• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas program anti bullying dalam mengurangi perilaku bullying di Sekolah Menengah Atas (SMA) Kolese De Britto Yogyakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas program anti bullying dalam mengurangi perilaku bullying di Sekolah Menengah Atas (SMA) Kolese De Britto Yogyakarta"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PROGRAM ANTI BULLYING

DALAM MENGURANGI PERILAKU BULLYING

DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) KOLESE DE BRITTO YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun oleh: Albertus Pandu Aditya

NIM : 099114089

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

HALAMAN MOTTO

jangan pernah berharap untuk

menemukan kebahagiaan, karena

kebahagiaan itu kita ciptakan sendiri..

-Radit & Jani-

“di atas langit masih ada langit.. tetaplah rendah hati”

-NN-

“selesaikanlah apa yang sudah kau mulai,

sebisa mungkin jangan berhenti di tengah

jalan”

(5)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan segala kerendahan hati, karya ini kupersembahkan untuk:

Sang Pencipta yang sungguh luar biasa dalam rencana-rencanaNYA. Segala lindungan dan bimbingan dalam

menjalani kehidupan yang sementara ini.

Santo Pelindung yang selalu ada mendampingi dalam pahit manis jalan kehidupan ini. Dalam membimbing

saat menghadapi godaan-godaan duniawi.

Orang tua dan keluargaku yang sangat aku cintai. Pak Gito, Bu Endang, Dik Detta, Alm. Mas Bejo (walaupun aku tidak pernah melihatmu), aku yakin bahwa kalian

hanya ingin melihatku bahagia dan meraih cita-cita. Aku cinta kalian. Kalian akan selalu ada di hatiku.

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian dari karya orang lain, kecuali yang telah

disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 18 Juni 2014

Penulis

(7)

vii

EFEKTIVITAS PROGRAM ANTI BULLYING

DALAM MENGURANGI PERILAKU BULLYING

DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) KOLESE DE BRITTO YOGYAKARTA

Studi Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Albertus Pandu Aditya

ABSTRAK

Penelitian kuasi eksperimen ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari program sekolah dalam mengurangi perilaku bullying pada siswa SMA Kolese De Britto Yogyakarta. Desain penelitian yang digunakan adalah non-randomized pretest-posttest control group design. Subjek penelitian adalah 33 siswa kelas XI IPS-3 sebagai kelompok eksperimen dan 33 siswa kelas XI IPS-2 sebagai kelompok kontrol. Subjek penelitian dipilih melalui proses purposive sampling. Kelompok eksperimen mendapatkan Program Anti Bullying dengan metode: a) Case Study, b) Dramatic Presentation, dan c) Discussion, sedangkan kelompok kontrol tidak. Perilaku bullying diketahui dengan melihat apakah masih terdapat tindakan bullying pada siswa di lingkungan sekolah. Tindakan bullying diukur dengan skala yang menunjukkan tingkat pelaku, korban, dan penonton bullying pada masing-masing kelompok. Penelitian ini menggunakan teknik analisis independent sample t-test untuk gain score. Hasil analisis menunjukkan uji t pada gain score memiliki nilai t sebesar 0,527 dengan dengan p= 0,600 (p>0,05). Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa gain score kedua kelompok tidak mengalami perbedaan. Meskipun demikian, skor rata-rata kedua kelompok mengalami penurunan. Kelompok eksperimen mengalami penurunan skor yang lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol. Di samping itu, gain score yang dimiliki masing-masing subjek pada tiap kelas menunjukkan perbedaan yang signifikan. Hasil tersebut memberikan kesimpulan bahwa pemberian Program Anti Bullying dianggap kurang efektif untuk mengurangi perilaku bullying siswa. Meskipun rata-rata perilaku bullying menurun, program tersebut tidak secara merata memberikan efek positif bagi siswa.

(8)

viii

EFFECTIVENESS OF ANTI-BULLYING PROGRAM TO REDUCE BULLYING

IN DE BRITTO COLLEGE YOGYAKARTA

Study of Psychology in Sanata Dharma University

Albertus Pandu Aditya

ABSTRACT

This quasi experimental research aimed to find out the influence of Anti-Bullying

Program to reduce student’s bullying in De Britto College Yogyakarta. This study used

non-randomized pretest-posttest control group design. Subjects were 33 students of class XI S-3 as the experiment group, and 33 students of class XI S-2 as the control group. Subjects were selected through purposive sampling process. Experiment group was given the anti-bullying program with methods: a) Case Study, b) Dramatic Presentation, and c) Discussion, while the control group was not given. Bullying tendencies are known by looking at level of bullying in students behavior at school. Level of bullying measured by a scale that indicate a level of perpetratos, victims, and spectators bullying in each group. This study used independent sample t-test analysis for gain scores. The result of data analysis shows that the t-test on gain score has t score of 0,527 with p= 0,600 (p> 0,05). The calculation result shows gain scores in experimental group and control group are not different. However, score mean of both groups are decreased. Eksperimental group decreased more than control group. Besides, scores from each subject in each group are significantly different. The result concludes that Anti-Bullying Program assumed less effectively to reduce student’s bullying. Though the averages bullying are decreased, the program does not equally give positive effect for each student.

(9)

ix

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma

Nama : Albertus Pandu Aditya

Nomor Mahasiswa : 099114089

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

Efektivitas Program Anti Bullying dalam Mengurangi Perilaku Bullying

di Sekolah Menengah Atas (SMA) Kolese De Britto Yogyakarta

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 18 Juni 2014

Yang menyatakan,

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih-Nya yang telah menyertai penulis selama proses penulisan skripsi dari

awal hingga selesai. Skripsi ini ditulis untuk memenuhi kewajiban memperoleh gelas sarjana dari Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Skripsi ini disusun atas dasar kepedulian penulis terhadap nasib remaja yang

berpotensi terkena dampak dari fenomena bullying khususnya yang terjadi di lingkungan sekolah. Penulis menitikberatkan pada bagaimana usaha dari pihak

sekolah dalam mengatasi fenomena tersebut. Penulis menyusun sebuah penelitian untuk mengetahui efektivitas dari usaha yang dilakukan oleh sekolah. Penelitian

ini dilakukan oleh penulis dengan tujuan bahwa hasil dari penelitian ini nantinya dapat dijadikan pertimbangan pihak sekolah dalam usaha mengatasi fenomena

bullying yang ada. Di samping itu, hasil dari penelitian ini juga dapat digunakan sekolah lain sebagai contoh usaha dari pihak sekolah dalam menyikapi fenomena

bullying.

Dalam proses penulisan skripsi dari awal hingga akhir, penulis menyadari bahwa terdapat peran dari banyak pihak yang memberikan sumbangan pikiran, ide, waktu, tenaga, bimbingan, dorongan kepada penulis. Oleh karena itu,

penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Ibu Sylvia Carolina Maria Yuniati Murtisari M.Si. selaku dosen

(11)

xi

2. Bapak Dr. Tarsisius Priyo Widiyanto M.Si. selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma beserta semua staf fakultas Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan dukungan selama perkuliahan hingga selesainya skripsi ini.

3. Ibu Ratri Sunar Astuti M.Si. selaku Kaprodi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah membantu proses pengajuan judul skripsi sehingga menjadi lancar

4. Ibu Dewi Soerna Anggraeni M.Psi. selaku Wakaprodi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah membimbing selama proses kegiatan

non akademik sehingga memperkaya pengetahuan serta pengalaman dalam hal soft skill.

5. Ibu Dr. Tjipto Susana selaku dosen pembimbing akademik yang telah membantu dalam proses perkuliahan serta memberikan semangat juang untuk segera menyelesaikan tugas akhir.

6. Ibu Nanik, Mas Gandung, Mas Muji, Mas Doni, dan Pak Gik yang telah membantu proses perkuliahan hingga selesainya penulisan skripsi ini.

7. Bapak Ag. Prih Adiartanto, S.Pd., M.Ed. dan Ibu B.M. Titisari Isdwi Putranti, S.Pd. selaku Kepala Sekolah dan Guru Bimbingan Konseling SMA Kolese De Britto Yogyakarta. Terimakasih atas ijin dan dukungan yang

(12)

xii

8. Para siswa SMA Kolese De Britto khususnya kelas XI IPS 2 dan XI IPS 3 tahun ajaran 2013-2014 yang telah bersedia menjadi responden dalam

penelitian ini.

9. Kepada orang tua dan adik saya, Bapak, Ibu, serta Deta. Terimakasih atas

segala bantuan serta motivasi yang telah diberikan hingga penulisan skripsi ini dapat selesai. Maaf apabila saya terlalu lama dalam berproses.

