KUALITAS BUAH TUJUH KULTIVAR PAMELO (
Citrus
grandis
(L.) Osbeck) SELAMA PERIODE PENYIMPANAN
Oleh:
MUHAMMAD RANDI GINTING
A24054158
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
KUALITAS BUAH TUJUH KULTIVAR PAMELO (
Citrus
grandis
(L.) Osbeck) SELAMA PERIODE PENYIMPANAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh:
MUHAMMAD RANDI GINTING
A24054158
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
Judul : KUALITAS BUAH TUJUH KULTIVAR PAMELO (Citrus grandis
(L.) Osbeck) SELAMA PERIODE PENYIMPANAN Nama : Muhammad Randi Ginting
NRP : A24054158
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Slamet Susanto, MSc. NIP : 19610202.1986.1001
Mengetahui, Ketua Departemen AGH
Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr. NIP : 19611101.198703.1003
RINGKASAN
MUHAMMAD RANDI GINTING. Kualitas Buah Tujuh Kultivar Pamelo (Citrus grandis (L.) Osbeck) Selama Periode Penyimpanan. Dibimbing oleh SLAMET SUSANTO.
Penelitian ini bertujuan untuk mengamati perubahan kualitas buah pamelo (Citrus grandis (L.) Osbeck) selama periode penyimpanan. Buah pamelo berasal dari Sumedang, Magetan dan Kudus. Penelitian dilakukan di laboratorium Ekofisiologi, laboratorium RGCI (Research Group on Crop Improvement) dan laboratorium Pasca Panen Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB, Dramaga.
Penelitian menggunakan buah tujuh kultivar pamelo, yaitu: Cikoneng, Adas Nambangan, Adas Duku, Jawa 1, Jawa 2, Bali Merah dan Bageng. Kultivar diamati pada 0, 2, 4, 6, dan 8 MSP (minggu setelah panen). Rancangan percobaan yang digunakan dalam pengolahan data adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL).
Secara umum terjadi perubahan kualitas fisik dan kimia pada buah pamelo selama delapan minggu penyimpanan. Kelunakan buah berkisar antara 10.11 – 12.97 mm/50 g/5 detik pada awal pengamatan dan berada di kisaran 14.90 – 23.18 mm/50 g/5 detik pada akhir pengamatan. Susut bobot berkisar antara 5.51 % - 13.09 % pada awal pengamatan, persentase susut bobot semakin meningkat hingga mencapai 23.65 % - 34.19 % pada akhir pengamatan. Rata-rata bagian dapat dimakan (BDD) dari ke tujuh kultivar berkisar 50.80 % - 65.27 %.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan, Propinsi Sumatera Utara pada tanggal 24 September 1987. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Amran Ginting dan Ibu Dina Heriaty.
Tahun 1993 penulis lulus dari TK Darma Wanita Medan, kemudian pada tahun 1999 penulis menyelesaikan studi di SD Muhammadiyah 2 Pontianak. Selanjutnya penulis menyelesaikan studi di SLTPN 3 Pontianak pada tahun 2002 dan SMUN 1 Pontianak pada tahun 2005. Tahun 2005 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) sebagai mahasiswa Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. yang telah memberikan banyak kemudahan dan kelancaran kepada penulis sehingga penelitian dan skripsi dengan judul ”Kualitas Buah Tujuh Kultivar Pamelo (Citrus grandis (L.) Osbeck) Selama Periode Penyimpanan” dapat diselesaikan dengan baik.
Skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian ini penulis hadiahkan sebagai bakti penulis kepada kedua orangtua tercinta atas kasih sayang, cinta, bimbingan, pengorbanan dan doa yang selalu menyertai perjalanan penulis.
Penulis juga mengucapkan rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada: 1. Prof. Dr. Ir. Slamet Susanto, MSc sebagai dosen pembimbing skripsi atas
segala bantuan dan kesabaran selama penelitian hingga penulisan skripsi. 2. Ir. Purwono, MS sebagai dosen Pembimbing Akademik atas masukan dan
nasehatnya kepada penulis selama kegiatan perkuliahan.
3. Dr. Dewi Sukma, SP. Msi. dan Dr. Sintho W. Ardie, SP. MSi. sebagai dosen penguji skripsi atas masukannya kepada penulis.
4. Dosen Departemen Agronomi dan Hortikultura yang telah memberi banyak ilmu bermanfaat selama perkuliahan.
5. Ir. Arifah Rahayu, MSi dan Ir. Kartika Ning Tyas, MSi yang telah memberi banyak nasehat dan bantuan kepada penulis
6. Pak Bambang dan Pak Yudi (RGCI), Pak Agus (Pasca Panen), dan Pak Joko Mulyono (Ekofisiologi) selaku laboran Laboratorium yang telah memberikan banyak bantuan dan masukan selama kegiatan penelitian 7. Mbak Rina Statistic Centre dan Dery AGH 43 atas masukan ilmunya
dalam pengolahan data penelitian.
8. Ibu Fury dan Pak Wasta serta staf Komdik dan TU AGH yang telah telah banyak membantu penulis dalam pengurusan administrasi.
10.Keluarga D’Rempong: Mamah Zenny, Cocoh Gumay, Akew, Keke, Andy Lee, Rizky Gidudow, Rama, Luthfi ”Laba-Laba”, Ito ”Magnacharta”, Ferdy ”Davinci”, Mala, Jenk Vey, Nelly, Kakak Migel dan Okie Agustina. 11.Sobat Rimbawan: Bambang, Fikri, Ari, Wira, Aidil dan Andi atas
kehangatan persahabatannya selama tinggal dalam satu rumah kontrakan. 12.Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas segala bantuan,
dukungan, doa dan persahabatannya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat baik bagi penulis sendiri, adik kelas maupun untuk pihak lain.
Bogor, 1 April 2011
DAFTAR ISI
Halaman
PENDAHULUAN ... 1
Latar Belakang ... 1
Tujuan ... 2
Hipotesis ... 2
TINJAUAN PUSTAKA ... 3
Citrus grandis (L.) Osbeck ... 3
Komposisi Kimia Buah Pamelo ... 3
Struktur Fisik Buah Pamelo ... 4
Kultivar-Kultivar Pamelo ... 5
Panen dan Pasca Panen ... 8
Kualitas Buah Pamelo ... 9
BAHAN DAN METODE ... 11
Waktu dan Tempat ... 11
Bahan dan Alat ... 11
Metode Penelitian ... 11
Pelaksanaan ... 12
Pengamatan ... 12
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 15
Hasil dan Pembahasan ... 15
KESIMPULAN DAN SARAN ... 27
Kesimpulan ... 27
Saran ... 27
DAFTAR PUSTAKA ... 28
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Teks
1. Bagian dapat Dimakan Buah Pamelo ... 18
2. Skor Rata-rata Rasa Buah Pamelo Selama Penyimpanan ... 25
Lampiran 1. Sidik Ragam Pengamatan Buah Pamelo kultivar Cikoneng yang disimpan selama 8 MSP ... 32
2. Sidik Ragam Pengamatan Buah Pamelo kultivar Adas Nambangan yang disimpan selama 8 MSP ... 33
3. Sidik Ragam Pengamatan Buah Pamelo kultivar Adas Duku yang disimpan selama 8 MSP ... 34
4. Sidik Ragam Pengamatan Buah Pamelo kultivar Jawa 1 yang disimpan selama 8 MSP ... 35
5. Sidik Ragam Pengamatan Buah Pamelo kultivar Jawa 2 yang disimpan selama 8 MSP ... 36
6. Sidik Ragam Pengamatan Buah Pamelo kultivar Bali Merah yang disimpan selama 8 MSP ... 37
7. Sidik Ragam Pengamatan Buah Pamelo kultivar Bageng yang disimpan selama 8 MSP ... 38
8. Perubahan Kelunakan Buah Selama Penyimpanan... 39
9. Perubahan Susut Bobot Selama Penyimpanan ... 39
10.Bagian dapat Dimakan (BDD) Tujuh Kultivar Pamelo ... 40
11.Perubahan Padatan Terlarut Total (PTT) Selama Penyimpanan ... 40
12 Perubahan Total Asam Tertitrasi (TAT) Selama Penyimpanan ... 41
13 Rasio PTT:TAT Selama Penyimpanan ... 41
14 Perubahan Kadar Vitamin C Selama Penyimpanan ... 42
16 Sidik Ragam Pengamatan Tujuh Kultivar Buah Pamelo
pada Periode Penyimpanan 2 MSP ... 43
17.Sidik Ragam Pengamatan Tujuh Kultivar Buah Pamelo pada Periode Penyimpanan 4 MSP ... 44
18 Sidik Ragam Pengamatan Tujuh Kultivar Buah Pamelo pada Periode Penyimpanan 6 MSP ... 45
19 Sidik Ragam Pengamatan Tujuh Kultivar Buah Pamelo pada Periode Penyimpanan 8 MSP ... 46
20 Padatan Terlarut Total (PTT) Buah Tujuh Kultivar Pamelo ... 47
21 Total Asam Tertitrasi (TAT) Buah Tujuh Kultivar Pamelo... 47
22 Rasio PTT:TAT Buah Tujuh Kultivar Pamelo ... 48
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
Teks
1. Kultivar Buah Pamelo yang Digunakan dalam Penelitian ... 15
2. Perubahan Kelunakan Buah Selama Penyimpanan... 16
3. Perubahan Susut Bobot Selama Penyimpanan ... 17
4. Perubahan Padatan Terlarut Total (PTT) Selama Penyimpanan ... 19
5. Perubahan Padatan Terlarut Total (PTT) Tujuh Kultivar ... 20
6. Perubahan Total Asam Tertitrasi (TAT) Selama Penyimpanan ... 21
7. Perubahan Total Asam Tertitrasi (TAT) Tujuh Kultivar Pamelo ... 21
8. Rasio PTT:TAT Selama Penyimpanan ... 22
9. Rasio PTT:TAT Tujuh Kultivar Pamelo ... 23
10Perubahan Kadar Vitamin C Selama Penyimpanan ... 24
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jeruk (
Citrus
sp.) merupakan salah satu buah unggulan nasional. Komoditas
ini memegang peran strategis dalam peta perdagangan produk pertanian khususnya
buah-buahan di Indonesia. Selama kurun waktu 10 tahun terakhir, agribisnis jeruk
cukup menarik perhatian para investor maupun petani. Terbukti dalam kurun tersebut
telah bermunculan perusahaan-perusahaan jeruk di Indonesia seperti PT. Mitra Jeruk
Lestari (MJL) di Sambas, PT. Ladang Artha Buana di Sumbawa, PT. Horti Jaya
Lestari (HJL) di Medan dan sebagainya. Saat ini proporsi luas areal tanam jeruk siam
mencapai 85% dari total luas tanam jeruk di Indonesia. Proporsi selanjutnya adalah
jeruk keprok 8%, pamelo 4% dan jenis jeruk lainnya sekitar 3% (Departemen
Pertanian, 2009)
Produksi pamelo pada tahun 2006 di Indonesia yaitu 85.691 ton dan pada
tahun 2007 mengalami penurunan yaitu 72.599 ton dengan produktivitas 17.43
ton/ha. Seiring dengan pertumbuhan penduduk dan peningkatan kesadaran
masyarakat akan gizi, maka kebutuhan buah jeruk nasional pada tahun 2015
diperkirakan mencapai 2.686.000 ton atau sekitar 1.8 kali dari produksi nasional
tahun 2004. Peningkatan produksi jeruk nasional dapat dilakukan dengan
pengembangan areal baru dan peningkatan produktivitas dan kualitas kebun jeruk
(Direktorat Jenderal Hortikultura, 2008).
