• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Spiritualitas Wanita Penderita Kanker Organ Reproduksi di Ruang Rindu B1 RSUP H. Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Spiritualitas Wanita Penderita Kanker Organ Reproduksi di Ruang Rindu B1 RSUP H. Adam Malik Medan"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Spiritualitas

2.1.1 Definisi Spiritualitas

Istilah “spiritualitas” diturunkan dari kata latin “spiritus” yang berarti nafas, istilah ini juga berkaitan erat dengan kata Yunani, “pneuma”, atau nafas yang mengacu pada nafas hidup atau jiwa. Menurut Dossey, et al (2000 dalam Young & Koopsen, 2005), spiritualitas merupakan hakikat dari siapa dan bagaimana manusia hidup di dunia dan seperti napas, spiritualitas amat penting bagi keberadaan manusia.

Menurut Miller (1995 dalam Young & Koopsen, 2005), spiritualitas merupakan daya semangat, prinsip hidup atau hakikat eksistensi manusia, yang meresapi hidup dan diungkapkan serta dialami dalam tali-temali hubungan antara diri sendiri, sesama, alam, dan Allah atau sumber hidup. Karena dibentuk melalui pengalaman kultural, spiritualitas merupakan pengalaman manusia yang universal.

(2)

2.1.2 Karakteristik Spiritualitas

Karakteristik spiritualitas pada setiap individu didasarkan pada kebutuhan berhubungan dengan Tuhan, hubungan dengan diri sendiri, hubungan dengan orang lain atau sesama, dan hubungan dengan lingkungan atau alam (Bukhardt 1993 dalam Kozier, Erb, Blais & Wilkinson, 1995).

2.1.2.1 Hubungan dengan Tuhan

Meliputi agamis atau tidak agamis, seperti berdoa, sembahyang, memiliki perlengkapan keagamaan, dan berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan. Kebutuhan spiritual yang berkaitan pada hubungan dengan Tuhan dapat diwujudkan dengan doa dan ritual agama. Doa dan ritual agama merupakan hal yang penting bagi setiap individu dan dapat memberikan ketenangan pada individu yang melakukannya.

2.1.2.2 Hubungan dengan diri sendiri

Kekuatan dari dalam diri seseorang yang meliputi pengetahuan diri yaitu siapa dirinya, apa yang dapat dilakukannya dan juga sikap yang menyangkut kepercayaan pada diri sendiri, percaya pada kehidupan atau masa depan, ketenangan pikiran, serta keselarasan dengan diri sendiri. Kebutuhan spiritualitas yang bersumber dari kekuatan dalam diri individu sendiri dalam menghadapi masalah, kebutuhan spiritualitas yang bersumber dari kekuatan diri sendiri meliputi kepercayaan, harapan, dan makna dalam kehidupan.

(3)

terhadap kebenaran yang tidak dapat dibuktikan dengan pikiran yang logis. Kepercayaan memberikan makna kehidupan pada seseorang dan memberikan kekuatan pada seseorang ketika menghadapi masa yang sulit. Mempunyai kepercayaan berarti mempunyai komitmen terhadap sesuatu atau seseorang sehingga dapat memahami kehidupan manusia dengan wawasan yang lebih luas.

Harapan dapat diartikan sebagai suatu keyakinan akan keinginan yang akan tercapai dalam hidup. Harapan merupakan suatu proses interpersonal yang terbina melalui hubungan dengan orang lain dan yang terutama melalui hubungan dengan Tuhan dan didasarkan pada kepercayaan. Harapan memberikan peranan penting bagi individu dalam mempertahankan dirinya saat menghadapi penyakit atau masalah, tanpa harapan individu akan merasa hampa, lesu/tidak bersemangat, dan terasa mati.

Makna kehidupan dapat menjadikan seseorang individu merasa berharga dan berarti serta memiliki perasaan dekat dengan Tuhan, orang lain, dan alam sekitar, dimana individu merasa hidupnya terarah, memiliki masa depan, dan menerima kasih sayang dari orang lain disekitarnya

2.1.2.3 Hubungan dengan Orang lain

(4)

tidak harmonis mencakup konflik dengan orang lain dan resolusi yang menimbulkan ketidakharmonisan, serta keterbatasan hubungan.

Maaf dan pengampunan (forgiveness), seorang individu dapat meningkatkan koping terhadap stres, cemas, depresi dan tekanan emosional, penyakit fisik serta meningkatkan perilaku sehat dan perasaan damai.

