PENGARUH KONSENTRASI EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS (Garciniamangostana L.) TERHADAP SIFAT FISIK DAN STABILITAS
FISIK SEDIAAN EMULGEL
SKRIPSI
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Yoestenia
NIM : 108114174
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
i
PENGARUH KONSENTRASI EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS (Garciniamangostana L.) TERHADAP SIFAT FISIK DAN STABILITAS
FISIK SEDIAAN EMULGEL
SKRIPSI
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Yoestenia
NIM : 108114174
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
ii
Persetujuan Pembimbing
PENGARUH KONSENTRASI EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS (Garciniamangostana L.) TERHADAP SIFAT FISIK DAN STABILITAS
FISIK SEDIAAN EMULGEL
Skripsiyang diajukan oleh:
Yoestenia
NIM : 108114174
telah disetujui oleh:
Pembimbing I
Enade Perdana Istyastono, Ph.D., Apt. Tanggal……….
Pembimbing II
iii
Pengesahan Skripsi Berjudul
PENGARUH KONSENTRASI EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS (Garciniamangostana L.) TERHADAP SIFAT FISIK DAN STABILITAS
FISIK SEDIAAN EMULGEL
Oleh:
Yoestenia
NIM : 108114174
Dipertahankan dihadapan Panitia Penguji Skripsi
Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma
Pada tanggal 24 Juli 2014
Mengetahui
Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma
Ipang Djunarko, M.Sc., Apt.
Panitia Penguji: Tanda tangan
1. Enade Perdana Istyastono, Ph.D., Apt. ……….
2. Agustina Setiawati, M.Sc., Apt. ……….
3. Dr. Sri Hartati Yuliani, M.Si., Apt. ……….
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
B
ermimpilah tentang apa yang ingin kamu impikan, pergilahke tempat-tempat kamu ingin pergi. Jadilah seperti yang kamu inginkan, karena kamu hanya memiliki satu kehidupan dan satu kesempatan untuk melakukan hal-hal yang ingin kamu lakukan
Without dreams, we reach nothing. Without love, we feel nothing. And
without God, we are nothing
-Oprah World-
Karya ini kupersembahkan kepada:
Papaku Yusman & Mamaku tercinta Djok Fong
Bapak Effendi Wirwanto & Ibu Erni Rusli
Kedua kakakku, Yoestejo & Yoestinus
Seluruh keluarga besarku untuk kasihnya
Sahabat, teman dan almamater yang ku banggakan
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarisme dalam naskah
ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Yogyakarta, 24 Juli 2014
Penulis
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Yoestenia
NIM : 108114174
Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
PENGARUH KONSENTRASI EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS (Garciniamangostana L.) TERHADAP SIFAT FISIK DAN STABILITAS
FISIK SEDIAAN EMULGEL
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk lain, mengolahnya dalam bentuk pangkalan data,
mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media
lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun
memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal 24 Juli 2014
Yang menyatakan
vii
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas
segala limpahan berkat dan kasih-Nya sehingga penelitian dan penyusunan skripsi
yang berjudul “Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia
mangostana L.) terhadap Sifat Fisik dan Stabilitas Fisik Sediaan Emulgel” dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
Sepanjang proses perkuliahan, penelitian hingga selesainya penyusunan
skripsi ini, penulis mendapat banyak dukungan dan bantuan dari berbagai pihak.
Dengan penuh ucapan syukur, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus, sebagai Tuhan yang luar biasa dalam hidup penulis.
2. Papa dan mama tercinta yang selalu berdoa, memberikan kasih sayang,
perhatian, motivasi, inspirasi dan dukungan kepada penulis.
3. Bapak Effendi Wirwanto dan Ibu Erni Rusli yang selalu memberikan
dukungan semangat, perhatian, motivasi, inspirasi serta bantuan finansial
selama penulis menempuh perkuliahan hingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik.
4. Kakakku Yoestinus, yang selalu memberikan semangat, doa, dukungan,
perhatian, dan pengertian yang diberikan selama ini.
5. Seluruh keluarga besar yang telah banyak memberikan dukungan, semangat,
viii
6. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
7. Bapak Enade Perdana Istyastono, Ph.D., Apt. selaku dosen pembimbing I
yang dengan sabar memberikan pengarahan, bimbingan, masukan, kritik dan
saran baik selama penelitian maupun penyusunan skripsi ini.
8. Ibu Agustina Setiawati, M.Sc., Apt. selaku dosen pembimbing II, atas
perhatian, bimbingan, arahan, semangat, dan dukungan yang diberikan selama
penyusunan proposal, penelitian, dan penyusunan laporan akhir.
9. Dr. Sri Hartati Yuliani, M.Si., Apt. selaku dosen penguji yang telah
meluangkan waktu untuk menguji serta ketersediaannya untuk berkonsultasi
dan memberikan masukan yang bermanfaat bagi penulis.
10.Melania Perwitasari, M.Sc., Apt. selaku dosen penguji yang telah meluangkan
waktunya untuk menguji, sekaligus saran dan kritik yang diberikan kepada
penulis.
11.Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S.Si., yang telah meluangkan waktu untuk
ketersediaannya dalam konsultasi dan memberikan masukan yang bermanfaat
bagi penulis.
12.Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si. selaku dosen pembimbing akademik atas
bimbingan dan semangat yang telah diberikan selama ini.
13.Ibu Dr. Sri Hartati Yuliani, M.Si., Apt. selaku Kepala Laboratorium Fakultas
ix
14.Seluruh Dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah
memberikan ilmu yang bermanfaat demi kemajuan mahasiswa dalam bidang
farmasi.
15.Pak Musrifin, Pak Agung, Pak Heru, Pak Parjiman, Pak Mukminin, Pak
Wagiran, Pak Otok, Pak Bimo, dan laboran-laboran lain atas bantuan yang
diberikan selama penelitian dan menempuh perkuliahan.
16.Keluarga keduaku, cici Ade Mauryn, opung Devi Sinaga, inang Sari
Tambunan, cece Mariana, cici Melisa Darmawan, kak Novie Imoliana, Rotua
Silitonga, Jolina dan Metta Maurila. Terima kasih untuk kebersamaan, canda,
tawa, suka, duka yang telah kita lalui bersama.
17.Sahabat dan teman-temanku Zufri Bella Yani, Rinda Meita Pangastuti, Nita
Rahayu, Swaseli, dan Widya. Teman dan sahabat yang luar biasa, yang selalu
membantu, memberikan semangat, sahabat berbagi cerita yang menguatkan,
menghibur, dan mendoakan selama ini, serta kesediaan untuk selalu
direpotkan.
18.Devina Permatasari, selaku teman seperjuangan penelitian atas kerja sama,
semangat, dukungan, suka duka yang telah dilewati bersama dan tempat
berbagi keluh kesah selama penelitian dan penyusunan skripsi.
19.Titi, Kenny, Chandra, Vivian, Rosiana, Kristin Lilin, Desti, Astri, Muhadela,
Ajeng, Palma, Ita, Rosalia, Marcelina, Juliana, Sisca, Sita, Agrif. Terima kasih
untuk diskusi, kebersamaan, dukungan, bantuan, canda dan tawa selama
x
20.Semua teman-teman angkatan 2010, khususnya kelompok praktikum F dan
FST B yang telah memberikan pengalaman yang berharga selama praktikum,
perkuliahan, serta kebersamaan, keceriaan, kekompakan yang begitu indah
dan tak terlupakan, serta dukungan semangat dalam penyusunan dan ujian
skripsi.
21.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu
penulis dalam mewujudkan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
skripsi ini, sehingga segala kritik dan saran yang membangun sangat penulis
harapkan. Semoga skripsi ini membantu dan bermanfaat bagi pembaca pada
khususnya dan ilmu pengetahuan pada umumnya.