Salah satu jenis jeruk unggulan adalah pamelo. Pamelo (
Citrus grandis
)
merupakan tanaman asli Indonesia yang dibudidayakan karena rasa buahnya yang
enak dan penampilan buahnya yang menarik (Setiawan, 1993). Pamelo dapat dipanen
dua kali dalam setahun. Panen pertama atau panen raya jatuh pada bulan April – Juni,
sedangkan panen susulan antara Oktober – November. Musim panen pamelo di
Indonesia mendahului musim panen di Thailand (bulan Agustus), sehingga buah
dapat masuk pasar lebih awal. Hal ini memungkinkan beberapa pedagang
Kualitas merupakan hal terpenting bagi produk hortikultura, baik
dimanfaatkan dalam bentuk segar maupun setelah diproses. Ada lima parameter
penentu kualitas yaitu rasa, bau, keragaan, tekstur dan nutrisi. Parameter nutrisi
merupakan faktor yang sebenarnya paling bermanfaat karena peranannya sebagai
penyedia sumber gizi bagi manusia (Joyce, 2001). Kualitas produk hortikultura
merupakan kombinasi dari karakteristik, sifat dan nilai untuk makanan dan
kesenangan. Konsumen cenderung menilai kualitas buah berdasarkan penampilan,
tingkat kekerasan yang baik, nilai rasa dan gizi (Kader, 1992).
Penyimpanan adalah suatu cara memelihara kualitas produk setelah
pemanenan dalam jangka waktu tertentu sebelum dijual dan dikonsumsi tanpa
menimbulkan banyak kerusakan dan penurunan mutunya. Penyimpanan merupakan
bagian dari rantai penanganan setelah pemanenan yang merupakan bagian dalam
sistem pemasaran, baik untuk buah yang diekspor maupun untuk pemasaran lokal
(Herly, 2002).
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengamati perubahan kualitas buah pamelo
(
Citrus grandis
(L.) Osbeck) dari beberapa kultivar selama periode penyimpanan.
Hipotesis
1.
Terjadi perubahan kualitas selama periode penyimpanan buah pamelo.
TINJAUAN PUSTAKA
Citrus grandis
(L.) Osbeck
Tanaman pamelo merupakan tanaman tahunan (
perennial
) (Rukmana, 2005).
Tanaman pamelo berbentuk pohon dan berkayu. Tinggi tanaman sekitar 5 - 15 m,
tergantung kepada cara perbanyakannya. Tanaman yang berasal dari cangkokan dan
okulasi lebih pendek dibandingkan dengan tanaman yang berasal dari biji. Batang
jeruk besar ada yang berduri (perbanyakan dengan biji) dan ada yang tidak berduri
(perbanyakan secara vegetatif) (Setiawan dan Sunarjono, 2003).
Daun pamelo berbentuk bundar telur (
ovale
) hingga jorong (
elliptical
) dengan
ukuran 5 – 20 cm x 2 – 5 cm. Bunga pamelo berada di ketiak daun, terdiri atas
beberapa kuntum bunga atau hanya sekuntum bunga. Bunga pamelo yang masih
kuncup mempunyai panjang 2 – 3 cm, sedangkan setelah mekar penuh berukuran 3 –
5 cm (Niyomdhan, 1992). Petalnya berjumlah 4 – 5, berwarna putih dan mempunyai
benang sari sebanyak 16 – 24 buah (Hume, 1957).
Tanaman pamelo mulai berproduksi pada umur 4 – 6 tahun (Setiawan dan
Sunarjono, 2003). Buah menjadi matang setelah 7 – 10 bulan dari munculnya bunga.
Bulan panen utama berlangsung pada bulan April – Juni, setelah berbunga pada bulan
September – Oktober tahun sebelumnya. Bakal buah pamelo memiliki segmen
sebanyak 11 – 16. Buahnya bertipe buah buni yang agak bulat dengan diameter 10 –
30 cm, tebal kulit 1 – 4 cm, berwarna kuning kehijau-hijauan dan mempunyai banyak
bintik kelenjar. Segmen buah berisi daging buah yang besar, berwarna kuning pucat
atau merah jambu dan berisi cairan yang rasanya agak manis (Niyomdhan, 1997).
Menurut Setiawan dan Sunarjono (2003) biji pamelo berbentuk lonjong, tipis dan
berwarna kuning. Dalam setiap segmen biasanya terdapat sekitar 1 – 5 biji dengan
panjang 1.0 – 1.5 cm.
Komposisi Kimia Buah Pamelo
Dalam setiap 100 g daging buah pamelo memiliki karbohidrat 9.3 g, lemak
vitamin C 44 mg, Niacin 0.4 mg dan air 89 g (Setiawan, 1993). Komposisi kimia
buah jeruk dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pertumbuhan, kultivar, tingkat
kematangan, iklim dan lingkungan tumbuh. Seperti umumnya buah jeruk yang sering
diidentifikasikan dengan vitamin C, pamelo pun memiliki kandungan vitamin C yang
cukup tinggi.
Aroma buah jeruk dihasilkan oleh minyak esensial yang mengandung
beberapa flavonoid yaitu: hesperidin, neohesperidin, aurantamarin, naringin,
tangeretin dan limonin. Warna kuning, oranye dan merah yang terdapat pada buah
jeruk dihasilkan oleh pigmen karotenoid dalam kloroplas (Samson, 1980).
Pamelo juga mengandung pektin yang dapat mengikis timbunan kolesterol
pada dinding pembuluh darah. Fungsi ini sangat penting untuk menghindarkan
ancaman
atherosclerosis
yang menjadi penyebab utama serangan jantung dan stroke.
Zat pektin ini lebih banyak terdapat pada serat dan kulit ari jeruk. Karenanya, olahan
kulit jeruk pun potensial sebagai makanan ringan dan sehat (Setiawan, 1993).
Struktur Fisik Buah Pamelo
Menurut Albrigo dan Carter (1977), bagian-bagian utama buah jeruk jika
dilihat dari luar sampai ke dalam adalah kulit (tersusun atas epidermis, flavedo,
kelenjar minyak, albedo dan ikatan pembuluh), segmen-segmen (terdiri atas dinding
segmen, rongga cairan, biji), dan
core
(bagian tengah yang terdiri dari ikatan
pembuluh dan jaringan parenkim).
Selanjutnya
Albrigo dan Carter (1977) menyebutkan secara fisik kulit jeruk
dapat dibagi menjadi dua bagian utama yaitu flavedo (kulit bagian luar yang
berbatasan dengan lapisan epidermis) dan albedo (kulit bagian dalam yang berupa
jaringan busa). Epidermis merupakan jaringan terluar yang melindungi buah jeruk.
Epidermis terdiri atas lapisan lilin, matriks kutin, dinding sel primer dan sel
epidermal. Flavedo sebagai lapisan kedua dicirikan dengan adanya warna hijau,
kuning, atau oranye. Pigmen yang terdapat pada flavedo adalah kloroplas dan
Albedo merupakan jaringan seperti spon berwarna putih yang berhubungan
dengan
core
di tengah-tengah buah. Albedo mempunyai fungsi mensuplai air dan
nutrisi dari pohon untuk pertumbuhan dan perkembangan buah. Pada albedo tidak
terdapat kloroplas ataupun kromoplas sehingga bagian ini berwarna putih. Bagian
albedo banyak mengandung selulosa, hemiselulosa, lignin, senyawa pektat dan fenol.
Albedo banyak mengandung senyawa flavonon hesperiodes seperti hesperitin dan
naringin serta senyawa-senyawa limonin yang lebih banyak dari flavedo maupun
jaringan membran buah. Senyawa-senyawa tersebut menyebabkan timbulnya rasa
pahit pada produk sari buah jeruk. Biji jeruk juga mengandung limonin yang
menyebabkan rasa pahit yang kuat. Senyawa pektin dan enzim-enzim yang bekerja
pada pektin, enzim oksidase dan peroksidase sebagian besar ada pada kulit bagian
dalam (Albrigo dan Carter, 1977).
Bagian segmen terdiri dari dinding segmen, jaringan-jaringan yang
membentuk kantong cairan dan cairan isi. Segmen terbentuk dari beberapa lapisan sel
(6-8) dan menyambung pada albedo. Kantong cairan berisi sari buah dan dinding
selnya mempunyai vakuola yang besar. Bagian pusat buah disebut
core
dibentuk oleh
jaringan mesofil dan bersifat seperti busa. Jaringan mesofil pada
core
sama dengan
pada jaringan albedo dan juga mengandung senyawa-senyawa yang menyebabkan
rasa pahit (Albrigo dan Carter, 1977).