Cinta kasih dan dukungan sosial (Love and social support). Teman dan keluarga dekat dapat memberikan bantuan dan dukungan emosional untuk melawan banyak penyakit. Seseorang yang mempunyai pengalaman cinta kasih dan dukungan sosial yang kuat cenderung untuk menentang perilaku tidak sehat dan melindungi individu dari penyakit.

2.1.2.4 Hubungan dengan lingkungan

Spiritualitas yang mencakup keharmonisan hubungan dengan alam dapat dicapai dengan sikap menghargai alam yaitu memiliki pengetahuan tentang pohon, margasatwa, dan iklim serta dapat berinteraksi dengan alam atau lingkungan melalui kegiatan bertanam, berjalan-jalan di lingkungan luar dan mempunyai sikap melindungi alam.

(5)

Kedamaian (Peace) merupakan keadilan, rasa kasihan dan kesatuan. Dengan kedamaian seseorang akan merasa lebih tenang dan dapat meningkatkan status kesehatan.

2.1.3 Faktor yang mempengaruhi Spiritualitas

Faktor-faktor yang mempengaruhi spiritualitas seseorang (Taylor dkk, 1997 dalam Hamid, 2008), yaitu:

2.1.3.1 Tahapan Perkembangan

Semakin bertambah usia, individu akan memeriksa dan membenarkan keyakinan spiritualitasnya. Seperti contoh pada usia pertengahan dan lansia spiritualitasnya semakin kuat dan matang. Mereka lebih cenderung mendekatkan diri kepada Tuhan contohnya berpartisipasi dalam aktifitas sosial dan keagamaan, sehingga membuat individu lebih mampu untuk mengatasi masalah dan menghadapi kenyataan.

2.1.3.2 Budaya

(6)

2.1.3.3 Keluarga

Keluarga sangat berperan dalam perkembangan spiritualitas individu. Keluarga adalah tempat pertama kali individu mendapatkan pengalaman dan pandangan hidup. Melalui keluarga, individu belajar tentang Tuhan, kehidupan, dan diri sendiri. Dukungan keluarga merupakan pemicu untuk meningkatkan spiritulitas individu.

2.1.3.4 Pengalaman Hidup

Pengalaman hidup baik yang positif maupun negatif mempengaruhi spiritualitas seseorang. Pengalaman hidup mempengaruhi seseorang dalam mengartikan secara spiritual terhadap kejadian yang dialaminya. Pengalaman hidup yang menyenangkan dapat menyebabkan seseorang bersyukur atau tidak bersyukur. Peristiwa dalam kehidupan sering dianggap sebagai suatu cobaan yang diberikan Tuhan kepada manusia untuk menguji kekuatan imannya.

2.1.3.5 Krisis dan Perubahan

(7)

kematian, keyakinan spiritual dan keinginan untuk sembahyang/berdoa lebih tinggi dibandingkan pasien yang berpenyakit bukan terminal.

2.1.4 Penilaian status spiritualitas

Setiap kali proses holistik dilaksanakan dalam perawatan kesehatan, pasien, pertama-tama penilaian atau assessment harus dilakukan. Penilaian atau assessment didefinisikan sebagai “proses pengumpulan, menganalisis dan sintesis data bisu, dalam rumus multidimensional yang menjadi landasan pengambilan keputusan.” Secara khusus, proses penilaian menyediakan suatu kerangka kerja

untuk mengidentifikasi kebutuhan spiritual pasien.

Penilaian spiritual penting karena beberapa alasan, antara lain: penilaian ini telah terbukti luas dapat digunakan untuk memprediksi hasil perawatan kesehatan; penilaian ini menjadi sumber informasi bagi anggota tim perawatan kesehatan tentang kemampuan seseorang menghadapi, kira-kira tingkat distres mana, dan tentang penanganan yang diberikan untuk membantu pasien menghadapi krisis kesehatan yang dialami pasien; penilaian memungkinkan pemahaman yang lebih mendalam tentang seseorang dari sudut pandang holistik; penilaian memungkinkan penyelenggaraan perawatan yang menghormati kebutuhan perawatan kesehatan dan keprihatinan seseorang.

(8)

kesejahteraan spiritual di kalangan orang dewasa. Akan tetapi, skala penilaian ini dapat diterapkan secara luas untuk segala jenis pasien.

