• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

14 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Lansia

1. Definisi

Lanjut usia (lansia) adalah kondisi perkembangan terakhir siklus kehidupan. Masa tersebut membuat terjadinya penurunan kemampuan daya hidup manusia (Hakim, 2020). Tidak hanya keadaan fisik saja yang mulai menurun, tetapi keadaan psikis juga. Lansia banyak mengalami masalah dengan kesehatan yang berdampak mengalami penurunan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari, seperti mandi, duduk-berdiri, dan lain-lain (Luh et al., 2019).

Menurut WHO (World Health Organization) mengidentifikasi Lansia bahwa mudah mengalami kemunduran fisik dan mental (Indrayani & Ronoatmojo, 2018). Kualitas kehidupan Lansia terdiri dari kondisi fisik atau kesehatan tubuh, psikologis seseorang, interaksi sosial, dan interaksi lingkungan terhadap pengaruh kualitas hidup (Wiraini et al, 2021).

2. Kategori Lansia

Menurut WHO (World Health Organization) terbagi 4 bagian umur lansia (Wiraini et al, 2021), antara lain :

a. Usia sedang (Middle age) 60-64 tahun.

b. Lansia muda (Elderly) 65-74 tahun.

c. Tua (Old) 75-90 tahun.

d. Sangat tua (Very old) >90 tahun.

(2)

3. Fisiologi Lansia

Lansia memasuki tahap akhir atau usia tua dari kehidupan manusia, berarti memasuki periode organisme mengalami kemunduran dan perubahan pada sistem tubuh pada anatomi maupun organ lain.

Apabila fungsional tubuh Lansia mengalami penurunan, maka dapat terjadinya gangguan ADL yang dapat diukur dengan melihat aktivitasnya yang bisa dilakukan oleh Lansia seperti naik turun tangga, duduk ke berdiri, jongkok ke berdiri, berpindah ke kamar mandi, BAB/BAK, dan lain-lain.

B. Anatomi Fisiologi Knee Joint

Sendi lutut atau Knee Joint merupakan sendi engsel yang dimodifikasi kompleks dengan rentang gerakan terbesar dalam fleksi dan ekstensi tentang bidang sagittal, serta rotasi varus dan valgus tentang bidang frontal. Serta memfasilitasi rotasi medial pada akhir fleksi lutut dan rotasi lateral pada ekstensi terminal lutut baik pada bidang transversal. Sendi lutut terdiri 2 artikulasi bagian untuk kestabilan dan mengontrol pergerakan sendi, antara lain : artikulasi antara tulang femur dan tibia yang menanggung besar pada berat badan. Sedangkan artikulasi antara patella dan tulang femur menciptakan transfer tanpa adanya gesekan di atas lutut dari kekuatan yang dihasilkan dari kontraksi otot paha depan femoris. Adapun condylus tibia sendi di pelana, diantara facies patellaris femoris dan patella (Abulhasan &

Grey, 2017). Berikut penyusun dari sendi lutut, antara lain :

(3)

1. Tulang

Ada 3 bagian tulang knee joint, yakni tulang femur (tulang paha) bagian distal, tibia (tulang kering) proksimal, dan patella (tempurung lutut). Sedangkan pada fibula bukan bagian dari tulang sendi lutut.

Sendi lutut menjaga tulang-tulang ini tetap terjaga pada tempatnya (Rachmawati et al., 2018).

Gambar 2.1 Tulang Knee Joint Anterior dan Posterior (Paulsen et al, 2019)

2. Ligament

Ligament merupakan jaringan berserat yang elastis atau lentur yang berfungsi sebagai penghubung antar tulang. Penahanan pada gerakan tibiofemoral adalah ligamentum cruaciatium. Terdapat 4 ligament pada Knee Joint (Sembiring, 2018), antara lain :

a. Anterior Cruciate Ligament (ACL)

Berfungsi untuk mencegah gerakan fluktasi atau pergeseran arah depan dan mengontrol rotasi tibia terhadap femur.

b. Posterior Cruciate Ligament (PCL)

Mencegah gerakan fluktasi atau pergeseran arah belakang condyles tibia, dan mengontrol rotasi knee joint.

(4)

c. Medial Collateral Ligament (MCL)

Ligament ini berada di sepanjang epycondylus medialis femur hingga condylus medialis tibia. Ligament ini berfungsi untuk mejaga medialis femur sehingga tidak terjadi cedera akibat gaya yang diberikan pada sisi lateralis femur.

d. Lateral Collateral Ligament (LCL)

LCL atau dikenal sebagai ligament fibula, letaknya di sepanjang epicondylus lateralis femoris hingga caput fibula.

