• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara komitmen organisasi, sikap terhadap perubahan organisasi dan performansi kerja pada Pegawai Negeri Sipil.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan antara komitmen organisasi, sikap terhadap perubahan organisasi dan performansi kerja pada Pegawai Negeri Sipil."

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN ORGANISASI, SIKAP TERHADAP PERUBAHAN ORGANISASI DAN PERFORMANSI KERJA PADA

PEGAWAI NEGERI SIPIL

Maria Endah Rusnindita Puspitasari

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara komitmen organisasi dengan sikap terhadap perubahan organisasi dan performansi kerja. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah komitmen organisasi dengan performansi kerja memiliki hubungan yang positif, dan sikap terhadap perubahan organisasi dengan performansi kerja memiliki hubungan yang positif. Subjek dalam penelitian ini adalah 80 pegawai negeri sipil sebuah instansi di Yogyakarta. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala sikap terhadap perubahan organisasi, komitmen organisasi dan performansi kerja. Reliabilitas skala dalam penelitian ini menggunakan teknik alpha berstrata untuk skala sikap terhadap perubahan organisasi dengan nilai sebesar 0.94. Pada skala komitmen organisasi memiliki nilai alpha Cronbach sebesar 0.837. Skala performansi kerja memiliki nilai alpha berstrata sebesar 0.86. Uji hipotesis dengan menggunakan uji korelasi Pearson product-moment. Hasil tersebut menunjukkan bahwa koefisien korelasi antara komitmen organisasi dengan performansi kerja sebesar 0.323 dengan p = 0.002 (p < 0.05). Hasil tersebut menunjukkan terdapat hubungan positif dan signifikan antara komitmen organisasi dengan performansi kerja. Selain itu, hasil korelasi sikap terhadap perubahan organisasi dengan performansi kerja sebesar 0.318 dengan p = 0.002 (p < 0.05), yang berarti bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara sikap terhadap perubahan organisasi dengan performansi kerja.

(2)

CORRELATION BETWEEN COMMITMENT ORGANIZATIONAL, ATTITUDE TOWARDS ORGANIZATIONAL CHANGES AND WORK

PERFORMANCE TO CIVIL SERVANTS

Maria Endah Rusnindita Puspitasari

ABSTRACT

This study was aimed to know correlation between commitment organizational with attitudes towards organizational changes and the work performance. Hypothesis proposed in this study is organizational commitment had a positive correlation with work performance and attitudes towards organizational changes had a positive correlation with work performance. Subject of this study are 80 civil servants of an agency in Yogyakarta. Measuring instruments used in this study are scale of organizational commitment, attitude towards organizational changes and work performance. Reliability of scale in this study used alpha stratified technique for scale of attitudes towards organizational changes with the value of 0,94. On scale of organizational commitment had the alpha Cronbach value of 0,837. Scale of work performance had alpha stratified value of 0,86. Hypothesis test was analysed using Pearson’s product moment correlation test. The result showed correlation between commitment organizational and work performance is 0.323 with p = 0.002 (p<0.05). This result showed there was a positive and significant correlation between organizational commitment and work performance. In addtition, the results of the attitudes towards organizational changes and work performance was 0.318 with p = 0.002 (p<0.05), which means there was a positive and significant correlation between attitudes towards organizational changes and work performance.

(3)

HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN ORGANISASI, SIKAP TERHADAP PERUBAHAN ORGANISASI DAN PERFORMANSI KERJA PADA

PEGAWAI NEGERI SIPIL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun oleh:

Maria Endah Rusnindita Puspitasari 129114033

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)

i

HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN ORGANISASI, SIKAP TERHADAP PERUBAHAN ORGANISASI DAN PERFORMANSI KERJA PADA

PEGAWAI NEGERI SIPIL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun oleh:

Maria Endah Rusnindita Puspitasari

129114033

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(5)
(6)
(7)

iv

HALAMAN MOTTO

THROUGH HARD WORK, PRESEVERANCE AND FAITH IN GOD,

YOU CAN LIVE YOUR DREAMS

BEN CARSON

WAKTU YANG DIBERIKAN TUHAN MUNGKIN TERASA LEBIH LAMA

DARI YANG KITA INGINKAN TETAPI PERCAYALAH TUHAN AKAN

MEMBERIKAN RANCANGAN-NYA DENGAN INDAH DAN TEPAT

PADA WAKTU-NYA

(8)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

Tuhan Yesus yang selalu mendampingi saya

Mama, Papa dan keempat kakak laki-laki yang saya cintai

(9)
(10)

vii

HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN ORGANISASI, SIKAP TERHADAP PERUBAHAN ORGANISASI DAN PERFORMANSI KERJA PADA

PEGAWAI NEGERI SIPIL

Maria Endah Rusnindita Puspitasari

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara komitmen organisasi dengan sikap terhadap perubahan organisasi dan performansi kerja. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah komitmen organisasi dengan performansi kerja memiliki hubungan yang positif, dan sikap terhadap perubahan organisasi dengan performansi kerja memiliki hubungan yang positif. Subjek dalam penelitian ini adalah 80 pegawai negeri sipil sebuah instansi di Yogyakarta. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala sikap terhadap perubahan organisasi, komitmen organisasi dan performansi kerja. Reliabilitas skala dalam penelitian ini menggunakan teknik alpha berstrata untuk skala sikap terhadap perubahan organisasi dengan nilai sebesar 0.94. Pada skala komitmen organisasi memiliki nilai alpha Cronbach sebesar 0.837. Skala performansi kerja memiliki nilai alpha berstrata sebesar 0.86. Uji hipotesis dengan menggunakan uji korelasi Pearson

product-moment. Hasil tersebut menunjukkan bahwa koefisien korelasi antara komitmen organisasi

dengan performansi kerja sebesar 0.323 dengan p = 0.002 (p < 0.05). Hasil tersebut menunjukkan terdapat hubungan positif dan signifikan antara komitmen organisasi dengan performansi kerja. Selain itu, hasil korelasi sikap terhadap perubahan organisasi dengan performansi kerja sebesar 0.318 dengan p = 0.002 (p < 0.05), yang berarti bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara sikap terhadap perubahan organisasi dengan performansi kerja.

(11)

viii

CORRELATION BETWEEN COMMITMENT ORGANIZATIONAL, ATTITUDE TOWARDS ORGANIZATIONAL CHANGES AND WORK

PERFORMANCE TO CIVIL SERVANTS

Maria Endah Rusnindita Puspitasari

ABSTRACT

This study was aimed to know correlation between commitment organizational with attitudes towards organizational changes and the work performance. Hypothesis proposed in this study is organizational commitment had a positive correlation with work performance and attitudes towards organizational changes had a positive correlation with work performance. Subject of this study are 80 civil servants of an agency in Yogyakarta. Measuring instruments used in this study are scale of organizational commitment, attitude towards organizational changes and work performance. Reliability of scale in this study used alpha stratified technique for scale of attitudes towards organizational changes with the value of 0,94. On scale of organizational commitment had the alpha Cronbach value of 0,837. Scale of work performance had alpha stratified value of 0,86. Hypothesis

test was analysed using Pearson’s product moment correlation test. The result showed correlation between commitment organizational and work performance is 0.323 with p = 0.002 (p<0.05). This result showed there was a positive and significant correlation between organizational commitment and work performance. In addtition, the results of the attitudes towards organizational changes and work performance was 0.318 with p = 0.002 (p<0.05), which means there was a positive and significant correlation between attitudes towards organizational changes and work performance.

Keywords : Attitude toward organizational change, Commitment organizational, Work performance

(12)
(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang selalu

menyertai saya selama proses penyusunan skripsi sehingga skripsi ini dapat

berjalan dengan lancar. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat untuk

memperoleh gelar sarjana Psikologi. Keberhasilan dalam menyusun skripsi ini

tidak terlepas dari peran banyak pihak yang telah membantu, menemani,

membimbing saya dalam menghadapi kesulitan. Oleh karena itu, saya ingin

mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma

2. Bapak P. Eddy Suhartanto, M.Si., selaku Kepala Program Studi Fakultas

Psikologi Universitas Sanata Dharma

3. Ibu Ratri Sunar Astuti, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik.

Terimakasih selalu memberikan dorongan untuk segera menyelesaikan

skripsi.

4. Bapak T.M. Raditya Hernawa, M.Psi., Psi. selaku Dosen Pembimbing

Skripsi. Terimakasih atas kesabaran, bimbingan dan waktu yang telah

Bapak berikan selama penulisan skripsi ini. Terimakasih pula untuk

mendengar keluh kesah saya selama mengerjakan skripsi ini.

