• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rancang Bangun Pompa Kalor Pada Alat Pengering Hibrida Pompa Kalor dan Surya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Rancang Bangun Pompa Kalor Pada Alat Pengering Hibrida Pompa Kalor dan Surya"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kakao ( Theobroma cacao)

Kakao merupakan tumbuhan berwujud pohon yang berasal dari Amerika Selatan. Dari

biji tumbuhan ini dihasilkan produk olahan yang dikenal sebagai cokelat. Tumbuhan tahunan

(perennial) ini bisa tumbuh mencapai ketinggian 10m. Namun demikian dalam pembudidayaan

tingginya dibuat tidak lebih dari 5m tetapi dengan tajuk menyamping yang meluas. Hal ini

dilakukan untuk memperbanyak cabang produktif.

Kakao secara umum adalah tumbuhan menyerbuk silang dan memiliki sistem

inkompabilitas sendiri. Walaupun demikian, beberapa varietas kakao mampu melakukan

penyerbukan sendiri dan menghasilkan jenis komoditi dengan nilai jual yang lebih tinggi.

Gambar 2.1 Theobroma cacao  Berikut beberapa varietas kakao :

a. Criolo (fine cocoa atau kakao mulia)

Jenis varietas Criolo mendominasi pasar kakao hingga pertengahan abad 18, akan tetapi

(2)

b. Forastero

Verietas ini merupakan kelompok varietas terbesar yang diolah dan ditanami.

c. Trinitario / Hibrida

Merupakan hasil persilangan antara jenis Forastero dan Criolo. Merupakan hasil

persilangan antara jenis Forastero dan Criolo.

 Dan Kategori Kakao berikut :

Dalam komoditas perdagangan kakao dunia dibagi menjadi dua kategori besar biji kakao :

a. kakao mulia (“fine cocoa”)

Secara umum, Kakao mulia diproduksi dari varietas Criolo.

b. kakao curah (“bulk or ordinary cocoa”) Kakao curah berasal dari jenis Forastero.

Habitat alam tanaman kakao berada di hutan beriklim tropis. Kakao merupakan tanaman

tropis yang suka akan naungan (Shade Loving Plant) dengan potensi hasil bervariasi 50-120

buah/pohon/tahun. Varietas yang umum terdiri atas : Criolo,Forastero, dan Trinitario (hibrida)

yang merupakan hasil persilangan Criolo dan Forastero. Forastero lebih sesuai di dataran rendah,

sedangkan Criolo dapat ditanam sampai dengan dataran agak tinggi. Criolo terdiri atas kultivar

South American Criolos dan Central American Criolos, sedangkan Forastero terdiri atas kultivar

Lower Amazone Hybrid (LAH) dan Upper Amazone Hybrid (UAH). UAH mempunyai

karakter produksi tinggi, cepat mengalami fase generatif/berbuah setelah umur 2 tahun, tahan

penyakit VSD (Vascular Streak Dieback), masa panen sepanjang tahun dan fermentasinya hanya

6 hari.

Sebagai salah satu komoditas andalan Indonesia, kakao mempunyai peran strategis dalam

perekonomian Indonesia, yaitu sebagai penyumbang devisa negara peringkat ketiga disektor

perkebunan. Pada tahun 2012, komoditas kakao telah menyumbang devisa sebesar

USD1,053,446,947 dari ekspor biji kakao dan produk kakao olahan.

Beberapa kebijakan yang dikeluarkan pemerintah dalam memajukan industri hilir di

(3)

satunya dengan penerapan standar nasional indonesia (SNI) demi menjaga mutu bubuk kakao

yang beredar di dalam negeri. Program industri hilir yang dicanangkan oleh Kementrian

Perindustrian juga mampu mengangkat industri kakao nasional sehingga dapat bersaing, baik di

pasar domestik maupun global, serta memberikan sumbangan dalam mendukung pertumbuhan

ekonomi negara kita.

Saat ini pertumbuhan permintaan kakao dunia sekitar empat juta ton per tahun. data

international Cocoa organization (ICCO) menyatakan bahwa dalam lima tahun terakhir,

permintaan kakao tumbuh rata-rata 5% per tahun. Di masa depan, komoditas kakao memiliki

daya yang besar untuk dikembangkan. diperkirakan, konsumsi kakao di Indonesia, India, dan

Cina akan mencapai 1 kg / kapita / tahun sehingga akan ada permintaan tambahan sekitar 2,2 juta

ton biji kakao per tahun.

