• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Disusun Oleh, ANDI ALMIRA KELARA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI. Disusun Oleh, ANDI ALMIRA KELARA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA MENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN MEALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE

SCRIPT PADA MURID KELAS V SDN 82 PATTENE KECAMATAN MARUSU KABUPATEN MAROS

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Mengikuti Ujian Skripsi Pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Disusun Oleh, ANDI ALMIRA KELARA

10540 4124 09

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

2015

(2)

ii

(3)

iii

(4)

iv

(5)

v

(6)

vi

MOTO Jadikanlah semua urusan sebagai kebaikan

Jika mendapat kebahagiaan menjadi orang yang bersyukur Dan jika mendapat kesusahan menjadi orang yang bersabar

Jangan pernah menyerah pada suatu keadaan dan Jangan pernah takut pada sesuatu yang belum pasti

Lakukanlah apa yang kau pandang benar Dan palingkan punggungmu dari semua kritikan yang tak berharga

Tamaklah dalam menghimpun kebaikan dan tekun dalam mengabaikan celaan

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini buat:

kedua orang tua tersayang, saudaraku, sahabatku, atas keikhlasan dan doanya dalam mendukung penulis mewujudkan harapan dan kenyataan Terima kasih Ayah. . . Terima kasih Ibu. . .

(7)

vii ABSTRAK

Andi Almira Kelara, 2015. “Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Melalui Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Script Pada Murid Kelas V SDN 82 Pattene Kecamatan Marusu Kabupaten Maros.” Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Andi Sukri Syamsuri dan pembimbing II Aliem Bahri.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Clasroom Action Research) yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia murid kelas V SDN 82 Pattene Kecamatan Marusu Kabupaten Maros melalui penerapan model pembelajaran Cooperative Script. Penelitian ini terjadi dalam dua siklus, yaitu siklus I mencakup tiga pertemuan begitu pula dengan siklus II tiga pertemuan. Subjek penelitian ini adalah murid kelas V SDN 82 Pattene dengan jumlah murid 32 orang 14 laki-laki dan 18 perempuan. Data diperoleh menggunakan analisis kuantitatif dan analisis kualitatif.

Data diperoleh melalui 2 instrumen, yaitu data tentang aktivitas murid selama proses pembelajaran berlangsung yang diperoleh melalui lembaran observasi, dan data tentang kemampuan membaca pemahaman dengan menggunakan tes hasil belajar yang telah disediakan. Data tentang aktivitas murid dianalisis secara kualitatif. Serta kemampuan membaca pemahaman murid dianalisis secara kuantitatif.

Penerapan model pembelajaran cooperative type script hasil penelitian dari siklus I ke siklus II menunjukkan kemampuan membaca pemahaman murid mengalami peningkatan, pada siklus I rata-rata 66,43 dan pada siklus II meningkat menjadi rata-rata 78,34. Ketuntasan belajar murid dari siklus I 46,88% meningkat pada siklus II menjadi 87,50%. Peningkatan aktivitas belajar murid pada kemampuan membaca pemahaman dalam mata pelajaran bahasa Indonesia dapat menjadikan perubahan terhadap sikap murid dalam proses belajar mengajar yang ditandai dengan adanya peningkatan frekuensi motivasi murid, keaktifan murid dalam setiap kelompok pada saat proses belajar semakin meningkat, semakin banyaknya murid yang memperhatikan penjelasan guru. Karena terjadi peningkatan kualitas hasil dan kualitas proses maka penerapan model pembelajaran cooperative type script pada murid kelas V SDN 82 Pattene sangat efektif.

Kata kunci : kemampuan membaca pemahaman, cooperative tipe script

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Yang Maha Mengabulkan do’a. Dialah yang menghilangkan kesusahan dan bencana. Dia tidak menolak permohonan dan tidak pernah memupus harapan. Dialah yang pantas dipuji dan dipuja. Saya memuji- Nya atas nikmat-nikmat agung yang tiada terkira yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Shalawat dan salam yang melimpah semoga selalu tercurah kepada Nabiullah Muhammad bin Abdullah, keluarganya, sahabatnya, dan para pengikutnya yang istiqomah dan setia di jalan-Nya, hingga akhir zaman nanti. Amin ya Robbal ‘alamin.

Segala usaha dan upaya telah dilakukan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik mungkin, namun penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari sempurna. Hanya Allahlah Dzat Yang Memiliki kesempurnaan mutlak. Olehnya itu, saran dan kritik selalu penulis nantikan sebagai bahan acuan untuk perbaikan dan penyempurnaan.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagi pihak, skripsi ini tidakakan terselesaikan, oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. A. Sukri Syamsuri., M.Hum. Pembimbing I dan Aliem Bahri. S. Pd., M. Pd. Pembimbing II yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan, motivasi, serta bimbingan dengan penuh kesabaran dan ketulusan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

(9)

ix

Tidak lupa penulis juga menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada:

1. Dr. H. Irwan Akib, M.Pd. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Dr. A. Sukri Syamsuri., M.Hum. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

3. Dr. H. Bahrun Amin, M.Hum. Pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

4. Sitti Fithriani Saleh, S.Pd., M.Pd. Plt. Ketua Prodi Jurusan PGSD S1.

5. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, atas bimbingan dan jasa-jasa beliau selama penulis berada di kampus utamanya dalam mengikuti perkuliahan.

6. Kepala Sekolah, Bapak dan Ibu guru, serta staf SDN 82 Pattene yang telah memberikan izin kepada penulis dalam melakukan penelitian.

7. Teristimewa penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya dengan segenap cinta dan hormat ananda kepada Ibunda Andi Wanti dan Ayahanda alm. Andi Abd. Hamid, SE, yang telah mencurahkan cinta kasih sayangnya, dan do’a restu serta keikhlasan dan kepercayaan kepada Ananda: lakukanlah selagi itu benar.

8. Kakak dan adikku, sepupu-sepupu tersayang yang selalu memberikan motivasi serta dukungan yang sangat berharga.

Penulis ucapkan terima kasih dan penghargaan yang sama kepada sahabat-sahabatku yang telah memberikan persaudaraan dan bantuannya dalam segala hal dengan tulus dan ikhlas serta semua pihak yang telah memberikan motivasi dan bantuannya yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu.

(10)

x

Semoga segala bantuan yang telah diberikan mendapat balasan yang berlipat ganda dari Yang Maha Kuasa. Amin ya Robbal ‘alamin.

Makassar, 14 Mei 2015

Penulis

(11)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

SURAT PERJANJIAN ... iv

SURAT PERNYATAAN ... v

MOTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR GRAFIK ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ……….. .. xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Permasalah Penelitian ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA... .... 7

A. Kajian Pustaka ... 7

B. Kerangka Pikir ... 20

C. Hipotesis ... 21

BAB III METODE PENELITIAN ... 22

(12)

xii

A. Jenis Penelitian ... 22

B. Lokasi dan Subjek penelitian ... 22

C. Fokus Penelitian ... 22

D. Instrumen Penelitian ... 23

E. Prosedur Penelitian ... 23

F. Teknik Pengumpulan Data ... 28

G. Teknik Analisis Data ... 28

H. Indikator Keberhasilan ... 29

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 30

A. Hasil Penelitian ... 30

B. Pembahahasan ... 40

BAB V PENUTUP ……… 42

A.Simpulan ... 42

B.Saran ... 42

DAFTAR PUSTAKA ... 44 LAMPIRAN- LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

(13)

xiii

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

Gambar 4.1 Grafik Distribusi Frekuensi hasil Belajar Siklus I ... 31

Gambar 4.2 Grafik Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I ... 32

Gambar 4.3 Grafik Distribusi Frekuensi hasil Belajar Siklus II... 33

Gambar 4.4 Gerafik Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II ... 35

Gambar 4.5 Grafik Peningkatan Hasil Belajar Murid Pada Setiap Siklus ... 35

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 3.1 Kategorisasi Standar Berdasarkan Ketetapan Departemen Pendidikan