5. Seluruh pegawai yang telah menjadi subjek dalam penelitian ini, terutama

Om Anton. Terimakasih atas bantuan yang telah diberikan sehingga tugas

(14)

xi

6. Mama dan Papa, kedua orangtua saya yang telah sabar menantikan saya

untuk menyelesaikan skripsi ini. Tanpa dukungan doa, cinta dan pelajaran

tentang hidup yang kalian berikan selama ini saya tidak akan menjadi

seperti sekarang. Saya mohon maaf juga belum dapat membalas kebaikan

kalian dan membuat kalian menantikan saya untuk segera lulus. Semoga

kalian sehat-sehat selalu dan dalam lindungan Tuhan. I love you Ma, Pa!

7. Kakak-kakak saya, Mas Adit, Mas Hendi, Mas Ardy dan Mas Endro yang

selalu menjadi guardians dalam hidup saya. Terimakasih atas segala

bentuk perhatian, dorongan yang telah kalian berikan kepada saya

walaupun sekarang berpencar ke berbagai kota maupun pulau. Kalian

yang selalu menjaga, menasehati, membantu, mengutamakan saya setelah

Mama, Papa dan memberikan warna di hidup saya. Saya bersyukur telah

menjadi adik perempuan satu-satunya di hidup kalian. I love you guys!

8. Sahabat-sahabat SMA “mawut”, Monik, Lina, Nopi dan Rezi.

Terimakasih kalian telah mendukung dan mendorong saya untuk

menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih canda tawa kalian yang selalu

hadir sejak SMA. Semoga kita tetep bisa kumpul-kumpul lagi.

9. Teman-teman kesayangan “Nusantara” Mas Kris, Leo, Rikjan, Maureen,

Eni, Esthy, Clara, Yesi, Itha dan Nikur. Terimakasih kalian sudah hadir di

masa kuliah yang penuh dengan drama ini. Masa-masa kuliah yang kita

lewati bersama sampai selesai kuliah dengan saling menguatkan dan

bertumbuh bersama. Terimakasih juga udah bikin panggilan sayang

(15)

xii

10.Eni dan Esthy mamita-mamita kesayangan. Terimakasih kalian selalu

mendengarkan curhatan dan memberikan saran saat berbagai genre drama

kehidupan yang menghampiri (hahaha). Kalian juga selalu mendorong

untuk segera menyelesaikan skripsi. Sukses juga buat mamita-mamita.

11.Girls squad “Jijig Bazelaak”, Mbak Devi, Kak Gue, Pipi, Rini, Nikur,

Maureen, Gege, Sekkar, Gek Tri dan BM. Kalian rock my world gurls dan

memberikan tawa dalam hidup saya. Semoga kita dapat menggapai

mimpi-mimpi kita dan semoga kewahaman kita sirna seiring berjalannya

waktu ya gurls (hahaha). Terima kasih juga sudah membuat tambahan

panggilan sayang “markocheng”.

12.Tipa, Leni, Cia cicik-cicik kesayangan. Terimakasih ya kalian selalu

memberikan dukungan dan saran. Terima kasih juga kalian sudah menjadi

teman abnormal yang hadir dalam hidupku. Sukses juga buat kalian cik!

13.Jeje yang selalu memberikan perhatian, dukungan dalam mengerjakan

skripsi. Semoga kamu juga sukses ya dongsaeng!

14.Vishnu partner in crime dalam mengerjakan skripsi. Terimakasih untuk

bantuan dan dukungan untuk segera menyelesaikan skripsi ini. Sukses

buat kamu ya nuk.

15.Wisnu yang mendukung dalam mengerjakan skripsi. Terimakasih untuk

kebersamaan dari semester 1 sampai sekarang. Terima kasih juga untuk

selalu mendengarkan curhatanku dan ke-kepoanmu yang diam-diam

(16)
(17)

xiv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR TABEL ... xviii

DAFTAR GAMBAR ... xx

DAFTAR LAMPIRAN ... xxi

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II : LANDASAN TEORI ... 8

(18)

xv

1. Definisi Performansi Kerja ... 8

2. Dimensi Performansi Kerja ... 10

3. Faktor yang mempengaruhi Performansi Kerja ... 11

4. Pengukuran Performansi Kerja ... 12

5. Metode Penilaian Kerja ... 13

6. Penilai Kerja ... 16

B. Komitmen Organisasi... 19

1. Definisi Komitmen Organisasi ... 19

2. Komponen Komitmen Organisasi ... 20

3. Dampak Komitmen Organisasi ... 22

C. Sikap terhadap Perubahan Organisasi ... 22

1. Definisi Sikap terhadap Perubahan Organisasi ... 22

2. Dimensi Sikap terhadap Perubahan Organisasi ... 23

3. Dampak Sikap terhadap Perubahan Organisasi ... 23

D. Dinamika antar variabel ... 24

E. Bagan Kerangka Pemikiran... 27

F. Hipotesis ... 28

BAB III : METODE PENELITIAN ... 29

A. Jenis Penelitian ... 29

B. Variabel Penelitian ... 29

C. Definisi Operasional... 30

D. Subjek Penelitian ... 31

(19)

xvi

F. Validitas dan Reliabilitas ... 34

1. Validitas ... 34

2. Seleksi item ... 35

3. Reliabilitas ... 42

G. Metode Analisis Data ... 47

1. Uji Asumsi ... 47

a. Uji Normalitas ... 47

b. Uji Linearitas ... 47

2. Uji Hipotesis ... 48

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN ... 49

A. Pelaksanaan Penelitian ... 49

B. Deskripsi Penelitian ... 50

1. Deskripsi Subjek Penelitian ... 50

2. Deskripsi Data Penelitian ... 52

C. Analisis Data Penelitian ... 53

1. Uji Asumsi ... 53

(20)

xvii

C. Saran ... 61

1. Bagi Subjek ... 61

2. Bagi Instansi ... 61

3. Bagi Penelitian Selanjutnya ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 63

(21)

xviii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Distribusi Item Skala Performansi Kerja sebelum uji coba ... 33

Tabel 3.2 Distribusi Item Skala Sikap terhadap Perubahan Organisasi sebelum uji coba ... 34

Tabel 3.3 Distribusi Item Skala Komitmen Organisasi sebelum uji coba ... 34

Tabel 3.4 Sebaran Item Skala Performansi Kerja ... 36

Tabel 3.5 Hasil Seleksi Item Skala Performansi Kerja ... 39

Tabel 3.6 Sebaran Item Skala Sikap terhadap Perubahan Organisasi ... 39

Tabel 3.7 Hasil Seleksi Item Skala Sikap terhadap Perubahan Organisasi... 41

Tabel 3.8 Sebaran Item Skala Komitmen Organisasi ... 41

Tabel 3.9 Hasil Seleksi Item Skala Komitmen Organisasi ... 42

Tabel 3.10 Uji Reliabilitas Performansi Kerja ... 43

Tabel 3.11 Uji Reliabilitas Sikap terhadap Perubahan Organisasi ... 45

Tabel 4.1 Deskripsi Data Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin ... 50

Tabel 4.2 Deskripsi Data Subjek Berdasarkan Usia ... 50

Tabel 4.3 Deskripsi Data Subjek Berdasarkan Lama Bekerja ... 51

Tabel 4.4 Deskripsi Statistika Data Penelitian Subjek ... 52

Tabel 4.5 Uji Normalitas ... 54

Tabel 4.6 Uji Linearitas... 55

(22)

xix

Tabel 4.8 Hasil Analisis Korelasi Sikap Terhadap Perubahan Organisasi dengan

(23)

xx

DAFTAR GAMBAR

(24)

xxi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Reliabilitas ... 68

Lampiran 2 Hasil Seleksi Item ... 71

Lampiran 3 Uji T ... 75

Lampiran 4 Uji Normalitas ... 77

Lampiran 5 Uji Linearitas ... 78

Lampiran 6 Uji Hipotesis ... 79

(25)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pegawai merupakan aspek yang mendukung kesuksesan suatu organisasi,

terutama hasil kerja pegawai yang berupa performansi. Seorang pegawai dapat

dikatakan memiliki performansi yang baik ketika mampu melaksanakan seluruh

pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya dengan indikator tertentu.

Performansi pegawai menjadi hal yang penting karena dapat berpengaruh

terhadap pencapaian hasil kerja organisasi tersebut (Ardyansah & Wasilawati,

2014).

