• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN DISDIKPORA DALAM MENINGKATKAN PRESTASI OLAHRAGA SEPAK BOLA DI KABUPATEN GOWA ( STUDI PENGEMBANGAN PRESTASI PERSIGOWA ) MUH.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERAN DISDIKPORA DALAM MENINGKATKAN PRESTASI OLAHRAGA SEPAK BOLA DI KABUPATEN GOWA ( STUDI PENGEMBANGAN PRESTASI PERSIGOWA ) MUH."

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN DISDIKPORA DALAM MENINGKATKAN PRESTASI OLAHRAGA SEPAK BOLA DI KABUPATEN GOWA

( STUDI PENGEMBANGAN PRESTASI PERSIGOWA )

MUH.SALEH

Nomor Stambuk : 105640 0846 10

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2014

(2)

PERAN DISDIKPORA DALAM MENINGKATKAN PRESTASI OLAHRAGA SEPAK BOLA DI KABUPATEN GOWA

( STUDI PENGEMBANGAN PRESTASI PERSIGOWA )

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan

Disusun dan diusulkan oleh MUH.SALEH

Nomor Stambuk : 105640 0846 10

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2014

(3)

PERSETUJUAN

Judul Proposal Penelitian : Peran DISDIKPORA Dalam Meningkatkan Prestasi Olahraga Sepak Bola Di Kabupaten Gowa

( Studi Pengembangan Prestasi Persigowa )

Nama Mahasiswa : Muh.Saleh

Nomor Stambuk : 105640084610

Program Studi : Ilmu Pemerintahan

Menyetujui :

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. H. Muhlis Madani, M.Si Rudi Hardi, S.Sos, M.Si

Mengetahui :

Dekan Ketua Jurusan

Fisipol Unismuh Makassar Ilmu Pemerintahan

Dr. H. Muhlis Madani, M.Si A. Luhur Prianto, S.IP, M.Si

i

(4)

PENERIMAAN TIM

Telah diterima oleh TIM Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar, berdasarkan Surat Keputusan/undangan menguji ujian skripsi Dekan Fisipol Universitas Muhammadiyah Makassar, Nomor : 1589/FSP/A.1-VIII/XVIII/35/2014 sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana (S.1) dalam program Studi Ilmu Pemerintahan Di Makassar pada hari sabtu tanggal delapan belas bulan Oktober tahun 2014.

TIM PENILAI

Penguji :

1. Dr. H. Muhlis Madani, M.Si ( )

2. Dra. Andi Rosdianti Razak, M.Si ( )

3. Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si ( )

4. Andi Luhur Prianto, S.IP, M,Si ( )

Sekretaris

Drs. H. Muhammad Idris, M.Si Ketua

Dr. H. Muhlis Madani, M.Si

ii

(5)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama Mahasiswa : Muh.Saleh Nomor Stambuk : 105640 0846 10 Program Studi : Ilmu Pemerintahan

Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa bantuan dari pihak lain atau telah ditulis/dipublikasikan orang lain atau melakukan plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai aturan yang berlaku, sekalipun itu pencabutan gelar akademik.

Makassar, 31 Agustus 2014 Yang Menyatakan,

Muh.Saleh

iii

(6)

ABSTRAK

MUH.SALEH. Peran Disdikpora Dalam Meningkatkan Prestasi Olahraga Sepak Bola Di Kabupaten Gowa ( Studi Pengembangan Prestasi Persigowa ) (Dibimbing oleh Muhlis Madani dan Rudi Hardi).

Tujuan penelitian ini adalah bagaimana peran maupun faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan prestasi olahraga sepak bola yang dilakukan oleh dinas pendidikan, pemuda dan olahraga di kabupaten Gowa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan prestasi olahraga sepak bola yang dilakukan oleh dinas pendidikan, pemuda dan olahraga di kabupaten Gowa di kabupaten Gowa.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskripsi kualitatif.

Sampel dalam penelitian ini sebanyak 6 orang. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Peran Disdikpora dalam meningkatkan prestasi olahraga sepak bola di Kabupaten Gowa berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan dianggap masih kurang. Hal ini terindikasi dari beberapa item pertanyaan yang diberikan kepada informan yang pada menyatakan bahwa (a) perencanan yang menjadi pondasi awal dalam mencapai tujuan belum terencana dengan baik, mulai dari pembinaan, pendanaan, sarana dan prasarana (b) organisasi olahraga kinerjanya masih jauh dari harapan (c) pengendalian atau Pengawasan belum di jalankan dengan sepenuhnya guna untuk menghindari adanya kemungkinan penyelewengan, atau penyimpangan sehingga tujuan bisa tercapai sesuai dengan rencana (d) Dispora sebagai pemimpin atau penggerak belum mampu mempengaruhi orang lain agar orang tersebut mau bekerja sama (mengkolaborasi dan mengelaborasi potensinya) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan di dalam organisasi. (e)Belum terbentuknya koordinasi secara lancar yang dijalankan oleh Dispora kepada bawahannya yaitu kepala bidang pemuda dan olahraga dan kepala seksi pembinaan olahraga. (f) kurangnya ketegasan kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Gowa sehingga menghambat Peningkatan prestasi klub Persigowa.

Keyword: Peran Disdikpora, prestasi Olahraga Persigowa.

iv

(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah AWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul PERAN DISDIKPORA DALAM MENINGKATKAN PRESTASI OLAHRAGA SEPAK BOLA DI KABUPATEN GOWA ( STUDI PENGEMBANGAN PRESTASI PERSIGOWA ).

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar sarjana Ilmu Pemerintahan Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pula pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimah kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Dr. H. Muhlis Madani, M.Si selaku Pembimbing I dan Bapak Rudi Hardi, S.Sos, M.Si selaku Pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

2. Bapak Dr. H. Muhlis Madani, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar

3. Bapak A.Luhur Prianto S.IP, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Bapak/Ibu Dosen Ilmu Pemerintahan Fisipol Unismuh Makassar yang telah membekali penulis dengan berbagai konsep keilmuan selama dalam proses perkuliahan.

5. Kepala Tata Usaha dan staf pegawai Fisipol Unismuh Makassar yang telah memberikan pelayanan administrasi dan akademik.

6. Kedua orang tua Abd.Rahman, A.Ma dan Jumiati serta senegap keluarga yang senantiasa memberikan semangat dan bantuan, baik moral maupun materil.

7. Para teman seperjuangan mahasiswa Ilmu Pemerintahan Fisipol Unismuh Makassar Angkatan 2010 yang selalu memberikan motivasi dan masukan mulai awal sampai akhir studi.

v

(8)

Demikian kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.

Makassar, 31 Agustus 2014

Muh.Saleh

vi

(9)

DAFTAR ISI Halaman Judul

Halaman Persetujuan... i

Halaman Persetujuan... ii

Halaman Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ... iii

Abstrak ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar isi... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Dispora ... 6

B. Olahraga Berprestasi ... 14

C. Hubungan PSSI, KONI dengan DISDIKPORA ... 19

D. Undang-Undang Republik Indonesia No. 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional ... 21

E. Kewenangan Pemerintah Pusat dan Daerah Tentang Olahraga ... 25

F. Kerjasama Dalam Olahraga ... 28

G. Kebijakan Pemerintah Daerah Dalam Pengembangan Olahraga di Kabupaten Gowa ... 30

H. Kerangka Pikir ... 31

I. Defenisi Fokus Penelitian ... 32

vii

(10)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 34

B. Jenis dan Tipe Penelitian... 34

C. Sumber Data... 34

D. Informan Penelitian... 34

E. Prosedur Pengumpulan Data ... 35

F. Teknik Analisis Data... 35

G. Keabsahan Data ... 36

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Obyek Penelitian ... 37

B. Peran Dinas Pendidikan, Pemuda Dan Olahraga Dalam Meningkatkan Prestasi Olahraga Sepak Bola Di Kabupaten Gowa ... 40

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peningkatan Prestasi Olahraga Sepak Bola Di Kabupaten Gowa ... 50

BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan ... 53

B. Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA ... 56 LAMPIRAN

viii

(11)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah mengubah sistem pemerintahan di daerah dengan penguatan sistem desentralisasi (Otonomi Daerah). Perubahan tersebut merupakan implementasi dari Pasal 18 Ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang mengamanatkan bahwa “Pemerintah daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan” .

Daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan daerah untuk mengatur urusan pemerintahannya sendiri. Kewenangan daerah mencakup seluruh kewenangan dalam bidang pemerintahan, kecuali bidang politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional, dan agama yang diatur dalam ketentuan Pasal 10 ayat (3) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Secara spesifik urusan wajib yang menjadi kewenangan daerah diatur dalam ketentuan Pasal 13 dan Pasal 14 yang telah diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota. Dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, Pemerintah juga telah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah. Untuk menjalankan urusan pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah tersebut, Pemerintah Daerah

1

(12)

memerlukan perangkat Peraturan Perundang-undangan. Berdasarkan Undang- Undang No. 32 Tahun 2004 Pasal 19 ayat (2) yang dimaksud penyelenggara pemerintah daerah adalah pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Selanjutnya pada Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 ditentukan bahwa pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip NKRI, sebagai mana dimaksud Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Olahraga sepak bola merupakan suatu fenomena yang mendunia dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Bahkan melalui olahraga sepak bola dapat dilakukan national character building suatu daerah maupun bangsa, sehingga olahraga sepak bola menjadi sarana strategis untuk membangun kepercayaan diri, identitas bangsa, dan kebanggaan nasional. Berbagai kemajuan pembangunan di bidang keolahragaan yang bermuara pada meningkatnya budaya dan prestasi olahraga sepak bola.

Melalui pembinaan olahraga sepak bola yang sistematis, kualitas sumber daya manusia dapat diarahkan pada peningkatan pengendalian diri, tanggung jawab, disiplin, sportivitas yang pada akhirnya dapat memperoleh prestasi olahraga sepak bola yang dapat membangkitkan kebanggaan daerah khususnya Kabupaten Gowa.

Oleh sebab itu, olahraga sepak bola perlu mendapatkan perhatian yang lebih proporsional oleh Dispora melalui pembinaan, manajemen, perencanaan dan pelaksanaan yang sistematis dalam pembangunan daerah khususnya Kabupaten Gowa.

(13)

Persaingan olahraga sepak bola berprestasi dewasa ini semakin ketat, prestasi bukan lagi milik perorangan, tetapi sudah menyangkut harkat dan martabat suatu bangsa. Itulah sebabnya berbagai daya dan upaya dilakukan oleh suatu daerah atau Negara khususnya Kabupaten Gowa untukmenempatkan atletnya sebagai juara di berbagai kegiatan olahraga besar. Dalam upaya meningkatkan partisipasi masyarakat di bidang olahraga, pada bulan September 1981 pemerintah secara khusus mencanangkan program memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat. Seiring dengan ini, dua tahun kemudian yakni pada tahun 1983 pemerintah membentuk Kantor Menteri Negara Urusan Pemuda dan Olahraga (Kantor Menpora) dan pada tingkat daerah juga terbentuk Kantor Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) dengan tugas pokok antara lain melaksanakan dan mengkoordinasikan pembangunan olahraga.

Beberapa cabang olahraga banyak digemari masyarakat kabupaten Gowa, misalnya cabang olahraga sepak bola, bola volley, tinju, karate, pencak silat dan lain- lain. Dari besarnya antusias masyarakat Kabupaten Gowa tentu saja dapat mencapai prestasi maksimal baik tingkat daerah maupun Nasional. Tetapi prestasi Persigowa belum bisa diwujudkan karena beberapa kendala dari segi kurangnya perhatian Dispora terhadap perencanaan dalam proses pembinaan, pendanaan, dan sarana dan prasarana, pengorganisasian, pengendalian, penggerakan, serta beberapa faktor yang mempengaruhinya separti koordinasi yang masih lemah, ketegasan pula yang menjadi kendala.

Tentunya inilah yang menghambat perkembangan olahraga sepak bola dan minat masyarakat Kabupaten Gowa untuk berprestasi. Daya saing para atlet

1

(14)

Kabupaten Gowa baik ditingkat regional maupun tingkat internasional masih belum mampu menunjukkan prestasi yang membanggakan. Hal ini antara lain disebabkan oleh institusi keolahragaan yang ada belum mampu melaksanakan pembinaan olahraga yang berlandaskan pada sistem manajemen yang didasarkan pada interkoneksitas dan keterpaduan dari segenap unsur keolahragaan. Di Kabupaten Gowa, bidang Pemuda dan Olahraga masih satu gabungan dengan bidang yang lainnya yang tergabung dalam Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga.

Hal ini berpengaruh terhadap kurang maksimalnya perhatian pemerintah terhadap olahraga secara khusus karena masih bergabung dengan Pendidikan.

Sehingga butuh waktu lama untuk berkembang dan siap bersaing dengan Dispora lainnya disamping masih kurangnya tenaga teknis yang profesional di bidang pemuda dan olahraga. Dalam rangka menumbuhkan budaya olahraga sepak bola dan meningkatkan prestasi untuk kemajuan pembangunan olahraga sepak bola, beberapa permasalahan perlu diidentifikasi.

Dengan adanya Undang – Undang Sistem Keolahragaan Nasional harus dapat membawa dampak positif bagi masa depan olahraga sepak bola di Indonesia, khususnya di Kabupaten Gowa. Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk meneliti Peran Disdikpora Serta DalamMeningkatkan Prestasi Olahraga Sepak Bola di Kabupaten Gowa.

(15)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang permasalahan,maka penulis membatasi dari permasalahan diatas yaitu :

1. Bagaimana Peran Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga dalam meningkatkan prestasi olahraga sepak bola di Kabupaten Gowa ?

2. Bagaimana faktor yang mempengaruhi peran Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga dalam meningkatkan prestasi klub persigowa di Kabupaten Gowa?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui Peran Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga di Kabupaten Gowa.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi peran Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga dalam meningkatkan prestasi klub persigowa di Kabupaten Gowa.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Akademis

a. Bahan referensi bagi peneliti lain yang hendak mengadakan penelitian tentang peran Disdikpora dalam meningkatkan prestasi olahraga sepak bola di Kabupaten Gowa(studi pengembangan prestasi Persigowa ).

2. Manfaat Praktis

a. Bahan informasi dan kajian bagi Pemerintah Daerah tentang peranannya dalam meningkatkan prestasi olahraga sepak boladi Kabupaten Gowa (studi pengembangan prestasi Persigowa ).

(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Dispora

Definisi peran menurut beberapa tokoh berbeda pendapatnya. Akan tetapi peran itu sendiri merupakan suatu perilaku atau tindakan yang dilakukan oleh individu. Adapun definisi peran adalah sebagai berikut:

Definisi peran adalah sebagai berikut adalah Peran adalah sebuah rangkaian konsep yang berkaitan dengan apa yang dapat dilakukan oleh individu di dalam masyarakat yang berfungsi sebagai organisasi.

Peran merupakan suatu perilaku yang penting bagi struktur sosial (Soekamto, 1983:146). Sedangkan definisi lain mengetakan bahwa peran :

”Serangkaian rumusan yang membatasi perilaku-perilaku yang diharapkan dari

pemegang kedudukan tertentu (Sarwono, 1991: 243) ”Ada pula yang mendefinisikan peran sebagai berikut : ”Peran adalah sesuatu yang menjadi bagian atau yang

memegang pimpinan yang terutama terjadi dalam suatu hal atau peristiwa (Purwanto,1994)” Melihat dari definisi diatas, dapat dikatakan bahwa peran

yang dijalankan oleh seorang individu ataupun kelompok merupakan suatu cermin dari sebuah harapan dan tujuan yang akan dicapai terhadap perubahan perilaku yang menyertainya. Berhubungan dengan program promosi kesehatan yang dijalankan pemerintah adalah sebuah program yang meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) sebagai hal paling utama dalam menjaga kesehatan diri dan lingkungan. Akan tetapi program promosi PHBS ini tidak akan berjalan jika tidak adanya peranan dari tokoh masyarakat

6

(17)

ataupun kelompok yang ada di dalamnya. Peranan merupakan suatu konsep mengenai hal ikhwal yang dilakukan oleh individu dan masyarakat sebagai suatu rangkaian organisasi. Livinson mengemukakan bahwa peran mengandung 3 hal penting yaitu (dalam Soekamto, 1983: 95):

a. Peran meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau kedudukan seseorang dalam kehidupan bermasyarakat atau instansi.

b. Peran adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individudalam masyarakat atau instansi sebagaoi organisasinya.

c. Peran juga dapat dimaknai sebagai perilaku individu yang sangat penting bagi struktur sosial dalam masyarakat atau sebuah instansi. Peranan adalah suatu tugas utama yang dilakukan oleh individu ataupun organisasi sebagai bagian dalam kehidupan bermasyarakat guna mewujudkan cita-cita dan tujuan hidup sehat bersama. Seperti yang telah dirumuskan tentang peran oleh

Peran juga dapat dilihat dari partisipasi seseorang atau organisasi terhadap lingkungan sosial dimana ia berada. Dalam teori partisipasi menurut Nugroho (2003), ”Partisipasi adalah merupakan keikutsertaan seseorang atau organisasi dalam berbagai hal secara tanggung jawab denga penuh kemurnian dan inisiatif dalam kegiatan kelompok yang dilaksanakan dalam mencapai tujuan” (dalam Nugroho, 2003). Seseorang yang beradadi dalam masyarakat adalah individu ataupun kelompok yang mempunyai peran penting dalam keberhasilan program promosi PHBS. Karena mereka selain berfungsi sebagai komunikasi dan edukasi juga merupakan sumber informasi bagi khalayak masyarakat. Peran mereka itu merupakan sesuatu yang diharapkan dan apa yang dilakukan oleh seseorang maupun

(18)

organisasi terhadap kehidupan sosial yang berada di lingkungan sekitarnya. Peran dalam sosiologi dibahas ketika mengkaji struktur sosial. Dalam struktur sosial ini dikenal dengan dua macam konsep yang sangat penting dalam peran, yaitu status (status) dan peran (role).