10. Kepada teman-teman angkatan 2009, Gusbay, Yatim, Pakdhe, Gandring,

Andank, Ruthie, Cicik, Novi, Angga, Manik, Riris, Mbokdhe, Ayuk, Ovina, Ichan, Gatyo, Brian, semuanya aja! Terimakasih banyak atas pengalaman

manis maupun pahit selama kita menjalani saat-saat kuliah. Semoga kalian semua dapat segera meraih kesuksesan masing-masing.

11. Teman-teman kakak angkatan maupun adik angkatan, Utari, Engger, Vincent, Brandan, Rosari, Ella, Yutti, Dion, Vico, Bayu, Anoy, Boncel, Awang, Yuda, Boni, Ray, Sakti, Aprek, Gempol, Popo, Indro, Wahyu, Ucil,

Mondri, hingga para mas dan mbak alumni yang telah memberikan semangat dan arahan agar penulisan skripsi ini dapat terselesaikan secara

maksimal, juga kesempatan bercanda bersama untuk melepaskan segala susah hati. I love you, all!

12. Keluarga keduaku, Wake Up Tomorrow Band, Keyor, Aji, Charlotte, Japis,

Radianto, Bimo, Rosa, Keke, semua teman-teman lain yang telah membantu, Angga, Dito, Andi, Tyok, Bazra, Gusbay, dan semuanya (maaf

(13)

xiii

13. Teman-teman SEXEN, PSYNEMA, Skaphobia, Electone APAHAYO yang telah menciptakan suasana yang nyaman ketika saya mengalami kejenuhan

dalam menempuh perkuliahan maupun penulisan skripsi ini. Teruslah berkarya kawan!

14. “Terima kasih kalian barisan para mantan, dan semua yang pergi tanpa sempat aku miliki..” 

15. Serta semua teman, saudara, dan musuh yang tidak dapat saya sebutkan satu

per satu. Termakasih banyak atas segala semangat, doa, dan dukungannya. Penulis menyadari bahwa penelitian ini jauh dari sempurna dan masih

terdapat banyak kesalahan. Oleh karena itu, penulis menerima segala kritik dan saran yang dapat menyempurnakan karya ilmiah ini.

Akhir kata, semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 18 Juni 2014

Penulis,

(14)

xiv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ...ii

HALAMAN PENGESAHAN ...ii

HALAMAN MOTTO ...iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ...v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...vi

ABSTRAK ...vii

ABSTRACT ...viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ...ix

KATA PENGANTAR ...x

DAFTAR ISI ...xiv

DAFTAR TABEL ...xix

DAFTAR SKEMA ...xx

DAFTAR LAMPIRAN ...xxi

BAB I. PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Rumusan Masalah ...6

C. Tujuan Penelitian ...6

D. Manfaat Penelitian ...7

BAB II. LANDASAN TEORI ...8

(15)

xv

1. Pengertian remaja ...8

B. Perilaku Bullying ...9

1. Pengertian Perilaku Bullying ...9

2. Bentuk-bentuk Perilaku Bullying ...11

3. Karakteristik Pelaku, Korban, dan Penonton Bullying ...12

4. Dampak Perilaku Bullying ...16

a. Dampak Bagi Pelaku Bullying ...17

b. Dampak Bagi Korban Bullying ...18

c. Dampak Bagi Penonton Bullying ...20

C. Program Sekolah dalam Mengatasi Bullying ...21

1. Latar belakang program ...21

2. Pelaksanaan Program ...22

D. Belajar sebagai Proses Perubahan Perilaku ...27

1. Belajar ...27

a. Definisi Belajar ...27

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar ...29

2. Perubahan Perilaku ...32

E. Efektivitas Program Anti Bullying dalam mengurangi Perilaku Bullying di SMA Kolese De Britto Yogyakarta ...34

F. Hipotesis Penelitian ...36

G. Skema Penelitian ...37

BAB III. METODE PENELITIAN ...38

(16)

xvi

B. SUBJEK PENELITIAN ...39

C. IDENTIFIKASI VARIABEL ...39

D. DEFINISI OPERASIONAL ...40

1. Variabel Bebas ...40

2. Variabel Tergantung ...40

3. Variabel Kontrol ...41

a. Usia ...41

b. Tingkat Pendidikan ...41

c. Program Studi ...42

E. DESAIN PENELITIAN ...43

F. PROSEDUR PENELITIAN ...43

G. ALAT PENGUMPULAN DATA ...45

H. PENGUJIAN INSTRUMEN PENELITIAN ...47

1. Pengujian Validitas ...47

2. Pengujian Reliabilitas ...48

3. Uji Daya Beda/Daya Deskriminasi Aitem ...48

I. TEKNIK ANALISIS DATA ...49

BAB IV. PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...51

A. PERSIAPAN PENELITIAN ...51

1. Persiapan Penelitian ...51

2. Persiapan Instrumen Penelitian ...51

B. PELAKSANAAN PENELITIAN ...52

(17)

xvii

1. Subjek Penelitian ...53

2. Analisis Aitem ...53

3. Pengujian Reliabilitas ...55

4. Data skor Pre-test dan P ost-test ...55

a. Skor Total ...55

b. Skor Pelaku Bullying ...56

c. Skor Korban Bullying ...57

d. Skor Penonton Bullying ...58

D. HASIL PENELITIAN ...58

1. Hasil Uji Asumsi ...58

a. Uji Normalitas ...58

b. Uji Homogenitas ...60

2. Hasil Uji Hipotesis ...60

a. Uji Beda Gain Score Total ...61

b. Uji Beda Gain Score Pelaku Bullying ...62

c. Uji Beda Gain Score Korban Bullying ...63

d. Uji Beda Gain Score Penonton Bullying ...64

E. PEMBAHASAN ...65

BAB V. PENUTUP ...74

A. KESIMPULAN ...74

B. SARAN ...74

1. Saran Berkaitan dengan Kelanjutan Penelitian ...74

(18)

xviii

a. Saran Bagi Sekolah ...75

b. Saran Bagi Orang Tua ...76

c. Saran Bagi Siswa ...76

DAFTAR PUSTAKA ...78

(19)

xix

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Spesifikasi Skala Kecenderungan Bullying...46

Tabel 2. Data Subjek Penelitian ...53

Tabel 3. Spesifikasi Skala Kecenderungan Bullying yang digunakan dalam penelitian ...54

Tabel 4. Skor Total Kecenderungan Bullying ...55

Tabel 5. Skor Kecenderungan Pelaku Bullying...56

Tabel 6. Skor Kecenderungan Korban Bullying ...57

Tabel 7. Skor kecenderungan Penonton Bullying ...58

Tabel 8. Tabel Uji Normalitas ...59

Tabel 9. Tabel Uji Homogenitas ...60

Tabel 10. Tabel Uji Beda Gain Score Total ...61

Tabel 11. Tabel Uji Beda Gain Score Pelaku Bullying ...62

Tabel 12. Tabel Uji Beda Gain Score Korban Bullying...63

(20)

xx

DAFTAR SKEMA

(21)

xxi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A. Instrumen Pengukuran Kecenderungan Bullying ...84

Lampiran B. Petunjuk Pelaksanaan Program Anti Bullying ...95

Lampiran C. Data skor P re-test dan Post-test Kelompok Eksperimen ...101

Lampiran D. Data skor P re-test dan Post-test Kelompok Kontrol ...104

Lampiran E. Perhitungan Statistik ...107

1. Hasil Uji Reliabilitas (dari pre-test) ...108

(22)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sekolah merupakan instansi pendidikan formal dan dipercaya oleh masyarakat sebagai tempat yang tepat untuk mendidik anak-anak. Selain untuk mendapatkan pengetahuan, masyarakat mempunyai ekspektasi bahwa

sekolah akan senantiasa membimbing serta mengarahkan para siswa dengan tepat demi masa depan yang cerah (Wiyani, 2012).

Dalam dunia pendidikan, manusia memiliki relasi dengan orang lain. Terdapat relasi antar para pendidik, antar para peserta didik, pendidik dengan

peserta didik, dan relasi antar siapapun yang menjadi elemen dari instansi pendidikan tersebut. Relasi yang mereka bangun memiliki tujuan yang baik dan menguntungkan satu dengan yang lain.

Meskipun demikian, relasi yang seharusnya berjalan dengan baiktidak selalu terjadi. Tanpa disadari, fenomena kekerasan telah terjadi di lingkungan

sekolah (Susanto, 2010). Masih banyak orang-orang yang belum mengerti sepenuhnya mengenai kekerasan yang sering disebut dengan bullying.

Bullying adalah perilaku agresi yang dilakukan secara sengaja, berulang-ulang, dan menyakiti korban (Papalia et al. 2007). Bullying seringkali dibiarkan serta dianggap remeh. Masalah bullying itu sendiri sering dianggap

(23)

modern dan suatu hal yang biasa terjadi dalam kehidupan remaja (Susanti, 2007).

