EFEKTIVITAS PROGRAM ANTI BULLYING
DALAM MENGURANGI PERILAKU BULLYING
DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) KOLESE DE BRITTO YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun oleh: Albertus Pandu Aditya
NIM : 099114089
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
HALAMAN MOTTO
jangan pernah berharap untuk
menemukan kebahagiaan, karena
kebahagiaan itu kita ciptakan sendiri..
-Radit & Jani-
“di atas langit masih ada langit.. tetaplah rendah hati”
-NN-“selesaikanlah apa yang sudah kau mulai,
sebisa mungkin jangan berhenti di tengah
jalan”
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan segala kerendahan hati, karya ini kupersembahkan untuk:
Sang Pencipta yang sungguh luar biasa dalam rencana-rencanaNYA. Segala lindungan dan bimbingan dalam
menjalani kehidupan yang sementara ini.
Santo Pelindung yang selalu ada mendampingi dalam pahit manis jalan kehidupan ini. Dalam membimbing
saat menghadapi godaan-godaan duniawi.
Orang tua dan keluargaku yang sangat aku cintai. Pak Gito, Bu Endang, Dik Detta, Alm. Mas Bejo (walaupun aku tidak pernah melihatmu), aku yakin bahwa kalian
hanya ingin melihatku bahagia dan meraih cita-cita. Aku cinta kalian. Kalian akan selalu ada di hatiku.
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian dari karya orang lain, kecuali yang telah
disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 18 Juni 2014
Penulis
vii
EFEKTIVITAS PROGRAM ANTI BULLYING
DALAM MENGURANGI PERILAKU BULLYING
DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) KOLESE DE BRITTO YOGYAKARTA
Studi Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Albertus Pandu Aditya
ABSTRAK
Penelitian kuasi eksperimen ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari program sekolah dalam mengurangi perilaku bullying pada siswa SMA Kolese De Britto Yogyakarta. Desain penelitian yang digunakan adalah non-randomized pretest-posttest control group design. Subjek penelitian adalah 33 siswa kelas XI IPS-3 sebagai kelompok eksperimen dan 33 siswa kelas XI IPS-2 sebagai kelompok kontrol. Subjek penelitian dipilih melalui proses purposive sampling. Kelompok eksperimen mendapatkan Program Anti Bullying dengan metode: a) Case Study, b) Dramatic Presentation, dan c) Discussion, sedangkan kelompok kontrol tidak. Perilaku bullying diketahui dengan melihat apakah masih terdapat tindakan bullying pada siswa di lingkungan sekolah. Tindakan bullying diukur dengan skala yang menunjukkan tingkat pelaku, korban, dan penonton bullying pada masing-masing kelompok. Penelitian ini menggunakan teknik analisis independent sample t-test untuk gain score. Hasil analisis menunjukkan uji t pada gain score memiliki nilai t sebesar 0,527 dengan dengan p= 0,600 (p>0,05). Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa gain score kedua kelompok tidak mengalami perbedaan. Meskipun demikian, skor rata-rata kedua kelompok mengalami penurunan. Kelompok eksperimen mengalami penurunan skor yang lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol. Di samping itu, gain score yang dimiliki masing-masing subjek pada tiap kelas menunjukkan perbedaan yang signifikan. Hasil tersebut memberikan kesimpulan bahwa pemberian Program Anti Bullying dianggap kurang efektif untuk mengurangi perilaku bullying siswa. Meskipun rata-rata perilaku bullying menurun, program tersebut tidak secara merata memberikan efek positif bagi siswa.
viii
EFFECTIVENESS OF ANTI-BULLYING PROGRAM TO REDUCE BULLYING
IN DE BRITTO COLLEGE YOGYAKARTA
Study of Psychology in Sanata Dharma University
Albertus Pandu Aditya
ABSTRACT
This quasi experimental research aimed to find out the influence of Anti-Bullying
Program to reduce student’s bullying in De Britto College Yogyakarta. This study used
non-randomized pretest-posttest control group design. Subjects were 33 students of class XI S-3 as the experiment group, and 33 students of class XI S-2 as the control group. Subjects were selected through purposive sampling process. Experiment group was given the anti-bullying program with methods: a) Case Study, b) Dramatic Presentation, and c) Discussion, while the control group was not given. Bullying tendencies are known by looking at level of bullying in students behavior at school. Level of bullying measured by a scale that indicate a level of perpetratos, victims, and spectators bullying in each group. This study used independent sample t-test analysis for gain scores. The result of data analysis shows that the t-test on gain score has t score of 0,527 with p= 0,600 (p> 0,05). The calculation result shows gain scores in experimental group and control group are not different. However, score mean of both groups are decreased. Eksperimental group decreased more than control group. Besides, scores from each subject in each group are significantly different. The result concludes that Anti-Bullying Program assumed less effectively to reduce student’s bullying. Though the averages bullying are decreased, the program does not equally give positive effect for each student.
ix
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Nama : Albertus Pandu Aditya
Nomor Mahasiswa : 099114089
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
Efektivitas Program Anti Bullying dalam Mengurangi Perilaku Bullying
di Sekolah Menengah Atas (SMA) Kolese De Britto Yogyakarta
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 18 Juni 2014
Yang menyatakan,
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih-Nya yang telah menyertai penulis selama proses penulisan skripsi dari
awal hingga selesai. Skripsi ini ditulis untuk memenuhi kewajiban memperoleh gelas sarjana dari Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Skripsi ini disusun atas dasar kepedulian penulis terhadap nasib remaja yang
berpotensi terkena dampak dari fenomena bullying khususnya yang terjadi di lingkungan sekolah. Penulis menitikberatkan pada bagaimana usaha dari pihak
sekolah dalam mengatasi fenomena tersebut. Penulis menyusun sebuah penelitian untuk mengetahui efektivitas dari usaha yang dilakukan oleh sekolah. Penelitian
ini dilakukan oleh penulis dengan tujuan bahwa hasil dari penelitian ini nantinya dapat dijadikan pertimbangan pihak sekolah dalam usaha mengatasi fenomena
bullying yang ada. Di samping itu, hasil dari penelitian ini juga dapat digunakan sekolah lain sebagai contoh usaha dari pihak sekolah dalam menyikapi fenomena
bullying.
Dalam proses penulisan skripsi dari awal hingga akhir, penulis menyadari bahwa terdapat peran dari banyak pihak yang memberikan sumbangan pikiran, ide, waktu, tenaga, bimbingan, dorongan kepada penulis. Oleh karena itu,
penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Ibu Sylvia Carolina Maria Yuniati Murtisari M.Si. selaku dosen
xi
2. Bapak Dr. Tarsisius Priyo Widiyanto M.Si. selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma beserta semua staf fakultas Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan dukungan selama perkuliahan hingga selesainya skripsi ini.
3. Ibu Ratri Sunar Astuti M.Si. selaku Kaprodi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah membantu proses pengajuan judul skripsi sehingga menjadi lancar
4. Ibu Dewi Soerna Anggraeni M.Psi. selaku Wakaprodi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah membimbing selama proses kegiatan
non akademik sehingga memperkaya pengetahuan serta pengalaman dalam hal soft skill.
5. Ibu Dr. Tjipto Susana selaku dosen pembimbing akademik yang telah membantu dalam proses perkuliahan serta memberikan semangat juang untuk segera menyelesaikan tugas akhir.
6. Ibu Nanik, Mas Gandung, Mas Muji, Mas Doni, dan Pak Gik yang telah membantu proses perkuliahan hingga selesainya penulisan skripsi ini.
7. Bapak Ag. Prih Adiartanto, S.Pd., M.Ed. dan Ibu B.M. Titisari Isdwi Putranti, S.Pd. selaku Kepala Sekolah dan Guru Bimbingan Konseling SMA Kolese De Britto Yogyakarta. Terimakasih atas ijin dan dukungan yang
xii
8. Para siswa SMA Kolese De Britto khususnya kelas XI IPS 2 dan XI IPS 3 tahun ajaran 2013-2014 yang telah bersedia menjadi responden dalam
penelitian ini.
9. Kepada orang tua dan adik saya, Bapak, Ibu, serta Deta. Terimakasih atas
segala bantuan serta motivasi yang telah diberikan hingga penulisan skripsi ini dapat selesai. Maaf apabila saya terlalu lama dalam berproses.
