• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Nuansa Makna Kata Mou dan Ato dalam Kalimat Bahasa Jepang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Nuansa Makna Kata Mou dan Ato dalam Kalimat Bahasa Jepang"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN UMUM TERHADAP KATA MOU DAN ATO SERTA STUDI SINTAGMATIK

2.1 Mou dan Ato

Menurut Sudjianto (1996:80), kata mou dan ato termasuk jenis kelas kata keterangan (fukushi). Seperti telah dijelaskan pada bagian pendahuluan bahwa

fukushi dapat dipakai untuk menerangkan doushi dan menerangkan fukushi yang

lainnya. Fukushi yang dapat menerangkan doushi dan fukushi yang lainnya itu termasuk pada jenis teido no fukushi. Salah satu contoh kata yang termasuk jenis

teido no fukushi yaitu mou dan ato. Isami (1986:147) mengatakan bahwa teido no

fukushi ialah fukushi yang menerangkan yougen (terutama adjektiva-I dan

adjektiva-na), dengan jelas menentukan standar (batas, tingkat atau derajat) keadaan/sifat itu.

Selain itu, kedua kata tersebut bisa digolongkan ke dalam kelas kata lainnya. Misalnya, mou dapat digolongkan ke dalam kelas kata rentaishi apabila menerangkan nomina di dalam kalimat. Kemudian ato bisa berfungsi sebagai

rentaishi juga, bahkan juga digolongkan ke dalam kelas kata setsuzokushi (kata

sambung). Oleh karena itu, untuk membedakannya diperlukan analisis berdasarkan pada letaknya di dalam suatu kalimat.

(2)

2.2 Pengertian Mou

Menurut Hirotase dan Masayoshi (1994:41), secara umum

mou「もう」mempunyai makna sebagai berikut :

1. 「さらに」の意味で、今の状態に加える数量。程度を表すときに使い

ます。

(Sara ni) no imi de, ima no joutai ni kuwaeru suuryou. Teido wo arawasu toki

ni tsukaimasu.

“Makna dari (ditambah lagi) yaitu jumlah yang ditambahkan pada keadaan sekarang. Digunakan ketika menunjukkan derajat atau tingkatan”.

例文:1) もう

Mou ichido itte kudasai.

一度、言ってください。

(Tolong katakan sekali lagi).

2) A:コ-ヒ、もう

Koohi, mou ippai ikaga desuka?

一杯いかがですか。

(Mau tambah secangkir kopi lagi?). B:はい、いただきます。

Hai, itadakimasu.

(Ya, saya terima / terima kasih).

2. すでに終わった状態や限界に達しているということを表します。

Sude ni owatta joutai ya genkai ni tasshiteiru to iu koto wo arawashimasu.

“Menunjukkan hal yang sampai pada batas akhir dan keadaan yang telah selesai sebelumnya”.

例文:1) 昨日買った牛乳はもう

Kinou katta gyuunyuu wa mou nonde shimatta.

飲んでしまった。

(3)

2) この本箱にはもう

Kono honbako niwa mou issatsu mo hon ga hairenai.

一冊も本が入れない。

(Di rak buku ini sudah tidak bisa satu jilid buku pun dimasukkan).

3. 感情を強く表現するときに使います。

Kanjou wo tsuyoku hyougensuru toki ni tsukaimasu.

“Digunakan ketika mengungkapkan perasaan yang kuat (emosi)”.

例文:もう

Mou itakute, shou ga nai. 痛くて、しょうがない。

(Sakitnya sudah tak tertahankan).

Sedangkan menurut Hayashi (1993:979), mou「もう」mempunyai makna sebagai berikut :

1. そのときまでに、すっかりある状態になっていることを表わす。

Sono toki made ni, sukkari aru joutai ni natteiru koto wo arawasu.

“Menunjukkan hal yang menjadi suatu keadaan benar sebelum waktu itu”.

例文:お菓子はもう

Okashi wa mou arimasen. Mou kekkou desu.

