• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh pelaksanaan kurikulum 2004 bidang studi ekonomi, profesionalitas guru bidang studi ekonomi, dan kultur keluarga terhadap jiwa kewirausahaan siswa : studi kasus pada siswa-siswi di tiga SMA Negeri dan tiga SMA swasta di Kabupaten Sleman.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh pelaksanaan kurikulum 2004 bidang studi ekonomi, profesionalitas guru bidang studi ekonomi, dan kultur keluarga terhadap jiwa kewirausahaan siswa : studi kasus pada siswa-siswi di tiga SMA Negeri dan tiga SMA swasta di Kabupaten Sleman."

Copied!
226
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGARUH PELAKSANAAN KURIKULUM 2004 BIDANG STUDI EKONOMI, PROFESIONALITAS GURU BIDANG STUDI EKONOMI,

DAN KULTUR KELUARGA TERHADAP JIWA KEWIRAUSAHAAN SISWA

Studi Kasus pada Siswa-siswi di Tiga SMA Negeri dan Tiga SMA Swasta di Kabupaten Sleman

Lusia Krisni Setianingsih Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2006

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah: (1) ada pengaruh pelaksanaan kurikulum 2004 bidang studi ekonomi terhadap jiwa kewirausahaan siswa; (2) ada pengaruh profesionalitas guru bidang studi ekonomi terhadap jiwa kewirausahan siswa; (3) ada pengaruh kultur keluarga terhadap jiwa kewirausahaan siswa.

Penelitian dilaksanakan di tiga SMA Negeri dan tiga SMA Swasta di Kabupaten Sleman pada bulan Oktober 2005-Desember 2005. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi SMA di Kabupaten Sleman. Jumlah Sampel penelitian adalah 475 responden. Teknik pengumpulan sample yang digunakan adalah purposive sampling. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, kuesioner,dan dokumentasi. Teknik analisis data adalah Chi Square.

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada pengaruh pelaksanaan kurikulum 2004 bidang studi ekonomi terhadap jiwa kewirausahaan siswa ( χ2tabel

= 3,841 < χ2hitung= 15,22 ); (2) ada pengaruh profesionalitas guru bidang studi

ekonomi terhadap jiwa kewirausahaan siswa ( χ2tabel = 3,841 < χ2hitung= 22,38 );

(3) ada pengaruh kultur keluarga terhadap jiwa kewirausahaan siswa ( χ2tabel =

(2)

ABSTRACT

THE INFLUENCE ON IMPLEMENTATION OF CURRICULUM 2004 ON ECONOMIC SUBJECT,

TEACHER PROFESSIONALISM ON ECONOMIC SUBJECT, AND FAMILY CULTURE TOWARD STUDENTS’ ENTREPRENEURSHIP SPIRIT

A Case Study on students at three State-owned Senior High Schools and three Private Senior High Schools in District of Sleman

Lusia Krisni Setianingsih Sanata Dharma University

Yogyakarta 2006

This Research aimed at knowing whether: (1) there was an influence on implementation of curriculum 2004 economic subject toward students’ entrepreneurship spirit; (2) there was an influence on teacher professionalism on economic subject toward students’ entrepreneurship spirit; (3) there was an influence on family culture toward students’ entrepreneurship spirit.

This research was done at three State-owned Senior High Schools and three private Senior High Schools in District of Sleman on October until December 2005. The population of this research was the entire Senior High School students in District of Sleman. The amount of research sample was 475 (four hundred and seventy-five) respondents. The sample collecting technique used was purposive sampling. Data collecting method that used were interviews, questionnaire, and documentation. Data analysis used was Chi Square.

The research results showed that: (1) there was an influence on implementation on economic subject of curriculum 2004 toward students’ entrepreneurship spirit ( χ2 table = 3.841 < χ2count = 15.22); (2) there was an

influence on teacher professionalism of economic subject toward students’ entrepreneurship spirit (χ2 table = 3.841 < χ2count = 22.38); (3) there was an

influence on family culture toward students’ entrepreneurship spirit ( χ2 table =

(3)

PENGARUH PELAKSANAAN KURIKULUM 2004 BIDANG STUDI EKONOMI, PROFESIONALITAS GURU BIDANG STUDI EKONOMI,

DAN KULTUR KELUARGA TERHADAP JIWA KEWIRAUSAHAAN SISWA

Studi Kasus Pada Siswa-Siswi Di Tiga SMA Negeri dan Tiga SMA Swasta Di Kabupaten Sleman

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Disusun Oleh :

LUSIA KRISNI SETIANINGSIH NIM : 011334081

PROGRAM PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(4)
(5)
(6)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat

karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu

perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau

pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara

tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Yogyakarta, 29 September 2006

Penulis

(7)

ABSTRAK

PENGARUH PELAKSANAAN KURIKULUM 2004 BIDANG STUDI EKONOMI, PROFESIONALITAS GURU BIDANG STUDI EKONOMI,

DAN KULTUR KELUARGA TERHADAP JIWA KEWIRAUSAHAAN SISWA

Studi Kasus pada Siswa-siswi di Tiga SMA Negeri dan Tiga SMA Swasta di Kabupaten Sleman

Lusia Krisni Setianingsih Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2006

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah: (1) ada pengaruh pelaksanaan kurikulum 2004 bidang studi ekonomi terhadap jiwa kewirausahaan siswa; (2) ada pengaruh profesionalitas guru bidang studi ekonomi terhadap jiwa kewirausahan siswa; (3) ada pengaruh kultur keluarga terhadap jiwa kewirausahaan siswa.

Penelitian dilaksanakan di tiga SMA Negeri dan tiga SMA Swasta di Kabupaten Sleman pada bulan Oktober 2005-Desember 2005. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi SMA di Kabupaten Sleman. Jumlah Sampel penelitian adalah 475 responden. Teknik pengumpulan sample yang digunakan adalah purposive sampling. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, kuesioner,dan dokumentasi. Teknik analisis data adalah Chi Square.

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada pengaruh pelaksanaan kurikulum 2004 bidang studi ekonomi terhadap jiwa kewirausahaan siswa ( χ2tabel

= 3,841 < χ2hitung= 15,22 ); (2) ada pengaruh profesionalitas guru bidang studi

ekonomi terhadap jiwa kewirausahaan siswa ( χ2tabel = 3,841 < χ2hitung= 22,38 );

(3) ada pengaruh kultur keluarga terhadap jiwa kewirausahaan siswa ( χ2tabel =

(8)

ABSTRACT

THE INFLUENCE ON IMPLEMENTATION OF CURRICULUM 2004 ON ECONOMIC SUBJECT,

TEACHER PROFESSIONALISM ON ECONOMIC SUBJECT, AND FAMILY CULTURE TOWARD STUDENTS’ ENTREPRENEURSHIP SPIRIT

A Case Study on students at three State-owned Senior High Schools and three Private Senior High Schools in District of Sleman

Lusia Krisni Setianingsih Sanata Dharma University

Yogyakarta 2006

This Research aimed at knowing whether: (1) there was an influence on implementation of curriculum 2004 economic subject toward students’ entrepreneurship spirit; (2) there was an influence on teacher professionalism on economic subject toward students’ entrepreneurship spirit; (3) there was an influence on family culture toward students’ entrepreneurship spirit.

This research was done at three State-owned Senior High Schools and three private Senior High Schools in District of Sleman on October until December 2005. The population of this research was the entire Senior High School students in District of Sleman. The amount of research sample was 475 (four hundred and seventy-five) respondents. The sample collecting technique used was purposive sampling. Data collecting method that used were interviews, questionnaire, and documentation. Data analysis used was Chi Square.

The research results showed that: (1) there was an influence on implementation on economic subject of curriculum 2004 toward students’ entrepreneurship spirit ( χ2 table = 3.841 < χ2count = 15.22); (2) there was an

influence on teacher professionalism of economic subject toward students’ entrepreneurship spirit (χ2 table = 3.841 < χ2count = 22.38); (3) there was an

influence on family culture toward students’ entrepreneurship spirit ( χ2 table =

(9)

HALAMAN

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada :

™

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria pembimbing yang terus bekerja

dalam hidupku.

™

Papi tercinta yang ada disurga bersama Bapa, serta Mami tercinta

yang tak pernah berhenti mendampingiku dan mendoakanku.

™

Kakak-kakakku yang terkasih yang telah mendukung dan

mendoakanku.

™

Seluruh keluarga besarku di Ambarawa, Lampung dan Serang

terimakasih untuk semuanya.

™

Teman-temanku semua dan sahabatku.

Berdoalah kepada Allah dalam badai, namun tetaplah mendayung

(Pepatah Denmark)

Apabila engkau memutuskan berbuat sesuatu, maka akan tercapai maksudmu,

dan cahaya terang menyinari jalan-jalanmu (Ayub 22:28)

Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh

(10)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas kasih dan rahmat-Nya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul : “PENGARUH

PELAKSANAAN KURIKULUM 2004 BIDANG STUDI EKONOMI, PROFESIONALITAS GURU BIDANG STUDI EKONOMI, DAN KULTUR

KELUARGA TERHADAP JIWA KEWIRAUSAHAAN SISWA”. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana

Pendidikan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi

Pendidikan Akuntansi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

Dalam penyusunan Skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan

berupa dorongan, motivasi, bimbingan, sarana, materi. Oleh karena dalam

kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

telah memberikan bantuan ini, antara lain :

1. Romo Dr. Ir. P. Wiryono Priyotamtama SJ., M.Sc. Rektor Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Drs. T. Sarkim., M.Ed.,Ph.D. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak L. Saptono, S.Pd, M.Si Dosen Pembimbing I dalam penyusunan

skripsi.

