• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA GURU DALAM MENINGKATKAN PARTISIPAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "UPAYA GURU DALAM MENINGKATKAN PARTISIPAS"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA GURU DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI SISWA

DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

I. PENDAHULUAN

Pembelajaran matematika bagi sebagian besar siswa masih dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit, memusingkan, dan tidak menarik. Anggapan yang negatif tersebut dapat berdampak rendahnya partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran matematika. Akibatnya prestasi akademik mata pelajaran matematika menjadi rendah.

Guru sebagai fasilitator perlu melakukan berbagai upaya dalam mengatasi anggapan negatif para siswanya agar tidak mengalami kesulitan dalam pencapaian ketuntasan minimal yang telah ditentukan. Jika siswa masih mengganggap matematika merupakan mata pelajaran yang tidak menarik maka siswa akan malas mengikuti kegiatan pembelajaran matematika. Akibat lain adalah siswa akan kesulitan pada mata pelajaran lain yang menggunakan penalaran.

Matematika menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (2003:6) merupakan suatu bahan kajian yang memiliki objek abstrak dan dibangun melalui melalui proses penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga keterkaitan antar konsep dalam matematika bersifat sangat kuat dan jelas.

Terbentuknya kemampuan siswa berpikir logis, sistematis, obyektif, jujur, dapat memecahkan masalah baik yang berkaitan dengan bidang matematika atau bidang yang lain merupakan tujuan dari pembelajaran matematika.

Adanya para siswa menjadi tidak menyukai matematika ini salah satu penyebabnya adalah model pembelajaran yang diterapkan oleh sebagian guru matematika masih menerapkan model pembelajaran konvensional. Yaitu menggunakan metode ceramah, menulis, dan mencatat yang monoton, searah, dan kurang melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajran. Komitmen terhadap pembelajarn yang melibatkan siswa secara aktif sifatnya hanya jangka pendek. Akibat bagi siswa tidak banyak yang diingat dan sangat sedikit yang diterapkan.

Belajar matematika memerlukan keterlibatan mental dan kerja siwa. Ceramah dan pemeragaan semata tidak akan membuahkan hasil belajar yang langgeng. Guru dapat menceritakan berbagai materi dengan cepat namun siswa akan melupakan apa yang diceritakan oleh guru dengan lebih cepat.

(2)

menggunakan otak, mengkaji gagasan, memecahkan masalah dan menerapkan ( Melvin. L. Silberman, 2006 ).

Jadi guru harus menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan memberikan siswa kesempatan untuk bergerak bebas ( moving about ) dan penuh gairah. Guru juga harus selalu memberikan motivasi agar siswa belajar dengan penuh semangat sehingga siswa mau berfikir keras ( thingking aloud ).

Kegiatan pembelajaran matematika melibatkan siswa dalam mengerjakan, menggambarkan sesuatu dengan caranya sendiri, menunjukkan contohnya, mencoba mempraktikkan keterampilan dan mengerjakan tugas yang menuntut pengetahuan. Siswa bisa belajar dengan sangat baik dari pengalaman konkret.

Sebagian guru matematika tidak melibatkan siswa dalam pembelajaran dengan alasan tertekan oleh terbatasnya waktu. Ada keyakinan pembelajaran dengan melibatkan siswa secara aktif akan menyita terlalu banyak waktu. Sebetulnya para guru matematika tidak menerapkan pembelajran yang melibatkan siswa secara aktif karena tidak adanya saran konkrit yang cukup memadai tentang cara menerapkannya di dalam kelas. Mengingat tidak mudahnya penyelenggaraan pembelajaran matematika, maka guru matematika dituntut untuk terus mengembangkan usaha-usaha pembelajaran matematika yang melibatkan siswa, agar tujuan pembelajaran yang sudah direncanakan dapat tercapai.

II. PEMBAHASAN

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru, antara lain:

1. Inovasi Pendidikan

Terdapat beberapa konsep inovasi pendidikan yang menarik dan layak untuk dikaji dan dikembangkan dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran di sekolah. Terdapat panca inovasi pendidikan yaitu :

a. Pendidikan Berbasis Masyarakat ( PBM )

b. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah ( MPMBS )

c. Kurikulum Berbasis Kompetensi ( KBK ) yang sekarang dilanjutkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP )

d. Pendidikan Kecakapan Hidup ( PKH )

e. Pembelajaran Kontekstual ( PK ) ( Abdullah Syam, 2006).

