IV. HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN
A. Kegiatan Selama Praktik Umum
Pada saat melaksanakan praktik umum di PT. Perkebunan Nusantara VII Way Lima, praktikan diajarkan secara umum dan cukup luas tentang proses penyadap karet, khususnya proses manajemen yang diterapkan.
Kegiatan praktik umum yang dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara VII Way Lima mengikuti jam kerja karyawan PT. Perkebunan Nusantara VII Way Lima,
yaitu pada hari Senin-Kamis dimulai pada jam 07.00-15.00 WIB dengan jam istirahat pada jam 12.00-13.00 WIB. Pada hari Jumat dimulai dari jam 07.00-15.00 WIB dengan jam istirahat pada jam 11.00-14.00 WIB, sedangkan pada hari
Sabtu dimulai pada jam 07.30-13.00 WIB. Pada hari Minggu atau tanggal merah dilakukan jam kerja oleh penyadap karet borongan.
B. Penerapan Fungsi-fungsi Manajemen pada Kegiatan Perekrutan Tenaga Kerja Penyadap Karet Harian Lepas di PT. Perkebunan Nusantara VII Way Lima
Menurut Hasibuan (2005) untuk mencapai tujuan yang diinginkan perusahaan, maka diperlukan manajemen. Manajemen merupakan ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan
efisien untuk mencapai tujuan tertentu. PT Perkebunan Nusantara VII Way Lima juga menerapkan proses manajemen dalam kegiatan perekrutan tenaga kerja
penyadap karet harian lepas yang dilakukan agar kegiatan penyadap dapat optimal (mencapai target).
Terdapat beberapa fungsi manajemen yang dilakukan dalam kegiatan perekrutan
tenaga kerja penyadap karet. Fungsi manajemen yang dimaksud terdiri dari perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksaaan (actuating),
dan pengawasan (controling). Penerapan fungsi manajemen yang dilakukan dalam proses perekrutan tenaga kerja penyadap karet harian lepas oleh PT. Perkebunan Nusantara VII Way Lima adalah :
1. Perencanaan
Pada tahap perencanaan (planning) perusahaan memikirkan apa yang akan dilakukan dalam proses pengolahan disesuaikan dengan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan. Perencanaan yang dilakukan pada proses
perekrutan tenaga kerja penyadap karet oleh PT. Perkebunan Nusantara VII Way Lima, antara lain adalah :
Sebelum menghitung kebutuhan tenaga kerja penyadap, perusahaan harus
mengetahui berapa luas lahan yang akan disadap. Satuan wilayah penyadapan tanaman karet di PT. Perkebunan Nusantara VII Way Lima
dinyatakan dalam hanca. Satu hanca (1 ha) untuk satu orang penyadap, pada tanaman produktif/ (potensial) terdiri dari 550-600 batang pohon tanaman karet. Rentang jumlah batang pohon tersebut dibuat karena
adanya perbedaan topografi lahan pada setiap wilayah sadap (hanca). Penyadap pada wilayah non produktif (non potensial) memiliki aturan
yang berbeda. Untuk tanaman non produktif (non potensial) dalam satu hanca terdiri dari 250-400 batang pohon tanaman karet. Jumlah pohon setiap hanca pada tanaman karet non produktif (non potensial) lebih
sedikit dibandingkan dengan tanaman produktif (potensial) karena tingkat kesulitan penyadapan di wilayah kebun non produktif (non potensial)
lebih tinggi. Hal ini disebabkan oleh panel penyadapan di kebun non produktif (non potensial) berada di panel yang berada di atas atau panel ATS (After Tapping System) panel H. Selain itu, terdapat kesulitan
lainnya dalam penyadapan, yaitu kurangnya pemeliharaan sehingga dapat memperlambat penyadapan.
b. Menghitung jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan
PT. Perkebunan Nusantara VII Way Lima memiliki 4 (empat) afdeling yang terdiri dari afdeling I, afdeling II, afdeling III dan afdeling IV.
