KAJIAN HUKUM TERHADAP HAK PATEN SEBAGAI JAMINAN KEBENDAAN DITINJAU BERDASARKAN UNDANG-
UNDANG MENGENAI PATEN DAN FIDUSIA JURNAL ILMIAH
Oleh : DESI LESTARI
D1A018072
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM
2022
HALAMAN PENGESAHAN
KAJIAN HUKUM TERHADAP HAK PATEN SEBAGAI JAMINAN KEBENDAAN DITINJAU BERDASARKAN UNDANG-
UNDANG MENGENAI PATEN DAN FIDUSIA JURNAL ILMIAH
Oleh : DESI LESTARI
D1A018072
Menyetujui Pembimbing Pertama,
H. Zaenal Arifin Dilaga, S.H, M. Hum.
NIP: 196107121989031002
KAJIAN HUKUM TERHADAP HAK PATEN SEBAGAI JAMINAN KEBENDAAN DITINJAU BERDASARKAN UNDANG-
UNDANG MENGENAI PATEN DAN FIDUSIA DESI LESTARI
D1A018072
Fakultas Hukum Universitas Mataram ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kedudukan hukum hak paten sebagai jaminan kebendaan berdasarkan undang-undang mengenai jaminan fidusia dan paten serta implikasi hukum hak paten sebagai objek jaminan fidusia. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian Normatif dengan menggunakan pendekatan perundang-undangan dan konseptual. Berdasarkan kententuan Pasal 108 ayat (1) Undang-Undang Paten, hak paten dapat menjadi objek jaminan kebendaan dikarenakan hak paten termasuk dalam kategori benda bergerak tidak berwujud yang memiliki nilai ekonomi dan dapat dialihkan. Implikasi hukum hak paten sebagai obek jaminan fidusia terlihat yaitu apabila pihak debitur tidak dapat melunasi utangnya maka akan berakibat pada hak atas paten tersebut dapat dieksekusi.
Kata Kunci: Hak Paten, Jaminan Kebendaan, Jaminan Fidusia
LEGAL STUDY ON PATENT RIGHTS AS SECURITY IN OBJECTIVES REVIEWED BASED ON THE LAW REGARDING
PATENTS AND FIDUCIARY ABSTRACT
The objective of this study is to determine the legal position of patents as material guarantees based on the law regarding fiduciary guarantees and patents, as well as the legal implications of patents as objects of fiduciary guarantees. The research method appliedwithin is normative research using statute approach and conceptual approach. Based on Article 108 Paragraph (1) of the Patent Law, patent right could become an object of material security since it is included in the category of movable intangibles that have economic value and can transfer ownership. The legal implications of patents as objects of fiduciary guarantees are seen in if the debtor is unable to pay off his debts.
Keywords: Patent Rights, Material Guarantee, Fiduciary Guarantee
I. PENDAHULUAN
Perkembangan dan pertumbuhan kegiatan ekonomi di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, semakin berkembangnya suatu kegiatan ekonomi maka akan membuat kehidupan masyarakat turut berkembang sehingga akan semakin bertambah pula kebutuhan mereka atas barang dan jasa dalam kebutuhan sehari-hari sehingga membutuhkan pendanaan, salah satunya dengan cara kegiatan pinjam meminjam baik dalam bentuk peminjaman barang atau benda guna untuk mendapatkan pembiayaan kebutuhan ekonomi tesebut, diantaranya melalui jaminan fidusia yang dimana jaminan fidusia saat ini merupakan produk pembiaayaan yang sedang berkembang di kehidupan masyarakat.
Hak Paten merupakan salah satu bidang HKI yang dapat dijadikan sebagai objek jaminan fidusia untuk mendapatkan modal atau dana pinjaman di lembaga perbankan yang merupakan salah satu cara untuk mendapatkan dana pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari atau untuk mengembangkan usaha. Pasal 108 ayat (1) UU Paten merupakan dasar hukum dijadikannya hak paten sebagai objek jaminan fidusia dan kemudian pada Pasal 108 ayat (2) menjadi pasal penunjuk untuk dibuatnya peraturan turunan mengenai hak paten sebagai objek jaminan fidusia.1
1 Herda Mardian, Muhamad Amirullah, dan Pupung Faisal, Hak Paten sebagai Objek Jaminan Fidusia Berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan Mengenai Jaminan Fidusia dan Paten, Jurnal Cakrawala Hukum, Vol. 11, No. 2, Agustus 2020. hlm. 178-179
Hak paten yang dijadikan sebagai objek jaminan fidusia tentunya memiliki nilai ekonomis karena nilai ekonomis merupakan karakteristik suatu benda yang digunakan sebagai objek jaminan utang dalam artiannya apabila kreditur tidak dapat melunasi utangnya maka benda tersebut dapat menutup utang itu. Dalam menjadikan Hak paten sebagai objek jaminan fidusia syarat utamanya yaitu harus didaftarkan terlebih dahulu hak paten tersebut untuk mendapatkan jangka waktu perlindungan, jangka waktu perlindungan hak paten hanya selama dua puluh tahun terhitung sejak tanggal penerimaan sertifikat Hak Paten.
