ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI DI INDONESIA TAHUN 1994-2014
Cynthia Rizki Purnamasari
Universitas Sanata Dharma
2015
Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi Penanaman Modal dalam Negeri di Indonesia Tahun 1994-2014. Penelitian ini adalah penelitian ex post facto yang dilakukan di BPS Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada bulan Agustus 2014. Sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data berbentuk data runtut waktu (time series) dengan rentang waktu 21 tahun. Teknik analisis data menggunakan analisis regresi linier berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Penanaman Modal dalam Negeri di Indonesia tahun 1994-2014 (nilai α = 0,856 > 0,10); (2) suku bunga kredit berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Penanaman Modal dalam Negeri di Indonesia tahun 1994-2014 (nilai α = 0,078 < 0,10); (3) kurs berpengaruh positif dan signifikan terhadap Penanaman Modal dalam Negeri di Indonesia tahun 1994-2014 (nilai α = 0,009 < 0,10); dan (4) inflasi, suku bunga kredit, dan kurs secara bersama-sama berpengaruh terhadap Penanaman Modal Dalam Negeri di Indonesia tahun 1994-2014 sebesar 64,3% (F = 10,199 ; α = 0,000 < 0,01).
ANALYSIS OF FACTORS WHICH AFFECT DOMESTIC CAPITAL INVESTMENT IN INDONESIA IN 1994-2014
Cynthia Rizki Purnamasari
Sanata Dharma University
2015
The research aims to analyze and examine the factors which affect domestic capital investment in Indonesia from 1994 to 2014. The study is ex post facto research which was conducted in central Bureau of Statistics Yogyakarta Province in August 2015. The data of this study were secondary data in the format time series in 21 years span of time. Multiple linear regression analysis was used as technique of data analysis.
The result shows that: (1) inflation does not influence significantly domestic capital investment in Indonesia from 1994 to 2014 (α = 0,856 > 0,10); (2) credit interest rates has negative and significant influence on domestic capital investment in Indonesia from 1994 to 2014 (α = 0,078 < 0,10); (3) exchange rate has positive and significant influence on domestic capital investment in Indonesia from 1994 to 2014 (α = 0,009 < 0,10); and (4) inflation, credit interest rates, and exchange rate are simultaneously affecting domestic capital investment in Indonesia from 1994 to 2014 is 64,3% (F = 10,199 ; α = 0,000 < 0,01).
i
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI DI INDONESIA TAHUN
1994-2014
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Progam Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi
Oleh :
CYNTHIA RIZKI PURNAMASARI NIM : 111324014
PROGRAM STUDI PENDIDIDKAN EKONOMI BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN EKONOMI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini untuk :
Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW
Bapak Endro Purmomo dan Ibu Marti
Dani Annisa Purnama dan Previa Bagas Purnama
Keluarga Besar Pendidikan Ekonomi 2011
v MOTTO
DO GOOD. AND GOOD WILL COME TO YOU.
“Barangsiapa bertakwa pada Allah, maka Allah memberikan jalan
keluar kepadanya dan memberi rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.. Barangsiapa yang bertaqwa pada Allah, maka Allah jadikan urusannya menjadi mudah.. Barangsiapa yang bertaqwa pada Allah
akan dihapuskan dosa-dosanya dan mendapatkan pahala yang agung”
viii ABSTRAK
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI DI INDONESIA TAHUN 1994-2014
Cynthia Rizki Purnamasari
Universitas Sanata Dharma
2015
Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi Penanaman Modal dalam Negeri di Indonesia Tahun 1994-2014. Penelitian ini adalah penelitian ex post facto yang dilakukan di BPS Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada bulan Agustus 2014. Sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data berbentuk data runtut waktu (time series) dengan rentang waktu 21 tahun. Teknik analisis data menggunakan analisis regresi linier berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Penanaman Modal dalam Negeri di Indonesia tahun 1994-2014
(nilai α = 0,856 > 0,10); (2) suku bunga kredit berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Penanaman Modal dalam Negeri di Indonesia tahun 1994-2014 (nilai α = 0,078 < 0,10); (3) kurs berpengaruh positif dan signifikan terhadap Penanaman Modal dalam Negeri di Indonesia tahun 1994-2014 (nilai α = 0,009 < 0,10); dan (4) inflasi, suku bunga kredit, dan kurs secara bersama-sama berpengaruh terhadap Penanaman Modal Dalam Negeri di Indonesia tahun 1994-2014 sebesar 64,3% (F = 10,199 ; α = 0,000 < 0,01).
ix ABSTRACT
ANALYSIS OF FACTORS WHICH AFFECT DOMESTIC CAPITAL INVESTMENT IN INDONESIA IN 1994-2014
Cynthia Rizki Purnamasari
Sanata Dharma University
2015
The research aims to analyze and examine the factors which affect domestic capital investment in Indonesia from 1994 to 2014. The study is ex post facto research which was conducted in central Bureau of Statistics Yogyakarta Province in August 2015. The data of this study were secondary data in the format time series in 21 years span of time. Multiple linear regression analysis was used as technique of data analysis.
The result shows that: (1) inflation does not influence significantly domestic capital investment in Indonesia from 1994 to 2014 (α = 0,856 > 0,10); (2) credit interest rates has negative and significant influence on domestic capital investment in Indonesia from 1994 to 2014 (α = 0,078 < 0,10); (3) exchange rate has positive and significant influence on domestic capital investment in Indonesia from 1994 to 2014 (α = 0,009 < 0,10); and (4) inflation, credit interest rates, and exchange rate are simultaneously affecting domestic capital investment in Indonesia from 1994 to 2014 is 64,3% (F =
10,199 ; α = 0,000 < 0,01).
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, kasih dan karunia-Nya yang tak pernah putus sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan program studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Dalam proses penulisan skripsi ini dari awal hinga akhir penyusunan, tidak sedikit pihak yang turut terlibat. Untuk itu perkenankanlah penulis dengan tulus mengucapkan terima kasih yang sebesar0besarnya untuk dukungan, bimbingan dan bantuan yang tak terhingga dari:
1. Allah SWT yang selalu membimbing dan mentyertai setiap langkah penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
2. Bapak Drs. Johanes Eka Priyatna, M.Sc., Ph.D. selaku Rektor Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk memperoleh pendidikan terbaik selama kuliah di Universitas Sanata Dharma. 3. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
4. Ibu Dra. C. Wigati Retno Astuti, M.Si., M.Ed. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi yang telah memberikan banyak pengarahan.
5. Bapak Dr. Yohanes Harsoyo selaku Dosen Pembimbing I, yang telah membimbing dan meluangkan banyak waktu dengan penuh kesabaran dalam memberikan bimbingan dan semangat.
6. Bapak Y.M.V. Mudayen, S.Pd., M.Sc. sekalu dosen pe mbimbing II, atas bimbingan dan pengarahan dari awal sampai akhir pembuatan skripsi.
xi
8. Segenap Dosen Pendidikan Ekonomi, bagian keahlian khusus Pendidikan Ekonomi dan bagian keahlian khusus Pendidikan Akuntansi yang telah mendidik dan membimbing saya selama kuliah.
9. Kedua orang tuaku Bapak Endro Purnomo dan ibu Marti yang selalu mendoakan, memberikan semangat, dukungan dan kasih sayang selama ini. 10.Adik-adikku Dani Annisa Purnama dan Previa Bagas Purnama yang selalu
memberikan semangat dan keceriaanya.
11.Menul, Eel, Genter, Geza, Lisma, Willy, Susan, Lela, Sidiq, Danar, Rinta, Komeng dan Tama terimakasih selalu memberikan masukan-masukan positif dan hiburan yang selalu menyenangkan.
12.Geng PKM Uwuh (Eel dan Nita) yang telah memberikan pengalaman dalam berbisnis dan ilmu mencari konsumen.
13.Keluarga besar Pendidikan Ekonomi 2011 yang selalu menjaga kekompakkan dan kebersamaan sampai sekarang ini, serta saling membantu satu sama lain jika mengalami kesulitan.
14.Semua pihak dan teman-teman yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah membantu penyusunan hingga terwujudnya skripsi ini.
