INTISARI
Penggunaan ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) sebagai pewarna alami dalam lipstik dapat menjadi upaya pencegahan efek samping pewarna sintetik. Lipstik harus memenuhi persyaratan sifat fisik dan stabilitas yang baik. Salah satu sifat fisik lipstik yaitu kekerasan lipstik, dan stabilitas lipstik selama masa penyimpanan dapat dilihat dari pergeseran kekerasan lipstik. Minyak, lemak, lilin dan zat pewarna merupakan komponen utama pada lipstik yang sangat mempengaruhi kualitasnya. Pemilihan basis yang tepat akan menentukan kualitas kekerasan sehingga dapat diterima oleh masyarakat.
Penelitian ini merupakan eksperimental dengan menggunakan desain faktorial dua faktor dan dua level. Dua faktor yang diteliti yaitu minyak jarak : lanolin dengan level rendah 3 gram : 3 gram dan level tinggi 4,125 gram : 4,125 gram. Kemudian dilakukan pengujian sifat fisik dan stabilitas lipstik.
Respon yang didapat diuji secara statistik menggunakan program Design Expert® versi 10.0.0 dan RStudio versi 3.2.3. Hasil penelitian menunjukkan minyak jarak menurunkan kekerasan lipstik dengan nilai efek -30,33 dan lanolin meningkatkan kekerasan lipstik dengan nilai efek 60,66. Pada pergeseran kekerasan lipstik, lanolin dengan level tinggi memberikan perbedaan yang signifikan.
The use of mangosteen peel extract (Garcinia mangostana L.) as a natural coloring agent in lipstick may be preventing the side effects of synthetic dyes. Lipstick must meet the requirements of physical properties and good stability. One of the physical properties of lipstick is its hardness and lipstick stability during storage can be seen from the shift of its hardness. Oil, fat, wax and dye is a major component of lipstick that greatly affect lipstick quality. The right selection of the base will determine the quality of the hardness so that it can be accepted by the public.
This research is an experimental factorial design using two-factor and two levels. Two factors studied were castor oil: lanolin with a low level 3 grams: 3 grams and high level 4,125 grams : 4,125 grams. Then testing the physical properties and stability of lipstick.
The responses were statistically tested using Design Expert® 10.0.0 version and RStudio 3.2.3 version. The results showed castor oil reduce the lipstick hardness with a value of -30.33 effects and lanolin increasing lipstick hardness with a value of 60.66 effects. In the hardness shift lipstick, lanolin high levels provide a significant difference.
Keywords: Lipstick, castor oil, lanolin, hardness, mangosteen, factorial design.
i
PENGARUH KOMPOSISI MINYAK JARAKDAN LANOLIN
SEBAGAI BASIS TERHADAP SIFAT FISIK DAN STABILITAS LIPSTIK DENGAN PEWARNA EKSTRAK KULIT BUAH
MANGGIS (Garcinia mangostana L.)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh:
Ira Felisia
NIM : 128114069
FAKULTAS FARMASI
ii
iii
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
“Kiranya diberikan-Nya kepadamu apa yang kaukehendaki dan dijadikan-Nya berhasil apa yang kaurancangkan.”
Mazmur 20:4
“janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan.”
Yesaya 41:10
kupersembahan karya kecilku untuk Tuhan Yesus Keluarga terkasih Almamater Sanata Dharma
v
vi
vii
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat,
penyertaan dan kasihNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul
“Pengaruh Komposisi Minyak Jarak dan Lanolin sebagai Basis terhadap Sifat Fisik
dan Stabilitas Lipstik dengan Pewarna Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)” dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Program Studi Farmasi (S.Farm) di Fakultas
Farmasi Universitas Santa Dharma, Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penelitian dan penyusunan
skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu
dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Keluarga yang selalu memberikan dukungan, doa, kasih dan semangat
hingga terselesaikannya skripsi ini.
2. Ibu Aris Widayati, M.Si., Apt., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma.
3. Bapak Septimawanto Dwi P. M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing dan
penguji yang telah memberikan bimbingan, arahan, diskusi, saran, dan
dukungan kepada penulis selama penyusunan proposal, penelitian, dan
penyusunan laporan akhir.
4. Ibu Dr. Dewi Setyaningsih, M.Sc., Apt. dan Bapak Yohanes Dwiatmaka,
M.Si. selaku Dosen Penguji Skripsi yang telah memberikan waktu, kritik,
viii
5. Segenap laboran Fakultas Farmasi Sanata Dharma atas bantuan yang
diberikan selama penelitian dan menempuh perkuliahan.
6. Pho Vania Wirawan dan Felicia Inesa selaku teman sekerja dan sahabat atas
bantuan, dukungan, kerjasama dan kerelaannya berbagi suka dan duka
selama perkuliahan hingga menyelesaikan skripsi.
7. Sahabat-sahabat penulis : Malvin Choco, Diah Fani Gita, Tiara Luwita,
Izanirwanasari, Gabriela Elisabeth, Arnov Mercury, Simon Sino,
Bernadetta Amalia, Lenny Rachmawati, Chaesary Husna (Eki), Maria
Septi, Endo GP, Donald Ivan dan Fatriyani, atas dukungan, doa, dan
motivasi yang diberikan kepada penulis.
8. Teman-teman di Fakultas Farmasi angkatan 2012 atas keceriaan dan
kekompakan serta segala dukungan yang diberikan kepada penulis hingga
akhir masa perkuliahan.
9. Teman-teman UKM Taekwondo dan Panitia Insadha 2015 atas pelajaran
yang berharga dan pengalaman yang berkesan serta doa dan motivasi yang
diberikan kepada penulis.
10.Semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi yang
ix
Penulis menyadari adanya ketidaksempurnaan dan keterbatasan pada
penelitian ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang dapat
membangun. Akhir kata, semoga penelitian ini dapat berguna bagi perkembangan
ilmu kefarmasian khususnya di bidang formulasi.
Yogyakarta, 9 Maret 2016
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi
PRAKATA ... vii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
INTISARI ... xv
ABSTRACT ... xvi
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
1. Perumusan Masalah ... 4
2. Keaslian Penelitian ... 4
3. Manfaat Penelitian ... 4
B. Tujuan Penelitian ... 5
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA... 6
A. Bibir ... 6
B. Manggis (Garcinia mangostana L.) ... 7
1. Taksonomi Tumbuhan ... 7
2. Nama Derah ... 7
3. Kandungan Kimia ... 8
4. Ekstrak Kulit Buah Manggis ... 8
C. Antosianin ... 9
D. Kosmetik ... 10
E. Kosmetik Dekoratif ... 11
F. Lipstik ... 11
G. Minyak Jarak ... 11
H. Lanolin ... 13
I. Metode Desain Faktorial ... 14
J. Landasan Teori ... 16
xi
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 18
A. Jenis Rancangan Penelitian ... 18
B. Variabel Penelitian ... 18
1. Variabel Bebas ... 18
2. Variabel Tergantung... 18
3. Variabel Pengacau Terkencali ... 18
4. Variabel Pengacau Tak Terkendali ... 18
C. Definisi Operasional ... 18
D. Alat dan Bahan Penelitian ... 20
1. Alat ... 20
2. Bahan ... 20
E. Tata Cara Penelitian ... 20
1. Pembuatan Lipstik ... 20
2. Uji Kekerasan Lipstik ... 22
F. Analisi Hasil ... 23
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24
A. Formulasi Lipstik ... 24
B. Sifat Fisik dan Stabilitas Fisik ... 30
C. Efek Minyak Jarak dan Lanolin serta Interaksinya terhadap Kekerasan Lipstik ... 32
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 37
A. Kesimpulan ... 37
B. Saran ... 37
DAFTAR PUSTAKA ... 38
LAMPIRAN ... 41
xii
DAFTAR TABEL
Tabel I. Notasi formula desain faktorial dua faktor dan dua level ... 15
Tabel II. Formula acuan ... 20
Tabel III. Formula yang digunakan ... 21
Tabel IV. Persentase penggunaan bahan yang masih diperbolehkan ... 29
Tabel V. Hasil pengukuran kekerasan lipstik ... 31
Tabel VI. Hasi Uji ANOVA berdasarakan hasil analisis menggunakan Desain Expert® versi 10.0.0 untuk respon kekerasan lipstik ... 33
Tabel VII. Efek minyak jarak, lanolin dan interaksinya terhadap respon kekerasan lipstik ... 33
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Garcinia mangostana L. ... 7
Gambar 2. Struktur dasar antosianin ... 9 Gambar 3. Asam risinoleat ... 12 Gambar 4. Grafik hubungan kekerasan lipstik dengan pewarna ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) terhadap waktu penyimpanan ... 32
Gambar 5. Grafik hubungan minyak jarak terhadap kekerasan lipstik ... 34 Gambar 6. Grafik hubungan lanolin terhadap kekerasan lipstik ... 35 Gambar 7. Contour Plot respon kekerasan lipstik dengan pewarna ekstrak kulit
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Certificate of analysis Garcinia mangostana L. Dry Extract ... 44
Lampiran 2. Material Safety Data Sheet Garcinia mangostana L. Dry Extract ... 45
Lampiran 3. Extraction Flow Charts ... 47
Lampiran 4. Data Uji Stabilitas ... 48 Lampiran 5. Analisis statistikdata uji stabilitas menggunakan software RStudio
versi 3.2.3 ... 49 Lampiran 6. Hasil analisis statistik data validasi persamaan desain faktorial ... 53 Lampiran 7. Dokumentasi ... 53 Lampiran 8. Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan Nomor HK.03.1.23.07.11.6662 Tahun 2011 ... 55
xv
INTISARI
Penggunaan ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) sebagai
pewarna alami dalam lipstik dapat menjadi upaya pencegahan efek samping pewarna sintetik. Lipstik harus memenuhi persyaratan sifat fisik dan stabilitas yang baik. Salah satu sifat fisik lipstik yaitu kekerasan lipstik, dan stabilitas lipstik selama masa penyimpanan dapat dilihat dari pergeseran kekerasan lipstik. Minyak, lemak, lilin dan zat pewarna merupakan komponen utama pada lipstik yang sangat mempengaruhi kualitasnya. Pemilihan basis yang tepat akan menentukan kualitas kekerasan sehingga dapat diterima oleh masyarakat.