Cukup banyak kasus bullying yang diberitakan di media massa. Sebagai contohnya adalah “Seorang Siswa Disundut Rokok Saat Ospek”

(dipungut 25 September 2013, dari http://megapolitan.kompas.com). Siswa tersebut dipaksa untuk telanjang, bahkan dicabuli hanya karena ingin mengikuti ekstrakurikuler futsal. (dipungut tanggal 25 Sepetember 2013, dari

http://news.detik.com). Selain itu, ada pula kasus bullying yang berakibat kematian seperti yang dialami siswi peserta Masa Orientasi Siswa (MOS)

SMK 1 Pandak, Bantul. “Siswi Meninggal Akibat Ospek: Disuruh Squad

Jump, Siswi di Pandak Pingsan Lalu Meninggal” (dipungut 25 September

2013, dari http://www.harianjogja.com).

Bullying dapat dialami oleh semua tingkatan umur. Akan tetapi, kebanyakan dari pelaku bullying berasal dari kalangan remaja (Susanto,

2010). Monks, Knoes, & Haditono, (2002) menyatakan bahwa remaja merupakan masa di mana seseorang mengalami perubahan fisik, psikis,

seksual, kognisi, dan sosial. Masa remaja dialami oleh seseorang yang sudah beranjak dari masa kanak-kanak dan sedang menuju masa dewasa. Santrock (2003) menambahkan, remaja adalah transisi antara anak menjadi dewasa

yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosio emosi. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan Elisabeth (2006) bahwa tindakan

(24)

Riauskina, Djuwita, & Soesetio (2005) mengatakan bahwa dampak dari kecenderungan tindakan bullying antara lain mengganggu kesehatan

fisik, menurunnya kesejahteraan psikologis dan penyesuaian sosial yang buruk, kesulitan menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial, dan gangguan

psikologis. Tindakan bullying memiliki dampak buruk, sehingga diperlukan usaha kerjasama untuk mencegah atau mengatasi sedini mungkin dari pihak orang tua dan sekolah (Inung, 2007). Pihak sekolah memiliki peran yang

sangat penting dalam memberikan kesadaran pada para siswa tentang

bullying. Program penanganan preventif secara terpadu adalah langkah yang efektif dilakukan untuk mengatasi perilaku bullying (Widayanti, 2009).

Beberapa pihak sudah memberikan perhatian khusus terhadap

fenomena bullying di sekolah. Mereka melakukan penelitian yang bertujuan untuk setidaknya meminimalisir terjadinya bullying di sekolah. Menurut Yandri, Daharnis, & Nirwana (2013), penggunaan modul oleh konselor atau

Guru Bimbingan Konseling cukup layak dalam usaha mencegah terjadinya

bullying di sekolah. Akan tetapi, dalam jurnal penelitiannya dikatakan bahwa

tingkat keefektifan metode tersebut belum sepenuhnya teruji.

Selain itu, salah seorang Guru Bimbingan dan Konseling salah satu SMA di Yogyakarta mengatakan bahwa sangat penting untuk memberikan

pemahaman kepada para siswa tentang perilaku terhadap teman, terutama di lingkungan sekolah (komunikasi pribadi, 20 Juli 2013). Dalam proses

(25)

terima nanti. Walaupun maksudnya baik, belum tentu tindakan yang dilakukan dapat diterima oleh orang lain. Hal ini sedikit banyak mengarah

pada usaha pencegahan tindakan bullying di SMA tersebut. Guru-guru sebaiknya lebih memperhatikan tempat-tempat yang berpotensi terjadi

bullying seperti toilet siswa, kantin, tempat parkir, dan beberapa tempat lain yang hampir tidak pernah diawasi oleh guru. Hal tersebut juga merupakan salah satu usaha untuk mencegah tindakan bullying di sekolah (Yayasan

Sejiwa, 2008).

Penelitian yang dilakukan oleh Hardika (2009) mendapatkan hasil

bahwa Sekolah Menengah Atas homogen lebih memiliki kecenderungan

bullying yang tinggi daripada Sekolah Menengah Atas heterogen. Sekolah

homogen di sini diartikan sebagai sekolah dengan siswa yang memiliki jenis kelamin sama, sedangkan sekolah heterogen memiliki siswa dengan jenis kelamin berbeda. Masalah perbedaan jenis kelamin tersebut merupakan salah

satu kecenderungan terhadap tindakan bullying. Agresi dan dominasi akan lebih mudah muncul pada relasi yang jenis kelaminnya sama (Santrock,

1995).

Edmunds & Kendrick (1980) mengatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku agresi seseorang adalah jenis kelamin. Di

samping itu, menurut Fesbach (dalam Soffat, 1998) tingkat agresivitas laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan, khususnya dalam bentuk perilaku

(26)

menengah atas homogen laki-laki menjadi tempat yang memiliki potensi besar terjadinya perilaku bullying.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa perilaku

bullying memiliki potensi yang cukup tinggi untuk dilakukan oleh remaja laki-laki yang berada di lingkungan sekolah homogen. Disadari atau tidak, lingkungan sekolah homogen laki-laki adalah tempat yang paling berpotensi terjadinya praktik bullying. Dengan demikian, sangat diperlukan perhatian

khusus dari pihak sekolah homogen laki-laki terhadap potensi terjadinya perilaku bullying berdasarkan keadaan sekolah tersebut, sehingga lingkungan

sekolah tidak menjadi tempat yang justru memberi dampak negatif dan merugikan para siswa.

Kondisi ini menimbulkan pertanyaan mengenai bagaimana pihak sekolah homogen laki-laki dalam upayanya mengatasi terjadinya praktik

bullying di lingkungan sekolah. SMA Kolese De Britto Yogyakarta merupakan salah satu contoh sekolah homogen laki-laki. Sejauh ini belum ada penelitian sistematis mengenai program yang digunakan oleh pihak guru

SMA Kolese De Britto apakah cukup efektif untuk mengatasi perilaku

bullying. Di sisi lain, penelitian oleh Hardika (2009) menunjukkan bahwa di SMA Kolese De Britto terdapat tindakan bullying. Hal ini semakin

mendukung penelitian tentang program yang digunakan untuk mengatasi

bullying.

SMA Kolese De Britto memiliki program mengatasi perilaku bullying.

(27)

terdiri dari 3 metode: a) Case Study, b) Dramatic Presentation, dan c)

Discussion. Ketiga metode tersebut merupakan suatu rangkaian dari program yang dilakukan. Case Study adalah langkah pertama, kemudian dilanjutkan dengan Dramatic Presentation dan diakhiri dengan Discussion. Case Study

adalah studi kasus tentang contoh perilaku bullying di sekolah. Dramatic Presentation adalah berperan sebagai karakter-karakter yang ada saat bullying

terjadi. Discussion adalah diskusi antara guru dan siswa tentang kegiatan

yang sudah dilakukan.

Penelitian ini dilakukan untuk mengatahui bagaimana usaha dari pihak

SMA Kolese De Britto Yogyakarta dalam upayanya mengatasi perilaku

bullying yang terjadi pada para siswa di lingkungan sekolah. Hasil dari

penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti mengenai keefektifan metode yang dilakukan oleh pihak guru SMA Kolese De Britto Yogyakarta dalam usaha mengurangi perilaku bullying.

B. Rumusan Masalah

Seberapa efektif Program Anti Bullying dalam mengurangi perilaku

bullying di Sekolah Menengah Atas (SMA) Kolese De Britto Yogyakarta?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh dari program

(28)

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang berguna bagi ilmu psikologi, terutama psikologi pendidikan dan

bimbingan konseling tentang peran metode yang dilakukan untuk mengurangi perilaku bullying di sekolah.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran

mengenai usaha ataupun cara-cara yang dapat dilakukan oleh pihak sekolah, khususnya sekolah homogen laki-laki dalam mengurangi

(29)

8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Remaja

1. Pengertian Remaja

Istilah remaja berasal dari bahasa Latin (adolescene) yang berarti

grow atau dengan kata lain to growmaturity, dan dalam bahasa Indonesia berarti “tumbuh mencapai kematangan”. Menurut beberapa ahli lain, masa remaja merupakan masa transisi perkembangan antara kanak-kanak dan

dewasa. Masa itu pada umumnya diawali pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal usia 20 tahun (Papalia,

Olds, & Fieldman, 2001).

Hurlock (1990) membagi masa remaja menjadi masa remaja awal dan masa remaja akhir. Adapun masa remaja awal meliputi usia 13 hingga

16 atau 17 tahun, dan masa remaja akhir meliputi usia 16 atau 17 tahun hingga 18 tahun. Hurlock membagi masa remaja dengan alasan bahwa

pada usia remaja akhir, individu sudah memiliki transisi perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa (Aaro, 1997, dalam Jahja 2011).

Berdasarkan pengertian remaja yang telah dikemukakan, dapat

diambil kesimpulan bahwa masa remaja adalah individu yang berusia 16 – 17 tahun dan sedang mengalami masa transisi antara masa kanak-kanak

(30)

kualitatif. Dalam prosesnya menuju dewasa, remaja juga mengalami pergolakan-pergolakan berupa konflik dan perubahan suasana hati.