Tabel 2.1 Negara Penghasil Kakao Terbesar (Data Tahun Panen 2005)

No Negara Jumlah Kakao untuk

Dunia (%)

1 Pantai Gading 38

2 Ghana 19

3 Indonesia 13

4 Nigeria 5

5 Brasil 5

6 Kamerun 5

7 Ekuador 4

8 Malaysia 1

9 Negara lain 9

2.2. Pengeringan

Teknologi pemrosesan bahan pangan terus berkembang dari waktu ke

waktu.Perkembangan teknologi ini didorong oleh kebutuhan pangan manusia yang terus

meningkat yang diakibatkan oleh semakin meningkatnya jumlah penduduk dunia. Pada saat yang

(4)

dibutuhkannya teknologi-teknologi pemrosesan produk pertanian dan perkebunan yang mampu

meningkatkan kualitas dan kuantitas produk tersebut, salah satunya adalah teknologi

pengeringan bahan pangan.

Pengeringan adalah suatu peristiwa perpindahan massa dan energi yang terjadi dalam

pemisahan cairan atau kelembaban dari suatu bahan sampai batas kandungan air yang ditentukan

dengan menggunakan gas sebagai fluida sumber panas dan penerima uap cairan

Pengeringan merupakan proses pemindahan panas dan uap air secara simultan, yang

memerlukan energi panas untuk menguapkan kandungan air yang dipindahkan dari permukaan

bahan, yang dikeringkan oleh media pengering yang biasanya berupa panas. Tujuan pengeringan

itu sendiri adalah untuk mengurangi kadar air bahan sampai batas dimana perkembangan

mikroorganisme dan kegiatan enzim yang dapat menyebabkan pembusukan terhambat atau

terhenti. Dengan demikian bahan yang dikeringkan dapat mempunyai waktu simpan yang lebih

lama.

Metode pengeringan secara umum terbagi menjadi dua, pengeringan alami dan

pengeringan buatan. Pengeringan alami membutuhkan lahan yang luas, sangat tergantung pada

cuaca, dan sanitasi hygiene sulit dikendalikan sedangkan pada pengeringan buatankendala

tersebut dapat diatasi. Kelemahan Pengeringan buatan adalah memerlukan keterampilan dan

peralatan khusus, serta biaya lebih tinggi dibanding pengeringan alami.

Mekanisme Pengeringan ketika benda basah dikeringkan secara termal dan berlangsung

secara simultan ada dua. Mekanisme pertama perpindahan energi dari lingkungan untuk

menguapkan air yang terdapat di permukaan benda padat.Perpindahan energi dari lingkungan ini

dapat berlangsung secara konduksi, konveksi, radiasi, atau kombinasi dari ketiganya. Proses ini

dipengaruhi oleh temperatur, kelembapan, laju dan arah aliran udara, bentuk fisik padatan, luas

permukaan kontak dengan udara dan tekanan. Proses ini merupakan proses penting selama tahap

awal pengeringan ketika air tidak terikat dihilangkan. Penguapan yang terjadi pada permukaan

padatan dikendalikan oleh peristiwa difusi uap dari permukaan padatan ke lingkungan melalui

lapisan film tipis udara.

Mekanisme yang kedua perpindahanmassa air yang terdapat di dalam benda ke permukaan.

Ketika terjadi penguapan pada permukaan padatan, terjadi perbedaan temperatur sehingga air

mengalir dari bagian dalam benda padat menuju ke permukaan benda padat. Struktur benda

(5)

suatu unit pengering yang tepat dan juga parameter pengeringan seperti waktu dan suhu, adalah

penting memahami perilaku pengeringan dari bahan yang dikeringkan.

2.2.1. Prinsip Pengeringan

Pengeringan produk hasil pertanian seperti kakao merupakan proses pengeluaran air dari

kadar air sekitar 65% hingga mencapai 7 – 7,5% (basis kering) dengan cara mensirkulasikan

udara panas yang melewatinya. Udara panas diperlukan untuk menguapkan air yang dikandung

oleh padatan, dan aliran udara diperlukan untuk menghilangkan uap air. Terdapat dua tingkat

pada suatu pengeringan yang khas yaitu tingkat pertama adalah penghilangan dari air di

permukaan dan tingkat kedua adalah penghilangan dari air di dalam bahan. Untuk itu, proses

pengeringan dibagi menjadi periode laju konstan (constant rate period) dan periode laju

menurun (falling rate period).Selama periode laju konstan, permukaan bahan masih basah dan

laju pengeringan ditentukan oleh penguapan dari air bebas dari permukaan bahan atau daerah

yang dekat permukaan. Laju pengeringan tergantung pada perbedaan tekanan uap antara

permukaan dan udara. Suhu udara pengeringan, kecepatan udara dan bentuk serta ukuran partikel

dapat secara nyata mempengaruhi laju pengeringan. Ketika pengeringan berjalan, permukaan

bahan adalah tidak lebih lama dibasahkan, tetapi bagian padatan yang luar menjadi kering. Laju

pengeringan menurun dan air harus bergerak dari bagian dalam ke permukaan, sebelum air dapat

menguap. Ini disbut perioda laju penurunan pengeringan dan pada perioda ini biasanya bahan

mencapaikadar air yang aman untuk penyimpanan. Pada periode ini pengeringan sangat

tergantung pada suhu udara pengeringan.

