SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Per syaratan
Dalam Memperoleh Gelar Sar jana Ekonomi
J ur usan Akuntansi
Diajukan Oleh :
NINGGAR RETNO PUSPITA DUANI
0813010160 / FE / EA
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
J AWA TIMUR
Disusun Oleh :
NINGGAR RETNO PUSPITA DUANI
0813010160 / FE /EA
Telah dipertahankan dihadapan dan diter ima oleh Tim Penguji Skr ipsi
J ur usan Akuntansi Fakultas ekonomi
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur
Pada Tanggal 25 Mei 2012
Pembimbing :
Tim Penguji :
Pembimbing Utama
Ketua
Dra. Ec. Tituk Diah W, MAks
Dr s. Ec. H. Tamadoy Thamrin, MM
Sekr etaris
Dra. Ec. Tituk Diah W, MAks
Anggota
Dra. Sar i Andayani, MAks
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ekonomi
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur
dengan limpahan kasih saying-Nya, penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Skripsi
dengan judul “PENGARUH KEAHLIAN DAN INDEPENDENSI AUDITOR
TERHADAP PENDAPAT AUDITOR (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik
Di Sur abaya Timur”. Penyusunan Skripsi ini merupakan syarat akhir studi untuk
mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi, pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Keberhasilan dalam penyusunan Skripsi ini, tidak lepas dari dukungan dan
bantuan berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Pihak-pihak
yang turut mendukung atas tersusunnya skripsi ini, antara lain :
1.
Prof. DR. Ir. H. R. Teguh Soedarto, MP, Rektor Universitas Pemabngunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2.
Dr. Dhani Ichsanudin Nur, MM, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3.
Dr. Sri Trisnaningsih, Msi, Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4.
Dra. Ec. Tituk Diah W, MAks, selaku Dosen Pembimbing penulis di Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
6.
Segenap dosen-dosen Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
7.
Para auditor yang ada di Kantor Akuntan Publik Surabaya Timur, terima kasih
atas bantuan dan data-data yang diberikan dalam penyusunan skripsi ini.
8.
Bapak “Sugito”, Ibu “Suprapti”, mertua bapak “Eko”, mama “Tutik”, dan
kakakku “Singgih”, terima kasih atas kasih sayang, kesabaran dan dukungan
moril maupun meteriil serta doa yang diberikan kepada ananda dengan tulus
ikhlas tanpa pamrih.
9.
Suamiku “Ady” dan anakku “Rifky” tercinta, terima kasih untuk semua kasih
sayang, dukungan dan dorongan yang telah diberikan selama ini .
10.
Semua sahabat-sahabat terbaikku yang ada di jurusan akuntansi, terima kasih
untuk semua dukungan dan dorongan yang telah diberikan.
Penulis juga mengucapkan Terima Kasih kepada semua pihak-pihak yang tidak
dapat disebutkan satu persatu. Skripsi ini tidak lepas dari kekurangan, maka penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun bagi kesempurnaan.
Surabaya, Mei 2012
Ninggar Retno Puspita Duani
ABSTRAKSI
Di Indonesia penelitian yang berkaitan dengan auditor memang
sudah sering dilakukan. Namun peneliti belum melihat adanya penelitian
yang membahas masalah keahlian audit dan independensi audit sebagai dua
faktor yang tidak
mutually exclusive
yang mempengaruhi opini audit. Dalam
penelitian ini kedua faktor tersebut dimasukkan sebagai faktor kembar yang
mungkin akan mempengaruhi opini auditor terhadap kelangsungan hidup
perusahaan. Begitu pula sekarang ini masih banyak masalah mengenai
pendapat auditor yang dikarenakan keahlian audit dan independensi yang
dimiliki oleh auditor. Untuk itu peneliti ingin mengetahui Pengaruh
Keahlian Auditor dan Independensi Auditor Terhadap Pendapat Auditor.
Pengukuran yang digunakan dalam variabel bebas dan variabel
terikat menggunakan skala
interval,
sedangkan teknik pengukurannya
menggunakan
Semantic Differential
. Penelitian ini menggunakan data
primer yang berbentuk kuesioner yang dikirimkan langsung kepada para
auditor di Kantor Akuntan Publik di Surabaya Timur. Data yang diperoleh
dari instrumen penelitian tersebut kemudian diolah dengan menggunakan
Regresi Linier Berganda sebagai alat ujinya.
Dari hasil analisis diperoleh bahwa keahlian dan independensi
auditor tidak berpengaruh terhadap pendapat auditor.
DAFTAR ISI………. iii
DAFTAR TABEL……….. vii
DAFTAR GAMBAR………. viii
DAFTAR LAMPIRAN………. ix
ABSTRAKSI……….. x
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang………... 1
1.2 Perumusan Masalah……….... 4
1.3 Tujuan Penelitian……… 5
1.4 Manfaat Penelitian……….. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu………. 6
2.2 Landasan Teori………... 10
2.2.1 Auditing……… 10
2.2.1.1 Definisi dan Tujuan Auditing……… 10
2.2.1.2 Standar Profesional Akuntan Publik…….. 11
2.2.1.3 Standar Auditing... 12
2.2.2 Keahlian Audit………... 14
2.2.4 Pendapat Auditor... 21
2.2.4.1 Pengertian Pendapat Auditor... 21
2.2.4.2 Jenis-Jenis Pendapat... 22
2.2.5 Pengaruh Keahlian Auditor Terhadap Pendapat Auditor ... 25
2.2.6 Pengaruh Independensi Auditor Terhadap Pendapat Auditor... 26
2.2.7 Pengaruh Keahlian dan Independensi Auditor Terhadap Pendapat Auditor... 27
2.3. Kerangka Pikir... 29
2.4 Hipotesis... 29
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel... 30
3.1.1 Definisi Operasional... 30
3.1.2 Pengukuran Variabel... 31
3.2 Teknik Penentuan Sampel... 32
3.3 Teknik Pegumpulan Data... 34
3.3.1 Jenis Data... 34
3.4.2 Uji Asumsi Klasik... 37
3.4.3 Teknik Analisis... 39
3.4.4 Uji Hipotesis... 40
BAB IV HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Obyek Penelitian... 43
4.1.1 Sejarah Berdirinya Akuntan Publik... 43
4.1.2 Fungsi Akuntan... 44
4.1.3 Ketentuan dan Peraturan... 44
4.2 Deskripsi Hasil Penelitian... 46
4.2.1 Deskripsi Statistik... 51
4.3 Deskripsi Hasil Pengujian Kualitas Data... 53
4.3.1 Pengujian Reliabilitas... 53
4.3.2 Pengujian Validitas... 54
4.3.3 Pengujian Normalitas... 56
4.4 Hasil Pengujian Asumsi Klasik... 56
4.4.1 Pengujian Multikolinieritas... 56
4.4.2 Pengujian Heteroskedastisitas... 57
4.5 Teknik Analisis Regresi... 57
4.8 Keterbatasan Penelitian... 62
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan... 63
5.2 Saran... 64
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Setiap tahun para manajemen perusahaan selalu melaporkan posisi
keuangan perusahaannya, laporan posisi keuangan tersebut mencakup semua
kondisi atau keadaan perusahaan, dimana dalam laporan tersebut pihak
pemakai dapat melihat perkembangan perusahaan dibandingkan tahun
sebelumnya Posisi keuangan dan hasil operasi dilaporkan dalam bentuk
laporan keuangan sehingga terdapat hubungan antara pihak manajemen
perusahaan dengan para pemakai laporan keuangan tersebut.
.Pihak manajemen perusahaan wajib melaporkan kegiatan operasi
perusahaan dalam bentuk laporan keuangan, dimana laporan keuangan
tersebut mengacu pada Standart Akuntansi Indonesia (SAK), dari hasil
kegiatan operasi perusahaan pihak pemakai tersebut antara lain adalah
pemegang saham, bank atau kreditur, pemerintah dan masyarakat. Untuk
meyakinkan para pemakai terhadap kewajaran laporan keungan tersebut,
pihak manajemen dapat meminta jasa dari akuntan publik untuk memeriksa
laporan keuangan, sehingga laporan keuangan dapat disajikan secara wajar.
