• Tidak ada hasil yang ditemukan

BERUANG MADU SERTA MONITORING POTENSI DAYA DUKUNG HABITAT DI AREAL KORIDOR BERUANG MADU telah dilaksanakan secara bersama sama

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BERUANG MADU SERTA MONITORING POTENSI DAYA DUKUNG HABITAT DI AREAL KORIDOR BERUANG MADU telah dilaksanakan secara bersama sama"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

KATA PENGANTAR

Laporan ini disusun untuk menyampaikan hasil pelaksanaan kegiatan yang telah di laksanakan secara ringkas dan padat. Kegiatan SURVEY KEBERADAAN BERUANG MADU SERTA MONITORING POTENSI DAYA DUKUNG HABITAT DI AREAL KORIDOR BERUANG MADU telah dilaksanakan secara bersama sama oleh BKSDA KALIMANTAN BARAT dan PT. Hutan Ketapang Industri yang berada di dalam konsesi perusahaan.

Tujuan dari pelaksanaan kegiatan ini adalah memonitoring kembali keberadaan beruang madu di lapangan dan kondisi habitatnya di areal milik PT. HKI dalam Rangka Pengelolaan keanekarangaman hayatinya serta menjalankan perjanjian kerjasama kemitraan antara kedua belah pihak.

Masukan, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan. Semoga laporan kegiatan ini dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Ketapang, Desember 2020 Mengetahui

Ka. SKW I Ketapang

JEMBU

NIP. 19640412 198601 1 001

Ketua Tim Pelaksana

YOGA BUDIHANDOKO, S.Hut

NIP. 19840516 201012 1 004

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR TABEL ... v

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Dasar Pelaksana Kegiatan ... 2

C. Maksud dan Tujuan ... 3

D. Sasaran Kegiatan ... 3

BAB II. KONDISI UMUM LOKASI KEGIATAN ... 4

A. Lokasi Survey ... 4

B. Kondisi Iklim ... 4

C. Geologi ... 5

D. Flora dan Fauna di PT. HKI ... 8

BAB III. METODELOGI ... 12

A. Waktu dan Personil Pelaksana ... 12

B. Alat dan Bahan ... 12

C. Ruang Lingkup Kegiatan ... 13

D. Parameter Kegiatan ... 13

E. Metode Kerja ... 13

F. Tahapan Pelaksanaan ... 16

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 18

A. Hasil ... 18

1. Keberadaan Beruang Madu ... 18

2. Kondisi Habitat ... 22

B. Pembahasan ... 28

1. Keberadaan Beruang Madu ... 28

2. Kondisi Habitat ... 29

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 30

A. Kesimpulan ... 30

B. Saran ... 30

DAFTAR PUSTAKA ... 29

(4)

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1. Curah Hujan ... 5

2. Tabel 2. Flora di PT.HKI ... 8

3. Tabel 3. Fauna di PT. HKI ... 10

4. Tabel 4. Tim Pelaksana Survey Keberadaan Beruang Madu ... 12

5. Tabel 5. Jejak – jejak Beruang madu pada ... 19

6. Tabel 6. Perjumpaan Sarang Beruang madu ... 21

7. Tabel 7. Hasil Analisis Vegetasi ... 23

8. Tabel 8. Tabel Perjumpaan jejak Tahun 2017 – 2020 ... 28

(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Peta Habitat dan Koridor Beruang Madu PT. HKI ... 4

Gambar 2. Cri Khas ... 11

Gambar 3. Metode yang digunakan ... 12

Gambar 4. 7 Transek Survey Beruang Madu ... 13

Gambar 5.1 Cakaran Beruang Madu di Pohon Penaga ... 17

Gambar 5.2 Bekas Cabikan pada Batang Pohon Akasia ... 17

Gambar 5.3 Bekas galian pada tanah ... 17

Gambar 5.4 Sarang Beruang ... 17

Gambar 6.1 Cabikan/Koyakan Beruang madu ... 19

Gambar 6.2 Cakaran Beruang madu ... 19

Gambar 7 Sarang Beruang Madu ... 20

Gambar 8 Pohon Buah yang ditemukan ... 20

Gambar 9 Sungai dan Anak Sungai dalam Korido ... 22

Gambar 10 Anak sungai yang ada di dalam jalur transek ... 23

Gambar 11.1 Aktifitas penebangan liar jalur transek ... 24

Gambar 11.1 Aktifitas perburuan satwa di jalur transek ... 24

Gambar 11.3 Kebun warga tepat dijalur transek ... 25

Gambar 11.4 Perkebunan sawit warga di sekitar koridor ... 25

Gambar 11.5 Jalur Akses Masyarakat ... 25

Gambar 11.6 Aktifitas perladangan ... 25

Gambar 12 Grafik Perjumpaan Jejak Beruang Madu ... 26

(6)

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Barat berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.8/Menlhk/Setjen/OTL.1/2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Konservasi Sumber Alam, bahwa Unit Pelaksana Teknis Sumber Daya Alam mempunyai Tugas penyelenggaraan konservasi sumber daya alam dan ekosistemnya di Cagar Alam, Suaka Margasatwa , Taman Wisata Alam dan Taman Buru serta koordinasi teknis pengelolaan Taman Hutan Raya dan Kawasan Ekosistem Esensial berdasarkan ketentuan peraturan perundang – undangan.

PT. Hutan Ketapang Industri adalah perusahaan yang berbatasan langsung dengan kawasan Cagar Alam Muara Kendawangan yang memiliki fungsi penting bagi perlindungan dan pengawetan flora serta fauna. Selaku

Private sector

PT. HKI memiliki komitmen melakukan pengelolaan ekologi/lingkungan secara berkelanjutan sehingga turut berperan aktif melakukan upaya konservasi/pelestarian keanekaragaman hayati yang salah satunya adalah satwa Beruang MaduMadu dan telah memiliki koridor satwa Beruang MaduMadu pada konsesi PT.HKI dan sekitarnya.