2.2 Kanker

2.2.1 Definisi kanker

Kanker merupakan penyakit yang tidak menular. Kanker adalah kumpulan sel gen yang rusak yang menjadi liar dan berkembang tanpa henti. Kanker (neoplasma ganas) merupakan istilah yang mencakup sekelompok kompleks dari berbagai jenis penyakit kanker. Kanker bisa mempengaruhi hampir setiap organ pada tubuh manusia. Kanker bisa terjadi dari berbagai jaringan dari bagian organ-organ tubuh, sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangannya, sel-sel kanker membentuk suatu massa dari jaringan ganas yang menyusup ke jaringan disekatnya dan bisa menyebar ke seluruh tubuh (Subagja, 2014).

Kanker dapat tumbuh di bagian mana saja pada tubuh manusia saja salah satunya di organ-organ reproduksi wanita. Kanker sistem reproduksi wanita adalah pertumbuhan sel-sel abnormal yang tidak berfungsi bagi tubuh yang terjadi pada sistem reproduksi wanita yang berasal dari organ itu sendiri ataupun dari metastase kanker organ lainnya (Junaidi, 2007 dalam Nur, 2009).

2.2.2 Jenis-jenis Kanker Organ Reproduksi Wanita 2.2.2.1 Kanker Serviks

(9)

Penyebaran virus ini terutama melalui hubungan seksual. Faktor lain yang berhubungan dengan kanker serviks adalah aktivitas seksual terlalu muda (< 16 tahun), jumlah pasangan seksual yang tinggi (> 4 orang), dan adanya riwayata infeksi berpapil (warst). Karena hubungannya yang erat dengan infeksi HPV, wanita yang mendapat atau menggunakan penekan kekebalan (immunosuppressive) dan penderita HIV berisiko menderita kanker serviks (Aziz, 2006).

Tanda dini kanker serviks tidak spesifik seperti adanya sekret vagina yang agak banyak dan kadang-kadang dengan bercak perdarahan. Umumnya tanda yang sangat minimal ini sering diabaikan oleh penderita. Tanda yang lebih klasik adalah perdarahan bercak yang berulang, atau perdarahan bercak setelah bersetubuh atau membersihkan vagina. Pada stadium lanjut ketika tumor telah menyebar ke luar dari serviks dan melibatkan jaringan di rongga pelvis dapat dijumpai tanda lain seperti nyeri yang menjalar ke pinggul atau kaki. Beberapa penderita mengeluh nyeri berkemih, hematuria, perdarahan rektum sampai sulit berkemih dan buang air besar (Aziz, 2006).

Sistem yang umumnya digunakan untuk pembagian stadium kanker serviks adalah sistem yang diperkenalkan oleh International Federation of Gynecology and Obstetrics (FIGO). Berikut tingkatan atau stadium kanker

(10)

dengan kedalaman kurang dari 3 mm dan besarnya kurang dari 7 mm; stadium IA2: invasi ke stroma kedalaman antara 3-5 mm dan besarnya kurang dari 7 mm; stadium IB1: Ukuran tidak lebih besar dari 4 cm; stadium IB2: ukuran lebih besar dari 4 cm; stadium II: kanker berada di bagian dekat serviks tapi bukan diluar panggul; stadium IIA: kanker meluas sampai ke atas vagina, tapi belum menyebar ke jaringan yang lebih dalam dari vagina; stadium IIB: kanker telah menyebar ke luar leher rahim ke dua pertiga bagian atas vagina dan jaringan di sekitar rahim; stadium III: kanker telah menyebar ke jaringan lunak sekitar vagina dan serviks sepanjang dinding panggul. Mungkin dapat menghambat aliran urin ke kandung kemih; stadium IVA: kanker telah menyebar ke organ terdekat, seperti kandung kemih dan rektum; stadium IVB: kanker telah menyebar ke organ yang lebih jauh, seperti paru-paru (Subagja, 2014).

2.2.2.2 Kanker Payudara

(11)

mengkonsumsi makanan berlemak, riwayat keluarga, radiasi ionisasi, terapi sulih estrogen, dan mengonsumsi alkohol (Subagja, 2014).

