• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penanaman modal dalam negeri di Indonesia tahun 1994-2014.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penanaman modal dalam negeri di Indonesia tahun 1994-2014."

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI DI INDONESIA TAHUN 1994-2014

Cynthia Rizki Purnamasari

Universitas Sanata Dharma

2015

Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi Penanaman Modal dalam Negeri di Indonesia Tahun 1994-2014. Penelitian ini adalah penelitian ex post facto yang dilakukan di BPS Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada bulan Agustus 2014. Sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data berbentuk data runtut waktu (time series) dengan rentang waktu 21 tahun. Teknik analisis data menggunakan analisis regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Penanaman Modal dalam Negeri di Indonesia tahun 1994-2014 (nilai α = 0,856 > 0,10); (2) suku bunga kredit berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Penanaman Modal dalam Negeri di Indonesia tahun 1994-2014 (nilai α = 0,078 < 0,10); (3) kurs berpengaruh positif dan signifikan terhadap Penanaman Modal dalam Negeri di Indonesia tahun 1994-2014 (nilai α = 0,009 < 0,10); dan (4) inflasi, suku bunga kredit, dan kurs secara bersama-sama berpengaruh terhadap Penanaman Modal Dalam Negeri di Indonesia tahun 1994-2014 sebesar 64,3% (F = 10,199 ; α = 0,000 < 0,01).

(2)

ANALYSIS OF FACTORS WHICH AFFECT DOMESTIC CAPITAL INVESTMENT IN INDONESIA IN 1994-2014

Cynthia Rizki Purnamasari

Sanata Dharma University

2015

The research aims to analyze and examine the factors which affect domestic capital investment in Indonesia from 1994 to 2014. The study is ex post facto research which was conducted in central Bureau of Statistics Yogyakarta Province in August 2015. The data of this study were secondary data in the format time series in 21 years span of time. Multiple linear regression analysis was used as technique of data analysis.

The result shows that: (1) inflation does not influence significantly domestic capital investment in Indonesia from 1994 to 2014 (α = 0,856 > 0,10); (2) credit interest rates has negative and significant influence on domestic capital investment in Indonesia from 1994 to 2014 (α = 0,078 < 0,10); (3) exchange rate has positive and significant influence on domestic capital investment in Indonesia from 1994 to 2014 (α = 0,009 < 0,10); and (4) inflation, credit interest rates, and exchange rate are simultaneously affecting domestic capital investment in Indonesia from 1994 to 2014 is 64,3% (F = 10,199 ; α = 0,000 < 0,01).

(3)
(4)

i

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI DI INDONESIA TAHUN

1994-2014

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Progam Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi

Oleh :

CYNTHIA RIZKI PURNAMASARI NIM : 111324014

PROGRAM STUDI PENDIDIDKAN EKONOMI BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN EKONOMI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(5)
(6)
(7)

iv

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini untuk :

Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW

Bapak Endro Purmomo dan Ibu Marti

Dani Annisa Purnama dan Previa Bagas Purnama

Keluarga Besar Pendidikan Ekonomi 2011

(8)

v MOTTO

DO GOOD. AND GOOD WILL COME TO YOU.

“Barangsiapa bertakwa pada Allah, maka Allah memberikan jalan

keluar kepadanya dan memberi rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.. Barangsiapa yang bertaqwa pada Allah, maka Allah jadikan urusannya menjadi mudah.. Barangsiapa yang bertaqwa pada Allah

akan dihapuskan dosa-dosanya dan mendapatkan pahala yang agung”

(9)
(10)
(11)

viii ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI DI INDONESIA TAHUN 1994-2014

Cynthia Rizki Purnamasari

Universitas Sanata Dharma

2015

Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi Penanaman Modal dalam Negeri di Indonesia Tahun 1994-2014. Penelitian ini adalah penelitian ex post facto yang dilakukan di BPS Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada bulan Agustus 2014. Sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data berbentuk data runtut waktu (time series) dengan rentang waktu 21 tahun. Teknik analisis data menggunakan analisis regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Penanaman Modal dalam Negeri di Indonesia tahun 1994-2014

(nilai α = 0,856 > 0,10); (2) suku bunga kredit berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Penanaman Modal dalam Negeri di Indonesia tahun 1994-2014 (nilai α = 0,078 < 0,10); (3) kurs berpengaruh positif dan signifikan terhadap Penanaman Modal dalam Negeri di Indonesia tahun 1994-2014 (nilai α = 0,009 < 0,10); dan (4) inflasi, suku bunga kredit, dan kurs secara bersama-sama berpengaruh terhadap Penanaman Modal Dalam Negeri di Indonesia tahun 1994-2014 sebesar 64,3% (F = 10,199 ; α = 0,000 < 0,01).

(12)

ix ABSTRACT

ANALYSIS OF FACTORS WHICH AFFECT DOMESTIC CAPITAL INVESTMENT IN INDONESIA IN 1994-2014

Cynthia Rizki Purnamasari

Sanata Dharma University

2015

The research aims to analyze and examine the factors which affect domestic capital investment in Indonesia from 1994 to 2014. The study is ex post facto research which was conducted in central Bureau of Statistics Yogyakarta Province in August 2015. The data of this study were secondary data in the format time series in 21 years span of time. Multiple linear regression analysis was used as technique of data analysis.

The result shows that: (1) inflation does not influence significantly domestic capital investment in Indonesia from 1994 to 2014 (α = 0,856 > 0,10); (2) credit interest rates has negative and significant influence on domestic capital investment in Indonesia from 1994 to 2014 (α = 0,078 < 0,10); (3) exchange rate has positive and significant influence on domestic capital investment in Indonesia from 1994 to 2014 (α = 0,009 < 0,10); and (4) inflation, credit interest rates, and exchange rate are simultaneously affecting domestic capital investment in Indonesia from 1994 to 2014 is 64,3% (F =

10,199 ; α = 0,000 < 0,01).

(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, kasih dan karunia-Nya yang tak pernah putus sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan program studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam proses penulisan skripsi ini dari awal hinga akhir penyusunan, tidak sedikit pihak yang turut terlibat. Untuk itu perkenankanlah penulis dengan tulus mengucapkan terima kasih yang sebesar0besarnya untuk dukungan, bimbingan dan bantuan yang tak terhingga dari:

1. Allah SWT yang selalu membimbing dan mentyertai setiap langkah penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

2. Bapak Drs. Johanes Eka Priyatna, M.Sc., Ph.D. selaku Rektor Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk memperoleh pendidikan terbaik selama kuliah di Universitas Sanata Dharma. 3. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

4. Ibu Dra. C. Wigati Retno Astuti, M.Si., M.Ed. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi yang telah memberikan banyak pengarahan.

5. Bapak Dr. Yohanes Harsoyo selaku Dosen Pembimbing I, yang telah membimbing dan meluangkan banyak waktu dengan penuh kesabaran dalam memberikan bimbingan dan semangat.

6. Bapak Y.M.V. Mudayen, S.Pd., M.Sc. sekalu dosen pe mbimbing II, atas bimbingan dan pengarahan dari awal sampai akhir pembuatan skripsi.

(14)

xi

8. Segenap Dosen Pendidikan Ekonomi, bagian keahlian khusus Pendidikan Ekonomi dan bagian keahlian khusus Pendidikan Akuntansi yang telah mendidik dan membimbing saya selama kuliah.

9. Kedua orang tuaku Bapak Endro Purnomo dan ibu Marti yang selalu mendoakan, memberikan semangat, dukungan dan kasih sayang selama ini. 10.Adik-adikku Dani Annisa Purnama dan Previa Bagas Purnama yang selalu

memberikan semangat dan keceriaanya.

11.Menul, Eel, Genter, Geza, Lisma, Willy, Susan, Lela, Sidiq, Danar, Rinta, Komeng dan Tama terimakasih selalu memberikan masukan-masukan positif dan hiburan yang selalu menyenangkan.

12.Geng PKM Uwuh (Eel dan Nita) yang telah memberikan pengalaman dalam berbisnis dan ilmu mencari konsumen.

13.Keluarga besar Pendidikan Ekonomi 2011 yang selalu menjaga kekompakkan dan kebersamaan sampai sekarang ini, serta saling membantu satu sama lain jika mengalami kesulitan.

14.Semua pihak dan teman-teman yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah membantu penyusunan hingga terwujudnya skripsi ini.

Penulis berharap, semoga apa yang telah penulis susun dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Dengan rendah hati, penulis membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kemajuan karya yang lebih baik.

