• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERILAKU INDIVIDU ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelii L.) JANTAN DENGAN SISTEM PENGELOLAAN KANDANG TERTUTUP DI CENTRAL PARK ZOO AND RESORT PANCUR BATU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERILAKU INDIVIDU ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelii L.) JANTAN DENGAN SISTEM PENGELOLAAN KANDANG TERTUTUP DI CENTRAL PARK ZOO AND RESORT PANCUR BATU"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

PERILAKU INDIVIDU ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelii L.) JANTAN DENGAN SISTEM PENGELOLAAN KANDANG

TERTUTUP DI CENTRAL PARK ZOO AND RESORT PANCUR BATU

SKRIPSI

SITI MARDHATILLAH 180805010

PROGRAM STUDI S1 BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2022

(2)

TERTUTUP DI CENTRAL PARK ZOO AND RESORT PANCUR BATU

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

SITI MARDHATILLAH 180805010

PROGRAM STUDI S1 BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2022

(3)

PERNYATAAN ORISINALITAS

PERILAKU INDIVIDU ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelii L.) JANTAN DENGAN SISTEM PENGELOLAAN KANDANG TERTUTUP DI

CENTRAL PARK ZOO AND RESORT PANCUR BATU

SKRIPSI

Saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2022

Siti Mardhatillah Nim. 180805010

(4)

i PENGESAHAN SKRIPSI

Judul : Perilaku Individu Orangutan Sumatera (Pongo abelii L.) Jantan Dengan Sistem Pengelolaan Kandang Tertutup di Central Park Zoo and Resort Pancur Batu

Kategori : Skripsi

Nama : Siti Mardhatillah

Nomor Induk Mahasiswa : 180805010

Program Studi : Sarjana (S1) Biologi

Fakultas : MIPA-Universitas Sumatera Utara

Disetujui di Medan, Juni 2022

Ketua Program Studi Pembimbing

Dr. Yurnaliza, S,Si., M.Si Dr. Drs. Arlen Hanel John, M.Si

NIP. 197107181999032001 NIP. 195810181990031001

(5)

ii PERILAKU INDIVIDU ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelii L.) JANTAN DENGAN SISTEM PENGELOLAAN KANDANG TERTUTUP DI

CENTRAL PARK ZOO AND RESORT PANCUR BATU

ABSTRAK

Orangutan sumatera (Pongo abelii L.) termasuk kedalam spesies satwa langka yang terkategori sangat terancam punah akibat kerusakan dan penyempitan habitat. Oleh sebab itu, upaya konservasi perlu dilakukan demi melindungi dan melestarikan keanekaragaman orangutan, salah satunya konservasi exsitu di Central Park Zoo and Resort. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku individu orangutan sumatera jantan (Kiran) dengan sistem pengelolaan kandang tertutup (kerangkeng) di Central Park Zoo and Resort Pancur Batu. Penelitian dilaksanakan selama 14 hari pada bulan Desember 2021 menggunakan metode Focal Animal Sampling, pencatatan data digunakan metode Instantaneous dan data deskriptif mengenai sistem pengelolaan diperoleh dengan teknik wawancara. Hasil penelitian menunjukkan persentase frekuensi perilaku individu orangutan jantan secara keseluruhan, yaitu perilaku istirahat 42,79%, perilaku makan 22,58%, perilaku bergerak 19,60%, perilaku sosial 7,32%, perilaku bermain 7,01% dan perilaku membuang kotoran 0,70%. Hasil analisis mengenai sistem pengelolaan orangutan sumatera jantan di Central Park Zoo and Resort sudah memiliki sistem yang terkoordinasi. Pengelolaan kandang telah memenuhi syarat minimum kandang, pengelolaan pakan diberikan bervariasi dan secara berulang sehingga mencukupi kebutuhan nutrisi orangutan serta orangutan tidak memiliki riwayat penyakit ringan maupun berat sampai saat ini.

Kata kunci : Central Park Zoo and Resort, Orangutan Sumatera Jantan, Perilaku Individu, Sistem Pengelolaan

(6)

iii INDIVIDUAL BEHAVIOR OF MALE SUMATRAN ORANGUTAN (Pongo abelii L.)

BY CLOSED CAGE MANAGEMENT SYSTEM IN CENTRAL PARK ZOO AND RESORT PANCUR BATU

ABSTRACT

Sumatran orangutan (Pongo abelii L.) is species that categorized as critically endangered due to destruction and narrowing their habitat conservation efforts need to be carried out to protect and preserve the diversity of orangutan, one of which is exsitu conservation at the Central Park Zoo and Resort. This study aims to determine the individual behavior of male sumatran orangutan (Kiran) with a closed cage management system (cage) at Central Park Zoo and Resort Pancur Batu. The research was carried out for 14 days in December 2021 using a Focal Animal Sampling method, the data was recorded using the Instantaneous method and descriptive data about the management system was obtained by interviewing techniques. The results showed that the percentage of individual behavior of male orangutan as a whole, resting (42.79%), eating (22.58%), moving (19.60%), social (7.32%), playing (7.01%) and pooping (0.70%). Analysis management system of male sumatran orangutan at the Central Park Zoo and Resort have a coordinated system. The management of the cage has met the minimum requirements of the cage, the management of feed is given varied and repeatedly so that it meets the nutritional needs of the orangutan and the orangutan do not have a history of mild or severe disease to date.

Keywords : Central Park Zoo and Resort, individual behaviour, male sumatran orangutan, management system

(7)

iv PENGHARGAAN

Dengan mengucapkan Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta'ala karena rahmat serta taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian yang berjudul “Perilaku Individu Orangutan Sumatera (Pongo abelii L.) Jantan Dengan Sistem Pengelolaan Kandang Tertutup Di Central Park Zoo and Resort Pancur Batu”. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Drs.

Arlen Hanel John, M.Si. selaku Dosen Pembimbing sekaligus ketua penguji, yang telah memberikan banyak bimbingan, arahan, motivasi, waktu, perhatian dan ilmu baru yang penulis dapatkan selama penyusunan hasil penelitian ini. Terimakasih juga penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Kaniwa Berliani, M.Si. dan Bapak Dr. T Alief Aththorick, M.Si. selaku Dosen anggota penguji I dan II atas arahan, nasihat, kritik dan saran yang diberikan untuk penyelesaian dan penyempurnaan hasil penelitian ini.

Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada Ibu dan Bapak atas segala kebaikan yang telah diberikan.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dr. Elimasni, M.Si selaku dosen penasehat akademik, Ibu Dr. Yurnaliza S,Si., M.Si. dan Bapak Riyanto Sinaga, S.Si., M.Si. selaku Ketua dan Sekretaris program studi Biologi FMIPA USU, Bapak dan Ibu Dosen yang telah membimbing, memberikan ilmu pengetahuan selama perkuliahan kepada penulis, serta Bapak dan Ibu Tenaga Administrasi, Laboran, para Asisten Laboratorium Program Studi Biologi FMIPA USU. Semoga diberikan keberkahan oleh Allah SWT atas kebaikan dan ilmu pengetahuan yang diberikan.

Penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada Yayasan Orangutan Sumatera Lestari-Orangutan Information Centre (YOSL-OIC) dan Orangutan Republic Foundation (OURF) yang telah mendanai penelitian ini. Terutama kepada Bapak Panut Hadisiswoyo, SS, MA, M.Sc selaku Ketua Yayasan YOSL-OIC, Bapak Gary Shapiro, Ph.D selaku Ketua Yayasan OURF dan Ibu Fransiska Ariatiningsih M.Sc selaku Direktur Yayasan YOSL-OIC. Terimakasih juga penulis sampaikan kepada Direktur Central Park Zoo and Resort yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian, serta staff dan keeper yang membantu kelancaran penelitian.

(8)

v Penulis ucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada Ibunda tercinta Nuraisyah dan ayahanda tercinta M. Iskandar yang telah melahirkan, membesarkan, mendidik penuh kesabaran, perhatian, kasih sayang, motivasi, dengan iringan doa dan harapan (moril dan materil).

Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada senior (Bang Fran Jaya dan Bang Arief) untuk arahannya. Terimakasih juga kepada rekan terkasih Cheche, Mizwarti, Putri, dan Zulfina untuk semangat yang selalu diberikan. Terimakasih juga kepada Sukry, Dinda dan semua teman-teman Transposon angkatan 2018 khususnya dan teman lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan, arahan serta kenangan masa perkuliahan yang tidak terlupakan.

Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari kata sempurna.

Penulis mengharapkan adanya kritik, saran dan usulan yang membangun dari para pembaca. Semoga hasil penelitian ini dapat memberikan informasi yang berguna bagi para pembaca. Demikian yang dapat penulis sampaikan. Atas perhatian dan saran yang telah diberikan penulis ucapkan banyak terimakasih.

