• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURNAL. Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi Syarat-syarat Untuk. Memperoleh Gelar Sarjana Hukum. Oleh :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "JURNAL. Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi Syarat-syarat Untuk. Memperoleh Gelar Sarjana Hukum. Oleh :"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS MENGENAI PERJANJIAN PEMBORONGAN PEKERJAAN ANTARA BIRO PERLENGKAPAN DAN PENGELOLAAN ASET

SETDAPROVSU DENGAN PT. HARI JADI SUKSES

(STUDI PADA BIRO UMUM DAN PERLENGKAPAN SETDAPROVSU)

JURNAL

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi Syarat-syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh :

SITI AFRAH AFIFAH NIM: 140200473

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA BW

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(2)

ANALISIS MENGENAI PERJANJIAN PEMBORONGAN PEKERJAAN ANTARA BIRO PERLENGKAPAN DAN PENGELOLAAN ASET

SETDAPROVSU DENGAN PT. HARI JADI SUKSES

(STUDI PADA BIRO UMUM DAN PERLENGKAPAN SETDAPROVSU)

JURNAL

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi Syarat-syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh :

SITI AFRAH AFIFAH NIM: 140200473

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA BW

Disetujui Oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Rosnidar Sembiring, S.H., M.Hum Aflah, S.H., M.Hum NIP.196602021991032002 NIP.197005192002122002

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(3)

ABSTRACT Siti Afrah Afifah* Rosnidar Sembiring**

Aflah***

North Sumatera Provincial Government as an effort to realize improvements on infrastructure agency undertake the construction of Vehicle Parking Capacity Office of the Governor of North Sumatra on Jl. P. Diponegoro No. 30 Medan. In the construction of which acts as a job giver is the Bureau of Equipment and Asset Management Secretariat of the Province of North Sumatra which cooperates with PT.

Hari Jadi Sukses to act as a contractor. Implementation of development is set forth in the form of a written agreement known as the contract in contracting for work or the procurement contract of goods/services. The contract has been determined by the government in the form of a standard agreement whilst recalling building construction agreements including agreements containing public and orderly safety risks. In this thesis the problem that the writer raises is whether the process of implementing the charter agreement has been in accordance with the provisions of the law on job vacancy, how the rights and obligations of the parties and how the dispute settlement efforts against default in the implementation of the charter agreement.

Author did the research method through a normative juridical research method that is descriptive supported empirical research that is to complement the data only. Sources of data used are secondary data and primary data, secondary data comprised of primary legal materials, secondary legal materials and tertiary legal materials and supplemented by conducting field research to support secondary data by interviewing informants.

From the result of the research, the process of execution of the work contracting agreement has been in accordance with the applicable law provisions starting with the planning stage first, then conducted the process of public auction with post-qualification method and one cover method through announcement by the employer through LPSE (Electronic Procurement Service). In the execution of this employment contract agreement the parties have exercised their respective rights and obligations. In the event of a dispute over the default in the execution of the agreement, the settlement shall be conducted through a deliberation to reach a consensus. However, if unsuccessful, proceeding through BANI, if the method is unsuccessful, then the defaulted party may be subject to fines or sanctions in accordance with the provisions of the contract that the process may pass through the Medan District Court.

Keywords: Agreement, Contract In Contracting For Work.

Student of Faculty of Law University of North Sumatera

** Supervisor Lecturer I Faculty of Law University of North Sumatera

*** Supervisor Lecturer II Faculty of Law University of North Sumatera

(4)