Nasional ... 29

Tabel 4.1 Distribusi Nilai Statistik ... 30

Table 4.2 Distribusi frekuensi dan Persentase Kategori Hasil Belajar Murid Siklus I ... 31

Tabel 4.3 Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar Murid Pada Siklus I ... 32

Tabel 4.4 Distribusi Nilai Statistik ... 32

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi dan Persentase kategori Hasil Belajar Murid Siklus II... 33

Tabel 4.6 Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar Murid Pada Siklus II ... 35

Tabel 4.7 Peningkatan Hasil Belajar Murid Pada Setiap Siklus ... 35

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Aktivitas Murid Pada Siklus I ... 36

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Aktivitas Murid Pada Siklus II ... 37

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Murid membaca teks cerita

Gambar 1.2 Murid membuat ringkasan cerita

Gambar 1.3 Pembicara membaca ringkasananya

Gambar 1.4 Pendengar menunjukan ide pokok yang kurang lengkap

Gambar 1.5 Murid yang bertanya

Gambar 1.6 Guru menunjukan ide pokok yang kurang lengkap

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A

1. Hasil Tes Siklus I 2. Hasil Tes Siklus II 3. Tes Akhir Siklus

4. Kunci Jawaban Tes Akhir Siklus

LAMPIRAN B

1. Lembar Observasi Guru

2. Lembar Observasi Murid Dalam Proses Belajar Mengajar

LAMPIRAN C

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 2. Tugas Individu

(17)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Mata pelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk penguasaan bahasa atau belajar berkomunikasi murid. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tertulis.

Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 (2003:7) bahwa:

Fungsi pendidikan nasional yaitu mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa Indonesia. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik siap mengakses situasi lokal, regional, nasional dan global yang berorientasi pada keterbukaan pada diri murid.

Standar ini diarahkan agar peserta didik terbuka terhadap beranekaragam informasi yang hadir disekitar peserta didik dan dapat menyaring yang berguna, belajar menjadi diri sendiri, dan peserta didik menyadari akan eksistensi budaya sehingga tidak melupakan lingkungannya.

1

(18)

2

Berkaitan dengan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, dalam kurikulum 2006 yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan murid untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tertulis.

Standar kompetensi bahasa dan sastra Indonesia yang merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambar penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Selain itu standar kompetensi atau dasar bagi murid untuk dapat memahami dan mengakses perkembangan lokal, regional dan global.

Permasalahan dalam pendidikan selalu muncul bersamaan dengan berkembang dan meningkatnya kemampuan murid, situasi dan kondisi lingkungan yang ada, pengaruh informasi dan kebudayaan, serta berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Guru merupakan kunci pencapaian misi pembaharuan pendidikan, mereka berada dititik sentral untuk mengatur, mengarahkan dan menciptakan suasana kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan dan misi pendidikan nasional yang dimaksud. Oleh karena itu, secara tidak langsung guru dituntut untuk lebih profesional, inovatif, perspektif, dan proaktif dalam melaksanakan tugas pembelajaran.

Ruanglingkup mata pelajaran bahasa Indonesia mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Membaca sebagai salah satu keterampilan dalam pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar tidak akan

(19)

3

datang secara otomatis, tetapi harus melalui latihan dan praktik banyak dan teratur.

Berdasarkan informasi dari peneliti sebelumnya bernama Rusmiati dengan judul Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman melalui penerapan model pembelajaran cooperative type script pada murid kelas V SDN 82 Pattene, hasil belajar murid kelas V SD rata-rata 62 atau masih lebih rendah dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan yaitu 65. Hal ini menggambarkan masih rendahnya kemampuan membaca pemahaman murid.

Kenyataan pada murid kelas V SDN 82 Pattene Kecamatan Marusu Kabupaten Maros, kemampuan membaca pemahaman belum optimal yang ditandai dengan adanya kesulitan dalam mengerjakan tugas dan menyampaikan gagasan atau pikiran secara lisan kepada guru atau teman-temannya serta kurangnya kerja sama dan sosialisasi murid. Hal ini terlihat pada nilai rata-rata hasil belajar murid hanya mencapai 60,00 dari hasil ujian tengah semester pada tahun ajaran 2013/2014 yang masih berada dibawah nilai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 65,00 sehingga masih perlu ditingkatkan.

Oleh sebab itu, peneliti memerlukan model pembelajaran yang mampu meningkatkan keterampilan bekerja sama dalam memecahkan masalah (proses kelompok), mengembangkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan secara penuh dalam suasana belajar yang terbuka dan demokratis, menciptakan hubungan antar pribadi, mengembangkan kemampuan kelompok, dan memelihara hubungan kerjasama yang efektif serta murid bukan lagi sebagai objek pembelajaran, namun bisa juga berperan sebagai tutor bagi teman sebayanya.

(20)

4

Peneliti menentukan model cooperative type script yang dianggap paling tepat dalam mengatasi rendahnya kemampuan membaca pemahaman murid karena model cooperative type script dapat meningkatkan keterampilan bekerjasama dalam memecahkan masalah (proses kelompok), mengembangkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan secara penuh dalam suasana belajar yang terbuka dan demokratis.

Berdasarkan uraian di atas, menarik inspirasi peneliti untuk mengkaji melalui penelitian tindakan kelas dengan judul “Upaya meningkatan kemampuan membaca pemahaman melalui penerapan model pembelajaran cooperative type script padamurid kelas VSDN 82 Pattene Kecamatan Marusu Kabupaten Maros.”

B. Permasalah Penelitian 1. Identifikasi Masalah

Fakta di lapangan mengatakan bahwa, pembelajaran bahasa Indonesia khususnya membaca pemahaman di SD belum sesuai dengan yang diharapkan.

Guru-guru kebanyakan belum memahami dengan benar bagaimana mengajar bahasa Indonesia (membaca pemahaman) dengan benar, dan bagaimana agar belajar bahasa Indonesia dilakukan dalam suasana menyenangkan.

Berbagai macam keluhan dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SD seperti; malas belajar, membosankan (jenuh), kurang bergairah, tidak menarik, dan keluhan-keluhan lain dari para murid, adalah permasalahan mendasar yang harus segera diatasi.Gejala ini disebabkan oleh kurangnya motivasi belajar murid.

Kenyataan yang seperti inilah yang mendasari akan pentingnya seorang guru melakukan suatu upaya agar murid memiliki motivasi yang kuat dalam mempelajari bahasa Indonesia. Berkaitan dengan itu, model pembelajaran

(21)

5

cooperative type script menjadi pilihan tepat bagi guru SD guna menumbuhkan minat dan semangat murid dalam pembelajaran bahasa Indonesia.Lebih dari itu, model pembelajaran cooperative type script menjadikan pengajaran dan pembelajaran lebih menggairahkan.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, permasalahan yang dapat dirumuskan yaitu:Bagaimanakahpeningkatan hasil belajar membaca pemahaman dapat melalui penerapan model pembelajaran cooperative type script pada murid kelas V SDN 82 Pattene Kecamatan Marusu Kabupaten Maros?