Medan, Juni 2022

Siti Mardhatillah

(9)

vi DAFTAR ISI

Halaman

PENGESAHAN SKRIPSI i

ABSTRAK ii

ABSTRACT iii

PENGHARGAAN iv

DAFTAR ISI vi

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN ix

DAFTAR SINGKATAN x

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Permasalahan 2

1.3 Tujuan Penelitian 3

1.4 Manfaat Penelitian 3

1 3 3 3 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Taksonomi Orangutan Sumatera (Pongo abelii L.)

2.2 Morfologi Orangutan Sumatera (Pongo abelii L.) 7 2.3 Konservasi Orangutan Sumatera (Pongo abelii L.) 8 2.4 Perilaku Individu Orangutan Sumatera (Pongo abelii L.)

2.5 Aspek Pengelolaan 9

2.5.1 Makanan 9

2.5.2 Sistem Kandang 9

2.5.3 Perawatan Kesehatan 10

4 5 6 7 8 8 9 9 BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian 11

3.2 Deskripsi Kandang Orangutan di Central Park Zoo and

Resort 11

3.3 Objek Penelitian 12

3.4 Metode Penelitian 12

3.5 Prosedur Kerja 12

3.6 Analisis Data 14

10 10 11 11 12 13 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Perilaku Individu Orangutan Jantan (Kiran) di Central Park Zoo and Resort

15

4.1.1 Perilaku Istirahat 18

4.1.2 Perilaku Makan 20

4.1.3 Perilaku Bergerak 22

(10)

vii

4.1.4 Perilaku Sosial 24

4.1.5 Perilaku Bermain 26

4.1.6 Perilaku Membuang Kotoran 28

4.2 Sistem Pengelolaan Orangutan Sumatera Jantan (Kiran) di Central Park Zoo and Resort

29

4.2.1 Pengelolaan Pakan 29

4.2.2 Pengelolaan Sistem Kandang 32

4.2.3 Pengelolaan Perawatan Kesehatan 34 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 35

5.2 Saran 35

DAFTAR PUSTAKA 36

LAMPIRAN 39

(11)

viii DAFTAR GAMBAR

Nomor

Gambar Judul Halaman

2.1 Pongo abelii (Kiran) 6

3.1 (a) Kandang tampak depan, (b) Kandang tampak samping 10

3.2 Orangutan sumatera jantan (Kiran) 11

4.1 Grafik presentase frekuensi perilaku individu orangutan

sumatera jantan (Kiran) di Central Park Zoo and Resort 15 4.2 Diagram presentase frekuensi subkategori perilaku istirahat

individu orangutan sumatera jantan (Kiran) di Central Park

Zoo and Resort 18

4.3 (a) Perilaku istirahat duduk, (b) Perilaku istirahat berbaring 19 4.4 (a) Perilaku istirahat menggantung, (b) Perilaku istirahat

berdiri 20

4.5 Diagram presentase frekuensi subkategori perilaku makan individu orangutan sumatera jantan (Kiran) di Central Park

Zoo and Resort 20

4.6 (a) Perilaku mengambil makanan, (b) Perilaku

memakan/mengolah makanan 21

4.7 Perilaku makan memilih 22

4.8 Diagram presentase frekuensi subkategori perilaku bergerak individu orangutan sumatera jantan (Kiran) di Central Park

Zoo and Resort 22

4.9 (a) Perilaku bergerak climb, (b) Perilaku bergerak berayun 23 4.10 (a) Perilaku bergerak quadrupedal, (b) Perilaku bergerak

bipedal 24

4.11 Diagram presentase frekuensi subkategori perilaku sosial individu orangutan sumatera jantan (Kiran) di Central Park

Zoo and Resort 25

4.12 (a) Perilaku sosial bersentuhan, (b) Perilaku sosial berpandangan

26 4.13 Diagram presentase frekuensi subkategori perilaku bermain

individu orangutan sumatera jantan (Kiran) di Central Park

Zoo and Resort 26

4.14 (a) Perilaku bermain sendiri, (b) Perilaku bermain bersama 27 4.15 Diagram presentase frekuensi subkategori perilaku

membuang kotoran individu orangutan sumatera jantan

(Kiran) di Central Park Zoo and Resort 28

4.16 (a) Perilaku urinasi, (b) Perilaku defekasi 28 4.17 (a) Jenis pakan harian orangutan, (b) Pemberian pakan

tambahan 31

4.18 Pemberian pakan harian 31

4.19 Kebersihan kandang orangutan 33

4.20 (a) Pengecekan kesehatan orangutan, (b) Pemberian vitamin 34

(12)

ix DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Lampiran Judul Halaman

1. Peta lokasi penelitian di Central Park Zoo and Resort Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera

Utara 40

2. Tabel data perilaku individu orangutan sumatera (Pongo

abelii L.) Kiran berusia 12 tahun 41

3. Total presentase frekuensi kategori perilaku orangutan

sumatera jantan (Kiran) di Central Park Zoo and Resort 43 4. Tabel data frekuensi perilaku individu orangutan sumatera

jantan (Kiran) di Central Park Zoo and Resort 44 5.

6.

Surat permohonan izin penelitian

Surat izin penelitian di Central Park Zoo and Resort

47 48

7. Foto kerja 49

(13)

x DAFTAR SINGKATAN

BBKSDA = Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam DEPHUT = Departemen Kehutanan

IUCN = International Union for Conservation of Nature PP = Peraturan Pemerintah

TNGL = Taman Nasional Gunung Leuser

(14)

1.1 Latar Belakang

Orangutan (mawas) merupakan satu-satunya primata paling besar di Asia.

Orangutan dewasa bisa mencapai berat sekitar 85 kg, dengan tinggi 137 cm, ukuran tubuh orangutan jantan lebih besar dibandingkan yang betina. Orangutan bisa dijumpai di 2 (dua) pulau, yaitu wilayah Pulau Sumatera dan Kalimantan.

International Union for Conservation of Nature (IUCN)-Primate Specialist Group menyepakati untuk membagi orangutan menjadi dua spesies yang berbeda dalam sebuah lokakarya yang dilaksanakan pada Maret 2000, yaitu orangutan sumatera (Pongo abelii) dan orangutan kalimantan (Pongo pygmaeus) (Supriatna dan Ramadhan, 2016). Penelitian tentang orangutan pada tahun 2017 mengidentifikasi spesies baru orangutan yang ditemukan pada wilayah pegunungan Sumatera Utara dalam kawasan Batang Toru. Orangutan tapanuli ini diberi nama Pongo tapanuliensis (Putro, 2019).

Kerusakan dan penyempitan kawasan hutan dataran rendah di Pulau Sumatera dan Kalimantan sudah mencapai titik kritis dalam sepuluh tahun terakhir, sehingga dapat membawa bencana ekologis yang besar terutama bagi orangutan.

Kerusakan wilayah hutan telah mengakibatkan penurunan jumlah habitat orangutan sebanyak 1 sampai 1,5% per tahun pada daerah Sumatera. Kehidupan orangutan semakin diperburuk karena ancaman perburuan liar untuk dijadikan sebagai hewan peliharaan maupun sumber pakan bagi sebagian masyarakat. Keadaan yang sangat mengkhawatirkan ini telah menempatkan orangutan sumatera pada kategori sangat terancam punah atau kritis (critically endangered) didalam catatan merah IUCN tahun 2007 (DEPHUT, 2007). Kategori ini dipakai untuk jenis yang dinyatakan dalam kriteria tengah menghadapi risiko tinggi dari kepunahan dan menuju kepunahan di alam liar dengan tingkat yang lebih ekstrim (Alfila dan Radhi, 2015).

Upaya konservasi dalam melindungi populasi orangutan sumatera (Pongo abelii L.) dari kepunahan dapat dilakukan dengan berbagai cara. Pemerintah melakukan salah satu upaya perlindungan, yaitu dengan menetapkan orangutan

(15)

2

sebagai satwa wajib dilindungi dengan dikeluarkannya PP nomor 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Satwa dan Tumbuhan (Indonesia, 1999). Selain itu dapat dilakukan berbagai upaya konservasi exsitu demi melindungi dan melestarikan keanekaragaman orangutan sumatera (Pongo abelii L.). Damanik (2018) menyatakan bahwa konservasi exsitu merupakan kegiatan konservasi yang dilakukan pada fauna dan flora yang berasal dari luar habitat aslinya. Konservasi exsitu dilakukan oleh lembaga konservasi, seperti kebun raya, arboretum, kebun binatang dan taman safari.

Konservasi exsitu bermanfaat untuk melindungi dan melestarikan biodiversitas. Hal itu sangat membantu untuk menyelamatkan spesies dari ancaman punah.

Central Park Zoo and Resort merupakan salah satu lembaga konservasi exsitu yang baru diresmikan pada tanggal 17 Agustus 2020, lokasinya terletak di Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Central Park Zoo and Resort berada di lokasi strategis serta memiliki banyak destinasi sehingga menjadi tempat favorit. Central Park Zoo and Resort memiliki banyak satwa endemik salah satunya orangutan sumatera (Pongo abelii L.), terdapat sebanyak 2 individu orangutan jantan yaitu Topan (6 tahun) dan Kiran (15 tahun) yang keduanya berada pada kandang tertutup (kerangkeng) secara terpisah.

