BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini yang terus
berkembang pesat, akan membawa dampak kemajuan di berbagai bidang
kehidupan. Supaya dapat mengikuti dan meningkatkan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi tersebut diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang
berkualitas. Salah satu usaha untuk menciptakan sumber daya manusia (SDM)
yang berkualitas adalah melalui pendidikan.
Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk menyiapkan sumber daya
manusia (SDM) yang unggul dan berkualitas, secara mendasar pendidikan
mempunyai peran untuk meningkatkan kemampuan dasar manusia sehingga dapat
memanfaatkan dan mengembangkan serta menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi. Pendidikan memiliki tujuan untuk mendorong tumbuh kembangnya
kreativitas siswa sehingga siap menjadi sumber daya manusia unggul yang dapat
memberikan manfaat bagi bangsa dan negaranya. Pada saat ini keterampilan hidup
dan kreativitas menjadi sebuah kebutuhan, sehingga tidak hanya keahlian di
bidang kognisi saja yang perlu dipersiapkan. Maraknya persaingan dalam
berbagai bidang baik tingkat nasional maupun internasional membuat bangsa
Indonesia sadar akan pentingnya kreativitas karena kreativitas sangat dibutuhkan
pada berbagai bidang kehidupan, bukan hanya pada bidang seni namun juga
dalam dunia pendidikan.
Tetapi pendidikan di sekolah pada saat ini lebih kepada pengembangan
kognisi saja, dimana para siswa lebih dituntut untuk menghafal dan mencari satu
jawaban yang benar dari banyaknya mata pelajaran yang diberikan. Sejalan
dengan pendapat Shahib (2003, hlm. 74) bahwa “pendidikan sekarang tertuju pada
pembinaan kognitif semata yang mengutamakan pikiran logis dan rasional
sedangkan kreativitas, daya cipta, dan perasaan kurang berkembang bahkan
tertinggal”. Kondisi pendidikan seperti itu akan menghasilkan siswa yang pandai
Mengembangkan kreativitas siswa perlu dimulai sejak awal karena untuk
menjadikan siswa yang kreatif dibutuhkan pembinaan jangka panjang, idealnya
dilakukan sejak usia pra sekolah dan usia sekolah dasar, sejalan dengan pendapat
yang diungkapkan Shahib (2003, hlm. 75) bahwa “bila kita ingin menghasilkan
generasi yang produktif dan kompetitif, pembinaan kreativitas ini harus menjadi
prioritas pada pendidikan 9 tahun dan akan lebih baik bila dapat sampai SMU (12
tahun)”.
Pada dasarnya setiap orang mempunyai kemampuan kreatif dengan tingkat
yang berbeda-beda tinggal bagaimana caranya orang tersebut mengembangkan
kreativitas yang dimilikinya, artinya tidak ada orang yang sama sekali tidak
memiliki kreativitas. Devito (dalam Supriadi, 2001, hlm. 16) mengemukakan hal
serupa bahwa “kreativitas merupakan suatu kemampuan yang dimiliki oleh setiap
orang dengan tingkat yang berbeda-beda. Setiap orang dilahirkan dengan potensi
kreatif dan potensi yang dimiliki ini dapat dilatih dan dikembangkan secara
optimal”.
Kreativitas dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada lingkungan
keluarga yang tidak membatasi kegiatan anak, percaya dengan kemampuan yang
dimiliki anak, dan tidak menuntut anak untuk mendapatkan nilai tinggi,
lingkungan masyarakat yang mendukung kegiatan anak dan tanpa mengkritik
anak, serta lingkungan sekolah yang dapat memfasilitasi dan menjadi model bagi
perkembangan kreativitas anak. Dalam mengembangkan kreativitas, sekolah
sebagai lembaga pendidikan, memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap
perkembangan kreativitas siswa. Namun kenyataannya pada saat ini di sekolah
rata-rata siswa lebih dituntut untuk berfikir logis, ingatan, penalaran dan menuntut
satu jawaban yang paling tepat terhadap suatu persoalan yang diberikan sehingga
kurangnya memberikan latihan berpikir kreatif pada siswa. Munandar (2010, hlm.