ABSTRAK Siti Afrah Afifah* Rosnidar Sembiring**

Aflah***

Pemerintah Provinsi Sumatera Utara sebagai upaya mewujudkan perbaikan pada prasarana instansinya melakukan pembangunan Penambahan Kapasitas Parkir Kendaraan Roda 2 Kantor Gubernur Sumatera Utara di Jl. P. Diponegoro Nomor 30 Medan. Pada pembangunan tersebut yang bertindak sebagai pemberi pekerjaan adalah Biro Perlengkapan dan Pengelolaan Aset Sekretariat Daerah Provinsi Sumatera Utara yang melakukan kerjasama dengan PT. Hari Jadi Sukses untuk bertindak sebagai pemborong. Pelaksanaan pembangunan dituangkan dalam bentuk perjanjian tertulis yang dikenal dengan perjanjian pemborongan pekerjaan atau kontrak pengadaan barang/jasa. Kontrak telah ditentukan oleh pemerintah dalam bentuk suatu perjanjian standar sedangkan mengingat perjanjian pemborongan di bidang bangunan termasuk perjanjian yang mengandung risiko keselamatan umum dan tertib bangunan. Dalam skripsi ini permasalahan yang penulis angkat yaitu apakah proses pelaksanaan perjanjian pemborongan telah sesuai dengan ketentuan hukum tentang pemborongan pekerjaan, bagaimana hak dan kewajiban para pihak dan bagaimana upaya penyelesaian sengketa terhadap wanprestasi dalam pelaksanaan perjanjian pemborongan.

Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode penelitian yuridis normatif bersifat deskriptif yang didukung penelitian empiris yang sifatnya untuk melengkapi data saja. Sumber data yang digunakan adalah data sekunder dan data primer, data sekunder terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier serta ditambah dengan melakukan penelitian ke lapangan guna mendukung data sekunder dengan melakukan wawancara terhadap informan.

Dari hasil penelitian, proses pelaksanaan perjanjian pemborongan pekerjaan ini telah sesuai dengan ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku dimulai dengan tahap perencanaan terlebih dahulu, lalu dilakukan proses pelelangan umum dengan metode pascakualifikasi dan metode satu sampul melalui pengumuman oleh pemberi pekerjaan melalui LPSE (Layanan Pengadaan Secara Elektronik). Dalam pelaksanaan perjanjian pemborongan pekerjaan ini para pihak telah melaksanakan hak dan kewajibannya masing-masing. Apabila terjadi sengketa terhadap wanprestasi dalam pelaksanaan perjanjian maka penyelesaian dilakukan melalui musyawarah untuk mencapai mufakat. Namun apabila tidak berhasil, dilanjutkan melalui BANI, apabila cara tersebut tidak berhasil, maka pihak yang wanprestasi dapat dikenakan denda maupun sanksi sesuai ketentuan dalam kontrak yang prosesnya dapat melalui Pengadilan Negeri Medan.

Kata Kunci : Perjanjian, Pemborongan Pekerjaan.

* Mahasiswa, Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum USU

** Dosen Pembimbing I Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum USU

*** Dosen Pembimbing II Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum USU

(5)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pelaksanaan pembangunan berbagai infrastruktur di Indonesia yang dilakukan oleh pemerintah pada saat ini semakin berkembang pesat. Pada proses pembangunan tersebut pihak pemerintah tidak dapat bekerja sendiri, maka pemerintah memerlukan bantuan dari pihak lain, yakni dapat melibatkan masyarakat ataupun pihak swasta.

Dalam pelaksanaan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah dengan pihak swasta, pemerintah dapat bertindak sebagai pemberi pekerjaan (bouwheer) yang melakukan kerjasama dengan pihak swasta sebagai pemborong (aannemer). Dengan adanya kerjasama tadi maka masing-masing pihak akan memiliki hubungan hukum yang akan dituangkan dalam bentuk perjanjian tertulis yang dikenal dengan perjanjian pemborongan pekerjaan atau kontrak pengadaan barang/jasa apabila pemborongan dilakukan oleh pemerintah (overheidsopdrachten goederen).

