• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Disrtibusi dalam Pelaksanaan Program Beras Miskin (RASKIN) di Kecamatan Bilah Barat Kabupaten Labuhan Batu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas Disrtibusi dalam Pelaksanaan Program Beras Miskin (RASKIN) di Kecamatan Bilah Barat Kabupaten Labuhan Batu"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.2 Latar Belakang

Setiap negara di dunia ini tentu melaksanakan pembangunan untuk

Negaranya.Pembangunan merupakan hal mendasar yang dilakukan setiap negara

untuk terus mensejahterakan dan memajukan kehidupan warga negaranya.Pada

hakekatnya negara melaksanakanpembangunan untuk meningkatkan

kesejahteraan bangsa secara utuh dan menyeluruh tanpa membedakan suku,

agama dan jenis kelamin.Dalam Undang-undang Dasar 1945, tujuan

pembangunan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat

Indonesia, karenanya seringkali terdengar istilah pembangunan oleh rakyat dan

untuk rakyat.

Menurut Wanggai (2012:15) mengemukakan bahwa salah satu paradigma

pembangunan Indonesia yang tertuang dalam skenario pembangunan nasional

Indonesia adalah pembangunan untuk semua (Development for All). Paradigma ini

menekankan pada pembangunan yang inklusif untuk segenap komponen

masyarakat, baik yang di kota maupun di desa. Hal ini tertuang dalam Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM) 2010-2014 dan Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJP-N) Tahun 2005- 2025. Strategi ini

muncul karena Indonesia menyadari bahwa pembangunan diperuntukkan untuk

masyarakat. Masyarakat Indonesia sendiri sangat beraneka ragam terdiri dari

kelompok-kelompok yang berbeda, baik status sosial, pengetahuan, gender,

(2)

Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan

sumberdaya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik

yang tangguh, mental yang kuatkesehatan yang prima, serta cerdas.Hasil

penelitian menunjukkan bahwa hal ini sangat ditentukan oleh status gizi yang

baik, dan status gizi yang baik ditentukan oleh jumlah asupan pangan yang

dikonsumsi.Apabila gizi kurang dan gizi buruk terus terjadi dapat menjadi faktor

penghambat dalam pembangunan nasional. Menurut Suryana (2004) dalam

Hendra (2008:78) ketahanan pangan dan gizi menghendaki pasokan dan harga

pangan yang stabil, merata dan berkelanjutan, serta kemampuan rumah tangga

untuk memperoleh pangan yang cukup, serta mengelolanya dengan baik agar

setiap anggotanya memperoleh gizi yang cukup dari hari ke hari.

Hermanto (2002) dalam Handewi (2008:123) juga menyatakan bahwa

gejolak harga pangan (beras) berdampak negatif terhadap daya beli konsumen

serta menghambat rumah tangga untuk mengakses pangan yang dibutuhkan.Di

tingkat produsen, gejolak harga dan penurunan harga gabah pada saat panen raya

berdampak pada menurunnya pendapatan dandaya beli petani.Dengan demikian,

ketidakstabilan harga beras berdampak pula terhadap daya beli dan akses petani

terhadap pangan khususnya yang berstatus netconsumer.Oleh karena itu,

kebijakan stabilisasi harga (beras) merupakan salah satu faktor penentu

tercapainya ketahanan pangan.

Undang-undang No. 7 tahun 1996 tentang pangan menyatakan bahwa

pangan sebagai kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya merupakan hak

asasi rakyat Indonesia harus senantiasa tersedia cukup setiap waktu, aman,

(3)

masyarakat. Menurut Sastraatmadja (2006) dalam Muliati (2008), pangan

merupakan salah satu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia karena

berguna dalam mempertahankan kehidupannya.Oleh karena itu upaya

pemenuhannya merupakan salah satu upaya yang sangat fundamental.Pada

umumnya sebagian besar penduduk Indonesia mengkonsumsi beras. Dimana,

produksi beras Indonesia tidak akan mampu mengejar pertumbuhan penduduk dan

akibatnya terjadi kerawanan pangan dan gizi buruk pada anak dan balita yang

disebabkan karena rendahnya daya beli masyarakat. Oleh karena itu, untuk

mendorong daya beli masyarakat khususnya keluarga miskin maka lahirlah suatu

program subsidi pangan terarah yang kemudian disebut Program Raskin (beras

untuk keluarga miskin) (Bulog, 2010).

Tujuan program Raskin menurut Bulog (2010) adalah untuk memenuhi

sebagian kebutuhan pangan (beras) keluarga miskin dan sekaligus diharapkan

dapat mengurangi beban pengeluaran keluarga miskin, selain itu juga untuk

meningkatkan/membuka akses pangan keluarga miskin dalam rangka

meningkatan ketahanan pangan di tingkat keluarga melalui penjualan beras

kepada keluarga penerima manfaat pada tingkat harga bersubsidi dengan jumlah

yang telah ditentukan.

Lahirnya program raskin ini tidak terlepas dari krisis moneter yang terjadi

pada tahun 1997 yang menyebabkan nilai tukar Rupiah terhadap U$ Dollar

merosot tajam dan sulit dikontrol.Selanjutnya itu telah berimbas kesejumlah

sektor, terutama konstruksi dan manufaktur.Dalam situasi itulah, Pemerintah

melakukan intervensi pasar beras besar-besaran untuk menurunkan

(4)

Khusus) beras.Tujuannya adalah beras dengan harga bersubsidi disalurkan ke

rumah tangga miskin sebagai sasarannya.Pada tahun 2002, program OPK

ditransform ke Program Beras untuk Keluarga Miskin (Raskin). Pergantian nama

program menjadi penting, dengan nama Raskin program menjadi yang jelas, maka

program itu dapat langsung terarah ke targetnya, yaitu keluarga miskin. Tujuan

kedua program tersebut tidak jauh berbeda, yaitu untuk meningkatkan daya beli

rumah tangga miskin dan rumah tangga rawan pangan (Sawit, 2002).