Standar yang dijadikan pedoman bagi para akuntan publik adalah Standar tu
Profesional Akuntan Publik (SPAP) dan Standar Akuntansi Keuangan (SAK).
menjadi dasar laporan keuangan tersebut, ia bertanggung jawab atas terjadinya
ketidakcermatan di dalam laporan keuangan itu. Menurut Arens dan
Loebbecke (1997:114), tanggung jawab manajemen atas kewajaran penyajian
laporan keuangan sekaligus juga membawa manajemen pada kedudukan untuk
menentukan pengungkapan yang diperlukan. Sekalipun manajemen
bertanggung jawab atas penyiapan laporan keuangan dan catatan kaki yang
menyertainya, auditor boleh juga mempersiapkan suatu draft untuk klien atau
memberikan saran-saran yang diperlukan, jika manajemen tetap berkeinginan
untuk mengungkapkan suatu laporan keuangan yang oleh auditor dianggap
tidak wajar, auditor dapt mengeluarkan pendapat tidak wajar atau pendapat
wajar dengan pengecualian atau bisa juga menardik diri dari penugasan.
Sebelum melakukan tugasnya, seorang auditor harus merencanakan
penugasannya dengan baik, ada tiga alasan utama mengapa auditor harus
merencanakan penugasannya dengan baik, yaitu agar dia dapat memperoleh
bukti kuat yang mencukupi dalam situasinya pada saat itu atau sebagai dasar
opininya, untuk membantu menekan biaya audit dan untuk menghindari salah
pengertian dengan klien.
Seorang auditor yang tidak mempunyai keahlian sangat bergantung
pada bukti-bukti yang disediakan oleh pihak manajemen atau
pemikiran-pemikiran orang lain. Artinya, mereka tidak dapat memberikan pendapat
secara obyktif. Kesalahan itu timbul karena faktor keahlian audit dan
independensi. Knapp (1985) mengatakan bahwa yang mempengaruhi
independen meskipun ada tekanan dari pihak manajemen (dikutip dari
Mayangsari,2003).
Di Indonesia penelitian yang berkaitan dengan auditor memang sudah
sering dilakukan. Namun peneliti belum melihat adanya penelitian yang
membahas masalah keahlian audit dan independensi audit sebagai dua faktor
yang tidak mutually exclusive yang mempengaruhi opini audit. Dalam
penelitian ini kedua faktor tersebut dimasukkan sebagai faktor kembar yang
mungkin akan mempengaruhi opini auditor terhadap kelangsungan hidup
perusahaan.
Dalam kerangka postulat auditing oleh Lee (1972) dalam artikel Lee
dan Stone (1995) disebutkan bahwa auditor diasumsikan memiliki
independensi baik secara mental maupun secara fisik untuk melaksanakan
tugas audit serta memiliki keahlian dan pengalaman yang cukup agar dapat
memberikan pendapat secara obyektif (dikutip dari Sekar Mayangsari, 2003).
Sekarang ini masih banyak masalah mengenai pendapat auditor yang
dikarenakan keahlian audit yang dimiliki oleh auditor. Misalnya adalah kasus
perkara antara kantor akuntan publik auditor laporan keuangan PT. Telkom,
yakni KAP Eddy Pianto yang melaporkan KAP Hadi Sutanto. KAP Eddy
Pianto adalah auditor laporan keuangan tahun 2002 PT. Telkom, sementara
KAP Hadi Sutanto adalah auditor anak perusahaan PT. Telkom, yakni PT.
Telkomsel.
Inti permasalahan dari perkara tersebut adalah dimana Eddy Pianto
menghambat karier dan kerja penggugat. Semua itu disebabkan karena KAP
Hadi Sutanto tidak mengizinkan KAP Eddy Pianto untuk menggunakan
pendapat KAP Hadi Sutanto dalam hasil auditnya terhadap PT. Telkomsel
(anak perusahaan) ke dalam laporan audit (konsolidasi) PT. Telkom. Hal
inilah yang dianggap Eddy Pianto sebagai salah satu alasan SEC menolak
laporan keuangan tahun 2002 Telkom auditan KAP Eddy Pianto ( dikutip dari
Norma Aditia Pramita, 2009 ). Secara tidak langsung dari kasus tersebut
memperlihatkan pemberian pendapat yang dilakukan oleh auditor yang ahli
dan auditor yang tidak ahli.
Berdasarkan keterangan diatas meningkatkan minat peneliti untuk
menunjukkan karakteristik aantara kompetensi dan independensi tersebut akan
menjadi satu karakteristik sekaligus yang harus dimiliki oleh auditor yang
selama ini keduanya dibahas secara terpisah. Untuk itu peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul ”Pengar uh Keahlian dan Independensi
Auditor Terhadap Pendapat Auditor ” (Studi Empir is Pada Kantor
Akuntan Publik di Sur abaya Timur ).
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang dapat
dikemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
v Apakah keahlian auditor dan independensi auditor berpengaruh terhadap
1.3. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang dari permasalahan yang telah
dikemukakan diatas, maka penelitian ini bertujuan :
v Untuk menguji secara empiris apakah keahlian auditor dan independensi
auditor berpengaruh terhadap pendapat auditor.
1.4. Manfaat Penelitian
a) Bagi Universitas
Sebagai referensi penelitian lain yang berhubungan dengan
permasalahan yang diteliti serta sebagai Dharma Bakti Perguruan Tinggi
Universitas Pembangunan Nasiona pada umumnya dan Fakultas
Ekonomi pada khususnya.
b) Bagi peneliti
Memperoleh pengetahuan sebagai upaya peningkatan daya fikir dan
menambah pengetahuan praktis tentang masalah audit khususnya tentang
pengaruh keahlian dan independensi auditor terhadap pendapar auditor.
c) Bagi praktisi
Hasil penelitian ini dapat dijadikan wacana dasar pemikiran dan
penalaran untuk merumuskan permasalahan baru dalam penelitian
selanjutnya untuk memperluas pemahaman aktivitas akademi dan
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang
dibahas dalam penelitian ini pernah dilakukan oleh :
a. Sekar Mayangsari (2003)
Judul : “Pengaruh Keahlian Audit dan Independensi Terhadap Pendapat
Auditor : Sebuah kuasieksperimen”
Permasalahan yang dikemukakan dalam penelitian tersebut adalah :
1. Apakah terdapat perbedaan pendapat auditor yang ahli dan
independensi dengan auditor yang hanya memiliki satu
karakteristik atau auditor yang sama sekali tidak memiliki kedua
karakteristik tersebut?
2. Apakah terdapat perbedaan jenis informasi yang digunakan sebagai
dasar pembuatan keputusan pendapat antara auditor yang ahli dan
auditor tidak ahli?
Hipotesis :
1. Diduga auditor yang memiliki keahlian audit dan independensi
akan memberikan pendapat tentang kelangsungan hidup
perusahaan yang cenderung benar dibandingkan dengan auditor
yang hanya memiliki salah satu karakteristik atau sama sekali tidak
2. Diduga kuantitas informasi yang diinginkan dipengaruhi oleh jenis
informasi. Auditor yang ahli lebih banyak mengingat jenis
informasi atypical, sedangkan auditor yang tidak ahli lebih banyak
mengingat informasi yang typical.
Dari hasil penelitian tersebut diperoleh beberapa kesimpulan, yaitu :
1. Hasil pengujian ANOVA Post Hoc, menunjukkan dengan lebih
jelas bahwa auditor yang independen memberikan pendapat yang
berbeda dengan auditor yang tidak independen. Sedangkan auditor
yang tidak independen memberikan pendapat yang sama. Namun
demikian, pendapat auditor yang ahli dan dan independen lebih
tepat dibandingkan auditor yang tidak ahli. Artinya, auditor yang
ahli mempunyai kemampuan prediksi yang lebih baik
dibandingkan dengan auditor yang tidak ahli.
2. Hasil penelitian lain menunjukkan adanya interaksi antara keahlian
audit dengan jenis informasi yang digunakan. Auditor yang ahli
ternyata memiliki perbedaan perhatian jenis informasi yang
digunakan sebagai dasar pemberian pendapat audit. Hasil
penelitian ini mendukung hasil penelitian Choo dan Trotman,
bahwa auditor ahli lebih memperhatikan informasi atypical.