Ligament ini melindungi bagian lateralis femur, sehingga tidak mengalami gangguan akibat dari gaya yang diberikan pada sisi

medialis femur

Gambar 2.2 Gambar Ligament Knee Joint (Paulsen et al, 2019)

3. Muscle (Otot)

Otot yang berperan penting pada lutut yaitu quadriceps femoris yang terdiri atas vastus laterlais, medialis, intermedius, dan rectus femoris. Tendon pada area lutut yakni ligamentum patella berinsersio di tuberositas tibia. Otot quadriceps juga berfungsi sebagai stabilisasi lutut dan pelindung struktur sendi (Rachmawati et al, 2018).

(5)

Tabel 2.1 Kelompok Otot Quadriceps Femoris (Paulsen et al, 2019)

No. Nama Otot Origo Insersio Inervasi 1. Rectus

Femoris

Berasal dari anterior inferior iliac spine, terlihat tepat di atas acetabulum.

Berinsersio pada tempat yang sama di sisi anterior patella.

Menginervasi saraf femoral (L2, L3, L4)

2. Vastus Intermedius

2/3 permukaan anterior lateral femur, dari lateral

intramuscular septum demur.

Berinsersio pada lateral patella, merupakan pembentuk tendon quadriceps.

Menginervasi saraf femoral (L2, L3, L4)

3. Vastus Lateralis

Memiliki garis yang lebih tinggi pada

intertrochanter ic linea, anterior, inferior.

Berbatasan langsung dengan trochanter yang lebih tinggi dari linea aspera dan gluteal.tuberosity femur.

Berinsersio pada sisi lateral dan patella,

membentuk lateral patellar retinaculum serta pada tendon

quadriceps femoris.

Menginervasi saraf femoral (L2, L3, L4)

4. Vastus Medialis

Memiliki origo pada bagian inferior

intertrochanter ic, spiral line, lebih tinggi pada daerah medial supracondylar

femur dan

septum intermuscular medial.

Berinsersio pada medial serta dekat dengan patella.

Membentuk retinaculum patellar dan sisi medial tendon quadriceps femoris. Tempat yang sama di sisi anterior patella.

Menginervasi saraf femoral (L2, L3, L4)

Kinerja otot ini dapat di amati pada gerakan ekstensor lutut (Rachmawati et al, 2018).

(6)

Gambar 2.3 Otot Hamstring Femoris (Paulsen et al, 2019)

Pada fleksi lutut otot penggeraknya yaitu otot hamstring terbagi menjadi biceps femoris, semitendinosus, dan semimembranosus. Otot tersebut membantu gerak memutar ke arah eksternal lutut, sedangkan otot semitendiosus dan semimembranosus membantu gerak memutar ke arah internal lutut. Otot gastrocnemius membantu terjadinya hiperekstensi atau ekstensi yang lebih di knee joint (Rachmawati et al, 2018).

Tabel 2.2 Kelompok Otot Hamstring (Paulsen et al, 2019)

No. Nama Otot Origo Insersio Inervasi

1. Otot

Semitendinos us

Berada pada tuberosity ischiadika

Berinsersio di

permukaan medialis tibia

Menginervas i saraf tibial (L5, S1, S2)

2. Otot

Semimembra nosus

Berada pada tuberosity ischiadika

Berinsersio pada condylus medialis tibia.

Menginervas i saraf femoral (L2, L3, L4) 3. Biceps Long head : Long head : Long head :

(7)

femoris Berasal dari tuberosity ischiadika bersama dengan tendon pada daerah superior bagian anterior.

Short head : berada pada garis lemak sekitar femur, dan sedikit lateral pada septum

intramuscular.

berinsersio pada condylus medialis tibia.

Short head : berinsersio pada caput fibula serta pada lateral collateral ligament dan condylus lateral tibial.

menginervasi saraf tibial (L5, S1, S2) Short head : menginervasi si saraf peroneal (L5, S1, S2)

Kinerja otot ini dapat di amati pada gerakan fleksi lutut (Rachmawati et al, 2018).

4. Bursa

Bursa merupakan pelumas sendi yang terletak di jaringan lunak dan jaringan tulang. Fungsinya mengurangi pergesekan antar tulang atau bantalan sendi, mengurangi keausan, dan mencegah terjadinya inflamasi. Berikut Bursa pada knee joint (Rachmawati et al, 2018), yakni :

a. Bursa Anterior

1) Bursa Supra Prepatellaris

Letaknya berada di bawah otot quadriceps femoris dan terhubung pada celah sendi.

2) Bursa Prepatellaris

Letaknya berada di jaringan subcutanneous antara kulit dan patella belahan bawah serta di atas ligament patella.

3) Bursa Infrapatellar Superficial

(8)

Letaknya jaringan subcutan di antara kulit dan di depan belahan bawah ligament patella.

4) Bursa Infrapatellar Profunda

Letaknya di permukaan belakang dari ligament patella dan anterior tibia. Bursa dipisahkan oleh cavum di sendi melewati jaringan lemak. Keduanya saling berkesinambungan tetapi jarang terjadi.

b. Bursa Superior

1) Reccessus Subpopliteus

Dihubungkan oleh tendon musculus popliteus dan memiliki kaitan melalui rongga sendi.

