Penulis panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat, rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan disertasinya yang berjudul “Hubungan Kecanduan Internet dan Tingkat Stres Terhadap Prestasi Akademik Mahasiswa Angkatan 2021 Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin” sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Pendidikan Dokter (S1) Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. HUBUNGAN KECANDUAN INTERNET DAN TINGKAT STRES TERHADAP KINERJA AKADEMIK MAHASISWA Angkatan 2021 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN. LATAR BELAKANG: Penggunaan internet yang berlebihan dapat menjadi kecanduan internet dan menimbulkan dampak negatif seperti mengganggu aktivitas belajar siswa.
Pengumpulan data mengenai tingkat kecanduan internet menggunakan kuesioner Young's Internet Addiction Test (IAT) sebanyak 20 item, tingkat stres menggunakan kuesioner Perceived Stress Scale (PSS-14) sebanyak 14 item, dan prestasi akademik menggunakan rata-rata Indeks Prestasi Semester (IPS) atau Indeks Kinerja Kumulatif (IPK). HASIL: Hasil analisis menunjukkan bahwa 100 mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin angkatan 2021 mengalami kecanduan internet sedang (63%), stres ringan (62%) dan mendapat indeks kinerja dengan predikat sangat baik/cum honors. (73%). Uji Kruskal-Wallis dan Post Hoc terhadap kecanduan internet dan tingkat stres diperoleh p = 0,016 dan tingkat stres serta kecanduan internet diperoleh p = 0,009.
KESIMPULAN: Tidak terdapat hubungan antara kecanduan internet dan tingkat stres terhadap prestasi akademik mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin angkatan 2021. Namun terdapat hubungan timbal balik antara kecanduan internet dengan tingkat stres pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin angkatan 2021. HUBUNGAN ANTARA KECANDUAN INTERNET DAN TINGKAT STRES DENGAN PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN TAHUN 2021.
BACKGROUND: Excessive use of the Internet can become Internet addiction and have negative consequences such as the disruption of students' learning activities. The 20-item Young's Internet Addiction Test (IAT) questionnaire was used to collect data on the level of Internet addiction, the 14-item Perceived Stress Scale (PSS-14) questionnaire was used for the stress level, and the average semester Achievement Index was used for academic achievements . or grade point average (GPA). RESULTS: The results of the analysis show that 100 students from the class of 2021 of the Hasanuddin University Faculty of Medicine experience moderate internet addiction (63%), mild stress (62%) and earn an average grade of cum laude/predicate cum laude (73%).
The Kruskal-Wallis and Post Hoc tests on Internet addiction and stress levels obtained p = 0.016 and the levels of stress and Internet addiction obtained p = 0.009. CONCLUSION: There is no relationship between internet addiction and the level of stress on academic performance in the student class of Faculty of Medicine Hasanuddin University of 2021. However, there is a reciprocal relationship between internet addiction and stress levels in the student class of Faculty of Medicine Hasanuddin University of 2021.
30 Tabel 5.12 Hasil Uji Korelasi Pearson Transformasi Data Kecanduan Internet dan Prestasi Akademik Mahasiswa FKUH Angkatan 2021. Penggunaan Internet yang berlebihan dapat menimbulkan kecanduan atau yang biasa disebut dengan “Internet Addiction” yang menimbulkan gangguan fungsional yang signifikan dalam berbagai aspek kehidupan, seperti melalaikan tanggung jawab sehari-hari dan tidak menyadari bahwa hal tersebut berdampak negatif sehingga mengganggu aktivitas belajar kita. siswa. (Trigo, 2021). Kemudian tingginya tuntutan di lingkungan akademik menimbulkan stres sehingga dikhawatirkan akan mempengaruhi prestasi akademik siswa dan belum tersedia data penelitian mengenai hubungan antara kecanduan internet dengan tingkat stres terhadap prestasi akademik pada mahasiswa angkatan 2021. Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti hubungan antara kecanduan internet dan tingkat stres terhadap prestasi akademik mahasiswa angkatan 2021 Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Rumusan Masalah
Tujuan Khusus
Untuk mengetahui hubungan kecanduan internet dengan prestasi akademik pada mahasiswa angkatan 2021 Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. Untuk mengetahui hubungan tingkat stres dengan prestasi akademik pada mahasiswa angkatan 2021 Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. Untuk mengetahui hubungan kecanduan internet dengan tingkat stres pada tahun 2021, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman peneliti tentang hubungan kecanduan internet dengan tingkat stres dalam prestasi akademik.
Bagi Institusi
Luaran Penelitian
- Definisi
- Aspek-Aspek
- Faktor yang Memengaruhi
- Patofisiologi
Menurut Young dalam (Gunawan et al., 2021), dijelaskan bahwa Internet Addicction (IA) atau yang biasa disebut dengan Internet Addiction adalah suatu gangguan psikologis yang diakibatkan oleh penggunaan atau keasyikan yang berlebihan dalam mengakses Internet hingga mencapai tujuan. tidak terkendali dan menyebabkan gangguan atau stres. Gangguan kecanduan internet” mengacu pada penggunaan Internet yang patologis dan kompulsif, yang didefinisikan sebagai ketidakmampuan seseorang untuk mengontrol penggunaan Internet, yang menyebabkan gangguan dalam kehidupan nyata, seperti kehidupan sosial, keluarga, dan individu (Javaeed et al., 2020). Kecanduan internet dapat digolongkan sebagai gangguan spektrum kompulsif-impulsif berdasarkan gejala yang terjadi, namun gangguan ini tidak dapat dimasukkan dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-V) edisi kelima (Gergely, 2022).
