(Studi In Depth Interview Tentang Strategi Komunikasi Suami Istri Beda Budaya Dalam Mendidik Anak)
SKRIPSI
Oleh:
Paksi Sartika Dewi NPM. 0843010138
YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
ii
karuniaNya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Strategi Komunikasi Suami Istri Beda Budaya Dalam Mendidik Anak”, guna memenuhi syarat untuk menyelesaikan mata kuliah Progdi S1 Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Berbagai upaya penulis lakukan demi terselesaikannya skripsi ini, berbagai nasehat dan semangat yang diberikan oleh berbagai pihak telah memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi serta menunjang kelancaran proses penyusunannya. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah memberikan segala bantuan demi terselesainya skripsi ini, antara lain kepada :
1. Allah SWT, atas rahmat dan karuniaNya kepada penulis selama ini.
2. Dra.Ec.Hj.Suparwati, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UPN ’’Veteran’’ Jatim.
3. Juwito, S.Sos, M.Si, selaku ketua Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UPN ’’Veteran’’ Jatim.
iii
6. Kedua Orang Tua dan Kakakku yang telah banyak memberikan dukungan dan pengorbanan baik secara moriil maupun materill sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dengan baik.
7. Teman-teman seperjuangan, Tisa, Duma, Irfan, Donath, Dhodo atas segala doa, dukungan, perhatian serta canda tawa selama penulis menyelesaikan skripsi ini.
8. “Anak-anak Kost Dodol Pusparini’08, Oma, Diana, Windy, Prim, Ernin yang selalu memberi dukungan doa serta semangat kepada penulis. You’re the the best.
9. Mahrus, Fika, dan Mas Gombloh. Thank you for the prayers and support given to me.
10. Serta berbagai pihak yang banyak membantu demi terselesaikannya penyusunan skripsi ini.
Akhir kata dengan segala keterbatasannya, penulis berharap skripsi ini akan bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.
Surabaya, Juni 2012
iv
HALAMAN PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI ………..………... i
KATA PENGANTAR ………..……... ii
DAFTAR ISI ………..…….………. iv
ABSTRAKSI ………..……..…..vii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 9
1.3. Tujuan Penelitian ... 9
1.4. Manfaat Penelitian ... 10
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Landasan Teori ... 11
2.1.1 Komunikasi Interpersonal ... 11
2.1.2 Komunikasi Antar Budaya ... 15
2.1.3 Komunikasi Keluarga (Suami Istri) ... 23
2.2. Pernikahan ... 25
v
2.5. Strategi Komunikasi ... 30
2.5.1 Tujuan Strategi Komunikasi ... 33
2.5.2 Strategi Komunikasi Dalam Mempertahankan Hubungan Pernikahan ... 34
2.6. Kerangka Berpikir ... 36
BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian ... 39
3.2. Tipe Penelitian ... 40
3.3. Lokasi Penelitian ... 40
3.4. Informan ... 40
3.5. Unit Analisis ... 40
3.6. Teknik Pengumpulan Data ... 41
3.7. Teknik Pengolahan Data ... 42
3.8. Teknik Analisis Data ... 42
3.9. Panduan Wawancara ... 43
vi
4.1.3 Identitas Informan ... 47
4.2. Analisis Data ... 48
4.2.1 Strategi Komunikasi Suami Istri Beda Budaya ... 49
4.2.1.1 Strategi Komunikasi Keluarga I ... 49
4.2.1.2 Strategi Komunikasi Keluarga II ... 55
4.2.1.3 Strategi Komunikasi Keluarga III ... 60
4.2.1.4 Strategi Komunikasi Keluarga IV………65
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 71
5.2 Saran ... 71
DAFTAR PUSTAKA ... 73
ISTRI BEDA BUDAYA (Studi In Depth Interview Tentang Strategi Komunikasi Suami Istri Dalam Mendidik Anak)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah strategi komunikasi yang dilakukan oleh pasangan suami istri yang berbeda budaya dalam mendidik anak mereka, bagaimanakah pasangan suami istri mendidik anak mereka dan mengatasi hambatan komunikasi diantara keduanya.
Landasan teori yang digunakan untuk penelitian ini adalah komunikasi interpersonal dan strategi komunikasi. Dimana strategi itu merupakan taktik atau cara dasar yang menyeluruh dari rangkaian tindakan.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan wawancara mendalam
(in depth interview). Subyek penelitian ini sebanyak 4(empat) pasang suami istri yang menikah beda budaya (suku). Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan
pertanyaan yang diajukan kepada informan berdasarkan guide interview. Untuk
analisis data berupa narasi yang diperoleh dari in depth interview, narasi ini berisi
pendapat, pengalama, pengakuan, dan deskripsi perilaku dari masing-masing informan kemudian dianalisis dan diinterpretasikan oleh peneliti.
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa strategi komunikasi suami istri dalam medidik anak-anak mereka menurut informan
adalah dengan adanya keterbukaan (Be Open), komunikasi (Communicate), dan
berpikir positif (Be Positive).
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Masyarakat Indonesia sejak dulu sudah dikenal sangat heterogen dalam
berbagai aspek, seperti adanya keberagaman ras,suku bangsa, agama, bahasa,
adat istiadat,latar belakang pendidikan dan sebagainya. Untuk meningkatkan
kehidupan bersama itu setiap hari dimanapun mereka berada tidak bisa
terlepas dari komunikasi. Namun dalam melakukan komunikasi tidak setiap
orang terampil melakukannya dengan efektif. Hal ini terlebih lagi bila orang
yang terlibat dalam komunikasi itu berbeda budaya, kesalahan dalam
memahami pesan, perilaku atau peristiwa komunikasi tidak bisa dihindari.
(Khotimah, 2000:47)
Kata komunikasi atau communication dalam bahasa inggris berasal dari
kata latin communis yang berarti “sama”, communico, communication atau
communicate yang berarti “membuat sama” (to make common) (Deddy
Mulyana,2002:4)
Banyak makna mengenai arti kata komunikasi, namun dari banyaknya
definisi yang ada dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah proses
penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu
atau untuk mengubah sikap, pendapat, perilaku baik langsung secara lisan
maupun tak langsung melalui media (Effendy, 2002 : 5)
penemuan diri (to learn) karena dengan berkomunikasi dapat mencapai
tujuan untuk belajar mengenai diri sendiri dan orang lain juga. Sebab persepsi
mengenai diri sendiri dihasilkan dari apa yang dipelajari dari diri sendiri dan
orang lain selama berkomunikasi, khususnya dalam komunikasi antar pribadi.
Tujuan yang kedua adalah untuk berhubungan (to releate) karena dengan
komunikasi dapat membina dan memelihara hubungan dengan orang lain.
Dalam berhubungan dan berkomunikasi dengan orang lain maka akan
membina dan memelihara hubungan sosial. Selain itu tujuan komunikasi
adalah untuk meyakinkan, menghabiskan waktu untuk melakukan persuasi
antar pribadi sehari-hari dan berusaha mengubah sikap dan perilaku orang
lain.
Tujuan yang ketiga adalah untuk mempengaruhi (to influence). Dengan
berkomunikasi bisa mempersuasi orang lain agar dapat menjadi berubah atau
sesuai dengan harapan.
Tujuan yang keempat adalah untuk bermain (to play). Dalam hal ini
perilaku komunikasi banyak digunakan untuk bermain, menghibur diri dan
juga orang lain untuk mengikat perhatian orang lain sehingga dapat mencapai
tujuan-tujuan lain (Joseph A.Devito, 1997 : 8-9).
Komunikasi interpersonal merupakan proses pengiriman dan penerimaan
pesan antar dua orang atau sekelompok kecil orang dengan beberapa efek dan
umpan balik secara langsung. Komunikasi interpersonal berlangsung antara
dua orang yang sedang berdua duaan seperti suami istri yang sedang
karena prosesnya memungkinkan berlangsung secara dialogis. Komunikasi
interpersonal merupakan komunikasi yang paling ampuh dalam usaha untuk
mengubah sikap, kepercayaan, opini, dan perilaku. Oleh karena
keampuhannya maka komunikasi interpersonal sering digunakan dalam
melakukan proses komunikasi persuasif yaitu komunikasi yang secara
psikologis manusiawi yang sifatnya halus, luwes yang berupa ajakan, bujukan
atau rayuan.
Komunikasi interpersonal melibatkan dua orang dalam situasi interaksi,
komunikator menyampaikan suatu pesan kepada komunikasn dan komunikan
menerima pesan tersebut. Karena komunikasi interpersonal bersifat dialogis
maka ketika komunikan memberi jawaban, ia menjadi encoder dan
komunikasn menjadi decoder. (Effendy, 2002 : 14)
Komunikasi sangat penting bagi kehidupan sehari-hari bila kedua pihak
mengerti bahasa yang digunakan juga mengenai makna dari apa yang
diucapkan. Komunikasi tidah hanya proses yang informative melainkan juga
terdapat proses persuasive di dalamnya. Berdasarkan definisi Lasswell
komunikasi dalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada
komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. (Effendy, 2002
:10)
Kegiatan komunikasi yang dilakukan dapat terjadi dalam berbagai
macam situasi yaitu intrapribadi, antar pribadi, kelompok, dan massa.