(11)

5. Segenap Dosen dan Karyawan Fakultas Teknik Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

6. Bapak dan Ibu Kepala Sekolah di SMA Negeri I Sleman, SMA Negeri I

Mlati, SMA Kolose de Brito, SMA Gama, SMA Kolombo, SMA Negeri I

Depok yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian.

7. Segenap responden yang telah membantu dalam pengumpulan data untuk

penyelesaian skripsi ini.

8. Papi tercinta yang berada di surga bersama Bapa. Pi, terimakasih banyak

ya untuk semua yang telah papi berikan, dan akhirnya Krisni selesai juga.

serta Mami tercinta yang tak pernah berhenti memberi dukungan berupa

doa, semangat dan meteri. Serta perhatian dan kasih sayang yang tak

pernah berhenti dalam hidupku.

9. Keluarga besarku, kakak-kakakku (Mas Paulus dan Mbak Wanty, Mas

Agus dan Mbak Anty, Mas Pram dan Mbak Narti, Mas Anto dan adikku

Krisna, serta keponakan-keponakanku tercinta Felix, Tata, Lia, Cita dan

Elvin. Terimakasih untuk doa, dan bantuannya serta casi yang diberikan

untuk tante Ninie.

10.Keluarga besar di Ambarawa, Lampung dan Serang yang telah banyak

berdoa dan mendukung dalam menyelesaikan skripsi ini terimakasih untuk

semuanya.

11.Teman-teman seperjuangan di PAK ’01 Erny, Ipun, Thomas, Yoan, Beni

“Bendot”, Sigit, dan anak-anak Sangkuriang Crew terimakasih untuk

(12)

12.Teman-teman di PAK A, PAK B, PAK C yang tidak bisa aku sebutkan

satu persatu terimakasih untuk bantuan dan dukungannya.

13.Komputer Silver ku yang banyak membantuku dalam penulisan skripsi ini,

terimakasih untuk jasa mu, aku akan selalu menjagamu.

14.Buat D.C. tersayang yang selalu setia anter jemput aku kemana-mana, dan

pemilik Plat DK 6764 EI yang setia antar jemput tuan puteri selama

penyelesaian skripsi ini, thanks ya Han yang rek’e.

15.Mas Didik “Kidid” terimakasih untuk support dan waktunya yang selalu

tersedia untuk membantu setiap saat.

16.Semua pihak yang banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini, yang

tidak bisa aku sebutkan satu persatu terimakasih untuk semuannya ya.

Dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, kekeliruan, dan

jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik

yang bersifat membangun demi kemajuan yang akan datang.

Semoga penulisan skripsi ini dapat memberikan tambahan wawasan dan

pengetahuan yang berguna bagi semua pembaca khususnya.

Yogyakarta, September 2006

(13)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... ii

DAFTAR DEWAN PENGUJI... iii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 4

C. Rumusan Masalah... 4

D. Tujuan Penelitian... 5

E. Manfaat Penelitian... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Kurikulum Bidang Studi Ekonomi 2004 ... 7

1. Pengertian Kurikulum. ... 7

2. Fungsi dan Tujuan Kurikulum Bidang Studi Ekonomi 2004. 9

(14)

1. Pengertian Profesionalitas ... 13

2. Ciri-ciri Profesionalitas... 18

C. Kultur Keluarga ... 20

1. Pengertian Kultur... 20

2. Dimensi Kultur Keluarga... 23

D. Kewirausahaan... 25

1. Pengertian Kewirausahaan ... 25

2. Karakteristik Kewirausahaan... 28

E. Kerangka Teoretik ... 32

1. Pengaruh Pelaksanaan Kurikulum Bidang Studi Ekonomi 2004 Terhadap Jiwa Kewirausahaan Siswa... 32

2. Pengaruh Profesionalitas Guru Bidang Studi Ekonomi Terhadap Jiwa Kewirausahaan Siswa... 33

3. Pengaruh Kultur Keluarga Terhadap Jiwa Kewirausahaan Siswa... 34

4. Pengaruh Pelaksanaan Kurikulum 2004, Profesionalitas Guru Bidang Studi Ekonomi, dan Kultur Keluarga Terhadap Jiwa Kewirausahaan Siswa ... 35

F. Rumusan Hipotesis ... 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 37

A. Jenis Penelitian ... 37

(15)

C. Populasi dan Sampel Penelitian... 37

D. Variabel Penelitian dan Pengukurannya... 38

1. Variabel Pelaksanaan Kurikulum 2004 Bidang Studi Ekonomi... 38

2. Variabel Profesionalitas Guru Bidang Studi Ekonomi... 40

3. Variabel Kultur Keluarga ... 42

4. Variabel Pembentukan Jiwa Kewirausahaan... 43

E. Teknik Pengumpulan Data ... 45

1. Kuesioner ... 45

2. Wawancara ... 45

3. Dokumentasi ... 45

F. Pengujian Validitas dan Reliabilitas... 46

1. Pengujian Validitas... 46

2. Pengujian Reliabilitas ... 47

G. Teknik Analisis Data ... 48

1. Deskripsi Data ... 48

2. Uji Normalitas ... 49

3. Pengujian Hipotesis ... 49

BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH ... 53

A. Sejarah Berdirinya Sekolah-sekolah Yang Diteliti... 53

1. SMA NEGERI I MLATI ... 53

(16)

b. Visi dan Misi Sekolah ... 53

c. Sumber Daya Manusia Sekolah ... 54

d. Sarana, Prasarana dan Fasilitas Sekolah ... 55

e. Struktur Organisasi Sekolah... 57

2. SMA NEGERI I SLEMAN... 58

a. Sejarah Berdirinya Sekolah... 58

b. Visi dan Misi Sekolah ... 59

c. Sumber Daya Manusia Sekolah ... 59

d. Sarana, Prasarana dan Fasilitas Sekolah ... 61

e. Struktur Organisasi Sekolah... 63

3. SMA KOLESE DE BRITO ... 64

a. Sejarah Berdirinya Sekolah... 64

b. Visi dan Misi Sekolah ... 64

c. Sumber Daya Manusia Sekolah ... 65

d. Sarana, Prasarana dan Fasilitas Sekolah ... 66

e. Struktur Organisasi Sekolah... 68

4. SMA GAMA... 69

a. Sejarah Berdirinya Sekolah... 69

b. Visi dan Misi Sekolah ... 69

c. Sumber Daya Manusia Sekolah ... 70

5. SMA KOLOMBO ... 71

a. Sejarah Berdirinya Sekolah... 71

(17)

c. Sumber Daya Manusia Sekolah ... 72

d. Sarana, Prasarana dan Fasilitas Sekolah ... 73

e. Struktur Organisasi Sekolah... 74

6. SMAN I DEPOK ... 75

a. Sejarah Berdirinya Sekolah... 75

b. Visi dan Misi Sekolah ... 75

c. Sumber Daya Manusia Sekolah ... 75

d. Sarana, Prasarana dan Fasilitas Sekolah ... 77

BAB V ANALISIS DATA ... 79

A. Deskripsi Data ... 79

1. Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 79

2. Deskripsi Responden Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua.. 80

3. Deskripsi Pelaksanaan Kurikulum 2004 Bidang Studi Ekonomi ... 80

4. Deskripsi Profesionalitas Guru Bidang Studi Ekonomi... 85

5. Deskripsi Kultur Keluarga ... 90

6. Deskripsi Jiwa Kewirausahaan Siswa... 95

B. Analisis Data... 99

C. Pengujian Hipotesis ... 101

(18)

BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN, DAN SARAN 120

A. Kesimpulan... 120

B. Keterbatasan Penelitian ... 120

C. Saran……. ... 121

DAFTAR PUSTAKA ... 124

(19)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Semakin maju peradaban hidup manusia mengakibatkan adanya

banyak tuntutan yang harus dipenuhi untuk dapat hidup. Ketatnya persaingan

membuat para pencari tenaga kerja (unit usaha) semakin selektif dalam

menentukan macam sumber daya manusia (SDM) yang memang benar-benar

bisa dihandalkan. Bagi SDM yang memiliki kualifikasi andal, mereka akan

lebih mudah mendapatkan lapangan pekerjaan yang diinginkan dan begitu

juga sebaliknya. Mutu SDM tersebut berhubungan dengan mutu proses

pendidikan formal pada strata pendidikan yang telah ditempuhnya. Dengan

kata lain, lembaga pendidikan dapat dikatakan berhasil apabila dapat

menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi sesuai dengan bidangnya

masing-masing.