ありません。もうけっこうです。

(Kuenya tidak ada lagi. Sudah cukup).

2. はやくもそのときがきてしまったことへの驚きを表わす。

Hayaku mo sono toki ga kite shimatta koto e no odoroki wo arawasu.

“Menunjukkan keterkejutan akan hal waktu yang datang begitu cepat”.

例文:もう五時だ。もう

Mou goji da. Mou okaeri desuka? お帰りですか。

(4)

3. まもなくある状態になるようす。

Mamonaku aru joutai ni naru yousu.

“Tindakan yang tak berapa lama lagi menjadi suatu keadaan”.

例文:仕事ももう

Shigoto mo mou owari desu.

終わりです。

(Sebentar lagi pekerjaan pun akan selesai).

4. さらに加えて。みじかく「も」ということもある。

Sara ni kuwaete. Mijikaku (mo) to iu koto mo aru.

“Menambah lagi. Ada pula yang menyingkatnya dengan (mo)”.

例文:1) もう

Mou chotto mattene. ちょっと待ってね。

(Tolong tunggu sebentar/sedikit lagi).

2) も一つください。

Mo hitotsu kudasai. (Tolong satu lagi).

Sunagawa (1998:578) mengemukakan bahwa mou mempunyai makna yang hampir sama sebagaimana yang dijelaskan oleh Hirotase dan Masayoshi. Penjelasannya sebagai berikut :

1. 量などをさらに付け加えるのに使う。

Ryou nado wo sara ni tsuke kuwaeru noni tsukau.

“Digunakan untuk menambahkan jumlah/kuantitas dan lain-lain”.

例文:みんなが来てから、もう

Minna ga kitekara, mou ikkai sensei ni denwa shite mita.

一回先生に電話してみた。

(5)

2. 動詞文とともに使って、行為、できごとなどがある時点までに完了し

たことを示す。完了かどうかを問う疑問文でも「もう」を用いる。

Doushibun to tomo ni tsukatte, koui, dekigoto nado ga aru jiten made ni

kanryou shita koto wo shimesu. Kanryou ka dou ka wo tou gimonbun demo

(mou) wo mochiiru.

“Digunakan bersamaan dengan kalimat verba, menunjukkan tindakan, hal/perkara dan sebagainya yang telah selesai sebelum titik waktu. Dan dalam kalimat tanya untuk menanyakan sudah selesai atau belum juga digunakan

mou.

例文:彼の娘はもう

Kare no musume ha mou daigaku wo sotsugyou shita sou da.

大学を卒業したそうだ。

(Katanya putrinya sudah lulus dari perguruan tinggi).

3. 「無理だ」「いやだ」など否定的意味の述語を用いて、これ以上ある

状態を続けることができないという意味を表す。

(Muri da), (iya da) nado hiteiteki imi no jutsugo wo mochiite, kore ijou aru

joutai wo tsuzukeru koto ga dekinai to iu imi wo arawasu.

“Menggunakan predikat yang bermakna negatif seperti (muri : tidak mungkin, tak masuk akal), (iya : benci, jengkel) dan lain sebaginya, kemudian menunjukkan arti tidak dapat melanjutkan suatu keadaan lebih dari ini”.

例文:こんな退屈な仕事はもう

Konna taikutsu na shigoto wa mou yametai.

やめたい。

(6)

2.2.1 Kata Mou ditinjau dari Letak dalam Kalimat

1. 今日の仕事はもう全部終わった。

Kyou no shigoto wa mou zenbu owatta.

(Pekerjaan hari ini sudah selesai semua). (Sunagawa, 1998:580)

Kalimat di atas merupakan kalimat tunggal / tanbun「単文」, karena berisikan satu informasi. Maka jika dipenggal berdasarkan unsur kalimatnya menjadi:

今日の (1) 仕事は (2) もう (3) 全部 (4) 終わった

修飾語 主語 修飾語 修飾語 述語

(5)

Kata mou sebagai unsur modifikator / shuushokugo「修飾語」dalam kalimat di atas. Unsur modifikator digunakan untuk memperluas kata yang dijelaskan sesudahnya. Karena kata mou letaknya berada pada sebelum kata yang diterangkannya (verba owatta), maka kata mou pada kalimat dikategorikan sebagai kelas kata fukushi.

