• Tidak ada hasil yang ditemukan

Motivasi dan hasil belajar siswa dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) pada topik persegipanjang dan persegi di SMP Negeri 3 Depok Sleman

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Motivasi dan hasil belajar siswa dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) pada topik persegipanjang dan persegi di SMP Negeri 3 Depok Sleman"

Copied!
310
0
0

Teks penuh

(1)

MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

TEAMS GAMES- TOURNAMENT

(TGT) PADA TOPIK

PERSEGIPANJANG DAN PERSEGI DI KELAS VII SMP

NEGERI 3 DEPOK SLEMAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

Fransiska Desiati

NIM : 091414039

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

i

MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

TEAMS GAMES- TOURNAMENT

(TGT) PADA TOPIK

PERSEGIPANJANG DAN PERSEGI DI KELAS VII SMP

NEGERI 3 DEPOK SLEMAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

Fransiska Desiati

NIM : 091414039

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

“ yakinlah pada kemampuan yang ada dan teruslah

berusaha, maka akan mendapatkan yang

diinginkan”

Karya ini saya persembahkan untuk:

 Tuhan Yesus Kristus

 Bapak, Ibu, Mas, dan Adik- adik ku

 Sahabat dan teman- teman yang selalu mendukungku  Almamaterku, Universitas Sanata Dharma

 Semua pihak yang telah membantu, memberikan dukungan dan doa dalam peyusunan skripsi ini

(6)
(7)
(8)

vii ABSTRAK

Fransiska Desiati. 2013. Motivasi dan Hasil Belajar Siswa dalam Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games- Tournament (TGT) pada Topik Persegipanjang dan Persegi di Kelas VII SMP Negeri 3 Depok Sleman. Skripsi, Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) motivasi belajar siswa, dan (3) hasil belajar siswa dalam pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games- Tournament (TGT) pada topik pesegipanjang dan persegi.

Penelitian ini termasuk penelitian eksploratif. Penelitian eksploratif di lapangan dilakukan pada tanggal 3 Mei 2013 sampai 21 Mei 2013. Subyek dari penelitian ini adalah siswa kelas VII A SMP Negeri 3 Depok-Sleman Yogyakarta tahun pelajaran 2012/2013, yang terdiri dari 32 siswa. Penelitian ini dilakukan dalam 5 kali pertemuan. Penelitian ini menggunakan instrumen pembelajaran berupa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan instrumen pengumpulan data: (1) kuisioner motivasi belajar siswa untuk meneliti motivasi belajar siswa terhadap pembelajaran matematika, (2) soal tes hasil belajar siswa untuk meneliti hasil belajar matematika siswa pada topik persegipanjang dan persegi, (3) panduan wawancara peneliti dengan siswa untuk memverifikasi respon siswa terhadap pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe Teams Games- Tournament (TGT).

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini: (1) data motivasi belajar siswa, dan (2) data hasil belajar siswa. (1) data motivasi belajar siswa dianalisis dengan menentukan skor pada setiap pernyataan siswa, dan (2) data hasil belajar siswa dianalisis dengan menentukan skor tes hasil belajar siswa, kemudian dihitung nilainya dan ditentukan kriteria pencapaian hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) motivasi belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games- Tournament (TGT) yang memiliki motivasi belajar minimal tinggi mencapai 100%, dan (2) hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games- Tournament (TGT) yang mendapat nilai diatas KKM mencapai 90,625%.

(9)

viii ABSTRACT

Fransiska Desiati, 2013. Motivation and Student’s Learning Result in Cooperative Learning Model of the Teams Games- Tournament (TGT) Type on the Topic of Rectangles and Squares for Grade VII of SMP Negeri 3 Depok Sleman. Undergraduate Thesis, Mathematics Education Study Program, Department of Mathematic and Science Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University.

This reseach was aimed to know: (1) students learning motivation, and (2) students learning result in cooperative learning model of the type of Teams Games-Tournament (TGT) on the topic of rectangles and squares.

This study was an explorative research. The field study has been done from May 3, 2013 until May 21, 2013. Respondents of this research were the students of grade VII of SMP Negeri 3 Depok-Sleman Yogyakarta in the year 2012/2013 consisting of 32 students. The research in the classroom was done in five meetings. This research used learning instruments consisting of lesson plan

and data collecting instruments: (1) questionnaire of student’s learning

motivation, to know students motivation in learning mathematics, (2) the result of

student’s test to examine student’s learning result on the topic of rectangles and squares, (3) interview guidelines for the researcher to verify the response of the students about learning using cooperative model, with the type of Team Games- Tournament (TGT).

The data collected in this research: (1) student’s learning motivation data

and (2) student’s learning result data. (1) student’s learning motivation data have

been analized by deciding a certain score for every student statement, and (2)

student’s learning result has been analized by deciding the score of students test then count the score and identified the criteria of students accomplishment.

The results of the study shows that (1) student’s learning motivation using

cooperative learning model, of the type Team Games- Tournament (TGT) reach

100%, and (2) student’s learning result using cooperative learning model of the Team Games- Tournament (TGT) type showed that the number of student’s who passed the KKM score is 90.625%.

Key word : Cooperative Learning Model Teams Games- Tournament (TGT)

(10)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kemurahan dan karunian-

Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Motivasi dan

Hasil Belajar Siswa dalam Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams

Games- Tournament (TGT) pada Topik Persegipanjang dan Persegi di Kelas VII

SMP Negeri 3 Depok Sleman”.

Skripsi ini disusun untuk melengkapi persyaratan guna memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Sanata Dharma.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat selesai karena dukungan,

bimbingan dan semangat dari berbagai macam pihak. Dalam kesempatan ini,

penulis dengan rasa syukur mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi Ph.D. selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan.

2. Bapak Drs. A. Atmadi, M. Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

3. Bapak Prof. Dr. St. Suwarsono, selaku dosen pembimbing yang sudah

meluangkan waktu dan pemikiran untuk membimbing peneliti dalam

menyusun skripsi ini.

4. Bapak Dr. M. Andy Rudhito, S. Pd, selaku Kaprodi Pendidikan

(11)

x

5. Bapak Dominikus Arif Budi P., S. Si., M. Si. selaku dosen pembimbing

akademik, yang telah memberikan bimbingan selama studi.

6. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Matematika yang telah banyak

memberi ilmu pengetahuan dan bekal keterampilan sehingga peneliti dapat

menyelesaikan studi dengan baik.

7. Staf Sekretariat JPMIPA yang telah membantu dalam hal administrasi

kampus selama penulis kuliah.

8. Ibu Rr. Lies Haryanti, S. Pd, selaku guru matematika kelas VII A SMP

Negeri 3 Depok Sleman Yogyakarta yang telah mengijinkan

melaksanakan penelitian dan membantu pelaksanaan penelitian.

9. Bapak Drs. Sugiyanto, selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 3 Depok

Sleman Yogyakarta yang telah mengijinkan peneliti melaksanakan

penelitian di SMP Negeri 3 Depok Sleman Yogyakarta.

10.Siswa dan siswi kelas VII A SMP Negeri 3 Depok Sleman Yogyakarta

yang telah membantu dan bekerjasama selama pelaksanaan penelitian.

11.Orang tuaku tercinta, Bapak Benedictus Wardiyana dan Ibu Romana

Lestari, yang telah membantu dalam doa, semangat dan dukungan.

12.Saudara- saudaraku, Mas Yakobus Dewantoro, Adik Maria Imaculata

Apriliani dan Adik Carolus Noviadi, yang telah membantu dalam doa dan

semangat.

13.Yoseph Hengki Utama Riawan, atas segala semangat, doa serta

dukunganya.

14.Sahabat- sahabatku, Caeci, Chatrin, Ulin, yang telah membantu peneliti

(12)

xi

15.Semua teman- teman P. Mat’ 09, berkat kalian aku dapat banyak

pengalaman berharga selama ini.

16.Keluargaku di kos Green House, Mbak Ida, Kakak Widya, Mbak Iing,

Mbak Titin, Maya, Caeci, Mbak Ani atas dukungannya selama ini.

17.Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah

turut serta membantu dan memberikan dukungan dalam menyusun skripsi.

