MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
TEAMS GAMES- TOURNAMENT
(TGT) PADA TOPIK
PERSEGIPANJANG DAN PERSEGI DI KELAS VII SMP
NEGERI 3 DEPOK SLEMAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh:
Fransiska Desiati
NIM : 091414039
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
i
MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
TEAMS GAMES- TOURNAMENT
(TGT) PADA TOPIK
PERSEGIPANJANG DAN PERSEGI DI KELAS VII SMP
NEGERI 3 DEPOK SLEMAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh:
Fransiska Desiati
NIM : 091414039
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
“ yakinlah pada kemampuan yang ada dan teruslah
berusaha, maka akan mendapatkan yang
diinginkan”
Karya ini saya persembahkan untuk:
Tuhan Yesus Kristus
Bapak, Ibu, Mas, dan Adik- adik ku
Sahabat dan teman- teman yang selalu mendukungku Almamaterku, Universitas Sanata Dharma
Semua pihak yang telah membantu, memberikan dukungan dan doa dalam peyusunan skripsi ini
vii ABSTRAK
Fransiska Desiati. 2013. Motivasi dan Hasil Belajar Siswa dalam Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games- Tournament (TGT) pada Topik Persegipanjang dan Persegi di Kelas VII SMP Negeri 3 Depok Sleman. Skripsi, Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) motivasi belajar siswa, dan (3) hasil belajar siswa dalam pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games- Tournament (TGT) pada topik pesegipanjang dan persegi.
Penelitian ini termasuk penelitian eksploratif. Penelitian eksploratif di lapangan dilakukan pada tanggal 3 Mei 2013 sampai 21 Mei 2013. Subyek dari penelitian ini adalah siswa kelas VII A SMP Negeri 3 Depok-Sleman Yogyakarta tahun pelajaran 2012/2013, yang terdiri dari 32 siswa. Penelitian ini dilakukan dalam 5 kali pertemuan. Penelitian ini menggunakan instrumen pembelajaran berupa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan instrumen pengumpulan data: (1) kuisioner motivasi belajar siswa untuk meneliti motivasi belajar siswa terhadap pembelajaran matematika, (2) soal tes hasil belajar siswa untuk meneliti hasil belajar matematika siswa pada topik persegipanjang dan persegi, (3) panduan wawancara peneliti dengan siswa untuk memverifikasi respon siswa terhadap pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe Teams Games- Tournament (TGT).
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini: (1) data motivasi belajar siswa, dan (2) data hasil belajar siswa. (1) data motivasi belajar siswa dianalisis dengan menentukan skor pada setiap pernyataan siswa, dan (2) data hasil belajar siswa dianalisis dengan menentukan skor tes hasil belajar siswa, kemudian dihitung nilainya dan ditentukan kriteria pencapaian hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) motivasi belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games- Tournament (TGT) yang memiliki motivasi belajar minimal tinggi mencapai 100%, dan (2) hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games- Tournament (TGT) yang mendapat nilai diatas KKM mencapai 90,625%.
viii ABSTRACT
Fransiska Desiati, 2013. Motivation and Student’s Learning Result in Cooperative Learning Model of the Teams Games- Tournament (TGT) Type on the Topic of Rectangles and Squares for Grade VII of SMP Negeri 3 Depok Sleman. Undergraduate Thesis, Mathematics Education Study Program, Department of Mathematic and Science Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University.
This reseach was aimed to know: (1) students learning motivation, and (2) students learning result in cooperative learning model of the type of Teams Games-Tournament (TGT) on the topic of rectangles and squares.
This study was an explorative research. The field study has been done from May 3, 2013 until May 21, 2013. Respondents of this research were the students of grade VII of SMP Negeri 3 Depok-Sleman Yogyakarta in the year 2012/2013 consisting of 32 students. The research in the classroom was done in five meetings. This research used learning instruments consisting of lesson plan
and data collecting instruments: (1) questionnaire of student’s learning
motivation, to know students motivation in learning mathematics, (2) the result of
student’s test to examine student’s learning result on the topic of rectangles and squares, (3) interview guidelines for the researcher to verify the response of the students about learning using cooperative model, with the type of Team Games- Tournament (TGT).
The data collected in this research: (1) student’s learning motivation data
and (2) student’s learning result data. (1) student’s learning motivation data have
been analized by deciding a certain score for every student statement, and (2)
student’s learning result has been analized by deciding the score of students test then count the score and identified the criteria of students accomplishment.
The results of the study shows that (1) student’s learning motivation using
cooperative learning model, of the type Team Games- Tournament (TGT) reach
100%, and (2) student’s learning result using cooperative learning model of the Team Games- Tournament (TGT) type showed that the number of student’s who passed the KKM score is 90.625%.
Key word : Cooperative Learning Model Teams Games- Tournament (TGT)
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kemurahan dan karunian-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Motivasi dan
Hasil Belajar Siswa dalam Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams
Games- Tournament (TGT) pada Topik Persegipanjang dan Persegi di Kelas VII
SMP Negeri 3 Depok Sleman”.
Skripsi ini disusun untuk melengkapi persyaratan guna memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sanata Dharma.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat selesai karena dukungan,
bimbingan dan semangat dari berbagai macam pihak. Dalam kesempatan ini,
penulis dengan rasa syukur mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Rohandi Ph.D. selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan.
2. Bapak Drs. A. Atmadi, M. Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
3. Bapak Prof. Dr. St. Suwarsono, selaku dosen pembimbing yang sudah
meluangkan waktu dan pemikiran untuk membimbing peneliti dalam
menyusun skripsi ini.
4. Bapak Dr. M. Andy Rudhito, S. Pd, selaku Kaprodi Pendidikan
x
5. Bapak Dominikus Arif Budi P., S. Si., M. Si. selaku dosen pembimbing
akademik, yang telah memberikan bimbingan selama studi.
6. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Matematika yang telah banyak
memberi ilmu pengetahuan dan bekal keterampilan sehingga peneliti dapat
menyelesaikan studi dengan baik.
7. Staf Sekretariat JPMIPA yang telah membantu dalam hal administrasi
kampus selama penulis kuliah.
8. Ibu Rr. Lies Haryanti, S. Pd, selaku guru matematika kelas VII A SMP
Negeri 3 Depok Sleman Yogyakarta yang telah mengijinkan
melaksanakan penelitian dan membantu pelaksanaan penelitian.
9. Bapak Drs. Sugiyanto, selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 3 Depok
Sleman Yogyakarta yang telah mengijinkan peneliti melaksanakan
penelitian di SMP Negeri 3 Depok Sleman Yogyakarta.
10.Siswa dan siswi kelas VII A SMP Negeri 3 Depok Sleman Yogyakarta
yang telah membantu dan bekerjasama selama pelaksanaan penelitian.
11.Orang tuaku tercinta, Bapak Benedictus Wardiyana dan Ibu Romana
Lestari, yang telah membantu dalam doa, semangat dan dukungan.
12.Saudara- saudaraku, Mas Yakobus Dewantoro, Adik Maria Imaculata
Apriliani dan Adik Carolus Noviadi, yang telah membantu dalam doa dan
semangat.
13.Yoseph Hengki Utama Riawan, atas segala semangat, doa serta
dukunganya.
14.Sahabat- sahabatku, Caeci, Chatrin, Ulin, yang telah membantu peneliti
xi
15.Semua teman- teman P. Mat’ 09, berkat kalian aku dapat banyak
pengalaman berharga selama ini.
16.Keluargaku di kos Green House, Mbak Ida, Kakak Widya, Mbak Iing,
Mbak Titin, Maya, Caeci, Mbak Ani atas dukungannya selama ini.
17.Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah
turut serta membantu dan memberikan dukungan dalam menyusun skripsi.
Akhirnya Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan
menjadi inspirasi bagi pembaca. Terimakasih.