Sebagaian besar kegiatan komunikasi yang dilakukan komunikasi oleh
antar pribadi mempunyai banyak manfaat seperti komunikasi antar pribadi
seseorang dapat menjalin hubungan yang lebih baik dan bermakna dengan
seseorang lainnya atau menjalin persahabatan bahkan mendapatkan jodohnya.
Melalui komunikasi antar pribadi seseorang individu dapat membantu
menyelesaikan persoalan yang sedang dialaminya atau individu lain. Dan
dengan komunikasi antar pribadi seseorang dapat mengubah nilai-nilai dan
sikap orang lain (Suyanto,Cahyana, 1996 : 195)
Komunikasi antar pribadi dapat terjalin dalam konteks satu komunikator
dengan satu komunikan (diadik) atau satu komunikator dengan komunikan
tida orang (diadik). Komunikasi antar pribadi dapat berlangsung secara tatap
muka atau menggunakan media atau saluran antar pribadi (non media massa)
seperti telepon. Dalam situasi antarpribadi komunikasi berlangsung secara
sirkuler, peran komunikator dan komunikan terus bertukar karena kedudukan
komunikator dan komunikan relative setara. Proses ini disebut dialog,
meskipun terkadang bisa saja terjadi monolog (hanya satu pihak yang
mendominasi percakapan). Efek komunikasi yang timbul dari komunikasi
antarpribadi merupakan efek yang paling kuat dibanding efek komunikasi
lainnya. Dalam komunikasi antarpribadi, komunikator juga mempengaruhi
langsung tingkah laku komunikannya, memanfaatkan pesan verbal dan non
verbal serta merubah atau menyesuaikan pesannya bila yang didapat adalah
umpan balik yang negative (Vardiansyah, 2004 : 30-31)
Komunikasi yang baik berawal dari keluarga, karena keluarga
Jadi dapat dikatakan keluarga merupakan sumber tumpuan pada komunikasi.
Namun masih sering dijumpai berbagai macam problem komunikasi dalam
keluarga yang dapat menghalangi kebahagiaan keluarga tersebut (Kuntaraf,
1999 : 10)
Permasalahan dalam keluarga terutama antara suami istri jika tidak
segera tidak ditemukan jalan keluarnya akan membawa keluarga tersebut ke
arah yang tidak baik. Berawal dari komunikasi berlanjut pada perusakan dan
akhirnya pemutusan hubungan. Hal-hal yang bisa memicu pertentangan,
perbedaan sering kali banyak ditemui oleh pasangan suami istri yang
memiliki budaya yang sama dan alangkah lebih sulitnya bila pasangan suami
istri tersebut adalah mereka yang memiliki pasangan beda budaya. Banyaknya
hambatan, adanya perbedaan dan pertentangan akan jauh lebih besar muncul
dan ditemui dalam kehidupan mereka berumah tangga.
Banyak masalah yang timbul berakar pada masalah komunikasi suami
istri apalagi pasangan suami istri yang pernikahannya dengan latar belakang
budaya yang berbeda. Percakapan merupakan jalan yang dapat mempererat
hubungan suami istri. Bukan hanya pertukaran informasi, percakapan antar
suami istri juga merupakan sarana dalam menyampaikan perasaan hati,
memperjelas pikiran, menyampaikan ide, sarana untuk saling memberi
dukungan, cinta dan kasih, dan komunikasi antar suami istri juga merupakan
salah satu jalan untuk belajar mengenal satu sama lain, belajar mengenai
kebiasaan masing-masing, belajar untuk memahami perbedaan budaya suami
melepaskan ketegangan, mencapai kesepakatan, dalam cara untuk mengatasi
konflik pasca pernikahan.
Pernikahan beda budaya merupakan penggabungan dua individu dengan
latar belakang budaya, bahasa yang berbeda. Namun pernikahan beda budaya
ini sudah umum terjadi di masyarakat Indonesia. Pernikahan beda budaya
terjadi selain karena adanya rasa saling mencintai juga harus dilandasi rasa
toleransi dan menghargai yang kuat satu sama lain. Pernikahan dua budaya
yang berbeda akan menimbulkan bias budaya dan distrosi pesan. Dimulai dari
perbedaan keyakinan atau agama, perbedaan budaya, benturan-benturan
budaya, pola pikir, perbedaan kebiasaan, bagaimana mereka memiliki visi dan
misi kesamaan strategi dalam berkomunikasi dan bagaimana pasangan suami
istri menerapkan komunikasi yang efektif dan hangat dalam rumah tangganya
dan masih banyak pertanyaan dan perbedaan yang perlu dipertimbangkan
secara matang dalam menjalani pernikahan beda budaya ini dan hal tersebut
harus sangat diperhatikan dengan baik oleh suami istri yang menikah dengan
perbedaan budaya.
Perbedaan yang kelak akan menjadi sebuah masalah bila tidak diatasi
dengan baik akan muncul dari sebelum dan sesudah menikah hingga memiliki
anak. Permasalahan tersebut bagi tiap – tiap keluarga akan berbeda pula.
Masalah yang terlihat antara satu keluarga dengan keluarga yang lain akan
berbeda pula, namun bisa juga menemui masalah yang sama. Contohnya
ketika pasangan suami istri saling berkomunikasi, namun salah satu pihak ada
kurang fasihnya antar suami istri dalam menggunakan dan memahami bahasa
dari pasangannya, sehingga menimbulkan kesalahpahaman satu sama lain.
Berbeda budaya sudah tentu berbeda bahasa yang digunakan. Perbedaan
bahasa merupakan masalah klasik yang selalu terjadi dalam individu antar
budaya. Saat seseorang tidak familiar dengan bahasa tertentu maka bisa
terjadi mis interpretasi maksud dari kalimat yang diucapkan orang lain yang
sudah terbiasa dengan penggunaan bahasa tersebut sebagai bahasa sehari-hari.
Bahasa sebagai salah satu factor yang mempengaruhi keberhasilan
komunikasi harus diperhatikan. Bahasa dapat diartikan sebagai berikut :
1. Satu system untuk mewakili benda, tindakan, gagasan dalam
keadaan.
2. Satu peralatan yang digunakan untuk menyampaikan konsep riil
mereka ke dalam pikiran orang lain.
3. Satu kesatuan system makna.
4. Satu kode yang digunakan oleh pakar lingustik untuk
membedakan antara bentuk dan makna.
5. Satu ucapan yang menepati tata bahasa yang telah ditetapkan.
6. Satu system tuturan yang akan dapat dipahami masyarakat.
Karena pentingnya memahami bahasa dalam berkomunikasi, apalagi
dalam keluarga yang dibangun oleh pasangan suami istri beda budaya (suku)
dalam mendidik anak mereka, selain pengertian bahasa, unsure budaya juga
Banyaknya bahasa yang ada di dunia kesemuanya bertujuan untuk
berkomunikasi, baik dalam konteks intrapersonal, interpersonal, kelompok
maupun massa. Sehingga pasangan sumai istri yang membangun rumah
tangga di atas perbedaan budaya (suku) harus memahami fungsi bahwa
fungsi bahasa tidak hanya sekedar untuk berkomunikasi, akan tetapi memiliki
banyak fungsi, yaitu :
1. Fungsi instrumental.
Mengarah pada fungsi bahasa untuk melayani, pengelolaan
lingkungan dan menyebabkan adanya peristiwa-peristiwa yang
terjadi.
2. Fungsi regulasi.
Suatu system untuk mengawasi, mengendalikan suatu peristiwa.
3. Fungsi Pemerian.
Fungsi penggunaan bahasa untuk membuat pernyataan, fakta dan
pengetahuan.
4. Fungsi Interaksi.
Bahasa berfungsi untuk menjamin, menetapkan ketahanan,
kelangsungan proses komunikasi.
5. Fungsi Personal.
Fungsi untuk memberikan kesempatan untuk mengekspresikan
perasaan emosi pribadi dan reaksi-reaksi mendalam.
6. Fungsi Heuristik.
suatu ilmu dan mempelajari lingkungannya.
7. Fungsi Imajinatif.
Fungsi bahasa untuk melayani, penciptaan system atau gagasan
yang bersifat iamajinatif.
Setelah mengetahui pengertian bahasa dan fungsi bahasa itu sendiri
diharapkan pasangan suami istri yang berbeda budaya (suku) dapat melakukan
komunikasi secara efektif untuk menjalani, membangun dan mendidik anak-anak
mereka agar tercipta hubungan keluarga yang harmonis diatas
perbedaan-perbedaan yang ada.