2. もうちょっと安いものはありませんか。

Mou chotto yasui mono wa arimasenka.

(Apakah ada barang yang lebih murah sedikit lagi?). (Sunagawa, 1998:579)

Kalimat di atas termasuk kalimat tunggal / tanbun「単文」, karena berisikan satu informasi. Maka jika dipenggal berdasarkan unsur kalimatnya menjadi:

もう (1) ちょっと (2) 安い (3) ものは (4) ありませんか 修飾語 修飾語 修飾語 主語 述語

(7)

Kata mou sebagai unsur modifikator dalam kalimat di atas merupakan kelas kata

fukushi, karena menerangkan fukushi lainnya yaitu chotto yang ada di depannya.

Sesuai dengan fungsi teido no fukushi bahwa mou menentukan standar (batas, tingkat atau derajat) keadaan/sifat dari mono.

3. 気がついたらもう朝だった。

Ki ga tsuitara, mou asa datta.

(Setelah tersadar ternyata sudah pagi). (Sunagawa, 1998:580)

Kalimat di atas termasuk kalimat majemuk / fukubun「複文」, karena terdiri atas 2 klausa. Yaitu :

気が (1) ついたら (2) もう (3) 朝だった 主語 述語 修飾語 述語

(4)。

Kata mou sebagai unsur modifikator pada kalimat di atas diletakkan sebelum kata benda yang berfungsi sebagai predikat. Oleh karena itu, mou pada kalimat di atas merupakan rentaishi, karena menerangkan taigen (nomina asa) yang ada di depannya.

2.2.2 Kata Mou ditinjau dari Konteks Kalimat 1. A: この本はもう

Kono hon wa mou demashitaka?

出ましたか。

(Apakah buku ini sudah keluar/terbit?).

B: いいえ、まだ出ていません。予定は来週です。

Iie, mada dete imasen. Yotei wa raishuu desu.

(8)

Kata mou dalam kalimat di atas bermakna “sudah” dalam bahasa Indonesia. Dan berfungsi untuk menyatakan hal yang telah selesai dikerjakan. Digunakan pula dalam kalimat tanya untuk menanyakan sudah selesai atau belum suatu pekerjaan.

2. 戦争をするのはもう

Sensou wo suru no wa mou takusan da.

たくさんだ。

(Sudah cukup banyak peperangan). (Sunagawa, 1998:581)

Kata mou dalam kalimat di atas diterjemahkan dalam makna yang hampir sama dengan “sudah” dalam bahasa Indonesia. Dan digunakan untuk menunjukkan arti tidak dapat melanjutkan suatu keadaan lebih dari itu.

3. もう

Mou ichijikan matte, kare ga konakattara saki ni iku. 一時間待って、彼が来なかったら先に行く。

(Satu jam lagi saya tunggu, setelah itu kalau dia tidak datang, saya akan pergi duluan).

(Sunagawa, 1998:578)

Kata mou dalam kalimat di atas bermakna “lagi” dalam bahasa Indonesia. Dan berfungsi untuk menyatakan jumlah/kuantitas yang ditambahkan pada keadaan sekarang. Dengan kata lain, digunakan ketika menunjukkan derajat atau tingkatan.

2.3 Pengertian Ato

Menurut Hirotase dan Masayoshi (1994:40-41) secara umum ato

(9)

目標に達するまでの残り数や量を表すときに使います。「あと+数詞

(人、本、時間)」や「あと少し、あとちょっと」などの形で使いま

す。

Mokuhyou ni tassuru made no nokori kazu ya ryou wo arawasu toki ni

tsukaimasu. [ato + suushi (hito, hon, jikan) ya (ato sukoshi, ato chotto)] nado

no katachi de tsukaimasu.