Penulis
xii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... xi
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ... xix
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
C. Rumusan Masalah ... 5
D. Tujuan Penelitian ... 5
E. Batasan Masalah ... 5
xiii
G. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II . LANDASAN TEORI A. Pengertian Belajar ... 9
B. Pengertian Pembelajaran ... 10
C. Pembelajaran ... 12
D. Proses Pembelajaran... 14
E. Pengertian Motivasi ... 16
F. Teori Motivasi ... 17
G. Macam- Macam Motivasi ... 19
H. Fungsi Motivasi dalam Belajar ... 20
I. Bentuk- Bentuk Motivasi dalam Belajar ... 22
J. Model Pembelajaran Kooperatif ... 25
K. Unsur- Unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif ... 27
L. Ciri- Ciri Model Pembelajaran Kooperatif ... 28
M. Tujuan Pembelajaran Kooperatif ... 28
N. Prosedur Pembelajaran ... 29
O. Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT... 31
P. Komponen Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT ... 31
Q. Langkah- Langkah dan Aktivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games- Tournament (TGT) ... 35
R. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games- Tournament (TGT) ... 37
xiv
T. Topik Pesegipanjang dan Persegi... 39
U. Kerangka Berpikir ... 44
BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 47
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 47
C. Subyek Penelitian ... 48
D. Obyek Penelitian ... 48
E. Perumusan Variabel-Variabel ... 48
F. Bentuk Data ... 49
G. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data ... 50
H. Keabsahan Data ... 58
I. Metode Analisis Data ... 60
J. Tahap-Tahap Pelaksanaan Penelitian Keseluruhan ... 66
BAB IV. PERSIAPAN PENELITIAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Penelitian ... 69
1. Validitas Isi Kuisioner Motivasi Belajar Siswa ... 69
2. Validitas Butir Item Kuisioner Motivasi Belajar Siswa ... 73
3. Reliabilitas Kuisioner Motivasi Belajar Siswa ... 75
4. Validitas Isi Tes Hasil Belajar Siswa ... 76
5. Validitas Butir Item Tes Hasil Belajar Siswa ... 79
xv
B. Pelaksanaan Penelitian ... 83
1. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ... 83
2. Pelaksanaan Pembelajaran ... 85
C. Penyajian Data ... 96
1. Data Turnamen ... 96
2. Data Kuisioner Motivasi Belajar Siswa ... 102
3. Data Tes Hasil Belajar Siswa ... 106
4. Data Hasil Wawancara ... 108
D. Analisis Data ... 109
1. Analisis Hasil Turnamen ... 109
2. Analisis Kuisioner Motivasi Belajar Siswa ... 111
3. Analisis Tes Hasil Belajar Siswa ... 114
4. Analisis Hasil Wawancara Siswa ... 116
5. Analisis Keseluruhan ... 123
E. Pembahasan ... 124
F. Keterbatasan Penelitian ... 127
BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan ... 128
B. Saran ... 129
DAFTAR PUSTAKA ... 130
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kriteria Penghargaan... 34
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Kuisioner Motivasi Belajar Siswa ... 51
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Soal Tes Hasil Belajar Siswa ... 52
Tabel 3.3 Klasifikasi Siswa Berdasarkan Nilai Tes Hasil Belajar Siswa ... 54
Tabel 3.4 Pedoman Penilaian Tes Hasil Belajar Siswa ... 56
Tabel 3.5 Skor Pernyataan Positif ... 60
Tabel 3.6 Skor Pernyataan Negatif ... 61
Tabel 3.7 Rentang Kuisioner Motivasi Belajar Siswa ... 62
Tabel 3.8 Kriteria Pencapaian Hasil Belajar Siswa ... 63
Tabel 4.1 Indikator Kuisioner Motivasi Belajar Siswa ... 70
Tabel 4.2 Validitas Isi Kuisioner Motivasi Belajar Siswa ... 70
Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas Butir Item Kuisioner Motivasi Belajar Siswa ... 74
Tabel 4.4 Indikator Soal Tes Hasil Belajar Siswa... 77
Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas Isi Tes Hasil Belajar Siswa ... 78
Tabel 4.6 Daftar Nilai Uji Coba Tes Hasil Belajar Siswa ... 79
Tabel 4.7 Hasil Uji Validitas Butir Item Soal Tes Hasil Belajar Siswa ... 82
Tabel 4.8 Data Hasil Turnamen I Pada Meja I ... 96
Tabel 4.9 Data Hasil Turnamen I Pada Meja II ... 97
Tabel 4.10 Data Hasil Turnamen I Pada Meja III ... 97
Tabel 4.11 Data Hasil Turnamen I Pada Meja IV ... 98
Tabel 4.12 Data Hasil Turnamen II Pada Meja I ... 99
xvii
Tabel 4.14 Data Hasil Turnamen II Pada Meja III ... 100
Tabel 4.15 Data Hasil Turnamen II Pada Meja IV ... 101
Tabel 4.16 Skor Kuisioner Motivasi Belajar Siswa ... 103
Tabel 4.17 Data Tes Hasil Belajar Siswa ... 106
Tabel 4.18 Responden Wawancara Siswa ... 108
Tabel 4.19 Hasil Turnamen I ... 109
Tabel 4.20 Hasil Turnamen II ... 110
Tabel 4.21 Analisis Kuisioner Motivasi Belajar Siswa ... 111
Tabel 4.22 Jumlah Siswa dalam Kualifikasi Motivasi Belajar Siswa ... 113
Tabel 4.23 Analisis Nilai Tes Hasil Belajar Siswa ... 114
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2,2 ... 40
Gambar 2.4 ... 41
Gambar 2.5 ... 42
Gambar 2.6 ... 43
Gambar 4.1 ... 87
Gambar 4.2 ... 88
Gambar 4.3 ... 90
Gambar 4.4 ... 92
xix
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A ... 133
LAMPIRAN A.1 Surat Ijin Penelitian ... 134
LAMPIRAN A.2 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ... 135
LAMPIRAN A.3 Daftar Nama Siswa Kelas VII A ... 136
LAMPIRAN A.4 Daftar Nama Kelompok Turnamen I ... 138
LAMPIRAN A.5 Daftar Nama Kelompok Turnamen II ... 140
LAMPIRAN A.6 Daftar Nama Meja Turnamen I ... 142
LAMPIRAN A.7 Daftar Nama Meja Turnamen II ... 144
LAMPIRAN A.8 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 146
LAMPIRAN A.9 Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 159
LAMPIRAN A.10 Soal Latihan Siswa ... 165
LAMPIRAN A.11 Soal Turnamen I ... 167
LAMPIRAN A.12 Soal Turnamen II ... 175
LAMPIRAN A.13 Peraturan Turnamen ... 182
LAMPIRAN B ... 184
LAMPIRAN B.1 Kuisioner Motivasi Belajar Siswa ... 185
LAMPIRAN B.2 Soal Tes Hasil Belajar Siswa ... 191
LAMPIRAN B.3 Kunci Jawaban Tes Hasil Belajar Siswa ... 193
LAMPIRAN B.4 Panduan Wawancara Siswa ... 198
LAMPIRAN C ... 199
LAMPIRAN C.1 Perhitungan Nilai R Butir Kuisioner Motivasi Belajar Siswa .. 200
xx
LAMPIRAN C.3 Daftar Nilai Hasil Uji Coba Tes Hasil Belajar Siswa ... 251
LAMPIRAN C.4 Perhitungan Nilai R Butir Soal Tes Hasil Belajar Siswa... 253
LAMPIRAN C.5 Perhitungan Reliabilitas Soal Tes Hasil Belajar Siswa ... 263
LAMPIRAN D ... 267
LAMPIRAN D.1 Transkip Wawancara ... 268
LAMPIRAN D.2 Nilai Tes Akhir Siswa ... 279
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Kemajuan dari suatu bangsa, ditentukan dari kualitas sumber daya
manusianya, terutama pada generasi muda. Generasi muda menjadi ujung
tombak untuk memajukan suatu bangsa. Kualitas sumber daya manusia
yang baik ditentukan oleh kualitas dari pendidikannya. Peran pendidikan
itu sangat penting dalam menciptakan masyarakat yang cerdas, humanis,
terbuka, dan demokratis. Oleh karena itu, pendidikan harus selalu
diperhatikan, untuk meningkatkan kualitas pendidikan di suatu bangsa. Di
Indonesia, dalam bidang pendidikan diperlukan pembaharuan, untuk dapat
menciptakan pendidikan yang adaptif terhadap perubahan zaman yang
terus terjadi.