Dengan adanya fenomena tersebut diatas maka penulis tertarik menjadikan
“Strategi Komunikasi Suami Istri Beda Budaya Dalam Mendidik Anak ” sebagai
topic penelitian.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka rumusan
masalah dari penelitian ini adalah bagaimana strategi komunikasi yang
dilakukan oleh pasangan suami istri yang berbeda budaya dalam mendidik
anak mereka.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimanakah strategi
dalam mendidik anak mereka, bagaimanakah pasangan suami istri mendidik
anak mereka dan mengatasi hambatan komunikasi diantara keduanya.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah memberikan penjelasan kepada
masyarakat umum tentang strategi komunikasi yang dilakukan oleh pasangan
11 2.1 Landasan Teori
2.1.1 Komunikasi Interpersonal
Komunikasi Interpersonal atau lebih dikenal dengan komunikasi
antarpribadi adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka yang
memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara
langsung, baik secara verbal ataupun non verbal (Mulyana : 2006)
Kebanyakan komunikasi antar personal berbentuk verbal dan
disertai dengan ungkapan-ungkapan nonverbal dan dilakukan secara lisan.
Cara tertulis diambil sejauh diperlukan, misalnya memo,surat,atau catatan
(Hardjana, 2003)
Dalam buku Joseph A.Devito yang berjudul Essensial Of Human
Communications edisi kelima,ia menerapkan bahwa komunikasi
interpersonal dapat didefinisikan sebagai komunikasi yang berlangsung
antara dua orang yang mempunyai hubungan yang jelas (Devito, 2002 :
134)
Komunikasi antarpribadi juga dapat dibagi dalam tiga rancangan utama
yaitu :
Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang berlangsung
diantara dua orang yang memiliki hubungan yang menetap dan jelas
1. Definisi berdasarkan perkembangan(developmental)
Komunikasi antarpribadi adalah akhir dari perkembangan
komunikasi yang bersifat tidak pribadi (impersonal). Pada
suatu ekstrim menjadi komunikasi pribadi atau intim pada
ekstrim orang lain
2. Definisi berdasarkan komponen (componential)
Definisi ini menjelaskan komunikasi antarpribadi dengan
mengamati komponen-komponen utama. Dalam hal ini
penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan
oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan
berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk
memberikan umpan balik segera (Devito, 2002 : 231)
Komunikasi interpersonal merupakan kegiatan yang dinamis.
Dengan memperhatikan kedinamisannya, komunikasi interpersonal
mempunyai ciri-ciri yang tetap yaitu :
1. Komunikasi interpersonal adalah komunikasinya dikemas
dalam bentuk verbal ataupun non verbal. Dalam mencakup
dua unsur pokok isi pesan dan bagaimana isi itu dikatakan
atau dilakukan, baik secara verbal maupun non verbal.
dan dilakukan berdasarkan pertimbangan situasi,kondisi
dan keadaan penerima pesannya.
2. Komunikasi interpersonal mencakup perilaku tertentu.
Perilaku dalam komunikasi meliputi perilaku verbal dan
non verbal.
Ada tiga perilaku dalam komunikasi interpersonal :
1. Perilaku spontan adalah perilaku yang dilakukan karena
desakan emosi dan tanpa sensor. Artinya perilaku ini terjadi
begitu saja. Jika verbal perilaku ini spontan bertanda awal
bunyi. Misalnya “hai”, “aduh”,”hore”. Perilaku spontan non
verbal, misalnya meletakkan telapak tangan pada dahi
waktu sandar,telah berbuat keliru atau lupa,melambaikan
tangan pada waktu berpapasan dengan teman, atau
menggebrak meja dalam diskusi ketika tidak setuju atas
pendapat orang
2. Perilaku menurut kebiasaan (script behavior) adalah
perilaku yang dipelajari dari kebiasaan. Perilaku itu
khas,dilakukan pada situasi tertentu dan dimengerti orang.
3. Perilaku sadar (contrived behaviour) adalah perilaku yang
dipilih karena dianggap sesuai dengan situasi yang ada.
Perilaku itu dipikirkan dan dirancang sebelumnya dan
3. Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang
berproses pengembangan.
Komunikasi interpersonal berbeda-beda tergantung dari
tingkat hubungan pihak-pihak yang terlibat dalam
komunikasi, pesan yang dikomunikasikan. Komunikasi itu
berkembang berawal dari saling pengenalan yang
diangkat,berlanjut makin mendalam . Tetapi juga dapat
putus sampai akhirnya saling melupakan.
4. Komunikasi interpersonal mengandung umpan
balik,interaksi dan koherensi.
Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi tatap
muka. Karena itu kemungkinan umpan balik (feedback)
besar sekali. Dalam komunikasi itu penerima pesan terjadi
interaksi yang satu mempengaruhi yang lain dan
kedua-duanya saling mempengaruhi dan memberi. Pengaruh itu
terjadi pada dataran kognitif-pengetahuan, efektif-perasaan,
dan behavioral-perilaku.
Semakin berkembang komunikasi interpersonal itu semakin
intensif umpan balik dan interaksinya karena peran pihak-pihak yang
terlibat berubah peran dari penerima pesan menjadi pemberi pesan dan
Dari beberapa penjelasan tersebut peneliti berkesimpulan bahwa
komunikasi interpersonal merupakan sebuah bentuk proses pertukaran
pesan yang dilakukan setidaknya dua orang sebagai perwujudan dari
bentuk komunikasi diadik. Dalam proses komunikasi ini masing-masing
peserta komunikasi dapat menafsirkan pesan yang dikirim secara langsung
sehingga umpan balik bersifat langsung.
2.1.2 Komunikasi Antar Budaya
Perspektif komunikasi antar budaya menekankan bahwa tujuan
komunikasi antar budaya adalah mengurangi tiingkat ketidakpastian
tentang orang lain. Gudykunst dan Kim oleh Alo Liliweri menunjukkan
bahwa orang-orang yang tidak kita kenal selalu berusaha mengurangi
tingkat ketidakpastian melalui peramalan yang tepat atas realisasi antar
pribadi. Usaha untuk mengurangi tingkat ketidakpastian itu dilakukan
melalui tiga tahap interaksi, yakni :
Schramm, oleh Susanto yang dikutip dari Gatra-Gatra Komunikasi
antar budaya, mengemukakan efektivitas komunikasi antara lain
tergantung pada situasi dan hubungan sosial antara komunikator dengan
komunikan terutama dalam lingkup referensi maupun luasnya pengalaman
di antara mereka. (Liliweri,2001:171).
Sedangkan Schramm, oleh Mulyono yang dikutip dari Gatra-Gatra
Komunikasi menyebutkan, komunikasi antar budaya yang benar-benar
a. Menghormati anggota budaya lain sebagai manusia
b. Menghormati budaya lain sebagaimana apa adanya dan
bukan sebagaimana yang kita hendaki.
c. Menghormati hak anggota budaya yang lain untuk
bertindak berbeda dari cara kita bertindak
d. Komunikator pra kontrak atau tahap pembentukan kesan
melalui symbol verbal maupun non verbal.. initial contact
and impression, yakni tanggapan lanjutan atas kesan yang
muncul dari kontak awal tersebut. Closure, mulai membuka
diri yang semula tertutup melalui atribusi dan
pengembangan kepribadian implisit.
Konsep penting dalam Komunikasi Antar Budaya :
1. Kebudayaan
Kebudayaan dapat diartikan sebagai keseluruhan
symbol,pemaknaan dan penggambaran (imej), struktur
aturan, kebiasaan, nilai, pemprosesan informasi dan
pengalihan pola-pola konvensi antara para anggota suatu
system sosial dan kelompok sosial.
2. Etnosentrisme
Konsep etnosentrisme seringkali dipakai secara
bersama-sama dengan rasisme. Konsep ini mewakili sebuah
mempunyai semangat bahwa kelompoknyalah yang lebih
superior dari kelompok lain.
3. Prasangka
Prasangka adalah sikap antipasti yang didasarkan pada
kesalahan generalisasi yang tidak luwes yang diekspresikan
lewat perasaan. Prasangka merupakan sikap negative atas
suatu kelompok tertentu dengan tanpa alasan dan
pengetahuan atas sesuatu sebelumnya. Prasangka ini juga
terkadang digunakan untuk mengevaluasi sesuatu tanpa
adanya argument atau informasi yang masuk. Efeknya
adalah menjadikan orang lain sebagai sasaran, misalnya
mengkambinghitamkan sasaran melalui stereotip,
diskriminasi, dan penciptaan jarak sosial (Bennet da
Janet,1996)
4. Stereotip
Stereotip berasal dari kecenderungan untuk
mengorganisasikan sejumlah fenomena yang sama atau
sejenis yang dimiliki oleh sekelompok orang ke dalam
kategori tertentu yang bermakna. Stereotip berkaitan
dengan konstruksi imej yang telah ada dan terbentuk secara
turun-menurun menurut sugesti. Ia tidak hanya mengacu
pada imej negative tetapi juga positif. Misalnya masyarakat
masyarakat jawa dikenal sebagai masyarakat yang
luwes,lemah dan penurut.
