• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan komitmen organisasi dengan disiplin kerja pegawai negeri sipil Jakarta Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan komitmen organisasi dengan disiplin kerja pegawai negeri sipil Jakarta Barat"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN KOMITMEN ORGANISASI DENGAN

DISIPLIN KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL

JAKARTA BARAT

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

DI SUSUN OLEH: HARYANTO 105070002282

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

KERJA

SKRIPSI

Disusun dan diajukan kepada Fakultas Psikologi

untuk memenuhi salah satu syarat mencapai

Sarjana Psikologi pada

Fakultas Psikologi

UIN Jakarta

Oleh:

HARYANTO

105070002282

Pembimbing I Pembimbing II

Abdul Rahman Shaleh, M. Si Desi Yustari, M. Psi NIP. 150 293 224 NIP. 198212142008012006

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)

Skripsi yang berjudul ”HUBUNGAN KOMITMEN ORGANISASI DENGAN DISIPLIN KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL JAKARTA BARAT” telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada

tanggal 6 September 2010 Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Psikologi pada Fakultas Psikologi.

Jakarta, 6 September 2010

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Jahja Umar, Ph,D Dra. Fadhilah Suralaga, M. Si NIP. 130 885 552 NIP. 195612231983032001

Anggota

Penguji I Penguji II

Drs.Sofiandy Zakaria, M.Psi. Abdul Rahman Shaleh, M. Si NIP. 150 293 224

Pembimbing I Pembimbing II

(4)

JAKARTA BARAT

Hasil Penelitian

Diajukan oleh:

Nama : Haryanto

Nim : 105070002282 Fakultas : Psikologi

Telah disetujui oleh Dosen Pembimbing Pada Tanggal 6 September

Dosen Pembimbing,

(5)

1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya asli yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu di Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya asli atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 6 September 2010

Haryanto

(6)

Hai orang-orang yang beriman,

ta’atilah Allah dan ta’atilah Rosul(Nya), dan ulil

amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan

pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia

kepada Allah (Al Quran) dan Rosul (sunahnya), jika

kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari

kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu)

dan lebih baik akibatnya

(7)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan setulus hati untuk:

Ibu dan ayahku,

Bangsa dan agamaku,

Saudara–saudaraku,

Hasil karya ini teruntuk:

• Kedua orang tuaku yang selalu mendo’akan, memberikan dukungan baik

moril maupun materil.

• Abangku tersayang.

• Guru-guruku di Darussalam dan Darussa’adah.

• Keluarga besar di Kembangan Jakarta.

• Teruntuk para sahabatku yang selalu membantu dan memberikan dukungan

(8)

(A) Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (B) September 2010

(C) Haryanto

(D) Hubungan Komitmen Organisasi Dengan Disiplin Kerja Pegawai Negeri Sipil Jakarta Barat

(E) 80 Halaman + 31 tabel + xiii Lampiran

(F) Disiplin kerja baik dalam organisasi pemerintahan ataupun instansi lain merupakan faktor kunci dalam menentukan langkah dalam mencapai tujuan organisasi itu sendiri. Faktor penentu dalam disiplin kerja sendiri ditentukan oleh para pegawai itu sendiri. Faktor yang mempengaruhi dari disiplin kerja salah satunya yaitu dengan tingginya tingkat komitmen organisasi para pegawai, karena komitmen organisasi merupakan kepemihakan karyawan pada suatu organisasi tertentu dan tujuan-tujuannya, serta berniat memelihara keanggotaan dalam organisasi itu.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara komitmen organisasi dan disiplin kerja Pegawai Negeri Sipil Kantor Kecamatan Kembangan Jakarta Barat.

komitmen organisasi merupakan kepemihakan karyawan pada suatu organisasi tertentu dan tujuan-tujuannya, serta berniat memelihara keanggotaan dalam organisasi itu.

Disiplin kerja adalah sikap kesediaan dan kerelaan seseorang untuk mematuhi dan menaati segala norma peraturan yang berlaku diorganisasi.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan metode korelasi untuk mengetahui apakah ada hubungan antara komitmen organisasi dengan disiplin kerja Pegawai Negeri Sipil Kantor Kecamatan Kembangan Jakarta Barat.

(9)

Untuk menguji hipotesa, peneliti menggunakan teknik statistik Product Moment Pearson. Data statistik menunjukan r hitung sebesar 0.553 dan r tabel dengan taraf signifikansi N = 61 sebesar 0.254 (r hitung > r tabel) yang berarti bahwa Ho ditolak. Ditolaknya Ho ini berarti bahwa terdapat hubungan antara komitmen organisasi dengan disiplin kerja Pegawai Negeri Sipil Kantor Kecamatan Kembangan. Arah kedua variabel ini positif, dengan kata lain semakin tinggi komitmen organisasinya semakin tinggi disiplin kerjanya, demikian sebaliknya.

Hasil dari diskusi ini adalah komitmen organisasi berhubungan dengan disiplin kerja seorang Pegawai Negeri Sipil ini berarti langkah selanjutnya dalam proses

(10)

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahirrabbil’alamin, segala puji syukur terpanjatkan kepada Allah SWT.

Yang telah melimpahkan rahmat karunia-Nya hingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “HUBUNGAN KOMITMEN

ORGANISASI DENGAN DISIPLIN KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL JAKARTA BARAT” dengan baik.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperolah gelar Sarjana

Psikologi pada Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta. Dalam penulisan skripsi penulis sudah semaksimal mungkin untuk

memberikan hasil yang terbaik. Dan tidak mungkin terwujud tanpa adanya

dorongan, bimbingan, bantuan baik moril maupun materil dan do’a dari berbagai

pihak. Karena itu penulis pada kesempatan ini mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Jahja Umar, Ph, D. Selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Abdul Rahman Saleh, M. Si. Selaku Dosen Pembimbing satu skripsi,

terimakasih banyak atas bimbingan dan waktunya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Dan dari bapak penulis banyak belajar tentang arti

kesabaran, makna kehidupan, dan keseriusan dalam penelitian sangatlah

(11)

4. Segenap Dosen Pengajar Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan ilmu dan pelajaran

berharga dengan metode-metode pengajaran yang berbeda-beda.

5. Seluruh Staf Karyawan Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

6. Seluruh Pegawai Negeri Sipil kantor Kecamatan Kembangan Jakarta Barat

yang menjadi sampel penelitian ini yang telah menerima saya dengan baik

dan meluangkan waktunya untuk memberikan data dan informasi guna

penyelesaian penyusunan Skripsi ini.

7. Kedua Orang Tuaku atas didikan, asuhan dan do’a yang tiada hentinya

selama ini, serta kasih sayang yang teramat besar yang di berikan kepada

penulis. Ananda persembahkan kesarjanaan ini untuk ayah dan ibunda

tercinta.

8. Keluarga di Kembangan, Cing Nisan yang telah menerima saya, mendidik dan

mendo’akan dan memberikan kasih sayang.

9. Saudara-saudaraku ka Nurlailah, Ka Ayadih, Ka Yayah, Ka Juhaini dan adik

Hermansyah yang begitu banyak memberikan motivasi.

10.Untuk sepupuku Abdul Hakim yang mau membantu, terimakasih atas

(12)

12.Mentor-mentorku yang tidak bosan-bosannya memacu semangat juangku ka

Ismu dan ka Al Falaq terimakasih atas waktu dan dorongan- dorongan

semagat juang sukses untuk kalian semua.

13.Teman-teman LDK Psikologi Didit, Filah, Arif, Hari, Agus dan Deas tetap

semangat dalam hidup ini salam da’wah.

14.Untuk para murid-muridku anggota majelis ta’lim Al Ikhlas terimakasih telah

mengisi perjalanan panjang ini dengan do’a dan lantunan ayat-ayat Al Qur’an

semoga cita-cita kalian terkabul.

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,

baik dalam penyusunan maupun dalam penyajiannya. Oleh karena itu, penulis

mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun sehingga akan dapat

menjadi bahan pertimbangan dan masukan untuk penyusunan tugas-tugas

selanjutnya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Wabilahi taufiq walhidayah

Wasalamu’alaikum wr.wb

Jakarta, 6 September 2010

Penulis

(13)

DAFTAR ISI

Halaman Judul

Halaman Pengesahan

Halaman Berita Acara Ujian

Lembar Pernyataan

Halaman Motto

Halaman Persembahan

Abstrak………...i

Kata Pengantar………...iv

Daftar Isi………...viii

Daftar Tabel………...xi

BAB I : PENDAHULUAN...1 - 11 1.1. Latar Belakang Masalah...1

1.2. Idetifikasi dan Pembatasan Masalah...8

1.2.1 Identifikasi Masalah...8

1.2.2 Pembatasan Masalah...8

(14)

1.3.2 Manfaat Penelitian...9

1.4. Sistematika Penulisan...10

BAB II : KAJIAN PUSTAKA...12 - 36 2.1. Disiplin Kerja...12

2.1.1 Pengertian Disiplin Kerja...12

2.1.2 Prinsip-prinsip Disiplin Kerja...15

2.1.3 Bentuk-bentuk Disiplin Kerja...16

2.1.4 Pentingnya Disiplin Kerja...18

2.1.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Disiplin Kerja...20

2.1.6 Pelaksanaan Disiplin Kerja...25

2.2. Komitmen Organisasi ...26

2.2.1 Pengertian Komitmen Organisasi...26

2.2.2 Dimensi-dimensi Komitmen Organisasi...27

2.2.2.1 Dimensi Menurut Allen Mayer...27

2.2.2.2 Dimensi Menurut Mowday, Poters, dan Steers...30

2.3. Tingkatan Komitmen Organisasi...31

2.4. Kerangka Berfikir...34

2.5. Hipotesis...36

(15)