Kultivar-kultivar Pamelo
Pamelo meliputi banyak kultivar. Keanekaragaman kultivar tersebut
didasarkan pada lingkungan tumbuh atau daerah sentra pengembangan. Di Indonesia
terdapat beberapa kultivar pamelo yang banyak ditanam petani di berbagai daerah
(Rukmana, 2005). Menurut hasil identifikasi Lembaga Biologi Nasional (LBN)
terdapat 15 kultivar pamelo yang masih ada. Namun, banyak yang sudah tidak bisa
dijumpai di pasaran. Kultivar-kultivar tersebut adalah pamelo Nambangan, Bali,
Cikoneng, Pandanwangi, Pandan, Srinyonya, Simanalagi, Jomblang, Delima,
Silempang, Oyod, Gondrong, Kepyar, Macan, Sabun, Celeng dan Gulung (Setiawan,
Adas Nambangan
Adas Nambangan merupakan kultivar paling populer karena termasuk jenis
unggul. Sesuai dengan namanya, pamelo ini berasal dari daerah Nambangan, yaitu
sebuah kelurahan di Kodya Madiun, Jawa Timur. Kini sentra produksi pamelo
Nambangan mulai bergeser ke Kabupaten Magetan, tepatnya di Desa Sukomoro,
Desa Tamanan dan Desa Tambak Mas. Sehingga sekarang dikenal dengan nama
pamelo Sukomoro (Setiawan, 1993).
Adas Nambangan mulai berbuah pada umur 3-4 tahun setelah tanam. Buahnya
bulat pendek, kulit buah kuning kehijauan. Daging buah merah muda dan menjadi
merah hingga jingga setelah tua. Rasanya lebih manis dibandingkan jenis pamelo
lainnya. Namun, ciri khas pamelonya tidak hilang. Rasanya manis-manis asam dan
segar. Daging buah banyak mengandung air, sangat cocok untuk pelepas dahaga di
kala haus. Keistimewaan lain, jeruk ini lebih tahan dalam penyimpanan. Dengan suhu
kamar, penyimpanan bisa berlangsung selama 4 bulan. Setelah penyimpanan kulit
buah menjadi sedikit keriput, namun daging buahnya tetap segar dan banyak
mengandung air (Setiawan, 1993).
Cikoneng
Kultivar Cikoneng memiliki bentuk tanaman seperti payung dengan tinggi
tanaman 5 - 10 m, bentuk daun bulat panjang dengan ujung melebar, warna
permukaan daun bagian atas hijau tua dengan perabaan halus dan bagian bawah
kekuningan, warna bunga putih dengan posisi di percabangan, jumlah bunga +/- 10
per tandan. Buahnya dicirikan dengan kulit buah yang berwarna kuning. Daging
buahnya besar dengan warna kemerah-merahan, kulitnya tipis dan kasar. Rasa buah
cukup manis dengan sedikit rasa getir (Setiawan dan Sunarjono, 2003). Jeruk
Cikoneng banyak ditanam di daerah Sumedang, Jawa Barat. Punahnya jeruk
Cikoneng terjadi sekitar tahun 80-an karena serangan CVPD (Citrus Vein Phloem
Degeneration). Sehingga tanaman yang terserang menjadi mati kering (Susanto,
Srinyonya
Bentuk buah jeruk ini bulat pendek dengan dasar buah agak rata, ujung buah
cekung. Kulit buah agak tebal berwarna hijau muda dengan permukaan halus tidak
berbulu. Ukuran juringnya seragam, warna sari buahnya merah kekuningan dan
rasanya cukup manis. Daya simpan buah kultivar ini cukup baik, sekitar 1-2 bulan
(Setiawan dan Sunarjono, 2003). Kulit buah bagian luar berwarna hijau saat muda
dan setelah tua berubah menjadi kekuning-kuningan. Keadaan ari kulitnya lebih tipis
dibanding jeruk lainnya. Daging buahnya berwarna merah muda dengan rasa manis,
teksturnya halus, dan berair banyak. Daging buahnya sangat rapat satu dengan
lainnya. Jumlah bijinya sedikit, bahkan ada yang tidak berbiji sama sekali.
Umumnya tinggi pohon antara 5-15 m. Tajuk pohon agak rendah dan melebar
dengan percabangan tidak teratur. Ujung percabangan biasanya merunduk. Garis
tengah batang antara 10-30 cm. Kulit batang agak tebal dan berwarna cokelat
kekuningan. Seperti spesies jeruk lainnya, cabang dan ranting pamelo pun bersudut
saat masih muda dan membulat saat tua. Keadaan batangnya ada yang berduri dan
ada yang tidak berduri. Namun, biasanya duri tersebut ada pada tanaman yang berasal
biji dan masih muda. Setelah dewasa duri-duri tersebut biasanya hilang. Daun
tanaman ini berwarna hijau kuning agak suram dan berbulu. Akan tetapi, daun yang
masih muda kebanyakan tidak berbulu. Bentuknya bulat telur dengan ujung tumpul
dan letaknya terpencar-pencar. Tepi daun agak rata, tetapi dekat ujungnya agak
berombak. Tangkai daun bersayap lebar berwarna hijau kekuningan (Sentra Informasi
IPTEK, 2010).
Bunga pamelo berupa bunga majemuk atau bunga tunggal yang bertandan.
Bentuknya agak besar dan berbau harum. Kelopak bunga membentuk lonceng dengan
tajuk berjumlah 4-5. Benangsarinya tegak dan berberkas 4-5, jumlahnya 25-35. Bakal
buah berbentuk bulat kerucut dengan jumlah biasanya dua buah. Pada buah yang
terlampau matang kantung airnya (daging buah) akan menjadi kasar dan kering
(seperti nasi mentah). Buah yang dipetik pada saat awal pematangan sedikit
memperbaiki keadaaan selama penyimpanan (1-2 bulan), dan cocok untuk dikirim ke
melintasi lautan tanpa perlu disimpan di dalam ruang berpendingin (Sentra Informasi
IPTEK, 2010).
Panen dan Pasca Panen
Mutu buah-buahan tidak dapat diperbaiki, tetapi dapat dipertahankan. Mutu
yang baik diperoleh bila pemanenan hasilnya dilakukan pada tingkat kematangan
yang tepat. Buah yang belum matang bila dipanen akan menghasilkan mutu jelek dan
proses pemasakan tidak berjalan dengan baik. Sebaliknya penundaan waktu
pemanenan buah-buahan akan meningkatkan kepekaan buah pada pembusukan
sehingga mutu dan nilai jualnya rendah (Pantastico, 1989).
Menurut Pantastico (1989) kriteria pemanenan dapat ditentukan dengan
beberapa cara yaitu:
a.
Secara visual : dengan melihat warna kulit, ukuran, masih adanya sisa tangkai
putik, adanya daun-daun tua di bagian luar yang kering, mengeringnya tubuh
tanaman dan penuhnya buah.
b.
Secara fisik : mudahnya buah terlepas dari tangkai atau adanya absisi,
ketegaran dan berat jenis.
c.
Dengan analisis kimia : kandungan zat padat, asam, perbandingan zat padat
dengan asam dan kandungan zat pati.
d.
Dengan perhitungan : jumlah hari setelah bunga mekar dalam hubungannya
dengan tanggal berbunga dan unit panas
e.
Secara fisiologis : respirasi
Perubahan sifat fisik dan kimia selama pemasakan antara lain perubahan
warna kulit, pelunakan kulit dan daging buah, penurunan bobot (Pantastico, 1989),
perubahan kadar asam organik dan kadar gula, perubahan laju produksi CO
2dan
etilen (Santoso dan Purwoko, 1995). Perubahan warna memperlihatkan indikasi
kematangan pada buah. Perubahan tersebut ditandai dengan hilangnya warna hijau
akibat adanya degradasi klorofil (Wills
et al
., 1989) dan aktivitas dari pigmen lainnya
seperti likopen (antosianin), flavonoid dan karotenoid selama pemasakan (Winarno
Pelunakan buah terjadi karena adanya perubahan komposisi senyawa-senyawa
penyusun dinding sel. Perubahan utama yang paling berpengaruh adalah adanya
perombakan protopektin yang tidak larut menjadi pektin yang larut. Selama
pemasakan, protopektin secara bertahap dipecah menjadi fraksi-fraksi dengan bobot
molekul yang lebih rendah sehingga menjadi larut dalam air (Wills
et al
., 1989).
Kehilangan air disebabkan oleh proses transpirasi dan respirasi pada buah
yang dapat menjadi penyebab utama deteorisasi karena tidak saja berpengaruh
langsung pada kehilangan kuantitatif (susut bobot) tetapi juga dapat menyebabkan
kehilangan kualitas dalam penampilan dan tekstur seperti pelunakan buah, hilangnya
kerenyahan dan kandungan juice (Kader, 1992). Kays (1991) menambahkan bahwa
kehilangan bobot buah akibat dari proses respirasi dapat terjadi oleh dua faktor yaitu
internal (komoditi) dan eksternal (lingkungan) yang berinteraksi. Faktor yang
dipengaruhi oleh komoditi yaitu spesies, kultivar, bagian tanaman, tingkat
pertumbuhan, rasio volume dan luas permukaan, sejarah penanaman sebelumnya,
kondisi penanganan dan komposisi kimia. Sedangkan faktor yang disebabkan dari
lingkungan adalah temperatur, komposisi gas, kondisi kelembaban, cahaya dan faktor
lainnya yang dapat memicu kondisi stress.
Kualitas Buah Pamelo
Kualitas pada produk hortikultura sangat penting karena dapat mencerminkan
nilai dari komoditas tersebut. Komoditas hortikultura segar merupakan kombinasi
dari ciri-ciri, sifat dan nilai harga yang mencerminkan nilai komoditas tersebut.
Pentingnya tiap faktor kualitas tergantung pada komoditas dan penggunaan (segar
atau diproses) (Santoso dan Purwoko, 1995).