Dalam berkomunikasi dengan individu yang berbeda budaya, pasti
akan menemukan banyak hambatan. Dalam komunikasi antar budaya
dikenal istilah Above The Waterline dan Below The Waterline. Istilah
Above The Waterline itu sendiri mengacu pada rintangan yang nampak
atau berupa hambatan fisik. Sementara Below The Waterline menjelaskan
tentang hambatan-hambatan yang tidak kasat mata dan biasanya ada dalam
diri masing-masing individu (Chaney &Martin,2004:11-12)
Berikut hambatan yang dapat dikategorikan Above The Waterline :
a. Budaya : Contoh hambatan dalam hal budaya adalah
perbedaan suku,agama,ras,etnis antara satu dengan lainnya.
Sebagai contoh seorang dari Batak kemungkinan akan lebih
nyaman berkomunikasi dengan sesama orang Batak
dibandingkan dengan orang Jawa, sebab mereka memiliki
kebiasaan yang berbeda. Orang Batak lebih terus terang,
sementara orang Jawa berupaya menyampaikan sesuatu
dengan cara lebih santun sehingga terlihat berbelit-belit.
b. Agama : dalam hal ini perspektif perbedaan agama dengan
latar belakang budaya yang berbeda seringkali memicu
lainnya. Hal ini akan berdampak negative dalam melakukan
proses komunikasi sehari-hari.
c. Persepsi : setiap orang memiliki persepsinya
masing-masing ketika mereka melihat sesuatu hal. Oleh karena itu
persepsi yang berbeda membuka kemungkinan untuk
timbulnya perbedaan antara seorang dengan yang lainnya.
d. Motivasi : hambatan semacam ini berkaitan dengan tingkat
motivasi dari para pendengar, maksudnya adalah apakah
pendengar yang menerima pesan ingin menerima pesan
tersebut atau apakah pendengar yang menerima pesan ingin
menerima pesan tersebut atau apakah pendengar malas dan
tidak punya motivasi sehingga dapat menjadi hambatan
dalam komunikasi
e. Pengalaman : pengalaman dapat menjadi hambatan karena
setiap individu memiliki pengalaman hidup yang
berbeda-beda.
f. Emosi : sebagai bagian dari pribadi seseorang, emosi
memegang peranan dalam menentukan bagaimana seorang
melakukan komunikasi. Jika emosi seseorang sedang buruk
maka hambatan komunikasi yang terjadi cenderung akan
semakin besar karena tidak dapat berpikiran dengan terbuka
dan mempertimbangkan semua hal menggunakan rasio. Hal
memiliki emosi yang stabil maka dapat mengambil
keputusan setelah proses pertimbangan yang matang.
g. Bahasa atau verbal : dengan total 485 suku bangsa yang
memiliki 583 bahasa daerah yang berbeda daerah satu
dengan lainnya. Indonesia adalah contoh nyata bagaimana
bahasa mungkin saja menjadi penghambat dalam proses
komunikasi antar budaya.
Berikut hambatan yang dapat dikategorikan Below The Waterline :
a. Persepsi (Perceptions)
b. Norma (Norms)
c. Stereotip (Stereotypes): kesan atau pandangan yang
dibangun mengenai kelompok lain yang belum pasti
kebenarannya.
d. Filosofi (Philosophy)
e. Aturan (Rules)
f. Jaringan (Networks)
g. Nilai (Values) : nilai yang dianut
h. Grup cabang (Subcultures group)
Untuk bisa mengatasi hambatan-hambatan dalam komunikasi antar
budaya yang timbul dalam konteks komunikasi interpersonal seperti
peran budaya di dalam komunikasi itu sendiri. Prinsip utama yang patut
diperhatikan dalam melakukan komunikasi antar budaya :
a. Mendidik diri sendiri
Cara terbaik untuk mempersiapkan sebuah komunikasi antar
budaya adalah melengkapi diri dengan pengetahuan tentang budaya
dari orang lain. Selain itu individu tudak hanya perlu untuk
menambah pengetahuan terkait kebudayaan yang berbeda tersebut
yang tidak kalah pentingnya adalah mengenali dan memahami
ketakutan-ketakutan yang ada pada diri sendiri yang kelak akan
menghalangi suatu komunikasi antar budaya yang efektif.
b. Mengurangi ketidakpastian
Semua bentuk komunikasi akan berpotensi menimbulkan
ketidakpastian dan ambiguitas. Oleh karena itu seiring dengan
besarnya perbedaan yang terjalin dalam suatu komunikasi antar
budaya maka ketidakpastian itu akan cenderung membesar jika
dibandingkan dengan komunikasi dalam suatu budaya tertentu.
Namun hal itu bukannya tidak dapat diatasi. Salah satu cara yang
dapat dilakukan apakah dengan aktif mendengarkan dan juga
dengan mengecek kembali persepsi yang ada pada diri sendiri.
c. Mengenali perbedaan
Dalam hal ini harus bisa memamahi perbedaan apa yang terbentang
antara budaya yang satu dengan budaya yang lain ketika
d. Menghadapi stereotip dalam diri sendiri
Stereotip adalah suatu kesan yang dibangun suatu kelompok
tertentu terhadap kelompok lainnya yang biasanya belum tentu
tepat dan benar. Dalam komunikasi antar budaya stereotip ini
memegang peranan yang cukup penting karena mempengaruhi
persepsi individu terhadap orang lain sehingga akhirnya
mempengaruhi pula tindakan dan perlakuan individu kepada orang
dari budaya yang berbeda.
e. Menyesuaikan cara berkomunikasi
Penyesuaian adalah prinsip penting kelima dalam melakukan
komunikais interpersonal. Hal ini karena tidak ada dua orang di
dunia ini yang memiliki kesamaan identik dalam memaknai
sesuatu hal. Jika dalam suatu budaya yang sama saja masih ada
perbedaan dalam memaknai sesuatu maka prinsip ini memegang
peranan yang lebih penting dalam komunikasi antar budaya
f. Kurangi sikap etnosentrisme
Etnosentrisme dapat dipahami sebagai suatu kecenderungan untuk
mengevaluasi nilai, kepercayaan,dan perilaku dari kebudayaan
sendiri sehingga akan menjadi lebih baik.
Namun etnosentrisme terkadang akan berkembang menjadi sikap
yang begitu mengagungkan kebudayaannya sendiri dan di lain
pihak cenderung merendahkan budaya yang berbeda dengan
Chauvimisme. Sikap ini tentu tidaklah baik sebab akan menjadikan
suatu kelompok menjadi tertutup bagi keberagaman yang dimiliki
kelompok lainnya.
Oleh karena itu yang terpenting dalam menjalin komunikasi
dengan orang dari budaya berbeda adalah menempatkan etnosentrisme
terhadap kebudayaan itu pada posisinya dan bukannya menjadikan diri
tertutup bagi kebudayaan yang berbeda.
2.1.3 Komunikasi Keluarga (Suami Istri)
Komunikasi keluarga adalah salah satu kegiatan yang pasti terjadi
dalam kehidupan suami istri dalam berkeluarga. Tanpa komunikasi
keharmonisan akan hilang. Akibatnya kerawanan hubungan antara suami
istri, orang tua dan anak akan sulit dihindari. Oleh karena itu komunikasi
antara suami istri, orang tua dan anak perlu dibangun dengan baik dan
harmonis dalam rangka membangun hubungan yang baik dalam keluarga (
Djamarah, 2004 : 38).
Komunikasi interpersonal sering dilakukan dalam keluarga, kapan
atau dimanapun, komunikasi interpersonal merupakan komunikasi
keluarga yang berlangsung secara silih berganti dan timbal balik, baik itu
antara suami dan istri, orang tua dan anak. Komunikasi antara suami istri
yang baik merupakan kunci dari keadaan keluarga, karena peran suami
berkualitas baik harus diterapkan suami istri, agar kelak anak dapat
mengambil contoh untuk bisa berkomunikasi dengan baik dengan
lingkungan.
Menurut Galvin (1999 : 218), komunikasi yang efektif dibutuhkan
untuk membentuk keluarga yang harmonis, selain factor keterbukaan,
otoritas, menghargai kebebasan dan privasi antar anggota keluraga. Tidak
benar anggapan orang bahwa semakin sering suami istri melakukan
komunikasi interpersonal, maka makin baik hubungan mereka.
Persoalannya bukan berapa sering komunikasi dilakukan, tapi bagaimana
komunikasi itu dilakukan. Hal ini berarti bahwa dalam komunikasi yang
diutamakan adalah bukan kuantitas dari komunikasi, melainkan kualitas
dari komunikasi yang dilakukan oleh suami istri (Rakhmat, 2002 : 129)
Factor pendukung komunikasi agar berlangsung secara efektif yaitu :
1. Sikap saling percaya.
Apabila tidak ada unsur saling mempercayai komunikasi tidak
akan berhasil. Sebab kedua belah pihak dikuasai oleh perasaan
curiga.
2. Pertalian.
Keberhasilan komunikasi berhubungan erat dengan situasi atau
kondisi lingkungan pada waktu komunikasi tengah berlangsung.