Jika dikaitkan dengan performansi pegawai negeri sipil pada tahun 2014

performansi masih dianggap kurang baik, banyaknya anggapan bahwa pegawai

segeri sipil pekerjaannya membaca koran, pulang sebelum jam pulang kantor,

jika cuti lebaran menggunakan waktu yang lama, bahkan hal tersebut diakui

oleh Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Yuddy

Chrisnandi (Praditya, 2014). Aktivis Indonesia Corruption Watch (ICW), Adek

Irawan juga mengungkapkan bahwa performansi kerja pegawai negeri sipil

yang buruk sudah berlangsung sejak dahulu (Gera, 2012). Selain itu, menurut

salah satu pegawai instansi X mengungkapkan bahwa performansi pegawai

yang berada di kantor tersebut belum mencapai tingkat performansi maksimal

dan beberapa pegawai masih melakukan pelanggaran kedisiplinan (wawancara

(26)

Adanya fenomena tersebut, membuat pemerintah dalam beberapa tahun

terakhir ini melakukan penataan kembali terhadap sistem penyelenggaraan

pemerintahan dengan landasan Peraturan Presiden No. 80 tahun 2011 tentang

Grand Design Reformasi Birokrasi Indonesia 2010-2025. Dampak dari

penataan kembali tersebut mengubah pola kerja yang pada awalnya birokrasi

berdasarkan peraturan rule based bureaucracy menuju performance based

bureaucracy yang bertujuan menjadi dynamics government. Hal ini dilakukan

dengan tujuan mewujudkan good and clean government. Selain itu pemerintah

menetapkan tiga sasaran yang ingin dicapai yaitu terwujudnya pemerintahan

yang bersih dan bebas KKN (Korupsi Kolusi dan Nepotisme), meningkatnya

kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi, serta meningkatnya kualitas

pelayanan publik (Saputra, 2016).

Pemerintah melakukan percepatan reformasi birokrasi dengan

menyelenggarakan sembilan program. Sembilan program tersebut adalah

penataan struktur birokrasi, penataan jumlah, distribusi dan kualitas pegawai

negeri sipil, sistem dan promosi secara terbuka, profesionalisme pegawai negeri

sipil, pengembangan sistem pemerintahan elektronik (e-government),

penyederhanaan perijinan usaha, pelaporan harta kekayaan pegawai negeri,

peningkatan kesejahteraan pegawai negeri dan efisiensi penggunaan fasilitas,

sarana dan prasarana kerja pegawai negeri. Melalui program profesionalisme

pegawai negeri sipil, pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor

46 tahun 2008 yang berisi bahwa profesionalisme diukur dengan menggunakan

(27)

pegawai negeri sipil dalam mencapai performansi yang lebih baik

(pusbinjfka.bpkp.go.id).

Performansi kerja merupakan tindakan atau perilaku yang relevan dengan

tujuan organisasi dan dapat diukur dalam hal kemampuan individu

masing-masing (Campbell, dalam Landy & Conte, 2010). Hal tersebut juga didukung

oleh Jex & Britt (2008) yang menyatakan bahwa definisi tersebut jelas lebih

tepat daripada hanya mendefinisikan performansi sebagai semua perilaku

pegawai yang terlihat di tempat kerja.

Menurut Jex & Britt (2008) performansi kerja yang efektif diakibatkan

oleh faktor personal dan faktor lingkungan. Fink (dalam Suliman & Kathairi,

2013), menjelaskan bahwa komitmen pegawai adalah faktor kunci yang

mempengaruhi performansi dari faktor personal.

Menurut Jex & Britt (2008), komitmen menunjukkan perasaan dan

tendensi perilaku pegawai terhadap organisasi. Di tempat kerja, kecenderungan

ini diwujudkan sebagai tingkat komitmen pegawai terhadap organisasi yang

mempekerjakan. Komitmen pegawai memiliki konsekuensi penting bagi

karyawan individu dan organisasi secara keseluruhan.

Komitmen adalah penggambaran dari perasaan keterikatan pegawai dan

loyalitas terhadap organisasi (Jex & Britt, 2008). Kemudian. Meyer & Allen

(dalam Fitriastuti, 2013) menyatakan komitmen adalah keinginan kuat untuk

tetap sebagai organisasi tertentu, keinginan untuk berusaha keras sesuai dengan

keinginan organisasi dan keyakinan terhadap penerimaan nilai dan tujuan

(28)

Banyak penelitian organisasi lainnya yang menunjukkan potensi manfaat

dari pegawai yang sangat berkomitmen yaitu peningkatan performansi,

penurunan turnover dan mengurangi absensi (Meyer & Herscovitch, dalam

Felve, Schyns & Tymon, 2013). Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Chugtai

& Zafar (dalam Fitriana, 2013) semakin tinggi komitmen, semakin tinggi pula

kecenderungan seseorang untuk diarahkan pada tindakan yang sesuai dengan

standar performansi karyawan.

Komitmen organisasi ditentukan oleh faktor organisasi dan individu

(Vakola & Nikolaou, 2006). Melalui faktor organisasi, setiap organisasi akan

melakukan program perubahan yang terjadi karena pengaruh globalisasi

meningkatkan persaingan dan kemajuan teknologi (Hampel & Martinsons

dalam Nafei, 2014). Dalam beberapa tahun terakhir ini, pemerintah sedang

melakukan perubahan pada pegawai negeri sipil yaitu dengan menyempurnakan

peraturan dari UU Nomor 8 Tahun 1974menjadi UU RI No. 5 2014 mengenai

tugas pokok dan fungsi sebagai Aparatur Negara (Suwito, 2014), PP Nomor 10

Tahun 1979 menjadi Nomor 46 Tahun 2011 mengenai sistem penilaian kerja

dan PP Nomor 7 Tahun 1979 menjadi PP Nomor 34 Tahun 2014 mengenai

sistem kepangkatan dan penggajian (Djumena, 2015). Selain itu, pemerintah

akan menggunakan teknologi untuk mengontrol pekerjaan pegawai negeri sipil

dengan sistem e-kinerja untuk mengukur dan memastikan performansi harian

pegawai negeri sipil (menpan.go.id).

Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan berbagai respon karyawan

(29)

sikap negatif yang kuat (Piderrit dalam Vakola & Nikolaou, 2006). Sikap

seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, yang kemudian akan

mempengaruhi perilaku seseorang (Bove & Hede dalam Chih, Yang & Chang,

2012).

Sikap positif terhadap perubahan ditemukan sebagai hal yang vital dalam

mencapai tujuan organisasi dan kesuksesan program perubahan (Eby, Adam &

Gaby; Martin; Kortter; Gilmore & Barnett dalam Vakola & Nikolaou, 2006).

Disisi lain, perubahan organisasi dapat gagal dilakukan karena adanya

penolakan terhadap perubahan yang memiliki hubungan dengan pengembangan

sikap negatif terhadap perubahan (Deloite & Touche dalam Vakola & Nikolaou,

2006). Dari bukti lain juga menyarankan bahwa sikap negatif terhadap

perubahan organisasi memiliki akibat negatif untuk organisasi (Vakola &

Nikolaou, 2006).

Sikap terhadap perubahan organisasi didefinisikan sebagai kecenderungan

psikologis pegawai yang ditunjukkan oleh penilaian evaluatif positif atau

negatif secara keseluruhan mengenai perubahan (Lines dalam El-Farra &

Badawi, 2012). Sejalan dengan hal tersebut Elias (dalam Nafei, 2014)

menyatakan bahwa sikap terhadap perubahan organisasi didefinisikan sebagai

penilaian evaluatif positif atau negatif secara keseluruhan dari pegawai

mengenai perubahan yang dilaksanakan oleh organisasi mereka.

Kim & Mauborgne (2003) menyatakan bahwa perubahan individual

pegawai berhubungan dengan performansi organisasi setelah perubahan

(30)

menyatakan perubahan memiliki dampak laten yang signifikan pada fungsi

pegawai dalam organisasi terutama pada performansi. Selaras dengan hal

tersebut Armenakis, Berneth, Pitts & Walker (dalam Khatoon & Farooq, 2015)

menyatakan pentingnya untuk memahami sikap terhadap perubahan organisasi

pada pegawai dan performansi organisasi dalam upaya untuk mencapai tujuan

organisasi.

Hingga saat ini belum dapat diketahui bagaimana respon pegawai terhadap

perubahan organisasi di instansi tersebut. Dalam beberapa penelitian

sebelumnya Khan, Ziauddin, Jam & Ray (2010) menunjukkan adanya

hubungan yang positif antara komitmen organisasi dengan performansi kerja.