Program RASKIN adalah sebuah program yang dilaksanakan di bawah

tanggung jawab Departemen Dalam Negeri dan Perum Bulog sesuai dengan SKB

(Surat Keputusan Bersama) Menteri Dalam Negeri dengan Direktur Utama Perum

Bulog Nomor : 25 tahun 2003 dan Nomor: PKK-12/07/2003. Adapun program

RASKIN ini bertujuan sebagai bentuk upaya pemerintah dalam memenuhi

kebutuhan pangan pokok dan untuk mengurangi beban pengeluaran dari rumah

tangga miskin sebagai bentuk dukungan dalam meningkatkan ketahanan pangan

dengan memberikan perlindungan sosial beras murah dengan jumlah maksimal

15kg/Rumah Tangga Miskin/bulan dengan masing-masing seharga Rp1.600/kg

(netto) di titik distribusi.Program ini mencakup di seluruh provinsi, sementara

tanggung jawab distribusi beras dari gudang sampai ke titikdistribusi dipegang

oleh Perum Bulog (www.digilib.itb.ac.id).Program raskin memang bertujuan

baik.Namun, dalam pelaksanaannya masih kurang memberikan kontribusi positif

bagi masyarakat sehingga walaupun telah menjadi program tahunan pemerintah,

raskin ini sendiri masih belum mampu menjawab kebutuhan pemenuhan pangan

pokok masyarakat Indonesia (dalam hal ini beras).Banyak kekurangan/kelemahan

(5)

antara pemerintah provinsi dengan kota-kecamatan-desa/kelurahan yang

menyebabkan keusangan data mengenai jumlah warga miskin.Kemudian persolan

tepat guna apakah program ini memang merupakan program yang tepat untuk

menjawab kebutuhan pangan pokok masyarakat miskin melihat jatah yang

ditetapkan pemerintah kepada tiap rumah tangga miskin yang maksimal

15kg/bulan.Dengan jatah ini, bagaimana kebutuhan pangan masyarakat miskin

dapat tercukupi mengingat semakin tingginya harga kebutuhan pangan pokok

dipasaran.Itupun jika jatah beras dapat diberikan maksimal, bagaimana jika

kurang dari jatah maksimal.Kemudian menyangkut kualitas beras.Hal ini

merupakan sesuatu yang penting untuk diperhatikan karena bagaimanapun

masyarakat merupakan insan manusia yang harusnya mendapatkan pangan yang

layak.Namun, dalam kenyataannya tidak jarang ditemukan kulitas beras yang

rendah bahkan ada beras yang berkutu yang diberikan kepada warga.Kemudian,

alokasi biaya. Dengan adanya program raskin ini seharusnya dapat membantu

masyarakat memenuhi kebutuhan lainnya dengan mengalokasikan dana yang

seharusnya untuk kebutuhan pangan menjadi dana untuk memenuhi kebutuhan

penting lain yang menyangkut hidupnya dan bukan sama sekali tidak ada

perbaikan kondisi hidup masyarakat seperti yang banyak terlihat sekarang ini.

Beberapa hal di atas dapat menggambarkan bagaimana kelemahan-kelemahan

yang terjadi dan masih banyak lagi kelemahan-kelemahan lainnya yang membuat

program ini masih perlu mendapatkan peninjauan guna perbaikan yang membawa

perubahan pada kualitas hidup masyarakat.

Fakta tentang masih banyaknya terdapat kekurangan/kelemahan dalam

(6)

Bilah Barat, seperti data yang peneliti dapatkan di lapangan bahwa di daerah

Kecamatan Bilah Barat ini bahwa jumlah penduduk miskin masih tergolong tinggi

yaitu sebanyak 1904 Kepala Keluarga. Kecamatan Bilah Barat termasuk daerah

yang menjadi target penyaluran Raskin dikarenakan masih adanya

kelemahan-kelemahan seperti yang telah dijelaskan di atas, hal ini lah yang membuat penulis

merasa tertarik melakukan penelitian seputar Program RASKIN di Kecamatan

Bilah Barat.

Berdasarkan uraian diatas penulis merasa tertarik untuk membahas

permasalahan ini dan melalukan penelitian dengan judul “ Efektivitas Distribusi

Dalam Pelaksanaan Program Beras Miskin (RASKIN) di Kecamatan Bilah

Barat Kabupaten Labuhan Batu”.

1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka yang

menjadi rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah

“Bagaimana Pendistribusian Dalam Pelaksanaan Program Beras Miskin

(RASKIN) di Kecamatan Bilah Barat?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang ada tersebut, maka tujuan dari penelitian

ini adalah:

1. Untuk mengetahui pendistribusian dalam pelaksanaan Program Raskin di

(7)

2. Untuk mengetahui tingkat efektivitas program distribusi beras miskin di

Kecamatan Bilah Barat.

3. Untuk mengetahui hambatan dalam pendistribusian beras miskin di

Kecamatan Bilah Barat.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Bagi aparat Pemerintahan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

informasi danmasukan bagi Pemerintah dalam menyususnrencana

pembangunan danprogram penanggulangan kemiskinan di masa yang

akandatang

2. Bagi Rumah Tangga Penerima Manfaat (RTS-PM), diharapkan penelitian

ini dapat memberikan gambaran mengenai keefektifitasan pelaksanaan

raskin dan manfaat yang dapat mereka terima dari program Raskin.

3. Mahasiswa dan atau peneliti selanjutnya, penulis juga berharap penelitian

ini dapat menambah bahan referensi dalam membahas lebih dalam tentang

efektifitas Program Raskin

1.9 Kerangka Teori

Kerangka teori diperlukan untuk memudahkan penelitian, sebab teori

merupakan pedoman berpikir bagi penelitian.Oleh karena itu, seorang peneliti

harus terlebih dahulu menyusun suatu kerangka teori sebagai landasan

berpikir untuk menggambarkan dari sudut mana peneliti tersebut menyoroti

masalah yang dipilihnya. Menurut Karlinger (1973: 9), teori adalah

(8)

menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara

merumuskan hubungan antar konsep.

Dalam penelitian, kerangka teori digunakan untuk memberikan

landasan dasar yang berguna untuk membantu penelitian dalam memecahkan

masalah. Kerangka teori dimaksudkan untuk memberi gambaran dan batasan

tentang teori-teori yang digunakan sebagai landasan penelitian yang akan

dilakukan, dengan demikian penulis dapat melaukan teori-teori yang relevan

dengan tujuan penelitian.

1.9.1 Kebijakan Publik

1.9.1.1Pengertian Kebijakan Publik

Kebijakan merupakan terjemahan dari kata Policy yang berasal dari

bahasa Inggris.Kata Policy yang diartikan sebagai sebuah rencana kegiatan

atau pernyataan mengenai tujuan-tujuan, yang diajukan atau diadopsi oleh

suatu pemerintahan, partai politik, dan lain-lain.menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia (KBBI) kebijakan dapat diartikan sebgai rangkaian

konsep dan asa yang menjadi pedoman dan dasar rencana dalam pelaksaan

suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak. Sedangkan pengertian

public itu sendiri bisa diartikan sebagai umum, masyarakat ataupun

Negara.

Menurut Thomas R. Dye (1981) dalam Winarno (2002:51),

kebijakan publik adalah apapun yang dipilih oleh pemerintah untuk

dilakukan dan tidak dilakukan.Namun para ahli menganggap pengertian

(9)

dengan lebih luas. Menurut Easton (1969) dalam Hessel N. Tangkilisan

(2003: 2) kebijakan publik adalah pengalokasian nilai-nilai kekuasaan

untuk seluruh masyarakat yang keberadaannya mengikat sehingga cukup

pemerintah yang dapat melakukan sesuatu tindakan kepada masyarakat

dan tindakan tersebut merupakan bentuk dari sesuatu yang dipilih oleh

pemerintah yang merupakan bentuk dari pengalokasian nilai-nilai kepada

masyarakat.