Salah satu tujuan penting dalam pembelajaran ekonomi di Sekolah

Menengah Atas (SMA) adalah untuk membekali siswa nilai-nilai serta etika

ekonomi dan memiliki jiwa wirausaha (Depdiknas, 2004:6). Sedangkan

fungsi dari pembelajaran mata pelajaran ekonomi di sekolah sendiri adalah

untuk mengembangkan kemampuan siswa untuk berekonomi dengan cara

mengenal berbagai kenyataan dan peristiwa ekonomi, memahami konsep dan

teori serta berlatih dalam memecahkan masalah ekonomi yang terjadi di

(20)

Sejalan dengan tujuan dan fungsi pembelajaran tersebut diharapkan

lulusan SMA memiliki pengetahuan yang cukup tentang ekonomi dan

memiliki jiwa kewirausahaan. Usaha-usaha yang telah dilakukan oleh sekolah

dalam mewujudkan tujuan kurikulum tersebut adalah menyelenggarakan

sistem pendidikan yang tersusun secara sistematis. Setiap guru mata pelajaran

diwajibkan untuk menyusun silabus, untuk mengatur jalannya pembelajaran

selama satu semester, menentukan standar kompetensi yang harus dicapai

oleh siswa, seperti menetapkan standar kompetensi lintas kurikulum,

menetapkan standar kompetensi bahan kajian, menetapkan standar

kompetensi mata pelajaran, dan menetapkan rambu-rambu yang dapat

memperlancar proses pembelajaran yang mengena.

Namun demikian kadang kala harapan itu tidak selalu sesuai dengan

kenyataannya. Saat ini banyak lulusan SMA tidak dapat melanjutkan studi ke

jenjang yang lebih tinggi dan akhirnya menganggur. Sedikitnya 2,5 juta

lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) di Indonesia terpaksa menganggur

akibat ketiadaan biaya untuk melanjutkan pendidikan dan tidak memiliki

keterampilan untuk bekerja (http//www.google.com.pikiran rakyat). Hal

tersebut kemungkinan disebabkan lulusan tidak siap untuk bekerja dan belum

mampu menciptakan pekerjaan bagi diri mereka sendiri. Dengan demikian

tujuan kurikulum 2004 bidang studi ekonomi diduga kuat untuk

mengakomodasi hal tersebut.

Ada beberapa faktor yang diduga kuat menyebabkan tumbuhnya jiwa

(21)

pelaksanaan kurikulum 2004 bidang studi ekonomi, profesionalitas guru

bidang studi ekonomi, dan kultur keluarga. Pelaksanaan kurikulum 2004

bidang studi ekonomi di sekolah yang sesuai dengan tujuan dari kurikulum itu

sendiri yang dimaksud di sini, yang dapat menumbuhkan jiwa kewirausahaan

pada diri siswa. Di dalam kurikulum 2004 bidang studi ekonomi terdapat

tujuan-tujuan yang salah satunya adalah untuk membekali siswa dengan

nilai-nilai serta etika ekonomi dan memiliki jiwa kewirausahaan. Maka dari itu

pelaksanaan kurikulum yang baik dan benar diharapkan dapat menumbuhkan

jiwa kewirausahaan pada diri siswa SMA. Guru bidang studi ekonomi adalah

salah satu fasilitator untuk menyampaikan pembelajaran di sekolah yang

sesuai dengan kurikulum 2004 bidang studi ekonomi. Guru yang

menyampaikan materi pelajaran dengan profesional akan dapat mencapai

tujuan dari kurikulum yang salah satunya adalah memiliki jiwa

kewirausahaan. Kultur keluarga adalah faktor yang banyak menanamkan

nilai-nilai dan norma-norma pada diri siswa dan menyebabkan terbentuknya

karakter pada diri siswa. Perlakuan dan contoh mengenai kewirausahaan

dalam keluarga dapat mempengaruhi pembentukan jiwa kewirausahaan pada

diri siswa. Misalkan orang tua siswa mempunyai mata pencaharian sehari-hari

sebagai pedagang, maka secara tidak langsung, sedikit banyak akan

berpengaruh pada penanaman jiwa kewirausahaan pada diri siswa tersebut,

melalui banyak cara misalnya seperti dengan melihat, saat diminta orang tua

(22)

Berdasarkan uraian permasalahan yang ada di atas, maka penulis akan

mengambil judul penelitian “PENGARUH PELAKSANAAN KURIKULUM

2004, PROFESIONALITAS GURU BIDANG STUDI EKONOMI, DAN

KULTUR KELUARGA TERHADAP JIWA KEWIRAUSAHAAN SISWA”.

Penelitian ini merupakan studi kasus pada siswa-siswi di 3 SMA Negeri dan 3

SMA Swasta di Kabupaten Sleman Yogyakarta.

B. Batasan Masalah

Penelitian ini memfokuskan perhatian pada faktor-faktor yang diduga

kuat menentukan pembentukan jiwa kewirausahaan siswa. Faktor-faktor

tersebut antara lain sikap siswa terhadap pelaksanaan kurikulum 2004 bidang

studi ekonomi, profesionalitas guru bidang studi ekonomi, dan kultur

keluarga. Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat kontribusi faktor-faktor

tersebut pada pembentukan jiwa kewirausahaan siswa.

C. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, maka penulis dapat merumuskan

permasalahan penelitian sebagai berikut :

1. Apakah ada pengaruh pelaksanaan kurikulum 2004 bidang studi ekonomi

terhadap jiwa kewirausahaan siswa?

2. Apakah ada pengaruh profesionalitas seorang guru bidang studi ekonomi

terhadap jiwa kewirausahaan siswa?

(23)

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai

melalui penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara pelaksanaan kurikulum

2004 bidang studi ekonomi terhadap jiwa kewirausahaan siswa.

2. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara profesionalitas seorang

guru bidang studi ekonomi terhadap jiwa kewirausahaan siswa.

3. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara kultur keluarga terhadap

jiwa kewirausahaan siswa.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi peneliti

yang sejenis dan sebagai sumber informasi bagi mahasiswa yang sedang

menempuh mata kuliah kewirausahaan.

2. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk

dapat menyiapkan lulusan yang mempunyai jiwa kewirausahaan melalui

evaluasi pelaksanaan kurikulum 2004 bidang studi ekonomi dan evaluasi

terhadap kinerja para guru khususnya bidang studi ekonomi.

3. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai sumber informasi

(24)

ekonomi yang mampu memenuhi standar-standar profesi keguruan dan

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kurikulum Bidang Studi Ekonomi 2004

1. Pengertian Kurikulum

Pengertian kurikulum menurut kamus Webster’s New International

Dictionary (1953) adalah :

“The curriculum is a specified fixed course of study, as in a school or college, as one leading to a degree”

Pengertian di atas memandang bahwa kurikulum terdiri dari sejumlah

mata pelajaran tertentu yang harus dikuasai untuk mencapai suatu tingkat

pendidikan (Usman Mulyadi 1988:2). Sedangkan Oemar Hamalik

(Usman Mulyadi,1988:2-3) mengungkapkan bahwa kurikulum adalah

sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh murid untuk

memperoleh ijazah.

Sedangkan pandangan yang lain mengenai kurikulum yang sejalan

dengan perkembangan jaman adalah menurut Romine (Usman Mulyadi,

1988:4), yang menyatakan bahwa :

“Curriculum is interpreted to mean all of the organized courses, activities and experiences which pupils have under the direction of the school, wether in the classroom or not”

Kegiatan kurikuler tidak terbatas dalam ruangan kelas saja, melainkan

mencakup juga kegiatan di luar kelas. Karena itu kegiatan intra kurikuler

(26)

yang bertujuan memberikan pengalaman pendidikan bagi siswa adalah

kurikulum.

Lebih lanjut Mehl Mills Donglass (Usman Mulyadi, 1988:5-6)

mengungkapkan bahwa :

“The curriculum is as broad and varied as the child’s school environment, broadly conceived, the curriculum embraces not only subject matter but also varians aspects of the physical and environment. The school brings the chil with his impelling flow of school facilities subject matter, other children, and teachers from the interaction or the child with these elements learning results. Not only is the learner an ever-changing personality resulting from a continous series of new experiences, but the consituent elements of his environment are constantly evolving and unfolding”

Pandangan ini mengatakan bahwa kurikulum adalah merupakan

program pendidikan yang disediakan oleh sekolah untuk siswa. Melalui

program yang direncanakan itu siswa melakukan berbagai kegiatan

belajar, sehingga mendorong perkembangan dan pertumbuhan siswa,

sesuai dengan pendidikan yang telah ditentukan. Dengan melalui

program kurikuler, sekolah menyediakan lingkungan bagi siswa untuk

berkembang, karena itu kurikulum disusun sedemikian rupa agar

memungkinkan siswa melakukan berbagai ragam kegiatan. Kurikulum

tidak hanya terbatas pada mata pelajaran-mata pelajaran saja, tetapi

meliputi segala sesuatu yang dapat mempengaruhi perkembangan siswa,

seperti bangunan sekolah, alat-alat pelajaran, perlengkapan,

perpustakaan, karyawan tata usaha, lingkungan sekolah dan lain-lain.

Berdasarkan beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa

(27)

bertujuan memberikan pengalaman pendidikan bagi siswa, seperti

kegiatan ekstrakurikuler dan kegiatan intra kurikuler yang yang harus

ditempuh oleh murid untuk memeperoleh ijazah atau meluluskan

sekolahnya.