2.2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecepatan Pengeringan.

Proses pengeringan suatu bahan tergantung pada 2 faktor, yaitu faktor eksternal dan

faktor internal. Penghilangan air sebagai uap dari permukaan material tergantung pada kondisi

eksternal, yaitu temperatur (Temperature) yang tinggi, laju udara (Air Flow) yang tinggi,

kelembaban udara (air Humidity) yang rendah, luas permukaan terbuka dan tekanan (Pressure).

Pergerakan kelembaban internal pada material (Kondisi Internal) yang dikeringkan adalah fungsi

(6)

satu dari kondisi ini memungkinkan menjadi faktor pembatas yang mengatur laju pengeringan,

meskipun keduanya dapat berproses secara berkesinambungan.

Laju pengeringan biasanya meningkat di awal pengeringan kemudian konstan dan

selanjutnya semakin menurun seiring berjalannya waktu dan berkurangnya kandungan air pada

bahan yang dikeringkan. Laju Pengeringan merupakan jumlah kandungan air bahan yang

diuapkan tiap satuan berat kering bahan dan tiap satuan waktu.

Jenis-jenis pengeringan berdasarkan karakteristik umum dari beberapa pengering

konvensional dibagi atas 8 bagian, yaitu :

1. Baki atau wadah

Pengeringan jenis baki atau wadah adalah dengan meletakkan material yang akan

dikeringkan pada baki yang lansung berhubungan dengan media pengering. Cara

perpindahan panas yang umum digunakan adalah konveksi dan perpindahan panas secara

konduksi juga dimungkinkan dengan memanaskan baki tersebut.

2. Rotary

Pada jenis ini ruang pengering berbentuk silinder berputar sementara material yang

dikeringkan jaruh di dalam ruang pengering. Medium pengering, umumnya udara panas,

dimasukkan ke ruang pengering dan bersentuhan dengan material yang dikeringkan

dengan arah menyilang. Alat penukar kalor yang dipasang di dalam ruang pengering

untuk memungkinkan terjadinya konduksi.

3. Flash

Pengering dengan flash (flash dryer) digunakan untuk mengeringkan kandungan air yang

ada di permukaan produk yang akan dikeringkan. Materi yang dikeringkan dimasukkan

dan mengalir bersama medium pengering dan proses pengeringan terjadi saat aliran

medium pengering ikut membawa produk yang dikeringkan. Setelah proses pengeringan

selesai, produk yang dikeringkan akan dipisahkan dengan menggunakan hydrocyclone.

4. Spray

Teknik pengeringan spray umumnya digunakan untuk mengeringkan produk yang

berbentuk cair atau larutan suspensi menjadi produk padat. Contohnya, proses

pengeringan susu cair menjadi susu bubuk dan pengeringan produk-produk farmasi. Cara

(7)

dan dijatuhkan dari bagian atas. Medium pengering (umumnya udara panas) dialirkan

dengan arah berlawanan atau searah dengan jatuhnya tetesan. Produk yang dikeringkan

akan berbentuk padatan dan terbawa bersama medium pengering dan selanjutnya

dipisahkan dengan hydrocyclone.

5. Fluidized bed

Pengeringan dengan menggunakan kecepatan aliran udara yang relatif tinggi menjamin

medium yang dikeringkan terjangkau oleh udara. Jika dibandingkan dengan jenis wadah,

jenis ini mempunyai luas kontak yang lebih besar.

6. Vacum

Pengeringan dengan memanfaatkan ruangan bertekanan udara rendah. Dimana pada

ruangan tersebut tidak terjadi perpindahan panas, tetapi yang terjadi adalah perpindahan

massa pada suhu rendah.

7. Membekukan

Pengeringan dengan menggunakan suhu yang sangat rendah. Biasanya digunakan pada

produk-produk yang bernilai sangat tinggi, seperti produk farmasi dan zat-zat kimia

lainnya.

8. Batch dryer

Pengeringan jenis ini hanya baik digunakan pada jumlah material yang sangat sedikit,

seperti penggunaan pompa panas termasuk pompa panas kimia.

Pada bagian tugas akhir ini akan dilakukan simulasi pada pengeringan tipe wadah dengan

menggunakan sinar matahari sebagai sumber energi pemanas udara pengering.