Padatan terlarut total (PTT) buah dihitung dari kandungan gula sukrosa
dengan bantuan alat
refractometer
dalam skala
oBrix (Kader, 1992). Peningkatan nilai
PTT yang terjadi dalam buah selama proses menuju masak (ripening) karena buah
terus mengalami reaksi metabolisme selama proses penyimpanan yaitu hidrolisis pati
yang akan mengubah cadangan makanan atau energi menjadi gula. Semakin lama
dengan penurunan terhadap kandungan asam organik. Komponen asam organik
terbesar pada buah jeruk adalah asam sitrat (sekitar 70-90% dari total asam organik).
Perubahan keasaman dalam penyimpanan dapat berbeda-beda sesuai dengan tingkat
kemasakan dan suhu penyimpanan (Pantastico
et al
., 1986). Ryugo (1988)
menambahkan bahwa rasio PTT : TAT merupakan kriteria penting untuk pemanenan
anggur dan jeruk. Rasio PTT : TAT meningkat selama pematangan dan ini dapat
dijadikan sebagai indikator kesukaan konsumen.
Komponen nutrisi yang dapat dijadikan salah satu standar kualitas buah jeruk
adalah vitamin C (asam askorbat). Asam askorbat adalah antioksidan yang amat
efektif. Bahkan dalam jumlah yang kecil, asam askorbat mampu melindungi berbagai
molekul penting di dalam tubuh seperti protein, lemak, karbohidrat dan juga asam
nukleat dari kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas dan
reactive oxygen
species
yang dapat diproduksi selama proses metabolisme normal dalam tubuh
maupun yang berasal dari paparan senyawa toksin maupun polusi (Johnston
et al.,
2001). Pada tahun 2000, nilai
Recommended Dietary Allowance
(RDA) untuk asam
askorbat ditetapkan pada 75 mg per hari bagi perempuan dewasa dan sebanyak 90 mg
per hari bagi laki-laki dewasa. Nilai ini meningkat sebanyak 25-50 % dibandingkan
rekomendasi sebelumnya yang hanya sebesar 60 mg per hari bagi laki-laki dan
Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2009 sampai dengan Agustus
2010. Perlakuan periode penyimpanan dilakukan di laboratorium Micro
Technique, Fakultas Pertanian IPB, Dramaga sementara analisis buah dilakukan di laboratorium Molecular Marker and Spectrophotometry UV-VIS dan laboratorium
Pasca Panen Fakultas Pertanian IPB, Dramaga.
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tujuh kultivar
pamelo (Citrus grandis (L.) Osbeck) yaitu: Cikoneng, Adas Nambangan, Adas
Duku, Jawa 1, Jawa 2, Bali Merah dan Bageng. Analisis kualitas buah
menggunakan larutan Iodium 0.01 N, larutan NaOH 0.1 N, aquades, larutan
amilum 1%. Alat-alat yang digunakan adalah cutter, gunting, pisau, jangka
sorong, plastik bening, gelas piala 100 ml, peralatan titrasi, label, erlenmeyer, kain
saring, pH meter, magnestir, blender, timbangan analitik, heater, pipet 25 ml dan
10 ml, hand refaktometer dan alat tulis.
Metode Penelitian
Penelitian yang dilakukan disusun dengan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) satu faktor dengan tujuh kultivar sebagai perlakuan yaitu Cikoneng (K1),
Adas Nambangan (K2), Adas Duku (K3), Jawa 1 (K4), Jawa 2 (K5), Bali Merah
(K6) dan Bageng (K7). Percobaan terdiri atas tiga ulangan sehingga terdapat 21
satuan percobaan. Setiap satuan percobaan diamati lima kali (interval pengamatan
2 minggu), sehingga jumlah buah yang digunakan adalah 105 buah.
Model linier yang digunakan sebagai berikut:
Yij = µ + τi + εij, dengan: i = 1,2,3,...i j = 1,2,3,...j
Yij = nilai pengamatan dari kultivar ke-i dan ulangan ke-j
µ = nilai tengah umum (rata-rata)
τi = pengaruh kultivar ke-i
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan diuji dengan menggunakan uji
F pada taraf α 5 %. Apabila perlakuan menunjukkan pengaruh yang nyata, maka
dilakukan uji jarak berganda Duncan dengan program SAS versi 9.1.3 untuk
mengetahui perlakuan terbaik.
Pelaksanaan
Tahapan persiapan penelitian, dilakukan eksplorasi buah pamelo secara
bertahap ke tiga lokasi sentra produksi, yaitu: Sumedang, Magetan dan Kudus.
Buah dipanen berdasarkan kriteria panen yang biasa digunakan oleh petani
setempat yaitu waktu setelah munculnya bunga. Buah menjadi matang setelah 7 –
10 bulan dari munculnya bunga. Setelah buah dipanen, selanjutnya buah dibagi
ke dalam 5 kelompok, di mana tiap-tiap kelompok terdiri dari 3 buah jeruk dalam
kultivar yang sama. Kelompok buah ini dibagi berdasarkan periode penyimpanan
(0, 2, 4, 6 dan 8 MSP).
Analisis kualitas buah yang meliputi: padatan terlarut total (PTT), total
asam tertitrasi (TAT), kandungan vitamin C, kelunakan kulit buah dan bobot
bagian-bagian buah. Analisis kualitas buah dilakukan pada 0, 2, 4, 6, 8 MSP
(minggu setelah panen). Interval analisis ini untuk melihat perubahan kualitas dari
berbagai kultivar buah pamelo.
Pengamatan
1. Susut bobot selama penyimpanan
Susut bobot buah dilakukan dengan membandingkan bobot pamelo setelah
penyimpanan dengan bobot awal pamelo sebelum penyimpanan. Pengukuran
susut bobot dilakukan dengan cara penimbangan menggunakan timbangan
analitik. Hasil penimbangan dinyatakan dalam persen bobot yang dihitung dengan
rumus:
Susut bobot = Wo – Wt x 100%
Wo
Keterangan : Wo = Bobot buah awal
2. Kelunakan Buah
Pengukuran kelunakan buah dilakukan dengan alat penetrometer elektrik
berdasarkan daya penetrasi jarum terhadap kulit pamelo. Lubang tusukan
dilakukan pada bagian pangkal, tengah dan ujung buah. Tusukan dilakukan
selama 5 detik, beban yang digunakan adalah 50 g. Angka yang terbaca setelah
penusukan selama 5 detik dinyatakan sebagai tingkat kelunakan buah (mm/50 g/5
detik). Semakin besar angka yang diperoleh, semakin tinggi tingkat kelunakan
buah.
3. Bagian dapat Dimakan (BDD)
Pengukuran ini mengacu pada Muchtadi dan Sugiyono (1989) dengan
menimbang bobot daging buah dan membandingkannya dengan bobot total buah.
Pengamatan menggunakan timbangan analitik dan dihitung dengan rumus:
BDD (%) = bobot daging buah x 100%
bobot total buah
4. Padatan Terlarut Total (PTT)
Prosedur pengamatan mengacu pada AOAC (1995) dimana padatan
terlarut total diukur dengan refraktometer. Setetes cairan buah diletakkan pada
prisma refraktometer lalu dilakukan pembacaan. Sebelum dan sesudah digunakan,
prisma refraktometer dibersihkan dengan kain halus. Total padatan terlarut total
dinyatakan dengan oBrix.
5. Total Asam Tertitrasi (TAT)
Pengukuran kadar asam dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:
ditimbang 100 g daging buah, dihancurkan dengan menggunakan blender ditera
dengan labu erlenmeyer ukuran 500 ml. Filtrat diambil 50 ml dimasukkan dalam
gelas piala 100 ml. Selanjutnya diukur pH larutan menggunakan pH meter sambil
diaduk menggunakan magnestir. Setelah diketahui pH awal larutan maka
dilakukan titrasi dengan 0.1 N larutan NaOH standar hingga mencapai pH 7.
Total Asam = ml titran x N x fp x 64 x 100%
mg contoh
Keterangan: N = normalitas larutan NaOH fp = faktor pengenceran
6. Rasio PTT:TAT
Pengukuran dilakukan dengan membandingkan antara kandungan PTT dan
TAT setiap perlakuan.
7. Kandungan vitamin C
Pengukuran kandungan vitamin C (asam askorbat) berdasarkan metode
titrasi Iodium. Prosedurnya adalah sebagai berikut: ditimbang 100 gram daging
buah dan hancurkan dalam blender kemudian ditera sampai diperoleh larutan juice
500 ml. Selanjutnya diambil 25 ml filtrat dengan pipet dan masukkan dalam
erlenmeyer ukuran 100 ml. Setelah itu ditambahkan 2 ml larutan amilum 1%
sebagai indikator. Kemudian dititrasi dengan 0.01 N larutan iodium standar
sampai terbentuk warna biru ungu yang konstan. Kadar vitamin C dapat dihitung
dengan rumus:
Vit. C (mg/100g bahan) = ml I2 0.01 N x 0.88 x fp x 100
bobot contoh (g)
Keterangan : 1 ml iodium 0.01 N = 0.88 mg asam askorbat
8. Tingkat Kesukaan Konsumen Terhadap Buah (Uji Organoleptik)
Pengamatan dilakukan dengan memberikan lembar kuisioner pada 10
panelis untuk mengetahui tingkat kesukaan dan penerimaan konsumen terhadap
rasa buah. Skor rasa sebagai berikut: 1 = sangat tidak suka; 2 = tidak suka; 3 =
Keadaan Umum
Penelitian dilakukan dengan terlebih dahulu mengambil sampel buah pamelo dari 3 lokasi sentra produksi yaitu Sumedang, Magetan dan Kudus. Pengambilan sampel dilakukan secara bertahap karena perbedaan musim panen antar lokasi sentra produksi. Sampel kultivar Cikoneng berasal dari daerah Sumedang. Kultivar Adas Nambangan, Adas Duku, Jawa 1, Jawa 2 dan Bali Merah berasal dari daerah Magetan, sementara Kudus merupakan lokasi pengambilan sampel kultivar Bageng. Buah pamelo dipanen berdasarkan kriteria panen yang biasa digunakan oleh petani setempat yaitu waktu setelah munculnya bunga. Buah menjadi matang setelah 7 – 10 bulan dari munculnya bunga. Buah hasil eksplorasi kemudian didistribusikan ke laboratorium Ekofisiologi departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB, Dramaga.
