• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Return Saham Dengan Nilai Perusahaan Sebagai Variabel Intervening Pada Perusahaan Consumer Goods Di Bursa Efek Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Return Saham Dengan Nilai Perusahaan Sebagai Variabel Intervening Pada Perusahaan Consumer Goods Di Bursa Efek Indonesia"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori

2.1.1 Signalling Theory

Teori sinyal mengemukakan bagaimana seharusnya sebuah perusahaan

memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa

informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk

merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa informasi yang

menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain dan

informasi lainnya.Teori signaling menyatakan bahwa perusahaan yang berkualitas

baik dengan sengaja akan memberikan sinyal pada pasar, dengan demikian pasar

diharapkan dapat membedakan perusahaan yang berkualitas baik dan buruk

(Jogiyanto,2003).Agar sinyal tersebut baik maka harus dapat ditangkap pasar dan

dipersepsikan baik serta tidak mudah ditiru oleh perusahaan yang memiliki

kualitas yang buruk.

Perusahaan yang melakukan publikasi laporan keuangan auditanakan

memberikan informasi kepada pasar dan diharapkan pasar dapat merespon

informasi sebagai suatu sinyal yang baik atau buruk.Sinyal yang diberikan pasar

kepada publik akan mempengaruhi pasar saham khususnya harga saham

perusahaan.Jika sinyal perusahaan menginformasikan kabar baik pada pasar,

maka dapat meningkatkan harga saham sebaliknya, jika sinyal perusahaan

menginformasikan kabar buruk maka harga saham perusahaan akan mengalami

(2)

bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna

laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah

dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat

berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut

lebih baik daripada perusahaan lain. Teori sinyal menjelaskan bahwa pemberian

sinyal dilakukan oleh manajer untuk mengurangi asimetri informasi. Manajer

memberikan informasi melalui laporan keuangan bahwa mereka menerapkan

kebijakan akuntansi konservatisme yang menghasilkan laba yang lebih berkualitas

karena prinsip ini mencegah perusahaan melakukan tindakan membesar-besarkan

laba dan membantu pengguna laporan keuangan dengan menyajikan laba dan

aktiva yang tidak overstate.

Teori sinyal menjelaskan mengapa perusahaan mempunyaidorongan untuk

memberikan informasi laporan keuangan pada pihakeksternal. Dorongan

perusahaan untuk memberikan informasi karenaterdapat asimetri informasi antara

perusahaan dan pihak luar karenaperusahaan mengetahui lebih banyak mengenai

perusahaan danprospek yang akan datang daripada pihak luar (investor dan

kreditor).Kurangnya informasi bagi pihak luar mengenai perusahaanmenyebabkan

mereka melindungi diri mereka dengan memberikanharga yang rendah untuk

perusahaan. Perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan dengan mengurangi

informasi asimetri. Salah satu cara untuk mengurangi informasi asimetri adalah

dengan memberikan sinyal pada pihak luar, salah satunya berupa informasi

keuangan yang dapat dipercaya dan akan mengurangi ketidakpastian mengenai

(3)

2.1.2 Return Saham

Harga saham adalah harga yang terbentuk di pasar jual beli saham.

Kebanyakan harga saham berbeda dengan nilai saham, makin sedikit informasi

yang bisa diperoleh untuk menghitung nilai saham, makin jauh perbedaan

tersebut. Dalam melakukan investasi, seorang investor selalu mengharapkan

adanya return atau keuntungan. Dalam teori pasar modal, tingkat pengembalian yang diterima oleh seorang investor dari saham yang diperdagangkan di pasar

modal (saham perusahaan go public) biasa disebut return. Dalam pasar saham tidak selalu menjanjikan suatu return yang pasti bagi investor. Namun beberapa

komponen return saham yang memungkinkan pemodal meraih keuntungan adalah deviden, saham bonus, dan capital gain.

Return saham merupakan hasil keseluruhan yang diperoleh dari investasi selama periode tertentu, dan dapat digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan.

Menurut Tandelilin (2001) return saham adalah tingkat pengembalian yang diharapkan oleh investor dari keuntungan saham dalam bentuk laba. Oleh karena

itu return saham merupakan salah satu faktor memotivasi investor berinvestasi

dan juga imbalan atas investasi yang dilakukan. Selanjutnya Jogiyanto (2003)

mengatakan return saham adalah hasil yang diperoleh dari hasil investasi pada

umumnya melakukan investasi adalah untuk return (tingkat pengembalian) sebagai imbalan atas dana yang telah ditanamkan atas kesediaannya menaggung

resiko yang ada dalam investasi tersebut.

