• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengetahuan Dan Sikap Remaja Tentang Perilaku Hidup Sehat Di Panti Asuhan Evangeline Booth Dan Asrama Madani

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengetahuan Dan Sikap Remaja Tentang Perilaku Hidup Sehat Di Panti Asuhan Evangeline Booth Dan Asrama Madani"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 1. Perilaku

1.1. Batasan Perilaku

Skinner (dikutip dalam Notoatmodjo, 2003) menyatakan perilaku terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons. Dapat disimpulkan bahwa perilaku adalah respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Skinner membedakan respons menjadi dua, yaitu respondent respons atau reflexive dan operant respons atau

instrumental respons. Berdasarkan bentuk respons tersebut, perilaku dapat dibedakan menjadi dua, yakni :

1. Perilaku tertutup (covert behavior)

Merupakan perilaku dalam bentuk terselubung atau tertutup. Perilaku ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus, tetapi belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.

2. Perilaku terbuka (overt behavior)

Merupakan perilaku sudah dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka dalam bentuk tindakan atau praktek (practice), yang dapat diamati oleh orang lain.

(2)

1. Determinan atau faktor internal, yaitu karakteristik yang bersifat bawaan,

misalnya : tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan

sebagainya.

2. Determinan atau faktor eksternal, yaitu lingkungan fisik, sosial, budaya,

ekonomi, politik dan sebagainya. Faktor ini merupakan faktor yang dominan

yang mewarnai perilaku.

1.2. Proses Adopsi Perilaku

Rogers (dikutip dalam Notoatmodjo, 2007) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu :

1. Awarenesss (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu,

2. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus,

3. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi,

4. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru,

5. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

(3)

lasting). Sebaliknya apabila perilaku tersebut tidak didasari pengetahuan dan kesadaran maka akan tidak bersifat lama (Notoatmodjo, 2003).

Benyamin Bloom (dikutip dalam Notoatmodjo, 2003) membedakan

perilaku manusia ke dalam tiga domain, ranah atau kawasan, yaitu kognitif

(cognitive), afektif (affective), dan psikomotor (psychomotor). Sesuai

perkembangannya, teori Bloom ini dimodifikasikan untuk pengukuran hasil

perilaku kesehatan yang terbagi tiga yaitu pengetahuan (knowledge), sikap

(attitude), dan praktik (practice). Alat ukur dari hasil perilaku hidup sehat yang

akan diteliti oleh peneliti hanya pengetahuan (knowledge) dan sikap (attitude).

1.3. Pengetahuan (Knowledge)

Notoatmodjo (2007) mengatakan bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi dari indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour).

Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu :

1. Tahu (know)

(4)

2. Memahami (comprehension)

Memahami merupakan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

3. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari ssecara langsung pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain yang dapat dilihat dari penggunaan kata seperti menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis merupakan kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

(5)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk memberi penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang telah ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

Pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (dikutip dalam Widianti, Sriati dan Hernawaty, 2007), yaitu :

1. Pengalaman

Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain. Pengalaman yang sudah di dapat akan dapat memperluas pengetahuan seseorang.

2. Tingkat pendidikan

Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang. Secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah.

3. Keyakinan

Biasanya keyakinan diperoleh secara turun-temurun dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. Keyakinan ini bisa mempengaruhi pengetahuan seseorang, baik keyakinan itu sifatnya positif maupun negatif.

4. Fasilitas

(6)

5. Sosial budaya

Kebudayaan tempat tinggal dan kebiasaan keluarga/kelompok dapat mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu.

1.4. Sikap (Attitude)

Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2007). Sikap belum tentu suatu tindakan atau aktivitas, tetapi dapat merupakan prediposisi tindakan suatu perilaku dan masih merupakan reaksi tertutup. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2007).

Allport (dikutip dalam Notoatmodjo, 2007) menjelaskan bahwa sikap memiliki 3 komponen pokok, yaitu kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek; kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek;

kecenderungan untuk bertindak (tend to behave). Ketiga komponen tersebut secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude).