Definisi dari kedua konsep tersebut menurut definisi lain adalah bahwasanya status adalah ”a collection of right and duties” (suatu kumpulan antara hak dan kewajiban) , sedangkan peran adalah ”the dynamic aspect of status”

(aspek dinamis dari suatu status).

Dari definisi ini dapat disimpulkan bahwa deskripsi posisi dan kedudukan dari status dan peran sangatlah jelas. Pemerintah dapat dikatakan menjalankan peran manakala ia menjalankan hak dan kewajiban yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari status yang dijabatnya.

Dinas Pemuda dan Olahraga adalah salah satu Perangkat Daerah dilingkungan Pemerintah Kabupaten Gowa, yang mana pembentukan susunan organisasi dan tata kerjanya diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Gowa.

Dinas Pemuda dan Olahraga dipimpin oleh Kepala Dinas yang mempunyai tugas pokok menyelenggarakan urusan dibidang pemuda dan olahraga berdasarkan asas desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan. Berikut struktur organisasi Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga :

(19)

STRUKTUR ORGANISASI

DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA

Secara umum Dispora Kabupaten Gowa memiliki peran utama Dalam hal melakukan peningkatan prestasi olahraga, peran Dispora Kabupaten Gowa ini KEPALA DINAS

H.Idris Faisal Kadir, SH Nip. 196406291989121001

SEKRETARIS

Drs. H. Sappe Mangiriang, MM Nip. 196A406291989121001

SUB BAGIAN KEUANGAN Dewi Rahmawati, SE Nip. 196303171991032010 SUB PERENCANAAN DAN

LAPORAN Masnia, SE, MM Nip. 196303171991032010 SUB.BAGIAN UMUM &

KEPEGAWAIAN Hj. Haslindah, SS,M.Si Nip. 197409122005022004

Bidang Pemuda & Olahraga Andi Budiman, SE, MM Nip. 196104301981111001 Bidang Pendidikan

Formal & Pra Sekolah Drs. H. Ismail YP, MM Nip. 1964100911990031011

UPTD

Seksi Pendidikan Pra Sekolah Dra. Hj. Mirawati Yasin Seksi Pendidikan Non Formal

Drs. Muh. Rum, M.Pd

Seksi Sarana & Prasarana Non Formal & Pra Sekolah Drs. Syarifuddin, M.Pd

Seksi Pembinaan Kepemudaan Drs. Muh. Tahir, MM

Seksi Pengembangan Olahraga Andi Ermy, SE

Seksi Pengembangan Minat dan Bakat

Lubis Ismail,S.Sos

(20)

tentunya harus didukung dengan manajemen yang baik. Menurut Hasibuan (2006 ; 40) fungsi-fungsi pokok manajemen sebagai salah satu kelompok sebagai berikut:

1. Perencanaan (Planning), yaitu proses penentuan tujuan dan pedoman pelaksanaan dengan memilih yang terbaik dari alternafit - alternatif yang ada.

Adapun yang menjadi fungsi pokok dari bagian perencanaan adalah:

a. Menentukan tujuan, kebijakan - kebijakan, prosedur, dan program serta memberikan pedoman cara - cara pelaksanaan yang efektif dalam pencapaian tujuan

b. Menjadikan tindakan ekonomis agar semua potensi yang dimiliki terarah.

c. Memperkecil resiko yang dihadapi pada masa yang akan dating d. Kegiatan - kegiatan dilakukan secara teratur dan bertujuan

e. Memberikan gambaran yang jelas dan lengkap tentang seluruh pekerjaan f. Membantu penggunaan suatu alat pengukuran hasil kerja

g. Menjadi suatu landasan untuk pengendalian h. Usaha untuk menghindari mismanagement

i. Meningkatkan daya guna dan hasil guna organisasi

. Dalam ilmu menejemen menjelaskan bahwa salah satu fungsi pokok manajemen adalah perencanaan, dimana dalam ilmu manajemen menjelaskan bahwa fungsi pokok manajemen terdiri dari perencanaan, koordinasi, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi. Perencanaan merupakan salah satu fungsi pokok manajemen yang pertama harus dijalankan. Sebab tahap awal dalam melakukan aktivitas perusahaan sehubungan dengan pencapaian tujuan organisasi perusahaan adalah dengan membuat perencanaan. Definisi perencanaan dikemukakan oleh :

(21)

“Secara umum perencanaan merupakan proses penentuan tujuan organisasi

(perusahaan) dan kemudian menyajikan (mengartikulasikan) dengan jelas strategi- strategi (program), taktik-taktik (tata cara pelaksanaan program) dan operasi (tindakan) yang diperlukan untuk mencapai tujuan perusahaan secara menyeluruh.”

Dalam manajemen, Perencanaan adalah proses mendefinisikan tujuan organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan itu, dan mengembangkan rencana aktivitas kerja organisasi. Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan fungsi-fungsi lain pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan tidak akan dapat berjalan.

Rencana dapat berupa rencana informal atau rencana formal. Rencana informal adalah rencana yang tidak tertulis dan bukan merupakan tujuan bersama anggota suatu organisasi. Sedangkan rencana formal adalah rencana tertulis yang harus dilaksanakan suatu organisasi dalam jangka waktu tertentu. Rencana formal merupakan rencana bersama anggota korporasi, artinya, setiap anggota harus mengetahui dan menjalankan rencana itu. Rencana formal dibuat untuk mengurangi ambiguitas dan menciptakan kesepahaman tentang apa yang harus dilakukan.

2. Pengorganisasian (Organizing)

Pengorganisasian yaitu suatu proses penentuan, pengelompokan, dan pengaturan bermacam - macam aktivitas yang dilakukan untuk mencapai tujuan, menempatkan orang - orang pada setiap aktivitas ini, menyediakakn alat - alat yang diperlukan, menetapkan wewenang yang secara relatif didelegasikan kepada

(22)

setiap individu yang akan melakukan aktivitas - aktivitas ini. Kelembagaan Pemerintah Daerah merupakan elemen dasar dalam penyelenggaraan pemerintahan di suatu daerah, selain elemen urusan pemerintahan dan kapasitas aparatur pemerintah daerah itu sendiri. Pengaturan terhadap kelembagaan atau sering disebut dengan Organisasi Perangkat Daerah (OPD), telah diatur dan ditetapkan berdasarkan PP No. 84 Tahun 2000, yang diganti dengan PP No. 8 Tahun 2003, dan kemudian direvisi menjadi PP No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah. Dalam PP No. 41 Tahun 2007 tersebut, disebutkan bahwa pelaksanaan peraturan perundangan ini diharapkan dapat selesai dalam waktu 1 tahun sejak ditetapkan.

Akhir tahun 2008 merupakan batas waktu bagi pemerintah daerah untuk menetapkan Peraturan Daerah mengenai Organisasi Perangkat Daerah berdasarkan PP No. 41 Tahun Definisi Pemerintahan Daerah berdasarkan UU No 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah pasal 1 ayat 2, adalah sebagai berikut : “Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintahan daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi yang seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip NegaraKesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945”.

Melihat definisi pemerintahan daerah seperti yang telah dikemukakan diatas,maka yang dimaksud pemerintahan daerah disini adalah penyelenggaraan daerah otonom oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas desentralisasi dan unsur penyelenggara pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati atau Walikota.

(23)

a. Asas-asas untuk menyelenggarakan pemerintahan daerah, pada dasarnya ada 4 yaitu :

Sentralisasi yaitu sistem pemerintahan di mana segala kekuasaan dipusatkan di pemerintah pusat.

Desentralisasi yaitu penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dekonsentrasi yaitu pelimpahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau kepada instansi vertikal di wilayah tertentu.

Tugas Pembantuan yaitu penugasan dari pemerintah kepada daerah dan/atau desa, dari pemerintah propinsi kepada kabupaten/kota dan/atau desa, dari pemerintah kabupaten/kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu.