Sebaliknya auditor yang non ahli lebih memperhatikan informai
b. Setianingsih Suherman (2002)
Judul : ”Pengaruh Keahlian Auditor dan Independensi Auditor Terhadap
Pendapat Auditor Pada Kantor Akuntan Publik di Surabaya”
Permasalahan yang dikemukakan dalam penelitian tersebut adalah :
1. Apakah ada pengaruh keahlian auditor dan independensi auditor
terhadap pendapat auditor?
2. Manakah yang paling dominan dari keahlian auditor dan
independensi auditor terhadap pendapat auditor?
Dari hasil penelitian tersebut diperoleh beberapa kesimpulan, yaitu :
1. Menyatakan bahwa keahlian auditor dan independensi auditor
secara bersama-sama berpengaruh terhadap pendapat auditor
terbukti kebenarannya.
2. Setelah diuji secara parsial didapatkan hasil sebagai berikut :
• variabel keahlian auditor tidak berpengaruh dengan
signifikan terhadap pendapat auditor.
• variabel independensi auditor berpengaruh signifikan
terhadap pendapat auditor terbukti.
c. Rohana Qudus (2004)
Judul : Pengaruh Keahlian dan Independensi Auditor Terhadap Pendapat
Auditor” (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Surabaya)
1. Apakah keahlian auditor dan independensi auditor berpengaruh
secara simultan terhadapa pendapat auditor?
2. Apakah keahlian auditor dan independensi auditor berpengaruh
secara parsial terhadap pendapat auditor?
Hipotesis :
1. Diduga terdapat pengaruh secara simultan antara keahlian auditor
dan independensi auditor terhadap pendapat auditor.
2. Diduga terdapat pengaruh secara parsial antara keahlian auditor
dan independensi auditor terhadap pendapat auditor.
Kesimpulan yang bisa diambil dari hasil penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Keahlian auditor dan independensi auditor secara simultan
berpengaruh terhadap pendapat auditor.
2. Keahlian auditor dan independensi auditor secara parsial
berpengaruh terhadap pendapat auditor.
• variabel keahlian auditor berpengaruh signifikan terhadap
pendapat auditor terbukti.
• variabel independensi auditor berpengaruh signifikan
2.2. Telaah Teori
2.2.1. Auditing
2.2.1.1. Definisi dan Tujuan Auditing
Menurut Arens & Loebbecke (1997:1) menjelaskan bahwa auditing
adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang
informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan
seorang yang kompeten dan independen untuk dapat menentukan dan
melaporkan kesesuaian informasi dimaksud dengan kriteria-kriteria yang
ditetapkan. Auditing seharusnya dilakukan oleh seorang yang independen
dan kompeten.
Sedangkan menurut Mulyadi dan Kanaka (1998:7) mendefinisikan
auditing secara umum sebagai suatu proses sistematik untuk memperoleh
dan mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataan-pernyataan
tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan
tingkat kesesuaian pernyataan-pernyataan ntersebut dengan kriteria yang
telah ditetapkan, serta penyampaian hail-hasilnya kepada pemakai yang
berkepentingan.
Ditinjau dari sudut akuntan publik, auditing adalah pemeriksaan
(examination) secara objektif atas laporan keuangan suatu perusahaan atau
organisasi lain dngan tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan
tersebut menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material, posisi
Tujuan auditing menurut Standar Profesional Akuntan Publik (IAI,
1994:110) dinyatakan bahwa tujuan umum atas laporan keuangan oleh
auditor independen adalah menyatakan pendapat atas kewajaran dalam
semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, serta arus kas sesuai
prinsip akuntansi yang berlaku umum.
2.2.1.2. Standar Profesional Akuntan Publik
Ada empat tipe standar profesional yang diterbitkan oleh Komite
Standar Profesional Akuntan Publik (Mulyadi dan Kanaka, 1998:32-34)
sebagai aturan mutu pekerjaan akuntan publik, yaitu :
a. Standar Auditing
Merupakan pedoman audit atas laporan keuangan historis yang
terdiri dari 10 standar dan drinci dalam bentuk Pernyataan Standar
Auditing.
b. Standar Atestasi
Memberikan kerangka untuk fungsi atestasi bagi jasa akuntan
publik yang mencakup tingkat keyakinan tertinggi yang lebih
rendah dalam jasa non audit. Standar atestasi terdiri dari 11 standar
dan dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Atestasi (PSAI).
c. Standar Jasa Akuntan dan Review
Memberikan kerangka fungsi non atestasi bagi jasa akuntan publik
dan review dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Jasa
Akuntansi dan Review (PSAR).
d. Standar Jasa Konsultasi
Memberikan panduan bagi akuntan publik di dalam penyediaan
jasa konsultasi bagi masyarakat. Jasa konsultasi akuntan publik
terhadap asersi pihak ketiga, dalam jasa atestasi, para praktisi
menyajikan suatu kesimpulan mengenai keandalan suatu asersi
tertulis yang menjadi tanggung jawab pihak lain, yaitu pembuat
asersi (asertes), dalam jasa konsultasi, para praktrisi menyajikan
temuan, kesimpulan dan rekomendasi, umumnya pekerjaan jasa
konsultasi dilaksanakan untuk kepentingan klien.
2.2.1.3. Standar Auditing
Standar auditing menurut Standar Profesional Akuntan Publik (IAI,
1994:150.2) yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia sebagai berikut :
a. Standar Umum (General Standards)
1. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki
keahlian dan pelatihan teknis sebagai auditor.
2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan,
independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh
3. Dalam pelaksanaan audit, dan penyusunan laporannya, auditor
wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan
seksama.
b. Standar Pekerjaan Lapangan (Standards of Field Work)
1. Pekerjaan harus dilaksanakan sebaik-baiknya ndan jika
digunakann asisten harus disupervisi dengan semestinya.
2. Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern harus
diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat,
dan lingkup pengujian yang akan dilaksanakan.
3. Bahan bukti kompeten yang cukup harus diperoleh melalui
inspeksi, pengamatan, pengajuan pernyataan, dan konfirmasi
sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas
laporan keuangan yang diaudit.
c. Standar Pelaporan (Standards of Reporting)
1. Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah
disusun sesuai dengan prinsip akun berterima umum.
2. Laporan audit harus menunjukkan keadaan yang didalamnya
prinsip akuntansi tidak secara konsisten diterapkan dalam
penyusunan laporan keuangan periode berjalan dalam
hubungannya dengan prinsip akuntansi yang diterapkan dalam
periode sebelumnya.
3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus
4. Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai
laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa
pernyataan demikian tidak dapat diberikan jika pendapat secara
keseluruhan tidak dapat diberikan maka alasannya harus
dilaksanakan, dalam suatu hal yang sama auditor dikaitkan dengan
laporan keuangan, laporan audit harus memuat petunjuk yang jelas
mengenai sifat pekerjaan auditor, jika ada, dan tingkat tanggung
jawab yang dipikulnya.
2.2.2 Keahlian Audit
2.2.2.1. Pengertian Keahlian Audit
Pengertian keahlian audit sendiri menurut Hiro Tugiman (1995)
adalah keahlian pemeriksa internal dalam menerapkan berbagai standar,
prosedur dan teknik pemeriksaan yang diperlukan dalam melaksanakan
pemeriksaan.
Selain itu, keahlian audit sendiri juga berarti kemampuan dalam
menerapkan pengetahuan pada persoalan tersebut tanpa perlu belajar
kembali secara luas dan bantuan yang berarti dari pihak lain.
Kompetensi dapat didefinisi sebagai keahlian audit yang dimiliki
seseorang untuk mencapai tujuan audit dengan baik. Kemampuan berpikir,
yaitu kemampuan untuk mengumpulkan, mengolah dan menganalisa
informasi. Karakteristik kemampuan berpikir adalah kemampuan
mengabaikan atau menyaring informasi-informasi yang tidak relevan.
Kompetensi sendiri melibatkan proses berkesinambungan antara
pendidikan, pelatihan dan pengalaman.
Mempertimbangkan penerimaan atau penolakan suatu poenugasan
auditor, auditor harus mempertimbangkan apakah ia dapat melaksanakan
audit dan menyusun laporan auditnya secara cermat dan seksama.
Kecermatan dan keseksamaan penggunaan kemahiran dan professional
auditor ditentukan oleh ketersediaan waktu yang memadai untuk
merencanakan dan melaksanakan audit (Mulyadi, 1992:24).