Berdasarkan pengertian para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa

kebijakan publik adalah sejumlah aktivitas pemerintah yang dirumuskan

dan dilaksanakan untuk memecahkan masalah yang ada di masyarakat

baik secara langsung maupun melalui lembaga-lembaga lain yang mampu

mempengaruhi kehidupan masyarakat.Jadi pada dasarnya kebijakan publik

berorientasi pada pemecahan masalah riil yang terjadi di tengah

masyarakat. Kebijakan dalam konteks program biasanya mencakup

serangkaian kegiatan yang menyangkut pengesahan/legislasi,

pengorganisasian, daan pengerahan atau penyediaan sumber-sumber daya

yang diperlukan. Program itu sendiri memiliki ruang lingkup yang relative

khusus dan cukup jelas batas-batasnya.Program-program dipandang

sebagai sarana (instrument) untuk mewujudkan berbagai tujuan-tujuan

yang ingin dicapai oleh pemerintah.

1.9.1.2 Proses Kebijakan Publik

Adapun kebijakan publik memliki tahap-tahap yang cukup

(10)

Menurut William N. Dunn (1994) tahap-tahap kebijakan publik adalah

sebagai berikut:

1. Penyusunan Agenda (Agenda Setting)

Agenda setting adalah sebuah fase dan proses yang sangat

strategis dalam realitas kebijakanq publik. Dalam proses inilah

memiliki ruang untuk memaknai apa yang disebut sebagai masalah

publik dan prioritas dalam agenda publik dipertarungkan. Jika sebuah

isu berhasil mendapatkan status sebagai masalah publik, dan

mendapatkan prioritas dalam agenda publik, maka isu tersebut berhak

mendapatkan alokasi sumber daya publik yang lebih daripada isu lain.

Dalam agenda setting juga sangat penting untuk menentukan suatu isu

publik yang akan diangkat dalam suatu agenda pemerintah. Issue

kebijakan (policy issues) sering disebut juga sebagai masalah kebijakan

(policy problem). Policy issues biasanya muncul karena telah terjadi

silang pendapat di antara para aktor mengenai arah tindakan yang telah

atau akan ditempuh, atau pertentangan pandangan mengenai karakter

permasalahan tersebut. Menurut Dunn, isu kebijakan merupakan

produk atau fungsi dari adanya perdebatan baik tentang rumusan,

rincian, penjelasan maupun penilaian atas suatu masalah tertentu.

Namun tidak semua isu bisa masuk menjadi suatu agenda kebijakan.

Ada beberapa Kriteria isu yang bisa dijadikan agenda kebijakan publik

(Kimber, 1974; Salesbury 1976; Sandbach, 1980; Hogwood dan Gunn,

(11)

a. Telah mencapai titik kritis tertentu jika diabaikan, akan menjadi

ancaman yang serius;

b. Telah mencapai tingkat partikularitas tertentu berdampak

dramatis jika tidak dilakukan pemunculan kebijakan oleh pejabat

berwenang;

c. Menjangkau dampak yang amat luas ;

d. Mempermasalahkan kekuasaan dan keabsahan dalam masyarakat;

e. Menyangkut suatu persoalan yang fasionable (sulit dijelaskan,

tetapi mudah dirasakan kehadirannya)

f. karakteristik : para pejabat yang dipilih dan diangkat

menempatkan masalah pada agenda publik. Banyak masalah tidak

disentuh sama sekali, sementara lainnya ditunda untuk waktu

lama.

Penyusunan agenda kebijakan seyogianya dilakukan

berdasarkan tingkat urgensi dan esensi kebijakan, juga keterlibatan

stakeholder.Sebuah kebijakan tidak boleh mengaburkan tingkat

urgensi, esensi, dan keterlibatan stakeholder.

2. Formulasi kebijakan (Policy Formulation)

Masalah yang sudah masuk dalam agenda kebijakan kemudian

dibahas oleh para pembuat kebijakan.Masalah-masalah tadi di

definisikan untuk kemudian dicari pemecahan masalah yang

terbaik.Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai alternatif

atau pilihan kebijakan yang ada.Sama halnya dengan perjuangan suatu

(12)

kebijakan masing-masing alternatif bersaing untuk dapat dipilih

sebagai kebijakan yang diambil untuk memecahkan masalah.

3. Adopsi/ Legitimasi Kebijakan (Policy Adoption)

Tujuan legitimasi adalah untuk memberikan otorisasi pada

proses dasar pemerintahan. Jika tindakan legitimasi dalam suatu

masyarakat diatur oleh kedaulatan rakyat, warga negara akan

mengikuti arahan pemerintah. Namun warga negara harus percaya

bahwa tindakan pemerintah yang mendukung.Dukungan untuk rezim

cenderung berdifusi - cadangan dari sikap baik dan niat baik terhadap

tindakan pemerintah yang membantu anggota mentolerir pemerintahan

disonansi.Legitimasi dapat dikelola melalui manipulasi simbol-simbol

tertentu. Di mana melalui proses ini orang belajar untuk mendukung

pemerintah.

4. Implementasi Kebijakan (Policy Implementation)

Suatu Program kebijakan hanya akan menjadi catatan-catatan

elit, jika program tersebut tidak diimplementasikan. Oleh karena itu,

program kebijakan yang telah diambil sebagai alternative pemecahan

masalah harus diimplementasikan, yakni dilaksanakan oleh unit-unit

administrasi yang memobilisasikan sumber daya financial dan

manusia. Pada tahap implementasi ini berbagai kepentingan akan

saling bersaing. Beberapa implementasi mendapat dukungan para

pelaksana, namun, beberapa yang lain mungkin akan ditentang oleh

para pelaksana.

(13)

Secara umum evaluasi kebijakan dapat dikatakan sebagai

kegiatan yang menyangkut estimasi atau penilaian kebijakan yang

mencakup substansi, implementasi dan dampak. Pada tahap ini

kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai atau dievaluasi untuk

melihat sejauh mana kebijakan yang dibuat untuk meraih dampak yang

dihadapi masyarakat. Oleh karena itu, ditentukanlah ukuran-ukuran

atau kriteria-kriteria yang menjadi dasar untuk menilai apakah

kebijakan publik telah meraih dampak yang diinginkan.

1.9.2 Efektivitas

1.9.2.1Pengertian Efektivitas

Keberhasilan suatu organisasi dapat dilihat dari tata cara

pengelolaan organisasi yang efektif atau tidak. Kata efektivitas pada

dasarnya berasal dari kata “efek” dan digunakan dalam hubungan sebab

akibat. Efektivitas berarti bahwa tujuan yang telah direncanakan

sebelumnya dapat tercapai. Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia,

efektif didefinisikan sebagai berikut berhasil guna (tentang usaha

tindakan), dapat membawa hasil, manjur atau mujarab (tentang obat), ada

efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesan).

