9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Menurut penelitian yang berjudul penelitian Pengembangan Media Video Pembelajaran Menyimak Bahasa Perancis untuk Kelas XI Semester 1 yang dilakukan oleh Wulan Ditar Lutfiani (2015) menghasilkan kesimpulan dari penelitian ini. Diantara lain yaitu 1) dapat diketahui bahwa siswa pada kelas XI semester 1 membutuhkan media video pembelajaran menyimak bahasa Perancis sebagai media pembelajaran berdasarkan analisis kebutuhan melalui angket untuk siswa dan wawancara ‘terhadap’ guru bahasa Perancis. Video tersebut membutuhkan
durasi yang pendek dan memuat evaluasi, kemudian kesimpulan yang kedua yaitu 2) video ini terdiri dari empat episode yang masing-masing episode berdurasi empat sampai lima menit. Dan di dalamnya terdapat evaluasi pada masing-masing episode di dalam video pembelajaran. Relevansi dari penelitian diatas sama dengan penelitian ini. Perbedaannya terletak pada kebutuhan media video pembelajaran Perancis pada penelitian diatas sedangkan pada penelitian ini ditujukan untuk meningkatkan keterampilan berbicara dalam bahasa Arab.
Menurut penelitian yang berjudul Penerapan Model Muhadatsah Yaumiyah untuk Meningkatkan Kemahiran Berbicara Bahasa Arab Kelas X MAN Kota Magelang yang dilakukan oleh Ahmad Sony Syamsudin (2013). Penelitian ini menghasilkan adanya ‘peningkatan’ siklus I ke siklus II. Dari data tes tersebut dapat
diketahui peningkatan yaitu nilai rata-rata kelas dari 34 siswa pada siklus I adalah 79.61 dan pada siklus II adalah 85.95. Relevansi dari penelitian diatas sama dengan
apa yang akan dibahas dalam penelitian ini. Perbedaannya terletak pada penyampaian pada penelitian di atas dengan cara ilqoul mufrodat sedangkan penelitian ini dengan cara menampilkan vidio animasi berbahasa Arab.
2.2. Kerangka Teoritis Masalah Penelitian 1. Pembelajaran
Dalam arti sederhana, pembelajaran dapat diartikan sebagai sebuah usaha mempengaruhi intelektual, spiritual, serta emosi seseorang agar mau belajar dengan kehendaknya sendiri. Proses pengembangan moral keagamaan, aktivitas, dan kreativitas peserta didik melalui berbagai
‘
interaksi’ dan pengalaman belajar akan terjadi melalui pembelajaran.
Pembelajaran berbeda dengan mengajar yang pada prinsipnya memaparkan aktivitas guru, sedangkan pembelajaran menggambarkan aktivitas peserta didik.1
Pembelajaran harus dilakukan suatu perencanaan yang sistematis serta menghasilkan belajar pada peserta didik, melainkan mengajar yaitu salah satu penerapan strategi dalam pembelajaran diantara strategi-strategi ‘pembelajaran’ yang lain yang bertujuan menyampaikan informasi
kepada peserta didik. Perbedaan kedua istilah ini bukanlah hal yang sederhana, namun telah menggeser paradigma pendidikan, pendidikan yang semula lebih berorientasi pada “mengajar” atau dalam arti “guru yang lebih banyak berperan” telah berpindah kepada konsep
1 Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran (Jakarta: Kencana, 2009), 85.
“pembelajaran” yang berarti “merencanakan kegiatan-kegiatan yang orientasinya kepada siswa agar terjadi belajar dalam dirinya”.2
Sebenarnya pengertian pembelajaran ialah suatu proses membimbing peserta didik serta menciptakan lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar untuk belajar terhadap peserta didik. Dengan cara demikian, maka peserta didik sama halnya dengan diberikan alat dan cara penggunaannya untuk menangkap ikan, bukan hanya diberikan ikan, bahkan diberikan juga kemampuan untuk menciptakan alat untuk menangkap ikan.3
Menurut Wina Sanjaya Pembelajaran ialah suatu proses komunikasi antara pendidik dan peserta didik, mengajar diterapkan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar diterapkan oleh pihak peserta didik atau siswa. Pembelajaran bertujuan sebagai proses belajar yang dibangun oleh pendidik untuk mengembangkan kreativitas peserta didik yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir peserta didik, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengentahuan baru sebagai upaya untuk meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pembelajaran.4