Selain itu dalam penelitian Khatoon & Farooq (2015) juga menunjukkan adanya

hubungan yang positif antara sikap terhadap perubahan organisasi dengan

performansi kerja. Akan tetapi, belum banyak ditemukan referensi yang

menunjukkan hubungan antara komitmen organisasi, sikap terhadap perubahan

organisasi dengan performansi kerja. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui

hubungan antara komitmen organisasi, sikap terhadap perubahan organisasi

dengan performansi kerja pegawai.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka dapat dirumuskan

permasalahan yang hendak dikaji dalam penelitian yaitu apakah ada hubungan

komitmen organisasi dengan sikap terhadap perubahan organisasi dan

(31)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan komitmen

organisasi dengan sikap terhadap perubahan organisasi dan performansi kerja

pada pegawai negeri sipil.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

perkembangan ilmu psikologi khususnya pada bidang industri dan

organisasi. Selain itu, penelitian ini diharapkan berguna untuk menambah

wawasan tentang sikap terhadap perubahan, komitmen organisasi dan

performansi kerja.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Subjek Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada

subjek mengenai sikap terhadap perubahan organisasi, komitmen

organisasi dan performansi kerja yang dialami dan dapat memberikan

masukan sebagai evaluasi diri.

b. Bagi Instansi Pemerintahan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi

instansi pemerintahan mengenai sikap terhadap perubahan organisasi,

(32)

dan dapat memberikan masukan sebagai evaluasi bagi instansi

(33)

9

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Performansi Kerja

Pada subbab ini akan dijelaskan mengenai performansi kerja sebagai berikut:

1. Definisi Performansi Kerja

Campbell (dalam Jex & Britt, 2008) menjelaskan performansi

merupakan perilaku pegawai yang terlibat dalam pekerjaan yang memiliki

kontribusi pada tujuan organisasi. Selaras dengan pengertian tersebut

Murphy (dalam Sudarmanto, 2009) menyatakan bahwa performansi

merupakan seperangkat perilaku yang relevan dengan tujuan organisasi atau

unit organisasi tempat orang bekerja. Menurut Mohrman, et al (dalam

Sudarmanto, 2009) performansi adalah sesuatu yang secara aktual orang

kerjakan dan dapat diobservasi, dalam pengertian ini, performansi kerja

mencakup tindakan-tindakan dan perilaku yang relevan dengan tujuan

organisasi. Bernadin & Beatty (dalam Viswesvaran & Ones, 2000)

menyatakan performansi sebagai catatan hasil sekumpulan perilaku yang

diperoleh dari fungsi pekerjaan atau aktivitas yang sesuai dengan tujuan

organisasi dalam jangka waktu tertentu. Colquitte, Le Pine & Wesson

(2015) mendefinisikan performansi sebagai nilai dari sekumpulan perilaku

pegawai yang berkontribusi baik positif atau negatif untuk pencapaian

(34)

kendali pegawai, tetapi dalam batas perilaku yang relevan dan tidak relevan

dengan performansi kerja.

Sedangkan menurut Szilagyi & Wallace (1980) performansi

merupakan fungsi dari perilaku karyawan dan perilaku yang secara

bersama-sama ditentukan oleh level usaha dan kemampuan pegawai. Selain

itu, Campbell (dalam Landy & Conte, 2013) mengatakan bahwa

performansi adalah tindakan atau perilaku yang relevan dengan tujuan

organisasi dan dapat diukur dalam hal kemampuan individu masing-masing.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, performansi kerja adalah

perilaku pegawai dalam melakukan pekerjaanya yang relevan dengan tujuan

organisasi dan dapat diukur secara individual.

2. Dimensi Performansi Kerja

Bernardin & Russel (dalam Sudarmanto, 2009) menyampaikan 6

dimensi untuk mengukur performansi kerja pegawai yaitu :

a. Quality, terkait dengan proses atau hasil mendekati sempurna/ideal

dalam memenuhi maksud atau tujuan

b. Quantity, terkait dengan satuan jumlah atau kuantitas yang dihasilkan

c. Timeliness, terkait dengan waktu yang diperlukan dalam menyelesaikan

aktivitas

d. Cost-effectiveness, terkait dengan tingkat penggunaan sumber-sumber

organisasi (orang, uang, material, teknologi) dalam mendapatkan atau

memperoleh keuntungan tertinggi atau pengurangan kerugian dari

(35)

e. Need for supervision, terkait dengan pegawai dapat melaksanakan

pekerjaan tanpa perlu meminta bantuan atau petunjuk dari atasan

f. Interpersonal impact, terkait dengan kemampuan individu dalam

meningkatkan perasaan harga diri, keinginan baik, kerjasama diantara

sesama pegawai dan anak buah

Berdasarkan dimensi yang telah disebutkan di atas, penelitian ini

menggunakan dimensi quality, quantity, timeliness, need for supervision

dan interpersonal impact. Dimensi-dimensi tersebut digunakan dikarenakan

sesuai dengan pengukuran yang dipakai oleh instansi.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Performansi Kerja

Performansi kerja seorang pegawai dipengaruhi oleh berbagai faktor,

diantaranya, menurut Mahmudi (2010) faktor yang mempengaruhi

performansi pegawai yaitu:

a. Faktor personal/individual, meliputi motivasi, pengetahuan,

ketrampilan, kemampuan, kepercayaan diri dan komitmen yang dimiliki

oleh individu

b. Faktor kepemimpinan, meliputi kualitas dalam memberikan dorongan,

semangat, arahan, serta dukungan yang diberikan oleh para manajer dan

atau pemimpin kelompok

c. Faktor tim, meliputi kualitas dukungan dan semangat yang diberikan

oleh rekan dalam satu tim, kepercayaan terhadap rekan anggota tim,

(36)

d. Faktor sistem, meliputi sistem kerja, fasilitas kerja atau infrastruktur,

proses organisasi, kultur organsasi

e. Faktor konstekstual atau situasional, meliputi tekanan dan perubahan

lingkungan internal ataupun eksternal.

Selain itu, Campbell (dalam Landy & Conte, 2013) juga

menyimpulkan 3 faktor penentu yang mempengaruhi performansi kerja

pegawai yaitu:

a. Declarative knowledge

Memahami apa yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan,

mengetahui informasi mengenai pekerjaan atau tugas

b. Procedural knowledge and skill

Mengetahui bagaimana melakukan pekerjaan atau tugas; sering

dikembangkan melalui latihan dan pengalaman

c. Motivation

Mengenai kondisi yang bertanggungjawab pada variasi intensitas,

ketekunan, kualitas dan arah perilaku yang sedang berlangsung

4. Pengukuran Performansi Kerja

Menurut Bernadin & Beatty (dalam Moorhead & Griffin, 2013),

pengukuran performansi adalah proses dimana seseorang mengevaluasi

perilaku kerja karyawan dengan pengukuran dan perbandingan dengan

standar yang telah ditetapkan sebelumnya, mendokumentasikan hasilnya,

dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pegawai. Selain itu menurut

(37)

performansi pegawai dengan membandingan standar organisasi tertentu

yang telah ditetapkan. Selaras dengan pengertian tersebut, Mathis &

Jacskon (2010) mengungkapkan pengukuran performansi adalah proses

mengevaluasi seberapa baik pegawai melakukan pekerjaan mereka jika

dibandingkan dengan seperangkat standar dan kemudian

mengkomunikasikan informasi tersebut kepada pegawai. Cascio (dalam Jex

& Britt, 2008) sebagian besar organisasi masih cenderung mengandalkan

instrument pengukuran performansi yang menggunakan dimensi umum dari

performansi kerja pegawai serta menyangkut upaya yang minim untuk

melatih penilai.

Dari beberapa pendapat diatas, maka disimpulkan bahwa pengukuran

performansi kerja adalah proses mengevaluasi pegawai dengan

membandingkan seperangkat standar yang telah ditetapkan,

mendokumentasikan hasilnya kemudian mengkomunikasikan hasil tersebut

kepada pegawai.