Hewan yang dikonservasi di dalam kebun binatang akan menghadapi perbedaan kondisi dengan habitat aslinya. Perbedaan luas wilayah jelajah, kondisi lingkungan dan juga jenis pakan akan berdampak pada kualitas kehidupan hewan, hal ini dapat mempengaruhi perilaku individu orangutan yang berada di dalam kebun binatang. Shariman dan Ruppert (2017) menyatakan bahwa keberhasilan orangutan dalam beradaptasi di kebun binatang dapat diamati melalui perilaku individu, seperti cara makan, bermain dan perilaku lain yang dilakukan orangutan.

Berdasarkan uraian di atas perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai perilaku individu orangutan jantan dengan sistem pengelolaan kandang tertutup di Central Park Zoo and Resort sebagai salah satu bentuk mendukung pelestarian orangutan sumatera (Pongo abelii L.). Informasi terkait perilaku individu orangutan jantan (Kiran) di Central Park Zoo and Resort belum diketahui. Sehubungan dengan hal tersebut maka dilakukan penelitian yang berjudul: “Perilaku Individu Orangutan Sumatera (Pongo abelii L.) Jantan Dengan Sistem Pengelolaan Kandang Tertutup di Central Park Zoo and Resort Pancur Batu”.

(16)

1.2 Permasalahan

Orangutan sumatera (Pongo abelii L.) jantan bernama kiran ditempatkan sendirian (terpisah) dengan sistem kandang tertutup (kerangkeng) di Central Park Zoo and Resort. Hal ini diduga dapat mempengaruhi perubahan perilaku orangutan jantan dalam beraktivitas sehari-hari. Selain itu informasi mengenai perilaku individu orangutan jantan di Central Park Zoo and Resort sampai saat ini belum didapatkan, sehingga belum dapat diketahui bagaimana perilaku individu orangutan sumatera (Pongo abelii L.) jantan Kiran yang telah berumur 15 tahun (dewasa) dengan sistem kandang tertutup (kerangkeng) di Central Park Zoo and Resort Pancur Batu.

1.3 Tujuan Penelitian

a) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku individu orangutan sumatera (Pongo abelii L.) jantan Kiran di Central Park Zoo and Resort Pancur Batu.

b) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sistem pengelolaan orangutan sumatera (Pongo abelii L.) jantan Kiran di Central Park Zoo and Resort Pancur Batu.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan menjadi pedoman dan referensi untuk peneliti orangutan sumatera, para penggiat konservasi satwa liar terkhusus orangutan, pengelola lembaga konservasi exsitu Central Park Zoo and Resort, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumatera Utara dan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) mengenai perilaku individu orangutan sumatera (Pongo abelii L.) jantan yang berhasil beradaptasi pada konservasi exsitu yang dikelola pihak Central Park Zoo and Resort Pancur Batu.

(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Taksonomi Orangutan Sumatera (Pongo abelii L.)

Orangutan (Pongo sp.) merupakan salah satu kera besar yang masih bertahan hidup di Asia Tenggara. Kera besar lainnya seperti gorilla (Gorilla gorilla), simpanse (Pan troglodytes) dan bonobo (Pan paniscus) hidup di Afrika (Prayogo et al., 2014).

Secara taksonomi IUCN (2018) mengklasifikasikan orangutan sebagai berikut:

Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Class : Mammalia Ordo : Primata Family : Hominidae Genus : Pongo

Spesies : Pongo abelii L.

Orangutan yang hidup di Pulau Sumatera diklasifikasikan dalam spesies (Pongo abelii). Orangutan sumatera (Pongo abelii) merupakan jenis satwa liar yang terancam punah dan keberadaannya dilindungi oleh undang-undang (Julizar et al., 2018). Orangutan sumatera (Pongo abelii) termasuk salah satu jenis orangutan yang endemik (khas) di Indonesia. Selain Pongo abelii (orangutan sumatera), terdapat juga Pongo pygmaeus (orangutan kalimantan) yang endemik (khas) di Pulau Kalimantan (Kurniawan et al., 2015). Selanjutnya, pada kawasan hutan Batang Toru, Sumatera Utara terdapat spesies orangutan tapanuli dengan jenis Pongo tapanuliensis (Putro, 2019).

Sebagai satwa endemik Sumatera, orangutan sumatera (Pongo abelii) dapat dijumpai di beberapa wilayah yang menjadi habitat primata ini, antara lain di Sumatera Utara dan Aceh seperti di Suaka Margasatwa Bukit Lawang dan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL). Beberapa tahun terakhir sudah dilakukan reintroduksi spesies orangutan sumatera ke daerah Riau dan Jambi pada kawasan Taman Nasional Bukit Tiga Puluh (Alfila dan Radhi, 2019).

(18)

Orangutan merupakan spesies payung (umbrella species) untuk meningkatkan kelestarian hutan. Orangutan akan menjamin kelestarian hutan yang merupakan habitatnya, sehingga diharapkan mampu melestarikan berbagai makhluk hidup lainnya. Menurut Prayogo et al. (2014) orangutan sangat bergantung dengan keadaan hutan yang masih terjaga dan sebagai primata frugivora (pemakan buah) orangutan memerlukan buah-buahan sebagai sumber pakan utamanya.

DEPHUT (2007) menjelaskan bahwa sebagai satwa pemakan buah, orangutan menjadi agen penyebar biji-bijian yang efektif dalam menjamin regenerasi dan pelestarian hutan. Jika dilihat berdasarkan ilmu pengetahuan, orangutan juga sangat menarik karena kemiripan karakter biologisnya dengan manusia. Orangutan merupakan satu-satunya jenis kera besar yang tinggal di Asia, sehingga orangutan memiliki potensi untuk menjadi ikon pariwisata bagi Indonesia. Orangutan menyukai daerah hutan hujan tropis di dataran rendah sebagai habitatnya sehingga sangat penting untuk melindungi ekosistem tersebut agar menjamin keberlangsungan hidup orangutan.

2.2 Morfologi Orangutan Sumatera (Pongo abelii L.)

Pongo abelii merupakan satu diantara 11 jenis mamalia paling langka yang ada di Indonesia dan termasuk spesies primata besar terlangka di dunia. Orangutan sumatera mempunyai postur tubuh yang besar, tidak memiliki ekor, kaki pendek, lengan yang kuat dan panjang, serta terdapat rambut berwarna merah kecoklatan pada bagian tubuhnya (Gambar 2.1). Spesies jantan dewasa mempunyai ukuran tubuh lebih besar dua kali lipat dibandingkan betinanya, yaitu berkisar 125-150 cm.

Individu orangutan jantan memiliki berat tubuh sekitar 50-90 kg sedangkan individu betina berkisar 30-50 kg. Orangutan sumatera mempunyai mulut yang berbentuk menyerupai huruf O jika diamati dari posisi depan. Pada dagu (jenggot) orangutan memiliki rambut yang ukurannya lebih besar pada jantan dibandingkan betina, pipi orangutan jantan rata serta tengkorak tidak mempunyai lekuk antar tulang mata (Alfila dan Radhi, 2019).

(19)

6

Gambar 2.1 Pongo abelii (Kiran). Sumber : Dokumen pribadi.

Struktur rambut Pongo abelii jika diamati menggunakan mikroskop, maka dengan jelas terlihat memiliki struktur rambut membulat, lebih tipis, mempunyai kolom pigmen gelap dan halus serta sering patah di bagian tengah, bagian ujung rambut biasanya berwarna hitam pada bagian luarnya. Orangutan sumatera memiliki rambut panjang, tebal dan lebih berbulu dibandingkan jenis orangutan lain.

Orangutan sumatera jantan memiliki pinggiran muka yang mendatar, serta memiliki kantung tenggorokan yang kecil (Prayogo et al., 2014).

2.3 Konservasi Orangutan Sumatera (Pongo abelii L.)

Pongo abelii semakin terancam punah dikarenakan habitat yang semakin rusak dan berkurang, upaya memperbaiki habitat adalah salah satu tindakan konservasi yang bisa dilakukan (Kuswanda, 2013). Menurut Prayogo et al. (2014) pengurangan jumlah habitat disebabkan karena banyaknya konversi habitat dalam jumlah besar dari hutan menjadi pemukiman, perkebunan monokultur, pembukaan lahan sebagai ladang, illegal logging, perburuan untuk diperjualbelikan menjadi hewan peliharaan ataupun untuk dikonsumsi. Faktor tersebut merupakan faktor eksternal yang memberikan pengaruh langsung pada keberlangsungan hidup orangutan, diketahui juga terdapat faktor internal yang sangat berpengaruh yaitu besarnya ukuran tubuh sehingga geraknya cukup lambat dibandingkan kera lainnya yang mengakibatkan mudah untuk diburu.