Penulis
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi
PRAKATA ... vii
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
INTISARI ... xviii
ABSTRACT ... xix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
1. Rumusan Masalah ... 3
2. Keaslian Penelitian ... 3
3. Manfaat Penelitian ... 4
B. Tujuan Penelitian ... 4
xii
A. Manggis (Garcinia mangostana L.) ... 5
1. Klasifikasi Tumbuhan ... 5
2. Morfologi Manggis ... 6
3. Kandungan Kimia ... 6
4. Kajian Farmakologi Kulit Buah Manggis ... 7
B. Kromatografi Lapis Tipis ... 9
C. Emulgel ... 10
D. Bahan-Bahan yang Digunakan dalam Formulasi Emulgel ... 13
1. Carbopol ... 13
2. Trietanolamin ... 13
3. Paraffin cair ... 14
4. Tween 20 ... 15
5. Span 20 ... 16
6. Propilen glikol ... 16
7. Metil paraben ... 17
8. Propil paraben ... 18
E. Uji Sifat Fisik Sediaan Emulgel ... 19
1. Organoleptik ... 19
2. pH ... 19
3. Viskositas ... 19
4. Daya Sebar ... 22
F. Stabilitas Fisik Sediaan ... 22
xiii
H. Hipotesis ... 24
BAB III METODE PENELITIAN... 25
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 25
B. Variabel dan Definisi Operasional ... 25
1. Variabel penelitian ... 25
2. Definisi operasional ... 26
C. Alat dan Bahan Penelitian ... 27
1. Alat penelitian ... 27
2. Bahan penelitian ... 27
D. Tata Cara Penelitian ... 27
1. Identifikasi ekstrak kulit buah manggis ... 27
2. Identifikasi ekstrak kulit buah manggis secara KLT... 28
3. Pembuatan emulgel ekstrak kulit buah manggis ... 28
4. Evaluasi sifat fisik emulgel ... 30
5. Uji stabilitas emulgel... 31
E. Tata Cara Analisis Hasil... 31
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 33
A. Identifikasi Ekstrak Kulit Buah Manggis ... 33
B. Identifikasi Ekstrak Kulit Buah Manggis Secara KLT ... 33
C. Evaluasi Sifat Fisik Emulgel ... 35
1. Uji Organoleptis ... 35
2. Uji pH ... 37
xiv
4. Uji Daya Sebar ... 41
D. Uji Stabilitas Emulgel Ekstrak Kulit Buah Manggis ... 44
1. Uji Stabilitas Organoleptis ... 44
2. Uji Stabilitas pH ... 45
3. Uji Stabilitas Viskositas ... 45
4. Uji Stabilitas Daya Sebar ... 47
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 49
A. Kesimpulan ... 49
B. Saran ... 49
DAFTAR PUSTAKA ... 50
LAMPIRAN ... 53
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I. Formula Emulgel ... 28
Tabel II. Formula Emulgel Modifikasi ... 29
Tabel III. Harga Rf Noda pada Kromatografi Lapis Tipis Ekstrak Kulit
Buah Manggis ... 34
Tabel IV. Hasil Uji Organoleptis Emulgel Ekstrak Kulit Buah Manggis ... 36
Tabel V. Hasil Uji Post Hoc Viskositas Emulgel Eksrak Kulit Buah
Manggis ... 40
Tabel VI. Hasil Uji Post Hoc Daya Sebar Emulgel Eksrak Kulit Buah
Manggis ... 43
Tabel VII. Hasil Uji t Berpasangan Viskositas Emulgel Eksrak Kulit Buah
Manggis ... 46
Tabel VIII.Hasil Uji t Berpasangan Daya Sebar Emulgel Eksrak Kulit Buah
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Buah manggis ... 5
Gambar 2. Struktur kimia xanton ... 7
Gambar 3. Unit monomer asam akrilat dari polimer carbopol ... 13
Gambar 4. Struktur kimia trietanolamine ... 13
Gambar 5. Struktur kimia tween 20 ... 15
Gambar 6. Struktur kimia span 20 ... 16
Gambar 7. Struktur kimia propilen glikol ... 16
Gambar 8. Struktur kimia metil paraben... 17
Gambar 9. Struktur kimia propil paraben ... 18
Gambar 10. Kurva aliran Newton ... 20
Gambar 11. Kurva aliran non Newton ... 21
Gambar 12. Profil KLT standar alfa-mangostin dibandingkan dengan ekstrak kulit buah manggis deteksi UV 254 nm ... 34
Gambar 13. Grafik Pengukuran Viskositas pada Minggu ke-0 ... 38
Gambar 14. Grafik Pengukuran Daya Sebar pada Minggu ke-0 ... 42
Gambar 15. Grafik Stabilitas Viskositas ... 45
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran1. Certificate of Analysis (CoA) dry extract mangosteen ... 54
Lampiran 2. Material safety data sheetmangosteen ... 55
Lampiran 3. Foto ekstrak kulit buah manggis... 57
Lampiran 4. Perhitungan HLB ... 57
Lampiran 5. Hasil identifikasi kualitatif KLT ekstrak kulit buah manggis . 58 Lampiran 6. Struktur kimia senyawa xanton ... 59
Lampiran 7. Data pengamatan organoleptis sediaan emulgel ekstrak kulit buah manggis ... 61
Lampiran 8. Data pengukuran pH sediaan emulgel ekstrak kulit buah manggis... 64
Lampiran 9. Data pengukuran viskositas (d.Pa.s) sediaan emulgel ekstrak kulit buah manggis ... 65
Lampiran 10. Data pengukuran diameter daya sebar (cm) sediaan emulgel ekstrak kulit buah manggis ... 66
Lampiran 11. Sediaan emulgel ekstrak kulit buah manggis minggu ke-0 ... 67
Lampiran 12. Sediaan emulgel ekstrak kulit buah manggis minggu ke-1 ... 68
Lampiran 13. Sediaan emulgel ekstrak kulit buah manggis minggu ke-2 ... 69
Lampiran 14. Sediaan emulgel ekstrak kulit buah manggis minggu ke-3 ... 70
Lampiran 15. Sediaan emulgel ekstrak kulit buah manggis minggu ke-4 ... 71
Lampiran 16. Foto alat-alat ... 72
xviii
INTISARI
Ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) mengandung senyawa golongan xanton yang memiliki beberapa aktivitas farmakologi yaitu alergi, inflamasi, mikroorganisme, oksidan, kanker, anti-aterosklerosis maupun anti-HIV. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan konsentrasi ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) terhadap sifat fisik dan stabilitas fisik sediaan emulgel.
Evaluasi yang dilakukan terhadap ekstrak adalah uji organoleptis dan uji KLT. Formulasi emulgel dibuat dengan variasi konsentrasi ekstrak yaitu FI 0%, FII 2,5%, FIII 5%, FIV 7,5%, FV 10% dan FVI 12,5%. Evaluasi fisik yang dilakukan antara lain, uji organoleptis, uji pH, uji viskositas, dan uji daya sebar. Analisis statistik menggunakan uji ANOVA dengan taraf kepercayaan 95%, untuk data stabilitas emulgel dianalisis secara statistik dengan uji t berpasangan untuk melihat perbedaan terhadap data pertama. Pengolahan data dilakukan menggunakan software R.3.0.2.
Hasil dari uji sifat fisik menunjukkan terdapat perbedaan pada organoleptis (warna dan bentuk sediaan), viskositas dan daya sebar pada formula, sedangkan untuk pH tidak ada perbedaan. Hasil uji stabilitas sediaan selama empat minggu penyimpanan menunjukkan sifat fisik berupa pengamatan organoleptis, pH, dan daya sebar emulgel stabil, tetapi viskositas tidak stabil. Pada penelitian ini konsentrasi ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) yang memenuhi syarat adalah konsentrasi ekstrak 0% sampai 5%.
xix
ABSTRACT
Mangosteen (Garcinia mangostana L.) peel extract contain xanthone compounds that have some pharmacological activities such as allergy, anti-inflammatory, anti-oxidant, anti-carcinogenic, anti-microorganism, anti-atherosclerosis and anti-HIV. The aim of this research was to determine the effect of the concentration of mangosteen peel extract on the physical properties and physical stability of emulgel.
Organoleptic and TLC assay were conducted to evaluate the extract. Emulgel formulations made with various of the extract concentration, FI 0%, FII 2,5%, FIII 5%, FIV 7,5%, FV 10% and FVI 12,5%. The physical evaluations were organoleptic, pH test, viscosity test and dispersive power test. Statistical analysis used ANOVA with 95% confidence level, emulgel stability were analyzed statistically with paired t test. Data processing was performed using software R.3.0.2.
The results showed that there were differences in the physical properties of the organoleptic (color and dosage form), viscosity and dispersive power on a formula, but there was no difference in pH. The results of the stability during four weeks of storage showed that organoleptic, pH, and dispersive power were stable, but the viscosity of emulgel tend to be unstable. In this study the eligible concentration of mangosteen (Garcinia mangostana L.) peel extract is 0% until 5%.