Berdasarkan tugas dan fungsi UPT BKSDA serta komitmen PT HKI untuk pelestarian satwa liar dilindungi maka dilakukan perjanjian kerjasama antara kedua belah pihak. Adapun kerjasama kemitraan terdokumentasikan pada Perjanjian Kerjasama Antara Kepala BKSDA Kalbar dan Kuasa PT. HKI tentang Pengelolaan Keanekaragaman Hayati dan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Pada Areal Kerja PT. Hutan Ketapang Industri dan Sekitar Kawasan Konservasi CA Muara kendawangan Nomor : PKS.09/BKSDA.KALBAR/HMS/5/2019. Nomor : No.436/HKI/V/19/HQ/CA pada tanggal 28 Mei 2019.

Dalam rangka pelaksanaan perjanjian kerjasama yang tertuang dalam rencana kerja tahun 2019/2020, maka kegiatan “Survey Identifikasi Populasi dan Habitat Beruang Madu dan Satwa Dilindungi Lainnya di Areal Konsesi PT. HKI dan Sekitar Cagar Alam Muara Kendawangan” perlu dilaksanakan. Pelaksanaan kegiatan

(7)

monitoring dilaksanan secara bersama-sama oleh kedua belah pihak, baik dari SKW I Ketapang, BKSDA Kalimantan Barat dan dari pihak PT. HKI sendiri.

B. Dasar Pelaksanaan Kegiatan

1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya

2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan

3. Undang – undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup.

4. Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

5. Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1999 tentang Pemanfaatan Tumbuhan dan Satwa Liar.

6. Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan Satwa Liar.

7. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.57/Menhut-II/2008 tentang Arahan Strategis Konservasi Spesies Nasional 2008 – 2018.

8. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. 12/Menlhk-II/2015 tentang Pembangunan Hutan Tanaman Industri.

9. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor 106 Tahun 2018 tentang Perubahan Kedua Peraturan Menteri

Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor

P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 Tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi.

10. Perjanjian Kerjasama Antara Kepala BKSDA Kalbar dan Kuasa Direksi PT. HKI tentang Pengelolaan Keanekaragaman Hayati dan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Pada Areal Kerja PT. Hutan Ketapang Industri dan Sekitar Kawasan Konservasi CA Muara Kendawangan Nomor : PKS.09/BKSDA.KALBAR/HMS/5/2019. Nomor : No.436/HKI/V/19/HQ/CA pada tanggal 28 Mei 2019.

(8)

11. Surat Direktur Operasional PT. Hutan Ketapang Industri Nomor : 126/Dir- Ops/ENV-HKI/X/2020 tanggal 6 Oktober 2020 Perihal Survey Keberadaan Beruang Madu Serta Monitoring Potensi Daya Dukung Habitat Bersama BKSDA Kalbar di Areal Konsesi PT. Hutan Ketapang Industri.

12. Surat Tugas Kepala BKSDA Kalbar Nomor : ST.

426/BKSDA.KALBAR/PEG/11/2020 tanggal 6 November 2020 Untuk Melaksanakan Kegiatan Survey Keberadaan Beruang Madu Serta Monitoring Potensi Daya Dukung Habitat Bersama BKSDA Kalbar di Areal Konsesi PT. HKI

C. Maksud dan Tujuan

Maksud dari pelaksanaan kegiatan ini adalah untuk perbaruan data dan informasi keberadaan satwa BBeruang MaduMadu sehingga terbangun data secara berkala untuk kepentingan konservasi satwa tersebut.

Tujuan dari pelaksanaan survey monitoring Keberadaan Beruang Madu adalah pemantauan kembali keberadaan Beruang MaduMadu sekaligus mengetahui kondisi habitat sebagai representasi gambaran potensi daya dukung serta ancaman yang ada pada areal yang disurvey.

D. Sasaran Kegiatan

Sasaran pelaksanaan kegiatan – kegiatan seperti tersebut di atas adalah, areal konsesi milik perusahaan PT HKI.

(9)

BAB II. KONDISI UMUM LOKASI KEGIATAN

A. Lokasi Survey

Gambar 1. Peta Habitat dan Koridor Beruang Madu PT.HKI

Lokasi survey monitoring keberadaan Beruang Madu berada di Estate HKI 9 dan Divisi 1. Adapun batas – batas wilayah yang bersebelahan dengan lokasi survey monitoring Beruang Madu antara lain sebagai berikut :

- Sebelah Timur : Kawasan Pelestarian Plasma Nutfah

- Sebelah Barat : PT. Putra Sari Lestari (Perkebunan Kelapa Sawit) - Sebelah Utara : PT. Putra Sari Lestari (Perkebunan Kelapa Sawit) - Sebelah Selatan : Dusun Kelukup Belantak

B. Kondisi Iklim

Rata-rata curah hujan sepanjang tahun 2016 di Kecamatan Kendawangan adalah 270,25 mm, angka tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun 2014 yang rata-rata curah hujan per tahunnya mencapai 182,29 mm. Rata-rata hari hujan sepanjang tahun 2016 sebanyak 20 hari. Curah hujan tertinggi di sepanjang tahun 2016 terjadi pada Bulan Mei dengan curah hujan mencapai 271,50 mm, sedangkan

(10)

curah hujan terendah terjadi pada Bulan Agustus yang intensitas curah hujannya adalah 43,50 mm.