2.3. Heat Pump (Pompa Kalor)

Heat pump adalah alat yang bekerja dengan cara memindahkan kalor (heat) dari ruangan

dengan temperatur rendah ke ruangan dengan temperatur lebih tinggi. Heat pump bekerja dengan

siklus yang sama seperti refrigerator (kulkas, AC) , hanya saja prinsip kerjanya dibalik. Siklus

ini merupakan siklus termodinamika. Ada beberapa siklus termodinamika yang dapat digunakan

sebagai siklus heat pump (pompa kalor) ,antara lain : siklus kompresi uap, siklus gas, siklus

absorpsi, dan siklus adsorbsi. Heat pump berfungsi untuk menjaga temperatur suatu ruangan agar

(8)

yang lain (suatu ruangan). Siklus kompresi uap sederhana bekerja dengan siklus yang sama pada

heat pump namun yang dimanfaatkan atau yang digunakan adalah udara panas dan kering dari

keluaran kondensor. Siklus pada heat pump untuk pengering udara ditunjukkan pada gambar

dibawah.

Gambar 2.2 Skema heat pump sebagai pengering

Pada gambar diatas, ada 4 komponen utama dalam siklus yang memiliki prinsip kerja

yang berbeda. Komponen-komponennya adalah :

1. Kompresor

Tugas kompresor adalah „‟mengangkat‟‟ refrigeran dari evaporator, menaikkan

tekanan refrigeran agar dapat mengalir dan dikirim ke kondensor. Kompresor harus

menjaga tekanan evaporator tetap rendah agar refrigerant bisa menguap dan tekanan

kondesor tetap. Kompressor bekerja menggunakan energi listrik yang akan diubah

menjadi mekanik untuk melakukan kompresi. Kompresor adalah bagian utama dari suatu

sistem kompresi uap. Berdasarkan prinsip kerjanya secara umum kompressor dapat

diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu :

(9)

Uap refrigerant dari evaporator dihisap dan dijebak pada suatu ruangan

tertentu,kemudian ditekan hingga tekanannya melebihi tekanan kondensor dan

kemudian dilepaskan ke kondensor. Setelah langkah ini selesai maka proses

akan diulang lagi. Jika melihat proses ini, aliran fluida pada kompressor

tidaklah kontinu tetapi terputus-putus. Karena frekuensi terputusnya sangat

tinggi, aliran akan terlihat tidak terputus-putus.

ii. Tipe roto-dynamic

Tekanan regfrigeran dihasilkan dengan mengubah energy kinetic dengan

menggunakan elemen yang berotasi. Oleh karena itu, aliran fluida pada

compressor tipe ini termasuk kontinu.

Refrigeran yang dikompresi harus dalam fase gas.

Gambar 2.3 Kompressor pada AC LG SU12LPBX - R

2. Kondensor

Kondensor adalah alat penukar kalor yang berfungsi mengubah fasa refrigeran

dari kondisi superheat menjadi cair, bahkan kadang sampai subcooled. Pada diagram Ph,

kondensor bertugas mengantar refrigerant setelah melalui compressor (dari titik 2) ke

sebelum masuk ke katup ekspansi (titik 3). Proses ini adalah proses membuang panas

pada temperature kondensasi, Tc yang diasumsikan konstan. Medium pendingin yang

biasa digunakan adalah udara lingkungan,air, atau gabungan keduanya. Masing-masing

medium mempunyai kelebihan dan kekurangan. Pembagian kondensor berdasarkan

medium yang digunakan dapat dibagi atas 3 bagian, yaitu:

(10)

Tidak diperlukan pipa untuk mengalirkannya dan tidak perlu usaha untuk

membuangnya karena setelah menyerap panas bisa langsung dilepaskan ke

udara lingkunga.

ii. Kondensor berpendingin air

Air mempunyai sifat membawa dan memindahkan panas yang jauh lebih baik

daripada air. Oleh karena itu tidak di butuhkan peralatan yang besar untuk

perpindahan panas. Tetapi air ini tidak bisa dibuang langsung ke sungai atau

danau karena bisa mengancam sistem mata rantai sungai. Kondensor ini

dilengkapi dengan cooling tower yang berfungsi mendinginkan air panas yang

berasal dari kondensor dengan menjatuhkannya dari suatu ketinggian agar

dapat didinginkan oleh udara. Biaya awal kondensor dengan sistem ini besar

namun biaya operasionalnya kecil. Sistem ini digunakan pada sistem kompresi

uap dengan kapasitas besar.

iii. Kondensor berpendingin gabungan (evaporative condenser)

Air dan udara digunakan untuk mendinginkan kondensor. Air disiramkan ke

pipa-pipa kondensor dan udara juga ditiupkan. Hal ini akan mengakibatkan

terjadinya penguapan dipermukaan kondensor. Karena panas penguapan air

sangat tinggi dan ini diambil dari refrigerant melalui dinding pipa maka jenis

(11)

Gambar 2.4 Kondensor Berpendingin Udara

3. Evaporator

Evaporator mempunyai tugas yang sama dengan kondensor sebagai alat penukar

kalor. Namun evaporator bekerja dengan prinsip yang berlawanan dengan kondensor.