Setiap investasi baik jangka pendek maupun jangka panjang mempunyai

(4)

maupun tidak langsung. Menurut Ang (1997) komponen suatu return terdiri dari

dua jenis yaitu: 1) Current Income (keuntungan lancar) adalah keuntungan yang diperoleh melalui pembayaran yang bersifat pembayaran yang bersifat periodik

seperti pembayaran bunga deposito, bunga obligasi, dividen dan sebagainya. 2)

Capital gain yaitu keuntungan yang diterima karena adanya selisih antara harga jual dan harga beli suatu instrumen investasi, yang berarti bahwa instrumen

investasi harus diperdagangakan di pasar. Besarnya capital gain dilakukan dengan analisis return historis yang terjadi pada periode sebelumnya, sehingga dapat

ditentukan besarnya tingkat kembalian yang diinginkan.

Menurut Tandelilin (2001) terdapat beberapa hal yang dijadikan dasar bagi

seorang investor untuk pengambilan keputusan investasi yaitu:

1. Return, yang menjadi alasan utama orang berinvestasi adalah memperoleh keuntungan atau return. Return yang diharapkan oleh investor ini adalah kompensasi atas biaya kesempatan (opportunity cost) dan resiko penurunan daya beli akibat adanya pengaruh inflasi. Perbedaan antara return yang diharapkan dengan return yang diterima merupakan suatu risiko yang harus selalu dipertimbangkan dalam keputusan investasi.

2. Resiko, umumnya semakin besar risiko yang ditanggung oleh investor dalam

berinvestasi maka semakin besar pula tingkat return yang diharapkan. Sikap investor terhadap risiko akan sangat tergantung pada preferensi investor

terhadap risiko. Investor yang memiliki keberanian yang tinggi maka dia akan

memilih keberanian yang tinggi dengan harapan memperoleh tingkat return

(5)

Jogiyanto (2003) membedakan return saham menjadi dua jenis yaitu return

realisasi (realized return) dan return ekspektasi (expected return). Return realisasi adalah return yang sudah terjadi dan dihitung berdasarkan data historis. Return

realisasi ini penting dalam mengukur kinerja perusahaan dan sebagai dasar

penentuan return dan resiko di masa mendatang. Sedangkan return ekspektasi

adalah return yang diharapkan akan terjadi di masa yang akan datang dan bersifat

tidak pasti. Penelitian ini menggunakan return saham satu periode ke depan

sehingga perhitungan return saham merupakan hasil bagi antara selisih harga

saham periode tahun depan dengan harga saham periode saat ini dibagi harga

saham periode saat ini. Perhitungan return saham dapat dilakukan dengan rumus

berikut :

Pit– Pit-1

Rit =

Pit-1

Keterangan:

Rit = Tingkat keuntungan saham i periode t

Pit = Harga saham penutupan i pada periode t

P it1 = Harga saham penutupan i pada periode sebelumnya

2.1.3 Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan diartikan sebagai harga yang bersedia dibayar oleh calon

investor seandainya suatu perusahaan akan dijual. Nilai perusahaan tercermin dari

harga saham yang stabil dan dalam jangka panjang mengalami kenaikan. Semakin

tinggi harga saham maka semakin tinggi pula nilai perusahaan. Nilai perusahaan

(6)

tinggi menunjukkan kemakmuran pemegang saham juga tinggi. Untuk mencapai

hal tersebut, perusahaan mengharapkan manajer keuangan akan melakukan

tindakan terbaik bagi perusahaan dengan memaksimalkan nilai perusahaan

sehingga kemakmuran (kesejahteraan) pemilik atau pemegang saham dapat

tercapai. (Husnan, 1998).

Nilai perusahaan akan tercermin dari harga sahamnya. Harga pasar dari

saham perusahaan yang terbentuk antara pembeli dan penjual disaat terjadi

transaksi disebut nilai pasar perusahaan, karena harga pasar saham dianggap

cerminan dari nilai aset perusahaan sesungguhnya. Nilai perusahaan yang

dibentuk melalui indikator nilai pasar saham sangat dipengaruhi oleh

peluang-peluang investasi. Adanya peluang-peluang investasi dapat memberikan sinyal positif

tentang pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan datang, sehingga dapat

meningkatkan nilai perusahaan.