Menurut Holmes dan Overmyer (1984:30) berpendapat seseorang
yang telah diakui dalam profesinya sebagai orang yang memiliki
keterampilan dan kemampuan yang penting untuk menilai pada derajat
yang tinggi dan mampu untuk mengatasi setiap permasalahan yang
dihadapinya.
Kesimpulan yang dapat diambil dari pengertian keahlian audit
adalah seseorang yang memiliki tingkat keterampilan tertentu atau
pengetahuan yang tinggi dalam subyek yang diperoleh dari pelatihan atau
pengalaman di bidang audit. `
2.2.2.2. Tipe Audit
Menurut Mulyadi (1998:28) auditing pada umumnya digolongkan
menjadi 3 golongan, yaitu :
Audit laporan keuangan adalah audit yang dilakukan oleh auditor
independen terhadap laporan keuangan yang disajikan oleh
kliennya untuk menyatakan pendapat mengenai kewajaran laporan
keuangan tersebut, dalam audit laporan keuangan ini, auditor
independen menilai kewajaran laporan keuangan atas dasar
kesesuaiannya dengan prinsip akuntansi berterima umum.
Hasil auditing terhadap laporan keuangan tersebut disajikan dalam
bentuk tertulis berupa laporan audit. Laporan audit ini dibagikan
kepada para pemakai informasi keuangan seperti pemegang saham,
kreditur dan kantor pelayanan pajak.
2. Audit kepatuhan (Compliance Audit)
Audit kepatuhan adalah audit yang tujuannya untuk menentukan
apakah yang diaudit sesuai dengan kondisi atau peraturan tertentu.
Hasil audit kepatuhan umumnya dilaporkan kepada pihak yang
berwenang membuat criteria. Audit kepatuhan banyak dijumpai
dalam pemerintahan.
3. Audit Operasional (Operational Audit)
Audit operasional merupakan review secara sistematik kegiatan
organisasi atau bagian daripadanya dalam hubungannya dengan
tujuan tertentu. Tujuan audit operasional adalah untuk :
a. Mengevaluasi kinerja
c. Membuat rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan lebih
lanjut
Pihak yang memerlukan audit operasional adalah manajemen atau
pihak ketiga. Hasil audit operasional diserahkan kepada pihak yang
meminta dilaksanakannya audit tersebut.
2.2.2.3. Tahap-Tahap Audit
Proses audit atau disebut juga tahapp-tahap audit adalah
merupakan kegiatan atau langkah-langkah yang dilakukan oleh auditor
mulai dari rencana audit, pelaksanaan samapai pada penerbitan laporan
akuntansi.
Bailey yang dikutip oleh Sofyan Safri Harahap (1992:144)
berpendapat bahwa tahap-tahap audit adalah :
1. Meneliti kedaan lingkungan perusahaan. Tahap ini mencakup :
a. Meneliti lingkungan perusahaan.
b. Membaca keadaan ekonomi nasional atau internasional
secara umum.
c. Meminta struktur organisasi perusahaan.
2. Melakukan penelitian terhadap sistem pengawasan intern
3. Laksanakan pengujian kesesuaian (Test of Compliance)
4. Laksanakan pengujian substantif atau kebenaran bukti (Substantive
Dreyfus dan Drefus (1986) mengatakan bahwa keahlian seseorang
merupakan suatu gerakan yang terus menerus, yang berupa proses
pembelajaran dari “mengetahui sesuatu” menjadi “mengetahui
bagaimana”. Lebih spesifik lagi Dreyfus membedakan proses pemerolehan
keahlian menjadi lima tahap (dikutip dari Mayangsari, 2003).
Tahap pertama disebut dengan novice, yaitu tahapan pengenalan
terhadap kenyataan dan membuat judgement hanya berdasarkan
aturan-aturan yang tersedia. Keahlian pada tahap pertama ini biasanya dimiliki
oleh staf audit pemula yang baru lulus dari universitas.
Tahap kedua disebut dengan advance beginner. Pada tahap ini,
auditor sangat bergantung pada aturan dan tidak mempunyai cukup
kemampuan untuk merasionalkan segala tindakan audit. Namun demikian
auditor pada tahapan ini mulai dapat membedakan aturan yang sesuai
dengan suatu tindakan.
Tahap ketiga disebut dengan competence. Pada tahap ini, auditor
sudah punya cukup pengalaman untuk menghadapi situasi yang kompleks.
Tindakan yang diambil disesuaikan dengan tujuan yang ada dalam
pikirannya dan kurang sadar terhadap pemilihan, penerapan dan prosedur
aturan audit.
Tahap keempat disebut dengan profiency. Pad tahap ini segala
sesuatu menjadi rutin, sehingga dalam bekerja auditor cenderung
Akhirnya pemikiran audit akan terus berjalan sehingga diperoleh elemen
analisis yang substansial.
Tahap terakhir adalah expertise. Pada tahap ini, auditor mengetahui
sesuatu karena kematangannya dan pemahamannya terhadap praktek yang
ada. Auditor sudah dapat membuat keputusan atau menyelesaikan suatu
permaalahan. Dengan demikian segala tindakan auditor dalam tahapan ini
sangat rasional dan mereka bergantung intuisinya bukan aturan-aturan
yang ada.
Keterangan-keterangan tersebut semakin menunjukkan pengaruh
pengalaman yang merupakan salah satu unsur dari kompetensi terhadap
pemberian opini audit. Dreyfus dan Drefus menunjukkan bahwa dalam
pembagian jenjang kompetensi, terdapat unsur pengalaman, karena
seseorang yang memiliki keahlian yang berada pada tahap novice, untuk
sampai ke tahap beginner harus mengalami beberapa waktu pengalaman
kerja serta tambahan pengetahuan teknis.
2.2.3. Definisi dan Komponen Independensi
Dalam Standar Profesional Akuntan Publik (1994:220.1-220.2)
disebutkan bahwa sikap independent diartikan sebagai sikap yang tidak
mudah dipengaruhi, karena akuntan publik melaksanakan pekerjaannya
untuk kepentingan umum, akan tetapi independen dalam hal ini tidak
berarti mengharuskan ia bersikap sebagai penuntut, melainkan ia justru
kewajibannya untuk selalu bertindak jujur, tidak hanya kepada manajemen
dan pemilik perusahaan tetapi juga kepada pihak lain yang berkepentingan
dengan laporan keuangan.
Holmes dan Overmyer (1982:80) menjelaskan independensi
sebagai bebas dari bujukan, pengaruh atau pengendalian dari pihak klien.
Sikap independen berarti mampu betindak jujur, dan oyektif, baik dalam
kenyataan (infact) maupun dalam penampilan (in appearance).
Mulyadi dan Kanaka (1998:25) menjelaskan bahwa independensi
berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh
pihak lain, tidak bergantung pada orang lain. Independensi juga berarti
adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan
adanya pertimbangan yang obyektif tidak memihak dalam diri auditor
dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya.
Sikap mental independen sama pentingnya dengan keahlian dalam
bidang praktik akuntansi dan prosedur audit yang harus dimiliki oleh
setiap auditor. Auditor harus independen dari setiap kewajiban atau
independen dari pemilikan kepentingan dalam perusahaan yang
diauditnya. Disamping itu, auditor tidak hanya berkewajiban
mempertahankan sikap mental independen, tetapi ia harus pula
menghindari keadaan-keadaan yang dapat mengakibatkan masyarakat
meragukan independennya, dengan demikian disamping auditor harus
benar-benar independen, ia masih juga harus menimbulkan persepsi
independen auditor menurut persepsi masyarakat inilah yang tidak mudah
perolehannya.
Independensi auditor mempunyai 3 aspek, yaitu :
1. Independensi dalam diri auditor yang berupa kejujuran dalam
mempertimbangkan berbagai fakta yang ditemuinya dalam
auditnya. Aspek independensi ini disebut dengan istilah
independensi dalam kenyataan atau independensi in fact.
2. Independensi ditinjau dari sudut pandang pihak lain yang
mengetahui informasi yang bersangkutan dengan diri auditor.
Aspek ini disebut dengan istilah independent dalam penampilan
atau perceived independence atau independence in appearance.
3. Independensi dipandang dari sudut keahliannya. Seseorang dapat
mempertimbangkan fakta dengan baik jika ia mempunyai keahlian
mengenai audit atas fakta tersebut. Kompetensi auditor
menentukan independen atau tidaknya auditor tersebut dalam
mempertimbangkan fakta yang diauditnya.