Perjanjian pemborongan pekerjaan sendiri diatur di dalam Pasal 1601 KUH Perdata, di dalamnya mengatur mengenai jenis-jenis perjanjian untuk melakukan pekerjaan, yaitu persetujuan untuk melakukan jasa-jasa tertentu, persetujuan perburuhan dan persetujuan pemborongan pekerjaan.1 Adapun pengertian perjanjian pemborongan pekerjaan terdapat dalam Pasal 1601 b KUH Perdata yang menyebutkan pemborongan pekerjaan adalah persetujuan dengan mana pihak yang satu, si pemborong, mengikatkan diri untuk menyelenggarakan suatu pekerjaan bagi

1 R. Subekti, Aneka Perjanjian, cet. 11, Citra Aditya Bhakti, Bandung, 2014, hal. 57-58.

(6)

pihak lain, pihak yang memborongkan, dengan menerima suatu harga yang ditentukan.

Perlu ditegaskan bahwa ketentuan-ketentuan perjanjian pemborongan di dalam KUH Perdata bersifat pelengkap dan berlaku baik bagi perjanjian pemborongan pada proyek-proyek swasta maupun pemerintah. Bersifat pelengkap artinya ketentuan-ketentuan perjanjian pemborongan dalam KUH Perdata dapat digunakan oleh para pihak dalam perjanjian pemborongan atau para pihak dapat membuat sendiri ketentuan-ketentuan perjanjian pemborongan asal tidak dilarang oleh undang-undang, tidak bertentangan dengan ketertiban umum dan kesusilaan.2

Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dalam mewujudkan perbaikan pada prasarana instansinya telah berupaya melakukan berbagai kegiatan konstruksi, salah satunya dengan melakukan pembangunan penambahan kapasitas parkir kendaraan roda 2 kantor Gubernur Sumatera Utara di Jl. P. Diponegoro Nomor 30 Medan.

Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dalam hal ini yang bertindak sebagai pemberi pekerjaan adalah Biro Perlengkapan Dan Pengelolaan Aset Sekretariat Daerah Provinsi Sumatera Utara yang melakukan kerjasama dengan PT. Hari Jadi Sukses sebagai salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa konstruksi di kota Medan untuk bertindak sebagai pemborong.

Pembangunan yang dilaksanakan oleh PT. Hari Jadi Sukses tersebut diperoleh setelah memenangkan pelelangan (tender), kemudian diikuti dengan pembuatan dan pelaksanaan kontrak yang merupakan rangkaian yang tak dapat dipisahkan satu sama lain, sebab ketiga tahapan ini merupakan proses. Pada perkembangan saat ini, kontrak

2 F. X. Djumialdji, Hukum Bangunan sebagai Dasar-Dasar Hukum dalam Proyek dan Sumber Daya Manusia, Rineka Cipta, Jakarta, 1996, hal. 7.

(7)

oleh pemerintah belum bisa dikatakan sudah mencapai predikat adil dan seimbang bagi kedua belah pihak, karena dalam perjanjian pemborongan yang dilakukan dengan pemerintah, di dalam kontrak terkadang tidak mencakup kebebasan berkontrak, dimana perjanjian telah ditentukan oleh pemerintah dalam bentuk suatu perjanjian standar.

Di dalam perjanjian standar tersebut, klausula-klausula dalam kontrak telah dirancang sebelumnya oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) selaku pejabat yang bertanggung jawab atas pelaksanaan pengadaan barang/jasa tanpa melibatkan pihak pemborong. Pemborong yang telah memenangkan pelelangan proyek harus menerima klausula-klausula yang telah disiapkan oleh PPK dimana hal tersebut didasarkan pada Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 14 Tahun 2015 tentang E-Purchasing yang merupakan petunjuk teknis dari Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (Pepres Nomor 4/2015).

Melihat hal tersebut, penyedia barang dan jasa atau pemborong dihadapkan pada situasi take it or leave it. Manakala kontrak itu diterima maka syarat dan kondisi dalam kontrak berlaku dan mengikat sekalipun isinya berat sebelah.3 Maka umunya dipahami bahwa dalam kontrak pemerintah hubungan antara pemerintah dengan mitranya tidak berada dalam kedudukan yang seimbang (neben geordnet).