3.1.2. Variabel Penelitian...37

3.1.3. Definisi konseptual...38

3.1.4. Definisi Operasional...38

3.2. Pengambilan Sampel...40

3.2.1. Populasi dan Sampel………...40

3.2.2. Teknik Pengambilan Sampel………..41

3.3. Pengumpulan Data...42

3.3.1. Metode dan Instrumen Penelitian……….42

3.3.2. Teknik Uji Instrumen Penelitian………46

3.3.3. Hasil Uji Instrumen……….47

3.3.4. Teknik Analisis Data………...49

3.3.5. Prosedur Penelitian ………...49

BAB IV: PERSENTASI DAN ANALISIS DATA...51 - 73 4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian...51

4.1.1. Gambaran Disiplin Kerja………58

4.1.2. Gambaran komitmen Organisasi………...60

4.2. Analisis Data………..62

4.2.1. Uji Korelasi………62

4.3. Hasil Tambahan...64

(16)

BAB V : DISKUSI, KESIMPULAN dan SARAN...74 - 80

5.1 Diskusi……...74

5.2 Kesimpulan...75

5.3. Saran...79

DAFTAR PUSTAKA

(17)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Nilai Skor Jawaban...47

Tabel 3.2 Blue Print Field Test Skala Komitmen Organisasi...47

Tabel 3.3 Blue Print Field Test Skala Disiplin Kerja ...49

Tabel 3.4 Kaidah Kasifikasi Uji Reliabilitas ...50

Tabel 3.5 Koefisien Reliabilitas Instrumen Penelitian...52

Tabel 4.1 Kategori sampel berdasarkan jabatan………55

Tabel 4.2 Kategori sampel berdasarkan usia……….56

Tabel 4.3 Kategori sampel berdasarkan jenis kelamin………..57

Tabel 4.4 Kategori sampel berdasarkan pendidikan terakhir……….58

Tabel 4.5 Kategori sampel berdasarkan suku bangsa………59

Tabel 4.6 Kategori sampel berdasarkan agama……….60

Tabel 4.7 Kategori sampel berdasarkan status pernikahan………60

Tabel 4.8 Kategori sampel berdasarkan pendapatan per bulan ……….61

Tabel 4.9 Nilai minimum, maksimum, sum, mean, standar deviasi disiplin kerja…………62

Tabel 4.10 Norma Kategorisasi………...63

Tabel 4.11 Kategorisasi Disiplin Kerja………63

Tabel 4.12 Nilai minimum, maksimum, sum, mean, standar deviasi komitmen organisasi………...64

Tabel 4.13 Norma Kategorisasi………...65

Tabel 4.14 Kategorisasi komitmen organisasi……….65

Tabel 4.15 Uji Korelasi Komitmen Organisasi dengan Disiplin Kerja………...66

Tabel 4.16 Kategori disiplin kerja berdasarkan jabatan………...68

(18)

Tabel 4.20 Kategori disiplin kerja berdasarkan suku bangsa………...70

Tabel 4.21 Kategori disiplin kerja berdasarkan agama………71

Tabel 4.22 Kategori disiplin kerja berdasarkan status pernikahan………..71

Tabel 4.23 Kategori disiplin kerja berdasarkan pendapatan per bulan………72

Tabel 4.24 Kategori komitmen organisasi berdasarkan jabatan………..73

Tabel 4.25 Kategori komitmen organisasi berdasarkan usia………...73

Tabel 4.26 Kategori komitmen organisasi berdasarkan jenis kelamin………74

Tabel 4.27 Kategori komitmen organisasi berdasarkan pendidikan terakhir………...75

Tabel 4.28 Kategori komitmen organisasi berdasarkan suku bangsa………..75

Tabel 4.29 Kategori komitmen organisasi berdasarkan agama………...76

Tabel 4.30 Kategori komitmen organisasi berdasarkan status pernikahan………..76

(19)
(20)

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam pelaksanaan pembangunan nasional dibutuhkan penyelenggara negara yang

memiliki sikap dan perilaku yang baik dan benar. Kemajuan suatu bangsa akan tercapai

dengan disiplin kerja yang baik penyelenggara negara beserta seluruh rakyat indonesia

dalam mematuhi, melaksanakan hukum dan norma kehidupan berbangsa dan bernegara.

Senada dengan itu Poerwopoespito dan Utomo (2004), menyatakan bahwa bangsa

Indonesia masih sangat lemah dalam hal kedisiplinan, baik dalam segala sektor

kehidupan seperti dalam lingkungan rumah tangga, dalam lingkungan masyarakat,

dalam lingkungan kenegaraan, dalam lingkungan perusahaan, dalam lingkungan olah

raga, dalam lingkungan pendidikan, dan dalam lingkungan pemerintahan. Dalam rangka

mengatasi permasalahan tersebut maka diperlukan adanya pegawai Negeri Sipil sebagai

Aparatur Negara, Abdi Negara, dan Abdi Masyarakat yang penuh kesetiaan dan ketaatan

kepada Pancasila, Undang-undang Dasar 1945, Negara, pemerintah serta bersatu padu,

bermental baik, berwibawa, berdaya guna, berhasil guna, bersih, bermutu tinggi, dan

sadar akan tanggung jawabnya untuk menyelenggarakan tugas pemerintahan dan

pembangunan.

(21)

Menurut Gufron (2009), disiplin PNS pada Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 1980,

dinilai masih perlu penyempurnaan karena ada dasar pertimbangan sebagai berikut:

1. Ada kecenderungan kinerja pegawai menurun dan disiplin yang rendah;

2. Sanksi disiplin yang diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 1980

dianggap terlalu ringan, sehingga tidak ada efek jera;

3. Adanya duplikasi ketentuan, sebagaimana tercantum dalam pasal 2 dan pasal 3

Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 1980;

4. Selama ini terdapat Pimpinan yang membiarkan bawahannya yang melanggar,

tidak dikenakan hukuman disiplin, untuk yang akan datang dikenakan sanksi;

5. Dirasakan walaupun masa berlakunya sudah lama, namun pelanggaran secara

signifikan tidak berkurang, pelaksanaan tugas kurang lancar, kurang profesional

dan kurang amanah;

6. Ada kecenderungan atasan menutup-nutupi pelanggaran yang dilakukan

bawahan sebab akan dianggap Pimpinan tidak bisa membina bawahan;

7. Adanya pelanggaran yang berulang, ini sebagai akibat dari hukuman dianggap

ringan sehingga tidak mempunyai efek jera, dengan mudahnya akan mengulangi

perbuatannya;

8. Banyak pegawai kurang memahami dalam mengaplikasikan Peraturan

Pemerintah No. 30 Tahun 1980.

Dari paparan dasar penyempurnaan Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 1980 di atas

dapat diasumsikan bahwa disiplin kerja Pegawai Negeri Sipil saat ini masih belum

(22)

Sedangkan Fhatoni (2006), menegaskan faktor tujuan dan kemampuan, keteladanan

pimpinan, balas jasa, keadilan, waskat (pengawasan melekat), sanksi hukuman,

ketegasan dan hubungan kemanusiaan merupakan hal yang sangat penting pula dalam

mempengaruhi kedisiplinan seseorang. Namun, faktor waskat (pengawasan melekat)

merupakan faktor yang paling efektif dalam mewujudkan kedisiplinan karyawan suatu

organisasi. Karena dengan waskat ini atasan harus aktif dan langsung mengawasi

perilaku, moral, sikap, gairah kerja, dan prestasi kerja bawahannya.

Dalam memelihara disiplin, Theo Haimann (dalam Nawawi, 2005) menyatakan bahwa

disiplin dikatakan baik apabila karyawan atau anggota organisasi secara umum

mengikuti aturan-aturan organisasi, dan dikatakan buruk apabila tidak mengikuti atau

melanggar aturan-aturan tersebut. Akan tetapi kenyataannya masih banyak pegawai

sektor-sektor pemerintahan yang seenaknya membuat range waktu sendiri, tidak

mengikuti waktu yang ada. Sehingga ada sebutan self timer atau brigade 902 (datang

pukul 09.00, pulang pukul 14.00). (Poerwopoespito dan Utomo, 2004).

Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa disiplin sangat penting dalam perkembangan

karakteristik kepribadian seperti tanggung jawab, percaya diri, ketekunan, dan kontrol

diri. Disiplin dalam pengembangan karakteristik kepribadian tersebut sangat penting

bagi para karyawan atau anggota organisasi dalam mempertahankan dan

mengembangkan perilaku yang tepat dalam bekerja. Keefektifan suatu organisasi hanya

dapat diwujudkan dengan diwujudkannya disiplin kerja yang tinggi. Disiplin kerja

(23)

untuk mengefektifkan organisasi. Tanpa disiplin kerja akan sangat sulit mewujudkan

efektivitas dan efesiensi kerja sehingga akan sulit pula dalam mencapai tujuan

organisasi secara maksimal (Nawawi, 2005).