Akhirnya Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan

menjadi inspirasi bagi pembaca. Terimakasih.

Penulis

(13)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Batasan Masalah ... 5

(14)

xiii

G. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II . LANDASAN TEORI A. Pengertian Belajar ... 9

B. Pengertian Pembelajaran ... 10

C. Pembelajaran ... 12

D. Proses Pembelajaran... 14

E. Pengertian Motivasi ... 16

F. Teori Motivasi ... 17

G. Macam- Macam Motivasi ... 19

H. Fungsi Motivasi dalam Belajar ... 20

I. Bentuk- Bentuk Motivasi dalam Belajar ... 22

J. Model Pembelajaran Kooperatif ... 25

K. Unsur- Unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif ... 27

L. Ciri- Ciri Model Pembelajaran Kooperatif ... 28

M. Tujuan Pembelajaran Kooperatif ... 28

N. Prosedur Pembelajaran ... 29

O. Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT... 31

P. Komponen Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT ... 31

Q. Langkah- Langkah dan Aktivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games- Tournament (TGT) ... 35

R. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games- Tournament (TGT) ... 37

(15)

xiv

T. Topik Pesegipanjang dan Persegi... 39

U. Kerangka Berpikir ... 44

BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 47

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 47

C. Subyek Penelitian ... 48

D. Obyek Penelitian ... 48

E. Perumusan Variabel-Variabel ... 48

F. Bentuk Data ... 49

G. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data ... 50

H. Keabsahan Data ... 58

I. Metode Analisis Data ... 60

J. Tahap-Tahap Pelaksanaan Penelitian Keseluruhan ... 66

BAB IV. PERSIAPAN PENELITIAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Penelitian ... 69

1. Validitas Isi Kuisioner Motivasi Belajar Siswa ... 69

2. Validitas Butir Item Kuisioner Motivasi Belajar Siswa ... 73

3. Reliabilitas Kuisioner Motivasi Belajar Siswa ... 75

4. Validitas Isi Tes Hasil Belajar Siswa ... 76

5. Validitas Butir Item Tes Hasil Belajar Siswa ... 79

(16)

xv

B. Pelaksanaan Penelitian ... 83

1. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ... 83

2. Pelaksanaan Pembelajaran ... 85

C. Penyajian Data ... 96

1. Data Turnamen ... 96

2. Data Kuisioner Motivasi Belajar Siswa ... 102

3. Data Tes Hasil Belajar Siswa ... 106

4. Data Hasil Wawancara ... 108

D. Analisis Data ... 109

1. Analisis Hasil Turnamen ... 109

2. Analisis Kuisioner Motivasi Belajar Siswa ... 111

3. Analisis Tes Hasil Belajar Siswa ... 114

4. Analisis Hasil Wawancara Siswa ... 116

5. Analisis Keseluruhan ... 123

E. Pembahasan ... 124

F. Keterbatasan Penelitian ... 127

BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan ... 128

B. Saran ... 129

DAFTAR PUSTAKA ... 130

(17)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kriteria Penghargaan... 34

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Kuisioner Motivasi Belajar Siswa ... 51

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Soal Tes Hasil Belajar Siswa ... 52

Tabel 3.3 Klasifikasi Siswa Berdasarkan Nilai Tes Hasil Belajar Siswa ... 54

Tabel 3.4 Pedoman Penilaian Tes Hasil Belajar Siswa ... 56

Tabel 3.5 Skor Pernyataan Positif ... 60

Tabel 3.6 Skor Pernyataan Negatif ... 61

Tabel 3.7 Rentang Kuisioner Motivasi Belajar Siswa ... 62

Tabel 3.8 Kriteria Pencapaian Hasil Belajar Siswa ... 63

Tabel 4.1 Indikator Kuisioner Motivasi Belajar Siswa ... 70

Tabel 4.2 Validitas Isi Kuisioner Motivasi Belajar Siswa ... 70

Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas Butir Item Kuisioner Motivasi Belajar Siswa ... 74

Tabel 4.4 Indikator Soal Tes Hasil Belajar Siswa... 77

Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas Isi Tes Hasil Belajar Siswa ... 78

Tabel 4.6 Daftar Nilai Uji Coba Tes Hasil Belajar Siswa ... 79

Tabel 4.7 Hasil Uji Validitas Butir Item Soal Tes Hasil Belajar Siswa ... 82

Tabel 4.8 Data Hasil Turnamen I Pada Meja I ... 96

Tabel 4.9 Data Hasil Turnamen I Pada Meja II ... 97

Tabel 4.10 Data Hasil Turnamen I Pada Meja III ... 97

Tabel 4.11 Data Hasil Turnamen I Pada Meja IV ... 98

Tabel 4.12 Data Hasil Turnamen II Pada Meja I ... 99

(18)

xvii

Tabel 4.14 Data Hasil Turnamen II Pada Meja III ... 100

Tabel 4.15 Data Hasil Turnamen II Pada Meja IV ... 101

Tabel 4.16 Skor Kuisioner Motivasi Belajar Siswa ... 103

Tabel 4.17 Data Tes Hasil Belajar Siswa ... 106

Tabel 4.18 Responden Wawancara Siswa ... 108

Tabel 4.19 Hasil Turnamen I ... 109

Tabel 4.20 Hasil Turnamen II ... 110

Tabel 4.21 Analisis Kuisioner Motivasi Belajar Siswa ... 111

Tabel 4.22 Jumlah Siswa dalam Kualifikasi Motivasi Belajar Siswa ... 113

Tabel 4.23 Analisis Nilai Tes Hasil Belajar Siswa ... 114

(19)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2,2 ... 40

Gambar 2.4 ... 41

Gambar 2.5 ... 42

Gambar 2.6 ... 43

Gambar 4.1 ... 87

Gambar 4.2 ... 88

Gambar 4.3 ... 90

Gambar 4.4 ... 92

(20)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A ... 133

LAMPIRAN A.1 Surat Ijin Penelitian ... 134

LAMPIRAN A.2 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ... 135

LAMPIRAN A.3 Daftar Nama Siswa Kelas VII A ... 136

LAMPIRAN A.4 Daftar Nama Kelompok Turnamen I ... 138

LAMPIRAN A.5 Daftar Nama Kelompok Turnamen II ... 140

LAMPIRAN A.6 Daftar Nama Meja Turnamen I ... 142

LAMPIRAN A.7 Daftar Nama Meja Turnamen II ... 144

LAMPIRAN A.8 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 146

LAMPIRAN A.9 Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 159

LAMPIRAN A.10 Soal Latihan Siswa ... 165

LAMPIRAN A.11 Soal Turnamen I ... 167

LAMPIRAN A.12 Soal Turnamen II ... 175

LAMPIRAN A.13 Peraturan Turnamen ... 182

LAMPIRAN B ... 184

LAMPIRAN B.1 Kuisioner Motivasi Belajar Siswa ... 185

LAMPIRAN B.2 Soal Tes Hasil Belajar Siswa ... 191

LAMPIRAN B.3 Kunci Jawaban Tes Hasil Belajar Siswa ... 193

LAMPIRAN B.4 Panduan Wawancara Siswa ... 198

LAMPIRAN C ... 199

LAMPIRAN C.1 Perhitungan Nilai R Butir Kuisioner Motivasi Belajar Siswa .. 200

(21)

xx

LAMPIRAN C.3 Daftar Nilai Hasil Uji Coba Tes Hasil Belajar Siswa ... 251

LAMPIRAN C.4 Perhitungan Nilai R Butir Soal Tes Hasil Belajar Siswa... 253

LAMPIRAN C.5 Perhitungan Reliabilitas Soal Tes Hasil Belajar Siswa ... 263

LAMPIRAN D ... 267

LAMPIRAN D.1 Transkip Wawancara ... 268

LAMPIRAN D.2 Nilai Tes Akhir Siswa ... 279

(22)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.