Dalam suatu proses mengajar harus ‘efektif’ baik untuk peserta didik
itu sendiri maupun untuk pembelajaran. Untuk melaksanakan
2 Evelin Siregar & Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), hlm. 14.
3 Ibid., 87
4 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta: Kencana, 2008), hlm. 59
pembelajaran yang efektif diperlukan syarat-syarat sebagai berikut (2003: 92-94)5:
1) Belajar secara aktif, baik mental maupun fisik; 2) Kurikulum yang baik dan seimbang;
3) Guru perlu ‘mempertimbangkan’ perbedaan individual;
4) Guru akan mengajar efektif bila selalu membuat perencanaan sebelum mengajar;
5) Guru harus mempergunakan banyak metode pada waktu mengajar; 6) Motivasi;
7) Guru harus mampu menciptakan suasana demokratis di sekolah; 8) Guru harus memberikan masalah-masalah yang merangsang untuk
berfikir;
9) Pengaruh guru yang sugestif perlu diberikan pula kepada siswa; 10) Seorang guru harus memiliki keberanian menghadapi
siswa-siswanya;
11) Semua pelajaran yang diberikan pada siswa perlu diintegrasikan; 12) Pelajaran di sekolah perlu dihubungkan dengan kehidupan yang
nyata di masyarakat;
13) Dalam interaksi belajar mengajar, guru harus banyak memberi kebebasan pada siswa;
14) Pengajaran remidial.
5 Slemato. (2003). Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta, hlm. 92-94
1) Media Pembelajaran
Ada berbagai media pembelajaran untuk mengajar siswa sesuai dengan cara belajar mereka sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal. Dalam memilih media pembelajaran, guru mempraktekkan bahwa tidak ada pembelajaran yang paling tepat untuk segala situasi dan kondisi. Oleh karena itu guru harus tepat memperhatikan kondisi siswa, sifat materi bahan ajar, fasilitas/media yang tersedia, dan kondisi guru itu sendiri. Diadakannya penelitian mengenai media pembelajaran yang sesuai untuk tujuan tertentu, dan hasil penelitian menunjukan bahwa; 1) Tidak setiap media pengajaran dapat digunakan untuk mencapai sembarang tujuan pengajaran, 2) Media pengajaran dapat membantu guru dalam melaksanakan satu atau beberapa fungsi dalam pengajaran, seperti menceritakan, mengontrol/mengecek, memberikan penguatan dan mengadakan evaluasi.6 Dalam mengatasi hal seperti ini, guru hendaknya benar-benar dapat mempertimbangkan kegunaan maupun kemanfaatan media tersebut. Jika hari media tidak dapat diakses karena alasan tertentu, guru seharusnya mencari dan menemukan jalan alternatif lainnya, misalnya dengan memproduksi sendiri suatu media menurut sarana yang dimilikinya. Hal semacam ini memang kemungkinan besar untuk dilakukan karena, Rahardjo mengatakan bahwa media dibedakan menjadi dua macam menurut kriteria kemanfaatannya, yaitu: a. Media yang dimanfaatkan (media by
utilization), artinya bahwa media yang biasanya dibuat untuk
kepentingan bisnis yang terdapat di pasar bebas. Hal ini memungkinkan guru tinggal memilih dan memanfaatkannya, walaupun harus mengeluarkan sejumlah biaya. b. Media yang dibuat (media by design) yang harus dikembangkan sendiri. Dalam hal ini, guru dianjurkan untuk mampu membuat dan mengembangkan media tersebut sesuai dengan sarana dan keperluannya yang dimilikinya.7 Berdasarkan kriteria di atas, maka pembagian kriteria pemilihan, Ambiyar berpendapat bahwa pembagian kriteria pemilihan dapat dibagai menjadi 3 kriteria yaitu: 1) kelayakan praktis, 2) kelayakan teknis dan 3) kelayakan biaya. Adapun jenis-jenis ‘media’
pembelajaran, diantaranya sebagai berikut: (1) Media visual
Media Visual adalah suatu alat belajar yang di dalamnya berisikan pesan, informasi materi pelajaran yang di sajikan secara menarik dan kreatif dan diterapkan dengan menggunakan indera pengelihatan.
(2) Media audio
Media Audio adalah atau media pendengar adalah jenis media pembelajaran atau sumber belajar yang berisikan pesan atau materi pelajaran yang disajikan secara menarik dan kreatif dan diterapkan dengan menggunakan indera pendegaran saja.
(3) Media audio visual
Media audio visual adalah jenis media pembelajaran atau sumber belajar yang berisikan pesan atau materi pelajaran yang dibuat secara menarik dan kreatif dengan menggunakan indra pendengaran dan penglihatan.