Keywords : Mangosteen (Garcinia mangostana L.) peel extract, emulgel,
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini penggunaan obat sintetik/kimia masih banyak digunakan oleh
masyarakat sekitar. Hal ini disebabkan karena obat-obatan yang diolah secara
kimiawi lebih awet dan juga reaksi penyembuhannya lebih cepat. Penggunaan
obat kimia dalam jangka waktu tertentu dapat menimbulkan efek samping (side
effect). Kondisi inilah yang mendorong masyarakat untuk mencari alternatif lain
dalam pengobatan yaitu menggunakan bahan-bahan dari alam dengan gerakan
kembali ke alam (back to nature) yang diyakini mempunyai efek samping
yang lebih kecil dibandingkan obat-obat modern (Siswanti, Astirin, dan Widiyani,
2003).
Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan tumbuhan yang berasal
dari daerah Asia Tenggara meliputi Indonesia, Malaysia, Thailand dan Filipina.
Kulit buah manggis mengandung senyawa xanton yang meliputi kudraksanton G,
8-deoksigartanin, garsimangoson B, garsinon D, garsinon E, gartanin,
1-isomangostin, alfa-mangostin, gamma-mangostin, mangostinon, smeathxanthon
A, dan tovofillin A (Jung, Su, Keller, Mehta, and Kinghorn, 2006). Berdasarkan
uraian studi Nugroho (2007), menyatakan bahwa kulit buah manggis setelah
diteliti ternyata mengandung beberapa senyawa dengan aktivitas farmakologi
antara lain: Anti-alergi, inflamasi, mikroorganisme, oksidan,
kandungan kulit buah manggis yang dilaporkan bertanggung jawab atas beberapa
aktivitas farmakologi adalah golongan xanton yaitu alfa-mangostin,
gamma-mangostin dan garsinon-E (Nugroho, 2007). Berdasarkan penelitian yang pernah
dilakukan Kurose, Shibata, Iinuma, and Otsuki (2012) diketahui bahwa
alfa-mangostin berguna sebagai agen terapi untuk kanker payudara pembawa mutasi
p53. Banyaknya potensi pemanfaatan serta banyaknya aktivitas farmakologi yang
ada membuat ekstrak kulit buah manggis menjadi pilihan dalam pengobatan
alternatif serta sangat berpotensi untuk dikembangkan sebagai kemopreventif.
Penggunaan ekstrak kulit buah manggis secara langsung menimbulkan
ketidaknyamanan pada pengguna sehingga perlu dikembangkan menjadi sediaan
yang mudah diaplikasikan. Menurut Astuti, Sumirtapura, dan Wiwik (2012) saat
ini banyak dikembangkan sediaan topikal untuk pemakaian lokal agar dapat
mengurangi efek samping dan mengatasi penurunan ketersediaan hayati oleh efek
metabolisme dihati. Sediaan topikal juga dapat dianggap sebagai alternatif yang
sebanding dengan sediaan oral (Klinge and Sawyer, 2013).
Sediaan emulgel dipilih karena alfa-mangostin bersifat hidrofobik.
Emulgel dapat membantu mencampurkan obat hidrofobik ke dalam fase minyak
lalu globul minyak tersebut didispersikan dalam fase air dengan mencampurkan
pada basis gel (Chirag, Tyagi, Gupta, Sharma, Veeramuthumari, and Potdar,
2013). Sediaan emulgel lebih disukai oleh pasien karena memiliki kelebihan
tersendiri dilihat dari sisi emulsi maupun gel. Emulsi mempunyai kelebihan
berupa kemampuan penetrasi yang tinggi pada kulit sedangkan gel memiliki
nyaman pada kulit. Oleh karena itu, emulgel digunakan sebagai pembawa
berbagai macam obat pada kulit (Mohamed, 2004; Meenakshi, 2013).
Sediaan yang baik diperlukan suatu formulasi yang mengandung
bahan-bahan yang cocok dengan konsentrasi yang sesuai. Pada penelitian ini dibuat
sediaan emulgel dengan konsentrasi ekstrak kulit buah manggis yang bervariasi.
Penelitian ini fokus pada variasi konsentrasi ekstrak yang dilihat pengaruhnya
dalam sediaan emulgel dan lama penyimpanan terhadap sifat fisik.
1. Rumusan Masalah
Apakah variasi konsentrasi ekstrak kulit buah manggis (Garcinia
mangostana L.) berpengaruh terhadap sifat fisik dan stabilitas fisik sediaan
emulgel?
2. Keaslian Penelitian
Adapun penelitian terkait yang pernah dilakukan oleh Dersonolo (2012)
yaitu “Formulasi Sediaan Hand and Body Lotion Ekstrak Metanol Kulit Manggis
(Garcinia mangostana L.) dengan Uji Sifat Fisik serta Uji Iritasi Primer”, pada
penelitian ini, formulasi losion dibuat dengan variasi konsentrasi ekstrak yaitu
10%, 15% dan 25% kemudian dilakukan evaluasi fisik sediaan. Hasil penelitian
ini terdapat perbedaan viskositas dan daya sebar pada tiap formula, sedangkan
untuk daya lekat dan pH tidak terdapat perbedaan. Sifat fisik yang berupa
viskositas, pH, dan daya lekat cenderung stabil, tetapi daya sebar losion tidak
stabil serta losion ekstrak metanol kulit manggis ini tidak mengiritasi kulit.
Sejauh penelusuran pustaka yang dilakukan peneliti, penelitian tentang
terhadap Sifat Fisik dan Stabilitas Fisik Sediaan Emulgel” belum pernah
dilakukan.
3. Manfaat Penelitian
a. Manfaat teoretis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
ilmiah bagi perkembangan ilmu pengetahuan tentang pengembangan obat
dengan bahan alam serta menjadi sumber informasi tentang pengaruh
penggunaan konsentrasi ekstrak kulit buah manggis terhadap sifat fisik
dan stabilitas fisik sediaan emulgel.
b. Manfaat praktis. Hasil dari penelitian ini dapat memberikan informasi
konsentrasi ekstrak kulit buah manggis yang sesuai yang dapat
diaplikasikan sehingga menghasilkan sediaan emulgel ekstrak kulit buah
manggis yang aman dan memenuhi persyaratan sifat fisik dan stabilitas
fisik emulgel.
B. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variasi
konsentrasi ekstrak kulit buah manggis terhadap sifat fisik dan stabilitas fisik
5
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Manggis (Garcinia mangostana L.)
Gambar 1. Buah manggis
1. Klasifikasi Tumbuhan
Klasifikasi botani pohon manggis adalah sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Keluarga : Guttiferae
Genus : Garcinia
Spesies : Garcinia mangostana L.
2. Morfologi Manggis
Manggis merupakan salah satu jenis tanaman tahunan yang hidup di
hutan tropis teduh di kawasan Asia Tenggara seperti Indonesia, Malaysia,
Filipina, dan Thailand. Secara morfologi, manggis merupakan tanaman
berkayu keras dan umumnya membutuhkan 8-10 tahun baru mulai berbuah.
Umurnya relatif panjang karena bisa mencapai 150 tahun (Nurchasanah,
2012).
Tanaman manggis ini tingginya mencapai 7-8 meter serta tajuk yang
rindang berbentuk piramida. Memiliki daun yang kasar, kayu yang berwarna
coklat gelap, tangkai yang pendek dan tebal serta diameter bunga 5 cm
(Dweck, 2014).
3. Kandungan Kimia
Buah manggis mengandung 10,8% sakarosa, 1% dekstrosa dan 1,2%
kerrelose dan biji manggis mengandung vitamin C. Kulit buah manggis
mengandung 5,5% tannin, resin berupa kristal kuning pahit dan mangostin
(Dweck, 2014).
Hasil penelitian Iswari, Harnel, Azman, dan Aswardi (2006)
menunjukkan bahwa komponen seluruh buah manggis yang paling besar
adalah kulitnya, yakni 70-75%, sedangkan daging buahnya hanya 10-15% dan
bijinya 15-20 %. Kandungan xanton tertinggi terdapat dalam kulit buah
Skrining fitokimia yang telah dilakukan oleh Poeloengan dan
Praptiwi (2010) terhadap kulit buah manggis menunjukkan adanya senyawa
golongan alkaloid, saponin, triterpenoid, tanin, fenolik, flavonoid, glikosida
dan steroid. Kulit buah manggis mengandung senyawa xanton. Jung et al.
(2006) berhasil mengidentifikasi kandungan xanton dari ekstrak larut dalam
diklorometana, yaitu 2 xanton terprenilasi teroksigenasi dan 12 xanton
lainnya. Dua senyawa xanton terprenilasi teroksigenasi adalah
8-hidroksikudraksanton G, dan mangostingon
[7-metoksi-2-(3-metil-2-butenil)-8-(3-metil-2-okso-3-butenil)-1,3,6-trihidroksiksanton, sedangkan keduabelas
xanton lainnya adalah kudraksanton G, 8-deoksigartanin, garsimangoson B,
garsinon D, garsinon E, gartanin, 1-isomangostin, alfa-mangostin,
gamma-mangostin, mangostinon, smeathxanthon A, dan tovofillin A.