Afdeling I : luasan lahan produktif 386 ha Jumlah hanca : 386 hanca dengan sistem sadap D3 Jumlah penyadap : 386 : 3 = 129 orang penyadap Afdeling II : luasan lahan produktif 600 ha
Jumlah hanca : 600 hanca dengan sistem sadap D3 Jumlah penyadap : 600 : 3 = 200 orang penyadap Afdeling III : luasan lahan produktif 671 ha
Jumlah hanca : 671 hanca dengan sistem sadap D3 Jumlah penyadap : 671 : 3 = 224 orang penyadap Afdeling IV : luasan lahan produktif 723 ha
Jumlah hanca : 723 hanca dengan sistem sadap D3 Jumlah penyadap : 723 : 3 = 241 orang penyadap
Jumlah penyadap karet dari empat afdeling tersebut adalah 794 yang terdiri dari 125 penayadap dinas, 50 OS dan 619 penyadap karet harian lepas. Pada Afdeling I penyadap karet harian lepas berjumlah 86 orang,
afdeling II berjumlah 157 orang, afdeling III berjumlah 180 orang dan afdeling IV berjumlah 196 orang.
Pada sistem sadap D3, setiap penyadap bertanggung jawab atas 3 hanca
kebun karet. Hanca tersebut dibagi atas tap A, B, dan C. Tap A akan disadap pada hari pertama, tap B akan disadap pada hari kedua,
sedangkan tap C akan disadap pada hari ketiga. Apabila penyadap melakukan sadap pagi di tap A, maka artinya aktivitas pungut CL (Cup Lump) dilakukan pada tap C. Pengalokasian tenaga kerja penyadap untuk
tanaman non produktif bergantung kepada mandor borong. Jumlah penyadap borong sering mengalami fluktuasi sehingga tidak dapat
c. Menentukan sumber tenaga kerja
Tenaga kerja yang dimiliki oleh PT. Perkebunan Nusantara VII Way Lima
khususnya pada bagian penyadap karet, sebagian besar berasal dari kampung-kampung sekitar perusahaan. Tenaga kerja yang dipekerjakan harus memiliki fisik yang baik.
d. Menetapkan standar hasil kerja
PT. Perkebunan Nusantara VII Way Lima telah menetapkan
standar-standar dalam pelaksanaan kerjanya. Standar ditetapkan untuk menjaga kedisiplinan tenaga kerja dan agar mencapai tujuan perusahaan. Standar
pelaksanaan kerja di PT. Perkebunan Nusantara VII Way Lima adalah basis tugas. Basis tugas setiap kemandoran pada suatu afdeling berbeda-beda dan jumlahnya berubah-ubah setiap bulannya, karena adanya faktor
cuaca yang mempengaruhi produksi getah karet. e. Menentukan tugas tenaga kerja penyadap
Seorang penyadap merupakan bagian yang sangat penting dalam usaha perkebunan karet. Seorang penyadap tanaman karet merupakan penentu
keberhasilan suatu proses produksi. Penyadap bertanggung jawab untuk menjamin produksi yang dihasilkan perkebunan karet, karena penyadap
merupakan pihak yang bersentuhan langsung dengan aktivitas
penyadapan dan pengumpulan hasil sadap. Tugas pokok dari seorang penyadap adalah :
- Menyadap (menderes) tanaman karet - Memungut hasil getah latek (lump)
- Membawa hasil produksi ke Stasiun Tangki Lateks (STL) - Mengatur alat-alat sadap yang ada di lapangan
Penyadap harian lepas (HL) bekerja berdasarkan perintah mandor dinas,
namun dibayar berdasarkan sistem borong hanca (Rp / hari). Upah penyadap HL adalah sebesar Rp 75.000 / hari Penyadap borong bekerja
sesuai dengan ketetapan dari mandor sadap borong dan dibayar atas dasar hasil sadap yang didapatkan (Rp/Kg). Upah penyadap borong per
kilogram adalah Rp 6000/kg untuk lateks dan Rp 4200/kg untuk lump.
Insentif yang diberikan perusahaan untuk penyadap adalah premi (bonus). Premi diberikan kepada tenaga kerja HL dan dinas. Apabila tenaga kerja
tersebut sudah mencapai basis tugasnya, maka 30 persen dari hasil kerjanya dikalikan dengan harga premi (Rp/Kg) yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
g. Sanksi
Sanksi diberikan kepada tenaga kerja penyadap agar mereka mematuhi peraturan yang berlaku dan tidak melakukan kesalahan yang dapat merugikan perusahaan. Sanksi yang diberikan berupa surat peringatan
(SP). Ada 3 (tiga) jenis SP, yaitu ;
- SP 1 : Peringatan tidak boleh melakukan kesalahan lagi selama
enam bulan dan upah dipotong 25%.
- SP II : Peringatan tidak boleh melakukan kesalahan lagi selama satu tahun dan upah dipotong 50%.