“Digunakan ketika menunjukkan jumlah dan angka yang tersisa dari sampai tercapainya tujuan. Digunakan dalam bentuk (ato diikuti kata bilangan seperti orang, batang dan waktu), (sedikit lagi)”.

例文:今90万円あるから、あと

Ima kyuumanen arukara, ato juumanen tamereba, choudo hyakumanen

ni naru.

十万円貯めれば、ちょうど百万円に

なる。

(Karena sekarang ada ¥90.000, kalau menabung ¥10.000 lagi menjadi pas ¥100.000).

Sedangkan menurut Sunagawa (1998:8-10), makna ato (あと) adalah sebagai berikut :

1. 文や節の頭に現れ、会話の中で、その状況に必要なことがらを思い出

して付け加えるときに用いる。

Bun ya setsu no atama ni araware, kaiwa no naka de, sono joukyou ni hitsuyou

na kotogara wo omoidashite tsukekuwaeru toki ni mochiiru.

(10)

例文:料理はこのくらいあれば、十分ですね。あと

Ryouri wa kono kurai areba, juubun desu ne. Ato, nomimono wa kore

de tarimasuka?

、飲み物はこれで

足りますか。

(Masakannya kalau segini cukup ya. Lalu, minumannya cukup dengan ini?).

2. 今の状態に一定の数量が加わることを表す。その数量が加わればある

ことがらが成立するための条件が整うということを表す場合に用いる

Ima no joutai ni ittei no suuryou ga kuwawaru koto wo arawasu. Sono suuryou

ga kuwawareba aru kotogara ga seiritsu suru tame no jouken ga totonou to iu

koto wo arawasu baai ni mochiiru.

“Menunjukkan hal bertambahnya jumlah tertentu pada keadaan sekarang. Digunakan pada keadaan yang menunjukkan syarat untuk terjadinya suatu hal akan tersedia, jika jumlah itu bertambah”.

例文:あと

Ato futari soroeba, yakyuu chiimu ga tsukureru. 二人揃えば、野球チ-ムが作れる。

(Kalau dilengkapi dua orang lagi, bisa terbentuk tim Baseball).

3. 一つのことがらが終わった段階であることを表し、後ろにはその時の

状態やその次に起こることがらが続く。

Hitotsu no kotogara ga owatta dankai de aru koto wo arawashi, ushiro ni ha

sono toki no joutai ya sono tsugi ni okoru kotogara ga tsuzuku.

(11)

例文:今日は夕食のあと

Kyou wa yuushoku no ato, tomodachi to hanabi wo suru koto ni

natteiru.

、友達と花火をすることになっている。

(Hari ini setelah makan malam, saya putuskan untuk bermain kembang api bersama teman).

Hayashi (1993:22) dalam bukunya Reikai Shinkokugo Jiten menyebutkan bahwa ato mempunyai makna :

今後に残されたものを数える言いかた。

Kongo ni nokosareta mono wo kazoeru iikata.

“Cara mengatakan hitungan benda yang tersisa berikutnya”.

例文:1) あと

Ato gofun de owaru. 五分で終わる。

(Akan selesai dalam waktu 5 menit lagi). 2) あと

Ato sannin suwareru. 三人座れる。

(Bisa duduk 3 orang lagi).

2.3.1 Kata Ato ditinjau dari Letak dalam Kalimat

1. その仕事を片つけるにはあと三日で十分です。

Sono shigoto wo katazukeru niwa ato mikka de juubun desu.

(Membereskan pekerjaan ini cukup dengan tiga hari lagi). (Sunagawa, 1998:9)

(12)

その仕事を (1) 片つけるには (2) あと (3) 三日で (4) 十分です

対象語 述語 修飾語 状況語 述語

(5)

Kata ato sebagai unsur modifikator pada kalimat di atas merupakan rentaishi. Karena letaknya sebelum taigen (nomina mikka) dan menerangkan nomina tersebut.