Gambar 1. Keragaan Buah Pamelo yang Digunakan pada Awal Penelitian Jawa
Cikoneng Adas Nambangan Adas Duku
Buah disimpan dalam ruangan dengan suhu berkisar 24 - 27 oC dengan kelembaban antara 80 – 90 %. Proses penyortiran dilakukan pada saat awal penyimpanan. Buah yang mengalami kerusakan mekanis pada waktu dibawa dari lapang menuju laboratorium tidak digunakan dalam proses pengamatan. Selama periode penyimpanan, hanya sebagian kecil buah yang terkena serangan penyakit busuk buah. Gejala busuk buah menjadikan kulit buah tampak kering dan bagian dalamnya membusuk serta mengeluarkan cairan. Buah yang busuk kemudian dibuang dan digantikan dengan buah yang lain.
Kelunakan Buah
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan kelunakan buah kultivar Jawa 1 dan Bageng tidak berpengaruh nyata selama penyimpanan. Gambar 2 menunjukkan tingkat kelunakan seiring dengan periode penyimpanan, semakin lama disimpan maka tingkat kelunakan semakin tinggi.
Gambar 2. Perubahan Kelunakan Buah Selama Penyimpanan
Kultivar yang diteliti memiliki kelunakan buah sebesar 10.11 mm/50 g/5 detik (Jawa 2) - 12.97 mm/50 g/5 detik (Bali Merah) pada awal pengamatan dan berada di kisaran 14.90 mm/50 g/5 detik (Bageng) – 23.18 mm/50 g/5 detik (Adas Duku) pada akhir pengamatan. Beberapa kultivar menghasilkan peningkatan kelunakan mencapai dua kali selama penyimpanan yaitu Adas Nambangan (22.30 mm/50 g/5 detik), Adas Duku (23.18 mm/50 g/5 detik) dan
Minggu Setelah Penyimpanan (MSP)
mm/50 g/5 deti
Jawa 2 (19.96 mm/50 g/5 detik), sementara Bali Merah mengalami peningkatan kelunakan terkecil (17.70 mm/50 g/5 detik) ((Lampiran 8).
Menurut Santoso dan Purwoko (1995) kelunakan pada buah pamelo terjadi akibat pemecahan polimer karbohidrat, khususnya senyawa pektin dan hemiselulosa yang melemahkan dinding sel dan gaya kohesif yang mengikat sel bersama. Hal ini menyebabkan tekstur menjadi lebih lunak.
Susut Bobot Buah
Bobot buah pamelo yang diamati berkisar antara 1.2 – 2.1 kg. Pengamatan susut bobot dilakukan dengan membandingkan bobot buah pada beberapa minggu setelah panen (MSP) dengan bobot awal buah ketika dipanen.
Gambar 3. Perubahan Susut Bobot Selama Penyimpanan
Secara umum pamelo mengalami kenaikan susut bobot yang besarnya bervariasi selama periode penyimpanan (Gambar 3). Pengamatan pada 2 MSP menunjukkan bahwa tujuh kultivar pamelo yang disimpan mengalami susut bobot sebesar 5.51 % - 13.09 %, persentase susut bobot semakin meningkat hingga mencapai 23.65 % - 34.19 % pada akhir pengamatan. Kultivar Jawa 1 adalah kultivar yang mengalami susut bobot terbesar selama penyimpanan. Peningkatan susut bobot mencapai enam kali yaitu sebesar 5.51 % pada awal penyimpanan menjadi 33.99 % pada akhir penyimpanan. Kultivar Bageng mengalami susut bobot terkecil selama penyimpanan. Peningkatan susut bobot mencapai dua kali yaitu 23.65 % (Lampiran 9).
Minggu Setelah Penyimpanan (MSP)
Susu
t Bob
o
t
Kehilangan bobot buah selama penyimpanan disebabkan oleh hilangnya kandungan air dalam buah sewaktu terjadi proses transpirasi buah selama masa penyimpanan. Respirasi dan transpirasi terus berlangsung setelah buah dipanen dari pohon, karena buah terpisah dari pohonnya maka terjadi pemutusan sumber air, fotosintat dan mineral sehingga buah bergantung pada cadangan air dan makanan dalam buah untuk melakukan respirasi dan transpirasi. Kehilangan substrat akibat respirasi yang tidak tergantikan menyebabkan kerusakan pada buah mulai terjadi (Santoso dan Purwoko,1995).
Aryani (1999) menyatakan parameter susut bobot dapat dijadikan salah satu indikator daya simpan buah pamelo. Hal ini dikarenakan persentase susut bobot yang tinggi setelah mengalami masa penyimpanan akan menimbulkan kerutan pada kulit buah sehingga penampilan buah pamelo menjadi tidak menarik dan buah tidak layak dipasarkan.
Bagian dapat Dimakan (BDD)
Hasil percobaan menunjukkan bahwa proporsi bagian buah yang tertinggi persentasenya adalah daging buah. Pada awal penyimpanan, Adas Duku memiliki BDD terbesar dibanding kultivar lain (60.43 %) sedangkan Bageng merupakan kultivar yang memiliki BDD terkecil (34.93 %). Pada akhir pengamatan, Bageng merupakan kultivar yang memiliki BDD terkecil dibanding kultivar lain (59.56 %) dan Adas Duku memiliki BDD terbesar (71.33 %) (Tabel 1).
Tabel 1. Bagian dapat Dimakan Buah Pamelo
Perlakuan Bagian dapat Dimakan (%)
0 MSP 2 MSP 4 MSP 6 MSP 8 MSP Rata-rata
Cikoneng 53.32 55.51 60.78 61.94 63.67 59.04
Nambangan 56.39 57.94 58.11 60.89 64.04 59.47
Duku 60.43 62.11 65.71 66.76 71.33 65.27
Jawa 1 53.54 61.65 62.65 64.29 68.77 62.18
Jawa 2 54.73 61.03 62.24 63.73 64.81 61.31
Bali Merah 54.62 56.61 58.01 60.46 66.08 59.16
Bageng 34.93 44.29 56.29 58.94 59.56 50.80
Perhitungan persentase daging buah yang dapat dimakan atau edible portion pamelo didapat dengan membandingkan antara bobot daging buah pamelo (tanpa kulit dan biji) dengan bobot pamelo utuh. Bagian dapat dimakan pada buah pamelo bervariasi disebabkan bobot total buah berkurang selama penyimpanan buah. Susut bobot terutama terjadi pada kulit buah sedangkan bobot daging buah relatif tetap. Hal ini menyebabkan nilai rasio daging buah terhadap bobot total buah meningkat selama penyimpanan.
Buah terdiri dari kulit, daging buah dan biji. Akan tetapi, tidak semua bagian buah dapat dimakan. Untuk memperhitungkan jumlah bagian yang termakan dan terbuang dari buah perlu diketahui bagian yang dapat dimakan. Hal ini penting diketahui dalam perhitungan rendemen (Muchtadi dan Sugiyono, 1989).
Padatan Terlarut Total (PTT)
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan pengaruh penyimpanan berpengaruh nyata terhadap padatan terlarut total pada kultivar Adas Nambangan , Adas Duku, Jawa 2 dan Bageng. Nilai PTT berkisar antara 8.57 obrix - 10.41 obrix pada awal pengamatan dan berada di kisaran 10.63 obrix – 12.77 obrix di akhir pengamatan (Lampiran 11). Gambar 4 menunjukkan bahwa nilai PTT meningkat selama penyimpanan. Selama 8 minggu penyimpanan PTT masing-masing kultivar bertambah sekitar 1 o - 2 obrix.
Gambar 4. Perubahan Padatan Terlarut Total (PTT) Selama Penyimpanan Minggu Setelah Penyimpanan (MSP)
PTT (
O Br
Gambar 5 menunjukkan kenaikan padatan terlarut total pada seluruh kultivar pamelo. Nilai padatan terlarut total ke tujuh kultivar tidak berbeda nyata. Selama pengamatan, Bali Merah merupakan kultivar yang memiliki kenaikan nilai padatan terlarut total terendah sebesar 0.97 obrix, sedangkan Jawa 2 memiliki kenaikan padatan terlarut total tertinggi sebesar 2.36 obrix (Lampiran 20).
Gambar 5. Perubahan Padatan Terlarut Total (PTT) 7 Kultivar
Padatan terlarut total (PTT) mengalami peningkatan sejalan dengan penurunan asam-asam organik. Bagian utama PTT adalah kandungan gula dan sedikit asam organik. Penurunan asam organik terjadi karena sebagian asam-asam organik diubah menjadi gula. Peningkatan kandungan PTT selama penyimpanan disebabkan oleh pemecahan polisakarida (Pantastico, 1989).
Total Asam Tertitrasi (TAT)
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan total asam tertitrasi kultivar Cikoneng tidak berpengaruh nyata selama penyimpanan. Kultivar Adas Duku mengalami penurunan pada 2 MSP namun semenjak 4 MSP hingga 8 MSP kadar total asam tertitrasi stabil sebesar 0.44 %. Sementara Jawa 2 mengalami kadar
Minggu Setelah Penyimpanan (MSP)
PTT (
O Br
total asam tertitrasi yang stabil sejak 6 MSP hingga akhir pengamatan sebesar 0.47 %. Kultivar Adas Duku, Jawa 1 dan Bali Merah memiliki total asam tertitrasi tertinggi pada 0 MSP sebesar 0.61 %, 0.45 % dan 0.45 %. Sementara Jawa 1, Bali Merah dan Bageng memiliki total asam tertitrasi terendah pada akhir pengamatan (8 MSP) sebesar 0.29 %, 0.32 % dan 0.31 % (Lampiran 12).
Gambar 6. Perubahan Total Asam Tertitrasi (TAT) Selama Penyimpanan Gambar 7 menunjukkan secara umum terlihat bahwa nilai total asam tertitrasi turun pada semua kultivar selama periode simpan 8 minggu.Nilai total asam tertitrasi pada ketujuh kultivar berada pada kisaran 0.40 %-0.63 % pada 0 MSP. Total asam tertitrasi mengalami penurunan pada minggu terakhir menjadi sebesar 0.29 % - 0.47 % (Lampiran 12).