Faktor Iklim memiliki kaitan erat dengan pertumbuhan tanaman meliputi curah hujan, temperature, kelembaban udara, radiasi dan lama penyinaran serta evaportranspirasi, jumlah dan distribusi hujan sepanjang tahun sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Pengukuran curah hujan dilakukan setiap hari di PT. Hutan Ketapang Industri. Adapun hasil pengukuran curah hujan dan hari hujan dari tahun 2015 - 2017 terdapat pada table 1 di bawah ini:

Tabel 1. Curah Hujan PT. HKI Tahun 2015 - 2017

C. Geologi

a) Morfologi

Di areal kerja IUPHHK-HTI PT. Hutan Ketapang Industri terdapat beberapa formasi batuan sedimen dan gunung api yang berumur dari masa

(11)

Mesozoik hingga Kuarter. Secara rinci terbagi dalam 3 (tiga) satuan morfologi, yaitu :

1. Satuan Morfologi Bukit Rendah

Menempati daerah sekitar kaki gunung dengan ketinggian sekitar 35 - 50 meter di atas permukaan laut. Satuan ini ditempati oleh satuan tanah laterit.

2. Satuan Morfologi Dataran Rendah

Menempati daerah sekitar kaki gunung dengan ketinggian 5 – 35 meter di atas permukaan laut. Satuan ini ditempati oleh satuan endapan aluvium.

3. Satuan Morfologi Rawa

Menempati sepanjang pantai dan sebagian besar wilayah dengan ketinggian maksimal 25 meter di atas permukaan laut. Satuan batuan yang terdapat di bagian pertama tanah adalah satuan endapan rawa.

b) Litologi

Secara litologi beberapa endapan batuan yang dapat diamati yaitu sebagai berikut :

1. Satuan Endapan Aluvium

Terdapat di sekitar bagian tengah areal IUPHHK HTI, terutama di sekitar poros jalan provinsi antara Sungai Gantang - Marau. Umumnya terdiri dari endapan lempung, pasir, dan kerikil. Termasuk formasi Endapan Aluvium berumur Holosen.

2. Satuan Endapan Rawa

Tersebar luas terutama di bagian utara, timur dan selatan areal IUPHHK HTI. Umumnya berupa lempung, lumpur, pasir halus dan sisa tumbuhan. Termasuk formasi endapan rawa yang berumur Holosen.

(12)

3. Satuan Tanah Laterit

Terdapat di bagian barat areal IUPHHK HTI, umumnya terdiri dari hasil pelapukan batuan sedimen dari batuan Kompleks Ketapang.

c) Formasi Regional

Secara regional formasi-formasi batuan yang terdapat berturut-turut dari tua ke muda, dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Kompleks Ketapang (JKke), berumur Jura hingga Kapur, terdiri dari : - Batupasir Kuarsa

- Batulanau dan Serpihan

2. Granit Sukadana (Kus), berumur Kapur Akhir, terdiri dari : - Granit

- Granodiorit

- Diorit

3. Endapan Rawa (Qs) dan Aluvium (Qa) berumur Holosen terdiri dari : - Lempung

- Lumpur

- Pasir halus mengandung sisa tumbuhan

- Kerikil

- Kerakal

Endapan Zirkon diperkirakan terdapat di beberapa lokasi di daerah Kendawangan, terutama pada daerah penyebaran Endapan Rawa (Qs) yang tersebar cukup luas di bagian barat dan selatan wilayah Kendawangan, endapan zirkon tersebut diperkirakan berasal dari hasil rombakan batuan granit sukadana yang terdapat di bagian hulu Sungai Kendawangan yang kemudian mengalami transportasi dan pengendapan kembali bersama-sama

(13)

dengan pasir kuarsa. Selain Zirkon, diperkirakan akan dijumpai juga beberapa jenis bahan galian mineral non logam yaitu antara lain pasir kuarsa, sirtu, lempung dan kaolin.

D. Flora dan Fauna di PT. HKI

Berikut list Flora berdasarkan dokumen yang dimiliki PT. HKI yang ada di areal PT. Hutan Ketapang Industri dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini:

Tabel 2. Flora di PT. HKI

(14)
(15)

Adapun untuk Fauna di PT. HKI berdasarkan sumber dokumen yang dimiliki dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini :

Tabel 3. Fauna di PT.HKI

(16)
(17)

BAB III. METODOLOGI

A. Waktu dan Personil Pelaksana

Kegiatan Survey keberadaan Beruang Madu dan pendugaan awal mengenai potensi daya dukung dilaksanakan selama 6 (enam) hari dari tanggal 11 s/d 16 November 2020 dan dilaksanakan oleh 6 (orang) orang dari Balai KSDA Kalbar dan SKW I Ketapang.

Tabel 4. Tim Pelaksana Survey Keberadaan Beruang Madu di PT. HKI.

No Nama/NIP Jabatan

1 Yoga Budihandoko,S.Hut / 198405162010121004

Pengendali Ekosistem Hutan Pertama pada kantor SKW I Ketapang

2 Irmawan Pengolah Data pada Resort Kendawangan Seksi Konservasi Wilayah I

3 Muhammad Syarifudin Pengolah Dara ( Kepala Resort ) pada Resort Seriam Seksi Konservasi Wilayah I

4 Tiusman Petugas Lapangan Pada Resort Seriam

5 Rahmad Dian,S.Hut Bhakti Rimbawan Lingkup SKW I Ketapang 6 Andreas Budiman Silalahi Bhakti Rimbawan Lingkup SKW I Ketapang

B. Alat dan Bahan

Peralatan dan bahan yang digunakan dalam kegiatan ini yaitu : 1. Peta Kerja, Peta Situasi

2. Kompas 3. GPS 4. Binokuler 5. Kamera 6. Pita ukur 7. Tali tambang

(18)

8. Peralatan Rintis

9. Tally sheet pengamatan perjumpaan langsung dan tidak langsung

C. Ruang lingkup kegiatan

Kegiatan ini dilaksanakan dengan cara mencari jejak-jejak satwa Beruang Madu sebanyak mungkin di dalam transek yang telah dibuat selama periode waktu kegiatan di kawasan PT.HKI dan juga diikuti dengan pengamatan habitat satwa

D. Parameter kegiatan

Parameter-parameter yang diambil atau diukur dalam kegiatan ini adalah sebagai berikut :

1. Keberadaan Beruang Madu dengan tidak langsung melalui jejak aktivitas satwa tersebut, berupa bekas cakaran, koyakan dan sarang di pohon.