Walaupun pada Pasal 108 ayat (1) UU Paten sudah mengatur mengenai hak paten dapat digunakan sebagai objek jaminan fidusia karena merupakan suatu benda, namun pengaturan tersebut hanya sebatas pemberitahuan saja.
Aturan teknis tentang tata cara pelaksanaannya belum diatur oleh Undang- Undang, sehingga perlu adanya peraturan baru yang mengatur teknis pelaksanannya yang dimana untuk memudahkan klasifikasi tentang hak paten sebagai objek jaminan fidusia yang dapat memenuhi standar jaminan yang dapat diterima oleh lembaga perbankan di Indonesia. Namun hingga saat ini belum ada peraturan teknis dibawahnya berupa Peraturan Pemerintah yang mengatur mengenai syarat tata cara hak atas paten sebagai objek jaminan Fidusia.2 Dengan belum adanya peraturan turunan tentang tata cara pelaksanaan hak paten sebagai objek jaminan fidusia maka ini akan berakibat dimana pihak
2Ibid. hlm. 179
Bank tidak mudah memberikan pinjaman, karena pada dasarnya pihak kreditur ingin juga mendapatkan kepastian bagaimana pengembalian dana yang telah dipinjamkan ke debitur dengan objek hak paten sebagai jaminan utang piutang.
Berpangkal pada latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: a. Bagaimana kedudukan hukum hak paten sebagai jaminan kebendaan berdasarkan undang-undang mengenai jaminan fidusia dan paten? b. Bagaimana implikasi hukum hak paten sebagai objek jaminan fidusia?
Kemudian tujuan dari penelitian ini yaitu: a. Untuk mengetahui kedudukan hukum hak paten sebagai jaminan kebendaan berdasarkan undang- undang mengenai jaminan fidusia dan paten. b. Untuk mengetahui implikasi hukum hak paten sebagai objek jaminan fidusia.
Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian normatif yang dimana jenis penelitian normatif mengkaji seperti asas, prinsip doktrin, teori, norma hukum, aturan hukum, dan kepustakaan lainnya. Sesuai dengan jenis penelitiannya maka digunakan dua pendekatan penelitian yang dimana menggunakan pendekatan Perundang-undangan (Statute Approach) dan pendekatan Konseptual (Conseptual Approach).
II. PEMBAHASAN
A. Kedudukan Hukum Hak Paten Sebagai Jaminan Kebendaan Berdasarkan Undang-Undang Mengenai Jaminan Fidusia dan Paten.
Hak paten adalah bagian dari hak kekayaan intelektual, yang dalam kerangka ini termasuk dalam kategori hak kekayaan perindustrian, Hak kekayaan intelektual itu sendiri merupakan bagian dari benda, yaitu benda tidak berwujud. Benda merupakan terjemahan dari Belanda yaitu Zaak, benda (zaak) dirumuskan dalam Pasal 499 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yaitu mengenai benda dan hak. Adapun pengertian benda secara luas tercantum dalam Pasal 499 KUHperdata yang dimana kebendaan adalah tiap-tiap barang dan tiap-tiap hak yang dapat dijadikan hak milik atau objek hak. Dalam ketentuan pasal 59 ayat (3) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2016 Tentang Paten disebutkan bahwa “Hak atas paten merupakan benda bergerak tidak berwujud”.
Pada awalnya Undang-Undang Paten tidak mengatur mengenai hak paten dapat dijadikan sebagai objek jaminan, namun dengan dikeluarkannya undang-undang terbaru mengenai hak paten yaitu Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2016 Tentang Paten yang dimana dalam pasal 108 ayat (1) dinyatakan dengan tegas bahwa hak paten dapat dijadikan sebagai objek jaminan fidusia, dan juga pada pasal 108 ayat (2) menjadi pasal penunjuk untuk dibuatnya peraturan turunan mengenai hak paten sebagai objek jaminan fidusia.