- SP III : Surat peringatan III merupakan surat pemutusan hubungan kerja (PHK).
2. Pengorganisasian
menjadi lebih ringan. Pengorganisasian dapat dilakukan dengan cara
menentukan tugas apa yang harus dikerjakan, siapa yang harus
mengerjakannya, bagaimana tugas-tugas tersebut dikelompo kan, siapa yang
bertagung jawab atas tugas tersebut, pada tingkatan mana keputusan harus diambil. Fungsi pengorganisasian yang diterapkan di PT. Perkebunan Nusantara VII Way Lima terdiri dari :
a. Mengelola pembagian kerja dan tugas
PT. Perkebunan Nusantara VII Way Lima memberikan tugas dan tanggung jawab pekerjaan sesuai dengan kemampuan karyawan.
Pembagian ini dapat disesuaikan dengan tingkat pendidikan dan kemampuan yang dimiliki karyawan. Apabila karyawan memiliki kemampuan dan tingkat pendidikan yang tinggi, maka tugas dan
tanggung jawab pekerjaan akan semakin tinggi juga (sebagai officer), begitupun sebaliknya.
PT. Perkebunan Nusantara VII (1993) menyatakan bahwa strutur organisasi yang digunakan pada afdeling (kebun) berbentuk piramid, dimana setiap afedilng di PT. Perkebunan Nusantara VII Way Lima
dipimpin oleh seorang Asisten (sinder). Asisten (sinder) afdeling bertanggung jawab penuh atas pelaksanaan kegiatan di lapangan.
Seorang Asisten (sinder) afdeling merupakan pempinan tertinggi di afdeling atau kebun cabang. Sebagai seorang pemimpin, Sinder afdeling mempunyai tugas dan bertanggung jawab atas kebun yang ada di
Menghasilkan) hingga penyerahan hasil produksi kepada pabrik. Sinder
juga bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan pemeliharaan kebun afdeling dan kegiatan produksi. Dalam menjalankan tugasnya, Asisten
(Sinder) dibantu oleh Mandor Besar bagian pemeliharaan dan Mandor Besar panen atau penyadapan. Setiap bulannya Sinder dibantu Mandor Besar melaksanakan rapat evaluasi kebun bersama afdeling lain.
Kegiatan penyadapan dilakukan oleh buruh harian lepas, penyadap borong dan tenaga penyadap dinas yang diawasi langsung oleh
Mandor-mandor sadap. Mandor sadap merupakan pemimpin level terendah di kebun. Sebagai pimpinan, Mandor sadap mempunyai beberapa tugas, seperti bertanggung jawab terhadap sejumlah luasan kebun yang
dipercayakan oleh Mandor Besar kepadanya dan mengkoordinir sejumlah penyadap yang bekerja pada areal kebun yang dikuasainya.
Selain itu, secara administrasi, mandor sadap harus melaporkan hasil sadap harian ke TU afdeling. Oleh karena itu, seorang Mandor sadap harus senantiasa mengabsen karyawannya dan mengontrol hasil
pekerjaan mereka setiap hari. Secara umum Mandor sadap harus
bertanggung jawab terhadap hasil produksi harian. Mandor sadap dapat
mengatur kerja penyadap ketika terjadi perubahan sistem sadap dari S2 D2 menjadi S2 D3 atau biasa disebut dengan sadap recovery.
Setelah fungsi perencanaan dan pengorganisasian selesai, maka fungsi
selanjutnya adalah fungsi pelaksanaan. Perekrutan penyadap karet harian lepas pada PT. Perkebunan Nusantara VII Way Lima bergantung kepada
kebutuhan dan kondisi perusahaan. Apabila memang dibutuhkan
penambahan jumlah penyadap karet harian lepas, maka perusahaan akan menghubungi pihak ketiga, yaitu PT APRISINDO, sebagai penyedia tenaga
kerja penyadap karet harian lepas. Tenaga kerja yang ditawarkan sudah memenuhi ktiteria yang dibutuhkan perusahaan, yaitu bisa menyadap. PT
Aprindo merupakan pihak ketiga dalam perekrutan tenaga kerja HL (Harian Lepas), perekrutan tenaga kerja HL (Harian Lepas) dilaksanakan dengan merekrut tenaga kerja yang berasal dari lingkungan PT. Perkebunan
Nusantara VII Way Lima yang sudah lama bekerja dan turun temurun bekerja menjadi tenaga karja HL penyadap karet dari keluarganya.