Ada beberapa gejala kanker payudara yang perlu di waspadai, antara lain sebagai berikut : adanya benjolan pada payudaya yang bisa diraba, erosi/ eksema puting susu, edema (pembengkakan) yang berlebihan pada kulit payudara, adanya luka di sekitar puting susu dan sekitarnya yang sukar sembuh, keluarnya cairan berupa darah atau nanah berwarna kuning sampai kehijauan dari puting susu secara spontan, perubahan pada puting susu seperti gatal, terasa terbakar, dan tertarik kedalam. Pada stadium lanjut bisa timbul nyeri tulang, penurunan berat badan, pembengkakan lengan atau ulserasi kulit (Subagja, 2014).

(12)

2.2.2.3 Kanker Endometrium

Kanker endometrium disebut juga kanker rahim. Kanker rahim adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam lapisan rahim, yaitu endometrium (tempat menempelnya ovum yang telah dibuahi. Penyebab yang lain antara lain diet rendah lemak, merokok, kurangnya asupan gizi dan vitamin, penggunaansabun khusus vagina, dan sering menabur bedak pada vagina (Subagja, 2014).

Gejala umum yang sering ditunjukkan oleh kanker endometrium adalah sebagai berikut: pendarahan yang abnormal (setelah menopause pendarahan di antara masa haid), haid lebih berat dari biasanya (belum pernah mengalami menopause), keputihan berair atau berdarah, rasa sakit di daerah panggul, dan rasa sakit ketika berhubungan intim (Subagja, 2014).

(13)

2.2.2.4 Kanker Ovarium

Kanker ovarium atau kanker indung telur disebut sebagai “pembunuh tersembunyi” karena ovarium terletak dibagian dalam sehingga

tidak mudah terdeteksi. Kanker ovarium mengacu pada adanya pertumbuhan sel-sel asing yang berbahaya pada beberapa bagian dari ovarium. Kanker ovarium sebagian besar berbentuk kista berisi cairan maupun padat. Penyebab kanker ovarium ini sampai sekarang secara pasti bekum diketahui. Akan tetapi, para peneliti berhasil mengidentifikasi sejumlah faktor pemicu yang dipercaya menjadi penyebab tumbuhnya kanker ovarium pada jaringan epitel (Subagja, 2014).

Kebanyakan pasien kanker ovarium adalah simptomatis, tetapi gejalanya nonspesifik-keluhan/ rasa tidak enak/ rasa tertekan diabdomen, dispareunia, dan bertambahnya berat badan karena asites atau massa (Rasjidi,

2007). Pada stadium lanjut, gejala yang timbul antara lain ansietas (cairan dalam rongga perut), penyebaran ke omentum (lemak perut), perut membuncit, kembung dan mual, gangguan nafsu makan, gangguan BAB dan BAK, sesak napas, dan dyspepsia (penyakit saluran pencernaan) (Subagja, 2014).

(14)

retro peritoneal positif; stadium IV: pertumbuhan sel kanker sudah satu/kedua ovarium dengan metastatis jauh (Subagja, 2014).

2.2.2.5 Kanker Vulva

Kanker vulva adalah tumor ganas yang terjadi di daerah vulva. Vulva adalah bagian luar dari sistem reproduksi wanita. Kanker vulva termasuk jenis kanker yang jarang ditemukan, kira-kira hanya sekitar 4 - 5% dari kanker sistem reproduksi wanita dan banyak terjadi pada wanita pascamenopause. Insidennya meningkat seiring dengan pertambahan usia (Rasjidi, 2007). Faktor etiologi terjadinya kanker vulva belum diketahui secara spesifik. Umumnya terjadi pada penderita obese, hipertensi, diabetes, dan nulipara, dan berkaitan dengan resiko tinggi pada wanita yang mempunyai multiple sexual partner dan merokok (Aziz, 2006).

Kanker vulva bersifat asimtomatik. Penderita datang dengan keluhan benjolan atau tukak di daerah vulva. Dapat disertai riwayat gata-gatal kronis berkaitan dengan adanya distrofi dinding vulva. Pendarahan atau pengeluaran cairan dari vagina merupakan gejala yang jarang ditemukan dan pada stadium lanjut bisa disertai pembengkakan kelenjar limfe di daerah inguinal (Rasjidi, 2007)

(15)

stroma > 1 mm; stadium II: tumor tampak pada vulva dan perineum > 2 cm; stadium III: tumor meluas ke banyak tempat: uretra bagian bawah, vagina, dubur dan/atau didapatkan metastate ke limfonodi regional; stadium IV: tumor menyebar ke mukosa kandung kemih, mukosa rektum; stadium IVA: metastase limfonodi regional yang bilateral; stadium IVB: didapatkan metastase jauh termasuk limfonodi di pelvis (Rasjidi, 2007).

