukan teknologi baru di internet. Mereka harus dibina agar dapat melanjutkan
ke tahap berikutnya. Diasumsikan bahwa pengguna internet yang telah
berpengalaman akan lebih mudah untuk melewati ketiga tahap tersebut
dibandingkan dengan pengguna internet yang kurang berpengalaman ataupun
pengguna internet baru.
2.3.7 Efek Internet Addiction
Efek dari internet addiction dapat diklasifikasikan menjadi lima kategori yaitu
akademik, hubungan interpersonal, finansial, pekerjaan, dan fisik (Young,1996).
Akademik, pelajar menjadi sulit untuk menyelesaikan tugas, belajar untuk
menghadapi ujian, dan kurang tidur akibat penggunaan internet yang berlebihan di
malam hari. Selain itu, penggunaan internet berlebihan pada pelajar menyebabkan
menurunnya prestasi bahkan dikeluarkan dari sekolah.
Hubungan interpersonal seperti pernikahan, hubungan orang tua dengan anak,
dan hubungan yang sangat dekat juga dapat terganggu akibat penggunaan internet
berlebihan. Seseorang dengan internet addiction secara bertahap akan mengurangi
waktu untuk bersosialisasi di dunia nyata. Pada ibu rumah tangga dijumpai adanya
kelalaian dalam menjaga anaknya.
Finansial, masalah finansial dijumpai akibat biaya penggunaan internet yang
berlebihan tetapi sekarang dengan adanya penurunan tarif online menyebabkan
pengguna dapat bebas menggunakan internet tanpa harus memikirkan biaya yang
dikeluarkan.
Pekerjaan, pekerja cenderung menggunakan jasa internet perusahaan untuk
mengakses kebutuhan pribadi pada saat jam kerja. Hal ini menyebabkan para pekerja
Fisik, pengguna internet cenderung menjadi kurang tidur sehingga
menyebabkan keletihan yang berlebihan dan menurunkan imun pengguna internet.
Penggunaan internet berlebihan juga meningkatkan risiko terjadinya keletihan mata,
nyeri pinggang, dan carpal tunnel syndrome.
Universitas Texas di Dallas mengemukakan beberapa akibat dari internet
addiction – akibat dari penggunaan internet yang berlebihan, pada mahasiswa adalah
sebagai berikut (1) Menyebabkan kurang tidur dan rasa letih yang berlebihan, (2)
Semakin menurunnya prestasi, (3) Berkurangnya interaksi dengan lawan jenis, (4)
Penurunan aktivitas sosial di kampus, (5) Menimbulkan kegelisahan dan apatis pada
saat offline, (5) Mengingkari kondisi addictive pada si pengguna, (6) Membentuk
opini bahwa apa yang mereka temukan di internet lebih tinggi kedudukannya
dibandingkan kemampuannya, (7) Menghindari pertanyaan mengenai waktu
penggunaan internet mereka serta apa-apa saja yang mereka lakukan dalam
berinternet.
2.3.8 Diagnosa Internet Addiction
Berdasarkan pada YDQ ( Young Diagnostic Questionnaire ) yang merupakan
modifikasi dari kriteria DSM IV maka terdapat delapan kriteria, yaitu :
1. Pikiran pecandu internet terus-menerus tertuju pada aktivitas berinternet dan sulit
untuk dibelokkan ke arah lain
2. Adanya kecenderungan penggunaan waktu berinternet yang terus-menerus
bertambah demi meraih tingkat kepuasan yang sama dengan yang pernah
dirasakan sebelumnya
3. Yang bersangkutan secara berulang gagal untuk mengontrol atau menghentikan
penggunaan internet
4. Adanya perasaan tidak nyaman, murung, atau cepat tersinggung ketika yang
5. Adanya kecenderungan untuk tetap online melebihi dari waktu yang ditargetkan
6. Penggunaan internet itu telah membawa risiko hilangnya relasi yang berarti,
pekerjaan, kesempatan studi, dan karier
7. Penggunaan internet menyebabkan pengguna membohongi keluarga atau terapis,
dan orang lain untuk menyembunyikan keterlibatannya yang berlebihan dengan
internet
8. Internet digunakan untuk melarikan diri dari masalah atau untuk meredakan
perasaan-perasaan negatif seperti rasa bersalah, kecemasan, depresi, dan
sebagainya.