2. Kondisi habitat Beruang Madu, dari vegetasi terutama yang berpotensi sebagai sumber pakan, parameter ini diambil untuk pendugaan awal daya dukung areal yang disurvey terhadap satwa Beruang Madu.

E. Metode Kerja

Tahapan kerja untuk pelaksanaan kegiatan – kegiatan ini adalah : 1. Survey Keberadaan Beruang Madu

Satwa Beruang Madu merupakan satwa yang hidup soliter serta sangat sensitif terhadap kehadiran manusia. Oleh karena itu untuk memastikan keberadaan Beruang Madu lebih menggunakan metode tidak langsung. Jejak aktivitas satwa liar tersebut dapat berupa bekas tapak kaki di permukaan tanah, feses (kotoran), bagian – bagian badan yang ditinggalkan, suara, sarang, bau – bauan atupun tanda – tanda lainnya. Jejak-jejak aktivitas ataupun tanda – tanda yang ada di lapangan yang dapat dipergunakan sebagai indikator ada atau tidaknya satwa liar target.

Jejak yang dicari dan dicatat untuk satwa Beruang Madu adalah, bekas cakaran, koyakan pada batang dan sarang. Berikut bentuk sarang Beruang Madu jika dibedakan dengan satwa lain yang membuat sarang dapat dilihat pada gambar 2.

(19)

Gambar 2. Ciri khas sarang orangutan (1; foto oleh Kisar Odom) jika dibandingkan dengan sarang elang (2; foto oleh Suci Utami-Atmoko), tupai besar (3; foto oleh Suci

Utami-Atmoko) dan Beruang Madu (4a & 4b; foto oleh Nuzuar).

2. Kondisi habitat sebagai representasi gambaran potensi daya dukung serta ancaman yang ada pada areal yang disurvey.

Daya dukung habitat adalah kapasitas optimum suatu habitat untuk mendukung populasi satwaliar tertentu, sehingga dapat hidup secara normal. Menurut Alikodra (1990) dalam UGM 2007, pengertian umum habitat adalah sebuah kawasan yang terdiri dari komponen fisik maupun abiotik yang merupakan satu kesatuan dan dipergunakan sebagai tempat hidup serta berkembang biaknya satwa liar. Satwa liar menempati habitat yang sesuai dengan lingkungan yang diperlukan untuk mendukung kehidupannya, karena habitat mempunyai fungsi menyediakan makanan, air dan pelindung. Tipe habitat merupakan komponen-komponen sejenis pada suatu habitat yang mendukung sekumpulan jenis satwa liar untuk beraktivitas. Tipe habitat yang diperlukan suatu satwa di-identifikasi

(20)

melalui pengamatan fungsi-fungsinya, misalnya untuk makan atau bertelur. Struktur vegetasi berfungsi sebagai pengaturan ruang hidup suatu individu dengan unsur utama adalah: bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk (UGM, 2007).

Kondisi habitat kali ini adalah kembali memantau perubahan – perubahan dan situasi terkini dari habitat Beruang Madu khususnya yang berada dalam koridor dan didalam konsesi PT.HKI, mulai dari vegetasi, sumber air dan gangguan.

Untuk mengetahui kualitas habitat dilakukan dengan analisis vegetasi.

Dengan metode pengkajian secara cepat (

rapid assesment

) didalam transek pengamatan yang berjarak ± 1 Km setiap jalur transek (disesuaikan dengan kondisi lapangan), setiap 200m dilakukan pengambilan data vegetasi pada radius 10m dan mencatat data tumbuhan dengan diameter diatas 10 cm, transek pengamatan dapat dilihat pada Gambar 3 dibawah ini :

Gambar 3. Metode yang digunakan adalah

variable circular point

dengan interval

Analisis Vegetasi menghasilkan Indeks Nilai Penting (INP) untuk jenis dominan di setiap tingkat pertumbuhan, di mana INP terdiri atas kerapatan relatif, frekuensi relatif, dan dominansi relatif dengan nilai maksimum 300 % pada tingkat pohon dan tingkat tiang sedangkan untuk tingkat semai dan tingkat pancang nilai maksimum INP ialah 200% yang

200m

(21)

terdiri dari jumlah kerapatan relatif (KR) dan frekuensi relatif (FR).

Perhitunganberdasarkan persamaan berikut : INP = KR + DR + FR

1. Kerapatan suatu jenis (K):

K

= Σindividu suatu jenis luas petak contoh

2. Kerapatan relatif suatu jenis (KR):

KR

= K suatu jenis x 100%

K seluruh jenis 3. Frekuensi suatu jenis (F):

F

= Σ sub petak ditemukan suatu jenis

Σseluruh sub petak contoh 4. Frekuensi relatif suatu jenis (FR):

FR

= F suatu jenis x 100%

F seluruh jenis

5. Dominansi suatu jenis (D):

D

= luas bidang dasar suatu jenis Luas petak contoh

6. Dominansi relatif suatu jenis (DR):

DR

= D suatu jenis x100%

D seluruh jenis 7. Indeks Nilai Penting (INP) (%)

Untuk tingkat pohon adalah INP = KR + FR + DR

F. Tahapan Pelaksanaan

1. Pada hari pertama tim melakukan

briefing

bersama dengan manajemen PT.