LATAR BELAKANG

Kemajuan dari suatu bangsa, ditentukan dari kualitas sumber daya

manusianya, terutama pada generasi muda. Generasi muda menjadi ujung

tombak untuk memajukan suatu bangsa. Kualitas sumber daya manusia

yang baik ditentukan oleh kualitas dari pendidikannya. Peran pendidikan

itu sangat penting dalam menciptakan masyarakat yang cerdas, humanis,

terbuka, dan demokratis. Oleh karena itu, pendidikan harus selalu

diperhatikan, untuk meningkatkan kualitas pendidikan di suatu bangsa. Di

Indonesia, dalam bidang pendidikan diperlukan pembaharuan, untuk dapat

menciptakan pendidikan yang adaptif terhadap perubahan zaman yang

terus terjadi.

Dalam perkembangan hidup manusia, ada dua hal yang

menyebabkan manusia mengalami peningkatan kemampuan, yakni

kematangan dan belajar. Keduanya sering terjadi bersama- sama dalam

kehidupan manusia. Perubahan yang disebabkan kematangan disebut

pertumbuhan atau growth, sedangkan perubahan karena belajar disebut

perkembangan atau development (Hilgard, 1962 dalam Mulyati, 2005).

Di Indonesia telah ada upaya untuk meningkatkan kualitas

pendidikan, dengan cara memperbaiki kualitas pembelajaran di sekolah,

(23)

pembelajaran, perubahan sistem penilaian, memberikan kelengkapan

sarana dan prasarana, dan yang lainnya. Salah satu yang selalu dikaji

dalam meningkatkan kualitas pendidikan adalah model pembelajaran yang

di lakukan, dimana lebih dituntut usaha untuk meningkatkan keaktifan

siswa. Masih banyak sekolah yang melakukan pembelajaran secara

konvensional, di mana kegiatan pembelajaran hanya berpusat pada guru.

Guru aktif menjelaskan materi yang diberikan, sedangkan siswa hanya

menerima, dan tidak turut aktif dalam pembelajaran. Oleh sebab itu,

paradigma mengenai pembelajaran berpusat pada guru harus diubah. Guru

seharusnya berperan sebagai pembimbing, motivator, dan fasilitator,

sehingga dalam pembelajaran siswalah yang dituntut aktif. Akibatnya

sangat diperlukan pengembangan terhadap suatu model pembelajaran,

untuk dapat meningkatkan keaktifan serta hasil belajar siswa. Dalam

menentukan model pembelajaran harus mampu mengembangkan

kemampuan siswa dalam berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif.

Dalam pembelajaran di sekolah,pemahaman siswa terhadap topik

pembelajaran sangat mempengaruhi hasil belajar. Hal ini terutama untuk

materi dalam pelajaran matematika. Banyak siswa masih menganggap

matematika itu suatu materi yang sangat sulit dan menakutkan. Hal ini

sejalan dengan hasil observasi yang telah dilakukan di SMP Megeri 3

Depok Sleman pada kelas VII- A tahun ajaran 2012/ 2013. Hasil observasi

tersebut memberikan gambaran bahwa proses belajar mengajar yang

(24)

hanya memberikan pemahanan dengan pembelajaran konvensional,

dimana siswa hanya pasif menerima informasi dari guru.

Berdasarkan situasi di atas, perlu dikembangkan suatu

pembelajaran yang tepat, sehingga siswa menjadi terpacu untuk

memahami topik yang diberikan. Mengingat pentingnya pelajaran

matematika dalam pendidikan, maka guru diharapkan mampu

merencanakan pembelajaran yang menarik, dengan menggunakan model

pembelajaran yang kreatif. Model pembelajaran yang digunakan dapat

berupa model pembelajaran yang kooperatif.

Model pembelajaran yang dirancang harus dapat melibatkan semua

siswa untuk turut aktif, dan tidak menimbulkan perbedaan antar siswa.

Dalam aktivitas pembelajaran dirancang untuk dapat mengaktifkan siswa,

misalnya dengan membagi siswa ke dalam beberapa kelompok, dan

memberikan tugas yang harus diselesaikan oleh masing- masing

kelompok. Hal ini, bertujuan untuk merangsang siswa memiliki rasa

tanggung jawab dalam menyelesaikan tugas- tugasnya. Dalam

pembelajaran matematika, siswa membutuhkan banyak dukungan, oleh

sebab itu, guru sebagai motivator memberi motivasi- motivasi kepada

siswa, guru juga bertindak sebagai fasilitator yang memfasilitasi siswa

dalam tubuh kembang memahami pembelajaran yang sedang berlangsung,

serta guru juga mendampingi siswa dalam pembelajaran.

Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk

melakukan suatu penelitian pembelajaran matematika yang menerapkan

(25)

pembelajaran sehingga mendapatkan hasil belajar siswa yang baik. Di

mana model penelitian yang akan digunakan adalah model pembelajaran

kooperatif tipe TGT (Teams Games- Tournament).

Pembelajaran kooperatif tipe Teams Games- Tournament (TGT)

adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah

diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan

status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung

unsur permainan dan reinforcement. Aktivitas belajar dengan permainan

yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif tipe Teams Games-

Tournament (TGT) memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks

disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan yang

sehat dan keterlibatan belajar.

B.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan dari latar belakang yang telah dikemukakan di atas,

maka akan dapat di identifikasi masalahnya sebagai berikut:

1. Salah satu faktor rendahnya kualitas pendidikan terutama

pada hasil belajar siswa dikarenakan model pembelajaran

yang diterapkan, masih cenderung model konvensional.

2. Pembelajaran yang terpusat pada guru, membuat siswa

cenderung menjadi pasif dalam pembelajaran dan siswa

(26)

C.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana motivasi belajar siswa dalam pembelajaran dengan

menggunakan model kooperatif tipe Teams Games- Tournament

(TGT) pada topik persegipanjang dan persegi?

2. Bagaimana hasil belajar siswa dalam pembelajaran dengan

menggunakan model kooperatif tipe Teams Games- Tournament

(TGT) pada topik persegipanjang dan persegi?

D.

Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang terlah dipaparkan di atas,

maka tujuan penelitian adalah

1. Mengetahui motivasi belajar siswa dalam pembelajaran dengan

menggunakan model kooperatif tipe Teams Games-

Tournament (TGT) pada topik persegipanjang dan persegi.

2. Mengetahui hasil belajar siswa dalam pembelajaran dengan

menggunakan model kooperatif tipe Teams Games-

Tournament (TGT) pada topik persegipanjang dan persegi.

E.

Batasan Masalah

Pada penelitian ini masalah akan dibatasi pada ruang lingkup

(27)

mendalam. Obyek penelitian akan dibatasi untuk motivasi dan hasil belajar

siswa. Selain itu, motivasi dan hasil belajar siswa yang dimaksud hanya

dibatasi pada topik persegipanjang dan persegi, dengan Standar

Kompetensi dan Kompetensi Dasar sebagai berikut:

SK : 6. Memahami konsep segiempat dan segitiga serta

menentukan ukurannya.

KD : 6.2 Mengidentifikasi sifat- sifat persegipanjang, persegi,

trapesium, jajargenjang, belahketupat, dan layang-

layang.

6.3 Menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan

segiempat serta menggunakannya dalam pemecahan

masalah.

F.

Batasan Istilah

1. Pembelajaran Kooperatif

Merupakan suatu model pembelajaran di mana dalam sistem

belajar dan bekerja dalam kelompok- kelompok kecil yang

berjumlah 4 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang

siswa lebih bergairah dalam belajar.

2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games-

Tournament)

Merupakan salah satu tipe dari pembelajaran kooperatif. TGT

adalah tipe pembelajaran yang mengunakan turnamen akademik,

(28)

mana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dalam

anggota tim lain yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti

mereka (Slavin,2008:163).

3. Motivasi

Merupakan suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang

yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk

mencapai tujuan.

4. Hasil belajar

Merupakan suatu bukti usaha seseorang yang dicapai dari suatu

proses atau kegiatan belajar.

5. Guru

Merupakan seorang yang bertugas mengajar suatu mata pelajaran

tertentu kepada siswa dengan menggunakan suatu metode yang

dapat diterima siswa dan membuat siswa tertarik dengan

pengajaran tersebut.

6. Siswa

Merupakan seorang yang sedang melakukan proses pembelajaran.