Jaminan kebendaan merupakan suatu tindakan yang berupa suatu
penjaminan yang dilakukan oleh si berpiutang (kreditur) terhadap debiturnya, atau antara si berpiutang dengan seseorang pihak ketiga guna memenuhi kewajiban-kewajiban dari si berutang (debitur). Jaminan kebendaan memiliki ciri-ciri “kebendaan” dalam arti memberikan hak mendahului atas benda-benda tertentu, mempunyai sifat melekat, mengikuti benda yang bersangkutan, dan dapat dialihkan3. Jadi berdasarkan penjelasan diatas jaminan fidusia merupakan salah satu jenis jaminan kebendaan, dimana jaminan fidusia adalah hak jaminan atas suatu benda bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud dan bangunan/rumah di atas tanah orang lain baik yang terdaftar maupun tidak terdaftar, yang kemudian tidak dapat dibebani hak tanggungan, yang tetap berada dalam penguasaan pemberi fidusia sebagai agunan pelunasan hutang tertentu, yang memberikan kedudukan diutamakan kepada penerima fidusia terhadap kreditur lainnya.4
Objek yang dijadikan sebagai jaminan pada awalnya harus memiliki nilai ekonomis (nilai jual) dan kemudian dapat dialihkan, hal ini dikarenakan untuk menanggung atau menjamin pembayaran pelunasan utang tertentu, debitur umumnya diwajibkan menyediakan jaminan berupa kebendaan tertentu yang dapat dinilai dengan uang, dan berkualitas tinggi yang nilainya minimal sebesar jumlah hutang yang diberikan, maksudnya yaitu apabila kerditur
3 Zaeni Asyhadie dan Rahma Kusumawati, Hukum Jaminan di Indonesia: Kajian Berdasarkan Hukum Nasional dan Prinsip Ekonomi syariah, Ed. 1, Cet.1, PT. RajaGrafindo Persada, Depok, 2018, hlm. 30
4 Tan Kamelo, Hukum Jaminan Fidusia Suatu Kebutuhan yang Didambakan, Cet. 2, P.T. Alumni, Bandung , 2006, hlm. 31
dinyatakan tidak bisa melunasi utang atau pailit, maka kebendaan tertentu yang menjadi jaminan tersebut dapat dicairkan atau diuangkan untuk pelunasan utang tersebut5. Oleh karena itu, barang yang dapat dijadikan sebagai jaminan haruslah suatu benda yang bernilai ekonomis yang dapat dinilai dengan uang.6
Paten berbentuk tak-nyata (immaterial) dan tak benda (intangible), sehingga butuh pengakuan Negara dalam sertifikat paten. Sertifikat inilah yang dapat dijadikan objek jaminan fidusia. Meskipun demikian, karena sertifikat hak paten belum bernilai ekonomi, maka kreditur juga dapat meminta pengikatan perjanjian lisensi yang dibuat oleh pemiliki paten melalui perjanjian lisensi itulah, pemilik paten mendpatkan penghasilan nyata berupa royalti.
Sertifikat atas paten tersebut dapat digolongkan sebagai agunan pokok, sedangkan perjanjian lisensi paten digolongkan sebagai agunan tambahan.7
Pada dasarnya paten hanya dapat diikatkan dengan jaminan fidusia karena objeknya tergolong barang bergerak yang berwujud tidak nyata (immaterial) dan tak benda (intangible). Pengikatan objek jaminan fidusia terhadap paten meliputi pengikatan atas:8
a. Sertifikat Paten (sebagai agunan pokok), dan
5Dian Hermawati Tanti, “Tinjuan Yuridis Hak Cipta Sebagai Jaminan Kredit ”, Skripsi, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, 2018, hlm. 41
6Ibid, hlm. 42
7Iswi Hariyani, Cita Yustisia, dan Serfianto, Hak Kekayaan Intelektual Sebagai Jaminan Kredit, ANDI, Yogyakarta, 2018, hlm. 142
8Ibid, hlm. 143
b. Perjanjian lisensi paten yang dapat menghasilkan royalti (sebagai agunan tambahan)
Nilai ekonomi hak paten yang dimana nilai ekonomi tersebut didapatkan ketika pemilik paten menggunakan patennya dengan memproduksi massal temuannya atau dapat juga ketika pemilik paten menyewakan atau mengizinkan pihak lain dengan cara melakukan perjanjian lisensi sehingga dari melisensikan hak patennya terhadap pihak-pihak tertentu maka pemilik paten mendapatkan suatu royalti yang dimana royalti tersebut dapat berupa suatu uang.