Penelitian ini merupakan eksperimental dengan menggunakan desain faktorial dua faktor dan dua level. Dua faktor yang diteliti yaitu minyak jarak : lanolin dengan level rendah 3 gram : 3 gram dan level tinggi 4,125 gram : 4,125 gram. Kemudian dilakukan pengujian sifat fisik dan stabilitas lipstik.
Respon yang didapat diuji secara statistik menggunakan program Design Expert® versi 10.0.0 dan RStudio versi 3.2.3. Hasil penelitian menunjukkan minyak jarak menurunkan kekerasan lipstik dengan nilai efek -30,33 dan lanolin meningkatkan kekerasan lipstik dengan nilai efek 60,66. Pada pergeseran kekerasan lipstik, lanolin dengan level tinggi memberikan perbedaan yang signifikan.
xvi
ABSTRACT
The use of mangosteen peel extract (Garcinia mangostana L.) as a natural
coloring agent in lipstick may be preventing the side effects of synthetic dyes. Lipstick must meet the requirements of physical properties and good stability. One of the physical properties of lipstick is its hardness and lipstick stability during storage can be seen from the shift of its hardness. Oil, fat, wax and dye is a major component of lipstick that greatly affect lipstick quality. The right selection of the base will determine the quality of the hardness so that it can be accepted by the public.
This research is an experimental factorial design using two-factor and two levels. Two factors studied were castor oil: lanolin with a low level 3 grams: 3 grams and high level 4,125 grams : 4,125 grams. Then testing the physical properties and stability of lipstick.
The responses were statistically tested using Design Expert® 10.0.0 version and RStudio 3.2.3 version. The results showed castor oil reduce the lipstick hardness with a value of -30.33 effects and lanolin increasing lipstick hardness with a value of 60.66 effects. In the hardness shift lipstick, lanolin high levels provide a significant difference.
Keywords: Lipstick, castor oil, lanolin, hardness, mangosteen, factorial design.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penggunaan kosmetik saat ini kian meningkat terutama pada kaum hawa
yang menginginkan penampilannya semakin menarik. Pada dasarnya kosmetik
memiliki tiga tujuan utama yaitu untuk meningkatkan daya tarik pribadi melalui
dekorasi tubuh, untuk menyamarkan kekurangan dalam integumen dan untuk
mengubah atau memperbaiki sifat dasar penampilan. Salah satu kosmetik dekoratif
yang banyak digunakan adalah lipstik.
Lipstik menambahkan warna pada bibir untuk tampilan yang lebih sehat,
membentuk bibir dan mengharmonisasikan wajah antara mata, rambut, dan
pakaian. Lipstik dapat menciptakan ilusi bibir kecil atau lebih besar tergantung pada
warna (Barel, Paye, dan Maibach, 2001).
Salah satu faktor yang mempengaruhi penerimaan konsumen terhadap
suatu produk kosmetik terutama lipstik adalah warna. Oleh karena itu pemilihan
warna yang baik dan aman sangatlah penting. Hingga saat ini penggunaan pewarna
sintetik begitu pesat dan sering kali disalahgunakan. Beberapa pewarna sintetik
ternyata tidak aman digunakan karena sifatnya yang toksik, bahkan diantaranya
bersifat karsinogenik (menyebabkan kanker). Pada Agustus 2007 lalu, berdasarkan
daftar lampiran Publik Warning/Peringatan No. KH.00.01.432.6081 oleh Badan
Pengawas Obat dan Makanan, terdapat beberapa sediaan kosmetika yang ditarik
karena mengandung bahan pewarna berbahaya seperti rhodamin B. Zat warna
sebagai zat warna kertas, tekstil atau tinta. Zat warna ini dapat menyebabkan iritasi
pada saluran pernapasan dan merupakan zat karsinogenik. Apabila dikonsumsi
dapat mengakibatkan gangguan pada fungsi hati bahkan kanker hati (Astuti,
Meikawati, dan Sumarginingsih, 2010).
Pencegahan efek samping akibat pemakaian bahan dengan zat pewarna
sintetik berbahaya dapat diatasi dengan penggunaan pewarna alami sebagai
pengganti pewarna sintetik. Beberapa tanaman dapat dimanfaatkan sebagai bahan
pewarna pada kosmetika. Hal ini juga akan membuat konsumen merasa aman dan
nyaman ketika memutuskan untuk menggunakan kosmetik tersebut.
Penampilan kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) yang berwarna
merah ungu menunjukkan adanya pewarna alami yang terkandung didalamnya.
Salah satu senyawa flavonoid yang terkandung dalam kulit buah manggis adalah
antosianin. Antosianin merupakan pigmen larut air yang secara alami terdapat pada
berbagai jenis tumbuhan. Antosianin diketahui dapat berfungsi sebagai antioksidan
(Jordheim, 2007). Pewarna alami ini berpotensi untuk digunakan sebagai pewarna
pada lipstik. Antosianin dalam penelitian ini diperoleh melalui proses ekstraksi kulit
manggis menggunakan pelarut etanol 70% dan dengan metode perkolasi.
Beberapa titik kritis terkait dengan persyaratan lipstik yang baik agar dapat
diterima oleh masyarakat yaitu lipstik harus dapat bertahan selama mungkin, cukup
melekat pada bibir tetapi tidak sampai lengket, melembabkan bibir serta memberi
warna yang merata pada bibir (Tranggono dan Latifah, 2007). Lipstik yang
3
proses tersebut. Untuk dapat memenuhi hal ini, lipstik harus dapat mengeras dengan
cepat dan mengecil ke tingkat yang sesuai.
Kualitas lipstik dipengaruhi oleh komponen-komponen penyusunnya.
Minyak, lemak, lilin dan zat pewarna merupakan komponen utama pada lipstik
(Wilkinson dan Moore, 1982). Minyak jarak merupakan minyak nabati yang unik
karena memiliki viskositas yang tinggi dan merupakan salah satu komponen
penting dalam banyak lipstik modern. Viskositasnya yang tinggi menunda
pengendapan dari pigmen yang tidak larut dalam campuran lipstik pada saat
pencetakan, sehingga dispersi pigmen benar-benar merata (Balsam, 1972). Minyak
jarak banyak digunakan sebagai pelarut untuk pewarna yang bersifat lipofil. Lemak
yang biasa digunakan adalah campuran lemak padat yang berfungsi untuk
membentuk lapisan film pada bibir, memberi tekstur yang lembut, meningkatkan
kekuatan lipstik, dan dapat mengurangi efek berkeringat dan pecah pada lipstik
serta sebagai bahan pendispersi untuk pigmen. Lemak padat yang biasa digunakan
dalam basis lipstik adalah lemak coklat, lanolin, lesitin, minyak nabati
terhidrogenasi dan lain-lain (Jellinek, 1970). Lilin atau wax memberikan stuktur
pada lipstik dan menjaganya tetap dalam keadaan padat bahkan dalam kondisi
hangat. Beeswax merupakan campuran dari cerotic acid dan myristin yang meleleh
pada 63C. Dalam kurun waktu yang panjang, beeswax paling banyak dipilih untuk furniture polishes, kosmetik dan obat (Milton, 2004). Pemilihan basis yang tepat
akan menentukan kualitas kekerasan sehingga dapat diterima oleh masyarakat.
Oleh karena itu dilakukan penelitian mengenai pengaruh komposisi basis terhadap
Desain faktorial dapat digunakan sebagai desain percobaan dalam
menentukan komposisi minyak jarak dan lanolin, menentukan efek yang dominan
antara minyak jarak dan lanolin serta interaksi keduanya dalam mempengaruhi
respon yang diharapkan. Selain itu metode ini juga digunakan untuk memperoleh
komposisi formula yang optimum untuk suatu sediaan.