Disiplin yang baik mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab seseorang terhadap

tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Tanpa disiplin pegawai yang baik, sulit bagi

suatu instansi untuk mencapai hasil yang optimal. Seorang atasan dikatakan efektif

dalam kepemimpinannya bila para pegawai berdisiplin dengan baik.Untuk memelihara

dan meningkatkan kedisiplinan adalah hal yang sulit karena banyak faktor yang

mempengaruhinya(Khairul, 1999).

Berdasarkan data yang dihimpun Suara Pembaruan (2009), sekitar 215 orang dari 2.915

PNS Pemkot Jakarta Barat tidak masuk kerja pada Kamis (24/9/2009). Pemeriksaan

mendadak dipimpin Wali Kota Jakarta Barat Djoko Ramadhan di kantor Wali Kota

Jakarta Barat, Jl Raya Kembangan Nomor 2. Dalam sidak itu ditemukan 215 orang tidak

masuk kerja, sekitar 44 orang atau 1,40 % dilaporkan sakit, izin 38 orang (1,30%), cuti

93 orang (3,19 %), pendidikan 3 orang atau 0,10 %, dan terlambat 37 orang (1,27%).

"Bagi mereka yang tidak masuk hari ini akan diberikan sanksi sesuai ketentuan yang

berlaku yakni PP 30 Tahun 1980," tegas Djoko di hadapan sejumlah PNS yang masuk.

(24)

Berdasarkan paparan di atas membuktikan bahwa masih rendahnya disiplin kerja

pegawai negeri saat ini dan hal ini harus benar-benar dipahami dengan kesadaran yang

tinggi tentang arti dari komitmen organisasi sendiri.

Hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah unsur komitmen terhadap organisasi yang

merupakan topik menarik bagi sejumlah ilmuan dan praktisi. Dasar ketertarikan para

ilmuan menelaah tentang komitmen terhadap organisasi adalah karena diduga

berdampak langsung dan positif terhadap organisasi, seperti masalah absensi dan

perpindahan kerja, juga terkait dengan loyalitas, motivasi dan keterlibatan kerja, dan

menumbuhkan kemauan bekerja keras, kreatif dan inovatif, serta menumbuhkan perilaku

prososial. Dengan kata lain, kajian tentang komitmen terhadap organisasi berguna untuk

memahami dedikasi bawahan terhadap organisasi kerjanya (Purwanto, 2000). Ini artinya

bahwa seorang pegawai yang mempunyai komitmen terhadap organisasi, memaknai

kerja dengan hal yang luhur mengindikasikan bahwasanya mereka dekat dengan

kedisiplinan kerja yang akan dicapai dan dekat dengan perasaan puas terhadap pekerjaan

yang dicapainya.

Komitmen organisasi mempunyai tiga komponen seperti keyakinan yang kuat dari

seseorang dan penerimaan tujuan organisasi, kemauan seseorang untuk berusaha keras

untuk bergantung pada organisasi, dan keinginan seseorang yang terbatas untuk

mempertahankan keanggotaan. Semakin kuat komitmen, semakin kuat kecenderungan

(25)

Menurut Yoash Wiener (dalam Soetjipto, 1999) dengan adanya komitmen, SDM akan

rela berkorban demi kemajuan perusahaan, bersedia memberi perhatian besar pada

perkembangan perusahaan, dan punya tekad kuat menjaga eksistensi perusahaan.

Menurut wiener itu tercipta karena adanya kepercayaan (belief) yang bersangkutan,

bahwa komitmen merupakan kewajiban moralnya terhadap perusahaan tempat ia

bekerja. Kepercayaan ini membuat komitmen menjadi fleksibel, dapat berpindah-pindah

mengikuti kepindahan individu dari satu perusahaan keperusahaan lain, serta karyawan

mempunyai kewajiban untuk loyal kepada perusahaan, karena dengan kesetiaan yang

dimiliki oleh karyawan akan sangat berdampak kepada kinerja perusahaan (Koesmono,

2007).

Sedangkan Wibowo (2006), menegaskan bahwa suatu komitmen untuk mencapai tujuan

ambisius sangat beresiko jika landasan daya saing bergeser lebih cepat daripada

kemampuan organisasi mencapai target. Komitmen semacam ini dapat mengunci

perusahaan dalam arah visi dengan kebulatan tekad untuk mencapai sasaran yang jelas,

walaupun lingkungan tidak pasti. Sebaliknya, komitmen untuk memperluas hubungan

dapat mendorong pembaruan perusahaan secara berkelanjutan, tetapi strategi ini dapat

mengandung resiko sendiri. Membangun komitmen untuk perubahan tidak mudah, dan

prosesnya sulit karena banyak orang belum mempersiapkan diri. Akan tetapi,

pendekatan untuk mengembangkan komitmen yang kuat merupakan proses yang dapat

dipahami dan dapat dikelola (Wibowo, 2006). Hal itulah yang memungkinkan

(26)

ini harus benar-benar dipahami dengan kesadaran yang tinggi tentang arti dari komitmen

organisasi dan kedisiplinan kerja sendiri.

Penelitian tentang komitmen organisasi ini dilakukan di kantor Kecamatan X Jakarta

Barat yang merupakan salah satu instansi pemerintahan yang bergerak dalam sektor

pelayanan masyarakat. Peneliti ingin melihat seberapa jauh komitmen organisasi

pegawai pemerintah berhubungan dengan disiplin kerja pegawai yang bekerja di kantor

itu. Hal tersebut, ternyata sesuai dengan survey pendahuluan yang dilakukan peneliti

dengan mendatangi kantor tersebut sebelumnya yang ternyata masih terdapat pegawai

yang mungkin dapat dikatakan mangkir. Meskipun belum dapat diketahui banyaknya

namun sudah terlihat ada pegawai yang duduk-duduk di samping kantor sambil merokok

sedangkan itu pada jam kerja. Kemudian, peneliti menemukan banyak pegawai yang

asyik ngobrol bersama dalam ruangan pada jam kerja dan masih banyak pegawai yang

meninggalkan kantor sebelum jam pulang kantor. Hal itu semua mungkin mencerminkan

ketidak disiplinan yang mungkin akan memiliki hubungan dengan komitmen organisasi.

Atas latar belakang dan fenomena itu maka peneliti tertarik mengambil judul:

(27)

1.2 Identifikasi dan Pembatasan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah

Identifikasi masalahnya adalah:

1. Apakah ada hubungan antara komitmen organisasi dengan disiplin kerja Pegawai

Negeri Sipil kantor Kecamatan X Jakarta Barat?

2. Apakah tingkat disiplin kerja Pegawai Negeri Sipil kantor Kecamatan X Jakarta

Barat adalah dampak dari komitmen organisasi?

3. Apakah faktor-faktor yang menentukan disiplin kerja pegawai Negeri Sipil kantor

Kecamatan X Jakarta Barat?

4. Faktor apa saja yang membentuk komitmen pegawai terhadap organisasi?

1.2.2 Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka pembatasan masalah yang terkait dengan

komitmen organisasi dan disiplin kerja Pegawai Negeri Sipil yang didefinisikan sebagai

berikut:

1. Komitmen yang penulis maksud disini adalah proses pada pegawai dalam

mengidentifikasikan dirinya dengan norma, nilai-nilai, dan aturan perusahaan.

2. Disiplin kerja yang dimaksud yaitu suatu sikap menghormati, menghargai, patuh dan

taat terhadap peraturan-peraturan yang berlaku, baik yang tertulis maupun yang tidak

tertulis, serta sangup menjalankan dan tidak mengelak untuk menerima sanksi

(28)

1.2.3 Rumusan Masalah

Dengan mengetahui batasan masalah tersebut diatas, maka penulis menetapkan masalah

yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan yang signifikan

antara komitmen organisasi dan disiplin kerja pegawai negeri sipil kantor Kecamatan X

Jakarta Barat?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang signifikan

antara komitmen organisasi dan disiplin kerja Pegawai Negeri Sipil kantor Kecamatan X

Jakarta Barat

1.3.2 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini secara teoritis yaitu:

1. Mengarah pada pengembangan teori tentang komitmen organisasi dan disiplin kerja

yang lebih aplikatif.

2. Ikut berpartisifasi memberikan sumbangsih pemikiran tentang pentingnya

pengembangan komitmen organisasi instansi dalam pembentukan disiplin kerja yang

tinggi.

Manfaat penelitian secara praktis yaitu:

(29)

masalah-masalah yang berhubungan dengan disiplin kerja.

2. Dapat mengoptimalkan kinerja pelayanan Istansi dalam menjalankan fungsinya.

3. Dapat memberikan dorongan bagi para pegawai tentang pentingnya disiplin kerja,

agar dapat mempertahankan dan menjaga kepercayaan masyarakat terhadap Instansi

yang ada.

1.4 Sistematika Penulisan

Untuk lebih memudahkan dalam Skripsi ini, maka penulis menyusun menjadi 5 (lima)

bab. Setiap bab saling berkaitan satu sama lain, dari bab pendahuluan sampai bab

kesimpulan dan saran.

BAB I: PENDAHULUAN

Merupakan bab pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, identifikasi dan

pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian dan akhir bab

ini adalah sistematika penulisan.