Misalanya situasi sedang kacau, maka komunikasi akan terhambat
3. Keterbukaan.
Bersikap terbuka berarti rela mengungkapkan semua informasi
yang relevan dan dibutuhkan untuk menjalin hubungan kerjasama
yang harmonis dengan sesama.
4. Dukungan
Situasi keterbukaan belum cukup apabila komunikasi berada dalam
tekanan dan ketakutan. Apabila seseorang tahu akan dikritik, maka
orang tersebut akan segan untuk berbicara. Oleh karena itu situasi
yang mendukung keberhasilan dalam melakukan komunikasi.
2.2 Pernikahan
Pernikahan adalah salah satu bentuk ibadah yang perlu dijaga oleh
kedua belah pihak suami istri. Pernikahan bertujuan untuk membentuk
keluarga yang bahagia sejahtera dan kekal selamanya. Pernikahan
memerlukan kematangan dan persiapan fisik mental karena menikah
adalah status yang sacral dan dapat menentukan jalan hidup seseorang.
Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 pengertian
pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang
wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah
tangga) yang berbahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha
Esa.
Dalam perspektif islam, pernikahan diartikan sebagai akad yang
laki-laki dengan seorang perempuan untuk membentuk keluarga yang
pelaksanaanya didasarkan pada kerelaan dan kesepakatan kedua belah
pihak. Karena itu pernikahan bukanlah ibadah dalam arti kewajiban,
melainkan hubungan sosial kemanusiaan semata, pernikahan akan bernilai
ibadah jka diniatkan untuk mencari ridha Allah SWT (Monit
Nurcholis,2006:13)
Menurut kejadian fisik pernikahan adalah perpaduan emosi dua
pribadi yang saling berfungsi, meskipun keduanya berbeda dan tetap
memegang teguh jati diri masing-masing.
Pernikahan merupakan suatu anugerah sekaligus persembahan diri
sendiri kepada pasangan, dimana salah satu tujuan pokok pernikahan
adalah usaha suami istri yang untuk saling menyelamatkan. Keseluruhan
hidup dalam pernikahan hendaknya diresapi oleh cinta kasih yang tak
berkesudahan berkembang menjadi semakin sempurna dan kuat dengan
segala usaha serta upaya untuk saling berbagi segalanya menuju penyatuan
seluruh hidup mereka sampai akhir (Norwan,2007:105).
2.2.1 Pengertian Keluarga (Suami Istri)
Suami istri dalam keluarga adalah satu kesatuan yang saling
mendukung. Suami istri adalah dua orang yang terciri dari pria dan wanita
yang hidup bersama diikat secara sah oleh hukum dan agama. Sebagai satu
kesatuan, suami istri harus memiliki rasa cinta,saling percaya,saling
merupakan salah satu unsur yang penting dalam suami istri untuk
membina rumah tangga (Suhendi, 2001 : 42)
Suami dan istri mempunyai peran masing-masing dalam kehidupan
berumah tangga. Peran tersebut adalah :
a. Peran suami
1. Sumber kekuasaan,tanggung jawab ekonomi
2. Penghubung dengan dunia luar
3. Pelindung dari ancaman luar
4. Pendidik segi rasional
b. Peran istri
1. Sumber kasih sayang
2. Tempat mencurahkan isi hati
3. Pengatur kehidupan rumah tangga
4. Pendidik segi emosional
2.3 Pengertian Anak
Anak merupakan satu individu yang berusia 6-12 tahun, yang
masih tinggal dengan orang tua yang masih lengkap ataupun salah satunya
(ayah atau ibunya meninggal atau berpisah). Dalam satu rumah dan
memiliki hubungan darah secara langsung masih butuh perhatian lebih dari
orang tua, karena pada usia tersebut anak mengalami perubahan dalam hal
berpikir, berperilaku, juga meniru apa yang mereka lihat. Harus disadari
menjelaskan bagaimana anak tumbuh berkembang dalam berpikir,
berinteraksi dengan lingkungan fisik dan sosialnya. Perkembangan anak
dibagi dalam tiga tahap :
1. Tahap Sensorimotor (dari lahir hingga usia 2 tahun)
2. Tahap Pre- Operational (usia 2-7 tahun)
3. Tahap Concrete Operation (usia 12 tahun)
Uraian singkat perkembangan anak diantaranya mengatakan bahwa
sering bertambahnya usia, kemampuan berpikir dan daya imajinasi anak
akan semakin menonjol. Anak-anak semakin tidak mudah terpaku pada
kesan yang nampak, dan mampu mengkoordinasikan berbagai dimensi dan
fenomena. Perkembangan anak menurut psikologi perkembangan
dikategorikan dalam dua tahap yaitu : masa kanak-kanak ( 2 - 6 tahun) dan
akhir masa kanak-kanak ( 6 - 12 tahun). Pada masa akhir kanak-kanak
mempunyai sifat sebagai berikut :
1. Sepanjang akhir anak-anak penambahan kosakata umum terjadi
tidak teratur. Dari berbagai pelajaran sekolah, bacaan, pembicaraan
dengan anak-anak lain dan usahanya melalui media massa.
2. Kesalahan kata-kata sedikit.
3. Meningkatnya komunikasi dengan anggota kelompoknya.
4. Anak - anak dapat berbicara apa saja tetapi pokok - pokok
pembicaraan yang digemari bila bercakap-cakap dengan temannya
5. Pembicaraan yang terjadi lebih terkendali dan terseleksi.
6. Menggunakan televisi pada saat tidak bersama kelompoknya, pada
hari libur dan malam hari.
2.4 Pengertian Mendidik
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, mendidik memiliki arti
memelihara dan memberi latihan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.
Dari kata mendidik, muncul kata pendidikan yang memiliki arti hampir
sama, yaitu proses mengubah sikap dan tata laku seseorang atau kelompok
orang di usahanya untuk mendewasakan manusia melalui usaha
pengajaran dan pelatihan.
Mendidik juga dapat diartikan sebagai upaya menyiapkan sebuah
kerangka berpikir pada anak didik agar mampu menampung semua
informasi, mengolah dan memilih untuk dijadikan pedoman dimasa
mendatang (www.edu BENCHMARK.com)
Pendidikan terbagi ke dalam dua jenis yaitu pendidikan formal dan
pendidikan informal. Pendidikan formal merupakan segenap bentuk
pendidikan atau pelatihan yang diberikan secara terorganisasi dan
berjenjang, baik yang bersifat umum atau yang bersifat khusus, dimana
lembaga-lembaga pendidikan yang berhak memberikannya. Sedangkan
untuk pendidikan informal merupakan pendidikan atau pelatihan yang
terdapat di keluarga atau masyarakat di bentuk yang tidak terorganisir di
Mendidik merupakan tugas berat yang harus dilakukan pasangan
suami istri karena sudah merupakan kewajiban terhadap anak-anaknya.
Anak-anak akan dapat mengerti dan memahami suatu perbedaan bila
dalam proses perkembangannya mereka dapat didikan yang baik dan
mereka diberi kesempatan untuk mengutarakan pendapatnya terhadap
sesuatu. Maka peran suami istri dalam mendidik anaknya merupakan suatu
pendidikan yang sifatnya informal, karena pendidikan awal dari seseorang
berasal dari keluarga atau lingkungannya bukan dari lembaga pendidikan.
2.5 Strategi Komunikasi
Sondang P. Siagian (1985:21) berpendapat bahwa strategi adalah
cara-cara yang sifatnya mendasar dan fundamental yang akan dan oleh
suatu hubungan untuk mencapai tujuan dan berbagai sasaran dengan selalu
memperhitungkan kendala lingkungannya yang pasti akan dihadapi.
Adapun Pearce dan Robin (1997:20), mendefinisikan strategi
sebagai suatu kumpulan keputusan dan tindakan yang menghasilkan
perumusan(formulasi) dan pelaksanaan (implementasi) rencana-rencana
yang dirancang untuk mencapai sasaran-sasaran.
Sesuai dengan pendapat tersebut di atas, maka dapat ditarik suatu
kesimpulan bahwa strategi adalah suatu cara atau taktik rencana dasar
yang menyeluruh dari rangkaian tindakan yang akan dilaksanakan oleh
sebuah hubungan untuk mencapai suatu tujuan atau beberapa
Seperti halnya dengan strategi dalam bidang apapun, strategi
komunikasi harus didukung oleh teori, karena teori merupakan
pengetahuan berdasarkan pengalaman yang sudah diuji kebenarannya.
Komunikasi secara efektif adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana mengubah sikap (how to change the attitude)
2. Mengubah opini (to change the opinion)
3. Mengubah perilaku (to change behaviour)
Masih menurut Effendy (1981:44) efek komunikasi yang timbul
pada komunikan seringkali di klasifikasikan sebagai berikut :
a. Efek Kognitif : terkait dengan pikiran nalar atau rasio.