7. Sekolah

Merupakan lembaga pendidikan formal dari pemerintah yang

menyelenggarakan kegiatan pendidikan secara terencana,

sistematis, teratur.

(29)

Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan

manfaat sebagai berikut:

1. Bagi Siswa

Sebagai bahan masukan bagi siswa untuk mengevaluasi diri dan

memberikan kesempatan berkembangnya keterampilan

memproseskan perolehan belajarnya.

2. Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengalaman dan

pengetahuan yang berguna sebagai seorang calon guru dapat

menjadi acuan dalam memberikan pembelajaran matematika

kepada siswa. Serta untuk dapat memberikan gambaran yang jelas

akan fakta di lapangan.

3. Bagi Guru

Dengan mengetahui manfaat model pembelajaran dalam

matematika, guru dapat menggunakan model pembelajaran yang

dapat meningkatkan keberhasilan dalam proses pembelajaran

4. Bagi Mahasiswa

Dapat menjadi motivasi bagi mahasiswa lain untuk

mengembangkan penelitian menjadi lebih luas sehingga dapat

bermanfaat bagi pengembangan pembelajaran matematika di

sekolah.

(30)

Penelitian ini, diharapkan dapat menjadi tambahan referensi

pengetahuan dalam memberikan pembelajaran matematika kepada

(31)

9 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan

masyarakat. Bagi para pelajar atau mahasiswa kata “belajar” merupakan kata

yang tidak asing. Bahkan sudah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

semua kegiatan mereka dalam menuntut ilmu di lembaga pendidikan formal.

Kegiatan belajar mereka lakukan setiap waktu sesuai dengan keinginan.

Ada beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian belajar: (Syaiful

Bahri, 2011: 12-13)

1. James O. Whittaker, merumuskan belajar sebagai proses dimana

tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau

pengalaman.

2. Cronbach, berpendapat bahwa learning in shown by change in

behavior as a result of experience. Belajar sebagai suatu aktivitas

yang ditunjukan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari

pengalaman.

3. Drs Slameto, merumuskan belajar adalah suatu proses usaha yang

dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman

(32)

Dari beberapa pendapat para ahli tentang pengertian belajar yang

dikemukakan di atas dapat dipahami bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang

dilakukan dengan melibatkan dua unsur, yaitu jiwa dan raga. Gerak raga yang

ditunjukan harus sejalan dengan proses jiwa untuk mendapatkan perubahan.

Tentu saja perubahan yang didapatkan itu bukan perubahan fisik, tetapi

perubahan jiwa dengan sebab masuknya kesan- kesan yang baru. Oleh karena

itu, perubahan sebagai hasil dari proses belajar adalah perubahan jiwa yang

mempengaruhi tingkah laku seseorang.

Berdasarkan pengertian yang telah diuraikan, dapat disimpulkan

bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam

interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan

psikomotor.

B. Pengertian Pembelajaran

Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, pembelajaran

merupakan aktivitas yang paling utama. Pemahaman seorang guru terhadap

pengertian pembelajaran akan mempengaruhi cara guru itu mengajar. Dari

berbagai definisi yang dikemukakan oleh pakar- pakar, secara umum

pembelajaran merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan dalam

perilaku sebagai hasil interaksi antara dirinya dengan lingkungannya dalam

memenuhi kebutuhan hidupnya. Secara lengkap, pengertian pembelajaran

dapat dirumuskan sebagai berikut: “Pembelajaran ialah suatu proses yang

(33)

baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri

dalam interaksi dengan lingkungannya”.

Beberapa prinsip yang menjadi landasan perngertian tersebut adalah:

(Suyono dan Hariyanto, 2011:32-33)

1. Pembelajaran sebagai usaha memperoleh perubahan perilaku.

Perubahan perilaku sebagai hasil pembelajaran mempunyai ciri-

ciri sebagai berikut:

a. Perubahan yang disadari, artinya individu yang melakukan

proses pembelajaran menyadari bahwa pengetahuannya

telah bertambah, keterampilannya telah bertambah, lebih

percaya diri, dan sebagainya.

b. Perubahan yang bersifat kontinu (berkesinambungan),

artinya suatu perubahan yang telah terjadi, menyebabkan

terjadinya perubahan perilaku yang lain.

c. Perubahan yang bersifat fungsional, artinya perubahan

yang telah diperoleh sebagai hasil pembelajaran,

memberikan manfaat bagi individu yang bersangkutan.

d. Perubahan yang bersifat positif, artinya terjadi adanya

pertambahan kea rah yang lebih baik dalam diri individu.

e. Perubahan yang bersifat aktif, artinya perubahan itu tidak

terjadi dengan sendirinya, akan tetapi melalui aktivitas

individu.

f. Perubahan yang bersifat permanen (menetap), artinya

(34)

berada secara kekal dalam diri individu, setidak- tidaknya

untuk masa tertentu.

g. Perubahan yang bertujuan dan terarah, artinya perubahan

itu terjadi karena ada sesuatu yang akan dicapai.

2. Hasil pembelajaran ditandai dengan perubahan perilaku secara

keseluruhan. Perubahan perilaku itu meliputi aspek kognitif,

afektif, dan psikomotorik.

3. Pembelajaran merupakan suatu proses. Pembelajaran bukan

sebagai suatu benda atau keadaan yang statis, melainkan

merupakan suatu rangkaian aktivitas- aktivitas yang dinamis dan

saling berkaitan.

4. Proses pembelajaran terjadi karena adanya sesuatu yang

mendorong dan ada sesuatu tujuan yang ingin dicapai. Prinsip ini

mengandung makna bahwa aktivitas pembelajaran itu tejadi karena

adanya kebutuhan yang harus dipuaskan, dan adanya tujuan yang

ingin dicapai.

5. Pembelajaran merupakan bentuk pengalaman. Pembelajaran

merupakan bentuk interaksi individu dengan lingkungannya,

sehingga banyak memberikan pengalaman dari situasi nyata.

C. Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik

dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan

(35)

pengetahuan, penguasaaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan

kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses

untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses

pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di

mana pun dan kapan pun. Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip

dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda.

Pembelajaran dikondisikan agar mampu mendorong kreatifitas anak

secara keseluruhan, membuat siswa aktif, mencapai tujuan pembelajaran

secara efektif dan berlangsung secara kondisi yang menyenangkan. Oleh

karena itu, Menurut Munandar dalam (Suyono, 2002:2007-2008), setiap

pengajar harus berkeyakinan bahwa:

1. Belajar adalah sangat penting dan sangat menyenangkan.

2. Anak patut dihargai dan disayangi secara pribadi yang unik.

3. Anak hendaknya menjadi pelajar yang aktif. Mereka perlu didorong

untuk membawa pengalaman, gagasan, minat, dan bahan mereka di

kelas. Mereka dimungkinkan untuk membicarakan bersama dengan

guru tujuan bekerja/ belajar setiap hari, dan perlu diberi otonomi dalam

menentukan bagaimana tercapainya tujuan pembelajaran tersebut.

4. Anak perlu merasa nyaman di kelas, dan dirangsang untuk selalu

belajar. Hendaknya tidak ada tekanan dan ketegangan.

5. Anak harus memiliki rasa memiliki dan kebanggaan di dalam kelas.

Hal ini dapat dilakukan misal dengan memajang (display) hasil karya

(36)

merancang kegiatan belajar dan boleh membawa bahan- bahan dari

rumah.

6. Guru merupakan narasumber (fasilitator, mediator), bukan polisi atau

dewa. Anak harus menghormati guru, tetapi merasa amana dan

nyaman dekat dengan guru. Anak bukanlah robot, karena robot kecil

tidak akan belajar, dan juga tidak kreatif.

7. Guru memang harus kompeten, tetapi tidak perlu sempurna.

8. Anak perlu merasa bebas untuk mendiskusikan masalah secara terbuka

baik dengan guru maupun dengan teman sebaya. Ruang kelas adalah

milik mereka dan mereka berbagi tanggung jawab untuk mengaturnya.

9. Kerja sama bernilai lebih daripada kompetensi, walau pada akhirnya

mereka harus bertanggung jawab secara pribadi.