2. 以上でだいたい分かったと思っていますが、あと、何か質問はありま

せんか。

Ijou de daitai wakatta to omotte imasuga, ato nani ka shitsumon wa

arimasenka?

(Cukup sekian dan saya kira sebagian besar sudah mengerti. Lalu, apakah ada pertanyaan?).

(Sunagawa, 1998:9)

Kalimat di atas merupakan kalimat majemuk / fukubun「複文」. Karena berisikan 2 informasi yang terdiri atas 2 klausa. Jika dipenggal berdasarkan unsur kalimatnya maka menjadi uraian sebagai berikut :

以上で (1) だいたい (2) 分かったと (3) 思っていますが (4)、あと

対象語 状況語 述語 述語 接続語

(5)、

何か (6) 質問は (7) ありませんか

修飾語 主語 述語

(8)

Kata ato pada kalimat di atas merupakan setsuzokushi (kata sambung), karena letaknya berada di antara 2 buah klausa yang berfungsi untuk menghubungkan kedua klausa yang masih berhubungan itu.

3. あと二人揃えば、野球チ-ムが作れる。

Ato futari soroeba, yakyuu chiimu ga tsukureru.

(13)

(Sunagawa, 1998:9)

Kalimat di atas merupakan kalimat majemuk / fukubun「複文」yang berisikan 2 informasi dalam sebuah kalimat (kalimat pengandaian). Jika dipenggal berdasarkan unsur kalimatnya maka menjadi :

あと (1) 二人 (2) 揃えば (3) 野球 (4) チ-ムが (5) 作れる 修飾語 状況語 述語 修飾語 対象語 述語

(6)。

Pada kalimat di atas terlihat jelas bahwa letak ato berada sebelum kata yang diterangkannya yaitu verba soroeba. Oleh karena itu, ato dalam kalimat tersebut merupakan kelas kata fukushi.

2.3.2 Kata Ato ditinjau dari Konteks Kalimat

1. 今90万円あるから、あと

Ima kyuumanen arukara, ato juumanen tamereba, choudo hyakumanen ni

naru.

十万円貯めれば、ちょうど百万円になる。

(Karena sekarang ada ¥90.000, kalau menabung ¥10.000 lagi menjadi pas ¥100.000).

(Hirotase dan Masayoshi, 1994:40)

Kata ato pada kalimat di atas bermakna “lagi” dalam bahasa Indonesia. Dan berfungsi untuk menunjukkan jumlah/angka yang tersisa supaya mencapai target. Ditandai dengan bentuk ato diikuti oleh kata bilangan (waktu).

2. A : メンバ-はこれだけだね。

Membaa wa kore dake da ne.

(Anggotanya hanya ini ya). B : あ、あと

A, ato, moshikashitara Tanaka san mo kuru kamo shirenai to itteita.

、もしかたら田中さんも来るかもしれないと言っていた。

(14)

(Sunagawa, 1998:9)

Kata ato pada kalimat di atas mempunyai makna yang hampir sama dengan “tambah lagi”. Maksudnya berfungsi untuk menambahkan sesuatu hal karena mengingat hal atau perkara yang penting pada keadaan itu di dalam suatu percakapan.

3. 彼はアルバイトをやめたあと

Kare wa arubaito wo yameta ato, toku ni suru koto mo nakute mainichi bura

bura shiteiru.

、特にすることもなくて毎日

ぶらぶらしている。

(Setelah

(Sunagawa, 1998:8)

dia berhenti kerja paruh waktu, setiap harinya bermalas-malasan karena tidak ada hal yang dikerjakan secara khusus).

Kata ato pada kalimat di atas bermakna “setelah” dan berfungsi untuk menunjukkan satu perkara/hal yang berada pada tahap selesai, kemudian dilanjutkan oleh perkara/hal yang terjadi berikutnya.