Misalnya komunikan yang semula tidak tahu, tidak mengerti
menjadi mengerti atau tidak sadar menjadi sadar.
b. Efek Afektif : efek yang berkaitan dengan perasaan.
Misalnya komunikan yang semula merasa tidak senang menjadi
senang.
c. Efek Konatif : efek yang berkaitan dengan timbulnya keyakinan
dalam diri komunikan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan apa
yang dikehendaki oleh komunikator berdasarkan pesan atu
message yang ditransmisikan, sikap dan perilaku komunikan pasca
proses komunikasi juga tercemin dalam efek konatif.
Gejala-gejala psikis komunikan sangat perlu diketahui oleh
diketahui pula lingkungan pergaulan komunikan yang dalam hal ini
biasanta disebut situasi sosial.
Jika sudah tahu sifat-sifat dari komunikan dan tahu pula efek apa
yang dikehendaki dari mereka, memilih cara mana yang akan diambil
untuk berkomunikasi sangatlah penting, karena ini ada kaitannya dengan
media yang harus digunakan.
Cara bagaimana berkomunikasi (how to communication) bisa
mengambil salah satu dari dua tatanan berikut ini :
a. Komunikasi tatap muka (face to face communication)
Komunikasi tatap muka dipergunakan apabila
mengharapkan adanya efek perubahan tingkah laku
(behaviour change) dari komunikan. Mengapa demikian
karena sewaktu berkomunikasi memerlukan umpan balik
langsung (immediate feedback ). Dengan saling melihat
seorang komunikator bisa mengetahui pada berkomunikasi
apakah komunikan memperhatikan komunikan dan
mengerti apa yang komunkan komunikasikan. Jika umpan
baliknya positif akan mempertahankan cara berkomunikasi
yang dipergunakan dan memeliharanya supaya umpan balik
tetap menyenangkan. Bila sebaliknya seorang komunikator
mengubah teknik komunikasinya bisa dinyatakan berhasil.
Komunikasi bermedia banyak digunakan untuk komunikasi
informatif karena tidak begitu ampuh untuk mengubah
tingkah laku.Kelemahan komunikasi bermedia ialah tidak
persuasive. Sedangkan kekuatannya ialah dalam hal
keampuhan mengubah tingkah laku komunikan (Onong, 2008 :
31-32)
2.5.1 Tujuan Strategi Komunikasi
Menurut R.Wayne Pace, Brent D & M.Dallas Burnett dalam
bukunya Techniques For Effective tujuan strategi komunikasi tersebut
sebagai berikut :
1. To secure understanding
Untuk memastikan bahwa terjadi suatu pengertian dalam
berkomunikasi
2. To establish acceptance
Bagaimana cara penerimaan itu terus dibina dengan baik
3. To motive action
Penggiatan untuk memotivasinya
4. The goalswhich the communicator sought to achieve
Bagaimana mencapai tujuan yang hendak dicapai oleh
2.5.2 Strategi Komunikasi Dalam Mempertahankan Hubungan Pernikahan
Berdasarkan alasan-alasan mempertahankan hubungan pernikahan
yang telah dijelaskan sebelumnya, berikut ini akan dibahas tentang strategi
komunikasi dalam mempertahankan hubungan pernikahan. Menurut
Devito dalam sebuah hubungan romantic, diperlukan adanya romantic
rules agar hubungan yang dijalani tetap menyenangkan dan intimacy
dengan pasangan tetap terjaga. Romantic Rules disini ada beberapa
aturan-aturan yang dibuat dan disepakati oleh pasangan. Aturan-aturan-aturan ini pula
yang digunakan untuk mencegah munculnya serta mengatasi masalah yang
datang yang dapat mengurangi efektifitas komunikasi serta mempererat
intimacy dalam sebuah hubungan. Ketika komunikasi dan intimacy dapat
terjaga, maka hubungan akan cenderung dapat bertahan lama( Ayu, 2007 :
34-35)
Mendukung pernyataan Devito tersebut, Wood mengemukakan
bahwa mempertahankan hubungan agar tetap dekat dan berlangsung lama
merupakan suatu tantangan tersendiri. Ada beberapa hal yang biasa
dilakukan agar hubungan yang tetap dijalani dapat berlangsung lama
antara lain membangun iklim yang mendukung terciptanya suatu
hubungan yang harmonis, menjadi pendengar yang baik bagi pasangan,
adanya keterbukaan dalam hubungan, manajemen konflik yang baik,
adanay respon yang baik terhadap pasangan serta adanya variasi dalam
Lebih lanjut Devito juga menyebutkan beberapa strategi
komunikasi yang dilakukan oleh pasangan agar hubungan yang mereka
jalani dapat bertahan lama antara lain :
1. Be Nice : menjadikan hubungan yang dijalani sebagai suatu
hubungan yang menyenangkan.
2. Communicate : komunikasi menjadi hal yang sangat
penting dalam suatu hubungan.
3. Be Open : dalam sebuah hubungan diperlukan adanya
keterbukaan untuk salinh berbagi dengan pasangan.
4. Give Assurances : adanya jaminan dalam sebuah hubungan
misalnya menempatkan pasangan sebagai individu yang
istimewa.
5. Share Joint Activities : dalam suatu waktu pasangan
biasanya meluangkan waktu mereka untuk beraktivitas
bersama disela-sela aktivitas pribadi
6. Be Positive : selalu berpikir positif tehadap pasangan dan
hubungan yang dijalani.
7. Focus on Improving Your Self : berusaha menyenangkan
pasangan dengan terlihat menarik didepan pasangan
(Devito, 2007 : 263-264)
2.6 Kerangka Berpikir
Pernikahan merupakan penyatuan dua individu dengan segala
perbedaan yang ada didalamnya untuk membina suatu rumah tangga.
Rumah tangga yang kokoh berawal dari suami istri dalam menerapkan
komunikasi diantara mereka berdua yang kemudian akan berlanjut pada
cara mereka dalam mendidik anak-anak mereka. Pernikahan yang
dilangsungkan oleh dua individu yang memiliki kesamaan budaya yang
sama sudah jelas banyak perbedaan, apalagi jika pernikahan tersebut
dilakukan oleh dua individu dengan latar belakang budaya yang berbeda.
Benturan-benturan budaya, banyaknya perbedaan yang mencolok akan
sangat terlihat, terjadinya kesalah pahaman dan terjadinya konflik akan
sering dan mudah muncul apabila pasangan suami istri yang berbeda
budaya ini tidak saling menghargai, menghormati, terbuka, mau menerima
kelebihan dan kekurangan masing-masing dan menerapkan komunikasi
yang baik dalam mengurus rumah tangga mereka termasuk dalam hal
mendidik anak, dan anak-anak yang akan menjadi korban dari bias budaya
yang ada dalam keluarganya, dikarenakan karena ayah dan ibunya
memilikiperbedaan budaya (suku) dimana akan muncul beragam
kebiasaan yang berbeda.
Tujuan dari komunikasi keluarga, khususnya suami istri yang
menjalani pernikahan beda budaya bukanlah sekedar menyampaikan
informasi, melainkan membangun suatu bentuk hubungan yang harmonis
istri tergantung dari kesanggupan tiap pasangan untuk menyatakan diri
kepada pasangannya. Mereka, pasangan suami istri yang dapat
berkomunikasi secara terbuka dan jujur akan terhindar dari kesulitan hidup
bersama meskipun banyak perbedaan, namun kesulitan dan konflik akan
sulit dihindari bila pasangan suami istri tidak dapat berkomunikasi secara
jujur dan terbuka. Dengan kata lain, kecakapan komunikasi antara suami
istri memegang peranan penting dalam menentukan kebahagiaan pasangan
dalam menjalani hidup berumah tangga (Kuntaraf, 1999: 1-2)
Komunikasi interpersonal dinilai paling efektif dalam kegiatan
mengubah sikap, kepercayaan, opini dan perilaku. Karena komunikasi
interpersonal umumnya terjadi secara tatap muka. Komunikasi yang
efektif ditandai dengan komunikasi interpersonal yang terjalin dengan
baik. Menurut Effendy, karena efektifitasnya komunikasi interpersonal ini,
maka jenis komunikasi interpersonal dianggap cara komunikasi yang
paling ampuh untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku manusia.
Alasannya karena komunikasi ini berlangsung tatap muka, oleh karena itu
terjadilah kontal pribadi, yaitu pribadi komunikator menyentuh pribadi
komunikan.
Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang sering terjadi
dalam keluarga. Komunikasi yang terjadi dalam sebuah interaksi pribadi
antara suami istri, ayah dan anak, ibu dan anak, dan antara anak dengan
Oleh karena itu pasangan suami istri perlu membangun komunikasi
yang baik melalui komunikasi interpersonal yang intens. Lewat
pembicaraan pasangan suami istri tidak hanya bertukar informasi
melainkan juga dapat menyatakan perasaan hati, menjelaskan pikiran, dan
menyampaikan ide. Dengan ini pasangan suami istri bisa sama-sama
belajar akan perbedaan satu sama lain, meluangkan waktu untuk bersama,
dan melepas ketegangan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
komunikasi bukan hanya sekedar bertukar informasi, melainkan
mempunyai peran penting dalam terciptanya hubungan harmonis antara
suami istri yang menjalani perbedaan budaya.