BAB II: KAJIAN PUSTAKA

Merupakan bab kajian pustaka yang meliputi disiplin kerja dan komitmen organisasi.

Bagian disiplin kerja berkenaan dengan: pengertian disiplin kerja, bagian disiplin kerja,

pentingnya disiplin kerja, faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin kerja, pelaksanaan

disiplin kerja. Bagian komitmen organisasi berkenaan dengan: pengertian komitmen

organisasi, dimensi-dimensi komitmen organisasi, tingkatan komitmen organisasi.

Bagian lain bab ini yaitu kerangka berfikir dan diakhiri dengan hipotesis.

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN

(30)

penelitian, definisi konseptual, definifi operasional, menentukan populasi dan sampel,

teknik pengambilan sampel, pengumpulan data, metode dan instrumen penelitian,

analisa data, teknik pengolahan data dan prosedur penelitian .

BAB IV: PEMBAHASAN

Membahas tentang penyajian dan hasil penelitian meliputi validitas instrumen,

pengumpulan dan penyajian data, analisis data dan hasil penelitian.

BAB V: KESIMPULAN dan SARAN

Adalah bagian akhir dari skripsi yang memuat kesimpulan, diskusi dan saran-saran,

(31)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Disiplin Kerja

2.1.1 Pengertian Disiplin Kerja

Menurut Martoyo (2000), kata disiplin itu sendiri berasal dari bahasa Latin ”discipline”

yang berarti: “latihan atau pendidikan kesopanan dan kerohanian serta pengembangan

tabiat”. Berdasarkan definisi tersebut, arah dan tujuan disiplin pada dasarnya adalah

”keharmonisan” dan ”kewajaran” kehidupan kelompok atau organisasi, baik organisasi

formal maupun non formal.

Sedangkan menurut Rosidah (2003), disiplin (discipline) adalah prosedur yang

mengoreksi atau menghukum bawahan karena melanggar peraturan atau prosedur.

Disiplin merupakan bentuk pengendalian diri pegawai dan pelaksanaan yang teratur dan

menunjukan tingkat kesungguhan tim kerja di dalam sebuah organisasi.

Sementara menurut (Khairul, 1999), kedisiplinan adalah sikap seseorang yang secara

sukarela menaati semua peraturan dan norma-norma sosial yang berlaku dan sadar akan

tugas dan tanggungjawabnya sehingga pegawai tersebut dapat mematuhi atau

mengerjakan semua tugasnya dengan baik bukan atas paksaan tetapi adanya motivasi

tertentu pada pegawai tersebut. Pendapat tersebut didukung oleh Hasibuan (2000) yang

mengatakan kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua

(32)

Sama halnya menurut Sutrisno (2009), menyatakan bahwa disiplin adalah sikap

kesediaan dan kerelaan seseorang untuk mematuhi dan menaati segala norma peraturan

yang berlaku diorganisasi. Senada dengan itu Hendro (1996), menyatakan bahwa

disiplin adalah ketaatan terhadap peraturan dan norma kehidupan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara yang berlaku, yang dilaksanakan secara sadar dan ikhlas lahir

dan batin, sehingga timbul rasa malu terkena sanksi dan rasa takut terhadap Tuhan Yang

Maha Esa. Pendapat yang lain tentang disiplin kerja yaitu oleh Nawawi (2005), bahwa

disiplin kerja merupakan kondisi organisasi atau iklim kerja yang sangat penting dalam

kepemimpinan untuk mengefektifkan organisasi.

Sedangkan menurut pendapat ahli lainnya Fhatoni (2006), menyatakan bahwa

kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan

perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. Kesadaran adalah sikap seseorang

yang secara suka rela menaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung

jawabnya. Kesediaan adalah suatu sikap, tingkah laku dan perbuatan seseorang yang

sesuai dengan peraturan perusahaan baik yang tertulis maupun tidak.

Singodimedjo (dalam Sutrisno, 2009) mengatakan, disiplin adalah sikap kesediaan dan

kerelaan seseorang untuk mematuhi dan mentaati norma-norma peraturan yang berlaku

disekitarnya. Disiplin karyawan yang baik akan mempercepat tujuan perusahaan,

sedangkan disiplin yang merosot akan menjadi penghalang dan memperhambat

(33)

Disiplin menunjukan suatu kondisi atau sikap hormat yang ada pada diri karyawan

terhadap peraturan dan ketepatan perusahan. Dengan demikian, bila peraturan atau

ketetapan yang ada dalam perusahaan itu diabaikan atau sering di langgar, maka

karyawan mempunyai disiplin kerja yang buruk. Sebaliknya, bila karyawan tunduk pada

ketetapan perusahaan, menggambarkan adanya kondisi disiplin yang baik. Dalam arti

yang lebih sempit dan lebih banyak dipakai, disiplin berarti tindakan yang diambil

dengan penyeliaan untuk mengoreksi perilaku dan sikap yang salah pada sementara

karyawan (Siagian dalam Sutrisno, 2009).

Disiplin berarti mematuhi aturan, baik tertulis maupun yang tak tertulis (Poerwopuspito

dan Utomo, 2000). Latainer dalam Sutrisno (2009), mengartikan disiplin sebagai suatu

kekuatan yang berkembang di dalam tubuh karyawan dan menyebabkan karyawan dapat

menyesuaikan diri dengan sukarela pada keputusan, peraturan dan nilai-nilai tinggi dari

pekerjaan dan perilaku. Dalam arti sempit, biasanya dihubungkan dengan hukuman.

Padahal sebenarnya menghukum seorang karyawan hanya merupakan sebagian dari

persoalan disiplin. Hal demikian jarang terjadi dan hanya dilakukan bilamana

usaha-usaha pendekatan secara konstruktif mengalami kegagalan.

Dari beberapa pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa yang di maksud

dengan disiplin adalah sikap hormat terhadap peraturan dan ketetapan perusahaan, yang

ada dalam diri karyawan, yang menyebabkan ia dapat menyesuaikan diri dengan

(34)

2.1.2 Prinsip-prinsip Disiplin Kerja

Husein (1997) berpendapat bahwa seorang pegawai dianggap melaksanakan

prinsip-prinsip disiplin kerja apabila ia melaksanakan hal-hal sebagai berikut:

1. Hadir ditempat kerja sebelum waktu mulai bekerja.

2. Bekerja sesuai dengan prosedur maupun aturan kerja dan peraturan organisasi.

3. Patuh dan taat kepada saran maupun perintah atasan.

4. Ruang kerja dan perlengkapan selalu dijaga dengan bersih dan rapi.

5. Menggunakan peralatan kerja dengan efektif dan efisien.

6. Menggunakan jam istirahat tepat waktu dan meninggalkan tempat setelah lewat

jam kerja.

7. Tidak pernah menunjukan sikap malas kerja.

8. Selalu merasa senang dan gembira dalam bekerja.

9. Ada kesediaan untuk saling membantu antara sesama pegawai untuk mencapai

keberhasilan organisasi.

10.Selama bekerja tidak pernah absen/tidak masuk kerja dengan alasan yang tidak

tepat, dan hampir tidak pernah absen karena sakit.

Berdasarkan uraian yang telah disebutkan di atas dapat disimpulkan bahwa disiplin kerja

mengacu pada prinsip-prinsip yang merupakan indikator-indikator variabel disiplin

kerja. Prinsip-prinsip disiplin kerja tersebut akan digunakan sebagai landasan pembuatan

(35)

2.1.3 Bentuk – bentuk Disiplin Kerja

2.1.3.1Bentuk Disiplin Kerja Menurut Sutrisno

Menurut Sutrisno (2009) bentuk disiplin kerja yang baik akan tercermin pada suasana

tertentu, yaitu:

1. Tingginya rasa kepedulian karyawan terhadap pencapaian tujuan perusahaan;

2. Tingginya semangat dan gairah kerja dan inisiatif para karyawan dalam

melakukan pekerjaan;

3. Besarnya rasa tanggung jawab para karyawan untuk melaksanakan tugas dengan

sebaik-baiknya;

4. Berkembangnya rasa memiliki dan rasa solidaritas yang tinggi di kalangan

karyawan;

5. Meningkatnya efisiensi dan produktivitas kerja para karyawan.

2.1.3.2 Bentuk Disiplin Kerja Menurut Rivai

Sementara menurut pendapat Rivai (2009) yang membagi bentuk disiplin kerja menjadi

empat perspektif yaitu:

1. Disiplin Retributif (Retributive Discipline), yaitu berusaha menghukum orang

yang berbuat salah. Bahwa para pengambil keputusan mendisiplinkan dengan

suatu cara yang profesional terhadap sasaran. Dengan tidak melakukan hal

seperti itu akan di anggap tidak adil oleh orang-orang yang bertindak secara tidak

tepat. Tujuan akhir dari bentuk disiplin ini yaitu untuk menghukum sipelanggar.

2. Disiplin Korektif (Corrective Discipline), yaitu berusaha membantu karyawan

(36)

terhadap peraturan harus diperlakukan sebagai masalah-masalah yang di koreksi

daripada sebagai pelanggaran-pelanggaran yang mesti di hukum. Hukuman akan

lunak sebatas pelanggar menunjukan kemauan untuk mengubah perilakunya.