Penulis berharap, semoga apa yang telah penulis susun dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Dengan rendah hati, penulis membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kemajuan karya yang lebih baik.
Yogyakarta, 3 Desember 2015
xii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 13
A. Tinjauan Teoritik ... 13
1. Investasi ... 13
a) Macam- macam Investasi ... 16
xiii
c) Kriteria Investasi ... 18
d) Marginal Efficiency of Capital, Tingkat Bunga, dan Marginal Efficiency of Investement ... 20
e) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Investasi ... 21
2. Variabel yang Mempengaruhi PMDN ... 25
a) Inflasi ... 26
b) Suku Bunga Kredit ... 31
c) Nilai Tukar Rupiah ... 32
B. Variabel Penelitian ... 34
C. Kerangka Berpikir ... 35
1. Kerangka Berpikir ... 35
2. Hipotesis ... 37
BAB III METODE PENELITIAN ... 38
A. Jenis Penelitian ... 38
B. Jenis dan Sumber Data ... 38
C. Waktu Penelitian ... 39
D. Teknik Analisis Data ... 39
1. Pengujian Hipotesis ... 40
2. Pengujian Prasyarat Regresi ... 41
a) Uji Normalitas ... 41
b) Uji Linieritas ... 41
3. Uji Asumsi Klasik ... 42
a) Uji Multikolinieritas ... 42
b) Uji Heteroskedastisitas ... 43
c) Uji Autokorelasi ... 44
4. Uji Statistik ... 45
a) Uji F ... 45
BAB IV GAMBARAN UMUM ... 47
A. Penanaman Modal Dalam Negeri di Indonesia ... 47
B. Syarat Penanaman Modal Dalam Negeri ... 48
C. Kebijakan Penanaman Modal Dalam Negeri ... 50
D. Realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri di Indonesia ... 51
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 57
A. Deskripsi Data ... 57
B. Analisis Data ... 64
xiv
a) Pengujian Hipotesis ... 64
b) Pengujian Model ... 68
2. Pengujian Prasyarat Regresi ... 68
a) Uji Normalitas ... 68
b) Uji Linieritas ... 70
3. Pengujian Asumsi Klasik ... 71
a) Uji Multikolinieritas ... 71
b) Uji Heteroskedastisitas ... 73
c) Uji Autokorelasi ... 74
4. Rangkuman dari Hasil Uji Asumsi Klasik ... 76
5. Pengujian Statistik... 76
a) Uji F ... 76
C. Pembahasan ... 77
BAB VI KESIMPULAN SARAN DAN KETERBATASAN ... 82
A. Kesimpulan ... 82
B. Keterbatasan ... 83
C. Saran ... 84
DAFTAR PUSTAKA ... 86
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Perkembangan Realisasi PMDN periode 1994-1999 ... 3
Tabel 1.2 Perkembangan Realisasi PMDN periode 2000-2014... 4
Tabel 4.1 Perkembangan Realisasi PMDN Menurut Sektor tahun 2010-2014 ... 52
Tabel 4.2 Perkembangan Realisasi PMDN Menurut Lokasi tahun 2010-2014 ... 54
Tabel 5.1 Data Penelitian ... 57
Tabel 5.2 Pengujian Hipotesis ... 64
Tabel 5.3 Hasil Pengujian Model ... 68
Tabel 5.4 Hasil Pengujian Normalitas ... 69
Tabel 5.5 Hasil Pengujian Linieritas ... 70
Tabel 5.6 Hasil Pengujian Multikolinieritas ... 72
Tabel 5.7 Hasil Pengujian Heteroskedastisitas ... 73
Tabel 5.8 Hasil Pengujian Autokorelasi... 74
Tabel 5.9 Hasil Pengujian Cochrane-Orcutt ... 75
Tabel 5.10 Rangkuman dari Hasil Uji Asumsi Klasik ... 76
Tabel 5.11 Uji F ... 76
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Data Primer ... 88
Data yang Telah Diestimasi ... 89
Hasil Uji Prasyarat Regresi ... 90
1. Uji Normalitas dan Linieritas ... 90
Hasil Uji Asumsi Klasilk ... 93
1. Heteroskedastisitas ... 93
2. Multikolinieritas ... 95
3. Autokorelasi ... 97
4. Cochrane-Orcutt ... 99
Hasil Uji Statistik ... 102
1. Uji F ... 102
Tabel BI Rate dan Suku Bunga Menurut Kelompok Bank 2000-2015 ... 103
Tabel Kurs Tengah Mata Uang Utama ... 109
Tabel Realisasi PMDN Menurut Sektor Ekonomi 2000-2013 ... 113
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia sebagai negara berkembang merupakan tujuan dari kegiatan
investasi baik yang dilakukan oleh investor asing maupun yang dilakukan oleh
investor dalam negeri. Investasi dalam negeri atau Penanaman Modal Dalam Negeri
atau biasa disingkat dengan PMDN sendiri adalah kegiatan menanam modal untuk
melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh
penanam modal dalam negeri (investor) dengan menggunakan modal dalam negeri.
Sedangkan tujuan dari PMDN yaitu meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional,
menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan,
meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional, meningkatkan kapasitas
dan kemampuan teknologi nasional, mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan,
mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan
dana yang berasal, baik dari dalam negeri maupun luar negeri, dan meningkatkan
kesejahteraan rakyat. Tujuan penanaman modal atau investasi ini dijadikan
’mercusuar’ dalam kebijakan penanaman modal yang dilakukan oleh Badan
Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Akan tetapi apabila iklim investasi yang
tidak ramah seperti terjadinya konflik di Indonesia, kondisi politik yang tidak stabil,
dan maraknya isu-isu yang menyesatkan dan kerusuhan di mana-mana maka investasi
tersebut hanya untuk memperluas ataupun membiayai investasi yang sudah ada
sebelumnya.
Investasi pada hakekatnya yaitu langkah awal kegiatan pembangunan
ekonomi. Dinamika penanaman modal mempengaruhi tinggi rendahnya pertumbuhan
ekonomi dan mencerminkan marak lesunya pembangunan. Dalam upaya
menumbuhkan perekonomian, maka setiap negara berupaya menciptakan iklim yang
dapat menggairahkan investasi. Upaya yang diciptakan pemerintah dalam
menciptakan iklim yang dapat meggairahkan investasi salah satunya menerapkan
berbagai aturan mengenai investasi, diantaranya adalah Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (PMA) sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1970 tentang Perubahan dan Tambahan
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing dan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1970 tentang
Perubahan dan Tambahan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman
Modal Dalam Negeri tersebut semuanya telah diubah dalam UU No. 25 Tahun 2007
tentang Penanaman Modal yang berisi bahwa untuk mempercepat pembangunan
ekonomi nasional dan mewujudkan kedaulatan politik dan ekonomi Indonesia
diperlukan peningkatan penanaman modal untuk mengolah potensi ekonomi menjadi
kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan modal yang berasal, baik dari dalam
Investasi merupakan salah satu komponen penting pembangunan suatu
negara. Salah satu tingkat keberhasilannya yaitu dengan tingginya tingkat pendapatan
nasional atau laju pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) yang tinggi dan stabil.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sejak awal tahun 2000, PDB Indonesia
mengalami pertumbuhan yang positif, setelah dua tahun sebelumnya negatif. Namun
disamping itu laju pertumbuhannya sangat rendah, terutama jika dibandingkan
rata-rata per tahun yang dialami Indonesia pada periode pra krisis. Sebabnya pergerakan
ekonomi nasional sejak akhir tahun 1999 hingga kini lebih didorong oleh
pertumbuhan konsumsi bukan pertumbuhan investasi. Apabila pola pertumbuhan
ekonomi Indonesia terus seperti ini tanpa adanya konstribusi yang berarti dari
investasi, maka dapat dipastikan pertumbuhan tersebut tidak dapat berlanjut terus.