2. Fungsi dan Tujuan Kurikulum Bidang Studi Ekonomi 2004

Ekonomi merupakan ilmu tentang perilaku dan tindakan manusia

untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang banyak, bervariasi, dan

berkembang dengan sumber daya yang ada melalui pilihan-pilihan

kegiatan produksi, konsumsi, dan distribusi. Fungsi mata pelajaran

ekonomi di sekolah adalah mengembangkan kemampuan siswa untuk

berekonomi, dengan cara mengenal berbagai kenyataan dan peristiwa

ekonomi, memahami konsep dan teori serta berlatih dalam memecahkan

masalah ekonomi yang terjadi di masyarakat. Sedangkan tujuannya

adalah (Depdiknas, 2004:6) :

a. Membekali siswa sejumlah konsep ekonomi untuk mengetahui dan

mengerti peristiwa dan masalah ekonomi dalam kehidupan

sehari-hari, terutama yang terjadi di lingkungan setingkat individu atau

rumah tangga, masyarakat dan negara.

b. Membekali siswa sejumlah konsep ekonomi yang diperlukan untuk

mendalami ilmu ekonomi pada jenjang selanjutnya.

c. Membekali siswa nilai-nilai serta etika ekonomi dan memiliki jiwa

(28)

d. Meningkatkan kemampuan berkompetensi dan bekerjasama dalam

masyarakat yang majemuk, baik dalam skala nasional maupun skala

internasional.

Pelaksanaan kurikulum ekonomi 2004 dapat dilihat dalam

pembuatan perencanaan pembelajaran seperti : silabus yang dibuat oleh

para guru, penyediaan sarana pembelajaran yang sesuai dengan

kurikulum ekonomi 2004, dan lain- lain. Selain itu juga siswa diharapkan

mempunyai kompetensi yang telah dirumuskan dalam kurikulum

ekonomi 2004, yaitu antara lain (Depdiknas, 2004:7) :

a. Memiliki keyakinan, mempunyai hak, menjalankan kewajiban dan

berperilaku sesuai dengan agama yang dianutnya, serta menyadari

bahwa setiap orang perlu saling menghargai dan merasa aman.

b. Menggunakan bahasa untuk memahami, mengembangkan, dan

mengkomunikasikan gagasan dan informasi, serta untuk berinteraksi

dengan orang lain.

c. Memilih, memadukan, dan menerapkan konsep-konsep dan

teknik-teknik numerik dan spasial, serta mampu mencari dan menyusun

pola, struktur, dan hubungan.

d. Memilih, mencari, dan menerapkan teknologi dan informasi yang

diperlukan dari berbagai sumber serta menilai manfaatnya.

e. Memahami dan menghargai dunia fisik, makhluk hidup, dan

teknologi, dan menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-

(29)

f. Memahami konteks budaya, geografi, dan sejarah, serta memiliki

pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai untuk berpartisipasi aktif

dalam kehidupan, serta berinteraksi dan berkontribusi dalam

masyarakat dan budaya global.

g. Berpartisipasi dalam kegiatan kreatif di lingkungan untuk saling

menghargai karya artistik, budaya, dan intelektual serta menerapkan

nilai- nilai luhur untuk meningkatkan kematangan pribadi menuju

masyarakat beradab.

h. Menunjukkan kemampuan berpikir konsekuen, berpikir lateral,

berfikir kritis, memperhitungkan peluang dan potensi, serta siap

untuk mengahadapi berbagai kemungkinan.

i. Menunjukkan motivasi dan percaya diri dalam belajar, mampu

bekerja mandiri, dan mampu bekerja sama dengan orang lain.

Kurikulum bidang studi ekonomi 2004 yang berbasis kompetensi

berbentuk matrik yang meliputi : standar kompetensi, kompetensi dasar,

indikator, materi pokok. Yang dimaksud dengan standar kompetensi

adalah pernyataan yang mencakup penegetahuan, ketrampilan, sikap, dan

nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan bertindak dan berpikir setelah

siswa menyelesaikan suatu aspek atau sub aspek mata pelajaran dalam

satu kelas. Yang dimaksud dengan kompetensi dasar adalah merupakan

pernyataan minimal atau memadai tentang pengetahuan, keterampilan,

sikap, dan nilai- nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan bertindak dan

(30)

pelajaran tertentu. Yang dimaksud dengan indikator adalah merupakan

kompetensi dasar secara spesifik yang dapat dijadikan ukuran untuk

menilai ketercapaian hasil pembelajaran. Yang dimaksud dengan materi

pokok adalah materi pelajaran yang akan dipelajari di kelas pada saat

proses belajar mengajar berlangsung.

Seseorang yang dinyatakan kompeten di bidang tertentu adalah

seseorang yang menguasai kecakapan kerja atau keahlian selaras dengan

tuntutan bidang kerja yang bersangkutan dan dengan demikian ia

mempunyai wewenang dalam pelayanan sosial di masyarakatnya.

Kompetensi keguruan menunjuk kuantitas serta kualitas layanan

pendidikan yang dilaksanakan oleh guru yang bersangkutan secara

standar (A. Samana, 1995:44). Kompetensi keguruan meliputi

kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.

Kompetensi kepribadian dan sosial keguruan menunjuk perlunya struktur

kepribadian dewasa yang mantap, susila, dinamik, reflektif serta

berupaya untuk maju, dan bertanggung jawab (A. Samana, 1995:53-54).

Dari penjelasan di atas dapat dijelaskan rincian dari kompetensi personal

sosial yang disarankan adalah (A. Samana, 1995:55-57).

a. Guru menghayati serta mengamalkan nilai hidup termasuk nilai moral

dan keimanan.

b. Guru hendaknya bertindak jujur dan bertanggung jawab.

c. Guru mampu berperan sebagai pemimpin, baik di dalam lingkup

(31)

d. Guru bersikap bersahabat dan terampil berkomunikasi dengan siapa

pun demi tujuan yang baik.

e. Guru mampu berperan serta aktif dalam pelestarian dan

pengembangan budaya masyarakatnya.

f. Dalam persahabatan dengan siapapun guru tidak kehilangan prinsip

serta nilai hidup yang diyakininya.

g. Guru bersedia ikut berperan serta dalam berbagai kegiatan sosial.

h. Guru adalah pribadi yang bermental sehat dan stabil.

i. Guru tampil secara pantas dan rapi.

j. Guru mampu berbuat kreatif dan penuh perhitungan.

k. Dalam keseluruhan relasi sosial dan profesionalnya guru hendaknya

mampu bertindak tepat waktu dalam janji dan penyelesaian

tugas-tugasnya.

l. Guru hendaknya dapat menggunakan waktu luangnya di luar tuntutan

tugas keguruannya secara bijaksana dan produktif.

B. Profesionalitas Guru

1. Pengertian Profesionalitas

Istilah “profesionalitas” berasal dari kata sifat yaitu “profesional”

yang berarti pencaharian dan sebagai kata benda yang berarti orang yang

mempunyai keahlian seperti guru, dokter, hakim, dan sebagainya.

Dengan kata lain pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan

(32)

itu dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak

dapat memperoleh pekerjaan lain (Nana Sudjana, 1988); (Moh.Uzer

Usman, 1997:14).

Profesional sering diartikan sebagai suatu keterampilan teknis yang

dimiliki seseorang. Profesional memiliki makna ahli (expert), tanggung

jawab (resposibility), baik tanggung jawab intelektual maupun

tanggungjawab moral dan memiliki rasa kesejawatan (Piet A. Sahertian,

1994:29-30).

Seorang pekerja profesional dalam bahasa keseharian disebut juga

sebagai seorang pekerja yang terampil atau cakap dalam kerjanya,

biarpun keterampilan atau kecakapan tersebut sekedar produk dari fungsi

minat dan belajar dari kebiasaan. Sebagai pekerja profesional dituntut

mengusai visi yang mendasari keterampilannya yang menyangkut

wawasan filosofis, pertimbangan rasional, dan memiliki sikap yang

positif dalam melaksanakan serta memperkembangkan mutu karyanya

( T. Raka Joni, 1980:6 ; A. Samana, 1995:27).

Dengan berlandaskan dari pengertian ini, maka pengertian

profesionalitas guru adalah orang yang memiliki kemampuan dan

keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan

tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Dengan

kata lain profesionalitas guru adalah orang yang terdidik dan terlatih

dengan baik, serta memiliki pengalaman yang kaya di bidangnya (Agus

(33)

terdidik dan terlatih bukan hanya memperoleh pendidikan formal tetapi

juga harus menguasai berbagai strategi atau teknik di dalam kegiatan

belajar mengajar serta menguasai landasan-landasan kependidikan seperti

yang tercantum dalam kompetensi guru yang telah diatur.

Profesionalitas seorang guru dapat dilihat pada (Masidjo, 1995:11):

1. Kemampuannya dalam menguasai bahan pelajaran yaitu bidang studi

dalam kurikulum, pendalaman atau aplikasi.

2. Kemampuan mengelola proses belajar mengajar : yaitu dalam

merumuskan tujuan pengajaran, mengenal dan menggunakan metode

mengajar, memilih dan menyusun prosedur pengajaran,

melaksanakan PBM, mengenal peserta didik, dan melaksanakan

pengajaran remedial.

3. Kemampuan dalam mengelola kelas : yaitu mengatur tata ruang

kelas, dan menciptakan iklim belajar yang serasi.

4. Kemampuan menggunakan media : yaitu kemampuan dalam

menggunakan dan membuat media, mengelola dan mengembangkan

laboratorium, dan menggunakan perpustakaan dan micro teaching.