2.2.4. Pendapat Auditor
2.2.4.1. Pengertian Pendapat Auditor
Menurut Arens dan Loebbecke (1997:38) mendefinisikan pendapat
sebagai kesimpulan dari hasil laporan audit dan proses pengambilan
keputusan dalam bidang audit. Bagian ini sangat penting sehingga
suditor. Tujuannya adalah untuk menunjukkan bahwa kesimpulan tersebut
didasarkan atas pertimbangan profesional.
Mulyadi dan Kanaka (12998:18) menjelaskan dalam paragraf ini
auditor menyatakan pendapatnya mengenai kewajaran laporan keuangan
auditor, dalam semua hal yang material, yang didasarkan atas kesesuaian
laporan keuangan tersebut dengan prinsip akuntansi berterima umum, jika
auditor tidak dapat mengumpulkan bukti kompeten yang cukup atau jika
hasil pengujian auditor menunjukkan bahwa laporan keuangan yang
diauditnya disajikan tidak wajar, maka auditor perlu menrbitkan laporan
audit selain laporan yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian.
2.2.4.2 Jenis-Jenis Pendapat
Ada lima tipe pokok laporan audit yang diterbitkan oleh auditor
menurut Mulyadi dan Kanaka (1998:18) :
1. Laporan yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian
(unqualified opinion report)
Pendapat wajar tanpa pengecualian diberikan oleh auditor
jika tidak terjadi pembatasan dalam lingkup audit dan tidak
terdapat pengecualian yang signifikan mengenai kewajaran dan
penerapan prinsip akuntansi berterima umum dalam penyusunan
laporan keuangan, konsistensi penerapan prinsip akuntansi
berterima umum tersebut, serta pengungkapan memadai dalam
Laporan audit yang berisi pendapat wajar tanpa
pengecualian adalah laporan yang paling dibutuhkan oleh semua
pihak, baik oleh klien, pemakai informasi keuangan, maupun oleh
auditor.
Kata wajar dalam paragraf pendapat mempunyai makna :
a. Bebas dari keraguan-keraguan dan ketidakjujuran
b. Lengkap informasinya
2. Laporan yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian dengan
bahasa penjelasan (unqualified opinion report with explanatory
language)
Jika terdapat hal-hal yang memerlukan bahasa penjelasan,
namun laporan keuangan tetap menyajikan secara wajar posisi
keuangan dan hasil usaha perusahaan klien, auditor dapat
menerbitkan laporan keuangan audit bentuk baku.
3. Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion report)
Jika auditor mempunyai kondisi-kondisi berikut ini, maka
ia memberikan pendapat wajar dengan pengecualian dalam laporan
audit, yaitu :
a. Lingkup audit dibatasi oleh klien.
b. Auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting
atau tidak dapat memperoleh informasi penting karena
kondisi-kondisi yang berada diluar kekuasaan klien maupun
c. Laporan keuangan tidak disusun sesuai dengan prinsip
akuntansi berterima umum.
d. Prinsip akuntansi berterima umum yang digunakan dalam
penyusunan laporan keuangan tidak diterapkan secara
konsisten.
Pendapat ini auditor menyatakan bahwa laporan keuangan
yang disajikan oleh klien adalah wajr, tetapi ada beberapa unsur
yang dikecualikan, yang pengecualiannya tidak mempengaruhi
kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan.
4. Pendapat tidak wajar (Adverse opinion report)
Auditor memberikan pendapat tidak wajar jika ia dibatasi
lingkup auditnya, sehingga ia tidak dapat mengumpulkan bukti
kompeten yang cukup untuk mendukung pendapatnya. Jika
laporan keuangan diberi pendapat tidak wajar oleh auditor, maka
informasi yang disajikan oleh klien dalam laporan keuangan sama
sekali tidak dapat dipercaya, sehingga ia tidak dipakai oleh
pemakai informasi keuangan untuk epngambilan keputusan.
5. Pernyataan tidak memberikan pendapat (Disclaimer opinion
report).
Jika auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan
keuangan auditan, maka lapoan audit ini disebut laporan tanpa
pendapat (nop opinion report). Kondisi yang menyebabkan auditor
a. Pembatasan yang luar biasa sifatnya terhadap lingkup audit.
b. Auditor tidak independen dalam hubungannya dengan
klien.
2.2.5. Pengaruh Keahlian Auditor Terhadap Pendapat Auditor
Trooter (1986) dalam artikel Chow dan Rice (1987)
mendefinisikan ahli sebagai orang dengan keterampilannya mengerjakan
pekerjaan dengan mudah, cepat, intuitif dan sangat jarang atau tidak
pernah membuat kesalahan (dikutip dari Mayangsari, 2003).
Penelitian tentang keahlian yang berkaitan dengan proses
pembuatan laporan yang dilakukan oleh seorang ahli merupakan suatu
penelitian yang banyak berhubungan dengan aspek perilaku. Pada proses
pembuatan keputusan, seorang ahli harus melakukan
pertimbangan-peertimbangan yang didasarkan pada jumlah informasi yang digunakan
untuk membuat keputusan. Menurut Einhorn (11972), pembuatan
keputusan oleh seorang ahli didasarkan pada paradigma Einhorn (yang
dikutip dari Mayangsari,2003).
Einhorn mengatakan ada tiga hal penting yang harus
dipertimbangkan oleh seorang ahli dalam proses pembuatan keputusan :
1. Seorang ahli seharusnya cenderung untuk mengelompokkan
variable-variabel dalam cara yang sama disaat mengidentifikasi
2. Dalam menghitung jumlah informasi, seorang ahli seharusnya
menunjukkan pertimbangan reliabilitas yang tinggi sehingga
terhindar dari bias.
3. Seorang ahli seharusnya mempertimbangkan dan menggabungkan
factor-faktor dalam cara yang sama.
Tujuan paradigma Einhorn ini adalah untuk menunjukkan
pentingnya menggunakan kriteria yang obyektif dalam mendefinisikan
seorang ahli sebagai seseorang yang sangat terampil karena pelatihan dan
memiliki pengetahuan di beberapa bidang tertentu.
Gibbins dan Larocque (1990) dalam artikel Murtanto (1999:37-52)
memberikan suatu model umum atas keahlian auditor dengan lima
komponen yang terdiri atas kepribadian, tugas, lingkungan sosial dan
keandalannya serta proses pemberian pendapat.
2.2.6. Pengaruh Independensi Auditor Terhadap Pendapat Auditor
Berdasarkan keterangan-keterangan yang ada dapat diambil
simpulan bahwa independensi merupakan suatu sikap seseorang untuk
bertindak secara obyektif dan dengan integritas yang tinggi. Integritas
berhubungan dengan kejujuran inyelektual akuntann sedangkan
obyektifitas secara konsisten berhubungan dengan sikap netral dalam
melaksanakan tugas pemeriksaan dan meyiapkan laporan auditor.
Independensi merupakan aspek yang penting dalam profesi
yang ojektif jika ia tidak independen. Meskipun auditor memiliki
kemampuan teknis yang cukup, masyarakat tidak akan percaya jika
mereka tidak independen.
Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang telah disebutkan
sebelumnya, nampak bahwa opini auditor merupakan suatu faktor yang
mempengaruhi pemilihan KAP dan faktor yang dapat menyebabkan klien
berganti kantor akuntan, dengan demikian dapat diambil simpulan bahwa
pemberian pendapat oleh auditor dapat tidak obyektif jika auditor tidak
independen.
2.2.7. Pengaruh Keahlian dan Independensi Auditor Terhadap Pendapat Auditor
Menurut Mutchler (1985) berdasarkan hasil-hasil penelitian
sebelumnya mengenai adanya hubungan antara faktor keahlian audit dan
independensi dengan pendapat audit, maka hipotesis menunjukkan adanya
hubungan yang saling bergantung antara keahlian audit dan independensi
terhadap pemberian pendapat. Artinya, auditor baik itu kompeten maupun
tidak kompeten akan cenderung memberikan pendapat yang salah karena
adanya faktor-faktor komersial, seperti kerugian jika klien berpindah ke
kantor akuntan yang lain atau auditor menghadapi tekanan pada saat
melakukan proses pemeriksaan (dikutip dari Mayangsari, 2003).