Gambar 2. Struktur kimia xanton (Akao, Nakagawa, Iinuma, and Nozawa, 2008)
4. Kajian Farmakologi Kulit Buah Manggis
Bagian-bagian dari pohon manggis banyak digunakan untuk tujuan
pengobatan misalnya, daun, kulit batang, dan kulit digunakan sebagai obat
herbal untuk sariawan, disentri, diare, cystitis, gonorea, eksim, dan gangguan
setelah diteliti ternyata mengandung beberapa senyawa dengan aktivitas
farmakologi antara lain: Anti-alergi, inflamasi, mikroorganisme,
anti-oksidan, anti-kanker, anti-aterosklerosis maupun anti-HIV. Beberapa senyawa
utama kandungan kulit buah manggis yang dilaporkan bertanggung jawab atas
beberapa aktivitas farmakologi adalah golongan xanton yaitu alfa-mangostin,
gamma-mangostin dan garsinon-E.
Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan Kurose et al. (2012)
diketahui bahwa alfa-mangostin berguna sebagai agen terapi untuk kanker
payudara pembawa mutasi p53 dan termasuk subtipe HER2/hormon-negatif.
Alfa-mangostin (turunan xanton) juga mempunyai aktivitas anti-metastasis
terhadap kanker payudara yang disebabkan oleh mutasi p53 serta berguna
sebagai terapi pengobatan alternatif komplementer dan sebagai alat untuk
kemoprevensi perkembangan kanker payudara (Shibata, Iinuma, Morimoto,
Kurose, Akamatsu, Okuno, Akao, and Otsuki, 2011). Shibata, Matoba, Tosa,
and Iinuma (2013) menyatakan bahwa ekstrak manggis terutama
alfa-mangostin dapat menginduksi apoptosis melalui jalur mitokondria dan efek
anti-proliferasi yang secara in vivo dapat menekan pertumbuhan tumor dan
metastasis dalam model kanker mammae tikus, sehingga ekstrak manggis
memiliki potensi sebagai kemopreventif dan/atau sebagai pengobatan
alternatif tambahan dalam terapi kanker payudara manusia. Jung et al. (2006)
menyatakan bahwa 8-hidroksikudraxanton, gartanin, alfa-mangostin,
B. Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi merupakan suatu proses pemisahan analit-analit dalam
sampel yang terdistribusi antara 2 fase, yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam
dapat berupa bahan padat atau porus dalam bentuk molekul kecil, atau dalam
bentuk cairan yang dilapiskan pada pendukung padat atau dilapiskan pada dinding
kolom. Fase gerak dapat berupa gas atau cairan, jika menggunakan fase gerak gas
maka dikenal sebagai kromatografi gas sedangkan dalam kromatografi cair dan
kromatografi lapis tipis fase gerak yang digunakan selalu cair (Rohman, 2009).
Kromatografi lapis tipis (KLT) dan kromatografi kertas merupakan
bentuk kromatografi planar. Kromatografi lapis tipis dalam pelaksanaannya lebih
mudah dan lebih murah dibandingkan dengan kromatografi kolom, peralatan yang
digunakan juga lebih sederhana dan dapat dikatakan bahwa hampir semua
laboratorium dapat melaksanakan setiap saat secara cepat. Pada kromatografi lapis
tipis, fase diamnya berupa lapisan yang seragam (uniform) pada permukaan
bidang datar yang didukung oleh lempeng kaca, palat aluminium, atau pelat
plastik. Fase diam yang paling sering digunakan pada KLT adalah silika dan
serbuk selulosa. Fase gerak pada KLT dapat dipilih dari pustaka, tetapi lebih
sering dengan mencoba-coba karena waktu yang diperlukan hanya sebentar.
Sistem yang paling sederhana ialah campuran 2 pelarut organik karena daya elusi
campuran kedua pelarut ini dapat mudah diatur sedemikian rupa sehingga
C. Emulgel
Emulgel merupakan emulsi, baik minyak dalam air (M/A) maupun air
dalam minyak (A/M), yang dicampurkan bersama agen pembentuk gel sehingga
membentuk emulgel. Bentuk sediaan emulgel lebih disukai oleh pasien karena
memiliki keuntungan sifat emulsi dan gel. Oleh karena itu, emulgel digunakan
sebagai pembawa berbagai macam obat pada kulit (Mohamed, 2004; Meenakshi,
2013).
Syarat sediaan emulgel sama seperti syarat untuk sediaan gel, yaitu untuk
penggunaan dermatologi harus mempunyai syarat antara lain sebagai berikut:
tiksotropik, mempunyai daya sebar yang baik, mudah dibersihkan, kompatibel
dengan beberapa zat tambahan dan larut dalam air (Mohamed, 2004; Meenakshi,
2013). Menurut Meenakshi (2013) dalam tahun-tahun mendatang, pemberian obat
topikal akan digunakan secara ekstensif untuk memberikan kepatuhan pasien yang
lebih baik. Emulgel jika masih memiliki keunggulan dalam hal daya sebar, adhesi,
viskositas dan ekstrusi akan menjadi sistem penghantaran obat yang populer.
Pada pembuatan emulgel diperlukan komponen penting sebagai berikut:
a. Bahan Berair
Bahan ini digunakan untuk membuat fase air dari emulsi. Bahan yang sering
digunakan adalah air dan alkohol.
b. Minyak
Bahan ini digunakan untuk membentuk fase minyak dari emulsi. Emulsi
topikal biasanya minyak mineral digunakan baik merupakan komponen
secara luas digunakan sebagai pembawa bahan obat. Minyak yang digunakan
untuk pemberian oral pun dapat digunakan sebagai fase minyak, misalnya
minyak ikan, minyak biji jarak, ataupun minyak nabati.
c. Bahan Pengemulsi
Bahan pengemulsi digunakan baik untuk membentuk emulsi selama
pembuatan ataupun untuk mengontrol stabilitas selama penyimpanan. Bahan
pengemulsi yang biasa digunakan dalam formulasi emugel adalah propilen
glikol stearat, sorbitan monooleat (span 80), polioksietilen sorbitan monooleat
(tween 80), asam stearat, dan natrium stearat.
d. Bahan Pembentuk Gel
Bahan ini digunakan untuk meningkatkan konsistensi dan viskositas sediaan
farmasi.
e. Permeation Enhancers
Bahan ini digunakan sebagai agen yang berpartisi masuk ke dalam dan
berinteraksi dengan konstituen kulit untuk mendorong peningkatan sementara
dan reversibel terhadap permeabilitas di kulit (Chirag et al., 2013).
Penggunaan emulgel sebagai sistem penghantaran obat memiliki
beberapa kelebihan dibandingkan dengan sediaan lain, yaitu:
a. Dapat membawa obat yang bersifat hidrofobik dan tidak larut air. Obat-obat
hidrofobik tidak dapat dicampurkan secara langsung ke dalam basis gel biasa
karena kelarutan menjadi penghalang utama dan menjadi masalah ketika obat
fase minyak lalu globul minyak tersebut didispersikan dalam fase air dengan
mencampurkan pada basis gel.
b. Kapasitas penjerapan obat yang lebih bila dibandingkan dengan sistem
partikulat seperti niosom dan liposom. Niosom dan liposom yang berukuran
nano dan merupakan struktur vesikular dapat terjadi kebocoran sehingga dapat
menyebabkan efisiensi penjerapan yang lebih rendah, sedangkan gel yang
merupakan konstituen dengan jaringan yang lebih luas dapat menjerap obat
lebih baik.
c. Stabilitas yang lebih baik. Sediaan transdermal/topikal lain memiliki stabilitas
yang lebih rendah bila dibandingkan dengan emulgel, misalnya sediaan serbuk
bersifat higroskopis, krim yang menunjukkan inversi fase atau breaking dan
salep dapat menjadi tengik karena menggunakan basis berminyak.
d. Memungkinkan biaya produksi yang lebih rendah. Pembuatan emulgel terdiri
dari tahapan yang pendek dan sederhana sehingga memungkinkan untuk
diproduksi. Tidak ada alat khusus yang dibutuhkan untuk memproduksi
emulgel, selain itu bahan yang digunakan merupakan bahan yang mudah
dijangkau secara ketersediaan dan ekonomis.
e. Emulgel dapat dibuat menjadi sediaan lepas terkendali untuk obat-obat dengan
waktu paruh pendek.
f. Tidak memerlukan proses sonikasi yang intensif. Biasanya dalam membuat
molekul vesikular memerlukan sonikasi yang dapat menyebabkan kebocoran
atau degradasi obat, namun permasalahan ini tidak ditemui ketika membuat
D. Bahan-Bahan yang Digunakan dalam Formulasi Emulgel 1. Carbopol
Carbopol digunakan dalam formulasi sediaan cair atau semisolid
sebagai rheology modifier. Formulasi tersebut termasuk krim, gel, lotion dan
salep. Carbopol dapat digunakan sebagai material bioadhesiv, controlled
release agent, emulsifying agent, rheology modifier, agen stabilitas, agen
pensuspensi, dan pengisi tablet (Rowe, Sheskey, and Quinn, 2009).