Seseorang dapat digolongkan sebagai pecandu internet bila ia memenuhi
sedikitnya lima dari delapan kriteria yang disebutkan Young. Beard (2001)
memodifikasi kriteria Young dengan menyatakan bahwa seseorang dapat
digolongkan sebagai pecandu internet bila ia memenuhi lima kriteria pertama dan
salah satu dari tiga kriteria berikutnya. Beard menyatakan bahwa modifikasi dapat
BAB 3
KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI
OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan tujuan dari penelitian di atas, maka kerangka konsep dalam
penelitian ini adalah:
3.2 Definisi Operational
Prevalensi adalahjumlah keseluruhan orang yang sakit yang menggambarkan
kondisi tertentu yang menimpa sekelompok penduduk tertentu pada titik waktu
tertentu (Point Prevalence), atau pada periode waktu tertentu (Period Prevalence),
tanpa melihat kapan penyakit itu mulai dibagi dengan jumlah penduduk yang
mempunyai risiko tertimpa penyakit pada titik waktu tertentu atau periode waktu
tertentu. Pengukuran kejadian internet addiction pada responden berdasarkan
jawaban pertanyaan yang diberikan responden pada YDQ (Young Diagnostic
Questionnaire), dengan interpretasi berdasarkan kriteria Beard (2001) yang
menyatakan bahwa responden dapat digolongkan sebagai pecandu internet bila ia
memenuhi lima kriteria pertama dan salah satu dari tiga kriteria berikutnya. Skala
pengukuran yang digunakan adalah skala nominal. Pengukuran waktu penggunaan
internet yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah penggunaan internet oleh
individu di semua tempat baik di fakultas maupu n di luar fakultas.
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif, dengan pendekatan
“Cross Sectional” (studi potong lintang), yang bertujuan untuk mengetahui prevalensi
internet addiction pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara selama bulan Juni 2010.
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1 Populasi
Populasi target penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara. Populasi terjangkau adalah semua mahasiwa Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2007, 2008, dan 2009 yang sedang
berada di lingkungan fakultas selama penelitian ini berlangsung. Jumlah mahasiswa
angkatan 2007, 2008, dan 2009 adalah 1332 orang, dimana jumlah mahasiswa
angkatan 2007 adalah 450 orang, jumlah mahasiswa angkatan 2008 adalah 417 orang,
4.3.2 Sampel
Sampel penelitian ini adalah sebagian dari populasi terjangkau yang
merupakan mahasiwa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan
2007, 2008, dan 2009 selama penelitian berlangsung.
Kriteria inklusi dari penelitian ini adalah mahasiswa angkatan 2007, 2008, dan
2009 yang menggunakan internet, sedangkan kriteria eksklusi adalah semua
mahasiswa yang tidak memenuhi kriteria inklusi dan mahasiswa tidak bersedia
menjadi partisipan pada penelitian ini.
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan menggunakan
metode stratified random sampling yang dilakukan dengan cara membagi mahasiwa
fakultas kedokteran menjadi tiga angkatan yaitu angkatan 2007, 2008, dan 2009.
Dimana dari setiap angkatan, sampel akan dipilih secara acak dan disesuaikan dengan
jumlah mahasiswa setiap angkatan (Sudigdo dan Sofyan, 2007)
Perhitungan besar sampel pada penelitian ini diperoleh berdasarkan besar
populasi terbatas dengan menggunakan rumus di bawah ini :
n : besar sampel minimum
Z1-α/2
N : jumlah populasi
: nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α tertentu
P : harga proporsi di populasi
d : kesalahan (absolut) yang dapat ditolerir/ ketepatan n = N Z21-α/2 P(1-P)
n 1 : besar sampel minimal setiap angkatan
Berdasarkan rumus diatas, maka didapatkan besar sampel minimal dalam
penelitian ini adalah 90 subjek dan besar sampel minimal dari setiap angkatan adalah
30 subjek.
4.4 Metode Pengumpulan Data 4.4.1 Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber data.
Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara dengan pedoman pengisian
kuesioner oleh responden yang dilakukan secara langsung oleh peneliti terhadap
sampel penelitian.