3. Pemecahan Masalah

Model pemecahan masalah yang akan digunakan dalam penelitian, yaitu model pembelajaran cooperative type script,model pembelajaran cooperative type script menjadi pilihan tepat bagi guru SD guna menumbuhkan minat dan semangatmurid dalam belajar bahasa Indonesia.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan hasil pembelajaran membaca pemahaman melalui penerapan model pembelajaran cooperative type script pada murid kelas VSDN 82 Pattene.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin diraih melalui penelitian ini terbagi dua, yaitu secara teoretis dan praktis :

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan menjadi informasi bagi kalangan masyarakat khususnya pada kalangan yang terlibat dalam dunia pendidikan baik kepada dinas

(22)

6

pendidikan, kepala sekolah, pengawas, dan guru untuk meningkatkan kemampuan murid dengan berbagai macam model pembelajaran agar tujuan pendidikan yang diharapkan dapat tercapai. Demikian pula diharapkan menjadi bahan rujukan bagi peneliti untuk suatu penelitian yang berkenaan pada penerapan model pembelajaran cooperative type script yang bertujuan meningkatkan kemampuan murid.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi guru: Sebagai bahan masukan guru dalam meningkatkan mutu pendidikan di kelasnya. Melalui Penelitian ini guru dapat mengetahui keefektifan mengajar dengan menggunakan model pembelajaran cooperative script. Model cooperative type script menjadi awal bagi guru yang mengajarkan membaca pemahaman.

b. Bagi murid: Proses belajar mengajar bahasa Indonesia di kelas V SDN 82 Pattene menjadi menarik dan menyenangkan serta hasil belajar bahasa Indonesia menjadi meningkat.

c. Bagi peneliti: Sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya yang mengkaji masalah yang relevan dengan penelitian ini.

(23)

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka

1. Hasil Penelitian yang Relevan

Seperti yang diungkapkan oleh Rusmiati (2013) dalam hasil penelitian yang menunjukkan bahwa: pelaksanaan model cooperative type script dalam pembelajaran bahasa Indonesia kelas V di SD Inpres Pannujuang berjalan dengan baik. Demikian pula diharapkan agar: (1) Pelaksanaan model cooperative type script dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas V SDN 82 Pattene Kecamatan Marusu Kabupaten Maros berjalan dengan baik; (2) Pembelajaran bahasa Indonesia melalui model cooperative type script dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman murid di kelas V SD SDN 82 Pattene Kecamatan Marusu Kabupaten Maros.

2. Pengertian Membaca

Rahim (2007: 2) menyatakan bahwa:

Membaca pada hakekatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan tetapi juga melibatkan aktifitas visual, berpikir, psikologistik, dan metakognitif.

Sebagai suatu proses visual membaca merupakan proses menerjemahkan symbol tulis (huruf) kedalam kata-kata lisan. Sebagai suatu proses berpikir, membaca mencakup aktifitas pengenalan kata, pemahaman, literal, interpretasi, membaca kritis dalam pemahaman kreatif. Pengenalan kata bisa berupa aktifitas membaca kata-kata dengan menggunakan kamus.

7

(24)

8

Membaca adalah salah satu dari empat keterampilan berbahasa.Dalam kegiatan membaca, kegiatan lebih banyak dititikberatkan pada keterampilan membaca daripada teori-teori membaca itu sendiri.Hidayat (dalam Rahim 2007:11) mendefinisikan bahwa membaca adalah melihat dan memahami tulisan, dengan melisankan atau hanya dalam hati.

Setiawan (dalam Rahim 2007:10) kemampuan membaca yang baik merupakan salah satu kunci untuk mencapai kesuksesan dalam pendidikan.Membaca yang sudah menjadi kegiatan murid yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan akademis di kelas.Jenis membaca yang dilakukan murid di kelas adalah membaca pemahaman.

Tarigan (1979:7) berpendapat bahwamembaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam pandangan sekilas, agar makna kata-kata secara individual dapat diketahui. Bila hal ini tidak terpenuhi, maka pesan yang tersurat dan yang tersirat tidak akandipahami, dan proses membaca tidak terlaksana dengan baik.

Crawley (dalam Rahim 2007: 2) menjelaskan bahwa membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif. Sebagian proses visual membaca merupakan proses menerjemahkan simbol tulis (huruf) ke dalam kata-kata lisan.

(25)

9

Arnolds (dalam Rahim 2007:16) Banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca, baik membaca permulaan maupun membaca lanjut (membaca pemahaman).Faktor-faktor yang mempengaruhi membaca permulaan ialah faktor fisiologis, intelektual, lingkungan dan fisiologis.

Membaca adalah suatu proses yang bersangkut paut dengan bahasa. Oleh karena itu, para pelajar haruslah dibantu untuk menanggapi atau memberi responsi terhadap lambang-lambang visual yang menggambarkan tanda-tanda oditori dan berbicara haruslah selalu mendahului kegiatan membaca.

Amier,dkk. (2008:25) menyatakan bahwa minat baca dapat ditumbuhkan dan dikembangkan, sehingga menjadi kebiasaan melalui penguasaan tekhnik membaca yang tepat.Tekhnik membaca yang tepat dapat membuat lebih efisien, efektif, serta menarik.

Nurhadi (dalam Rahim 2007:12) disebutkan bahwa ada empat keterampilan pemahaman yang dikembangkan, meliputi:

1. Pemahaman literal, yaitu pemahaman yang menitiberatkan pada gagasan dan informasi yang dinyatakan secara tersurat dalam teks bacaan (eksplisit).

2. Reorganisasi atau reinterprestasi, yaitu keterampilan memperoleh informasi literal dari berbagai bagian dalam teks untuk digabungkan bersama atau untuk menafsirkan informasi.

3. Pemahaman inferensial, yaitu pemahaman yang menurut pemikiran dan imajinasi di luar apa yang tertulis.

4. Evaluasi, yaitu kemahiran pembaca dan membuat keputusan atau penilaian tentang apa yang disampaikan penulis, dan seberapa jauh ia dapat

menerimanya.

(26)

10

Bahkan ada pula beberapa penulis yang beranggapan bahwa membaca adalah suatu kemauan untuk melihat lambang-lambang tertulis serta mengubahnya melalui suatu metode pengajaran membaca seperti fonik (ucapan, ejaan berdasarkan interpretasi fonetik terhadap ejaan biasa) menjadi membaca lisan.

Setiawan (dalam Rahim 2007: 11) memberikan cirri-ciri membaca sebagai berikut:

1. Membaca bukanlah proses yang pasif, pembaca harus memberi sumbangan secara aktif dan bermakna jika ia ingin memahami tulisan.

2. Segala segi membaca, mulai dari pengenalan huruf satu persatu atau kata demi kata, sampai pada pemahaman seluruh penggal, dapat dianggap sebagai pengurangan keraguan.

3. Membaca lancar mengharuskan pemanfaatan informasi yang disediakan oleh lebih dari satu sumber, sehingga pengetahuan yang dimiliki pembaca akan memainkan peran yang penting, terutama dalam mengurangi ketergantungan pada invormasi visual.

4. Membaca merupakan urusan penuh resiko, teks tulis dipenuhi ketidakpastian sehingga kesalahpahaman berada dipusat kegiatan membaca.

Sebagian pembaca beranggapan bahwa memahami suatu teks atau bacaan merupaka hal yang sulit.

Poerwadarminta (1986:71) Membaca adalah melihat tulisan dan mengerti atau dapat melisankan apa yang tertulis itu.

(27)

11

3. Manfaat Membaca

Membaca memiliki manfaat yaitu memberikan informasi, misalnya dengan membaca koran dan majalah, memberikan hiburan, misalnya dengan membaca novel dan komik, yang paling penting tetapi sekaligus paling sulit, memberikan pengertian.

Adapun manfaat membaca menurut Burns (dalam Rahim 2007:1) mengemukakan bahwa kemampuan membaca merupakan sesuatu yang vital dalam suatu masyarakat terpelajar. Namun, anak-anak yang tidak memahami pentingnya belajar membaca tidak akan termotivasi untuk belajar. Belajar membaca merupakan usaha yang terus-menerus, dan anak-anak yang melihat tingginya nilai membaca dalam kegiatan pribadinya akan lebih giat belajar dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan dari kegiatan membaca.

4. Tujuan membaca

Tujuan membaca berkaitan dengan keinginan pembaca untuk mengembangkan diri.Sebagian juga, orang membaca hanya untuk refresing dan menghilangkan kejenuhan.

Tarigan (1979: 9) mengemukakan tujuan membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan.Makna, arti (meaning) erat sekali berhunbungan dengan maksud tujuan, atau intensif kita dalam membaca.berikut ini kita kemukakan beberapa yang penting:

a. Membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fata-fakta (reading for details or facts).

b. Membaca untuk memperoleh ide-ide utama (reading for main ideas).