Gambar 3. Unit monomer asam akrilat dari polimer carbopol (Rowe et al., 2009)
Carbopol merupakan polimer sintetik dari asam akrilat dengan bobot
molekul tinggi. Rantai polimernya terhubung saling menyilang (crosslinked)
dengan alil sukrosa atau alil pentaeritriol. Carbopol terdiri dari 52%-68%
gugus asam karbosilat (COOH). Secara teoritis bobot molekul carbopol
diperkirakan antara 7 x 105 sampai 4 x 109 (Rowe et al., 2009).
2. Trietanolamin
Trietanolamin adalah cairan kental yang memiliki bau sedikit
amonia, berwarna kuning pucat dan jelas. Trietanolamin digunakan sebagai
agen alkalizing dan agen pengemulsi terutama dalam berbagai sediaan topikal,
meskipun umumnya dianggap sebagai bahan tidak beracun, trietanolamin
dapat menyebabkan hipersensitivitas atau menjadi iritasi pada kulit bila
terdapat dalam produk formulasi. Dosis oral trietanolamin yang dapat
mematikan manusia diperkirakan 5-15 g/kg berat badan (Rowe et al., 2009).
Trietanolamin yang bersifat basa digunakan untuk menetralisasi
carbopol. Penambahan trietanolamin pada carbopol akan membentuk garam
yang larut, sebelum di netralisasi carbopol dalam air berada dalam bentuk tak
terion pada pH sekitar 3. Pada pH ini, polimer sangat fleksibel dan strukturnya
random coil dan dengan adanya penambahan trietanolamin akan menggeser
kesetimbangan ionik membentuk garam yang larut. Hasilnya ion yang tolak
menolak dari gugus karboksilat dan polimer menjadi kaku dan rigid, sehingga
meningkatkan viskositas (Osborne and Amann, 1990).
3. Paraffin cair
Paraffin cair memiliki beberapa nama lain antara lain nujol, mineral
oil, bayol F, crystosol, glymol (Dunlevy, 2001). Paraffin cair merupakan
campuran hidrokarbon-hidrokarbon cair dari minyak tanah gubal yang
diperoleh dengan penyulingan. Bahan ini berupa zat cair yang mengandung
minyak, tidak berbau, tidak berwarna, jernih, dan tidak berfluoresensi.
larut dengan hidrokarbon (British Pharmacopoeia Commission, 2010).
Paraffin cair memiliki sifat mengiritasi membran mukosa dan saluran
pencernaan atas (Dunlevy, 2001).
4. Tween 20
Gambar 5. Struktur kimia tween 20 (Rowe et al., 2009)
Tween 20 banyak digunakan dalam produk kosmetik, makanan,
formulasi sediaan oral, parenteral dan topikal, serta umumnya dianggap
sebagai bahan yang tidak beracun dan tidak mengiritasi. Tween 20 atau
polioksi etilen sorbitan monolaurat dapat berfungsi sebagai agen pengelusi
(emulgator), surfaktan nonionik hidrofilik, agen pelarut, dan agen penghidrasi.
Zat ini merupakan cairan berminyak, jernih, berwana kuning, berbau spesifik,
dan berasa pahit. Tween 20 larut dalam air, alkohol, etil asetat, tidak larut
dalam mineral oil dan vegetable oil. Nilai HLB tween 20 adalah 16,7 (Rowe
et al., 2009).
5. Span 20
Gambar 6. Struktur kimia span 20 (Rowe et al., 2009)
Sorbitan monolaurate merupakan nama lain dari span 20. Span 20
banyak digunakan dalam kosmetik, produk makanan, formulasi sediaan oral
dan topikal serta umumnya dianggap sebagai senyawa yang tidak toksik dan
tidak mengiritasi. Span 20 berbentuk cairan kental berwarna kuning dan
memiliki nilai HLB 8,6. Span 20 tidak larut air, tetapi larut dalam pelarut
organik. Span 20 dapat berperan sebagai dispersing agent, emulsifying agent,
nonionic surfactant, solubilizing agent, suspending agent, dan wetting agent.
Span 20 sering dikombinasikan dengan polisorbat untuk menghasilkan emulsi
tipe A/M atau M/A (Rowe et al., 2009).
6. Propilen glikol
Gambar 7. Struktur kimia propilen glikol (Rowe et al., 2009) R1 = R2 = OH
Propilen glikol bersifat jernih, tidak berwarna, kental, cairan praktis
tidak berbau, manis, memiliki rasa sedikit pedas menyerupai gliserin. Propilen
glikol dapat digunakan sebagai pelarut, ekstraktan, water-miscible cosolvent
dan pengawet dalam berbagai parenteral dan non parenteral dalam formulasi
farmasi. Propilen glikol merupakan pelarut yang sangat baik daripada gliserin
dalam melarutkan berbagai macam bahan, seperti kortikosteroid, fenol,
barbiturat, vitamin (A dan D), alkaloid, dan anestesi lokal (Rowe et al., 2009).
Propilen glikol stabil secara kimiawi saat dicampur dengan etanol
(95%), gliserin atau air. Konsentrasi penggunaan propilen glikol sebagai
solvent atau cosolvent dalam sediaan topikal adalah 5-80%. Propilen glikol
bersifat higroskopis (Rowe et al., 2009). Propilen glikol juga dapat berfungsi
sebagai penetration enhancer, namun penggunaan propilen glikol secara
tunggal kurang efektif sebagai penetration enhancer. Kombinasi propilen
glikol dengan penetration enhancer lainnya ditemukan sangat efektif dalam
meningkatkan permeasi kulit, salah satunya adalah terpen dengan propilen
glikol. Propilen glikol/terpen sinergi dapat menghasilkan peningkatan
gangguan lipid bilayer (Setty, Jawarkar, and Pathan, 2010).
7. Metil paraben
Metil paraben berupa kristal berwarna atau bubuk kristal putih, tidak
berbau atau hampir tidak berbau dan memiliki rasa sedikit terbakar. Metil
paraben dalam formulasi farmasetika, produk makanan, dan terutama dalam
kosmetik biasanya digunakan sebagai bahan pengawet. Bahan ini dapat
digunakan sendiri maupun dikombinasi dengan jenis paraben lain. Metil
paraben menunjukkan aktivitas antimikroba pada pH 4-8. Konsentrasi yang
umum digunakan untuk sediaan topikal adalah 0,02-0,3%. Pengawet ini larut
dalam air panas 80oC (1:30), etanol 95%, eter (1:10), dan metanol (Rowe et
al., 2009).
8. Propil paraben
Gambar 9. Struktur kimia propil paraben (Rowe et al., 2009)
Propil paraben berupa bubuk putih, kristal, tidak berbau, dan hambar.
Propil paraben digunakan sebagai bahan pengawet dalam kosmetik, makanan,
dan produk farmasetika. Aktivitas antimikroba ditunjukkan pada pH antara
4-8. Penggunaan kombinasi paraben dapat meningkatkan aktivitas antimikroba.
Bahan ini sangat larut dalam aseton, eter, dan minyak; mudah larut dalam
etanol dan metanol. Konsentrasi yang umum digunakan untuk sediaan topikal
E. Uji Sifat Fisik Sediaan Emulgel 1. Organoleptik
Uji organoleptik merupakan cara pengujian dengan menggunakan
indera manusia sebagai alat utama untuk pengukuran daya penerimaan
terhadap suatu produk. Indra yang digunakan dalam menilai sifat indrawi
suatu produk adalah penglihatan, indra peraba, indra pembau, dan indra
pengecap (Anonim, 2013).
2. pH
Stabilitas sediaan menjadi penting dalam mempertimbangkan pH
optimal dari suatu produk/sediaan, karena sistem rheologi tergantung pH.