4.4.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari bagian pendidikan Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara berkaitan dengan jumlah mahasiswa
angkatan 2007, 2008, dan 2009.
n = 1332 . 1,962. 0,5 (1- 0,5) = 1279, 2528 = 89,64 ≈ 90 (1332 – 1) .0,12 + 1,962 . 0,5 (1- 0,5) 14,2704
n1 = n = 90 = 30
4.4.3 Uji Validitas dan Reabilitas
Instrumen penelitian yaitu berupa kuesioner yang dipergunakan dalam
penelitian ini telah divalidasi dengan validity of content. Pengesahan ini dilakukan
oleh dr. Mustafa M. Amin, Sp.KJ dari Departemen Kedokteran Jiwa Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara pada tanggal 22 Juli 2010.
4.5 Metode Analisis Data
Metode pengolahan data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan
software SPSS versi 17.0. Analisis untuk data deskriptif dilakukan dengan data
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Lokasi dalam penelitian ini adalah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara, Jl. DR Mansyur No. 5, Medan. Fakultas Kedokteran merupakan salah satu
fakultas yang terdapat di Universitas Sumatera Utara yang memiliki 14 fakultas yaitu:
a. Fakultas Pascasarjana
b. Fakultas Ilmu Keperawatan
c. Fakultas Psikologi
d. Fakultas Farmasi
e. Fakultas Kesehatan Masyarakat
f. Fakultas Ilmu – Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
g. Fakultas Ilmu Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
h. Fakultas Sastra
i. Fakultas Kedokteran Gigi
j. Fakultas Ekonomi
k. Fakultas Teknik
l. Fakultas Pertanian
m. Fakultas Hukum
n. Fakultas Kedokteran.
Menurut data yang diperoleh dari bagian pendidikan Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara tahun 2010, jumlah mahasiswa kedokteran angkatan
adalah 450 orang, jumlah mahasiswa angkatan 2008 adalah 417 orang, dan jumlah
mahasiswa angkatan 2009 adalah 465 orang.
5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden
Terdapat sebanyak 90 responden yang ikut serta dalam penelitian ini. Dari
keseluruhan responden, gambaran karakteristik yang diamati meliputi jenis kelamin,
rerata penggunaan internet, aktivitas yang dilakukan oleh mahasiswa dalam
menggunakan internet dan aktivitas yang dilakukan oleh mahasiswa ketika tidak
menggunakan internet.
Ditinjau dari karakteristik jenis kelamin, jumlah responden laki – laki adalah
42 orang dan jumlah responden perempuan adalah 48 orang. Data lengkap mengenai
distribusi frekuensi jenis kelamin responden dapat dilihat pada tabel 5.1.
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
Jenis Kelamin Jumlah %
Laki - laki 42 46,7
Perempuan 48 53,3
Total 90 100
Dari tabel di atas terlihat bahwa kelompok jenis kelamin terbanyak adalah
perempuan dengan jumlah 48 orang (53,3%).
Ditinjau dari karakteristik rerata penggunaan internet, rata - rata penggunaan
3,672 jam. Distribusi frekuensi responden berdasarkan rerata penggunaan internet per
hari dapat dilihat pada tabel 5.2.
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan rerata penggunaan Internet per hari
Dari tabel 5.2 terlihat bahwa sebagian besar rerata penggunaan internet per
hari terletak pada pemakaian internet selama 1 jam, yaitu 22 orang (24,4 %) dan yang
paling sedikit adalah pada pemakaian internet selama 20 jam dan 24 jam, yaitu 1
Distribusi frekuensi karakteristik aktivitas yang dilakukan oleh mahasiswa
dalam menggunakan internet, dapat dilihat pada tabel 5.3.
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi karakteristik aktivitas yang dilakukan oleh mahasiswa dalam menggunakan internet
Aktivitas Jumlah %
Chatting 27 30,0
Email 14 15,6
Game online 13 14,4
Musik 5 5,6
Web browser 31 34,4
total 90 100
Dari tabel 5.3 terlihat bahwa sebagian besar aktivitas yang dilakukan oleh
mahasiswa dalam menggunakan internet terletak pada web browser (contoh : mencari
bahan kuliah), yaitu 31 orang (34,4%) dan dikuti oleh chatting (termasuk Facebook,
Yahoo Messanger, MSN), yaitu 27 orang (30,0%) dan yang paling sedikit adalah
musik, yaitu 5 orang (5,6%).