2) Bursa Musculus Semimembranosus

Bursa musculus semimembranosus terletak di medial dari caput gastrocnemius.

3) Bursa Gastrocnemius

Terletak di posterior dan medial pada knee joint, serta medial di caput gastrocnemius

5) Bursa Anserina

Letak bursa tersebut antara ligamentum kolateral medialis dan tendon sartoriusi, gracilis, dan semitendiosus

(9)

Gambar 2.4 Bursa Knee Joint (Paulsen et al, 2019) 6. Meniscus

Memiliki fungsi membantu mengurangi guncangan atau peredam. Meniscus membantu tulang Femur satu gerak memutar dan gliding dapat terbatasi fleksi dan ekstensi berlebih dari knee joint. Ada 2 Meniscus pada knee joint (Rachmawati et al, 2018), antara lain :

a. Meniscus Medial

Memiliki bentuk oval yang menyerupai bulan sabit dan berada di luar berhubungan dengan bagian dalam Ligament Collateral Medial (LCL) serta terlatak di belakang meniscus yang berkaitan dengan posterior fossa intercondylaris tibia yang letaknya di antara meniscus lateralis dan Posterior Cruciate Ligament (PCL).

b. Meniscus Lateral

Bagian luar berhubungan dengan caput sendi lateral.

Bagian anterior meniscus ini menempel pada intercondylus tibia dan latero-posterior ligament Anterior Cruciate Ligament (ACL)

(10)

Gambar 2.5 Meniscuss Knee Joint (Paulsen et al, 2019) C. Biomekanik Knee Joint

1. Osteokinematika Knee Joint

Osteokinematika menggambarkan gerakan tulang pada permukaannya. Klasifikasi mekanika osteokinematik terdiri atas gerak swing dan spin. Perubahan sudut pada axis panjang tulang pembentuk disebabkan oleh gerakan ayunan atau dikenal dengan gerakan swing.

Sementara pada gerakan spin tulang pembentuk akan bergerak namun tidak diikuti oleh perubahan axis mekanik sendi (Rachmawati et al, 2018)

2. Manifestasi Klinis

Osteoarthritis terjadi bertahap, sehingga tidak langsung terjadi.

Awal munculnya pada sendi yaitu rasa nyeri dan menjadi menetap, disertai sendi yang kaku sering terjadi di pagi/malam hari dan posisi tertentu. Sendi yang mengalami risiko Osteoarthritis juga bisa menimbulkan sendi kaku akibat duduk lama atau bangun dari tidur, pembengkakan di persendiaan, ada bunyi saat gesekan (krepitasi) ketika menggerakkan sendi (Braaksma et al, 2020).

Kasus tersebut adanyan massa otot yang mengalami penurunan, terdapat luka, terjadinya otot yang lunak atau kekuatan otot menurun, dan cairan pada sendi tersebut di superfacial, kemudian munculnya penebalan cairan synovial atau osteofit saat di palpasi.

(11)

Terbatas dalam bergerak, tapi jarang terasa sakit pada jarak tertentu, serta emungkinkan muncul krepitasi. Ketidakstabilan sendi yang muncul dikarenakan 3 alasan (Neill & Felson, 2018), yaitu

a. Kartilago sendi berkurang

b. Kapsul mengalami kontraktur serta tidak anatomis c. Otot Melemah

Salah satunya pada kondisi reumatik dengan diagnosis tidak satu pemeriksaan saja. Reumatologi ringkas pemeriksaan dilakukan berdasarkan GALS (Gait, Arm, Legs, dan Spine) dari tanda dan gejalanya, yakni sebgai berikut (Putra et al, 2018):

a. Nyeri Sendi

Gejala yang sering terjadi pada risikoOsteoarthritis. Nyeri muncul saat bergerak dan sedikit berkurang dengan istirahat.

Apabila sendi keadaan sudah parah, dalam keadaan tekan juga akan merasakan nyeri.

b. Hambatan Gerakan Sendi

Kondisi diamana berat badan bertambah atau terlalu melakukan aktivitas yang berlebihan pada sendi dengan pelan- pelan muncul rasa nyeri.

c. Kekakuan Sendi

Kondisi yang dirasakan di pagi hari atau waktu bangun pagi.

d. Krepitasi

(12)

Kondisi bunyi saat digerakkan dengan risiko osteoarthritis knee.

e. Deformitas Sendi

Gejala yang timbul secara bertahap terjadinya pembesaran serta sering di alami di persendian.

f. Pembengkakan Pada Tulang

Kondisi kemampuan pergerakan sendi menurun secara progressif.

g. Pola Jalan

Kondisi bagi yang mengalami risiko Osteoarthrtis dan hampir semuanya pada pergelangan kaki, lutut, dan panggul bisa berkelanjutan jalan kaki menyeret. Bukan hanya itu, kondisi ini mempengaruhi fungsi sendi lain yakni kesulitan dalam aktivitas sehari-hari secara dengan risiko Osteoarthtritis, sebagian besar terjadi pada Lansia.