Yogyakarta, 3 Desember 2015

(15)

xii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 13

A. Tinjauan Teoritik ... 13

1. Investasi ... 13

a) Macam- macam Investasi ... 16

(16)

xiii

c) Kriteria Investasi ... 18

d) Marginal Efficiency of Capital, Tingkat Bunga, dan Marginal Efficiency of Investement ... 20

e) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Investasi ... 21

2. Variabel yang Mempengaruhi PMDN ... 25

a) Inflasi ... 26

b) Suku Bunga Kredit ... 31

c) Nilai Tukar Rupiah ... 32

B. Variabel Penelitian ... 34

C. Kerangka Berpikir ... 35

1. Kerangka Berpikir ... 35

2. Hipotesis ... 37

BAB III METODE PENELITIAN ... 38

A. Jenis Penelitian ... 38

B. Jenis dan Sumber Data ... 38

C. Waktu Penelitian ... 39

D. Teknik Analisis Data ... 39

1. Pengujian Hipotesis ... 40

2. Pengujian Prasyarat Regresi ... 41

a) Uji Normalitas ... 41

b) Uji Linieritas ... 41

3. Uji Asumsi Klasik ... 42

a) Uji Multikolinieritas ... 42

b) Uji Heteroskedastisitas ... 43

c) Uji Autokorelasi ... 44

4. Uji Statistik ... 45

a) Uji F ... 45

BAB IV GAMBARAN UMUM ... 47

A. Penanaman Modal Dalam Negeri di Indonesia ... 47

B. Syarat Penanaman Modal Dalam Negeri ... 48

C. Kebijakan Penanaman Modal Dalam Negeri ... 50

D. Realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri di Indonesia ... 51

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 57

A. Deskripsi Data ... 57

B. Analisis Data ... 64

(17)

xiv

a) Pengujian Hipotesis ... 64

b) Pengujian Model ... 68

2. Pengujian Prasyarat Regresi ... 68

a) Uji Normalitas ... 68

b) Uji Linieritas ... 70

3. Pengujian Asumsi Klasik ... 71

a) Uji Multikolinieritas ... 71

b) Uji Heteroskedastisitas ... 73

c) Uji Autokorelasi ... 74

4. Rangkuman dari Hasil Uji Asumsi Klasik ... 76

5. Pengujian Statistik... 76

a) Uji F ... 76

C. Pembahasan ... 77

BAB VI KESIMPULAN SARAN DAN KETERBATASAN ... 82

A. Kesimpulan ... 82

B. Keterbatasan ... 83

C. Saran ... 84

DAFTAR PUSTAKA ... 86

(18)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perkembangan Realisasi PMDN periode 1994-1999 ... 3

Tabel 1.2 Perkembangan Realisasi PMDN periode 2000-2014... 4

Tabel 4.1 Perkembangan Realisasi PMDN Menurut Sektor tahun 2010-2014 ... 52

Tabel 4.2 Perkembangan Realisasi PMDN Menurut Lokasi tahun 2010-2014 ... 54

Tabel 5.1 Data Penelitian ... 57

Tabel 5.2 Pengujian Hipotesis ... 64

Tabel 5.3 Hasil Pengujian Model ... 68

Tabel 5.4 Hasil Pengujian Normalitas ... 69

Tabel 5.5 Hasil Pengujian Linieritas ... 70

Tabel 5.6 Hasil Pengujian Multikolinieritas ... 72

Tabel 5.7 Hasil Pengujian Heteroskedastisitas ... 73

Tabel 5.8 Hasil Pengujian Autokorelasi... 74

Tabel 5.9 Hasil Pengujian Cochrane-Orcutt ... 75

Tabel 5.10 Rangkuman dari Hasil Uji Asumsi Klasik ... 76

Tabel 5.11 Uji F ... 76

(19)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Data Primer ... 88

Data yang Telah Diestimasi ... 89

Hasil Uji Prasyarat Regresi ... 90

1. Uji Normalitas dan Linieritas ... 90

Hasil Uji Asumsi Klasilk ... 93

1. Heteroskedastisitas ... 93

2. Multikolinieritas ... 95

3. Autokorelasi ... 97

4. Cochrane-Orcutt ... 99

Hasil Uji Statistik ... 102

1. Uji F ... 102

Tabel BI Rate dan Suku Bunga Menurut Kelompok Bank 2000-2015 ... 103

Tabel Kurs Tengah Mata Uang Utama ... 109

Tabel Realisasi PMDN Menurut Sektor Ekonomi 2000-2013 ... 113

(20)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia sebagai negara berkembang merupakan tujuan dari kegiatan

investasi baik yang dilakukan oleh investor asing maupun yang dilakukan oleh

investor dalam negeri. Investasi dalam negeri atau Penanaman Modal Dalam Negeri

atau biasa disingkat dengan PMDN sendiri adalah kegiatan menanam modal untuk

melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh

penanam modal dalam negeri (investor) dengan menggunakan modal dalam negeri.

Sedangkan tujuan dari PMDN yaitu meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional,

menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan,

meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional, meningkatkan kapasitas

dan kemampuan teknologi nasional, mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan,

mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan

dana yang berasal, baik dari dalam negeri maupun luar negeri, dan meningkatkan

kesejahteraan rakyat. Tujuan penanaman modal atau investasi ini dijadikan

’mercusuar’ dalam kebijakan penanaman modal yang dilakukan oleh Badan

Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Akan tetapi apabila iklim investasi yang

tidak ramah seperti terjadinya konflik di Indonesia, kondisi politik yang tidak stabil,

dan maraknya isu-isu yang menyesatkan dan kerusuhan di mana-mana maka investasi

(21)

tersebut hanya untuk memperluas ataupun membiayai investasi yang sudah ada

sebelumnya.

Investasi pada hakekatnya yaitu langkah awal kegiatan pembangunan

ekonomi. Dinamika penanaman modal mempengaruhi tinggi rendahnya pertumbuhan

ekonomi dan mencerminkan marak lesunya pembangunan. Dalam upaya

menumbuhkan perekonomian, maka setiap negara berupaya menciptakan iklim yang

dapat menggairahkan investasi. Upaya yang diciptakan pemerintah dalam

menciptakan iklim yang dapat meggairahkan investasi salah satunya menerapkan

berbagai aturan mengenai investasi, diantaranya adalah Undang-Undang Nomor 1

Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (PMA) sebagaimana telah diubah

dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1970 tentang Perubahan dan Tambahan

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing dan

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1970 tentang

Perubahan dan Tambahan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman

Modal Dalam Negeri tersebut semuanya telah diubah dalam UU No. 25 Tahun 2007

tentang Penanaman Modal yang berisi bahwa untuk mempercepat pembangunan

ekonomi nasional dan mewujudkan kedaulatan politik dan ekonomi Indonesia

diperlukan peningkatan penanaman modal untuk mengolah potensi ekonomi menjadi

kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan modal yang berasal, baik dari dalam

(22)

Investasi merupakan salah satu komponen penting pembangunan suatu

negara. Salah satu tingkat keberhasilannya yaitu dengan tingginya tingkat pendapatan

nasional atau laju pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) yang tinggi dan stabil.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sejak awal tahun 2000, PDB Indonesia

mengalami pertumbuhan yang positif, setelah dua tahun sebelumnya negatif. Namun

disamping itu laju pertumbuhannya sangat rendah, terutama jika dibandingkan

rata-rata per tahun yang dialami Indonesia pada periode pra krisis. Sebabnya pergerakan

ekonomi nasional sejak akhir tahun 1999 hingga kini lebih didorong oleh

pertumbuhan konsumsi bukan pertumbuhan investasi. Apabila pola pertumbuhan

ekonomi Indonesia terus seperti ini tanpa adanya konstribusi yang berarti dari

investasi, maka dapat dipastikan pertumbuhan tersebut tidak dapat berlanjut terus.