Dalam perkembangan hidup manusia, ada dua hal yang
menyebabkan manusia mengalami peningkatan kemampuan, yakni
kematangan dan belajar. Keduanya sering terjadi bersama- sama dalam
kehidupan manusia. Perubahan yang disebabkan kematangan disebut
pertumbuhan atau growth, sedangkan perubahan karena belajar disebut
perkembangan atau development (Hilgard, 1962 dalam Mulyati, 2005).
Di Indonesia telah ada upaya untuk meningkatkan kualitas
pendidikan, dengan cara memperbaiki kualitas pembelajaran di sekolah,
pembelajaran, perubahan sistem penilaian, memberikan kelengkapan
sarana dan prasarana, dan yang lainnya. Salah satu yang selalu dikaji
dalam meningkatkan kualitas pendidikan adalah model pembelajaran yang
di lakukan, dimana lebih dituntut usaha untuk meningkatkan keaktifan
siswa. Masih banyak sekolah yang melakukan pembelajaran secara
konvensional, di mana kegiatan pembelajaran hanya berpusat pada guru.
Guru aktif menjelaskan materi yang diberikan, sedangkan siswa hanya
menerima, dan tidak turut aktif dalam pembelajaran. Oleh sebab itu,
paradigma mengenai pembelajaran berpusat pada guru harus diubah. Guru
seharusnya berperan sebagai pembimbing, motivator, dan fasilitator,
sehingga dalam pembelajaran siswalah yang dituntut aktif. Akibatnya
sangat diperlukan pengembangan terhadap suatu model pembelajaran,
untuk dapat meningkatkan keaktifan serta hasil belajar siswa. Dalam
menentukan model pembelajaran harus mampu mengembangkan
kemampuan siswa dalam berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif.
Dalam pembelajaran di sekolah,pemahaman siswa terhadap topik
pembelajaran sangat mempengaruhi hasil belajar. Hal ini terutama untuk
materi dalam pelajaran matematika. Banyak siswa masih menganggap
matematika itu suatu materi yang sangat sulit dan menakutkan. Hal ini
sejalan dengan hasil observasi yang telah dilakukan di SMP Megeri 3
Depok Sleman pada kelas VII- A tahun ajaran 2012/ 2013. Hasil observasi
tersebut memberikan gambaran bahwa proses belajar mengajar yang
hanya memberikan pemahanan dengan pembelajaran konvensional,
dimana siswa hanya pasif menerima informasi dari guru.
Berdasarkan situasi di atas, perlu dikembangkan suatu
pembelajaran yang tepat, sehingga siswa menjadi terpacu untuk
memahami topik yang diberikan. Mengingat pentingnya pelajaran
matematika dalam pendidikan, maka guru diharapkan mampu
merencanakan pembelajaran yang menarik, dengan menggunakan model
pembelajaran yang kreatif. Model pembelajaran yang digunakan dapat
berupa model pembelajaran yang kooperatif.
Model pembelajaran yang dirancang harus dapat melibatkan semua
siswa untuk turut aktif, dan tidak menimbulkan perbedaan antar siswa.
Dalam aktivitas pembelajaran dirancang untuk dapat mengaktifkan siswa,
misalnya dengan membagi siswa ke dalam beberapa kelompok, dan
memberikan tugas yang harus diselesaikan oleh masing- masing
kelompok. Hal ini, bertujuan untuk merangsang siswa memiliki rasa
tanggung jawab dalam menyelesaikan tugas- tugasnya. Dalam
pembelajaran matematika, siswa membutuhkan banyak dukungan, oleh
sebab itu, guru sebagai motivator memberi motivasi- motivasi kepada
siswa, guru juga bertindak sebagai fasilitator yang memfasilitasi siswa
dalam tubuh kembang memahami pembelajaran yang sedang berlangsung,
serta guru juga mendampingi siswa dalam pembelajaran.
Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk
melakukan suatu penelitian pembelajaran matematika yang menerapkan
pembelajaran sehingga mendapatkan hasil belajar siswa yang baik. Di
mana model penelitian yang akan digunakan adalah model pembelajaran
kooperatif tipe TGT (Teams Games- Tournament).
Pembelajaran kooperatif tipe Teams Games- Tournament (TGT)
adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah
diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan
status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung
unsur permainan dan reinforcement. Aktivitas belajar dengan permainan
yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif tipe Teams Games-
Tournament (TGT) memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks
disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan yang
sehat dan keterlibatan belajar.
B.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan dari latar belakang yang telah dikemukakan di atas,
maka akan dapat di identifikasi masalahnya sebagai berikut:
1. Salah satu faktor rendahnya kualitas pendidikan terutama
pada hasil belajar siswa dikarenakan model pembelajaran
yang diterapkan, masih cenderung model konvensional.
2. Pembelajaran yang terpusat pada guru, membuat siswa
cenderung menjadi pasif dalam pembelajaran dan siswa
C.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana motivasi belajar siswa dalam pembelajaran dengan
menggunakan model kooperatif tipe Teams Games- Tournament
(TGT) pada topik persegipanjang dan persegi?
2. Bagaimana hasil belajar siswa dalam pembelajaran dengan
menggunakan model kooperatif tipe Teams Games- Tournament
(TGT) pada topik persegipanjang dan persegi?
D.
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang terlah dipaparkan di atas,
maka tujuan penelitian adalah
1. Mengetahui motivasi belajar siswa dalam pembelajaran dengan
menggunakan model kooperatif tipe Teams Games-
Tournament (TGT) pada topik persegipanjang dan persegi.
2. Mengetahui hasil belajar siswa dalam pembelajaran dengan
menggunakan model kooperatif tipe Teams Games-
Tournament (TGT) pada topik persegipanjang dan persegi.
E.
Batasan Masalah
Pada penelitian ini masalah akan dibatasi pada ruang lingkup
mendalam. Obyek penelitian akan dibatasi untuk motivasi dan hasil belajar
siswa. Selain itu, motivasi dan hasil belajar siswa yang dimaksud hanya
dibatasi pada topik persegipanjang dan persegi, dengan Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar sebagai berikut:
SK : 6. Memahami konsep segiempat dan segitiga serta
menentukan ukurannya.
KD : 6.2 Mengidentifikasi sifat- sifat persegipanjang, persegi,
trapesium, jajargenjang, belahketupat, dan layang-
layang.
6.3 Menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan
segiempat serta menggunakannya dalam pemecahan
masalah.
F.
Batasan Istilah
1. Pembelajaran Kooperatif
Merupakan suatu model pembelajaran di mana dalam sistem
belajar dan bekerja dalam kelompok- kelompok kecil yang
berjumlah 4 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang
siswa lebih bergairah dalam belajar.
2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games-
Tournament)
Merupakan salah satu tipe dari pembelajaran kooperatif. TGT
adalah tipe pembelajaran yang mengunakan turnamen akademik,
mana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dalam
anggota tim lain yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti
mereka (Slavin,2008:163).
3. Motivasi
Merupakan suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang
yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk
mencapai tujuan.