Tujuan perusahaan pada dasarnya tujuan manajemen keuangan adalah

memaksimumkan nilai perusahaan. Untuk mencapai tujuan tersebut masih

terdapat konflik antara pemilik perusahaan dengan penyedia dana sebagai

kreditur. Jika perusahaan berjalan lancar, maka nilai saham perusahaan akan

meningkat, sedangkan nilai hutang perusahaan dalam bentuk obligasi tidak

terpengaruh sama sekali. Dapat disimpulkan bahwa nilai dari saham kepemilikan

bisa merupakan indeks yang tepat untuk mengukur tingkat efektivitas perusahaan.

Berdasarkan alasan itulah, maka tujuan manajemen keuangan dinyatakan dalam

bentukmaksimalisasi nilai saham kepemilikan perusahaan, atau

(7)

berarti bahwa para manajer harus berupaya mencari kenaikan nilai saham dengan

mengorbankan para pemegang obligasi (Erlina, 2008).

Dalam penelitian ini, nilai perusahaan diukur dengan Tobins Q. Secara sederhana, Tobin’s Q adalah pengukur kinerja dengan membandingkan dua

penilaian dari asset yang sama. Tobin’s Q merupakan rasio dari nilai pasar asset

perusahaan yang diukur oleh nilai pasar dari jumlah saham yang beredar dan

hutang (enterprise value) terhadap replacement cost dari aktiva perusahaan (Fiakas 2005). Jika nilai Tobin’s Q < 1 menunjukkan bahwa nilai buku asset

perusahaan lebih besar dari nilai pasar perusahaan, sehingga perusahaan akan

menjadi sasaran akuisisi yang menarik baik untuk digabungkan dengan

perusahaan lain ataupun untuk dilikuidasi karena nilai saham tersebut dihargai

rendah (undervalued). Sebaliknya bila nilai Tobin’s Q > 1 menunjukkan bahwa nilai pasar perusahaan lebih tinggi dibandingkan nilai buku asetnya, sehingga

mengindikasikan bahwa perusahaan memiliki potensi pertumbuhan yang tinggi

sehingga nilaiperusahaan lebih dari nilai asetnya (overvalued).

Pengukuran kinerja dengan menggunakan Tobin’s Q tidak hanya

memberikan gambaran pada aspek fundamental saja, tetapi juga sejauh mana

pasar menilai perusahaan dari berbagai aspek yang dilihat oleh pihak luar

termasuk investor. Tobin’s Q mewakili sejumlah variabel yang penting dalam

pengukuran kinerja, antara lain aktiva tercatat perusahaan, kecenderungan pasar

yang memadai seperti pandangan-pandangan analis mengenai prospek

perusahaan, dan variabel modal intelektual atau intangible asset. Secara khusus, Tobin’s atau Q ratio sering digunakan sebagai alat pengukur nilai intangible asset

(8)

manajerial dan peluang pertumbuhan. Karena adanya modal intelektual inilah

suatu perusahaan sering dinilai lebih oleh pasar. Atas dasar itulah sehingga

Tobin’s Q menjadi alat pengukuran kinerja yang populer.Perhitungan nilai

perusahaan melalui Tobins Q, dapat diformulasikan (dengan satuan persentase) sebagai berikut :

{(CP x JLS) + TL + I)} – CA Tobins Q=

TA

Dimana :

Tobins Q = Nilai perusahaan CP = Closing Price

JLS = Jumlah Saham yang beredar

TL = Total Liabilities

I = Inventory

CA = Current Assets

TA = Total Assets

2.1.4. Rasio Keuangan

Analisis dalam laporan keuangan merupakan proses yang penuh

pertimbangan dalam rangka membantu mengevaluasi posisi keuangan dan hasil

operasi perusahaan pada masa sekarang dan masa lalu dengan tujuan untuk

menentukan prediksi yang mungkin mengenai kondisi dan kinerja perusahaan

pada masa yang akan datang.Rasio keuangan merupakan sebuah indeks yang

menghubungkan dua angka akuntansi dan didapat dengan membagi satu angka

dengan yang lainnya (James dan John, 2005). Rasio menggambarkan suatu

(9)

dan dengan menggunakan alat analisa berupa ini akan dapat menjelaskan atau

memberi gambaran kepada penganalisa tentang baik dan buruknya keadaan atau

posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut

dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standart

(Munawir, 2001).