3. Pengendalian (Controlling)

Pengawasan atau Controling adalah satu dari Fungsi Manajemen yang merupakan kegiatan untuk menentukan semua elemen yang ada pada Organisasi sudah bekerja sesuai dengan apa yang sudah di rencanakan. Pengawasan di jalankan sepenuhnya guna untuk menghindari adanya kemungkinan penyelewengan, atau penyimpangan sehingga tujuan bisa tercapai sesuai dengan rencana. Melalui pengawasan diharapkan dapat membantu melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan secara efektif dan efisien. Fungsi pokok:

a. Menentukan standar - standar yang akan digunakan dasar pengendalian.

(24)

b. Mengukur pelaksanaan atau hasil yang telah dicapai.

c. Membandingkan pelaksanaan atau hasil dengan standar dan menentukan penyimpangan jika ada.

d. Melaksanakan pengawasan sesuai dengan petunjuk hasil pengawas.

4. Penggerakan (Actuating)

Penggerakan yaitu kegiatan menggerakkan semua bawahan agar mau bekerja sama dan bekerja efektif untuk mencapai tujuan. Fungsi pokok :

a. Melakukan pembinaan kerja sama, mengarahkan, dan mendorong gairah para pekerja dengan memahami tingkah lakunya.

b. Menjaga hubungan yang harmonis yang didorong oleh kebutuhan dan kepentingan bersama untuk memperoleh pendapatan, keamanan, kekuatan.

c. Menjaga komunikasi tetap baik agar perintah, laporan, informasi, berita, saran dapat berjalan dengan baik

d. Gairah kerja, produktifitas kerja, dan proses manajemen akan berjalan dengan baik jika tipe, gaya, cara kepemimpinan yang diterapkan atasan baik.

B. Olahraga Berprestasi

Olahraga prestasi adalah olahraga yang harus dibina dan ditangani secara serius dan terpantau. Pembinaan olahraga prestasi bertujuan untuk mengembangkan olahragawan secara terencana, berjenjang, dan berkelanjutan melalui kompetisi untuk mencapai prestasi dengan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan. Pembinaan yang dilakukan Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Gowa terhadap pengembangan olahraga prestasi yaitu masih belum

(25)

optimal karena kekurangan tenaga kerja juga keterbatasan dana. Peran serta Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga terhadap perkembangan olahraga prestasi Kabupaten Gowa belum maksimal. Tetapi Dinas ini tetap mendampingi dan memantau setiap perkembangan prestasi hanya saja sumbangsih dinas ini belum maksimal. Keterbatasan dana pemerintah menuntut cabang-cabang olahraga lain yang belum menjadi prioritas pendanaan pemerintah perlu menggalang dana kolektif dari masyarakat dan swasta. Para pemerhati olahraga harus segera menyatukan suara dalam membangun olahraga di Kabupaten Gowa. Salah satunya adalah menetapkan National Sport Policy yang akan menjadi acuan bersama, tanpa melihat siapa yang menjadi penguasaannya, serta menciptakan situasi konduksif untuk efisiensi dan efektivitas penerapan kebijakan olahraga itu sendiri. Olahraga di Kabupaten Gowa berpeluang dalam industri olahraga, mengingat karakteristik masyarakat Kabupaten Gowa yang masih memfavoritkan televisi sebagai media informasi dan hiburan, kunci itu ada di tangan televisi. Jangan kita mengabaikan peran para wartawan yaitu media cetak dan media elektronik lainya seperti radio dan internet yang makin global dan canggih sebagai kendaraan ampuh untuk memajukan aktivitas pendidikan jasmani dan olahraga. Nurhasan (2007)

Handoko (2008). Model pembinaan bentuk segi tiga atau sering disebut pola piramid seharusnya berporos pada proses pembinaan yang bersinambung. Dikatakan bersinambung (kontinum) karena pola itu harus didasari cara pandang (paradigma) yang utuh dalam memaknai program pemassalan dan pembibitan dengan program pembinaan prestasinya. Artinya, program tersebut memandang penting arti pemassalan dan pembibitan yang bisa jadi berlangsung dalam program pendidikan

(26)

jasmani yang baik, diperkuat dengan program pengembangannya dalam kegiatan klub olahraga sekolah, dimatangkan dalam berbagai aktivitas kompetisi intramural dan idealnya tergodok dalam program kompetisi interskolastik, serta dimantapkan melalui pemuncakan prestasi dalam bentuk training camp bagi para bibit atlet yang sudah terbukti berbakat. Dengan demikian, corak ini dapat dipastikan agak berbeda dari yang ditempuh dalam pembinaan olahraga di Kabupaten Gowa umumnya, misalnya program SSB Kalegowa, yang biasanya melupakan arti penting dari program penjas dan program olahraga rekreasi, tetapi langsung diorientasikan kepada puncak tertinggi dari model piramid. Secara tradisional, program pengajaran pendidikan jasmani digambarkan sebagai lantai dasar dari sebuah segitiga sama kaki, atau yang sering disebut sebagai bentuk piramid. Tepat di atasnya terdapat program olahraga rekreasi, atau lazim pula disebut program klub olahraga. Sedangkan di puncak segitiga terletak program olahraga prestasi.

Sucipto (2000). Membangun strategi pembinaan olahraga secara baik memerlukan waktu dan penataan system secara terpadu. Pemerintah dalam hal ini adalah Kementerian Pemuda dan Olahraga tidak dapat bekerja sendiri tanpa sinergi dengan kelembagaan lain yang terkait dengan pembinaan system keolahragaan secara nasional. Penataan olahraga prestasi harus dimulai dari permasalahan olahraga di masyarakat yang diharapkan akan memunculkan bibit-bibit atlet berpotensi dan ini akan didapat pada atlet yang dimulai dari usia sekolah. Oleh karena itu penataan harus dilakukan secara terpadu dan berjenjang sehingga hasil yang dicapai merupakan produk yang sangat optimal. Untuk dapat menggerakkan pembinaan olahraga harus diselenggarakan dengan berbagai cara yang dapat mengikutsertakan

(27)

atau memberi kesempatan seluas - luasnya kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan olahraga secara aktif, berkesinambungan, dan penuh kesadaran akan tujuan olahraga yang sebenarnya. Pembinaan olahraga yang seperti ini hanya dapat terselenggara apabila ada suatu system pengelolaan keolahragaan nasional yang terencana, terpadu, dan berkesinambungan dalam semangat kebersamaaan dari seluruh lapisan masyarakat.

Pembinaan atlet usia pelajar sering kali tidak terjadi kesinambungan dengan pembinaan cabang olahraga prioritas. Hal ini biasa dilihat dari berbagai cabang olahraga yang merupakan andalan untuk meraih medali emas tidak dibina secara berjenjang. Untuk itu perlu dilakukan penyusunan program pembibitan atlet dari usia dini dengan cabang olahraga yang menjadi prioritas. Sebagai langkah berikutnya perlu melakukan kerja sama antara Menteri Pemuda dan Olahraga dengan Komite Olahraga Nasional Indonesia Pusat serta Induk Organisasi Cabang Olahraga untuk membicarakan cabang-cabang olahraga yang menjadi prioritas utama baik di daerah, nasional, maupun Internasional.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembinaan olahraga dan pembangunan olahraga baik di daerah maupun nasional, seperti :

a. Adanya kesadaran secara umum bahwa gerakan nasional olahraga ini untuk tujuan dan kepentingan nasional

b. Adanya semangat kebersamaan (gotong royong) dari seluruh pihak yang terkait c. Adanya kebijakan dan program yang terencana, terpadu, dan terkoordinasi dalam

implementasinya

(28)

d. Adanya wadah atau wahana koordinasi di tingkat daerah maupun nasional yang memungkinkan terbangunnya system pengelolaan keolahragaan nasional secara terpadu dan berkesinambungan

e. Adanya komitmen dari seluruh pihak baik masyarakat maupun pemerintah untuk menyukseskan gerakan pembanguan olahraga nasional.

Keberhsilan prestasi olahraga nasional tidak lepas dari aspek-aspek lain yang mendukung sistematis pembinaan yang mengerucut. Pada Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 dalam pasal 17 menyebutkan tentang ruang lingkup olahraga meliputi 3 (tiga) bentuk kegiatan olahraga yaitu Olahraga Pendidikan, Olahraga Rekreasi, Olahraga Prestasi. Dan pada kali ini peneliti hanya menyoroti tentang olahraga prestasi.

Olahraga berprestasi adalah olahraga yang harus diperhatikan dan ditangani dengan serius oleh Pemerintah Daerah, karna dalam olahraga berprestasi semua aspek harus seimbang dan sejalan. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penanganan olahraga berprestasi, antara lain: (Resbin, 2007)

a. Pemberdayaan Semua Jalur Pembinaan

Pendayagunaan semua sumber daya harus dilakukan dan menjadi bagian yang diprioritaskan dalam pelaksanaan pembinaan.

b. Prioritas Cabang Olahraga

Untuk meningkatkan efektivitas pembinaan olahraga terkhusus olahragaprestasi diperlukan keberanian untuk membuat keputusan dalam hal penetapan prioritas cabang olahraga yang akan dibina.