Pemerintah selalu mempunyai kedudukan yang lebih tinggi (untergeordnet).4

3 Y. Sogar Simamora, Hukum Kontrak (Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah di Indonesia), Kantor Hukum Wins & Partners, Surabaya, 2014, hal 16.

4 Ibid., hal. 15.

(8)

Di sisi lain dipahami bahwa kontrak oleh pemerintah ini merupakan spesies dari kontrak privat, maka seharusnya prinsip dan norma hukum dalam hukum kontrak berlaku bagi kontrak. Tetapi karena adanya faktor kepentingan umum dan terlibatnya anggaran negara dalam hal ini APBN/APBD, membuat kontrak pemerintah tunduk pada batasan-batasan tertentu baik yang terdapat dalam konstitusi maupun undang- undang.5

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk membahas perjanjian pemborongan tersebut dalam bentuk skripsi yang berjudul “Analisis Mengenai Perjanjian Pemborongan Pekerjaan antara Biro Perlengkapan dan Pengelolaan Aset Setdaprovsu dengan PT. Hari Jadi Sukses (Studi pada Biro Umum dan Perlengkapan Setdaprovsu)”

B. Permasalahan

Adapun yang menjadi permasalahan dalam skripsi ini antara lain sebagai berikut :

1. Apakah proses pelaksanaan perjanjian pemborongan pekerjaan antara Biro Perlengkapan dan Pengelolaan Aset Setdaprovsu dengan PT. Hari Jadi Sukses telah memenuhi ketentuan hukum tentang pemborongan pekerjaan?

2. Bagaimana pengaturan hak dan kewajiban para pihak dalam pelaksanaan perjanjian pemborongan pekerjaan antara Biro Perlengkapan dan Pengelolaan Aset Setdaprovsu dengan PT. Hari Jadi Sukses?

5 Ibid., hal. 14.

(9)

3. Bagaimana upaya penyelesaian sengketa terhadap wanprestasi dalam pelaksanaan perjanjian pemborongan pekerjaan antara Biro Perlengkapan dan Pengelolaan Aset Setdaprovsu dengan PT. Hari Jadi Sukses?

C. Tujuan Penulisan

Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan perjanjian pemborongan pekerjaan

antara Biro Perlengkapan dan Pengelolaan Aset Setdaprovsu dengan PT. Hari Jadi Sukses dengan ketentuan hukum yang berlaku.

2. Untuk mengetahui hak dan kewajiban para pihak dalam pelaksanaan perjanjian pemborongan pekerjaan antara Biro Perlengkapan dan Pengelolaan Aset Setdaprovsu dengan PT. Hari Jadi Sukses.

3. Untuk mengetahui upaya penyelesaian sengketa terhadap wanprestasi dalam pelaksanaan perjanjian pemborongan pekerjaan antara Biro Perlengkapan dan Pengelolaan Aset Setdaprovsu dengan PT. Hari Jadi Sukses.

D. Metode Penelitian

Metodologi penelitian adalah sebuah materi pengetahuan untuk mendapatkan pengertian yang lebih dalam mengenai langkah-langkah penelitian.6 Adapun penelitian merupakan terjemahan dari bahasa Inggris, yaitu research yang memiliki arti mencari kembali, dimana yang dicari adalah pengetahuan atau pengetahuan yang benar.7

6 Syahrum dan Salim, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Cipta Pustaka Media, Bandung, 2013, hal. 37.

7 Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hal. 1.

(10)

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode-metode tertentu sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dipergunakan dalam menyelesaikan skripsi adalah penelitian yuridis normatif yang didukung dengan penelitian empiris yang sifatnya untuk melengkapi data saja. Penelitian yuridis normatif, yaitu upaya mempelajari aturan hukum seperti apa yang tertulis. Sedangkan penelitian empiris, yaitu penelitian yang menitikberatkan perilaku individu atau masyarakat dalam kaitannya dengan hukum yang berlaku.8

2. Sifat Penelitian

Sifat dari penelitian dalam skripsi ini yaitu deskriptif analitis, yakni penelitian yang menggambarkan, menelaah, menjelaskan dan menganalisis peraturan hukum.9 Sehingga peraturan hukum dalam penelitian ini dapat dianalisis dengan tepat sesuai dengan tujuan penelitian ini.