1. Perumusan Masalah
Bagaimanakah pengaruh komposisi minyak jarak dan lanolin sebagai basis
terhadap kekerasan dan stabilitas lipstik dengan pewarna ekstrak kulit buah
manggis?
2. Keaslian Penelitian
Sejauh pengetahuan penulis, penelitian mengenai pengaruh komposisi
minyak jarak dan lanolin sebagai basis terhadap sifat fisik dan stabilitas lipstik
dengan pewarna ekstrak kulit buah manggis belum pernah dilakukan.
3. Manfaat Penelitian
a. Manfaat teoritis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
pengetahuan mengenai pengaruh komposisi minyak jarak dan lanolin sebagai basis
terhadap sifat fisik dan stabilitas lipstik dengan zat pewarna ekstrak ekstrak kulit
buah manggis (Garcinia mangostana L.).
b. Manfaat metodologis. Penelitian ini diharapkan dapat menambah
informasi mengenai penggunaan desain faktorial dalam mengamati pengaruh
komposisi minyak jarak dan lanolin terhadap sifat fisik dan stabilitas lipstik.
c. Manfaat praktis. Penelitian ini diharapkan dapat membantu formulasi
5
basis terhadap terhadap sifat fisik dan stabilitas lipstik dengan zat pewarna ekstrak
kulit buah manggis.
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komposisi minyak
jarak dan lanolin sebagai basis terhadap terhadap kekerasan dan stabilitas lipstik
6
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Bibir
Anatomi dan fisiologi bibir agak berbeda dibandingkan dengan kulit
bagian badan lainnya. Dermis pada bibir tidak mengandung kelenjar keringat
maupun kelenjar minyak, sehingga bibir mudah kering dan pecah-pecah terutama
jika dalam udara yang dingin dan kering (Tranggono dan Latifah, 2007).
Warna merah alami pada bibir setiap orang disebabkan oleh warna darah
yang mengalir di dalam pembuluh di lapisan bawah kulit bibir. Di bagian ini warna
itu terlihat lebih jelas karena pada bibir tidak ditemukan satu lapisan paling luar
yaitu stratum corneum (lapisan tanduk). Jadi, kulit bibir lebih tipis dari kulit wajah
(Wibowo, 2005).
Bibir menunjukkan sifat yang lebih peka dibanding kulit bagian tubuh
lainnya karena lapisan jangatnya tipis dan banyaknya aliran darah yang mengalir di
daerah permukaan kulit bibir. Oleh karena itu, hendaknya berhati-hati dalam
memilih bahan yang digunakan sebagai sediaan cat bibir, terutama dalam hal
memilih lemak, pigmen dan zat pengawet yang digunakan untuk maksud
7
B. Manggis (Garcinia mangostana L.)
Gambar 1. Garcinia mangostana L. (Firdaus,2011)
1. Taksonomi Tumbuhan
Kingdom Plantae
Subkingdom Viridiplantae
Divisi Tracheophyta
Subdivisi Spermatophytina
Kelas Magnoliopsida
Ordo Malpighiales
Famili Clusiaceae
Genus Garcinia L.
Spesies Garcinia mangostana L.
(ITIS report, 2016).
2. Nama Daerah
Manggis mempunyai berbagai macam nama lokal seperti manggu (Jawa
Barat), manggus (Lampung), manggusto (Sulawesi Utara), manggista (Sulawesi
3. Kandungan Kimia
Kulit buah manggis diketahui memiliki kandungan senyawa polifenol
yang cukup banyak. Beberapa diantaranya adalah antosianin, xanthone, tannin,
maupun senyawa asam fenolat lainnya (Chaovanalikit, 2012). Kulit manggis
mengandung pewarna alami berupa antosianin yang menghasilkan warna merah,
ungu dan biru. Xanthone dalam kulit buah manggis berkhasiat sebagai antioksidan
(Hariana, 2013). Ekstrak kulit manggis yang digunakan dalam penelitian ini
diperoleh dengan metode pekolasi dan pelarut etanol. Hasil penelitian Dewi, Astuti
dan Wardianti (2013) menunjukkan bahwa golongan senyawa yang tersari dari kulit
buah manggis dengan pelarut etanol adalah alkaloid, triterpenoid, saponin,
flavonoid, tannin dan polifenol.
4. Ekstrak Kulit Buah Manggis
Ekstrak kulit buah manggis yang digunakan dalam penelitian ini dibeli dari
PT Borobudur Herbal, Semarang pada tanggal 11 Januari 2016. Bagian buah
manggis yang digunakan adalah kulit buah. Ekstrak yang digunakan berupa ekstrak
kering berbentuk granul dengan warna light brown dan rasa pahit. Metode ekstraksi
yang digunakan adalah metode perkolasi dengan pelarut 70%. Eksipien yang
digunakan adalah maltodextrin dengan rasio botanical extract 10:1. Logam berat
yang terkandung di dalam ekstrak telah memenuhi syarat aman yaitu Arsen (As)
maksimal 5 ppm dan Timbal (Pb) maksimal 10 ppm.Sementara itu pada kosmetika,
berdasarkan lampiran Peraturan Kepala BPOM Nomor HK.03.1.23.07.11.6662
tahun 2011, peraturan logam berat yang diperbolehkan adalah Merkuri (Hg)
9
C. Antosianin
Gambar 2. Struktur dasar antosianin
(Misbachudin, Rondonuwu, dan Sutresno, 2014)
Antosianin merupakan pigmen larut air yang secara alami terdapat pada
berbagai jenis tumbuhan dan buah-buahan. Pigmen ini akan memberikan warna
merah, biru dan ungu pada buah, bunga dan daun yang masuk dalam kelas
flavonoids. Senyawa antosionin yang paling banyak ditemukan adalah
pelargonidin (orange), cyanidin (orange-merah), peonidin (orange-merah), delphinidin (biru-merah), petunidin (biru-merah), dan malvidin (biru-merah)
(Misbachudin, Rondonuwu, dan Sutresno, 2014).
Kondisi pH sangat mempengaruhi stabilitas/kesetimbangan dari larutan
ekstrak antosianin. Larutan antosianin memiliki lima bentuk kesetimbangan yang
bergantung pada kondisi pH, yaitu kation flavilium, basa karbinol, kalkon, basa
quinonoidal, dan quinonoidal anionik (Misbachudin, Rondonuwu, dan Sutresno,
2014). Pada kisaran pH 1-3, pigmen antosianin berada dalam bentuk kation
flavilium yang dominan berwarna merah dengan merupakan bentuk yang paling
stabil. Ketika pH naik ke nilai pH 4-5 atau pH semakin ditingkatkan akan
dan hidrasi kation flavilium. Pada pH 3 antosianin lebih stabil terhadap perlakuan
pemanasan dan pencahayaan dibandingkan pada pH 1. Selain itu, antosianin stabil
antara pH 1 - 3, tetapi pada pH >4 struktur antosianin tidak stabil dan dapat
mengalami transformasi (Farida dan Nisa, 2015).
D. Kosmetik
Kosmetik merupakan sediaan atau paduan bahan yang siap untuk
digunakan pada bagian luar badan (epidermis, rambut, kulit, bibir, dan organ
kelamin bagian luar), gigi, dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya
tarik, mengubah penampakan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik,
memperbaiki bau badan, tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau
menyembuhkan suatu penyakit. Dalam definisi tersebut, kosmetik dimaksudkan
sebagai sediaan yang seharusnya tidak mempengaruhi struktur dan faal kulit.
Berbeda dengan kosmetik, obat adalah bahan, zat, atau benda yang dipakai untuk
diagnosa, pengobatan, dan pencegahan suatu penyakit atau yang dapat
mempengaruhi struktur dan faal tubuh. Menurut penggunaannya pada kulit,
kosmetik dibedakan menjadi dua golongan yaitu kosmetik perawatan dan kosmetik
riasan atau dekoratif (Tranggono dan Latifah, 2007).
E. Kosmetik Dekoratif
Kosmetik dekoratif dimaksudkan untuk semata-mata mengubah
penampilan yaitu agar tampak lebih cantik dan noda-noda atau kelainan pada kulit
tertutupi. Kosmetik ini dianggap memadai jika tidak merusak kulit atau sesedikit
mungkin merusak kulit. Sedikit persyaratan untuk kosmetik dekoratif yaitu warna
11
kulit tampak berkilau dan tidak merusak atau menggangu kulit, rambut, bibir, kuku
dan lainnya (Tranggono dan Latifah, 2007).