(29)

c. Penetapan Standar Kualitas

Dalam ruang lingkup olahraga prestasi harus bisa menetapkan standar

kualitas semua pihak. Dalam hal meningkatkan daya saing diperlukan peningkatan upaya dan kekuatan komponen-komponen strategis, seperti peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas termasuk pelatih, guru, manajer, instruktur dan yang lainnya.

d. Investasi dan Implementasi IPTEK

Kedudukan IPTEK olahraga perlu diberdayakan dengan menitikberatkan pada proses pembinaan dan evaluasi disamping peningkatan kemampuan dan riset di bidang olahraga. Peran IPTEK sangat berpengaruh terhadap pencapaian prestasi.

e. Sistem Jaminan Kesejahteraan dan Masa Depan

Penyediaan dan penerapan sistem penghargaan bagi atlet dan pelatih perlu dioptimalkan. Secara prinsip pembinaan atlet perlu disertakan dengan perencanaan karir terutama setelah mereka tidak aktif lagi sebagai atlet, jaminan hidup akan memotivasi setiap atlet untuk berprestasi.

C. Hubungan PSSI, KONI dengan DISDIKPORA

PSSI (Persatuan Sepak bola seluruh Indonesia ) yang dibentuk 19 April 1930 di Yogyakarta. Sebagai organisasi olahraga yang dilahirkan di Zaman penjajahan Belanda, Kelahiran PSSI betapapun terkait dengan kegiatan politik menentang penjajahan. Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia, disingkat PSSI, adalah organisasi induk yang bertugas mengatur kegiatan olahraga sepak bola di Indonesia.

PSSI berdiri pada tanggal 19 April 1930 dengan nama awal Persatuan Sepak Raga

(30)

Seluruh Indonesia. Ketua umum pertamanya adalah Ir. Soeratin Sosrosoegondo.

PSSI bergabung dengan FIFA pada tahun 1952, kemudian dengan AFC pada tahun 1954. PSSI menggelar kompetisi Liga Indonesia setiap tahunnya, dan sejak tahun 2005, diadakan pula Piala Indonesia. Ketua Umum PSSI sejak 9 Juli 2011 adalah Djohar Arifin Husin. Masalah yang ada pada PSSI adalah masih banyak kurangnya kesadaran pada pendiri pendiri dari PSSI tersebut, karena masih banyaknya tindakan korupsi di PSSI, dan pendiri – pendiri PSSI yang masih sering diganti, yang mengakibatkan kurang kompaknya timnas Indonesia. PSSI (2003)

KONI Sumut (2008). Keputusan pemerintah yang menerbitkan UU no. 3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional, dan diperjelas dengan Peraturan Pemerintah Nomor 16, 17, dan 18 Tahun 2007 sebagai peraturan pelaksanaan UU No. 3 Tahun 2005 semakin mengkerdilkan fungsi dan tugas KONI sebagai National Olympic Committe di Indonesia. Apalagi KONI sendiri juga sudah menyerahkan fungsi dan tugas sebagai NOC kepada KOI kembali saat Musornaslub tahun 2007.

Dengan demikian, praktis, KONI tidak lagi punya kewenangan sebagai penyelenggara event multi olahraga antar negara. Namun, oleh pemerintah, KONI masih diberi wewenang untuk melaksanakan event multi olahraga dalam negeri saja.

Pembibitan adalah upaya yang diterpakan untuk menjaring atlet berbakat dalam olahraga prestasi, yang diteliti secara terarah dan intensif melalui orang tua, guru, dan pelatih pada sutau cabang olahraga, yang bertujuan untuk menyiadakan calon atlet berbakat dalam berbagia canang olahragaprestasi, sehingga dapat dilanjutkan dengan pembinaan yang lebih intensif lagi, dan dengan sistem yang lebih inofatif serta mampu memanfaatkan hasil riset ecra ilmiah serta pernagkat teknologi modern.

(31)

Dispora adalah suatu lembaga yang ada di Daerah dibawah pimpinan kepala Dinas Pemuda dan olahraga yang melakukan program latihan yang terukur, terstruktur dan memanfaatkan teknologi olahraga juga menjadi hal penting dalam menunjang pembinaan yang dilakukan tersebut. Selain itu kompetisi yang terjadwal guna mengevaluasi hasil latihan dari program latihan yang telah dirancang, merupakan hal yang tidak bisa dilepaskan untuk menghasilkan atlet- atlet berbakat, yang akan dibina kearah lebih tinggi.

Jadi hubungan PSSI dengan KONI dan Disdikpora sangat erat dalam proses peningkatan prestasi olahraga Nasional, karena ke tiga lembaga ini bersama-sama melakukan proses pembinaan dan pengembangan usia muda. Dimana PSSI organisasi induk yang bertugas mengatur kegiatan olahraga sepak bola di Indonesia dan sudah menjadi kewajibannya untuk mengikuti even olahraga internasional yang membawa nama Indonesia, sementara KONI hanya diberi wewenang untuk melaksanakan event multiolahraga dalam negeri saja seperti PON, Dispora hanya diberi wewenang melakukan pertandingan di daerah masing-masing.

D. Undang-Undang Republik Indonesia No. 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional

1. Pembinaan dan Pengembangan Olahraga Berprestasi

Prestasi olahraga hanya dapat diraih apabila pembinaan dilakukan berjenjang dan berkelanjutan dari usia dini, tingkat SD, SMP/ MTs, dan SMA/

MA/ SMK atau klub olahraga pelajar, kata penanggung jawab kegiatan Kepala Bidang Pemuda dan Olahraga Andi Budiman, SE, MM yang mewakili Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Kabupaten Gowa. Program latihan yang terukur, terstruktur dan memanfaatkan teknologi olahraga juga menjadi hal penting

(32)

dalam menunjang pembinaan tersebut. Selain itu kompetisi yang terjadwal guna mengevaluasi hasil latihan dari program latihan yang telah dirancang, merupakan hal yang tidak bisa dilepaskan untuk menghasilkan atlet- atlet berbakat, yang akan dibina kearah lebih tinggi.

Dengan adanya kegiatan pelatihan usia dini ini, merupakan angin segar bagi kemajuan olahraga sepak bola. Pembinaan harus dilakukan secara terus menerus dan berjenjang denganmemperhatikan input atlet yang akan masuk ke dalam pembinaan. Diperlukan metode tertentu untuk mendapatkan atlet potensial dengan tidak meninggalkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

1. Pembinaan dan pengembangan olahraga berprestasi dilaksanakan dan diarahkan untuk mencapai prestasi olahraga pada tingkat daerah, nasional, dan internasional.

2. Pembinaan dan pengembangan olahraga berprestasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh induk organisasi cabang olahraga, baik pada tingkat pusat maupun pada tingkat daerah.

3. Pembinaan dan pengembangan olahraga berprestasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) dilakukan oleh pelatih yang memiliki kualifikasi dan sertifikat kompetensi yang dapat dibantu oleh tenaga keolahragaan dengan pendekatan ilmu pengetahuan dan teknologi.

4. Pembinaan dan pengembangan olahraga berprestasi dilaksanakan dengan memberdayakan perkumpulan olahraga, menumbuh kembangkan sentra

(33)

pembinaan olahraga yang bersifat nasional dan daerah, dan menyelenggarakan kompetisi secara berjenjang dan berkelanjutan.

5. Pembinaan dan pengembangan olahraga berprestasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) melibatkan olahragawan muda potensial dari hasil pemantauan, dan pengembangan bakat sebagai proses regenerasi.

2. Sarana dan Prasarana Olahraga

Sarana prasarana olahraga adalah suatu bentuk permanen, baik itu ruangan di luar maupun di dalam. Pengertian sarana prasarana tidak seperti yang di atas, namun ada beberapa pengertian lain menurut sumber yang berbeda pula. Sarana prasarana olahraga adalah semua sarana prasarana olah raga yang meliputi semua lapangan dan bangunan olahraga beserta perkengkapannya untuk melaksanakan program kegiatan olahraga.

Sarana olahraga adalah sumber daya pendukung yang terdiri dari segala bentuk dan jenis peralatan serta perlengkapan yang digunakan dalam kegiatan olahraga. Prasarana olahraga adalah sumber daya pendukung yang terdiri dari tempat olah raga dalam bentuk bangunan di atasnya dan batas fisik yang statusnya jelas dan memenuhi persyaratanyang ditetapkan untuk pelaksanaan program kegiatan olahraga. Dari beberapa pengertian di atas dapat diartikan bahwa sarana prasarana oloahraga adalah sumber daya pendukung yang terdiri dari segala bentuk jenis bangunan/tanpa bangunan yang digunakan untuk perlengkapan olahraga. Sarana prasarana olahraga yang baik dapat menunjang pertumbuhan masyarakat yang baik.