4. Hasil belajar
Merupakan suatu bukti usaha seseorang yang dicapai dari suatu
proses atau kegiatan belajar.
5. Guru
Merupakan seorang yang bertugas mengajar suatu mata pelajaran
tertentu kepada siswa dengan menggunakan suatu metode yang
dapat diterima siswa dan membuat siswa tertarik dengan
pengajaran tersebut.
6. Siswa
Merupakan seorang yang sedang melakukan proses pembelajaran.
7. Sekolah
Merupakan lembaga pendidikan formal dari pemerintah yang
menyelenggarakan kegiatan pendidikan secara terencana,
sistematis, teratur.
Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan
manfaat sebagai berikut:
1. Bagi Siswa
Sebagai bahan masukan bagi siswa untuk mengevaluasi diri dan
memberikan kesempatan berkembangnya keterampilan
memproseskan perolehan belajarnya.
2. Bagi peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengalaman dan
pengetahuan yang berguna sebagai seorang calon guru dapat
menjadi acuan dalam memberikan pembelajaran matematika
kepada siswa. Serta untuk dapat memberikan gambaran yang jelas
akan fakta di lapangan.
3. Bagi Guru
Dengan mengetahui manfaat model pembelajaran dalam
matematika, guru dapat menggunakan model pembelajaran yang
dapat meningkatkan keberhasilan dalam proses pembelajaran
4. Bagi Mahasiswa
Dapat menjadi motivasi bagi mahasiswa lain untuk
mengembangkan penelitian menjadi lebih luas sehingga dapat
bermanfaat bagi pengembangan pembelajaran matematika di
sekolah.
Penelitian ini, diharapkan dapat menjadi tambahan referensi
pengetahuan dalam memberikan pembelajaran matematika kepada
9 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan
masyarakat. Bagi para pelajar atau mahasiswa kata “belajar” merupakan kata
yang tidak asing. Bahkan sudah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
semua kegiatan mereka dalam menuntut ilmu di lembaga pendidikan formal.
Kegiatan belajar mereka lakukan setiap waktu sesuai dengan keinginan.
Ada beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian belajar: (Syaiful
Bahri, 2011: 12-13)
1. James O. Whittaker, merumuskan belajar sebagai proses dimana
tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau
pengalaman.
2. Cronbach, berpendapat bahwa learning in shown by change in
behavior as a result of experience. Belajar sebagai suatu aktivitas
yang ditunjukan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman.
3. Drs Slameto, merumuskan belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman
Dari beberapa pendapat para ahli tentang pengertian belajar yang
dikemukakan di atas dapat dipahami bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang
dilakukan dengan melibatkan dua unsur, yaitu jiwa dan raga. Gerak raga yang
ditunjukan harus sejalan dengan proses jiwa untuk mendapatkan perubahan.
Tentu saja perubahan yang didapatkan itu bukan perubahan fisik, tetapi
perubahan jiwa dengan sebab masuknya kesan- kesan yang baru. Oleh karena
itu, perubahan sebagai hasil dari proses belajar adalah perubahan jiwa yang
mempengaruhi tingkah laku seseorang.
Berdasarkan pengertian yang telah diuraikan, dapat disimpulkan
bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam
interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan
psikomotor.
B. Pengertian Pembelajaran
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, pembelajaran
merupakan aktivitas yang paling utama. Pemahaman seorang guru terhadap
pengertian pembelajaran akan mempengaruhi cara guru itu mengajar. Dari
berbagai definisi yang dikemukakan oleh pakar- pakar, secara umum
pembelajaran merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan dalam
perilaku sebagai hasil interaksi antara dirinya dengan lingkungannya dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. Secara lengkap, pengertian pembelajaran
dapat dirumuskan sebagai berikut: “Pembelajaran ialah suatu proses yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya”.
Beberapa prinsip yang menjadi landasan perngertian tersebut adalah:
(Suyono dan Hariyanto, 2011:32-33)
1. Pembelajaran sebagai usaha memperoleh perubahan perilaku.
Perubahan perilaku sebagai hasil pembelajaran mempunyai ciri-
ciri sebagai berikut:
a. Perubahan yang disadari, artinya individu yang melakukan
proses pembelajaran menyadari bahwa pengetahuannya
telah bertambah, keterampilannya telah bertambah, lebih
percaya diri, dan sebagainya.
b. Perubahan yang bersifat kontinu (berkesinambungan),
artinya suatu perubahan yang telah terjadi, menyebabkan
terjadinya perubahan perilaku yang lain.
c. Perubahan yang bersifat fungsional, artinya perubahan
yang telah diperoleh sebagai hasil pembelajaran,
memberikan manfaat bagi individu yang bersangkutan.
d. Perubahan yang bersifat positif, artinya terjadi adanya
pertambahan kea rah yang lebih baik dalam diri individu.
e. Perubahan yang bersifat aktif, artinya perubahan itu tidak
terjadi dengan sendirinya, akan tetapi melalui aktivitas
individu.
f. Perubahan yang bersifat permanen (menetap), artinya
berada secara kekal dalam diri individu, setidak- tidaknya
untuk masa tertentu.
g. Perubahan yang bertujuan dan terarah, artinya perubahan
itu terjadi karena ada sesuatu yang akan dicapai.
2. Hasil pembelajaran ditandai dengan perubahan perilaku secara
keseluruhan. Perubahan perilaku itu meliputi aspek kognitif,
afektif, dan psikomotorik.
3. Pembelajaran merupakan suatu proses. Pembelajaran bukan
sebagai suatu benda atau keadaan yang statis, melainkan
merupakan suatu rangkaian aktivitas- aktivitas yang dinamis dan
saling berkaitan.
4. Proses pembelajaran terjadi karena adanya sesuatu yang
mendorong dan ada sesuatu tujuan yang ingin dicapai. Prinsip ini
mengandung makna bahwa aktivitas pembelajaran itu tejadi karena
adanya kebutuhan yang harus dipuaskan, dan adanya tujuan yang
ingin dicapai.
5. Pembelajaran merupakan bentuk pengalaman. Pembelajaran
merupakan bentuk interaksi individu dengan lingkungannya,
sehingga banyak memberikan pengalaman dari situasi nyata.
C. Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan
pengetahuan, penguasaaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan
kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses
untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses
pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di
mana pun dan kapan pun. Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip
dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda.
Pembelajaran dikondisikan agar mampu mendorong kreatifitas anak
secara keseluruhan, membuat siswa aktif, mencapai tujuan pembelajaran
secara efektif dan berlangsung secara kondisi yang menyenangkan. Oleh
karena itu, Menurut Munandar dalam (Suyono, 2002:2007-2008), setiap
pengajar harus berkeyakinan bahwa:
1. Belajar adalah sangat penting dan sangat menyenangkan.
2. Anak patut dihargai dan disayangi secara pribadi yang unik.
3. Anak hendaknya menjadi pelajar yang aktif. Mereka perlu didorong
untuk membawa pengalaman, gagasan, minat, dan bahan mereka di
kelas. Mereka dimungkinkan untuk membicarakan bersama dengan
guru tujuan bekerja/ belajar setiap hari, dan perlu diberi otonomi dalam
menentukan bagaimana tercapainya tujuan pembelajaran tersebut.
4. Anak perlu merasa nyaman di kelas, dan dirangsang untuk selalu
belajar. Hendaknya tidak ada tekanan dan ketegangan.
5. Anak harus memiliki rasa memiliki dan kebanggaan di dalam kelas.
Hal ini dapat dilakukan misal dengan memajang (display) hasil karya
merancang kegiatan belajar dan boleh membawa bahan- bahan dari
rumah.
6. Guru merupakan narasumber (fasilitator, mediator), bukan polisi atau
dewa. Anak harus menghormati guru, tetapi merasa amana dan
nyaman dekat dengan guru. Anak bukanlah robot, karena robot kecil
tidak akan belajar, dan juga tidak kreatif.