Tabel 1.1

Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri Indonesia Periode 1994-1999

Terlihat pada tahun 1994 yang menunjukan besar investasi yaitu Rp12786.9

(23)

Dan pada tahun berikutnya proyek investasi cenderung mengalami penurunan sampai

tahun 1999 tetapi berbeda pada investasinya yang mengalami tren meningkat. Pada

tahun 1997 negara Indonesia mengalami krisis yang mengakibatkan perekonomian

Indonesia menurun tajam. Tingkat pertumbuhan ekonomi pada tahun tersebut berada

tidak hanya di bawah rata-rata dunia tetapi menjadi negatif dan perkonomian nasional

mengalami kemunduran. Untuk itu diperlukan investasi yang sangat besar untuk

memulihkan perekonomian terutama pada sektor riil, disamping banyaknya

hambatan-hambatan yang menyulitkan masuknya investasi. Terlihat pada realisasi

investasinya yang menunjukan penurunan pada proyek investasi maupun investasinya

yaitu sebesar 8% yang dimulai pada tahun 1996. Pada tahun 1998 permintaaan

domestik khususnya konsumsi rumah tangga dan investasi dalam negeri yang

menjadi penggerak pertumbuhan juga mengalami penurunan. Penyebab utama

turunnya investasi dalam negeri adalah belum pulihnya kepercayaan investor pada

kondisi politik dan ekonomi Indonesia serta dikarenakan masih tingginya tingkat

suku bunga kredit.

Tabel 1.2

(24)

2006 162 20,649.0

Rp22.038 milyar begitu pula dengan proyek investasinya yang menunjukan angka

sebanyak 300 proyek investasi. Namun lain hal nya dengan tahun 2001, investasi

dalam negeri di Indonesia mengalami kemerosotan yang cukup tajam dimana nilai

investasi hanya berada pada nilai Rp9.890,8 milyar diikuti dengan proyek

investasinya yang juga merosot.

Pada perkembangan selanjutnya, investasi di Indonesia dari tahun 2002

hingga tahun 2006 nilai investasi sangat fluktuatif yaitu mengalami naik turun baik

jumlah proyek maupun nilainya. Di ikuti dengan kenaikan yang signifikan pada tahun

berikutnya, yaitu pada tahun 2007 dimana nilai investasi tersebut mencapai

Rp34.878,7 milyar dengan jumlah proyek 159 proyek. Kemudian investasi kembali

turun di tahun 2008 yaitu sebesar Rp20.363,4 milyar, meskipun proyek investasi pada

tahun 2008 meningkat dari pada tahun sebelumnya menjadi 239 proyek tetapi tidak

sama hal nya dengan nilai investasinya yang justru merosot, kemudian pada tahun

2009 investasi kembali meningkat menjadi Rp37.799,8 milyar diikuti dengan

(25)

Setelah tahun 2009 keadaan investasi semakin membaik selama 5 tahun

terakhir yakni tahun 2010 sampai tahun 2014, dengan ditandai oleh besarnya

investasi dan proyek investai yang hampir selalu meningkat. Tahun 2010 proyek

investasi sebesar 875 dengan total investasinya Rp60,626,3 milyar. Diikuti kenaikan

proyek investasi sebesar 50% pada tahun 2011 yaitu 1313 proyek dengan total

investasi yang hanya naik sekitar 15% yaitu Rp76.000,7 milyar. Kemudian pada

tahun 2012 proyek investasi menurun sebesar 1210 tetapi total investasinya

meningkat sebesar Rp92.182,0 milyar. Selanjutnya tahun 2013 proyek investasi

menin gkat tajam yakni 2129 dan investasi mencapai Rp128,150,6 milyar. Tahun

2014 ini investasi sebesar Rp156.126,2 milyar dengan jumlah proyek sebesar 2392

proyek investasi.

Dapat dilihat perkembangan nilai investasi dan proyek investasi di Indonesia

yang fluktuatif dari tahun ke tahun. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor

makro ekonomi. Secara umum investasi atau penanaman modal, baik dalam bentuk

penanaman modal dalam negeri (PMDN) maupun penanaman modal asing (PMA)

membutuhkan daya tarik daerah dan negara dan adanya iklim yang sehat dan

kemudahan serta kejelasan prosedur penanaman modal. Menurut Tambunan

(2006:58) terdapat sejumlah faktor yang sangat berpengaruh pada baik tidaknya iklim

berinvestasi di Indonesia. Faktor-faktor tersebut tidak hanya menyangkut stabilitas

politik dan sosial, tetapi juga stabilitas ekonomi, kondisi infrastruktur dasar (listrik,

telekomunikasi dan prasarana jalan dan pelabuhan), berfungsinya sektor pembiayaan

(26)

birokrasi (dalam waktu dan biaya yang diciptakan), masalah good governance

termasuk korupsi, konsistensi serta adanya kepastian dari kebijakan pemerintah.

Secara sederhana, kurs mata uang asing atau biasa disebut kurs valuta asing

adalah rasio nilai antara suatu mata uang dengan mata uang lainnya. Artinya kurs

menunjukkan perbandingan nilai antara dua mata uang yang berbeda. Shikawa

(1994), mengatakan pengaruh tingkat kurs yang berubah pada investasi dapat

langsung lewat beberapa saluran, perubahan kurs tersebut akan berpengaruh pada dua

saluran, sisi permintaan dan sisi penawaran domestik. Dalam jangka pendek,

penurunan tingkat nilai tukar akan mengurangi investasi melalui pengaruh negatifnya

pada absorbsi domestik atau yang dikenal dengan expenditure reducing effect. Karena penurunan tingkat kurs ini akan menyebabkan nilai riil aset masyarakat yang

disebabkan kenaikan tingkat harga-harga secara umum dan selanjutnya akan

menurunkan permintaan domestik masyarakat.

Pada tahun 1998 pemerintah Indonesia membuat kebijakan suku bunga yang

tinggi untuk menstabilkan perekonomian Indonesia yang terpuruk akibat krisis

moneter pada pertengahan 1997. Pada saat itu rupiah merosot sangat drastis dari level

semula Rp2.300 per dollar AS (pertengahan 1997) menjadi level terburuk Rp17.000

per dollar AS (Januari 1998). Pada tahun 2008 Indonesia kembali mengalami krisis

moneter. Nilai tukar rupiah yang mulai menguat kembali mengalami gejolak dari

level Rp9.200 per dollar AS menjadi kini Rp11.000 per dollar AS. Berawal dari krisis

(27)

Krisis ekonomi Indonesia yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun

1997 sampai tahun 2008 yang kemudian menjadi krisis multidimensi berdampak pada

kondisi Indonesia secara umum, tidak hanya terhadap sektor ekonomi saja. Nilai

tukar rupiah yang terdepresiasi sangat tajam, inflasi yang tinggi, menurunnya

kepercayaan investor untuk berinvestasi di Indonesia, merupakan beberapa

akibat dari krisis ekonomi tersebut. Lambat laun, dengan beberapa kali perubahan

struktur politik dan penerapan kebijakan-kebijakan oleh pemerintah, kondisi

Indonesia menunjukan perubahan yang lebih baik dan kondisi perekonomian yang

stabil. Untuk membiayai pembangunan nasional yang mencakup investasi dalam

negeri, sumber dana dapat bersumber dari tabungan nasional dan pinjaman luar

negeri. Namun, karena terbatasnya jumlah dana serta pinjaman yang diperoleh dari

luar negeri, maka diperlukan tabungan nasional yang lebih tinggi sebagai sumber

dana utama agar perekonomian dan pembangunan nasional stabil.

Dampak negatif dari situasi krisis yang terjadi di Indonesia terhadap kegiatan

konsumsi dan investasi, ternyata telah membalikkan posisi kesenjangan tabungan dan

investasi (saving-investment gap) dari defisit selama periode sebelum krisis (1990 – 1997) menjadi surplus setelah periode krisis (1998 – 2007). Setelah krisis tahun 1998

– 2007, celah tabungan-investasi menunjukkan angka positif, dalam kisaran 0,2 – 7,1

persen. Secara nominal, ini juga berarti bahwa selama periode tersebut, terdapat

potensi investasi yang belum termanfaatkan di Indonesia rata-rata setiap tahunnya

sebesar Rp61,8 trilyun. Potensi investasi pada tahun 2004-2007 cenderung

(28)

sesungguhnya sangat memungkinkan terutama mengingat potensi tabungan domestik

yang masih berada di atas tingkat investasi. Selain itu, fakta ini juga memberikan arti

bahwa persoalan investasi di Indonesia sesungguhnya bukan terletak pada faktor

kurangnya pembiayaan, tetapi lebih kepada iklim investasi yang kurang mendukung

pengembangan usaha.

Dalam jangka panjang perekonomian suatu negara dikatakan baik apabila

bertumpu pada produksi dan investasi. Investasi dalam negeri yang tinggi akan

membantu meningkatkan kapasitas produksi nasional, daya saing industri, serta

tabungan domestik. Selain hal tersebut persediaan sarana dan prasarana yang

memadai, peraturan perundangan serta kebijakan ekonomi yang tepat dan baik

diharapkan juga mampu meningkatkan nilai penanaman modal dalam negeri dapat

berkembang pesat.