3. Arthrokinematika Knee Joint

Arthrokinematika pada sendi lutut yaitu terdapat gerakan fleksi- ekstensi, serta gerak rotasi apabila bisa dilakukan. Dibagi menjadi 2 bagian pada gerakan arthrokinematika knee joint (Rachmawati et al, 2018), yakni sebagai berikut :

a. Concave (Cekung)

(13)

Gerakan gliding dan rolling terjadi searah pada tibia ketika fleksi maupun ekstensi. Gerakan fleksi mengikuti dorsal, sedangkan ekstensi mengarah ke depan.

b. Convex (Cembung)

Gerakan gliding dan rolling berlawanan arah. Ketika fleksi, femur ke belakang, sebaliknya gliding ke depan. Gerakan ekstensi terjadi sebaliknya ke depan kemudian gliding ke belakang.

Gambar 2.6 Concave (Cekung) dan Convex (Cembung) (Paulsen et al, 2019)

D. Activity of Daily Living (ADL)

1. Definisi Activity of Daily Living (ADL)

Aktivitas fungsional adalah rutinitas kehidupan sehari-hari tanpa memerlukan bantuan atau dilakukan mandiri (Kardi et al, 2020).

Hubungan aktivitas fungsional tubuhh beserta Osteoarthritis berkesinambungan atau saling keterkaitan. Karena Osteoarthritis merupakan fase degeneratif yang dapat mengalami penurunan fungsi aktivitas fungsional tubuh atau Activity of Daily Living (ADL).

(14)

Penurunan fungsi tersebut meliputi duduk-berdiri, jongkok berdiri, naik turun tangga, dan lain lain (Mujiastuti et al, 2019).

2. Fisiologi Activity of Daily Living (ADL)

Tingkat aktfitas fungsional berpengaruh terhadap kemampuan beraktivitas kegiatan sehari hari, seperti pada saraf yang berfungsi penghantar, dan pengelolahan informasi respon tubuh. Sistem musculo saling berhubungan dengan sistem saraf yang dapat respon yang diterima tubuh sehingga bisa mengkoordinasikan fungsional tubuhnya dalam melakukan aktivitas sehari hari. Apabila seseorang memilki trauma injuri maka akan mengalami kesulitan atau tergangunya pemenuhan aktivitas fungsionalnya (Kardi et al, 2020).

3. Faktor Activity of Daily Living (ADL)

Kemampuan aktivitas fungsional dipengaruhi oleh berbagai hal (Mujiastuti et al, 2019), antara lain :

a. Usia

Bertambah usia menunjukkan tanda kemauan dan kemampuan Lansia terhadap ketidakmampuan melaksanakan ADL.

Awal perkembangan siklus kehidupan mulai sejak bayi hingga dewasa, Secara bertahap mengalami perubahan yang dilihat dari segi kemandirian seseorang dalam melakukan aktivitas fungsionalnya.

b. Kesehatan

(15)

Kondisi yang berpengaruh terhadap kemampuan aktivitas fungsionalnya, contohnya karena trauma injury yang menggangu aktivitas fungsionalnya.

c. Kognitif

Kondisi menerima dan menyalurkan respon tubuh terutama optimalisasi status fungsional. Terganggunya pola berfikir logis mejadi faktor penghambat kemandirian dalam melakukan ADL.

d. Psikososial

Kondisi gangguan intrapersonal yang tidak stabil dalam berkomunikasi atau interaksi sosial dimana hal tersebut berpengaruh dalam pemenuhan ADL.

e. Tingkat Stress

Kondisi tubuh yang karena respon timbul dari luar menyebabkan terganggunya keseimbangan tubuh.

f. Status Mental

Kondisi yang berpengaruh pada kemandirian, seperti halnya kondisi lansia apraksia akan mengalami kesulitan untuk komunikasi sosial.

g. Pelayanan Kesehatan

Fasilitias tersebut digunakan berupa pelayanan kesehatan bagi masyarakat, salah satunya pelayanan di desa. Program desa yang dibuat rutin dan aktif dalam pemeliharaan ADL, khususnya

(16)

lansia. Dari program tersbut dapat meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik.

4. Patofisiologi Activity of Daily Living (ADL)

Usia sangat mempengaruhi kesehatan terjadi pada Lansia yang menimbulkan berbagai permasalahan, meliputi kesehatan dan meningkatnya risiko disabilitas, faktor degenerative, keterbatasan gerak Range of Motion (ROM mengalami keterbatasan dalam beraktivitas sehari-hari, dan lain-lain. Dari permasalahan atau keadaan Lansia tersebut membuat seseorang tidak dapat melakukannya sendiri atau membutuhkan orang lain, sisi lain menurunkan kekuatan otot atau kontraktur jaringan, dan penurunan disfungsi gerak pada tingkat aktivitas Lansia. (Mujiastuti et al, 2019).