5. Metode Penilaian Performansi Kerja

Metode yang digunakan dalam menilai performansi kerja adalah

(Riggio, 2008 & Dessler, 2015)

a. Narative

Metode ini berupa formulir yang berisi deskripsi kelebihan dan

kekurangan performansi pegawai. Penilai bebas untuk

mendeskripsikan performansi pegawai dengan kata-kata mereka

(38)

tidak dapat diukur secara kuantitatif, sehingga sulit untuk

membandingkan performansi pegawai lainnya.

b. Checklist

Terdiri dari beberapa rangkaian pernyataan mengenai

performansi dalam pekerjaan tertentu. Pernyataan-pernyataan

tersebut berasal dari analisis pekerjaan dan dapat mencerminkan

aspek positif atau negatif dari performansi. Setiap pernyataan

memiliki nilai numerik yang menggambarkan derajat dari

performansi efektif yang terkait.

c. Paired Comparison

Penilai memeringkat pegawai dengan membuat bagan dari semua

kemungkinan pasangan pegawai untuk setiap ciri dan

membandingkan mana pegawai yang lebih baik dari pasangan

pegawai tersebut.

d. Forced Distribution

Metode ini serupa dengan menilai pada sebuah kurva. Pegawai

yang akan dinilai dimasukkan ke dalam berbagai kategori

performansi melalui presentase yang telah ditentukan

sebelumnya.

e. Graphic Rating Scale

Skala penilaian grafis berisi beberapa dimensi pekerjaan dan

kisaran nilai performansi untuk setiap ciri. Penilai menilai setiap

(39)

paling mendeskripsikan performansi bawahan untuk setiap ciri,

dan menjumlahkan nilainya. Kelebihan dari skala tersebut adalah

penilai dapat mendesain skala penilaian grafis untuk menilai

dimensi, kompetensi, atau sasaran pekerjaan.

f. Behaviorally Anchored Rating Scale (BARS)

Sebuah metode penilaian yang bertujuan mengkombinasikan

manfaat dari insiden kritis naratif dan penilaian terukur dengan

menghubungkan skala terukur dengan contoh naratif spesifik dari

performansi baik dan buruk.

g. Behavior Observation Scales (BOS)

Metode ini mengindikasikan seberapa sering pegawai yang

diobservasi melakukan perilaku kerja terkait. Metode ini serupa

dengan BARS yang berfokus pada ekspetasi bahwa seorang

pegawai akan dapat melakukan perilaku spesifik yang khas dari

level performansi tertentu, sedangan metode ini berfokus pada

perilaku penting yang benar-benar dilakukan. Kelemahan dari

metode ini adalah tergantung pada ingatan observer yang

memungkinkan adanya bias atau selektif dalam mengingat.

h. Management by Objective (MBO)

Biasanya merujuk pada penetapan sasaran dan program penilaian

multi-langkah yang mencangkup seluruh perusahaan. MBO

mengharuskan manajer untuk menetapkan sasaran organisasi

(40)

dan kemudian secara berkala mendiskusikan kemajuan karyawan

tersebut terhadap sasaran.

Berdasarkan penjelasan tersebut maka metode penilaian performansi

kerja yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode graphic

rating scale. Peneliti menggunakan metode ini dikarenakan metode tersebut

sesuai dengan metode yang digunakan oleh instansi penelitian.

6. Penilai Kerja

Penilai kerja dalam penilaian performansi kerja adalah (Riggio, 2008)

a. Supervisor Appraisals

Kebanyakan penilaian kinerja dilakukan oleh supervisor. Hal

tersebut dikarenakan melakukan penilaian rutin kinerja karyawan

dianggap sebagai salah satu dari fungsi pengawasan yang paling

penting. Penilaian supervisor sangat umum karena supervisor

biasanya cukup memiliki pengetahuan tentang persyaratan

pekerjaan, seringkali dalam posisi untuk memberikan

penghargaan untuk performansi yang efektif dan saran untuk

perbaikan kinerja di bawah standar. Kelebihan dari penilaian

atasan adalah memiliki realibitas yang lebih tinggi dibandingkan

dengan penilaian performansi peer atau subordinate, akan tetapi

memiliki keterbatasan perspektif pada performansi pegawai.

b. Self Appraisals

Self appraisals biasanya digunakan oleh berbagai perusahaan,

(41)

cenderung lebih lunak dan lebih fokus pada usaha yang diberikan

bukan pada prestasi kerja. Salah satu keuntungan dari perbedaan

supervisor appraisals dengan self appraisals adalah adanya

kemungkinan perbedaan persepsi bawahan dengan atasan sehingga

dapat menyebabkan dialog yang terbuka. Self appraisals juga

bermanfaat dalam mendorong pegawai lebih berkomitmen untuk

menunjukkan perfomansi yang berkaitan dengan tujuan organisasi.

c. Peer Appraisals

Peer Appraisals cukup jarang digunakan oleh

organisasi-organisasi, akan tetapi jika dikaitkan dengan supervisor appraisals

akan menimbulkan kesepakatan yang baik. Hal tersebut dikarenakan

atasan dan rekan kerja memiliki kesempatan untuk secara langsung

mengamati pegawai saat bekerja. Disisi lain, adanya potensi konflik

antara pegawai yang mengevaluasi satu sama lain.

d. Subordinate Appraisals

Subordinate Appraisals digunakan untuk menilai efektivitas

seseorang dalam posisi pemimpin. Penilaian ini penting karena

bawahan memberikan perspektif yang berbeda pada performansi

kerja atasan atau pemimpin. Kelebihan dari penilaian ini adalah

adanya umpan balik dari bawahan dan atasan pada saat bersamaan.

e. Customer Appraisals

Bentuk penilaian performansi untuk pegawai yang bekerja di

(42)

pelanggan biasanya tidak dianggap sebagai metode penilaian

performansi kerja, mereka dapat menawarkan perspektif yang

menarik pada apakah jenis tertentu pekerja (penjual dan operator

telepon) melakukan pekerjaan yang baik. Evaluasi pelanggan

mengenai performansi pegawai yang paling tepat ketika pegawai

dan pelanggan memiliki signifikan hubungan, berkelanjutan, seperti

pelanggan mengevaluasi pemasok, perwakilan penjualan, agen real

estate, pialang saham, atau sejenisnya.

f. 360-degree feedback

Bentuk komprehensif penilaian performansi kerja dengan

mengumpulkan penilaian dari semua tingkatan. Penilaian ini

dikumpulkan dari atasan, bawahan, rekan kerja, pelanggan dan

supplier (jika ada). Keuntungan dari 360-degree feedback adalah

peningkatan realibilitas pengukuran karena evaluasi yang multiple,

adanya perspektif mengenai performansi kerja yang lebih beragam,

keterlibatan anggota organisasi dalam proses evaluasi dan umpan

balik, dan meningkatkan komunikasi organisasi. 360-degree

feedback juga digunakan sebagai alat pengembangan manajemen,

bukan hanya digunakan sebagai sistem penilaian kinerja.

Berdasarkan penjelasan tersebut penilai dalam penilaian performansi

kerja yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah self appraisals.

Peneliti menggunakan self appraisals dikarenakan dapat dijadikan

(43)

dan adanya keterbatasan waktu penelitian sehingga tidak dapat

menggunakan metode-metode lainnya.

B. Komitmen Organisasi

Pada subbab ini akan dijelaskan mengenai komitmen organisasi sebagai berikut:

1. Definisi Komitmen Organisasi

Meyer & Allen (1997) mendefinisikan komitmen organisasi sebagai

kondisi psikologis yang menunjukkan adanya hubungan antara pegawai

dengan organisasi dan mempengaruhi keputusan pegawai untuk tetap

menjadi anggota organisasi. Bathaw & Grant (dalam Sopiah, 2008) juga

menyebutkan komitmen organisasional sebagai keinginan karyawan untuk

tetap mempertahankan keanggotaanya dalam organisasi dan bersedia

melakukan usaha yang tinggi demi pencapaian tujuan organisasi. Selain

itu, menurut Mathis & Jackson (2010) komitmen organisasi adalah sebuah

derajat yang mengukur rasa percaya yang dimiliki oleh pegawai dan

penerimaan terhadap tujuan-tujuan organisasi serta keinginan untuk tetap

tinggal.

Mowday, Porter & Steers (dalam Hellriegel & Slocum 2011)

komitmen organisasi adalah kekuatan keterlibatan pegawai dalam

organisasi dan identifikasi. Moorhead & Griffin (2013) juga menyatakan

bahwa komitmen organisasi mencerminkan identifikasi dan ikatan seorang

individu pada organisasi. Kreitner & Kinicki (2007) menambahkan

(44)

mengidentifikasi dirinya dengan organisasi dan berkomitmen untuk

tujuannya.

Dari beberapa pengertian yang telah diuraikan tersebut, maka

disimpulkan bahwa komitmen organisasi adalah keterlibatan pegawai

dalam organisasi yang ditandai dengan adanya rasa percaya dan

penerimaan terhadap tujuan organisasi serta keinginan untuk tetap menjadi

anggota organisasi.

2. Komponen Komitmen Organisasi

Meyer & Allen (1997) membedakan komitmen organisasi menjadi 3

komponen yaitu:

a. Komitmen Afektif

Komitmen afektif merupakan keinginan untuk tetap menjadi anggota

organisasi karena keterikatan emosi dan keterlibatan dengan organisasi

tersebut. Pegawai yang memiliki komitmen afektif yang tinggi akan

mengidentifikasi dirinya dengan organisasi, menerima tujuan dan

nilai-nilai yang organisasi, dan lebih bersedia untuk mengerahkan usaha

ekstra atas nama organisasi (Mowday et al dalam Colquite, Le Pine &

Wesson, 2015). Melalui identifikasi dirinya dengan organisasi, pegawai

akan melihat keanggotaan organisasi sebagai penting untuk diri mereka.