13) memperjelas dasar pertimbangan pengembangan kreativitas siswa di sekolah
yaitu “pendidikan di sekolah lebih berorientasi pada pengembangan inteligensi
(kecerdasan) daripada pengembangan kreativitas, sedangkan keduanya sama
pentingnya untuk mencapai keberhasilan dalam belajar dan dalam kehidupan”.
mengenai fenomena kurangnya pelaksanaan pengembangan kreativitas siswa
sekolah dasar sebagai berikut.
1) Pendidikan formal di Indonesia lebih mementingkan pengembangan
penalaran, sementara rangsangan daya pikir terabaikan.
2) Di sekolah siswa dilatih hanya untuk mencari satu jawaban yang
dianggap benar dari suatu persoalan. Jawaban harus bersifat tunggal dan
seragam, sesuai dengan yang diinginkan guru
3) Iklim pendidikan formal bukan saja belum memberi porsi memadai bagi
pengembangan kreativitas siswa dan hal-hal tertentu justru menghambat
kreativitas. Keunikan siswa sebagai pribadi dan kreativitas sebagai
ungkapan dari keunikan itu kurang dihargai
Pendidikan di sekolah lebih menuntut konformitas atau keseragaman. Apa
yang disebut berfikir divergen, yang menghargai perbedaan-perbedaan dalam
mengekspresikan pendapat terhadap suatu persoalan justru tertutup, oleh karena
itu kreativitas anak di Indonesia dirasakan kurang berkembang.
Penelitian terkait rendahnya kreativitas anak di Indonesia dibandingkan
delapan negara lainnnya yang dilakukan Hans Jellen dari Universitas Utah, AS
dan Klaus Urban dari Universitas Hannover, Jerman (1987) terhadap anak-anak
berusia 10 tahun (dengan sampel 50 anak-anak di Jakarta) menunjukan bahwa
“tingkat kreativitas anak di Indonesia adalah yang terendah diantara
anak-anak seusianya dari delapan negara lainnya. Berturut-turut dari skor tertinggi
sampai terendah adalah Filipina, Amerika Serikat, Inggris, Jerman, India, RRC,
Kamerun, Zulu, dan Indonesia” ( Rachmawati. Dkk, 2010 hlm. 6).
Upaya mengembangkan kreativitas siswa merupakan suatu hal yang
seyogyanya memperoleh perhatian penting dari pihak sekolah, terutama
bimbingan dan konseling, menurut Kartadinata (2011) “bimbingan dan konseling
peduli terhadap upaya membantu manusia mencapai pribadi yang utuh serta upaya
pengembangan kemampuan penalaran yang motekar (kreatif) serta sebagai
jembatan bagi siswa untuk menjadi individu yang sehat dan produktif”. Selain itu
J.P Guilford (1967, hlm. 70) menyatakan “kreativitas perlu dikembangkan melalui
Berdasarkan informasi dari guru bimbingan dan konseling bahwa
kemampuan siswa di sekolah tersebut sangat beragam, tetapi masih ada siswa
yang jarang bertanya ataupun mengungkapkan pendapatnya ketika pembelajaran
berlangsung, siswa pun terkadang lebih ditekankan kepada hafalan, hal ini
mengindikasi bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa belum berkembang secara
optimal sehingga diperlukannya layanan yang mampu mengembangkan
kreativitas siswa dalam berpikir kreatif. Program bimbingan dan konseling yang
berada di sekolah pun belum ada materi mengenai pengembangan kreativitas
siswa, selain itu program yang berada di sekolah berlaku untuk semua kelas
sehingga tidak adanya pengelompokan antara kelas rendah dan kelas tinggi.
Oleh karena itu berdasarkan uraian latar belakang tersebut, perlu
diadakannya penelitian mengenai kreativitas pada siswa sekolah dasar sebagai
dasar pembuatan layanan dasar bimbingan untuk mengembangkan kreativitas
siswa sekolah dasar, sehingga siswa dapat mengembangkan potensinya secara
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pemikiran dan fenomena yang telah dijelaskan, penelitian ini
berfokus pada perkembangan kreativitas siswa sekolah dasar serta layanan dasar
bimbingan untuk mengembangkan kreativitas siswa sekolah dasar. Permasalahan
dalam penelitian ini dirumuskan ke dalam beberapa pertanyaan berikut.