10. Pengalaman belajar (learning experiences) hendaknya dekat dan

berasal dari pengalaman yang diperoleh dari dunia nyata (real world).

D. Proses Pembelajaran

Dalam pembelajaran di sekolah, terjadi proses belajar dan mengajar.

Menurut Sardiman A.M (1992: 22), belajar merupakan perubahan tingkah

laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan, seperti membaca,

mengamati, mendengarkan, meniru, dan sebagainya. Belajar akan baik jika

siswa mengalami atau melakukannya secara langsung. Dengan demikian

belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang relatif tetap sebagai hasil

(37)

Peristiwa belajar yang disertai dengan proses pembelajaran akan lebih

terarah dan sistematik dari pada belajar dari pengalaman, atau dalam

lingkungan sosial. Dalam proses pembelajaran, selain ada proses belajar, ada

juga yang namanya mengajar, dimana dalam hal ini, yang diajar adalah siswa,

dan yang mengajar adalah guru.

Belajar bukan merupakan suatu tujuan, tetapi merupakan suatu proses

untuk mencapai tujuan. Dalam usaha mencapai tujuan belajar, perlu diciptakan

lingkungan yang kondusif. Proses pembelajaran merupakan suatu rangkaian

aktivitas sebagai berikut:

1. Individu merasakan adanya kebutuhan dan melihat tujuan yang ingin

dicapai. Dalam situasi ini, individu merasakan bahwa ada kekurangan

dalam dirinya sebagai suatu kebutuhan.

2. Kesiapan (readiness) individu untuk memenuhi kebutuhan dan

mencapai tujuan. Dalam proses pembelajaran, hal ini sangat diperlukan

untuk menunjang agar aktivitas pembelajaran dapat berlangsung secara

efektif.

3. Pemahaman situasi, yang dimaksud adalah segala sesuatu yang ada di

lingkungan individu dan mempunyai hubungan dengan aktivitas

individu dalam memenuhi kebutuhan dan tercapainya tujuannya.

4. Menafsirkan situasi, yaitu bagaimana individu melihat kaitan berbagai

aspek yang terdapat dalam situasi.

5. Tindak balas (respon). Dalam fase ini, individu melakukan aktivitas

untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan sesuai dengan yang

(38)

6. Akibat (hasil) pembelajaran. Dalam fase ini individu akan memperoleh

umpan balik dari apa yang telah dilakukan.

E. Pengertian Motivasi

Banyak para ahli sudah mengemukakan pengetian motivasi dengan

berbagai sudut pandang mereka masing- masing. Namun intinya sama, yakni

sebagai suatu pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang ke

dalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu.

Mc. Donald mengatakan bahwa, motivation is an energy change within

the person characterized by affective arousal and anticipatory goal reactions.

Motivasi adalah suatu peubahan energi di dalam pribadi seseorang yang

ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai

tujuan. (Oemar Hamalik, 1992: 173 dalam Sadirman, 2007: 5) perubahan

energi dalam diri seseorang itu berbentuk suatu aktivitas nyata berupa

kegiatan fisik. Karena seseorang mempunyai tujuan tertentu dari aktivitasnya,

maka seseorang mempunyai motivasi yang kuat untuk mencapainya dengan

segala upaya untuk dapat dia lakukan untuk mencapainya.

Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang

yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin

melakukan aktivitas belajar. Hal ini merupakan pertanda bahwa sesuatu yang

akan dikerjakan itu tidak menyentuh kebutuhannya. Segala sesuatu yang

menarik minat orang lain belum tentu menarik minat orang tertentu selama

sesuatu itu tidak bersentuhan dengan kebutuhan. Maslow (1943, 1970) sangat

(39)

kebutuhan- kebutuhan tertentu, seperti kebutuhan fisiologis, rasa aman, rasa

cinta, penghargaan, aktualisasi diri, mengetahui, mengerti, dan kebutuhan

estetik. Kebutuhan- kebutuhan inilah menurut Maslow yang mampu

memotivasi tingkah laku individu. Oleh karena itu, apa yang orang lihat itu

mempunyai hubungan dengan kepentingan sendiri.

Seseorang yang melakukan aktivitas belajar secara terus menerus tanpa

motivasi dari luar dirinya merupakan motivasi intrinsik yang sangat penting

dalam aktivitas belajar. Namun, seseorang yang tidak mempunyai keinginan

belajar, dorongan dari luar dirinya merupakan motivasi ekstrinsik yang

diharapkan. Oleh karena itu, motivasi ekstrinsik diperlukan bila motivasi

intrinsik tidak ada dalam diri seseorang sebagai subjek belajar.

F. Teori Motivasi

Perspektif motivasional pada pembelajaran kooperatif terutama

memfokuskan pada penghargaan atau struktur tujuan dimanapara siswa

bekerja (Slavin, 1993). Deutsch (1949) mengidentifikasi tiga unsur tujuan:

kooperatif, di mana usaha- berorientasi- tujuan dari tiap individu memberi

kontribusi pada pencapaian tujuan anggota lainnya. Kompetitif, di mana usaha-

berorientasi- tujuan dari tiap individu menghalangi pencapaian tujuan anggota

lainnya. Individualistik, di mana usaha- berorientasi- tujuan dari tiap

individutidak memiliki konsekuensi apapun bagi pencapaian tujuan anggota

(40)

Dalam pembelajaran kooperatif guru berperan sebagai fasilitator dan

motivator. Terdapat korelasi yang sangat signifikan antara motivasi dan

belajar. Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi.

Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada

peserta didik yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan perilaku.

Motivasi belajar adalah proses yang memberi semangat belajar, arah,

kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang penuh energi, terarah, dan bertahan

lama.

Indikator motivasi belajar menurut Hamzah B. Uno dapat

diklasifikasikan sebagai berikut (Uno, 2007: 10):

1. Adanya hasrat dan keinginan berhasil.

2. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar.

3. Adanya harapan dan cita-cita masa depan.

4. Adanya penghargaan dalam belajar.

5. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar.

6. Adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan

peserta didik dapat belajar dengan baik.

Motivasi belajar berkaitan erat dengan tujuan belajar. Terkait dengan hal

tersebut motivasi mempunyai fungsi:

1. Mendorong peserta didk untuk berbuat. Motivasi sebagai pendorong

atau motor dari setiap kegiatan belajar.

2. Menentukan arah kegiatan pembelajaran yakni ke arah tujuan belajar

yang hendak dicapai. Motivasi belajar memberikan arah dan kegiatan

(41)

3. Menyeleksi kegiatan pembelajaran, yakni menentukan kegiatan-

kegiatan apa yang harus dikerjakan yang sesuai guna mencapai tujuan

pembelajaran dengan menyeleksi kegiatan- kegiatan yang tidak

menunjang bagi pencapaian tujuan.

G. Macam- Macam Motivasi

Macam- macam motivasi belajar disini akan dibahas dua macam sudut

pandang, yakni motivasi yang berasal dari dalam pribadi seseorang (intrinsik)

dan yang berasal dari luar diri seseorang (ekstrinsik).

1. Motif Intrinsik

Menurut Uno (2007: 4), motif intrinsik timbulnya tidak

memerlukan rangsangan dari luar karena memang telah ada dalam diri

individu sendiri, yaitu sesuai atau sejalan dengan kebutuhannya. Motif

intrinsik dapat ditimbulkan dengan menumbuhkan dan

mengembangkan minat terhadap bidang studi yang relevan. Sebagai

contoh, memberitahukan sasaran yang hendak dicapai dalam bentuk

tujuan intruksional pada saat pembelajaran akan dimulai yang

menimbulkan motif keberhasilan mencapai sasaran.

2. Motif Ekstrinsik

Motif ekstrinsik timbul karena adanya rangsangan dari luar individu,

misalnya dalam bidang pendidikan terdapat minat yang positif

terhadap kegiatan pendidikan yang timbul karena melihat manfaatnya.