HKI untuk mempersiapkan pelaksanaan survey, mulai dari pematangan metode jalur jelajah, perlengkapan , personil dan logistik.

2. Pada tahun 2020 transek dibuat sebanyak 7 transek utama. Sedangkan pada tahun 2019 transek berjumlah 8 (delapan) transek, dimana terdapat 1 tambahan transek yang berada di ujung utara koridor Beruang Madu yang berbatasan dengan Kawasan Hutan Lindung Sungai Tengar _ Pesaguan.

Pada tahun 2020 tidak dilakukan survey pada wilayah tersebut dikarenakan keterbatasan akses dan kondisi transek yang tergenang pada musim hujan.

3. Pelaksanaan monitoring pada tahun 2020, transek diprioritaskan pada jalur jelajah. Jalur jelajah ini sekaligus juga dengan pengambilan data vegetasi, pada tahun 2017 jalur vegetasi lebih banyak dibuat karena didukung dengan personil yang lebih banyak dan adanya tenaga botanis.

(22)

Gambar 4. 7 transek survey monitoring Beruang Madu di Koridor Beruang Madu PT.HKI tahun 2018 dan 2019

4. Pembagian tugas tim menjadi 2 untuk pencarian jejak sekaligus pengambilan data vegetasi, dan situasi pada habitat Beruang Madu.

5. Kompilasi data yang berhasil terkumpul 6. Analisis data lapangan

7. Pembuatan laporan

(23)

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Keberadaan Beruang Madu

Sebagaimana survey keberadaan Beruang Madu yang dilaksanakan pertama kali pada tahun 2017 keberadaan satwa ini dinyatakan extant, demikian pula dengan monitoring yang dilakukan pada tahun 2019 bahwa Beruang Madu masih nyata keberadaannya di wilayah koridor. Hal tersebut terbukti dengan adanya perjumpaan jejak – jejak yang ditinggalkan oleh satwa tersebut,meskipun seperti sebelumnya tidak terjadi perjumpaan langsung. Berikut jejak – jejak Beruang Madu yang dijumpai selama survey dapat dilihat pada gambar 5 di bawah ini :

Gb 5.1. Cakaran Beruang Madu di pohon

Penaga Gb 5.2. Bekas cabikan pada batang

pohon Akasia

(24)

Gb 5.3. Bekas galian pada tanah Gb 5.3. Sarang Beruang

Berikut dibawah ini disajikan seluruh perjumpaan jejak Beruang Madu selain perjumpaan sarang.

Tabel 5. Jejak – jejak Beruang Madu pada lokasi survey

No. Koodinat Keterangan

Jejak Jenis Pohon Nama Latin

S E

1 02.30828 110.27639 Cabikan Akasia Acacia mangium

2 02.32165 110.27672 Cabikan Samak

3 02.32721 110.26082 Cabikan Akasia Acacia mangium 4 02.32216 110.27907 Cabikan Mahang

5 02.32248 110.27526 Cabikan Meranti

6 02.32294 110.27993 Cabikan Penaga Schima wallichii 7 02.32397 110.28035 Cabikan Penaga Schima wallichii 8 02.31430 110.27904 Cakaran Penaga Schima wallichii 9 02.31350 110.27413 Cakaran Menjalin

10 02.31482 110.27375 Cakaran Akasia Acacia mangium

11 02.31487 110.27391 Cakaran Ladi

12 02.32162 110.27176 Cakaran Akasia Acacia mangium 13 02.32161 11027182 Cakaran Penaga Schima wallichii 14 02.32134 110.27296 Cakaran Akasia Acacia mangium 15 02.32141 110.27310 Cakaran Akasia Acacia mangium 16 02.32124 110.27390 Cakaran Penaga Schima wallichii 17 02.32147 110.27310 Cakaran Akasia Acacia mangium 18 02.32153 110.27662 Cakaran Penaga Schima wallichii 19 02.32151 110.27664 Cakaran Akasia Acacia mangium 20 02.32153 110.27672 Cakaran Akasia Acacia mangium 21 02.32163 110.27667 Cakaran Akasia Acacia mangium

22 02.32165 110.27672 Cakaran Samak

23 02.32167 110.27668 Cakaran Akasia Acacia mangium 24 02.33008 110.26775 Cakaran Akasia Acacia mangium 25 02.32981 110.26740 Cakaran Penaga Schima wallichii 26 02.32978 110.26733 Cakaran Akasia Acacia mangium 27 02.32963 110.26671 Cakaran Kondang

28 02.32968 110.26651 Cakaran Samak

29 02.32880 110.26493 Cakaran Penaga Schima wallichii 30 02.32730 110.26026 Cakaran Samak

31 02.32235 110.27956 Cakaran Pekawai

32 02.32261 110.27948 Cakaran Penaga Schima wallichii

(25)

33 02.32261 110.27948 Cakaran Kasia Acacia mangium 34 02.32291 110.27988 Cakaran Akasia Acacia mangium 35 02.32295 110.27995 Cakaran Mahang

36 02.32391 110.28042 Cakaran Penaga Schima wallichii 37 02.32391 110.28042 Cakaran Penaga Schima wallichii 38 02.32368 110.28036 Cakaran Akasia Acacia mangium 39 02.32368 110.28036 Cakaran Akasia Acacia mangium 40 02.32364 110.28034 Cakaran Akasia Acacia mangium 41 02.32364 110.28034 Cakaran Akasia Acacia mangium 42 02.32387 110.28045 Cakaran Penaga Schima wallichii 43 02.32414 110.28068 Cakaran Akasia Acacia mangium 44 02.32475 110.28113 Cakaran Akasia Acacia mangium 45 02.32540 110.28147 Cakaran Akasia Acacia mangium 46 02.32540 110.28147 Cakaran Akasia Acacia mangium 47 02.32717 110.27278 Cakaran Akasia Acacia mangium 48 02.32717 110.27278 Cakaran Akasia Acacia mangium 49 02.32717 110.27278 Cakaran Akasia Acacia mangium 50 02.32389 110.28028 Cabikan Akasia Acacia mangium Sumber : Data primer survey keberadaan Beruang Madu di PT. HKI 2020

