BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia sebagai salah satu negara Agraris yang cukup besar di Asia
Tenggara menjadi sebuah tolak ukur bahwa pertanian mempunyai prospek yang
menjanjikan untuk terus dikembangkan, dibangun dan dilestarikan keberadaanya.
Disamping untuk memberikan keuntungan bagi negara, pembangunan pertanian
ini dimaksudkan juga untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat yang
mempunyai mata pencaharian sebagai petani (Gustina, 2001).
Memasuki Masa Reformasi identitas Indonesia sebagai negara yang
mengedepankan sektor pertanian lambat laun berkurang dan bahkan menjadi
ketergantungan kepada negara-negara tetangga untuk memenuhi kuota kebutuhan
nasional. Berkurangnya produktivitas sektor pertanian ini pada umumnya
diakibatkan oleh kurangnya perhatian pemerintah terhadap strategi pengembangan
sektor pertanian. Beberapa hal yang menjadi sorotan penting dalam
pengembangan pertanian diantaranya adalah pendidikan petani baik dalam hal
teknis ataupun tekhnologi, sarana dan prasarana pendukung usahatani dan
kelembagaan pedesaan (Pusposutarjo, 2001).
Irigasi sebagai salahsatu sarana penting dalam usahatani menjadi hal yang
sangat penting untuk diperhatikan untuk keberhasilan usahatani. Air mempunyai
peranan besar dalam masa pembibitan dan pemeliharaan tanaman. Keberhasilan
usahatani dipengaruhi oleh kualitas bibit dan proses pemeliharaan yang baik.
Penyempurnaan irigasi dianggap mempunyai peranan yang sangat besar dalam
Pembangunan Irigasi merupakan salah satu alternatif untuk mencapai
swasembada beras. Hal ini sangat dimungkinkan karena dapat meningkatkan mutu
kegiatan intensifikasi. Pembangunan sistem Irigasi beserta jaringan dapat
meningkatkan tersedianya air bagi tanaman sehingga produksi beras dapat terus
ditingkatkan. Namun pembangunan Irigasi bukan hanya menyangkut
pembangunan sarana fisik jaringan irigasi saja, tetapi juga menyangkut aspek
kelembagaan petani pemakai air Irigasi. Apabila sarana fisik sebuah jaringan
irigasi merupakan perangkat kerasnya maka lembaga-lembaga tersebut baik
formal maupun non formal merupakan perangkat lunak yang mutlak diperlukan
untuk mengelola air irigasi sebagaimana mestinya (Ambler, 1992).
Organisasi didefinisikan sebagai proses pengidentifikasian dan
pengelompokan pekerjaan yang akan dilakukan, merumuskan serta melimpahkan
tanggung jawab dan wewenang dan menyusun hubungan-hubungan dengan
maksud untuk memungkinkan orang bekerjasama secara efektif dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan bersama (Allen, 1984).
Untuk itu para petani diarahkan untuk membentuk suatu organisasi yang
dinamakan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) yang tahap demi tahap akan
berkembang menjadi suatu unit yang secara organisatoris, tekhnis dan finansial
mampu melaksanakan tugas dan kewajiban pembangunan, rehabilitasi dan
pemeliharaan jaringan irigasi serta bangunan pelengkapnya dalam petak tersier
dan irigasi pedesaan baik yang berstatus irigasi desa maupun Subak.
Penyempurnaan organisasi P3A dan saluran irigasi pendukung menjadi hal yang
sangat penting dalam pengembangan kelmbagaan pertanian dan kesejahteraan
Pemantapan kelembagaan ini telah ditegaskan melalui Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No. 20 tahun 2006 tentang Irigasi dan
disempurnakan lagi melalui Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik
Indonesia No. 13 tahun 2012 tentang Pedoman Pengelolaan Aset Irigasi.