Penyadap yang bekerja di PT. Perkebunan Nusantara VII Way Lima dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu penyadap dinas, penyadap Harian Lepas (HL) dan penyadap borong. Penyadap dinas merupakan penyadap yang telah
menjadi karyawan tetap di PT. Perkebunan Nusantara VII Way Lima. Penyadap HL adalah penyadap yang tidak memiliki ikatan dinas dengan
perusahaan, namun dikepalai oleh Mandor Dinas, sedangkan penyadap borong adalah penyadap yang bekerja pada PT. Perkebunan Nusantara VII Way Lima tanpa perekrutan atau bukan karyawan tetap dan dikepalai oleh
juga. Penyadap borong bekerja sesuai dengan ketetapan dari Mandor sadap
borong. Jumlah penyadap untuk Mandor sadap borong tergantung kepada Mandor sadap bororng tersebut, sehingga jumlah dari penyadap borong
tidaklah selalu sama atau sering berubah-ubah.
Penyadap dinas, penyadap HL dan penyadap borong memiliki bagian kebun yang berbeda. Penyadap dinas dan penyadap HL bertanggung jawab untuk
menyadap tanaman karet yang masih produktif (potensial). Sebaliknya, penyadap borong bertanggung jawab untuk menyadap tanaman yang sudah
tidak produktif ( tidak potensial) yaitu tanaman yang sudah tua. Penyadap borong diberikan balas jasa (upah) berdasarkan jumlah hasil sadap yang dihasilkan (Rp/Kg), sedangkan untuk penyadap HL, balas jasa (upah)
diberikan sesuai dengan luasan wilayah yang disadap (Rp/hanca). Penyadap HL tersebut dibedakan karena terdapat beberapa areal dengan jumlah batang
(pohon) yang terlalu banyak. 4. Pengawasan
Hasibuan (2011) menyatakan bahwa kegiatan pengawasan sangat perlu
dilakukan dalam suatu perusahaan. Kegiatan pengawasan bertujuan untuk : - Supaya proses pelaksanaan dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan
dan rencana.
- Melakukan tindakan perbaikan (corrective), jika terdapat
penyimpangan-penyimpangan, dan
Adanya aktivitas pengawasan menyebabkan pekerja dapat lebih memahami
tugas pokok dan fungsinya dalam perusahaan dan dapat memahami tentang apa yang seharusnya dilakukan dan tidak seharusnya dilakukan. Apabila
dalam melakukan kegiatan operasional terjadi kesalahan atau penyimpangan lainnya, maka pengawas bertanggung jawab untuk menangani masalah tersebut dan juga berhak untuk memberikan pinalty terhadap oknum yang
bersangkutan. Kegiatan pengawasan menjadikan pekerja lebih fokus dan bertanggung jawab terhadap pekerjaannya.
Kegiatan pengawasan terhadap penyadap pada suatu perkebunan karet dilakukan oleh seorang Tap kontrol. Tap kontrol berfungsi untuk memastikan kegiatan penyadapan yang berlangsung di lapangan sesuai
dengan aturan yang berlaku pada perusahaan. Pada PT. Perkebunan Nusantara VII Way Lima hanya terdapat satu orang Tap kontrol, karena
belum ada calon yang memenuhi kualifikasi untuk mengisi jabatan tersebut. Pengawasan yang dilakukan seorang Tap kontrol dilakukan dengan metode sampling. Seorang Tap kontrol akan mengambil sampel 2 sampai 3
penyadap dari setiap kemandoran.
C. Kendala-kendala yang Terjadi dalam Pelaksanaan Kerja Oleh Penyadap karet di PT. Perkebunan Nusantara VII Way Lima
Dalam suatu kegiatan manajemen, pasti terdapat berbagai kendala yang harus dihadapi. Kendala-kendala tersebut sangat berpengaruh terhadap proses
juga berlaku dalam manajemen tenaga kerja penyadap di PT. Perkebunan
Nusantara VII Way Lima. Beberapa hal yang menjadi kendala adalah: 1. Kurangnya kedisiplinan penyadap
Penyadap yang kurang disiplin dapat menjadi hambatan berarti bagi
perusahaan. Dengan adanya sifat tidak disiplin dari penyadap, maka akan berpengaruhi terhadap produksi yang dihasilkan perusahaan. Contoh dari aspek ketidakdisiplinan penyadap adalah :
- Tidak melakukan pungut CL (Cup Lump)
Beberapa penyadap yang kurang disiplin tidak melakukan pemungutan Cup Lump (CL). Hal tersebut dapat disebabkan oleh cuaca yang tidak
baik, ataupun karena kendala yang berasal dari penyadap yang kurang disiplin. Apabila CL tidak dipungut, maka produksi karet LG (Low Grade) akan menurun. Penurunan ini akan berdampak negatif dalam
pencapaian tujuan perusahaan. - Terlambat pada saat sadap pagi
Penyadap yang terlambat pada saat sadap pagi akan menghasilkan lateks yang sedikit, karena penyadapan tidak dilakukan sepagi mungkin.