3. Sumber Data

Penelitian ini menitik beratkan pada penggunaan data sekunder sebagai penyalur kelengkapan data. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari bahan-bahan pustaka dan peraturan perundang-undangan. Sedangkan data primer diperlukan sebagai pendukung data sekunder sebab data primer diperoleh langsung dari informan dalam bentuk wawancara.

8 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2010, hal 87.


9 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif : Suatu Tinjauan Singkat, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2009, hal. 10.

(11)

Data sekunder yang diperoleh tadi, disusun secara sistematis dan kemudian dianalisis secara yuridis untuk memperoleh gambaran tentang pokok permasalahan. Adapun data sekunder adalah data yang terdiri dari :

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer merupakan segala peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan oleh pejabat yang memiliki otoritas sehingga bersifat mengikat, yang terdiri dari : KUH Perdata, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Kontruksi, Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 tentang Perubahan Keempat atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dan Perka LKPP Nomor 14 Tahun 2015 tentang E-Purchasing.

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder adalah semua publikasi tentang hukum yang meliputi, buku, jurnal-jurnal, karya ilmiah, hasil-hasil penelitian dan bahan lainnya yang dapat dan berfungsi untuk memberikan penjelasan lebih lanjut atas bahan hukum primer10

c. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier yaitu bahan informasi hukum yang dijadikan sebagai penunjang dalam penelusuran Bahan Hukum Sekunder seperti kamus hukum, bibliografi, internet dan ensiklopedia.11

4. Tehnik Pengumpulan Data

10 Ibid., hal. 13.

11 Ibid.

(12)

Tehnik pengumpulan data dilakukan dengan cara :

a. Penelitian kepustakaan (Library Research) yaitu penulis mencari dan mengumpulkan serta mempelajari informasi sebanyak-banyaknya dengan melakukan penelitian terhadap peraturan perundang-undangan, buku-buku karangan para sarjana dan ahli hukum serta situs internet yang berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam penulisan skripsi ini.

b. Penelitian Lapangan (Field Research) yaitu penelitian yang dilakukan dalam bentuk wawancara dengan Bapak Denny Setiawan, S.T. selaku Panitia Pengadaan Barang/Jasa Ketua Kelompok Kerja Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa Biro Umum dan Perlengkapan Setdaprovsu sebagai alat pengumpul data sekunder untuk melengkapi bahan yang diperoleh dalam penelitian kepustakaan di atas.

5. Analisis Data

Analisis data yang penulis lakukan adalah menggunakan analisis data kualitatif, yaitu upaya yang dilakukan oleh sasaran penelitian yang bersangkutan secara tertulis atau lisan berdasarkan perilaku nyata dan memilah-milah data tersebut menjadi satuan yang dapat dikelola.12 Data-data yang diperoleh dari bahan hukum primer berupa peraturan-peraturan hukum yang mengikat dan data dari lapangan sebagai data pendukung berupa hasil wawancara terhadap informan akan dianalisis secara keseluruhan, dengan ditulis dalam bentuk uraian yang terperinci, kemudian disusun agar lebih sistematis, sehingga dapat ditarik kesimpulan.

12 Suratman & H.Philips Dillah, Metode Penelitian Hukum, Alfabeta, Bandung, 2013, hal.

146.

(13)

BAB II PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Perjanjian Pemborongan Pekerjaan antara Biro Perlengkapan Dan Pengelolaan Aset Setdaprovsu dengan PT. Hari Jadi Sukses

Suatu rencana pengadaan terlebih dahulu akan melihat dari sisi kebutuhan akan barang maupun jasa tertentu dalam K/L/D/I dan instansi terkait lainnya.