7. Guru memang harus kompeten, tetapi tidak perlu sempurna.
8. Anak perlu merasa bebas untuk mendiskusikan masalah secara terbuka
baik dengan guru maupun dengan teman sebaya. Ruang kelas adalah
milik mereka dan mereka berbagi tanggung jawab untuk mengaturnya.
9. Kerja sama bernilai lebih daripada kompetensi, walau pada akhirnya
mereka harus bertanggung jawab secara pribadi.
10. Pengalaman belajar (learning experiences) hendaknya dekat dan
berasal dari pengalaman yang diperoleh dari dunia nyata (real world).
D. Proses Pembelajaran
Dalam pembelajaran di sekolah, terjadi proses belajar dan mengajar.
Menurut Sardiman A.M (1992: 22), belajar merupakan perubahan tingkah
laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan, seperti membaca,
mengamati, mendengarkan, meniru, dan sebagainya. Belajar akan baik jika
siswa mengalami atau melakukannya secara langsung. Dengan demikian
belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang relatif tetap sebagai hasil
Peristiwa belajar yang disertai dengan proses pembelajaran akan lebih
terarah dan sistematik dari pada belajar dari pengalaman, atau dalam
lingkungan sosial. Dalam proses pembelajaran, selain ada proses belajar, ada
juga yang namanya mengajar, dimana dalam hal ini, yang diajar adalah siswa,
dan yang mengajar adalah guru.
Belajar bukan merupakan suatu tujuan, tetapi merupakan suatu proses
untuk mencapai tujuan. Dalam usaha mencapai tujuan belajar, perlu diciptakan
lingkungan yang kondusif. Proses pembelajaran merupakan suatu rangkaian
aktivitas sebagai berikut:
1. Individu merasakan adanya kebutuhan dan melihat tujuan yang ingin
dicapai. Dalam situasi ini, individu merasakan bahwa ada kekurangan
dalam dirinya sebagai suatu kebutuhan.
2. Kesiapan (readiness) individu untuk memenuhi kebutuhan dan
mencapai tujuan. Dalam proses pembelajaran, hal ini sangat diperlukan
untuk menunjang agar aktivitas pembelajaran dapat berlangsung secara
efektif.
3. Pemahaman situasi, yang dimaksud adalah segala sesuatu yang ada di
lingkungan individu dan mempunyai hubungan dengan aktivitas
individu dalam memenuhi kebutuhan dan tercapainya tujuannya.
4. Menafsirkan situasi, yaitu bagaimana individu melihat kaitan berbagai
aspek yang terdapat dalam situasi.
5. Tindak balas (respon). Dalam fase ini, individu melakukan aktivitas
untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan sesuai dengan yang
6. Akibat (hasil) pembelajaran. Dalam fase ini individu akan memperoleh
umpan balik dari apa yang telah dilakukan.
E. Pengertian Motivasi
Banyak para ahli sudah mengemukakan pengetian motivasi dengan
berbagai sudut pandang mereka masing- masing. Namun intinya sama, yakni
sebagai suatu pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang ke
dalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu.
Mc. Donald mengatakan bahwa, motivation is an energy change within
the person characterized by affective arousal and anticipatory goal reactions.
Motivasi adalah suatu peubahan energi di dalam pribadi seseorang yang
ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai
tujuan. (Oemar Hamalik, 1992: 173 dalam Sadirman, 2007: 5) perubahan
energi dalam diri seseorang itu berbentuk suatu aktivitas nyata berupa
kegiatan fisik. Karena seseorang mempunyai tujuan tertentu dari aktivitasnya,
maka seseorang mempunyai motivasi yang kuat untuk mencapainya dengan
segala upaya untuk dapat dia lakukan untuk mencapainya.
Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang
yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin
melakukan aktivitas belajar. Hal ini merupakan pertanda bahwa sesuatu yang
akan dikerjakan itu tidak menyentuh kebutuhannya. Segala sesuatu yang
menarik minat orang lain belum tentu menarik minat orang tertentu selama
sesuatu itu tidak bersentuhan dengan kebutuhan. Maslow (1943, 1970) sangat
kebutuhan- kebutuhan tertentu, seperti kebutuhan fisiologis, rasa aman, rasa
cinta, penghargaan, aktualisasi diri, mengetahui, mengerti, dan kebutuhan
estetik. Kebutuhan- kebutuhan inilah menurut Maslow yang mampu
memotivasi tingkah laku individu. Oleh karena itu, apa yang orang lihat itu
mempunyai hubungan dengan kepentingan sendiri.
Seseorang yang melakukan aktivitas belajar secara terus menerus tanpa
motivasi dari luar dirinya merupakan motivasi intrinsik yang sangat penting
dalam aktivitas belajar. Namun, seseorang yang tidak mempunyai keinginan
belajar, dorongan dari luar dirinya merupakan motivasi ekstrinsik yang
diharapkan. Oleh karena itu, motivasi ekstrinsik diperlukan bila motivasi
intrinsik tidak ada dalam diri seseorang sebagai subjek belajar.
F. Teori Motivasi
Perspektif motivasional pada pembelajaran kooperatif terutama
memfokuskan pada penghargaan atau struktur tujuan dimanapara siswa
bekerja (Slavin, 1993). Deutsch (1949) mengidentifikasi tiga unsur tujuan:
kooperatif, di mana usaha- berorientasi- tujuan dari tiap individu memberi
kontribusi pada pencapaian tujuan anggota lainnya. Kompetitif, di mana usaha-
berorientasi- tujuan dari tiap individu menghalangi pencapaian tujuan anggota
lainnya. Individualistik, di mana usaha- berorientasi- tujuan dari tiap
individutidak memiliki konsekuensi apapun bagi pencapaian tujuan anggota
Dalam pembelajaran kooperatif guru berperan sebagai fasilitator dan
motivator. Terdapat korelasi yang sangat signifikan antara motivasi dan
belajar. Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi.
Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada
peserta didik yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan perilaku.
Motivasi belajar adalah proses yang memberi semangat belajar, arah,
kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang penuh energi, terarah, dan bertahan
lama.
Indikator motivasi belajar menurut Hamzah B. Uno dapat
diklasifikasikan sebagai berikut (Uno, 2007: 10):
1. Adanya hasrat dan keinginan berhasil.
2. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar.
3. Adanya harapan dan cita-cita masa depan.
4. Adanya penghargaan dalam belajar.
5. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar.
6. Adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan
peserta didik dapat belajar dengan baik.
Motivasi belajar berkaitan erat dengan tujuan belajar. Terkait dengan hal
tersebut motivasi mempunyai fungsi:
1. Mendorong peserta didk untuk berbuat. Motivasi sebagai pendorong
atau motor dari setiap kegiatan belajar.
2. Menentukan arah kegiatan pembelajaran yakni ke arah tujuan belajar
yang hendak dicapai. Motivasi belajar memberikan arah dan kegiatan
3. Menyeleksi kegiatan pembelajaran, yakni menentukan kegiatan-
kegiatan apa yang harus dikerjakan yang sesuai guna mencapai tujuan
pembelajaran dengan menyeleksi kegiatan- kegiatan yang tidak
menunjang bagi pencapaian tujuan.
G. Macam- Macam Motivasi
Macam- macam motivasi belajar disini akan dibahas dua macam sudut
pandang, yakni motivasi yang berasal dari dalam pribadi seseorang (intrinsik)
dan yang berasal dari luar diri seseorang (ekstrinsik).