(3)

tingkatan tertentu. Kemampuan dasar melukiskan apa yang harus diketahui oleh siswa dan dapat dilakukannya pada kelas atau tingkatan tertentu.

Kemampuan dasar adalah kemampuan pokok yang harus dicapai oleh peserta didik setelah mengikuti pendidikan pada kelas tertentu ( Sadiyo, 2001 ). KTSP menghendaki siswa tidak hanya memiliki aspek pengetahuan, tetapi juga kemampuan mengaplikasikan kompetensi/kemampuan itu dalam bentuk keterampilan, dan mengubah sikap kea rah yang positif.

Deskripsi kemampuan dasar merupakan satu kalimat yang mengandung skill dan materi dari masing-masing bahan ajar, meliputi : thingking, cognitive skill, social/emotional skill, motoric skill, dan moral skill ( Sadiyo, 2001 ). Kemampuan dasar pada masing-masing kelas harus mampu membedakannya denga kelas lain. Perbedaan terebut terjadi karena perbedaan skill ataupun perbedaan isinya.

Sistem pembelajaran berdasarkan kompetensi harus menekankan pembelajaran kecakapan dasar ( basic skill atau life skill ). Secara umu disebut pembelajaran 3C, yaitu Consience ( hati nurani ), Compassion ( kepedulian social ) dan Competence ( kecakapan ).

2. Syarat-syarat Guru Profesional

Guru yang professional perlu malakukan pembelajaran di kelas secara efektif. Menurut Gary A. Davis dan Margaret A. Thomas, ada empat ciri guru yang efektif, antara lain yaitu :

2.1 Memiliki kemampuan yang terkait dengan iklim belajar di kelas. Kemampuan yang terkait dengan iklim belajar di kelas antara lain :

a. Memiliki kemampuan interpersonal, khususnya kemampuan untuk menunjukkan empati, penghargaan kepada siswa, dan ketulusan.

b. Memiliki hubungan baik dengan siswa.

c. Mampu menerima, mengakui, dan memeperhatikan siswa secara tulus. d. Menunjukkan minat dan antusias yang tinggi dalam mengajar.

e. Mampu menciptakan atmosfir untuk tumbuhnya kerja sama dan kohesivitas dalam dan antar kelompok siswa.

(4)

a. Memiliki kemampuan menangani siswa yang tidak memiliki perhatian.

b. Mampu bertanya atau memberikan tugas yang memerlukan tingkatan berfikir yang berbeda untuk semua siswa.

2.3 Memiliki kemampuan yang terkait dengan pemberian umpan balik ( feedback ) dan penguatan ( reinforcement ), meliputi:

a. Mampu memberikan umpan balik yang bersifat membantu siswa yang lamban belajar.

b. Mampu memberikan tindak lanjut terhadap jawaban siswa yang belum benar. c. Mampu memberikan bimbingan kepada siswa yang memerlukan.

d. Memiliki kemampuan yang terkait dengan peningkatan diri, antara lain:

 Mampu menerapkan kurikulum dan metode mengajar secara inovatif.

 Mampu memperluas dan menambah pengetahuan mengenai metode-metode pembelajaran.

 Mampu memanfaatkan perencanaan guru secara kelompok untuk menciptakan dan mengembangkan metode dan model pembelajaran yang relevan.

Sedangkan syarat guru profesional yang harus dipenuhi sesuai undang-undang guru dan dosen no. 14 tahun 2005 antara lain :

a. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah ( pasal 1.1 ).

b. Profesi guru dilaksanakan berdasarkan prinsip : memiliki bakat, memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas, memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan ( pasal 7 : 1 ).

c. Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudakn tujuan pendidikan nasional ( pasal 8 ).

d. Beban kerja guru mencakup kegiatan pokok yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik, serta melaksanakan tugas tambahan ( pasal 35;1 ).

3. Kegiatan Pembelajaran

(5)

menunjukkan contoh, mencoba, mempraktikkan, dan mengerjakan tugas yang menuntut pengetahuan. Jadi agar siswa dapat memahami matematika dengan baik sesuai yang diharapkan oleh guru, seorang guru matematika harus melibatkan siswa secara aktif baik fisik maupun mental agar siswa mengerjakan dan mengalaminya sendiri. Sebab matematika pada hakekatnya adalah kreatifitas yang memerlukan emajinasi, intuisi, dan penemuan. Implikasi dari hakekat matematika ini, gruru tidak akan bisa melaksankan pembelajaran secara efektif hanya denga improffisasi ( tanpa perencanaan dan persiapan ).