5. Alat Ukur Activity of Daily Living (ADL)

Pengukuran ADL menggunakan Knee Injury Osteoarthritis Outcame Score (KOOS). Alat ukur tersebut dapat mengukur pengaruh jangka lama dari osteoarthritis knee serta dapat memberikan penilain pada risiko Osteoarthritis Knee. KOOS terdiri dari 17 item dengan subskala activity of daily living (Thanaya et al, 2021). Kuesioner ini tidak hanya digunakan bagi atlet yang cedera, tetapi bagi Lansia.

Karena kuesioner yang ada dalam Knee Injury Osteoarthritis Outcame Score (KOOS) mengenai tingkat ADL berhubungan dengan osteoarthritis knee. Adapun masing-masing item untuk mengukur skala ordinal 5 poin yakni sebagai berikut :

a. Nilai 0 yaitu tidak ada

(17)

b. Nilai 1 yaitu ringan c. Nilai 2 yaitu sedang d. Nilai 3 yaitu baik

e. Nilai 4 yaitu sangat baik

Poin tersebut ada 5 item. Subskala tiap item memiliki skor terpisah mulai 0 “extreme problem” sampai 100 “no problem”, apabila skor tersebut lebih tinggi maka kemampuan fungsional tubuh lebih baik. Begitupun sebaliknya, apabila skor hasilnya itu lebih rendah maka kemampuan fungsional tubuh menurun (Braaksma et al, 2020).

E. Osteoarthritis Knee

1. Definisi Osteoarthritis

Osteoarthritis atau peradangan adalah kesehatan yang mengalami gangguan degeneratif pada sendi akibat terjadinya kerusakan tulang rawan sendi yang ditandai dengan hilangnya kartilago di antara sendi yang terdapat cairan synivial secara bertahap, nyeri sendi di tangan, neck (leher), vertebrae (tulang punggung), pinggang, dan yang paling sering pada knee.

Osteoarthritis adalah bentuk arthritis paling umum terjadi pada Lansia. Faktor-faktor penyebab terjadinya Osteoarthritis meliputi jenis kelamin, usia, kelebihan berat badan atau obesitas, genetik, dan trauma yang berhubungan dengan sendi terhadap risiko Osteoarthritis (Handayani & Ramadanti, 2019).

2. Etiologi Osteoarthritis a. Faktor Metabolik

(18)

Faktor yang berhubungan mengenai energi yang dibutuhkan oleh tubuh (Abulhasan & Grey, 2017), yakni sebagai berikut : :

1) Obesitas

Kelebihan berat badan yang dapat mengalami tekanan di tubuh pada panggul, lutut, dan tangan bisa menjadi penyebab Osteoarthritis.

2) Osteoporosis

Hubungan dengan Osteoarthritis karena terjadinya pengeroposan tulang atau melakukan gerakan mekasnis yang abnormal menyebabkan kerusakan tulang rawan sendi.

3) Penyakit Lain

Berhubungan dengan hipertensi dan hiperurikemia (asam urat tinggi dalam darah) dengan catatan tidak mengalami obesitas.

4) Histerektomi

Kondisi di alami perempuan karena pengangkatan rahim.

b. Faktor Biomekanis

Faktor yang berkaitan dengan aktivitas gerak tubuh (Abulhasan &

Grey, 2017), yaitu : 1) Aktivitas Fisik

(19)

Aktivitas yang terlalu berlebihan yang mengakibatkan Osteoarthritis.

2) Olahraga

Kelemahan otot pada area lutut, salah satunya quadriceps primer merupakan salah satu terjadinya risiko Ostheoarthitis. Olahraga dapat mengatasi sendi yang kurang stabil, tekanan berkurang serta kekuatan otot bertambah di lutut.

c. Faktor Demografis

Faktor yang berkaitan dengan populasi penduduk (Abulhasan &

Grey, 2017), yaitu : 1) Genetik

Faktor keturunan juga menjadi faktor penyebab terjadinya Ostheoarthitis yerhubungan dengan abnormalis kode genetic pada sintesis kolagen. Pengaruhnya itu mempunyai konstribusi besar berkisar 50% terhadap risiko Osteoarthritis.

2) Usia

Proses penuaan sebagai faktor penyebab terjadinya Osteoarthritis karena terdapat kelemahan pada sekitar sendi, penurunan Range of Motion (ROM), berkurangnya cairan synovial.

3) Jenis Kelamin

(20)

Di usia >55 tahun lebih berisiko Ostheoarthitis sering pada laki-laki, sedangkan Ostheoarthitis sendi antarfalag pada perempuan.