Berikut beberapa hal yang dapat menimbulkan motif ekstrinsik, antara

(42)

a. Pendidik memerlukan anak didiknya, sebagai manusia yang

berpribadi, menghargai pendapatnya, pikirannya, perasaannya,

maupun keyakinannya.

b. Pendidik menggunakan berbagai metode dalam melaksanakan

kegiatan pendidikannya.

c. Pendidik senantiasa memberikan bimbingan dan juga

pengarahan kepada anak didiknya dan membantu apabila

mengalami kesulitan, baik yang bersifat pribadi maupun

akademis.

d. Pendidik harus mempunyai pengetahuan yang luas dan

penguasa bidang studi atau materi yang diajarkan kepada

peserta didiknya.

e. Pendidik harus mempunyai rasa cinta dan sifat pengabdian

kepada profesinya sebagai pendidik.

H. Fungsi Motivasi dalam Belajar

Dalam kegiatan belajar mengajar pasti ditemukan anak didik yang

malas berpartisipasi dalam belajar. Sementara anak didik yang lain aktif

berpartisipasi dalam kegiatan. Ketidakminatan terhadap suatu pelajaran

menjadi pangkal penyebab kenapa anak didik menjadi malas berpartisipasi

dalam belajar. Itulah sebagi pertanda bahwa anak didik tidak mempunyai

motivasi belajar. Kemiskinan terhadap motivasi intrinsik ini merupakan

(43)

Untuk lebih jelasnya mengenai fungsi motivasi dalam belajar adalah

sebagai berikut:

1. Motivasi sebagai pendorong perbuatan

Pada mulanya anak didik tidak ada hasrat untuk belajar, tetapi karena

ada sesuatu yang dicari muncullah minatnya untuk belajar. Sesuatu

yang akan dicariitu dalam rangka untuk memuaskan rasa ingin tahunya

dari sesuatu yang akan dipelajari. Sesuatu yang belum diketahui itu

akhirnya mendorong anak didik untuk belajar dalam rangka mencari

tahu. Anak didik pun mengambil sikap seiring dengan minat terhadap

suatu objek. Disini anak didik mempunyai keyakinan dan pendirian

tentang apa yang seharusnya dilakukan untuk mencari tahu tentang

sesuatu. Sikap itulah yang mendasari dan mendorong ke arah sejumlah

perbuatan dalam belajar. Jadi, motivasi yang berfungsi sebagai

pendorong ini mempengaruhi sikap apa yang seharusnya anak didik

ambil dalam rangka belajar.

2. Motivasi sebagai penggerak perbuatan

Dorongan psikologis yang melahirkan sikap terhadap anak didik itu

merupakan suatu kekuatan yang tak terbendung, yang kemudian

terjelma dalam bentuk gerakan psikofisik. Di sini anak didik sudah

melakukan aktivitas belajar dengan segenap jiwa dan raga. Akal

pikiran berproses dengan sikap raga yang cenderung tunduk dengan

kehendak perbuatan belajar. Sikap berada dalam kepastian perbuatan

(44)

prinsip, dalil, dan hukum, sehingga mengerti betul isi yang

dikandungnya.

3. Motivasi sebagai pengarah perbuatan

Anak didik mempunyai motivasi dapat menyeleksi mana perbuatan

yang harus dilakukan dan mana perbuatan yang diabaikan. Seorang

anak didik yang ingin mendapatkan sesuatu dari suatu mata pelajaran

tertentu, tidak mungkin dipaksakan untuk mempelajari mata pelajaran

yang lain. Pasti anak didik akan mempelajari mata pelajaran di mana

tersimpan sesuatu yang akan dicari itu. Sesuatu yang akan dicari anak

didik merupakan tujuan belajar yang akan dicapainya. Tujuan belajar

itulah sebagai pengarah yang memberikan motivasi kepada anak didik

dalam belajar. Dengan tekun anak didik belajar. Dengan penuh

konsentrasi anak didik belajar agar tujuannya mencari sesuatu yang

ingin diketahui/ dimengerti itu cepat tercapai. Segala sesuatu yang

menggangu pikirannya dan dapat membuyarkan konsentrasinya

diusahakan disingkirkan jauh- jauh. Itulah peranan motivasi yang dapat

mengarahkan perbuatan anak didik dalam belajar.

I. Bentuk- Bentuk Motivasi dalam Belajar

Ada beberapa bentuk motivasi yang dapat dimanfaatkan dalam rangka

mengarahkan belajar anak didik di kelas, yaitu:

1. Memberi angka

Angka dimaksud adalah sebagai simbol atau nilai dari hasil aktivitas

(45)

biasanya bervariasi, sesuai dengan hasil ulangan yang telah mereka

peroleh dari hasil penilaian guru, bukan karena belas kasihan guru.

Angka merupakan alat motivasi yang cukup memberikan rangsangan

kepada anak didik untuk mempertahankan atau bahkan lebih

meningkatkan prestasi belajar si masa mendatang.

2. Hadiah

Hadiah adalah memberikan sesuatu kepada orang lain sebagai

penghargaan atau kenang- kenangan/ cendramata. Hadiah yang

diberikan kepada orang lain bisa berupa apa saja, tergantung dari

keinginan pemberi. Atau bisa juga disesuaikan dengan prestasi yang

dicapai seseorang. Penerima hadiah tidak tergantung dari jabatan,

profesi, dan usia seseorang. Semua orang berhak menerima hadiah dari

seseorang dengan motif- motif tertentu.

3. Kompetisi

Kompetisi merupakan persaingan, dapat digunakan sebagai alat

motivasi untuk mendorong anak didik agar mereka bergairah belajar.

4. Ego- Involvement

Menumbuhkan kesadaran kepada anak didik agar merasakan

pentingnya tugas dan menerimanya sebagai suatu tantangan sehingga

bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri, adalah sebagai salah

(46)

5. Memberi Ulangan

Ulangan bisa dijadikan sebagai alat motivasi. Anak didik biasanya

mempersiapkan diri dengan belajar jauh- jauh hari untuk menghadapi

ulangan.

6. Mengetahui Hasil

Mengetahui hasil belajar bisa dijadikan sebagai alat motivasi. Dengan

mengetahui hasil, anak didik terdorong untuk belajar lebih giat.

Apalagi bila hasil belajar itu mengalami kemajuan, anak didik

berusaha untuk mempertahankannya atau bahkan meningkatkan

intensitas belajarnya guna mendapatkan pretasi belajar yang lebih baik.

7. Pujian

Pujian yang diucapkan pada waktu yang tepat dapat dijadikan sebagai

alat motivasi. Pujian adalah bentuk reinforcement yang positif dan

sekaligus merupakan motivasi yang baik. Pujian diberikan sesuai

dengan hasil kerja bukan dibuat- buat.

8. Hukuman

Meskipun hukuman sebagai reinforcement yang negative, tetapi bila

dilakukan dengan tepat dan bijaksana akan merupakan alat motivasi

yang baik dan efektif.

9. Hasrat untuk Belajar

Hasrat untuk belajar berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk

belajar. Hal ini akan lebih baik bila dibandingkan dengan segala

kegiatan tanpa maksud. Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak

(47)

tentu hasilnya akan lebih baik daripada anak didik yang tidak berhasrat

untuk belajar.

10.Minat

Minat adalah kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan dan

mengenang beberapa aktivitas. Seseorang yang berminat terhadap

suatu aktivitas akan memperhatikan aktivitas itu secara konsisten

dengan rasa senang. Dengan kata lain, minat adalah suatu rasa lebih

suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang

menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu

hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri.

11.Tujuan yang Diakui

Rumusan tujuan yang diakui dan diterima dengan baik oleh anak didik

merupakan alat motivasi yang sangat penting. Sebab dengan

memahami tujuan yang harus dicapai, dirasakan anak sangat berguna

dan menguntungkan, sehingga menimbulkan gairah untuk terus

belajar.

J. Model Pembelajaran Kooperatif

Slavin (dalam Agus Suprijono, 2009:15) mengemukakan, “In

cooperative learning methods, students work together in four member teams to

master material initially presented by the teacher.”Dari uraian tersebut dapat

dikemukakan bahwa cooperative learning adalah suatu model pembelajaran di

(48)

berjumlah 4- 6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa

lebih bergairah dalah belajar.