Komitmen afektif juga mencerminkan ikatan emosional untuk

organisasi, maka secara natural mempengaruhi ikatan emosional antara

rekan kerja (Mathieu & Zajac dalam Collquite, Le Pine & Wesson,

(45)

b. Komitmen Kontinum

Keinginan untuk tetap menjadi anggota organisasi karena kesadaran

yang berkaitan dengan biaya meninggalkan organisasi tersebut.

Komitmen kontinum terjadi ketika ada keuntungan terkait dengan tetap

tinggal dan biaya yang terkait dengan meninggalkan organisasi (Kanter

dalam Collquite, Le Pine & Wesson, 2015), akan tetapi memiliki

komitmen kontinum yang tinggi menimbulkan kesulitan untuk

mengubah organisasi karena adanya hukuman yang condong terkait

dengan hal mengganti (Stebbins dalam Collquite, Le Pine & Wesson,

2015).Salah satu faktor yang meningkatkan komitmen kontinum adalah

jumlah total investasi (dalam hal waktu, tenaga, energi, dll), dimana

pegawai telah dibuat menguasai peran pekerjaan mereka atau

menjalankan tugas organisasi mereka (Becker dalam Collquite, Le Pine

& Wesson, 2015).

c. Komitmen Normatif

Keinginan untuk tetap menjadi anggota organisasi karena adanya suatu

perasaan wajib. Komitmen normatif muncul ketika ada perasaan tetap

tinggal adalah hal yang "benar" atau "moral" untuk dilakukan. Seorang

pegawai merasa harus tetap tinggal dengan atasan mereka saat ini

mungkin akibat dari filosofi kerja pribadi atau lebih umum

dikategorikan sebagai rasa benar dan salah yang dikembangkan melalui

(46)

normatif yang tinggi akan merasa bahwa mereka harus tetap berada di

organisasi.

3. Dampak Komitmen Organisasi

Komitmen organisasi berpengaruh positif terhadap keberadaan

karyawan, tingkat absen dan turnover, serta sikap pegawai terhadap

pekerjaannya dan organisasi (Riggio, 2008). Dalam penelitian Fitriastuti

(2013) menunjukkan bahwa komitmen organisasi berpengaruh positif

terhadap performansi kerja. Pegawai yang memiliki komitmen yang tinggi

mampu menunjukkan performansi kerja yang optimal sehingga dapat

memberikan kontribusi pada organisasi. Pegawai tersebut akan terus

menjadi anggota yang memiliki perasaan bahwa dirinya harus berada dalam

organisasi tersebut maka pegawai akan berusaha terus meningkatkan

performansi kerjanya dengan tujuan untuk kemajuan organisasi.

C. Sikap Terhadap Perubahan Organisasi

Pada subbab ini akan dijelaskan mengenai sikap terhadap perubahan organisasi

sebagai berikut:

1. Definisi Sikap Terhadap Perubahan Organisasi

Sikap terhadap perubahan organisasi didefinisikan sebagai

kecenderungan psikologis pegawai yang ditunjukkan oleh penilaian

evaluatif positif atau negatif secara keseluruhan mengenai perubahan (Lines

dalam El-Farra & Badawi, 2012). Elias (dalam Nafei, 2014) menyatakan

(47)

evaluatif positif atau negatif secara keseluruhan dari pegawai mengenai

perubahan yang dilaksanakan oleh organisasi mereka.

2. Dimensi Sikap Terhadap Perubahan Organisasi

Dimensi sikap terhadap perubahan organisasi menurut Dunham,

Grube, Gardner, Cummings & Pierce(dalam Nafei, 2014) terbagi dalam 3

dimensi yaitu:

a. Kognitif, terdiri dari informasi yang dimiliki oleh seseorang mengenai

sesuatu berdasarkan belief yang dihayati. Pandangan mengenai

keuntungan dan kerugian, manfaat, kebutuhan, pengetahuan yang

dibutuhkan untuk mengelola perubahan

b. Afektif, mengenai perasaan seseorang terhadap sesuatu, dimana

melibatkan evaluasi dan emosi yang biasanya ditunjukkan dengan suka

atau tidak suka terhadap objek. Mengacu pada perasaan yang terkait

dengan ketidakpuasan dan kepedulian dalam membuat perubahan.

c. Behavioral tendency, mengenai cara seseorang bertingkahlaku terhadap

objek. Tindakan yang diambil atau yang akan diambil dalam

menghadapi perubahan.

3. Dampak Sikap Terhadap Perubahan Organisasi

Sikap terhadap perubahan organisasi dapat mempengaruhi moral,

produktivitas dan intensi turnover pada pegawai (Iacovini dan Eby dalam

Vakoula dan Nikolaou, 2006). Pegawai yang memiliki sikap yang cukup

positif terhadap perubahan menganggap perubahan akan menguntungkan

(48)

kompetensi dan efektivitas kerja. Jika sikap positif pegawai tecapai, maka

pegawai akan menunjukkan beberapa sikap dan perilaku yang mendukung

pada perubahan dan performansi kerja. Dengan demikian, sikap positif

pegawai terhadap perubahan dan performansi organisasi akan memfasilitasi

organisasi untuk mencapai tujuan dan sasaran (Khatoon & Farooq, 2015).

Disisi lain, sikap negatif terhadap perubahan organisasi dapat

memberikan akibat negatif pada organisasi, terlebih ketika penerapan

perubahan dapat meningkatkan tekanan yang terkait dengan stress,

rendahnya kepuasan kerja dan meningkatkan intensi untuk keluar dari

pekerjaan (Rush, Schoel & Barnard dalam Vakoula dan Nikolaou, 2006).

Senada dengan hal tersebut Reichers, Wanous & Austin (dalam Elias,

2009), mengungkapkan bahwa menerapkan perubahan tanpa

memperhatikan proses dapat mengakibatkan pegawai mengalami stress dan

cynicism dimana memiliki potensi untuk mengurangi komitmen organisasi,

kepuasan kerja, rasa percaya terhadap organisasi dan motivasi.

D. Dinamika Hubungan Antara Komitmen Organisasi dengan Sikap Terhadap Perubahan Organisasi dan Performansi Kerja pada Pegawai Negeri Sipil

Pegawai yang berkomitmen dikarakteristikan dengan loyal, anggota

organisasi yang produktif dimana mengidentifikasi dengan tujuan organisasi

dan nilai-nilai organisasi. Akibatnya berbagai macam perilaku kerja yang

(49)

Mahmudi (2010) performansi kerja dipengaruhi oleh faktor individu salah

satunya adalah komitmen organisasi.

Dalam penelitian Khan, Ziauddin, Jam & Ramay (2010) menunjukkan

bahwa komitmen organisasi memiliki hubungan positif dengan performansi

kerja. Hal tersebut mengindikasikan ketika organisasi ingin meningkatkan

performansi kerja maka pemimpin harus merangsang komitmen pegawai.

Selain itu, pegawai yang memiliki komitmen organisasional tinggi dapat

bertanggungjawab penuh terhadap pekerjaannya dan dapat melakukan fungsi

kerjanya. Pegawai yang memiliki komitmen yang tinggi juga mampu

menunjukkan performansi yang optimal, sehingga mampu memberikan

kontribusi pada organisasi (Fitriastuti, 2013).

Komitmen organisasi menghasilkan performansi kerja pegawai.

Pegawai yang berkomitmen terhadap organisasi semakin baik kinerjanya (Jafri

& Lhamo, 2013). Pegawai yang sangat berkomitmen terhadap organisasi

cenderung berusaha keras untuk organisasi dan bekerja menuju kesuksesannya

oleh karena itu cenderung menampilkan performansi pada tingkat yang relatif

lebih tinggi. Pegawai yang berkomitmen mengidentifikasi tujuan dan misi

organisasi dan berusaha mencapainya (Meyer, Paunonen, Gellatly, Goffin &

Jackson dalam Jafri & Lhamo, 2013).

Adanya perubahan dalam organisasi tentunya menimbulkan sikap

tertentu terhadap perubahan yang terjadi. Sikap terhadap perubahan organisasi

(50)

pegawai mengenai perubahan yang dilaksanakan oleh organisasi mereka. Sikap

terhadap perubahan organisasi memiliki tendensi positif dan negatif.