Dari data perjumpaan jejak Beruang Madu pada Kegiatan Survey tahun 2020, dari 50 jejak yang di temukan di lapangan 8 jejak Beruang Madu berupa cabikan/koyakan di batang pohon, sedangkan 42 jejak lainnya merupakan cakaran. Jenis pohon Akasia yang paling banyak di temukan jejak cakaran Beruang Madu

(26)

Data jejak Beruang Madu (

Helarctos malayanus

) sendiri tidak hanya berupa cakaran, cabikan/koyakan, dan galian di permukaan tanah, tetapi jejak keberadaan Beruang Madu juga bisa di lihat dari perjumpaan sarang di lapangan.

Adapun hasil perjumpaan sarang pada survey keberadaan Beruang Madu (

Helarctos malayanus

) tahun 2020 seperti pada tabel berikut :

Tabel 6. Perjumpaan Sarang Beruang Madu di Lokasi Survey

No. Koordinat Tinggi

Sarang (m)

Diameter (cm)

Nama Pohon

S E

1 02.31350 110.27413 10 28 Menjalin

2 02.32729 110.26025 5 28 Samak

3 02.32808 110.26191 3 25 Akasia

4 02.32707 110.25990 5 28 Penaga

Sumber : Data primer survey keberadaan Beruang Madu di PT. HKI 2020 Gb. 6.1. Cabikan/Koyakan Beruang

Madu

Gb 6.2. Cakaran Beruang Madu

(27)

Gb 7. Sarang Beruang Madu (

Helarctos malayanus

)

2. Kondisi Habitat

a. Potensi Daya Dukung

Pendugaan awal mengenai potensi daya dukung habitat dilakukan melalui pendekatan komponen habitat, di mana habitat berfungsi sebagai tempat untuk hidup, tempat mencari makan, tempat berlindung dan tempat berkembang biak.

Adapun komponen habitat yang dapat mengendalikan kehidupan satwa liar (Shawn, 1985), terdiri dari:

1. Pakan (f

ood

), merupakan salah satu komponen habitat yang paling nyata dan setiap jenis satwa mempunyai kesukaan yang berbeda dalam memilih pakannya. Sedangkan ketersediaan pakan erat hubungannya dengan perubahan musim;

Gb 8. Pohon buah yang ditemukan saat Survey Beruang Madu (

Helarctos

malayanus

).

(28)

Berikut disajikan hasil analisa vegetasi dari data yang diambil hanya di dalam transek :

Tabel 7. Hasil Analisis Vegetasi Pada Habitat Beruang Madu

sumber : Data primer survey keberadaan Beruang Madu di PT. HKI 2019

2. Pelindung (

cover

) adalah segala tempat dalam habitat yang mampu memberikan perlindungan bagi satwa dari cuaca dan predator, ataupun menyediakan kondisi yang lebih baik dan menguntungkan bagi kelangsungan kehidupan satwa ;

Sebagaimana disebutkan dalam penelitian Nur Anita Gusnia dkk tahun 2013 bahwa kebutuhan tempat berlindung untuk Beruang Madu adalah salah satunya keberadaan tumbuhan pada tingkat pohon dengan diameter cukup besar untuk dapat memanjat dan memiliki tajuk yang rindang sebagai naungan. Selain itu juga Beruang Madu kadang menggunakan lubang pada batang pohon yang sudah mati sebagai tempat untuk tidur. Lubang atau celah dalam batu pun tidak menutup kemungkinan untuk tempat berlindung, dan pada koridor Beruang Madu sebagian merupakan perbukitan yang terbentuk dari bebatuan sehingga terdapat banyak celah membentuk lubang yang dapat dijadikan tempat berlindung.

3. Air (

water

), dibutuhkan oleh satwa dalam proses metabolisme dalam tubuh satwa. Kebutuhan air bagi satwa bervariasi, tergantung air dan/atau tidak tergantung air. Ketersediaan air pada habitat akan dapat

(29)

mengubah kondisi habitat, yang secara langsung ataupun tidak langsung akan berpengaruh pada kehidupan satwa;

Koridor Beruang Madu di dalamnya terdapat banyak perbukitan dan hal tersebut berdampak pada melimpahnya sumber air, terdapat banyak mata air dan membentuk sungai serta anak sungai sebagaimana pada gambar di bawah ini.

Gambar 9. Sungai dan Anak Sungai dalam Koridor

Meskipun pelaksanaan survey kali ini adalah saat penghujung musim kemarau, dengan curah hujan yang masih minim namun sumber – sumber air masih mudah dijumpai. Hampir seluruh jejak baik terutama cakaran pada pohon , galian pada tanah dijumpai pada lokasi yang dekat sumber air. Sebagaimana peta di atas hampir seluruh jalur sungai maupun anak sungai berwarna merah yang artinya kesesuaian habitat Beruang Madu tinggi. Berikut di bawah ini beberapa dokumentasi sumber air yang ada dalam koridor Beruang Madu.