Apalagi di tahun 2015 ini Negara ASEAN akan bertemu dengan Masyarakat

Ekonomi Asean (MEA), dimana investasi sangat dibebaskan diseluruh Negara

ASEAN. Peluang yang baik jika Indonesia bisa memanfaatkan keadaan tersebut. Jika

suatu Negara mengalami krisis ekonomi ataupun inflasi maka tingginya inflasi

mengakibatkan kenaikan harga pada hampir seluruh barang yang ada di suatu negara.

Kenaikan harga barang tersebut mengurungkan minat investor untuk berinvestasi di

dalam negeri, karena investor merasa lebih terjamin untuk berinvestasi pada saat

tingkat inflasi cenderung rendah dan stabil. Hal tersebut yang dikhawatirkan terjadi

jika kesempatan investasi dikuasai Negara lain, maka Negara Indonesia akan terpuruk

(29)

Untuk melihat perkembangan investasi dalam negeri tersebut perlu juga

diteliti faktor-faktornya. Faktor-faktor yang digunakan peneliti dalam melihat

investasi dalam negeri adalah tingkat inflasi yang terjadi di Indonesia, tingkat suku

bunga dan nilai tukar Rupiah karena faktor-faktor tersebut dapat berpengaruh

terhadap investasi dalam negeri.

B. Batasan Masalah

1. Tingkat inflasi, suku bunga, dan nilai tukar/kurs dalam penelitian ini adalah

laporan data time series dari tahun 1994 sampai tahun 2014. Pengambilan data Tahun 1994 dikarenakan pada tahun tersebut merupakan pra krisis hebat yang

melanda Indonesia pada tahun 1997. Perekonomian yang mulai stabil pada

tahun-tahun berikutnya kembali tersandung krisis pada tahun 2008. Dan

perekonomian sampai tahun 2014 masih fluktuatif.

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh laju inflasi terhadap perkembangan investasi dalam

negeri di Indonesia tahun 1994-2014?

2. Bagaimana pengaruh tingkat suku bunga terhadap perkembangan investasi

dalam negeri di Indonesia tahun 1994-2014?

3. Bagaimana pengaruh nilai tukar rupiah terhadap perkembangan investasi

(30)

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai penulis

adalah:

1. Untuk menguji dan menganalisa bagaimana pengaruh laju inflasi terhadap

perkembangan investasi dalam negeri di Indonesia tahun 1994-2014.

2. Untuk menguji dan menganalisa bagaimana pengaruh tingkat suku bunga

terhadap perkembangan investasi dalam negeri di Indonesia tahun 1994-2014.

3. Untuk menguji dan menganalisa bagaimana pengaruh nilai tukar rupiah terhadap

perkembangan investasi dalam negeri di Indonesia tahun 1994-2014.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Bagi Masyarakat :

Hasil penelitian diharapkan mampu memberikan kontribusi untuk

meningkatkan investasi dalam negeri dengan cara pengembangan UMKM.

2) Bagi Penulis :

Bagi penulis penelitian ini digunakan untuk mengimplementasikan atau

menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama di bangku perkuliahan.

3) Bagi Peneliti Selanjutnya :

Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang akan melaksanakan penelitian

(31)

F. Definisi Operasional

1. Investasi

Investasi merupakan realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)

tahunan pada semua sektor ekonomi baik primer, sekunder dan tersier yang

dinyatakan dalam milyar Rupiah.

2. Tingkat Inflasi

Inflasi adalah kecenderungan kenaikkan harga suatu barang yang

mempengaruhi kenaikan harga barang lain serta meluas dan terus-menerus.

Inflasi diukur menggunakan IHK (Indeks Harga Konsumen). Inflasi tahunan

dinyatakan dalam persen.

3. Tingkat suku bunga kredit (SBK)

Suku bunga kredit adalah suku bunga kredit yang ditetapkan oleh bank umum,

periode tahun 1994-2014 yang dinyatakan dalam persen dan harus dibayar

oleh investor domestik saat melakukan pinjaman guna membiayai kegiatan

investasi.

4. Nilai tukar Rupiah

Nilai tukar Rupiah merupakan tingkat harga mata uang negara Indonesia

yakni Rupiah terhadap harga mata uang Dollar (United State Dollar). Kurs

(32)

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritik 1. Investasi

Dalam ekonomi makro investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran

masyarakat untuk memperoleh alat-alat kapital baru. Oleh karena itu investasi

total yang terjadi di suatu perekonomian sebagian berupa pembelian alat-alat baru

untuk menggantikan alat-alat kapital yang tidak ekonomis untuk dipakai lagi dan

sebagian lain berupa pembelian alat-alat kapital yang baru untuk memperbesar

stock kapital. Di sisi lain investasi diartikan sebagai pengeluaran dari sektor

produsen (swasta) untuk pembelian barang atau jasa untuk menambah stock

barang dan perluasan perusahaan.

Investasi merupakan salah satu komponen yang penting dalam GNP. Investasi memiliki peran penting dalam permintaan aggregat. Pertama bahwa pengeluaran investasi lebih tidak stabil apabila dibandingkan dengan pengeluaran konsumsi sehingga fluktuasi investasi dapat menyebabkan resesi. Kedua, bahwa investasi sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi serta perbaikan dalam produktivitas tenaga kerja. Pertumbuhan ekonomi sangat bergantung pada tenaga kerja dan jumlah stock kapital (Setyowati dan Siti, 2007:1).

Dalam teori ekonomi investasi diartikan sebagai suatu kegiatan

pengeluaran yang dilaksanakan oleh produsen untuk membeli barang modal.

Adam Smith menyatakan bahwa investasi dilakukan karena para pemilik modal

(33)

iklim investasi pada hari ini dan pada keuntungan nyata. Smith yakin keuntungan

cenderung menurun dengan adanya kemajuan ekonomi. Pada waktu laju

pemupukan modal meningkat, persaingan yang meningkat antar pemilik modal

akan menaikkan upah dan sebaliknya menurunkan keuntungan. Dari pengertian

diatas, bahwa tujuan investasi adalah untuk membeli barang-barang modal yang

sudah diperkirakan nantinya akan mendapat keuntungan di masa yang akan

datang.

Dalam penelitian ini digunakan istilah Penanaman modal dalam negeri.

Yang berarti kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara

Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan

menggunakan modal dalam negeri. Berbagai pertimbangan di atas dan mengingat

hukum penanaman modal yang telah berlaku selama kurang lebih 40 (empat

puluh) tahun semakin mendesak kebutuhan Undang-Undang tentang Penanaman

Modal sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang

Penanaman Modal Asing sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang

Nomor 11 Tahun 1970 tentang Perubahan dan Tambahan Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing dan Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri sebagaimana

telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1970 tentang Perubahan

dan Tambahan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal

Dalam Negeri yang selama ini merupakan dasar hukum bagi kegiatan penanaman

(34)

kebutuhan untuk mempercepat perkembangan perekonomian nasional melalui

konstruksi pembangunan hukum nasional di bidang penanaman modal yang

berdaya saing dan berpihak kepada kepentingan nasional.

Berkaitan dengan perekonomian Indonesia, penanaman modal harus

menjadi bagian dari penyelenggaraan perekonomian nasional dan ditempatkan

sebagai upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, menciptakan

lapangan kerja, meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan,

meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional, mendorong

pembangunan ekonomi kerakyatan, serta mewujudkan kesejahteraan masyarakat

dalam suatu sistem perekonomian yang berdaya saing. Penanam modal dalam

negeri adalah perseorangan warga negara Indonesia, badan usaha Indonesia,

negara Republik Indonesia, atau daerah yang melakukan penanaman modal di

wilayah negara Republik Indonesia.