(34)

1. Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat bertanggung jawab atas perencanaan, pengadaan, pemanfaatan, pemeliharaan, dan pengawasan sarana dan prasarana olahraga.

2. Pemerintah, dan pemerintah daerah menjamin ketersediaan sarana dan prasarana olahraga sesuai dengan standar dan kebutuhan Pemerintah dan pemerintah daerah.

3. Jumlah dan jenis sarana dan prasarana olahraga yang dibangun harus memperhatikan potensi keolahragaan yang berkembang di daerah setempat.

4. Sarana dan prasarana olahraga yang dibangun di daerah wajib memenuhi jumlah dan standar minimum yang ditetapkan oleh Pemerintah.

5. Produsen wajib memberikan informasi tertulis tentang bahan baku, penggunaan, dan pemanfaatan sarana dan prasarana olahragauntuk memberikan perlindungan kesehatan dan keselamatan.

3. Pendanaan Keolahragaan

1. Pendanaan keolahragaan menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.

2. Pemerintah dan pemerintah daerah wajib mengalokasikan anggaran keolahragaan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

3. Sumber pendapatan keolahragaan ditentukan berdasarkan prinsip kecukupan dan keberlanjutan.

4. Pengelolaan dana keolahragaan dilakukan berdasarkan pada prinsip keadilan, efesiensi, transparansi, dan akuntabilitas publik.

(35)

5. Dana keolahragaan yang dialokasikan dari Pemerintah dan pemerintah daerah dapat diberikan dalam bentuk hibah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

6. Pengaturan pajak bagi setiap orang yang memberikan dukungan dana untuk pembinaan dan pengembangan keolahragaan dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dalam bidang perpajakan.

4. Peran Serta Masyarakat

1. Masyarakat memiliki kesempatan yang sama dan seluas-luasnya untuk berperan serta dalam kegiatan keolahragaan.

2. Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan secara perseorangan, kelompok, keluarga, organisasi profesi, badan usaha, atau organisasi kemasyarakatan lain sesuai dengan prinsip keterbukaan dan kemitraan.

3. Masyarakat dapat berperan sebagai sumber, pelaksana, tenaga sukarela, penggerak, pengguna hasil, atau pelayanan kegiatan olahraga.

4. Masyarakat ikut serta mendorong upaya pembinaan dan pengembangan keolahragaan.

E. Kewenangan Pemerintah Pusat dan Daerah Tentang Olahraga

Pemerintah Pusat mempunyai kewenangan untuk mengatur, membina, mengembangkan, melaksanakan, dan mengawasi penyelenggaraan keolahragaan secara Nasional.Kewenangan Pemerintah sebagaimana yang dimaksud diatas meliputi : (Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun, 2007:71)

a. Penyelenggaraan olahraga Pendidikan, olahraga rekreasi, dan olahraga Prestasi.

(36)

b. Pembinaan dan pengembangan olahraga.

c. Pengelolaan keolahragaan.

d. Penyelenggaraan kejuaraan olahraga.

e. Pendanaan keolahragaan.

f. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan.

g. Peran serta masyarakat dalam kegiatan keolahragaan.

Dalam pelaksanaan kewenangan sebagaimana yang dimaksud diatas.

Pemerintah Pusat dapat mengikutsertakan komite olahraga Nasional, Komite olimpiade, induk organisasi cabang olahraga, masyarakat atau pelaku usaha.

Pemerintah provinsi mempunyai kewenangan untuk mengatur, membina, mengembangkan, melaksanakan dan mengawasi penyelenggaraan keolahragaan di provinsi. Kewenangan Pemerintah provinsi sebagaimana yang dimaksud meliputi : (Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun, 2007:72)

a. Penyelenggaraan olahraga Pendidikan, olahraga rekreasi, dan olahraga Prestasi.

b. Pembinaan dan pengembangan olahraga.

c. Pengelolaan keolahragaan.

d. Penyelenggaraan kejuaraan olahraga.

e. Pendanaan keolahragaan.

f. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan.

g. Peran serta masyarakat dalam kegiatan keolahragaan.

Dalam pelaksanaan kewenangan sebagaimana dimaksud diatas. Pemerintah provinsi dapat mengikutsertakan komite olahraga provinsi, induk organisasi cabang olahraga tingkat provinsi, masyarakat atau pelaku usaha.

(37)

Pemerintah kabupaten/kota mempunyai kewenangan untuk mengatur, membina, mengembangkan, melaksanakan dan mengawasipenyelenggaraan keolahragaan di kabupaten/kota.Kewenangan Pemerintah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud diatas meliputi : (Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun, 2007:73)

a. Penyelenggaraan olahraga Pendidikan, olahraga rekreasi, dan olahraga Prestasi.

b. Pembinaan dan pengembangan olahraga.

c. Pengelolaan keolahragaan.

d. Penyelenggaraan kejuaraan olahraga.

e. Pendanaan keolahragaan.

f. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan.

g. Peran serta masyarakat dalam kegiatan keolahragaan.

Dalam pelaksanaan kewenangan sebagaimana dimaksud diatas. Pemerintah kabupaten/kota dapat mengikutsertakan komite olahraga kabupaten/kota, induk organisasi cabang olahraga tingkat kabupaten/kota, masyarakat atau pelaku usaha.

Pemerintah dapat melimpahkan sebagian kewenangan pelaksanaan penyelenggaraan keolahragaan Nasional kepada pemerintah daerah dengan memperhatikan : (Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun, 2007:74)

a. Ketentuan tentang otonomi daerah.

b. Potensi sumber daya alam.

c. Kemampuan dan potensi sumber daya manusia.

d. Kemampuan dan potensi sumber pandanaan, dan e. Partisipasi dan dukungan masyarakat di daerah.

(38)

F. Kerjasama Dalam Olahraga

Menurut Alisjahbana (2008), dalam membangun sistem kerjasama dalam olahraga, ada beberapa komponen utama yang perlu diperhatikan. Komponen- komponen utama tersebut terdiri dari:

1. Fungsi, yang mengarahkan dan menjadi penarik

2. Manajemen, untuk merencanakan, mengendalikan, menggerakkan, dan

mengkoordinasikan seluruh kegiatan sehingga tertuju pada tujuan guna meningkatkan efisiensi teknis dan ekonomis.

3. Ketenagaan, di mana saat ini isu nasional dalam pembinaan olahraga masih berpusat padakelangkaan tenaga-tenaga profesional yang dipersiapkan secara khusus untuk membina olahraga melalui program pendidikan atau pelatihan.

4. Tenaga Pembina, beberapa permasalahan utama yang terkait dengan komponen ini berhubungan dengan belum adanya standar persyaratan tenaga profesional pembina olahraga yang dibangun secara sistemik. Pengakuan formal dari pemerintah terhadap jabatan ini masih minim, termasuk di dalamnya pengakuan terhadap status dan kompetensi mereka yang berimplikasi pada sistem penghargaan dan jaminan sosial yang mereka terima.

5. Atlet atau Olahragawan, tak jauh berbeda dengan komponen tenaga pembina, factor-faktorklasik seperti penghargaan serta jaminan sosial yang mereka terima menjadi permasalahan serius yang ikut menentukankegairahan pencapaian prestasi yang secara keseluruhan ikut menentukan upaya membangun profesionalisme olahraga nasional.

6. Struktur Program dan Isi, yang berkenaan dengan program-program umum

(39)

serta kegiatan keolahragan yang dirumuskan dalam kalender olahraga nasional yang dapat meningkatkan mutu pembinaan. Sumber-sumber belajar, seperti buku petunjuk, buku ajar, rekaman film, dan lain-lain, termasuk di dalamnya informasi secara meluas tentang pronsip pembinaan yang disajikan secara praktis.

7. Metodologi dan Prosedur Kerja, yang mencakup pengembangan dan penerapan teknik serta metode pembinaan dan pemanfaatan temuan-temuan baru guna memaksimumkan efisiensi dan efektivitas pembinaan.

8. Evaluasi Penelitian, untuk mendukung pengendalian program agar mencapai tujuan yang diharapkan, termasuk di dalamnya adalah pengendalian mutu, peningkatan efisiensi dan efektivitas pembinaan.

9. Dana, problem utama yang membelit komponen ini berkisar pada sumber pendanaan yangmasih minim serta alokasi dan pemanfaatannya secara tepat dan optimal.