Guru matematika dituntut untuk menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan melaksanakannya. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran harus disusun agar memungkinkan siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran dari awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran.

Menurut John Holt ( 1967 ), proses belajar akan meningkat jika siswa diminta untuk : a. Mengemukakan kembali infoemasi dengan kata-kata mereka sendiri.

b. Memberikan contohnya.

c. Mengenalinya dalam bermacam bentuk dan situasi.

d. Melihat kaitan antara informasi itu dengan fakta atau gagasan lain. e. Menggunakan dengan beragam cara.

f. Memprediksikan sejumlah konsekuensinya. g. Menyebutkan lawan atau kebalikannya.

Apabila dalam pembelajaran matematika para siswa hanya pasif, maka otak siswa tidak akan menyimpan apa yang telah disajikan kepadanya. Pembelajaran matematika yang hanya didominasi oleh guru, sedangkan siswa tidak terlibat secara maksimal, maka siswa mengikuti pelajaran tanpa rasa ingin tahu, tanpa bertanya, tanpa minat terhadap hasilnya kecuali nilai. Sebaliknya, apabila pembelajaran matematika dikemas sedemikian rupa sehingga siswa terlibat secara aktif, maka siswa akan mengupayakan sesuatu tidak hanya berharap dari gurunya semata. Diantaranya, siwa akan menginginkan jawaban atas pertanyaan, membutuhkan informasi untuk memecahkan masalah-masalah, dan mencari cara untuk mengerjakan tugas.

Pelajaran matematika tidak selalu abstrak, tetapi bisa diajarkan dengan media yang konkrit, melaui buku-buku latihan dan mempraktikan dalam kehidupan sehari-hari. Masing-masing cara dalam menyajikan konsep akan menentukan pemahaman siswa. Pembelajaran siswa aktif sangat sesuai dengan siswa masa kini ( Schrouder ). Siswa masa kini cenderung untuk berkelompok dalam melakukan berbagai aktifitas. Sehingga siswa masa kini sebagian besar bisa beradaptasi dengan baik terhadap kegiatan kelompok dan belajar bersama. Agar pembelajaran matematika berlangsung efektif, dan siswa terlibat secara aktif, kegiatan yang sebaiknya dialkukan oleh siswa antara lain :

 Diskusi dan proyek kelompok kecil.

(6)

 Pengalaman lapangan.

 Simulasi.

Ada baiknya guru memberikan pelajaran singkat setelah berlangsungnya pembelajaran matematika yang melibatkan siswa secara aktif guna menghubungkan antara apa yang dialami siswa dengan konsep-konsep yang hendak disampaikan oleh guru.

4. Karakteristik Siswa

Ebbutt dan Straker ( 1995 : 60-65 ), memberikan pandangannya bahwa agar potensi siswa dapat berkembang dan mempelajari secara optimal, asumsi tentang karakteristik siswa dan implikasi terhadap pembelajaran matematika adalah sebagai berikut :

a. Siswa akan mempelajari matematika jika mereka mempunyai motivasi. Implikasi dari pandangan ini terhadap pembelajaran matematika adalah, guru perlu :

 Menyediakan kegiatan yang menyenangkan.

 Memperhatikan keinginan siswa.

 Membangun pengertian melalui apa yang diketahui oleh siswa.

 Menciptakan suasana kelas yang mendukung kegiatan belajar.

 Memberikan kegiatan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.

 Memberikan kegiatan yang menantang.

 Memberikan kegiatn yang memberikan harapan keberhasilan.

 Menghargai setiap pencapaian siswa.

b. Siswa mempelajari matematika dengan caranya sendiri.

Implikasi dari pandangan ini terhadap pembelajaran matematika adalah guru perlu :

 Mengetahui kelebihan dan kekurangan para siswanya.

 Merencanakan kegiatan yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa.

 Membangun pengetahuan dan keterampilan siswa.

 Membuat catatan kemajuan siswa ( assessment ).

c. Siswa mempelajari matematika baik secara mandiri maupun melalui kerja sama dengan temannya. Implikasi dari pandangan ini, gru perlu :

 Memberikan kesempatan untuk belajar kelompok untuk melatih kerja sama.

 Memberikan kesempatan belajar secara klasikal untuk memberi kesempatan saling bertukar gagasan.

 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan secara mandiri.

 Melibatkan siswa dalam pengambilan keputusan tentang kegiatan yang akan dilakukan.