1. Motif Intrinsik
Menurut Uno (2007: 4), motif intrinsik timbulnya tidak
memerlukan rangsangan dari luar karena memang telah ada dalam diri
individu sendiri, yaitu sesuai atau sejalan dengan kebutuhannya. Motif
intrinsik dapat ditimbulkan dengan menumbuhkan dan
mengembangkan minat terhadap bidang studi yang relevan. Sebagai
contoh, memberitahukan sasaran yang hendak dicapai dalam bentuk
tujuan intruksional pada saat pembelajaran akan dimulai yang
menimbulkan motif keberhasilan mencapai sasaran.
2. Motif Ekstrinsik
Motif ekstrinsik timbul karena adanya rangsangan dari luar individu,
misalnya dalam bidang pendidikan terdapat minat yang positif
terhadap kegiatan pendidikan yang timbul karena melihat manfaatnya.
Berikut beberapa hal yang dapat menimbulkan motif ekstrinsik, antara
a. Pendidik memerlukan anak didiknya, sebagai manusia yang
berpribadi, menghargai pendapatnya, pikirannya, perasaannya,
maupun keyakinannya.
b. Pendidik menggunakan berbagai metode dalam melaksanakan
kegiatan pendidikannya.
c. Pendidik senantiasa memberikan bimbingan dan juga
pengarahan kepada anak didiknya dan membantu apabila
mengalami kesulitan, baik yang bersifat pribadi maupun
akademis.
d. Pendidik harus mempunyai pengetahuan yang luas dan
penguasa bidang studi atau materi yang diajarkan kepada
peserta didiknya.
e. Pendidik harus mempunyai rasa cinta dan sifat pengabdian
kepada profesinya sebagai pendidik.
H. Fungsi Motivasi dalam Belajar
Dalam kegiatan belajar mengajar pasti ditemukan anak didik yang
malas berpartisipasi dalam belajar. Sementara anak didik yang lain aktif
berpartisipasi dalam kegiatan. Ketidakminatan terhadap suatu pelajaran
menjadi pangkal penyebab kenapa anak didik menjadi malas berpartisipasi
dalam belajar. Itulah sebagi pertanda bahwa anak didik tidak mempunyai
motivasi belajar. Kemiskinan terhadap motivasi intrinsik ini merupakan
Untuk lebih jelasnya mengenai fungsi motivasi dalam belajar adalah
sebagai berikut:
1. Motivasi sebagai pendorong perbuatan
Pada mulanya anak didik tidak ada hasrat untuk belajar, tetapi karena
ada sesuatu yang dicari muncullah minatnya untuk belajar. Sesuatu
yang akan dicariitu dalam rangka untuk memuaskan rasa ingin tahunya
dari sesuatu yang akan dipelajari. Sesuatu yang belum diketahui itu
akhirnya mendorong anak didik untuk belajar dalam rangka mencari
tahu. Anak didik pun mengambil sikap seiring dengan minat terhadap
suatu objek. Disini anak didik mempunyai keyakinan dan pendirian
tentang apa yang seharusnya dilakukan untuk mencari tahu tentang
sesuatu. Sikap itulah yang mendasari dan mendorong ke arah sejumlah
perbuatan dalam belajar. Jadi, motivasi yang berfungsi sebagai
pendorong ini mempengaruhi sikap apa yang seharusnya anak didik
ambil dalam rangka belajar.
2. Motivasi sebagai penggerak perbuatan
Dorongan psikologis yang melahirkan sikap terhadap anak didik itu
merupakan suatu kekuatan yang tak terbendung, yang kemudian
terjelma dalam bentuk gerakan psikofisik. Di sini anak didik sudah
melakukan aktivitas belajar dengan segenap jiwa dan raga. Akal
pikiran berproses dengan sikap raga yang cenderung tunduk dengan
kehendak perbuatan belajar. Sikap berada dalam kepastian perbuatan
prinsip, dalil, dan hukum, sehingga mengerti betul isi yang
dikandungnya.
3. Motivasi sebagai pengarah perbuatan
Anak didik mempunyai motivasi dapat menyeleksi mana perbuatan
yang harus dilakukan dan mana perbuatan yang diabaikan. Seorang
anak didik yang ingin mendapatkan sesuatu dari suatu mata pelajaran
tertentu, tidak mungkin dipaksakan untuk mempelajari mata pelajaran
yang lain. Pasti anak didik akan mempelajari mata pelajaran di mana
tersimpan sesuatu yang akan dicari itu. Sesuatu yang akan dicari anak
didik merupakan tujuan belajar yang akan dicapainya. Tujuan belajar
itulah sebagai pengarah yang memberikan motivasi kepada anak didik
dalam belajar. Dengan tekun anak didik belajar. Dengan penuh
konsentrasi anak didik belajar agar tujuannya mencari sesuatu yang
ingin diketahui/ dimengerti itu cepat tercapai. Segala sesuatu yang
menggangu pikirannya dan dapat membuyarkan konsentrasinya
diusahakan disingkirkan jauh- jauh. Itulah peranan motivasi yang dapat
mengarahkan perbuatan anak didik dalam belajar.
I. Bentuk- Bentuk Motivasi dalam Belajar
Ada beberapa bentuk motivasi yang dapat dimanfaatkan dalam rangka
mengarahkan belajar anak didik di kelas, yaitu:
1. Memberi angka
Angka dimaksud adalah sebagai simbol atau nilai dari hasil aktivitas
biasanya bervariasi, sesuai dengan hasil ulangan yang telah mereka
peroleh dari hasil penilaian guru, bukan karena belas kasihan guru.
Angka merupakan alat motivasi yang cukup memberikan rangsangan
kepada anak didik untuk mempertahankan atau bahkan lebih
meningkatkan prestasi belajar si masa mendatang.
2. Hadiah
Hadiah adalah memberikan sesuatu kepada orang lain sebagai
penghargaan atau kenang- kenangan/ cendramata. Hadiah yang
diberikan kepada orang lain bisa berupa apa saja, tergantung dari
keinginan pemberi. Atau bisa juga disesuaikan dengan prestasi yang
dicapai seseorang. Penerima hadiah tidak tergantung dari jabatan,
profesi, dan usia seseorang. Semua orang berhak menerima hadiah dari
seseorang dengan motif- motif tertentu.
3. Kompetisi
Kompetisi merupakan persaingan, dapat digunakan sebagai alat
motivasi untuk mendorong anak didik agar mereka bergairah belajar.
4. Ego- Involvement
Menumbuhkan kesadaran kepada anak didik agar merasakan
pentingnya tugas dan menerimanya sebagai suatu tantangan sehingga
bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri, adalah sebagai salah
5. Memberi Ulangan
Ulangan bisa dijadikan sebagai alat motivasi. Anak didik biasanya
mempersiapkan diri dengan belajar jauh- jauh hari untuk menghadapi
ulangan.
6. Mengetahui Hasil
Mengetahui hasil belajar bisa dijadikan sebagai alat motivasi. Dengan
mengetahui hasil, anak didik terdorong untuk belajar lebih giat.
Apalagi bila hasil belajar itu mengalami kemajuan, anak didik
berusaha untuk mempertahankannya atau bahkan meningkatkan
intensitas belajarnya guna mendapatkan pretasi belajar yang lebih baik.
7. Pujian
Pujian yang diucapkan pada waktu yang tepat dapat dijadikan sebagai
alat motivasi. Pujian adalah bentuk reinforcement yang positif dan
sekaligus merupakan motivasi yang baik. Pujian diberikan sesuai
dengan hasil kerja bukan dibuat- buat.
8. Hukuman
Meskipun hukuman sebagai reinforcement yang negative, tetapi bila
dilakukan dengan tepat dan bijaksana akan merupakan alat motivasi
yang baik dan efektif.
9. Hasrat untuk Belajar
Hasrat untuk belajar berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk
belajar. Hal ini akan lebih baik bila dibandingkan dengan segala
kegiatan tanpa maksud. Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak
tentu hasilnya akan lebih baik daripada anak didik yang tidak berhasrat
untuk belajar.