Dengan adanya nilai ekonomi yang terdapat pada paten tersebut maka hak paten tersebut dapat beralih atau dialihkan kepemilikannya dalam hak paten tersebut maka akan timbul kedudukan hak atas paten itu dapat dijadikan objek jaminan kebendaan atau objek jaminan utang dengan melakukan pengikatan hak paten tersebut kepada lembaga jaminan fidusia. Hal tersebut sesuai dengan Pasal 108 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2016 tentang Paten menyebutkan bahwa hak atas paten dapat dijadikan sebagai objek jaminan fidusia, dan kemudian pada Pasal 108 ayat (2) menyebutkan bahwa ketentuan mengenai syarat dan tata cara hak paten sebagai objek jaminan fidusia di atur dengan peraturan pemerintah, atau dengan kata lain menjadi pasal penunjuk untuk dibuatnya peraturan turunan mengenai hak paten sebagai objek jaminan fidusia.
B. Implikasi Hukum Hak Paten Sebagai Objek Jaminan Fidusia.
Hak paten merupakan bagian dari hak kekayaan intelektual, dapat dijadikan objek jaminan fidusia karena merupakan suatu benda tidak berwujud (immateriil), yang dimana memiliki nilai ekonomi sehingga dapat beralih atau dialihkan kepemilikannya. Ini sesuai dengan ketentuan pada Pasal 108 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2016 tentang Paten yang dimana menyebutkan bahwa hak atas paten dapat dijadikan sebagai objek jaminan fidusia.
Berdasarkan penjelasan pada pembahasan pertama disana dijelaskan bahwa hak paten yang bernilai ekonomi itu muncul pada saat paten tersebut digunakan oleh pemilik paten tersebut pada bidang industri untuk memperoleh keuntungan, dan dapat juga pemilik paten tersebut memberikan izin kepada pihak lain untuk melaksanakan paten tersebut dengan melalui perjanjian lisensi, melalui perjanjian lisensi tersebut, pemilik paten mendapatkan keutungan penghasilan nyata berupa royalti. Hak paten dengan adanya nilai ekonomis dan dapat beralih atau dialihkan kepemilkannya yang kemudian dapat dijadikan objek jaminan fidusia, maka apabila dalam hubungan perjanjian pihak debitur atau pemberi fidusia lalai, cidera janji atau tidak memenuhi prestasinya tepat pada waktunya kepada kreditur atau penerima fidusia, walaupun sudah diberikan somasi, maka akan berakibat pada hak paten tersebut dapat dieksekusi oleh pihak kreditur.
Sehingga implikasi hukum hak paten sebagai objek jaminan fidusia lainnya itu apabila dalam hubungan perjanjian jaminan pihak debitur atau
pemberi fidusia lalai, cidera janji atau wanprestasi, dan tidak memenuhi prestasinya tepat waktu, maka itu akan berakibat bahwa hak paten yang dijadikan objek jaminan tersebut dapat dieksekusi oleh pihak kreditur.
Dalam hal hak paten yang dibebani dengan lembaga jaminan fidusia maka dari hal tersebut ketentuan mengenai yang berkenaan dengan tata cara pengikatan objek jaminan utang adalah mengikuti Undang-Undang Jaminan Fidusia dan Peraturan Perundang-Undangan yang terkait lainya misal seperti Undang-Undang Tentang Paten, yang dimana apabila objek jaminan tersebut merupakan hak atas paten.
Dalam hal hak paten yang dibebani dengan lembaga jaminan fidusia maka dari hal tersebut ketentuan mengenai yang berkenaan dengan tata cara pengikatan objek jaminan utang adalah mengikuti Undang-Undang Jaminan Fidusia dan Peraturan Perundang-Undangan yang terkait lainya missal seperti Undang-Undang Tentang Paten, yang dimana apabila objek jaminan tersebut merupakan hak atas paten.