5. Kemampuan dalam mengelola interaksi PBM

6. Kemampuan dalam menguasai landasan pendidikan

7. Kemampuan dalam menilai prestasi peserta didik untuk kepentingan

pengajaran

8. Kemampuan mengenal fungsi bimbingan dan konseling

(34)

10. Kemampuan memahami prinsip dan menafsirkan hasil penelitian

pendidikan.

Profesionalitas yang dituntut pada seorang guru adalah

keterampilan teknis lebih rinci, serta kepribadian tertentu. Kriteria atau

tolok ukur keprofesionalan seorang guru adalah sejauh mana guru telah

memenuhi kriteria profesionalisme, segala upaya menuju profesionalisasi

guru.

Moh. Fakry Gaffar (1999:98) mengemukakan bahwa untuk

menjadi seorang guru yang profesional harus memiliki lima hal, yaitu :

1. Guru mempunyai komitmen pada siswa dan proses belajarnya.

2. Guru menguasai secara mendalam bahan/ mata pelajaran yang akan

diajarkan dan mengajarkannya kepada siswa.

3. Guru bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui

berbagai teknik evaluasi.

4. Guru mampu berfikir sistematis tentang apa yang dilakukannya dan

belajar dari pengalamannya.

5. Guru seyogyanya merupakan bagian dari masyarakat.

Sedangkan menurut T. Raka Joni (1994); (A. Samana, 1995:26)

mengemukakan beberapa ciri guru yang profesional adalah sebagai

berikut :

1. Guru diharapkan mampu berperan sebagai agen pembaharuan sosial,

mampu menyebarluaskan kebenaran, kecakapan kerja baru, dan

(35)

peran sosialnya di luar jalur sekolah (dalam kehidupan bermasyarakat

sehari-hari.

2. Guru diharapkan mampu bertindak sebagai organisator pengajaran,

menjadi fasilitator belajar siswa dalam hal yang teknis (didaktis

metodis) guru tersebut mampu membimbing belajar siswa.

3. Sebagai perluasan dari tugas keguruan, seorang guru mesti pantas

menjadi teladan bagi siswa dan sesama warga masyarakat di

lingkungannya.

4. Guru bertanggung jawab secara profesional untuk secara terus

menerus meningkatkan kecakapan keguruannya, baik yang

menyangkut dasar keilmuan, kecakapan teknis didaktis, maupun sikap

keguruannya.

5. Guru hendaknya menjunjung tinggi kode etik profesionalnya. Guru

dituntut mematuhi serta mengejawantahkan norma yang termuat

dalam rumusan kode etik guru tersebut dalam tindakan nyata,

sehingga tindakan keguruannya dapat menggerakkan diri siswa dan

warga masyarakat sekelilingnya untuk bertingkah laku yang baik.

Kemudian ditambahkan oleh Surra J. Kitti mengenai bagaimana

menjadi guru yang baik dan profesional, yang antara lain :

a. Dapat tampil di muka kelas dengan prima, dengan menguasai materi

pelajaran yang akan diberikan kepada siswa.

b. Dapat berlaku bijaksana.

(36)

d. Dapat mengendalikan emosi.

e. Dapat menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh siswa.

f. Memiliki rasa malu dan takut. Yang dimaksud dengan rasa malu

adalah malu untuk melakukan perbuatan salah, sementara rasa takut

adlah takut dari akibat perbuatan salah yang kita lakukan.

g. Dapat menerima hidup ini sebagaimana adanya, berusaha hidup

sederhana sesuai dengan kenyataan yang ada.

h. Tidak sombong di hadapan murid, tidak membanggakan diri sendiri.

i. Dapat berlaku adil, dalam memberikan penilaian kepada siswa.

2. Ciri-ciri Profesionalitas

Berdasarkan pengertian yang telah dikemukakan di atas, diketahui

bahwa suatu profesi menuntut persyaratan yang mendasarkan

keterampilan teknis lebih rinci, serta kepribadian tertentu. Untuk lebih

memperjelas ciri-ciri yang dimaksud, berikut ini akan disampaikan oleh

ahli yang mengemukakan batasan atau ciri-ciri sekaligus syarat-syarat

dari suatu profesi.

Robert Rickey (Piet A. Sahertian, 1994:27-28) mengemukakan

ciri-ciri profesi sebagai berikut :

a. Lebih mementingkan pelayanan kemanusiaan yang ideal

(37)

b. Memerlukan waktu yang relatif panjang untuk mempelajari

konsep-konsep serta prinsip-prinsip pengetahuan khusus yang mendukung

keahliannya.

c. Memiliki kualifikasi tertentu untuk memasuki profesi tersebut.

d. Memiliki kode etik yang mengatur keanggotaan, tingkah laku, sikap

dan cara kerja.

e. Membutuhkan suatu kegiatan intelektual yang tinggi.

f. Adanya organisasi yang dapat meningkatkan standar pelayanan,

disiplin diri dalam profesi, serta kesejahteraan anggotanya.

g. Memberi kesempatan untuk kemajuan, spesialisasi dan kemandirian.

h. Memandang profesi sebagai suatu karier hidup (alive career) dan

menjadikan seseorang anggota yang permanen.

Menurut Lieberman dan Eric Hoyle, ciri suatu profesi adalah

sebagai berikut (Piet A. Sahertian 1994:27-28) :

1. Suatu profesi menampakkan diri dalam bentuk layanan sosial.

Hakekat suatu profesi adalah seseorang itu lebih mengutamakan

tugasnya sebagai suatu layanan sosial.

2. Suatu profesi dilandasi dan diperoleh atas dasar pengetahuan yang

sistematis.

3. Suatu profesi membutuhkan jangka waktu panjang untuk dididik dan

dilatih.

4. Suatu profesi dikatakan mempunyai otonomi kalau orang itu dapat

(38)

5. Suatu profesi umumnya juga ditandai oleh adanya pertumbuhan

dalam jabatan.

Menurut C.V. Good (ed) 1973:440, (A. Samana, 1995:27)

menjelaskan bahwa jenis pekerjaan yang berkualifikasi profesional

memiliki ciri-ciri tertentu antar lain :

1. memerlikan pendidikan atau atau persiapan khusus bagi calon

pelakunya dengan kata lain membutuhkan pendidikan pra-jabatan

yang relevan.

2. Kecakapan seorang pekerja profesional dituntut memenuhi

persyaratan yang telah dibakkan oleh pihak yang berwenang, contoh

organisasi profesional, konsorsium, dan pemerintah.

3. Mendapat pengakuan dari masyarakat atau negara dengan segala

civil effect-nya.

Berbicara mengenai profil guru dalam konteks profesional berarti

berbicara tentang kualifikasi guru. Guru yang profesional mempunyai

kualifikasi tertentu, baik kualifikasi personal (guru yang baik, guru yang

berhasil, guru yang efektif), maupun kualifikasi profesional (kualifikasi

kompetensi) (Piet A. Sahertian, 1994:24-26).

C. Kultur Keluarga

1. Pengertian kultur

Istilah kultur atau budaya berasal dari disiplin ilmu antropologi.

(39)

“ a pattern of basic assumption invented, or developed by a group as it learns to cope with its problems of exsternal adaption and internal integration that has worked well enough to be considered valid and therefore to be taught to new members as the correct way to perceived, think, and feel in relation to those problem”.

Kultur merupakan asumsi dasar yang ditemukan, dipahami dan

dikembangkan oleh anggota kelompok atau grup. Karena asumsi terbukti

benar saat digunakan untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi

kelompok, baik masalah adaptasi dengan lingkungan eksternal organisasi

maupun integrasi dalam tubuh grup itu sendiri, maka asumsi tersebut

diajarkan kepada anggota-anggota baru sebagai cara pandang, pola pikir,

dan perasaan yang benar ketika menghadapi masalah di masa mendatang.

Clayde Kluckhon, sebagaimana dikutip Erez dan Early (1993:41),

menyatakan bahwa :

“Culture consists of patterned ways of thinking, feeling, and reacting, acquired and transmitted mainly by symbols, constituting the distinctive achievement of human group, including their embodiments in artijacts, the essential, core of culture consists of traditional (r.e. historically derived and selected) ideas and especially their attached values”.

Esensi kultur adalah nilai-nilai. Nilai-nilai diderivasi dan diseleksi

berdasarkan pengalaman sejarah masa lalu. Nilai-nilai merupakan hasil

dari sebuah proses yang panjang. Mengingat nilai-nilai telah

terinternalisir ke dalam diri masing- masing diri anggota kelompok, maka

nilai-nilai tersebut sulit untuk berubah. Perwujudan nilai-nilai tampak

dalam bentuk artifak-artifak, misalnya : pola pikir, rasa, dan reaksi

anggota kelompok. Pada umumnya pola-pola ini diartikulasikan ke

(40)

“ Culture is always a collective phenomenon, because it is at least partly shared with people who live or leved within the same social environment, which is where it was learned. It is the collective programming of the mind which distinguishes the members of one group or category of people another”

Kultur adalah bentuk pemrograman mental secara kolektif. Kultur

membedakan anggota kelompok satu dengan kelompok lainnya dalam

hal pola pikir, perasaan dan tindakan anggota satu kelompok. Hofstede

(1994:4), menyebut kultur sebagai ‘software of mind’. Substansi

perbedaan tersebut lebih tampak pada praktik kultur daripada nilai- nilai.