Tujuan akhir dari bentuk disiplin ini yaitu membantu karyawan mengoreksi

perilaku yang tidak dapat di terima sehingga dia dapat terus dikaryakan oleh

perusahaan.

3. Perspektif hak-hak individu (Individual Rights Perspective), yaitu berusaha

melindungi hak-hak dasar individu selama tindakan-tindakan disipliner. Bahwa

disiplin hanya tepat jika terdapat alasan yang adil untuk menjatuhkan hukuman.

Hak-hak karyawan lebih diutamakan daripada tindakan disiplin. Tujuan akhir

dari bentuk disiplin ini yaitu melindunggi hak-hak individu.

4. Perspektif Utilitiarian (Utilitarian Perspective), yaitu berfokus kepada

penggunaan disiplin hanya pada saat konsekuensi-konsekuensi tindakan disiplin

melebihi dampak-dampak negatifnya. Bahwa tingkat tindakan disiplin di ambil

tergantung pada bagaimana disiplin itu akan mempengaruhi produktivitas dan

profitabilitas. Biaya penggantian karyawan dan konsekuensi-konsekuensi

memperkenankan perilaku-perilaku yang tidak wajar perlu dipertimbangkan.

Karena biaya pergantian karyawan akan melambung, maka kerasnya disiplin

hendaknya semakin menurun. Karena konsekuensi membiarkan perilaku yang

tidak terpuji terus meningkat, maka demikian pula kerasnya hukum. Tujuan akhir

dari bentuk disiplin ini yaitu memastikan bahwa faedah-faedah tindakan disiplin

melebihi konsekuensi-konsekuensi negatifnya.

(37)

2.1.4 Pentingnya Disiplin Kerja

Pembinaan disiplin bukan hanya penting bagi kehidupan militer (yang memang mutlak

bagi kehidupan militer), namun pada prinsipnya menjadi masalah setiap orang dan

merupakan bagian dari manajemen yang sangat penting (Martoyo, 2000).

Bukan hal yang mustahil bahwa menghindarkan kondisi-kondisi yang memerlukan

disiplin itu lebih baik daripada program pendisiplinan yang paling memuaskan, namun

disiplin itu sendiri menjadi penting karena manusia dan kondisinya yang tidak

sempurna, seharusnya mempunyai tujuan yang positif. Dengan demikian, dapat

disimpulkan bahwa disiplin kerja sangat diperlukan untuk menunjang kelancaran segala

aktivitas organisasi agar tujuan organisasi dapat dicapai secara maksimal (Sutrisno,

2009). Sedangkan, menurut Hasibuan (2000) bahwa kedisiplinan suatu perusahaan

dikatakan baik, jika sebagian besar karyawan menaati peraturan-peraturan yang ada.

Disiplin kerja dapat dilihat sebagai sesuatu yang besar manfaatnya, baik bagi

kepentingan organisasi maupun bagi para karyawan. Bagi organisasi adanya disiplin

kerja akan menjamin terpeliharanya tata tertib dan kelancaran pelaksanaan tugas,

sehingga diperoleh hasil yang optimal. Sedangkan bagi karyawan akan diperoleh

suasana kerja yang menyenangkan sehingga akan menambah semangat kerja dalam

melaksanakan pekerjaannya. Dengan demikian, karyawan dapat melaksanakan tugasnya

dengan penuh kesadaran serta dapat mengembangkan tenaga dan pikirannya semaksimal

(38)

Menurut Sutrisno (2009), ketidakdisiplinan dan kedisiplinan dapat menjadi panutan

orang lain. Jika lingkungan kerja semuanya disiplin, maka seseorang pegawai akan ikut

disiplin, tetapi jika lingkungan kerja organisasi tidak disiplin, maka seseorang pegawai

juga akan ikut tidak disiplin. Untuk itu sangat sulit bagi lingkungan kerja yang tidak

disiplin tetapi ingin menerapkan kedisiplinan pegawai, karena lingkungan kerja akan

menjadi panutan bagi para pegawai.

Disiplin merupakan dasar pengembangan hati nurani yang merupakan salah satu faktor

penting dalam memelihara emosi seorang karyawan atau anggota organisasi. Oleh

karena itu dapat dikatakan bahwa disiplin sangat penting pula perkembangan

karakteristik kepribadian lainnya, seperti tanggung jawab, percaya diri, ketekunan, dan

kontrol diri. Disiplin dalam pengembangan karakteristik kepribadian tersebut sangat

penting bagi para karyawan atau anggota organisasi dalam mempertahankan dan

mengembangkan prilaku yang tepat dalam bekerja (Nawawi, 2005).

Jadi dapat disimpulkan bahwa pentingnya disiplin pegawai adalah agar perilaku

seseorang pegawai sesuai dengan peraturan, prosedur kerja yang ada atau pegawai dapat

memiliki sikap, tingkah laku dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan dari organisasi

(39)

2.1.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Disiplin Kerja

Menurut Singodimedjo (dalam Sutrisno, 2009), faktor yang mempengaruhi disiplin

pegawai adalah sebagai berikut:

1. Besar kecilnya pemberian kompensasi;

Besar kecinya pemberian kompensasi dapat mempengaruhi tegaknya disiplin. Para

karyawan akan mematuhi segala peraturan yang berlaku, bila ia merasa mendapat

jaminan balas jasa yang setimpal dengan jerih payahnya yang telah dikontribusikan

bagi perusahaan. Bila ia menerima kompensasi yang memadai, mereka akan dapat

bekerja tenang dan tekun, serta selalu berusaha bekerja dengan sebaik-baiknya. Akan

tetapi, bila ia merasa kompensasi yang diterimanya jauh dari memadai, maka ia akan

berpikir mendua, dan berusaha mencari tambahan penghasilan lain diluar, sehingga

menyebabkan ia sering mangkir, sering minta izin keluar. Namun demikian,

pemberian kompensasi yang memadai belum tentu pula menjamin tegaknya disiplin.

Karena pemberian kompensasi hanyalah merupakan salah satu cara meredam

kegelisahan para karyawan, di samping banyak lagi hal-hal yang di luar kompensasi

yang harus mendukung tegaknya disiplin kerja dalam perusahaan. Realitanya dalam

praktik lapangan, memang dengan pemberian kompensasi yang mencukupi, sedikit

banyak akan membantu karyawan untuk bekerja tenang, karena dengan menerima

kompensasi yang wajar kebutuhan primer mereka akan dapat terpenuhi.

2. Ada tidaknya keteladanan pimpinan dalam perusahaan;

Keteladanan pimpinan sangat penting sekali, karena dalam lingkungan perusahaan,

semua karyawan akan selalu memperhatikan bagaimana pimpinan dapat menegakan

(40)

perbuatan dan sikap yang dapat merugikan aturan disiplin yang sudah ditetapkan.

Misalnya bila aturan jam kerja 08.00, maka si pemimpin tidak akan masuk kerja

terlambat dari waktu yang sudah ditetapkkan.

Peranan keteladanan pemimpin sangat berpengaruh besar dalam perusahaan, bahkan

sangat dominan dibandingkan dengan semua faktor yang mempengaruhi disiplin

dalam perusahan, karena pimpinan dalam suatu perusahaan masih menjadi panutan

para karyawan. Para bawahan akan selalu meniru yang dilihatnya setiap hari.

Apapun yang dibuat pimpinannya. Oleh sebab itu bila seorang pemimpin

menginginkan tegaknya disiplin dalam perusahaan, maka ia harus lebih dahulu

memperaktikkan, supaya dapat diikuti dengan baik oleh para karyawan lainnya.

3. Ada tidaknya aturan pasti yang dapat dijadikan pegangan;

Pembinaan disiplin tidak akan dapat terlaksana dalam perusahaan, bila tidak ada

peraturan tertulis yang pasti untuk dapat dijadikan pegangan bersama. Disiplin tidak

mungkin ditegakkan bila peraturan yang dibuat hanya berdasarkan instruksi lisan

yang dapat berubah-ubah sesuai dengan kondisi dan situasi.

Para karyawan akan mau melaksanakan disiplin bila ada aturan yang jelas dan

diinformasikan kepada mereka. Bila aturan disiplin hanya menurut selera pimpinan

saja, atau berlaku untuk orang tertentu saja, jangan diharap bahwa para karyawan

akan mematuhi aturan tersebut. Oleh sebab itu disiplin akan dapat ditegakkan dalam

suatu perusahaan, jika ada aturan tertulis yang disepakati bersama. Dengan

demikian, para karyawan akan mendapat suatu kepastian bahwa siapa saja dan perlu

(41)

4. Keberanian pimpinan dalam mengambil tindakan;

Bila ada seorang karyawan yang melanggar disiplin, maka perlu ada keberanian

pimpinan untuk mengambil tindakan yang sesuai dengan tingkat pelanggaran yang

dibuatnya. Dengan adanya tindakan terhadap pelanggar disiplin, sesuai dengan

sanksi yang ada, maka semua karyawan akan merasa terlindungi, dan dalam hatinya

berjanji tidak akan berbuat hal yang serupa. Dalam situasi demikian, maka semua

karyawan akan benar-benar terhindar dari sikap sembrono, asal jadi seenaknya

sendiri dalam perusahaan. Sebaliknya jika pimpinan tidak berani mengambil

tindakan, walaupun sudah terang-terangan karyawan tersebut melanggar disiplin,

tetapi tidak ditegor/dihukum, maka akan berpengaruh kepada suasana kerja dalam

perusahaan. Para karyawan akan berkata: untuk apa disiplin, sedang orang yang

melanggar disiplin saja tidak pernah dikenakan sanksi.