Penilaian ini meliputi masalah likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, efisiensi

manajemen dan prospek perusahaan dimasa yang akan datang. Selain itu rasio

keuangan berguna bagi analisis internal untuk membantu manajemen membuat

evaluasi tentang hasil-hasil perusahaan, memperbaiki kesalahan-kesalahan dan

menghindari keadaan yang dapat menyebabkan kesulitan keuangan. Rasio-rasio

keuangan yang digunakan pada dasarnya terdiri atas dua jenis. Jenis pertama

meringkas beberapa aspek “kondisi keuangan” perusahaan untuk suatu periode

-periode dengan neraca yang telah dibuat. Rasio-rasio ini disebut rasio neraca

(balance sheet ratio), karena baik pembilang maupun penyebut dalam setiap rasio berasal langsung dari neraca. Jenis kedua dari rasio meringkas beberapa aspek

kinerja perusahaan selama periode waktu tertentu, biasanya dalam setahun. Rasio

ini disebut sebagai rasio laporan laba rugi (income statement ratio) atau rasio laba rugi dan neraca (income statement and balance sheet ratio). Rasio laba rugi membandingkan saru arus bagian dari laporan laba rugi dengan arus bagian lain

laporan laba rugi.

Menurut Wild et al. (2005) rasio keuangan dapat dikelompokkan menjadi

(10)

1. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)

Rasio ini menyatakan kemampuan perusahaan jangka pendek untuk

memenuhi obligasi (kewajiban) yang jatuh tempo. Rasio likuiditas ini terdiri

dari current ratio, acid test ratio, collection period, dan day to sell inventory. 2. Rasio Profitabilitas berdasarkan Pemanfaatan Aktiva (Assets Utilization

Profitability Ratio)

Rasio ini menunjukkan kemampuan serta efisiensi perusahaan didalam

menilai efektivitas dan intensitas aktiva dalam menghasilkan penjualan.

Rasio aktivitas ini terdiri dari : total asset turnover, fixed asset turnover, accounts receivable turnover, cash turnover, sales to inventory dan working capital turnover.

3. Rasio Profitabilitas berdasarkan kinerja operasi (Operating Performance Profitability Ratio)

Rasio ini menunjukkan keberhasilan perusahaan didalam mengevaluasi

margin laba dari aktivitas operasi. Rasio rentabilitas ini terdiri dari: gross profit margin, operating profit margin ration, netprofit margin, dan pretax profit margin.

4. Rasio Profitabilitas berdasarkan tingkat pengembalian atas investasi (Return on Investment Profitability Ratio).

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menilai kompensasi

keuangan kepada penyedia pendanaan ekuitas dan utang. Rasio rentabilitas ini

terdiri dari: Return On Assets dan Return On Equity.

(11)

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban

jangka panjangnya. Rasio ini juga disebut leverage ratios, karena merupakan

rasio pengungkit yaitu menggunakan uang pinjaman (debt) untuk memperoleh keuntungan. Rasio leverage ini terdiri dari: total debt to equity ratio, long-term debt to equity ratio, dan times interest earned ratio.

6. Rasio Pasar (Market Ratio)

Rasio ini menunjukkan informasi penting perusahaan yang diungkapkan

dalam basis per saham. Rasio pasar ini terdiri dari: earning yield,dividend yield, dividend payout ratio, priceearning ratio, earning per share danprice to book value.

2.1.4.1 Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan

untuk memenuhi kewajiban jangka pendek yang harus segera dipenuhi atau

kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih.

Rasio likuiditas juga penting bagi kreditor jangka panjang dan pemegang saham

yang ingin mengetahui prospek dari dividen dan pembayaran bunga dimasa yang

akan datang. Likuiditas perusahaan dapat ditunjukkan oleh besar kecilnya aktiva

lancar yaitu aktiva yang mudah diubah menjadi kas yang meliputi kas, surat

berharga, piutang, persediaan. Tingkat likuiditas yang tinggi pada sebuah

perusahaan menunjukkan bahwa perusahaan tersebut dapat memenuhi kewajiban

jangka pendeknya dengan baik, sedangkan tingkat likuiditas yang rendah

menunjukkan bahwa perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban jangka

pendeknya dengan baik. Rasio likuiditas dalam penelitian ini diukur dengan

(12)

1. Quick Ratio

Rasio Cepat merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan

dalam memenuhi atau membayar kewajiban atau utang lancar (utang jangka

pendek) dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai persediaan

(inventory). Walaupun persediaan termasuk dalam aktiva lancar, namun

pesediaantidak dapat segera digunakan untuk memenuhi kewajiban

perusahaan. Mengkonversi nilai persediaan menjadi uang kas membutuhkan

waktu relatif lebih lama jika dibanding aktiva lainnya. Semakin besar nilai rasio

cepat, maka semakin cepat perusahaan dapat memenuhi segala

kewajibannya.Rasio QR dapat diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai

berikut :