(28)

12

c. Membaca untuk mengetahui urutan atau susunan, orgnisasi cerita (reading sequence or organization).

d. Membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi (reading for inference).

e. Membaca untuk mengelompokkan, membaca untuk mengklasifikasikan (reading to classify).

f. Membaca untuk menilai dan mengevaluasi (reading to evaluate).

g. Membaca untuk memperbandingkan atau mempertentangkan (reading to compare or contrast).

Farida (2007:11) mengemukakan tujuan membaca mencakup beberapa unsur, antara lain:

a. Kesenangan.

b. Menyempurnakan membaca nyaring.

c. Menggunakan strategi tertentu.

d. Memperbaharui pengetahuan tentang suatu topik.

e. Mengaitkan informasi baru untuk informasi yang telah diketahui.

f. Memperoleh informasi untuk laporan lisan dalam tulisan.

g. Mengkonfirmasikan atau menolak prediksi.

h. Menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang diperoleh dari suatu teks.

5. Komponen Kegiatan Membaca 1. Proses Membaca

Menurut Burns, dkk. Proses membaca terdiri atas sembilan aspek, yaitu sensori, perseptual, urutan, pengalaman, pikiran, pembelajaran, asosiasi, sikap dan gagasan.

(29)

13

2. Produk Membaca

Produk membaca merupakan komunikasi dari pemikiran dan emosi antara penulis dan pembaca.Komunikasi juga biasa terjadi dari konstruksi pembaca melalui integrasi pengetahuan yang telah dimiliki pembaca dengan informasi yang disajikan dalam teks.

Menurut Burns, dkk. Mengemukakan bahwa strategi pengenalan kata, sebagai bagian dari aspek asosiasi dalam proses membaca merupakan sesuatu yang esensial.

Syafi’ie (dalam Rahim 2007:15) agar hasil membaca dapat tercapai secara maksimal, pembaca harus menguasai kegiatan-kegiatan dalam proses membaca tersebut. Oleh sebab itu, guru-guru SD memegang peranan penting dalam membimbing para siswa agar mereka mampu menguasai kegiatan- kegiatan dalam proses membaca tersebut dengan baik.

Nasution (2000:4) mengemukakan bahwa tujuan pelajaran bukan hanya penguasaan prisip-prinsip yang fundamental itu, melainkan juga mengembangkan sikap yang positif terhadap belajar, penelitian, dan penemuan serta pemecaham masalah atas kemampuan sendiri.Pengajaran ditentukan untuk tiap individu.Dalam program ini diusahakan untuk menyusun suatu program untuk tiap murid secara individual menurut kebutuhan atau taraf perkembangan atau pengetahuan murid.

6. Membaca Pemahaman

Kemampuan membaca siswa Sekolah Dasar tidak diperoleh secara alamiah, tetapi melalui proses pembelajaran.Farida (2007:3) menyatakan bahwa membaca adalah interaktif.Keterlibatan pembaca dengan teks

(30)

14

tergantung pada konteks. Orang yang senang membaca suatu teks yang bermanfaat, akan menemui beberapa tujuan yang ingin dicapainya, teks yang dibaca seseorang harus mudah dipahami (readable) sehingga terjadi interaksi antara pembaca dan teks.

Hasriayati (2009:51) mengemukakan bahwa dalam membaca pamahaman seseorang diminta untuk dapat memahami semua symbol tertulis yang digunakan penulis untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, pendapat, maupun gagasannya (diakses 19/11/201408:51).

Barret (dalam Hasriayati 2009:51) membagi aspek pemahaman tersebut menjadi 5 kategori, yaitu:

1. Ranah literal, yaitu kemampuan mengenal suatu fakta atau mengingat kembali suatu fakta yang tersurat dalam wacana.

2. Ranah penataan kembali (reorganisasi), yaitu kemampuan menata kembali ide-ide yang diungkapkan dalam wacana (mengkerangkakan ide dalam wacana, meringkas wacana, menemukan ide pokok paragraf, menemukan ide penjelas).

3. Ranah inferensial, yaitu kemampuan mengadakan inferensi (kesimpulan) berdasarkan semua informasi tertulis dalam wacana dihubungkan dengan konteks yang melingkupi wacana.

4. Ranah evaluatif, yaitu kemampuan untuk menilai kualitas isi, bahasa, maupun penalaran, dan gaya dalam wacana yang dibaca.

5. Ranah apresiatif, yaitu kemampuan mengungkapkan kepekaan emosional dan estetika dalam merespon wacana yang dibaca.

(31)

15

Memahami isi bacaan melalui kegiatan pengenalan kata demi kata atau kalimat demi kalimat. Oleh karena itu pembaca atau murid dituntut untuk:

a. Memahami kata-kata yang dibacanya dan memahami arti.

b. Mampu mengidentifikasi arti yang sudah dikenal dalam konteks yang dibaca.

c. Mampu untuk menerka arti kata yang belum dikenal dalam konteks yang dibaca.

d. Mampu menangkap ide pokok bacaan.

e. Mampu memahami maksud penulis.

Proses recording dan decoding biasanya berlangsung pada kelas-kelas awal, yaitu SD kelas(I,II,danIII) yang dikenal dengan istilah membaca permulaan.

Penekanan membaca pada tahap ini ialah proses perseptual, yaitu pengenalan korespondensi rangkaian huruf dengan bunyi-bunyi bahasa. Sementara itu proses memahami makna (meaning) lebih ditekankan di kelas-kelas tinngi SD.

7. Kriteria Penilaian dalam Membaca Pemahaman a. Menggabungkan kata menjadi kalimat.

b. Memperhatikan tanda baca.

c. Memahami isi bacaan.

d. Mengenali ide pokok.

e. Menyimpulkan isi bacaan.

8. Pengertian Model PembelajaranKooperatif(Cooperative Learning)

Dikutip dariKiranawati (2007) Cooperative adalah mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim. Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara murid belajar dan bekerja dalam

(32)

16

kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 – 6 orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.

Taniredja, dkk (2011:55)pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur.

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara murid belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 – 6 orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.

Wina (dalam Isjoni 2006:33) mengemukakan bahwa “model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh murid dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan”.

Pada hakikatnya cooperative learning sama dengan kerja kelompok, Slavin (1955:56) menyatakan bahwa dalam belajar kooperatif siswa belajar bersama sebagai suatu tim dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Jadi, setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab yang sama untuk keberhasilan kelompoknya.

Pembelajaran ini akan tercipta sebuah interaksi yang lebih luas, yaitu interaksi dan komunikasi yang dilakukan antara guru dengan murid, murid dengan murid, murid dengan guru. Strategi pembelajaran kooperatif merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh murid di dalam kelompok untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

(33)

17

Johnson (dalam Trianto 2010:57) menyatakan bahwa tujuan pokok belajar Cooperative adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok.

a. Lima unsur dasar model cooperative learning, yaitu : 1) Ketergantungan yang positif.

2) Pertanggung jawaban individual.

3) Kemampuan bersosialisasi.

4) Tatap muka.

5) Evaluasi proses kelompok.

b. Ciri-ciri pembelajaran kooperatif : 1) Pembelajaran secara tim.

2) Didasarkan pada manajemen kooperatif.

3) Kemauan untuk bekerjasama.

4) Keterampilan bekerjasama.

9. Model Cooperative Script

a. Pengertian Model Cooperative TypeScript

Cooperatif type script berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim. Sedangkan script adalah naskah atau tulisan.

Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan di sekolah adalah pembelajaran cooperative script. Pembelajaran cooperative type script merupakan model yang berorientasi pada kegiatan kerjasama antara murid dalam bentuk kelompok yang dibagikan berupa naskah atau cerita.