F. Lipstik
Lipstik adalah batang dengan zat pewarna yang tersebar di campuran
minyak, lilin dan lemak dan dikemas dalam tabung roll-up. Variasi rasio minyak
dan lilin bergantung oleh kimiawan kosmetik. Misalnya, jika lipstik dirancangkan
untuk kamuflase atau menutupi ketidaksempurnaan bibir maka lipstik harus dapat
tahan lama melapisi bibir. Lipstik juga dapat digunakan untuk mengatasi cheilitis non-actinic atau penebalan kulit bibir disertai perubahan warna keputihan pada
perbatasan vermilion dari bibir (persimpangan merah bibir dan kulit) dengan
menyediakan kandungan emolien yang lebih tinggi. Formulasi ini akan rendah lilin
dan tinggi minyak untuk menghasilkan lipstik yang terasa halus lembut di bibir
(Draelos, 2011). Persyaratan kualitas lipstik menurut Mitsui (1997) yaitu tidak
mengiritasi atau membahayakan bagi bibir, tidak memberikan rasa atau bau yang
tidak sedap, tidak kotor dan tahan untuk beberapa waktu serta mampu
mempertahankan warnanya. Lipstik juga harus dapat dengan lembut dioleskan saat
kondisi ruangan hangat maupun sejuk serta dapat mempertahankan bentuknya dan
tidak pecah (Milton, 2004).
G. Minyak Jarak
Di era modern ini, minyak jarak banyak digunakan untuk industri
otomotif, industri farmasi dan kosmetik dan industri manufaktur lain (Widodo dan
Sumarsih, 2007). Minyak jarak (castor oil, oleum ricini) diperoleh dari biji
Komposisi minyak jarak adalah sekitar 87% asam risinoleat, 7% asam oleat, 3%
asam linoleat, 2% asam palmitat, 1% asam stearat dan asam dihydroxystearic dalam
[image:30.595.84.516.212.634.2]jumlah kecil. (Rowe, Sheskey, dan Quinn, 2009).
Gambar 3. Asam risinoleat (Smolinske, 1992)
Minyak jarak berfungsi sebagai emolien, pembawa fase minyak dan
pelarut. Minyak jarak berupa minyak kental berwarna kuning jernih, hampir tidak
berwarna atau pucat, memiliki sedikit bau dan rasa yang awalnya hambar hingga
sedikit tajam. Minyak jarak larut dalam kloroform, dietil eter, etanol, asam asetat
glasial, dan metanol; praktis tidak larut dalam air; praktis tidak larut dalam minyak
mineral kecuali dicampur dengan minyak sayur lain. Massa jenis minyak jarak
adalah 0.955–0.968 g/cm3 pada suhu 25C. Minyak jarak stabil dan tidak menjadi
tengik kecuali jika dipanaskan berlebihan. Pada pemanasan 300C selama beberapa
jam, minyak jarak terpolimerisasi dan menjadi larut dalam minyak mineral. Ketika
didinginkan sampai 0C, minyak jarak menjadi lebih kental. Penyimpanan minyak
jarak yaitu pada suhu yang tidak melebihi 25C dalam wadah kedap udara dan
terlindung dari cahaya (Rowe, Sheskey, dan Quinn, 2009). Menurut Smolinske
(1992), minyak jarak dalam lipstik umumnya ditemukan pada konsentrasi 10
hingga 67%.
Titik leleh minyak jarak adalah -12ºC (Rowe, Sheskey, dan Quinn, 2009).
Apabila minyak jarak dicampurkan dengan bahan-bahan lain yang memiliki titik
leleh yang lebih tinggi maka akan menghasilkan campuran dengan titik leleh yang
13
jarak akan semakin turun seiring dengan bertambahnya suhu. Titik leleh campuran
yang lebih tinggi dibandingkan titik leleh minyak jarak akan membuat
viskositasnya turun dan dimungkinkan akan dapat menurunkan kekerasan lipstik
yang dihasilkan.
H. Lanolin
Lanolin (lemak wol, wol lilin, wol alkohol dan adeps lanae anhidrat) dan
berbagai variasi ester, asam lemak dan alkohol alifatik banyak digunakan di obat
topikal dan kosmetik. Lanolin merupakan produk alami yang diperoleh dari
kelenjar sebaceus domba dan konstituennya bervariasi dari waktu ke waktu dan
tempat ke tempat. Lanolin mengandung steroid, alkohol lemak dan asam lemak
(Barel, Paye, dan Maibach, 2001).
Lanolin berwarna kuning pucat dengan bau yang khas. Lanolin yang
meleleh berwarna kuning jernih. Lanolin larut dalam benzen, kloroform, eter dan
petroleum, sedikit larut dalam etanol (95%) dingin dan lebih larut dalam etanol
(95%) mendidih. Lanolin digunakan sebagai pengikat, emulsi stabilizer,
kondisioner kulit, dan sebagai agen peningkat viskositas dalam produk-produk
seperti produk kosmetik mata, lipstik, krim dan lotion (Rowe, Sheskey, dan Quinn,
2009).
Peran lanolin dalam lipstik yaitu mempertahankan massa lipstik dalam
campuran yang homogen. Perannya dalam mempertahankan massa lipstik
kemungkinan akan memperngaruhi kekerasan lipstik seiring dengan bertambahnya
akan membantu mencegah keringat dari minyak pelarut dan memberi sejumlah
perlindungan terhadap perubahan suhu yang mendadak.
Paparan pemanasan yang berlebihan atau berkepanjangan dapat
menyebabkan warna lanolin menggelap dan berbau tidak sedap. Namun, lanolin
dapat disterilkan dengan panas kering pada 150C. Penyimpanan lanolin yaitu
dalam kontainer yang tertutup dan terlindung dari cahaya serta di tempat yang sejuk
dan kering. Waktu penyimpanan normal lanolin adalah 2 tahun (Rowe, Sheskey,
dan Quinn, 2009).
I. Metode Desain Faktorial
Desain faktorial adalah desain eksperimental dimana setiap level
masing-masing faktor dipasangkan atau disilangkan dengan tiap level setiap faktor lainnya.
Faktor merupakan variabel yang menentukan variabel lain. Level merupakan nilai
dari faktor. Efek merupakan perubahan respon yang disebabkan adanya variasi dari
setiap faktor. Desain faktorial dapat menentukan ada tidaknya interaksi antara
variabel bebas atau faktor yang dipertimbangkan. Interaksi menyiratkan bahwa
perbedaan dalam salah satu faktor tergantung pada faktor lain (Bolton and Bon,
2010).
Penelitian desain faktorial dimulai dengan menentukan faktor dan level
yang akan diteliti serta respon yang akan diukur. Respon merupakan sifat atau hasil
percobaan yang dapat diamati. Respon yang diukur harus dapat diekspresikan
secara numerik. Deskripsi sifat (seperti besar, lebih besar, terbesar) dan nomor urut
15
Keuntungan dari penggunaan desain faktorial yaitu ketika tidak ada
interaksi, desain faktorial memiliki efisiensi maksimum dalam mengestimasi efek
utama, jika ada interaksi, desain faktorial diperlukan untuk menyingkap dan
mengidentifikasi interaksi. Karena efek faktor diukur dengan variasi level dari
faktor lain, kesimpulan dapat diterapkan pada berbagai kondisi. Desain faktorial
bersifat ortogonal,yaitu semua estimasi efek dan interaksi tidak tergantung pada
efek dari faktor lain. Ketidaktergantungan yang dimaksud adalah ketika
mengestimasi efek utama, sebagai contoh, hasil yang didapatkan adalah karena efek
utama yang diinginkan dan tidak terpengaruh oleh faktor lain dari percobaan
(Bolton dan Bon, 2010).
Desain yang paling sederhana dari desain faktorial adalah penelitian
dengan dua faktor dan dua level (Armstrong dan James, 1996). Pada desain ini
diperlukan empat percobaan (2n = 4, dimana 2 menunjukkan level dan n
[image:33.595.85.513.246.659.2]menunjukkan jumlah faktor).
Tabel I. Notasi formula desain faktorial dua faktor dan dua level (Armstrong dan James, 1996)
Formula Faktor A Faktor B Interaksi
(1) - - +
a + - -
b - + -
ab + + +
Keterangan:
= level rendah
J. Landasan Teori
Kosmetik memiliki tiga tujuan utama yaitu untuk meningkatkan daya tarik
pribadi melalui dekorasi tubuh, untuk menyamarkan kekurangan dalam integumen
dan untuk mengubah atau memperbaiki sifat dasar penampilan.
Lipstik merupakan kosmetik yang menambahkan warna pada bibir untuk
tampilan yang lebih sehat, membentuk bibir dan mengharmonisasikan wajah antara
mata, rambut, dan pakaian. Beberapa pewarna sintetik yang digunakan pada lipstik
ternyata tidak aman digunakan karena sifatnya yang toksik, bahkan diantaranya
bersifat karsinogenik.
Penampilan kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) yang berwarna
merah ungu menunjukkan ada pewarna alami yang terkandung didalamnya. Salah
satu senyawa flavonoid yang terkandung dalam kulit buah manggis adalah
antosianin. Antosianin merupakan pigmen larut air yang secara alami terdapat pada
berbagai jenis tumbuhan. Antosianin diketahui dapat berfungsi sebagai antioksidan.
Pewarna alami ini berpotensi untuk digunakan sebagai pewarna pada lipstik.