Tabel 1.1
Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri Indonesia Periode 1994-1999
Terlihat pada tahun 1994 yang menunjukan besar investasi yaitu Rp12786.9
Dan pada tahun berikutnya proyek investasi cenderung mengalami penurunan sampai
tahun 1999 tetapi berbeda pada investasinya yang mengalami tren meningkat. Pada
tahun 1997 negara Indonesia mengalami krisis yang mengakibatkan perekonomian
Indonesia menurun tajam. Tingkat pertumbuhan ekonomi pada tahun tersebut berada
tidak hanya di bawah rata-rata dunia tetapi menjadi negatif dan perkonomian nasional
mengalami kemunduran. Untuk itu diperlukan investasi yang sangat besar untuk
memulihkan perekonomian terutama pada sektor riil, disamping banyaknya
hambatan-hambatan yang menyulitkan masuknya investasi. Terlihat pada realisasi
investasinya yang menunjukan penurunan pada proyek investasi maupun investasinya
yaitu sebesar 8% yang dimulai pada tahun 1996. Pada tahun 1998 permintaaan
domestik khususnya konsumsi rumah tangga dan investasi dalam negeri yang
menjadi penggerak pertumbuhan juga mengalami penurunan. Penyebab utama
turunnya investasi dalam negeri adalah belum pulihnya kepercayaan investor pada
kondisi politik dan ekonomi Indonesia serta dikarenakan masih tingginya tingkat
suku bunga kredit.
Tabel 1.2
2006 162 20,649.0
Rp22.038 milyar begitu pula dengan proyek investasinya yang menunjukan angka
sebanyak 300 proyek investasi. Namun lain hal nya dengan tahun 2001, investasi
dalam negeri di Indonesia mengalami kemerosotan yang cukup tajam dimana nilai
investasi hanya berada pada nilai Rp9.890,8 milyar diikuti dengan proyek
investasinya yang juga merosot.
Pada perkembangan selanjutnya, investasi di Indonesia dari tahun 2002
hingga tahun 2006 nilai investasi sangat fluktuatif yaitu mengalami naik turun baik
jumlah proyek maupun nilainya. Di ikuti dengan kenaikan yang signifikan pada tahun
berikutnya, yaitu pada tahun 2007 dimana nilai investasi tersebut mencapai
Rp34.878,7 milyar dengan jumlah proyek 159 proyek. Kemudian investasi kembali
turun di tahun 2008 yaitu sebesar Rp20.363,4 milyar, meskipun proyek investasi pada
tahun 2008 meningkat dari pada tahun sebelumnya menjadi 239 proyek tetapi tidak
sama hal nya dengan nilai investasinya yang justru merosot, kemudian pada tahun
2009 investasi kembali meningkat menjadi Rp37.799,8 milyar diikuti dengan
Setelah tahun 2009 keadaan investasi semakin membaik selama 5 tahun
terakhir yakni tahun 2010 sampai tahun 2014, dengan ditandai oleh besarnya
investasi dan proyek investai yang hampir selalu meningkat. Tahun 2010 proyek
investasi sebesar 875 dengan total investasinya Rp60,626,3 milyar. Diikuti kenaikan
proyek investasi sebesar 50% pada tahun 2011 yaitu 1313 proyek dengan total
investasi yang hanya naik sekitar 15% yaitu Rp76.000,7 milyar. Kemudian pada
tahun 2012 proyek investasi menurun sebesar 1210 tetapi total investasinya
meningkat sebesar Rp92.182,0 milyar. Selanjutnya tahun 2013 proyek investasi
menin gkat tajam yakni 2129 dan investasi mencapai Rp128,150,6 milyar. Tahun
2014 ini investasi sebesar Rp156.126,2 milyar dengan jumlah proyek sebesar 2392
proyek investasi.
Dapat dilihat perkembangan nilai investasi dan proyek investasi di Indonesia
yang fluktuatif dari tahun ke tahun. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor
makro ekonomi. Secara umum investasi atau penanaman modal, baik dalam bentuk
penanaman modal dalam negeri (PMDN) maupun penanaman modal asing (PMA)
membutuhkan daya tarik daerah dan negara dan adanya iklim yang sehat dan
kemudahan serta kejelasan prosedur penanaman modal. Menurut Tambunan
(2006:58) terdapat sejumlah faktor yang sangat berpengaruh pada baik tidaknya iklim
berinvestasi di Indonesia. Faktor-faktor tersebut tidak hanya menyangkut stabilitas
politik dan sosial, tetapi juga stabilitas ekonomi, kondisi infrastruktur dasar (listrik,
telekomunikasi dan prasarana jalan dan pelabuhan), berfungsinya sektor pembiayaan
birokrasi (dalam waktu dan biaya yang diciptakan), masalah good governance
termasuk korupsi, konsistensi serta adanya kepastian dari kebijakan pemerintah.
Secara sederhana, kurs mata uang asing atau biasa disebut kurs valuta asing
adalah rasio nilai antara suatu mata uang dengan mata uang lainnya. Artinya kurs
menunjukkan perbandingan nilai antara dua mata uang yang berbeda. Shikawa
(1994), mengatakan pengaruh tingkat kurs yang berubah pada investasi dapat
langsung lewat beberapa saluran, perubahan kurs tersebut akan berpengaruh pada dua
saluran, sisi permintaan dan sisi penawaran domestik. Dalam jangka pendek,
penurunan tingkat nilai tukar akan mengurangi investasi melalui pengaruh negatifnya
pada absorbsi domestik atau yang dikenal dengan expenditure reducing effect. Karena penurunan tingkat kurs ini akan menyebabkan nilai riil aset masyarakat yang
disebabkan kenaikan tingkat harga-harga secara umum dan selanjutnya akan
menurunkan permintaan domestik masyarakat.
Pada tahun 1998 pemerintah Indonesia membuat kebijakan suku bunga yang
tinggi untuk menstabilkan perekonomian Indonesia yang terpuruk akibat krisis
moneter pada pertengahan 1997. Pada saat itu rupiah merosot sangat drastis dari level
semula Rp2.300 per dollar AS (pertengahan 1997) menjadi level terburuk Rp17.000
per dollar AS (Januari 1998). Pada tahun 2008 Indonesia kembali mengalami krisis
moneter. Nilai tukar rupiah yang mulai menguat kembali mengalami gejolak dari
level Rp9.200 per dollar AS menjadi kini Rp11.000 per dollar AS. Berawal dari krisis
Krisis ekonomi Indonesia yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun
1997 sampai tahun 2008 yang kemudian menjadi krisis multidimensi berdampak pada
kondisi Indonesia secara umum, tidak hanya terhadap sektor ekonomi saja. Nilai
tukar rupiah yang terdepresiasi sangat tajam, inflasi yang tinggi, menurunnya
kepercayaan investor untuk berinvestasi di Indonesia, merupakan beberapa
akibat dari krisis ekonomi tersebut. Lambat laun, dengan beberapa kali perubahan
struktur politik dan penerapan kebijakan-kebijakan oleh pemerintah, kondisi
Indonesia menunjukan perubahan yang lebih baik dan kondisi perekonomian yang
stabil. Untuk membiayai pembangunan nasional yang mencakup investasi dalam
negeri, sumber dana dapat bersumber dari tabungan nasional dan pinjaman luar
negeri. Namun, karena terbatasnya jumlah dana serta pinjaman yang diperoleh dari
luar negeri, maka diperlukan tabungan nasional yang lebih tinggi sebagai sumber
dana utama agar perekonomian dan pembangunan nasional stabil.
Dampak negatif dari situasi krisis yang terjadi di Indonesia terhadap kegiatan
konsumsi dan investasi, ternyata telah membalikkan posisi kesenjangan tabungan dan
investasi (saving-investment gap) dari defisit selama periode sebelum krisis (1990 – 1997) menjadi surplus setelah periode krisis (1998 – 2007). Setelah krisis tahun 1998
– 2007, celah tabungan-investasi menunjukkan angka positif, dalam kisaran 0,2 – 7,1
persen. Secara nominal, ini juga berarti bahwa selama periode tersebut, terdapat
potensi investasi yang belum termanfaatkan di Indonesia rata-rata setiap tahunnya
sebesar Rp61,8 trilyun. Potensi investasi pada tahun 2004-2007 cenderung
sesungguhnya sangat memungkinkan terutama mengingat potensi tabungan domestik
yang masih berada di atas tingkat investasi. Selain itu, fakta ini juga memberikan arti
bahwa persoalan investasi di Indonesia sesungguhnya bukan terletak pada faktor
kurangnya pembiayaan, tetapi lebih kepada iklim investasi yang kurang mendukung
pengembangan usaha.