Bahwa proses pengambilan keputusan dalam bidang audit
dipengaruhi oleh faktor keahlian audit dan independensi. Keahlian audit
perbedaan pendapat audit terhadap suatu kasus tertentu. Sedangkan
independensi merupakan cerminan tekanan politik, sosial dan ekonomi
yang dihadapi oleh seorang auditor dalam proses pengambilan keputusan
dalam pemberian opini audit.
Berdasarkan keterangan tersebut, bahwa seorang auditor harus
kompeten terlebih dahulu sebelum ia dapat menjadi independen, karena
seorang auditor tidak kompeten maka ia tidak mungkin dapat bertindak
independen dalam menyelesaikan tugas-tugas auditnya., karena sangat
terbatasnya pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki.
Behavioral Decision Theory (Bowditch & Buono 1990)
Teori ini yang menyatakan bahwa seseorang mempunyai keterbatasan
pengetahuan dan bertindak hanya berdasarkan persepsinya atas suatu situasi yang
sedang dihadapi, dalam proses pengambilan keputusan di dunia actual seseorang
selalu berhadapan dengan berbagai macam tekanan-tekanan social.
Penelitian ini selain ingin menguji behavioral decision theory dengan
membedakan partisipan atas ahli dan non ahli juga ingin menghubungkan dengan
kondisi riil, yaitu adanya tekanan-tekanan sosial, yang dalam hal ini dimanipulasi
denagn suatu keadaan berupa terganggunya independensi auditor dalam
memberikan suatu pendapat. Keputusan mengenai kelangsungan hidup satuan
usahasangat mempengaruhi kontinuitas suatu satuan usaha. (dikutip dari
2.3. Kerangka Pikir
Berdasarkan uraian landasan teori diatas, maka dapat digambarkan
kerangka pikir tentang Pengaruh Keahlian dan Independensi Auditor Terhadap
Pendapat Auditor sebagai berikut :
Gambar 1 : Diagram Kerangka Pikir
Variabel Independen Variabel Dependen
Uji Statistik
Regresi Linier Berganda
2.4. Hipotesis
Berdasarkan dari rumusan masalah, landasan teori dan kerangka
pikir diatas, maka dapatlah disusun hipotesis dar Pengaruh Keahlian dan
Independensi Auditor Terhadap Pendapat Auditor sebagai berikut :
v Diduga bahwa terdapat pengaruh keahlian auditor dan independensi
auditor terhadap pendapat auditor. Keahlian Auditor
X1
Pendapat Auditor Y
Independensi Auditor
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Yang dimaksud dengan definisi operasional dan pengukuran variabel
adalah pernyataan tentang definisi dan pengukuran variabel dalam penelitian
secara operasional, baik berdasarkan teori yang sudah ada, penelitian
terdahulu dan pengalaman empiris.
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Keahlian auditor (X1)
2. Independensi auditor (X2)
3. Pendapat audit (Y)
Keahlian auditor dan independensi auditor sebagai variabel bebas dan
pendapat audit sebagai vriabel terikat.
3.1.1 Definisi Operasional
1. Keahlian Auditor (X1)
Keahlian adalah kemahiran auditor dalam melaksanakan tugas
pemeriksaan dengan menerapkan standar,prinsip,prosedur dan
tekinik pemeriksaan secara tepat sesuai dengan ilmu yang
2. Independensi Auditor (X2)
Independensi adalah sikap yang diharapkan dari seorang auditor
untuk tidak mudah dipengaruhi oleh pihak luar dalam
melaksanakan pekerjaannya.
3. Pendapat Audit (Y)
Pendapat adalah keseluruhan dari hasil laporan audit dan proses
pengambilan keputusan dalam bidang audit yang dipengaruhi oleh
faktor keahlian dan audit dan independensi.
3.1.2. Pengukuran variabel
1. Keahlian Auditor
Pengukuran yang dipakai dalam variabel bebas ini menggunakan
skala interval, sedangkan teknik pengukurannya menggunakan
Semantic Differential.
Sangat tidak setuju 1 2 3 4 5 6 7 sangat setuju
Kuesioner yang digunakan dalam keahlian auditor diadopsi dari
Rohana Qudus (2004) dengan 5 pertanyaan.
2. Independensi Auditor
Pengukuran yang dipakai dalam variabel bebas ini menggunakan
skala interval, sedangkan teknik pengukurannya menggunakan
Semantic Differential.
Kuesioner yang digunakan dalam independensi auditor diadopsi
dari Rohana Qudus (2004) dengan 5 pertanyaan.
3. Pendapat Auditor
Pengukuran yang dipakai dalam variabel bebas ini menggunakan
skala interval, sedangkan teknik pengukurannya menggunakan
Semantic Differential.
Sangat tidak setuju 1 2 3 4 5 6 7 sangat setuju
Kuesioner yang digunakan dalam Pendapat auditor diadopsi dari
Rohana Qudus (2004) dengan 18 pertanyaan.
3.2. Teknik Penentuan Sampel
a. Populasi
Populasi merupakan kelompok subyek atau obyek yang memiliki
ciri-ciri atau karakteristik-karakteristik tertentu yang berbeda
dengan kelompok subyek atau obyek yang lain, dan kelompok
tersebut akan dikenai generalisasi dari hasil penelitian (Sumarsono,
2002:44), dalam penelitian ini yang merupakan populasi adalah
para auditor pada Kantor Akuntan Publik di Surabaya. Dimana
berdasarkan dari data yang terdaftar di IAPI (Institut Akuntan
Publik Indonesia) terdapat 42 KAP (sesuai dengan data dari
(www.iapi.or.id) pada tahun 2011. Untuk populasi yang saya ambil
adalah Surabaya Timur dengan jumlah KAP sebayak 7 dan
b. Sampel
Sampel adalah bagian dari sebuah populasi, yang mempunyai ciri
dan karakteristik yang sama dengan populasi tersebut, karena itu
sampel harus merupakan representatif dari sebuah populasi
(Sumarsono, 2002:44-45). Untuk menentukan sampel yang
digunakan obyek penelitian digunakan metode purposive sampling
jenis ini merupakan metode penetapan sampel dengan cara
penarikan sampel non-probabilitas yang menyeleksi
responden-responden berdasarkan ciri-ciri khusus yang didmiliki oleh sampel
tersebut yang merupakan representative dari populasi, sehingga
menghasilkan sebuah sampel yang relevan dengan rancangan
penelitian.
Dasar pertimbangan pemilihan kriteria yang diambil adalah :
1) Auditor yang telah bekerja pada KAP minimal selama 3
tahun.
Tabel: 3-1:
Nama KAP di Surabaya Timur
NO KAP AUDITOR
1. KAP. Drs. Bambang, Sutjipto Ngumar & Rekan 3
2. KAP. Budiman, Wawan, Pamudji & Rekan 3
3. KAP. Hadori & Rekan 3
4. KAP. Drs. Robby Bumulo 3
5. KAP. Richard Risambessy & Rekan 3
6. KAP. Drs. J . Tanzil & Rekan (Pusat) 3
7. KAP. Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono &
Rekan
3
8. Total 21
Sumber : Peneliti
3.3. Teknik Pengumpulan Data
3.3.1. Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
v Data primer
Merupakan data yang diperoleh langsung dari responden (dalam
dengan variabel penelitian yaitu keahlian auditor, independen
auditor, dan pendapat auditor.
3.3.2. Sumber Data
Merupakan asal mula pengambilan data, dalam penelitian ini data
diambil dari para auditor pada kantor Akuntan Publik di Surabaya yang
berupa jawaban dari pertanyaan kuesioner yang diberikan kepada para
auditor pada Kantor Akuntan Publik di Surabaya.