(34)

18

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran cooperative type script adalah suatu model pembelajaran dimana murid bekerja berpasangan/berkolaborasi dan kemudian bergantian secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari. Dalam pembelajaran ini murid bekerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sama.

b. Langkah-langkah Penerapan Model Cooperative Type Script.

1) Guru membagi muriduntuk berpasangan.

2) Guru memberikan wacana atau materi untuk dibaca dan dibuat ringkasan.

3) Guru bersama-sama dengan murid menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan yang berperan sebagai pendengar.

4) Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukan ide-ide pokok dalam ringkasanya, sementara pendengar :

a. Menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap.

b. Membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.

5) Murid bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya, kemudian melakukan kegiatan seperti sebelumnya.

6) Guru bersama-sama dengan murid menyimpulkan hasil ringkasan yang paling tepat.

7) Guru menutup pembelajaran. (Dikutip dari Kiranawati, 2007) c. Manfaat Model Cooperative Type Script

Model cooperative type script dapat melatih murid untuk memiliki keterampilan, baik keterampilan berpikir maupun keterampilan sosial, seperti keterampilan untuk mengemukakan pendapat,menerima saran dan masukan orang

(35)

19

lain, bekerjasama, rasa setia kawan, dan mengurangi timbulnya perilaku yang menyimpang dalam kehidupan kelas. Cooperative type script juga turut menambah unsur-unsur interaksi sosial pada pembelajaran.

Didalam cooperative type script murid belajar bersama dengan kelompok- kelompok kecil yang saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang tediri dari dua murid(berpasangan) dengan kemampuan yang heterogen. Maksud kelompok heterogen adalah terdiri dari campuran kemampuan murid, jenis kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih murid menerima perbedaan dan bekerja dengan teman yang berbeda latar belakangnya.

d. Kelebihan dan Kelemahan Model Cooperative Type Script.

1) Kelebihan dari model cooperative type script adalah : a) Melatih pendengaran, ketelitian, dan kecermatan.

b) Semua murid mendapat peran.

c) Melatih mengungkapkan kesalahan orang lain secara lisan.

2) Kelemahan model cooperative type script adalah : a) Hanya untuk mata pelajaran tertentu.

b) Hanya dilakukan dua orang tidak melibatkan seluruh kelas sehingga terkoreksi hanya terbatas pada dua orang tersebut. (Dikutip dari Kiranawati, 2007)

B. Kerangka Pikir

Belajar merupakan proses perubahan, perubahan dari tidak tahu menjadi tahu dan belajar merupakan proses menuju ke arah yang lebih baik. Sebagai sebuah proses, tentu saja melibatkan berbagai faktor yang sangat mempengaruhinya. Pemilihan dan penggunaan model pembelajaran merupakan

(36)

20

satu faktor yang tidak boleh diabaikan.Dalam hal ini model yang dimaksud adalah model pembelajaran cooperative type script, model pembelajaran cooperative type script, dianggap dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman murid.

Kemampuan membaca pemahaman mengalami peningkatan apabila pembelajaran membaca dilaksanakan dengan model pembelajaran cooperative type script. Melalui model pembelajaran cooperative script, murid akan menjadi lebih percaya diri dan lebih mamahami sendiri informasi, menghubungkan topik yang sudah dipelajari dan yang akan dipelajari dalam kehidupan sehari-hari serta dapat berinteraksi aktif antar murid dengan guru atau guru dengan murid atau murid dengan murid.

Adapun kerangka pikir berdasarkan penjelasan di atas, dapat digambarkan dalam bentuk bagan sebagai berikut:

C. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini yaitu jika model pembelajaran cooperative type script diterapkan dalam pembelajaran maka kemampuan membaca pemahaman murid Kelas V SDN 82 Pattene Kecamatan Marusu Kabupaten Marosdapat meningkat.

Model Cooperative type script

Perencanaan Pelaksanaan Penilaian

Siklus I Siklus II

Analisis

Kemampuan Membaca Pemahaman Bahasa Indonesia

KTSP 2006

(37)

21

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang bertujuan untuk meningkatkan dan memperbaiki kemampuan membaca pemahaman murid pada mata pelajaran bahasa Indonesia.Menurut Subyantoro (dalam Asmani 2011: 24) penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara professional.

Pada sisi lain, tujuan dari penelitian tindakan kelas ini adalah untuk lebih meningkatkan profesionalisme guru dalam proses mengajar. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam bentuk kegiatan bersiklus yang terdiri dari 4 (empat) tahap yaitu : Perencanaan, Pelaksanaan Tindakan, Observasi, dan Refleksi.

B. Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di kelas V SDN 82 Pattene Kecamatan Marusu Kabupaten Maros.Subjek penelitian sebanyak 32 murid, di antaranya murid laki-laki berjumlah 14 orang dan 18murid perempuan berjumlah 32 orang.

C. Fokus Penelitian

Untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini, ada beberapa faktor yang diamati yaitu:

1. Faktor murid yang dapat dilihat dari kehadiran, perhatian, dan motivasi belajar murid serta kesungguhan dan keseriusan murid dalam belajar membaca.

21

(38)

22

2. Faktor proses yaitu melihat keaktifan murid berinteraksi dengan guru dan sesama murid lainnya dalam proses belajar mengajar.

3. Faktor hasil yaitu menilai penampilan dan kemampuan membaca pemahaman murid melalui tes kemampuan membaca pemahaman menggunakan model pembelajaran cooperative type script yang diberikan pada akhir kegiatan.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan sarana untuk dapat mengumpulkan data.

Dengan demikian, instrumen harus relevan dengan masalah dan aspek yang akan diteliti agar dipeoleh data yang akurat. Adapun instrumen penelitian yang dilakukan adalah:

a. Tes

Tes digunakan untuk mengukur tingkat pengetahuan siswa terhadap materi pelajaran yang telah diajarkan.Tes diberikan pada akhir pertemuan dan ters diberikan pada akhir siklus.

b. Observasi

Teknik observasi digunakan untuk mengamati secara langsung aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung di kelas dengan menggunakan metode pembelajaran cooperative type script.

E. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian sesuai dengan jenis penelitian tindakan kelas yang digunakan yaitu model spiral yang dikembangkan oleh Hopkins (dalam Sanjaya 2009: 54),dimana pelaksanaan tindakan terdiri dari 2 siklus.Siklus I terdiri dari 2 x pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 45 menit.Siklus II terdiri dari 2 x pertemuan

(39)

23

Tindakan

Tindakan Observasi/evaluasi

Refleksi

Perencanaan Ulang

Observasi/evaluasi

Refleksi

dengan alokasi waktu 2 x 45 menit. Pada tiap siklus mencakup tahap-tahap sebagai berikut :(1) perencanaan,(2) tindakan,(3) observasi/evaluasi, dan (4) refleksi

Secara rinci penelitian tindakan kelas tersebut dapat dilihat pada gambar berikut:

Siklus I

1. Perencanaan

a. Menentukan materi yang akan diajarkan dalam pelaksanaan siklus I dengan pendekatan cooperative type script.

b. Membuat perangkat pembelajaran berupa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), buku murid, dan LKS. Serta menyusun lembar analisis hasil belajar membaca dan pengamatan proses.

c. Mengembangkan alat bantupengajaran sesuai dengan materi yang akan diajarkan.

d. Membuat pedoman observasi.

Gambar penelitian tindakan model spiral (Hopkins : 1993)

dan seterusnya Perencanaan

Siklus I

Siklus II

(40)

24

e. Membuat dan menyusun alat evaluasi.

2. Tindakan

Setelah tahap perencanan dianggap matang, kemudian dilaksanakan tahap tindakan.Pada tahap ini dilaksanakan kegiatan belajar mengajar dan mengembangkan model pembelajaran cooperative type script. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini antara lain:

a. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan menginformasikan model pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran pada murid.

b. Membagi murid untuk berpasangan.

c. Membagikan wacana/materi kepada tiap murid untuk dibaca dan membuat ringkasan serta menjawab pertanyaan berdasarkan naskah.

d. Guru dan murid menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.

e. Murid yang berperan sebagai pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya, sementara pendengar.

1) Menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap.

2) Membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.

f. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya. Kemudian lakukan seperti kegiatan tersebut.

g. Memberikan tugas untuk mengukur pemahaman murid terhadap materi yang diberikan.

h. Murid dan guru bersama-sama menyimpulkan materi.

(41)

25

3. Observasi/Evaluasi

Tahap selanjutnya adalah melakukan observasi pada pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat yaitu lembar observasi aktivitas guru dan lembar observasi aktivitas murid.Observasi dilaksanakan pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung.

4. Refleksi

Seluruh hasil pembelajaran yang diperoleh pada tahap-tahap sebelumnya melalui lembar observasi akan direfleksi pada tahap ini, kemudian menilai dan mempelajari hasil belajar murid pada siklus I, dan hasil refleksi inilah yang selanjutnya dijadikan acuan bagi peneliti untuk merencanakan perbaikan pada siklus berikutnya

Siklus II

1. Perencanaan

Beberapa hal yang dilakukan pada tahap perencanaan pada siklus II adalah sebagai berikut:

a. Setelah melakukan refleksi pada siklus I dan apabila ditemukan kekurangan dan kelemahan-kelemahan, maka pada tahap ini dilakukan perencanaan dengan mencari alternatif perbaikannya.

b. Melanjutkan tahap perencanaan yang telah dilakukan pada siklus I dengan beberapa perbaikannya.

2. Pelaksanaan

Pelaksanaantindakanpada siklus II adalah melanjutkan langkah-langkah yang telah dilakukan pada siklus I dan melaksanakan beberapa perencanaan baru yang dirancang dan disesuaikan dengan materi yang ada pada siklus II dan dari

(42)

26

hasil perbaikan pada siklus I.

3. Observasi/Evaluasi

Proses observasi yang dilakukan pada siklus II sama dengan proses observasi yang dilakukan pada siklus I, yaitu peneliti melakukan pengamatan dan mencatat seluruh aktivitas guru dan murid selama proses belajar mengajar berlangsung berdasarkan lembar observasi yang telah dibuat.

4. Refleksi

Pada tahap refleksi ini peneliti meninjau kembali hal-hal yang dilakukan pada tahap-tahap sebelumnya serta hasil yang diperoleh murid dengan membandingkan proses dan hasil belajar murid pada siklus I dengan siklus II.

Hasil yang diperoleh pada tahap observasi dan evaluasi pada siklus I dan siklus II dianalisis untuk mendapatkan kesimpulannya.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data akan dilakukan dalam penelitian ini adalah : 1. Sumber Data. Sumber data adalah personal penelitian yang terdiri dari

peneliti, guru, dan murid.

2. Jenis data :

a. Data kualitatif adalah data hasil observasi tentang aktivitas murid dalam mengikuti proses pembelajaran.

b. Data kuantitatif adalah data yang diperoleh dari tes setiap akhir siklus.

3. Cara pengambilan data :

a. Data mengenai tingkat penguasaan materi pelajaran yang dikumpulkan dengan menggunakan tes hasil belajar setiap akhir siklus.

(43)

27

b. Data mengenai aktivitas murid yang dikumpulkan dengan menggunakan lembar observasi selama proses pembelajaran dibantu oleh seorang observer.

G. Teknik Analisis Data

Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan teknik analisis kuantitatif dan kualitatif.Untuk analisis kuantitatif digunakan statistik deskriptif yaitu rata-rata dan persentase, tabel frekuensi, persentase nilai terendah dan tertinggi, sedangkan analisis kualitatif yang digunakan adalah kategorisasi skor skala 5.

Kategori Skor Murid

Tingkat Penguasaan Kategori

85 – 100 Sangat Tinggi

65 – 84 Tinggi

60 – 64 Sedang

45 – 59 Rendah

0 – 45 Sangat Rendah

H. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia melalui penerapan model pembelajaran cooperative type script pada murid kelas V SDN 82 Pattene Kecamatan Marusu Kabupaten Maros, yaitu apabila hasil belajar bahasa Indonesia murid mengalami peningkatan dari siklus pertama dan siklus kedua, mencapai nilai rata-rata sesuai standar KKM yaitu 65, dan mencapai ketuntasan belajar minimal 75%. Demikian pula terjadi peningkatan kualitas

(44)

28

proses pembelajaran, dan aktivitas belajar murid dalam pembelajaran bahasa Indonesia melalui penerapan model pembelajaran cooperative type script.

(45)

29

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

1. Analisis Kuantitatif

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar membaca pemahaman pada pelajaranbahasa Indonesia melalui penerapan model pembelajaran cooperative type script untuk memperoleh data mengenai apakah hasil belajar membaca pemahaman pada pelajaranbahasa Indonesia dapat meningkat, maka diambil sampel murid kelas V SDN 82 Pattene Kecamatan Marusu Kabupaten Maros.

Sebelum mengadakan tindakan kelas dalam rangka penerapan model pembelajaran cooperative type script, terlebih dahulu disiapkan rencana pembelajaran yang disusun sesuai dengan materi yang dipelajari oleh murid pada saat itu serta sesuai dengan kurikulum, lembar observasi, tes untuk siklus I dan siklus II serta lembar kerja murid.Maka hasil penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut :

a. Deskriptif Hasil Tes Siklus I

Deskriptif secara kuantitatif hasil belajar murid berdasarkan hasil tes pada siklus I dapat dilihat dalam tabel di bawah ini :

Tabel 4.1. Distribusi Nilai Statistik

Statistik Nilai Statistik

Subjek Skor ideal Skor terendah Skor tertinggi Skor rata-rata KKM

32 100

48 92 66,43

65 Sumber : Diambil berdasarkan pada lampiran

29

(46)

30

0

34,37

18,75

28,12

18,75

0 5 10 15 20 25 30 35 40

sangat rendah rendah sedang tinggi sangat tinggi

persentase

Apabila skor hasil belajar dikelompokkan ke dalam lima kategori, maka diperoleh distribusi frekuensi dan persentase skor pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi dan persentase kategori hasil belajar murid siklus I.

No Skor Kategori Frekuensi Persentase

1.

2.

3.

4.

5.

0 – 45 46 – 59 60– 64 65 – 84 85 – 100

Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi

0 11

6 9 6

0,00 34,37 18,75 28,12 82,75

Jumlah 32 100

Sumber : Diambil berdasarkan pada lampiran

Gambar 4.1.Grafik distribusi frekuensi dan persentase kategori hasil belajar murid siklus I.

Berdasarkan tabel di atas maka dapat ditemukan bahwa hasil belajar murid telah dilakukan penerapan model cooperative type script pada siklus I berada dalam kategori rendah dengan skor rata-rata 66,43 dan KKM 65 dengan skor ideal 100.

Apabila hasil belajar murid pada siklus I dianalisis, maka persentase ketuntasan belajar dapat dilihat pada tabel berikut:

(47)

31

17 15

53,12%

46,88%

0 10 20 30 40 50 60

tidak tuntas tuntas

frekuensi persentase

Tabel 4.3. Deskripsi Ketuntasan Belajar Murid pada Siklus 1

Skor Kategori Frekuensi Persentase

0 - 64 65 - 100

Tidak tuntas Tuntas

17 15

53,12 46,88

Jumlah 32 100

Sumber : Diambil berdasarkan pada lampiran

Gambar 4.2. Grafik Deskripsi Ketuntasan Belajar Murid pada Siklus 1 Tabel di atas menunjukkan bahwa pada siklus I, murid yang tuntas belajar hanya 15 murid dan yang tidak tuntas sebanyak 17 murid dari 32 murid, artinya masih banyak murid yang memerlukan perbaikan, dalam hal ini akan diusahakan pada pembelajaran siklus II.

b. Deskripsi Hasil Tes Siklus II

Deskriptif secara kuantitatif hasil belajar murid berdasarkan hasil tes pada siklus II dapat dilihat dalam tabel di bawah ini :

(48)

32

0 0

12,5

40,62

59,37

0 10 20 30 40 50 60 70

sangat rendahrendah sedang tinggi sangat tingggi

persentase

Tabel 4.4. Distribusi Nilai Statistik Siklus II

Statistik Nilai Statistik

Subjek Skor ideal Skor terendah Skor tertinggi Skor rata-rata KKM

32 100

61 100 78,34

65 Sumber : Diambil berdasarkan pada lampiran

Apabila skor hasil belajar dikelompokkan ke dalam lima kategori, maka diperoleh distribusi frekuensi dan persentase skor pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.5.Distribusi Frekuensi dan Persentase Kategori Hasil Belajar Murid Siklus II.