Sementara distribusi frekuensi karakteristik aktivitas yang dilakukan oleh
Tabel 5.4 Distribusi frekuensi karakteristik aktivitas yang dilakukan oleh mahasiswa ketika tidak menggunakan internet
Aktivitas Jumlah %
Belajar 29 32,2
Email 1 1,1
Game 8 8,9
Jalan - jalan 5 5,6
Baca Komik 1 1,1
Musik 3 3,3
Nonton 11 12,2
Olahraga 3 3,3
Tidur 29 32,2
Total 90 100
Dari tabel 5.4 terlihat bahwa sebagian besar aktivitas yang dilakukan oleh
mahasiswa ketika tidak menggunakan internet terletak pada belajar dan tidur, yaitu
masing – masing berjumlah 29 orang (32,2%), dan yang paling sedikit adalah email,
yaitu 1 orang (1,1%). Pada dasarnya email termasuk aktivitas yang dilakukan oleh
mahasiswa dalam menggunakan internet, akan tetapi terdapat seorang responden
yang menggunakan internet selama 24 jam sehingga dalam kegiatan non internetnya
tetap email.
5.3.1 Hasil Analisa Data
Hasil diagnosa internet addiction yang dilakukan dengan menggunakan
kuesioner yaitu YDQ ( Young Diagnostic Questionnaire ) dapat dilihat pada tabel
Tabel 5.5 Distribusi frekuensi hasil diagnosa internet addiction dengan YDQ ( Young Diagnostic Questionnaire )
Diagnosa Jumlah %
Internet addiction 1 1,1
Non Internet Addiction 89 98,9
Total 90 100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa responden yang termasuk internet
addiction sebanyak 1 orang (1,1%), sedangkan yang tidak termasuk internet addiction sebanyak 89 orang (98,9%).
Jadi, prevalensi internet addiction pada mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara adalah sebesar 1,1 %.
Prevalensi = Jumlah internet addiction X 100 %
Jumlah responden
Untuk lebih jelasnya, data lengkap distribusi frekuensi jawaban kuesioner
responden berdasarkan YDQ ( Young Diagnostic Questionnaire ) dapat dilihat pada
tabel 5.6.
Prevalensi = 1 X 100 % = 1,1 %
Tabel 5.6 Distribusi jawaban responden berdasarkan YDQ ( Young Diagnostic
Questionnaire )
Pertanyaan Ya Tidak
f % f %
Pikiran yang terus – menerus tertuju pada
aktivitas internet yang sulit di belokkan ke arah
lain
15 16,7 75 83,3
Penggunaan internet yang terus bertambah untuk
meningkatkan kepuasan
23 25,6 67 74,4
Kegagalan berulang kali dalam menghentikan
internet
26 28,9 64 71,1
Perasaan tidak nyaman, murung, atau cepat
tersinggung ketika menghentikan penggunaan
Penggunaan internet membawa risiko hilangnya
relasi berarti, pekerjaan, kesempatan studi, dan
karir
22 24,4 68 75,6
Berbohong kepada keluarga, terapis, atau orang
lain untuk menutupi penggunaan internet yang
berlebihan
11 12,2 79 87,8
Penggunaan internet sebagai pelarian diri dari
masalah atau untuk meredakan perasaan negatif
44 48,9 46 51,1
Dari tabel 5.6 diatas terlihat bahwa sebanyak 16,7% dari responden memiliki
pikiran yang terus menerus tertuju pada aktivitas internet yang sulit dibelokkan ke
meningkatkan kepuasan, 28,9 % dari responden mengalami kegagalan yang berulang
kali dalam menghentikan internet, 10 % dari responden mengalami perasaan tidak
nyaman, murung, atau cepat tersinggung ketika menghentikan penggunaan internet,
41,1 % dari responden cenderung menggunakan internet melebihi waktu yang telah
ditargetkan, 24,4 % dari responden mengalami risiko hilangnya relasi berarti,
kesempatan studi, dan karir akibat penggunaan internet, 12,2 % dari responden
berbohong kepada keluarga, terapis, atau orang lain untuk menutupi penggunaan
internet yang berlebihan, dan 48,9 % dari responden menggunakan internet sebagai
pelarian diri dari masalah atau untuk meredakan perasaan negatif seperti rasa
bersalah, kecemasan, depresi, dsb.
Dilihat dari tabel 5.6, persentase distribusi jawaban “ya” terbanyak adalah
pada pertanyaan mengenai penggunaan internet sebagai pelarian diri dari masalah
atau untuk meredakan perasaan negatif seperti rasa bersalah, kecemasan, depresi,dsb,
yaitu sebanyak 48,9 % dan diikuti oleh pertanyaan kecenderungan untuk
menggunakan internet melebihi dari waktu target, yaitu sebanyak 41,1 %.