(7)

Sikap dipengaruhi oleh kepribadian (misalnya pesimis-optimis), pengalaman (misalnya sikap negatif terhadap seseorang karena pernah ditipu olehnya), pendapat umum (misalnya prasangka sosial, biasanya terhadap orang) dan latar belakang (misalnya orang pedalaman). Sikap mewarnai pandangan terhadap seseorang atau suatu objek dan dapat mempengaruhi perilaku dan relasi dengan orang lain. Saat seseorang bersikap, maka ada penilaian sebelumnya yaitu bisa baik atau tidak baik (kalau perasaan itu netral, tidak baik dan tidak jahat). Perasaan sering berakar dalam sikap dan sikap dapat diubah (Maramis, 2006).

Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan yaitu sebagai berikut (Notoatmodjo, 2007) :

1. Menerima (receiving)

Menerima yaitu seseorang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian orang itu terhadap ceramah-ceramah tentang gizi. 2. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang tersebut menerima ide itu.

3. Menghargai (valuing)

(8)

4. Bertanggung jawab (responsible)

Tingkatan ini merupakan sikap yang paling tinggi karena seseorang telah bertanggung jawab dengan sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko yang ada.

Seseorang cenderung bersikap karena ada beberapa faktor yang membentuknya. Maramis (2006) menyatakan sikap yang ada pada diri setiap orang tergantung pada banyak masukan yang sangat bervariasi dari lingkungan sekitar. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengalaman dapat memengaruhi sikap kita, namun kadang-kadang tidak begitu jelas pengaruhnya. Umpamanya sikap positif dapat terbentuk jika kebiasaan melakukan sesuatu. Karena sikap positif tersebut, maka hal itu sering dilakukan sehingga stimulus yang didapatkan menjadi lebih sering juga (Maramis, 2006).

2. Perilaku Hidup Sehat

Becker (dikutip dalam Notoatmodjo, 2003) menyatakan bahwa perilaku hidup sehat termasuk ke dalam salah satu kelompok perilaku kesehatan. Perilaku sakit (illness behavior) dan perilaku peran sakit (the sick role behavior) juga merupakan kelompok dari perilaku kesehatan yang disebutkan oleh Becker. a. Perilaku hidup sehat yakni perilaku seseorang dalam mempertahankan dan

(9)

b. Perilaku sakit (illness behavior) yakni respons seseorang terhadap sakit dan penyakit, persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang : penyebab dan gejala penyakit, pengobatan penyakit.

c. Perilaku peran sakit (the sick role behavior) yang meliputi tindakan untuk memperoleh kesembuhan, mengenal/mengetahui fasilitas atau saran pelayanan/penyembuhan penyakit yang layak dan mengetahui hak memperoleh perawatan, mendapatkan pelayanan kesehatan serta kewajiban orang sakit seperti memberitahu informasi penyakit kepada petugas kesehatan dan tidak menularkan penyakitnya kepada orang lain.

Indikator yang akan diukur dari tingkat pengetahuan dan sikap remaja tentang perilaku hidup sehat dalam penelitian ini yaitu makan dengan menu seimbang, olahraga teratur, tidak merokok, tidak minum minuman keras dan narkoba, istirahat cukup, dapat mengendalikan stres dan perilaku atau gaya hidup positif bagi kesehatan yang lainnya.

2.1. Makan dengan menu seimbang (appropriate diet)

(10)

remaja putri mulai terjadi siklus haid yang dapat menimbulkan risiko kekurangan sejumlah Fe. Dan pada remaja putri ini sangat sadar akan bentuk badannya, sehingga banyak yang membatasi konsumsi makanannya dan diet tanpa pengawasan seorang ahli gizi, sehingga pola konsumsinya menyalahi kaidah-kaidah ilmu gizi (Sediaoetama, 2006).

Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa menu seimbang mencakup kualitas (mengandung zat-zat gizi yang diperlukan tubuh) dan kuantitas dalam arti jumlahnya cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh (tidak kurang, tetapi juga tidak lebih).

(11)

mikro (besi, seng, iodium, tembaga, mangan, krom, selenium, molibden, fluor, kobal); (6) air, yang bersumber dari air dan minuman serta buah dan sayur yang mengandung sampai 95% dan daging, ayam dan ikan sampai 70-80% (Almatsier, 2005).