Pada umumnya, suatu sediaan semisolid memiliki pH stabil pada kisaran 4-10.
Suatu sediaan harus diperiksa untuk stabilitas pH dengan waktu tertentu,
karena setiap perubahan pH dapat menunjukkan masalah yang potensial
(Lieberman, Rieger, and Banker 1996).
3. Viskositas
Viskositas adalah suatu pernyataan tahanan dari suatu cairan untuk
mengalir, semakin tinggi viskositas semakin besar tahanannya (Martin,
Swarbrick, and Cammarata, 1993). Perubahan viskositas suatu sediaan selama
penyimpanan satu bulan dapat menjadi suatu parameter stabilitas fisik.
Indikator ketidakstabilan sediaan selama penyimpanan adalah perubahan
Penggolongan bahan menurut tipe aliran dan deformasinya dibagi
menjadi dua yaitu, sistem Newton dan sistem non-Newton (Martin, Swarbrick,
and Cammarata, 1993). Koefisien viskositas dinamik merupakan
perbandingan antara tegangan geser (r) dengan kecepatan deformasi (D).
Hubungan antara tegangan geser dan kecepatan deformasi digambarkan
dengan kurva aliran dengan tegangan geser sebagai sumbu x dan kecepatan
deformasi sebagai sumbu y. Kurva aliran berupa garis lurus dan melalui titik
nol, maka menunjukkan proporsionalitas linier antara koefisien viskositas
terhadap tegangan geser. Kurva aliran ini disebut sistem aliran Newton.
Sistem aliran Newton menunjukkan koefisien viskositas yang konstan dan
tidak tergantung dari tegangan geser yang diberikan dan perbedaan geser yang
dihasilkan (Voigt, 1994).
Gambar 10. Kurva aliran Newton (Voigt, 1994).
Perilaku aliran yang tergantung dari tegangan geser dan kecepatan
deformasi, maka disebut sebagai aliran non Newton. Sistem aliran non
Newton terdiri dari beberapa jenis aliran diantaranya yaitu:
a. Pseudoplastik, memiliki sistem yang lebih cair dengan adanya peningkatan
beban geseran sehingga viskositas menurun. Banyak produk farmasi yang
menunjukkan aliran pseudoplastik. Contoh tipe aliran ini adalah suspensi
b. Dilatan, merupakan kebalikan dari tipe aliran pseudoplastik yaitu memiliki
sistem yang lebih kental (viskositas meningkat) dengan adanya kenaikan
tingkat kecepatan.
c. Plastis, memiliki suatu batas aliran yang memerlukan sejumlah tegangan
geser minimal ke dalam sistem agar bisa mengalir. Contoh tipe aliran ini
adalah krim, pasta.
d. Tiksotrop, tipe aliran ini terjadi penurunan viskositas secara reversibel
yang disebabkan oleh gaya geser pada suhu tetap, jika sistem yang
diberikan beban dalam keadaan diam, maka dalam beberapa saat
viskositas akan kembali semula pada harga awalnya, jika sistem diberikan
gaya geser yang kontinyu, maka sistem akan rusak sehingga viskositas
menurun. Contoh tipe aliran ini adalah salep.
e. Rheopeksi, merupakan kebalikan dari tiksotrop. Tipe aliran ini mengalami
kenaikan viskositas akibat beban mekanik pada suhu tetap (Voigt, 1994).
(a) (b) (c)
(d) (e)
4. Daya Sebar
Daya sebar adalah kemampuan penyebaran sediaan pada kulit. Daya
sebar merupakan karakteristik yang penting karena bertanggung jawab untuk
ketepatan transfer dosis atau melepaskan zat aktifnya, dan kemudahan
penggunaannya. Faktor yang mempengaruhi daya sebar yaitu rigiditas
sediaan, lama penekanan, temperatur tempat aksi, dan vikositas sediaan. Daya
sebar berhubungan dengan viskositas, meningkatnya viskositas akan
menurunkan daya sebar dan sebaliknya (Garg, Aggarwal, Garg, and Singla,
2002).
Metode plat sejajar adalah metode yang paling banyak digunakan
untuk menentukan dan mengukur daya sebar sediaan semipadat. Keuntungan
dari metode ini adalah sederhana dan murah, selain itu peralatan dapat
didesain dan dibuat sesuai dengan kebutuhan tiap individu berdasarkan tipe
data yang dibutuhkan, rute administrasi, luas permukaan yang ditutupi, dan
pertimbangan model membran. Disisi lain, metode ini kurang akurat dan
sensitif, serta data yang dihasilkan harus diinterpretasikan dan disajikan secara
manual (Garg et al., 2002).
F. Stabilitas Fisik Sediaan
Stabilitas diartikan bahwa obat (bahan obat, sediaan obat) disimpan
dalam kondisi penyimpanan tertentu di dalam kemasan penyimpan dan
pengangkutannya tidak menunjukkan perubahan sama sekali atau berubah dalam
terjadi proses penguraian (perubahan fisika, perubahan kimia dan mikrobiologis).
Faktor yang menyebabkan ketidakstabilan sediaan obat dapat dikelompokkan
menjadi dua. Pertama adalah labilitas bahan obat dan bahan pembantunya sendiri
yang dihasilkan oleh bangun kimiawi dan kimia-fisikanya. Kedua adalah faktor
luar seperti suhu, kelembaban udara dan cahaya yang dapat menginduksi atau
mempercepat jalannya reaksi (Voigt, 1995).
Sediaan obat yang dibuat dalam skala industri, penyimpanan yang
dilakukan dalam waktu lama dibatasi dengan jangka waktu daya tahan selama 5
tahun, tetapi untuk kasus-kasus tertentu bahkan hanya 3 tahun. Sediaan obat yang
dibuat melalui peracikan dan segera diberikan kepada pasien, harus memiliki
stabilitas paling tidak beberapa bulan, akan tetapi untuk preparatif semacam itu
umumnya dilakukan pembatasan waktu penyimpananya (Voigt, 1995).
G. Landasan Teori
Kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) mengandung senyawa
golongan xanton. Penelitian terdahulu menyatakan beberapa senyawa utama
kandungan kulit buah manggis yang dilaporkan bertanggung jawab atas beberapa
aktivitas farmakologi adalah golongan xanton yaitu alfa-mangostin,
gamma-mangostin dan garsinon-E, adapun aktivitas farmakologi yang dihasilkan yaitu
alergi, inflamasi, mikroorganisme, oksidan, kanker,
anti-aterosklerosis maupun anti-HIV. Alfa-mangostin diketahui mempunyai aktivitas
anti-metastasis terhadap kanker payudara yang disebabkan oleh mutasi p53 serta
untuk perkembangan kanker payudara, dengan demikian ekstrak kulit buah
manggis memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi sediaan yang mudah
diaplikasikan.
Bentuk sediaan emulgel memiliki keuntungan sifat emulsi dan gel.
Emulgel dapat membantu mencampurkan obat hidrofobik ke dalam fase minyak
lalu globul minyak tersebut didispersikan dalam fase air dengan mencampurkan
pada basis gel. Bentuk sediaan emulgel memiliki kelebihan tersendiri dilihat dari
sisi emulsi maupun gel. Emulsi mempunyai kelebihan berupa kemampuan
penetrasi yang tinggi pada kulit sedangkan gel memiliki kandungan air yang
sangat tinggi sehingga memberikan sensasi dingin dan rasa nyaman pada kulit.
Pada penelitian ini dibuat sediaan emulgel dengan variasi konsentrasi
ekstrak kulit buah manggis untuk menghasilkan sediaan emulgel yang baik.
Perbedaan konsentrasi ekstrak kulit buah manggis untuk mengetahui adanya
pengaruh variasi konsentrasi ekstrak terhadap sifat fisik dan stabilitas fisik sediaan
selama penyimpanan.
H. Hipotesis
Variasi konsentrasi ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana
25
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis rancangan penelitian yang dilakukan termasuk jenis penelitian
eksperimental. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Formulasi Teknologi
Sediaan Padat-Semipadat Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.
B. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel penelitian
a. Variabel bebas, dalam penelitian ini adalah variasi konsentrasi ekstrak kulit
buah manggis (0%, 2,5%, 5%, 7,5%, 10%, dan 12,5%).
b. Variabel tergantung, dalam penelitian ini adalah karakteristik fisik dan
stabilitas fisik emulgel ekstrak kulit buah manggis, meliputi: organoleptis
(bentuk, bau dan warna), pH, uji viskositas dan uji daya sebar.
c. Variabel pengacau terkendali, dalam penelitian ini adalah alat dan bahan
yang digunakan, asal bahan (ekstrak kulit buah manggis), prosedur
pembuatan dan pengujian, lama penyimpanan, suhu pencampuran dan
kecepatan pengadukan.
d. Variabel pengacau tak terkendali, dalam penelitian ini adalah kriteria
tanaman manggis yang digunakan produsen sebagai sumber ekstrak kulit
dan kelembaban udara ruangan saat pembuatan emulgel, suhu penyimpanan
dan intensitas cahaya.
2. Definisi operasional
a. Ekstrak kulit buah manggis adalah ekstrak kering hasil ekstraksi dari kulit
buah manggis yang mengandung minimal 25% α-mangostin dan 10%
maltodextrin yang diperoleh dari PT. Borobudur Semarang.
b. Emulgel merupakan emulsi, baik minyak dalam air (M/A) maupun air
dalam minyak (A/M), yang dicampurkan bersama agen pembentuk gel
sehingga membentuk emulgel.
c. Emulgel ekstrak kulit buah manggis adalah sediaan topikal semipadat hasil
emulsifikasi dan penambahan gelling agent yang dibuat dengan bahan
aktif ekstrak kulit buah manggis sesuai dengan formula yang tercantum
pada penelitian ini.
d. Daya sebar adalah kemampuan suatu sediaan untuk menyebar pada
permukaan tertentu setelah pemberian tekanan. Daya sebar dinyatakan
dalam diameter penyebaran sediaan.
e. Viskositas adalah hambatan emulgel untuk mengalir setelah adanya
pemberian gaya. Semakin besar viskositas, maka emulgel semakin tidak
mudah mengalir.
f. Sifat fisik emulgel adalah parameter kualitas fisik emulgel dalam
penelitian ini, yaitu meliputi: organoleptis (bentuk, bau dan warna), pH, uji
g. Stabilitas emulgel adalah parameter yang digunakan untuk mengetahui ada
tidaknya perubahan emulgel dalam penyimpanan pada suhu kamar selama
4 minggu kemudian dilakukan pengamatan organoleptis (perubahan
bentuk, warna dan bau), pemeriksaan pH, viskositas dan daya sebar.
C. Alat dan Bahan Penelitian 1. Alat penelitian
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat-alat gelas
(Pyrex-Japan), termometer, neraca analitik, waterbath, viscometer Rion seri VT 04
(RION-JAPAN), gelas objek, lempeng kaca pengukur daya sebar, dan mixer
(Crown).
2. Bahan penelitian
Bahan yang digunakan adalah ekstak kulit buah manggis yang diperoleh
dari PT. Borobudur Semarang, carbopol 940 (FAGRON), TEA, parafin cair
(Bratachem), tween 20, span 20, propilen glikol (Bratachem), metil paraben,
propil paraben, aquadest, kloroform, metanol, etil asetat, Silika Gel 60 F254.
D. Tata Cara Penelitian 1. Identifikasi ekstrak kulit buah manggis
Ekstrak kulit buah manggis yang diperoleh dari PT. Borobudur
Industri Jamu Semarang dan telah diuji identitasnya, dibuktikan dengan
2. Identifikasi ekstrak kulit buah manggis secara KLT
Identifikasi ekstrak kulit buah manggis dengan Kromatografi Lapis
Tipis menggunakan fase diam Silika Gel 60 F254 dan fase gerak kloroform :
metanol : etil asetat (28 : 1,75 : 3,5) (Yuliani, 2013). Sampel sebanyak 1 µL
dan standar α-mangostin sebanyak 1 µL ditotolkan pada lempeng silika gel.
Lempeng silika gel dielusi dalam bejana pengembang yang telah dijenuhkan
dengan fase gerak dengan jarak pengembangan 10 cm. Lempeng silika
dikeringkan, kemudian dilihat di bawah sinar UV 254 nm. Pengamatan
meliputi warna bercak dan Rf antara sampel dibandingkan dengan standar.
3. Pembuatan emulgel ekstrak kulit buah manggis a. Formula emulgel
Formula yang digunakan untuk pembuatan emulgel ekstrak kulit
buah manggis mengacu pada “Optimation of Chlorphenesin Emulgel
Formulation” (Mohamed, 2004). Formula dapat dilihat pada Tabel I.
Tabel I. Formula Emulgel
Formula Jumlah (g)
Chlorphenesin 0,5
HPMC 2,5
Liquid paraffin 5
Tween 20 1
Span 20 1,5
Propylene glycol 5
Ethanol 2,5
Methyl paraben 0,03
Propyl paraben 0,01
Dilakukan modifikasi dengan menggantikan zat aktif dan
beberapa eksipiennya. Formula hasil modifikasi dapat dilihat pada Tabel
II.
Tabel II. Formula Emulgel Modifikasi
Formula F1 (g) F2 (g) F3 (g) F4 (g) F5 (g) F6 (g)
1) Pembuatan dispersi carbopol 940
Carbopol 940 didispersikan sedikit demi sedikit dalam 50 mL
aquadest dan didiamkan selama 24 jam.
2) Pembuatan emulsi
Fase minyak dibuat dengan mencampurkan span 20 dengan
parafin cair dan propil paraben pada suhu 70-80oC selama 5 menit.
Fase air dibuat dengan mencampurkan tween 20, metil paraben, dan
propilen glikol pada suhu 70-80oC selama 5 menit. Setelah homogen,
fase minyak ditambahkan pada fase air kemudian dicampurkan dengan
ekstrak yang telah didispersikan pada sisa aquadest menggunakan
3) Pembuatan emulgel
Emulsi yang terbentuk kemudian dicampurkan dengan
carbopol yang telah mengembang dengan menggunakan mixer pada
skala 3 selama 10 menit. Selanjutnya ditambahkan TEA hingga pH
4,8–6,5 dan campuran diaduk kembali selama 5 menit.
4. Evaluasi sifat fisik emulgel a. Pemeriksaan organoleptis
Pemeriksaan organoleptis dilakukan dengan mengamati bentuk,
bau dan warna sediaan emulgel yang mengandung berbagai konsentrasi
ekstrak kulit buah manggis.
b. Pemeriksaan pH
Pemeriksaan pH dilakukan dengan cara mengukur pH sediaan
emulgel ekstrak kulit buah manggis yang telah dibuat menggunakan
indikator pH universal. Nilai pH yang diinginkan adalah berada dalam
rentang pH yang tidak mengiritasi kulit, yaitu 4-6.
c. Pemeriksaan viskositas
Pengukuran viskositas menggunakan alat Viscometer Rion seri
VT 04 yaitu dengan cara sediaan emulgel dimasukkan dalam wadah
hingga penuh dan dipasang pada portable viscotester. Viskositas emulgel
diketahui dengan mengamati gerakan jarum penunjuk viskositas
(Instruction Manual Viscotester VT-04E). Pengukuran dilakukan 48 jam
d. Pemeriksaan daya sebar
Sediaan emulgel ditimbang seberat 1 gram dan diletakkan di
tengah kaca bulat berskala. Di atas emulgel diletakkan kaca bulat lain dan
pemberat seberat 50 gram, kemudian didiamkan selama 1 menit dan
dicatat diameter penyebarannya. Pengukuran dilakukan 48 jam setelah
pembuatan.
5. Uji stabilitas emulgel
Stabilitas sediaan emulgel ditunjukkan dengan melihat ada atau
tidaknya perubahan sediaan saat sampel emulgel disimpan pada suhu kamar
selama 4 minggu, kemudian dilakukan pengamatan organoleptis (perubahan
bentuk, warna, dan bau), pemeriksaan pH, viskositas dan daya sebar.
Pemeriksaan dilakukan setiap 1 minggu pada masing-masing formula sediaan
yang telah direplikasi sebanyak 3 kali. Pengukuran dilakukan pada minggu
ke-0 (48 jam setelah pembuatan) sampai minggu ke-4.
E. Tata Cara Analisis Hasil
Data yang diperoleh pada penelitian ini adalah data sifat fisik dan
stabilitas fisik sediaan emulgel ekstrak kulit buah manggis. Data kemudian
dianalisis menggunakan program R 3.0.2. Data hasil penelitian yang diperoleh
dianalisis dengan uji Shapiro-Wilk untuk melihat kenormalan distribusi data dan
uji kesamaan varians Levene's test untuk melihat kesamaan varians, jika hasilnya
menggunakan ANOVA. Data yang tidak terdistribusi normal dan tidak varians
33
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Identifikasi Ekstrak Kulit Buah Manggis
Penelitian ini menggunakan ekstrak kering kulit buah manggis yang
diperoleh dari PT. Borobudur Industri Jamu Semarang, yang telah melalui uji
identifikasi dan dibuktikan dengan Certificate of Analysis (CoA) (Lampiran 1).