(20)

Kuswanda dan Bismark (2007) menjelaskan bahwa strategi terbaik dalam jangka panjang untuk mengupayakan pelestarian orangutan yaitu mengembangkan kegiatan konservasi, baik pada kawasan konservasi maupun di luar kawasan konservasi, seperti hutan rakyat dan atau hutan produksi. Damanik (2018) menyatakan bahwa konservasi sumber daya alam merupakan kegiatan pengelolaan sumber daya alam dengan pemanfaatannya secara bijak dan menjamin kesinambungan persediaan dengan tetap memelihara dan menjamin meningkatkan kualitas nilai dan keragamannya. Konservasi memliki tujuan, yaitu mengusahakan terwujudnya keseimbangan ekosistem serta kelestarian dari sumber daya hayati orangutan, sehingga dapat mendukung dalam upaya peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat serta mutu kehidupan manusia.

Kuswandi dan Sugiarti (2005a) menyatakan bahwa pemerintah serta masyarakat memiliki tanggung jawab dalam konservasi satwa liar dan ekosistemnya dalam mendukung upaya perlindungan dan pengelolaan orangutan, kegiatan penelitian habitat dan populasi orangutan menjadi penting sebagai langkah awal dalam merumuskan teknik konservasi orangutan khususnya di Sumatera Utara.

2.4 Perilaku Individu Orangutan Sumatera (Pongo abelii L.)

Kehidupan orangutan di alam pada umumnya soliter atau menyendiri, tidak berkelompok berbeda dengan spesies kera dan monyet lainnya, pada saat tertentu mereka hidup bersama dengan individu lain, seperti pada musim kawin, individu induk yang melahirkan dan membesarkan anak-anaknya 1-2 ekor sampai remaja (Supriatna dan Ramadhan, 2016).

Menurut Kuswanda dan Sugiarti (2005a) data perilaku individu pada setiap aktivitas orangutan yang perlu dicatat sebagai berikut:

a) Makan, yaitu aktivitas yang dimulai dari ketika orangutan mencari, mengunyah makanan sampai ketika berhenti makan. Data yang dicatat meliputi cara makan, jenis pohon dan bagian yang dimakan (daun, pucuk, buah, bunga dan atau kulit), dan ketinggian lokasi makan serta tinggi total pohon pakan, perpindahan saat melakukan aktivitas makan dihitung sebagai waktu makan.

(21)

8

b) Bergerak, yaitu semua aktivitas pergerakan satuan dari satu tempat atau pohon ke tempat atau pohon yang lain. Data yang dicatat meliputi cara berpindah berpindah, jarak berpindah, arah pergerakan dan waktu berpindah.

c) Istirahat, yaitu semua aktivitas orangutan yang meliputi posisi diam, duduk dan aktivitas lain yang tidak teridentifikasi selama pengamatan seperti hilang atau bersembunyi di balik pohon. Data yang dicatat yaitu waktu istirahat ketinggian tempat istirahat dan tinggi total pohon istirahat

d) Sosial, yaitu aktivitas yang dilakukan orangutan meliputi kegiatan bersuara, menggaruk badan, berinteraksi dengan sesama, mengamati lingkungan sekitar, kencing dan buang kotoran. Data yang dicatat antara lain waktu aktivitas, tinggi aktivitas dan tinggi total pohon tempat aktivitas sosial.

e) Membuat sarang, yaitu aktivitas orangutan mulai dari membuat sarang sampai selesai sebelum tidur. Data yang dicatat yaitu waktu aktivitas, tinggi sarang dan tinggi total pohon sarang serta jenis pohon sarang.

2.5 Aspek Pengelolaan

Sumber daya alam liar (Wild life) termasuk orangutan merupakan sumber daya alam yang bisa diisi kembali atau dapat diperbaharui dan tidak habis (renewable resource), dikarenakan dalam pengelolaannya menerapkan pelestarian, perlindungan dan pemanfaatan. Oleh karena itu satwa liar dapat dimanfaatkan dan dikelola secara lestari diluar habitat asli (habitat buatan), keadaan seperti ini disebut juga sebagai konservasi exsitu (Alfalasifa dan Dewi, 2019). Konservasi exsitu memiliki beberapa aspek dalam pengelolaan dan pemeliharaan orangutan, yaitu:

2.5.1 Makanan

Setiap makhluk hidup membutuhkan makan agar mampu bertahan hidup.

Perilaku makan merupakan cara setiap individu dan kelompok untuk memilih, mengkonsumsi, serta menggunakan makanan yang tersedia, didasarkan kepada faktor-faktor sosial tempat individu tersebut hidup (Alfila dan Radhi, 2019). Menurut Sembiring et al. (2017) perilaku makan merupakan perilaku yang dimulai ketika orangutan mulai melihat makanan atau minuman, memilih, mengambil, memasukkan makanan ke dalam mulut, menggigit, mengunyah dan menelannya sampai ketika orangutan berhenti makan atau minum. Makanan orangutan sumatera sangat

(22)

bervariasi, orangutan memakan berbagai bagian dari tumbuhan seperti daun muda, bunga, buah, biji, kambium dan beberapa tumbuhan di hisap getahnya, selain itu orangutan juga mengkonsumsi berbagai spesies serangga atau telur burung (Supriatna dan Ramadhan, 2016).

2.5.2 Sistem Kandang

Kandang memiliki fungsi sebagai habitat buatan bagi satwa. Kandang orangutan terdapat tiga jenis yaitu kandang tidur, kandang karantina, dan kandang peraga (kandang display). Kandang display atau kandang peraga berfungsi untuk tempat tinggal orangutan yang dapat dipertontonkan kepada pengunjung, kandang peraga biasanya dikelilingi oleh kolam. Hal tersebut dijadikan sebagai sekat yang tujuannya agar orangutan tidak mendekat kepada pengunjung dan tidak keluar dari kandangnya. Kandang display memiliki sirkulasi udara yang cukup baik karena sinar matahari dapat masuk langsung, konstruksi kandang ini terbuat dari beton yang dibatasi oleh pintu dan pagar terbuat dari besi. Kandang utama terdapat beberapa fasilitas diantaranya tempat bermain seperti ban bekas dan kayu-kayu yang masing- masing digantungkan dengan tali (Nawangsari et al., 2015). Muslimah et al. (2020) mengatakan bahwa kandang orangutan yang tidak mempunyai pohon bukan menggambarkan habitat aslinya di alam, tentu hal ini akan berdampak terhadap pola perilaku harian orangutan.

2.5.3 Perawatan Kesehatan

Pemeriksaan kesehatan biasanya dilakukan dua kali dalam waktu 3-6 bulan, pemeriksaan tersebut meliputi pemeriksaan feses, gigi, pengukuran tubuh, pengambilan sampel darah untuk cek hepatitis dan pemeriksaan tuberkulosis (TBC).

Kontrol kesehatan juga meliputi pengamatan terhadap nafsu makan satwa, apabila mengalami penurunan maka harus segera diperiksa dokter hewan. Pemeriksaan sampel darah orangutan dilakukan di laboratorium (Muslimah et al., 2020).

(23)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2021 di Central Park Zoo And Resort, Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara.

3.2 Deskripsi Kandang Orangutan di Central Park Zoo and Resort

Kandang orangutan sumatera jantan (Kiran) di Central Park Zoo And Resort berupa kandang dengan sistem tertutup (kerangkeng) yang berbentuk persegi dengan ukuran 10 m x 10 m. Kandang orangutan ditutupi oleh jeruji besi di seluruh bagiannya, sebagian arah kebelakang kandang ditutupi oleh atap untuk berlindung dari sengatan matahari dan hujan, di luar kandang dipasang pagar pembatas yang berjarak 2 m dari areal pengunjung. Kandang orangutan sumatera di Central Park Zoo and Resort juga dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas berupa hammock, ayunan ban, ban gantung, relief jamur yang menyerupai pohon dan relief batang pohon (Gambar 3.1), sehingga dapat digunakan oleh orangutan sumatera jantan (Kiran) untuk bermain dan sebagai tempat berlindung. Pada sudut kandang terdapat kolam mini serta memiliki tempat pembuangan air untuk memudahkan kebersihan kandang.

(a) (b)

Gambar 3.1 (a) Kandang tampak depan (b) Kandang tampak samping

(24)

3.3 Objek Penelitian

Orangutan sumatera yang menjadi objek penelitian di Central Park Zoo and Resort Pancur Batu, yakni seekor orangutan jantan yang bernama Kiran berumur lebih kurang 15 tahun, dengan berat badan lebih kurang 47 kg dan tinggi badan lebih kurang 125 cm (Gambar 3.2). Orangutan ini merupakan hasil pemberian Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) kepada pihak Central Park Zoo and Resort.

Gambar 3.2 Orangutan sumatera jantan (Kiran)

3.4 Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan metode Focal Animal Sampling yaitu pengambilan sampel yang memfokuskan pada satu individu sebagai objek penelitian yang diamati perilakunya dalam kurun waktu tertentu. Focal Animal Sampling dapat dilakukan dengan pengamatan secara langsung dan wawancara kepada pengurus, pengamatan dilakukan dalam jarak 2,5 m dari kandang orangutan sumatera.

Pencatatan data orangutan dengan memakai metode Instantaneuous, yaitu mencatat perilaku yang tampak pada individu orangutan dalam kurun waktu tertentu menggunakan Tabel Tally sheet (Lampiran 2). Kemudian data deskriptif tentang sistem pengelolaan diperoleh melalui metode wawancara.