Aktiva Lancar - Persediaan

Quick Ratio =

Hutang Lancar

2. Current Ratio

Current Ratio adalah ratio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan aktiva lancar

yang dimilikinya. Menurut Sawir (2003)Current ratio merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan memenuhi kewajiban

jangka pendek, karena rasio ini menunjukan seberapa jauh tuntutan dari kreditor

jangka pendek dipenuhi oleh aktiva yang diperkirakan menjadi uang tunai dalam

(13)

suatu perusahaan. Hal ini dikarenakan tingkat CR ini sangat tergantung kepada

jenis usaha dari masing-masing perusahaan.Rasio CR menunjukkan tingkat

keamanan kreditor jangka pendek atau kemampuan perusahaan membayar

hutang-hutangnya. Rasio CR diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai

berikut :

Aktiva Lancar

Current Ratio =

Hutang Lancar

2.1.4.2 Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas merupakan rasio yang bertujuan untuk mengetahui

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu dan

juga memberikan gambaran tentang tingkat efektifitas manajemen dalam

melaksanakan kegiatan operasinya. Efektifitas manajemen disini dilihat dari laba

yang dihasilkan terhadap penjualan dan investasi perusahaan. Rasio ini disebut

juga rasio rentabilitas.Menurut Harahap (2008) rasio profitabilitas adalah rasio

yang menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui seluruh

kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal jumlah

karyawan dan sebagainya. Rasio profitabilitas merupakan rasio yang

menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mendapatka laba melalui semua

kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah

karyawan, jumlah cabang dan sebagainya (Harahap, 2008).Profitabilitas dalam

penelitian ini diukur dengan menggunakan Return On Asset dan Net Profit Margin.

(14)

Return on Assets adalah bagian dari salah satu teknik analisis yang lazim digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan

operasi perusahaan. Return On Assets merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan semua aktiva yang dimiliki oleh perusahaan,

sehingga ROA sering disebut sebagai rentabilitas ekonomis. Menurut Riyanto

(2001) ROA adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan

menghasilkan laba bersih bagi semua investor dari modal yang diinvestasikan

dalam keseluruhan aktiva. Semakin tinggi ROA maka semakin tinggi kemampuan

perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Semakin tinggi keuntungan yang

dihasilkan perusahaan maka semakin besar peluang perusahaan untuk

meningkatkan nilai perusahaan, karena laba yang dihasilkan tersebut

kemungkinan akan ditanamkan kembali di perusahaan dalam bentuk laba ditahan.

Rasio ROA dihitung dengan cara membandingkan antara jumlah laba bersih

setelah dikurangi bunga dan pajak (Earning After Interest and Tax) dengan total aktiva.

Laba Bersih Setelah Pajak

Return On Assets =

Total Aktiva

2Net Profit Margin

Net Profi Margin merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu (Sutrisno,

2000). Semakin besar NPM suatu perusahaan, maka kinerja perusahaan semakin

produktif sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan

(15)

Hubungan antara laba bersih setelah pajak dengan penjualan bersih menunjukkan

kemampuan manajemen dalam menjalankan perusahaan secara cukup berhasil

untuk menyisakan margin tertentu sebagai kompensasi yang wajar bagi pemilik

yang telah menyediakan modalnya untuk suatu resiko. Selain itu, rasio NPM

dapat mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam menjalankan kegiatan

operasionalnya dengan meminimalkan beban perusahaan dan memaksimalkan

laba perusahaan. Semakin tinggi nilai NPM suatu perusahaan menunjukkan

bahwa kinerja perusahaan semakin baik, kinerja yang baik akan mempengaruhi

nilai perusahaan tersebut yang ditunjukkan dengan harga saham dari perusahaan

tersebut. Rasio dari NPM dirumuskan sebagai berikut :

Laba Bersih Setelah Pajak

Net Profit Margin =

Penjualan Bersih

2.1.4.3 Rasio Leverage

Leverage Ratio menunjukkan struktur permodalan suatu perusahaan. Rasio ini merupakan perbandingan antara total hutang dengan aktiva yang digunakan

sebagai sumber pendanaan perusahaan (Arifin, 2004). Semakin tinggi ratio

laverage semakin besar persentase modal asing yang digunakan dalam operasional

perusahaan. Rasio leverage yang semakin tinggi menunjukkan semakin besarnya

proporsi hutang terhadap aktiva, sehingga mencerminkan resiko perusahaan yang

relatif tinggi dan resiko yang harus ditanggung investor juga akan semakin tinggi.