Penyempurnaan ini dimaksudkan agar para pengelola irigasi mampu
melaksanakan pengelolaan aset irigasi secara efektif dan efisien serta
berkelanjutan melalui kegiatan inventarisasi aset irigasi, perencanaan pengelolaan
aset irigasi, pelaksanaan pengelolaan aset irigasi, evaluasi pelaksanaan
pengelolaan aset irigasi dan pemutakhiran hasil inventarisasi aset irigasi. Berikut
adalah tabel Daerah Irigasi (DI), Jumlah P3A, Luas dan Legalitas P3A di
Kabupaten Serdang Bedagai :
Tabel 1. Jumlah P3A, Luas dan Legalitas P3A di Daerah Irigasi Buluh Tahun 2012
Tanjung Beringin 6
1780
6
Pegajahan 4 1063 4
Jumlah 16 4335 16
Sumber : Induk Perkumpulan Petani Penguna Air (IP3A) Kabupaten Serdang Bedagai, 2012
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa perkembangan salahsatu sarana
pendukung peningkatan produktivitas pertanian khususnya padi sudah sangat
berkembang pesat di Serdang Bedagai. Daerah Irigasi Buluh Kecamatan Teluk
Mengkudu merupakan salah satu kecamatan yang mempunyai Luas Daerah Irigasi
hukum dan sudah diakui oleh pemerintah. Oleh karena itu Kecamatan Teluk
Mengkudu dipilih sebagai daerah penelitian.
Berkembangnya sistem Otonomi Daerah memacu beberapa daerah untuk
meningkatkan produktivitas dari daerah masing-masing. Tidak jauh berbeda
dengan Serdang Bedagai sebagai salah satu kabupaten dengan peningkatan sektor
pertanian yang pesat, mencoba untuk meningkatkan lagi produktivitas pertanian
dengan pemantapan sarana irigasi melalui Peraturan Daerah Kabupaten Serdang
Bedagai Nomor 35 Tahun 2008 tentang Irigasi. Dimana dalam Peraturan Daerah
ini dikatakan bahwa Perkumpulan Petani Pengguna Air (P3A) merupakan
kelembagaan petani yang berwenang mengurusi blok tersier. Gabungan
Perkumpulan Petani Pengguna Air (GP3A) berwenang mengurusi blok sekunder
dan Induk Perkumpulan Petani Pengguna Air mengurusi blok primer, dengan
ketentuan bahwa P3A, GP3A, dan IP3A harus berbentuk badan hukum.
1.2 Identifikasi Masalah
Adapun permasalahan yang dapat diambil berdasarkan uraian diatas adalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana perkembangan P3A selama 5 tahun terakhir di daerah penelitian ?
2. Bagaimana karakteristik petani anggota P3A seperti umur, pendidikan, luas
lahan, jumlah tanggungan dan lama keanggotaan di daerah penelitian ?
3. Bagaimana kinerja organisasi P3A di daerah penelitian ?
4. Bagaimana sikap petani terhadap organisasi P3A di daerah penelitian ?
5. Bagaimana hubungan karakteristik petani anggota dengan sikap petani
6. Bagaimana pengaruh karakteristik petani anggota terhadap sikap petani
terhadap organisasi P3A di daerah penelitian ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitan adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengidentifikasi perkembangan P3A selama 5 tahun terakhir di daerah
penelitian.
2. Untuk mengidentifikasi karakteristik petani anggota P3A seperti umur,
pendidikan, luas lahan, jumlah tanggungan dan lama keanggotaan di daerah
penelitian.
3. Untuk menganalisis kinerja organisasi P3A di daerah penelitian.
4. Untuk menganalisis sikap petani terhadap organisasi P3A di daerah penelitian.
5. Untuk menganalisis hubungan karakteristik petani dengan sikap petani
terhadap organisasi P3A di daerah penelitian.
6. Untuk menganalisis pengaruh karakteristik petani terhadap sikap petani
terhadap organisasi P3A di daerah penelitian.
1.4 Kegunaan Penelitian
1. Sebagai bahan informasi bagi petani untuk menambah pengetahuan mengenai
organisasi P3A.
2. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah untuk lebih mengembangkan
jaringan irigasi untuk petani.
3. Sebagai bahan informasi ilmiah bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
4. Sebagai salahsatu syarat untuk dapat mengikuti ujian sarjana di Fakultas