10. Kepada teman-teman angkatan 2009, Gusbay, Yatim, Pakdhe, Gandring,
Andank, Ruthie, Cicik, Novi, Angga, Manik, Riris, Mbokdhe, Ayuk, Ovina, Ichan, Gatyo, Brian, semuanya aja! Terimakasih banyak atas pengalaman
manis maupun pahit selama kita menjalani saat-saat kuliah. Semoga kalian semua dapat segera meraih kesuksesan masing-masing.
11. Teman-teman kakak angkatan maupun adik angkatan, Utari, Engger, Vincent, Brandan, Rosari, Ella, Yutti, Dion, Vico, Bayu, Anoy, Boncel, Awang, Yuda, Boni, Ray, Sakti, Aprek, Gempol, Popo, Indro, Wahyu, Ucil,
Mondri, hingga para mas dan mbak alumni yang telah memberikan semangat dan arahan agar penulisan skripsi ini dapat terselesaikan secara
maksimal, juga kesempatan bercanda bersama untuk melepaskan segala susah hati. I love you, all!
12. Keluarga keduaku, Wake Up Tomorrow Band, Keyor, Aji, Charlotte, Japis,
Radianto, Bimo, Rosa, Keke, semua teman-teman lain yang telah membantu, Angga, Dito, Andi, Tyok, Bazra, Gusbay, dan semuanya (maaf
xiii
13. Teman-teman SEXEN, PSYNEMA, Skaphobia, Electone APAHAYO yang telah menciptakan suasana yang nyaman ketika saya mengalami kejenuhan
dalam menempuh perkuliahan maupun penulisan skripsi ini. Teruslah berkarya kawan!
14. “Terima kasih kalian barisan para mantan, dan semua yang pergi tanpa sempat aku miliki..”
15. Serta semua teman, saudara, dan musuh yang tidak dapat saya sebutkan satu
per satu. Termakasih banyak atas segala semangat, doa, dan dukungannya. Penulis menyadari bahwa penelitian ini jauh dari sempurna dan masih
terdapat banyak kesalahan. Oleh karena itu, penulis menerima segala kritik dan saran yang dapat menyempurnakan karya ilmiah ini.
Akhir kata, semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Yogyakarta, 18 Juni 2014
Penulis,
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ...ii
HALAMAN PENGESAHAN ...ii
HALAMAN MOTTO ...iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ...v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...vi
ABSTRAK ...vii
ABSTRACT ...viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ...ix
KATA PENGANTAR ...x
DAFTAR ISI ...xiv
DAFTAR TABEL ...xix
DAFTAR SKEMA ...xx
DAFTAR LAMPIRAN ...xxi
BAB I. PENDAHULUAN ...1
A. Latar Belakang Masalah ...1
B. Rumusan Masalah ...6
C. Tujuan Penelitian ...6
D. Manfaat Penelitian ...7
BAB II. LANDASAN TEORI ...8
xv
1. Pengertian remaja ...8
B. Perilaku Bullying ...9
1. Pengertian Perilaku Bullying ...9
2. Bentuk-bentuk Perilaku Bullying ...11
3. Karakteristik Pelaku, Korban, dan Penonton Bullying ...12
4. Dampak Perilaku Bullying ...16
a. Dampak Bagi Pelaku Bullying ...17
b. Dampak Bagi Korban Bullying ...18
c. Dampak Bagi Penonton Bullying ...20
C. Program Sekolah dalam Mengatasi Bullying ...21
1. Latar belakang program ...21
2. Pelaksanaan Program ...22
D. Belajar sebagai Proses Perubahan Perilaku ...27
1. Belajar ...27
a. Definisi Belajar ...27
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar ...29
2. Perubahan Perilaku ...32
E. Efektivitas Program Anti Bullying dalam mengurangi Perilaku Bullying di SMA Kolese De Britto Yogyakarta ...34
F. Hipotesis Penelitian ...36
G. Skema Penelitian ...37
BAB III. METODE PENELITIAN ...38
xvi
B. SUBJEK PENELITIAN ...39
C. IDENTIFIKASI VARIABEL ...39
D. DEFINISI OPERASIONAL ...40
1. Variabel Bebas ...40
2. Variabel Tergantung ...40
3. Variabel Kontrol ...41
a. Usia ...41
b. Tingkat Pendidikan ...41
c. Program Studi ...42
E. DESAIN PENELITIAN ...43
F. PROSEDUR PENELITIAN ...43
G. ALAT PENGUMPULAN DATA ...45
H. PENGUJIAN INSTRUMEN PENELITIAN ...47
1. Pengujian Validitas ...47
2. Pengujian Reliabilitas ...48
3. Uji Daya Beda/Daya Deskriminasi Aitem ...48
I. TEKNIK ANALISIS DATA ...49
BAB IV. PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...51
A. PERSIAPAN PENELITIAN ...51
1. Persiapan Penelitian ...51
2. Persiapan Instrumen Penelitian ...51
B. PELAKSANAAN PENELITIAN ...52
xvii
1. Subjek Penelitian ...53
2. Analisis Aitem ...53
3. Pengujian Reliabilitas ...55
4. Data skor Pre-test dan P ost-test ...55
a. Skor Total ...55
b. Skor Pelaku Bullying ...56
c. Skor Korban Bullying ...57
d. Skor Penonton Bullying ...58
D. HASIL PENELITIAN ...58
1. Hasil Uji Asumsi ...58
a. Uji Normalitas ...58
b. Uji Homogenitas ...60
2. Hasil Uji Hipotesis ...60
a. Uji Beda Gain Score Total ...61
b. Uji Beda Gain Score Pelaku Bullying ...62
c. Uji Beda Gain Score Korban Bullying ...63
d. Uji Beda Gain Score Penonton Bullying ...64
E. PEMBAHASAN ...65
BAB V. PENUTUP ...74
A. KESIMPULAN ...74
B. SARAN ...74
1. Saran Berkaitan dengan Kelanjutan Penelitian ...74
xviii
a. Saran Bagi Sekolah ...75
b. Saran Bagi Orang Tua ...76
c. Saran Bagi Siswa ...76
DAFTAR PUSTAKA ...78
xix
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Spesifikasi Skala Kecenderungan Bullying...46
Tabel 2. Data Subjek Penelitian ...53
Tabel 3. Spesifikasi Skala Kecenderungan Bullying yang digunakan dalam penelitian ...54
Tabel 4. Skor Total Kecenderungan Bullying ...55
Tabel 5. Skor Kecenderungan Pelaku Bullying...56
Tabel 6. Skor Kecenderungan Korban Bullying ...57
Tabel 7. Skor kecenderungan Penonton Bullying ...58
Tabel 8. Tabel Uji Normalitas ...59
Tabel 9. Tabel Uji Homogenitas ...60
Tabel 10. Tabel Uji Beda Gain Score Total ...61
Tabel 11. Tabel Uji Beda Gain Score Pelaku Bullying ...62
Tabel 12. Tabel Uji Beda Gain Score Korban Bullying...63
xx
DAFTAR SKEMA
xxi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A. Instrumen Pengukuran Kecenderungan Bullying ...84
Lampiran B. Petunjuk Pelaksanaan Program Anti Bullying ...95
Lampiran C. Data skor P re-test dan Post-test Kelompok Eksperimen ...101
Lampiran D. Data skor P re-test dan Post-test Kelompok Kontrol ...104
Lampiran E. Perhitungan Statistik ...107
1. Hasil Uji Reliabilitas (dari pre-test) ...108
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sekolah merupakan instansi pendidikan formal dan dipercaya oleh masyarakat sebagai tempat yang tepat untuk mendidik anak-anak. Selain untuk mendapatkan pengetahuan, masyarakat mempunyai ekspektasi bahwa
sekolah akan senantiasa membimbing serta mengarahkan para siswa dengan tepat demi masa depan yang cerah (Wiyani, 2012).
Dalam dunia pendidikan, manusia memiliki relasi dengan orang lain. Terdapat relasi antar para pendidik, antar para peserta didik, pendidik dengan
peserta didik, dan relasi antar siapapun yang menjadi elemen dari instansi pendidikan tersebut. Relasi yang mereka bangun memiliki tujuan yang baik dan menguntungkan satu dengan yang lain.
Meskipun demikian, relasi yang seharusnya berjalan dengan baiktidak selalu terjadi. Tanpa disadari, fenomena kekerasan telah terjadi di lingkungan
sekolah (Susanto, 2010). Masih banyak orang-orang yang belum mengerti sepenuhnya mengenai kekerasan yang sering disebut dengan bullying.
Bullying adalah perilaku agresi yang dilakukan secara sengaja, berulang-ulang, dan menyakiti korban (Papalia et al. 2007). Bullying seringkali dibiarkan serta dianggap remeh. Masalah bullying itu sendiri sering dianggap
modern dan suatu hal yang biasa terjadi dalam kehidupan remaja (Susanti, 2007).