3. Patofisiologi Osteoarthritis

Osteoarthritis adalah penyakit sendi degenerative yang disebabkan oleh kerusakan pada kartilago sendi dan struktur sendi.

Awal kerusakan terjadi akibat perlindungan sendi serta faktor lain yang terjadi akibat gesekan. Protein yang terdapat pada cairan sendi dan peradangan sendi yaitu lubricin (Putra et al, 2018).

Kartilago memiliki fungsi perlindungan sendi dengan pelumas cairan synovial agar mengurangi gesekan antar tulang saat gerak.

Jaringan ikat atau kartilago yang kaku dapat mengeras yang memiliki fungsi penyerap atau peredam tumbukan sendi yang di terima. Dari proses sebelum terjadinya risiko osteoarthritis terlihat di jaringan ikat atau kartilago. Karena jaringan tersebut mengalami perlambatan metabolism dan matriks sehingga keseimbangan tubuh dapat teratur antara sintesis dengan degradasi. Perkembangan kartilago pada fase awal memiliki metabolisme yang cukup aktif (Susanti &

Wahyuningrum, 2021).

Munculnya Osteoarthritis, terstimulasinya dari kondrosit dapat mengeluarkan aggrecan, kolagen, dan cairan synovial. Kondisi tersebut akan mengalami kartilago atau jaringan ikat di tubuh akan sering habis serta jaringgan kolagen mengalami pengenduran atau lembek. Apabila

(21)

pertahanan sendi tidak stabil dalam menyeimbangkan maka dapat timbul risiko Ostheoathritis knee (Sembiring, 2018).

5. Pemeriksaan

Pemeriksaan ini dilakukan untuk menegakkan diagnosa terkait Osteoarthritis atau gangguan yang terjadi, pemeriksaan spesifik Osteoarthritis Knee (Abulhasan & Grey, 2017) meliputi :

a. Ballotement Test

Pemeriksaan khusus yang dilakukan untuk menilai cairan di dalam sendi lutut. Tes ini dilakukan dengan cara ressesus patellaris

ditekan menggunakan satu tangan. Sedangkan tangan yang lain akan menekan patella ke bawah.

Gambar 2.7 Ballotement Test (Anggoro & Wulandari, 2019) b. Anterior Drawer Test

Pemeriksaan memegang betis bagian atas dengan kedua tangan, jari-jari digenggam di belakang betis. Kemudian kedua ibu jari pada daerah patella tibialis. Lakukan dengan menarik tibia anterior dengan gerakan maju dengan tiba-tiba dan tidak terlalu berlebihan saat menarik. Interpretasinya apabila posistif pada Anterior Drawer Test ada kelemahan pada Anterior Cruciate Ligament dan sebaliknya pada Posterior Drawer Test ada

(22)

kelemahan pada Posterior Cruciate Ligament.

Gambar 2.8 Anterior Drawer Test (Anggoro & Wulandari, 2019) c. Mac Murray Test

Pemeriksaan khusus yang diberikan untuk menilai sobekan pada meniscus posterior jika terdapat gangguan pada meniscus medialis dan lateralis. Tes ini dilakukan dengan cara membuat lutut berada pada sudut 900 fleksi knee, untuk menguji meniscus lateralis tibia akan diputar dipermukaan tulang femur (rotasi

internal) secara penuh. Sedangkan untuk menguji meniscus medialis maka tibia akan diputar ke arah (rotasi eksternal) secara penuh.

Gambar 2.9 Lateral Rotasi dan Medial Rotasi (Anggoro & Wulandari, 2019)

d. Valgus and Varus Test

Merupakan test dengan gerakan ke arah lateralis (valgus) dan gerakan kea rah medialis (varus). Tujuan pemeriksaan tersebut adalah untuk mengetahui gangguan pada Muscle Collateral Lateralis (MCL) dan Ligament Collateral Lateralis (LCL) .

(23)

Gambar 2.10 Valgus and Varus Test (Anggoro & Wulandari, 2019)

e. Patella Apprehension Test

Pemeriksaan yang dilakukan dengan posisi knee ditekuk 300 derajat, kemudian itu dorong patella dari medial ke arah lateral dengan ibu jari tangan. Apabila muncul nyeri pada patella maka positif.

Gambar 2.11 Gravity Test (Anggoro & Wulandari, 2019) 6. Grade Osteoarthritis

Diagnosis Osteoarthritis dan hasil dari radiografis (Mutmainah, 2019). Seorang ahli pakar Kellgren-Lawrence telah mengklasifikasi dengan dasar tingkat Ostehoarthritis, yakni grade normal, doubful,

(24)

minimal, moderate, dan severe (Sembiring, 2018). Berikut penjelasannya di bawah ini :

a. Derajat 0

Ketika dilakukan pemeriksaan radiografik tidak ditemukan adanya Osteoarthritis.

b. Derajat 1

Suspek Osteoarthritis, terbentuknya osteofit yang sangat kecil, tidak ada penyempitan pada ruang sendi, dan tidak mengalami rasa sakit atau ketidaknyamanan.

c. Derajat 2

Tahap Osteoarthritis mengalami gejala pertama kalinya.