Sikap pegawai yang positif terhadap perubahan organisasi akan

menganggap perubahan organisasi sebagai hal yang menguntungkan. Jika sikap

positif pegawai tercapai maka pegawai akan menunjukkan beberapa sikap dan

perilaku yang mendukung pada perubahan dan performansi kerja. Hal tersebut

mengakibatkan pegawai akan meningkatkan kompetensi dan efektivitas kerja.

Dengan demikian, sikap positif pegawai terhadap perubahan organisasi dan

perfomansi kerja akan memfasilitasi untuk mencapai tujuan dan sasaran

organisasi (Khatoon & Farooq, 2015).

Dari uraian tersebut menjadi argumen peneliti untuk membangun

hipotesis bahwa ada hubungan antara komitmen organisasi, sikap terhadap

(51)

E. Kerangka Pemikiran

• Pegawai akan bertanggung jawab penuh terhadap pekerjaannya

• Pegawai dapat melakukan fungsi kerjanya

Performansi Kerja Tinggi

(52)

F. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran penelitian mengenai keterkaitan variabel

maka diajukan beberapa hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan positif antara komitmen organisasi dengan

performansi kerja pada pegawai negeri sipil

2. Terdapat hubungan positif antara sikap terhadap perubahan organisasi

(53)

29

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kuantitatif korelasional. Penelitian korelasional adalah penelitian yang

digunakan untuk mencari informasi mengenai taraf hubungan yang terjadi antar

variabel (Azwar, 2012). Tujuan dari penelitian korelasional adalah menyelidiki

sejauh mana variasi pada satu variabel berkaitan dengan satu atau lebih variabel

lain berdasarkan koefisien korelasi (Azwar, 2012). Sedangkan berdasarkan

bentuknya, penelitian yang akan dilakukan termasuk survei, karena data

diperoleh melalui sampel langsung dari populasi (Sarwono, 2006). Hal ini

selaras dengan penelitian ini, dimana peneliti hendak menguji hubungan antara

komitmen organisasi dengan sikap terhadap perubahan organisasi dan

performansi kerja pada pegawai.

B. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini variabel-variabel yang digunakan sebagai berikut :

1. Variabel bebas : Komitmen Organsisasi

Sikap terhadap perubahan organisasi

(54)

C. Definisi Operasional 1. Performansi kerja

Performansi kerja didefinisikan sebagai perilaku pegawai negeri

sipil dalam melakukan pekerjaannya yang relevan dengan tujuan organisasi

dan dapat diukur secara individual. Dalam penelitian ini, performansi kerja

diukur dengan skala yang dibuat sendiri oleh peneliti yang menggunakan

dimensi-dimensi performansi kerja, meliputi dimensi quality, dimensi

quantity, dimensi timeliness, dimensi need for supervision dan dimensi

interpersonal impact. Semakin tinggi skor yang diperoleh pada skala

performansi kerja mencerminkan semakin tinggi performansi pegawai

negeri sipil di instansi X dalam bekerja. Sebaliknya, semakin rendah skor

yang diperoleh pada skala performansi kerja mencerminkan semakin rendah

performansi pegawai negeri sipil di instansi X dalam bekerja.

2. Sikap terhadap Perubahan Organisasi

Sikap terhadap perubahan organisasi meruapakan kecenderungan

psikologis pegawai negeri sipil yang ditunjukkan oleh penilaian evaluatif

positif atau negatif secara keseluruhan mengenai perubahan yang terjadi.

Dalam penelitian ini, skala dibuat sendiri oleh peneliti dengan

menggunakan dimensi kognitif, dimensi afektif dan dimensi behavioral

tendency. Semakin tinggi skor total pada skala sikap terhadap perubahan

organisasi menunjukkan sikap positif pegawai negeri sipil di instansi X.

Sebaliknya, semakin rendah skor total pada skala sikap terhadap perubahan

(55)

3. Komitmen Organsasi

Komitmen organisasi didefinisikan sebagai keterlibatan pegawai

negeri sipil dalam organisasi yang ditandai dengan adanya rasa percaya dan

penerimaan terhadap tujuan organisasi serta keinginan untuk tetap menjadi

anggota organisasi. Dalam penelitian ini menggunakan skala yang dibuat

sendiri oleh peneliti berdasarkan teori Meyer & Allen (1997) dengan

menggunakan tiga komponen yaitu komponen afektif, komponen kontinum

dan komponen normatif. Semakin tinggi skor yang diperoleh pada skala

komitmen organisasi mencerminkan semakin tinggi komitmen pegawai

negeri sipil di instansi X dalam bekerja. Sebaliknya, semakin rendah skor

yang diperoleh pada skala komitmen organisasi mencerminkan semakin

rendah komitmen pegawai negeri sipil di instansi X dalam bekerja.

D. Subjek Penelitian

Subjek yang akan digunakan adalah pegawai negeri sipil. Dalam

menentukan teknik pemilihan subjek penelitian, peneliti menggunakan teknik

purposive sampling. Model tersebut berarti menentukan subjek untuk dijadikan

sampel penelitian berdasarkan kriteria-kriteria tertentu (Siregar, 2013). Adapun

kriteria subjek yang dimaksud adalah pegawai yang berstatus pegawai negeri

sipil dan bekerja minimal 3 tahun. Pegawai yang memenuhi kriteria,

diasumsikan sudah mengalami kondisi sebelum dan sesudah instansi

mengalami perubahan. Selain itu, diharapkan komitmen organisasi sudah

(56)

E. Metode & Alat Pengambilan Data

Dalam penelitian ini metode pengambilan data yang digunakan adalah

metode menyebarkan skala. Skala dalam penelitian ini terdiri dari skala

Peformansi Kerja, skala Komitmen Organisasi dan skala Sikap terhadap

Perubahan Organisasi. Skala Performansi Kerja disusun berdasarkan 5 dimensi

yaitu quality, quantity, timeliness, need for supervison dan interpersonal

impact. Skala Komitmen Organisasi berdasarkan komponen afektif, kontinum

dan normatif. Sedangkan skala Sikap terhadap Perubahan Organisasi disusun

berdasarkan 3 dimensi afektif, kognitif dan behavioral tendency.

Metode penskalaan yang digunakan untuk pengambilan data dalam

penelitian ini adalah likert. Subjek diminta untuk memberikan respon

kesesuaian-ketidaksesuaian terhadap setiap item dalam sebuah kontinum yang

terdiri dari beberapa pilihan respon (Supratiknya, 2014). Dalam penelitian ini,

terdiri dari empat respon pada skala performansi kerja yaitu, Sangat Sesuai

(SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS) dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Penilaian

pengukuran performansi kerja menggunakan self appraisals, dimana pegawai

yang akan menilai sendiri performansi kerjanya. Sedangkan untuk skala

komitmen organisasi dan sikap terhadap perubahan organisasi memiliki empat

respon yaitu, Sangat Setuju (SS), Sesuai (S), Tidak Setuju (TS) dan Sangat

Tidak Setuju (STS) Respon netral atau nilai tengah dihilangkan agar subjek

memilih antara jawaban favorable atau unfavorable sehingga tidak memberi

kesempatan kepada subjek memberikan jawaban netral (Supratiknya, 2014).

(57)

diberi nilai 4 untuk respon “Sangat Sesuai” “Sangat Setuju”, nilai 3 untuk

respon “Sesuai”atau “Setuju”, nilai 2 untuk respon“Tidak Sesuai” atau “Tidak

Setuju” dan nilai 1 untuk respon “Sangat Tidak Sesuai” atau “Sangat Tidak

Setuju”. Pada pernyataan-pernyataan unfavorable akan diberi nilai 1 untuk

respon “Sangat Sesuai” atau “Sangat Setuju”, nilai 2 untuk respon “Sesuai” atau

“Setuju”, nilai 3 untuk respon “Tidak Sesuai” atau “Tidak Setuju” dan nilai 4

untuk respon “Sangat Tidak Sesuai” atau “Sangat Tidak Setuju”.