Setelahnya proses akan bergulir ke pihak DPR/DPRD untuk ditinjau kembali apakah kebutuhan tersebut telah memenuhi syarat untuk diadakan. Selanjutnya menyusun rencana penganggaran, menetapkan kebijakan umum, penyusunan kerangka acuan kerja pengadaan barang dan jasa, lalu pengumuman rencana umum pengadaan barang dan jasa pemerintah.13

Dalam kontrak penambahan kapasitas parkir kendaraan roda 2 di Kantor Gubernur Sumatera Utara pemilihan penyedia pekerjaan melalui metode pelelangan umum diumumkan di website Pemerintah Daerah, papan pengumuman resmi untuk masyarakat, dan Portal Pengadaan Nasional melalui Layanan Pengadaan Sistem Elektronik (LPSE) sesuai ketentuan Pasal 36 ayat (3) Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015. Berdasarkan Pasal 57 huruf d, menerangkan bahwa pelelangan umum untuk pemilihan penyedia barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya dengan pascakualifikasi, metode satu sampul yang meliputi kegiatan:14

1) pengumuman;

2) pendaftaran dan pengambilan Dokumen Pengadaan;

3) pemberian penjelasan;

13 Marzuqi Yahya & Endah Fitri Susanti, Buku Pintar Pengadaan Barang & Jasa Pemerintah, Laskar Aksara, Jakarta, 2012, hal 47.

14 Hasil wawancara dengan Bapak Denny Septiawan, S.T. sebagai Ketua Pokja ULP Provinsi Sumatera Utara Tahun Anggaran 2015, tanggal 27 November 2017, pukul 13.15 WIB.

(14)

4) pemasukan Dokumen Penawaran;

5) pembukaan Dokumen Penawaran;

6) evaluasi penawaran;

7) evaluasi kualifikasi;

8) pembuktian kualifikasi;

9) pembuatan Berita Acara Hasil Pelelangan;

10) penetapan pemenang;

11) pengumuman pemenang;

12) sanggahan; dan

13) sanggahan Banding (apabila diperlukan).

Pengumuman e-Lelang Umum Pascakualifikasi dilakukan tanggal 30 April 2015 melalui website LPSE Provinsi Sumatera Utara. Pengumuman tersebut merupakan tuntutan peraturan perundang-undangan yakni Pasal 25 Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 tentang Perubahan Keempat atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang harus dipenuhi untuk mewujudkan prinsip-prinsip pengadaan yang transparan, efektif efesien, terbuka, bersaing, akuntabel serta adil, sebab hal ini juga yang menjadi latar belakang terbentuknya LPSE.15 Selanjutnya dalam Pasal 25 ayat (2) menyatakan pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1), paling kurang berisi:

a. nama dan alamat Pengguna Anggaran;

b. paket pekerjaan yang akan dilaksanakan;

c. lokasi pekerjaan; dan d. perkiraan besaran biaya.

Pengumuman tersebut dilakukan oleh Pokja ULP. Proses pendaftaran dan pengambilan dokumen dapat dilakukan pada portal LPSE secara online yang dapat

15 H. Purwosusilo, Aspek Hukum Pengadaan Barang dan Jasa, Kencana, Jakarta, 2014, hal.

257.

(15)

berupa file atau unggah melalui website Satuan Kerja Perangkat Daerah. Pada tahap ini diberikan waktu dari tanggal 30 April 2015 sampai 7 Mei 2015, jumlah perusahaan mendownload ada 24 (perusahaan). Selanjutnya dilakukan pemberian penjelasan secara online melalui aplikasi perangkat lunak Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE).