Mereka akan merasakan sakit setelah seharian berjalan dan akan merasakan kekakuan. Ini adalah tahap kondisi ringan, tetapi sinar- X akan menunjukkan pertumbuhan osteofit yang lebih besar.

d. Derajat 3

Tahap Osteoarthritis nyeri saat bergerak, kekakuan sendi yang juga akan lebih terasa, terutama kurun waktu lama di pagi hari. Tulang menunjukkan kerusakan yang jelas serta teerdapat celah antar tulang semakin mengecil.

e. Derajat 4

Tahap Osteoarthritis yang paling parah. Ruang sendi antara tulang akan berkurang secara drastis, tulang rawan hampir selamanya hilang, dan cairan synovial akan berkurang. Tahap ini

(25)

biasanya dikaitkan dengan rasa sakit dan ketidaknyamanan tingkat tinggi saat berjalan atau menggerakkan sendi.

Berdasarkan klasifikasi dari American Collage of Rheumatology (ACR) bahwa yang terdiagnosis Osteoarthritis Knee yang mengalami rasa nyeri lutut dengan krepitus, terasa kaku saat pagi hari kurang lebih berkisar 30 menit atau terjadi di usia >50 tahun muculnya osteofit menurut pemeriksaan radiologis. Osteoarthritis sering dijumpai pada sendi yang nyeri, kondisi tersebut muncul ketika aktivitas yang berlebihan, kecuali tubuh sedang istirahat (Hasegawa et al, 2014).

7. Penatalaksanaan

Pengelolaan pada seseorang risiko Osteoarthritis dengan untuk tujuan mengurangi keluhan, memperbaiki fungsi sendi, mengurangi ketergantungan, kualitas hidup meningkat, dan komplikasi yang tercegah (Handayani & Ramadanti, 2019).

F. Progressive Resistance Exercise (PRE)

1. Definisi Progressive Resistance Exercise (PRE)

Progressive Resistance Exercise (PRE) merupakan bentuk latihan exersice yang dilakukan dengan cara bertahap, beban latihan yang diberikan bertambah secara perlahan. Berat ringannya latihan beban disebut intensitas latihan (Cox et al, 2020)

2. Dosis Progressive Resistance Exercise (PRE)

Dosis yang dari latihan Progressive Resistance Exercise (PRE) menggunakan 1 RM (Repiti Maksimal), dilakukan 3 set dengan 10

(26)

repitisi. Prinsip latihan yang digunakan yaitu jenis Aerobic Exercise dengan waktu 15 menit dalam melakukan pemanasan, perlakuan pemberian Progressive Resistance Exercise (PRE) sebanyak 60 menit, dan waktu istirahat atau pendinginan dengan waktu 15 menit. Latihan ini diberikan 3 kali seminggu dengan jangka waktu 3 minggu pada Lansia (Cox et al, 2020).

3. Fisiologis Progressive Resistance Exercise (PRE)

Secara fisiologis, program latihan tersebut membuat aliran darah mengalami peningkatan dan meningkatnya kapasitas oksigen, menyalurkan ke otot yang mengalami peningkatan, dari prosess tersebut mengalami perubahan serabut otot lurik yang meningkat serta jumlah protein yang bertambah. Saraf akan menyesuaikan saat awal melakukan program tersebut, merasakan kekuatan otot yang meningkat. Koordinasi otot bisa meningkatkan kerja sama dengan otot-otot lainnya sehingga terjadi gerak koordinasi tubuh yang efisiensdan meningkat. Respon tubuh dapat terlihat prosesnya berkisar 2-3 minggu setelah melakukan program tersebut secara rutin.

Program tersebut bertujuan agar kekuatan otot meningkat yang dapat menopang tubuh stabil dan keseimbangan tubuh yang baik.

Apabila kondisi stabil maka dapat mengurangi pergesekan permukaan sendi. Lansia dengan risiko Osteoarthritis, penyempitan yang terjadi di celah sendi bisa diregangkan dengan program latihan, membuat menjadi lebih mudah beradaptasi dan beban tubuh berkurang. Otot quadriceps yang mengalami peningkatan serta fungsi sebagai ekstensor

(27)

knee joint, program latihan tersebut melibatkan 2 otot, yakni quadriceps dan hamstring yang berpengaruh akan kemampuan otot yang meningkat serta aktivitas fungsional juga mengalami peningkatan, (Cox et al, 2020)

4. Indikasi dan Kontraindikasi Progressive Resistance Exercise (PRE) Berikut mengenai indikasi dan kontraindikasi dari Progressive Resistance Exercise (PRE) (Cox et al, 2020), antara lain :

a. Indikasi

1) Nyeri lutut.