Sebagai bentuk pemograman mental secara kolektif, kultur cenderung

sulit berubah. Jikalau pun berubah, maka perubahan akan berlangsung

secara evolutif (perlahan-lahan). Hal ini disebabkan bukan karena

semata- mata karena kultur tersebut telah menjadi bagian dari diri para

anggota kelompok, tetapi kultur telah terkristalisasi ke dalam lembaga

yang mereka bangun. Koentjaraningrat (1987:25-26) mengemukakan

bahwa para individu sejak kecil dekat dengan nilai-nilai hidup di

masyarakatnya, sehingga konsepsi-konsepsi nilai telah mengakar dalam

jiwa mereka. Dampaknya nilai-nilai budaya tersebut sukar berubah

dalam waktu yang singkat.

Berdasarkan beberapa pengertian dari kultur di atas dapat ditari

kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan kultur adalah sebuah asumsi

dasar yang ditemukan, dipahami, dan dikembangkan oleh anggota

keluarga atau group yang mempunayi nilai-nilai berdasarkan sejarah

(41)

dapat membedakan kelompok satu dengan kelompok yang lain dalam

pola pikir, perasaan, tindakan suatu kelompok.

2. Dimensi kultur Keluarga

Kultur merupakan fenomena kolektif membedakan kelompok satu

dengan kelompok yang lainnya ( Hofstede, 1994:5). Substansi perbedaan

terletak lebih tampak pada praktik kultur dari pada nilai-nilai. Hofstede

(1994:181-182) menyatakan bahwa perbedaan kultur tersebut selanjutnya

dapat dianalisis pada tingkat unit atau bahkan sub-sub unit dalam suatu

organisasi. Sebagai bentuk pemrograman mental secara kolektif, kultur

suatu kelompok cenderung sulit berubah. Jikalau pun berubah, maka

perubahan akan berlangsung secara evolutif (perlahan-lahan). Hal ini

disebabkan bukan semata-mata karena kultur tersebut telah menjadi

bagian dari diri para anggota kelompok, tetapi kultur telah terkristalisasi

ke dalam lembaga yang mereka bangun. La Midjan (1995:7)

menyebutkan bahwa lembaga yang dimaksud antara lain : struktur

keluarga, struktur pendidikan, organisasi, keagamaan, asosiasi-asosiasi,

bentuk pemerintahan, organisasi kerja, lembaga hukum, kepustakaan,

pola tata ruang, bentuk bangunan gedung, dan juga teori-teori ilmiah.

Hofstede (1994:10) mengklasifikasikan kultur ke dalam 6 (enam)

tingkatan atau lapisan (layers) yaitu : (1) a national level, (2) a regional

level etc, (3) a gender level, (4) a generation level, (5) a social class

(42)

tersebut kultur diukur berdasarkan dimensi-dimensinya yang mencakup :

power distance (from small to large), collectivisme versus individualism,

feminity versus masculinity, dan uncertainty avoidance (from weak to

strong).

Power distance (jarak kekuasaan) diartikan sebagai tingkat dimana

kekuasaan anggota dalam institusi atau didistribusikan secara tidak sama.

Individualism (individualisme) meggambarkan suatu masyarakat dimana

pertalian antar individu hilang (setiap orang memikirkan dirinya sendiri

dan baru yang lainnya). Sedangkan lawannya adalah collectifisme

(kolektivisme) menunjukkan suatu masyarakat dalam mana orang-orang

sejak lahir diintegrasikan secara kuat dalam grup yang akhirnya mereka

menjadi sangat loyal terhadap kelompok tersebut. Masculinity

(maskulinitas) menunjukkan masyarakat dalam mana peran sosial gender

ada perbedaan yang jelas. Sementara feminimitas menunjukkan

masyarakat dalam mana peran sosial gender tumpang tindih (overlap)

sebagai contoh : baik laki-laki maupun perempuan sederhana, sabar,

lembut hati, dan memberikan prhatian terhadap kualitas hidup. Dimensi

terakhir adalah uncertainty avoidance yang menunjukkan masyarakat

untuk mana anggota-anggota akan merasa terancam dalam ketidakpastian

atau pun ketidaktahuan situasi.

Institusi-institusi sebagaimana disebut Hofstede (1994:28)

mencakup elemen-elemen masyarakat seperti keluarga, sekolah, dan

(43)

Pada tingkat keluarga, dimensi power distance mencakup indikator

antara lain : kepatuhan/rasa hormat terhadap orang tua atau terhadap

anggota keluarga lain yang lebih tua ataupun ketergantungan pada orang

tua. Dimensi kolektivitas versus individualitas mencakup indikator antara

lain: kebebasan untuk menyatakan pendapat, loyalitas kepada anggota

keluarga lain, kebebasan untuk mandiri, keterikatan sosial satu sama lain

dalam keluarga, kebutuhan untuk berkomunikasi, perasaan yang muncul

atas pelanggaran suatu aturan atau norma tertentu. Dimensi feminitas

versus maskulinitas mencakup indikator antara lain: dominasi penetapan

aturan dalam keluarga, perhatian kepada anggota keluarga yang lebih

kuat, dan hasrat untuk kuat. Sedangkan dimensi penghindaran atas

ketidakpastian mencakup indikator yang meliputi: tingkat kecemasan

menghadapi kondisi ketidakpastian, perasaan terhadap situasi

ketidakpastian, serta kondisi ketat/tidaknya pengaturan atas hal baik dan

tidak baik.

D. Kewirausahaan

1. Pengertian kewirausahaan

Istilah kewirausahaan berasal dari bahasa Perancis “entreprendre”

dan bahasa Jerman “unternehmen”. Keduanya memiliki arti “to

undertake” (Anderson, 2002). Arti dari kewirausahaan sendiri berarti

kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber

(44)

adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda

(create new and different) melalui berpikir kreatif dan bertindak inovatif

untuk menciptakan peluang. Karya dan karsa banyak terdapat pada

orang- orang yang berfikir kreatif dan inovatif. Proses kreatif dan

inovatif biasanya diawali dengan memunculkan ide-ide dan pemikiran-

pemikiran baru untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda.

Sedangkan dalam organisasi perusahaan, proses kreatif dan inovatif

dilakukan melalui kegiatan penelitian dan pengembangan (research and

development) untuk meraih pasar.

Jadi kewirausahaan merupakan suatu kemampuan dalam

menciptakan nilai tambah di pasar melalui proses pengelolaan sumber

daya dengan cara-cara baru dan berbeda, melalui : (1) pengembangan

teknologi baru, (2) penemuan pengetahuan ilmiah yang baru, (3)

perbaikan produk barang dan jasa yang ada, (4) penemuan cara-cara yang

baru untuk menghasilkan barang lebih banyak dengan sumber daya yang

lebih efisien. Kreatifitas sendiri berarti kemampuan untuk

mengembangkan ide-ide baru dengan cara-cara baru dalam pemecahan

masalah dan menemukan peluang (thinking new thing). Sedangkan

inovasi berarti kemampuan untuk menerapkan kreatifitas dalam rangka

pemecahan masalah dan menemukan peluang (doing new think). Jadi

kreatifitas adalah kemampuan untuk memikirkan sesuatu yang baru dan

berbeda, sedangkan inovasi merupakan kemampuan untuk melakukan

(45)

Secara epistimologi, kewirausahaan merupakan nilai yang

diperlukan untuk memulai usaha (star-up phase) atau suatu proses dalam

mengerjakan suatu yang baru (creative) dan sesuatu yang berbeda

(innovative). Dalam konteks manajemen, seorang intrepreneur umumnya

memiliki kemampuan menggunakan sumber daya seperti finansial, bahan

mentah (materials), dan tenaga kerja untuk menghasilkan suatu produk

baru, bisnis baru, proses produksi, ataupun pengembangan organisasi

usaha (Marzuki Usman, 1997; Suryana, 2001:11).

Menurut Drucker (1994); Suryana (2001:10), kewirausahaan

adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang berbeda (ability to

create the new and different thing). Bygrave (1995) menambahkan

bahwa kemampuan tidaklah cukup, tetapi seseorang harus berani

mengembangkan usaha dan ide-ide barunya. Proses yang dimaksud

Bygrave (1995) meliputi semua fungsi aktivitas, dan tindakan yang

berhubungan dengan perolehan pelanggan dan penciptaan organisasi

usaha. Karenanya syarat berwirausaha, sebagaimana dikemukakan

Meredith (1996:9); Suryana (2001:12), adalah harus memiliki

kemampuan untuk menemukan dan mengevaluasi peluang,

mengumpulkan sumber daya yang diperlukan dan bertindak untuk

memperoleh keuntungan dari peluang-peluang itu. Dengan demikian,

esensi kewirausahaan dalam konteks ini adalah menciptakan nilai tambah

di pasar melalui proses kombinasi antara sumber daya dengan cara-cara

(46)

Zimmermer (1996:51); Suryana (2001:12) mencakup teknologi,

pengetahuan baru, produk dan jasa yang sudah ada, dan penemuan

cara-cara yang berbeda untuk menghasilkan barang dan jasa yang lebih

banyak dengan sumber daya yang lebih efektif.