Dalam jangka panjang perekonomian suatu negara dikatakan baik apabila
bertumpu pada produksi dan investasi. Investasi dalam negeri yang tinggi akan
membantu meningkatkan kapasitas produksi nasional, daya saing industri, serta
tabungan domestik. Selain hal tersebut persediaan sarana dan prasarana yang
memadai, peraturan perundangan serta kebijakan ekonomi yang tepat dan baik
diharapkan juga mampu meningkatkan nilai penanaman modal dalam negeri dapat
berkembang pesat.
Apalagi di tahun 2015 ini Negara ASEAN akan bertemu dengan Masyarakat
Ekonomi Asean (MEA), dimana investasi sangat dibebaskan diseluruh Negara
ASEAN. Peluang yang baik jika Indonesia bisa memanfaatkan keadaan tersebut. Jika
suatu Negara mengalami krisis ekonomi ataupun inflasi maka tingginya inflasi
mengakibatkan kenaikan harga pada hampir seluruh barang yang ada di suatu negara.
Kenaikan harga barang tersebut mengurungkan minat investor untuk berinvestasi di
dalam negeri, karena investor merasa lebih terjamin untuk berinvestasi pada saat
tingkat inflasi cenderung rendah dan stabil. Hal tersebut yang dikhawatirkan terjadi
jika kesempatan investasi dikuasai Negara lain, maka Negara Indonesia akan terpuruk
Untuk melihat perkembangan investasi dalam negeri tersebut perlu juga
diteliti faktor-faktornya. Faktor-faktor yang digunakan peneliti dalam melihat
investasi dalam negeri adalah tingkat inflasi yang terjadi di Indonesia, tingkat suku
bunga dan nilai tukar Rupiah karena faktor-faktor tersebut dapat berpengaruh
terhadap investasi dalam negeri.
B. Batasan Masalah
1. Tingkat inflasi, suku bunga, dan nilai tukar/kurs dalam penelitian ini adalah
laporan data time series dari tahun 1994 sampai tahun 2014. Pengambilan data Tahun 1994 dikarenakan pada tahun tersebut merupakan pra krisis hebat yang
melanda Indonesia pada tahun 1997. Perekonomian yang mulai stabil pada
tahun-tahun berikutnya kembali tersandung krisis pada tahun 2008. Dan
perekonomian sampai tahun 2014 masih fluktuatif.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh laju inflasi terhadap perkembangan investasi dalam
negeri di Indonesia tahun 1994-2014?
2. Bagaimana pengaruh tingkat suku bunga terhadap perkembangan investasi
dalam negeri di Indonesia tahun 1994-2014?
3. Bagaimana pengaruh nilai tukar rupiah terhadap perkembangan investasi
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai penulis
adalah:
1. Untuk menguji dan menganalisa bagaimana pengaruh laju inflasi terhadap
perkembangan investasi dalam negeri di Indonesia tahun 1994-2014.
2. Untuk menguji dan menganalisa bagaimana pengaruh tingkat suku bunga
terhadap perkembangan investasi dalam negeri di Indonesia tahun 1994-2014.
3. Untuk menguji dan menganalisa bagaimana pengaruh nilai tukar rupiah terhadap
perkembangan investasi dalam negeri di Indonesia tahun 1994-2014.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Bagi Masyarakat :
Hasil penelitian diharapkan mampu memberikan kontribusi untuk
meningkatkan investasi dalam negeri dengan cara pengembangan UMKM.
2) Bagi Penulis :
Bagi penulis penelitian ini digunakan untuk mengimplementasikan atau
menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama di bangku perkuliahan.
3) Bagi Peneliti Selanjutnya :
Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang akan melaksanakan penelitian
F. Definisi Operasional
1. Investasi
Investasi merupakan realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
tahunan pada semua sektor ekonomi baik primer, sekunder dan tersier yang
dinyatakan dalam milyar Rupiah.
2. Tingkat Inflasi
Inflasi adalah kecenderungan kenaikkan harga suatu barang yang
mempengaruhi kenaikan harga barang lain serta meluas dan terus-menerus.
Inflasi diukur menggunakan IHK (Indeks Harga Konsumen). Inflasi tahunan
dinyatakan dalam persen.
3. Tingkat suku bunga kredit (SBK)
Suku bunga kredit adalah suku bunga kredit yang ditetapkan oleh bank umum,
periode tahun 1994-2014 yang dinyatakan dalam persen dan harus dibayar
oleh investor domestik saat melakukan pinjaman guna membiayai kegiatan
investasi.
4. Nilai tukar Rupiah
Nilai tukar Rupiah merupakan tingkat harga mata uang negara Indonesia
yakni Rupiah terhadap harga mata uang Dollar (United State Dollar). Kurs
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritik 1. Investasi
Dalam ekonomi makro investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran
masyarakat untuk memperoleh alat-alat kapital baru. Oleh karena itu investasi
total yang terjadi di suatu perekonomian sebagian berupa pembelian alat-alat baru
untuk menggantikan alat-alat kapital yang tidak ekonomis untuk dipakai lagi dan
sebagian lain berupa pembelian alat-alat kapital yang baru untuk memperbesar
stock kapital. Di sisi lain investasi diartikan sebagai pengeluaran dari sektor
produsen (swasta) untuk pembelian barang atau jasa untuk menambah stock
barang dan perluasan perusahaan.
Investasi merupakan salah satu komponen yang penting dalam GNP. Investasi memiliki peran penting dalam permintaan aggregat. Pertama bahwa pengeluaran investasi lebih tidak stabil apabila dibandingkan dengan pengeluaran konsumsi sehingga fluktuasi investasi dapat menyebabkan resesi. Kedua, bahwa investasi sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi serta perbaikan dalam produktivitas tenaga kerja. Pertumbuhan ekonomi sangat bergantung pada tenaga kerja dan jumlah stock kapital (Setyowati dan Siti, 2007:1).
Dalam teori ekonomi investasi diartikan sebagai suatu kegiatan
pengeluaran yang dilaksanakan oleh produsen untuk membeli barang modal.
Adam Smith menyatakan bahwa investasi dilakukan karena para pemilik modal
iklim investasi pada hari ini dan pada keuntungan nyata. Smith yakin keuntungan
cenderung menurun dengan adanya kemajuan ekonomi. Pada waktu laju
pemupukan modal meningkat, persaingan yang meningkat antar pemilik modal
akan menaikkan upah dan sebaliknya menurunkan keuntungan. Dari pengertian
diatas, bahwa tujuan investasi adalah untuk membeli barang-barang modal yang
sudah diperkirakan nantinya akan mendapat keuntungan di masa yang akan
datang.
Dalam penelitian ini digunakan istilah Penanaman modal dalam negeri.
Yang berarti kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara
Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan
menggunakan modal dalam negeri. Berbagai pertimbangan di atas dan mengingat
hukum penanaman modal yang telah berlaku selama kurang lebih 40 (empat
puluh) tahun semakin mendesak kebutuhan Undang-Undang tentang Penanaman
Modal sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang
Penanaman Modal Asing sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 1970 tentang Perubahan dan Tambahan Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing dan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1970 tentang Perubahan
dan Tambahan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal
Dalam Negeri yang selama ini merupakan dasar hukum bagi kegiatan penanaman
kebutuhan untuk mempercepat perkembangan perekonomian nasional melalui
konstruksi pembangunan hukum nasional di bidang penanaman modal yang
berdaya saing dan berpihak kepada kepentingan nasional.
Berkaitan dengan perekonomian Indonesia, penanaman modal harus
menjadi bagian dari penyelenggaraan perekonomian nasional dan ditempatkan
sebagai upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, menciptakan
lapangan kerja, meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan,
meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional, mendorong
pembangunan ekonomi kerakyatan, serta mewujudkan kesejahteraan masyarakat
dalam suatu sistem perekonomian yang berdaya saing. Penanam modal dalam
negeri adalah perseorangan warga negara Indonesia, badan usaha Indonesia,
negara Republik Indonesia, atau daerah yang melakukan penanaman modal di
wilayah negara Republik Indonesia.