Gambar 7. Perubahan Total Asam Tertitrasi (TAT) Tujuh Kultivar Pamelo Minggu Setelah Penyimpanan (MSP)
TA
T (%)
Minggu Setelah Penyimpanan (MSP)
TA
T (%
Menurut Muchtadi dan Sugiyono (1989) selama pemasakan pada buah akan terjadi peningkatan kadar gula untuk memberikan rasa manis. Penurunan kadar asam organik serta senyawa fenolik untuk mengurangi rasa asam dan sepat. Asam organik selain mempengaruhi rasa juga mempengaruhi aroma buah, sehingga digunakan untuk menentukan mutu buah.
Rasio PTT:TAT
[image:33.612.161.490.346.581.2]. Hasil sidik ragam menunjukkan pengaruh penyimpanan berpengaruh nyata terhadap perubahan rasio PTT:TAT. Pada minggu ke-0 rasio ketujuh kultivar berada di kisaran 15.73 – 25.64, sedangkan pada minggu ke-8 berada di kisaran 25.51 - 40.73. Kultivar Bali Merah dan Jawa 1 memiliki rasio PTT:TAT terbesar pada akhir pengamatan masing-masing sebesar 36.25 dan 40.73 (Lampiran 13).
Gambar 8. Rasio PTT:TAT Selama Penyimpanan
Rasio PTT:TAT merupakan korelasi antara nilai kandungan padatan terlarut total dan total asam tertitrasi Perubahan nilai kandungan padatan terlarut total mempunyai nilai korelasi terbalik dengan kandungan total asam tertitrasi.
R
a
sio PT
T:T
A
Rasio PTT:TAT mengalami peningkatan hampir dua kali selama penyimpanan 8 minggu (Gambar 8).
[image:34.612.140.494.244.477.2]Pada awal pengamatan, Bageng memiliki rasio PTT:TAT tertinggi sebesar 25.64. Sementara kisaran terendah sebesar 15.73 – 16.44. Bageng merupakan kultivar yang memiliki rasio PTT:TAT tertinggi pada 4 MSP sebesar 33.03, sementara rasio PTT:TAT terendah sebesar 19.36. Pada akhir pengamatan, kultivar Jawa 1 dan Bageng memiliki rasio PTT:TAT tertinggi dibandingkan kultivar lain sebesar 40.73 dan 39.24 (Gambar 9).
Gambar 9. Rasio PTT:TAT Tujuh Kultivar Pamelo
Purwati et al. (1991) menyatakan bahwa rasio PTT/TAT menunjukkan peningkatan dengan semakin bertambahnya umur buah. Winarno dan Aman (1981) menyatakan bahwa apabila buah-buahan menjadi matang, maka kandungan gulanya meningkat, tetapi kandungan asamnya menurun. Akibatnya rasio gula dan asam akan mengalami perubahan yang drastis. Setijorini (2000) menambahkan bahwa penurunan asam organik selama penyimpanan disebabkan penggunaannya sebagai substrat respirasi. Menurut Sugiarto et al. (1991) yang paling penting dalam menentukan selera konsumen adalah rasio gula/asam atau
Minggu Setelah Penyimpanan (MSP)
Ras
io PT
T:T
A
keseimbangan antara rasa manis dan asam, jika semakin tinggi nilai rasio PTT/TAT maka buah menunjukkan rasa semakin manis.
Vitamin C
Kadar vitamin C selama penyimpanan buah secara umum mengalami penurunan selama 8 minggu penyimpanan (Gambar 10). Periode penyimpanan berpengaruh nyata terhadap perubahan kadar vitamin C (Lampiran 14).
Gambar 10. Perubahan Kadar Vitamin C Selama Penyimpanan
Gambar 11 menunjukkan bahwa ke tujuh kultivar memiliki kadar vitamin C tertinggi pada 0 MSP, walaupun pada kultivar Adas Nambangan tidak berbeda nyata dengan 2 MSP. Tiap kultivar memiliki laju penurunan yang berbeda selama 8 minggu penyimpanan. Selama periode penyimpanan, laju penurunan kadar vitamin C masing-masing kultivar adalah 54% (Cikoneng), 43% (Adas Nambangan), 64% (Adas Duku), 43% (Jawa 1), 55% (Jawa 2), 57% (Bali Merah) dan 48% (Bageng) (Lampiran 23).
Gambar 11. Perubahan Kadar Vitamin C Tujuh Kultivar Pamelo
mg/100 g
Minggu Setelah Penyimpanan (MSP)
Vitamin
C
Bageng memiliki kadar vitamin C tertinggi pada 6 MSP sebesar 30.26 mg/100 g. Cikoneng merupakan kultivar yang memiliki kadar vitamin C terendah pada 6 MSP sebesar dan 17.48 mg/100 g. Pada 0 MSP ke tujuh kultivar memiliki kadar vitamin C sebesar 33.86 – 46.59 mg/ 100 g, sementara pada akhir pengamatan mengalami perubahan sebesar 13.41 – 23.51 mg/100 g (Lampiran 23). Menurut Winarno (1997), vitamin C merupakan vitamin yang mudah rusak dan mudah teroksidasi. Vitamin C (asam askorbat) sangat mudah teroksidasi menjadi L-dehidroaskorbat yang sangat labil dan dapat mengalami perubahan lebih lanjut menjadi asam L-diketogulonat yang tidak memiliki sifat vitamin C lagi.
Uji Organoleptik
Hasil uji organoleptik terhadap rasa buah selama penyimpanan menunjukkan adanya perubahan kesukaan panelis. Pada kultivar Jawa 2, Bali Merah dan Bageng perubahan kesukaan tampak lebih jelas. Pada kultivar Cikoneng, Adas Nambangan, Adas Duku dan Jawa 1 peningkatan kesukaan kecil.
Tabel 2. Skor Rata-rata Rasa Buah Pamelo Selama Penyimpanan
Perlakuan Skor Rasa *)
0 MSP 2 MSP 4 MSP 6 MSP 8 MSP
Cikoneng 3.3 a 3.7 a 2.7 a 3.3 a 2.7 a
Nambangan 3.3 a 3.7 a 3.7 a 3.3 a 3.3 a
Duku 3.3 a 3.3 a 3.7 a 2.7 a 3.7 a
Jawa 1 3.7 a 3.3 a 4.3 a 4.0 a 4.3 a
Jawa 2 3.3 b 3.3 b 3.3 b 4.3 ab 4.7 a
Bali Merah 2.7 ab 3.3 ab 3.7 a 3.3 ab 2.3 b
Bageng 3.3 ab 3.3 ab 3.7 a 3.3 ab 2.3 b
MSP = Minggu Setelah Penyimpanan
*) = Skor nilai : 1 = sangat tidak suka, 2 = tidak suka, 3 = agak suka, 4 = suka, 5 = sangat suka
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan taraf 5 %
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Secara umum terjadi perubahan kualitas fisik dan kimia pada buah pamelo selama delapan minggu penyimpanan. Kelunakan buah berkisar antara 10.11 – 12.97 mm/50 g/5 detik pada awal pengamatan dan berada di kisaran 14.90 – 23.18 mm/50 g/5 detik pada akhir pengamatan. Susut bobot berkisar antara 5.51 % - 13.09 % pada awal pengamatan, persentase susut bobot semakin meningkat hingga mencapai 23.65 % - 34.19 % pada akhir pengamatan. Rata-rata bagian dapat dimakan (BDD) dari ke tujuh kultivar berkisar 50.80 % - 65.27 %.
Nilai PTT pada awal penyimpanan berkisar 8.57 obrix - 10.41 obrix dan meningkat di kisaran 10.63 obrix – 12.77 obrix pada akhir pengamatan. Kadar TAT yang semula 0.40 % - 0.63 % mengalami penurunan pada minggu terakhir menjadi sebesar 0.29 % - 0.47 %. Kadar vitamin C juga mengalami penurunan dimana pada awal pengamatan berada pada kisaran 33.86 – 46.59 mg/ 100 g, sementara pada akhir pengamatan mengalami perubahan sebesar 13.41 – 23.51 mg/100 g.
Dari keseluruhan kultivar yang diamati, Jawa 2 merupakan kultivar yang paling disukai konsumen. Kultivar ini memiliki rasa yang manis dan agak sedikit asam. Selain itu juga tidak terlalu getir ketika dimakan.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Albrigo, L. G. dan Carter, R. D. 1977. Structure of Citrus Fruits in Relation to Processing. Dalam Nagy, S. Shaw, P. E. dan Veldhius, M. K. Citrus science and technology Volume I. AVI. Publ. Co. Inc. Westport Connecticut.
AOAC. 1995. Method of Analysis. Association of Official Analytical Chemistry. Washington D. C.
Aryani. 1999. Pengaruh Pelapisan Lilin dan Pengemasan dengan Plastik Poliethilen terhadap Daya Simpan Jeruk Besar (Citrus grandis L. Osbeck) cv. Nambangan dan Bali Merah. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Departemen Pertanian. 2009. Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Sektor Pertanian Sub Sektor Pertanian Hortikultura Bidang Budidaya Tanaman Jeruk. http://www.deptan.go.id/bpsdmp
Direktorat Jenderal Hortikultura. 2008. Produksi Tanaman Buah-Buahan.
http://www.hortikultura.deptan.go.id.
Food and Nutrition Board, Institute of Medicine. 2000. Dietary Reference Intakes for Vitamin C, Vitamin E, Selenium and Carotenoids. National Academy Press. Washington D . C.
Harjadi, S. S. 1989. Dasar-dasar Hortikultura. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Harjadi, S. S. dan H. Sunarjono. 1989. Budidaya Tomat. Hal 1-26. Dalam S. S. Harjadi (ed). Dasar-dasar Hortikultura. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. 506 hal.
Herly. 2002. Pengaruh Lama Penyimpanan dan Pentahapan Suhu Pemeraman Terhadap Aspek Fisiologis dan Sifat Fisio-Kimia Buah Pisang Mas (Musa paradisiaca L.). Skripsi. IPB. Bogor. 66 hal.