Cukup banyak kasus bullying yang diberitakan di media massa. Sebagai contohnya adalah “Seorang Siswa Disundut Rokok Saat Ospek”
(dipungut 25 September 2013, dari http://megapolitan.kompas.com). Siswa tersebut dipaksa untuk telanjang, bahkan dicabuli hanya karena ingin mengikuti ekstrakurikuler futsal. (dipungut tanggal 25 Sepetember 2013, dari
http://news.detik.com). Selain itu, ada pula kasus bullying yang berakibat kematian seperti yang dialami siswi peserta Masa Orientasi Siswa (MOS)
SMK 1 Pandak, Bantul. “Siswi Meninggal Akibat Ospek: Disuruh Squad
Jump, Siswi di Pandak Pingsan Lalu Meninggal” (dipungut 25 September
2013, dari http://www.harianjogja.com).
Bullying dapat dialami oleh semua tingkatan umur. Akan tetapi, kebanyakan dari pelaku bullying berasal dari kalangan remaja (Susanto,
2010). Monks, Knoes, & Haditono, (2002) menyatakan bahwa remaja merupakan masa di mana seseorang mengalami perubahan fisik, psikis,
seksual, kognisi, dan sosial. Masa remaja dialami oleh seseorang yang sudah beranjak dari masa kanak-kanak dan sedang menuju masa dewasa. Santrock (2003) menambahkan, remaja adalah transisi antara anak menjadi dewasa
yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosio emosi. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan Elisabeth (2006) bahwa tindakan
Riauskina, Djuwita, & Soesetio (2005) mengatakan bahwa dampak dari kecenderungan tindakan bullying antara lain mengganggu kesehatan
fisik, menurunnya kesejahteraan psikologis dan penyesuaian sosial yang buruk, kesulitan menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial, dan gangguan
psikologis. Tindakan bullying memiliki dampak buruk, sehingga diperlukan usaha kerjasama untuk mencegah atau mengatasi sedini mungkin dari pihak orang tua dan sekolah (Inung, 2007). Pihak sekolah memiliki peran yang
sangat penting dalam memberikan kesadaran pada para siswa tentang
bullying. Program penanganan preventif secara terpadu adalah langkah yang efektif dilakukan untuk mengatasi perilaku bullying (Widayanti, 2009).
Beberapa pihak sudah memberikan perhatian khusus terhadap
fenomena bullying di sekolah. Mereka melakukan penelitian yang bertujuan untuk setidaknya meminimalisir terjadinya bullying di sekolah. Menurut Yandri, Daharnis, & Nirwana (2013), penggunaan modul oleh konselor atau
Guru Bimbingan Konseling cukup layak dalam usaha mencegah terjadinya
bullying di sekolah. Akan tetapi, dalam jurnal penelitiannya dikatakan bahwa
tingkat keefektifan metode tersebut belum sepenuhnya teruji.
Selain itu, salah seorang Guru Bimbingan dan Konseling salah satu SMA di Yogyakarta mengatakan bahwa sangat penting untuk memberikan
pemahaman kepada para siswa tentang perilaku terhadap teman, terutama di lingkungan sekolah (komunikasi pribadi, 20 Juli 2013). Dalam proses
terima nanti. Walaupun maksudnya baik, belum tentu tindakan yang dilakukan dapat diterima oleh orang lain. Hal ini sedikit banyak mengarah
pada usaha pencegahan tindakan bullying di SMA tersebut. Guru-guru sebaiknya lebih memperhatikan tempat-tempat yang berpotensi terjadi
bullying seperti toilet siswa, kantin, tempat parkir, dan beberapa tempat lain yang hampir tidak pernah diawasi oleh guru. Hal tersebut juga merupakan salah satu usaha untuk mencegah tindakan bullying di sekolah (Yayasan
Sejiwa, 2008).
Penelitian yang dilakukan oleh Hardika (2009) mendapatkan hasil
bahwa Sekolah Menengah Atas homogen lebih memiliki kecenderungan
bullying yang tinggi daripada Sekolah Menengah Atas heterogen. Sekolah
homogen di sini diartikan sebagai sekolah dengan siswa yang memiliki jenis kelamin sama, sedangkan sekolah heterogen memiliki siswa dengan jenis kelamin berbeda. Masalah perbedaan jenis kelamin tersebut merupakan salah
satu kecenderungan terhadap tindakan bullying. Agresi dan dominasi akan lebih mudah muncul pada relasi yang jenis kelaminnya sama (Santrock,
1995).
Edmunds & Kendrick (1980) mengatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku agresi seseorang adalah jenis kelamin. Di
samping itu, menurut Fesbach (dalam Soffat, 1998) tingkat agresivitas laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan, khususnya dalam bentuk perilaku
menengah atas homogen laki-laki menjadi tempat yang memiliki potensi besar terjadinya perilaku bullying.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa perilaku
bullying memiliki potensi yang cukup tinggi untuk dilakukan oleh remaja laki-laki yang berada di lingkungan sekolah homogen. Disadari atau tidak, lingkungan sekolah homogen laki-laki adalah tempat yang paling berpotensi terjadinya praktik bullying. Dengan demikian, sangat diperlukan perhatian
khusus dari pihak sekolah homogen laki-laki terhadap potensi terjadinya perilaku bullying berdasarkan keadaan sekolah tersebut, sehingga lingkungan
sekolah tidak menjadi tempat yang justru memberi dampak negatif dan merugikan para siswa.
Kondisi ini menimbulkan pertanyaan mengenai bagaimana pihak sekolah homogen laki-laki dalam upayanya mengatasi terjadinya praktik
bullying di lingkungan sekolah. SMA Kolese De Britto Yogyakarta merupakan salah satu contoh sekolah homogen laki-laki. Sejauh ini belum ada penelitian sistematis mengenai program yang digunakan oleh pihak guru
SMA Kolese De Britto apakah cukup efektif untuk mengatasi perilaku
bullying. Di sisi lain, penelitian oleh Hardika (2009) menunjukkan bahwa di SMA Kolese De Britto terdapat tindakan bullying. Hal ini semakin
mendukung penelitian tentang program yang digunakan untuk mengatasi
bullying.
SMA Kolese De Britto memiliki program mengatasi perilaku bullying.
terdiri dari 3 metode: a) Case Study, b) Dramatic Presentation, dan c)
Discussion. Ketiga metode tersebut merupakan suatu rangkaian dari program yang dilakukan. Case Study adalah langkah pertama, kemudian dilanjutkan dengan Dramatic Presentation dan diakhiri dengan Discussion. Case Study
adalah studi kasus tentang contoh perilaku bullying di sekolah. Dramatic Presentation adalah berperan sebagai karakter-karakter yang ada saat bullying
terjadi. Discussion adalah diskusi antara guru dan siswa tentang kegiatan
yang sudah dilakukan.
Penelitian ini dilakukan untuk mengatahui bagaimana usaha dari pihak
SMA Kolese De Britto Yogyakarta dalam upayanya mengatasi perilaku
bullying yang terjadi pada para siswa di lingkungan sekolah. Hasil dari
penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti mengenai keefektifan metode yang dilakukan oleh pihak guru SMA Kolese De Britto Yogyakarta dalam usaha mengurangi perilaku bullying.
B. Rumusan Masalah
Seberapa efektif Program Anti Bullying dalam mengurangi perilaku
bullying di Sekolah Menengah Atas (SMA) Kolese De Britto Yogyakarta?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh dari program
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang berguna bagi ilmu psikologi, terutama psikologi pendidikan dan
bimbingan konseling tentang peran metode yang dilakukan untuk mengurangi perilaku bullying di sekolah.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran
mengenai usaha ataupun cara-cara yang dapat dilakukan oleh pihak sekolah, khususnya sekolah homogen laki-laki dalam mengurangi
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Remaja
1. Pengertian Remaja
Istilah remaja berasal dari bahasa Latin (adolescene) yang berarti
grow atau dengan kata lain to growmaturity, dan dalam bahasa Indonesia berarti “tumbuh mencapai kematangan”. Menurut beberapa ahli lain, masa remaja merupakan masa transisi perkembangan antara kanak-kanak dan
dewasa. Masa itu pada umumnya diawali pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal usia 20 tahun (Papalia,
Olds, & Fieldman, 2001).