Menurut Tjatjuk Siswandoko (2011: 196) juga menjelaskan bahwa

efektivitas adalah konsep yang luas mencakup berbagai faktor didalam

maupun diluar organisasi, yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan

organisasi dalam usaha untuk mencapai tujuan atau sasaran organisasi.

Sedangkan menurut Sondang P Siagian (2011:24) mendefinisikan :

(14)

jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk

menghasilkan sejumlah barang dan jasa atas kegiatan yang dijalankan.

Efektivitas dalam hal ini menunjukan keberhasilan dari segi tercapai

tidaknya sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil kegiatan semakin

mendekati sasaran, berarti makin tinggi efektivitasnya.

James L.Gibson (2000 : 3) mendefinisikan Efektivitas adalah

pencapaian tujuan sasaran dari upaya bersama. Derajat pencapaian sasaran

menunjukan derajat efektivitas. Sedangkan menurut Keban (2004 :140),

mengatakan bahwa suatu organisasi dapat dikatakan efektif apabila tujuan

organisasi atau nilai-nilai sebagaimana ditetapkan dalam visi tercapai.

Nilai- nilai yang disepakati bersama antara para stakeholders dari

organisasi yang bersangkutan.

Dari pengertian-pengertian efektivias yang dikemukakan diatas

dapat disimpulkan bahwa efektivitas berarti tercapainya sasaran, target,

tujuan dengan menggunakan waktu sesuai dengan apa yang telah

direncanakan sebelumnya. Efektivitas menjadi sebuah konsep yang

penting dalam suatu organisasi karena efektivitas memberikan gambaran

mengenai keberhasilan organisasi untuk mencapai tujuan.

1.9.2.2Pendekatan Efektivitas

Tingkat efektivitas dalam suatu organisasi dapat diukur dengan

membandingkan antara rencana atau target yang telah ditentukan dengan

hasil yang dicapai, maka usaha atau hasil pekerjaan tersebut itulah yang

(15)

tidak tercapai sesuai dengan apa yang direncanakan maka hal itu yang

dikatakan tidak efektif.

Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk mengukur

tingkat efektivitas organisasi.lebih lanjut, Hari Lubis dan Martani Huseini

menyebutkan ada tiga pendekatan utama dalam pengukuran efektivitas,

yaitu :

1. Pendekatan sumber (resource approach)

Pendekatan sumber yaitu mengukur efektivitas dari input.

Pendekatan ini mengutamakan adanya keberhasilan organisasi untuk

memperoleh sumber daya baik fisik maupun non fisik yang sesuai

kebutuhan organisasi. Pendekatan ini didasarkan pada teori mengenai

keterbukaan sistem suatu lembaga terhadap lingkungannya karena

lembaga mempunyai hubungan yang merata dengan lingkungannya

dimana dari lingkungan diperoleh sumber-sumber yang merupakan

inputt lembaga tersebut dan output yang dihasilkan juga dilemparkan

pada lingkungannya. Sementara itu, sumber-sumber yang terdapat

pada lingkungan seringkali bersifat langka dan bernilai tinggi.

2. Pendekatan proses (proses approach)

Pendekatan proses adalah untuk melihat sejauh mana efektivitas

pelaksanaan program dari semua kegiatan proses internal atau

mekanisme organisasi. Pendekatan proses mengukur efektivitas

dengan efisiensi dan kodisi kesehatan dari suatu lembaga internal.

Pada lembaga yang efektif, proses internal berjalan dengan lancar

(16)

Pendekatan ini tidak memperhatikan lingkungan melainkan

memusatkan perhatian terhadap kegiatan yang dilakukan oleh

lembaga yang menggambarkan tingkat efisiensi serta kesehatan

lembaga atau organisasi dalam menjalankan tugas.

3. Pendekatan sasaran (goals approach)

Pada pendekatan sasaran dimana pusat perhatian pada output,

mengukur keberhasilan organisasi untuk mencapai hasil (output) yang

sesuai dengan rencana. Pendekatan ini mencoba mengukur sejauh

mana suatu lembaga berhasil merealisasikan sasaran yang hendak

dicapai. Sasaran yang penting diperhatikan dalam pengukuran

efektivitas dengan pendekatan ini adalah sasaran yang realistis untuk

memberikan hasil maksimal berdasarkan sasaran resmi offcial goal.

Sondang P Siagian mengemukakan bahwa efektivias suatu

organisasi dapat diukur dari berbagai hal, yaitu kejelasan tuj/uan, kejelasan

strategi, pencapaian tujuan, proses analisa dan perumusan kebijakan yang

mantap, tersedianya sarana dan prasarana yang efektif dan efisien, sistem

pengawasan dan pengendalian yang bersifat mendidik.

Ada beberapa faktor yang dapat digunakan untuk mengukur

efektivitas kerja dari organisasi dalam memberikan pelayanan, antara lain :

1. Faktor waktu

Ketepatan waktu dan kecepatan waktu dari pelayanan yang

diberikan oleh pemberikan layanan. Hanya saja penggunana

ukuran tentang tepat tidaknya atau cepat tidaknya pelayanan

(17)

2. Faktor kecermatan

Faktor kecermatan disini adalah faktor ketelitian dari pemberi

pelayanan kepada pelanggan. Pelanggan akan cenderung

memberikan nilai yang tidak terlalu tinggi kepada pemberi

layanan apabila terjadi banyak kesalahan.

3. Faktor gaya pemberian layanan

Faktor ini melihat cara dan kebiasan pemberi layanan dalam

memberikan jasa kepada pelanggan.

1.9.3 Distribusi

1.9.3.1Pengertian Distribusi

Distribusi merupakan penambahan kegunaan waktu, tempat dan

pemilikan barang yang mencakup juga pengangkutan barang-barang dari

tempat asal atau produksi lanjutan ke tempat penjualan. Dalam hal ini

ditribusi mencakup berbagai bidang manajemen khususnya seperti

penjualan, pengiklanan, keuangan, pengangkutan dan pergudangan (Taff,

1994:227).

Peranan saluran distribusi dalam pemasaran tercermin dari biaya

distribusi yang besarnya dapat melebihi biaya produksi, biaya promosi,

biaya administrasi pemasaran dan biaya pemasaran lain. Peranan yang

besar dapat ditunjukkan dengan kinerja yang baik terhadap fungsi-fungsi

(18)

1.9.3.2Fungsi Distribusi

Distribusi sangat dibutuhkan oleh konsumen untuk

memperolehbarang-barang yang dihasilkan oleh produsen, apalagi bila

produksinya jauh.Ada pun kegiatan yang termasuk fungsi distribusi terbagi

secaragaris besar menjadi dua.

A. Fungsi Distribusi Pokok.

Yang dimaksud dengan fungsi pokok adalah tugas-tugas

yangmau tidak mau harus dilaksanakan. Dalam hal ini fungsi pokok

distribusi meliputi:

1. Pengangkutan(Transportation)Pada umumnya tempat kegiatan

produksi berbeda dengan tempattinggal konsumen, perbedaan

tempat ini harus diatasi dengankegiatan pengangkutan. Seiring

dengan bertambahnya jumlahpenduduk dan semakin majunya

teknologi, kebutuhan manusiasemakin banyak. Hal ini

mengakibatkan barang yang disalurkan semakin besar, sehingga

membutuhkan alat transportasi(pengangkutan).