Pada akhirnya investor akan menghindari saham perusahaan yang memiliki rasio

leverage yang tinggi. Rasio leverage yang besar biasanya berdampak buruk bagi

perusahaan karena tingginya tingkat hutang menyebabkan beban bunga semakin

(16)

menunjukkan kinerja perusahaan yang baik. Dalam penelitian ini rasio leverage

diukur dengan Debt to Equity RatiodanDebt to Total Asset Ratio.

1. Debt to Equity Ratio

Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio yang membandingkan total utang dengan total ekuitas. DER mencerminkan kemampuan perusahaan untuk

membayar atau memenuhi kewajibannya dengan modal sendiri. Makin tinggi

Debt to Equity Ratio maka akan menunjukkan semakin besarnya modal pinjaman yang digunakan untuk pembiayaan aktiva perusahaan (Brigham dan Houston,

2006).Rasio DER yang kecil menunjukkan bahwa perusahaan masih mampu

memenuhi kewajibannya kepada kreditur. Selain itu rasio DER dapat

menunjukkan seberapa besar perusahaan didanai oleh pihak kreditur. Semakin

tinggi DER berarti semakin besar dana yang diambil dari luar perusahaan. Rasio

DER dapat dirumuskan sebagai berikut :

Total Hutang

Debt to Equity Ratio =

Total Equity 2. Debt to Total Asset Ratio

Debt to Total Asset Ratio merupakan rasio antara total hutang terhadap total aktiva. Rasio ini menunjukkan besarnya hutang yang digunakan untuk membiayai

aktiva yang digunakan oleh perusahaan dalam rangka menjalankan aktivitas

operasionalnya. Semakin besar rasio DAR menunjukkan semakin besar tingkat

ketergantungan perusahaan terhadap pihak eksternal (kreditur) dan semakin besar

pula beban biaya hutang (biaya bunga) yang harus dibayar oleh perusahaan.

(17)

besar) maka hal tersebut berdampak terhadap profitablitas yang diperoleh

perusahaan, karena sebagian digunakan untuk membayar bunga pinjaman.

Dengan biaya bunga yang semakin besar, maka profitabilitas (earnings after tax) semakin berkurang (karena sebagian digunakan untuk membayar bunga), maka

hak para pemegang saham (dividen) juga semakin berkurang (menurun). Rasio

DER dapat dirumuskan sebagai berikut :

Total Hutang

Debt to Asset Ratio =

Total Asset

2.1.4.4 Rasio Pasar

Rasio ini merupakan indikator untuk mengukur mahal murahnya suatu

saham, ukuran prestasi perusahaan yang dipaling lengkap bagi para pemegang

saham, serta dapat membantu investor dalam mencari saham yang memiliki

potensi keuntungan dividen yang bessar sebelum melakukan penaman modal

berupa saham. Namun rasio pasar tidak mempunyai ukuran yang menunjukan

tingkat efesiensi rasio serta tidak dapat mencerminkan kinerja keuangan

perusahaan secara keseluruhan jika dilihat berdasarkan harga saham maupun jika

dipergunakan oleh pihak manajemen perusahaan.Rasio ini merupakan pengukuran

yang paling lengkap mengenai prestasi perusahaan dan berkaitan langsung dengan

tujuan memaksimalkan nilai perusahaan dan kekayaan para pemegang saham

(Ang, 1997). Rasio pasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah Earning Per Share dan Price to Book Value.

1. Earning Per Share

(18)

saham yang dimilikinya atas keikutsertaan dalam perusahaan. Pertumbuhan

Earning per share memberikan informasi tentang perkembangan suatu perusahaan. Kenaikan pada earning per share menunjukan bahwa kinerja dari laba perusahaan sangat baik sehingga hal tersebut dapat meningkatkan

penghasilan dari pemegang saham (investor). Apabila earning per share

perusahaan tinggi maka akan semakin banyak investor yang mau membeli saham

tersebut sehingga menyebabkan harga saham akan tinggi (Dharmastuti, 2004).