Hurlock (1990) membagi masa remaja menjadi masa remaja awal dan masa remaja akhir. Adapun masa remaja awal meliputi usia 13 hingga
16 atau 17 tahun, dan masa remaja akhir meliputi usia 16 atau 17 tahun hingga 18 tahun. Hurlock membagi masa remaja dengan alasan bahwa
pada usia remaja akhir, individu sudah memiliki transisi perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa (Aaro, 1997, dalam Jahja 2011).
Berdasarkan pengertian remaja yang telah dikemukakan, dapat
diambil kesimpulan bahwa masa remaja adalah individu yang berusia 16 – 17 tahun dan sedang mengalami masa transisi antara masa kanak-kanak
kualitatif. Dalam prosesnya menuju dewasa, remaja juga mengalami pergolakan-pergolakan berupa konflik dan perubahan suasana hati.
Konflik-konflik inilah yang membuat remaja berpotensi untuk melakukan tindakan bullying, sehingga remaja yang berada pada tahap awal maupun
akhir pun memiliki potensi yang sama.
B. Perilaku Bullying
1. Pengertian Perilaku Bullying
Bullying adalah perilaku di mana terdapat usaha menyakiti ataupun tekanan secara fisik maupun psikologis terhadap seseorang atau sekelompok orang yang lebih lemah oleh sesorang atau sekelompok
orang yang lebih kuat (Olweus, 2004). Yayasan Semai Jiwa Amini mengemukakan bahwa bullying adalah penggunaan kekuasaan yang dimiliki untuk menyakiti seseorang atau sekelompok orang sehingga
korban merasa tertekan, tidak berdaya, bahkan trauma (Yayasan Sejiwa, 2008). Elliot (2005) mendefinisikan bullying adalah tindakan yang
dilakukan agar orang lain merasa takut, terancam, atau setidak-tidaknya tidak bahagia.
Bullying merupakan perilaku agresi yang dilakukan dengan sengaja. Perilaku tersebut berlangsung secara terus menerus terhadap seseorang yang sudah menjadi incaran atau korban (Papalia et al. 2007).
mempunyai maksud dan tujuan untuk menyakiti orang lain merupakan individu agresif.
Pada saat peristiwa bullying terjadi, terdapat beberapa unsur yang terlibat. Coloroso (2007) mengungkapkan bahwa beberapa unsur yang
terlibat di dalam bullying sebagai berikut: a. Ketidakseimbangan Kekuatan
Pelaku bullying selalu lebih kuat dari korban bullying.
Dengan demikian, tindakan bullying dilakukan oleh pelaku yang memiliki kekuatan ataupun dominansi terhadap korban
yang cenderung lemah dan tidak dapat melawan. b. Kesengajaan
Tindakan bullying dilakukan oleh pelaku dengan disertai niat untuk melukai orang lain. Apabila niat atau tujuan tersebut dapat tercapai, pelaku bullying akan
memperoleh kepuasan dari luka yang dialami oleh korban. c. Pengulangan
Kepuasan maupun kesenangan yang telah dialami mengakibatkan pelaku cenderung melakukan tindakan
d. Teror
Suatu tindakan tidak menyenangkan yang ditujukan
pada korban dan terjadi berulang-ulang merupakan suatu hal yang menjadikan ancaman tersendiri bagi korban. Teror yang
dimaksud adalah ancaman itu sendiri.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa bullying
adalah perilaku agresi secara fisik maupun psikologis yang disengaja dan
dilakukan oleh seseorang atau kelompok kepada seseorang atau kelompok, dengan tujuan menekan atau menyakiti sehingga korban
merasa takut, terancam, atau tidak bahagia.
2. Bentuk-bentuk Perilaku Bullying
Menurut Riauskina, dkk (2005), perilaku bullying dikelompokkan dalam berbagai bentuk:
a. Kontak Fisik Langsung
Antara lain: Memukul, mendorong, menggigit, menjambak,
menendang, mengunci seseorang dalam ruangan, mencubit, mencakar, merusak barang-barang milik orang lain.
b. Kontak Verbal Langsung
Antara lain: Mengancam, mempermalukan, merendahkan, mengganggu, member panggilan nama, sarkasme,
c. Perilaku Non Verbal Langsung
Antara lain: Melihat dengan sinis, menjulurkan lidah,
menampilkan ekspresi muka yang merendahkan, mengejek, mengancam.
d. Perilaku Non Verbal Tidak Langsung
Antara lain: Mendiamkan seseorang, memanipulasi persahabatan sehingga menjadi retak, sengaja mengucilkan
atau mengabaikan, mengirimkan surat kaleng. e. Pelecehan Seksual
Antara lain: Memukul atau menendang alat kelamin korban, membuat lelucon tentang alat kelamin korban. (Kadang
dikategorikan sebagai perilaku agresi fisik atau verbal).
3. Karakteristik Pelaku, Korban, dan Penonton Bullying
Yayasan Sejiwa (2008) mengatakan bahwa bullying merupakan suatu situasi di mana terdapat 3 (tiga) karakter yang berperan di
dalamnya. Tiga karakter tersebut adalah pelaku bullying, korban bullying,
dan penonton bullying. Peran serta sifat yang dimiliki oleh masing-masing karakter tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:
a. Karakteristik Pelaku Bullying
kontribusi dalam tindakan bullying yang dilakukan. Hanya saja mereka memiliki cara atau strategi yang berbeda-beda
dalam menjalankan aksinya (Coloroso, 2007). Pada umumnya, sifat-sifat yang dimiliki pelaku bullying antara
lain:
1. Cenderung hiperaktif, disruptive, impulsive, dan
overactive.
2. Suka mendominasi orang lain.
3. Suka memanfaatkan orang lain untuk
mendapatkan apa yang mereka inginkan.
4. Sulit melihat situasi dari titik pandang orang lain.
5. Hanya peduli pada keinginan dan kesenangan mereka sendiri, bukan pada hak-hak dan perasaan-perasaan orang lain.
6. Menggunakan kesalahan, kritikan, dan tuduhan-tuduhan yang keliru untuk memproyeksikan
ketidakcakapan mereka pada targetnya. 7. Haus perhatian.
8. Memiliki tempramen yang sulit dan masalah pada
atensi atau konsentrasi.
9. Berteman dengan anak-anak yang memiliki
10. Kurang memiliki empati terhadap korbannya dan tidak menunjukkan penyesalan atas perbuatannya.
b. Karakteristik Korban Bullying
Coloroso (2007) menemukan ciri-ciri seseorang yang biasanya menjadi korban tindakan bullying. Beberapa ciri-ciri tersebut antara lain:
1. Anak baru di suatu lingkungan. 2. Anak termuda di sekolah.
3. Anak penurut.
4. Anak yang perilakunya dianggap mengganggu
orang lain.
5. Anak yang tidak mau berkelahi dan lebih suka menyelesaikan konflik tanpa kekerasan.
6. Anak yang pemalu, menyembunyikan
perasaannya, pendiam atau tidak mau menarik
perhatian orang lain, penggugup, peka. 7. Anak yang miskin atau kaya.
8. Anak yang memiliki etnis/agama yang minoritas
dan orientasi gender atau seksual yang berbeda. 9. Anak yang kurus atau gemuk, pendek atau
jangkung.
11.Anak yang berjerawat atau memiliki masalah kondisi kulit lainnya.
12.Anak yang memiliki ciri fisik berbeda dengan mayoritas anak lainnya.
13.Anak dengan ketidakcakapan mental dan atau fisik. Anak-anak seperti itu biasanya dua atau tiga kali lebih sering ditindas daripada anak-anak lain
karena mereka memiliki ketidakcakapan mental yang nyata sehingga menyediakan dalih bagi sang
pelaku (kekurangan yang dimiliki korban menjadi materi ejekan atau lelucon).
14.Anak yang berada di sekitar pelaku bullying. Mereka berpotensi untuk dikenai tindakan
bullying karena pelaku sedang ingin menyerang siapapun di tempat itu dan pada saat itu juga.
c. Karakteristik Penonton Bullying
Coloroso (2007) menemukan ciri-ciri seseorang yang biasanya menjadi penonton peristiwa atau praktik bullying.
Ciri-ciri tersebut antara lain:
1. Anak-anak yang hanya berdiam diri dan
2. Anak-anak yang mendorong penindasan secara aktif.
3. Anak-anak yang bergabung dan menjadi salah satu anggota dari gerombolan penindas.
4. Memberikan penguatan kepada pelaku bullying
berupa tepuk tangan, tawa, dan gerakan anggota tubuh lainnya.