Konflik-konflik inilah yang membuat remaja berpotensi untuk melakukan tindakan bullying, sehingga remaja yang berada pada tahap awal maupun

akhir pun memiliki potensi yang sama.

B. Perilaku Bullying

1. Pengertian Perilaku Bullying

Bullying adalah perilaku di mana terdapat usaha menyakiti ataupun tekanan secara fisik maupun psikologis terhadap seseorang atau sekelompok orang yang lebih lemah oleh sesorang atau sekelompok

orang yang lebih kuat (Olweus, 2004). Yayasan Semai Jiwa Amini mengemukakan bahwa bullying adalah penggunaan kekuasaan yang dimiliki untuk menyakiti seseorang atau sekelompok orang sehingga

korban merasa tertekan, tidak berdaya, bahkan trauma (Yayasan Sejiwa, 2008). Elliot (2005) mendefinisikan bullying adalah tindakan yang

dilakukan agar orang lain merasa takut, terancam, atau setidak-tidaknya tidak bahagia.

Bullying merupakan perilaku agresi yang dilakukan dengan sengaja. Perilaku tersebut berlangsung secara terus menerus terhadap seseorang yang sudah menjadi incaran atau korban (Papalia et al. 2007).

(31)

mempunyai maksud dan tujuan untuk menyakiti orang lain merupakan individu agresif.

Pada saat peristiwa bullying terjadi, terdapat beberapa unsur yang terlibat. Coloroso (2007) mengungkapkan bahwa beberapa unsur yang

terlibat di dalam bullying sebagai berikut: a. Ketidakseimbangan Kekuatan

Pelaku bullying selalu lebih kuat dari korban bullying.

Dengan demikian, tindakan bullying dilakukan oleh pelaku yang memiliki kekuatan ataupun dominansi terhadap korban

yang cenderung lemah dan tidak dapat melawan. b. Kesengajaan

Tindakan bullying dilakukan oleh pelaku dengan disertai niat untuk melukai orang lain. Apabila niat atau tujuan tersebut dapat tercapai, pelaku bullying akan

memperoleh kepuasan dari luka yang dialami oleh korban. c. Pengulangan

Kepuasan maupun kesenangan yang telah dialami mengakibatkan pelaku cenderung melakukan tindakan

(32)

d. Teror

Suatu tindakan tidak menyenangkan yang ditujukan

pada korban dan terjadi berulang-ulang merupakan suatu hal yang menjadikan ancaman tersendiri bagi korban. Teror yang

dimaksud adalah ancaman itu sendiri.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa bullying

adalah perilaku agresi secara fisik maupun psikologis yang disengaja dan

dilakukan oleh seseorang atau kelompok kepada seseorang atau kelompok, dengan tujuan menekan atau menyakiti sehingga korban

merasa takut, terancam, atau tidak bahagia.

2. Bentuk-bentuk Perilaku Bullying

Menurut Riauskina, dkk (2005), perilaku bullying dikelompokkan dalam berbagai bentuk:

a. Kontak Fisik Langsung

Antara lain: Memukul, mendorong, menggigit, menjambak,

menendang, mengunci seseorang dalam ruangan, mencubit, mencakar, merusak barang-barang milik orang lain.

b. Kontak Verbal Langsung

Antara lain: Mengancam, mempermalukan, merendahkan, mengganggu, member panggilan nama, sarkasme,

(33)

c. Perilaku Non Verbal Langsung

Antara lain: Melihat dengan sinis, menjulurkan lidah,

menampilkan ekspresi muka yang merendahkan, mengejek, mengancam.

d. Perilaku Non Verbal Tidak Langsung

Antara lain: Mendiamkan seseorang, memanipulasi persahabatan sehingga menjadi retak, sengaja mengucilkan

atau mengabaikan, mengirimkan surat kaleng. e. Pelecehan Seksual

Antara lain: Memukul atau menendang alat kelamin korban, membuat lelucon tentang alat kelamin korban. (Kadang

dikategorikan sebagai perilaku agresi fisik atau verbal).

3. Karakteristik Pelaku, Korban, dan Penonton Bullying

Yayasan Sejiwa (2008) mengatakan bahwa bullying merupakan suatu situasi di mana terdapat 3 (tiga) karakter yang berperan di

dalamnya. Tiga karakter tersebut adalah pelaku bullying, korban bullying,

dan penonton bullying. Peran serta sifat yang dimiliki oleh masing-masing karakter tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:

a. Karakteristik Pelaku Bullying

(34)

kontribusi dalam tindakan bullying yang dilakukan. Hanya saja mereka memiliki cara atau strategi yang berbeda-beda

dalam menjalankan aksinya (Coloroso, 2007). Pada umumnya, sifat-sifat yang dimiliki pelaku bullying antara

lain:

1. Cenderung hiperaktif, disruptive, impulsive, dan

overactive.

2. Suka mendominasi orang lain.

3. Suka memanfaatkan orang lain untuk

mendapatkan apa yang mereka inginkan.

4. Sulit melihat situasi dari titik pandang orang lain.

5. Hanya peduli pada keinginan dan kesenangan mereka sendiri, bukan pada hak-hak dan perasaan-perasaan orang lain.

6. Menggunakan kesalahan, kritikan, dan tuduhan-tuduhan yang keliru untuk memproyeksikan

ketidakcakapan mereka pada targetnya. 7. Haus perhatian.

8. Memiliki tempramen yang sulit dan masalah pada

atensi atau konsentrasi.

9. Berteman dengan anak-anak yang memiliki

(35)

10. Kurang memiliki empati terhadap korbannya dan tidak menunjukkan penyesalan atas perbuatannya.

b. Karakteristik Korban Bullying

Coloroso (2007) menemukan ciri-ciri seseorang yang biasanya menjadi korban tindakan bullying. Beberapa ciri-ciri tersebut antara lain:

1. Anak baru di suatu lingkungan. 2. Anak termuda di sekolah.

3. Anak penurut.

4. Anak yang perilakunya dianggap mengganggu

orang lain.

5. Anak yang tidak mau berkelahi dan lebih suka menyelesaikan konflik tanpa kekerasan.

6. Anak yang pemalu, menyembunyikan

perasaannya, pendiam atau tidak mau menarik

perhatian orang lain, penggugup, peka. 7. Anak yang miskin atau kaya.

8. Anak yang memiliki etnis/agama yang minoritas

dan orientasi gender atau seksual yang berbeda. 9. Anak yang kurus atau gemuk, pendek atau

jangkung.

(36)

11.Anak yang berjerawat atau memiliki masalah kondisi kulit lainnya.

12.Anak yang memiliki ciri fisik berbeda dengan mayoritas anak lainnya.

13.Anak dengan ketidakcakapan mental dan atau fisik. Anak-anak seperti itu biasanya dua atau tiga kali lebih sering ditindas daripada anak-anak lain

karena mereka memiliki ketidakcakapan mental yang nyata sehingga menyediakan dalih bagi sang

pelaku (kekurangan yang dimiliki korban menjadi materi ejekan atau lelucon).

14.Anak yang berada di sekitar pelaku bullying. Mereka berpotensi untuk dikenai tindakan

bullying karena pelaku sedang ingin menyerang siapapun di tempat itu dan pada saat itu juga.

c. Karakteristik Penonton Bullying

Coloroso (2007) menemukan ciri-ciri seseorang yang biasanya menjadi penonton peristiwa atau praktik bullying.

Ciri-ciri tersebut antara lain:

1. Anak-anak yang hanya berdiam diri dan

(37)

2. Anak-anak yang mendorong penindasan secara aktif.

3. Anak-anak yang bergabung dan menjadi salah satu anggota dari gerombolan penindas.

4. Memberikan penguatan kepada pelaku bullying

berupa tepuk tangan, tawa, dan gerakan anggota tubuh lainnya.

5. Menambah kehancuran kendali batin korban

bullying dengan terikan-teriakan, kritikan-kritik kejam yang bersifat verbal, fisik, dan relasional. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa

penonton bullying adalah pihak ketiga dalam peristiwa

bullying selain pelaku dan korban. Secara tidak langsung, mereka berperan sebagai peran pendukung tindakan yang

dilakukan oleh pelaku bullying. Mereka dapat berdiam dan hanya menonton atau bisa pula ikut berperan secara tidak

langsung sebagai pelaku bullying.