2.4 Studi Sintagmatik

2.4.1 Hubungan Sintagmatik

Berikut akan dijelaskan pengertian hubungan Sintagmatik menurut beberapa ahli linguistik di bawah ini :

1) Ridwan (1997:51) mengatakan bahwa hubungan sintagmatik merupakan hubungan di mana sebuah unsur terkait dengan unsur lain dalam susunan kebahasaan.

Contoh : The cat is on the mat (Kucing di atas alas kaki).

(15)

Jadi, hubungan sintagmatik terbentuk antara cat dan the mat. Demikian pula antara dog dan the mat.

2) Kridalaksana (1993:45) menyebutkan bahwa hubungan sintagmatik adalah hubungan antara unsur-unsur yang terdapat dalam suatu tuturan yang tersusun secara berurutan (bersifat linear).

Misalnya dalam kalimat “Saya menulis artikel”, terdapat hubungan sintagmatik antara saya, menulis dan artikel dalam pola kalimat SPO (Subyek - Predikat - Obyek).

Dalam

sintagmatik ini terdapat baik dalam tataran fonologi, morfologi maupun sintaksis.

Hubungan sintagmatik pada tataran fonologi tampak pada urutan fonem-fonem dengan urutan /k, i, t, a, b/. Apabila urutannya diubah, maka maknanya akan berubah atau tidak bermakna sama sekali. Perhatikan contoh berikut :

/k i t a b/ /b a k t i/ /t i k a b/ /k a t i b/ /b a t i k/

(16)

dapat diubah, tetapi mungkin juga tidak dapat diubah tanpa mengubah makna kalimat tersebut atau justru menyebabkan tak bermakna sama sekali. Sebagai contoh dapat dilihat kalimat berikut ini :

1. Hari ini barangkali dia sakit 2. Barangkali dia sakit hari ini 3. Dia sakit hari ini barangkali 4. Dia sakit barangkali hari ini

Dan contoh kalimat berikut yang urutan katanya diubah menyebabkan makna kalimatnya berubah, yaitu :

1. Dila memanggil Andi Andi memanggil Dila 2. Ini baju baru Ini baru baju

Dalam bahasa Jepang, hubungan sintagmatik pada tataran sintaksis disebut「変形規則」“henkei kisoku” yang artinya ‘aturan transformasi’. Yule (2008:122) menyebutkan bahwa :

こうした構成素の「移動」を行なうには、句構造規則によって生じた

構造内の要素(の位置)を変える、つまり、移動するような規則が必

要である。こうした規則を、変形規則 (transformational rules)

と呼んでいる。

Koushita kouseiso no [idou] wo okonau ni wa, kukouzou kisoku ni yotte shoujita kouzounai no youso (no ichi) wo kaeru, tsumari, idou suru you na kisoku ga hitsuyou de aru. Koushita kisoku wo, henkei kisoku

(transformational rules) to yondeiru.

“Untuk mengadakan perpindahan dari unsur pembentuk semacam ini, dengan mengubah posisi/kedudukan dari unsur pembentuk dalam yang muncul berdasarkan peraturan struktur frase. Dengan kata lain, diperlukan peraturan untuk memindahkannya. Peraturan semacam ini disebut henkei kisoku (peraturan transformasi)”.

(17)

Untuk melakukan perpindahan, harus menentukan/menetapkan secara konkrit hal pemindahan unsur pembentuk yang bagaimana dan dari mana ke mana (Yule, 2008:122).

2.4.2 Kesinoniman

Dalam setiap bahasa, termasuk bahasa Indonesia maupun bahasa Jepang, seringkali kita temui adanya hubungan kemaknaan atau relasi semantik antara sebuah kata dengan kata lainnya. Hal ini berkaitan dengan relasi makna. Relasi makna adalah hubungan semantik yang terdapat antara satuan bahasa yang satu dengan satuan bahasa yang lainnya (Chaer, 2007:297). Satuan bahasa disini dapat berupa kata, frase, maupun kalimat. Relasi makna ini dapat menyatakan kesamaan makna (sinonim), pertentangan makna (antonim), ketercakupan makna (hiponim), kegandaan makna (polisemi dan ambiguitas), dan kelebihan makna (redundansi).