Menurut ketentuan Pasal 29 ayat (1) Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia ada 3 cara eksekusi benda jaminan fidusia, yaitu:
a) Pelaksanaan title eksekutorial (alas hak eksekusi) oleh penerima fidusia adalah pembuatan tulisan yang mengandung pelaksanaan putusan pengadilan yang memberikan dasar untuk penyitaan dan lelang sita tanpa adanya perantara hakim.
b) Penjualan benda yang menjadi objek jaminan fidusia sendiri melalui pelelengan umum serta mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan tersebut.
c) Pelaksanaan ekseskusi jaminan fidusia dapat melalui penjualan di bawah tangan yang dilakukan berdasarkan kesepakatan pemberi dan
penerima fidusia jika dengan cara demikian dapat diperoleh harga tertinggi yang menguntungkan para pihak yang dimana penjualan ini dilakukan lewat waktu 1 bulan sejak diberitahukan secara tertulis oleh pemberi dan penerima fidusia kepada pihak yang berkepentingan dan diumumkan sedikitnya dalam dua surat kabar yang beredar di daerah yang bersangkutan.9
Berkaitan dalam hal eksekusi hak paten sebagai objek jaminan fidusia yang dimana cara eksekusi hak paten dengan hak kebendaan seperti hak kepemilikan motor, mobil, yang cara eksekusinya cukup seperti yang ditentukan dalam Undang-Undang Jaminan Fidusia, sedangkan hak kebendaan atas efek misalnya seperti saham dan obligasi dapat dieksekusi atau dijual dipasar modal atau bursa efek. Namun cara eksekusi hak paten dalam undang- undang jaminan fidusia ataupun peraturan turunan belum diatur secara tegas, secara umum hak paten sulit dilakukan eksekusi melalui penjualan dalam pelelangan umum, maupun dijual dipasar perdagangan efek. Tetapi dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2016 tentang Paten, ada ketentuan mengenai cara peralihan atau pengalihan paten yang dapat digunakan untuk mengeksekusi hak paten sebagai objek jaminan fidusia karena diakibatkan adanya penjualan di bawah tangan.
Berdasarkan kententuan dalam pasal 74 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 tahun 2016 tentang Paten, hak paten dapat beralih atau dialihkan baik seluruhnya maupun sebagian karena adanya suatu pewarisan, hibah, wasiat, wakaf, perjanjian tertulis, dan/atau adanya sebab lain yang dibenarkan
9Salim HS, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, Cet. 9, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2016, hlm. 89-90
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.10
Sehingga dalam Pasal 74 ayat (1) Undang-Undang nomor 13 Tahun 2016 tentang Paten, cara yang paling cocok untuk mengeksekusi hak paten sebagai objek jaminan fidusia adalah melalui pengalihan hak paten secara
“perjanjian tertulis” karena secara umum hak paten tidak dapat dijual dalam pelelangan umum, maupun dijual dipasar perdagangan efek sehingga apabila dilakukan eksekusi dengan penjualan bawah tangan maka akan mengakibatkan adanya peralihan hak atas paten yang dilakukan secara perjanjian tertulis.
Setelah dituangkan dalam bentuk akta notaris, penerima paten (kreditur) karena adanya peralihan dengan perjanjian tertulis harus mendaftarakan permohonan pencatatan pengalihan paten tersebut dan diumumkan ke Direktorat Jendral HKI, keharusan pendaftran tersebut adalah wajib sebab paten merupakan suatu hak milik yang diberikan oleh Negara, yang dilindungi, dan pelaksanaannya dibatasi dalam kurun waktu tertentu. Apabila pengalihan tersebut tidak didaftarkan maka ini akan berakibat dimana pihak ketiga tidak mengikat atau tidak diakui sesuai dengan ketentuan pasal 74 ayat (3) UU Paten.
Dalam pengalihan hak paten secara perjanjian tertulis, pihak yang memegang perjanjian lisensi akan mendapatkan suatu hak untuk memanfaatkan hak ekonomi dari hak paten tersebut dan dari hak ekonomi tersebut akan diambil pelunasan piutang kreditur dalam perjanjian jaminan fidusia.