4. Dampak Perilaku Bullying

Peristiwa bullying yang terjadi di sekolah secara langsung maupun tidak langsung akan memberikan dampak bagi orang yang

terlibat di dalamnya. Orang yang terlibat meliputi pelaku bullying

(38)

kelompok yang tertindas), dan penonton bullying (individu atau kelompok yang berada di tempat terjadinya bullying). Untuk uraian lebih

lanjut adalah sebagai berikut:

a. Dampak Bagi Pelaku Bullying

Menurut Coloroso (2007), tindakan bullying akan memberikan dampak jangka panjang bagi pelaku. Adapun dampak-dampak tersebut antara lain:

1. Tumbuh menjadi pribadi yang suka terhadap kekerasan.

2. Tumbuh sebagai pribadi yang memiliki ego yang besar.

3. Tidak memiliki empati terhadap orang lain dan perasaan menyesal.

4. Menjadi pribadi yang kejam dan penuh dendam

terhadap orang lain.

5. Tumbuh sebagai pribadi yang suka bereaksi

agresif bahkan pada provokasi yang ringan, dan membenarkan tanggapan agresifnya dengan menempatkan kesalahan di luar dirinya.

(39)

7. Memiliki sikap fanatisme terhadap perbedaan. Perbedaan sama dengan lemah, dan karenanya

tidak layak mendapat penghargaan.

8. Tumbuh menjadi pribadi yang arogan dan

memegang hukum senioritas.

9. Merasa memiliki kekuasaan untuk mengecualikan orang lain, membatasi, mengisolasi, dan

memisahkan orang lain.

b. Dampak Bagi Korban Bullying

Menurut beberapa ahli, tindakan bullying akan

memberikan dampak bagi korban. Salah satunya dalam hal kesehatan, seperti yang dikemukakan oleh Olweus (1993) dengan pendapatnya bahwa bullying akan mempengaruhi

kesehatan korban. Gejala-gejala yang timbul pada korban

bullying antara lain:

1. Stres dan menjadi mudah cemas.

2. Menjadi sering terjangkit infeksi virus, khususnya seperti flu, demam tinggi, batuk,

paru-paru, telinga, hidung, dan infeksi tenggorokan. Hal ini dikarenakan stres dapat

(40)

3. Sering merasakan sakit di daerah persendian dan tulang tanpa sebab yang jelas, juga tulang

belakang. Penderita enggan untuk memeriksa keadaan kesehatannya ketika mengalami

keadaan seperti ini.

4. Sakit kepala dan sering migrain. 5. Mudah merasa kelelahan.

6. Susah tidur, selalu bermimpi buruk, cenderung bangun lebih awal, dan bangun tidur akan

merasakan lebih lelah dibandingkan dengan pada saat akan tidur.

7. Cenderung teringat akan peristiwa yang sudah dialami. Misalnya: Korban tidak bisa melupakan wajah dari pelaku yang pernah menyerangnya.

8. Mengalami sindrom iritasi perut yang cukup parah.

9. Tidak bisa konsentrasi terhadap sesuatu dan untuk waktu yang lama.

10.Lebih sering berkeringat, gemetar, menggigil,

berdebar-debar, dan panik.

11.Menjadi orang yang sangat waspada, akan tetapi

(41)

12.Menjadi terlalu sensitif, lemah, terisolasi, pendiam, dan menarik diri dari pergaulan.

c. Dampak Bagi Penonton Bullying

Menurut Coloroso (2007), penonton bullying yang memiliki keterlibatan aktif dalam mendukung pelaku bullying

akan menambah penderitaan dan perasaan tertekan bagi

korban. Bahkan, penonton yang hanya melihat tanpa melakukan apapun mereka memiliki konsekuensi dan

dampak tersendiri. Adapun dampak yang bisa muncul dalam diri penonton bullying antara lain:

1. Menjadi tidak peka terhadap kekejaman yang terjadi di sekelilingnya.

2. Dapat mengintimidasi pelaku agar melakukan

tindakan bullying. Hal ini terjadi karena mereka menganggap pelaku sebagai model yang

populer, kuat, dan berani.

3. Sulit mengembangkan perasaan empati, belas kasih, dan susah menempatkan diri pada sudut

pandang orang lain.

4. Tumbuh menjadi pribadi yang apatis.

5. Berpotensi menjadi pelaku bullying. Penonton

(42)

tidak ada perilaku bullying yang terjadi di lingkungannya. Hal ini yang mendasari bahwa

penonton bullying berpotensi pula menjadi pelaku bullying.

6. Dapat berpotensi pula menjadi sasaran bullying

selanjutnya. Penonton bullying memiliki kecenderungan untuk di-bully oleh orang-orang

di lingkungannya yang tidak menyukai sifat suka mengintimidasi yang dimiliki penonton

bullying.

C. Program Sekolah dalam Mengatasi Bullying 1. Latar Belakang Program

Adanya beberapa kasus bullying dalam media masa dewasa ini

membuat sekolah merasa bertanggung jawab untuk segera menjauhkan peserta didik dari ancaman tindakan bullying. Berdasarkan penelitian

yang telah dilakukan oleh Hardika (2009), SMA Kolese De Britto merupakan salah satu sekolah yang terdapat tindakan bullying. Di samping itu, sekolah tersebut merupakan sekolah homogen laki-laki,

sehingga memiliki potensi tinggi terjadinya perilaku bullying di dalamnya.

(43)

sebelumnya bahwa masih banyak kasus tindakan bullying terutama di lingkungan sekolah. Bukan tanpa alasan, pihak sekolah SMA Kolese

De Britto memberi perhatian lebih terhadap perkembangan pribadi peserta didiknya, terutama dalam mempersiapkan diri menghadapi

tantangan global. Para siswa menjadi pribadi – pribadi yang mampu menyesuaikan diri dalam lingkungan masyarakat (dalam Student

Handbook JB, 2013). Dalam hal ini, sekolah menitikberatkan perhatian kepada isu bullying yang terjadi di lingkungan sekolah.

Program tersebut disusun oleh tim Guru Bimbingan Konseling

sekolah. Tujuan umum dari program ini tentunya untuk mengurangi kecenderungan bullying siswa di sekolah, terutama di lingkungan kelas.

Tujuan khususnya adalah memberikan pemahaman tentang perilaku

bullying kepada siswa, meliputi bentuk-bentuk tindakan bullying serta dampak-dampak yang akan terjadi akibat tindakan bullying. Dengan

memahami hal tersebut, para siswa diharapkan untuk tidak melakukan

bullying (bagi yang belum pernah melakukan) ataupun mengurangi

bahkan menghilangkan perilakunya (bagi yang sudah pernah melakukan).

2. Pelaksanaan dan Peran Program dalam Mengurangi Perilaku Bullying

(44)

menyerupai salah satu program yang dikemukakan oleh Gini (2004) dengan pendekatan kelas (Class-group level approach). Program yang

juga bertujuan untuk mengatasi bullying tersebut menekankan aktivitas-aktivitas kelompok di kelas. Beberapa aktivitas tersebut diantaranya:

Problem solving, stories, role-play, discussion, game, dan lecture. Akan tetapi, program yang dilakukan oleh sekolah hanya mengadopsi beberapa metode yang dilakukan, yaitu stories & problem solving (yang

disebut sebagai case study), role play (yang disebut sebagai dramatic

presentation), dan discussion. Program yang dilakukan sekolah tidak menggunakan aktivitas game dan lecture (ceramah).

a. Case Study (Studi kasus tindakan bullying)

Metode ini merupakan metode awal dari program. Para siswa dalam satu kelas diarahkan untuk membentuk kelompok

kecil kemudian masing-masing kelompok disuguhi satu ilustrasi peristiwa bullying dalam bentuk tulisan. Peristiwa

tersebut disesuaikan dengan keadaan nyata yang besar kemungkinan untuk terjadi di lingkungan sekolah. Tugas mereka adalah memahami apa yang terjadi dalam peristiwa

tersebut dan mengutarakan pendapat masing – masing dalam kelompok. Tujuan dari metode ini adalah mengarahkan pola

(45)

Peran dari metode ini adalah mengajak siswa untuk mengenali serta mempelajari situasi yang mungkin belum

pernah mereka temui sebelumnya. Dengan mempelajari secara lebih mendalam, siswa juga dapat mengerti peran-peran yang

ada dalam contoh kasus, meliputi pelaku, korban, serta penonton

bullying.

Cara yang digunakan dalam metode ini adalah peserta

diarahkan untuk melakukan sedikit brainstorming dengan anggota kelompok. Brainstorming yang dimaksud adalah

pencarian strategi untuk memecahkan masalah yang ada (Isaksen & Gaulin, 2005; Maer, 1992; Osborn, 1963; Schunk,

2012). Seseorang akan semakin berhasil dalam brainstorming

apabila ia telah mengenal dan mempelajari masalah secara lebih mendalam, karena solusi-solusi akan lebih banyak

muncul karena pengalaman (Schunk, 2012).

b. Dramatic Presentation (Berperan dalam situasi bullying

terjadi)

Setelah metode studi kasus selesai, langkah selanjutnya

adalah penggunaan metode Dramatic Presentation. Setiap kelompok diberi tugas untuk memperagakan peristiwa yang

(46)

menyesuaikan anggota kelompok, dan sebagainya), akan tetapi tidak menghilangkan esensi yang penting dalam cerita

tersebut. Setiap kelompok bergantian untuk menjadi peraga dan menjadi penonton. Tujuan dari metode ini adalah

mengajak siswa untuk berperan langsung sebagai individu atau kelompok dalam situasi terjadinya bullying. Bagi penonton adegan, metode ini memberikan gambaran secara langsung

tentang proses terjadinya bullying. Dengan demikian, pengetahuan siswa mengenai bullying semakin luas.