Distribusi frekuensi hasil diagnosa internet addiction dengan YDQ
berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 5.7.
Tabel 5.7 Distribusi frekuensi hasil diagnosa internet addiction dengan YDQ berdasarkan jenis kelamin
Jenis Kelamin Diagnosa total
Internet addiction Non Internet Addiction
Laki – laki 1 41 42
Perempuan 0 48 48
Dari tabel di atas terlihat bahwa responden yang mengalami internet addiction
sebanyak 1 orang berjenis kelamin laki – laki, sedangkan pada perempuan tidak
ditemukan adanya internet addiction.
5.2 Pembahasan
Internet addiction, dapat disebut sebagai Pathological Internet Use (PIU),
merupakan ketidakmampuan individu untuk mengontrol penggunaan internetnya,
yang dapat menyebabkan terjadinya masalah psikologis, sosial, dan pekerjaan pada
kehidupan individu tersebut (Young and Roger 1998; Davis 2001). Internet addiction
dapat didiagnosa dengan menggunakan YDQ ( Young Diagnostic Questionnaire )
yang terdiri dari 8 pertanyaan. Apabila dilihat dari hasil penelitian, prevalensi internet
addiction pada mahasiswa Fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara adalah
1,1 %. Berdasarkan hasil penelitian oleh Aboujaoude (2006) dalam Busko (2007) di
50 negara, yang diikuti partisipan sebanyak 2.531 orang maka dijumpai prevalensi
yang hampir sama yaitu 0,7 %.
Sementara dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Cao dan Su (2006) di
Hunan, China yang diikuti partisipan sebanyak 2.620 orang, prevalensi internet
addiction adalah 2,4%. Dan, hasil penelitian oleh Min, et al (2003) di Seoul, Korea
yang diikuti partisipan sebanyak 13.588 orang, dijumpai prevalensi internet addiction
adalah 3,5 %. Selain itu, beberapa penelitian lain seperti penelitian oleh Ko, et al
(2009) di Taiwan Selatan yang diikuti partisipan sebanyak 2.293 orang, prevalensi
internet addiction adalah 10,8%. Penelitian Young (1996) di Toronto, Kanada, yang
diikuti partisipan sebanyak 496 orang, dijumpai prevalensi internet addiction adalah
80 %.
Perbedaan berbagai hasil penelitian tersebut mungkin disebabkan oleh
perbedaan kondisi internet di Indonesia, seperti tingkat ketersediaan internet pada
negara – negara maju, dimana internet tersedia dimana – mana dan biaya dalam
menggunakan internet sudah lebih terjangkau dibandingkan dengan negara – negara
berkembang.
Hal ini sejalan dengan salah satu faktor risiko internet addiction yang
dipaparkan oleh Texas University yaitu tersedianya internet yang gratis dan tidak
terbatas. Walaupun sekarang ini, teknologi semakin canggih dimana penggunaan
internet dapat dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dengan
menggunakan Wi-Fi yang tersedia dan penggunaan internet tersebut tidak memungut
biaya serta pembatasan waktu, penggunaan internet di fakultas kedokteran masih
terbatas oleh ruang. Wi-Fi yang terdapat di fakultas hanya bisa diakses pada tempat –
tempat tertentu seperti di perpustakaan cabang kedokteran, pendopo, dan
laboratorium farmakologi.
Selain itu, perbedaan berbagai hasil penelitian tersebut juga mungkin
disebabkan oleh perbedaan sampel yang terdapat pada penelitian Young (1996) yang
memiliki sampel bervariasi mulai dari pelajar, ibu rumah tangga, pekerja kantor,
mahasiswa, dll.
Distribusi frekuensi hasil diagnosa internet addiction dengan YDQ
berdasarkan jenis kelamin dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa yang
mengalami internet addiction hanya 1 orang dan berjenis kelamin laki – laki.
Sementara hasil penelitian oleh Kubey et al (2001) dalam Di Nicola (2004)
menunjukkan bahwa internet addiction lebih banyak terjadi pada laki – laki daripada
perempuan yaitu sebesar dua pertiga dari jumlah internet addicts. Hal ini konsisten
dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Morahan-Martin dan Schumacher
(2000) dan Scherer (1997) dalam Di Nicola (2004).
Morahan-Martin dan Schumacher (2000) dalam Di Nicola (2004) menyatakan
bahwa adanya perbedaaan kejadian internet addiction pada laki – laki dan perempuan
internet seperti judi online, game interaktif, dan pornografi, dimana ketiga hal ini
berhubungan dengan kompulsi.