10. Haornas, Hari Olahraga Nasioal sesungguhnya dapat dimaknai sebagaiperistiwa pentingolahraga dalam rangka membangkitkan motivasi bangsa untuk berolahraga. Penyelenggaraan haornas sekaligus merupakan pernyataan kesungguhan sikap terhadap olahraga dan manifestasi dari cetusan aspirasi masyarakat serta komitmen politik yang kuat dari pemerintah bahwa olahraga merupakan bagian yang penting, baik dalam konteks pembangunan dan dalam kehidupan sehari-hari. Peringatan haornas bukan saja berisi pernyataan retorik tentang kebermaknaan olahraga bagi bangsa Indonesia, tetapi haornas harus didudukkan sebagai bagian dari sistem pembinaan

(40)

olahraga yang mampu menggerakkan partisipasi olahraga dari seluruh lapisan masyarakat.

G. Kebijakan Pemerintah Daerah Dalam Pengembangan Olahraga di Kabupaten Gowa

Kebijakan pemerintah Daerah dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap pola kehidupan manusia, begitu pula ilmu keolahragaan secara keseluruhan yang tidak dapat dipisahkan dan diabaikan. Terlebih lagi didalam upaya-upaya untuk meningkatkan prestasi olahraga khususnya dalam sepak bola dimana setiap manusia dan individu yang telah mempunyai kemampuan dilihat dari segi skill untuk dapat dikembangkan.

Jika di bandingkan prestasi provinsi kita dengan provinsi lain di cabang olahraga sepak bola maka provinsi kita jauh ketinggalan. Dengan melihat prestasi atlet-atlet kita yang jauh ketinggalan dari atlet provinsi lain khususnya pada cabang olahraga sepak bola, maka hal tersebut dianggap sebagai suatu tantangan bagi pembina olahraga di Kabupaten Gowa. Untuk itulah, maka semua cara mengajar dan melatih atau membina cabang olahraga haruslah diselidiki sebaik mungkin terutama struktur tubuh yang sehat seseorang yang nantinya diharapkan berprestasi dan dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah, bukan secara terkaan atau perkiraan. Halid (2010)

Husdarta (2010). Dalam dunia olahraga khususnya sepak bola jarang sekali lagi terdengar atlet Kabupaten Gowa yang berprestasi di cabang olahraga sepak bola sehingga semua hal tersebut merupakan masalah bagi kita semua yang harus dipecahkan bersama dengan melalui suatu penelitian yang lebih seksama dan mendetail. Dengan demikian kegunaan olahraga semakin penting dalam kehidupan

(41)

sehari-hari, baik olahraga itu di lihat dari segi pendidikan, segi kejiwaan, fisiologis, dan hubungan sosial. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka yang paling mendasar untuk di kembangkan adalah peningkatan kesehatan jasmani khususnya stuktur tubuh yang sehat untuk mencapai prestasi di cabang olahraga sepak bola yang maksimal sesuai dengan program yang telah direncanakan. Berdasarkan uraian diatas, maka didalam suasana kegiatan olahraga yang semakin maju seharusnyalah setiap pembina olahraga ikut serta memikirkan, mengupayakan dan melaksanakan segala daya upaya untuk keberhasilan olahraga di Kabupaten Gowa.

H. Kerangka Pikir

Pengembangan dan pembangunan olahraga sepak bola di daerah maupun nasional didasarkan pada kesadaran serta tanggung jawab segenap warga negara akan hak dan kewajibannya dalam upaya untuk berpartisipasi guna peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui olahraga sebagai kebiasaan pola hidup, serta terbentuknya manusia yang sehat secara jasmani. Pembinaan yang baik adalah gambaran terlaksananya atau tidak sistem manajemen suatu tempat atau daerah.

Dengan adanya pembinaan olahraga yang sistematis, kualitas SDM dapat diarahkan pada peningkatan pengendalian diri, tanggung jawab, sportivitas, prestasi, disiplin yang tinggi yang mengandung nilai transfer bagi bidang lainnya. Berdasarkan sifat- sifat itu, pada akhirnya dapat diperoleh peningkatan prestasi olahraga yang dapat membangkitkan kebanggaan Daerah, Nasional dan Ketahanan Nasional secara menyeluruh. Oleh sebab itu, pembangunan olahragasepak bola perlu mendapatkan perhatian yang lebih proporsional melalui pembinaan, manejemen, perencanaan, dan pelaksanaaan yang sistemtis dalam pembanngunan nasional.

(42)

Salah satu usaha untuk membangun olahraga sepak bola yang maju dan berprestasidi Indonesia khususnya daerah adalah dengan membuka Dispora.

Terkhusus di Kabupaten Gowa semoga Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga bisa berkembang sehingga terbentuk Dinas Pemuda dan Olahraga supaya penanganan terhadap pemuda dan olahraga bisa difokuskan dan tentunya Kabupaten Gowa lebih maju lagi baik di bidang kepemudaan maupun di bidang olahrga sehingga pengembangan olahraga sepak bola bisa berjalan dengan baik dan tentunya bisa mengirimkan atlet – atlet mengikuti event – event olahraga baik di tingkat nasional maupun internasional. Yang tentunya dengan lembaga ini diharapkan akan dapat mengembangkan dan membangun olahraga sepak bola untuk mencapai cita-cita bangsa mencapai prestasi mendunia.

BAGAN KERANGKA PIKIR

I. Defenisi Fokus Penelitian

1. Pemerintah daerah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah DISPORA.

2. Dinas Pemuda dan Olahraga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Dinas Kabupaten Gowa.

Peran DISDIKPORA Dalam Meningkatkan Prestasi Olahraga Sepak Bola di

Kabupaten Gowa ( Studi Pengembangan

Prestasi Persigowa )

Peran Dispora 1. Perencanaan 2. Pengorganisasian 3. Pengendalian 4. Penggerakan

1.

Faktor Yang Mempengaruhi 1. Koordinasi Dispora 2. Ketegasan Dispora

Peningkatan Prestasi Persigowa

(43)

3. Peran Dispora yang dimaksud adalah :

a. Perencanaan yang dimaksud adalah perencanaan dalam proses penentuan tujuan dan pedoman-pedoman pelaksanaan, dengan memilih yang terbaik dari alternatif-alternatif yang ada.

b. Pengorganisasian yang dimaksud adalah bagaimana dalam Pengorganisasian merupakan keseluruhan proses pengelompokan orang- orang, alat-alat, tugas-tugas, tangungjawab-tanggungjawab, dan wewenang sedemikian rupa, sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan.

c. Pengendalian yang dimaksud adalah bagaimana Melalui pengawasan diharapkan dapat membantu melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan secara efektif dan efisien Penggerakan yang dimaksud adalah kegiatan Dispora dalam menggerakkan semua bawahan agar mau bekerja sama dan bekerja efektif untuk mencapai tujuan.

4. Faktor yang mempengaruhi peningkatan prestasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah :

a. Koordinasi Dispora dalam hal ini adalah koordinasi internal di Kabupaten Gowa yaitu komunikasi antara Manager klub, Kepala Bidang, kepala Dinas yang terkait Kabupaten Gowa.

b. Ketegasan pemerintah adalah bagian dari penindakan yang dilakukan pemerintah untuk berani bertindak sesuai dengan aturan yang berlaku.

(44)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Waktu Dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan 2 bulan, dari bulan Juni sampai Agustus dan mengambil lokasi penelitian di Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Gowa. Yang dimana lokasi ini menjadi objek penelitian kami mengingat Peran Disdikpora Dalam Meningkatkan Prestasi Olahraga Sepak Boladi Kabupaten Gowa ini menjadi keinginan terbesar masyarakat sekitar.

B. Jenis Dan Tipe Penelitian

Jenis Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yakni suatu bentuk penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran umun berbagai macam data yang di kumpulkan dari lapangan secara objektif berkaitan dengan objek penelitian tentang Peran Disdikpora Dalam Meningkatkan Prestasi Olahraga Sepak Bola di Kabupaten Gowa.

C. Sumber Data

1. Data Primer, yaitu data hasil penelitian yang diperoleh melalui wawancara dan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti.

2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari sumber lain, dari dokumen dan bahan bacaan lainnya yang berhubungan dengan obyek penelitian.

D. Informan Penelitian

Penelitian mengenai Peran Disdikpora dalam meningkatkan prestasi olahraga sepak bola Persigowa di Kabupaten Gowa ini memerlukan informan yang mempunyai pemahaman yang berkaitan langsung dengan

34

(45)

masalah penelitian guna memperoleh data dan informasi yang lebih akurat.