(25)

12

3.5 Prosedur Kerja

Pengamatan perilaku individu orangutan pada penelitian ini dilakukan mulai saat lokasi penelitian (Central Park Zoo and Resort) buka hingga tutup, yaitu pukul 09.00 WIB (pagi hari) sampai dengan pukul 18.00 WIB (sore hari). Penelitian ini dilaksanakan selama 14 hari, dengan waktu pencatatan setiap perilaku individu per dua menit sekali pada tabel Tally sheet (Lampiran 2).

Data perilaku harian yang diamati pada orangutan sumatera jantan yang bernama Kiran, dicatat dalam tabulasi dengan ketentuan dan rincian sebagai berikut : a) Perilaku Bergerak : meliputi pergerakan perpindahan orangutan dari satu tempat

ke tempat lain, dengan sub kategori :

a.1) Branchiasi/berayun (Bi), yaitu perpindahan tempat dengan menggunakan keempat atau kedua alat gerak secara berayun.

a.2) Climb/memanjat (Cb), yaitu dilakukan dengan memegang objek dengan keempat alat gerak kemudian bergerak ke arah vertikal (ke atas).

a.3) Bipedal (Bl), yaitu perpindahan tempat menggunakan kedua kaki.

a.4) Quadrupedral (Q), yaitu perpindahan tempat menggunakan keempat alat gerak.

b) Perilaku Bermain : yaitu kegiatan menghibur diri, yang terdiri dari sub kategori : b.1) Bermain Sendiri (Bs), yaitu melakukan kegiatan bermain sendiri atau

dengan objek yang ada dikandangnya.

b.2) Bermain Bersama (Bb), yaitu melakukan kegiatan bermain dengan petugas yang sedang berada di dalam kandang.

c) Perilaku Makan : meliputi kegiatan mengolah pakan yang mulai di hitung saat individu berperilaku mencari, mengambil, memasukkan pakan ke dalam mulut, mengunyah, menelan makanan sampai selesai makan, terdiri dari sub kategori : c.1) Memilih (Mh), yaitu kegiatan pada saat individu menunjukkan perilaku

memilih atau menentukan pakan yang akan dimakan.

c.2) Mengambil (Ml), yaitu kegiatan yang dilakukan ketika individu mengambil dan memegang pakan dengan tangan maupun kakinya.

c.3) Mengolah (Me), yaitu kegiatan ketika individu memperlakukan pakan sebelum dimasukkan ke dalam mulut, termasuk juga cara individu mengunyah dan menelan pakan.

(26)

d) Perilaku Istirahat : yaitu kegiatan yang dilakukan individu untuk merelaksasikan diri, terdiri dari sub kategori :

d.1) Duduk (Dk), yaitu memposisikan badan dengan bertumpu pada bokong.

d.2) Berbaring (Bg), yaitu memposisikan badan bertumpu pada sisi badan maupun punggung.

d.3) Berdiri (Br), yaitu memposisikan badan tegak bertumpu pada kaki.

d.4) Tidur (T), yaitu kegiatan istirahat total dengan keadaan menutup mata.

d.5) Menggantung (Mg), yaitu memposisikan tubuh bertumpu dengan kedua atau keempat alat gerak pada objek.

e) Perilaku Membuang Kotoran, terdiri dari sub kategori :

e.1) Defekasi (Di), yaitu kegiatan mengeluarkan feses (kotoran).

e.2) Urinasi (Ui), yaitu kegiatan mengeluarkan urin (air seni).

f) Perilaku Sosial : yaitu kegiatan yang dilakukan individu untuk bersosialisasi diri, terdiri dari sub kategori :

f.1) Berpandangan (Sm), yaitu melihat orangutan yang berada di kandang sebelah dan bertatapan.

f.2) Bersentuhan (Sb), yaitu berpegangan tangan atau kaki dengan orangutan kandang sebelah.

Data deskriptif mengenai sistem pengelolaan satwa berdasarkan (Pedoman Standar Kualifikasi Penangkaran Satwa liar dan Tumbuhan, oleh Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam pada tahun 2002). Data deskriptif yang akan diambil meliputi :

a) Pengelolaan pakan

b) Pengelolaan sistem kandang c) Pengelolaan perawatan kesehatan

3.6 Analisis Data

Data mengenai perilaku individu orangutan sumatera jantan (Kiran) yang sudah didapatkan, kemudian ditabulasi dan ditentukan presentasi dari persen kategori perilakunya menggunakan rumus yang sudah digunakan sebelumnya pada penelitian Martin dan Bateson (1993), sebagai berikut :

(27)

14

% Kategori Perilaku =

Catatan data perilaku individu orangutan sumatera (Kiran) dijadikan sebagai point penting sampel sesuai dengan kategori-kategori yang telah ditetapkan dengan perhitungan persentase kategori perilaku individu. Penelitan ini melakukan analisa secara deskriptif pada data perilaku individu orangutan sumatera jantan (Kiran) dengan memaparkan data dalam bentuk grafik dan diagram. Selanjutnya data dibandingkan dengan perilaku orangutan sumatera di habitat alami dan buatan berdasarkan jurnal-jurnal terdahulu maupun referensi dari penelitian sebelumnya.

Data deskriptif mengenai sistem pengelolaan yang didapatkan kemudian dianalisis untuk menggambarkan keadaan pemeliharaan orangutan sumatera di Central Park Zoo and Resort, yang meliputi keterbatasan, efektivitas pemeliharaan dan kendala yang dihadapi.

(28)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Perilaku Individu Orangutan Jantan (Kiran) di Central Park Zoo and Resort

Hasil penelitian mengenai perilaku individu orangutan sumatera jantan (Kiran) yang telah dilakukan dikelompokkan menjadi enam kategori. Perilaku tersebut menunjukkan presentase frekuensi yang bervariasi pada masing-masing kategori perilaku. Secara umum presentase frekuensi perilaku individu Kiran di Central Park Zoo and Resort dapat dilihat pada (Gambar 4.1) di bawah ini :

Gambar 4.1 Grafik presentase frekuensi perilaku individu orangutan sumatera jantan (Kiran) di Central Park Zoo and Resort

Berdasarkan Gambar 4.1 diatas terlihat bahwa presentase frekuensi perilaku individu orangutan jantan (Kiran) yang tertinggi, yaitu perilaku istirahat 42,79%, kemudian diikuti oleh perilaku makan 22,58% dan perilaku bergerak 19,60%, sedangkan frekuensi perilaku yang termasuk rendah yaitu perilaku sosial 7,32%, perilaku bermain 7,01% dan yang terendah yaitu perilaku membuang kotoran 0,70%.

Presentase perilaku istirahat orangutan di Central Park Zoo and Resort didapatkan sebesar 42,79%. Presentase tersebut didapatkan lebih banyak

19,60%

7,01%

22,58%

0,70%

42,79%

7,32%

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45

Bergerak Bermain Makan Membuang

Kotoran

Istirahat Sosial Frekuensi Perilaku Individu Orangutan Jantan (%)

Kategori Perilaku

(29)

16

dibandingkan hasil penelitian Suhandi (2015) yang mendapatkan frekuensi perilaku istirahat orangutan jantan sebesar 40% di Kebun Binatang Kasang Kulim Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar Riau. Tingginya perilaku istirahat yang dilakukan oleh Kiran, kemungkinan disebabkan karena orangutan ini mendapatkan pasokan makanan yang selalu tersedia, yaitu 3 (tiga) kali sehari pada waktu pagi, siang dan sore hari. sekaligus orangutan berada pada kandang tertutup (kerangkeng) yang dikelilingi jeruji besi, area jelajah yang masih minim mengakibatkan aktifitas orangutan yang cukup terbatas sehingga orangutan banyak melakukan perilaku istirahat daripada perilaku lain. Sesuai dengan pernyataan Naibaho (2019) kondisi luas kandang dan area bermain yang masih minim mengakibatkan perilaku istirahat yang dilakukan orangutan lebih mendominasi dibandingkan dengan perilaku lainnya.

Presentase frekuensi perilaku tertinggi kedua, yaitu perilaku makan yang meliputi memilih, mengambil dan mengolah pakan sebesar 22,58%. Nilai frekuensi perilaku makan orangutan sumatera (Kiran) lebih besar dibandingkan hasil penelitian Mawarda (2010) yang memperoleh frekuensi makan orangutan jantan sebesar 2,3%

di Kebun Binatang Surabaya. Hal ini dikarenakan orangutan sumatera di Central Park Zoo and Resort mendapatkan ketersediaan pakan yang terpenuhi dan pemberian pakan yang teratur, pemberian pakan dilakukan secara rutin pada pagi, siang dan sore hari oleh keeper. Menurut Sibarani (2012) pengaturan pemberian pakan yang diberikan bertujuan agar individu orangutan mendapatkan proporsi makanan yang sesuai dan terpenuhi untuk mencukupi kebutuhan makan orangutan, demi mendukung kehidupannya.