Bagian ini merupakan bagian terpenting dari program, karena secara langsung merupakan penerapan dari Teori

Kognitif Sosial, di mana sesorang dapat belajar dari pengamatannya terhadap lingkungan. Tujuan dari kegiatan tersebut adalah membuat penonton melihat secara langsung

peristiwa yang terjadi, membangkitkan emosi, sehingga timbul perasaan empati terhadap peran yang dimodelkan (Rae, 2009).

Fieldman & Jones (2000) menyatakan bahwa dengan

Dramatic Presentation, peserta juga dapat menggali refleksi pribadi berkaitan dengan peristiwa yang diperankan. Dramatic

Presentation juga disebut sebagai role-playing activities. Menurut Sharp & Smith (1994), role-playing activities

(47)

melihat peristiwa secara langsung, peserta juga dapat mempelajari tentang bagaimana menghadapi situasi serupa.

c. Discussion (Diskusi mengenai kegiatan yang telah dilakukan)

Metode ini merupakan langkah ke tiga dari program. Setelah metode Dramatic Presentation selesai, para siswa diajak untuk berdiskusi mengenai kegiatan yang telah

dilakukan. Mulai dari tahap studi kasus, hingga presentasi drama. Metode ini dilakukan secara santai antara guru dan para

siswa. Awalnya guru mempersilahkan siswa untuk menyampaikan perasaannya terkait kegiatan yang telah

dilakukan, khususnya terhadap situasi terjadinya bullying. Setelah dirasa cukup, guru memberikan penjelasan secara menyeluruh tentang apa sebenarnya kegiatan tersebut. Selain

itu, guru juga memberikan penjelasan – penjelasan tambahan tentang pengetahuan terhadap bullying, meliputi hukuman –

hukuman yang akan diterima sebagai pelaku, potensi – potensi lain apabila bullying tetap dipertahankan, dan lain sebagainya. Tujuan dari metode ini adalah memberikan kesimpulan dari

kegiatan – kegiatan yang telah dilakukan, serta memberikan arahan yang tepat terhadap pemahaman siswa mengenai

(48)

Pentingnya diskusi adalah mengajak murid untuk merefleksikan dan berbagi tanggapan tentang kegiatan yang

telah dilakukan (case study & dramatic presentation). Hal ini penting karena peserta tidak hanya disajikan satu peristiwa

dalam kelompok, akan tetapi mereka juga akan mengetahui berbagai peristiwa dari kelompok yang berbeda. Di samping itu, diskusi juga dilakukan untuk bersama-sama mencari

alternatif langkah dalam merespon peristiwa serupa, sehingga menghasilkan keadaan yang lebih positif (Rae, 2009).

Fieldman & Jones (2000) menambahkan bahwa diskusi yang dilakukan dapat menambah kemampuan pemecahan masalah,

mengembangkan atau menumbuhkan perasaan empati dan menambah pengalaman bagi peserta.

D. Belajar sebagai Proses Perubahan Perilaku 1. Belajar

a. Definisi Belajar

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata belajar memiliki arti usaha yang dilakukan untuk memperoleh ilmu atau

kepandaian (Tim Penyusun KBBI, 2011). Beberapa ahli juga menyampaiakan pendapat mereka tentang definisi dari belajar.

(49)

hubungan antara respon – respon dan stimulus - stimulus. Hal ini sejalan dengan pendapat Djamarah, (2011) bahwa belajar merupakan

usaha sadar dari individu secara jiwa maupun raga untuk memperoleh suatu kesan dari apa yang dilakukan sebagai interaksi

dengan lingkungannya. Di samping itu, belajar juga merupakan interaksi atau pengalaman dengan lingkungan yang menyebabkan adanya perubahan pengetahuan maupun perilaku secara permanen

(Woolfolk, 2013). Woolfolk menambahkan bahwa belajar tidak hanya dilakukan di sekolah, melainkan dapat dilakukan di manapun

sepanjang rentang kehidupan.

Perubahan pengetahuan dan perilaku pada individu dapat

diukur berdasarkan pengamatan yang dilakukan. Hasil dari belajar dapat diukur berdasarkan perubahan dalam perilaku (Hergenhahn & Olson, 2008). Hasil dari belajar tersebut dapat dilihat atau

diterjemahkan dalam perilaku atau tindakan yang dapat diamati (Woolfolk, 2013). Perubahan yang dimaksud adalah perubahan yang

bersifat kualitatif, atau perubahan yang berkaitan dengan mutu (Djamarah, 2011). Pendapat tersebut memberikan kesimpulan bahwa perubahan yang terjadi secara fisik akibat kecelakaan, obat-obatan,

dsb bukanlah hasil dari belajar. Begitu pula dengan berubahnya keadaan fisik individu karena kelelahan bukanlah suatu perubahan

(50)

Hasil dari belajar tidak semuanya dapat diukur hanya dengan pengamatan dari perilaku semata. Perlu diingat bahwa belajar bukan

hanya mengubah perilaku, akan tetapi juga dapat mengubah pengetahuan (ranah kognitif). Hasil dari belajar juga dapat

merupakan perubahan cara berpikir, kemampuan mengingat, dan pemecahan masalah (Schwartz, Wasserman, & Robbins, 2002; dalam Woolfolk, 2013). Hal ini memberikan penjelasan bahwa

pengamatan terhadap perilaku individu, bukanlah satu-satunya cara dalam mengukur hasil belajar.

Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa belajar merupakan usaha dari individu dalam interaksinya dengan

lingkungan, sehingga terjadi perubahan–perubahan pengetahuan maupun perilaku karena adanya kesan–kesan baru. Hasil dari belajar dapat diukur, salah satunya dengan mengamati perilaku yang muncul

pada individu.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Proses belajar tidak semata-mata berlangsung dengan lancar. Beberapa faktor dapat mempengaruhi proses belajar. Faktor-faktor

(51)

1. Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor yang

mempengaruhi proses belajar dan berasal dari diri sendiri. Faktor internal dibagi menjadi dua, faktor

jasmaniah dan faktor psikologis. Faktor jasmaniah seperti kesehatan dan cacat tubuh akan menjadi pengaruh dalam proses penerimaan stumulus, begitu pula dalam

meresponnya. Salah satu contohnya adalah kesehatan tubuh yang lemah akan mempengaruhi kualitas kognitif

(ranah cipta), sehingga hal-hal yang dipelajari tidak akan maksimal (Syah, 2003).

Selain itu, faktor psikologis, meliputi motivasi, inteligensi, perhatian, minat, bakat, kematangan, dan kelelahan. Dalam segi motivasi, misalnya. Motivasi

merupakan suatu perubahan energi yang terjadi pada diri seseorang yang bertujuan untuk mencapai tujuan tertentu

(Djamarah, 2012). Dalam hal ini, Hamalik (1992) menambahkan bahwa perubahan energi tersebut tampak pada tindakan seseorang yang berupaya sekuat tenaga

untuk mencapai apa yang dia inginkan. Dengan demikian, motivasi merupakan salah satu faktor yang

(52)

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor yang bersal dari

luar diri. Faktor-faktor tersebut dibagi dalam tiga bagian, yaitu faktor keluarga, sekolah, dan lingkungan

masyarakat (Slameto, 2010).

Beberapa contoh faktor keluarga adalah gaya pengasuhan dari orang tua dan relasi dengan anggota

keluarga. Para ahli mengatakan bahwa keluarga merupakan tempat pertama dalam proses sosialisasi

(termasuk belajar) dari suatu individu. Seorang anak merapkan apa yang ia dapat dari keluarga ke dalam

lingkungan sosial yang lebih luas, termasuk dalam proses belajar. Selain itu, relasi dengan anggota keluarga akan memberikan dukungan maupun hambatan kepada

individu.

Selanjutnya adalah faktor sekolah. Faktor ini dapat

disebut juga sebagai lingkungan tempat belajar (karena belajar tidak selalu di sekolah). Dalam lingkungan tersebut, juga terdapat hal-hal yang harus diperhatikan

agar mendukung dan bukan menjadi hambatan dalam proses belajar. Hal-hal yang dimaksud antara lain:

(53)

Faktor eksternal yang terakhir adalah faktor lingkungan masyarakat atau dapat disebut juga

lingkungan di mana pelajar tinggal. Sebagai contoh adalah teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat

(Slameto, 2010). Interaksi yang dibangun oleh seseorang dengan lingkungan akan memberikan berbagai pengaruh tertentu. Hal ini tentu akan memberikan pengaruh pula

terhadap proses belajar yang sedang dijalani.