2.2.2.6 Kanker Vagina

Kanker vagina biasanya merupakan akibat dari metastasis koriokarsinoma atau dari kanker serviks atau kanker organ yang berdekatan, seperti uterus, vulva, kandung kemih atau rektum (Baughman, 2000). Kanker vagina adalah keganasan pada daerah vagina. Kanker ini dapat tumbuh di bibir kemaluan luar, dalam, maupun di mulut vagina. Kanker ini cukup jarang, sekitar 2-5% dari kanker yang terjadi pada organ reproduksi. Umumnya, kanker vagina terjadi pada wanita usia 55-85 tahun dengan sosial ekonomi rendah. Pada usia yang lebih muda sering dikaitkan dengan kutil kelamin atau riwayat penyakit menular seksual lainnya (Sari, 2012).

(16)

Gejala yang sering dilaporkan adalah rasa gatal pada daerah kelamin yang sudah berlangsung lama. Gejala lainnya yaitu perdarahan pada daerah vagina, keputihan, serta nyeri saat kencing dan berhubungan seksual, atau nyeri di vagina. Kelainan yang dapat terlihat pada vagina antara lain adanya permukaan kulit yang tidak rata, kasar, warna putih atau hitam, serta bisa menyerupai luka (Sari, 2012).

Klasifikasi kanker vagina antara lain; stadium 0: karsinoma insitu; stadium I: terbatas pada dinding vagina; stadium II: invasi ke jaringan sub-vagina, belum ke dinding pelvik; stadium III: invasi ke dinding panggul; stadium IVA: invasi ke organ sekitarnya; stadium IVB: metastasis ke organ jauh (Aziz, 2006).

2.2.2.7 Kanker Tuba Falopi

Kanker tuba falopi, atau juga dikenal sebagai kanker tuba, adalah

kanker sangat jarang yang berkembang di salah satu atau kedua saluran telur

wanita (sepasang tabung ramping yang membawa telur dari ovarium ke

rahim). Kanker tuba falopi merupakan keganasan yang jarang terjadi. Kanker

tuba terutama ditemukan pada usia 60 – 64 tahun, jarang pada usia dibawah

25 tahun (Aziz, 2006).

Faktor pradisposisi masih dalam penelitian, tetapi tidak ada faktor

konsisten yang diidentifikasi. Meskipun begitu, dilihat dari kesamaan

kelompok usia, hubungan dengan paritas yang rendah dan status infertil

sering terjadi, menunjukkan bahwa etiologinya mungkin sama dengan kanker

(17)

Tanda yang paling sering terlihat tumor ini adalah menoragia

diikuti nyeri. Tanda fisik yang paling sering terjadi adalah massa pelvis

terjadi pada 12% hingga 66% kasus (Rasjidi, 2007). Penderita kanker tuba

umumnya datang dengan keluhan perdarahan pervagina atau keluarnya cairan

dari vagina, nyeri perut bagian bawah, perut membesar, dan perasaan tertekan

dalam perut (Aziz, 2006).

Stadium kanker tuba falopi menurut FIGO antara lain; Stadium 0:

karsinoma in situ; stadium I: pertumbuhan terbatas pada kedua tuba; stadium

IA: pertumbuhan terbatas pada satu tuba dengan penyebaran sub-mukosa

dan/atau lapisan muskularis, tetapi tidak menembus permukaan lapisan

serosa, tanpa asites; stadium IB: pertumbuhan terbatas pada kedua tuba

dengan penyebaran sub-mukosa dan/atau lapisan muskularis, tetapi tidak

menembus permukaan lapisan serosa, tanpa asites; stadium IC: tumor terbatas

pada satu atau kedua tuba, dengan perluasan pada/ melampaui serosa tuba

dengan sel ganas positif pada asites atau bilasan peritoneum yang

mengandung sel ganas; stadium II: pertumbuhan pada satu atau kedua tuba

falopi dengan penyebaran ke pelvis; stadium IIA: penyebaran atau metastasis

ke uterus dan/atau kedua ovarium; stadium IIB: penyebaran ke jaringan

pelvis; stadium IIC: tumor stadium IIA dan IIB tetapi dengan penyebaran

menembus atau mencapai lapisan serosa tuba atau atau dengan asites yang

mengandung sel ganas atau bilasan peritoneum yang mengandung sel ganas;

stadium III: tumor pada satu atau kedua tuba dengan pertumbuhan tumor di

(18)

atau inguinal yang positig mengandung tumor; stadium IIIA: metastase

peritoneal secara mikroskopis di luar pelvis, stadium IIIB: metastase

peritoneal secara makroskopis di luar pelvis 2 cm atau kurang; stadium IIIC:

metastase peritoneal lebih dari 2 cm dan/atau kelenjar getah bening

retroperitoneal dan inguinal positif mengandung tumor; stadium IV:

metastase jauh di luar cavum peritoneal (Rasjidi, 2007)