Asas & Tujuan Penanaman Modal Menurut UU No. 25 Tahun 2007 yaitu:
a. kepastian hukum; b. keterbukaan; c. akuntabilitas;
d. perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal negara; e. kebersamaan;
f. efisiensi berkeadilan; g. berkelanjutan;
h. berwawasan lingkungan; i. kemandirian; dan
Sedangkan tujuan penyelenggaraan penanaman modal, antara lain untuk:
(a) meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional; (b) menciptakan lapangan
kerja; (c) meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan; (d) meningkatkan
kemampuan daya saing dunia usaha nasional; (e) meningkatkan kapasitas dan
kemampuan teknologi nasional; (f) mendorong pengembangan ekonomi
kerakyatan; (g) mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil
dengan menggunakan dana yang berasal, baik dari dalam negeri maupun dari
luar negeri; dan (h) meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Tujuan penyelenggaraan penanaman modal hanya dapat tercapai apabila
faktor penunjang yang menghambat iklim penanaman modal dapat diatasi, antara
lain melalui perbaikan koordinasi antar instansi Pemerintah Pusat dan daerah,
penciptaan birokrasi yang efesien, kepastian hukum di bidang penanaman modal,
biaya ekonomi yang berdaya saing tinggi, serta iklim usaha yang kondusif di
bidang ketenagakerjaan dan keamanan berusaha. Dengan perbaikan berbagai
faktor penunjang tersebut, diharapkan realisasi penanaman modal akan membaik
secara signifikan.
a) Macam-macam Investasi
Dilihat dari wujudnya investasi terdiri dari (Guritno,1992:177) :
Investasi riil
Investasi riil adalah investasi terhadap barang-barang yang tahan lama
Seperti mesin-mesin, bangunan, kendaraan, rumah dan lain-lain.
Investasi finansial
Investasi finansial adalah investasi terhadap surat-surat berharga, misalnya
pembelian saham/obligasi.
Dilihat dari segi pengeluaran terdiri dari (Samuelson,1992:109) :
Investasi Bruto
Adalah investasi yang menunjukan tambahan-tambahan keseluruahan
terhadap modal.
Investasi Netto
Adalah hasil dari investasi bruto dikurangi dengan penyusutan.
b) Fungsi Investasi
Kurva yang menunjukkan perkaitan di antara tingkat investasi dan
tingkat pendapatan nasional dinamakan fungsi investasi. Bentuk fungsi
investasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu (i) ia sejajar dengan sumbu
datar, atau (ii) bentuknya naik ke atas ke sebelah kanan (yang berarti makin
tinggi pendapatan nasional, makin tinggi investasi). Fungsi atau kurva
investasi yang sejajar dengan sumbu datar dinamakan investasi otonomi dan
fungsi investasi yang semakin tinggi apabila pendapatan nasional meningkat
dinamakan investasi terpengaruh. Dalam analisis makroekonomi biasanya
Menurut Joseph Allois Schumpeter investasi otonom (autonomous investment) dipengaruhi oleh perkembangan-perkembangan yang terjadi dalam jangka panjang seperti :
Tingkat keuntungan investasi yang diramalkan akan diperoleh.
Tingkat bunga.
Ramalan mengenai keadaan ekonomi di masa depan.
Kemajuan teknologi.
Tingkat pendapatan nasional dan perubahan-perubahannya.
Keuntungan yang diperoleh perusahaan-perusahaan.
c) Kriteria Investasi
Investasi merupakan keputusan yang berdasarkan pertimbangan yang
rasional. Untuk memutuskan investasi digunakan beberapa alat bantu atau
kriteria-kriteria tertentu yaitu:
1) Payback Period
Payback period adalah waktu yang dibutuhkan agar investasi yang
direncanakan dapat dikembalikan, atau waktu yang dibutuhkan untuk
mencapai titik impas. Jika waktu yang dibutuhkan makin pendek, proposal
investasi dianggap makin baik. Kendatipun demikian, harus berhati-hati
menafsirkan kriteria payback period ini. Sebab ada investasi yang baru
2) Benefit/Cost Ratio (B/C Ratio)
B/C ratio mengukur mana yang lebih besar, biaya yang dikeluarkan
dibanding hasil (output) yang diperoleh. Biaya yang dikeluarkan
dinotasikan dengan C (cost). Output yang dihasilkan dinotasikan dengan B
(benefit). Keputusan menerima atau menolak proposal investasi dapat dilakukan dengan melihat nilai B/C. Umumnya, proposal investasi baru
diterima jika B/C > 1, sebab berarti output yang dihasilkan lebih besar
daripada biaya yang dikeluarkan.
3) Net Present Value (NPV)
Perhitungan dengan menggunakan nilai nominal dapat menyesatkan,
sebab tidak memperhitungkan nilai waktu dari uang. Untuk membuat hasil
lebih akurat, maka nilai sekarang didiskontokan. Keuntungan dari
menggunakan metode diskonto adalah kita dapat langsung menghitung
selisih nilai sekarang dari biaya total dengan penerimaan total bersih.
Selisih inilah yang disebut net present value. Suatu proposal investasi
akan diterima jika NPV > 0, sebab nilai sekarang dari penerimaan total
lebih besar daripada nilai sekarang dari biaya total.
4) Internal Rate of Return (IRR)
Internal rate of return adalah nilai tingkat pengembalian investasi,
dihitung pada saat NPV sama dengan nol. Keputusan menerima/menolak
rencana investasi dilakukan berdasarkan hasil perbandingan IRR dengan
d) Marginal Efficiency of Capital (MEC), Tingkat Bunga, dan Marginal Efficiency of Investement (MEI)
Menurut Keynes investasi berkaitan dengan apakah suatu proyek
penanaman modal atau investasi layak untuk dilakukan atau tidak. Teknik
untuk mengetahui apakah suatu proyek itu menguntungkan atau tidak, yaitu
dengan membandingkan profitabilitas relatif proyek-proyek dengan
mendiskontir hasil-hasil dimasa depan adapun teknik-teknik mendiskontir
yang dikemukakan Keynes yaitu : (1) nilai di masa depan dari sejumlah nilai
sekarang; (2) Marginal Efficiency Of Capital (MEC); Marginal Efficiency Of Invesment (MEI); Skedul Permintaan Investasi.
1) Marginal Efficiency of Capital (MEC), Investasi, dan Tingkat Bunga MEC adalah tingkat pengembalian yang diharapkan dari setiap tambahan
barang modal. Angka MEC ini adalah angka yang menyamakan harga
investasi dengan nilai sekarang (present value) dari semua penerimaan yang diharapkan dari pengoperasian suatu proyek investasi ditambah nilai
sekarang dari nilai sisa (residu) investasi tersebut.
2) Marginal Effeciency of Capital (MEC) dan Marginal Efficiency of Investment (MEI). Di dalam suatu waktu tertentu, misalnya dalam tempo satu tahun, perekonomian akan terdapat individu dan perusahaan yang
mempertimbangkan untuk melakukan investasi. Berbagai proyek investasi
ini memiliki tingkat pengembalian yang berbeda, yaitu sebagian dari
beberapa proyek dengan tingkat keuntungan rendah. Berdasarkan kepada
jumlah modal yang akan ditanam dan tingkat pengembalian modal yang
diramalkan akan diperoleh, analisis ekonomi membentuk suatu kurva
yang dinamakan efisiensi investasi marjinal (marginal eficiency of investment). Berdasarkan hal-hal yang menghubungkannya, efisiensi investasi marjinal dapat didefinisikan sebagai: suatu kurva yang
menunjukan hubungan di antara tingkat pengembalian modal dan jumlah
modal yang akan diinvestasikan.
e) Faktor-faktor yang mempengaruhi Investasi
Investasi dapat dibagi menjadi tiga golongan antara lain. Yang pertama
adalah investasi tetap perusahaan yang terdiri dari pengeluaran perusahaan
atas mesin tahan lama, perlengkapan dan bangunan-bangunan seperti fasilitas
pabrik dan perlengkapan mesin lainnya, investasi ini juga dapat disebut
sebagai investasi tetap bisnis. Yang kedua adalah investasi tempat tinggal
umumnya terdiri dari investasi perumahan. Dan yang ketiga adalah investasi
persediaan (Dorbusch, Fischer, 1990:269).