Berdasarkan beberapa penelitian, masih belum ada yang dapat menyatakan
penggunaan internet yang tidak sehat berdasarkan rata – rata penggunaan internet.
Walaupun demikian Morahan-Martin dan Schumacher (1997) dalam Di Nicola
(2004) menyatakan bahwa rata – rata penggunaan internet yang tidak sehat adalah 8,5
jam per minggu. Sedangkan, pada penelitian ini didapati bahwa rata - rata
penggunaan internet mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara per
hari adalah 3,672 jam. Ini menunjukkan penggunaan internet di kalangan mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tidak sehat.
Menurut Grohol (1997) dalam Di Nicola (2004), adanya variasi rata – rata
penggunaan internet dari berbagai penelitian (dari 5 jam sampai 20 jam per minggu)
maka waktu tidak dapat digunakan sebagai kriteria diagnosa dari internet addiction.
Internet addiction lebih dipengaruhi oleh kualitas pemakaian internet dibandingkan
dengan kuantitasnya. Hal inilah yang dapat menjelaskan bahwa walaupun rata – rata
penggunaan internet mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
3,672 jam per hari, yang mengalami internet addiction hanya 1 orang.
Distribusi frekuensi karakteristik aktivitas yang dilakukan oleh mahasiswa
dalam menggunakan internet dari hasil penelitian ini diperoleh bahwa sebagian besar
aktivitas yang dilakukan oleh mahasiswa dalam menggunakan internet terletak pada
web browser (contoh : mencari bahan kuliah), yaitu 31 orang (34,4%) dan dikuti oleh chatting (termasuk Facebook), yaitu 27 orang (30,0%).
Distribusi frekuensi karakteristik aktivitas yang dilakukan oleh mahasiswa
ketika tidak menggunakan internet dari hasil penelitian ini diperoleh bahwa sebagian
besar aktivitas yang dilakukan oleh mahasiswa ketika tidak menggunakan internet
Kedua distribusi aktivitas ini menunjukkan bahwa penggunaan internet pada
mahasiswa fakultas kedokteran lebih banyak disebabkan oleh tuntutan akademik
dalam mencari bahan kuliah dan kegiatan mahasiswa selain internet masih dalam
kegiatan belajar. Hal ini yang mungkin menyebabkan rendahnya prevalensi internet
addiction pada penelitian ini.
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Prevalensi internet addiction pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara adalah sebesar 1,1 %.
2. Internet addiction berdasarkan jenis kelamin, responden yang mengalami internet
addiction sebanyak 1 orang dengan jenis kelamin laki – laki, sedangkan pada
perempuan tidak ditemukan adanya internet addiction.
3.Rata - rata penggunaan internet mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara per hari adalah 3,672 jam. Dengan, sebagian besar rerata penggunaan
internet per hari terletak pada pemakaian internet selama 1 jam, yaitu 22 orang (24,4
%) dan yang paling sedikit adalah pada pemakaian internet selama 24 jam, yaitu 1
orang (1,1%).
4. Sebagian besar aktivitas yang dilakukan oleh mahasiswa dalam menggunakan
internet terletak pada web browser (contoh : mencari bahan kuliah), yaitu 31 orang
(24,4%) dan dikut i oleh chatting (termasuk Facebook, Yahoo Messanger, MSN),
yaitu 27 orang (30,0%) dan yang paling sedikit adalah musik, yaitu 5 orang (5,6 %).
5. Sebagian besar aktivitas yang dilakukan oleh mahasiswa ketika tidak menggunakan
internet terletak pada belajar dan tidur, yaitu masing – masing berjumlah 29 orang
(32,2%), dan yang paling sedikit adalah email, yaitu 1 orang (1,1%). Pada dasarnya
email termasuk aktivitas yang dilakukan oleh mahasiswa dalam menggunakan
internet, akan tetapi terdapat seorang responden yang menggunakan internet selama
6.2 Saran
1. Perlu dilakukan pengawasan terhadap penggunaan internet yang ada di Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara sehingga penggunaan internet menjadi
efektif. Hal ini dapat dilakukan dengan menyaring layanan internet yang dapat
diakses oleh mahasiswa dengan menggunakan program oleh server.
2. Peneliti berharap penelitian ini dapat dijadikan sebagai pedoman dalam melakukan