2) Spasme

3) Kelemahan otot knee joint.

4) Keterbatasan gerak.

b. Kontraindikasi

1) Rawat jalan, seperti Post Op dan Pemasangan Total Knee Replacement.

5. Penatalaksanaan

Tabel 2.3 Pelaksanaan Progressive Resistance Exercise (PRE) (Hasegawa,aa et al, 2014)

No. Praktek Deskripsi

1. Warming Up 1. Gerakan dilakukan dalam posisi duduk dikursi lansia, diminta untuk ambil nafas lewat hidung secara perlahan sambal kedua tangan diangkat ke atas sesuai irama nafasnya.

2. Rileksasikan dengan cara mengeluarkan nafas lewat mulut secara perlahan bersamaan kedua tangan diturunkan bersamaan.

3. Gerakan dilakukan sebanyak 8

(28)

kali.

2. Fleksi Knee 1. Lansia diminta untuk duduk di kursi yang sudah disiapkan dengan kaki menggantung.

2. Pasangkan beban (elastic band) pada kaki lansia dan kedua tangan berpegangan kursi yang diduduki agar lebih efektif.

3. Beri contoh gerakan menekuk lutut (fleksi knee) dan responden atau lansia untuk melakukannya.

3. Ekstensi Knee 1. Lansia diminta untuk duduk di kursi yang sudah disiapkan dengan kaki menggantung.

2. Pasangkan beban (elastic band) pada kaki lansia dan kedua tangan berpegangan kursi yang diduduki agar lebih efektif.

3. Beri contoh gerakan meluruskan lutut (ekstensi knee) dan responden atau Lansia untuk melakukannya.

4. Colling Down 1. Gerakan dilakukan dalam posisi duduk dikursi Lansia, diminta untuk ambil nafas lewat hidung secara perlahan sambal kedua tangan diangkat ke atas sesuai irama nafasnya.

2. Rileksasikan dengan cara mengeluarkan nafas lewat mulut secara perlahan bersamaan kedua tangan diturunkan bersamaan.

3. Gerakan dilakukan sebanyak 8 kali.

G. Profil di Desa Gasek Kota Malang

Posyandu tersebut terletak di Desa Gasek di kecamatan Sukun Kota Malang. Posyandu itu sering dipakai untuk kegiatan warga. Di sekitar sana juga ada fasilitas seperti masjid besar dan pondok panti asuhan.

(29)

Sebelumnya terjadinya pandemik selama 2 tahun, warga desa tersebut aktif dengan kegiatan desa, salah satunya di Desa Gasek. Karena sudah 2 tahun pandemik terjadi, mengakibatkan penduduk sekitar desa tersebut tidak aktif lagi dalam melakukan aktvitasnya di Posyandu. Disisi lain mempengaruhi immobilisasi, keterbatasan Lansia dalam melakukan aktivitas, dan ditiadakan.

Mengingat Lansia rentan terhadap virus, salah satunya aktivitas lansia selama pandemik salah satunya mengasuh anak, sebagian jualan yang keseringan berdiri, menjahit dengan posisi duduk yang terlalu lama, dan ada juga yang kegiatannya ke sawah memikul berat ± 5 kg dengan jarak jalan kaki ± 500 km. Aktvitas tersebut yang dapat mempengaruhi area lutut yang berisiko osteoarthritis knee.

Referensi

Dokumen terkait

 Mendorong mahasiswa untuk memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam dalam keluarga..  Mendorong mahasiswa untuk menerapkan akhlak dalam interaksi dengan teman dan

Kalimat berikut lebih disarankan dalam menjawab pertanyaan tentang prognosis: ―Sekitar sepertiga pasien dengan kasus seperti ini dapat bertahan hidup sampai satu tahun,

permainan yang ada pada Concertino for Trombone Op.4 karya Ferdinand David ini, penulis mengharuskan untuk melakukan latihan rutin setiap hari seperti nada

Hal itu dikarenakan AIRBET88 telah hadir sebagai situs judi slot online terbaik dan terpercaya nomor 1 sejak tahun 2011 menemani pemain taruhan slot paling sering menang Terbaru

Somatic Mind Therapy sesungguhnya adalah juga sebuah tekhnik terapi Emotional Healing, yang bermanfaat untuk membebaskan diri kita dari ikatan serta belenggu emosi negatif yang

Terdapat istilah Four of Kind, yaitu kondisi dimana seseorang memiliki 4 buah kartu yang dengan nilai yang sama.. Banyaknya kemungkinan terjadinya Four of Kind

Diameter sel parenkim dari tepi luar batang ke arah dalam bervariasi dengan 121 sel, terlihat bahwa diameter parenkim memiliki variasi yang tinggi dan dapat juga

 Peserta didik diminta untuk membuat sebuah kelompok-kelompok kecil dengan temannya kemudian berdiskusi dan saling bertukar informasi yang telah didapat dari