Sumber : Hasil penelitian 2015

Gambar 4.3.Grafik Distribusi Frekuensi dan Persentase Kategori Hasil Belajar Murid Siklus II.

No Skor Kategori Frekuensi Persentase

1.

2.

3.

4.

5.

0 – 45 46 - 59 60 - 64 65 - 84 85 – 100

Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi

0 0 4 13 19

0,00 0,00 12,50 40,62 59,37

Jumlah 32 100

(49)

33

4

28 12,5%

87,5%

0 20 40 60 80 100

tidak tuntas tuntas

frekuensi persentase

Berdasarkan tabel di atas maka dapat ditemukan bahwa hasil belajar murid telah dilakukan penerapan model cooperative type script pada siklus II berada dalam kategori tinggi dengan skor rata-rata 78,34dan KKM 65 dengan skor ideal 100.

Apabila hasil belajar murid pada siklus II dianalisis, maka persentase ketuntasan belajar dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.6. Deskripsi Ketuntasan Belajar Murid pada Siklus II

Skor Kategori Frekuensi Persentase 0 - 64

65 – 100

Tidak tuntas Tuntas

4 28

12,50 87,50

Jumlah 32 100

Sumber : Diambil berdasarkan pada lampiran

Gambar 4.4. Grafik Deskripsi Ketuntasan Belajar Murid pada Siklus II Tabel di atas menunjukkan bahwa pada siklus II, murid yang tuntas belajar semakin meningkat yaitu sebanyak 28 murid sedangkan yang tidak tuntas tinggal 4 dari 32 murid.

Untuk melihat hasil belajar murid dalam setiap siklus tercatat pada tabel berikut:

(50)

34

53,12

12,5 46,88

87,5

66,43

78,34

0 20 40 60 80 100

siklus I siklus II

tidak tuntas tuntas rata-rata

Tabel 4.7. Peningkatan Hasil Belajar Murid Pada Setiap Siklus

Siklus

Skor Perolehan Murid Tuntas Tidak Tuntas Rendah Tinggi Rata-rata Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase Siklus 1

Siklus 2

48 61

92 100

66,43 78,34

15 28

46,88 87,50

17 4

53,12 12,50 Sumber : Diambil berdasarkan pada lampiran

Gambar 4.5. Grafik Peningkatan Hasil Belajar Murid Pada Setiap Siklus

Berdasarkan tabel di atas dapat dikemukakan bahwa terjadi peningkatan skor rata-rata hasil belajar membaca pemahaman murid setelah diterapkan model pembelajaran cooperative type script.Dari kategori rendah pada siklus I dengan skor rata-rata66,43 dan KKM 65 dengan skor ideal 100. Pada siklus II dalam tabel juga menunjukkan bahwa pada siklus ini ketuntasan dalam kegiatan belajar mengajar tercapai. Hal ini ditandai dengan jumlah murid yang mencapai ketuntasan belajar yang meningkat, yaitu dari 15 murid pada siklus I meningkat menjadi 28 murid pada siklus II.

Ketuntasan tersebut pada siklus ke II lebih banyak dari siklus I memberikan indikasi bahwa hasil belajar membaca pemahaman murid mengalami peningkatan setelah penerapan model pembelajaran cooperative type script.

(51)

35

Untuk mengetahui tingkat keberhasilan secara individu dapat dilihat pada lampiran.

2. Analisis Kualitatif a. Aktivitas Murid

Di samping terjadinya peningkatan hasil belajar membaca pemahaman, selama penelitian pada siklus I dan siklus II tercatat sejumlah perubahan yang terjadi pada sikap murid terhadap pembelajaran membaca pemahaman, perubahan tersebut merupakan data kualitatif yang diperoleh dari lembar observasi, pada setiap pertemuan siklus I dan siklus II dan catatan guru harus mengetahui perubahan sikap selama proses belajar mengajar di kelas.

Perubahahan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Murid memperhatikan dan termotivasi pada saat awal pembelajaran baik itu pada siklus I maupun siklus II, meskipun ada satu atau dua orang yang tidak memperhatikan.

2. Murid mampu menggabungkan kata menjadi kalimat sederhana dengan baik.

3. Murid mampu memperhatikan tanda baca dengan benar.

4. Kemampuan murid memahami isi bacaan semakin meningkat.

5. Kemampuan murid mengenali ide pokok semakin meningkat.

6. Kemampuan murid menyimpulkan isi bacaan semakin meningkat.

7. Sikap dan aktifitas murid dalam proses pembelajaran semakin baik.

(52)

36

a. Data Aktivitas Murid Siklus I

Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Aktivitas Murid pada Siklus I

Sumber : Hasil penelitian 2015

Berdasarkan Tabel 4.8. di atas diperoleh bahwa dari 32 murid kelas V SDN 82 Pattene Kecamatan Marusu Kabupaten Maros, Murid yang memperhatikan dan termotivasi pada saat awal pembelajaran 60,9%, Murid yang mampu menggabungkan kata menjadi kalimat sederhana 82,8%.Murid yang mampu memperhatikan tanda baca 46,8%.Murid yang mampu memahami isi

No Kegiatan Murid

Frekuensi Persentase ( % )

1 2 3

1. Murid yang memperhatikan dan

termotivasi pada saat awal pembelajaran

17 22

T E S

60,9

2. Murid yang mampu menggabungkan kata menjadi kalimat sederhana.

25 28 82,8

3. Murid yang mampu memperhatikan tanda baca.

12 82 46,8

4. Murid yang mampu memahami isi bacaan.

15 20 54,6

5. Murid yang mampu mengenali ide pokok.

12 19 48,4

6. Murid yang mampu menyimpulkan isi bacaan.

20 23 67,1

7. Murid yang sikap dan aktifitasnya dalam proses belajar mengajar bagus.

15 82 51,5

(53)

37

bacaan 54,6%.Murid yang mampu mengenali ide pokok 48,4%.Murid yang mampu menyimpulkan isi bacaan 67,1%.Murid yang sikap dan aktifitasnya dalam proses belajar mengajar bagus 51,5%.

b. Data Aktivitas Murid Siklus II

Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Aktivitas Murid pada Siklus II

Sumber : Diambil berdasarkan pada lampiran

No Kegiatan Murid

Frekuensi Persentase ( % ) 1 2 3

1. Murid yang memperhatikan dan

termotivasi pada saat awal pembelajaran

30 30

T E S

93,7

2. Murid yang mampu menggabungkan kata menjadi kalimat sederhana.

32 32 100

3. Murid yang mampu memperhatikan tanda baca.

26 28 84,3

4. Murid yang mampu memahami isi bacaan.

26 30 87,5

5. Murid yang mampu mengenali ide pokok.

25 30 85,9

6. Murid yang mampu menyimpulkan isi bacaan.

27 29 87,5

7. Murid yang sikap dan aktifitasnya dalam proses belajar mengajar bagus.

28 30 90,6

(54)

38

Berdasarkan Tabel 4.9 di atas diperoleh bahwa dari 32 murid kelas V SDN 82 Pattene Kecamatan Marusu Kabupaten Maros, Murid yang memperhatikan dan termotivasi pada saat awal pembelajaran 93,7%, Murid yang mampu menggabungkan kata menjadi kalimat sederhana 100%.Murid yang mampu memperhatikan tanda baca 84,3%.Murid yang mampu memahami isi bacaan 87,5%.Murid yang mampu mengenali ide pokok 85,9%. Murid yang mampu menyimpulkan isi bacaan 87,5%.Murid yang sikap dan aktifitasnya dalam proses belajar mengajar bagus 90,6%

a. Refleksi Terhadap Pelaksanaan Tindakan dalam Proses pembelajaran 1. Refleksi Siklus I

Pada awal pelaksanaan siklus I, murid masih menunjukkan kurang antusias dalam mengikuti pelajaran terutama dalam merespon materi yang disajikan.