Para konsumen (rumah tangga), yang membelanjakan sebagian besar dari
pendapatan mereka untuk membeli barang dan jasa yang mereka butuhkan,
penanam-penanam modal melakukan investasi bukan untuk memenuhi
kebutuhan mereka tetapi untuk mencari keuntungan.
Dengan demikian banyaknya keuntungan yang akan diperoleh besar
oleh para pengusaha. Disamping oleh harapan dimasa depan untuk
memperoleh untung, terdapat beberapa faktor lain yang akan menentukan
tingkat investasi yang akan dilakukan dalam perekonomian.
Menurut Tambunan (2006) dan Laporan Bank Dunia mengenai iklim
Investasi (World Bank, 2005), faktor-faktor yang dapat menentukan tingkat
investasi diantaranya;.
Suku Bunga
Suku bunga merupakan faktor yang sangat penting dalam menarik
investasi karena sebagian besar investasi biasanya dibiayai dari pinjaman
bank. Jika suku bunga pinjaman turun maka akan mendorong investor
untuk meminjam modal dan dengan pinjaman modal tersebut maka ia
akan melakukan investasi.
Pendapatan nasional per kapita untuk tingkat negara (nasional) dan PDRB
per kapita untuk tingkat propinsi dan Kabupaten atau Kota
Pendapatan nasional per kapita dan PDRB per kapita merupakan cermin
dari daya beli masyarakat atau pasar. Makin tinggi daya beli masyarakat
suatu negara atau daerah (yang dicerminkan oleh pendapatan nasional per
kapita atau PDRB per kapita) maka akan makin menarik negara atau
Kondisi sarana dan prasarana
Prasarana dan sarana pendukung tersebut meliputi sarana dan prasarana
transportasi, komunikasi, utilitas, pembuangan limbah dan lain-lain.
Sarana dan prasarana transportasi contohnya antara lain : jalan, terminal,
pelabuhan, bandar udara dan lainlain. Sarana dan prasrana telekomunikasi
contohnya: jaringan telepon kabel maupun nirkabel, jaringan internet,
prasarana dan sarana pos. Sedangkan contoh dari utilitas adalah
tersedianya air bersih, listrik dan lain-lain.
Birokrasi perijinan
Birokrasi perijinan merupakan faktor yang sangat penting dalam
mempengaruhi investasi. Karena birokrasi yang panjang akan
memperbesar biaya bagi pengusaha karena akan memperpanjang waktu
untuk berurusan dengan aparat. Padahal bagi pengusaha, waktu adalah
uang. Birokrasi yang panjang juga membuka peluang oknum aparat
pemerintah untuk menarik suap dari para pengusaha dalam rangka
memperpendek birokrasi tersebut.
Kualitas sumber daya manusia
Manusia yang berkualitas ini merupakan daya tarik investasi yang cukup
penting. Sebab teknologi yang dipakai oleh para pengusaha makin lama
makin modern. Teknologi modern tersebut menuntut ketrampilan lebih
Peraturan dan undang-undang ketenagakerjaan
Peraturan undang-undang ketenagakerjaan ini antara lain menyangkut
peraturan tentang pemutusan hubungan kerja (PHK), Upah Minimum,
kontrak kerja dan lain-lain.
Stabilitas politik dan keamanan
Stabilitas politik dan keamanan penting bagi investor karena akan
menjamin kelangsungan investasinya untuk jangka panjang.
Pengaruh Nilai tukar
Secara teoritis dampak perubahan tingkat / nilai tukar dengan investasi
bersifat uncertainty (tidak pasti). Shikawa (1994), mengatakan pengaruh
tingkat kurs yang berubah pada investasi dapat langsung lewat beberapa
saluran, perubahan kurs tersebut akan berpengaruh pada dua saluran, sisi
permintaan dan sisi penawaran domestik. Dalam jangka pendek,
penurunan tingkat nilai tukar akan mengurangi investasi melalui pengaruh
negatifnya pada absorbsi domestik atau yang dikenal dengan expenditure
reducing effect. Karena penurunan tingkat kurs ini akan menyebabkan
nilai riil aset masyarakat yang disebabkan kenaikan tingkat harga-harga
secara umum dan selanjutnya akan menurunkan permintaan domestik
masyarakat. Gejala diatas pada tingkat perusahaan akan direspon dengan
penurunan pada pengeluaran / alokasi modal pada investasi. Pada sisi
switching) akan perubahan tingkat kurs pada investasi relatif tidak menentu. Penurunan nilai tukar mata uang domestik akan menaikkan
produk-produk impor yang diukur dengan mata uang domestik dan
dengan demikian akan meningkatkan harga barang-barang yang
diperdagangkan / barang-barang ekspor (traded goods) relatif terhadap barang-barang yang tidak diperdagangkan (non traded goods), sehingga didapatkan kenyataan nilai tukar mata uang domestik akan mendorong
ekspansi investasi pada barang-barang perdagangan tersebut.
Tingkat Inflasi
Tingkat inflasi berpengaruh negatif pada tingkat investasi hal ini
disebabkan karena tingkat inflasi yang tinggi akan meningkatkan resiko
proyek-proyek investasi dan dalam jangka panjang inflasi yang tinggi
dapat mengurangi rata-rata masa jatuh pinjam modal serta menimbulkan
distrosi informasi tentang harga-harga relatif. Disamping itu menurut
Greene dan Pillanueva (1991), tingkat inflasi yang tinggi sering
dinyatakan sebagai ukuran ketidakstabilan roda ekonomi makro dan suatu
ketidakmampuan pemerintah dalam mengendalikan kebijakan ekonomi
makro.
Melihat fenomena yang terjadi di Indonesia, ketika faktor-faktor investasi
mengalami naik turun, maka penulis mengambil 3 faktor yang mengalami kenaikan
dan penurunan yang signifikan yaitu Inflasi, Suku Bunga Kredit, dan Nilai Tukar.
a) Tingkat/laju inflasi
Tingkat inflasi berpengaruh negatif pada tingkat investasi hal ini
disebabkan karena tingkat inflasi yang tinggi akan meningkatkan resiko
proyek-proyek investasi dan dalam jangka panjang inflasi yang tinggi dapat
mengurangi rata-rata masa jatuh pinjam modal serta menimbulkan distrosi
informasi tentang harga-harga relatif. Disamping itu, tingkat inflasi yang
tinggi sering dinyatakan sebagai ukuran ketidakstabilan roda ekonomi makro
dan suatu ketidakmampuan pemerintah dalam mengendalikan kebijakan
ekonomi makro.
Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara umum dan terus menerus (Sukirno, 2002:223).
Akan tetapi bila kenaikan harga hanya dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas atau menyebabkan kenaikan sebagian besar dari harga barang-barang lain (Boediono, 2000:156).
Yang penting kenaikan harga umum barang secara terus-menerus selama suatu periode tertentu. Kenaikan harga barang yang terjadi hanya sekali saja, meskipun dalam persentase yang cukup besar dan terus-menerus, bukanlah merupakan inflasi (Nopirin, 2000:57).
Kenaikan sejumlah bentuk barang yang hanya sementara dan sporadis tidak
dapat dikatakan akan menyebabkan inflasi. Inflasi di Indonesia sangat tinggi
pada zaman Presiden Soekarno karena kebijakan fiskal dan moneter sama
sekali tidak prudent (jika negara memerlukan uang, maka negara tinggal
mencetaknya saja). Di zaman Soeharto, pemerintah berusaha menekan inflasi,
akan tetapi tidak bisa di bawah 10 persen setahun rata-rata, antara lain oleh
karena Bank Indonesia masih punya misi ganda, antara lain sebagai agent of development, yang bias mengucurkan kredit likuiditas tanpa batas. Baru di zaman reformasi, mulai di zaman Presiden Habibie maka fungsi Bank
Indonesia mengutamakan penjagan nilai Rupiah. Tetapi karena sejarah dan
karena inflationary expectations masyarakat (yang bertolak ke belakang, artinya bercermin kepada sejarah) maka inflasi inti masih lebih besar daripada
5 persen setahun.