Beberapa titik kritis terkait dengan persyaratan lipstik yang baik agar dapat
diterima oleh masyarakat yaitu lipstik harus dapat bertahan selama mungkin, cukup
melekat pada bibir tetapi tidak sampai lengket, melembabkan bibir serta memberi
warna yang merata pada bibir. Lipstik yang dibentuk harus dapat dengan mudah
dilepaskan dari cetakan dan tidak rusak dalam proses tersebut. Untuk dapat
memenuhi hal ini, lipstik harus dapat mengeras dengan cepat dan mengecil ke
17
Pemilihan basis yang tepat akan menentukan kualitas kekerasan lipstik
sehingga dapat diterima oleh masyarakat. Minyak, lemak, lilin dan zat pewarna
merupakan komponen utama pada lipstik. Viskositas minyak jarak akan semakin
turun seiring dengan bertambahnya suhu. Titik leleh campuran yang lebih tinggi
dibandingkan titik leleh minyak jarak akan membuat viskositasnya turun dan
dimungkinkan akan dapat menurunkan kekerasan lipstik yang dihasilkan. Peran
lanolin dalam mempertahankan massa lipstik dapat menjadi kemungkinan akan
meningkatkan kekerasan lipstik seiring dengan bertambahnya jumlah lanolin yang
digunakan.
Desain faktorial adalah desain eksperimental dimana setiap tingkat
masing-masing faktor dipasangkan atau disilangkan dengan tiap tingkat setiap
faktor lainnya. Desain faktorial dapat digunakan untuk menentukan ada
tidaknya interaksi antara variabel bebas atau faktor yang dipertimbangkan.
K. Hipotesis
Komposisi minyak jarak dan lanolin dapat memberikan pengaruh terhadap
terhadap kekerasan lipstik dan stabilitas lipstik dengan zat pewarna ekstrak kulit
18
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Rancangan Penelitian
Jenis rancangan penelitian yang dilakukan yaitu rancangan eksperimental
menggunakan desain faktorial, dengan dua faktor dan dua level untuk
membandingkan sifat fisik dan stabilitas fisik lipstik.
B. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah jumlah minyak jarak dan
lanolin dalam gram yang ditambahkan dalam formula lipstik dengan zat pewarna
ekstrak kulit buah manggis.
2. Variabel Tergantung
Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah kekerasan lipstik dengan
zat pewarna ekstrak kulit buah manggis.
3. Variabel Pengacau Terkendali
Variabel pengacau terkendali dalam penelitian ini adalah suhu pemanasan,
suhu pendinginan dan waktu penyimpanan lipstik.
4. Variabel Pengacau Tak Terkendali
Variabel pengacau tak terkendali dalam penelitian ini adalah suhu dan
kelembaban ruangan saat pembuatan dan pengujian lipstik.
C. Definisi Operasional
1. Lipstik adalah batang dengan zat pewarna yang tersebar di campuran minyak, lilin
19
2. Zat pewarna dari ekstrak kulit buah manggis adalah hasil ekstrak kulit buah
manggis dengan pelarut etanol 70% dan metode perkolasi.
3. Minyak jarak adalah minyak yang diperoleh dari biji tanaman jarak (Ricinus communis).
4. Lanolin atau lanolin anhidrat adalah produk alami yang diperoleh dari kelenjar
sebaceus domba.
5. Kekerasan lipstik adalah kemampuan lipstik untuk bertahan agar tidak mudah
patah. Nilai kekerasan didapat dengan menggunakan alat uji kekerasan lipstik yang
dibebani dengan berat maksimal 1400 gram dan dinyatakan dalam satuan detik.
6. Desain faktorial adalah model rancangan penelitian yang memungkinkan untuk
evaluasi efek dari dua faktor, yaitu minyak jarak dan lanolin dan dua level yaitu
level rendah dan level tinggi.
7. Faktor adalah besaran yang mempengaruhi respon, pada penelitian ini, dua faktor
yang digunakan yaitu minyak jarak dan lanolin.
8. Level adalah nilai atau tetapan untuk faktor, pada penelitian ini dua level yang
digunakan adalah level rendah dan level tinggi. Level rendah minyak jarak
dinyatakan sebanyak 3 gram dan level tinggi sebanyak 4,125 gram. Level rendah
lanolin dinyatakan sebanyak 3 gram dan level tinggi sebanyak 4,125 gram.
9. Respon adalah besaran yang akan diamati perubahan efeknya. Respon dalam
penelitian ini adalah nilai kekerasan lipstik.
D. Alat dan Bahan Penelitian
1. Alat
Peralatan yang digunakan yaitu seperangkat alat gelas, neraca analitik,
aluminium foil, penangas air, cawan porselen, mortir, stamper, termometer, cetakan
lipstik, lemari pendingin, alat uji kekerasan lipstik, stopwatch, indikator pH.
2. Bahan
Bahan yang digunakan yaitu beeswax, minyak jarak, lanolin, ekstrak kulit
buah manggis (Garcinia mangostana L.), titanium dioksida, zink oksida, gummi arabicum, akuades, gliserin, tween 80, oleum rosae, metil paraben dan parafin cair.
E. Tata Cara Penelitian
[image:38.595.87.511.215.627.2]1. Pembuatan Lipstik
Tabel II. Formula acuan (Barel, Paye, dan Maibach, 2001) Classic Lipstick
Emollients 40-55%
Waxes 8-13%
Plasticizers 2-4%
Colorants 3-8%
Pearl 3-6%
Actives 0-2%
Fillers 4-15%
Fragrance 0,05-0,1%
Preservatives/Antioxidants 0,50%
Bahan yang dipilih antara lain;
1. Emollients : minyak jarak dan lanolin 2. Wax : beeswax
21
4. Colorants : ektrak kulit manggis (Garcinia mangostana L.)
5. Pearls : TiO2 6. Actives : tween 80
7. Fillers : ZnO
8. Fragrance : oleum rosae
9. Preservatives : metil paraben
Berdasarkan orientasi, presentasi bahan diatas dimodifikasi dan digunakan desain
[image:39.595.85.507.188.625.2]faktorial 2 faktor dan 2 level menjadi:
Tabel III. Formula yang digunakan
Bahan F1 Fa Fb Fab
Minyak jarak 3 g 4,125 g 3 g 4,125 g
Lanolin 3 g 3 g 4,125 g 4,125 g
Beeswax 3,9 g 3,9 g 3,9 g 3,9 g
Gliserin 1,2 g 1,2 g 1,2 g 1,2 g
Ekstrak Kulit
Buah Manggis 2,4 g 2,4 g 2,4 g 2,4 g
TiO2 1,8 g 1,8 g 1,8 g 1,8 g
Tween 80 0,6 g 0,6 g 0,6 g 0,6 g
ZnO 4,5 g 4,5 g 4,5 g 4,5 g
Akuades 5,1 g 5,1 g 5,1 g 5,1 g
Gummi arabicum 2,1 g 2,1 g 2,1 g 2,1 g
Metil paraben 0,09 g 0,09 g 0,09 g 0,09 g
Total 27,75 g 28,875 g 28,875 g 30 g
Masing-masing bahan ditimbang sesuai dengan berat yang diinginkan.
Beeswax dan lanolin dilelehkan pada cawan porselen di atas penangas air dengan
suhu 80-85C. Setelah beeswax dan lanolin meleleh, campuran tersebut kemudian
diaduk hingga homogen (Campuran A). Pada mortir, ekstrak kulit buah manggis
gummi arabicum hingga homogen dan ditambahkan minyak jarak sedikit demi
sedikit sambil terus digerus dengan konstan (Campuran B). Pada mortir hangat,
campuran A ditambahkan dengan campuran B. Kemudian pada mortir hangat
tersebut ditambahkan bahan-bahan dengan urutan zinc oksida, titanium dioksida,
gliserin, tween 80, fragrance dan metil paraben. Campuran pada mortir tersebut
kemudian ditambahkan dengan campuran beeswax dan lanolin yang masih dalam
bentuk cair dan digerus hingga mengahasilkan massa yang homogen. Campuran
keseluruhan ini kemudian dilelehkan kembali di atas penangas air dengan suhu
80-85C dan dituang ke dalam cetakan lipstik saat masih cair. Cetakan lipstik
sebelumnya telah ditetesi dengan parafin cair dan dalam keadaan hangat untuk
menghindari lipstik segera memadat karena shock thermal. Sebelum dimasukkan
ke dalam cetakan, campuran lipstik yang masih dalam keadaan cair dicek pHnya
menggunakan pH indikator. Cetakan lipstik kemudian dimasukan dalam lemari
pendingin selama 24 jam dan pada hari kedua (48 jam) dilakukan pengujian.