3.3.3. Metode Pengumpulan data
Setelah mengetahui data yang diperlukan dalam penelitian, maka
harus ditentukan cara-cara pengumpulan data. Cara-cara pengumpulan
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
v Studi Kepuatakaan
Mencari dan mempelajari literatur-literatur serta karya ilmiah yang
berhubungan dengan teori-teori yang menjadi dasar ilmiah.
v Studi Lapangan
Memperoleh data dan melakukan penelitian di lapangan untuk
mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian yang dapat
dilakukan dengan cara :
a. Wawancara
Dalam penelitian ini dilakukan wawancara dengan
pihak-pihak yang bersangkutan, yaitu para responden (auditor
b. Kuesioner
Merupakan teknik pengumpulan data dengan cara
mengajukan daftar pertanyaan yang diberikan kepada
orang lain yang bersedia memberikan respon (responden)
sesuai dengan permintaan pengguna (peneliti) (Riduwan,
2004: 99)
3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis
3.4.1. Uji validitas, Reliabilitas, dan Normalitas
1. Uji Validitas
Valid menunjukkan derajat ketetapan antara data yang
sensungguhnya terjadi pada obyek dengan data yang di kumpulkan
oleh peneliti (Sugiyono,2002:1). Hasil penelitian yang valid bila
terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang
sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Valid tidaknya
suatu item instrumen dapat diketahui dengan melihat nilai person
correlation di atas 0,30 dengan level signifikansi 5% (Sugiyono,
2007 : 126) .
2. Uji Reliabilitas Data
Reliabilitas sebenarnya adalah alat untuk mengukur suatu
kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk.
Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban
seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari
cara yaitu pengukuran sekali saja dimana pengukurannya luas
hanya sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan
pertanyaan lain untuk mengukur korelasi antar jawaban
pertanyaan. Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika
memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,60 (Ghozali, 2002:133)
3. Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data
berdistribusi normal atau tidak. Untuk mengetahui apakah data
berdistribusi normal digunakan metode Kolmogorov Smirnov.
Pedoman dalam mengambil keputusan apakah sebuah distribusi
data mengikuti distribusi normal adalah (Sumarsono, 2004:40):
a. Jika nilai signifikan (nilai probabilitasnya) lebih kecil dari 5%,
maka distribusi adalah tidak normal.
b. Jika nilai signifikan (nilai probabilitasnya) lebih besar dari 5%,
maka distribusi adalah normal.
3.4.2. Uji Asumsi Klasik
Regresi Linier Berganda dengan menggunakan persamaan Y = βo
+ β1X1 + β2X2 + e harus bersifat BLUE (Best Linier Unbiased
Estimator), artinya pengambilan keputusan yang BLUE tidak boleh bias.
Untuk menghasilkan pengambilan keputusan yang BLUE maka harus
model regresiu linier berganda, asumsi-asumsi tersebut adalah sebagai
berikut :
a. Tidak terdapat Multikolinieritas
b. Tidak terdapat Heteroskedastisitas
c. Tidak terdapat Aotukorelasi
Apabila salah satu dari ketiga asumsi dasar tersebut dialanggar,
maka persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE, sehingga
pengambilan keputusan melalui uji F menjadi bias. Dibawah ini akan
dijelaskan masing-masing asumsi dasar dari BLUE menurut Santoso
(2000:203) sebagai berikut :
1. Uji Multikolinieritas
Tujuan uji multikolinieritas adalah menguji apakah pada model
regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas. Jika
terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem
multikolinieritas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi diantara variabel bebas (Ghozali, 2002:57). Identifikasi
secara statistik ada atau tidaknya gejala multkolinieritas dapat
dilakukan dengan menghitung nilai Variance Inflation Factor
(VIF). Adapun batasan agar tidak terjadi multikolinieritas adalah
Variance Inflation Factor (VIF) < 10.
2. Uji Heteroskedastisitas
Maksud dari penyimpangan Heteroskedastisitas adalah variabel
variabel independen. Pada regresi linier, nilai residual tidak boleh
ada hubungan dengan variabel independen. Uji Heteroskedastisitas
adalah menggunakan uji Rank Spearman, yaitu dengan cara
mengambil nilai mutlak, dengan mengasumsikan bahwa koefisien
Rank korelasi adalah nol. Jika hasil regresi menunjukkan nilai
signifikan t ≥ nilai α, maka regresi linier tidak terdapat
heteroskedastisitas. Dan nilai residual kuadrat adalah adalah (Y
observasi – Y prediksi)² (Gujarati, 1999:186).
3. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi adalah menguji apakah dalam sebuah model
regeresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya).
(Gujarati, 1999: 201). Pendeteksian autokorelasi dalam penelitian
ini tidak dilakukan karena data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah data yang tidak berdasarkan waktu urut (time series)
(Santoso, 2000: 216).
3.4.3. Teknik Analisis
Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui apakah
pengaruh keahlian dan independensi auditor terhadap pendapat audit,
maka teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda dengan
rumus sebagai berikut :
Keterangan :
Y : pendapat auditor
βo : Konstanta
β1, β2 : koefisien variabel bebas / koefisien variabel
X1 : keahlian auditor
X2 : Independensi auditor
e : Variabel pengganggu
3.4.4. Uji Hipotesis
1. Uji Kesesuaian Model
Uji ini digunakan mengetahui sesuai tidaknya model regresi yang
dihasilkan guna melihat keahlian auditor dan independensi auditor
terhadap pendapat auditor.
a. Ho : βi = 0, menunjukkan model regresi yang dihasilkan tidak
cocok guna melihat keahlian auditor dan independensi auditor
terhadap pendapat auditor.
H1 : βi ≠ 0, menunjukkan model regresi yang dihasilkan cocok
guna melihat keahlian akuntan publik dan independensi akuntan
publik terhadap pendapat akuntan publik.
b. Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikansi 0,05.
c. Kriteria Kepustakaan
Jika nilai probabilitas ≥ 0,05, maka Ho diterima dan H1
cocok guna melihat keahlian auditor dan independensi
auditor terhadap pendapat auditor.
Jika nilai probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak dan H1
diterima yang berarti model regresi yang dihasilkan cocok
guna melihat keahlian auditor dan independensi auditor
terhadap pendapat auditor.
2. Uji t
Uji t ini digunakan untuk mengetahui dan membuktikan secara
empiris pengaruh secara parsial terhadap keahlian auditor dan
independensi auditor terhadap pendapat auditor.
a. Ho : βi = 0, menunjukkan tidak ada pengaruh secara parsial
terhadap keahlian auditor dan independensi auditor terhadap
pendapat auditor.
Ho : βi ≠ 0, menunjukkan ada pengaruh secara parsial terhadap
keahlian auditor dan independensi auditor terhadap pendapat
auditor.
b. Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikansi 0,05.
c. Kriteria Kepustakaan
Jika nilai probabilitasnya ≥ 0,05, maka Ho diterima dan H1
ditolak yang berarti tidak ada pengaruh secara parsial
terhadap keahlian auditor dan independensi auditor
Jika nilai probabilitasnya , 0,05, maka Ho ditolak dan H1
diterima berarti ada pengaruh secara parsial terhadap
keahlian auditor dan independensi auditor terhadap
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian
4.1.1. Sejarah Berdirinya Akuntan Publik
Profesi akuntan di Indonesia ada seiring dengan keluarnya lulusan
pertama dalam pendidikan akuntan pada tahun 1957. Akuntan merupakan
suatu gelar profesi yang dilindungi oleh UU No. 34 tahun 1954, didalamnya
terdapat hal-hal yang perlu diketahui, diantaranya seperti :
1. Akuntan harus Sarjana lulusan Fakultas Ekonomi Perguruan Tinggi
Negeri atau mempunyai ijasah yang disamakan.
2. Akuntan tersebut harus terdaftar dalam register Negara yang
diselenggarakan oleh Departemen Keuangan dan memperoleh ijin
menggunakan gelar akuntan dari depertemen tersebut.
3. Menjalankan pekerjaan akuntan dengan memakai nama kantor akuntan,
biro akuntan, atau nama lain yang memuat nama akuntan atau akuntansi
hanya diijinkan jika pimpinan kamtor atau biro tersebut dipegang oleh
seorang atau beberapa akuntan.
Profesi akuntan publik timbul, disebabkan karena pihak luar
perusahaan memerlukan jasa pihak ketiga yang tidak memihak untuk
menilai keandalan pertanggungjawaban laporan keuangan yang disajikan
4.1.2. Fungsi Akuntan
Akuntan merupakan bagian dari proses pasar dan kegiatan pasar
modal. Akuntan diharapkan dapat menjadi penengah antara investor atau
calon investor dengan perusahaan.
Investor atau calon investor ini merupakan sebagian dari masyarakat
luas yang memerlukan informasi mengenai perusahaan dan fungsi akuntan
disini adalah untuk memberikan pernyataan bahwa informasi disediakan
oleh pihak perusahaan adalah benar atau tidak menyesatkan investor atau
calon investor. Dengan cara memeriksa laporan keuangan, akuntan
menambah kredibilitas (kepercayaan) terhadap laporan keuangan tersebut.