(30)

Gb 10. Anak sungai yang ada di dalam jalur transek survey Beruang Madu (

Helarctos malayanus

)

4. Ruang (

space

), dibutuhkan oleh individu-individu satwa untuk mendapatkan cukup pakan, pelindung, air dan tempat untuk kawin. Besarnya ruang yang dibutuhkan tergantung ukuran populasi, sementara itu populasi tergantung besarnya satwa, jenis pakan, produktivitas dan keragaman habitat. Tipe habitat merupakan komponen-komponen sejenis pada suatu habitat yang mendukung sekumpulan jenis satwa liar untuk beraktivitas. Tipe habitat yang diperlukan suatu satwa di identifikasi melalui pengamatan fungsi- fungsinya, misalnya untuk makan atau bertelur.

Jika mengacu kepada daya jelajah Beruang Madu, dalam Penilitian jangka panjang pertama di dunia terhadap Beruang Madu (

Helarctos malayanus

) di alam yang dilakukan di Hutan Lindung Sungai Wain, Balikpapan, Kalimantan Timur, menunjukkan bahwa rata-rata seekor Beruang Madu betina memerlukan wilayah jelajah tidak kurang dari 500 Ha untuk hidup dalam setahun. Sedangkan diperkirakan bahwa Beruang Madu jantan memerlukan wilayah jelajah sekitar 1,500 Ha per tahun dan koridor Beruang Madu di PT HKI adalah seluas : 5.536,07 Ha, dan sekitar 2.697,33 ha yang berada dalam konsesi PT.Hutan Ketapang Industri.

(31)

b. Gangguan Pada Habitat Beruang Madu

Berdasarkan hasil temuan di lapangan bahwa keberadaan koridor Beruang Madu dijumpai banyak aktivitas manusia, mengingat Koridor Satwa ini terbagi menjadi dua bagian besar yang dipisahkan oleh jalan provinsi sehingga sangat mudah untuk mengakses ke dalam hutan atau kawasan yang menjadi habitat Beruang Madu ini.

Dari 7 jalur pengamatan Beruang Madu tahun 2020, di mana 4 di antaranya berada tidak jauh dari jalan provinsi, sehingga menjadi transek - transek yang sangat rawan mengalami gangguan. Beruang Madu mengalami berbagai ancaman baik yang terjadi secara alami maupun akibat manusia seperti penangkapan liar, perdagangan Beruang baik hidup maupun bagian – bagian tubuhnya, konflik dengan manusia, fragmentasi dan isolasi habitat, degradasi hutan, konversi lahan, kebakaran dan kekeringan. Adapun gangguan atau ancaman yang dijumpai nyata selama survey dilakukan disajikan pada gambar 11 di bawah ini :

(32)

Gambar 11.1. Aktifitas penebangan

liar jalur transek Gb. 11.2. Aktifitas perburuan satwa di jalur Transek

Gb. 11.3 Kebun Warga tepat di jalur

transek Gb. 11.4 Perkebunan Sawit warga di

sekitar koridor Beruang Madu

Gb. 11.5. Jalur Akses masyarakat Gb. 11.6. Aktifitas Perladangan

B. Pembahasan

1. Keberadaan Beruang Madu

Tanda – tanda yang diakibatkan oleh suatu tingkah laku satwa liar pada saat mencari makan , kawin, dan mandi /berkubang sangat membantu

(33)

kita dalam melakukan identifikasi jenis satwa liar. Tanda tersebut dapat berupa : gigitan – gigitan pada daun yang dimakan, gigitan – gigitan pada kult pohon dan akar pohon, adanya sisa buah – buahan, dan adanya jalur lintasan satwa.

Beruang Madu akan mencakar dan merobek batang kayu untuk mencari sarang lebah. Tanda cakaran ini juga terlihat dari aktivitas beruang yang memanjat pohon. Tanda cakaran dapat bertahan hingga beberapa bulan maupun beberapa tahun. Berikut di bawah ini disajikan data hasil survey keberadaan Beruang Madu mulai dari tahun 2017 s/d 2019.

Tabel 8. Perjumpaan Jejak tahun 2017 s/d 2020

No Jejak 2017 2018 2019 2020

1 Cakaran atau Cabikan 34 3 44 50

3 Galian 1 1 6 6

4 Sarang 7 2 6 4

5 Lainnya 4 1 - -

Jumlah 46 7 56 60

Berdasarkan pada Tabel 8, menunjukkan perbandingan pada perjumpaan jejak setiap tahunnya, baik itu jejak Cakaran/cabikan, Galian, Maupun Sarang. Pada tahun 2020 ini perjumpaan jejak Beruang mengalami peningkatan terutama pada perjumpaan Cakar/Cabikan jika di bandingkan dengan 3 kegiatan survey sebelum yaitu pada tahun 2017, 2018, dan 2019. Pada kegiatan survei keberadaan Beruang Madu pada tahun 2020 mengalami penuruan dalam hal perjumpaan sarang Beruang Madu (

Helarctos malayanus

), di mana pada tahun 2020 hanya di jumpai 4 sarang Beruang Madu (

Helarctos malayanus

). Penurunan temuan perjumpaan sarang Beruang Madu tahun 2020 kemungkinan karena adanya perubahan daerah jelajah satwa Beruang Madu terutama dalam hal mencari sumber makanan, mencari tempat perlindungan yang baru.

Jika disajikan dalam grafik maka akan berbentuk seperti pada gambar di bawah ini :

(34)

Gambar 12. Grafik Perjumpaan Jejak Beruang Madu

2. Kondisi Habitat

Saat survey pertama kali dilakukan pada tahun 2017 tercatat 109 jenis tumbuhan, Sebanyak 68 jenis tumbuhan pada umumnya dengan habitus pohon yang menjadi potensi tumbuhan pakan satwa Beruang Madu. Dan 73 jenis tumbuhan merupakan tercatat dalam plot pengamatan vegetasi dengan INP tertinggi adalah Akasia. Hasil analisis tahun 2019 menghasilkan akasia sebagai INP tertinggi, sedangkan pada tahun 2020 ini Analisis vegetasi menghasilkan INP tertinggi adalah jenis pohon Akasia (

Acasia mangium

) dan di susul oleh pohon Penaga (Schima wallichii ).