2. Penjualan (Selling)Di dalam pemasaran barang, selalu ada kegiatan

menjual yangdilakukan oleh produsen. Pengalihan hak dari tangan

produsenkepada konsumen dapat dilakukan dengan penjualan.

Denganadanyakegiatan ini maka konsumen dapat menggunakan

barangtersebut.

3. Pembelian (Buying)Setiap ada penjualan berarti ada pula kegiatan

(19)

pembelian dilakukanoleh orang yang membutuhkan barang

tersebut.

4. Penyimpanan (Stooring)Sebelum barang-barang disalurkan pada

konsumen biasanyadisimpan terlebih dahulu. Dalam menjamin

kesinambungan,keselamatan dan keutuhan barang-barang, perlu

adanya penyimpanan(pergudangan).

5. Pembakuan Standar Kualitas Barang (Standarized)Dalam setiap

transaksi jual-beli, banyak penjual maupun pembeliselalu

menghendaki adanya ketentuan mutu, jenis dan ukuran barangyang

akan diperjualbelikan. Oleh karena itu perlu adanya

pembakuanstandar baik jenis, ukuran, maupun kualitas barang

yang akan diperjualbelikan tersebut. Pembakuan (standardisasi)

barang inidimaksudkan agar barang yang akan dipasarkan atau

disalurkansesuai dengan harapan.

B. Fungsi Tambahan.

Distribusi mempunyai fungsi tambahan yang hanya

diberlakukanpada distribusi barang-barang tertentu.Fungsi tambahan

tersebut diantaranya adalah sebagai berikut.

1. Menyeleksi

Kegiatan ini biasanya diperlukan untuk distribusi hasil pertanian

danproduksi yang dikumpulkan dari beberapa

(20)

berdasarkan mutu/standar yangbiasa berlaku, produksi

buah-buahan diseleksi berdasarkan ukuranbesarnya.

2. Mengepak/Mengemas

Untuk menghindari adanya kerusakan atau hilang

dalampendistribusian, maka barang harus dikemas dengan baik

3. Memberi Informasi

Untuk memberi kepuasan yang maksimal kepada

konsumen,produsen perlu memberi informasi secukupnya

kepadaperwakilandaerah atau kepada konsumen yang dianggap

perlu informasi.Informasi yang paling tepat bisa melalui iklan.

1.9.3.3 Sistem Distribusi

Pengertian sistem distribusi adalah pengaturan penyaluran

barangdan jasa dari produsen ke konsumen.

Nainggolan dalam bukunya yang berjudul “PeningkatanKetahanan

Pangan Masyarakat Dalam Rangka Revitalisasi Pertanian,Perikanan dan

Kehutanan” mengatakan bahwa :

(21)

Pernyataan diatas diperkuat oleh Rahim dan Dwihastuti

yangmengatakan :

“efisiensi pemasaran dapat terjadi yaitu pertama, jika biayadistribusi dapat ditekan sehngga keuntungan yang diperoleh dapat lebihtinggi, kedua, persentase perbedaan harga yang dibayarkan konsumendan produsen tidak terlalu tinggi, ketiga, tersedianya fasilitas fisik yangmendukung proses pendistribusian”.(Rahim dan Dwihastuti,2007.(6 : 7)

Adapun pernyataan yang seirama dari Downey dan

Ericksonyangmengatakan :

“efisiensi pemasaran dinyatakan sebagai produk dasrti produsenmenuju ke pasar sasaran melalui saluran distribusi yang panjang dimanadistribusi produk berlangsung dengan tindakan penghematan biaya danwaktu”.(Downey dan Erickson, 1992.(3 : 7)

Sistem distribusi dapat dibedakan menjadi:

a. Sistem distribusi jalan pendek atau langsung adalah sistem

distribusi yang tidak menggunakan saluran distribusi.

b. Sistem distribusi jalan panjang atau tidak langsung adalah

sistem distribusi yang menggunakan saluran distribusi dalam

kegiatan distribusinya biasanya melalui agen.

1.9.3.4Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kegiatan Distribusi

Pada bahasan terakhir ini akan dibahas mengenai faktor-faktor

yang mempengaruhi kegiatan distribusi. Faktor-faktor yang

(22)

a. Faktor Pasar

Dalam lingkup faktor ini, saluran distribusi dipengaruhi oleh

polapembelian konsumen, yaitu jumlah konsumen, letak geografis

konsumen, jumlah pesanan dan kebiasaan dalam pembelian.

b. Faktor Barang.

Pertimbangan dari segi barang bersangkut-paut dengan nilai

unit,besar dan berat barang, mudah rusaknya barang, standar

barang danpengemasan.

c. Faktor Perusahaan.

Pertimbangan yang diperlukan di sini adalah sumber

dana,pengalaman dan kemampuan manajemen serta pengawasan

danpelayanan yang diberikan.

d. Faktor Kebiasaan dalam Pembelian.

Pertimbangan yang diperlukan dalam kebiasaan pembelianadalah

kegunaan perantara, sikap perantara terhadap

kebijaksanaanprodusen, volume penjualan dan ongkos penyaluran

barang.

1.9.4 Beras Miskin (Raskin)

1.9.4.1Pengertian Beras Miskin (Raskin)

Program Raskin (Program Penyaluran Beras Untuk Keluarga

Miskin) adalah sebuah program dari pemerintah. Program tersebut adalah

sebuah upaya untuk mengurangi beban pengeluaran dari rumah tangga

(23)

dengan memberikan perlindungan sosial beras murah dengan jumlah

maksimal 15 kg/rumah tangga miskin/bulan dengan masing-masing

seharga Rp.1.600,00 per kg (netto) di titik distribusi.Program ini

mencakup di seluruh provinsi, sementara tanggung jawab dari distribusi

beras dari gudang sampai ke titik distribusi di kelurahan dipegang oleh

Perum Bulog.

Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia untuk dapat

mempertahankan hidup dan karenanya kecukupan pangan bagi setiap

orang setiap waktu merupakan hak azasi yang layak dipenuhi (Syafa’at

dan Simatupang, 2006 :15).

Selain itu Amang (1993:128) juga mengatakan bahwa pangan

merupakan kebutuhan manusia yang dianggap strategis dan sering

mencakup hal-hal yang bersifat emosional bahkan politis. Terpenuhinya

kebutuhan pangan secara kuantitas dan kualitas merupakan hal yang

sangat penting sebagai landasan bagi pembangunan manusia Indonesia

seutuhnya dalam jangka panjang.

Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan

makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk

Indonesia. Meskipun bahan makanan pokok padi dapat

digantikan/disubtitusi oleh bahan makanan lainnya, namun padi memiliki

nilai tersendiri bagi orang yang biasa makan nasi dan tidak dapat dengan

mudah digantikan oleh bahan makanan lain.

Salah satu pihak yang perlu diperhatikan dalam penentuan

(24)

sumber pangan pokok bagi sebagian terbesar penduduk Indonesia.

Partisipasi konsumsi beras di berbagai wilayah adalah di atas besaran 90

persen. Kepentingan konsumen perlu dipertimbangkan dalam merumuskan

kebijakan di bidang perberasan (Harianto, 2001).

Mekanisme pelaksanaan distribusi RASKIN yaitu :

1. Bupati/Walikota mengajukan Surat Permintaan Alokasi (SPA)

kepada Kadivre berdasarkan alokasi pagu RASKIN dan rumah

tangga miskin penerima manfaat RASKIN dimasing-masing

Kecamatan/Kelurahan/Desa.

2. SPA yang tidak dapat dilayani sebagian atau seluruhnya dalam

jangka waktu 3 (tiga) bulan, maka pagu dapat direlokasikan ke

daerah lain dengan menerbitkan SPA baru yang menunjuk pada

SPA yang tidak dapat dilayani.

3. Berdasarkan SPA, Kadivre menerbitkan SPPB (Surat Perintah

Pengiriman Beras) untuk masing-masing

Kecamatan/Kelurahan/Desa kepada SATKER (Satuan Kerja)

RASKIN. Apabila terdapat tunggakan Harga Penjualan Beras

(HPB) pada periode sebelumnya maka penerbitan SPPB periode

berikutnya ditangguhkan sampai ada pelunasan.

4. Berdasarkan SPPB, SATKER RASKIN mengambil beras di

gudang penyimpanan Perum BULOG, mengangkut dan

menyerahkan beras RASKIN kepada pelaksana distribusi di titik

distribusi. Kualitas beras yang diserahkan, harus sesuai dengan

(25)

memenuhi standar kualitas maka beras dikembalikan kepada

SATKER RAKIN untuk ditukar/diganti.

5. Serah terima beras RASKIN dari SATKER RASKIN kepada

pelaksana distribusi di titik distribusi dibuktikan dengan Berita

Acara Serah Terima (BAST) yang merupakan pengalihan

tanggungjawab.

6. Pelaksana Distribusi menyerahkan beras kepada rumah tangga

miskin penerima manfaat RASKIN.

Adapun Mekanisme Alur RASKIN dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 1.1 Mekanisme Alur Distribusi RASKIN

Keefektifan distribusi Raskin dapat dinilai melalui indikator

keberhasilan program Raskin yaitu :

1. Tepat Sasaran Penerima Manfaat Raskin hanya diberikan kepada

rumah tangga miskin penerima manfaat yang terdaftar dalam daftar

penerima manfaat (DPM).

2. Tepat Jumlah Jumlah beras Raskin yang merupakan hak penerima

manfaat adalah sebanyak 10-15 Kg/RTM/bulan selama 10 bulan.

GUDANG DIVRE

SATKER RASKIN

PENERIMA

(26)

3. Tepat Harga Harga beras Raskin adalah sebesar Rp1.000/Kg netto

di titik distribusi.

4. Tepat Waktu Waktu pelaksanaan distribusi beras kepada RTM

penerima manfaat sesuai dengan rencana distribusi.

5. Tepat Administrasi Terpenuhinya persyaratan administrasi secara

benar dan tepat waktu. (BULOG, 2006).

6. Tepat Kualitas, Kualitas beras adalah beras medium kondisi

baik sesuai dengan persyaratan kualitas beras yang diatur dalam

Inpres Kebijakan Perberasan yang berlaku

Sistem distribusi yang efisien menjadi prasyarat untuk menjamin

agar seluruh rumah tangga dapat memperoleh pangan dalam jumlah dan

kualitas yang cukup sepanjang waktu, dengan harga yang terjangkau.

Perdagangan pangan yang adil diantara berbagai pelaku dengan kekuatan

yang berbeda akan menjamin return/keuntungan yang efisien dan adil.

(Nainggolan, 2005,4:7).

Semua proses dalam distribusi pemasaran, mulai dari penampungan

dari produsen sampai penyaluran barang ke konsumen membutuhkan

biaya yang masing-masing tidak sama. Bila jarak antara produsen dengan

konsumen pendek, maka biaya pengangkutan bisa diperkecil. Jika tidak

terjadi perubahan bentuk ataupun perubahan volume atau mutu maka

biaya pengolahan jadi tidak ada. Semakin panjang jarak dan semakin

banyak perantara yang terlibat dalam distribusi, maka biaya distribusi

(27)

Istilah-istilah yang digunakan dalam petunjuk teknis antara lain

adalah:

1. Tim Koordinasi program Raskin tingkat Provinsi adalah tim

koordinasi yang ditetapkan berdasarkan keputusan Gubernur dan

terdiri dari unsur pemerintah daerah Provinsi (Biro Sarana

Perekonomian, Biro Bina Produksi, BPMD, Bappeda, BPS (Badan

Pusat Statistik), BKKBN, Perum Bulog, Divisi Regional,

Kepolisian, Kejaksaan serta stakeholders yang terkait.

2. Tim Koordinasi Divisi Regional (Divre) Provinsi adalah satuan

kerja Perum Bulog Divre Provinsi yang dibentuk Kadivre yang

bertugas dan bertanggung jawab mengkoordinasi dalam

pelaksanaan Program Raskin di Sub Divre.

3. Satker Raskin adalah satuan kerja Perum Bulog Sub Divre yang

dibentuk Kasub Divre yang bertugas dan bertanggung jawab

mengangkut beras dari gudang Perum Bulog sampai dengan titik

distribusi dan menyerahkan kepada pelaksana distribusi.

4. Tim Koordinasi Raskin Kecamatan adalah tim yang dibentuk di

tingkat Kecamatan yang dipimpin oleh Camat sebagai ketua yang

beranggotakan unsur Kecamatan, Polsek, Pengelola Program KB

Kecamatan dan Koordinator Sensus Kecamatan (KSK) yang

bertugas mengkoordinir pelaksanaan Program Raskin di

Kecamatan.

5. Pelaksana Distribusi adalah Kelompok Kerja (Pokja) di titik

(28)

yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa/Lurah, terdiri dari

Aparat Desa/ Kelurahan, Lembaga Masyarakat, dan unsur-unsur

masyarakat yang bertugas dan bertanggung jawab mendistribusikan

Raskin kepada penerima manfaat Raskin.

6. Titik Distribusi (TD) adalah tempat atau lokasi penyerahan beras

oleh Satuan Kerja (Satker) Raskin Sub Divre kepada pelaksana

distribusi di Desa.

7. Rumah Tangga Miskin (RTM) adalah penerima manfaat Program

Raskin di Desa/Kelurahan sesuai hasil pendataan Sosial Ekonomi

tahun 2005 BPS dengan kategori sangat miskin, miskin, dan

sebagian hampir miskin.