Pembelajaran kooperatif merupakan sistem pengajaran yang memberi

kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa

dalam tugas- tugas yang terstruktur. Pembelajaran kooperatif dikenal dengan

pembelajaran secara berkelompok. Tetapi belajar kooperatif lebih dari sekedar

belaj kelompok atau kerja kelompok, karena dalam belajar kooperatif ada

struktur dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan

terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat interdepedensi

efektif di antara anggota kelompok (Sugandi, 2002: 14, dalam Riyadi

Purworedjo, 2009: 2, dalam Agus Suprijono, 2009: 16).

Menurut pendapat Lie (2008: 29) bahwa model pembelajaran

kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-

unsur dasar pembelajaran cooperative learning yang membedakannya dengan

pembagian kelompok yang dilakukan asal- asalan. Pelaksanaan prosedur

model cooperative learning dengan benar- benar akan memungkinkan

pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif.

Pada dasarnya cooperative learning mengandung pengertian sebagai

suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara

sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri

dari dua atau lebih di mana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh

keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Cooperative learning

(49)

kebersamaan di antara sesama anggota kelompok (Solihatin, E., dan Rahardjo,

2007:4 dalam Agus Suprijono 2009: 16).

K. Unsur- Unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif

Unsur- unsur dasar pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut

(Ibrahim, 2010, dalam http://ipotes.wordpress.com, dalam Agus Suprijono,

2009: 17):

a. Siswa dalam kelompok haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup

sepenanggungan bersama.

b. Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya.

c. Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya

memiliki tujuan yang sama.

d. Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di

antara anggota kelompoknya.

e. Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan penghargaan yang juga

akan dikenakan untuk semua anggota kelompok.

f. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan

untuk belajar bersama selama proses belajarnya.

g. Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual

(50)

L. Ciri- Ciri Model Pembelajaran Kooperatif

Ciri- ciri pembelajaran kooperatif, adalah sebagai berikut:

a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif yang menyelesaikan

materi belajar.

b. Kelompok dibentuk dengan tanpa memperhatikan perbedaan antar

siswa, baik itu dalam bidang intelektual, maupun ras.

c. Penghargaan berorientasi pada kelompok bukan pada individu

d. Memberikan penghargaan kepada kelompok, yang telah berhasil

menyelesaikan tugas yang diberikan dengan baik.

e. Pertanggungjawaban individu di dalam kelompok untuk dapat bekerja

sama dalam kelompok menyelesaikan tugas yang diberikan.

f. Memperoleh kesempatan yang sama dalam mencapai keberhasilan,

karena tugas dikerjakan di dalam kelompok- kelompok.

M. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Tujuan pembelajaraan kooperatif ini berbeda dengan pembelajaran

yang tradisional yang menerapkan sisitem kompetisi, di mana keberhasilan

individu diorientasikan pada kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari

pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi di mana keberhasilan

individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya (Slavin,

1994:50 dalam Agus Suprijono, 2009: 17).

a. Siswa dituntut untuk dapat menyelesaikan tugas- tugas akademiknya,

sehingga semua siswa memiliki tanggung jawab yang sama dan tidak

(51)

b. Memberikan peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan

kodisi, untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas- tugas

bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif,

belajar untuk menghargai satu sama lain. Dalam hal ini, berusaha

untuk menhindari terjadinya diskriminasi.

c. Mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi.

Keterampilan ini sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat,

dimana mereka saling melakukan kerjasama satu sama lain.

N. Prosedur Pembelajaran

Pada dasarnya, kegiatan pembelajaran dibagi menjadi empat langkah,

yaitu:

a. Orientasi

Seperti pada pembelajaran pada umumnya, kegiatan diawali

dengan orientasi untuk memahami dan menyepakati bersama tentang

apa yang akan dipelajari serta bagaimana strategi pembelajarannya.

Guru mengkomunikasikan tujuan, materi, waktu, langkah- langkah

serta hasil akhir yang diharapkan dikuasai oleh siswa, serta sistem

penilaiannya. Pada langkah ini siswa diberi kesempatan untuk

mengungkapkan pendapatnya tentang apa saja, termasuk cara kerja dan

hasil akhir yang diharapkan atau sistem penilaiannya. Negosiasi dapat

terjadi antara guru dan siswa, namun pada akhir orientasi diharapkan

(52)

b. Kerja Kelompok

Pada tahap ini, siswa melakukan kerja kelompok sebagai inti

kegiatan pembelajaran. Kerja kelompok dapat dalam bentuk

memecahkan masalah, atau memahami dan menerapkan suatu konsep

yang dipelajari. Agar kegiatan kerja kelompok dapat terarah, maka

perlu diberikan panduan singkat sebagai pedoman kegiatan. Panduan

harus memuat tujuan, materi, waktu, cara kerja kelompok dan

tanggung jawab masing- masing anggota kelompok, serta hasil akhri

yang diharapkan dapat dicapai.

c. Tes/ Kuis

Pada akhir kegiatan kelompok diharapkan semua siswa telah

mampu memahami topik/ masalah yang sudah dikaji bersama.

Kemudian siswa menjawab tes atau kuis untuk mengetahui

pemahaman mereka. Penilaian individu ini mencakup penguasaan

ranah, kognitif, afektif, dan keterampilan

d. Penghargaan Kelompok

Langkah ini dimaksudkan untuk memberikan penghargaan

kepada kelompok yang berhasil memperoleh kenaikan skor dalam tes

individu. Kenaikan skor dihitung dari selisih antara skor dasar dengan

skor tes individual.

O. Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games- Tournament (TGT)

Teams Games- Tournament awalnya dikembangkan oleh David De

(53)

Jhons Hopkins. Metode ini menggunakan kuis- kuis dalam sistem skor

kemajuan individu, di mana para siswa berlomba sebagai wakil mereka

dengan anggota tim lain yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti

mereka (Slavin, 2008: 163).

Dalam metode ini siswa setelah belajar dalam kelompoknya masing-

masing anggota kelompok yang setingkat kemampuannya akan dipertemukan

dalam suatu pertandingan/ turnamen yang dikenal dengan ”tournaments

table” yang diadakan tiap akhir unit pokok bahasan atau akhir pekan. Skor

yang didapat akan memberikan kontribusi rata- rata skor kelompok.

P. Komponen Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games- Tournament

(TGT)

Menurut Slavin (1995: 105) ada lima komponen utama dalam

pembelajaran kooperatif tipe Teams Games- Tournaments (TGT) yaitu:

1. Penyajian Kelas (Class Presentation)

Penyajian kelas dalam Pembelajaran Kooperatif tipe Teams

Games- Tournament (TGT) tidak berbeda dengan pengajaran biasa

atau pengajaran klasikal oleh guru, hanya pengajaran lebih difokuskan

pada materi yang sedang dibahas saja. Ketika penyajian kelas

berlangsung mereka sudah berada dalam kelompoknya. Dengan

demikian mereka akan memperhatikan dengan serius selama

pengajaran penyajian kelas berlangsung, sebab setelah ini mereka

harus mengerjakan games akademik dengan sebaik- baiknya karena

(54)

2. Kelompok (Teams)

Kelompok disusun dengan beranggotakan 4- 5 orang yang

mewakili pencampuran dari berbagai keragaman dalam kelas seperti

kemampuan akademik, jenis kelamin, rasa tau etnik. Fungsi utama

mereka dikelompokkan adalah anggota- anggota kelompok saling

meyakinkan bahwa mereka dapat bekerja sama dalam belajar dan

mengerjakan game atau lembar kerja dan lebih khusus lagi untuk

menyiapkan semua anggota dalam menghadapi kompetisi.

3. Permainan (Games)

Pertanyaan dalam game disusun dan dirancang dari materi yang

relevan dengan materi yang telah disajikan untuk menguji pengetahuan

yang diperoleh mewakili masing- masing kelompok. Sebagian besar

pertanyaan pada kuis adalah bentuk sederhana. Setiap siswa

mengambil sebuah kartu yang diberi nomor dan menjawab pertanyaan

yang sesuai dengan nomor pada kartu tersebut.