Laporan keuangan tersebut dianggap layak karena telah diperiksa oleh orang
yang ahli dan professional, serta kedudukannya tidak memihak.
4.1.3 Ketentuan dan Peraturan
Pemberian ijin praktek kepada akuntan public di Indonesia
dikeluarkan Pemerintah pada tahun 1986, yang dituangkan dalam Kep.
MenKeu R.I. No. 768/KMK.011/1986 tentang akuntan public. Dalam surat
keputusan tersebut terdapat persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi
adalah sebagai berikut :
1. Memiliki ijasah akuntan sebagaimana diatur UU No.34 tahun 1954 serta
memiliki register negara.
3. Telah menyelesaikan wajib kerja sarjana sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku tanpa cacat, atau dinyatakan bebas
dari kewajiban wajib kerja sarjana.
4. Memiliki surat keterangan dari pimpinan Instansi, badan usaha yang
bverwenang, yang menyatakan bahwa yang bersangkutan telah
menjalani ikatan dinas tanpa cacat apabila yang bersangkutan bekerja
atas dasar ikatan dinas.
5. Telah mempunyai pengalaman kerja paling sedikit 3 tahun sebagai
akuntan dengan reputasi baik di bidang pemeriksaan akuntan, hal ini
dibuktikan dengan surat dari pimpinan kantor akuntan public, atau
BPKB dalam hal pengalaman kerja diperoleh dalam lingkungan
Pemerintah atau BUMN.
6. Tidak merangkap sebagai pegawai instansi Pemerintah atau pimpinan
atau karyawan Badan Usaha Milik Negara atu daerah maupun swasta,
ketentuan ini tidak berlaku bagi bagi akuntan public yang merangkap
sebagai dosen tetap pada perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi
swasta dan atau sebagai pimpinan pada suatu usaha konsultasi
manajemen.
7. Anggota IAI.
4.2. Deskripsi Hasil penelitian
Perolehan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan
kuesioner ke para auditor di Kantor Akuntan Publik di Surabaya. Peneliti
menyebarkan kuesioner sebanyak 21 lembar kepada para auditor di Kantor
Akuntan Publik dengan tempo waktu pengembalian kuesioner selama
sebulan, yaitu mulai tanggal 20 Maret sampai 20 April 2012. Pada sampai
waktu yang ditentukan kuesioner yang kembali sebanyak 21 lembar dan yang
tidak kembali adalah sebanyak 0 lembar. Tabel 4-1 dibawah ini menjelaskan
lebih singkat prosentase pengembalian kuesioner :
Tabel 4-1 : Pr osentase Kuesioner
Dari hasil jawaban 21 responden yang telah dikumpulkan tersebut, dapat
dibuat deskripsi jawaban responden seperti tertera di bawah ini : Kuesioner tersebar
Kuesioner kembali/lengkap
Kuesioner tidak kembali
Prosentase kuesioner kembali
Prosentase kuesioner tidak kembali
21
21
0
100 %
Table 4-2 : Deskr ipsi jawaban Responden Pada Var iabel Keahlian Auditor
(X1)
No. Kuesioner Jawaban Responden Total
1 2 3 4 5 6 7
1 Prosedur,standart,dan
tehnik pemeriksaan 0 0 0 2 3 13 3 21
Prosentase 0% 0% 0% 9,5% 14,2% 61,9% 14,2% 100%
2
Penerapan prinsip dan teknik pemeriksaan laporan keuangan
0 0 0 2 2 14 3 21
Prosentase 0% 0% 0% 9,5% 9,5% 66,6% 14,2% 100%
3 Membuat laporan
pemeriksaan 0 0 0 2 5 10 4 21
Prosentase 0% 0% 0% 9,5% 23,8% 47,6% 19% 100%
4
Pengetahuan yang dimiliki dalam
melakukan pemeriksaan
0 0 2 2 3 9 5 21
Prosentase 0% 0% 9,5% 9,5% 14,2% 42,8% 23,8% 100%
5
Informasi tentang kemajuan
teknik,standart,dan prosedur audit
0 0 1 1 4 8 7 21
Prosentase 0% 0% 4,7% 4,7% 19% 38% 33,3% 100%
Jumlah 0 0 3 9 17 54 22 105
Rata-rata Prosentase 0% 0% 2,8% 8,6% 16,1% 51,4% 20,9% 100%
Sumber : Lampiran 3
Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa nilai rata-rata
tertinggi terletak pada skor 5 sampai 7 yaitu sebesar 88% (skor 5 sebesar
16,1%, skor 6 sebesar 51,4%, dan skor 7 sebesar 20,9%), hal ini berarti
responden menyatakan sangat setuju bahwa seorang akuntan harus
memiliki pendidikan dan pengalaman yang memadai dalam bidang audit
Table: 4-3: Deskr ipsi jawaban Responden Pada Var iabel Independensi
Auditor (X2)
No. Kuesioner Jawaban Responden Total
1 2 3 4 5 6 7
1 Kepentingan dan
obyektivitas auditor 0 0 0 3 5 9 4 21
Prosentase 0% 0% 0% 14,3% 23,8% 42,8% 19% 100%
2 Memiliki wewenang dan
akses penuh 0 0 1 2 5 7 6 21
Prosentase 0% 0% 4,7% 9,5% 23,8% 33,3% 28,5% 100%
3 Masalah yang direview 0 0 0 3 5 11 2 21
Prosentase 0% 0% 0% 14,3% 23,8% 52,3% 9,5% 100%
4 Selalu berpegangan pada
Kode Etika 0 0 0 3 6 7 5 21
Prosentase 0% 0% 0% 14,3% 28,5% 33,3% 23,8% 100%
5 Memberikan opini 0 0 1 3 1 10 6 21
Prosentase 0% 0% 4,7% 14,2% 4,7% 47,6% 28,5% 100%
Jumlah 0 0 2 14 22 44 23 105
Rata-rata Prosentase 0% 0% 1.9% 13,4% 20,9% 41,9% 21,9% 100%
Sumber : Lampiran 3
Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa nilai rata-rata
tertinggi terletak pada skor 5 sampai 7 yaitu sebesar 89% (skor 5 sebesar
22%, skor 6 sebesar 44%, dan skor 7 sebesar 23%), hal ini berarti
responden menyatakan sangat setuju independensi akuntan publik sangat
penting dalam menentukan sikap mental yang memiliki arti tidak mudah
Table 4-4: Deskr ipsi ja waban Responden Pada Var iabel Pendapat auditor
(Y)
No. Kuesioner Jawaban Responden Total
1 2 3 4 5 6 7
1
Menolak permintaan klien yang bertentangan dengan standar
professional
0 0 0 1 5 14 1 21
Prosentase 0% 0% 0% 4,7% 23,8% 66,7% 4,7% 100%
2 Selalu mengutamakan
independensi 0 0 0 3 2 12 4 21
Prosentase 0% 0% 0% 14,3% 9,5% 57,1% 19% 100%
3
Selalu melakukan setiap pekerjaan atas dasar standar professional
0 0 0 3 3 10 5 21
Prosentase 0% 0% 0% 14,3% 14,3% 47,6% 23,8% 100%
4 Selalu menghadapi
konflik audit yang ada 0 0 0 4 2 14 1 21
Prosentase 0% 0% 0% 19% 9,5% 66,6% 4,7% 100%
5
Saya diminta untuk memberikan pendapat yang wajar dengan fee yang tinggi, saya akan menolaknya
0 0 2 2 3 9 5 21
Prosentase 0% 0% 9,5% 9,5% 14,3% 42,8% 23,8% 100%
6
Selalu menjaga nama baik profesi saya dengan menjaga independensi
0 0 0 3 2 9 7 21
Prosentase 0% 0% 0% 14,3% 9,5% 42,8% 33,3% 100%
7
Konflik audit merupakan siituasi yang dapat merusak pertimbangan akuntan professional
0 2 1 4 7 7 0 21
Prosentase 0% 9,5% 4,7% 19% 33,3% 33,3% 0% 100%
8
Memberikan opini wajar dengan syarat agar nilai investasinya tidak turun
5 5 1 2 1 4 3 21
<