(18)

Dalam bahasa Jepang, sinonim dikenal dengan istilah

ruigigo「類義語」. Menurut Sutedi (2003:115), perbedaan dari dua kata atau lebih yang memiliki relasi atau hubungan kesinoniman / ruigi kankei「類義関係」dapat ditemukan dengan cara melakukan analisis terhadap nuansa makna dari setiap kata tersebut. Misalnya pada kata agaru dan noboru yang kedua-duanya berarti ‘naik’, dapat ditemukan perbedaannya sebagai berikut :

のぼる:下から上へ或経路に焦点を合わせて

Noboru Shita kara ue e wakukeiro ni shouten o awasete idou suru 移動する

Noboru: berpindah dari bawah ke atas dengan fokus jalan yang dilalui

あがる:下から上へ到達点に焦点を合わせて

Agaru : Shita kara ue e toutatsuten ni shouten o awasete idou suru 移動する

Agaru : berpindah dari bawah ke atas dengan fokus tempat tujuan

Jadi, perbedaan verba agaru dan noboru terletak pada fokus gerak tersebut. Verba agaru menekankan pada tempat tujuan dalam arti tibanya di tempat tujuan tersebut (hasil), sedangkan noboru menekankan pada jalan yang dilalui dari gerak tersebut (proses).

2.4.3 Pilihan Kata

(19)

pemilihan kata. Menurut Websters dalam Bagus (2009:7), diction diuraikan sebagai choice of words esp with regard to correctness, clearness, or

effectiveness. Jadi, diksi membahas penggunaan kata terutama pada soal

kebenaran, kejelasan, dan keefektifan. Sedangkan menurut Keraf (2006:24) pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar.

Diksi atau pilihan kata harus berdasarkan tiga tolak ukur, yaitu ketepatan, kebenaran, dan kelaziman. Kata yang tepat adalah kata yang mempunyai makna yang dapat mengungkapkan gagasan secara cermat sesuai dengan gagasan pemakai bahasa. Kata yang benar adalah kata yang diucapkan atau ditulis sesuai dengan bentuk yang benar, yaitu sesuai dengan kaidah kebahasaan. Kata yang lazim berarti bahwa kata yang dipakai adalah dalam bentuk yang sudah dibiasakan dan bukan merupakan bentuk yang dibuat-buat.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan beberapa pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan ruigigo adalah dua kata atau lebih yang memiliki makna yang sama atau mirip.. Contoh : Agaru

Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian skripsi dalam.. bidang ilmu

Dasar-Dasar Linguistik Bahasa Jepang ( Edisi Pertama ). Bandung: Humaniora

Apabila suatu kata memiliki makna yang hampir sama (mirip) dengan satu atau lebih kata yang lain, maka dapat dikatakan bahwa kata-kata tersebut memiliki hubungan atau relasi

Apabila suatu kata memiliki makna yang hampir sama (mirip) dengan satu atau lebih kata yang lain, maka dapat dikatakan bahwa kata-kata tersebut memiliki hubungan atau relasi

Apabila suatu kata memiliki makna yang hampir sama (mirip) dengan satu atau lebih kata yang lain, maka dapat dikatakan bahwa kata-kata tersebut memiliki hubungan atau relasi

Penelitian ini ingin mengetahui tentang nuansa makna dari kata sumimasen dan gomen nasai karena masing-masing kata memiliki arti yang sama, yaitu “maaf”.. Namun, dalam pemakaian

sumimasen tidak dapat menggantikan kata gomen nasai karena walaupun kedua kata tersebut memiliki arti yang sama, nuansa makna kata gomen nasai memiliki makna maaf