8. Musyawarah Desa/Kelurahan adalah forum komunikasi di tingkat

Desa/Kelurahan untuk menetapkan RTM yang berhak menerima

Raskin.

9. Beras Standar Kualitas Bulog adalah beras kualitas medium,

kondisi baik dan tidak berhama.

10.Unit Pengaduan Masyarakat (UPM) adalah lembaga yang

ditetapkan dengan Keputusan Gubernur di Provinsi dan Keputusan

Bupati/Walikota di Kabupaten/Kota yang berfungsi menerima dan

menindak lanjuti pengaduan masyarakat, baik langsung maupun

(29)

1.5.4.2Tujuan dan Sasaran Program RASKIN

1.5.4.2.1Tujuan

Tujuan program RASKIN adalah untuk mengurangi beban

pengeluaran Rumah Tangga Miskin melalui pemenuhan sebagian

kebutuhan pangan pokok dalam bentuk beras.

1.5.4.2.2 Sasaran

Sasaran dari program RASKIN ini ialah Rumah tangga

yang dapat menerima beras Raskin, atau juga disebut Rumah

Tangga Sasaran Penerima Manfaat (RTS-PM) Program Raskin

yaitu rumah tangga yang terdapat dalam Daftar Nama dan Alamat

RTS-PM Program Raskin

1.5.4.3Pengelolaan dan Pengorganisasian `

Pengelolaan Raskin memiliki prinsip nilai -nilai dasar yang

menjadi landasan atau acuan setiap pengambilan keputusan dalam

pelaksanaan rangkaian kegiatan, yang diyak ini mampu mendorong

terwujudnya tujuan program Raskin. Adapun prinsip-prinsip tersebut

adalah sebagai berikut :

a. Keberpihakan kepada RTS -PM Raskin, bermakna mengusahakan

RTS -PM Raskin dapat memperoleh beras kualitas baik, cukup

sesuai alokasi dan terjangkau.

b. Transparansi, bermakna membuka akses informasi kepada

(30)

harus mengetahui dan memahami adanya kegiatan Raskin serta

dapatmelakukan pengawasan secara mandiri.

c. Partisipatif, bermakna mendorong masyarakat terutama RTS -PM

Raskin berperan secara aktif dalam setiap tahapan pelaksanaan

program Raskin, mulai dari tahap perencanaan, sosialisasi,

pelaksanaan dan pengendalian.

d. Akuntabilitas, bermakna bahwa setiap pengelolaan kegiatan Raskin

harus dapat dipertanggung-jawabkan kepada masyarakat setempat

maupun kepada semua pihak yang berkepentingan sesuai dengan

peraturan dan ketentuan yang berlaku atau yang telah disepakati.

Dalam pelaksanaan program Raskin dipandang perlu mengatur

organisasi dari pelaksana program Raskin itu. Untuk mengefektifkan

pelaksanaan program dan pertanggungjawabannya, dibentuk Tim

Koordinasi Raskin di tingkat pusat sampai kecamatan dan Pelaksana

Distribusi Raskin di tingkat desa/kelurahan serta tim lainnya sesuai

kebutuhan yang diatur dan ditetapkan melalui keputusan pejabat yang

berwenang. Penanggung jawab pelaksanaan program Raskin di pusat

adalah Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, di provinsi

adalah gubernur, di kabupaten/kota adalah bupati/walikota, di kecamatan

adalah camat dan di desa/kelurahan adalah kepala desa/lurah.

1.5.4.4 Tim Koordinasi Raskin Kecamatan

Camat sebagai penanggung jawab di tingkat kecamatan

(31)

pembayaran HPB dan adminstrasi distribusi Raskin di wilayahnya. Untuk

penyelenggaraan program Raskin di wilayahnya, camat membentuk Tim

koordinasi Raskin sebagai berikut :

a. Kedudukan

Tim Koordinasi Raskin Kecamatan adalah pelaksana program

Raskin di kecamatan, yang berkedudukan di bawah dan

bertanggung jawab kepada camat.

b. Tugas

Tim Koordinasi Raskin Kecamatan mempunyai tugas

merencanakan, melaksanakan, mengendalikan, sosialisasi,

monitoring, dan evaluasi pelaksanaan program Raskin serta

melaporkan hasilnya kepada Tim Koordinasi Raskin

Kabupaten/Kota.

c. Fungsi

Dalam melaksanakan tugas tersebut, Tim Koordinasi Raskin

Kecamatan mempunyai fungsi :

1. Perencanaan distribusi program Raskin di kecamatan.

2. Fasilitasi lintas pelaku, komunikasi interaktif, dan

penyebarluasan informasi program Raskin di kecam atan.

3. Pembinaan terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi Pelaksana

Distribusi Desa/Kelurahan.

4. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program Raskin di

(32)

Tim Koordinasi Raskin Kecamatan terdiri dari penanggung

jawabyaitu camat, ketua yaitu sekretaris kecamatan, sekretaris yaitu Kasi

Kesejahteraan Sosial, dan anggota terdiri dari aparat Kecamatan,

Koordinator Statistik Kecamatan (KSK), anggota Satker Raskin dan pihak

terkait yang dipandang perlu.

1.5.4.5Satuan Kerja Beras Miskin (Satker Raskin)

1. Kedudukan

Satker Raskin berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab

kepada Kadivre/Kasubdivre/Kakansilog Perum BULOG sesuai

tingkatannya.

2. Organisasi

Satker Raskin terdiri dari :

a. Ketua

b. Anggota :

1. Pegawai Perum BULOG yang ditetapkan melalui Surat

Perintah (SP) Kadivre/Kasubdivre/Kakansilog Perum

BULOG.

2. Tenaga bantuan yang ditetapkan oleh ketua satker atas

sepengetahuan Kadivre/Kasubdivre/Kakansilog Perum

BULOG.

3. Tugas dan Kewenangan

Satker Raskin mempunyai tugas, kewenangan dan

tanggung jawab :

(33)

1. Mempunyai kewenangan mengangkat dan

memberhentikan tenaga bantuan di wilayah

kerjanyaatassepengetahuanKadivre/Kasubdivre/Kak

ansilog Perum BULOG

2. Mempunyai tugas dan bertanggung jawab atas

pelaksanaan distribusi, penyelesaian HPB, dan

administrasi Raskin.

b) Anggota mempunyai tugas membantu dan bersama

ketua sebagai berikut :

1. Mendistribusikan beras dari gudang Perum BULOG

sampai dengan TD dan menyerahkan kepada

Pelaksana Distribusi Raskin di TD.

2. Menerima uang HPB atau bukti setor bank dari

Pelaksana Distribusi Raskin dan menyetorkan ke

rekening HPB Bulog.

3. Menyelesaikan administrasi distribusi Raskin yaitu

Delivery Order dan pembayaran HPB (Tanda

Terima/kuitansi dan Bukti Setor Bank).