Penyadapan yang dilakukan pada pagi hari memberikan hasil yang lebih banyak karena pada pagi hari tekanan turgor pada pembuluh lateks sangat
tinggi (10 atm). Hal tersebut yang menjadi alasan ilmiah mengapa penyadap melakukan penyadap sepagi mungkin.
Selain mengurangi hasil produksi lateks, penyadap yang terlambat pada
saat sadap pagi juga cenderung terburu-buru dalam melakukan tugasnya. Agar seluruh pohon dapat disadap, maka penyadap melakukan
berlaku saat melakukan penyadapan. Hal ini juga dapat berpengaruh
terhadap kualitas tanaman. Penyadapan yang dilakukan dengan cara yang salah akan mengakibatkan kulit tanaman karet rusak (luka kulit). Apabila
kulit batang tanaman karet rusak, maka tanaman dapat mengalami mati kulit. Tanaman karet yang mengalami mati kulit tidak akan bisa menghasilkan lateks untuk tahun-tahun berikutnya. Oleh karena itu,
penyadap harus datang tepat waktu agar dapat melakukan penyadapan sesuai norma sehingga tidak terjadi luka kulit pada batang tanaman karet.
- Tidak semua lateks dipungut
Lateks merupakan hasil dari penyadapan yang memiliki kualitas yang
baik (High Grade). Setelah penyadapan dilakukan, lateks seharusnya dipungut 3 jam dari pisau penyadapan yang terakhir. Pada praktiknya
beberapa oknum penyadap tidak memungut lateks secara menyeluruh. Hal tersebut berkaitan dengan sifat tidak disiplin yang dimiliki oknum penyadap tersebut. Hal ini berpengaruh negatif terhadap produksi lateks
perusahaan.
- Tidak semua pohon disadap
Apabila penyadap kurang disiplin dalam hal waktu, maka tidak semua pohon (tanaman) karet dapat disadap. Hal tersebut karena penyadap yang
tidak disiplin tersebut akan terburu-buru pada saat menyadap. Agar penyadap tersebut dapat selesai sesuai jadwal pengumpulan hasil lateks maka ia akan memilih tidak menyadap beberapa pohon karet agar waktu
- Pungut cepat
Penyadap juga dapat melakukan tindakan tidak disiplin berupa tiindakan pungut cepat. Pungut cepat adalah pemungutan hasil yang lebih awal
dibandingkan aturan yang berlaku. Seharusnya pungut lateks dilakukan 3 jam setelah pisau terakhir. Namun, beberapa oknum penyadap
melakukan kurang dari 3 jam setelah pisau terakhir. Hal ini disebabkan
oleh penyadap tersebut tidak disiplin dalam hal waktu. Penyadap tersebut melakukan tindakan tersebut untuk mengatasi ketertingggalannya dan
untuk menyesuaikan dengan waktu pengumpulan hasil di Tempat Pengumpulan Hasil.
2. Penyelewengan lateks
Di PT. Perkebunan Nusantara VII Way Lima terkadang terdapat beberapa
penyadap yang melakukan tindakan curang. Penyadap tersebut
menyelewengkan hasil sadapnya. Setelah melakukan aktivitas pemungutan hasil, oknum penyadap tersebut tidak meyetorkan seluruh hasil yang
didapatkannya. Sebagian hasil sadapnya ia jual kepada pihak lainnya. Kecurangan tersebut merupakan salah satu bentuk pencurian. Penyadap yang
melakukan hal tersebut sudah tidak memiliki loyalitas kerja serta dapat merugikan perusahaan sehingga sudah seharusnya diberikan sanksi yang tegas. Oleh karena itu, perlu dilakukan kegiatan pengawasan yang cukup
ketat agar oknum yang melakukan tindakan tersebut dapat segera dievaluasi. Selain pengawasan yang ketat, perusahaan juga perlu menerapkan sanksi