Evaporator berfungsi sebagai medium untuk terjadinya penyerapan kalor dari udara oleh

refrigeran. Ketika refrigeran melewati evaporator mengalami perubahan fase menjadi gas

karena menyerap kalor. Udara yang melewati pipa-pipa evaporator akan mengalami

penurunan temperatur. Berdasarkan model perpindahan panasnya evaporator dapat dibagi

atas natural convection dan forced convection.

i. Natural convection

Fluida pendingin dibiarkan mengalir sendiri karena adanya perbedaan massa

jenis. Evaporator ditempatkan ditempat yang lebih tinggi. Fluida yang

bersentuhan dengan evaporator akan turun suhunya dan massa jenisnya akan

naik,sebagai akibatnya,fluida ini akan turun dan mendesak fluida dibawahnya

untuk bersirkulasi. Sistem ini hanya mampu pada refrigerasi dengan kapasitas

kecil seperti kulkas.

ii. Forced convection

Menggunakan blower untuk memaksa terjadinya aliran udara sehingga terjadi

konveksi dengan laju perpindahan panas yang lebih baik. Pada model ini ada

refrigerant mengalir dalam pipa dan mengalir diluar pipa.

Gambar 2.5 Evaporator Natural Convection

(12)

Katup ekspansi memiliki dua fungsi, yaitu menurunkan refrigeran dari tekanan

kondensor sampai pada tekanan evaporator. Dan mengatur jumlah aliran refrigeran yang

mengalir masuk evaporator. Pada kondisi pengaturan yang ideal, cairan refrigerant tidak

diboleh sampai masuk ke kompressor. Hal ini bisa saja terjadi salah satunya karena beban

pendingin berkurang,refrigeran yang menguap di evaporator akan berkurang. Jika

pasokan refrigerant cair dari kondensor tetap mengalir maka hal ini akan memaksa cairan

refrigerant masuk ke compressor. Inilah katup ekspansi difungsikan. Jika beban

berkurang maka pasokan refrigerant akan berkurang sehingga menjamin hanya uap

refrigerant yang masuk ke kompressor. Jenis katup ekspansi dapat dibagi menjadi 7

jenis,yaitu :

a) Katup ekspansi manual

b) Tabung kapiler

c) Orifice

d) Katup ekspansi automatic

e) Katup ekspansi thermostatic

f) Katup ekspansi mengapung

g) Katup ekspansi elektronik

Gambar 2.6 Katup Ekspansi pada AC LG SU12LPBX - R

Pada siklus kompresi uap, di evaporator refrigerant „menghisap‟ panas dari udara masuk

evaporator sehingga panas akan menguapkan refrigerant. Lalu uap refrigeran akan dikompres

(13)

dikondensasikan dengan cara membuang panas dari uap refrigerant ke lingkungan (di ambil

untuk mengeringkan ,sistem heat pump). Kemudian refrigerant akan kembali diteruskan ke

dalam evaporator. Dalam diagram T-s dan P-h siklus kompresi ideal dapat dilihat dalam gambar

berikut ini. Saturated liquid Saturated vapor QL Win QH 1 2 3 4 4' s T

Gambar 2.7 T-s Diagram

QH QL Win 1 2 3 4 h P

Gambar 2.8 P-h Diagram

Gambar diatas menunjukkan hubungan temperatur-entropi dan tekanan-entalpi dari siklus

heat pump, proses yang terjadi adalah sebagai berikut :

 Proses kompresi (1-2)

Proses ini dilakukan oleh kompressor dan berlangsung secara isentropik. Kondisi awal

refrigerant pada saat masuk ke dalam kompressor adalah uap jenuh bertekanan rendah,

(14)

proses ini berlangsung secara isentropic maka temperature ke luar kompressor pun

meningkat.

 Proses kondensasi (2-3)

Proses ini berlangsung didalam kondensor. Refrigerant yang bertekanan tinggi dan

bertemperatur tinggi yang berasal dari kompressor akan membuang kalor sehingga

fasanya berubah menjadi cair. Hal ini berarti bahwa didalam kondensor terjadi pertukaran

kalor antara refrigerant dengan lingkungannya (udara) sehingga panas berpindah dari

refrigerant ke udara pendingin yang menyebabkan uap refrigerant mengembun menjadi

cair.

 Proses ekspansi (3-4)

Proses ekspansi ini berlangsung secara isoentalpi. Hal ini berarti tidak terjadi perubahan

entalpi tetapi terjadi drop tekanan dan penurunan temperatur

 Proses evaporasi (4-1)

Proses ini berlangsung secara isobar isothermal (tekanan konstan, temperature konstan)

di dalam evaporator. Panas dari dalam ruangan akan diserap oleh cairan refrigerant yang

bertekanan rendah sehingga refrigerant berubah fasa menjadi uap bertekanan rendah.