2. Karakteristik kewirausahaan

Karakteristik kewirausahaan dikemukakan oleh berbagai pihak

secara beragam. Meredith (1996:9); Suryana (2001:12) menyatakan

bahwa berwirausaha berarti memadukan watak pribadi, keuangan, dan

sumber daya. Oleh sebab itu, berwirausaha merupakan suatu pekerjaan

atau karier dimana seseorang dalam menjalankannya memiki ciri-ciri :

(1) kepribadian, ketidaktergantungan, individualitas, dan optimisme; (2)

kebutuhan.

Dalam kewirausahaan, ada dua (2) sistem nilai yang menonjol

yaitu sistem nilai primer pragmetrik dan sistem nilai moralistik. Sistem

nilai primer pragmetrik dapat dilihat dari watak, jiwa dan perilakunya,

misalnya kerja keras, tegas, mengutamakan prestasi, dan lain-lain.

Sementara , sistem nilai moralistik mencakup keyakinan atau percaya diri,

kehormatan, kepercayaan, kerjasama, keteladanan, dan keutamaan.

Masing-masing karakteristik kewirausahaan memiliki makna yang

disebut nilai (Rockeach, 1973:4) (Suryana, 2001:19). Konsep nilai

dibedakan sebagai berikut : (1) person has a value; dan (2) an object has

value. Konsep pertama menyatakan bahwa nilai yang dianut seseorang

(47)

sebab itu, watak yang melekat pada diri wirausaha akan menjadi ciri-ciri

kewirausahaan yang dapat dipandang sebagai sistem nilai kewirausahaan.

Nilai-nilai kewirausahaan tersebut identik dengan nilai yang melekat pada

sistem nilai manajer.

Steinhoff dan John Burges (1993:38) mengemukakan beberapa

karakteristik yang diperlukan untuk menjadi wirausaha yang berhasil

meliputi :

1. Memiliki tujuan dan visi yang jelas.

2. Bersedia menanggung resiko uang dan waktu.

3. Berencana, mengorganisasi.

4. Kerja keras sesuai dengan tingakat kepentingan.

5. Mengembangkan hubungan dengan pelanggan, pemasok, pekerja, dan

lain-lain.

6. Bertanggung jawab terhadap keberhasilan dan kegagalan.

Beberapa ciri-ciri kewirausahaan yang dikemukakan oleh Vernon

A. Musselum (1998:150); Wasty Sumanto (1989); Geoffey Meredith

(1989:5) dalam bentuk ciri-ciri sebagai berikut :

1. Keinginan yang kuat untuk berdiri sendiri.

2. Kemauan untuk mengambil resiko.

3. Kemampuan untuk belajar dari pengalaman.

4. Memotivasi diri sendiri.

5. Semangat untuk bersaing.

(48)

7. Percaya pada diri sendiri.

8. Doronagn untuk berprestasi.

9. Tingkat energi yang tinggi.

10. Tegas.

11. Yakin dan percaya pada kemampuan diri sendiri.

12. Tidak suka uluran tangan dari pemerintah atau pihak lain di

masyarakat.

13. Tidak bergantung pada alam dan berusaha untuk tidak menyerah pada

alam.

14. Kepemimpinan.

15. Keorisinilan.

16. Berorientasi pada masa depan dan penuh gagasan.

Dalam mencapai keberhasilannya, seorang wirausaha memiliki

ciri-ciri tertentu pula. Dalam “Enterpreneurship and Small Enterprise

Development Report” (1989) yang dikutip oleh M. Scarborough dan

Thomas Zimmerer (1993:5) dikemukakan beberapa karakteristik

kewirausahaan yang berhasil diantaranya memiliki beberapa ciri-ciri

sebagai berikut :

1. Proaktif, yaitu berinisiatif dan tegas (assertive).

2. Berorientasi pada prestasi yang tercermin dalam pandangan dan

bertindak (sees and acts) terhadap peluang, orientasi efisiensi,

mengutamakan kualitas kerja, berencana, dan mengutamakan

(49)

3. Komitmen kepada orang lain, misalnya : dalam mengadakan kontrak

dan hubungan bisnis.

Sedangkan menurut pandangan Timmons dan McClelland (1961),

Thomas F. Zimmerer (1996:6-8), Suryana, 2001:16-17) tentang

karakteristik sikap dan perilaku kewirausahaan yang berhasil adalah

sebagai berikut :

1. Memiliki komitmen dan tekad yang bulat untuk mencurahkan semua

perhatiannya pada usaha.

2. Memiliki rasa tanggung jawab.

3. Selalu berambisi untuk mencari peluang.

4. Tahan terhadap resiko dan ketidakpastian.

5. Percaya diri.

6. Berdaya cipta dan luwes.

7. Selalu memerlukan umpan balik yang segera untuk mengetahui hasil

dari apa yang dikerjakannya.

8. Memiliki tingkat energi yang tinggi.

9. Memiliki dorongan untuk selalu unggul.

10. Berorientasi pada masa yang akan datang.

11. Selalu belajar dari kegagalan.

12. Kemampuan dalam kepemimpinan.

Dalam kewirausahaan ada 2 sistem nilai yang menonjol. Sistem

nilai primer pragmatik dan sistem nilai moralistik. Sistem nilai primer

(50)

kerja keras, tegas, mengutamakan prestasi, keberanian mengambil resiko,

produktivitas, kreativitas, inovatif, kualitas kerja, komitmen, dan

kemampuan mencari peluang. Sementara sistem nilai moralistik

mencakup keyakinan atau percaya diri, kehormatan, kepercayaan, kerja

sama, keteladanan, dan keutamaan.

E. Kerangka Teoretik

1. Pengaruh Pelaksanaan Kurikulum Bidang Studi Ekonomi 2004

Terhadap Jiwa Kewirausahaan Siswa.

Sekolah memiliki perbedaan karakter dalam sumber dayanya.

Masing-masing sekolah juga memiliki cara yang berbeda dalam

melaksanakan kegiatan pendidikan terutama dalam pelaksanaan kurikulum

2004 yang berbasis kompetensi. Hal tersebut selanjutnya akan berdampak

pada perbedaan lulusan pada masing-masing sekolah.

Pelaksanaan kurikulum bidang studi ekonomi yang sesuai dengan

isinya dan dengan keadaan lingkungan sekolah akan direspon oleh para

siswa secara positif dan sikap positif akan memudahkan para guru untuk

menyelenggarakan proses belajar dan mencapai tujuan pembelajaran, dan

begitu juga sebaliknya. Dengan demikian sikap positif siswa akan

memberikan dampak terhadap pencapaian tujuan yaitu pembentukan jiwa

kewirausahaan siswa dan sebaliknya jika sikap siswa negatif akan

(51)

2. Pengaruh Profesionalitas Guru Bidang Studi Ekonomi Terhadap

Jiwa Kewirausahaan Siswa.

Guru merupakan faktor utama dalam pelaksanaan kurikulum 2004

bidang studi ekonomi. Guru adalah media/fasilitator bagi siswa dalam

belajar di sekolah. Guru harus menyampaikan pembelajaran setiap hari

disekolah, menilai, mengelola kelas, mengatur dalam proses pembelajaran,

mendampingi siswa di sekolah, memberi contoh/teladan yang baik bagi

seluruh siswa, dan masih banyak lagi tugas yang harus dikerjakan oleh

seorang guru.

Apa yang sehari-hari dilakukan oleh guru di sekolah dapat

dijadikan contoh konkrit bagi siswa dalam pembentukan jiwa

kewirausahaan. Ketekunan guru dalam mengajar dan melaksanakan

pembelajaran di kelas, kedisiplinan guru yang baik, dan kemampuan serta

kegigihan seorang guru dalam menyampaikan materi pelajaran yang dapat

diterima semua siswa dan disukai siswa adalah contoh sekaligus

perangsang yang baik bagi siswa dalam menumbuhkan jiwa

kewirausahaannya.

Guru yang profesional di bidang studi ekonomi dapat atau mampu

menyampaikan pelajaran bidang studi ekonomi dengan baik dan mengena

sasaran serta sesuai dengan kurikulum bidang studi ekonomi yang ada.

Jika seorang guru dapat mengajar dan menyampaikan materi dengan tepat

dan benar serta mengena pada diri siswa, serta sesuai dengan tujuan dari

(52)

siswa nilai-nilai serta etika ekonomi dan memiliki jiwa kewirausahaan,

maka diharapkan siswa benar-benar mempunyai jiwa kewirausahaan

setelah lulus nanti.

3. Pengaruh Kultur Keluarga Terhadap Jiwa Kewirausahaan Siswa.

Anak dibesarkan dalam sebuah keluarga. Sebagian besar waktu

hidupnya ada dalam lingkungan keluarga. Anak dibekali dengan

nilai-nilai, norma-norma dan kebiasaan-kebiasaan yang baik, tidak ada keluarga

membekali anak dengan norma dan ajaran yang tidak baik. Nilai yang

ditanamkan oleh masing-masing keluarga memiliki beberapa faktor atau

pun karakter yang berbeda-beda antara keluarga yang satu dengan yang

lain. Dengan demikian ada dugaan kuat bahwa kultur keluarga

berpengaruh terhadap pembentukan jiwa kewirausahaan. Hal ini

mengingat keluarga adalah merupakan tempat pendidikan yang pertama

dan utama bagi perkembangan diri siswa.