Asas & Tujuan Penanaman Modal Menurut UU No. 25 Tahun 2007 yaitu:

a. kepastian hukum; b. keterbukaan; c. akuntabilitas;

d. perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal negara; e. kebersamaan;

f. efisiensi berkeadilan; g. berkelanjutan;

h. berwawasan lingkungan; i. kemandirian; dan

(35)

Sedangkan tujuan penyelenggaraan penanaman modal, antara lain untuk:

(a) meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional; (b) menciptakan lapangan

kerja; (c) meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan; (d) meningkatkan

kemampuan daya saing dunia usaha nasional; (e) meningkatkan kapasitas dan

kemampuan teknologi nasional; (f) mendorong pengembangan ekonomi

kerakyatan; (g) mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil

dengan menggunakan dana yang berasal, baik dari dalam negeri maupun dari

luar negeri; dan (h) meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Tujuan penyelenggaraan penanaman modal hanya dapat tercapai apabila

faktor penunjang yang menghambat iklim penanaman modal dapat diatasi, antara

lain melalui perbaikan koordinasi antar instansi Pemerintah Pusat dan daerah,

penciptaan birokrasi yang efesien, kepastian hukum di bidang penanaman modal,

biaya ekonomi yang berdaya saing tinggi, serta iklim usaha yang kondusif di

bidang ketenagakerjaan dan keamanan berusaha. Dengan perbaikan berbagai

faktor penunjang tersebut, diharapkan realisasi penanaman modal akan membaik

secara signifikan.

a) Macam-macam Investasi

Dilihat dari wujudnya investasi terdiri dari (Guritno,1992:177) :

 Investasi riil

Investasi riil adalah investasi terhadap barang-barang yang tahan lama

(36)

Seperti mesin-mesin, bangunan, kendaraan, rumah dan lain-lain.

 Investasi finansial

Investasi finansial adalah investasi terhadap surat-surat berharga, misalnya

pembelian saham/obligasi.

Dilihat dari segi pengeluaran terdiri dari (Samuelson,1992:109) :

 Investasi Bruto

Adalah investasi yang menunjukan tambahan-tambahan keseluruahan

terhadap modal.

 Investasi Netto

Adalah hasil dari investasi bruto dikurangi dengan penyusutan.

b) Fungsi Investasi

Kurva yang menunjukkan perkaitan di antara tingkat investasi dan

tingkat pendapatan nasional dinamakan fungsi investasi. Bentuk fungsi

investasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu (i) ia sejajar dengan sumbu

datar, atau (ii) bentuknya naik ke atas ke sebelah kanan (yang berarti makin

tinggi pendapatan nasional, makin tinggi investasi). Fungsi atau kurva

investasi yang sejajar dengan sumbu datar dinamakan investasi otonomi dan

fungsi investasi yang semakin tinggi apabila pendapatan nasional meningkat

dinamakan investasi terpengaruh. Dalam analisis makroekonomi biasanya

(37)

Menurut Joseph Allois Schumpeter investasi otonom (autonomous investment) dipengaruhi oleh perkembangan-perkembangan yang terjadi dalam jangka panjang seperti :

 Tingkat keuntungan investasi yang diramalkan akan diperoleh.

 Tingkat bunga.

 Ramalan mengenai keadaan ekonomi di masa depan.

 Kemajuan teknologi.

 Tingkat pendapatan nasional dan perubahan-perubahannya.

 Keuntungan yang diperoleh perusahaan-perusahaan.

c) Kriteria Investasi

Investasi merupakan keputusan yang berdasarkan pertimbangan yang

rasional. Untuk memutuskan investasi digunakan beberapa alat bantu atau

kriteria-kriteria tertentu yaitu:

1) Payback Period

Payback period adalah waktu yang dibutuhkan agar investasi yang

direncanakan dapat dikembalikan, atau waktu yang dibutuhkan untuk

mencapai titik impas. Jika waktu yang dibutuhkan makin pendek, proposal

investasi dianggap makin baik. Kendatipun demikian, harus berhati-hati

menafsirkan kriteria payback period ini. Sebab ada investasi yang baru

(38)

2) Benefit/Cost Ratio (B/C Ratio)

B/C ratio mengukur mana yang lebih besar, biaya yang dikeluarkan

dibanding hasil (output) yang diperoleh. Biaya yang dikeluarkan

dinotasikan dengan C (cost). Output yang dihasilkan dinotasikan dengan B

(benefit). Keputusan menerima atau menolak proposal investasi dapat dilakukan dengan melihat nilai B/C. Umumnya, proposal investasi baru

diterima jika B/C > 1, sebab berarti output yang dihasilkan lebih besar

daripada biaya yang dikeluarkan.

3) Net Present Value (NPV)

Perhitungan dengan menggunakan nilai nominal dapat menyesatkan,

sebab tidak memperhitungkan nilai waktu dari uang. Untuk membuat hasil

lebih akurat, maka nilai sekarang didiskontokan. Keuntungan dari

menggunakan metode diskonto adalah kita dapat langsung menghitung

selisih nilai sekarang dari biaya total dengan penerimaan total bersih.

Selisih inilah yang disebut net present value. Suatu proposal investasi

akan diterima jika NPV > 0, sebab nilai sekarang dari penerimaan total

lebih besar daripada nilai sekarang dari biaya total.

4) Internal Rate of Return (IRR)

Internal rate of return adalah nilai tingkat pengembalian investasi,

dihitung pada saat NPV sama dengan nol. Keputusan menerima/menolak

rencana investasi dilakukan berdasarkan hasil perbandingan IRR dengan

(39)

d) Marginal Efficiency of Capital (MEC), Tingkat Bunga, dan Marginal Efficiency of Investement (MEI)

Menurut Keynes investasi berkaitan dengan apakah suatu proyek

penanaman modal atau investasi layak untuk dilakukan atau tidak. Teknik

untuk mengetahui apakah suatu proyek itu menguntungkan atau tidak, yaitu

dengan membandingkan profitabilitas relatif proyek-proyek dengan

mendiskontir hasil-hasil dimasa depan adapun teknik-teknik mendiskontir

yang dikemukakan Keynes yaitu : (1) nilai di masa depan dari sejumlah nilai

sekarang; (2) Marginal Efficiency Of Capital (MEC); Marginal Efficiency Of Invesment (MEI); Skedul Permintaan Investasi.

1) Marginal Efficiency of Capital (MEC), Investasi, dan Tingkat Bunga MEC adalah tingkat pengembalian yang diharapkan dari setiap tambahan

barang modal. Angka MEC ini adalah angka yang menyamakan harga

investasi dengan nilai sekarang (present value) dari semua penerimaan yang diharapkan dari pengoperasian suatu proyek investasi ditambah nilai

sekarang dari nilai sisa (residu) investasi tersebut.

2) Marginal Effeciency of Capital (MEC) dan Marginal Efficiency of Investment (MEI). Di dalam suatu waktu tertentu, misalnya dalam tempo satu tahun, perekonomian akan terdapat individu dan perusahaan yang

mempertimbangkan untuk melakukan investasi. Berbagai proyek investasi

ini memiliki tingkat pengembalian yang berbeda, yaitu sebagian dari

(40)

beberapa proyek dengan tingkat keuntungan rendah. Berdasarkan kepada

jumlah modal yang akan ditanam dan tingkat pengembalian modal yang

diramalkan akan diperoleh, analisis ekonomi membentuk suatu kurva

yang dinamakan efisiensi investasi marjinal (marginal eficiency of investment). Berdasarkan hal-hal yang menghubungkannya, efisiensi investasi marjinal dapat didefinisikan sebagai: suatu kurva yang

menunjukan hubungan di antara tingkat pengembalian modal dan jumlah

modal yang akan diinvestasikan.

e) Faktor-faktor yang mempengaruhi Investasi

Investasi dapat dibagi menjadi tiga golongan antara lain. Yang pertama

adalah investasi tetap perusahaan yang terdiri dari pengeluaran perusahaan

atas mesin tahan lama, perlengkapan dan bangunan-bangunan seperti fasilitas

pabrik dan perlengkapan mesin lainnya, investasi ini juga dapat disebut

sebagai investasi tetap bisnis. Yang kedua adalah investasi tempat tinggal

umumnya terdiri dari investasi perumahan. Dan yang ketiga adalah investasi

persediaan (Dorbusch, Fischer, 1990:269).

Para konsumen (rumah tangga), yang membelanjakan sebagian besar dari

pendapatan mereka untuk membeli barang dan jasa yang mereka butuhkan,

penanam-penanam modal melakukan investasi bukan untuk memenuhi

kebutuhan mereka tetapi untuk mencari keuntungan.

Dengan demikian banyaknya keuntungan yang akan diperoleh besar

(41)

oleh para pengusaha. Disamping oleh harapan dimasa depan untuk

memperoleh untung, terdapat beberapa faktor lain yang akan menentukan

tingkat investasi yang akan dilakukan dalam perekonomian.

Menurut Tambunan (2006) dan Laporan Bank Dunia mengenai iklim

Investasi (World Bank, 2005), faktor-faktor yang dapat menentukan tingkat

investasi diantaranya;.