10.Minat
Minat adalah kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan dan
mengenang beberapa aktivitas. Seseorang yang berminat terhadap
suatu aktivitas akan memperhatikan aktivitas itu secara konsisten
dengan rasa senang. Dengan kata lain, minat adalah suatu rasa lebih
suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang
menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu
hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri.
11.Tujuan yang Diakui
Rumusan tujuan yang diakui dan diterima dengan baik oleh anak didik
merupakan alat motivasi yang sangat penting. Sebab dengan
memahami tujuan yang harus dicapai, dirasakan anak sangat berguna
dan menguntungkan, sehingga menimbulkan gairah untuk terus
belajar.
J. Model Pembelajaran Kooperatif
Slavin (dalam Agus Suprijono, 2009:15) mengemukakan, “In
cooperative learning methods, students work together in four member teams to
master material initially presented by the teacher.”Dari uraian tersebut dapat
dikemukakan bahwa cooperative learning adalah suatu model pembelajaran di
berjumlah 4- 6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa
lebih bergairah dalah belajar.
Pembelajaran kooperatif merupakan sistem pengajaran yang memberi
kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa
dalam tugas- tugas yang terstruktur. Pembelajaran kooperatif dikenal dengan
pembelajaran secara berkelompok. Tetapi belajar kooperatif lebih dari sekedar
belaj kelompok atau kerja kelompok, karena dalam belajar kooperatif ada
struktur dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan
terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat interdepedensi
efektif di antara anggota kelompok (Sugandi, 2002: 14, dalam Riyadi
Purworedjo, 2009: 2, dalam Agus Suprijono, 2009: 16).
Menurut pendapat Lie (2008: 29) bahwa model pembelajaran
kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-
unsur dasar pembelajaran cooperative learning yang membedakannya dengan
pembagian kelompok yang dilakukan asal- asalan. Pelaksanaan prosedur
model cooperative learning dengan benar- benar akan memungkinkan
pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif.
Pada dasarnya cooperative learning mengandung pengertian sebagai
suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara
sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri
dari dua atau lebih di mana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh
keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Cooperative learning
kebersamaan di antara sesama anggota kelompok (Solihatin, E., dan Rahardjo,
2007:4 dalam Agus Suprijono 2009: 16).
K. Unsur- Unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif
Unsur- unsur dasar pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut
(Ibrahim, 2010, dalam http://ipotes.wordpress.com, dalam Agus Suprijono,
2009: 17):
a. Siswa dalam kelompok haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup
sepenanggungan bersama.
b. Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya.
c. Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya
memiliki tujuan yang sama.
d. Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di
antara anggota kelompoknya.
e. Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan penghargaan yang juga
akan dikenakan untuk semua anggota kelompok.
f. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan
untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
g. Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual
L. Ciri- Ciri Model Pembelajaran Kooperatif
Ciri- ciri pembelajaran kooperatif, adalah sebagai berikut:
a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif yang menyelesaikan
materi belajar.
b. Kelompok dibentuk dengan tanpa memperhatikan perbedaan antar
siswa, baik itu dalam bidang intelektual, maupun ras.
c. Penghargaan berorientasi pada kelompok bukan pada individu
d. Memberikan penghargaan kepada kelompok, yang telah berhasil
menyelesaikan tugas yang diberikan dengan baik.
e. Pertanggungjawaban individu di dalam kelompok untuk dapat bekerja
sama dalam kelompok menyelesaikan tugas yang diberikan.
f. Memperoleh kesempatan yang sama dalam mencapai keberhasilan,
karena tugas dikerjakan di dalam kelompok- kelompok.
M. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Tujuan pembelajaraan kooperatif ini berbeda dengan pembelajaran
yang tradisional yang menerapkan sisitem kompetisi, di mana keberhasilan
individu diorientasikan pada kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari
pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi di mana keberhasilan
individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya (Slavin,
1994:50 dalam Agus Suprijono, 2009: 17).
a. Siswa dituntut untuk dapat menyelesaikan tugas- tugas akademiknya,
sehingga semua siswa memiliki tanggung jawab yang sama dan tidak
b. Memberikan peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan
kodisi, untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas- tugas
bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif,
belajar untuk menghargai satu sama lain. Dalam hal ini, berusaha
untuk menhindari terjadinya diskriminasi.
c. Mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi.
Keterampilan ini sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat,
dimana mereka saling melakukan kerjasama satu sama lain.
N. Prosedur Pembelajaran
Pada dasarnya, kegiatan pembelajaran dibagi menjadi empat langkah,
yaitu:
a. Orientasi
Seperti pada pembelajaran pada umumnya, kegiatan diawali
dengan orientasi untuk memahami dan menyepakati bersama tentang
apa yang akan dipelajari serta bagaimana strategi pembelajarannya.
Guru mengkomunikasikan tujuan, materi, waktu, langkah- langkah
serta hasil akhir yang diharapkan dikuasai oleh siswa, serta sistem
penilaiannya. Pada langkah ini siswa diberi kesempatan untuk
mengungkapkan pendapatnya tentang apa saja, termasuk cara kerja dan
hasil akhir yang diharapkan atau sistem penilaiannya. Negosiasi dapat
terjadi antara guru dan siswa, namun pada akhir orientasi diharapkan
b. Kerja Kelompok
Pada tahap ini, siswa melakukan kerja kelompok sebagai inti
kegiatan pembelajaran. Kerja kelompok dapat dalam bentuk
memecahkan masalah, atau memahami dan menerapkan suatu konsep
yang dipelajari. Agar kegiatan kerja kelompok dapat terarah, maka
perlu diberikan panduan singkat sebagai pedoman kegiatan. Panduan
harus memuat tujuan, materi, waktu, cara kerja kelompok dan
tanggung jawab masing- masing anggota kelompok, serta hasil akhri
yang diharapkan dapat dicapai.
c. Tes/ Kuis
Pada akhir kegiatan kelompok diharapkan semua siswa telah
mampu memahami topik/ masalah yang sudah dikaji bersama.
Kemudian siswa menjawab tes atau kuis untuk mengetahui
pemahaman mereka. Penilaian individu ini mencakup penguasaan
ranah, kognitif, afektif, dan keterampilan
d. Penghargaan Kelompok
Langkah ini dimaksudkan untuk memberikan penghargaan
kepada kelompok yang berhasil memperoleh kenaikan skor dalam tes
individu. Kenaikan skor dihitung dari selisih antara skor dasar dengan
skor tes individual.
O. Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games- Tournament (TGT)
Teams Games- Tournament awalnya dikembangkan oleh David De
Jhons Hopkins. Metode ini menggunakan kuis- kuis dalam sistem skor
kemajuan individu, di mana para siswa berlomba sebagai wakil mereka
dengan anggota tim lain yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti
mereka (Slavin, 2008: 163).
Dalam metode ini siswa setelah belajar dalam kelompoknya masing-
masing anggota kelompok yang setingkat kemampuannya akan dipertemukan
dalam suatu pertandingan/ turnamen yang dikenal dengan ”tournaments
table” yang diadakan tiap akhir unit pokok bahasan atau akhir pekan. Skor
yang didapat akan memberikan kontribusi rata- rata skor kelompok.