Oleh sebab itu, informan yang dimaksud adalah sebagai berikut :

No Informan Jumlah

informan

Keterangan

1 Kepala Dinas pendidikan Pemuda dan Olahraga 1 Orang 2 Kepala Bidang Pemuda dan Olahraga 1 Orang 3 Kepala Seksi Pengembangan Olahraga 1 Orang

4 Manager klub Persigowa 1 Orang

5 Masyarakat 2 Orang

Total Informan 6 Orang

E. Prosedur Pengumpulan Data

1. Observasi adalah pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti untuk melakukan pengamatan langsung di Disdikpora Gowa.

2. Wawancara adalah pengumpulan data yang dilakukan peneliti dengan cara melakukan wawancara kepada Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga/staf serta pengurus klub Persigowa.

3. Dokumentasi adalah pengumpulan data yang dilakukan peneliti dengan cara mengambil gambar di tempat penelitian.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data sampai diperoleh suatu kesimpulan, sehingga analisis data tersebut dapat mencapai tujuan yang diinginkan.

(46)

Proses analisis data dilakukan bertahap sebagai berikut :

1. Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia.

2. hasil wawancara mendalam, pengamatan (observasi) dan catatanlapangan.

3. Mereduksi data dengan cara membuat rangkuman (inti dan proses pernyataan dari informasi).

4. Penyajian Data

Penyajian data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mengorganisasikan informasi secara sistematis, menggabungkan dan merangkai keterkaitan antar data, menggambarkan proses dan fenomena yang ada dari obyek penelitian.

5. Penarikan Kesimpulan

Kesimpulan dapat berupa kegiatan yang berupa pengembangan ketelitian dalam satuan data. penarikan kesimpulan dalam penelitian ini dihubungkan dengan pihak yang relevan.

G. Keabsahan Data

a. Triagulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek pada sumber lain keabsahan data yang telah diperoleh sebelumnya.

b. Triagulasi metode bermakna data yang diperoleh dari satu sumber dengan menggunakan metode/teknik tertentu, diuji ketidakakuratan atau keakuratan data yang didapat.

c. Triagulasi waktu yaitu berkenaan dengan waktu pengambilan data.

(47)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Obyek Penelitian

1. Profil Kabupaten Gowa

Kabupaten Gowa berada pada 12°38.16' Bujur Timur dari Jakarta dan 5°33.6' Bujur Timur dari Kutub Utara. Sedangkan letak wilayah administrasinya antara 12°33.19' hingga 13°15.17' Bujur Timur dan 5°5' hingga 5°34.7' Lintang Selatan dari Jakarta.

Kabupaten yang berada pada bagian selatan Provinsi Sulawesi Selatan ini berbatasan dengan beberapa kabupaten/kota lain, yaitu :

1. Di sebelah Utara berbatasan dengan Kota Makassar dan Kabupaten Maros.

2. Di sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Sinjai, Bulukumba, dan Bantaeng.

3. Di sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Takalar dan Jeneponto.

4. Di bagian Barat berbatasan dengan Kota Makassar dan Takalar.

Luas wilayah Kabupaten Gowa adalah 1.883,33 km2 atau sama dengan 3,01% dari luas wilayah Provinsi Sulawesi Selatan. Wilayah Kabupaten Gowa terbagi dalam 18 Kecamatan dengan jumlah Desa/Kelurahan definitif sebanyak 167 dan 726 Dusun/Lingkungan. Wilayah Kabupaten Gowa sebagian besar berupa dataran tinggi berbukit-bukit, yaitu sekitar 72,26% yang meliputi 9 kecamatan yakni Kecamatan Parangloe, Manuju, Tinggimoncong, Tombolo Pao, Parigi, Bungaya, Bontolempangan, Tompo bulu dan Biring bulu.

Selebihnya 27,74% berupa dataran rendah dengan topografi tanah yang datar

37

(48)

meliputi 9 Kecamatan yakni Kecamatan Somba Opu, Bontomarannu, Pattallassang, Pallangga, Barombong, Bajeng, Bajeng Barat, Bontonompo dan Bontonompo Selatan.

Dari total luas Kabupaten Gowa, 35,30% mempunyai kemiringan tanah di atas 40 derajat, yaitu pada wilayah Kecamatan Parangloe, Tinggimoncong, Bungaya, Bontolempangan dan Tompobulu. Dengan bentuk topografi wilayah yang sebahagian besar berupa dataran tinggi, wilayah Kabupaten Gowa dilalui oleh 15 sungai besar dan kecil yang sangat potensial sebagai sumber tenaga listrik dan untuk pengairan. Salah satu diantaranya sungai terbesar di Sulawesi Selatan adalah sungai Jeneberang dengan luas 881 Km2dan panjang 90 Km di atas aliran sungai Jeneberang oleh Pemerintah Kabupaten Gowa yang bekerja sama dengan Pemerintah Jepang, telah membangun proyek multifungsi DAM Bili-Bili dengan luas + 2.415 Km2yang dapat menyediakan air irigasi seluas + 24.600 Ha, komsumsi air bersih (PAM) untuk masyarakat Kabupaten Gowa dan Makassar sebanyak 35.000.000 m3dan untuk pembangkit tenaga listrik tenaga air yang berkekuatan 16,30 Mega Watt.

2. Profil Dan Sejarah Persigowa

Persatuan Sepak bola Gowa atau lebih populer dengan sebutan Persigowa adalah sebuah tim sepak bola Indonesia yang berbasis di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan dan stadion yang digunakan adalah stadion Kalegowa serta pendiri klub ini adalah Pemerintah Kabupaten Gowa dan diserahkan Kepada Dispora Kabupaten Gowa. Tim ini merupakan salah satu tim terkuat di pentas sepakbola Nasional, kisah terbentuknya Persigowa dimulai pada Tahun 1963

(49)

yang dinyatakan sebagai berdirinya sebuah perkumpulan sepak bola Pemuda Gowa yang menampilkan putra-putra pribumi di jajaran elit persepakbolaan di Gowa khususnya di Sul-Sel. Seperti Ramang, Andi Tahri, Hamsah Arfa,Ronny Patinasarai, mereka sebagai pemain andalan yang cukup disegani pada masa itu dan di bawah kepelatihan Drs.H.Mapparessa Tutu. Persigowa merupakan salah satu tim terkuat di Sul-Sel dan telah masuk divisi I pada tahun 1978/1983 berkat kerja keras dari pelatih sampai kinerja para pemain. Pada tahun 1990-an Persigowa masuk divisi II Nasional sampai tahun 2005 dan melakukan sejumlah pertandingan yang di jadwalkan di Provinsi Sulawesi Utara tepatnya di Daerah Bolang Mangondo.

Pada tahun 2010, Klub Persigowa terdegradasi ke divisi III, serta memulai pertandingan di divisi III dengan kurang meyakinkan, dan tepatnya pada tahun 2012 klub Persigowa sudah vakum dari berbagai ajang liga mulai dari divisi III hingga divisi II, dan telah resmi mengundurkan diri dari divisi III pada Desember 2012. Bintang-bintang Persigowa banyak yang hijrah ke PSM dan memperkuat Timnas, diantaranya adalah Ramang, Hamsah Arfa, Syamsul Khaeruddin, dan yang paling fenomenal adalah Ramang. Bahkan kehebatan Ramang dapat menjadi ikon PSM pada saat itu tercatat dalam sejarah sepak bola Nasional sebagai legenda yang tetap dikenang hingga saat ini.

Berikut ini akan dideskripsikan hasil wawancara dengan informan penelitian mengenai peran Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga dalam meningkatkan prestasi olahraga sepak bola di Kabupaten Gowa.

Referensi

Dokumen terkait

Sementara itu, pembangunan ekonomi (economic development) adalah pertumbuhan ekonomi yang diikuti oleh perubahanperubahan dalam struktur ekonomi dan corak

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunianya, sehingga skripsi dengan judul Pengaruh Diet Tinggi Fruktosa

PEMETAAN JARINGAN PIPA BAWAH TANAH DENGAN METODE GROUND PENETRATING RADAR DAN PENGUKURAN DETAIL SITUASI DI KAWASAN PARIWISATA NUSA DUA BALI. Universitas

Produk pengembangan ini memiliki beberapa kelebihan, yaitu dalam LKS selain berisikan materi yang dilengkapi dengan kegiatan pembelajaran yang menggunakan suatu

bahwa dokumentasi baik foto-foto lokasi yang ada di kota Yogyakarta sangatlah sulit ditemukan untuk itu salah satu cara untuk mengenang kembali adalah melalui

Pada tahap akhir guru dan siswa menyimpulkan bersama pembelajaran yang telah dipelajari serta melakukan tanya jawab tentang materi yang belum dikuasai siswa dan

Tugas akhir ini untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Desain, jenjang pendidikan Sarjana Strata Satu (S1), Program

Dalam penelitian ini juga dilakukan simulasi Monte Carlo untuk memprediksi jumlah permintaan obat sehingga dapat dijadikan gambaran dan pertimbangan dalam