Investor berpandangan bahwa EPS mengandung informasi yang penting untuk

melakukan prediksi mengenai besarnya dividen per saham di kemudian hari, serta

relevan untuk menilai efektivitas manajemen dalam membuat kebijakan

pembayaran dividen.Manajemen perusahaan pada pemegang saham biasa dan

calon pemegang saham sangat tertarik akan earning per share, karena menggambarkan yang akan diterima untuk setiap lembar saham. Hal ini

merupakan indikator keberhasilan suatu perusahaan. Rasio EPS dapat dirumuskan

sebagai berikut :

Laba Bersih

Earning Per Share =

Jumlah Lembar Saham

2Price to Book Value

Price to Book Value digunakan untuk mengukur kinerja harga pasar saham terhadap nilai bukunya. PBV juga menunjukkan seberapa jauh perusahaan mampu

menciptakan nilai perusahaan relatif terhadap jumlah modal yang diinvestasikan.

Nilai pasar adalah harga saham yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang

ditentukan oleh pelaku pasar. Nilai pasar ditentukan oleh permintaan dan

(19)

nilai pasar saham dan nilai buku atau disebut dengan Price to Book Value dapat digunakan untuk mengukur nilai perusahaan, semakin besar rasio Price to Book Value maka semakin tinggi perusahaan dinilai oleh para pemodal. Perusahaan yang telah berjalan dengan baik umumnya rasio ini mencapai di atas satu yang

menunjukkan bahwa nilai pasar saham lebih besar dari nilai bukunya.Rasio PBV

dapat diperoleh dengan menggunakan rumus berikut :

Harga Pasar Per Lembar Saham

Price to Book Value=

Nilai Buku Per Lembar Saham

2.2 Review Penelitian Terdahulu

Berikut ini akan diuraikan beberapa tinjauan dari penelitian terdahulu yang

berkaitan dengan penelitian ini adalah :

1. Ulupui (2006) yang meneliti Analisis Pengaruh Likuiditas, Leverage, Aktivitas

dan Profitabilitas terhadap Return Saham Studi Empiris Pada Perusahaan

Makanan dan Minuman dengan Kategori Industri Barang Konsumsi di Bursa

Efek Jakarta. Variabel independen dalam penelitian ini adalah CR, ROA,

TATO dan DER sedangkan variabel dependennya adalah return saham. Hasil

penelitian menyimpulkan bahwa secara simultan CR, ROA, TATO dan DER

berpengaruh secara signifikan terhadap return saham. Secara parsial hanya CR

dan ROA yang berpengaruh signifikan terhadap return saham.

2. Safrida (2008) yang meneliti tentang Pengaruh struktur modal dan

pertumbuhan perusahaan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan

manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian membuktikan secara

parsial bahwa struktur modal berpengaruh secara negatif dan signifikan

(20)

negatif namun tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Secara simultan

membuktikan bahwa struktur modal dan pertumbuhan perusahaan

berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.

3. Hidayat (2009) yang meneliti tentang Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap

Return Saham Pada Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil

penelitian ini memberikan hasil bahwa rasio likuiditas (CR), rasio solvabilitas

(DER, LEV) dan rasio aktivitas (ROA, ROE, NPM) tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap return saham sedangkan rasio profitabilitas (EPS dan

TATO) dan rasio pasar (PER, PBV) berpengaruh secara signifikan terhadap

return saham. Secara simultan menunjukkan bahwa rasio keuangan

berpengaruh positif terhadap return saham.

4. Hermi dan Kurniawan (2011) yang meneliti tentang Pengaruh Kinerja

Keuangan Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur di BEI

Periode 2008-2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan

rasio keuangan (ROI, ROA, NPM, EPS dan PBV) berpengaruh signifikan

terhadap return saham. Secara parsial hanya variabel EPS yang berpengaruh

signifikan terhadap return saham sedangkan ROI, ROA, NPM dan PBV tidak

berpengaruh signifikan terhadap return saham.

5. Thrisye (2012) yang meneliti tentang Analisis Pengaruh Rasio Keuangan

Terhadap Return Saham BUMN Sektor pertambangan Yang Terdaftar di

Bursa Efek Indonesia Periode. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara

simultan rasio keuangan (CR, TATO, DER dan ROA) tidak berpengaruh

(21)

berpengaruh signifikan terhadap return saham sedangkan CR, TATO dan

ROA tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham.

6. Adelina, dkk (2014) yang meneliti tentang Pengaruh Rasio Likuiditas,

Leverage Dan Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan Pada Industri Barang

Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2012. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa secara simultan rasio likuiditas (CR), rasio

leverage (DER) dan rasio profitabilitas (ROA) berpengaruh signifikan

terhadap nilai perusahaan. Secara parsial hanya rasio profitabilitas (ROA)

yang berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.