Selain perilaku makan, frekuensi perilaku orangutan sumatera jantan (Kiran) yang termasuk tinggi selanjutnya, yaitu perilaku bergerak sebesar 19,60%. Hasil presentase frekuensi perilaku bergerak tersebut lebih tinggi dibandingkan hasil penelitian Suhandi (2015) yang memperoleh frekuensi perilaku bergerak sebesar 12% di Kebun Binatang Kasang Kulim Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar Riau. Orangutan di Central Park Zoo and Resort paling aktif melakukan perilaku bergerak di pagi hari, seperti memanjat dan berayun untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Orangutan biasanya memanjat jeruji kandang serta berayun mengelilingi kandang. Ginting (2006) mengatakan bahwa orangutan yang memiliki aktivitas bergerak tinggi akan mempunyai kemampuan bertahan yang tinggi di

(30)

habitat alaminya, karena dengan aktivitas bergerak yang tinggi orangutan akan dapat mencari semakin banyak pakan di hutan.

Perilaku sosial yang dilakukan orangutan sumatera (Kiran), terkategori sosial mendekat dan sosial menyentuh dengan anak orangutan jantan Topan berusia sekitar 6 tahun yang terdapat di kandang sebelah. Presentase frekuensi perilaku ini didapatkan hasil sebesar 7,32%, jika dibandingkan dengan hasil penelitian Mawarda (2010) frekuensi perilaku sosial orangutan jantan yang terdapat di Kebun Binatang Surabaya sebanyak 4 ekor orangutan pada kandang terpisah, dan berdekatan didapatkan sebesar 38,4%. Hasil ini jauh lebih besar daripada orangutan di Central Park Zoo and Resort. Rendahnya frekuensi perilaku sosial ini disebabkan karena orangutan ditempatkan sendirian secara terpisah dengan jeruji besi, di samping itu mungkin juga disebabkan orangutan yang berada di kandang sebelah tergolong masih muda, sehingga sedikit dijumpai aktifitas bersosialisasi sesama orangutan.

Menurut Naibaho (2019) frekuensi perilaku sosial akan tinggi bila jumlah orangutan yang terdapat pada suatu tempat terdiri dari beberapa individu, sehingga kemungkinan perilaku sosial antar orangutan lebih banyak dilakukan.

Frekuensi perilaku orangutan sumatera jantan Kiran yang tergolong rendah yaitu perilaku bermain sebesar 7,01%. Perilaku ini dilakukan untuk menghibur diri, terdiri dari bermain bersama dengan keeper serta bermain sendiri dengan objek yang ada disekitar. Presentase frekuensi perilaku bermain (7,01%) mendekati hasil penelitian Syarifuddin (2021) yang mendapatkan frekuensi perilaku bermain orangutan sumatera jantan sebesar 9 % di Taman Hewan Pematang Siantar.

Rendahnya perilaku bermain disebabkan orangutan sumatera jantan (Kiran) hanya melakukan kegiatan bermain bersama pada saat keeper masuk kedalam kandang untuk kebersihan, serta usia Kiran sudah mulai beranjak dari remaja menuju dewasa yang sudah tidak terlalu aktif bermain dengan objek disekitarnya. Menurut Syarifuddin (2021) orangutan yang telah memasuki usia dewasa lebih banyak melakukan perilaku istirahat, makan dan bergerak, perilaku bermain ialah perilaku yang banyak dilakukan oleh orangutan masa kanak-kanak, seperti bermain sendiri dan bermain dengan objek.

Frekuensi perilaku orangutan sumatera jantan Kiran yang sangat rendah yaitu membuang kotoran, meliputi urinasi (membuang urin) dan defekasi (membuang

(31)

18

feses) dengan presentase sebesar 0,70%. Aktifitas membuang kotoran paling sering dilakukan oleh Kiran di pagi hari secara bersamaan melakukan urinasi dan defekasi, dengan posisi kedua alat gerak menggantung di bagian atas kandang (jeruji besi). Hal ini sesuai dengan penelitian Syarifuddin (2021) orangutan jantan yang telah memasuki masa dewasa terbiasa membuang kotoran di pagi hari sebelum melakukan aktifitas hariannya, sebagaimana umumnya orangutan di habitat alaminya.

4.1.1 Perilaku Istirahat

Perilaku Istirahat tergolong perilaku dengan frekuensi paling tinggi yang dilakukan oleh orangutan sumatera jantan (Kiran) di Central Park Zoo and Resort (Gambar 4.1). Perilaku istirahat terdiri dari 5 sub kategori, yaitu duduk (Dk), berbaring (Bg), berdiri (Br), tidur (T) dan menggantung (Mg) dapat diamati pada Gambar 4.2.

Gambar 4.2 Diagram presentase frekuensi subkategori perilaku istirahat individu orangutan sumatera jantan (Kiran) di Central Park Zoo and Resort.

Berdasarkan Gambar 4.2 diatas terlihat bahwa frekuensi subkategori perilaku istirahat orangutan sumatera jantan (Kiran) secara berurut dari tinggi ke rendah yaitu perilaku duduk (43,59%), perilaku berbaring (22,74%), perilaku menggantung (21,46%), perilaku berdiri (11,25%) dan perilaku tidur (0,95%). Perilaku duduk dengan cara memposisikan badan bertumpu pada bokong merupakan aktifitas paling sering dilakukan Kiran. Perilaku ini biasa dilakukan di siang hari mulai pukul 12.00- 14.00 WIB, cuaca yang panas terik membuat kiran lebih memilih melakukan aktivitas duduk di lantai bawah kandang (Gambar 4.3.a) sembari menunggu

Duduk 43,59%

Berbaring 22,75%

Berdiri 11,25%

Tidur 0,95%

Menggantung 21,46%

(32)

pemberian pakan tambahan yang dilakukan oleh keeper di siang hari pukul 14.00 WIB. Sesuai dengan pernyataan Santosa et al. (2011) aktivitas yang dominan dilakukan orangutan pada siang hari adalah beristirahat, akibat kondisi cuaca yang cenderung panas pada siang hari menyebabkan orangutan mengurangi aktivitas makan dan bergerak.

Saat penelitian berlangsung kondisi cuaca cenderung mendung dan turun hujan pada sore hari. Ketika turun hujan Kiran langsung bergegas naik ke ayunan untuk berbaring (Gambar 4.3.b) dengan memposisikan badan bertumpu pada punggung atau sisi badan, sesekali terlihat pada kondisi ini orangutan memejamkan matanya selama beberapa menit. Menurut Kurniawan et al. (2015) aktivitas istirahat orangutan sumatera dapat disebabkan oleh faktor cuaca dan kelembaban lingkungan kandang peragaan.

(a) (b)

Gambar 4.3. (a) Perilaku istirahat duduk dan (b) Perilaku istirahat berbaring

Perilaku Menggantung (Gambar 4.4.a) merupakan tindakan memposisikan tubuh bertumpu dengan kedua atau keempat alat gerak pada objek. Kiran menjadikan tali ayunan dan jeruji besi kandang sebagai objek untuk menggantung dalam upaya beristrirahat sejenak. Perilaku menggantung dan berdiri (Gambar 4.4.b) dilakukan orangutan sumatera (Kiran) di sela-sela waktu saat melakukan perilaku lain seperti memanjat, defekasi maupun berayun, untuk mengumpulkan energi kembali. Keadaan ini mulai menunjukkan perilaku alaminya, berdasarkan penelitian Sopiansah et al.

(2018) posisi aktivitas istirahat orangutan sasaran seperti telentang, bergelantungan dan berdiri. Biasanya dilakukan disela-sela waktu bergerak dari pohon ke pohon dengan perilaku duduk pada dahan, sebelum melanjutkan pergerakannya.

(33)

20

(a) (b)

Gambar 4.4. (a) Perilaku istirahat menggantung dan (b) Perilaku istirahat berdiri 4.1.2 Perilaku Makan

Perilaku makan tergolong perilaku dengan frekuensi tertinggi kedua setelah perilaku istirahat yang dilakukan oleh orangutan sumatera jantan (Kiran) di Central Park Zoo and Resort (Gambar 4.1). Perilaku makan terdiri dari sub kategori memilih (Mh), mengambil (Ml) dan mengolah (Me) yang tertera pada Gambar 4.5.

Gambar 4.5 Diagram presentase frekuensi subkategori perilaku makan individu orangutan sumatera jantan (Kiran) di Central Park Zoo and Resort.

Dapat dilihat pada Gambar 4.5 bahwa presentase frekuensi subkategori perilaku makan Kiran yang tertinggi, yaitu perilaku mengolah (53,35%), kemudian diikuti oleh perilaku mengambil (36,28%) dan yang terendah yaitu perilaku memilih (10,37%). Tingginya frekuensi subkategori mengolah disebabkan berat badan yang cukup besar (± 47 kg) membuat Kiran lebih banyak mengolah pakan hariannya (Gambar 4.6.b). Orangutan sumatera jantan mengolah pakan secara bergantian satu per satu, biasanya Kiran mengolah pakan yang bertekstur lunak terlebih dahulu

Memilih 10,37%

Mengambil 36,28%

Mengolah 53,35%

(34)

seperti pepaya, ubi rebus dan jagung, dikarenakan jenis pakan tersebut mudah dimakan dan tidak memiliki kulit yang keras. Perilaku mengolah dilakukan mulai dari mengupas, menggigit, mengunyah hingga menelan makanan. Menurut Rangkuti et al. (2013) aktivitas makan pada individu jantan dewasa mendapatkan proporsi tertinggi baik dari segi durasi maupun frekuensi. Hal ini terlihat dari bobot tubuh yang dimiliki oleh individu jantan dewasa yang cukup besar sehingga membutuhkan pasokan makanan lebih besar.