Tingkat inflasi dapat dijadikan sebagai indikator untuk mengetahui kondisi
perekonomian disuatu daerah, bila inflasi terjadi maka akan terjadi kenaikan
biaya produksi barang sehingga akan mempengaruhi iklim investasi dan
penanaman modal (Mankiew, 2006:177). Inflasi dapat dibedakan menjadi
empat yaitu inflasi rendah atau ringan, inflasi moderat atau sedang dan inflasi
harga berada di bawah angka 10% setahun; inflasi sedang antara 10% - 30%
setahun; berat antara 30% - 100% setahun; dan hiperinflasi atau inflasi tak
terkendali terjadi apabila kenaikan harga berada di atas 100% setahun. Inflasi
yang buruk akan mendorong para pengusaha untuk melakukan kegiatan yang
spekulatif, sehingga akan mengurangi investasi karena yang berkembang
adalah kegiatan spekulatif. Inflasi yang tinggi akan menyebabkan investasi
menurun dan apabila inflasi turun maka investasi akan mengalami kenaikan
atau dengan inflasi yang rendah para pengusaha berusaha untuk meningkatkan
kegiatan investasi (Sukirno, 1998:88).
a) Sumber-Sumber Penyebab Inflasi 1) Demand Pull Inflation
Demand pull inflation adalah kenaikan harga-harga yang disebabkan
oleh adanya gangguan (shock) pada sisi permintaan barang dan jasa. Kenaikan permintaan barang yang tidak seimbang dengan kenaikan
penawaran akan mendorong harga naik sehingga terjadi inflasi. Dalam
demand pull inflation, kenaikan harga barang akhir (output) mendahului kenaikan harga barang input dan harga faktor produksi (misalnya tingkat
upah). Inflasi ini bermula dari adanya kenaikan permintaan total
(aggregate demand), sedangkan produksi sudah berada pada keadaan kesempatan kerja penuh atau hampir mendekati keadaan kesempatan kerja
dapat menaikkan hasil produksi atau output. Akan tetapi, bila keadaan full
employment telah tercapai, penambahan permintaan tidak akan menambah
jumlah produksi melainkan hanya akan menaikkan harga saja sehingga
sering disebut dengan inflasi murni.
2) Supply Side Inflation
Berbeda dengan demand pull inflation, cost push inflation adalah inflasi yang disebabkan oleh adanya gangguan (shock) dari sisi penawaran barang dan jasa atau yang biasa juga disebut dengan supply side inflation,
biasanya ditandai dengan kenaikan harga yang disertai oleh turunnya
produksi atau output. Jadi, inflasi yang dibarengi dengan resesi. Keadaan
ini timbul biasanya dimulai dengan adanya penurunan penawaran total
(aggregate supply) sebagai akibat kenaikan biaya produksi.
Kurva 2.1
Kurva Supply Side Inflation
P1 E1
E0
P0
Perubahan ini digambarkan dari pergeseran kurva penawaran ke kiri,
berubah (E0 ke E1) dengan disertai peningkatan harga (P0 ke P1) dan
tingkat output (Y) yang lebih rendah daripada tingkat full employment.
Faktor lain yang menyebabkan perubahan aggregate supply antara lain
dapat berupa terjadinya kenaikan tingkat upah (wage cost-push inflation), harga barang di dalam negeri dan harga barang impor atau karena
kekakuan struktural.
Kekakuan struktural sendiri terjadi karena anggapan bahwa sumber
daya ekonomi tidak dapat dengan cepat diubah pemanfaatannya dan juga
bahwa upah dan tingkat harga mudah naik tapi sukar untuk turun kembali
(rigidity of price). Dengan asumsi ini, bila terjadi perubahan pola permintaan dan biaya, maka mobilitas sumber daya dari sektor yang
kurang berkembang ke sektor yang berkembang akan sulit sekali,
sehingga suatu sektor yang kurang berkembang akan terjadi idle capacity, sedangkan sektor yang berkembang akan kekurangan sumber daya. Dan
hal ini justru mendorong meningkatnya harga pada sektor yang
berkembang. Kekakuan di sektor yang lemah dan kenaikan harga di sektor
yang berkembang menyebabkan inflasi.
3) Demand Supply Inflation
Peningkatan permintaan total (aggregate demand) menyebabkan kenaikan harga yang selanjutnya diikuti oleh penurunan penawaran total
berkurangnya penawaran total yang mendorong kenaikan harga ini
merupakan akibat adanya ekspektasi bahwa tingkat harga dan tingkat upah
akan meningkat atau dapat juga karena adanya inertia dari inflasi di masa
lalu.
b) Tingkat Suku bunga Kredit
Tingkat suku bunga (interest rate) merupakan salah satu variabel ekonomi yang sering dipantau oleh para pelaku ekonomi. Tingkat suku bunga
dipandang memiliki dampak langsung terhadap kondisi perekonomian.
Berbagai keputusan yang berkenaan dengan konsumsi, tabungan dan investasi
terkait erat dengan kondisi tingkat suku.
Tingkat suku bunga adalah harga dari penggunaan dana investasi (loanable funds). Tingkat suku bunga merupakan salah satu indikator dalam menentukan apakah seseorang akan melakukan investasi atau menabung (Boediono, 1994 :76)
Apabila dalam suatu perekonomian ada anggota masyarakat yang
menerima pendapatan melebihi apa yang mereka perlukan untuk kebutuhan
konsumsinya, maka kelebihan pendapatan akan dialokasikan atau digunakan
untuk menabung. Penawaran akan loanable funds dibentuk atau diperoleh dari jumlah seluruh tabungan masyarakat pada periode tertentu. Di lain pihak
dalam periode yang sama anggota masyarakat yang membutuhkan dana untuk
operasi atau perluasan usahanya. Menurut Marshall Principle : ”bunga selaku
harga yang harus dibayar untuk penggunaan modal di semua pasar, cenderung
tingkat bunga sama dengan persediaannya yang tampil pada tingkat itu”.
Tingkat bunga ditetapkan pada titik dimana tabungan yang mewakili
penawaran modal baru adalah sama dengan permintaannya.
Suku bunga tidak hanya dipengaruhi perubahan preferensi para pelaku
ekonomi dalam hal pinjaman dan pemberian pinjaman tetapi dipengaruhi
perubahan daya beli uang, suku bunga pasar atau suku bunga yang berlaku
berubah dari waktu ke waktu. Tidak jarang bank-bank menetapkan suku
bunga terselubung, yaitu suku bunga simpanan yang diberikan lebih tinggi
dari yang di informasikan secara resmi melalui media massa dengan harapan
tingkat suku bunga yang dinaikkan akan menyebabkan jumlah uang yang
beredar akan berkurang karena orang lebih senang menabung daripada
memutarkan uangnya pada sektor-sektor produktif atau menyimpannya dalam
bentuk kas dirumah.
Sebaliknya, jika tingkat suku bunga terlalu rendah, jumlah uang yang
beredar di masyarakat akan bertambah karena orang akan lebih senang
memutarkan uangnya pada sektor-sektor yang dinilai produktif. Suku bunga
yang tinggi akan mendorong investor untuk menanamkan dananya di bank
daripada menginvestasikannya pada sektor produksi atau industri yang
memiliki tingkat risiko lebih besar. Sehingga dengan demikian, tingkat inflasi
dapat dikendalikan melalui kebijakan tingkat suku bunga.
Nilai tukar Rupiah menurut para ahli sebagai berikut;
Nilai tukar terbagi atas nilai tukar nominal dan nlai tukar riil. Nilai tukar nominal (nominal exchange rate) adalah nilai yang digunakan seseorang saat menukar mata uang suatu negara dengan mata uang negara lain. Sedangkan nilai riil (real exchange rate) adalah nilai yang digunakan seseorang saat menukar barang dan jasa dari suatu negara dengan barang dan jasa dari negara lain (Mankiw, 2006:243).
Nilai tukar valuta asing akan berubah-ubah sesuai dengan perubahan permintan dan penawaran valuta asing. Permintan valuta asing diperlukan guna melakukan pembayaran ke luar negeri (impor), diturunkan dari transaksi debit dalam neraca pembayaran internasional. Suatu mata uang dikatakan ìkuatî apabila transaksi autonomous kredit lebih besar dari transaksi autonomous debit (surplus neraca pembayaran), sebaliknya dikatakan lemah apabila neraca pembayaranya mengalami defisit, atau bisa dikatakan jika permintan valuta asing melebihi penawaran dari valuta asing (Nopirin, 2000:90).