Kondisi refrigerant saat masuk evaporator sebenarnya adalah campuran cair dan uap.

 Selanjutnya refrigeran kembali masuk ke dalam kompressor dan bersirkulasi. Seluruh siklus berulang dengan sendirinya selama kompresor dinyalakan.

2.4. Pengering Pompa Kalor

Prinsip kerja pengering dengan pompa kalor dan solar collector. Pompa kalor

menghasilkan udara panas dan kering dengan mngekstraksi energi dari udara sekitar. Lalu panas

kering udara masuk ke ruang solar collector dan mendapatkan perlakuan panas dari sinar

(15)

Udara keluar hasil solar collector di alirkan ke ruangan pengering dan berinteraksi dengan bahan

yang dikeringkan. Udara lembab yang hangat dari ruang pengering diproses melalui evaporator

dimana sebagian besar kelembaban akan dihilangkan sebelum mengalir melalui kondensor

masuk ke solar collector dan masuk kembali ke ruang pengering.

Gambar 2.9 Diagram Pengering dengan Pompa Kalor dan Kolektor Surya

Melalui skema siklus refrigerasi kompresi uap, panas yang dikeluarkan oleh kondensor di

panaskan kembali oleh solar collector lalu dimanfaatkan untuk mengeringkan bahan makanan.

Udara panas dari solar collector dialirkan ke ruang pengering, setelahnya udara hasil

pengeringan menjadi lembab (basah). Udara dari ruang pengering kemudian di alirkan ke

evaporator untuk didinginkan dan dikeringkan, udara tersebut selanjutnya akan menuju

kondensor untuk dipanaskan dan menghasilkan udara kering lalu di alirkan ke solar collector

untuk mendapatkan panas yang di inginkan. Demikian seterusnya siklus dari udara pengering

tersebut bersikulasi.

2.4.1. Kelebihan Dan Kelemahan Heat Pump

 Ada beberapa keuntungan dalam pemanfaatan Heat Pump sebagai pengeringan :

1. Efisiensi energi yang tinggi dan temperature yang bisa dikontrol. Sangat membantu

(16)

2. Kualitas produk yang dihasilkan juga memiliki nilai yang tinggi. Ini dikarenakan bahan

yang dikeringkan tidak cepat rusak atau pun terlambat pengeringannya.

3. Dengan berbagai kondisi temperature lingkungan pengeringan bisa dihasilkan untuk

suhu bahan - 20ºC dan hasil suhu pengeringan 100ºC (dengan pemanas tambahan).

4. Hasil produk yang dikeringkan memiliki nilai yang konstan.

5. Sangat berguna dalam mengeringkan bahan bernilai tinggi maupun rendah.

6. Studi yang terdahulu menemukan bahwa kualitas warna dan aroma produk pertanian

yang dikeringkan dengan pompa kalor lebih baik dari pada cara konvensional(dijemur di

bawah matahari).

 Beberapa kekurangan Heat Pump sebagai pengering sebagai berikut :

1. Biaya modal awal yang tinggi karena banyak komponen pendingin. Sistem membutuhkan

waktu steady state untuk mencapai kondisi pengeringan yang diinginkan.

2. Diperlukan perawatan secara berkala untuk komponennya.

3. Kebocoran refrigerant ke lingkungan dapat terjadi jika ada keretakan pada pipa karena

sistem nya yang cenderung memiliki tekanan tinggi.

2.4.2. Aplikasi Heat Pump dan Pemanfaatannya.

Heat pump dengan bantuan solar collector ternyata telah diteliti sejak lama dan banyak

dimanfaatkan tidak untuk pengeringan saja. Pemanfaatan heat pump dengan bantuan solar

kolektor sudah dilakukan dan diterapkan dibeberapa Negara yaitu :

1. Solar Assisted Chemical Heat Pump Dryer (SACHPD) Systems For Agricultural And

Marine Products.

Diteliti di Malaysia dengan memanfaatkan reaksi kimia pada sistem nya.

Diharapkan dengan adanya reactor yang berisi reaksi Amonia (NH3) relative humidity

(17)

Gambar 2.10 Siklus SACHPD

2. A Solar Assisted heat pump drying system for grain in-store drying

Diteliti di China untuk pengeringan atau pengaduk biji padi dan juga kayu yang

akan diolah. Menggunakan alat pengaduk pada ruangan pengeringannya agar hasil yang

dikeringkan merata. Penelitian yang dilakukan mendapatkan COP diantara 5,66 dan 6,25.