5. Menambah kehancuran kendali batin korban
bullying dengan terikan-teriakan, kritikan-kritik kejam yang bersifat verbal, fisik, dan relasional. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
penonton bullying adalah pihak ketiga dalam peristiwa
bullying selain pelaku dan korban. Secara tidak langsung, mereka berperan sebagai peran pendukung tindakan yang
dilakukan oleh pelaku bullying. Mereka dapat berdiam dan hanya menonton atau bisa pula ikut berperan secara tidak
langsung sebagai pelaku bullying.
4. Dampak Perilaku Bullying
Peristiwa bullying yang terjadi di sekolah secara langsung maupun tidak langsung akan memberikan dampak bagi orang yang
terlibat di dalamnya. Orang yang terlibat meliputi pelaku bullying
kelompok yang tertindas), dan penonton bullying (individu atau kelompok yang berada di tempat terjadinya bullying). Untuk uraian lebih
lanjut adalah sebagai berikut:
a. Dampak Bagi Pelaku Bullying
Menurut Coloroso (2007), tindakan bullying akan memberikan dampak jangka panjang bagi pelaku. Adapun dampak-dampak tersebut antara lain:
1. Tumbuh menjadi pribadi yang suka terhadap kekerasan.
2. Tumbuh sebagai pribadi yang memiliki ego yang besar.
3. Tidak memiliki empati terhadap orang lain dan perasaan menyesal.
4. Menjadi pribadi yang kejam dan penuh dendam
terhadap orang lain.
5. Tumbuh sebagai pribadi yang suka bereaksi
agresif bahkan pada provokasi yang ringan, dan membenarkan tanggapan agresifnya dengan menempatkan kesalahan di luar dirinya.
7. Memiliki sikap fanatisme terhadap perbedaan. Perbedaan sama dengan lemah, dan karenanya
tidak layak mendapat penghargaan.
8. Tumbuh menjadi pribadi yang arogan dan
memegang hukum senioritas.
9. Merasa memiliki kekuasaan untuk mengecualikan orang lain, membatasi, mengisolasi, dan
memisahkan orang lain.
b. Dampak Bagi Korban Bullying
Menurut beberapa ahli, tindakan bullying akan
memberikan dampak bagi korban. Salah satunya dalam hal kesehatan, seperti yang dikemukakan oleh Olweus (1993) dengan pendapatnya bahwa bullying akan mempengaruhi
kesehatan korban. Gejala-gejala yang timbul pada korban
bullying antara lain:
1. Stres dan menjadi mudah cemas.
2. Menjadi sering terjangkit infeksi virus, khususnya seperti flu, demam tinggi, batuk,
paru-paru, telinga, hidung, dan infeksi tenggorokan. Hal ini dikarenakan stres dapat
3. Sering merasakan sakit di daerah persendian dan tulang tanpa sebab yang jelas, juga tulang
belakang. Penderita enggan untuk memeriksa keadaan kesehatannya ketika mengalami
keadaan seperti ini.
4. Sakit kepala dan sering migrain. 5. Mudah merasa kelelahan.
6. Susah tidur, selalu bermimpi buruk, cenderung bangun lebih awal, dan bangun tidur akan
merasakan lebih lelah dibandingkan dengan pada saat akan tidur.
7. Cenderung teringat akan peristiwa yang sudah dialami. Misalnya: Korban tidak bisa melupakan wajah dari pelaku yang pernah menyerangnya.
8. Mengalami sindrom iritasi perut yang cukup parah.
9. Tidak bisa konsentrasi terhadap sesuatu dan untuk waktu yang lama.
10.Lebih sering berkeringat, gemetar, menggigil,
berdebar-debar, dan panik.
11.Menjadi orang yang sangat waspada, akan tetapi
12.Menjadi terlalu sensitif, lemah, terisolasi, pendiam, dan menarik diri dari pergaulan.
c. Dampak Bagi Penonton Bullying
Menurut Coloroso (2007), penonton bullying yang memiliki keterlibatan aktif dalam mendukung pelaku bullying
akan menambah penderitaan dan perasaan tertekan bagi
korban. Bahkan, penonton yang hanya melihat tanpa melakukan apapun mereka memiliki konsekuensi dan
dampak tersendiri. Adapun dampak yang bisa muncul dalam diri penonton bullying antara lain:
1. Menjadi tidak peka terhadap kekejaman yang terjadi di sekelilingnya.
2. Dapat mengintimidasi pelaku agar melakukan
tindakan bullying. Hal ini terjadi karena mereka menganggap pelaku sebagai model yang
populer, kuat, dan berani.
3. Sulit mengembangkan perasaan empati, belas kasih, dan susah menempatkan diri pada sudut
pandang orang lain.
4. Tumbuh menjadi pribadi yang apatis.
5. Berpotensi menjadi pelaku bullying. Penonton
tidak ada perilaku bullying yang terjadi di lingkungannya. Hal ini yang mendasari bahwa
penonton bullying berpotensi pula menjadi pelaku bullying.
6. Dapat berpotensi pula menjadi sasaran bullying
selanjutnya. Penonton bullying memiliki kecenderungan untuk di-bully oleh orang-orang
di lingkungannya yang tidak menyukai sifat suka mengintimidasi yang dimiliki penonton
bullying.
C. Program Sekolah dalam Mengatasi Bullying 1. Latar Belakang Program
Adanya beberapa kasus bullying dalam media masa dewasa ini
membuat sekolah merasa bertanggung jawab untuk segera menjauhkan peserta didik dari ancaman tindakan bullying. Berdasarkan penelitian
yang telah dilakukan oleh Hardika (2009), SMA Kolese De Britto merupakan salah satu sekolah yang terdapat tindakan bullying. Di samping itu, sekolah tersebut merupakan sekolah homogen laki-laki,
sehingga memiliki potensi tinggi terjadinya perilaku bullying di dalamnya.
sebelumnya bahwa masih banyak kasus tindakan bullying terutama di lingkungan sekolah. Bukan tanpa alasan, pihak sekolah SMA Kolese
De Britto memberi perhatian lebih terhadap perkembangan pribadi peserta didiknya, terutama dalam mempersiapkan diri menghadapi
tantangan global. Para siswa menjadi pribadi – pribadi yang mampu menyesuaikan diri dalam lingkungan masyarakat (dalam Student
Handbook JB, 2013). Dalam hal ini, sekolah menitikberatkan perhatian kepada isu bullying yang terjadi di lingkungan sekolah.
Program tersebut disusun oleh tim Guru Bimbingan Konseling
sekolah. Tujuan umum dari program ini tentunya untuk mengurangi kecenderungan bullying siswa di sekolah, terutama di lingkungan kelas.
Tujuan khususnya adalah memberikan pemahaman tentang perilaku
bullying kepada siswa, meliputi bentuk-bentuk tindakan bullying serta dampak-dampak yang akan terjadi akibat tindakan bullying. Dengan
memahami hal tersebut, para siswa diharapkan untuk tidak melakukan
bullying (bagi yang belum pernah melakukan) ataupun mengurangi
bahkan menghilangkan perilakunya (bagi yang sudah pernah melakukan).
2. Pelaksanaan dan Peran Program dalam Mengurangi Perilaku Bullying
menyerupai salah satu program yang dikemukakan oleh Gini (2004) dengan pendekatan kelas (Class-group level approach). Program yang
juga bertujuan untuk mengatasi bullying tersebut menekankan aktivitas-aktivitas kelompok di kelas. Beberapa aktivitas tersebut diantaranya:
Problem solving, stories, role-play, discussion, game, dan lecture. Akan tetapi, program yang dilakukan oleh sekolah hanya mengadopsi beberapa metode yang dilakukan, yaitu stories & problem solving (yang
disebut sebagai case study), role play (yang disebut sebagai dramatic
presentation), dan discussion. Program yang dilakukan sekolah tidak menggunakan aktivitas game dan lecture (ceramah).
a. Case Study (Studi kasus tindakan bullying)
Metode ini merupakan metode awal dari program. Para siswa dalam satu kelas diarahkan untuk membentuk kelompok
kecil kemudian masing-masing kelompok disuguhi satu ilustrasi peristiwa bullying dalam bentuk tulisan. Peristiwa
tersebut disesuaikan dengan keadaan nyata yang besar kemungkinan untuk terjadi di lingkungan sekolah. Tugas mereka adalah memahami apa yang terjadi dalam peristiwa
tersebut dan mengutarakan pendapat masing – masing dalam kelompok. Tujuan dari metode ini adalah mengarahkan pola
Peran dari metode ini adalah mengajak siswa untuk mengenali serta mempelajari situasi yang mungkin belum
pernah mereka temui sebelumnya. Dengan mempelajari secara lebih mendalam, siswa juga dapat mengerti peran-peran yang
ada dalam contoh kasus, meliputi pelaku, korban, serta penonton
bullying.