2. Uji Kekerasan Lipstik
Seperangkat alat uji kekerasan lipstik dan stopwatch disiapkan. Lipstik
yang digunakan adalah lipstik dengan ukuran dan berat yang sama. Lipstik
diposisikan pada alat dengan bagian ujung lipstik menghadap ke bawah, kemudian
dilepaskan beban 200 g yang berfungsi sebagai pemberat pada alat, bersamaan
dengan itu pencatatan waktu dimulai. Apabila setelah 1 menit lipstik belum hancur,
ditambahkan beban menjadi 400 g pada alat. Dengan selang waktu 1 menit apabila
lipstik belum hancur maka ditambahkan beban lagi hingga 1400 g atau hingga
23
lipstik hancur. Pengujian ini dilakukan pada penyimpanan hari ke 2, 7, 14, 21 dan
30.
F. Analisis Hasil
Hasil yang didapat dari uji kekerasan lipstik setelah penyimpanan hari
ke-2 dianalisis secara statistik dengan uji ANOVA pada tingkat kepercayaan 95%
menggunakan program Design Expert® versi 10.0.0. Kemudian dilihat grafik
hubungan dan dilihat besarnya nilai efek dari komposisi minyak jarak dan lanolin
terhadap respon yang hasilnya signifikan. Hasil dinyatakan signifikan apabila nilai
probabilitas < 0,05. Apabila hasil signifikan maka persamaan yang diperoleh dapat
digunakan untuk memprediksi nilai respon dengan memasukkan nilai faktor ke
dalam persamaan.
Data nilai kekerasan lipstik selama masa penyimpanan 30 hari kemudian
dianalisis dengan menggunakan program Rstudio versi 3.2.3. Uji normalitasn
dilakukan menggunakan Shapiro-Wilk Test’s untuk mengetahui apakah data yang
didapat normal atau tidak, apabila data dikatakan normal maka dilanjutkan dengan
uji homogenitas antar formula menggunakan Levenne Test’s. Apabila data yang
didapat pada formula tidak normal maka dilakukan pengujian menggunakan
Kruskal – Wallis Test’s. Setelah uji homogenitas, jika formula masuk dalam syarat
homogen, dilanjutkan dengan uji ANOVA untuk mengetahui formula yang
memiliki hasil berbeda tidak signifikan atau berbeda signifikan. Jika pada formula
menghasilkan perbedaan yang signifikan maka pengujian dilanjutkan dengan
menggunakan Post Hoc : Tukey HSD, untuk melihat letak perbedaan signifikan
24
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Formulasi Lipstik
Sediaan yang dibuat dalam penelitian ini adalah lipstik dengan pewarna
alami yang bertujuan untuk mewarnai dan membentuk bibir agar lebih artistik dan
menarik sehingga dapat meningkatkan estetika dalam tata rias wajah. Lipstik
merupakan kosmetik dekoratif berbentuk batang yang pada dasarnya adalah
pewarna yang terdispersi dalam basis lilin, minyak dan lemak yang cocok. Dalam
penelitian ini digunakan ekstrak kulit buah manggis sebagai pewarna alami dan
diteliti komposisi minyak dan lemak yang tepat untuk menghasilkan lipstik yang
baik.
Basis utama dari lipstik adalah lilin, minyak dan lemak. Lilin akan
memberikan bentuk rigid dan solid pada batangan lipstik. Pada penelitian ini lilin
yang digunakan adalah beeswax. Beeswax adalah zat yang paling sering ditemukan
pada lipstik dan memberikan konsistensi yang baik sebagai basis. Beeswax yang
ditambahkan dengan lanolin akan membantu mengikat minyak jarak (Bennett,
1944). Beeswax dapat digunakan untuk meningkatkan titik leleh campuran. Beeswax mempunyai sifat pengikat yang baik untuk membantu menghasilkan
massa yang homogen. Sifat beeswax yang mudah menyusut memberikan
keuntungan dengan memudahkan pelepasan lipstik dari cetakan. Beeswax
merupakan campuran dari cerotic acid dan myristin yang meleleh pada 63C.
25
of Consultants & Engineers, 2011). Menurut Knowlton dan Pearce (1993), beeswax
dapat digunakan sebagai basis lilin tunggal dalam pembuatan lipstik.
Minyak jarak berfungsi sebagai emolien dan pelarut. Minyak jarak banyak
digunakan dalam kosmetik, makanan dan sediaan farmasi dengan rute oral, topikal
dan parenteral. Minyak jarak dianggap sebagai material yang relatif tidak toksik
dan tidak mengiritasi ketika digunakan sebagai eksipien (Rowe, Sheskey, dan
Quinn, 2009). Minyak jarak memberikan keuntungan dengan membentuk lapisan
mengkilap yang mengering setelah pengaplikasian (Milton, 2004).
Lanolin merupakan plasticizer yang sangat baik, mudah bercampur
dengan konstituen lainnya dan meningkatkan kompatibilitas akhir. Lanolin juga
mengurangi eksudasi dari zat lemak dan mencegah keretakan (Freund, Csikos,
Keszthelyi, dan Mozes, 1982). Lanolin mampu memberikan efek kemilau dan
meningkatkan dispersi pigmen, meskipun lipstik dengan tingkat lanolin tinggi
cenderung menjadi agak lengket ketika digunakan (Knowlton dan Pearce, 1993).
Formula acuan yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari Barel,
Paye, dan Maibach (2001). Bahan-bahan lain yang digunakan dalam pembuatan
lipstik ini antara lain titanium dioksida yang berfungsi sebagai pearl, zinc oksida
sebagai bahan pengisi, gummi arabicum sebagai pengental emulsi, akuades untuk
melarutkan ekstrak kulit buah manggis, gliserin sebagai plasticizer, tween 80
sebagai pelembab dan metil paraben sebagai pengawet.
Pembuatan lipstik diawali dengan menimbang bahan-bahan yang
diperlukan dalam formulasi lipstik. Pertama-tama beeswax dan lanolin dilelehkan
titik lebur 63C sementara lanolin memiliki titik lebur 40C. Beeswax mengalami
esterifikasi jika dipanaskan hingga 150C sementara lanolin, jika dipanaskan terlalu
lama dapat berubah warna menjadi coklat dan berbau tidak sedap. Pemanasan
dengan suhu 80-85C bertujuan untuk mempercepat proses pelelehan tanpa
merusak bahan.
Pada mortir, ekstrak kulit buah manggis digerus dan ditambahkan dengan
akuades hingga larut. Kemudian ditambahkan gummi arabicum hingga homogen
dan ditambahkan minyak jarak sedikit demi sedikit sambil terus digerus dengan
konstan. Gummi arabicum ditambahkan agar ekstrak kulit buah manggis yang larut
dalam akuades tersebut dapat bercampur dengan minyak dan dapat terdispersi
dalam campuran lipstik keseluruhan.
Campuran beeswax dan lanolin yang sudah meleleh kemudian
dicampurkan dengan campuran ekstrak, akuades, gummi arabicum dan minyak
jarak dalam mortir hangat. Mortir hangat digunakan agar beeswax dan lanolin tidak
segera memadat kembali, sehingga dapat digerus dan dicampurkan dengan mudah.
Selanjutnya pada mortir tersebut, ditambahkan zinc oksida, titanium dioksida,
gliserin, tween 80, fragrance dan metil paraben.
Campuran keseluruhan ini kemudian dilelehkan kembali diatas penangas
air dengan suhu 80-85C dan dituang ke dalam cetakan lipstik selagi cair. Cetakan
lipstik yang digunakan dalam penelitian ini terbuat dari bahan metal. Cetakan
lipstik sebelumnya telah ditetesi dengan parafin cair dan dalam keadaan hangat
untuk menghindari campuran lipstik segera memadat sebelum cetakan terisi penuh.
27
satu kesatuan dan permukaan lipstik menjadi tidak rata karena ada bagian yang telah
memadat lebih dahulu. Cetakan lipstik kemudian dimasukan dalam lemari
pendingin selama 24 jam dan pada hari kedua (48 jam) dilakukan pengujian. Basis
lipstik akan menyusut selama pendinginan dan mengeras sehingga lipstik akan
lebih mudah dilepaskan dari cetakan dengan memberi sedikit tekanan. Apabila
campuran lipstik tidak didinginkan maka lipstik akan sedikit lembek dan sulit
dilepaskan dari cetakan. Penggunaan parafin cair juga bertujuan untuk
memudahkan pelepasan lipstik dari cetakan sehingga didapatkan permukaan lipstik
yang baik.
Dua faktor yang diteliti dalam penelitian ini adalah minyak jarak dan
lanolin dan dengan dua level yaitu level tinggi dan level rendah. Pemilihan level
didasarkan dari batas bawah dan batas atas pada rentang persentase bahan dari hasil
orientasi. Level tinggi minyak jarak yaitu 4,125 g dan level rendah 3 g. Level tinggi
lanolin yaitu 4,125 g dan level rendah 3 g. Jumlah formula yang dibuat yaitu 4
formula (hasil dari 22) dengan masing-masing formula direplikasi sebanyak tiga
kali.