Menurut Sukirno (2002) Besarnya jumlah mata uang tertentu yang
diperlukan untuk memperoleh satu unit valuta asing disebut dengan Nilai
tukar mata uang asing. Nilai tukar adalah nilai mata uang suatu negara diukur
dari nilai satu unit mata mata uang terhadap mata uang negara lain. Apabila
kondisi ekonomi suatu Negara mengalami perubahan, maka biasanya dikuti
oleh perubahan nilai tukar secara substansional. Masalah mata uang muncul
saat suatu negara mengadakan transaksi dengan negara lain, di mana
masing-masing negara mengunakan mata uang yang berbeda. Jadi nilai tukar
merupakan harga yang harus dibayar oleh mata uang suatu negara untuk
memperoleh mata uang negara lain. Nilai tukar dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti tingkat suku bunga dalam negeri, tingkat inflasi, dan intervensi
mempunyai peran penting dalam rangka stabiltas moneter dan dalam
mendukung kegiatan ekonomi. Nilai tukar yang stabil diperlukan untuk
tercapainya iklim usaha yang kondusif bagi peningkatan dunia usaha. Untuk
menjaga stabiltas nilai tukar, bank central pada waktu-waktu tertentu
melakukan intervensi di pasar-pasar valuta asing, khususnya pada saat terjadi
gejolak yang berlebihan. Para ekonom membedakan nilai tukar menjadi dua
yaitu nilai tukar nominal dan nilai tukar riil. Nilai tukar nominal (nominal
exchange rate) adalah harga relatif dari mata uang dua negara. Sebagai
contoh, jika antara dolar Amerika Serikat dan yen Jepang adalah 120 yen per
dolar, maka orang Amerika Serikat bisa menukar 1 dolar untuk 120 yen di
pasar uang. Sebaliknya orang Jepang yang ingin memilki dolar akan
membayar 120 yen untuk setiap dolar yang dibeli.
Nilai tukar riil adalahnilai tukar nominal yang sudah dikoreksi dengan
harga relatif yaitu harga di dalam negeri dibandingkan dengan
harga-harga di luar negeri. Nilai tukar dapat dihitung dengan mengunakan rumus di
bawah ini:
Di mana Q dalah nilai tukar riil, S adalah nilai tukar nominal, P adalah tingkat
harga domestik dan P* adalah tingkat harga di luar negeri. Nilai tukar inilah
sebagai salah satu indikator yang mempengaruhi aktivitas di pasar saham
melakukan investasi. Turunya nilai tukar menurunkan kemampuan nilai tukar
Rupiah terhadap mata uang asing, salah satu dampaknya terhadap impor.
B. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah:
Y = α + + + + ε
Dimana :
Y = Investasi dalam negeri = Laju Inflasi
= Tingkat Suku Bunga = Nilai Tukar Rupiah
C. Kerangka Berpikir dan Hipotesis
1. Kerangka Berpikir
Kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
a. Hubungan Investasi dengan Inflasi
LAJU INFLASI
TINGKAT SUKU BUNGA
NILAI TUKAR RUPIAH
Hubungan antara inflasi dengan investasi adalah negatif. Tingginya
inflasi disuatu negara, mengakibatkan penawaran uang atau money supply
meningkat, kemudian diikuti dengan tingginya suku bunga, dengan suku
bunga yang cenderung tinggi maka investasi akan turun. Tingginya inflasi
juga menyebabkan daya beli pada masyarakat menurun yang kemudian
menyebabkan berkurangnya pengembalian atau keuntungan investasi,
sehingga menurunkan minat investor untuk berinvestasi. Seorang investor
akan cenderung untuk melakukan investasi apabila tingkat inflasi di suatu
negara adalah stabil atau rendah. Hal ini dikarenakan dengan adanya
kestabilan dalam tingkat inflasi, maka tingkat harga barang-barang secara
umum tidak akan mengalami kenaikan dalam jumlah yang signifikan.
b. Hubungan Investasi dengan Tingkat Suku Bunga
Suku bunga yang dipakai dalam penelitian ini adalah suku bunga
kredit. Hubungan tingkat suku bunga kredit dengan investasi adalah
negatif. Tingkat suku bunga merupakan salah satu faktor penting yang
mempengaruhi investasi. Fluktuasi tingkat suku bunga menjadi
pertimbangan bagi investor. Apabila tingkat suku bunga lebih rendah dari
yang diharapkannya, maka seseorang akan memilih menginvestasikan
uangnya daripada menyimpan uangnya di Bank ataupun meminjamkan
uangnya kepada orang lain.
Hubungan antara kurs domestik terhadap investasi dalam negeri adalah
positif. Melemahnya atau terdepresiasinya nilai mata uang domestik (kurs
domestik) terhadap mata uang asing dapat menambah kegairahan investasi
di dalam negeri. Hal ini terjadi karena menguatnya kurs diikuti dengan
tingginya nilai bahan baku dalam negeri, oleh karena itu para investor
memilih untuk menanamkan modalnya di dalam negeri dengan ekspektasi
para investor memperoleh keuntungan di masa mendatang.
2. Hipotesis
Berhubungan dengan permasalahan yang telah dikemukakan pada kerangka
berpikir, maka dalam penelitian ini ditetapkan hipotesis sebagai berikut.
1. Laju inflasi berpengaruh negatif terhadap penanaman modal dalam negeri di
Indonesia tahun 1994-2014.
2. Tingkat suku bunga berpengaruh negatif terhadap penanaman modal dalam
negeri di Indonesia tahun 1994-2014.
3. Nilai tukar rupiah berpengaruh positif terhadap penanaman modal dalam
38 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah penelitian ex post facto, yaitu penelitian yang menunjukan bahwa penelitian tersebut dilakukan setelah perbedaan-perbedaan dalam variabel bebas tersebut terjadi karena perkembangan
kejadian itu secara alami. Jenis penelitian ini dianggap sangat mendukung untuk
memecahkan dan menggambarkan persoalan yang telah disampaikan terlebih dahulu.
B. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu
serangkaian pengukuran atau observasi yang dinyatakan dalam angka,
merupakan data kasar karena langsung diperoleh dari hasil pengukuran dan
masih berwujud catatan yang belum mengalami pengolahan. Teknis
pengumpulan data diperoleh secara tidak langsung dari sumbernya, seperti
mengutip dari buku-buku, literatur, bacaan ilmiah, dan sebagainya yang
mempunyai relevansi dengan faktor-faktor yang mempengaruhi PMDN di
Indonesia.
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang telah
series) dengan rentan waktu 21 tahun. Data yang dipilih adalah data pada kurun waktu tahun 1994 sampai 2014. Alasan pengambilan tahun tersebut yaitu tahun
1994 merupakan pra krisis moneter hebat yang mengakibatkan perubahan
perekonomian Indonesia. Dan pasca krisis tahun 2000, sudah terjadi
perbaikan-perbaikan disegala sektor perekonomian yang berdampak pada peningkatan
pertumbuhan ekonomi Indonesia termasuk investasi. Dan tahun 2014 merupakan
data terbaru. Sumber data berasal dari berbagai sumber, antara lain Statistik
Indonesia terbitan Badan Pusat Statistik, Statistik Ekonomi dan Keuangan
Indonesia, Laporan Perekonomian Indonesia terbitan Bank Indonesia, Statistik
Perkembangan Realisasi Investasi terbitan Badan Koordinasi Penanaman Modal
(BKPM), World Economic Outlook, dan jurnal-jurnal ilmiah serta literatur-literatur lain yang berkaitan dengan topik penelitian ini.
C. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai bulan Agustus 2015. Karena
pada bulan tersebut bertepatan dengan bulan Ramadhan, maka peneliti
memperhatikan jam kerja serta hari libur yang berbeda di BPS Provinsi Yogyakarta.
D. Teknik Analisis Data
Secara umum analisis regresi pada dasarmya adalah studi mengenai