2. Perubahan Perilaku

Pada hakikatnya, belajar merupakan suatu perubahan. Perubahan

yang dimaksud adalah perubahan pada unsur kejiwaan yang mempengaruhi perilaku. Individu yang perilakunya berubah akibat adanya kesan atau pengalaman baru karena interaksinya dengan

lingkungan merupakan individu yang sudah belajar (Djamarah, 2011). Dalam hal ini, hasil pembelajaran yang dicapai dapat disesuaikan dengan

perubahan yang dikehendaki, antara lain: a. Perubahan Terjadi Secara Sadar

Perubahan ini berarti bahwa individu merasakan

adanya perubahan setelah melakukan pembelajaran. Misalnya, seseorang merasa pengetahuannya bertambah

(54)

b. Perubahan dalam Belajar Bersifat Fungsional

Perubahan ini merupakan perubahan dari hasil belajar

yang akan menyebabkan adanya perubahan-perubahan lainnya. Sebagai contoh, seseorang yang belajar bicara.

Setelah pandai, ia akan belajar untuk bercerita bahkan berpidato.

c. Perubahan dalam Belajar Bersifat Positif dan Aktif

Perubahan ini merupakan perubahan yang diusahakan untuk memperoleh sesuatu yang baik dari sebelumnya.

Dengan demikian, semakin banyak usaha untuk belajar, maka semakin meningkatlah perubahan yang diharapkan.

d. Perubahan dalam Belajar Bertujuan dan Terarah

Hal ini berarti bahwa dalam melakukan usaha belajar, seseorang sudah menghendaki perubahan yang terjadi ke

depannya. Perubahan tersebut sudah terarah dan disadari oleh individu yang melakukan proses belajar.

e. Perubahan Mencakup Seluruh Aspek Tingkah Laku

Perubahan ini merupakan perubahan yang meliputi seluruh aspek individu. Artinya, dalam belajar sesuatu, maka

seseorang tidak hanya mengalami perubahan ada satu hal, akan tetapi hal-hal lain yang berkaitan dengan apa yang

(55)

mengerti tentang cara kerja motor, peraturan lalu lintas, cara merawat motor, dan lain sebagainya.

Dalam perubahan perilaku, penting untuk mempertimbangkan teori-teori yang digunakan di dalamnya. Teori merupakan serangkaian

prinsip yang secara ilmiah dapat diterima dan ditawarkan untuk menjelaskan suatu fenomena (Schunk, 2012). Dalam program ini, teori yang digunakan adalah Teori Kognitif Sosial Bandura. Menurut Schunk,

teori ini beranggapan bahwa pembelajaran manusia terjadi dalam lingkungan social. Schunk juga menambahkan bahwa teori ini

memberikan kesimpulan bahwa seseorang dapat belajar hal-hal baru dari pengamatannya terhadap orang lain. Dengan menjadi pengamat,

seseorang dapat memperoleh pengetahuan, aturan-aturan, strategi-strategi, keterampilan, sikap, dan lain-lain. Dalam proses tersebut, seseorang nantinya dapat mempelajari perilaku-perilaku yang

dimodelkan, untuk kemudian diterapkan sesuai dengan keyakinan dan hasil yang diharapkan dari peristiwa serupa.

E. Efektivitas Program Anti Bullying dalam Mengurangi Perilaku Bullying di SMA Kolese De Britto Yogyakarta

Perilaku bullying merupakan suatu fenomena yang terjadi di masyarakat, khususnya pada remaja. Dampak dari bullying itu sendiri terbukti

(56)

sebagai pelaku, korban, maupun penonton bullying. Remaja cenderung mendapat pengaruh yang lebih besar dari teman sebaya dalam berperilaku.

Terdapat penelitian yang memberikan bukti bahwa remaja laki-laki memiliki potensi yang tinggi untuk terlibat dalam praktik bullying daripada

remaja perempuan. Di samping itu, sekolah merupakan tempat di mana praktik bullying dilakukan. Di sekolah, remaja mengalami proses sosialisasi terutama dengan teman sebaya. Mereka seakan memiliki area di mana mereka

dapat berekspresi sesuai dengan keinginannya. Terlebih pada remaja di sekolah homogen. Di sekolah homogen, para siswa lebih mendapatkan

kebebasan untuk bertingkah laku tanpa mempedulikan adanya lawan jenis. Dengan demikian, perilaku remaja berpotensi mengarah pada kekerasan yang

dikenal dengan nama bullying.

Menyikapi hal ini, sekolah-sekolah khususnya sekolah homogen laki-laki dirasa perlu untuk memperhatikan perilaku para siswa agar tidak

terjerumus dalam praktik bullying. Suatu program diperlukan dengan tujuan mencegah maupun menanggulangi adanya perilaku bullying di sekolah.

Program tersebut diperlukan agar lingkungan sekolah yang bertujuan untuk membantu siswa berkembang akan tetap berada pada jalurnya, bukan justru menciptakan keadaan yang menjerumuskan para siswa dengan adanya

perilaku bullying.

SMA Kolese De Britto merupakan sekolah homogen laki-laki yang

(57)

bullying. Program Anti Bullying yang dimiliki sekolah bertujuan untuk merubah perilaku siswa secara positif dan aktif serta mencakup seluruh aspek

tingkah laku. Akan tetapi, perlu dilakukan pengukuran terhadap program tersebut mengenai keberhasilan dan kesesuaian dengan tujuan dari program

itu sendiri. Penelitian ini dilakukan agar pihak sekolah mengetahui apakah program yang dilakukan sudah sesuai dengan tujuan, atau justru sebaliknya.

Program yang dilakukan meliputi beberapa langkah-langkah tertentu.

Hal ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan hingga pada akhirnya dapat mengurangi kecenderungan bullying pada siswa. Program ini juga

menggunakan beberapa metode yaitu: a) Case Study, b) Dramatic Presentation, dan c) Discussion. Bukan tanpa alasan, penggunaan metode ini

memiliki peran masing-masing dan saling mendukung dalam penyampaian materi dari guru kepada para siswa.

F. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan perilaku

antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Perilaku bullying

kelompok yang diberikan program (kelompok eksperimen) akan berkurang secara signifikan dibandingkan dengan kelompok yang tidak diberikan

(58)
(59)

38

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan kuasi eksperimen yang digunakan untuk melihat tingkat efektivitas Program Anti Bullying dengan metode case

study, dramatic presentation, dan discussion terhadap perilaku bullying yang terjadi. Jenis penelitian kuasi eksperimen ini memiliki karakteristik sebagai berikut (Seniati, Yulianto, & Setiadi, 2005):

1. Penelitian dilakukan dengan memberikan perlakuan atau mengkondisikan situasi/kejadian yang berbeda (manipulasi) kepada

subjek penelitian. Bentuk perlakuan dalam penelitian ini adalah Program Anti Bullying kepada kelompok eksperimen dalam waktu tertentu.

2. Dilakukannya kontrol terhadap variabel-variabel yang dapat mempengaruhi variabel yang akan diukur. Kontrol yang dilakukan

dalam penelitian ini dilakukan pada variabel-variabel di luar program yang dapat mempengaruhi perilaku bullying.

3. Tidak dilakukannya randomisasi dalam meneliti hubungan

sebab-akibat. Hal ini tampak dari pemilihan subjek dengan metode

purposive sampling. Pemilihan subjek ini disesuaikan dengan

(60)

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Kolese De Britto

Yogyakarta. Subjek yang digunakan adalah siswa dari kelas XI IPS-2 yang berjumlah 33 orang dan siswa dari kelas XI IPS-3 yang juga berjumlah 33

orang. Sehingga total subjek penelitian ini adalah 66 orang.

Penelitian ini membagi subjek dalam kelompok kelas yang diberi perlakuan dan kelompok kelas yang tidak diberi perlakuan. Dalam penelitian

ini, kelompok kelas yang diberi perlakuan (kelompok eksperimen) adalah kelas XI IPS-3 dan kelompok kelas yang tidak diberi perlakuan (kelompok

kontrol) adalah kelas XI IPS-2.

Pemilihan subjek ini sesuai dengan rekomendasi guru bahwa

kelas-kelas tersebut merupakan tempat yang sering terdapat perilaku bullying.

C. Identifikasi Variabel

Penelitian ini menggunakan tiga variabel, yaitu variabel bebas, variabel tergantung, dan variabel kontrol. Variabel bebas merupakan aspek

lingkungan yang diteliti secara empiris dengan tujuan untuk mengetahui apakah memiliki pengaruh terhadap suatu perilaku (Purwanto, 2008). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah program anti bullying.

Sedangkan variabel yang kedua adalah variabel tergantung. Menurut Purwanto, variabel tergantung merupakan respon yang diukur atau diteliti

(61)

Variabel yang terakhir adalah variabel kontrol. Variabel kontrol adalah variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi variabel tergantung.