Orangutan jantan di Central Park Zoo and Resort memiliki presentase frekuensi mengambil makan yang tergolong tinggi. Kiran sangat bersemangat ketika keeper datang membawa pakan, terlihat Kiran langsung datang dan menunggu pakan ditempatnya. Orangutan biasanya mengambil hampir seluruh pakan yang diberikan dan membawa pakan ke atas pohon buatan atau kanopi, serta memakannya (Gambar 4.6.a). Perilaku ini mengarah ke sifat alami orangutan di alam, berdasarkan penelitian Ardhina (2020) setelah mengambil dan mengumpulkan makanan, orangutan di alam kerap kali terlihat memindahkan makanan untuk memastikan agar makanan miliknya berada dalam posisi aman dari jangkauan individu lainnya.

(a) (b)

Gambar 4.6. (a) Perilaku mengambil makanan, (b) Perilaku memakan/mengolah makanan

Orangutan termasuk hewan dengan cara makan tipe pencicip. Sebelum memasukkan makanan kedalam mulut, orangutan terlebih dahulu memilih dengan cara menghirup aroma dari makanannya tersebut dan mereka cicip sedikit, jika rasa dari makanan tersebut tidak disukai oleh orangutan maka makanan tersebut akan dibuangnya dan mereka mencari makanan lainnya (Rangkuti et al., 2013). Hal ini berbeda dengan orangutan pada penelitian ini, orangutan yang berada di kebun

(35)

22

binatang sudah terbiasa dengan jenis makanan yang sama setiap harinya, sehingga orangutan sudah mengenali jenis dan rasa dari makanan tersebut. Orangutan terlihat langsung mengambil makanan yang tersedia untuk dimakan tanpa memilih, sesuai pada (Gambar 4.7) presentase perilaku memilih paling sedikit didapatkan.

Gambar 4.7 Perilaku makan memilih

4.1.3 Perilaku Bergerak

Perilaku bergerak merupakan suatu aktifitas perpindahan orangutan dari satu tempat ke tempat lain, subkategori perilaku bergerak orangutan sumatera jantan di Central Park Zoo and Resort, meliputi branchiasi/berayun (Bi), climb/memanjat (Cb), bipedal (Bl) serta quadrupedal (Q) yang dapat diamati pada Gambar 4.8.

Gambar 4.8 Diagram presentase frekuensi subkategori perilaku bergerak individu orangutan sumatera jantan (Kiran) di Central Park Zoo and Resort.

Berdasarkan Gambar 4.8 diatas diketahui bahwa presentase frekuensi subkategori perilaku bergerak orangutan sumatera jantan (Kiran) secara berurutan dari tinggi ke rendah, yaitu perilaku climb/memanjat (45,43%), quadrupedal

Branchiasi 22,64%

Climb 45,43%

Bipedal 8,31%

Quadrupedal 23,61%

(36)

(23,61%), branchiasi/berayun (22,64%), dan bipedal (8,31%). Perilaku bergerak dengan subkategori climb/memanjat (Gambar 4.9.a) mendapatkan presentasi frekuensi tertinggi pada orangutan sumatera di Central Park Zoo and Resort, keadaan ini berbeda dengan hasil penelitian yang didapatkan Kurniawan et al. (2015) bahwa tingginya frekuensi aktivitas lokomosi menandai bahwa orangutan sumatera aktif bergerak dari satu tempat ke tempat lain dengan beberapa cara, yakni berayun, memanjat dan berjalan.

Orangutan sumatera di kebun binatang lebih banyak melakukan lokomosi dengan cara berjalan daripada berayun dan memanjat, perilaku ini diakibatkan pohon didalam kandang peragaan sedikit. Penelitian ini menunjukkan bahwa orangutan paling aktif memanjat untuk mengelilingi kandang di pagi hari. Perilaku berayun (Gambar 4.9.b) juga dilakukan disela-sela perilaku memanjat, kedua alat gerak bagian atas menggenggam jeruji besi kandang kemudian posisi badan berayun dari satu untaian jeruji ke jeruji yang lain. Kontruksi kandang yang terbuat dari jeruji besi memberikan akses serta mempermudah Kiran untuk memanjat, maka dari itu perilaku memanjat mendapatkan frekuensi paling tinggi. Perilaku ini dilakukan sebagai upaya untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain atau untuk mengambil pakan. Menurut Kurniawan et al. (2015) memanjat ialah cara orangutan sumatera berlokomosi pada bidang diagonal dan vertikal, pada kandang peragaan orangutan sumatera memanjat kayu dan bangunan relief.

(a) (b)

Gambar 4.9. (a) Perilaku bergerak climb dan (b) Perilaku bergerak berayun.

Selain perilaku memanjat, orangutan sumatera (Kiran) juga terlihat lebih banyak bergerak dengan menggunakan keempat alat gerak (quadrupedal) dibandingkan dengan kedua alat gerak (bipedal). Bobot badan yang cukup besar

(37)

24

menyebabkan Kiran lebih mudah berlokomosi secara quadrupedal (Gambar 4.10.a), terlihat pada saat berlokomosi menggunakan kedua alat gerak Kiran mengalami ketidakseimbangan tubuh saat berjalan. Perilaku bipedal (Gambar 4.10.b) hanya dilakukan ketika orangutan sedang memegang pakan dan dalam durasi yang singkat, sedangkan perilaku quadrupedal sering dilakukan Kiran ketika berada di lantai bawah kandang untuk bepindah mencari tempat yang lebih nyaman atau untuk mengambil pakan. Perilaku tersebut dilakukan disela-sela perilaku lain, seperti makan dan istirahat.

Menurut Schmitt (2010) tipe lokomosi quadrupedal biasa dijumpai pada primata yang hidup secara arboreal maupun primata yang bersifat teresterial, berpindah secara quadrupedal ialah pergerakan dengan memanfaatkan keempat alat gerak yang dimiliki orangutan. Orangutan di kebun binatang cenderung melakukan pergerakan quadrupedal di atas tanah, hal ini merupakan salah satu adaptasi yang dilakukan karena tidak adanya ancaman seperti predator yang akan menyerang orangutan yang berada di kebun binatang (Naibaho, 2019).

(a) (b)

Gambar 4.10. (a) Perilaku bergerak quadrupedal dan (b) Perilaku bergerak bipedal

4.1.4 Perilaku Sosial

Perilaku sosial ialah kegiatan yang dilakukan individu orangutan untuk bersosialisasi diri, subkategori perilaku sosial orangutan sumatera jantan di Central Park Zoo and Resort, meliputi berpandangan (Sm) dan bersentuhan (Sb) yang dapat diamati pada Grafik 4.11 dibawah ini.

(38)

Gambar 4.11 Diagram presentase frekuensi subkategori perilaku sosial individu orangutan sumatera jantan (Kiran) di Central Park Zoo and Resort

Dapat dilihat dari Gambar 4.11 diatas bahwa presentase frekuensi subkategori perilaku sosial orangutan sumatera jantan (Kiran) yang tertinggi ialah perilaku bersentuhan (72,76%) dan yang terendah merupakan perilaku berpandangan (27,24%). Orangutan sumatera yang terdapat di Central Park Zoo and Resort berjumlah 2 ekor, kedua orangutan memiliki jenis kelamin yang sama sehingga diberikan kandang terpisah untuk menghindari perkelahian sesama jantan. Akan tetapi, orangutan sumatera sesekali membutuhkan interaksi dengan orangutan lainnya. Kiran sering melihat dan bertatapan dengan orangutan lain (Topan) yang berada disamping kandangnya dengan jarak dekat (Gambar 4.12.b) serta melakukan kontak fisik seperti berpegangan tangan, menggigit dan berpelukan. Kiran dapat menyentuh orangutan di kandang sebelah, dikarenakan ukuran jeruji kandang cukup besar sehingga muat untuk dilalui tangan orangutan.

Kiran terlihat cenderung lebih agresif untuk bersentuhan dengan Topan (Gambar 4.12.a), perilaku sosial bersentuhan berguna untuk meningkatkan hubungan sosial sesama individu orangutan sumatera. Berdasarkan pengamatan saat penelitian, terlihat sesekali Kiran memegang kelaminnya saat bersentuhan dengan orangutan lain bahkan juga pernah menggesekkan alat kelaminnya pada jeruji besi kandang.