10 Pio Salvator Ginting Suka, I Wayan Wiryana, dan I Nyoman Mudana, Hak Paten Sebagai Objek Jaminan Kebendaan, Kerta Semaya: Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 4 No. 1, Mei 2015, hlm. 3
III. PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan diatas dapat ditarik kesimpulan, Pertama mengenai kedudukan hak paten sebagai jaminan kebendaan yang diikatkan dengan jaminan fidusia karena hak paten merupakan kategori benda bergerak tidak berwujud dan berupa suatu hak yang memiliki nilai ekonomis dapat beralih atau dialihkan baik sebagian maupun seluruhnya, nilai ekonomi yang ada dalam hak paten tersebut didapatkan ketika pemilik paten menyewakan atau mengizinkan pihak lain dengan cara melakukan perjanjian lisensi, dengan hal tersebut pemilik paten mendapatkan suatu royalti, hak ekonomi atau nilai ekonomi yang terdapat pada paten itu berlaku sampai pada masa perlindungan paten. Berkaitan dengan adanya hak ekonomi (nilai ekonomi) yang dapat beralih atau dialihkan kepemilikannya dalam hak paten tersebut maka akan timbul kedudukan hak atas paten itu dapat dijadikan objek jaminan kebendaan atau objek jaminan utang dengan melakukan pengikatan hak paten tersebut kepada lembaga jaminan fidusia sesuai dengan ketentuan Pasal 108 ayat (1) UU Paten.
Kedua, mengenai Implikasi hukum terhadap hak paten sebagai objek jaminan fidusia yaitu itu apabila dalam hubungan perjanjian jaminan pihak debitur atau pemberi fidusia lalai, cidera janji atau wanprestasi, dan tidak memenuhi prestasinya tepat waktu, maka itu akan berakibat bahwa hak paten
yang dijadikan objek jaminan tersebut dapat dieksekusi oleh pihak kreditur.
Dalam hal eksekusi hak paten sebagai objek jaminan fidusia, proses eksekusi hak paten dalam undang-undang jaminan fidusia belum diatur secara tegas, dan secara umum hak paten tidak dapat dijual dalam pelelangan umum, maupun dijual dipasar perdagangan efek. Tetapi dalam Undang-Undang Paten, ada ketentuan mengenai cara peralihan atau pengalihan paten yang dapat digunakan untuk mengeksekusi hak paten sebagai objek jaminan fidusia karena diakibatkan adanya penjualan di bawah tangan yaitu pengalihan hak paten secara perjanjian tertulis dalam bentuk akta notaris kemudian dicatat di di Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual. Dari pengalihan hak paten tersebut pihak kreditur dapat memanfaatkan hak ekonomi dari hak paten untuk mengambil pelunasan piutangnya.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan diatas, maka penulis memberikan saran yaitu, terkait belum adanya dibentuk Peraturan Pelaksanaan yang mengatur mengenai syarat dan tata cara hak paten sebagai objek jaminan fidusia di Indonesia yang mengakibatkan kebingunan para pihak seperti inventor cara menjaminkan hak atas patennya sebagai objek jaminan fidusia kepada lembaga jaminan. Oleh karena itu perlu adanya Peraturan Pelaksanaan yang jelas dan detail dari pemerintah mengenai syarat dan tata cara hak paten sebagai objek jaminan fidusia untuk pengajuan kredit perbankan agar tidak membingungkan dan merugikan pihak manapun.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Zaeni Asyhadie dan Rahma Kusumawati, 2018, Hukum Jaminan di Indonesia:
Kajian Berdasarkan Hukum Nasional dan Prinsip Ekonomi syariah, Ed.
1, Cet.1, PT. RajaGrafindo Persada, Depok.
Tan Kamelo, 2006, Hukum Jaminan Fidusia Suatu Kebutuhan yang Didambakan, Cet. 2, P.T. Alumni, Bandung.
Iswi Hariyani, Cita Yustisia, dan Serfianto, 2018, Hak Kekayaan Intelektual Sebagai Jaminan Kredit, ANDI, Yogyakarta.
Salim HS, 2016, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, Cet. 9, PT.
RajaGrafindo Persada, Jakarta.
Jurnal
Pio Salvator Ginting Suka, I Wayan Wiryawan, dan I Nyoman Mudana, 2015, Hak Paten Sebagai Objek Jaminan Kebendaan, Kerta Semaya: Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 4, No. 1.
Herda Mardian, Muhamad Amirullah, dan Pupung Faisal, 2020, Hak Paten sebagai Objek Jaminan Fidusia Berdasarkan Peraturan Perundang- Undangan Mengenai Jaminan Fidusia dan Paten, Jurnal Cakrawala Hukum, Vol. 11, No. 2.
Skripsi
Dian Hermawati Tanti, 2018, “Tinjuan Yuridis Hak Cipta Sebagai Jaminan Kredit”, Skripsi, Makassar, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Peraturan Perundang-Undangan
Indonesia, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2016 Tentang Paten, LN No. 176 Tahun 2016, TLN No. 5922
Indonesia, Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia, LN No. 168 Tahun 1999, TLN No. 3889
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.