Kumpulan tanya jawab pada saat pemberian penjelasan dalam aplikasi SPSE merupakan Berita Acara Pemberian Penjelasan (BAPP) yakni dengan Nomor:

01/BAPP/KONS/POKJA 23-B/ULP/2015 Tanggal 4 Mei 2015. Selanjutnya diadakan pemasukan penawaran dalam bentuk file yang harus ditandatangani secara elektronik oleh pimpinan/direktur perusahaan atau pihak yang berwenang. Dalam proses pengajuan penawaran sesuai Pasal 67 Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015, masing-masing calon penyedia barang/jasa juga harus menyampaikan surat jaminan penawaran guna mencegah adanya tindakan penyedia yang melanggar prosedur pengadaan yang ditetapkan peraturan perundang-undangan.16

Setelah masa penyampaian dokumen penawaran, dilanjutkan tahap pembukaan dokumen penawaran yang telah disampaikan oleh semua peserta oleh Pokja ULP menggunakan sistem pengamanan aplikasi dokumen (Apendo/Spamkodok). Setelahnya masuk ke tahap evaluasi penawaran meliputi evaluasi administrasi, evaluasi teknis, evaluasi harga dan evaluasi kualifikasi yang dinilai dengan mengacu pada metode dan tata cara yang telah ditetapkan dalam dokumen pemilihan penyedia barang/jasa.17 Lalu masuk ke pembuktian kualifikasi,

16 Hasil wawancara dengan Bapak Denny Septiawan, S.T. sebagai Ketua Pokja ULP Provinsi Sumatera Utara Tahun Anggaran 2015, tanggal 27 November 2017, pukul 13.15 WIB.

17 Y. Sogar Simamora, Op. Cit., hal. 143.

(16)

yakni pembuktian terhadap peserta yang memenuhi persyaratan kualifikasi dilakukan dengan melihat keaslian dokumen. Penawaran yang dinyatakan lulus sampai pembuktian kualifikasi adalah PT. Hari Jadi Sukses dan PT. Anugerah Al-Hikmah.

Setelah tahap evaluasi, panitia membuat kesimpulan dari hasil evaluasi adminstrasi, teknis dan harga untuk dituangkan dalam Berita Acara Hasil Pelelangan (BAHP). Proses berikutnya adalah penetapan pemenang dengan ukuran penawaran memenuhi syarat administrasi teknis, perhitungan harga yang ditawarkan adalah terendah yang responsive dan telah menggunakan semaksimal mungkin hasil produksi dalam negeri. Setelahnya, PPK menerbitkan Surat Penunjukan Penyedia Barang Jasa (SPPBJ) sebagai pelaksana pekerjaan yang dilelangkan. SPPBJ tidak akan diterbitkan jika terdapat sanggahan dari peserta lelang.18

Berdasarkan hasil evaluasi administrasi, teknis, harga dan kualifikasi serta telah dilakukan pembuktian kualifikasi maka Pokja memutuskan peserta yang memenuhi syarat sebagai calon pemenang seleksi serta calon pemenang cadangan 1 adalah berdasarkan surat keputusan POKJA 23-B Unit Layanan Pengadaan Setdaprovsu No. 01/PTP/KONS/POKJA-023B/ULP/2015 yaitu :

Pemenang


Nama Perusahaan : PT. Hari Jadi Sukses

Alamat
 : JL. Turi No. 68-AA Kelurahan Sudirejo I Kec.

Medan Kota

NPWP 
 : 02.201.144.9-122.000

Harga Penawaran Terkoreksi : Rp. 5.894.110.000,- (termasuk PPN)

18 Ibid.

(17)

Pemenang Cadangan I


Nama Perusahaan
 : PT. Anugerah Al-Hikmah

Alamat
 : Jl. Gatot Subroto Kompleks MBC Blok D No. 24

Kel. Lalang Medan Sunggal

NPWP : 02.759.414.2-112.000

Harga Penawaran Terkoreksi : Rp. 5.956.105.000,- (termasuk PPN)