2.2. Olahraga teratur

Olahraga teratur yang mencakup kualitas (gerakan) dan kuantitas dalam arti frekuensi dan waktu yang digunakan untuk olahraga. Dengan sendirinya kedua aspek ini akan tergantung dari usia, dan status kesehatan yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2003).

Irianto (dikutip dalam Habeahan, 2010) menyatakan bahwa berolahraga secara teratur dapat memelihara jantung, peredaran darah dan frekuensi nadi. Macam-macam olahraga dapat dilakukan antara lain bersepeda, lari, berenang dan senam.

2.3. Tidak merokok

Merokok merupakan kebiasaan buruk yang dapat mengakibatkan berbagai penyakit. Di Indonesia hampir 50% penduduk usia dewasa merokok dan sekitar 15% remaja telah merokok (Notoatmodjo, 2003).

(12)

bagi kesehatan menurut Ogden (dikutp dalam Nasution, 2007) yaitu penyakit kardiovaskular, neoplasma (kanker), saluran pernafasan, peningkatan tekanan darah, memperpendek umur, penurunan fertilitas (kesuburan) dan nafsu seksual, sakit maag, dan sebagainya.

2.4. Tidak minum minuman keras dan narkoba

Soetjiningsih (2004) mengemukakan bahwa semua remaja mempunyai faktor risiko untuk menyalahgunakan obat-obatan yaitu faktor genetik, lingkungan keluarga, pergaulan dan karakteristik individu.

Kebiasaan minum miras dan mengkonsumsi narkoba juga cenderung meningkat. Sekitar 1% penduduk Indonesia dewasa diperkirakan memiliki kebiasaan minum miras ini (Notoatmodjo, 2003).

Kebiasaan minum minuman beralkohol dan mengkonsumsi narkoba akan menimbulkan dampak yang buruk, baik bagi fisik, psikologis maupun sosial. Adapaun dampak fisik yang paling banyak dipengaruhi adalah sistem saraf pusat yaitu otak dan sumsum tulang belakang, dan organ lain seperti jantung, paru-paru, hati, ginjal dan panca indera. Pemakaian yang berlebihan juga dapat menyebabkan kematian (Ajisuksmo, Moeliono dan Agustian, 2004).

2.5. Istirahat cukup

(13)

menyimpan energi selama tidur sehingga otot skelet berelaksasi secara progresif dan tidak adanya kontraksi otot menyimpan energi kimia untuk proses seluler.

(14)

2.6. Mengendalikan stres

Setiap orang mengalami stres dari waktu ke waktu, dan umumnya seorang dapat mengadaptasi stres jangka panjang atau menghadapi stres jangka pendek sampai stres itu berlalu. Stres dapat menimbulkan tuntutan yang besar pada seseorang, dan jika orang tersebut tidak dapat mengadaptasi, maka dapat menimbulkan penyakit. Stres adalah segala situasi dimana tuntutan non spesifik yang mengharuskan seseorang untuk berespons atau melakukan tindakan (Seyle, dikutip dalam Potter dan Perry, 2005).

(15)

menggunakan obat anti cemas dan anti depresi; terapi somatik hanya dilakukan gejala yang ditimbulkan akibat stres sehingga tidak mengganggu sistem tubuh yang lain; psikoterapi; terapi psikoreligius.

2.7. Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan

Perilaku atau gaya hidup sehat yang lain misalnya penyesuaian diri kita dengan lingkungan, relaksasi, rekreasi, menjaga kebersihan lingkungan sekitar tempat tinggal dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003).

3. Remaja

3.1. Pengertian Remaja

Menurut Soetjiningsih (2004) terdapat beberapa definisi remaja berdasarkan umur kronologis dan berbagai kepentingan, yaitu :

1. Pada buku-buku pediatri, pada umumnya mendefinisikan remaja adalah : bila seorang anak telah mencapai umur 10-18 tahun untuk anak perempuan dan 12-20 tahun untuk anak laki-laki.