5. Ada tidaknya pengawasan pimpinan;

Dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan perlu ada pengawasan, yang

akan mengarahkan para karyawan agar dapat melaksanakan pekerjaan dengan tepat

dan sesuai dengan yang telah ditetapkan. Namun, sudah menjadi tabiat manusia pula

bahwa mereka selalu ingin bebas, tanpa terikat atau diikat oleh peraturan apapun

juga. Dengan adanya pengawasan seperti demikian, maka sedikit banyak para

karyawan akan terbiasa melaksanakan disiplin kerja. Mungkin untuk sebagian

karyawan yang sudah menyadari arti disiplin, pengawasan ini tidak perlu, tetapi bagi

karyawan lainnya, tegaknya disiplin masih perlu agak dipaksakan, agar mereka tidak

(42)

Orang yang paling tepat melaksanakan pengawasan terhadap disiplin ini tentulah

atasan langsung para karyawan yang bersangkutan. Hal ini disebabkan para atasan

langsung itulah yang paling tahu dan paling dekat dengan para karyawan yang ada

dibawahnya. Pengawasan yang dilaksanakan atasan langsung ini sering disebut

WASKAT. Pada tingkat manapun ia berada, maka seorang pemimpin bertanggung

jawab melaksanakan pengawasan melekat ini, sehingga tugas-tugas yang dibebankan

kepada bawahan tidak menyimpang dari apa yang telah ditetapkan.

6. Ada tidaknya perhatian kepada para karyawan;

Mereka adalah manusia yang mempunyai perbedaan karakter antara yang satu

dengan yang lain. Seorang karyawan tidak hanya puas dengan menerima kompensasi

yang tinggi, pekerjaan yang menantang, tetapi juga mereka masih membutuhkan

perhatian yang besar dari pimpinannya sendiri. Keluhan dan kesulitan mereka ingin

didengar, dan dicarikan jalan keluarnya, dan sebagainya. Pimpinan yang berhasil

memberikan perhatian yang besar kepada para karyawan akan dapat menciptakan

disiplin kerja yang baik. Karena ia bukan hanya dekat dalam arti jarak fisik, tetapi

juga mempunyai jarak dekat dalam artian jarak batin. Pimpinan demikian akan selalu

dihormati dan dihargai oleh para karyawan, sehingga akan berpengaruh besar kepada

prestasi, semangat kerja dan moral kerja karyawan.

7. Diciptakan kebiasaan-kebiasaan yang dapat mendukung tegaknya disiplin.

Kebiasaan-kebiasaan positif itu antara lain adalah sebagai berikut:

a. Saling menghormati, bila bertemu dilingkungan pekerjaan;

b. Melontarkan pujian sesuai dengan tempat dan waktunya, sehingga para

(43)

c. Sering mengikut sertakan karyawan dalam pertemuan-pertemuan, apalagi

pertemuan yang berkaitan dengan nasib dan pekerjaan mereka; dan

d. Memberi tahu bila ingin meninggalkan tempat kepada rekan sekerja, dengan

mengimformasikan, ke mana dan untuk urusan apa, walaupun kepada bawahan

sekalipun.

Selain faktor-faktor tersebut diatas, Martoyo (2000) berpendapat ada faktor lain yang

dapat menunjang pembinaan disiplin antara lain motivasi, pendidikan dan latihan,

kepemimpinan, kesejahteraan dan penegakan disiplin melalui hukum (law enforcement).

Dengan demikian secara umum dapat dikatakan bahwa tinggi rendahnya disiplin kerja

karyawan antara lain dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti kepemimpinan,

keadaan karyawan itu sendiri, serta peraturan-peraturan yang diberlakukan dalam

organisasi tersebut.

2.1.6 Pelaksanaan Disiplin Kerja

Disiplin yang baik adalah disiplin diri. Kecenderungan orang normal adalah melakukan

apa yang menjadi kewajibannya dan menaati aturan permainan. Suatu waktu orang akan

mengerti apa yang dibutuhkan oleh mereka, dimana mereka diharapkan untuk selalu

melakulkan tugasnya secara efektif dan efesien dengan senang hati. Kini banyak orang

yang mengetahui bahwa kemungkinan bahwa yang terdapat dibalik disiplin adalah

(44)

Kedisiplinan harus ditegakkan dalam suatu organisasi perusahaan, karena tanpa

dukungan disiplin karyawan yang baik, maka sulit mewujudkan tujuannya. Jadi, disiplin

adalah kunci keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuan (Fathoni, 2006).

Organisasi atau perusahaan harus berupaya menciptakan peraturan atau tata tertib yang

akan menjadi rambu-rambu yang harus dipenuhi oleh seluruh karyawan dalam

organisasi. Peraturan-peraturan yang akan berkaitan dengan disiplin itu antra lain:

1. Peraturan jam masuk, pulang dan jam istirahat;

2. Peraturan dasar tentang berpakaian, dan bertingkah laku dalam pekerjaan;

3. Peraturan cara-cara melakukan pekerjaan dan berhubungan dengan unit kerja lain;

4. Peraturan tentang apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan oleh para

pegawai selama dalam organisasi dan sebagainya (Singodimedjo dalam Sutrisno,

2009).

Dari penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwa dalam rangka pelaksanaan kerjanya,

maka disiplin kerja dikatakan baik bila karyawan mengikuti dengan sukarela segala

peraturan atasan dan berbagai peraturan perusahaan. Sebaliknya, dikatakan buruk bila

karyawan mengikuti perintah atasan dengan terpaksa dan tidak tunduk pada peraturan

(45)

2.2 Komitmen Organisasi

2.2.1 Pengertian Komitmen Organisasi

Komitmen pada organisasi didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana seorang

karyawan memihak pada suatu organisasi tertentu dan tujuan-tujuannya, serta berniat

memelihara keanggotaan dalam organisasi itu (Robbins, 2001). Sedangkan menurut

Mathis dan Jackson (dalam Koesmono, 2007) berpendapat bahwa komitmen

organisational adalah tingkat kepercayaan dan penerimaan tenaga kerja terhadap tujuan

organisasi dan mempunyai keinginan untuk tetap ada dalam organisasi tersebut.

Sedangkan menurut Steers (dalam Imronuddin, 2003) komitmen terhadap organisasi

merefleksikan kekuatan relatif atas identifikasi individual dan keterlibatan di dalam

organisasi tersebut. Lutans (1992) mengartikan komitmen organisasi menjadi tiga yaitu:

1. Keinginan yang kuat untuk mempertahankan keanggotaan dalam organisasi;

2. Kerelaan untuk melakukan usaha-usaha tertentu sebagai bagian dari organisasi;

3. Rasa percaya yang kuat dan penerimaan terhadap tujuan dan nilai-nilai

organisasi.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa komitmen organisasi

merupakan identifikasi seorang individu terhadap organisasi dan tujuan-tujuannya serta

(46)

2.2.2 Dimensi-dimensi Komitmen Organisasi

2.2.2.1 Dimensi-dimensi Komitmen menurut Allen dan Mayer

Allen dan Mayer (dalam Panggabean, 2004), mendefinisikan komitmen organisasi

sebagai sebuah konsep yang memiliki tiga dimensi, yaitu:

1. Affective

Affective commitment adalah tingkat seberapa jauh seorang karyawan secara

emosi terikat, mengenal, dan terlibat dalam organisasi.

2. Normative

Normative commitment merujuk kepada tingkat seberapa jauh seseorang secara

psychologycal terikat untuk menjadi karyawan dari sebuah organisasi yang

didasarkan kepada perasaan seperti kesetiaan, affeksi, kehangatan, pemilikan,

kebanggaan, kesenangan, kebahagiaan, dan lain-lain.

3. Continuance commitment

continuance commitment adalah suatu penilaian terhadap biaya yang terkait

dengan meninggalkan organisasi.

Indikator Affective commitment

Individu dengan affective commitment yang tinggi memiliki kedekatan emosional yang

erat terhadap organisasi, hal ini berarti bahwa individu tersebut akan memiliki motivasi

dan keinginan untuk berkontribusi secara berarti terhadap organisasi dibandingkan

individu dengan affective commitment yang lebih rendah.

Berdasarkan beberapa penelitian affective commitment memiliki hubungan yang sangat

(47)

Berdasarkan hasil penelitian dalam hal role-job performance, atau hasil pekerjaan yang

dilakukan, individu dengan affective commitment akan bekerja lebih keras dan

menunjukkan hasil pekerjaan yang lebih baik dibandingkan yang komitmennya lebih

rendah. Kim dan Mauborgne menyatakan individu dengan affective commitment tinggi

akan lebih mendukung kebijakan perusahaan dibandingkan yang lebih rendah.

Berdasarkan penelitian Ghirschman dan Farrell, meneliti tiga respon ketidakpuasan,

yaitu voice, loyalty, dan neglect. Dalam penelitian yang diadakan pada perawat, affective

commitment ditemukan memiliki hubungan yang positif dengan keinginan untuk

menyarankan suatu hal demi kemajuan (voice) dan menerima sesuatu hal sebagaimana

adanya mereka (loyalty) dan berhubungan negatif dengan tendency untuk bertingkah

laku pasif ataupun mengabaikan situasi yang tidak memuaskan (neglect).