7. Sianturi, Wanti (2014) yang meneliti tentang Pengaruh Kinerja Keuangan

Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Barang

Konsumsi di BEI. Hasilpenelitian menunjukkan variabel Solvabilitas

berpengaruh negatif dansignifikan terhadap Tobin’s q sedangkanvariabel

Aktivitas tidak berpengaruh signifikan terhadap Tobin’s q dan untuk variabel

Profitabilitas memperlihatkanpengaruh yang positif dan signifikan terhadap

Tobin’s q Hasil uji F menunjukkan bahwa variabel Solvabilitas, Aktivitas

danProfitabilitas secara simultan berpengaruh terhadap Tobin’s q.

8. The study Emamgholipour, at all (2013) “The Effects of Performance

Evaluation Market Ratios on the Stock Return: Evidence from the Tehran

Stock Exchange”. The research results indicate that earnings per share has

significant and positive effects on stock return of current year, but on the stock

return of future year has positive and bound line effects. Also obtained results

(22)

value ratio statistically have significant and negative effects on stock return of

current and future year.

9. The study Vural, at all (2012) Affects of Working Capital Management on

Firm’s Performance: Evidence from Turkey”. The results demonstrate that

firms can increase profitability measured by gross operating profit by

shortening collection period of accounts receivable and cash conversion cycle.

Leverage as a control variable has a significant negative relationship with firm

value and profitability of firms. This means, increase in the level of leverage

will lead to decline in the profitability of the firm and the value of the firm.

10.The study Omowunmi (2012) “The Effect of the Industrial Sector on Firms’

Performance In A Multi-Cultural Economy”. The study shows that the

industrial sector dummy variables are not significantly related to the

accounting measure of performance (ROA) but have a significant relationship

with the market performance (Tobin’s Q). The study concludes that regardless

of the diverse cultural citizenship values in Nigeria, there is presence of the

industrial sector in the economy. The study therefore recommends that

Nigerian firms should strive to match their high market performance with real

internal activities/operations that would reflect or rub-off on their internal

growth and accounting performance.

Berdasarkan uraian tersebut maka review penelitian terdahulu dapat

dirangkum pada Tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1 Review Penelitian Terdahulu

No Nama/Tah un

Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian

1 Ulupui 2006

Analisis Pengaruh Likuiditas,

Leverage, Aktivitas

Variabel dependen: return saham

(23)

terhadap Return secara parsial bahwa struktur modal berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, pertumbuhan perusahaan berpengaruh secara negatif namun tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Secara simultan membuktikan bahwa struktur modal dan pertumbuhan perusahaan berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. NPM) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham sedangkan rasio profitabilitas (EPS dan TATO) dan rasio pasar (PER, PBV) berpengaruh secara

(24)

Terdaftar Di BEI Tobin’s q sedangkanvariabel Aktivitas tidak berpengaruh signifikan terhadap Tobin’s q dan untuk variabel Profitabilitas memperlihatkanpengaruh yang positif dan signifikan terhadap Tobin’s q Hasil uji F

The research results indicate that earnings per share has significant value ratio statistically have significant and negative effects on stock return of current and

Gambar

Tabel 2.1 Review Penelitian Terdahulu

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian Hyvonen dan Tuominen (2007) dan Heimeriks dan Duysters (2006) maka ditarik simpul pemikiran bahwa kapabilitas integrasi sumberdaya unggul

[r]

Dari hasil penilaian pada aktivitas belajar siswa pada siklus II terdapat 24 siswa atau 86 % siswa aktif mengikuti pembelajaran Meningkatkan Kemampuan dan Prestasi Siswa

Peningkatan pada aspek merumuskan hipotesis ini terjadi karena hipotesis disusun oleh peserta didik berdasarkan rumusan masalah, ketika peserta didik mampu

Pada tahun 2001 sri lanka sebagai negara penghasil teh hitam, telah mampu mengekspor teh hitam dalam bentu hilir yang mencapai 42,1 persen dari tital ekspor teh, sedangkan

[r]

Berkaitan dengan hal tersebut, penulis tertarik untuk membuat suatu sistem pemesanan pada perusahaan properti yang terkomputerisasi dalam penulisan ilmiah, sehingga para

Sekrertaris Penyelenggaraan kemitraan keluarga dengan satuan pendidikan nonformal. Mempersiapkan kebutuhan