Identifikasi dilakukan dengan pengamatan organoleptis, yang meliputi:
bentuk, warna, bau dan rasa. Ekstrak kulit buah manggis yang diperoleh dari PT.
Borobudur Industri Jamu Semarang ini berwujud serbuk halus, berwarna coklat
muda, memiliki bau aromatis yang khas dan memiliki rasa pahit. Tujuan
identifikasi ini untuk menjamin bahwa bahan yang diuji sesuai dengan tujuan
penelitian, sehingga tidak membiaskan hasil penelitian serta memastikan
kebenaran identitas ekstrak kulit buah manggis yang digunakan.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa ekstrak kulit buah manggis
sesuai dengan CoA (Lampiran 1), sehingga dapat disimpulkan bahwa ekstrak kulit
buah manggis yang berasal dari PT. Borobudur Industri Jamu Semarang adalah
benar ekstrak kulit buah manggis.
B. Identifikasi Ekstrak Kulit Buah Manggis Secara KLT
Identifikasi ekstrak kulit buah manggis secara KLT ini merupakan uji
kualitatif untuk memastikan bahwa di dalam ekstrak kulit buah manggis yang
farmakologi). Fase diam yang digunakan silika gel 60 F254 dan fase gerak
kloroform : metanol : etil asetat (28 : 1,75 : 3,5) dengan jarak rambat 10 cm.
Identifikasi dilakukan dengan membandingkan nilai Rfdan warna bercak antara
baku alfa-mangostin dengan ekstrak kulit buah manggis yang akan digunakan.
Dua senyawa dikatakan identik jika mempunyai nilai Rf yang sama jika diukur
pada kondisi KLT yang sama (Gandjar dan Rohman, 2007). Harga Rf
didefinisikan sebagai perbandingan antara jarak yang ditempuh solut dengan jarak
yang ditempuh fase gerak (Gandjar dan Rohman, 2007). Hasil KLT berupa bercak
alfa-mangostin standar dan sampel ekstrak kulit buah manggis dilakukan
pengamatan dibawah sinar UV 254 nm untuk mengetahui warna bercak yang
dihasilkan. Hasil identifikasi kualitatif kandungan ekstrak kulit buah manggis
secara KLT dapat diamati pada Tabel III dan Gambar 12.
Tabel III. Harga Rf Noda pada Kromatografi Lapis Tipis Ekstrak Kulit Buah Manggis
Sampel Harga Rf Sinar UV 254nm Ekstrak kulit buah manggis 0,45 Berfluoresensi ungu
Standar alfa-mangostin 0,44 Berfluoresensi ungu
Gambar 12. Profil KLT standar alfa-mangostin (A) dibandingkan dengan ekstrak kulit buah manggis (B) deteksi UV 254 nm
Gambar 12 merupakan hasil uji kualitatif KLT setelah pengembangan pada
fase gerak yang digunakan. Berdasarkan Gambar 12 dapat diketahui bahwa
ekstrak kulit buah manggis menghasilkan peredaman fluoresensi dengan warna
ungu dan Rf 0,45. Hal ini sama dengan bercak noda standar alfa-mangostin
menghasilkan peredaman fluoresensi dengan warna ungu dan Rf 0,44. Hasil KLT
tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa ekstrak kulit buah manggis yang
digunakan dalam penelitian ini mengandung alfa-mangostin.
C. Evaluasi Sifat Fisik Emulgel
Sifat fisik dan stabilitas fisik merupakan salah satu parameter kualitas
dari sediaan topikal. Evaluasi sifat fisik sediaan emulgel ekstrak kulit buah
manggis meliputi uji organoleptis, pH, viskositas dan daya sebar. Pengujian ini
dilakukan pada saat penyimpanan pada minggu ke-0 (48 jam setelah pembuatan).
1. Uji Organoleptis
Uji organoleptis meliputi pengamatan bentuk, bau, dan warna. Hasil
pengamatan organoleptis pada Tabel IV menunjukkan bahwa FII, FIII, FIV, FV
dan FVI memiliki bau yang sama yaitu berbau aromatik kecuali FI. Hal ini
dikarenakan pada FI tidak terdapat ekstrak kulit buah manggis sedangkan pada
FII, FIII, FIV, FV dan FVI terdapat penambahan ekstrak kulit buah manggis yang
memberikan bau aromatik. Intensitas bau khas aromatik dari ekstrak kulit buah
manggis bertambah dengan meningkatnya konsentrasi ekstrak.
Sediaan emulgel yang dibuat menghasilkan warna yang berbeda-beda
berwarna putih sedangkan dengan penambahan ekstrak kulit buah manggis
dihasilkan sediaan emulgel berwarna kuning sampai kuning kecoklatan karena
ekstrak yang ditambahkan pada emulgel berwarna coklat muda. FI berwarna putih
karena tidak dilakukan penambahan ekstrak dan warna putih ini berasal dari
bahan-bahan penyusun yang mayoritas berwarna putih. FII dan FIII berwarna
kuning sedangkan FIV, FV dan FVI berwarna kuning kecoklatan. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa semakin banyak ekstrak yang ditambahkan ke dalam sediaan
akan mempengaruhi warna bentuk sediaan yang dihasilkan.
Tabel IV. Hasil Uji Organoleptis Emulgel Ekstrak Kulit Buah Manggis
Parameter* Bentuk Bau Warna
F I Encer Tidak berbau Putih F II Encer Aromatik Kuning F III Encer Aromatik Kuning F IV Kental Aromatik Kuning kecoklatan
F V Kental Aromatik Kuning kecoklatan F VI Sangat kental Aromatik Kuning kecoklatan * Setiap formula dilakukan replikasi 3 kali
Keterangan:
F I : Emulgel tanpa penambahan ekstrak kulit buah manggis
F II : Emulgel ekstrak kulit buah manggis dengan konsentrasi ekstrak 2,5% F III : Emulgel ekstrak kulit buah manggis dengan konsentrasi ekstrak 5% F IV : Emulgel ekstrak kulit buah manggis dengan konsentrasi ekstrak 7,5% F V : Emulgel ekstrak kulit buah manggis dengan konsentrasi ekstrak 10% F VI : Emulgel ekstrak kulit buah manggis dengan konsentrasi ekstrak 12,5%
Formula ekstrak kulit buah manggis ini memiliki bentuk yang
berbeda-beda. FIV dan FV memiliki bentuk yang kental, FVI memiliki bentuk yang sangat
kental, sedangkan FI, FII dan FIII memiliki bentuk yang sama yaitu encer. Hal ini
dikarenakan pada FI tidak dilakukan penambahan ekstrak kulit buah manggis
dalam FII dan FIII penambahan ekstraknya terlalu rendah yaitu 2,5% dan 5%
sehingga belum mengganggu bentuk dari sediaan. Pada FIV dan FV memiliki
bentuk kental dan FVI memiliki bentuk sangat kental, hal tersebut dapat
disimpulkan bahwa semakin bertambahnya konsentrasi ekstrak maka bentuk yang
dihasilkan semakin kental. Hasil tersebut menunjukkan bahwa secara kualitatif
perbedaan variasi konsentrasi ekstrak berpengaruh terhadap bentuk sediaan.
Semakin banyak ekstrak (kandungan padat) yang ditambahkan ke dalam sediaan
emulgel maka bentuk sediaan yang dihasilkan semakin kental/padat.
2. Uji pH
Uji pH emulgel ekstrak kulit buah manggis ini dilakukan dengan
menggunakan indikator universal (pH strips). Pengujian pH bertujuan untuk
mengetahui pH dari sediaan emulgel yang dibuat. pH sediaan yang diharapkan
yaitu berkisar 4-6 sesuai dengan pH kulit (Yosipovitch and Maibach, 1996). Hasil
pengujian pH pada minggu ke-0 dapat dilihat pada Lampiran 8.
Lampiran 8 menunjukkan nilai pH dari rata-rata tiga kali replikasi
masing-masing formula pada minggu ke-0 yaitu pH 6. Dari hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa sediaan emulgel yang dibuat ini memenuhi kriteria pH untuk
kulit normal yang relatif memiliki sifat asam, yaitu memiliki pH berkisar antara
4-6 (Yosipovitch and Maibach, 1996) sehingga emulgel tidak mengiritasi kulit dan
aman saat digunakan.