 Suku Bunga

Suku bunga merupakan faktor yang sangat penting dalam menarik

investasi karena sebagian besar investasi biasanya dibiayai dari pinjaman

bank. Jika suku bunga pinjaman turun maka akan mendorong investor

untuk meminjam modal dan dengan pinjaman modal tersebut maka ia

akan melakukan investasi.

 Pendapatan nasional per kapita untuk tingkat negara (nasional) dan PDRB

per kapita untuk tingkat propinsi dan Kabupaten atau Kota

Pendapatan nasional per kapita dan PDRB per kapita merupakan cermin

dari daya beli masyarakat atau pasar. Makin tinggi daya beli masyarakat

suatu negara atau daerah (yang dicerminkan oleh pendapatan nasional per

kapita atau PDRB per kapita) maka akan makin menarik negara atau

(42)

 Kondisi sarana dan prasarana

Prasarana dan sarana pendukung tersebut meliputi sarana dan prasarana

transportasi, komunikasi, utilitas, pembuangan limbah dan lain-lain.

Sarana dan prasarana transportasi contohnya antara lain : jalan, terminal,

pelabuhan, bandar udara dan lainlain. Sarana dan prasrana telekomunikasi

contohnya: jaringan telepon kabel maupun nirkabel, jaringan internet,

prasarana dan sarana pos. Sedangkan contoh dari utilitas adalah

tersedianya air bersih, listrik dan lain-lain.

 Birokrasi perijinan

Birokrasi perijinan merupakan faktor yang sangat penting dalam

mempengaruhi investasi. Karena birokrasi yang panjang akan

memperbesar biaya bagi pengusaha karena akan memperpanjang waktu

untuk berurusan dengan aparat. Padahal bagi pengusaha, waktu adalah

uang. Birokrasi yang panjang juga membuka peluang oknum aparat

pemerintah untuk menarik suap dari para pengusaha dalam rangka

memperpendek birokrasi tersebut.

 Kualitas sumber daya manusia

Manusia yang berkualitas ini merupakan daya tarik investasi yang cukup

penting. Sebab teknologi yang dipakai oleh para pengusaha makin lama

makin modern. Teknologi modern tersebut menuntut ketrampilan lebih

(43)

 Peraturan dan undang-undang ketenagakerjaan

Peraturan undang-undang ketenagakerjaan ini antara lain menyangkut

peraturan tentang pemutusan hubungan kerja (PHK), Upah Minimum,

kontrak kerja dan lain-lain.

 Stabilitas politik dan keamanan

Stabilitas politik dan keamanan penting bagi investor karena akan

menjamin kelangsungan investasinya untuk jangka panjang.

 Pengaruh Nilai tukar

Secara teoritis dampak perubahan tingkat / nilai tukar dengan investasi

bersifat uncertainty (tidak pasti). Shikawa (1994), mengatakan pengaruh

tingkat kurs yang berubah pada investasi dapat langsung lewat beberapa

saluran, perubahan kurs tersebut akan berpengaruh pada dua saluran, sisi

permintaan dan sisi penawaran domestik. Dalam jangka pendek,

penurunan tingkat nilai tukar akan mengurangi investasi melalui pengaruh

negatifnya pada absorbsi domestik atau yang dikenal dengan expenditure

reducing effect. Karena penurunan tingkat kurs ini akan menyebabkan

nilai riil aset masyarakat yang disebabkan kenaikan tingkat harga-harga

secara umum dan selanjutnya akan menurunkan permintaan domestik

masyarakat. Gejala diatas pada tingkat perusahaan akan direspon dengan

penurunan pada pengeluaran / alokasi modal pada investasi. Pada sisi

(44)

switching) akan perubahan tingkat kurs pada investasi relatif tidak menentu. Penurunan nilai tukar mata uang domestik akan menaikkan

produk-produk impor yang diukur dengan mata uang domestik dan

dengan demikian akan meningkatkan harga barang-barang yang

diperdagangkan / barang-barang ekspor (traded goods) relatif terhadap barang-barang yang tidak diperdagangkan (non traded goods), sehingga didapatkan kenyataan nilai tukar mata uang domestik akan mendorong

ekspansi investasi pada barang-barang perdagangan tersebut.

 Tingkat Inflasi

Tingkat inflasi berpengaruh negatif pada tingkat investasi hal ini

disebabkan karena tingkat inflasi yang tinggi akan meningkatkan resiko

proyek-proyek investasi dan dalam jangka panjang inflasi yang tinggi

dapat mengurangi rata-rata masa jatuh pinjam modal serta menimbulkan

distrosi informasi tentang harga-harga relatif. Disamping itu menurut

Greene dan Pillanueva (1991), tingkat inflasi yang tinggi sering

dinyatakan sebagai ukuran ketidakstabilan roda ekonomi makro dan suatu

ketidakmampuan pemerintah dalam mengendalikan kebijakan ekonomi

makro.

(45)

Melihat fenomena yang terjadi di Indonesia, ketika faktor-faktor investasi

mengalami naik turun, maka penulis mengambil 3 faktor yang mengalami kenaikan

dan penurunan yang signifikan yaitu Inflasi, Suku Bunga Kredit, dan Nilai Tukar.

a) Tingkat/laju inflasi

Tingkat inflasi berpengaruh negatif pada tingkat investasi hal ini

disebabkan karena tingkat inflasi yang tinggi akan meningkatkan resiko

proyek-proyek investasi dan dalam jangka panjang inflasi yang tinggi dapat

mengurangi rata-rata masa jatuh pinjam modal serta menimbulkan distrosi

informasi tentang harga-harga relatif. Disamping itu, tingkat inflasi yang

tinggi sering dinyatakan sebagai ukuran ketidakstabilan roda ekonomi makro

dan suatu ketidakmampuan pemerintah dalam mengendalikan kebijakan

ekonomi makro.

Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara umum dan terus menerus (Sukirno, 2002:223).

Akan tetapi bila kenaikan harga hanya dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas atau menyebabkan kenaikan sebagian besar dari harga barang-barang lain (Boediono, 2000:156).

(46)

Yang penting kenaikan harga umum barang secara terus-menerus selama suatu periode tertentu. Kenaikan harga barang yang terjadi hanya sekali saja, meskipun dalam persentase yang cukup besar dan terus-menerus, bukanlah merupakan inflasi (Nopirin, 2000:57).

Kenaikan sejumlah bentuk barang yang hanya sementara dan sporadis tidak

dapat dikatakan akan menyebabkan inflasi. Inflasi di Indonesia sangat tinggi

pada zaman Presiden Soekarno karena kebijakan fiskal dan moneter sama

sekali tidak prudent (jika negara memerlukan uang, maka negara tinggal

mencetaknya saja). Di zaman Soeharto, pemerintah berusaha menekan inflasi,

akan tetapi tidak bisa di bawah 10 persen setahun rata-rata, antara lain oleh

karena Bank Indonesia masih punya misi ganda, antara lain sebagai agent of development, yang bias mengucurkan kredit likuiditas tanpa batas. Baru di zaman reformasi, mulai di zaman Presiden Habibie maka fungsi Bank

Indonesia mengutamakan penjagan nilai Rupiah. Tetapi karena sejarah dan

karena inflationary expectations masyarakat (yang bertolak ke belakang, artinya bercermin kepada sejarah) maka inflasi inti masih lebih besar daripada

5 persen setahun.