Hume, H. H. 1957. Citrus Fruits. The Macmillan Company. New York. 444 p. Johnston, C. S., Steinberg, F. M., dan Rucker, R. B. 2001. Ascorbic acid. Dalam
Handbook of Vitamins. 3th edition. Rucker R. B., Suttie, J. W., Mc Cormick, D. B., and Machlin, L. J. (eds) Marcel Dekker, Inc. New York. Joyce, D. 2001. The quality cycle. p. 1-10. In : R. Dris, R. Niskanen and S. M.
Kader, A. A. 1992. Quality and safety factor. p. 185-189. In : A. A. Kader (Ed.). Postharvest Technology of Horticultural Crops. University of California. California.
Kays, S. J. 1991. Postharvest Physiology of Perishable Plant Product. Van Nostrandt Reinhold. New York. 532p.
Muchtadi, T. R. dan Sugiyono. 1989. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. IPB. 412 hal.
Niyomdham, C. 1992. Citrus maxima (Burm.) Merr. In : E. W. M. Verheij & R. E. Coronel (Editors). Edible fruits and nuts. Plant Resources of South-East Asia. Bogor, Indonesia. 446 p.
Pantastico, E. B. 1989. Faktor-Faktor Prapanen yang Mempengaruhi Mutu dan Fisiologi Pasca Panen.. Hal. 38-63. Dalam E. B. Pantastico (ed). Fisiologi Pasca Panen Penanganan dan Pemanfaatan Buah-Buahan dan Sayur-Sayuran Tropika dan Subtropika. Diterjemahkan oleh Kamariyani dan G. Tjitrosoepomo. Gadjah Mada Univ. Press. Yogyakarta.
Purwati, S. D. Sabrani, T. Haryadi, H. S. Soemarno. 1991. Stadia pemanenan buah mangga arumanis (Yogyakarta) untuk konsumsi segar. Jurnal Hortikultura. 1(1):15-18.
Rukmana, R. 2005. Jeruk Besar Potensi dan Prospeknya. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Ryugo, K. 1988. Fruit Culture. John Wiley, Inc. New York. 344 p.
Samson, J. A. 1980. Tropical Fruits. Tropical Agriculture Series. Longman. London and New York. p 64 – 119.
Santoso, B. B., B. S. Purwoko. 1995. Fisiologi dan Teknologi Pasca Panen Tanaman Hortikultura. Indonesia Australia Eastern Universities Project. Jakarta. 187 hal.
Sentra Informasi IPTEK. 2010. www.iptek.net.id/ind/teknologi.pangan/index. [18
Juli 2010].
Setiawan, A. I. 1993. Usaha Pembudidayaan Jeruk Besar. Penebar Swadaya. Jakarta. 102 hal.
Setijorini, L. E. 2000. Aplikasi Poliamin Prapanen untuk Mempertahankan Kualitas Tomat Setelah Panen. Tesis Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Soekarto, S. T. 1985. Penilaian Organoleptik. Bhatara Karya Aksara. Jakarta. 121 hal.
Sugiarto, M., Hardianto, dan Suhardi. 1991. Sifat fisik dan kimiawi beberapa varietas jeruk manis (Citrus senensis L. Osbeck). Jurnal Hortikultura. 1(3):39-43.
Wills, R. B.H., T.H. Lee, W.B. McGlasson, D. Graham and E.G. Hall. 1989. Postharvest: An Introduction to The Physiology and Handling of Fruit and Vegetables. New South Wales University Press. Australia. 163 p.
Winarno, F. G. dan M. Aman. 1981. Fisiologi Lepas Panen. Sastra Hudaya. Jakarta. 97 hal.
Tabel Lampiran 1. Sidik Ragam Pengamatan Buah Pamelo kultivar Cikoneng
yang disimpan selama 8 MSP
Pengamatan Sumber db JK KT Fhitung KK
Kelunakan Buah Periode 4 62.4889 15.6222 3.62* 13.95
Galat 10 43.2019 4.3202
Umum 14 105.6908
Susut Bobot Periode 4 2062.4734 515.6184 32.98** 21.98
Galat 10 156.3317 15.6332
Umum 14 2218.8051
PTT Periode 4 8.3210 2.0803 2.07tn 9.91
Galat 10 10.0423 1.0042
Umum 14 18.3633
TAT Periode 4 0.0805 0.0201 2.43tn 18.67
Galat 10 0.0828 0.0083
Umum 14 0.1633
Rasio PTT:TAT Periode 4 364.1728 91.0432 4.48* 20.58
Galat 10 203.3255 20.3326
Umum 14 567.4984
Vitamin C Periode 4 673.6028 168.4007 27.15** 10.66
Galat 10 62.0318 6.2032
Umum 14 735.6346
Uji Organoleptik Periode 4 2.400 0.600 1.13tn 23.31
Galat 10 5.333 0.533
Tabel Lampiran 2. Sidik Ragam Pengamatan Buah Pamelo kultivar Adas
Nambangan yang disimpan selama 8 MSP
Pengamatan Sumber db JK KT Fhitung KK
Kelunakan Buah Periode 4 206.0733 51.5183 7.71** 13.48
Galat 10 66.78 6.678
Umum 14 272.8533
Susut Bobot Periode 4 2193.4992 548.3748 50.32** 18.76
Galat 10 108.9787 10.8979
Umum 14 2302.4779
PTT Periode 4 9.7494 2.4374 3.51* 8.90
Galat 10 6.9361 0.6936
Umum 14 16.6855
TAT Periode 4 0.0342 0.0086 64.13** 2.42
Galat 10 0.0013 0.0001
Umum 14 0.0355
Rasio PTT:TAT Periode 4 204.0514 51.0128 14.13** 9.51
Galat 10 36.1148 3.6115
Umum 14 240.1662
Vitamin C Periode 4 550.3403 137.5851 22.34** 9.66
Galat 10 61.5994 6.1599
Umum 14 611.9397
Uji Organoleptik Periode 4 0.400 0.100 0.19tn 21.06
Galat 10 5.333 0.533
Tabel Lampiran 3. Sidik Ragam Pengamatan Buah Pamelo kultivar Adas Duku
yang disimpan selama 8 MSP
Pengamatan Sumber db JK KT Fhitung KK
Kelunakan Buah Periode 4 209.3152 52.3288 10** 11.52
Galat 10 52.3059 5.2306
Umum 14 261.6211
Susut Bobot Periode 4 1770.4307 442.6077 17.85** 29.34
Galat 10 248.0209 24.8021
Umum 14 2018.4516
PTT Periode 4 7.3429 1.8358 6.95** 4.89
Galat 10 2.6403 0.2640
Umum 14 9.9831
TAT Periode 4 0.0677 0.0169 8.91** 8.91
Galat 10 0.0190 0.0019
Umum 14 0.0867
Rasio PTT:TAT Periode 4 243.7603 60.9401 11.53** 10.39
Galat 10 52.8651 5.2865
Umum 14 296.6254
Vitamin C Periode 4 980.1930 245.0483 66.08** 7.65
Galat 10 37.0815 3.7082
Umum 14 1017.2746
Uji Organoleptik Periode 4 2.000 0.500 1.5tn 17.32
Galat 10 3.333 0.333
Tabel Lampiran 4. Sidik Ragam Pengamatan Buah Pamelo kultivar Jawa 1 yang
disimpan selama 8 MSP
Pengamatan Sumber db JK KT Fhitung KK
Kelunakan Buah Periode 4 78.4133 19.6033 3.2tn 19.13
Galat 10 61.2400 6.1240
Umum 14 139.6533
Susut Bobot Periode 4 2361.9532 590.4883 57.9** 20.02
Galat 10 101.9907 10.1990
Umum 14 2463.9440
PTT Periode 4 12.6662 3.1665 2.6tn 10.51
Galat 10 12.1694 1.2169
Umum 14 24.8356
TAT Periode 4 0.0446 0.0111 43.97** 4.16
Galat 10 0.0025 0.0003
Umum 14 0.0471
Rasio PTT:TAT Periode 4 729.9780 182.4945 22.34** 10.06
Galat 10 81.6863 8.1686
Umum 14 811.6642
Vitamin C Periode 4 584.5557 146.1389 109.19** 3.58
Galat 10 13.3834 1.3383
Umum 14 597.9391
Uji Organoleptik Periode 4 2.267 0.567 1.21tn 17.37
Galat 10 4.667 0.467
Tabel Lampiran 5. Sidik Ragam Pengamatan Buah Pamelo kultivar Jawa 2 yang
disimpan selama 8 MSP
Pengamatan Sumber db JK KT Fhitung KK
Kelunakan Buah Periode 4 188.2432 47.0608 19.8** 9.14
Galat 10 23.7693 2.3769
Umum 14 212.0126
Susut Bobot Periode 4 1895.6156 473.9039 166.91** 9.98
Galat 10 28.3932 2.8393
Umum 14 1924.0088
PTT Periode 4 10.4834 2.6208 9.13** 4.62
Galat 10 2.8709 0.2871
Umum 14 13.3542
TAT Periode 4 0.0588 0.0147 4.46* 11.05
Galat 10 0.0329 0.0033
Umum 14 0.0917
Rasio PTT:TAT Periode 4 252.5472 63.1368 7.49** 12.61
Galat 10 84.3368 8.4337
Umum 14 336.8840