2. Maharah Kalam
Keterampilan berbicara (maharah kalam) adalah kemampuan mengungkapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan pikiran berupa ide, pendapat, keinginan, atau perasaan kepada mitra berbicara. Dalam makna yang lebih luas, berbicara merupakan suatu sistem atau tanda-tanda yang dapat didengar dan dilihat serta memanfaatkan sejumlah otot tubuh manusia untuk menyampaikan ide gagasan/pikiran dalam rangka untuk memenuhi kebutuhannya.8
Keterampilan berbicara merupakan keterampilan ‘yang’ sangat
penting dalam berbahasa. Karena berbicara merupakan bagian dari keterampilan yang dipelajari oleh pengajar, oleh karena itu keterampilan berbicara (speaking) sering dianggap sebagai bagian yang sangat
‘
mendasar’ dalam mempelajari bahasa asing. Sedangkan ‘maharah’ kalam
merupakan berbicara secara terus-menerus tanpa henti tanpa mengulang kosakata yang sama dengan menggunakan pengungkapan bunyi.9
Kemahiran berbicara adalah salah satu ‘jenis’ kemampuan
berbahasa yang ingin dicapai dalam ‘pengajaran’ bahasa modern termasuk
8 Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, Bandung, PT Remaja Rosdakarya Offset, 2009, hlm135
9 Abd. Wahab Rosyidi & Mamlu’atul Ni’mah, Memahami Konsep Dasar Pembelajaran Bahasa Arab, Malang, UIN-Maliki Press, 2011, hlm 88
bahasa arab. Berbicara ‘merupakan’ sarana utama untuk membina saling
pengertian, komunikasi timbal balik, dengan menggunakan bahasa sebagai medianya.10
Keterampilan berbicara sering dianggap sebagai ‘keterampilan’
yang sangat penting dalam pembelajaran bahasa asing atau bahasa modern, karena berbicara merupakan sesuatu yang ‘aplikatif’ dalam
bahasa dan merupakan tujuan utama ‘seseorang’ yang belajar suatu
bahasa. Agar memperoleh hasil yang maksimal, hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran berbicara ini yaitu kemampuan dari seorang guru dan metode yang digunakannya, karena dua faktor tersebut memiliki dominasi keberhasilan pembelajaran berbicara.11
1) Tujuan Keterampilan Berbicara
Adapun ketrampilan berbicara berbahasa Arab di SMP memiliki beberapa tujuan antara lain sebagai berikut:
a) Agar dapat mengucapkan ungkapan-ungkapan berbahasa arab; b) Agar dapat membedakan ungkapan yang dibaca panjang dan
yang dibaca pendek;
c) Agar dapat mengucapkan ‘ungkapan-ungkapan’ yang berbeda
atau menyerupainya;
d) Dapat menggunakan ungkapan kebahasaan yang sesuai dengan umur, tingkat kedewasaan serta kedudukan;
10 Ahmad Fuad, Metodologi Pengajaran, hlm 139
11 Ahmad Abd Allah Bashir, Mudhakkirah Ta’lim Kalam, Jakarta, Ma’had Ulum al-Islamiyah wa al-Arabiyah bi Indunisiya, hlm 1
e) Dapat mengungkapkan keinginan hatinya dengan menggunakan susunan kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa Arab; f) Dapat menelusuri dan menggali manuskrip-manuskrip dan
literatur-literatur berbahasa arab;
g) Dapat mengungkapkan apa yang terlintas dalam pikirannya dengan menggunakan aturan yang benar dalam penyusunan kalimat bahasa arab;
h) Dapat menggunakan bagian-bagian dari tata bahasa arab dalam ungkapanya seperti tanda mudhakkar, mu’annath, ‘ada, hal dan fi’il yang sesuai dengan waktu;
i) Dapat mengungkapkan ungkapan yang jelas dan dapat dimengerti tentang dirinya sendiri;
j) Mampu berpikir tentang bahasa arab dan mengungkapkannya secara cepat dan tepat dalam situasi dan kondisi apapun.
2) Prinsip-prinsip Pengajaran Keterampilan Berbicara
Agar pembelajaran maharah kalam baik bagi non arab, maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a) Hendaknya guru memiliki kemampuan yang cukup tentang keterampilan ini;
b) Hendaknya pengarang dan pengajar memperhatikan tahapan dalam pengajaran kalam, seperti memulai dengan lafadz-lafadz mudah yang terdiri dari satu kalimat, dua kalimat, dan seterusnya; c) Memulai dengan kosakata yang mudah;
d) Memulai dengan kalimat-kalimat yang serupa antara dua bahasa (bahasa pembelajar dan bahasa arab);
e) Memfokuskan pada bagian keterampilan bagi keterampilan berbicara, yaitu:
1) Cara mengucapkan bunyi dari makhrajnya dengan baik dan benar
2) Membedakan pengucapkan harakat panjang dan pendek 3) Mengungkapkan ide-ide dengan cara yang benar dengan
memperhatikan kaidah tata bahasa yang ada
4) Melatih siswa bagaimana cara memulai dan mengakhiri pembicaraan dengan benar12
f) Memperbanyak latihan-latihan, seperti latihan membedakan pengucapan bunyi, latihan mengungkapkan ide-ide, dan lain sebagainya.