Dari pemantauan lapangan kali ini, skala gangguan dan ancaman terhadap habitat Beruang Madu masih sama seperti tahun sebelumnya, seperti

illegal

logging

, perladangan, dan perkebunan. Jika dilihat dengan kondisi terkini kondisi koridor Beruang Madu mungkin gangguan pada tahun - tahun yang akan datang mengalami peningkatan, karena aktifitas masyarakat di sekitar koridor beruang masih tetap ada.

(35)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Indikasi keberadaan Beruang Madu dalam bentuk perjumpaan jejak berupa cakaran , sobekan , sarang dan lainnya dijumpai pada 7 transek dari 7 transek yang dibuat.

2. Hasil temuan jejak keberadaan Beruang Madu meningkat di bandingkan 3 tahun sebelumnya, terutama pada perjumpaan Cakar/Cabikan, hampir di 7 (Tujuh) transek dijumpai jejak Beruang Madu.

3. Hasil perjumpaan jejak Beruang Madu tahun ini Cakaran/Cabikan 50 temuan, 4 Sarang dan 6 Galian.

4. Hasil Analisis Vegetasi Akasia memiliki INP tertinggi menyusul kemudian Pohon Penaga

5. Gangguan terhadap habitat dan koridor Beruang Madu di areal konsesi berupa kebakaran , perladangan,

illegal loging

, dan perburuan. Jika dibandingkan dengan kondisi survey pada tahun 2017 gangguan masih jauh lebih rendah.

B. Saran

1. Monitoring keberadaan Beruang Madu perlu dilakukan secara berkala dan dengan sumber daya yang kurang lebih sama.

2. Penambahan jalur transek pengamatan Beruang Madu.

3. Harus dilakukan pemulihan areal yang terbakar dengan melakukan penanaman tanaman produksi dipadukan dengan tanaman pengayaan (tanaman buah – buahan) terutama pada sempadan sungai (paling banyak dijumpai jejak Beruang Madu).

4. Perlu dilakukan edukasi dan penyadartahuan masyarakat terutama yang berada di sekitar lokasi habitat koridor Beruang Madu, dan pelibatan aktif dalam upaya – upaya konservasi pada lingkup PT. HKI serta mendorong kegiatan pemberdayaan masyarakat sekitar.

5. Penguatan perlindungan dan pengamanan pada habitat Beruang Madu, terutama dari pembakaran hutan, kemudian perburuan, ilegal logging serta bertahap penyelesaian konflik tenurial.

(36)

DAFTAR PUSTAKA

1.

Alikodra, H. S. 2002. Pengelolaan Satwa liar Jilid 1. Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan Kampus Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.

2. Bismark M. 2011. Prosedur Operasi Standar (SOP) Untuk Survey Keragaman Jenis Pada Kawasan Konservasi. Bogor

3. Fredriksson et al.2006. Pemakan Buah (Frugivory) Beruang Madu (

Helarctos malayanus

) Dirangkaikan dengan Fluktuasi Perubahan Fenologi Pembuahan Akibat Pengaruh El Nino, Kalimantan Timur, Indonesia.

Balikpapan

4. Gusnita Nur Anita dkk.2013. Penggunaan Ruang oleh Beruang Madu di Areal Konservasi IUPHHK-HTI PT.RAPP Estate Meranti. IPB.Bogor

5. Seksi Konsevasi Wilayah I Ketapang BKSDA KALBAR Dan PT. HKI.

2017. Laporan Survey Keberadaan Beruang Madu Serta Pendugaan Awal Potensi Daya Dukung Habitat Tahun 2017. Ketapang

6. PT.HKI. 2018. Laporan Survey Monitoring Keberadaan Serta Gangguan Terhadap Habitat Dan Koridor Beruang Madu (

Helarctos malayanus

).

Kecamatan Kendawangan

Gambar

Gambar 1. Peta Habitat dan Koridor Beruang Madu PT.HKI
Tabel 1. Curah Hujan PT. HKI Tahun 2015 - 2017
Tabel 2. Flora di PT. HKI
Tabel 3. Fauna di PT.HKI
+7

Referensi

Dokumen terkait

pada penggunaan simetidin bersama obat psikotropik atau sebagai efek

Pada era modern, khususnya Indonesia, Islamic Center berubah menjadi sebuah komplek yang di dalamnya terdapat masjid sebagai bangunan utama dan bangunan-bangunan

Himpunan X yang tidak kosong dilengkapi metrik d ditulis ( disebut ruang metrik sedangkan anggota-anggota himpunan X disebut titik-titik pada ruang metrik yang

4. Tan Malaka rela berkorban demi membebaskan bangsanya dari belenggu penjajahan bangsa asing. Oleh sebab itu, Tan Malaka berusaha menciptakan suatu sistem

Jika, setelah kami meminta agar Pelanggan dan / atau Pengguna menghentikan atau mengubah penggunaan sesuai dengan kebijakan FUP kami, penggunaan Pengguna yang

Di antara penelitian dimaksud misalnya: (1) Pendidikan Karakter melalui Life Skills Development dalam Kurikulum Persekolahan (Penelitian Hibah Pasca 2005-2006

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini adalah untuk mendeskripsikan peningkatan hasil belajar keterampilan membaca pemahaman dengan

Dalam penelitian ini ingin menguji pestisida biologi dari jamur  Beauveria bassiana  dengan membandingkan berbagai konsentrasi yang efektif dalam mengendalikan hama uret