Vitamin C Periode 4 866.6958 216.6740 18.27** 12.31
Galat 10 118.5772 11.8577
Umum 14 985.2730
Uji Organoleptik Periode 4 5.067 1.267 3.80* 15.19
Galat 10 3.333 0.333
Tabel Lampiran 6. Sidik Ragam Pengamatan Buah Pamelo kultivar Bali Merah
yang disimpan selama 8 MSP
Pengamatan Sumber db JK KT Fhitung KK
Kelunakan Buah Periode 4 52.3040 13.0760 4.78* 11.53
Galat 10 27.3533 2.7353
Umum 14 79.6573
Susut Bobot Periode 4 2016.8073 504.2018 19.51** 30.62
Galat 10 258.4659 25.8466
Umum 14 2275.2732
PTT Periode 4 1.8693 0.4673 0.72tn 7.81
Galat 10 6.5000 0.6500
Umum 14 8.3693
TAT Periode 4 0.0370 0.0093 138.85** 2.1
Galat 10 0.0007 0.000067
Umum 14 0.0377
Rasio PTT:TAT Periode 4 384.6388 96.1597 15.46** 9.11
Galat 10 62.2069 6.2207
Umum 14 446.8457
Vitamin C Periode 4 1235.5902 308.8976 29.08** 10.01
Galat 10 106.2351 10.6235
Umum 14 1341.8254
Uji Organoleptik Periode 4 3.600 0.900 2.70tn 18.83
Galat 10 3.333 0.333
Tabel Lampiran 7. Sidik Ragam Pengamatan Buah Pamelo kultivar Bageng yang
disimpan selama 8 MSP
Pengamatan Sumber db JK KT Fhitung KK
Kelunakan Buah Periode 4 29.8467 7.4617 2.2tn 14.69
Galat 10 33.9067 3.3907
Umum 14 63.7533
Susut Bobot Periode 4 1167.8616 291.9654 180.86** 8.16
Galat 10 16.1431 1.6143
Umum 14 1184.0047
PTT Periode 4 7.5234 1.8809 7.48** 4.42
Galat 10 2.5137 0.2514
Umum 14 10.0372
TAT Periode 4 0.0245 0.0061 229.63** 1.45
Galat 10 0.0003 0.000027
Umum 14 0.0248
Rasio PTT:TAT Periode 4 469.6750 117.4187 43.98** 5.03
Galat 10 26.6966 2.6697
Umum 14 496.3716
Vitamin C Periode 4 774.9356 193.7339 83.34** 4.47
Galat 10 23.2453 2.3245
Umum 14 798.1810
Uji Organoleptik Periode 4 3.067 0.767 2.30tn 18.04
Galat 10 3.333 0.333
Tabel Lampiran 8. Perubahan Kelunakan Buah Selama Penyimpanan
Perlakuan
Kelunakan Buah (mm/50 g/5 detik)
0 MSP 2 MSP 4 MSP 6 MSP 8 MSP
Cikoneng 11.23 a 14.77 ab 14.86 ab 16.64 a 16.98 a
Nambangan 11.93 b 19.97 a 20.33 a 21.30 a 22.30 a
Duku 12.74 b 19.65 a 22.17 a 21.50 a 23.18 a
Jawa 1 10.90 a 11.17 a 11.83 a 13.70 a 17.07 a
Jawa 2 10.11 c 16.70 b 18.60 ab 19.00 ab 19.96 a
Bali Merah 12.97 b 12.97 b 13.00 b 15.10 ab 17.70 a
Bageng 10.60 a 11.80 a 12.57 a 12.80 a 14.90 a
MSP: Minggu Setelah Panen
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf α 5%
Tabel Lampiran 9. Perubahan Susut Bobot Selama Penyimpanan
Perlakuan Susut Bobot (%)
2 MSP 4 MSP 6 MSP 8 MSP
Cikoneng 10.42 c 22.37 b 22.96 B 34.19 a
Nambangan 10.13 b 15.78 b 30.09 A 31.96 a
Duku 13.09 b 15.06 b 24.9 A 31.82 a
Jawa 1 5.51 c 14.50 c 25.77 B 33.99 a
Jawa 2 10.26 d 17.34 c 24.17 B 32.69 a
Bali Merah 8.75 cd 17.67 bc 22.81 B 33.79 a
Bageng 12.22 c 18.56 b 23.41 A 23.65 a
MSP: Minggu Setelah Panen
Tabel Lampiran 10. Bagian dapat Dimakan (BDD) Tujuh Kultivar Pamelo
Perlakuan Bagian dapat Dimakan (%)
0 MSP 2 MSP 4 MSP 6 MSP 8 MSP rata-rata
Cikoneng 53.32 55.51 60.78 61.94 63.67 59.04
Nambangan 56.39 57.94 58.11 60.89 64.04 59.47
Duku 60.43 62.11 65.71 66.76 71.33 65.27
Jawa 1 53.54 61.65 62.65 64.29 68.77 62.18
Jawa 2 54.73 61.03 62.24 63.73 64.81 61.31
Bali Merah 54.62 56.61 58.01 60.46 66.08 59.16
Bageng 34.93 44.29 56.29 58.94 59.56 50.80
n = 15
Tabel Lampiran 11. Perubahan Padatan Terlarut Total (PTT) Selama
Penyimpanan
Perlakuan PTT (
o brix)
0 MSP 2 MSP 4 MSP 6 MSP 8 MSP
Cikoneng 8.87 a 9.80 a 10.20 a 10.67 a 11.01 a
Nambangan 8.57 b 8.60 b 9.03 b 9.93 ab 10.63 a
Duku 9.66 b 9.66 b 10.84 a 11.17 ab 11.20 a
Jawa 1 9.57 a 9.57 a 10.17 a 11.50 a 11.67 a
Jawa 2 10.41 c 10.96 bc 11.77 ab 12.13 a 12.77 a
Bali Merah 10.00 a 10.00 a 10.33 a 10.33 a 10.97 a
Bageng 10.33 b 10.65 b 11.67 a 12.00 a 12.03 a
MSP: Minggu Setelah Panen
Tabel Lampiran 12. Perubahan Total Asam Tertitrasi (TAT) Selama Penyimpanan
Perlakuan
TAT (%)
0 MSP 2 MSP 4 MSP 6 MSP 8 MSP
Cikoneng 0.58 a 0.54 a 0.51 a 0.44 a 0.37 a
Nambangan 0.54 a 0.53 a 0.47 b 0.44 c 0.42 c
Duku 0.61 a 0.52 b 0.44 c 0.44 c 0.44 c
Jawa 1 0.45 a 0.41 b 0.40 bc 0.37 c 0.29 d
Jawa 2 0.63 a 0.54 ab 0.48 b 0.47 b 0.47 b
Bali Merah 0.45 a 0.42 b 0.41 b 0.34 c 0.32 d
Bageng 0.40 a 0.40 a 0.35 b 0.32 c 0.31 d
MSP: Minggu Setelah Panen
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf α 5%
Tabel Lampiran 13. Rasio PTT:TAT Selama Penyimpanan
Perlakuan RASIO PTT:TAT
0 MSP 2 MSP 4 MSP 6 MSP 8 MSP
Cikoneng 15.73 c 18.25 bc 21.06 bc 24.81 ab 29.70 a
Nambangan 15.97 c 16.34 c 19.36 bc 22.76 ab 25.51 a
Duku 16.02 b 18.56 bc 24.96 a 25.39 a 25.70 a
Jawa 1 21.26 c 23.36 c 25.61 c 31.08 b 40.73 a
Jawa 2 16.44 c 20.34 bc 24.44 ab 26.37 a 27.54 a
Bali Merah 22.11 c 23.99 c 24.99 bc 29.51 b 36.25 a
Bageng 25.64 c 26.63 c 33.03 b 37.92 a 39.24 a
MSP: Minggu Setelah Panen
Tabel Lampiran 14. Perubahan Kadar Vitamin C Selama Penyimpanan
Perlakuan
Vitamin C (mg/100 g)
0 MSP 2 MSP 4 MSP 6 MSP 8 MSP
Cikoneng 34.05 a 27.13 b 22.66 b 17.48 c 15.55 c
Nambangan 33.86 a 32.11 a 22.37 b 20.99 b 19.19 b
Duku 36.91 a 29.80 b 25.83 c 19.83 d 13.41 e
Jawa 1 40.96 a 35.62 b 34.42 b 27.09 c 23.51 d
Jawa 2 40.61 a 29.51 b 29.21 b 22.14 c 18.42 c
Bali Merah 46.59 a 36.86 b 33.09 b 26.30 c 20.02 d
Bageng 42.15 a 38.71 b 37.50 b 30.26 c 22.01 d
Tabel Lampiran 15. Sidik Ragam Pengamatan Tujuh Kultivar Buah Pamelo pada
Periode Penyimpanan 0 MSP
Pengamatan Sumber db JK KT Fhitung KK
Kelunakan Buah Kultivar 6 21.1213 3.5202 1.73tn 12.42
Galat 14 28.5611 2.0401
Umum 20 49.6823
PTT Kultivar 6 8.8573 1.4762 2.39tn 8.16
Galat 14 8.6507 0.6179
Umum 20 17.5079
TAT Kultivar 6 0.1402 0.0234 7.18** 10.92
Galat 14 0.0456 0.0033
Umum 20 0.1858
Rasio PTT:TAT Kultivar 6 282.5465 47.0911 12.95** 10.02
Galat 14 50.9050 3.6361
Umum 20 333.4515
Vitamin C Kultivar 6 385.5911 64.2652 5.39** 8.78
Galat 14 166.9026 11.9216
Tabel Lampiran 16. Sidik Ragam Pengamatan Tujuh Kultivar Buah Pamelo pada
Periode Penyimpanan 2 MSP
Pengamatan Sumber Db JK KT Fhitung KK
Kelunakan Buah Kultivar 6 252.6501 42.1084 5.61** 17.68
Galat 14 105.0829 7.5059
Umum 20 357.7331
Susut Bobot Kultivar 6 109.2889 18.2148 2.01tn 29.92
Galat 14 126.6844 9.0489
Umum 20 235.9733
PTT Kultivar 6 10.7095 1.7849 3.52* 7.20
Galat 14 7.1068 0.5076
Umum 20 17.8163
TAT Kultivar 6 0.0797 0.0133 7.62** 8.71
Galat 14 0.0244 0.0017
Umum 20 0.1041
Rasio PTT:TAT Kultivar 6 245.0442 40.8407 16.53** 7.46
Galat 14 34.5820 2.4701
Umum 20 279.6262
Vitamin C Kultivar 6 335.2779 55.8797 11.62** 6.68
Galat 14 67.3299 4.8093
Tabel Lampiran 17. Sidik Ragam Pengamatan Tujuh Kultivar Buah Pamelo pada