3) Macam-macam keterampilan Berbicara
a) Percakapan (Muhaddatsah)
Muhaddatsah merupakan cara menyajikan bahasa pelajaran bahasa arab melaui percakapan. Dalam percakapan itu dapat terjadi antara pendidik dengan peserta didik dan antara pendidik dengan peserta didik, dengan menambah dan terus memperkaya perbendaharaan kata-kata (vocabulary) yang semakin banyak.13
12 Ibid. Abd Wahab Rosyidi, hlm 90-91
b) Ungkapan secara lisan (Ta’bir Syafahih)
Ta’bir Syafahih merupakan latihan membuat pendapat sendiri secara lisan bertujuan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengutarakan ide gagasan/ pikiran dan perasaannya.14
4) Langkah-langkah Proses Pembelajaran Keterampilan Kalam
Berikut merupakan langkah yang bisa digunakan oleh seorang pendidik ketika mengajarkan keterampilan berbicara antara lain: a. Untuk pemula (mubtadi’)
1) Pertama pendidik melatih bicara dengan memberi pernyataan yang harus dijawab oleh peserta didik;
2) Pada saat yang bersamaan kemudian peserta didik diminta untuk belajar mengucapkan kata, menyusun kalimat dan mengungkapkan pikiran;
3) Pendidik mengurutkan pertanyaan-pertanyaan yang dijadikan oleh peserta didik sehingga berakhir membentuk sebuah tema yang sempurna;
4) Pendidik menyuruh peserta didik menjawab latihan-latihan syawiyah, menghafal percakapan atau menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan isi teks yang telah dibaca oleh peserta didik.
b. Bagi pembelajar menengah (mutawassith) 1) Belajar berbicara dengan bermain peran;
2) Bercerita tentang peristiwa yang dialami oleh peserta didik; 3) Berdiskusi tentang tema tersebut;
4) Bercerita tentang informasi yang telah didengar dari televisi, radio atau lainnya.15
c. Bagi pembelajar tingkat lanjut (mutaqaddim) 1) Guru memilihkan tema untuk berlatih kalam;
2) Tema yang dipilih hendaknya menarik dan berhubungan dengan kehidupan siswa;
3) Tema jelas dan terbatas;
4) Mempersilahkan siswa memilih dua tema atau lebih sampai akhirnya siswa bebas memilih tema yang dibicarakan tentang apa yang mereka ketahui.
5) Petunjuk Umum Pembelajaran Keterampilan Kalam
Adapun petunjuk umum belajar pembelajaran bahasa Arab, antara lain:
a. Belajar kalam atau berlatih berbicara;
b. Peserta didik mengungkapkan tentang pengalaman mereka; c. Melatih peserta didik memusatkan perhatian;
d. Hendaknya pendidik tidak memusatkan percakapan dan sering membenarkan;
e. Bertahap;
15 Wa Muna, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab Teori dan Aplikasinya, Yogyakarta, Teras, 2011, hlm 120
f. Kebermaknaan tema, peserta didik akan lebih termotivasi untuk berbicara jika temanya berhubungan dengan hal yang bernilai dalam kehidupan mereka.
6) Tahap-tahap dalam Pembelajaran Kalam
a. Pertama-tama dimulai dengan ungkapan pendek. Harusnya dilakukan dalam kondisi yang senyata mungkin kemudian ungkapannya ditingkatkan menjadi lebih panjang;
b. Memotivasi untuk berkomunikasi dengan temanya dalam bahasa keseharian hanya yang pendek saja, kemudian secara perlahan ditingkatkan;
c. Siswa harus sering melihat dan mendengarkan percakapan melalui media elektronik agar terbiasa dengan logat dan dialog aslinya.
3. Video Animasi
Media pembelajaran berupa video merupakan alat yang digunakan untuk menyampaikan materi pembelajaran melalui tayangan gambar bergerak, suara dan diproyeksikan membentuk karakter yang sama dengan objek aslinya. Media video pembelajaran dapat digolongkan ke dalam jenis media audio visual aids (AVA) atau dapat diartikan media yang dapat dilihat dan didengar. Penggunaan media pembelajaran berupa video sendiri mampu memberikan respons positif dari peserta didik. Peserta didik akan termotivasi untuk belajar serta mampu meningkatkan pemahamannya terhadap materi pelajaran yang disampaikan.