Nilai pH kosmetik yang jauh dari pH kulit akan mengiritasi atau
menimbulkan rasa tidak nyaman pada kulit. Hasil pemeriksaan pH menunjukkan
keempat formula lipstik dengan pewarna ekstrak kulit buah manggis memiliki pH
5. Menurut Lauffer (cit., Adliani, Nazliniwaty, dan Purba, 2012), pH kulit bibir
yaitu ± 4. Hal tersebut menandakan bahwa pH lipstik dalam penelitian ini dapat
Lipstik yang dihasilkan memiliki warna nude atau warna natural
kecoklatan. Selama masa penyimpanan 30 hari, warna lipstik cenderung menjadi
sedikit lebih gelap dibandingkan dengan hasil awal saat dilepaskan dari cetakan.
Hal ini dapat dimungkinkan karena ketidakstabilan ekstrak kulit buah manggis
dalam campuran lipstik yang memiliki pH 5. Antosianin yang merupakan pewarna
alami dalam kulit buah manggis stabil dalam pH 1-3, sementara apabila pada pH
>4 struktur antosianin tidak stabil dan dapat mengalami transformasi (Farida dan
Nisa, 2015). Pengaturan pH lipstik dimungkinkan dapat menjadi salah satu cara
untuk mengatasi ketidakstabilan warna ini, namun dibutuhkan penelitian lebih
lanjut.
Pada penelitian ini tidak dilakukan uji toksisitas lipstik dengan pewarna
ekstrak kulit buah manggis yang dibuat. Namun, diyakini lipstik yang dibuat ini
tidak toksik karena bahan – bahan yang digunakan dalam formula masih berada
dalam batas aman penggunaan dalam lipstik seperti yang dapat dilihat pada tabel
IV. Rentang aman penggunaan ekstrak kulit buah manggis sebagai pewarna lipstik
belum pernah diteliti, namun belum ada laporan kejadian toksisitas akibat
penggunaan ekstrak kulit buah manggis pada sediaan topikal, namun berdasarkan
pengalaman penggunaannya untuk manusia diyakini tidak menimbulkan toksisitas
29
[image:47.595.85.516.108.622.2]
Tabel IV. Persentase penggunaan bahan yang masih diperbolehkan
Bahan dalam formula Persentase Persentase yang diperbolehkan Sumber
Minyak jarak 10,39% - 14,26% 10% - 67% Smolinske, 1992
Lanolin 10,39% - 14,26% 0,1% - 50% FDA, 1976
Beeswax 13% - 14,05% 5 - 20% Mercardo, 1991
Gliserin 4% - 4,32% 30% Rowe, Sheskey, dan Quinn, 2009
TiO2 6% - 6,49% 25% BPOM, 2015
Tween 80
2% - 2,16% 0,1% - 3% Rowe, Sheskey, dan
Quinn, 2009
ZnO 15% - 16,22% 25% BPOM, 2015
Gummi arabicum
7% - 7,57% 5%-10% Rowe, Sheskey, dan
Quinn, 2009
Metil paraben 0,3% - 0,32% 0,4% Ash dan Ash, 2004
Persentase bahan yang digunakan dalam penelitian ini didapatkan dari
hasil orientasi menggunakan formula acuan. Meskipun persentase bahan dalam
formula masih memenuhi syarat batas aman, namun jika dibandingkan dengan
formula acuan, maka persentase emolien yang digunakan sangat sedikit dalam
lipstik. Pada formula acuan emolien yang dibutuhkan yaitu pada rentang 40-55%,
sedangkan emolien dalam penelitian ini yaitu minyak jarak dan lanolin, berkisar 20
hingga 30% saja. Hal ini diduga menyebabkan pengolesan lipstik tidak terlalu
lembut pada kulit. Lapisan yang tertinggal pada kulit cukup rata dan warna juga
merata pada kulit, hanya saja ketika dioleskan terasa sedikit berat. Selain itu,
penggunaan ekstrak kulit manggis yang mengandung eksipien maltodextrin juga
dapat mempengaruhi daya oles lipstik. Rasio maltodextrin dengan hasil ekstrak
kulit manggis yaitu 10:1 yang berarti jumlah maltodextrin lebih banyak
dibandingkan dengan hasil ekstrak kulit manggis, sehingga jumlah filler dalam
B. Sifat Fisik dan Stabilitas Lipstik
Sifat fisik lipstik yang diamati dalam penelitian ini adalah kekerasan
lipstik yang dinyatakan dalam satuan detik. Selain harus memiliki sifat fisik yang
baik, stabilitas fisik lipstik dalam masa penyimpanan juga merupakan faktor
penting yang menjadikan lipstik layak untuk dipasarkan. Stabilitas fisik lipstik ini
dapat dilihat dari pergeseran nilai kekerasan lipstik dalam masa penyimpanan
selama 30 hari.
Sebagai pembanding nilai kekerasan yang baik dari lipstik, maka hasil uji
nilai kekerasan lipstik dengan pewarna ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) dibandingkan dengan nilai kekerasan lipstik yang sudah beredar di
pasaran dan memiliki merk dagang yang sudah banyak digunakan oleh masyarakat.
Lipstik yang sudah beredar di pasaran dan dengan merk dagang yang sudah banyak
digunakan diasumsikan sebagai lipstik yang sudah memenuhi persyaratan lipstik
yang baik dan dapat diterima oleh masyarakat sebagai konsumen. Wijayanti (2011)
menyatakan bahwa lipstik yang telah beredar di pasaran memiliki nilai kekerasan
antara 120 hingga 300 detik.
Uji kekerasan lipstik dilakukan dengan menerapkan uji kekerasan
suppositoria menggunakan alat uji kekerasan suppositoria jenis Erweka SDT.
Lipstik yang digunakan adalah lipstik dengan ukuran dan berat yang sama. Hal ini
bertujuan untuk mengurangi pengaruh perbedaan bobot lipstik pada hasil uji
kekerasan. Pengujian ini dilakukan pada penyimpanan hari ke 2, 7, 14, 21 dan 30.
Lipstik diposisikan pada alat dengan bagian ujung lipstik menghadap ke
31
hancur atau patah. Penambahan beban ini diasumsikan sebagai tekanan dari luar
terhadap lipstik. Lama waktu yang dibutuhkan lipstik untuk mempertahankan
konsistensinya sebagai batangan utuh hingga hancur atau patah kemudian dicatat.
Berikut merupakan hasil uji kekerasan lipstik dengan pewarna ekstrak
[image:49.595.95.511.241.616.2]kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.).
Tabel V. Hasil pengukuran kekerasan lipstik Formula Rata-rata Kekerasan Lipstik
(detik)
F1 146,67 ± 21,13
Fa 111,33 ± 8,39
Fb 202 ± 28,05
Fab 176,67 ± 3,21
Berdasarkan Tabel V dapat dilihat bahwa nilai kekerasan lipstik yang
paling rendah adalah pada formula a dengan minyak jarak pada level tinggi dan
lanolin pada level rendah ; sedangkan nilai kekerasan lipstik yang paling besar
adalah pada formula b dengan minyak jarak pada level rendah dan lanolin pada
level tinggi.
Pergeseran kekerasan lipstik dalam penyimpanan selama 30 hari dalam
suhu ruangan diamati sebagai informasi stabilitas sifat fisik lipstik. Pada Gambar 4
terlihat bahwa kekerasan lipstik disetiap formula cenderung meningkat selama
penyimpanan selama 30 hari. Pergeseran kekerasan lipstik memiliki perbedaan
tidak bermakna (p-value>0,05) pada formula 1, formula a dan formula b, sedangkan
pergeseran kekerasan lipstik pada formula ab memiliki perbedaan bermakna ( p-value<0,05), sehingga dapat dikatakan bahwa lanolin dengan level tinggi dalam
Gambar 4. Grafik hubungan kekerasan lipstik dengan pewarna ekstrak kulit
buah manggis (Garcinia mangostana L.) terhadap waktu penyimpanan
C. Efek Minyak Jarak dan Lanolin serta Interaksinya terhadap
Kekerasan Lipstik
Data yang diperoleh dari uji kekerasan lipstik kemudian dianalisis
menggunakan program Design Expert ® versi 10.0.0 untuk mengetahui besar efek
minyak jarak dan lanolin terhadap kekerasan lipstik. Signifikansi setiap faktor dan
interaksinya dalam memberikan efek dapat dilihat dengan menggunakan uji
statistik ANOVA dengan taraf kepercayaan 95% (tingkat signifikansi p<0,05). Jika
didapatkan hasil yang signifikan maka persamaan yang didapatkan dari percobaan
dapat digunakan untuk memprediksi respon yang dihasilkan dengan memasukkan
nilai-nilai faktor tertentu. 0 50 100 150 200 250 300
2 7 14 21 30
k e k e ras an (d e ti k )
waktu penyimpanan (hari ke‐)
F1
Fa
Fb
33
[image:51.595.86.513.103.704.2]
Tabel VI. Hasil Uji ANOVA berdasarakan hasil analisis menggunakan
Desain Expert® versi 10.0.0 untuk respon kekerasan lipstik
source Prob>F p-value
Model 0,0015
A-Minyak Jarak 0,0199
B-Lanolin 0,0004
AB 0,6456
Dari Tabel VI dapat dilihat nilai probabilitas yang diperoleh adalah 0,0015
(<0,05 = signifikan) sehingga dapat diartikan bahwa persamaan yang didapat dari
model percobaan ini valid dan dapat digunakan untuk memperkirakan nilai respon
kekerasan lipstik dengan memasukan faktor ke dalam persamaan.