Cara yang digunakan dalam metode ini adalah peserta
diarahkan untuk melakukan sedikit brainstorming dengan anggota kelompok. Brainstorming yang dimaksud adalah
pencarian strategi untuk memecahkan masalah yang ada (Isaksen & Gaulin, 2005; Maer, 1992; Osborn, 1963; Schunk,
2012). Seseorang akan semakin berhasil dalam brainstorming
apabila ia telah mengenal dan mempelajari masalah secara lebih mendalam, karena solusi-solusi akan lebih banyak
muncul karena pengalaman (Schunk, 2012).
b. Dramatic Presentation (Berperan dalam situasi bullying
terjadi)
Setelah metode studi kasus selesai, langkah selanjutnya
adalah penggunaan metode Dramatic Presentation. Setiap kelompok diberi tugas untuk memperagakan peristiwa yang
menyesuaikan anggota kelompok, dan sebagainya), akan tetapi tidak menghilangkan esensi yang penting dalam cerita
tersebut. Setiap kelompok bergantian untuk menjadi peraga dan menjadi penonton. Tujuan dari metode ini adalah
mengajak siswa untuk berperan langsung sebagai individu atau kelompok dalam situasi terjadinya bullying. Bagi penonton adegan, metode ini memberikan gambaran secara langsung
tentang proses terjadinya bullying. Dengan demikian, pengetahuan siswa mengenai bullying semakin luas.
Bagian ini merupakan bagian terpenting dari program, karena secara langsung merupakan penerapan dari Teori
Kognitif Sosial, di mana sesorang dapat belajar dari pengamatannya terhadap lingkungan. Tujuan dari kegiatan tersebut adalah membuat penonton melihat secara langsung
peristiwa yang terjadi, membangkitkan emosi, sehingga timbul perasaan empati terhadap peran yang dimodelkan (Rae, 2009).
Fieldman & Jones (2000) menyatakan bahwa dengan
Dramatic Presentation, peserta juga dapat menggali refleksi pribadi berkaitan dengan peristiwa yang diperankan. Dramatic
Presentation juga disebut sebagai role-playing activities. Menurut Sharp & Smith (1994), role-playing activities
melihat peristiwa secara langsung, peserta juga dapat mempelajari tentang bagaimana menghadapi situasi serupa.
c. Discussion (Diskusi mengenai kegiatan yang telah dilakukan)
Metode ini merupakan langkah ke tiga dari program. Setelah metode Dramatic Presentation selesai, para siswa diajak untuk berdiskusi mengenai kegiatan yang telah
dilakukan. Mulai dari tahap studi kasus, hingga presentasi drama. Metode ini dilakukan secara santai antara guru dan para
siswa. Awalnya guru mempersilahkan siswa untuk menyampaikan perasaannya terkait kegiatan yang telah
dilakukan, khususnya terhadap situasi terjadinya bullying. Setelah dirasa cukup, guru memberikan penjelasan secara menyeluruh tentang apa sebenarnya kegiatan tersebut. Selain
itu, guru juga memberikan penjelasan – penjelasan tambahan tentang pengetahuan terhadap bullying, meliputi hukuman –
hukuman yang akan diterima sebagai pelaku, potensi – potensi lain apabila bullying tetap dipertahankan, dan lain sebagainya. Tujuan dari metode ini adalah memberikan kesimpulan dari
kegiatan – kegiatan yang telah dilakukan, serta memberikan arahan yang tepat terhadap pemahaman siswa mengenai
Pentingnya diskusi adalah mengajak murid untuk merefleksikan dan berbagi tanggapan tentang kegiatan yang
telah dilakukan (case study & dramatic presentation). Hal ini penting karena peserta tidak hanya disajikan satu peristiwa
dalam kelompok, akan tetapi mereka juga akan mengetahui berbagai peristiwa dari kelompok yang berbeda. Di samping itu, diskusi juga dilakukan untuk bersama-sama mencari
alternatif langkah dalam merespon peristiwa serupa, sehingga menghasilkan keadaan yang lebih positif (Rae, 2009).
Fieldman & Jones (2000) menambahkan bahwa diskusi yang dilakukan dapat menambah kemampuan pemecahan masalah,
mengembangkan atau menumbuhkan perasaan empati dan menambah pengalaman bagi peserta.
D. Belajar sebagai Proses Perubahan Perilaku 1. Belajar
a. Definisi Belajar
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata belajar memiliki arti usaha yang dilakukan untuk memperoleh ilmu atau
kepandaian (Tim Penyusun KBBI, 2011). Beberapa ahli juga menyampaiakan pendapat mereka tentang definisi dari belajar.
hubungan antara respon – respon dan stimulus - stimulus. Hal ini sejalan dengan pendapat Djamarah, (2011) bahwa belajar merupakan
usaha sadar dari individu secara jiwa maupun raga untuk memperoleh suatu kesan dari apa yang dilakukan sebagai interaksi
dengan lingkungannya. Di samping itu, belajar juga merupakan interaksi atau pengalaman dengan lingkungan yang menyebabkan adanya perubahan pengetahuan maupun perilaku secara permanen
(Woolfolk, 2013). Woolfolk menambahkan bahwa belajar tidak hanya dilakukan di sekolah, melainkan dapat dilakukan di manapun
sepanjang rentang kehidupan.
Perubahan pengetahuan dan perilaku pada individu dapat
diukur berdasarkan pengamatan yang dilakukan. Hasil dari belajar dapat diukur berdasarkan perubahan dalam perilaku (Hergenhahn & Olson, 2008). Hasil dari belajar tersebut dapat dilihat atau
diterjemahkan dalam perilaku atau tindakan yang dapat diamati (Woolfolk, 2013). Perubahan yang dimaksud adalah perubahan yang
bersifat kualitatif, atau perubahan yang berkaitan dengan mutu (Djamarah, 2011). Pendapat tersebut memberikan kesimpulan bahwa perubahan yang terjadi secara fisik akibat kecelakaan, obat-obatan,
dsb bukanlah hasil dari belajar. Begitu pula dengan berubahnya keadaan fisik individu karena kelelahan bukanlah suatu perubahan
Hasil dari belajar tidak semuanya dapat diukur hanya dengan pengamatan dari perilaku semata. Perlu diingat bahwa belajar bukan
hanya mengubah perilaku, akan tetapi juga dapat mengubah pengetahuan (ranah kognitif). Hasil dari belajar juga dapat
merupakan perubahan cara berpikir, kemampuan mengingat, dan pemecahan masalah (Schwartz, Wasserman, & Robbins, 2002; dalam Woolfolk, 2013). Hal ini memberikan penjelasan bahwa
pengamatan terhadap perilaku individu, bukanlah satu-satunya cara dalam mengukur hasil belajar.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa belajar merupakan usaha dari individu dalam interaksinya dengan
lingkungan, sehingga terjadi perubahan–perubahan pengetahuan maupun perilaku karena adanya kesan–kesan baru. Hasil dari belajar dapat diukur, salah satunya dengan mengamati perilaku yang muncul
pada individu.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Proses belajar tidak semata-mata berlangsung dengan lancar. Beberapa faktor dapat mempengaruhi proses belajar. Faktor-faktor
1. Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor yang
mempengaruhi proses belajar dan berasal dari diri sendiri. Faktor internal dibagi menjadi dua, faktor
jasmaniah dan faktor psikologis. Faktor jasmaniah seperti kesehatan dan cacat tubuh akan menjadi pengaruh dalam proses penerimaan stumulus, begitu pula dalam
meresponnya. Salah satu contohnya adalah kesehatan tubuh yang lemah akan mempengaruhi kualitas kognitif
(ranah cipta), sehingga hal-hal yang dipelajari tidak akan maksimal (Syah, 2003).
Selain itu, faktor psikologis, meliputi motivasi, inteligensi, perhatian, minat, bakat, kematangan, dan kelelahan. Dalam segi motivasi, misalnya. Motivasi
merupakan suatu perubahan energi yang terjadi pada diri seseorang yang bertujuan untuk mencapai tujuan tertentu
(Djamarah, 2012). Dalam hal ini, Hamalik (1992) menambahkan bahwa perubahan energi tersebut tampak pada tindakan seseorang yang berupaya sekuat tenaga
untuk mencapai apa yang dia inginkan. Dengan demikian, motivasi merupakan salah satu faktor yang
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang bersal dari
luar diri. Faktor-faktor tersebut dibagi dalam tiga bagian, yaitu faktor keluarga, sekolah, dan lingkungan
masyarakat (Slameto, 2010).