Apabila diajukan pertanyaan ada kecenderungan murid untuk menjawab pertanyaan secara serempak, dan pada saat pembahasan contoh latihan, murid yang aktif dan menanggapi pertanyaan hanya terbatas pada murid yang pintar saja, tapi pada saat pembahasan latihan kelompok yang akan dikerjakan, sebagian besar murid mulai aktif untuk mengikuti pelajaran, hal ini menunjukkan perubahan sikap murid kearah positif.

Perubahan ini terjadi ketika guru mulai bertindak terhadap murid yang melakukan kegiatan lain pada saat proses pembelajaran berlangsung dengan cara menegur atau memberikan soal untuk dikerjakan di papan tulis.

Adapun kendala yang dihadapi dalam proses belajar mengajar pada siklus I yaitu masih banyaknya murid yang hasil belajarnya rendah, banyaknya murid yang enggan dan malu bertanya langsung pada guru jika ada materi yang belum

(55)

39

dimengerti dan motivasi serta minat belajar murid yang masih kurang. Oleh karena itu perlu upaya selanjutnya untuk memperbaikinya.

Hasil refleksi tersebut menjadi dasar acuan dilanjutkannya pelaksanaan tindakan ke siklus II dengan mengupayakan perbaikan melalui penerapan model pembelajaran cooperative type script. Adapun upaya yang dilakukan, yaitu mengatur kelompok dengan menggabungkan murid yang kurang, sedang, dan pintar secara merata. Kemudian murid-murid tersebut kembali diberikan tindakan yaitu memberikan kesempatan mengerjakan soal di papan tulis, memberikan bimbingan khusus di kelas, membagi tugas dalam kelompok belajar agar semua murid dalam kelompok dapat aktif, memberikan tugas yang lebih banyak, serta membahas soal-soal latihan.

2. Refleksi Siklus II

Pada siklus II terlihat peningkatan dalam proses belajar mengajar. Hal ini dapat dilihat dari motivasi murid pada awal pembelajaran yang hampir mencapai 100% dan kemampuan murid memperhatikan tanda baca semakin baik serta kemampuan memahami isi bacaan dan mengenali ide pokok semakin meningkat.

Keberanian murid untuk menyimpulkan isi bacaan dan mengajukan pertanyaan terhadap hal-hal yang kurang dimengerti sudah merata bukan hanya pada golongan murid yang mempunyai hasil belajar yang baik, tetapi juga murid yang selama ini diam, memperlihatkan sikap dan aktifitas murid dalam proses pembelajaran baik, bahkan maju mengerjakan soal-soal di papan tulis. Begitu pula murid yang diberikan tindakan, nampak antusias dalam mengerjakan soal kelompok dan di papan tulis, serta tugas dan PR yang diberikan mereka kerjakan dengan baik.

(56)

40

Kemampuan murid dalam menerima materi pelajaran semakin meningkat.Hal ini dapat dilihat dari semakin berkurangnya murid atau kelompok murid yang meminta penjelasan ulang suatu konsep yang sudah diberikan.Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa kualitas belajar mengajar pada siklus II ini semakin baik.

B. Pembahasan

1. Hasil Belajar Murid

Hasil belajar membaca pemahaman murid kelas V SDN 82 Pattenesebelum melakukan penelitian yaitu kategori kurang di bawah Kriteria Ketuntasan Mengajar.Pada tindakan siklus I tingkat hasil belajar murid meningkat dan berada pada kategori sedang. Diperoleh data ada 6 murid yang mendapatkan nilai “sangat tinggi” (82,75%), ada 9 murid yang mendapatkan nilai “tinggi”

(28,12%), ada 6 murid yang mendapatkan nilai “sedang” (82,75%), dan 11 murid yang mendapatkan nilai “rendah” (34,37%).

Setelah tindakan siklus I selesai, hasil belajar murid belum mencapai target yang diinginkan, maka akan dilanjutkan dengan tindakan siklus II. Pada tindakan siklus II diperoleh data, ada 19 murid yang mendapatkan nilai “sangat tinggi” (59,37%), ada 13 murid yang mendapatkan nilai “tinggi” (40,62%), ada 4 murid yang mendapatkan nilai “sedang” (12,50%), sedangkan tidak ada murid yang mendapatkan nilai rendah dan sangat rendah.

Dari hasil analisis deskriptif di atas menunjukkan bahwa setelah pemberian tindakan selama dua siklus rata-rata yang dicapai pada siklus I yaitu 66,43% yang bila dikategorisasikan berada pada kategori sedang, dan pada siklus II yaitu 78,34% yang bila dikategorisasikan berada pada kategori tinggi. Hal ini

(57)

41

berarti terjadi peningkatan kemampuan membaca pemahaman murid dengan peningkatan rata-rata hasil belajar murid yaitu 66,43%siklus I meningkat 78,34%

siklus II setelah menerapkan model pembelajaran cooperative type script.

Keberhasilan tindakan tersebut dikarenakan guru dapat melaksanakan rancangan pembelajaran dengan baik sesuai dengan model pembelajaran yang digunakan yaitu model pembelajaran cooperative type script dalam meningkatkan kemampuan membaca pemahaman murid. Tujuan pembelajaran yang telah diterapkan telah tercapai dengan baik, murid juga sudah mampu mengenal ide pokok dalam naskah kemudian meringkasnya dengan menggunakan tanda baca serta ejaan yang baik dan benar.

Gambar

Gambar 1.1 Murid membaca teks cerita
Gambar penelitian tindakan model spiral (Hopkins : 1993)
Tabel 4.1. Distribusi Nilai Statistik
Tabel  4.2  Distribusi  frekuensi  dan  persentase  kategori  hasil  belajar  murid  siklus I
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh misi budaya merantau etnik Bugis terhadap keputusan dan pilihan yang menggambarkan strategi-strategi adaptasi para perantau etnik Bugis untuk mengatasi

Model yang mirip dengan notasi dialog ini digunakan untuk memahami perilaku user dan menganalisis kesulitan kognitif dari interface... Backus-Naur

IEST = Stok minyak sawit Indonesia IEXP = Eskpor minyak sawit Indonesia IHSG = Indeks harga saham gabungan IHSS = Indeks harga saham sawit IIMP = Impor minyak sawit India IMF

disebabkan karena orang-orang yang bukan merupakan followers Ismaya Live dapat melihat twitter Ismaya Live karena teman-temannya memberikan komentar dan ini dapat

Hasil penelitian yang diperoleh bahwa nilai-nilai karakter yang dinilai dan diterapkan kepada setiap mahasiswa ada sepuluh, yaitu: etika berkomunikasi (sopan dan santun),

Dalam proses ini meliputi adanya audit energi, yaitu suatu metode untuk menghitung tingkat konsumsi energi suatu gedung atau bangunan, yang mana hasil yang diperoleh

Kegiatan anjak piutang pada hakekatnya merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh suatu perusahaan yang berstatus sebagai pembeli dalam transaksi jual beli piutang,

Pada setiap kelompok data (baseline dan impact) terdapat dua kelompok respondent yaitu respondent penerima manfaat program P2KP-2 (kelompok aksi) dan respondent