Perbedaan budaya (suku)
Pasangan suami istri beda
budaya
Strategi komunikasi suami istri beda
39
Penelitian yang diambil peneliti adalah ingin mengetahui mengenai
strategi komunikasi antara suami istri yang menjalani pernikahan beda
budaya (suku) dalam mendidik anak mereka, bagaimana pasangan suami
istri mendidik anak mereka dan dalam mengatasi hambatan, kesulitan dan
permasalahan dalam berkomunikasi didalam rumah tangganya.
Dalam penelitian ini metode kualitatif. Metode kualitatif adalah
suatu metode yang tidak menggunakan statistik atau angka-angka tetentu.
Peneliti menggunakan teknik wawancara mendalam (indepth interview)
untuk memperoleh jawaban dari narasumber. Teknik ini digunakan karena
wawancara secara langsung antara peneliti dengan informan, jawaban
yang didapat lebih murni, tidak dapat dimanupulasi, sebab dalam
wawancara langsung bahasa yang muncul tidak hanya bahasa verbal,
melainkan non verbal pun tampak.
Dengan berpedoman pedoman wawancara (interview guide) yang
dibuat berdasarkan adanya kenyataan dalam rumah tangga pasangan sumai
istri akan membuat suatu komitmen bersama dalam pernikahannya yang
3.2 Tipe Penelitian
Adapun tipe penelitian yang digunakan peneliti kualitatif karena
peneliti ingin menggali informasi lebih dalam tentang strategi yang
dilakukan oleh pasangan suami istri dalam mendidik anak mereka.
3.3 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan diwilayah Mojokerto yaitu di Asrama
Korem Kota Mojokerto. Pemilihan lokasi ini berdasarkan pertimbangan
karena didalamnya terdapat banyak individu-individu yang berasal dari
budaya (suku) yang berbeda.
3.4 Informan
Pada penelitian ini informan yang dipilih adalah memiliki cirri-ciri
sebagai berikut :
1. Pasangan suami istri yang menikah dengan asal usul budaya
yang berbeda.
2. Keluarga yang memiliki latar belakang budaya (suku ) berbeda
dan memiliki anak.
3.5 Unit Analisis
Unit analisis dalam penelitian ini adalah narasi yang diperoleh dari
mencakup rangkaian tulisan atau paragraph yang disusun secara berurutan
sesuai dengan wawancara yang dilakukan. Narasi ini merupakan data
primer yang berisi pendapat, pengalaman, pengakuan dan deskripsi
perilaku dari masing-masing informan kemudian dianalisis dan
diinterpretasikan oleh peneliti.
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan :
1. Wawancara
Yaitu pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara
langsung oleh peneliti kepada informan. Jawaban-jawaban informan
dicatat dan direkam oleh peneliti. Wawancara yang dilakukan adalah
wawancara mendalam (in depth interview) yaitu mendapatkan informasi
dengan cara langsung bertatap muka dengan informan dengan maksud
mendapatkan gambaran lengkap tentang topic yang diteliti (Bungin :
2001 : 110). Peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan guna
mendapatkan informasi yang diharapkan. Dalam melakukan wawancara,
peneliti harus memiliki pedoman wawancara (interview guide) yang
kemudian dapat dikembangkan lebih lanjut oleh peneliti.
2. Observasi
Yaitu pengamatan dengan menggunakan indera penglihatan yang tidak
didapat dengan cara mencatat perilaku subyek (orang), obyek (benda),
atau kejadian yang muncul tanpa adanya komunikasi.
3. Studi Literatur
Adalah teknik pengumpulan data dengan mencari data penunjang dengan
mengolah buku-buku dan sumber bacaan lain yang berkaitan dengan
masalah penelitian.
3.7 Teknik Pengolahan Data
Proses pengolahan data dimulai dari pengolahan hasil rekaman
sebagai data primer. Data yang diperoleh disini berupa transkrip
wawancara yang kemudian dikelompokkan menurut indentitas individu
agar lebih mudah dalam proses analisis data. Pada penelitian ini dipilih
klasifikasi berdasarkan individu untuk memudahkan dalam menganalisis
narasi.
3.8 Teknik Analisis Data
Seluruh data diperoleh dari wawancara, observasi, literatur maka
peneliti akan menggunakan teknik analisis data bersifat menjelaskan yang
akan menunjukkan fakta dan sifat informan lewat data yang diperoleh
berdasarkan strategi komunikasi suami istri dan mengkaji sesuai dengan
konsep strategi komunikasi yang ada untuk kemudian mengetahui
bagaimana strategi komunikasi suami istri yang menjalani pernikahan
3.9 Panduan Wawancara
Panduan wawancara ini dibuat sebagai panduan dalam mencari
data. Panduan ini dibuat berdasarkan studi literature yang telah peneliti
ungkapkan pada bab sebelumnya. Peneliti akan menyatakan beberapa poin
pertanyaan kepada informan yang diharapkan dapat menggali informasi
yang dibutuhkan sesuai dengan materi penelitian dari para informan
diantaranya adalah :
1. Sebelum menikah, apakan anda membuat kesepakatan
untuk menyatukan perbedaan antara kalian?
2. Siapa diantara kalian yang paling sering menjadi pengambil
keputusan?
3. Apa kalian saling memberi kebebasan satu sama lain untuk
mengutarakan pendapat atau pemikiran terutama tentang
anak?
4. Apa kiat atau tips anda untuk menjaga keharmonisan dan
kekompakan dalam mendidik anak dalam pernikahan atau
keluarga kalian yang banyak perbedaan?
5. Bagaimanakah kalian memberi pengertian pada anak
tentang adanya perbedaan budaya(suku) dalam keluarga?
6. Bagaimana kalian memberi kebebasan pada anak untuk
44 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian dan Penyajian Data
4.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
Komunikasi interpersonal merupakan proses pengiriman dan
penerimaan pesan antar dua individu dengan adanya umpan balik
langsung. Pentingnya situasi komunikasi interpersonal adalah adanya
proses yang memungkinkan berlangsung dialogis. Komunikasi
interpersonal dianggap paling ampuh dan efektif dalam mengubah sikap,
kepercayaan, opini, dan perilaku komunikan. Apalagi jika komunikasi
tersebut dilakukan oleh suami istri yang beda budaya yang memiliki
banyak sekali perbedaan, sehingga harus ada komunikasi yang baik dalam
segala hal diantara keduanya agar dapat menemukan kesepakatan, satu
pemikiran dan satu tujuan yang sama. Oleh karena itulah peneliti ingin
meneliti dan menggali lebih dalam bagaimana strategi komunikasi yang
dilakukan oleh pasangan suami istri dalam mendidik anak mereka.
Strategi komunikasi keluarga sendiri bisa diartikan sebagai taktik
atau cara dasar komunikasi yang terjadi dalam satu keluarga. Strategi
komunikasi yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah komunikasi
antara suami istri dalam mendidik anak mereka untuk memberikan
bahasa untuk berkomunikasi. Penelitian ini dikhususkan untuk suami istri
beda budaya (suku) yang tinggal di Asrama Korem Mojokerto
Perbedaan yang terdapat dalam pernikahan bukanlah sesuatu yang
sangat menakutkan, tetapi adanya perbedaan harus disikapi dengan baik
agar pernikahan dapat berjalan lancar apalagi perbedaan budaya (suku).
Peneliti mengambil empat informan yang memiliki pasangan beda budaya
(suku) yang tingal dikawasan Asrama Korem Mojokerto.
Semua informan memiliki berbagai persamaan dan perbedaan jika
dilihat dari alasan mereka untuk memutuskan bagaimana mendidik anak,
memberi kebebasan satu sama lain dalam berpendapat, mereka mengetahui
bahwa pernikahan yang akan dibangun bukanlah hal yang mudah. Secara
keseluruhan wawancara berlangsung lancar, dimana seluruh informan
terbuka dalam memberikan informasi dan juga mengungkapkan secara
mendalam strategi komunikasi suami istri beda budaya dalam hal
mendidik anak.
4.1.2 Penyajian Data
Dalam penelitian ini, peneliti ingin mencari dan mengetahui
strategi komunikasi suami istri dalam mendidik anak mereka. Data
diperoleh dan dipaparkan dengan melakukan wawancara mendalam (in
depth interview) yang dilakukan terhadap suami istri yang berbeda budaya
(suku). Wawancara dilakukan untuk menggali informasi
sedang diteliti oleh peneliti. Data yang diperoleh tersebut akan disajikan
secara terperinci dan dianalisis kualitatif sehingga diperoleh jawaban dan
kesimpulan dari pokok masalah yang ada. Kesimpulan dari pokok masalah
yang ada didasarkan pada 7 strategi komunikasi menurut Devito (2007
:263-264) yang terdiri dari :
1. Be Nice : menjadikan hubungan yang dijalani sebagai suatu
hubungan yang menyenangkan.