(7)

d. Siswa memerlukan konteks dan situasi yang berbeda-beda dalam mempelajari matematika. Implikasi dari pandangan ini adalah, guru perlu :

 Menyediakan dan menggunakan berbagai alat peraga.

 Memberi kesempatan belajar matematika di berbagai tempat dan keadaan.

 Memberikan kesempatan menggunakan matematika untuk berbagai keperluan.

 Mengembangkan sikap menggunakan matematika sebagai alat untuk memecahkan problematika baik di sekolah maupun di rumah.

 Menghargai sumbangan tradisi, budaya dan seni dalam pengembangan matematika.

 Membantu siswa menilai sendiri kegiatan matematikanya.

 Pembelajaran Matematika Efektif

Dalam menciptakan kondisi pembelajaran matematika yang efektif setidaknya ada lima hal yang perlu dilakukan oleh guru, diantaranya yaitu :

 Melibatkan siswa secara aktif.

 Menarik minat dan perhatian siswa.

 Membangkitkan motivasi siswa.

 Memahami perbedaan individu.

 Menggunakan alat peraga yang relevan.

III. KESIMPULAN DAN SARAN.

1. Kesimpulan

Pembelajaran matematika akan efektif apabila guru selalu berupaya melibatkan siswa secara aktif sejak dimualinya pembelajaran sampai berakhirnya pembelajaran. Upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh guru dalam melibatkan siswa dalam pembelajaran matemtika antara lain sebagai berikut :

a. Membuat dan melaksanakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) yang memungkinkan siswa terlibat secara aktif sejak awal hingga akhir kegiatan pembelajaran.

b. Menggunakan alat peraga, alat bantu, dan media untuk mempermudah pemahaman konsep dan menjadikan pembelajaran lebih menarik.

c. Menggunakan berbagai teknik dalam mengajar.

d. Menggunakan metode yang bervariasi agar tidak monoton dan untuk mengurangi atau menghilangkan kejenuhan siswa.

(8)

2. Saran

Sebagai guru matematika bertanggung jawab atas kesuksesan pelaksanaan pembelajaran matematika. Oleh karena itu disarankan kepada rekan-rekan guru matematika agar :

a. Terus berusaha meningkatkan profesionalisme.

b. Selalu berusaha melibatkan siswa dalam pembelajaran matematika. c. Membelajarkan matematika secara menarik.

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Melvin L. Silbermean, 2006 : Active Learning, Bandung, Nusamedia

Moh. Uzer Usman, 1995 : Menjadi Guru Profesional, Bandung, PT. Remaja Rosda Karya Depdiknas, 2006 : Panduan Pengembangan Silabus Mata Pelajaran Matematika, Jakarta, Depdiknas.

Jalal Supriyadi, 2001 : Reformasi Pendidikan Dalam Konteks Otonomi Daerah, Yogyakarta, Adicita.

Sadiyo, 2001, Kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan Berbasis Kompetensi, Jurnal Ilmu Pendidikan No. 4 Jilid 8 Halaman 271-281

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengamatan aktivitas siswa dari ob- server dapat diketahui nilai tertinggi dalam pembelajaran langsung pertemuan 1 yaitu as- pek pendahuluan sebesar 3,7 artinya

Struktur tekan yang diberikan beban besar yang melebihi kemampuan pikulnya maka struktur tersebut akan mengalami perubahan bentuk yang disebut dengan fenomena tekuk (

Dari hasil yang diperoleh pada penelitian ini, membuktikan bahwa model pemebelajaran based learning dapat meningkatkan mutu perkuliahan dan hasil belajar mahasiswa

Berdasarkan hasil wawancara, sebagaian besar mahasiswa ingin menjadi seorang pengusaha yang sukses. Adapun beberapa alasannya antara lain adalah mereka mempunyai

(Tahap 4 kooperatif TGT: Penghargaan Kelompok).. 17) Guru memberikan pesan moral pada akhir kegiatan pembelajaran. 18) Siswa diberikan soal tindak lanjut (PR). 3.4.1.3 Refleksi.

Selain penghasilan yang berkesinambungan seperti yang telah dipaparkan di atas, terdapat pula penghasilan tidak berkesinambungan yang diperoleh oleh Wajib Pajak

Deskripsi Bahasa yang digunakan untuk menjelaskan konsep, menunjukkan contoh dan memberikan latihan, sesuai dengan perkembangan afeksi (sosial dan emosional) peserta didik usia

[r]