Orangutan sumatera (Kiran) mulai memasuki masa dewasa sehingga menunjukkan tanda ingin melakukan perkawinan, namun di Central Park Zoo and Resort belum mempunyai orangutan betina. Supriatna dan Edy (2000) mengatakan bahwa orangutan pada umumnya bersifat individu atau soliter, orangutan lebih suka menyendiri dibandingkan tinggal bergerombol atau bersama-sama dengan orangutan

Sosial Berpandangan

27,24%

Sosial Bersentuhan

72,76%

(39)

26

lain. Tetapi saat-saat tertentu orangutan mampu hidup berdampingan dengan orangutan lain, misalnya saat ingin melakukan reproduksi dan indukan betina orangutan dengan anak-anaknya yang masih belum mandiri.

(a) (b)

Gambar 4.12. (a) Perilaku sosial bersentuhan dan (b) Perilaku sosial berpandangan 4.1.5 Perilaku Bermain

Perilaku bermain tergolong perilaku dengan frekuensi rendah yang dilakukan oleh orangutan sumatera jantan (Kiran) di Central Park Zoo and Resort (Gambar 4.1). Subkategori perilaku bermain meliputi perilaku bermain sendiri (Bs) dan bermain bersama (Bb) yang dapat diamati pada Gambar 4.13 dibawah ini.

Gambar 4.13 Diagram presentase frekuensi subkategori perilaku bermain individu orangutan sumatera jantan (Kiran) di Central Park Zoo and Resort Berdasarkan Gambar 4.11 diketahui bahwa frekuensi subkategori perilaku bermain orangutan sumatera jantan (Kiran) paling tinggi, yaitu perilaku bermain sendiri (84,23%) sedangkan yang paling rendah yaitu perilaku bermain bersama (15,77%). Perilaku bermain sendiri meliputi kegiatan bermain tanpa objek atau

Bermain Bersama 15,77%

Bermain Sendiri 84,23%

(40)

dengan menggunakan objek untuk bermain, tanpa adanya interaksi dengan individu lain (Suhandi et al., 2015).

Orangutan di Central Park Zoo and Resort memanfaatkan objek yang tersedia di dalam kandang, seperti hamock dan ayunan ban untuk bermain. Aktivitas bermain dengan objek (Gambar 4.14.a) paling aktif dilakukan orangutan saat sedang ramai pengunjung, orangutan suka menunjukkan kepandaiannya dalam memainkan objek di dalam kandang. Sisa pakan seperti sabut kelapa dan tungkul jagung juga dapat dimanfaatkan orangutan untuk bermain, orangutan biasanya memukulkan sisa pakan ke semen, melempar, menaruh sayuran ke atas kepala serta berguling-guling. Hal ini sesuai dengan Suhandi et al. (2015) mengemukakan bahwa orangutan sumatera pada umur remaja biasanya akan senang melakukan hal-hal baru untuk mengisi waktu dalam aktivitas hariannya terlebih jika ada sarana untuk bermain.

Menurut Sembiring et al. (2017) individu orangutan lebih banyak mengamati kegiatan yang terdapat di sekitar kandang daripada melakukan interaksi dengan orang yang berada di sekitar kandang. Kegiatan-kegiatan di sekitar kandang terdiri dari kegiatan staf karantina pada saat kebersihan kandang dan area di sekitar kandang, pemberian pakan dan susu, kunjungan para peneliti dan dokter hewan. Hal ini berbeda dengan orangutan sumatera pada penelitian ini, Kiran cenderung lebih aktif bermain bersama (Gambar 4.14.b) dan berinteraksi dengan orang yang masuk ke dalam kandangnya, seperti keeper, dokter hewan dan peneliti. Ketika ada individu lain yang masuk ke dalam kandang, orangutan langsung mencoba mendekati untuk berinteraksi maupun bermain bersama. Hal ini disebabkan orangutan sumatera yang berada di Central Park Zoo and Resort sudah memahami lingkungan sekitarnya, sehingga orangutan sudah terbiasa dengan kehadiran manusia disekitarnya.

(a) (b)

Gambar 4.14. (a) Perilaku bermain sendiri dan (b) Perilaku bermain bersama

(41)

28

4.1.6 Perilaku Membuang Kotoran

Perilaku membuang kotoran ialah perilaku dengan presentase frekuensi paling sedikit yang dilakukan oleh orangutan sumatera jantan (Kiran) di Central Park Zoo and Resort (Gambar 4.1). Perilaku membuang kotoran terdiri dari sub kategori urinasi (Ui) dan defekasi (Di) yang tertera pada Gambar 4.15

Gambar 4.15 Diagram presentase frekuensi subkategori perilaku membuang kotoran individu orangutan sumatera jantan di Central Park Zoo and Resort Dapat dilihat pada Gambar 4.15 diatas bahwa presentase frekuensi subkategori perilaku membuang kotoran Kiran tertinggi yaitu perilaku urinasi (62,50%) dan perilaku terendah yaitu defekasi (37,50%). Saat membersihkan kandang di pagi hari pukul 09.00 WIB, sesekali sudah terlihat feses orangutan yang masih segar, hal ini menandakan bahwa orangutan baru saja membuang kotoran.

Kiran biasanya melakukan proses pembuangan urin dan feses secara bersamaan, dengan posisi menggantung pada jeruji besi kandang. Keadaan ini menunjukkan bahwa Kiran menuju ke sifat alaminya seperti orangutan di alam yang dominan memanjat dan bergelantungan saat membuang kotoran.

(a) (b)

Gambar 4.16. (a) Perilaku urinasi dan (b) Perilaku defekasi

Defekasi 37,50%

Urinasi 62,50%

(42)

Perilaku urinasi biasa terjadi beberapa kali dalam 1 hari, orangutan sumatera jantan melakukan perilaku urinasi dengan cara berdiri atau menggantung pada jeruji besi kandang. Ketika cuaca mendung atau hujan, orangutan cenderung semakin banyak melakukan urinasi. Diduga semakin dingin cuaca maka orangutan semakin sering melakukan urinasi. Hal ini didukung oleh pernyataan Kurniawan et al. (2015) keadaan lingkungan yang bercuaca dingin menyebabkan frekuensi urinasi yang tinggi dilakukan oleh orangutan.

4.2 Sistem Pengelolaan Orangutan Sumatera Jantan (Kiran) di Central Park Zoo and Resort

Orangutan Jantan di Central Park Zoo and Resort memiliki sistem pengelolaan yang terkoordinasi, karena terdiri dari tim keeper, staf dan dokter hewan. Setiap tim memiliki tugas dan fungsinya masing-masing, yang bertujuan untuk kesejahteraan dan keberlangsungan hidup orangutan. Sistem pengelolaan orangutan terdiri dari pengelolaan pakan, kandang dan perawatan kesehatan.

4.2.1 Pengelolaan Pakan

Makanan merupakan salah satu kebutuhan yang mutlak diperlukan bagi individu orangutan agar dapat melangsungkan kehidupannya. Pentingnya makanan bagi hidup orangutan menjadikan makanan sebagai faktor pembatas selama berada di kandang (Sibarani, 2012). Pemberian pakan orangutan di Central Park Zoo and Resort dilakukan sebanyak 3 kali dalam 1 hari, terbagi menjadi 3 waktu yakni pagi, siang dan sore. Pakan diberikan oleh keeper di pagi hari pada pukul 09.00 WIB sebelum orangutan memulai aktivitasnya. Ketika siang hari diberikan pakan kedua pukul 14.00 WIB, jenis pakan yang diberikan umumnya buah yang memiliki kadar air tinggi untuk mencukupi kebutuhan minum orangutan saat cuaca panas, pemberian pakan ketiga dilakukan pada sore hari pukul 16.00 WIB. Pihak pengelola kebun binatang Central Park Zoo and Resort melakukan pemberian pakan secara bertahap agar orangutan selalu tercukupi nutrisinya.

Menurut Sibarani (2012) pemberian pakan yang dilakukan beberapa kali dalam satu hari termasuk dalam kategori manajeman pakan yang baik karena merujuk kepada cara makan orangutan di alam, aktivitas makan orangutan di alam

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Bersumber dari wikipedia.com/Education in United States, dapat dilihat bahwa jenjang pendidikan di Amerika Serikat biasanya dimulai dari preschool, kindergarten, atau

Panitia ULP/ Panitia Pengadaan pada Satker Direktorat Advokasi dan KIE akan melaksanakan Pelelangan Sederhana dengan pascakualifikasi untuk paket pekerjaan

Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran matematika pada materi Satuan Panjang adalah memperbaiki RPP dan pelaksanaan pembelajarn

Windmill Water Flow Top benefited from the force of gravity to the ater entering the turbine blade, so that power is generated not only from the kinetic energy comes

Tabel Hasil Output Uji Multikolinearitas Setelah Mengeluarkan Variabel Pengeluaran

Kepastian hukum bukan hanya berupa Pasal-Pasal dalam undang-undang, melainkan juga adanya konsistensi dalam putusan Hakim antara putusan yang satu dengan putusan Hakim yang

media. Menumbuhkan partisipasi aktif peserta didik dalam pembelajaran yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi serta memberikan

[r]