Tingkat inflasi dapat dijadikan sebagai indikator untuk mengetahui kondisi

perekonomian disuatu daerah, bila inflasi terjadi maka akan terjadi kenaikan

biaya produksi barang sehingga akan mempengaruhi iklim investasi dan

penanaman modal (Mankiew, 2006:177). Inflasi dapat dibedakan menjadi

empat yaitu inflasi rendah atau ringan, inflasi moderat atau sedang dan inflasi

(47)

harga berada di bawah angka 10% setahun; inflasi sedang antara 10% - 30%

setahun; berat antara 30% - 100% setahun; dan hiperinflasi atau inflasi tak

terkendali terjadi apabila kenaikan harga berada di atas 100% setahun. Inflasi

yang buruk akan mendorong para pengusaha untuk melakukan kegiatan yang

spekulatif, sehingga akan mengurangi investasi karena yang berkembang

adalah kegiatan spekulatif. Inflasi yang tinggi akan menyebabkan investasi

menurun dan apabila inflasi turun maka investasi akan mengalami kenaikan

atau dengan inflasi yang rendah para pengusaha berusaha untuk meningkatkan

kegiatan investasi (Sukirno, 1998:88).

a) Sumber-Sumber Penyebab Inflasi 1) Demand Pull Inflation

Demand pull inflation adalah kenaikan harga-harga yang disebabkan

oleh adanya gangguan (shock) pada sisi permintaan barang dan jasa. Kenaikan permintaan barang yang tidak seimbang dengan kenaikan

penawaran akan mendorong harga naik sehingga terjadi inflasi. Dalam

demand pull inflation, kenaikan harga barang akhir (output) mendahului kenaikan harga barang input dan harga faktor produksi (misalnya tingkat

upah). Inflasi ini bermula dari adanya kenaikan permintaan total

(aggregate demand), sedangkan produksi sudah berada pada keadaan kesempatan kerja penuh atau hampir mendekati keadaan kesempatan kerja

(48)

dapat menaikkan hasil produksi atau output. Akan tetapi, bila keadaan full

employment telah tercapai, penambahan permintaan tidak akan menambah

jumlah produksi melainkan hanya akan menaikkan harga saja sehingga

sering disebut dengan inflasi murni.

2) Supply Side Inflation

Berbeda dengan demand pull inflation, cost push inflation adalah inflasi yang disebabkan oleh adanya gangguan (shock) dari sisi penawaran barang dan jasa atau yang biasa juga disebut dengan supply side inflation,

biasanya ditandai dengan kenaikan harga yang disertai oleh turunnya

produksi atau output. Jadi, inflasi yang dibarengi dengan resesi. Keadaan

ini timbul biasanya dimulai dengan adanya penurunan penawaran total

(aggregate supply) sebagai akibat kenaikan biaya produksi.

Kurva 2.1

Kurva Supply Side Inflation

P1 E1

E0

P0

Perubahan ini digambarkan dari pergeseran kurva penawaran ke kiri,

(49)

berubah (E0 ke E1) dengan disertai peningkatan harga (P0 ke P1) dan

tingkat output (Y) yang lebih rendah daripada tingkat full employment.

Faktor lain yang menyebabkan perubahan aggregate supply antara lain

dapat berupa terjadinya kenaikan tingkat upah (wage cost-push inflation), harga barang di dalam negeri dan harga barang impor atau karena

kekakuan struktural.

Kekakuan struktural sendiri terjadi karena anggapan bahwa sumber

daya ekonomi tidak dapat dengan cepat diubah pemanfaatannya dan juga

bahwa upah dan tingkat harga mudah naik tapi sukar untuk turun kembali

(rigidity of price). Dengan asumsi ini, bila terjadi perubahan pola permintaan dan biaya, maka mobilitas sumber daya dari sektor yang

kurang berkembang ke sektor yang berkembang akan sulit sekali,

sehingga suatu sektor yang kurang berkembang akan terjadi idle capacity, sedangkan sektor yang berkembang akan kekurangan sumber daya. Dan

hal ini justru mendorong meningkatnya harga pada sektor yang

berkembang. Kekakuan di sektor yang lemah dan kenaikan harga di sektor

yang berkembang menyebabkan inflasi.

3) Demand Supply Inflation

Peningkatan permintaan total (aggregate demand) menyebabkan kenaikan harga yang selanjutnya diikuti oleh penurunan penawaran total

(50)

berkurangnya penawaran total yang mendorong kenaikan harga ini

merupakan akibat adanya ekspektasi bahwa tingkat harga dan tingkat upah

akan meningkat atau dapat juga karena adanya inertia dari inflasi di masa

lalu.

b) Tingkat Suku bunga Kredit

Tingkat suku bunga (interest rate) merupakan salah satu variabel ekonomi yang sering dipantau oleh para pelaku ekonomi. Tingkat suku bunga

dipandang memiliki dampak langsung terhadap kondisi perekonomian.

Berbagai keputusan yang berkenaan dengan konsumsi, tabungan dan investasi

terkait erat dengan kondisi tingkat suku.

Tingkat suku bunga adalah harga dari penggunaan dana investasi (loanable funds). Tingkat suku bunga merupakan salah satu indikator dalam menentukan apakah seseorang akan melakukan investasi atau menabung (Boediono, 1994 :76)

Apabila dalam suatu perekonomian ada anggota masyarakat yang

menerima pendapatan melebihi apa yang mereka perlukan untuk kebutuhan

konsumsinya, maka kelebihan pendapatan akan dialokasikan atau digunakan

untuk menabung. Penawaran akan loanable funds dibentuk atau diperoleh dari jumlah seluruh tabungan masyarakat pada periode tertentu. Di lain pihak

dalam periode yang sama anggota masyarakat yang membutuhkan dana untuk

operasi atau perluasan usahanya. Menurut Marshall Principle : ”bunga selaku

harga yang harus dibayar untuk penggunaan modal di semua pasar, cenderung

(51)

tingkat bunga sama dengan persediaannya yang tampil pada tingkat itu”.

Tingkat bunga ditetapkan pada titik dimana tabungan yang mewakili

penawaran modal baru adalah sama dengan permintaannya.

Suku bunga tidak hanya dipengaruhi perubahan preferensi para pelaku

ekonomi dalam hal pinjaman dan pemberian pinjaman tetapi dipengaruhi

perubahan daya beli uang, suku bunga pasar atau suku bunga yang berlaku

berubah dari waktu ke waktu. Tidak jarang bank-bank menetapkan suku

bunga terselubung, yaitu suku bunga simpanan yang diberikan lebih tinggi

dari yang di informasikan secara resmi melalui media massa dengan harapan

tingkat suku bunga yang dinaikkan akan menyebabkan jumlah uang yang

beredar akan berkurang karena orang lebih senang menabung daripada

memutarkan uangnya pada sektor-sektor produktif atau menyimpannya dalam

bentuk kas dirumah.

Sebaliknya, jika tingkat suku bunga terlalu rendah, jumlah uang yang

beredar di masyarakat akan bertambah karena orang akan lebih senang

memutarkan uangnya pada sektor-sektor yang dinilai produktif. Suku bunga

yang tinggi akan mendorong investor untuk menanamkan dananya di bank

daripada menginvestasikannya pada sektor produksi atau industri yang

memiliki tingkat risiko lebih besar. Sehingga dengan demikian, tingkat inflasi

dapat dikendalikan melalui kebijakan tingkat suku bunga.

(52)

Nilai tukar Rupiah menurut para ahli sebagai berikut;

Nilai tukar terbagi atas nilai tukar nominal dan nlai tukar riil. Nilai tukar nominal (nominal exchange rate) adalah nilai yang digunakan seseorang saat menukar mata uang suatu negara dengan mata uang negara lain. Sedangkan nilai riil (real exchange rate) adalah nilai yang digunakan seseorang saat menukar barang dan jasa dari suatu negara dengan barang dan jasa dari negara lain (Mankiw, 2006:243).

Nilai tukar valuta asing akan berubah-ubah sesuai dengan perubahan permintan dan penawaran valuta asing. Permintan valuta asing diperlukan guna melakukan pembayaran ke luar negeri (impor), diturunkan dari transaksi debit dalam neraca pembayaran internasional. Suatu mata uang dikatakan ìkuatî apabila transaksi autonomous kredit lebih besar dari transaksi autonomous debit (surplus neraca pembayaran), sebaliknya dikatakan lemah apabila neraca pembayaranya mengalami defisit, atau bisa dikatakan jika permintan valuta asing melebihi penawaran dari valuta asing (Nopirin, 2000:90).