4. Kompetisi/ Turnamen (Tournament)

Turnamen adalah susunan beberapa game yang dipertandingkan.

Biasanya dilaksanakan pada akhir minggu atau akhir unit pokok

bahasan, setelah guru memberikan penyajian kelas dan kelompok

mengerjakan lembar kerjanya. Untuk ilustrasi turnamen dapat dilihat

(55)

Untuk turnamen pertama, guna menempatkan siswa pada

“tournament table” dengan pengaturan beberapa siswa berkemampuan

tinggi dan tiap- tiap kelompok pada meja I siswa berkemampuan

sedang pada meja II dan III kemudian siswa berkemampuan rendah

pada meja IV.

Setelah turnamen selesai dan dilakukan penilaian, guru

melakukan pengaturan kembali kedudukan siswa pada tiap meja

turnamen, kecuali pemenang meja tertinggi (meja I). Pemenang dari

setiap meja dinaikan atau digeser satu tingkat ke meja yang lebih tinggi

tingkatannya sedangkan siswa yang mendapat skor terrendah pada

setiap meja turnamen selain pada meja terendah tingkatannya (meja

IV) diturunkan satu tingkat ke meja yang lebih rendah tingkatannya.

Pada akhirnya mereka akan mengalami kenaikan atau penurunan

(56)

sehingga mereka akan sampai pada meja yang sesuai dengan kinerja

mereka.

Setelah pertandingan pertama, siswa- siswa mengubah posisi

atau meja pertandingannya sesuai dengan hasil pertandingan

sebelumnya. Pemenang dari tiap- tiap meja akan berpindah pada meja

pertandingan yang lebih tinggi selanjutnya miasalkan dari meja IV ke

meja III. Pemenang kedua menempati meja pertandingan sebelumnya,

sedangkan siswa dengan skor terendah dari tiap- tiap meja akan

berpindah ke meja yang lebih rendah dibawahnya, maka mereka akan

berusaha untuk berpindah lagi ke meja yang lebih tinggi

5. Pengakuan Kelompok (Teams Recognition)

Pengakuan kelompok dilakukan dengan member penghargaan

berupa hadiah atau sertifikat atas usaha yang telah dilakukan kelompok

selama belajar sehingga mencapai kriteria yang telah disepakati

bersama.

Ada tiga penghargaan yang dapat diberikan dalam penghargaan

tim. Penghargaan tim dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.1 Kriteria Penghargaan

Kriteria (rata- rata tim) Penghargaan

≤40 Good Team

41 – 45 Great Team

≥ 46 Super Team

(57)

Q. Langkah- Langkah dan Aktivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams

Games- Tournament (TGT)

Langkah- langkah dan aktivitas pembelajaran kooperatif tipe Teams Games-

Tournament (TGT) adalah sebagai berikut:

1. Langkah- langkah dalam pembelajaran kooperatif tipe Teams Games-

Tournament (TGT) mengikuti urutan sebagai berikut:

a. Pengaturan klasikal

Perangkat yang diperlukan adalah materi pembelajaran dan

LKS. Kegiatan pokok dalam langkah ini adalah

mempresentasikan pelajaran di kelas dengan memberikan

diskusi di kelas. Presentasi dibuka dengan memanfaatkan

media pembelajaran. Guru menanyakan konsep- konsep

secara visual dan memanipulasi contoh. Kemudian

mengevaluasi pemahaman siswa dengan memberikan

pertanyaan.

b. Belajar kelompok

Perangkat yang dibutuhkan adalah materi pembelajaran dan

LKS. Siswa berkerja dalam kelompok dimana siswa saling

bantu membantu dalam memahami materi yang ada.

c. Turnamen akademik

Perangkat yang dibutuhkan adalah undian lembar

pertanyaan, kunci jawaban, lembar pencatat skor. Setiap

kelompok mengambil undian pertanyaan kemudian

(58)

dengan kunci jawaban yang ada. Jika jawaban benar makan

tim tersebut akan mendapatkan poin.

d. Penghargaan tim dan pemindahan atau bumping

Kelompok di rolling dan permainan di lanjutkan lagi hingga

waktu yang tersedia habis.

2. Pembelajaran diawali dengan memberikan pelajaran, selanjutnya

diumumkan kepada semua siswa bahwa akan melaksanakan

pembelajaran kooperatif tipe Teams Games- Tournament (TGT) dan

siswa diminta memindahkan bangku untuk membentuk meja tim.

Kepada siswa disampaikan bahwa mereka akan bekerja sama dengan

kelompok belajar selama beberapa pertemuan, mengikuti turnamen

akademik untuk memperoleh poin bagi nilai tim mereka serta

diberitahukan tim yang mendapat nilai tertinggi akan mendapat

penghargaan.

3. Kegiatan dalam turnamen adalah persaingan pada meja turnamen

dimana siswa dari tim yang berbeda dengan kemampuan setara. Pada

permulaan turnamen diumumkan penetapan meja bagi siswa. Siswa

diminta mengatur meja turnamen yang ditetapkan. Nomor meja

turnamen bisa diacak. Setelah kelengkapan dibagikan dapat dimulai

kegiatan turnamen.

4. Dengan model yang mengutamakan kerja kelompok dan kemampuan

menyatukan intelegensi siswa yang berbeda- beda akan dapat membuat

siswa mempunyai nilai dalam segi kognitif, afektif dan psikomotorik

(59)

mengutamakan kerja kelompok dan kemampuan menyatukan

intelegensi siswa yang berbeda- beda akan dapat membuat siswa

mempunyai nilai dalam segi kognitif, afektif, dan psikomotorik secara

merata satu siswa dengan siswa yang lain.

Kegiatan siswa dalam pembelajaran kooperatif tipe Teams Games-

Tournament (TGT)antara lain:

1) Pada awal pertemuan, membentuk kelompok kecil dengan

anggota 4- 5 orang.

2) Mempelajari materi yang diberikan sesuai dengan kemampuan

masing- masing.

3) Bekerjasama memadukan kemampuan untuk saling mengisi,

saling membantu guna mengerjakan tugas belajar yang

dibagikan guru.

4) Menjelaskan dan menyatukan serta melengkapi pendapatnya

dengan dasar- dasar pemikiran yang rasional.

R. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams

Games- Tournament (TGT)

Kelebihan siswa dalam pembelajaran kooperatif tipe Teams

Games- Tournament (TGT)antara lain:

1. Dalam kelas kooperatif siswa memiliki kebebasan untuk berinteraksi

dan menggunakan pendapatnya.

2. Rasa percaya diri siswa menjadi lebih tinggi.

Gambar

Tabel 2.1 Kriteria Penghargaan
Tabel 3.1 Kisi- Kisi Kuisioner Motivasi Belajar Siswa
Tabel 3.2 Kisi- Kisi Soal Tes Hasil Belajar Siswa
Tabel 3.3 Klasifikasi Siswa Berdasarkan Nilai Tes Hasil Belajar Siswa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Satpam Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) masih menggunakan absensi dengan sistem tanda tangan yang dibuat manual dan data yang berkaitan juga menggunakan

Berdasarkan kajian literatur mengenai sistem pendanaan KPS (Tabel 1), beberapa faktor kunci keberhasilan skema KPS pada pembangunan infrastruktur mencakupi kerjasama dan

The development of resistance to anti-malarial drugs are due to spontaneous changes in certain genes such as of P.falciparum multi drug resistance1 (Pfmdr1), P.falciparum

bahwa dalam rangka mendukung operasional Pelabuhan Perikanan Birea serta melaksanakan ketentuan Pasal 24 ayat (6) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor

[r]

After studying and learning this chapter, coginitively students are able to know, recognize, and understand how to translate descriptive texts, affectively they can acknowledge

Yang Maha Esa atas limpahan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul Pembuatan Film Animasi 2 Dimensi “ Legenda Jaka Linglung ”

INSIDEN INFEKSI SALURAN KEMIH BERDASARKAN HITUNG LEUKOSIT PADA WANITA HAMIL TRIMESTER III PERIODE SEPTEMBER-OKTOBER 2015 DI RUMAH SAKIT