Oleh karena anak atau siswa berasal dari sebuah lingkungan

keluarga, maka keluargalah yang banyak mempengaruhi akan

pembentukan jiwa kewirausahaan siswa. Keluarga membawa pengaruh

yang paling dominan bagi siswa. Contoh atau teladan kewirausahaan dari

orang tua akan sangat memepengaruhi jiwa kewirausahaan bagi anak atau

siswa.

(53)

4. Pengaruh Pelaksanaan Kurikulum 2004, Profesionalitas Guru Bidang

Studi Ekonomi, dan Kultur Keluarga Terhadap Jiwa Kewirausahaan Siswa.

Pendidikan menengah atas berusaha menyiapkan peserta didik

menjadi manusia yang selalu siap menghadapi tantangan dan persaingan

dunia lain. Sekolah karenanya berusaha memberikan pendidikan yang

terarah berdasarkan kurikulum. Pelaksanaan kurikulum 2004 bidang studi

ekonomi berhubungan erat dengan tujuan yang hendak dicapai oleh

kurikulum 2004 bidang studi ekonomi, yaitu jiwa kewirausahaan pada diri

siswa.

Profesionalitas guru tampak dalam penyampaian pengajaran di

sekolah, bagaimana seorang guru dapat menanamkan dan membekali

siswanya dengan pendidikan yang dapat merangsang tumbuhnya jiwa

kewirausahaan pada diri siswa. Guru yang mempunyai profesionalitas

yang tinggilah yang mampu menyampaikan materi dan mewujudkan tujuan

pembelajaran.

Tidak lepas dari itu semua keluargalah yang paling menentukan

bagaimana arah pendidikan siswa selanjutnya dan tertanamnya jiwa

kewirausahaan pada diri siswa. Jika situasi keluarga mendukung siswa

untuk mengembangkan jiwa kewirausahaannya maka dengan sendirinya

jiwa kewirausahaan pada diri siswa akan tertanam.

Inspirasi siswa dalam kaitannya dengan jiwa kewirausahaan dapat

(54)

mendapatkan uang atau dapat juga melalui pemahaman dalam praktek

pelaksanaan kurikulum di sekolah, serta melaui keprofesionalan seorang

guru dalam menyampaikan pembelajaran di kelas.

F. Rumusan Hipotesis

1. Ada pengaruh pelaksanaan kurikulum 2004 bidang studi ekonomi

terhadap jiwa kewirausahaan siswa.

2. Ada pengaruh profesionalitas guru SMA bidang studi ekonomi terhadap

jiwa kewirausahaan siswa.

(55)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah studi kasus yaitu penelitian yang mendalam

tentang sesuatu objek atau objek pada area yang terbatas. Dengan demikian

hasilnya hanyalah berlaku pada kasus di mana objek/subjek yang diteliti dan

tidak dapat digeneralisasikan.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di 3 SMA Negeri dan 3 SMA Swasta yang

berada di Kabupaten Sleman Yogyakarta.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Oktober s/d bulan

November 2005.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa SMA di Kabupaten

Sleman Yogyakarta.

2. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Sampel penelitian ini berjumlah 475 siswa. Teknik pengambilan

sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu suatu teknik

(56)

ditetapkan. Dalam penelitian ini yang menjadi sampel penelitian adalah

siswa-siswa kelas III IPS. Alasan dari pemilihannya adalah karena siswa

kelas III dianggap sudah cukup lama belajar ekonomi dan yang sudah

menerima kurikulum 2004. Dengan demikian siswa-siswa tersebut telah

memiliki pengetahuan yang cukup memadai tentang ekonomi dan

nilai-nilai ekonomi.

D. Variabel Penelitian dan Pengukurannya

1. Variabel Pelaksanaan Kurikulum 2004 Bidang Studi Ekonomi

Pelaksanaan kurikulum 2004 bidang studi ekonomi adalah hasil

dari penilaian siswa terhadap pelaksanaan kurikulum 2004 di sekolah yang

nantinya akan menghasilkan sebuah sikap yang positif maupun yang

negatif. Hasil evaluasi dari siswa tentang pelaksanaan kurikulum 2004

bidang studi ekonomi akan menentukan jiwa kewirausahaan siswa.

Dimensi variabel pelaksanaan kurikulum 2004 bidang studi

ekonomi meliputi 4 dimensi yang mencakup 20 indikator, yang akan

dijabarkan ke dalam 29 item pertanyaan. Masing-masing pertanyaan

diukur dalam 5 skala likert. Untuk pertanyaan positif jawaban sangat tidak

setuju (sts) diberi skor 1, tidak setuju (ts) diberi skor 2, ragu-ragu (rr)

diberi skor 3, setuju (s) diberi skor 4, dan sangat setuju (ss) diberi skor 5.

Sedangkan untuk pertanyaan negatif jawaban sangat tidak setuju (sts)

diberi skor 5, tidak setuju (ts) diberi skor 4, ragu-ragu (rr) diberi skor 3,

setuju (s) diberi skor 2, dan sangat setuju (ss) diberi skor 1. Berikut ini

(57)

Tabel 1

Operasionalisasi Variabel Pelaksanaan Kurikulum 2004 Bidang Studi Ekonomi

No Variabel Dimensi Indikator Pertanyaan No 1. Pengelolaan kurikulum berbasis sekolah (Puskur 2004)

1. Mengembangkan silabus. 2. Menetapkan dan

mengembangkan materi. 3. Melaksanakan kurikulum.

4. Mengembangkan sistem

pemantauan. 1-3 4 5-6 7 2. Kegiatan belajar mengajar (Puskur 2004).

1. Berpusat pada siswa. 2. Belajar dari pengalaman.

3. Mengembangkan ketrampilan sosial. 4. Mengembangkan keingintahuan. 5. Mengembangkan kreatifitas siswa. 6. Mengembangkan Kemampuan

menggunakan ilmu dan teknologi. 8 9 10 11 12 13 3. Penilaian berbasis kelas (Puskur 2004).

1. Membuat kertas kerja

siswa (portofolio).

2. Keseimbangan aspek

ketiga ranah (kognitf, afektif, psikomotorik).

3. Adanya model penilaian

dalam suasana resmi dan tidak resmi, di dalam dan di luar kelas.

4. Adanya standar penilaian yang harus dan telah dicapai.

5. Terintergrasi (terpadu)

dalam kegiata awal, tengah, akhir dalam pembelajaran.

6. Keteraturan dalam

pelaporan hasil penilaian.

7. Menekankan proses dan

hasil belajar (pencapaian ketrampilan hidup). 14 15 16 17 18 19 20 Pelaksanaan kurikulum 2004 bidang studi ekonomi

(58)

belajar (Puskur 2004)

siswa.

2. Memberikan kelonggaran

guru dalam penekatan kegiatan belajar mengajar.

3. Memungkinkan

pengembangan pembelajaran dan program pengajaran siswa.

4. Mempertimbangkan

tuntutan saat ini dan mendatang, nilai, dan nilai-nilai lintas kurikulum. 5. Sesuai dengan

perkembangan

kedewasaan psikologis. 6. Persiapan untuk

pendidikan lanjutan, kehidupan nyata dan dunia kerja.

22

23-24

25-26

27-28

29

2. Variabel Profesionalitas Guru Bidang Studi Ekonomi

Profesionalitas guru bidang studi ekonomi adalah kemampuan dan

keahlian khusus seseorang dalam melakukan tugas dan fungsinya sebagai

guru bidang studi ekonomi.

Dimensi variabel profesionalitas guru bidang studi ekonomi

mencakup 19 indikator, yang akan dijabarkan ke dalam 19 item

pertanyaan. Setiap indikator dinyatakan dalam sejumlah pernyataan dan

masing-masing pernyataan diukur dalam 5 skala likert. Untuk pertanyaan

positif jawaban sangat tidak setuju (sts) diberi skor 1, tidak setuju (ts)

diberi skor 2, ragu-ragu (rr) diberi skor 3, setuju (s) diberi skor 4, dan

sangat setuju (ss) diberi skor 5. Sedangkan untuk pertanyaan negatif

(59)

Gambar

Tabel 1
Tabel 2 Operasionalisasi Variabel Profesionalitas Guru Bidang Studi
Tabel 3 Operasionalisasi Variabel Kultur Keluarga
Tabel 4 Operasionalisasi Variabel Pembentukan Jiwa Kewirausahaan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Membuat Surat permohonan Pendaftaran Pendirian Koperasi yang ditujukan kepada kepala Dinas Koperasi dan

[r]

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor kemasan, kewajaran harga dan brand awareness berpengaruh positif signifikan terhadap brand loyalty, artinya kemasan yang

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dua aspek dari Dendang Siti Fatimah, nyanyian tradisi Melayu yang digunakan pada upacara mengayunkan anak, yaitu: (a) struktur melodi;

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama R.I, menyatakan bahwa lembaga di bawah ini telah melakukan updating data Pendidikan Islam (EMIS) Periode Semester GENAP

dokumen lelang. Tidak ada penawaran yang memenuhi syarat yang ditentukan dalam dokumen lelang tidak ada penawaran yang harga penawarannya di bawah atau sama dengan pagu dana

[r]

Namun jika dalam proses verifikasi ternyata statusnya tidak memenuhi kriteria, maka haknya sebagai penerima Beasiswa Bidik Misi akan dicabut dan yang bersangkutan