Menurut Sukirno (2002) Besarnya jumlah mata uang tertentu yang

diperlukan untuk memperoleh satu unit valuta asing disebut dengan Nilai

tukar mata uang asing. Nilai tukar adalah nilai mata uang suatu negara diukur

dari nilai satu unit mata mata uang terhadap mata uang negara lain. Apabila

kondisi ekonomi suatu Negara mengalami perubahan, maka biasanya dikuti

oleh perubahan nilai tukar secara substansional. Masalah mata uang muncul

saat suatu negara mengadakan transaksi dengan negara lain, di mana

masing-masing negara mengunakan mata uang yang berbeda. Jadi nilai tukar

merupakan harga yang harus dibayar oleh mata uang suatu negara untuk

memperoleh mata uang negara lain. Nilai tukar dipengaruhi oleh beberapa

faktor seperti tingkat suku bunga dalam negeri, tingkat inflasi, dan intervensi

(53)

mempunyai peran penting dalam rangka stabiltas moneter dan dalam

mendukung kegiatan ekonomi. Nilai tukar yang stabil diperlukan untuk

tercapainya iklim usaha yang kondusif bagi peningkatan dunia usaha. Untuk

menjaga stabiltas nilai tukar, bank central pada waktu-waktu tertentu

melakukan intervensi di pasar-pasar valuta asing, khususnya pada saat terjadi

gejolak yang berlebihan. Para ekonom membedakan nilai tukar menjadi dua

yaitu nilai tukar nominal dan nilai tukar riil. Nilai tukar nominal (nominal

exchange rate) adalah harga relatif dari mata uang dua negara. Sebagai

contoh, jika antara dolar Amerika Serikat dan yen Jepang adalah 120 yen per

dolar, maka orang Amerika Serikat bisa menukar 1 dolar untuk 120 yen di

pasar uang. Sebaliknya orang Jepang yang ingin memilki dolar akan

membayar 120 yen untuk setiap dolar yang dibeli.

Nilai tukar riil adalahnilai tukar nominal yang sudah dikoreksi dengan

harga relatif yaitu harga di dalam negeri dibandingkan dengan

harga-harga di luar negeri. Nilai tukar dapat dihitung dengan mengunakan rumus di

bawah ini:

Di mana Q dalah nilai tukar riil, S adalah nilai tukar nominal, P adalah tingkat

harga domestik dan P* adalah tingkat harga di luar negeri. Nilai tukar inilah

sebagai salah satu indikator yang mempengaruhi aktivitas di pasar saham

(54)

melakukan investasi. Turunya nilai tukar menurunkan kemampuan nilai tukar

Rupiah terhadap mata uang asing, salah satu dampaknya terhadap impor.

B. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah:

Y = α + + + + ε

Dimana :

Y = Investasi dalam negeri = Laju Inflasi

= Tingkat Suku Bunga = Nilai Tukar Rupiah

C. Kerangka Berpikir dan Hipotesis

1. Kerangka Berpikir

Kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

a. Hubungan Investasi dengan Inflasi

LAJU INFLASI

TINGKAT SUKU BUNGA

NILAI TUKAR RUPIAH

(55)

Hubungan antara inflasi dengan investasi adalah negatif. Tingginya

inflasi disuatu negara, mengakibatkan penawaran uang atau money supply

meningkat, kemudian diikuti dengan tingginya suku bunga, dengan suku

bunga yang cenderung tinggi maka investasi akan turun. Tingginya inflasi

juga menyebabkan daya beli pada masyarakat menurun yang kemudian

menyebabkan berkurangnya pengembalian atau keuntungan investasi,

sehingga menurunkan minat investor untuk berinvestasi. Seorang investor

akan cenderung untuk melakukan investasi apabila tingkat inflasi di suatu

negara adalah stabil atau rendah. Hal ini dikarenakan dengan adanya

kestabilan dalam tingkat inflasi, maka tingkat harga barang-barang secara

umum tidak akan mengalami kenaikan dalam jumlah yang signifikan.

b. Hubungan Investasi dengan Tingkat Suku Bunga

Suku bunga yang dipakai dalam penelitian ini adalah suku bunga

kredit. Hubungan tingkat suku bunga kredit dengan investasi adalah

negatif. Tingkat suku bunga merupakan salah satu faktor penting yang

mempengaruhi investasi. Fluktuasi tingkat suku bunga menjadi

pertimbangan bagi investor. Apabila tingkat suku bunga lebih rendah dari

yang diharapkannya, maka seseorang akan memilih menginvestasikan

uangnya daripada menyimpan uangnya di Bank ataupun meminjamkan

uangnya kepada orang lain.

(56)

Hubungan antara kurs domestik terhadap investasi dalam negeri adalah

positif. Melemahnya atau terdepresiasinya nilai mata uang domestik (kurs

domestik) terhadap mata uang asing dapat menambah kegairahan investasi

di dalam negeri. Hal ini terjadi karena menguatnya kurs diikuti dengan

tingginya nilai bahan baku dalam negeri, oleh karena itu para investor

memilih untuk menanamkan modalnya di dalam negeri dengan ekspektasi

para investor memperoleh keuntungan di masa mendatang.

2. Hipotesis

Berhubungan dengan permasalahan yang telah dikemukakan pada kerangka

berpikir, maka dalam penelitian ini ditetapkan hipotesis sebagai berikut.

1. Laju inflasi berpengaruh negatif terhadap penanaman modal dalam negeri di

Indonesia tahun 1994-2014.

2. Tingkat suku bunga berpengaruh negatif terhadap penanaman modal dalam

negeri di Indonesia tahun 1994-2014.

3. Nilai tukar rupiah berpengaruh positif terhadap penanaman modal dalam

(57)

38 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah penelitian ex post facto, yaitu penelitian yang menunjukan bahwa penelitian tersebut dilakukan setelah perbedaan-perbedaan dalam variabel bebas tersebut terjadi karena perkembangan

kejadian itu secara alami. Jenis penelitian ini dianggap sangat mendukung untuk

memecahkan dan menggambarkan persoalan yang telah disampaikan terlebih dahulu.

B. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu

serangkaian pengukuran atau observasi yang dinyatakan dalam angka,

merupakan data kasar karena langsung diperoleh dari hasil pengukuran dan

masih berwujud catatan yang belum mengalami pengolahan. Teknis

pengumpulan data diperoleh secara tidak langsung dari sumbernya, seperti

mengutip dari buku-buku, literatur, bacaan ilmiah, dan sebagainya yang

mempunyai relevansi dengan faktor-faktor yang mempengaruhi PMDN di

Indonesia.

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang telah

(58)

series) dengan rentan waktu 21 tahun. Data yang dipilih adalah data pada kurun waktu tahun 1994 sampai 2014. Alasan pengambilan tahun tersebut yaitu tahun

1994 merupakan pra krisis moneter hebat yang mengakibatkan perubahan

perekonomian Indonesia. Dan pasca krisis tahun 2000, sudah terjadi

perbaikan-perbaikan disegala sektor perekonomian yang berdampak pada peningkatan

pertumbuhan ekonomi Indonesia termasuk investasi. Dan tahun 2014 merupakan

data terbaru. Sumber data berasal dari berbagai sumber, antara lain Statistik

Indonesia terbitan Badan Pusat Statistik, Statistik Ekonomi dan Keuangan

Indonesia, Laporan Perekonomian Indonesia terbitan Bank Indonesia, Statistik

Perkembangan Realisasi Investasi terbitan Badan Koordinasi Penanaman Modal

(BKPM), World Economic Outlook, dan jurnal-jurnal ilmiah serta literatur-literatur lain yang berkaitan dengan topik penelitian ini.

C. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai bulan Agustus 2015. Karena

pada bulan tersebut bertepatan dengan bulan Ramadhan, maka peneliti

memperhatikan jam kerja serta hari libur yang berbeda di BPS Provinsi Yogyakarta.

D. Teknik Analisis Data

Secara umum analisis regresi pada dasarmya adalah studi mengenai

Gambar

Tabel Laporan Inflasi Tahunan  ...................................................................................
Tabel  1.1 Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri Indonesia
Tabel 1.2 Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri Indonesia
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
+7

Referensi

Dokumen terkait

Nova Kusmayuda (2013) dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran SAVI Berorientasi Keterampilan Proses Sains Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD

Implementasi manajemen berbasis sekolah di SMK Negeri I Cimahi dapat..

(4) Bagan Susunan Organisasi Badan Pemberdayaan Masyarakat, Pemerintahan Desa, Perempuan dan Keluarga Berencana sebagaimana tercantum dalam Lampiran IVB yang

Oleh karena itu, Perusahaan Indeks Saham Syariah Indonesia tidak hanya mengacu pada perubahan suku bunga dan nilai tukar rupiah karena variabel keduanya tidak

berlebihan, sahabat yang tidak akan menipumu, dan teman yang tidak dan teman yang tidak dan teman yang tidak dan teman yang tidak akan membuatmu

Pengaruh Kerapatan Teki terhadap Parameter Tinggi Tanaman, Jumlah Daun, dan Diameter Batang Wijen Bercabang dan Tidak

Dalam segi sosial BMT memiliki konsep pinjaman kebajikan yaitu Al-Qardh, proteksi sosial ini menjamin rasa distribusi rasa kesejahteraan masyarakat yang tidak punya

Dari hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan peneliti dengan menggunakan Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB) untuk meningkatkan hasil belajar