Indikator Normative commitment

Individu dengan normative commitment yang tinggi akan tetap bertahan dalam

organisasi karena merasa adanya suatu kewajiban atau tugas. Meyer & Allen

menyatakan bahwa perasaan semacam itu akan memotivasi individu untuk

bertingkahlaku secara baik dan melakukan tindakan yang tepat bagi organisasi.

Normative commitment akan berdampak kuat pada suasana pekerjaan. Normative

commitment dianggap memiliki hubungan dengan tingkat ketidakhadiran.

Normative commitment yang tinggi berkorelasi negatif dengan keadaan stress anggota

(48)

Indikator Continuance commitment

Individu dengan continuance commitment yang tinggi akan bertahan dalam organisasi,

bukan karena alasan emosional, tapi karena adanya kesadaran dalam individu tersebut

akan kerugian besar yang dialami jika meninggalkan organisasi. Berkaitan dengan hal

ini, maka individu tersebut tidak dapat diharapkan untuk memiliki keinginan yang kuat

untuk berkontribusi pada organisasi. Jika individu tersebut tetap bertahan dalam

organisasi, maka pada tahap selanjutnya individu tersebut dapat merasakan putus asa

dan frustasi yang dapat menyebabkan kinerja yang buruk. Individu dengan continuance

commitment yang tinggi akan lebih bertahan dalam organisasi dibandingkan yang

rendah.

Komitmen juga berhubungan dengan bagaimana anggota organisasi merespon

ketidakpuasannya dengan kejadian-kejadian dalam pekerjaan.Continuance commitment

tidak berhubungan dengan kecenderungan seorang anggota organisasi untuk

mengembangkan suatu situasi yang tidak berhasil ataupun menerima suatu situasi apa

adanya. Hal menarik lainnya, semakin besar continuance commitment seseorang, maka

ia akan semakin bersikap pasif atau membiarkan saja keadaan yang tidak berjalan

dengan baik. (Rumah belajar Psikologi.com)

Secara khusus, Mayer (dalam Panggabean, 2004) mengemukakan bahwa karyawan yang

memiliki affective commitment yang tinggi tetap tinggal karena mereka

menginginkannya. Mereka yang memiliki normative atau moral commitment tetap tinggi

karena mereka merasa seharusnya melakukannya demikian dan mereka yang memiliki

(49)

memerlukannya.

Jadi seseorang yang memiliki komitmen tinggi akan memiliki identifikasi terhadap

organisasi sehingga bertingkahlaku baik, memberikan kontribusi dalam pekerjaan dan

ada loyalitas serta afeksi positif terhadap organisasi.

2.2.2.2 Dimensi-dimensi Komitmen Organisasi menurut Mowday, Porter dan Steers

Komitmen organisasi dari Mowday, Porter dan Steers (dalam Kuntjoro, 2009)

menggambarkan bahwa komitmen organisasi ditandai dengan tiga unsur, yaitu:

1. Penerimaan terhadap nilai-nilai dan tujuan organisasi.

2. Kesiapan dan kesediaan untuk berusaha dengan sungguh-sungguh atas nama

organisasi.

3. Keingginan untuk mempertahankan keanggotaan di dalam organisasi (menjadi

bagian dari organisasi).

Dari ketiga unsur tersebut terlihat bahwa komitmen organisasi menggambarkan suatu

kekuatan yang besar bersifat relatif dari individu dalam mengidentifikasikan

(50)

2.2.3 Tingkatan komitmen Organisasi

Donna M Randall (dalam Imronuddin, 2003), dari Washington State University

mencoba membahas mengenai konsekuensi positif dan negatif dari berbagai macam

tingkatan komitmen, baik bagi karyawan maupun bagi organisasi sebagai berikut:

1. Low Level Of Comitment

a. Konsekuensi positif bagi individu. Komitmen yang rendah secara tidak langsung

dapat mempunyai konsekuensi yang positif bagi individu maupun bagi organisasi.

Komitmen yang rendah dapat menjadi sumber kreativitas dan inovasi.

b. Konsekuensi positif bagi organisasi. Tingkat trun over karyawan yang tinggi dari

individu-individu yang memiliki komitmen yang rendah terhadap organisasi

mungkin bermanfaat jika mereka adalah orang-orang yang mengganggu dan pelaku

yang kurang baik. Artinya kerugian yang diakibatkan oleh orang-orang semacam ini

bisa dikurangi dengan kata lain perilaku buruknya tidak mempengaruhi pada orang

lain.

c. Konsekuensi negatif bagi individu. Komitmen yang rendah dapat mempengaruhi

karir individu secara negatif.

d. Konsekuensi negatif bagi organisasi. Komitmen yang rendah pada kebanyakan

angkatan kerja dihubungkan dengan tingginya turn over, tingkat absen yang tinggi,

keterlambatan yang lebih besar, kurangnya keinginan untuk tetap dalam perusahaan,

kuantitas kerja yang rendah, tidak loyal pada perusahaan, keterlibatan dalam tindak

kejahatan terhadap organisasi seperti penggelapan, dan perilaku peran ekstra yang

terbatas untuk melindungi atau memajukan kepentingan organisasi. Komitmen yang

(51)

Akhirnya jika manajer memiliki komitmen yang rendah terhadap organisasi maka

sikap dan performance organisasi secara keseluruhan menjadi kacau.

2. Moderate Level of Comitment

a. Konsekuensi positif bagi individu. Tingkat komitmen yang moderat bukan berarti

loyalitas seseorang tidak terikat pada orgainsasi, tetapi individu menghindari

menerima begitu saja. Jadi tingkat komitmen yang moderat merefleksikan

kemampuan untuk menerima nilai-nilai organisasi, tetapi tidak semua. Individu

mempertahankan itegritas dan nilai-nilai pribadi sekaligus memenuhi keperluan

organisasi.

b. Konsekuensi positif bagi individu. Konsekuensi positif bagi organisasi dan juga

bagi individu adalah dapat berupa; masa kerja yang lama, kurangnya keinginan

untuk keluar, turn over yang rendah, dan semakin besarnya kepuasan kerja.

c. Konsekuensi negatif bagi individu. Komitmen yang moderat terhadap organisasi

tidak selalu optimal bagi individu. Individu yang tidak memberikan prioritas utama

pada majikan bisa menghadapi peningkatan karir yang lambat dan tidak pasti.

d. Konsekuensi negatif bagi organisasi. Individu yang tidak komit sepenuhnya

terhadap organisasi mungkin membatasi peran ekstra bagi organisasi. Smit, Organ,

dan Near (dalam Imronuddin, 2003), mengatakan bahwa citizenship behaviuor

sepeti; kerja sama, suka membantu, suka memberi saran, suka menolong adalah

penting karena dapat menjadikan organisasi dengan fleksibilitas yang diperlukan

(52)

3. High Level of Comitment.

a. Konsekuensi positif bagi individu. Pada situasi tertentu, high level of comitment

dapat meningkatkan karir dan kompensasi.

b. Konsekuensi positif bagi organisasi. Karyawan dengan tingkat komitmen yang

tinggi dapat memberikan kepada organisasi tenaga kerja yang aman dan stabil.

c. Konsekuensi negatif bagi individu. Komitmen yang tinggi terhadap organisasi dapat

menghalangi perkembangan individu dan membatasi kesempatan untuk mobilitas,

juga dapat melemahkan kreativitas dan inovasi. Durkheim juga memperingatkan

bahaya individu yang terlalu kuat terintegarasi kedalam kelompok. Komitmen yang

tinggi dapat mengakibatkan stres dalam hubungan keluarga, karena pekerjaan dan

keluargan saling mempunyai ketergantungan yang tinggi. Kesuksesan dalam karir

seringkali memerlukan waktu yang ekstensif dan komitmen pada peran kerja, hal ini

sering menimbulkan konflik.

d. Konsekuensi negatif bagi organisasi. Terlalu banyak komitmen juga dapat

mengurangi fleksibelitas organisasi. Individu yang mempunyai komitmen total

terhadap organisasi mungkin tidak dapat melaksanakan alternatif tindakan lain.

Akhirnya salah satu yang paling signifikan dan konsekuensi negatif yang tidak

disadari atas komitmen yang tinggi mungkin lebih mau untuk melakukan prilaku

yang tidak etik dan ilegal atas nama organisasi (Imronuddin, 2003).

Dari uraian mengenai level komitmen diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa low level

of comitment merupakan ganguan fungsi yang besar baik bagi individu maupun bagi

(53)

organisasi akan mengalami kerugian yang diakibatkan oleh karyawan yang tidak loyal.

Individu dengan komitmen yang tinggi mungkin karirnya dapat meningkat lebih cepat,

tetapi individu tersebut bisa mengalami masalah pribadi, keluarga, sosial dan

masalah-masalah lain yang berhubungan dengan pekerjaan. Dalam keadaan seperti itu, organisasi

tidak lagi memberikan kepuasan pada anggota

2.3 Kerangka Berfikir

Disiplin kerja merupakan satu dari berbagai hal yang penting dalam suatu organisasi.