Melaporkan pelaksanaan tugas antara lain : realisasi jumlah

distribusi beras, setoran HPB di wilayah kerjanya kepada

Kadivre/Kasubdivre/ Kakansilog Perum BULOG secara periodik setiap

(34)

1.6 Definisi Konsep

Menurut Masri Singarimbun (1989:3) bahwa konsep adalah

abstraksimengenai suatu fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari

sejumlah karakteristik kejadian, keadaan, kelompok, atau individu tertentu.

Peranan konsep dalam penelitian sangat besar karena dia adalah alamat yang

menghubungkan dunia teori dan dunia observasi., antara abstraksi dan realitas.

Untuk itu dalam penelitian ini, penelit menguraikan definisi konsep sebagai

berikut:

1. Kebijakan publik adalah sejumlah aktivitas pemerintah yang

dirumuskan dan dilaksanakan untuk memecahkan masalah yang ada di

masyarakat baik secara langsung maupun melalui lembaga-lembaga

lain yang mampu mempengaruhi kehidupan masyarakat

2. Efektivitas adalah tercapainya sasaran, target, tujuan dengan

menggunakan waktu sesuai dengan apa yang telah direncanakan

sebelumnya.

3. Distribusi merupakan penambahan kegunaan waktu, tempat dan

pemilikan barang yang mencakup juga pengangkutan barang-barang

dari tempat asal atau produksi lanjutan ke tempat penjualan. Dalam hal

ini ditribusi mencakup berbagai bidang manajemen khususnya seperti

penjualan, pengiklanan, keuangan, pengangkutan dan pergudangan.

4. Program Raskin (Program Penyaluran Beras Untuk Keluarga Miskin)

adalah sebuah program dari pemerintah. Program tersebut adalah

sebuah upaya untuk mengurangi beban pengeluaran dari rumah tangga

(35)

pangan dengan memberikan perlindungan sosial beras murah dengan

jumlah maksimal 15 kg/rumah tangga miskin/bulan dengan

masing-masing seharga Rp. 1.600,00 per kg (netto) di titik distribusi.Program

ini mencakup di seluruh provinsi, sementara tanggung jawab dari

distribusi beras dari gudang sampai ke titik distribusi di kelurahan

dipegang oleh Perum Bulog.

1.7 Definisi Operasional

Ditinjau dari proses atau langkah-langkah penelitian, dapat dikemukakan

bahwa perumusan definisi operasional adalah langkah lanjutan dari perumusan

definisi konsep. Definisi konsep ditujukan untuk mencapai pemahaman tentang

konsep-konsep, baik berupa obyek, peristiwa maupun fenomena yang diteliti,

maka perumusan operasional ditunjukan dalam upaya transformasi konsep kedua

nyata sehingga konsep-konsep penelitian dapat diobservasi (Siagian,2011: 141).

Definisi operasional dalam Efektivitas Distribusi Dalam Pelaksanaan

Program Beras Miskin (RASKIN) di Kecamatan Bilah Barat Kabupaten Labuhan

Batu dapat diukur melalui indicator sebagai berikut:

1. Standar dan sasaran kebijakan

a. Tepat sasaran penerima Raskin

Tingkat kesesuaian data Rumah Tangga Sasaran (RTS) penerima

raskin sesuai dengan daftar penerima manfaat yang dikeluarkan

BPS.

(36)

Tingkat kesesuaian jumlah raskin yang diterima RTS berdasarkan

pedoman umum raskin yakni sebesar 15Kg/RTS/Bulan 12 bulan.

c. Tepat harga

Tingkat kesesuaian harga tebus raskin oleh RTS berdasarkan standar

pedoman umum raskin yakni Rp.1.600,-.

d. Tepat waktu

Tingkat kesesuaian waktu pendistribusian Raskin dengan rencana

jadwal pendistribusian yaitu RTS menerima Raskin setiap bulan

selama 12 bulan.

e. Tepat kualitas

Tepatnya persyaratan kualitas beras sesuai dengan standar kualitas

beras bulog.

f. Tepat Administrasi

Terpenuhinya persyaratan administrasi secara benar dan lengkap

sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam pedoman Raskin.

1.8 Sistematika Penulisan

Sistematika yang disusun dalam rangka memaparkan secara keseluruhan

hasil penelitian ini dapat diketahui secara singkat, yakni sebagai berikut:

BAB 1 : PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan dan menjelaskan tentang latar belakang

masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

(37)

BAB II : METODE PENELITIAN

Bab ini menguraikan dan menjelaskan tentang metode

penepenelitian yang dipakai dalam melakukan penelitian, lokasi

penelitian, informan penelitian, teknik pengumpulan data, dan

teknik analisis data.

BAB III : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini memaparkann tentang gambaran atau karakteristik lokasi

penelitian berupa sejarah singkat, visi dan misi, tugas dan fungsi,

serta struktur organisasi.

BAB IV : PENYAJIAN DATA

Bab ini memuat hasil pengumpulan data dilapangan. Dalam bab ini

akan dicantumkan semua data yang diperoleh dari lapangan atau

lokasi penelitian selama proses penelitian.

BAB V : ANALISIS DATA

Bab ini memuat hasil analisis data-data yang diperoleh saat

penelitian dilakukan dan memberikan interpretasi terhada masalah

yang diteliti.

BAB VI : PENUTUP

Bab ini memuat kesimpulan dan saran atas hasil penelitian yang

Gambar

Gambar 1.1 Mekanisme Alur Distribusi RASKIN

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini dapat dilihat mulai dari iformasi akan adanya pelaksanaan program Raskin yang selalu diberitahukan kepada rumah tangga, penyaluran/prosedur penyaluran Raskin yang

Ini menandakan bahwa distribusi Raskin di Desa Tolongano tidak efektif karna Berdasarkan dari analisis sikaprumah tangga sasaran penerima manfaat menyimpulkan bahwa distribusi

Ini menandakan bahwa distribusi Raskin di Desa Tolongano tidak efektif karna Berdasarkan dari analisis sikaprumah tangga sasaran penerima manfaat menyimpulkan bahwa distribusi

Mengenai hasil dari penelitian yang telah dilakukan terkait implementasi Program Beras Rumah Tangga Miskin (Raskin) di Kecamatan Curug Kota Serang Provinsi Banten,

Sebab, faktanya besarnya jatah yang diterima oleh rumah tangga miskin (RTM) yang menjadi kelompok target dalam program raskin jauh dari jatah normatif yang

Jumlah beras Raskin yang diberikan ke Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat (RTS-PM) di Kelurahan Tanjung Mulia Kecamatan Medan Deli sesuai dengan yang tertulis dalam

Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh melalui penelitian diperoleh gambaran bahwa umumnya informan keluarga sasaran mengatakan bahwa dilihat dari harga beli

Sebab, faktanya besarnya jatah yang diterima oleh rumah tangga miskin (RTM) yang menjadi kelompok target dalam program raskin jauh dari jatah normatif yang