1. Skala Performansi Kerja

Berikut ini merupakan tabel distribusi Skala Performansi Kerja:

Tabel 3.1

Distribusi item Skala Performansi Kerja sebelum uji coba

Dimensi Item Jumlah

2. Skala Sikap terhadap Perubahan Organisasi

Berikut ini merupakan tabel distribusi Skala Sikap terhadap Perubahan

(58)

Tabel 3.2

Distribusi item Skala Sikap terhadap Perubahan Organisasi sebelum uji coba

Dimensi Item Jumlah Item

Favorable Unfavorable

3. Skala Komitmen Organisasi

Berikut ini merupakan tabel distribusi Skala Sikap terhadap Perubahan

Organisasi :

Tabel 3.3

Distribusi item Skala Komitmen Organisasi sebelum uji coba

Dimensi Item Jumlah Item

Favorable Unfavorable

Afektif 1, 2, 10, 16 7, 13, 19, 23 8

Kontinum 3, 4, 11, 17 8, 14, 20, 22 8

Normatif 9, 15, 18, 24 5, 6, 12, 21 8

Total 24

F. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur

1. Validitas

Validitas adalah sejauh mana alat pengukuran diketahui ketepatan dan

kecermatannya dalam melakukan fungsi ukur. Suatu alat ukur yang dapat

(59)

atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan tujuan dilakukannya

pengukuran. Tes yang menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan

pengukuran dikatakan sebagai tes yang memiliki validitas rendah (Azwar,

2009). Jenis validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas

isi. Validitas isi merupakan validitas yang diperoleh melalui analisis logis

atau empiris terhadap seberapa relevan ranah isi tersebut sesuai dengan

intepretasi skor tes yang dimaksudkan (Supratiknya, 2014). Selain itu,

validitas isi juga diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis

rasional atau lewat profesional judgement (Azwar, 2015). Dalam penelitian

ini ahli yang melakukan koreksi sebelum uji coba dilakukan adalah dosen

pembimbing skripsi.

2. Seleksi item

Seleksi item yang dilakukan dalam proses penyusunan alat ukur untuk

memilih item-item yang akan membentuk sebuah skala yang bersifat

homogen dan memiliki daya diskriminasi yang baik (Supratiknya, 2014).

Prosedur seleksi item didasarkan pada koefisien korelasi item-total (rix).

Sebagai kriteria pemilihan item yang baik berdasarkan korelasi item-total

biasanya menggunakan batasan rix ≥ 0.30. Apabila dalam proses

penseleksian item jumlah item yang lolos tidak mencukupi jumlah yang

diinginkan, maka dapat mempertimbangkan untuk menurunkan batas

kriteria 0,30 menjadi 0,25 sehingga jumlah item yang diinginkan dapat

(60)

Peneliti melakukan try out dua kali. Pada try out pertama, peneliti

melakukan try out pada 35 pegawai di instansi Y. Akan tetapi try out

pertama memperoleh hasil reliabilitas yang kurang memuaskan. Lalu

peneliti memperbaiki pernyataan-pernyataan pada ketiga skala agar mudah

dipahami oleh subjek. Peneliti kembali melakukan try out pada 33 pegawai

di instansi Y. Berikut ini merupakan hasil uji seleksi item yang dilakukan

pada ketiga skala:

a. Skala Performansi Kerja

Uji coba pada skala performansi kerja terdiri dari 6 item

dimensi quantity, quality, timeliness, need for supervision,

interpersonal impact. Total item pada skala performansi kerja adalah 30

item.

Tabel 3.4

Sebaran Item Skala Performansi Kerja

Dimensi Item Jumlah Item

Favorable Unfavorable

Hasil uji korelasi item total (rix) awal dimensi quality berkisar

(61)

gugur karena memiliki daya diskriminasi yang baik yaitu diatas 0.30.

Total item yang lulus uji seleksi item adalah 6 item. Pengguguran

manual dilakukan untuk menyeimbangkan dimensi. Pengguguran

dilakukan dengan menggugurkan item yang memiliki korelasi item total

(rix) yang paling rendah diantara item-item yang lolos uji seleksi. Total

item yang digugurkan secara manual adalah 2 item. Hasil akhir seleksi

item pada dimensi quality berjumlah 4 item.

Pada dimensi quantity mendapatkan hasil uji korelasi item total

(rix) awal berkisar antara 0.245 sampai dengan 0.577. Untuk

mendapatkan item yang memiliki daya diskriminasi yang baik maka

dilakukan seleksi item bagi item yang memiliki korelasi item total (rix)

dibawah 0.30. Hasil seleksi item yang dilakukan pada dimensi quantity

menunjukkan bahwa ada 2 item yang gugur sehingga item-item yang

lolos uji seleksi berjumlah 4 item dengan korelasi item total (rix) akhir

berkisar antara 0.437 sampai dengan 0.689.

Berdasarkan hasil uji korelasi item total (rix) awal pada dimensi

timeliness berkisar antara 0.006 sampai dengan 0.551. Agar

mendapatkan item dengan daya diskriminasi yang baik dilakukan

seleksi item bagi item yang memiliki korelasi item total (rix) dibawah

0.30. Hasil seleksi item yang dilakukan pada dimensi timeliness

menunjukkan bahwa ada 1 item yang gugur. Total item yang lolos uji

seleksi berjumlah 5 item. Untuk menyeimbangkan dimensi maka

(62)

item total (rix) yang paling rendah diantara item-item yang lolos uji

seleksi. Total item yang digugurkan secara manual adalah 1 item. Hasil

akhir seleksi item pada dimensi timeliness adalah 4 item.

Hasil uji korelasi item total (rix) awal dimensi need for

supervision berkisar antara 0.185 sampai dengan 0.583. Untuk

mendapatkan item yang memiliki daya diskriminasi yang baik maka

dilakukan seleksi item bagi item yang memiliki korelasi item total (rix)

dibawah 0.30. Hasil seleksi item yang dilakukan pada dimensi need for

supervision menunjukkan bahwa ada 2 item yang gugur. Total item yang

lolos uji seleksi item adalah 4 item. Item-item tersebut memiliki korelasi

item total (rix) akhir berkisar 0.539 sampai dengan 0.611.

Berdasarkan hasil uji korelasi item total (rix) awal pada dimensi

interpersonal impact berkisar antara 0.232 sampai dengan 0.539. Agar

mendapatkan item dengan daya diskriminasi yang baik dilakukan

seleksi item bagi item yang memiliki korelasi item total (rix) dibawah

0.30. Hasil seleksi item yang dilakukan pada dimensi interpersonal

impact menunjukkan bahwa ada 2 item yang gugur sehingga total item

yang lolos uji seleksi berjumlah 4 item dengan korelasi item total (rix)

akhir berkisar antara 0.463 sampai dengan 0.655.

Berikut ini tabel hasil seleksi item pada Skala Performansi

(63)

Tabel 3.5

Hasil Seleksi Item Skala Performansi Kerja

Dimensi Item Jumlah Item

Favorable Unfavorable

b. Skala Sikap terhadap Perubahan Organisasi

Uji coba pada skala sikap terhadap perubahan organisasi terdiri

dari 8 item dimensi afektif, kognitif dan behavioral tendency. Total item

pada skala sikap terhadap perubahan organisasi adalah 24 item. Peneliti

kembali melakukan try out pada 33 pegawai di instansi Y.

Tabel 3.6

Sebaran item Skala Sikap terhadap Perubahan Organisasi

Dimensi Item Jumlah Item

Favorable Unfavorable

Pada dimensi afektif mendapatkan hasil uji korelasi item total

Gambar

Tabel 4.8 Hasil Analisis Korelasi Sikap Terhadap Perubahan Organisasi dengan
Gambar 2.1 Kerangka Pemikirian .........................................................................
Tabel 3.1 Distribusi item Skala Performansi Kerja sebelum uji coba
Tabel 3.2 Distribusi item Skala Sikap terhadap Perubahan Organisasi sebelum uji
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan positif yang sangat signifikan antara kepuasan kerja dengan komitmen organisasi, tingkat kepuassan kerja subyek penelitian

Adapun hipotesis yang diajukan ada hubungan positif antara iklim organisasi dengan moral kerja karyawan. Subjek penelitian karyawan

Hubungan antara Komitmen Terhadap Organisasi dan Faktor- Faktor Demografis dengan Kepuasan Kerja Karyawan dalam Pengembangan Kualitas SDM dari Perspektif PIO.. Jurnal

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Pengaruh Etika Kerja Islam terhadap Sikap Akuntan Publik pada Perubahan Organisasi, (2) Pengaruh Komitmen

Faktor yang mempengaruhi dari disiplin kerja salah satunya yaitu dengan tingginya tingkat komitmen organisasi para pegawai, karena komitmen organisasi merupakan kepemihakan

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara sikap terhadap kesehatan dan keselamatan kerja dengan komitmen organisasi

Peneliti menduga keterlibatan kerja berpengaruh secara signi- fikan terhadap hubungan antara etika kerja Islam dengan sikap terhadap perubahan organisasi disebabkan

4.3.7 Pengaruh etika kerja Islam terhadap sikap perubahan organisasi melalui komitmen profesi internal auditor dan komitmen organisasi Pengujian terhadap hipotesis ketujuh