Media animasi adalah pergerakan sebuah objek atau gambar sehingga dapat berubah ubah posisinya. Selain pergerakan, objek juga dapat mengalami perubahan bentuk dan warna. Dalam pembelajaran, video animasi berfungsi untuk menarik perhatian siswa untuk belajar sehingga dapat memberi pemahaman yang lebih cepat. Media animasi sendiri memiliki kelebihan dan kekurangan sebagai berikut :
Kelebihan Kekurangan
Memperkecil atau memperbesar ukuran objek.
Memerlukan biaya yang cukup mahal.
Mempermudah pendidik untuk menyajikan informasi mengenai proses yang cukup kompleks.
Memerlukan software khusus untuk membukanya.
Memiliki lebih dari satu media yang konvergen, contohnya
menggabungkan unsur audio dan visual.
Mememerlukan kreatifitas dan keterampilan yang cukup memadai untuk membuat desain animasi yang secara efektif dapat digunakan sebagai media pembelajaran.
Menarik perhatian siswa sehingga dapat meningkatkan motivasi belajarnya.
Tidak dapat menggambarkan realita seperti videografi atau fotografi.
Bersifat interaktif yaitu dalam pengertian memiliki kemampuan untuk mengakomodasi respon pengguna.
Bersifat mandiri yaitu dalam
pengertian memberi kemudahan dan kelengkapan isi sedemikian rupa sehingga pengguna bisa menggunakan tanpa bimbingan orang lain.
Siswa yang belajar menggunakan media animasi berupa video memiliki pandangan positif sehingga minat siswa untuk belajar pun semakin meningkat. Media animasi berupa video dapat membantu siswa dalam memahami materi yang sulit disampaikan oleh guru. Pandangan positif siswa terhadap media animasi terkait pemahaman materi dapat dilihat dari hasil belajarnya yang maksimal. Hasil belajar menggunakan media animasi lebih efektif daripada hasil belajar yang tidak menggunakan media animasi. Efektif dalam hal ini mengandung arti mampu meningkatkan hasil belajar dibandingkan pembelajaran tanpa menggunakan media animasi.16
2.3. Kerangka Penelitian
2.4. Hipotesis
Hipotesis adalah alternatif dugaan jawaban yang dibuat oleh peneliti bagi problematika yang diajukan dalam penelitiannya. Dugaan jawaban tersebut
16 Maman Rakhman. Penerapan Media Video Dan Animasi Pada Materi Memvakum Dan
Mengisi Refrigeran Terhadap Hasil Belajar Siswa, 2014. Hlm. 10-11
kondisi awal penelitian sebelum menggunakan video animasi pembelajaran penyebaran angket sebelum
hasil nilai pretest siswa kelas VIII
SMP Muhammadiyah 06 Dau Malang kondisi akhir penelitian sesudah mengunakan video animasi pembelajaran penyebaran angket sesudah hasil angket sesudah meningkat
merupakan kebenaran yang sifatnya sementara, yang akan diuji kebenarannya dengan data yang dikumpulkan melalui penelitian.17 Hipotesis dilihat dari katagori rumusannya dibagi menjadi dua, yaitu (1) hipotesis nihil (null hypothesis) yang biasanya disebut dengan Ho, dan (2) hipotesis alternatif (alternative hypothesis) biasanya disebut hipotesis kerja atau disingkat ha, hal ini dinyatakan oleh Yatim Rianto sebagaimana dikutip oleh Nurul Zairah.18
Hipotesis dalam penelitian ini:
Ha : Adalah hipotesis yang menyatakan ada hubungan atau pengaruh antara variabel satu dengan variabel lain.19 Dalam penelitian ini, peneliti mengemukakan hipotesis alternatif hipotesis kerja yaitu terdapat pengaruh signifikan antara pembelajaran berbasis video animasi dengan kemampuan pembelajaran bahasa arab siswa dalam memahami
maharotul kalam.
H0 : Adalah hipotesis yang menyatakan tidak adanya hubungan antara variabel satu dengan variabel yang lain.20 Hipotesis nihil dalam penelitian ini adalah tidak berpengaruh antara kecakapan berbahasa arab dengan kecerdasan penulisan bahasa arab.
17 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), hlm. 55.
18 Nurul Zuriah, (2007). Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, Jakarta: PT. Bumi
Aksara, cetakan 2, hlm. 163 19 Ibid., hlm. 163 20 Ibid., halm. 163