P. Komponen Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games- Tournament
(TGT)
Menurut Slavin (1995: 105) ada lima komponen utama dalam
pembelajaran kooperatif tipe Teams Games- Tournaments (TGT) yaitu:
1. Penyajian Kelas (Class Presentation)
Penyajian kelas dalam Pembelajaran Kooperatif tipe Teams
Games- Tournament (TGT) tidak berbeda dengan pengajaran biasa
atau pengajaran klasikal oleh guru, hanya pengajaran lebih difokuskan
pada materi yang sedang dibahas saja. Ketika penyajian kelas
berlangsung mereka sudah berada dalam kelompoknya. Dengan
demikian mereka akan memperhatikan dengan serius selama
pengajaran penyajian kelas berlangsung, sebab setelah ini mereka
harus mengerjakan games akademik dengan sebaik- baiknya karena
2. Kelompok (Teams)
Kelompok disusun dengan beranggotakan 4- 5 orang yang
mewakili pencampuran dari berbagai keragaman dalam kelas seperti
kemampuan akademik, jenis kelamin, rasa tau etnik. Fungsi utama
mereka dikelompokkan adalah anggota- anggota kelompok saling
meyakinkan bahwa mereka dapat bekerja sama dalam belajar dan
mengerjakan game atau lembar kerja dan lebih khusus lagi untuk
menyiapkan semua anggota dalam menghadapi kompetisi.
3. Permainan (Games)
Pertanyaan dalam game disusun dan dirancang dari materi yang
relevan dengan materi yang telah disajikan untuk menguji pengetahuan
yang diperoleh mewakili masing- masing kelompok. Sebagian besar
pertanyaan pada kuis adalah bentuk sederhana. Setiap siswa
mengambil sebuah kartu yang diberi nomor dan menjawab pertanyaan
yang sesuai dengan nomor pada kartu tersebut.
4. Kompetisi/ Turnamen (Tournament)
Turnamen adalah susunan beberapa game yang dipertandingkan.
Biasanya dilaksanakan pada akhir minggu atau akhir unit pokok
bahasan, setelah guru memberikan penyajian kelas dan kelompok
mengerjakan lembar kerjanya. Untuk ilustrasi turnamen dapat dilihat
Untuk turnamen pertama, guna menempatkan siswa pada
“tournament table” dengan pengaturan beberapa siswa berkemampuan
tinggi dan tiap- tiap kelompok pada meja I siswa berkemampuan
sedang pada meja II dan III kemudian siswa berkemampuan rendah
pada meja IV.
Setelah turnamen selesai dan dilakukan penilaian, guru
melakukan pengaturan kembali kedudukan siswa pada tiap meja
turnamen, kecuali pemenang meja tertinggi (meja I). Pemenang dari
setiap meja dinaikan atau digeser satu tingkat ke meja yang lebih tinggi
tingkatannya sedangkan siswa yang mendapat skor terrendah pada
setiap meja turnamen selain pada meja terendah tingkatannya (meja
IV) diturunkan satu tingkat ke meja yang lebih rendah tingkatannya.
Pada akhirnya mereka akan mengalami kenaikan atau penurunan
sehingga mereka akan sampai pada meja yang sesuai dengan kinerja
mereka.
Setelah pertandingan pertama, siswa- siswa mengubah posisi
atau meja pertandingannya sesuai dengan hasil pertandingan
sebelumnya. Pemenang dari tiap- tiap meja akan berpindah pada meja
pertandingan yang lebih tinggi selanjutnya miasalkan dari meja IV ke
meja III. Pemenang kedua menempati meja pertandingan sebelumnya,
sedangkan siswa dengan skor terendah dari tiap- tiap meja akan
berpindah ke meja yang lebih rendah dibawahnya, maka mereka akan
berusaha untuk berpindah lagi ke meja yang lebih tinggi
5. Pengakuan Kelompok (Teams Recognition)
Pengakuan kelompok dilakukan dengan member penghargaan
berupa hadiah atau sertifikat atas usaha yang telah dilakukan kelompok
selama belajar sehingga mencapai kriteria yang telah disepakati
bersama.
Ada tiga penghargaan yang dapat diberikan dalam penghargaan
tim. Penghargaan tim dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.1 Kriteria Penghargaan
Kriteria (rata- rata tim) Penghargaan
≤40 Good Team
41 – 45 Great Team
≥ 46 Super Team
Q. Langkah- Langkah dan Aktivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams
Games- Tournament (TGT)
Langkah- langkah dan aktivitas pembelajaran kooperatif tipe Teams Games-
Tournament (TGT) adalah sebagai berikut:
1. Langkah- langkah dalam pembelajaran kooperatif tipe Teams Games-
Tournament (TGT) mengikuti urutan sebagai berikut:
a. Pengaturan klasikal
Perangkat yang diperlukan adalah materi pembelajaran dan
LKS. Kegiatan pokok dalam langkah ini adalah
mempresentasikan pelajaran di kelas dengan memberikan
diskusi di kelas. Presentasi dibuka dengan memanfaatkan
media pembelajaran. Guru menanyakan konsep- konsep
secara visual dan memanipulasi contoh. Kemudian
mengevaluasi pemahaman siswa dengan memberikan
pertanyaan.
b. Belajar kelompok
Perangkat yang dibutuhkan adalah materi pembelajaran dan
LKS. Siswa berkerja dalam kelompok dimana siswa saling
bantu membantu dalam memahami materi yang ada.
c. Turnamen akademik
Perangkat yang dibutuhkan adalah undian lembar
pertanyaan, kunci jawaban, lembar pencatat skor. Setiap
kelompok mengambil undian pertanyaan kemudian
dengan kunci jawaban yang ada. Jika jawaban benar makan
tim tersebut akan mendapatkan poin.
d. Penghargaan tim dan pemindahan atau bumping
Kelompok di rolling dan permainan di lanjutkan lagi hingga
waktu yang tersedia habis.
2. Pembelajaran diawali dengan memberikan pelajaran, selanjutnya
diumumkan kepada semua siswa bahwa akan melaksanakan
pembelajaran kooperatif tipe Teams Games- Tournament (TGT) dan
siswa diminta memindahkan bangku untuk membentuk meja tim.
Kepada siswa disampaikan bahwa mereka akan bekerja sama dengan
kelompok belajar selama beberapa pertemuan, mengikuti turnamen
akademik untuk memperoleh poin bagi nilai tim mereka serta
diberitahukan tim yang mendapat nilai tertinggi akan mendapat
penghargaan.
3. Kegiatan dalam turnamen adalah persaingan pada meja turnamen
dimana siswa dari tim yang berbeda dengan kemampuan setara. Pada
permulaan turnamen diumumkan penetapan meja bagi siswa. Siswa
diminta mengatur meja turnamen yang ditetapkan. Nomor meja
turnamen bisa diacak. Setelah kelengkapan dibagikan dapat dimulai
kegiatan turnamen.
4. Dengan model yang mengutamakan kerja kelompok dan kemampuan
menyatukan intelegensi siswa yang berbeda- beda akan dapat membuat
siswa mempunyai nilai dalam segi kognitif, afektif dan psikomotorik
mengutamakan kerja kelompok dan kemampuan menyatukan
intelegensi siswa yang berbeda- beda akan dapat membuat siswa
mempunyai nilai dalam segi kognitif, afektif, dan psikomotorik secara
merata satu siswa dengan siswa yang lain.
Kegiatan siswa dalam pembelajaran kooperatif tipe Teams Games-
Tournament (TGT)antara lain:
1) Pada awal pertemuan, membentuk kelompok kecil dengan
anggota 4- 5 orang.
2) Mempelajari materi yang diberikan sesuai dengan kemampuan
masing- masing.
3) Bekerjasama memadukan kemampuan untuk saling mengisi,
saling membantu guna mengerjakan tugas belajar yang
dibagikan guru.
4) Menjelaskan dan menyatukan serta melengkapi pendapatnya
dengan dasar- dasar pemikiran yang rasional.
R. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams
Games- Tournament (TGT)
Kelebihan siswa dalam pembelajaran kooperatif tipe Teams
Games- Tournament (TGT)antara lain:
1. Dalam kelas kooperatif siswa memiliki kebebasan untuk berinteraksi
dan menggunakan pendapatnya.
2. Rasa percaya diri siswa menjadi lebih tinggi.