2. Communicate : komunikasi menjadi hal yang sangat
penting dalam suatu hubungan.
3. Be Open : dalam sebuah hubungan diperlukan adanya
keterbukaan untuk salinh berbagi dengan pasangan.
4. Give Assurances : adanya jaminan dalam sebuah hubungan
misalnya menempatkan pasangan sebagai individu yang
istimewa.
5. Share Joint Activities : dalam suatu waktu pasangan
biasanya meluangkan waktu mereka untuk beraktivitas
bersama disela-sela aktivitas pribadi
6. Be Positive : selalu berpikir positif tehadap pasangan dan
hubungan yang dijalani.
7. Focus on Improving Your Self : berusaha menyenangkan
pasangan dengan terlihat menarik didepan pasangan
(Devito, 2007 : 263-264)
4.1.3 Identitas Informan
Dalam penelitian ini yang dijadikan informan adalah suami istri yang beda
budaya (suku). Adapun identitas informan antara lain :
1. Informan I
Nama Suami : Akhmad Ardeni
Usia : 35 tahun
Asal suku : Bali
Nama Istri : Noviana Citra Mala
Usia : 33 tahun
Asal suku : Jawa
2. Informan II
Nama Suami : Ibrahim Azhar
Usia : 39 tahun
Asal suku : Sumatra
Nama Istri : Arinda Puspitasari
Usia : 35 tahun
Asal budaya : Jawa
3. Informan III
Nama Suami : Mudjiono
Asal suku : Jawa
Nama Istri : Cut Sesa Husaini
Usia : 45 tahun
Asal suku : Aceh
4. Informan IV :
Nama Suami : Supriyono
Usia : 51 tahun
Asal suku : Jawa
Nama Istri : Elly Nuraini
Usia : 50 tahun
Asal suku : Kalimantan
4.2. Analisis Data
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan pada masing-masing
keluarga peneliti ingin mengetahui bagaimana strategi komunikasi suami
istri yang terjalin dalam masing-masing keluarga. Wawancara ini
dikhususkan pada bagaimana komunikasi yang terjalin antar suami istri
yang berbeda budaya (suku). Dalam hal ini strategi komunikasi dalam
mendidik anak, memberi kebebasan satu sama lain dalam berpendapat.
Strategi komunikasi yang terjalin dalam keluarga narasumber rata-rata
merupakan hal yang susah untuk diselesaikan karena mereka selalu
memutuskan apapun secara bersama-sama.
4.2.1 Strategi Komunikasi Suami Istri Beda Budaya
4.2.1.1 Strategi Komunikasi Keluarga I
Berikut ini merupakan hasil wawancara peneliti dengan
narasumber yakni keluarga pertama. Keluarga pertama menikah beda
budaya (suku), suami (Bali) istri (Jawa). Suami bernama Akhmad Ardeni
(Deni) yang bekerja sebagai anggota TNI dengan pangkat Serda,
kemudian si istri hanya dirumah mengurus anak dan keadaan rumah
namun terkadang membuat kue kering untuk dijual saat lebaran.
Setelah ditelusuri penghasilan dalam keluarga ini perbulan
mencapai 2,5 juta. Kegiatan sehari-hari yang dilakukan dalam keluarga ini
adalah setiap pagi sang istri selalu memasak dan membuatkan minuman
untuk anak-anaknya. Namun ketika menjelang lebaran sang istri sibuk
menerima pesanan kue kering dalam jumlah yang cukup banyak.
Pada saat ini anak masih kecil dan telah sepakat bahwa anak
mereka mengikuti budaya(suku) sang ibu, kelak bila sudah dewasa anak
akan memilih sendiri budaya yang akan dianutnya. Strategi komunikasi
suami istri dalam keluarga ini benar-benar terbuka, semua dibicarakan
bersama sehingga keluarga ini menganut strategi komunikasi Be Open.
Maka dari itu adanya konflik bukan merupakan hal yang susah untuk
secara teratur pihak lain tidak keberatan dan membiarkannya unuk
memenangkan argumentasi atau mengambil keputusan. Hal ini sesuai yang
dikembangkan oleh Devito dan selengkapnya sebagai berikut :
Informan 1 ( suami)
“…banyak perbedaan itu pasti, karena pernikahan ini melibatkan 2 perbedaan budaya (suku) antara Bali dengan Jawa..”
Sambil mengingat-ingat, Pak Deni menjawab pertanyaan yang
diajukan oleh peneliti. Dari pernyataan tersebut terlihat bahwa sebelum
pasangan tersebut memutuskan untuk menikah dan membicarakan kepada
keluarga masing-masing mereka diskusi terlebih dahulu membicarakan
segala hal bersama sebelum melangkah ke jenjang pernikahan. Hal ini
dapat memperlihatkan bahwa sebelum menikah saja untuk memutuskan
sesuatu dibicarakan secara bersama-sama sehingga hubungan komunikasi
yang dijalani benar-benar baik, tercermin dalam kutipan berikut ini :
Informan 1 (istri)
“..kita berbeda kebudayaan, jadi kita itu tidak mau adanya kesalahpahaman karena perbedaan budaya tadi. Intinya kita saling menghormati dan menghargai satu sama lain..”
Kutipan hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa
kesepakatan antara mereka sebelum menikah telah dibicarakan dan dibuat
sebelumnya. Pertanyaan yang dilontarkan peneliti adalah siapakan diantara
mereka yang paling mendominasi pengambilan keputusan dalam urusan
pihak tidak merasa keberatan dengan jawaban yang terlihat adalah adanya
satu pihak yang mendominasi. Tetapi tidak secara mutlak karena semua
dibicarakan terlebih dahulu, namun porsinya tetap berada di salah satu
pihak. Terlihat seperti dalam kutipan wawancara keluarga 1
Informan 1 (istri)
“…jadi hampir semua permasalahan selalu kita berunding,tapi tetap kembali ke saya keputusan itu. Jadi semua-semua urusan rumah tangga itu saya yang memutuskan, suami hanya memberikan dukungan,masukan ke saya. Tapi tetap keputusan saya yang buat,dia selalu percaya sama saya dan syukur sampai sekarang tidak pernah ada masalah ya..”
Kutipan tersebut memperlihatkan kepada kita bahwa dengan
jawaban yang santai informan menyatakan bahwa peran pengambil
keputusan ada ditangan sang istri, karena sang suami menyerahkan
sepenuhnya ke istri dan suami tidak pernah mereka keberatan.
Kepercayaan yang diberikan sang suami membuat istri lebih berhati-hati
dalam membuat keputusan dengan meminta dukungan dan masukan
terlebih dahulu. Dari sini dapat mengambil kesimpulan bahwa komunikasi
yang dijalani benar-benar terbuka (Be Open). Adanya perbedaan budaya
(suku) bukan menjadi masalah yang besar dalam keluarga karena
masing-masing pihak saling memberi kebebasan untuk mengutarakan ide atau
pendapat yang berhubungan dengan anak, seperti yang dikatakan berikut
ini.
Informan 1 (suami)
Kutipan diatas menjelaskan bahwa keterbukaan, saling berbagi
merupakan pedoman dari keluarga satu untuk berkomunikasi. Dalam
menjalani pernikahan dengan adanya 2 budaya (suku) yang berbeda
pasangan ini menjalani pernikahannya dengan sewajarnya meskipun
banyak perbedaan mereka tetap satu pendapat bahwa ingin memberikan
yangterbaik untuk anak seperti yang tercermin dalam wawancara berikut
ini
Informan 1 (istri)
“…sebetulnya kalau kiat-kiat khusus tidak ada, jadi kita berjalan normal saja, orang tua mendidk pasti pengen yang terbaik buat anak ya, jadi yaa berjalan seperti pasangan yang lain..”
Kutipan ini menjelaskan bahwa segala sesuatu mengenai anak
diharapkan yang terbaik. Bu Novi begitu serius menjawab pertanyaan
yang diajukan oleh peneliti dan sesekali mengumbar senyuman pasa
peneliti sehingga memperlihatkan adanya kenyamanan dan kebahagiaan
yang dirasakan dalam pernikahannya. Hal diatas juga dikatakan oleh
suami. Berikut ini penuturannya kepada peneliti
Informan 1 (suami)
“…keluarga kami ini berasal dari latar belakang budaya (suku) yang beda, tetapi diluar itu semua anak-anak sudah paham dan mengerti kalau orang tuanya berasal dari suku yang beda. Dan satu lagi saya dan istri mempunyai porsi yang sama dalam hal mendidik anak-anak..”
Kutipan diatas adalah jawaban ketika peneliti menanyakan soal
kiat dan tips mereka dalam menjaga keharmonisan dan kekompakan
pernikahan mereka. Sambil meminum teh, Pak Deni menjawab pertanyaan
yang rata dalam mengenalkan dan memberi pengertian ke a