Salience yaitu perilaku yang muncul ketika seseorang berinternet, seperti marah atau mengumpat ketika diganggu dalam mengakses internet, merasa bahwa internet merupakan bentuk pelarian dari pikiran-pikiran yang mengganggu, dan meyakini bahwa hidupnya akan baik-baik saja. kosong / membosankan tanpa internet. Selain itu, dapat menyebabkan seseorang mengalami depresi atau kemarahan jika dilarang mengakses Internet dalam jangka waktu yang lama. Mengabaikan pekerjaan, yaitu ketika tanggung jawab seseorang seperti tugas, sekolah, atau pekerjaan terbengkalai karena akses internet yang berlebihan.
Antisipasi, yaitu keadaan seseorang yang selalu menunggu waktu kapan ia bisa mengakses internet meski tidak diperlukan atau saat ia mempunyai gadget di depannya. Kurangnya kendali, yaitu ketika seseorang tidak dapat mengontrol waktu untuk mengakses internet sehingga memakan waktu lebih lama dari yang diperkirakan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 1.775 siswa SMA di Kanagawa, Jepang mengenai usia pertama kali menggunakan Internet, dilaporkan bahwa risiko mengalami IA meningkat seiring bertambahnya usia akses Internet.
Selain itu, penggunaan internet pada berbagai interval waktu seperti pada malam hari (Kapus et al., 2021). Stres, ketika seseorang mengalaminya cenderung melarikan diri dan salah satunya adalah memanfaatkan internet untuk melupakan masalahnya. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan pada siswa kelas 5 dan 6 SD di Taiwan yaitu terdapat pengaruh keluarga dengan kemampuan finansial tinggi cenderung menjadikan anaknya rentan terkena IA karena kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan anak dalam mengakses Internet. .
Kemudian dijelaskan bahwa anak-anak yang orang tuanya tidak membatasi penggunaan Internet cenderung lebih rentan terkena IA (Chen et al., 2020). Penelitian ini menggunakan Tes Kecanduan Internet (IAT) Young yang terdiri dari 20 item versi bahasa Indonesia, yang ditemukan oleh Young pada tahun 1998, untuk mengukur tingkat kecanduan internet responden. Kemudian dijelaskan juga pada bagian hasil penelitian apakah respondennya normal, mengalami kecanduan internet ringan, sedang, atau berat.
Stress
- Klasifikasi
- Gejala
- Faktor-faktor yang Menyebabkan
- Pengukuran
Kuesioner ini berisi 20 item pertanyaan dan valid dan akan dijawab dengan penilaian skor yaitu minimal 1 sampai maksimal 5. Eustress merupakan salah satu jenis stres dimana jika jumlah sumber stres sebanding dengan kemampuan seseorang dalam menyelesaikan masalahnya, maka hal ini berdampak positif pada orang tersebut, seperti menjadi lebih produktif. Gejala emosional seperti perasaan cemas atau cemas, sedih atau tertekan karena tuntutan akademis, dan perasaan tidak mampu menyelesaikan tugas.
Gejala perilaku seperti sering berbohong, menyalahkan orang lain atas kesalahan diri sendiri, suka menyendiri, dan perubahan perilaku sosial. Gejala kognitif seperti sulit berkonsentrasi pada pekerjaan, perasaan putus asa atau pesimisme terhadap segala sesuatu yang terjadi, dan kecenderungan penurunan prestasi akademik. Interpersonal merupakan stressor yang berkaitan dengan orang lain, misalnya konflik, baik dengan keluarga, teman, atau dosen perguruan tinggi.
Akademisi merupakan stressor yang berkaitan dengan aktivitas perkuliahan seperti tugas yang terlalu banyak, nilai ujian yang rendah, dan materi yang sulit dipahami. Lingkungan merupakan stressor yang berasal dari lingkungan sekitar selain akademik, seperti kemacetan saat berangkat ke kampus atau minimnya waktu liburan (Musabiq dan Karimah, 2018). Penelitian ini menggunakan 14 item Perceived Stress Scale (PSS-14) versi bahasa Indonesia yang dibuat oleh Sheldon Cohen untuk mengukur tingkat stres responden.
Kuesioner ini berisi 14 item pertanyaan umum dimana 7 item dinyatakan negatif dan 7 item dinyatakan positif, hal ini berkaitan dengan sejauh mana responden merasa hidupnya tidak terkendali dalam 1 bulan terakhir dan akan dijawab dengan penilaian. skor yaitu minimal 0 sampai maksimal 4. Kemudian pada bagian hasil penelitian juga dijelaskan apakah respondennya normal, mengalami stres ringan, sedang, atau berat.
Prestasi Akademik
Definisi Prestasi Akademik
Faktor yang Memengaruhi Prestasi Akademik
Pengukuran Prestasi Akademik