(18)

3. Solar assisted heat pump system for heat supply

Diteliti di China bagian utara untuk menghasilkan panas. Panas yang dihasilkan

dari sistem ini bermanfaat untuk memanaskan air pada penggunaan rumah tangga.

Penelitian ini mendapatkan COP sekitar 2,19.

Gambar 2.12 Sistem Solar Assisted Heat Pump System For Heat Supply

4. Solar-assited heat-pump dryer and water heater

Dikaji di Singapura,yang mana sistem ini bisa memiliki manfaat untuk

mengeringkan suatu bahan dan juga memanaskan air. Sistem ini mendapatkan COP

(19)

Gambar 2.13 Sistem Solar-Assited Heat-Pump Dryer And Water Heater

Kinerja alat pengering heat pump dan solar collector dapat ditentukan dari efisiensi

pengering. Efisiensi pengeringan adalah perbandingan antara energi yang digunakan untuk

menguapkan kandungan air dari bahan dengan energi untuk memanaskan udara pengering.

Efisiensi pengeringan biasanya dinyatakan dalam persen. Semakin tinggi nilai efisiensi

pengering maka alat pengering ini semakin baik.

Perhitungan efisiensi pengeringan dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan:

... (2.1)

Dimana :

Qp = energi yang digunakan untuk pengeringan (kJ)

Q = energi untuk memanaskan udara pengering (kJ)

Nilai laju ekstrasi air spesifik atau specific moisture extraction rate (SMER) merupakan

perbandingan jumlah air yang dapat diuapkan dari bahan dengan energi listrik yang digunakan

tiap jam atau energi yang dibutuhkan untuk menghilangkan 1 kg air. Dinyatakan dalam kg/kWh.

Perhitungan SMER menggunakan persamaan :

(20)

̇

... (2.2)

Dimana : ̇ = laju pengeringan

Energi yang dikonsumsi spesifik atau specific energy consumption (SEC) adalah

perbandingan energi yang dikonsumsi dengan kandungan air yang hilang, dinyatakan dalam

kWh/kg dan dihitung dengan menggunakan persamaan :

... (2.3)

Laju pengeringan (drying rate ; kg/jam), dihitung dengan mneggunakan persamaan :

̇ ……… (2.4)

Dimana : W0 : Berat bahan makanan sebelum pengeringan (kg)

Wf : Berat bahan makan setelah pengeringan (kg)

t : Waktu pengeringan (jam)

Kinerja dari pompa kalor dinyatakan dalam coefficient of performance (COP), yang

didefenisikan sebagai perbandingan antara kalor yang dilepaskan oleh kondensor dengan kerja

(energi) yang dibutuhkan untuk menggerakkan kompresor [9]:

̇ ̇ ... (2.5)

Dimana;

̇ = Kalor yang dilepaskan oleh kondensor

̇ = Kerja (energi) yang masuk dalam kompresor

Kalor yang dilepaskan oleh kondensor dihitung dengan persamaan:

(21)

Dimana:

̇ = laju aliran massa udara

= panas spesifik udara

= suhu rata-rata udara keluar kondensor

= suhu rata-rata udara masuk kondensor

Kerja yang masuk ke dalam sistem (kerja kompresor) di hitung dengan persamaan:

̇ ̇ ... (2.7)

h1 diperoleh dari tekanan pada evaporator, h2 diperoleh dari tekanan pada kondensor.

Sebuah Sistem kompresi uap dengan memanfaatkan evaporator dan kondensor sekaligus

disebut dengan sistem kompresi uap hibrid. Kinerja dari sebuah sistem kompresi uap hibrid

dinyatakan dengan Total Performance (TP) yang menyatakan jumlah beban maksimum pada

ruang pendinginan dan ruang pengeringan dibandingkan dengan daya kompresi, yang

dirumuskan dengan:

... (2.8)

Dimana:

Qe = Kalor yang diserap oleh evaporator

(22)

Wc = Kerja Kompresor

Kalor yang diserap oleh evaporator dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:

̇ ... (2.9)

2.5. PSYCROMETRIC CHART

Psycrometric chart merupakan diagram untuk memahami dan menganalisa sifat

termodinamika dari udara (moist air), kondisi udara dan proses dalam sistem tata udara (air

conditioning system). Gambar dibawah ini adalah diagram psycrometric chart yang dikeluarkan

oleh American Society of Heating, Refrigerating and Air-conditioning Engineers. INC

(23)
(24)

Berikut adalah penjelasan untuk istilah-istilah yang terdapat dalam psycrometric chart di

atas :

 Dry-bulb temperature (⁰C) : Temperatur yang diukur dengan termometer biasa.

 Wet-bulb temperature (⁰C) : Temperatur dimana dengan menguapkan air ke udara dapat menyebabkan udara menjadi jenuh secara

adiabatis pada temperatur yang sama.