Dalam pencapaian segala tujuan suatu instansi tentunya dibutuhkan rasa kepedulian

yang tinggi dari setiap pegawai yang bekerja terhadap pencapaian tujuan instansi. Untuk

mencapai tujuan instansi tidak mudah melainkan dibutuhkan inisiatif dan semangat kerja

para pegawainya. Juga rasa tanggung jawab untuk melaksanakan segala kewajiban yang

diemban oleh setiap pegawai sangat dibutuhkan. Tentunya kerjasama yang baik diantara

para pegawai turut mendukung terlaksananya program-program yang telah disepakati

sebagai tujuan instansi. Semua itu diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan

produktivitas kerja para pegawai guna tercapainya segala sesuatu yang menjadi tujuan

instansi. Hal ini sesuai dengan pendapat Hasibuan (2000) yang mengatakan bahwa

disiplin yang baik mencerminkan besarnya tanggung jawab seseorang terhadap

tugas-tugas yang diberikan kepadanya, hal ini mendorong gairah kerja, semangat kerja, dan

terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat.

Begitupula halnya dengan komitmen organisasi, selain disiplin kerja diatas komitmen

(54)

pegawai dapat melaksanakan tanggung jawabnya kepada instansi dimana tempat ia

bekerja. Dengan memiliki komitmen terhadap organisasi diharapkan para pegawai dapat

mengenal dan terikat untuk tetap menjadi anggota organisasi untuk mencapai tujuan

organisasi. Juga dengan memiliki komitmen terhadap organisasi para pegawai

diharapkan dapat memiliki kebanggaan, rasa memiliki dan kesetiaan terhadap instansi

dimana ia bekerja.

Komitmen yang tinggi terhadap organisasi dapat membuat pegawai dengan rela

menjalankan segala tugas-tugas yang diberikan pada mereka. Apabila para karyawan

memiliki komitmen yang kurang baik pada instansi, akan membuat pegawai tersebut

tidak nyaman dalam melaksanakan tugas-tugasnya.

Jadi keterlibatan kerja yang tinggi berarti pemihakan seseorang pada pekerjaannya yang

khusus, komitmen pada organisasi yang tinggi berarti pemihakan pada organisasi yang

mempekerjakannya (Robbins, 2001). Karena itu sangat penting menanamkan suatu

komitmen terhadap organisasi agar tercipta disiplin kerja pegawai sehingga segala

tujuan yang ingin dicapai oleh instansi dapat tercapai.

Hubungan komitmen organisasi dengan disiplin kerja dapat digambarkan dengan skema

berikut ini:

KOMITMEN ORGANISASI

(55)

2.4 Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah:

HO (hipotesis nol) : Tidak ada hubungan yang signifikan antara komitmen

organisasi dan disiplin kerja Pegawai Negeri Sipil Kantor

Kecamatan X Jakarta Barat.

Ha (hipotesis alternatif) : Ada hubungan yang signifikan antara komitmen organisasi dan

disiplin kerja Pegawai Negeri Sipil Kantor Kecamatan X Jakarta

(56)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

3.1.1 Metode dan Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam skripsi ini adalah pendekatan kuantitatif. Penelitian

kuantitatif yaitu penelitian yang banyak dituntut mengunakan angka, mulai dari

pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya

(Arikunto, 2006). Sedangkan metode dalam penelitian ini adalah metode korelasional,

pada metode korelasional, hubungan antara variabel diteliti dan dijelaskan. Hubungan

yang dicari ini disebut sebagai korelasi. Jadi, metode korelasional mencari hubungan di

antara variabel-variabel yang diteliti (Hasan, 2002).

3.1.2 Variabel Penelitian

Untuk mendapatkan jawaban yang menjadi konsentrasi permasalahan ini, penelitian

kuantitatif hampir sepenuhnya memusatkan studinya pada variabel. Variabel

menunjukan suatu arti yang dapat membedakan antara sesuatu dengan yang lainnya

(Kountur, 2005).

Kemudian, dalam penelitian ini terdapat 2 (dua) variabel, yaitu :

1. Komitmen Organisasi

(57)

3.1.3 Definisi Konseptual

1. Komitmen yang di maksud Porter dalam Panggabean (2004) adalah kuatnya

pengenalan dan keterlibatan seseorang dalam suatu organisasi tertentu.

2. Disiplin yang di maksud Singodimedjo dalam Sutrisno (2009) yaitu sebagai suatu

kekuatan yang berkembang di dalam tubuh karyawan dan menyebabkan karyawan

dapat menyesuaikan diri dengan sukarela pada keputusan, peraturan dan nilai-nilai

tinggi dari pekerjaan dan perilaku.

3.1.4 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu definisi yang memberikan penjelasan atas suatu

variabel dalam bentuk yang dapat diukur (Kountur, 2005).

Adapun definisi operasional untuk kedua variabel penelitian ini adalah:

1. Variabel komitmen yang dimaksud mendefinisikan komitmen organisasi sebagai

sebuah konsep yang memiliki tiga unsur, yaitu:

1. Penerimaan terhadap nilai-nilai dan tujuan organisasi.

2. Kesiapan dan kesedian untuk berusaha dengan sungguh-sungguh atas nama

organisasi.

3. Keinginan untuk mempertahankan keanggotaan di dalam organisasi (menjadi

(58)

2. Variabel disiplin yang dimaksud adalah sikap kesediaan dan kerelaan seseorang

untuk mematuhi dan mentaati norma-norma peraturan yang berlaku disekitarnya,

yang mencakup sepuluh prinsip yaitu:

1. Hadir ditempat kerja sebelum waktu mulai bekerja.

2. Bekerja sesuai dengan prosedur maupun aturan kerja dan peraturan

organisasi.

3. Patuh dan taat kepada saran maupun perintah atasan.

4. Ruang kerja dan perlengkapan selalu dijaga dengan bersih dan rapi.

5. Menggunakan peralatan kerja dengan efektif dan efisien.

6. Menggunakan jam istirahat tepat waktu dan meninggalkan tempat setelah

lewat jam kerja.

7. Tidak pernah menunjukan sikap malas kerja.

8. Selalu merasa senang dan gembira dalam bekerja.

9. Ada kesediaan untuk saling membantu antara sesama pegawai untuk

mencapai keberhasilan organisasi.

10.Selama bekerja tidak pernah absen/tidak masuk kerja dengan alasan yang

tidak tepat, dan hampir tidak pernah absen karena sakit.

(59)

3.2 Pengambilan Sampel 3.2.1 Populasi Dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006). Dalam penelitian ini

peneliti mengambil objek penelitian di wilayah Kecamatan X Jakarta Barat kepada para

karyawan Pegawai Negeri Sipil Kantor Kecamatan X Jakarta Barat. Adapun jumlah

populasi karyawan Kantor Kecamatan X Jakarta Barat pada tahun 2010 sebanyak 126

orang. Adapun yang dimaksud dengan sampel yaitu sebagian atau wakil populasi yang

di teliti (Arikunto, 2006). Karena jumlah populasi cukup banyak maka sampel dibatasi

hanya 61 orang karyawan. Jumlah sampel ini dianggap memenuhi syarat penelitian.

Karena menurut pakar penelitian yaitu Bailey (Hasan, 2002), jumlah sampel minimal

untuk melakukan penelitian yang menggunakan analisis data statistik adalah minimum

yaitu sebanyak 30 orang. Hal ini juga sesuai dengan rumus Slovin (1960) untuk

menentukan ukuran sampel dari populasi dengan rumus sebagai berikut:

n = N

(N.e2)+1

= 126

(126).(0.01)+1

= 126

2.26

Gambar

Tabel 3.1 Tabel Bobot Nilai Skor Jawaban
Tabel 3.4
Tabel 4.1
Tabel 4.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adapun penelitian sebelumnya yang mendukung penelitian ini yaitu penelitian yang dilakukan oleh Nurhidayah (2008), yang meneliti hubungan peran keluarga dengan

- OTONOMI DAERAH, PEMERI NTAHAN UMUM, ADMI NI STRASI KEUANGAN DAERAH, PERANGKAT DAERAH, KEPEGAWAI AN DAN PERSANDI AN.. Organisasi :

Studi kasus 2 sekuen percobaan 1 dengan 2 vektor setiap genus menggunakan data dari Tabel 2, langkah pertama adalah menentukan nilai terbesar selain 1, nilai

Tujuan dari penelitian ini adalah; (1) mendeskripsikan dan menganalisis persepsi orang tua dalam pelaksanaan kegiatan program BKB, (2) mendeskripsikan dan menganalisis

Penyakit gagal ginjal kronik terjadi apabila penyakit ginjal yang berjalan lebih dari 3 bulan, dengan tanda- tanda proteinuria serta penurunan laju

Kegiatan pembelajaran menggunakan metode eksperimen dapat dijadikan alternatif metodologis dalam pembelajaran IPA karena strategi pembelajaran menggunakan metode

Mereka dapat terlihat secara langsung (seperti terlihat pada gambar di samping), atau dideteksi dari spektrum bintang tersebut, atau dari gerhana yang terjadi antar

Pengaruh yang positif inventory turnover terhadap ROA karena rata-rata perputaran persediaan pada perusahaan food and beverage cukup tinggi, yang menunjukkan bahwa semakin