2.3 Spiritualitas Wanita Penderita Kanker Organ Reproduksi

Kanker termasuk penyakit kronis atau bisa juga penyakit terminal, sehingga kanker bisa mengancam diri seseorang, menyebabkan rasa takut, kecemasan, bahkan distres spiritualitas. Ketergantungan pada orang lain untuk kebutuhan perawatan diri rutin sering menimbulkan perasaan tidak berdaya. Ketidakberdayaan dan hilangnya rasa tujuan dalam hidup mengganggu kemampuan untuk mengatasi perubahan dalam berfungsi. Spiritualitas secara signifikan membantu klien untuk beradaptasi dengan perubahan akibat dari penyakit tersebut. Adaptasi yang berhasil sering memberikan pertumbuhan spiritual. Klien yang memiliki rasa kesejahteraan spiritual, yang merasa terhubung dengan kekuatan yang lebih tinggi dan lainnya, dan yang mampu menemukan makna dan tujuan hidup akan lebih mampu mengatasi penyakit tesebut, yang membantu klien dalam mencapai potensi dan meningkatkan pengalaman kualitas hidup. (Potter & Perry, 2009).

(19)

perempuan yang didiagnosis dengan kanker payudara atau ovarium tidak hanya karena keluarga lebih mungkin untuk berurusan dengan penderita kanker tetapi juga karena keluarga sendiri seumur hidup kemungkinan mengembangkan penyakit tersebut (Wellisch, 2007).

Spiritualitas merupakan hal yang sangat penting pada saat individu menderita suatu penyakit, karena spiritualitas menjadi satu-satunya dukungan dan sumber

kekuatan individu dalam menghadapi penyakit (Ningrum, 2014). Spiritualitas telah didefinisikan sebagai, 'Sebuah kualitas yang melekat semua manusia yang mendorong pencarian makna dan tujuan hidup, melibatkan hubungan dengan diri sendiri, orang lain, dan dimensi transenden (Kandasamy, 2011).

Pasien yang didiagnosis dengan kanker payudara telah dilaporkan menderita kecemasan dan depresi pada tahap tertentu selama diagnosis dan pengobatan dengan kemoterapi (Johansson, 2013)

Referensi

Dokumen terkait

Dokumen asli yang harus d 1. NPWP dan Laporan pajak bulan Mei, Ju 4. Dokumen penunjan. Apabila Saudar akan dinyatakan

Selanjutnya Panitia Pengadaan Meubelair Rumah Jabatan Pada Badan Pemeriksa Keuangan Perwakilan Provinsi Jawa Timur akan melakukan evaluasi administrasi, teknis, dan

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah apakah kurs Dollar Amerika, jumlah produksi, luas lahan, dan iklim secara simultan

Sintesis Protein Mikroba dan Krakteristik Kondisi Rumen Ternak Sapi Lokal yang diberi Ransum Jerami Padi Amoniasi Urea dan Konsentrat dengan Tingkat yang Berbeda.. Zain

Dengan menerapkan Rumus Hudson dapat diperoleh hasil analisis yang menunjukkan bahwa tinggi gelombang rencana yang dipakai pada pelabuhan Logending, Pelabuhan PLTU

Janganlah Anda merasa menjadi orang yang paling pintar karena di luar sana banyak orang yang jauh lebih pintar dan mungkin Anda belum bisa bertemu dengan mereka.. Janganlah

Faktor yang mempengaruhi kapasitas kondisi fisik komponen yang mendasar adalah keturunan ,usia, jenis kelamin: bahwa kondisi fisik sangat besar sangat besar di pengaruhi

Penelitian ini merupakan sarana bagi penulis untuk mengaplikasi teori yang diperoleh dalam perkuliahan dan menambah wawasan penulis tentang pengaruh penerapan good