Beberapa contoh faktor keluarga adalah gaya pengasuhan dari orang tua dan relasi dengan anggota
keluarga. Para ahli mengatakan bahwa keluarga merupakan tempat pertama dalam proses sosialisasi
(termasuk belajar) dari suatu individu. Seorang anak merapkan apa yang ia dapat dari keluarga ke dalam
lingkungan sosial yang lebih luas, termasuk dalam proses belajar. Selain itu, relasi dengan anggota keluarga akan memberikan dukungan maupun hambatan kepada
individu.
Selanjutnya adalah faktor sekolah. Faktor ini dapat
disebut juga sebagai lingkungan tempat belajar (karena belajar tidak selalu di sekolah). Dalam lingkungan tersebut, juga terdapat hal-hal yang harus diperhatikan
agar mendukung dan bukan menjadi hambatan dalam proses belajar. Hal-hal yang dimaksud antara lain:
Faktor eksternal yang terakhir adalah faktor lingkungan masyarakat atau dapat disebut juga
lingkungan di mana pelajar tinggal. Sebagai contoh adalah teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat
(Slameto, 2010). Interaksi yang dibangun oleh seseorang dengan lingkungan akan memberikan berbagai pengaruh tertentu. Hal ini tentu akan memberikan pengaruh pula
terhadap proses belajar yang sedang dijalani.
2. Perubahan Perilaku
Pada hakikatnya, belajar merupakan suatu perubahan. Perubahan
yang dimaksud adalah perubahan pada unsur kejiwaan yang mempengaruhi perilaku. Individu yang perilakunya berubah akibat adanya kesan atau pengalaman baru karena interaksinya dengan
lingkungan merupakan individu yang sudah belajar (Djamarah, 2011). Dalam hal ini, hasil pembelajaran yang dicapai dapat disesuaikan dengan
perubahan yang dikehendaki, antara lain: a. Perubahan Terjadi Secara Sadar
Perubahan ini berarti bahwa individu merasakan
adanya perubahan setelah melakukan pembelajaran. Misalnya, seseorang merasa pengetahuannya bertambah
b. Perubahan dalam Belajar Bersifat Fungsional
Perubahan ini merupakan perubahan dari hasil belajar
yang akan menyebabkan adanya perubahan-perubahan lainnya. Sebagai contoh, seseorang yang belajar bicara.
Setelah pandai, ia akan belajar untuk bercerita bahkan berpidato.
c. Perubahan dalam Belajar Bersifat Positif dan Aktif
Perubahan ini merupakan perubahan yang diusahakan untuk memperoleh sesuatu yang baik dari sebelumnya.
Dengan demikian, semakin banyak usaha untuk belajar, maka semakin meningkatlah perubahan yang diharapkan.
d. Perubahan dalam Belajar Bertujuan dan Terarah
Hal ini berarti bahwa dalam melakukan usaha belajar, seseorang sudah menghendaki perubahan yang terjadi ke
depannya. Perubahan tersebut sudah terarah dan disadari oleh individu yang melakukan proses belajar.
e. Perubahan Mencakup Seluruh Aspek Tingkah Laku
Perubahan ini merupakan perubahan yang meliputi seluruh aspek individu. Artinya, dalam belajar sesuatu, maka
seseorang tidak hanya mengalami perubahan ada satu hal, akan tetapi hal-hal lain yang berkaitan dengan apa yang
mengerti tentang cara kerja motor, peraturan lalu lintas, cara merawat motor, dan lain sebagainya.
Dalam perubahan perilaku, penting untuk mempertimbangkan teori-teori yang digunakan di dalamnya. Teori merupakan serangkaian
prinsip yang secara ilmiah dapat diterima dan ditawarkan untuk menjelaskan suatu fenomena (Schunk, 2012). Dalam program ini, teori yang digunakan adalah Teori Kognitif Sosial Bandura. Menurut Schunk,
teori ini beranggapan bahwa pembelajaran manusia terjadi dalam lingkungan social. Schunk juga menambahkan bahwa teori ini
memberikan kesimpulan bahwa seseorang dapat belajar hal-hal baru dari pengamatannya terhadap orang lain. Dengan menjadi pengamat,
seseorang dapat memperoleh pengetahuan, aturan-aturan, strategi-strategi, keterampilan, sikap, dan lain-lain. Dalam proses tersebut, seseorang nantinya dapat mempelajari perilaku-perilaku yang
dimodelkan, untuk kemudian diterapkan sesuai dengan keyakinan dan hasil yang diharapkan dari peristiwa serupa.
E. Efektivitas Program Anti Bullying dalam Mengurangi Perilaku Bullying di SMA Kolese De Britto Yogyakarta
Perilaku bullying merupakan suatu fenomena yang terjadi di masyarakat, khususnya pada remaja. Dampak dari bullying itu sendiri terbukti
sebagai pelaku, korban, maupun penonton bullying. Remaja cenderung mendapat pengaruh yang lebih besar dari teman sebaya dalam berperilaku.
Terdapat penelitian yang memberikan bukti bahwa remaja laki-laki memiliki potensi yang tinggi untuk terlibat dalam praktik bullying daripada
remaja perempuan. Di samping itu, sekolah merupakan tempat di mana praktik bullying dilakukan. Di sekolah, remaja mengalami proses sosialisasi terutama dengan teman sebaya. Mereka seakan memiliki area di mana mereka
dapat berekspresi sesuai dengan keinginannya. Terlebih pada remaja di sekolah homogen. Di sekolah homogen, para siswa lebih mendapatkan
kebebasan untuk bertingkah laku tanpa mempedulikan adanya lawan jenis. Dengan demikian, perilaku remaja berpotensi mengarah pada kekerasan yang
dikenal dengan nama bullying.
Menyikapi hal ini, sekolah-sekolah khususnya sekolah homogen laki-laki dirasa perlu untuk memperhatikan perilaku para siswa agar tidak
terjerumus dalam praktik bullying. Suatu program diperlukan dengan tujuan mencegah maupun menanggulangi adanya perilaku bullying di sekolah.
Program tersebut diperlukan agar lingkungan sekolah yang bertujuan untuk membantu siswa berkembang akan tetap berada pada jalurnya, bukan justru menciptakan keadaan yang menjerumuskan para siswa dengan adanya
perilaku bullying.
SMA Kolese De Britto merupakan sekolah homogen laki-laki yang
bullying. Program Anti Bullying yang dimiliki sekolah bertujuan untuk merubah perilaku siswa secara positif dan aktif serta mencakup seluruh aspek
tingkah laku. Akan tetapi, perlu dilakukan pengukuran terhadap program tersebut mengenai keberhasilan dan kesesuaian dengan tujuan dari program
itu sendiri. Penelitian ini dilakukan agar pihak sekolah mengetahui apakah program yang dilakukan sudah sesuai dengan tujuan, atau justru sebaliknya.
Program yang dilakukan meliputi beberapa langkah-langkah tertentu.
Hal ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan hingga pada akhirnya dapat mengurangi kecenderungan bullying pada siswa. Program ini juga
menggunakan beberapa metode yaitu: a) Case Study, b) Dramatic Presentation, dan c) Discussion. Bukan tanpa alasan, penggunaan metode ini
memiliki peran masing-masing dan saling mendukung dalam penyampaian materi dari guru kepada para siswa.
F. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan perilaku
antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Perilaku bullying
kelompok yang diberikan program (kelompok eksperimen) akan berkurang secara signifikan dibandingkan dengan kelompok yang tidak diberikan
38
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan kuasi eksperimen yang digunakan untuk melihat tingkat efektivitas Program Anti Bullying dengan metode case
study, dramatic presentation, dan discussion terhadap perilaku bullying yang terjadi. Jenis penelitian kuasi eksperimen ini memiliki karakteristik sebagai berikut (Seniati, Yulianto, & Setiadi, 2005):
1. Penelitian dilakukan dengan memberikan perlakuan atau mengkondisikan situasi/kejadian yang berbeda (manipulasi) kepada
subjek penelitian. Bentuk perlakuan dalam penelitian ini adalah Program Anti Bullying kepada kelompok eksperimen dalam waktu tertentu.
2. Dilakukannya kontrol terhadap variabel-variabel yang dapat mempengaruhi variabel yang akan diukur. Kontrol yang dilakukan
dalam penelitian ini dilakukan pada variabel-variabel di luar program yang dapat mempengaruhi perilaku bullying.