1) Bagaimana gambaran kreativitas siswa di kelas tinggi SD Laboratorium
Percontohan Universitas Pendidikan Indonesia tahun ajaran 2016/2017?
2) Bagaimana gambaran per aspek kreativitas siswa di kelas tinggi SD
Laboratorium Percontohan Universitas Pendidikan Indonesia tahun
ajaran 2016/2017?
3) Bagaimana layanan dasar bimbingan untuk mengembangkan kreativitas
siswa di kelas tinggi SD Laboratorium Percontohan Universitas
Pendidikan Indonesia tahun ajaran 2016/2017? (program hipotetik)
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, secara operasional tujuan penelitian
ini dirumuskan ke dalam beberapa pernyataan sebagai berikut.
1) Mendeskripsikan gambaran umum kreativitas siswa di kelas tinggi SD
Laboratorium Percontohan Universitas Pendidikan Indonesia tahun
ajaran 2016/2017
2) Mendeskripsikan gambaran per aspek kreativitas siswa di kelas tinggi
SD Laboratorium Percontohan Universitas Pendidikan Indonesia tahun
ajaran 2016/2017
3) Membuat program hipotetik layanan dasar bimbingan untuk
mengembangkan kreativitas siswa di tinggi SD Laboratorium
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh melaui penelitian ini ditinjau dari
manfaat teoritis dan praktis adalah sebagai berikut.
1) Manfaat teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan mampu menghasilkan dan
memberikan gambaran mengenai kreativitas siswa di sekolah dasar serta
program hipotetik layanan dasar bimbingan untuk mengembangkan
kreativitas siswa di sekolah dasar.
2) Manfaat Praktis
a. Bagi siswa
Secara praktis manfaat penelitian ini dapat dijadikan bahan
identifikasi dan refleksi juga memberikan informasi tentang
gambaran kreativitas yang dimiliki siswa
b. Bagi pihak sekolah
Secara praktis manfaat penelitian ini dapat digunkan oleh guru
ataupun guru BK dalam merancang suatu kegiatan layanan
bimbingan yang terkait dengan kebutuhan siswa dalam
mengembangkan kreativitas siswa . selain itu program hipotetik
layanan dasar bimbingan untuk mengembangkan kreativitas siswa
dapat digunakan oleh pihak sekolah dalam pengembangkan program
bimbingan dan konseling sekolah.
c. Bagi Peneliti selanjutnya
Secara praktis manfaat bagi penelitian selanjutnya dapat menjadi
masukan untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam
mengenai kreativitas di sekolah dasar dan melakukan uji keefektivan
program layanan dasar bimbingan untuk mengembangkan kreativitas
1.5 Struktur Organisasi Skripsi
Untuk mempermudah penulis dalam melakukan penelitian, maka disusunlah
sistematika penulisan yaitu sebagai berikut.
BAB I : Pendahuluan. Dalam hal ini peneliti akan menguraikan beberapa pokok
yang berkaitan dengan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, asumsi penelitian dan sistematika penulisan
BAB II : Kajian Pustaka. Dalam bab ini berisikan tentang penjabaran mengenai
tinjauan pustaka yang dilakukan peneliti beberapa litelatur ataupun penelitian
terdahulu yang digunakan untuk membantu penulis dalam menganalisis dan
menguraikan skripsi yang berjudul Layanan Dasar Bimbingan untuk
Mengembangkan Kreativitas Siswa.
BAB III : Metode Penelitian. Dalam bab ini peneliti akan menguraikan beberapa
pokok yang berkaitan dengan desain penelitian, lokasi dan populasi/sampel
penelitian, definisi operasional variabel, instrumen penelitian, analisis data dan
prosedur penelitian yang akan peneliti gunakan.
BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan. Dalam bab ini peneliti menganalisis
hasil temuan data tentang gambaran umum kreativitas siswa kelas tinggi SD
Laboratorium Percontohan UPI dan gambaran per aspek kreativitas siswa kelas
tinggi serta layanan dasar bimbingan untuk mengembangkan kreativitas siswa.
BAB V : Simpulan dan Rekomendasi. Dalam hal ini peneliti mencoba
memberikan simpulan dan rekomendasi sebagai penutup dari hasil penelitian