Persamaan desain faktorial yang didapatkan untuk respon kekerasan
lipstik yaitu:
Y = 171,15846 – 18,25850 A + 7,64626 B + 0,81633 AB
Pada Tabel VI juga dapat dilihat bahwa masing-masing faktor yaitu
minyak jarak dan lanolin memiliki nilai probabilitas 0,0199 dan 0,0004 (<0,05 =
signifikan). Hal ini menunjukan bahwa baik minyak jarak maupun lanolin pada
level yang digunakan dalam penelitian berpengaruh secara signifikan terhadap
perubahan respon kekerasan lipstik.
Tabel VII. Efek minyak jarak, lanolin dan interaksinya terhadap respon kekerasan lipstik
Efek Sum of Squares % Kontribusi
A-Minyak Jarak -30,33 2760,33 16,85
B-Lanolin 60,33 10920,33 66,65
AB 5,00 75,00 0,46
Dari Tabel VII dapat dilihat bahwa efek yang paling besar ditunjukkan
efek dari lanolin bernilai positif, yang berarti bahwa penggunaan lanolin dalam
formula secara signifikan akan meningkatkan kekerasan lipstik. Penggunaan
minyak jarak secara signifikan akan menurunkan respon kekerasan lipstik. Adanya
interaksi antara minyak jarak dan lanolin akan meningkatkan kekerasan lipstik
dengan besar nilai efek 5 dan % kontribusi 0,46 , namun pengaruhnya terhadap
[image:52.595.86.510.221.596.2]respon kekerasan lipstik tidak signifikan (p<0,05) seperti yang bisa dilihat dari
Tabel VI.
35
[image:53.595.86.513.114.593.2]
Gambar 6. Grafik hubungan lanolin terhadap kekerasan lipstik
Pada Gambar 5 dapat dilihat bahwa peningkatan jumlah minyak jarak
mampu menurunkan kekerasan lipstik pada lanolin baik level rendah maupun
lanolin level tinggi. Pada Gambar 6 dapat dilihat bahwa peningkatan jumlah lanolin
mampu menaikkan kekerasan lipstik pada minyak jarak level rendah maupun
minyak jarak level tinggi.
Berdasarkan contour plot pada Gambar 7, semakin tinggi lanolin yang
digunakan maka semakin tinggi kekerasan yang didapat. Semakin tinggi minyak
jarak yang digunakan maka semakin rendah kekerasan lipstik yang didapatkan.
Daerah contour plot yang berwarna bitu menunjukkan kekerasan lipstik dengan
nilai rendah, sedangkan daerah yang berwarna merah menunjukkan kekerasan
lipstik dengan nilai yang tinggi.
Gambar 7. Contour Plot respon kekerasan lipstik dengan pewarna ekstrak
kulit buah manggis (Garcinia mangostana L)
Validasi dilakukan untuk mengkonfirmasi bahwa metode yang digunakan
sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Pada penelitian ini, dilakukan validasi
dengan mengambil satu titik pada daerah optimum dari grafik contour plot.
Diambil titik dengan komposisi minyak jarak 3,519 gram dan lanolin 3,697 gram.
[image:54.595.84.513.111.650.2]Dari titik yang diambil tersebut, nilai kekerasan yang diharapkan adalah 167 detik.
Tabel VIII. Hasil validasi Contour Plot
Perhitungan Teoritis Hasil Validasi Rata-rata p-value
Kekerasan
(detik) 167,497 158 152 150,33 0,0788
141
Hasil validasi yang didapatkan yaitu nilai kekerasan rata-rata sebesar
150,33 detik. Nilai p-value yang didapat, yaitu sebesar 0,0788 (>0,05) memiliki arti
37
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penggunaan minyak jarak dan lanolin berpengaruh signifikan terhadap
kekerasan lipstik dengan pewarna ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.). Minyak jarak menurunkan kekerasan lipstik dengan nilai efek
-30,33 dan lanolin meningkatkan kekerasan lipstik dengan nilai efek 60,66. Pada
pergeseran kekerasan lipstik, hanya lanolin dengan level tinggi yang memiliki
perbedaan signifikan yaitu dengan nilai p-value 0,000394 pada formula ab.
B. Saran
1. Perlu dilakukan uji kestabilan fisik lipstik lain yang dilakukan selama
penyimpanan, meliputi : uji kestabilan warna lipstik terhadap suhu, uji kestabilan
pH dan uji titik leleh.
2. Hasil dari penelitian ini masih perlu dilakukan uji iritasi untuk memberi jaminan
keamanan penggunaan lipstik dengan pewarna ekstrak kulit buah manggis
DAFTAR PUSTAKA
Adliani, N., Nazliniwaty, dan Purba, D., 2012, Formulasi Lipstik Menggunakan Zat Warna dari Ekstrak Bunga Kecombrang (Etlingera elatior (Jack)
R.M.Sm.), Journal of Pharmaceutics and Pharmacology, 1(2): 87-94.
Armstrong, N.A., dan James, K.C., 1996, Pharmaceutical Experimental Design and Interpretation, Taylor & Francis, United Kingdom, hal. 131-135.
Ash, M., dan Ash, I., 2004, Handbook of Presevatives, Synapse Information
Recources, Inc., USA, hal. 165.
Astuti, R., Meikawati, W., dan Sumarginingsih, S., 2010, Penggunaan Zat Warna “Rhodamin B” pada Terasi berdasarkan Pengetahuan dan Sikap Produsen Terasi di Desa Bonang Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang,
Penggunaan Zat Warna “Rhodamin B” Pada Terasi, 6(2), 21-29.
Barel, A.O., Paye, M., dan Maibach, H.I., 2001, Handbook of Cosmetic Science and Technology, Marcel Dekker, Inc., New York, hal. 670, 671, 680.
Balsam, M.S., 1972, Cosmetic Science and Technology, Second Edition, Jhon Willy
and Son, Inc., London, hal. 64.
Bennett, H., 1944, Commercial Waxes, Natural and Synthetic, including Properties, Uses, Methods of Handling and Formulas for Making Commercial Wax Compositions, Chemical Publishing Co. Inc., California,
hal. 269.
Bolton S., dan Bon C., 2010, Pharmaceutical Statistics: Practical and Clinical Applications, Fifth Edition, Taylor and Francis Group, USA, hal. 222, 223.
Bruch, J.M., Treister, N.S., 2009, Clinical Oral Medicine and Pathology, Humana
Press, London, hal. 2.
Chooi, O.H., 2004, Buah: Khasiat Makanan dan Ubatan, Kuala Lumpur, hal. 102.
Chaovanalikit, A., et al., 2012, Anthocyanin and Total Phenolics Content of
Mangosteen and Effect of Processing on the Quality of Mangosteen Products, International Food Research Journal, 19 (3): 1047-1053.
Dalimartha, S., 2008, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, Jilid 5, Pustaka Bunda,
Grup Puspa Swara, Jakarta, hal. 52.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1985, Formularium Kosmetika Indonesia, Dirjen POM, Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2010, Suplemen I Farmakope Herbal Indonesia, Dirjen POM, Jakarta, hal 66-67.
Dewi, I.D.A.D.Y., Astuti, K.W., Warditiani, N.K., 2013, Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol 95% Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.), Jurnal Farmasi Udayana, 2(4), 1-7.
Direktorat Jendaral Pengawasan Obat dan Makanan, 2008, Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Draelos, Z.D., 2011, Cosmetics and Dermatologic Problems and Solutions, Third
Edition, Taylor and Francis Group, US, hal. 68.
Farida, R.,dan Nisa, F.C., 2015, Ekstraksi Antosianin Limbah Kulit Manggis Metode Microwave Assisted Extraction (Lama Ekstraksi Dan Rasio Bahan
39
Firdaus, D., 2011, Manggis (Garcinia mangostana L), http://jabar.litbang.per- tanian.go.id/ind/index.php/info-teknologi/14-alsin/64-manggis-garcinia-mangostana-l- , diakses tanggal 8 Maret 2016.
Freund, M., Csikos, R., Keszthelyi, S., dan Mozes, G.Y., 1982, Paraffin Products Properties, Technologies, Apllications, Elsevier Scientific Publishing
Company, Amsterdam, hal. 267.
Hariana, A., 2013, 262 Tumbuhan Obat dan Khasiatnya, Penebar Swadaya, Jakarta,
hal. 229.
Iswari, K., dan Hasyim, A., 2008, Manggis Kaya Amtioksidan, Iptek Hortikultura,
4, 44-47.
ITIS Repor