2. Menurut undang-undang No. 4 tahun 1979 mengenai Kesejahteraan Anak, remaja adalah individu yang belum mencapai 21 tahun dan belum menikah. 3. Menurut undang-undang Perburuhan, anak dianggap remaja apabila telah

mencapai umur 16-18 tahun atau sudah menikah dan mempunyai tempat tinggal.

(16)

5. Menurut DikNas anak dianggap remaja bila anak sudah berumur 18 tahun, yang sesuai dengan saat lulus Sekolah Menengah.

6. Menurut WHO, remaja bila anak telah mencapai umur 10-18 tahun.

John W. Santrock (2007) mendefinisikan remaja sebagai periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan dewasa, yang melibatkan perubahan-perubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional. Masa remaja dimulai sekitar usia 10 hingga 13 tahun dan berakhir pada sekitar usia 18 hingga 22 tahun. Dan dapat disimpulkan bahwa remaja merupakan masa perkembangan yang dimulai dari usia 10 tahun dan sebelum mencapai usia 21 tahun. Remaja pada penelitian ini adalah remaja yang berusia 15-18 tahun.

3.2. Ciri-Ciri Pertumbuhan Somatik Remaja

Soetjiningsih (2004) menyatakan pada masa praremaja pertumbuhan lebih cepat daripada masa prasekolah, ketrampilan dan intelektual makin berkembang, senang bermian berkelompok dengan teman yang berjenis kelamin sama. Masa ini merupakan masa transisi dari masa anak ke dewasa. Pada masa ini terjadi pacu berat badan dan tinggi badan yang disebut sebagai pacu tumbuh adolesen, terjadi pertumbuhan yang pesat dari alat-alat kelamin dan timbulnya tanda-tanda seks sekunder. Di bawah ini adalah ciri-ciri pertumbuhan somatik remaja, yaitu : 1. Perubahan adalah ciri utama dari proses biologis pubertas

(17)

3. Walaupun terdapat variasi dalam umur saat timbulnya perubahan-perubahan selama pubertas, tetapi setiap remaja mengikuti sikuen/urutan yang sama dalam pertumbuhan somatiknya.

4. Timbulnya ciri-ciri seks sekunder merupakan manisfestasi somatik dari aktivitas gonad dan dibagi dalam beberapa tahap yang berurutan, yang oleh Tanner disebut sebagai Sexual Maturity Rating (SMR) atau Tingkat Kematangan Seksual (TKS).

5. Pertumbuhan somatik pada remaja, mengalami perubahan pada abad terakhir dalam ukuran dan umur mulainya remaja, hal ini disebabkan adanya perbaikan gizi dan lingkungan.

Referensi

Dokumen terkait

Perjanjian bank garansi merupakan suatu bentuk perjanjian tertulis yang isinya bank telah menyetujui untuk mengikatkan diri kepada penerima jaminan agar memenuhi kewajiban

Menurut Agus (2001:54), “analisis rasio keuangan dilakukan dengan membandingkan antar pos-pos neraca dan pos-pos laba rugi.” Sedangkan menurut pendapat Slamet Munawir

Atas berkat dan rahmat Allah dapatdiselesaikanskripsi yang berjudul “Peran Polisi Kehutanan Dalam Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Penebangan Liar Di Kabupaten

Metode pendekatan yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan yuridis sosiologis (sosial legal research) untuk mengkaji dan membahas

• Mengenai pengetahuan lokal yang menjadi bagian dalam pembelajaran sains di kelas, yaitu tentang peristiwa angin darat dan angin laut. Guru Hasil Wanwancara

Pariwisata adalah kegiatan dinamis yang melibatkan banyak manusia serta menghidupkan berbagai bidang usaha.Transportasi memiliki posisi yang penting dan strategis dalam

banyak mengungkapkan fenomena dan peristiwa yang mewarnai perjalanan sejarah bangsa ini. Cerita dalam novel berjudul kabut kiriman dari Vietnam ini menggunakan latar dua

Rasio dimensi utama kapal purse seine di PPP Lempasing belum memiliki hubungan dengan kekuatan mesin serta ukuran purse seine yang digunakan.