Hal ini sesuai dengan prinsip penelitian eksperimen bahwa peneliti harus meminimalisir variabel-variabel selain variabel bebas yang dapat

mempengaruhi variabel tergantung (Seniati dkk. 2005). Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah usia, tingkat pendidikan, dan program studi.

D. Definisi Operasional 1. Variabel Bebas

Program anti bullying merupakan tindakan yang dilakukan oleh pihak sekolah sebagai usaha untuk mengurangi perilaku bullying yang

terjadi di lingkungan sekolah. Program yang dilakukan menggunakan tiga metode yaitu: a) Case Study, b) Dramatic Presentation, dan c)

Discussion. Metode-metode tersebut juga merupakan langkah dari awal hingga akhir dan masing-masing langkah berhubungan dalam pelaksanaan program.

2. Variabel Tergantung

Penelitian ini mengukur perilaku bullying. Data yang diperoleh

dibagi menjadi tiga bagian sesuai dengan karakter yang berperan dalam proses bullying. Skala disusun untuk mengetahui perilaku bullying

(62)

maupun sifat-sifat yang dimiliki oleh subjek sebagai pelaku, korban, dan penonton bullying.

3. Variabel Kontrol/Variabel Ekstra

Dalam penelitian ini, peneliti berusaha untuk mengendalikan variabel-variabel yang dianggap dapat mempengaruhi perilaku bullying

sebagai variabel tergantung pada pelaksanaan perlakuan.

Variabel-variabel itu diantaranya: a. Usia

Penelitian ini dilakukan terhadap subjek yang sedang dalam masa remaja. Pemilihan subjek tersebut

tentunya tidak dilakukan secara random karena disesuaikan dengan para siswa yang memiliki usia setara. Hal ini dilakukan agar data yang diperoleh hanya berdasarkan

sample dengan batasan usia tertentu, dan tidak berlaku pada usia di luar batasan tersebut. Selain itu, masing-masing

siswa yang sedang berada dalam masa yang sama (remaja) akan cenderung memberikan respon yang sama pula terhadap kecenderungan bullying sebagai variabel

tergantung dalam penelitian. b. Tingkat Pendidikan

(63)

memiliki kecenderungan berbeda dalam melakukan tindakan bullying, dan siswa kelas XI memiliki

kecenderungan yang paling tinggi. Siswa kelas X cenderung masih memiliki ketakutan-ketakutan karena mereka adalah

warga baru di lingkungan sekolah. Siswa kelas XI cenderung mulai memiliki keberanian untuk berperilaku dibandingkan pada waktu kelas X. Sedangkan para siswa

kelas XII cenderung membatasi hubungan mereka dengan siswa kelas X dan XII karena memiliki perhatian khusus

terhadap ujian akhir (Phytria, 2008). Dengan demikian, subjek dari penelitian ini akan memberikan respon

kecenderungan bullying yang sama pula. c. Program Studi

Pada bagian ini, yang dimaksud dengan program

studi adalah fokus pelajaran yang dipilih oleh siswa. Di SMA Kolese De Britto, siswa diwajibkan untuk memilih

program studi ketika naik kelas XI. Program studi yang ditawarkan adalah IPA, IPS, dan Bahasa. Pelajaran serta guru-guru yang mengajar pun tidak sama antar program

studi. Hal ini membuat perbedaan aktivitas siswa pada masing-masing program studi, terlebih pada bagaimana

(64)

studi IPS agar setiap siswa (subjek) memberikan respon kecenderungan bullying yang sama.

E. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah non-randomized pretest-posttest control group design. Desain ini dilakukan dengan pengukuran sebagai pre-test (O1) sebelum perlakuan (X) diberikan dan

post-test (O2) sesudah perlakuan pada kelompok eksperimen. Pengukuran yang sama dilakukan juga terhadap kelompok kontrol atau kelompok yang tidak

diberikan perlakuan (-X).

Skema Desain Penelitian

Pre-test Perlakuan Post-test

Kelompok Eksperimen O1 X O2

dibandingkan

Kelompok Kontrol O1 -X O2

F. Prosedur Penelitian

1. Peneliti membuat skala kecenderungan perilaku bullying dengan menggunakan metode rating yang dijumlahkan atau sumatted rating /

Likert.

2. Peneliti melakukan Pre-test dengan memberikan skala pengukuran kecenderungan perilaku bullying kepada subjek penelitian. Pre-test

merupakan pengumpulan data mengenai tingkat kecenderungan perilaku

(65)

Pre-test yang dilakukan sekaligus digunakan untuk uji coba aitem, agar aitem yang digunakan merupakan aitem yang sahih dan menghasilkan data

yang reliabel. Selain itu, data hasil pre-test juga digunakan untuk mengidentifikasi homogenitas dari kelompok subjek penelitian.

Homogenitas yang dimaksud adalah kesamaan varian subjek antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dengan demikian, data

pre-test yang digunakan adalah total skor dari aitem yang sudah diuji kesahihan dan reliabilitasnya.

3. Peneliti menentukan kelompok kelas yang akan diberikan perlakuan

(program) dan kelompok kelas yang tidak diberikan perlakuan.

4. Peneliti memberikan waktu kepada pihak sekolah untuk melaksanakan

Program Anti Bullying terhadap kelas yang sudah ditentukan. Waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan program tersebut adalah tiga kali pertemuan dengan jarak tiap pertemuan adalah satu minggu. Durasi yang

dibutuhkan setiap pertemuan adalah 45 menit.

5. Peneliti memberikan post-test kepada kedua kelas. Post-test merupakan

pengumpulan data kecenderungan perilaku bullying setelah dilakukannya perlakuan.

6. Peneliti melakukan uji hipotesis dengan menganalisa data yang telah

terkumpul dari kedua kelompok kelas dengan membandingkan data kelompok kelas yang diberi perlakuan dan kelompok kelas yang tidak

diberi perlakuan.

(66)

G. Alat Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, pengumpulan data menggunakan skala

psikologis untuk mengukur kecenderungan perilaku bullying yang dibuat berdasarkan metode skala Likert (Azwar, 2004). Pernyataan dalam skala

tersebut disusun oleh peneliti berdasarkan jenis-jenis perilaku bullying

menurut Riauskina dkk. (2005), yaitu Kontak fisik langsung, kontak verbal langsung, perilaku non verbal langsung, perilaku non verbal tidak langsung

dan pelecehan seksual.

Berdasarkan teori yang diungkapkan oleh Yayasan Sejiwa (2008),

bullying merupakan situasi dimana terdapat tiga karakter yang berperan, yaitu pelaku bullying, korban bullying, dan penonton bullying. Dengan demikan,

data yang dikumpulkan juga berupa data yang mengenai pelaku, korban, dan penonton bullying.

Cara mengidentifikasi tiap karakter yang berperan dalam peristiwa

bullying adalah dengan membedakan sudut pandang subjek terhadap pernyataan-pernyataan dalam skala. Selain itu juga ditambahkan sampel

Gambar

Tabel 1:
Tabel 2: Data Subjek Penelitian
Tabel 3:  yang Digunakan dalam Penelitian
Tabel 4. Skor Total Kecenderungan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Tabel 6.29, dapat diketahui bahwa pegawai trans Jogja tersebut telah menganggap bahwa semua kegiatan operasional yang tercantum dalam persyaratan teknik telah

diperoleh oleh investor untuk setiap lembar saham biasa yang mereka miliki, semakin tinggi nilai EPS , menunjukkan bahwa perusahaan tersebut mampu memberikan tingkat

Upaya-upaya partai Australia untuk mendukung tingkat partisipasi politik perempuan sebenarnya cukup baik, beberapa partai telah memberlakukan pemberian kuota dalam pemilihan untuk

Menyetujui untuk membagikan dan mengeluarkan saham bonus yang berasal dari Agio Sahamdengan ketentuan setiap pemegang 4 (empat) saham lama dengan nilai nominal Rp 1.000,- akan

Berhubung dengan meningkatnya harga sejak tahun 1950 maka tarip-tarip pos (porto dan bea) untuk dalam negeri, mulai tanggal 1 Pebruari 1951 diubah dengan keluarnya

1) Dari segi mata pencaharian, nelayan adalah masyarakat yang segala aktivitasnya berkaitan dengan lingkungan laut dan pesisir, atau mereka yang menjadikan perikanan

Selain prasasti, ditemukan pula berita dari luar negeri tentang Tarumanegara, yaitu dari catatan seorang musafir Cina yang bernama Fa-Hien, yang berasal dari hasil perjalanannya

Kementan, Kemenperin, Kemendag, Kemen LHK, Pemprov, Pemkab, dan/atau Masyarakat.. Kawasan Perkotaan Sukorejo, Kabupaten Kendal. a. Penyusunan