3. Tidak dilakukannya randomisasi dalam meneliti hubungan
sebab-akibat. Hal ini tampak dari pemilihan subjek dengan metode
purposive sampling. Pemilihan subjek ini disesuaikan dengan
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Kolese De Britto
Yogyakarta. Subjek yang digunakan adalah siswa dari kelas XI IPS-2 yang berjumlah 33 orang dan siswa dari kelas XI IPS-3 yang juga berjumlah 33
orang. Sehingga total subjek penelitian ini adalah 66 orang.
Penelitian ini membagi subjek dalam kelompok kelas yang diberi perlakuan dan kelompok kelas yang tidak diberi perlakuan. Dalam penelitian
ini, kelompok kelas yang diberi perlakuan (kelompok eksperimen) adalah kelas XI IPS-3 dan kelompok kelas yang tidak diberi perlakuan (kelompok
kontrol) adalah kelas XI IPS-2.
Pemilihan subjek ini sesuai dengan rekomendasi guru bahwa
kelas-kelas tersebut merupakan tempat yang sering terdapat perilaku bullying.
C. Identifikasi Variabel
Penelitian ini menggunakan tiga variabel, yaitu variabel bebas, variabel tergantung, dan variabel kontrol. Variabel bebas merupakan aspek
lingkungan yang diteliti secara empiris dengan tujuan untuk mengetahui apakah memiliki pengaruh terhadap suatu perilaku (Purwanto, 2008). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah program anti bullying.
Sedangkan variabel yang kedua adalah variabel tergantung. Menurut Purwanto, variabel tergantung merupakan respon yang diukur atau diteliti
Variabel yang terakhir adalah variabel kontrol. Variabel kontrol adalah variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi variabel tergantung.
Hal ini sesuai dengan prinsip penelitian eksperimen bahwa peneliti harus meminimalisir variabel-variabel selain variabel bebas yang dapat
mempengaruhi variabel tergantung (Seniati dkk. 2005). Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah usia, tingkat pendidikan, dan program studi.
D. Definisi Operasional 1. Variabel Bebas
Program anti bullying merupakan tindakan yang dilakukan oleh pihak sekolah sebagai usaha untuk mengurangi perilaku bullying yang
terjadi di lingkungan sekolah. Program yang dilakukan menggunakan tiga metode yaitu: a) Case Study, b) Dramatic Presentation, dan c)
Discussion. Metode-metode tersebut juga merupakan langkah dari awal hingga akhir dan masing-masing langkah berhubungan dalam pelaksanaan program.
2. Variabel Tergantung
Penelitian ini mengukur perilaku bullying. Data yang diperoleh
dibagi menjadi tiga bagian sesuai dengan karakter yang berperan dalam proses bullying. Skala disusun untuk mengetahui perilaku bullying
maupun sifat-sifat yang dimiliki oleh subjek sebagai pelaku, korban, dan penonton bullying.
3. Variabel Kontrol/Variabel Ekstra
Dalam penelitian ini, peneliti berusaha untuk mengendalikan variabel-variabel yang dianggap dapat mempengaruhi perilaku bullying
sebagai variabel tergantung pada pelaksanaan perlakuan.
Variabel-variabel itu diantaranya: a. Usia
Penelitian ini dilakukan terhadap subjek yang sedang dalam masa remaja. Pemilihan subjek tersebut
tentunya tidak dilakukan secara random karena disesuaikan dengan para siswa yang memiliki usia setara. Hal ini dilakukan agar data yang diperoleh hanya berdasarkan
sample dengan batasan usia tertentu, dan tidak berlaku pada usia di luar batasan tersebut. Selain itu, masing-masing
siswa yang sedang berada dalam masa yang sama (remaja) akan cenderung memberikan respon yang sama pula terhadap kecenderungan bullying sebagai variabel
tergantung dalam penelitian. b. Tingkat Pendidikan
memiliki kecenderungan berbeda dalam melakukan tindakan bullying, dan siswa kelas XI memiliki
kecenderungan yang paling tinggi. Siswa kelas X cenderung masih memiliki ketakutan-ketakutan karena mereka adalah
warga baru di lingkungan sekolah. Siswa kelas XI cenderung mulai memiliki keberanian untuk berperilaku dibandingkan pada waktu kelas X. Sedangkan para siswa
kelas XII cenderung membatasi hubungan mereka dengan siswa kelas X dan XII karena memiliki perhatian khusus
terhadap ujian akhir (Phytria, 2008). Dengan demikian, subjek dari penelitian ini akan memberikan respon
kecenderungan bullying yang sama pula. c. Program Studi
Pada bagian ini, yang dimaksud dengan program
studi adalah fokus pelajaran yang dipilih oleh siswa. Di SMA Kolese De Britto, siswa diwajibkan untuk memilih
program studi ketika naik kelas XI. Program studi yang ditawarkan adalah IPA, IPS, dan Bahasa. Pelajaran serta guru-guru yang mengajar pun tidak sama antar program
studi. Hal ini membuat perbedaan aktivitas siswa pada masing-masing program studi, terlebih pada bagaimana
studi IPS agar setiap siswa (subjek) memberikan respon kecenderungan bullying yang sama.
E. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah non-randomized pretest-posttest control group design. Desain ini dilakukan dengan pengukuran sebagai pre-test (O1) sebelum perlakuan (X) diberikan dan
post-test (O2) sesudah perlakuan pada kelompok eksperimen. Pengukuran yang sama dilakukan juga terhadap kelompok kontrol atau kelompok yang tidak
diberikan perlakuan (-X).
Skema Desain Penelitian
Pre-test Perlakuan Post-test
Kelompok Eksperimen O1 X O2
dibandingkan
Kelompok Kontrol O1 -X O2
F. Prosedur Penelitian
1. Peneliti membuat skala kecenderungan perilaku bullying dengan menggunakan metode rating yang dijumlahkan atau sumatted rating /
Likert.
2. Peneliti melakukan Pre-test dengan memberikan skala pengukuran kecenderungan perilaku bullying kepada subjek penelitian. Pre-test
merupakan pengumpulan data mengenai tingkat kecenderungan perilaku
Pre-test yang dilakukan sekaligus digunakan untuk uji coba aitem, agar aitem yang digunakan merupakan aitem yang sahih dan menghasilkan data
yang reliabel. Selain itu, data hasil pre-test juga digunakan untuk mengidentifikasi homogenitas dari kelompok subjek penelitian.
Homogenitas yang dimaksud adalah kesamaan varian subjek antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dengan demikian, data
pre-test yang digunakan adalah total skor dari aitem yang sudah diuji kesahihan dan reliabilitasnya.
3. Peneliti menentukan kelompok kelas yang akan diberikan perlakuan
(program) dan kelompok kelas yang tidak diberikan perlakuan.
4. Peneliti memberikan waktu kepada pihak sekolah untuk melaksanakan
Program Anti Bullying terhadap kelas yang sudah ditentukan. Waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan program tersebut adalah tiga kali pertemuan dengan jarak tiap pertemuan adalah satu minggu. Durasi yang
dibutuhkan setiap pertemuan adalah 45 menit.
5. Peneliti memberikan post-test kepada kedua kelas. Post-test merupakan
pengumpulan data kecenderungan perilaku bullying setelah dilakukannya perlakuan.
6. Peneliti melakukan uji hipotesis dengan menganalisa data yang telah
terkumpul dari kedua kelompok kelas dengan membandingkan data kelompok kelas yang diberi perlakuan dan kelompok kelas yang tidak
diberi perlakuan.
G. Alat Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, pengumpulan data menggunakan skala
psikologis untuk mengukur kecenderungan perilaku bullying yang dibuat berdasarkan metode skala Likert (Azwar, 2004). Pernyataan dalam skala
tersebut disusun oleh peneliti berdasarkan jenis-jenis perilaku bullying
menurut Riauskina dkk. (2005), yaitu Kontak fisik langsung, kontak verbal langsung, perilaku non verbal langsung, perilaku non verbal tidak langsung
dan pelecehan seksual.
Berdasarkan teori yang diungkapkan oleh Yayasan Sejiwa (2008),
bullying merupakan situasi dimana terdapat tiga karakter yang berperan, yaitu pelaku bullying, korban bullying, dan penonton bullying. Dengan demikan,
data yang dikumpulkan juga berupa data yang mengenai pelaku, korban, dan penonton bullying.
Cara mengidentifikasi tiap karakter yang berperan dalam peristiwa
bullying adalah dengan membedakan sudut pandang subjek terhadap pernyataan-pernyataan dalam skala. Selain itu juga ditambahkan sampel