 Dew point temperature (⁰C) : Temperatur dimana udara menjadi jenuh pada perbandingan kelembaban (humidity ratio) yang sama.

 Humidity Ratio : Rasio yang menunjukkan jumlah uap air per satuan berat udara kering. Satuan yang digunakan :

 Lb per lb dry air, kg per kg udara kering

 Grain per lb dry air (1 lb = 7.000 grain) gram per kg udara kering.

 Relative Humidity (%) : Perbandingan antara kandungan uap air (moisture content) di udara dan kandungan uap air ketika jenuh

pada temperatur dan tekanan yang sama.

 Enthalpy (kJ/kg) : Sifat termodinamika yang menunjukkan kandungan energi per satuan berat.

Secara lebih mudah untuk dipahami, istilah-istilah diatas dapat dilihat lagi ada

“penyerderhanaan” psycrometric chart di bawah ini (pada tekanan 1 atm) :

Gambar

Proses-proses di udara (pengkondisian udara) sesuai letak titik pada psycrometric chart,

dikelompokkan menjadi :

1. Heating (Pemanasan), dimana temperatur akhir lebih tinggi daripada temperatur awal (T2

>T1).

2. Cooling (Pendinginan), dimana temperatur akhir lebih rendah daripada temperatur awal

(25)

3. Humidifying (Humidifikasi), dimana moisture content akhir lebih tinggi daripada

moisture content awal (w2 > w1).

4. Dehumidifying (Dehumidifikasi), dimana moisture content akhir lebih rendah daripada

moisture content awal (w2 < w1).

5. Kombinasi atau gabungan :

 Cooling dan dehumidifying, dimana T2 <T1 & w2 < w1  Heating dan humidifying, dimana T2 >T1 & w2 > w1

Keadaan proses-proses pengkondisian udara diatas dapat terlihat pada gambar berikut:

gambar

Heat load dalam pengkondisian udara juga terbagi 2, yaitu :

1. Sensible Heat, ialah kalor yang diperlukan atau dihilangkan dan menyebabkan perubahan

temperatur (naik/turun).

Q = 1,09 x CFM x (T2 - T1)

 Q = Heat Load yang dibutuhkan/dilepas (Btuh/h)

 CFM = Jumlah aliran udara (ft3/min)

 T1 = Temperatur awal (⁰F)  T2 = Teemperatur akhir (⁰F)

2. Latent Heat, ialah kalor yang diperlukan atau dihilangkan untuk mengubah fase zat

(condensation, evaporation). Di udara, latent heat akan menyebabkan perubahan

kelembaban (humidity).

Q = 0,68 x CFM x (w2-w1)

 Q = Heat Load yang dibutuhkan/dilepas (Btuh/h)

 CFM = Jumlah aliran udara (ft3/min)

 w1 = Moisture content awal (grain/lb)  w2 = Moisture content akhir (grain/lb)

3. Total Heat, ialah gabungan antara sensible heat dan latent heat.

Q = H2– H1

Q = 4,5 x CFM x (h2– h1)

 Q = Heat Load yang dibutuhkan/dilepas (Btuh/h)

(26)

Gambar

Gambar 2.1 Theobroma cacao
Tabel 2.1 Negara Penghasil Kakao Terbesar (Data Tahun Panen 2005)
Gambar 2.2 Skema heat pump sebagai pengering
Gambar 2.3 Kompressor pada AC LG SU12LPBX - R
+7

Referensi

Dokumen terkait

Mengingat wilayah Indonesia memiliki sinar matahari cukup melimpah, terletak pada daerah khatulistiwa yang mempunyai iklim tropis dan radiasi surya hampir sepanjang

Prinsip kerja dari mesin pengering pakan ternak adalah Melalui skema siklus refrigrasi kompresi uap, panas yang dikeluarkan oleh kondensor beserta udara keluaran evaporator

Telah diketahui bahwa temperatur pengeringan bahan untuk olahan herbal tidak memerlukan temperatur yang tinggi namun temperatur sedang (40⁰C-70⁰C) dengan kelembapan

Hasil dari studi eksperimental dari pompa kalor kimia (CHP) dibantu pengering konvektif (Gbr. 4) menunjukkan bahwa hal itu dapat digunakan untuk produksi air panas

Selain itu juga ditambahkan sebuah alat penukar kalor tipe plat datar( flat plate) yang bertujuan untuk mengoptimalkan produksi udara panas untuk

dengan pindah panas adalah peristiwa perpindahan energi dari udara ke dalam bahan.. yang dapat menyebabkan berpindahnya sejumlah massa (kandungan air)

Pengeringan adalah suatu peristiwa perpindahan massa dan energi yang terjadi dalam pemisahan cairan atau kelembaban dari suatu bahan sampai batas kandungan air

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir ini yang berjudul “RANCANG