Pada pelaksanaan kontrak ini tidak ada peserta yang melakukan sanggahan sampai masa sanggah berakhir sehingga dapat dilakukan penetapan pemenang, Pokja ULP menyampaikan Berita Acara Hasil Pelelangan (BAHP) kepada PPK dengan tembusan kepada Kepala ULP sebagai dasar untuk menerbitkan Surat Penunjukan Penyedia/Jasa (SPPBJ).19 Penetapan pemenang dibuat dalam Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa Nomor : 027/01/SPPBJ/PU-JK/RK/2015 tertanggal 27 Mei 2015 yang isinya menunjuk pemenang pelelangan untuk melaksanakan Paket Pekerjaan Penambahan Kapasitas Parkir Kendaraan Roda 2 Kantor Gubernur Sumatera Utara Jalan P. Diponegoro No. 30 Medan kepada PT. Hari Jadi Sukses.

Setelah SPPBJ diterbitkan, PPK melakukan finalisasi terhadap rancangan kontrak dan menandatangani kontrak pelaksanaan pekerjaan. Penandatanganan kontrak dilakukan setelah penyedia menyerahkan Jaminan Pelaksanaan. Dengan adanya penandatanganan kontrak maka kontrak telah menjadi sah dan mengikat secara yuridikal bagi pihak-pihak yang membuat kontrak.20

Setelah penandatangan kontrak dilaksanakan, maka Biro Perlengkapan dan

19 Hasil wawancara dengan Bapak Denny Septiawan, S.T. sebagai Ketua Pokja ULP Provinsi Sumatera Utara Tahun Anggaran 2015, tanggal 27 November 2017, pukul 13.15 WIB.

20 H. Purwosusilo, Op. Cit., hal. 292.

(18)

Pengelolaan Aset Setdaprovsu selaku Pengguna Barang/Jasa menyerahkan Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) Nomor : 027/01/SPMK/PU-JK/RK/2015 kepada PT.

Hari Jadi Sukses. Dalam SPMK ditentukan bahwa pekerjaan dimulai selambat- lambatnya tiga hari kerja sejak SPMK tersebut diserahkan dan diselesaikan dalam waktu 180 (seratus delapan puluh) hari kalender dan pekerjaan harus sudah selesai pada hari Jumat tanggal 27 November 2015, dengan masa pemeliharaan pekerjaan dilaksanakan selama 180 (seratus delapan puluh) hari kalender.

Berdasarkan penjelasan di atas, prosedur dan pelaksanaan perjanjian telah sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 tentang Perubahan Keempat atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Sedangkan mengenai pelaksanaan perjanjian pemborongan yang diatur dalam KUH Perdata terdapat dalam beberapa pasal, diantaranya Pasal 1605 KUH Perdata, menyatakan pemborong yang memberikan bahan dan melaksanakan pekerjaan, apabila pekerjaan musnah sebelum diserahkan pihak yang memborongkan (pemerintah) kerugian akan ditanggung pemborong kecuali memang pihak yang memborongkan lalai menerima pekerjaan, hal ini sesuai dengan penjelasan angka 59 mengenai Pembayaran Denda pada SSUK bahwa penyedia berkewajiban untuk membayar sanksi finansial berupa denda sebagai akibat wanprestasi atau cidera janji terhadap kewajiban-kewajiban penyedia dalam kontrak ini.

Dalam pembayaran prestasi pekerjaan, diatur di SSKK dengan cara termin artinya pembayaran berdasarkan tahap pelaksanaan pekerjaan (bertahap), hal ini diperbolehkan sebab pada Pasal 1608 KUH Perdata memperbolehkan pekerjaan dikerjakan sebagian demi sebagian. Serta mengacu pada Pasal 89 Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015.

(19)

Dalam pelaksanaan pekerjaan, pihak pemborong lah yang harus bertanggung jawab atas perbuatan-perbuatan orang yang dipekerjakan olehnya sesuai ketentuan Pasal 1613 KUH Perdata, ketentuan ini juga mengacu pada Pasal 1367 KUH Perdata.

Hal tersebut telah ditegaskan dalam SSUK pada angka 48 mengenai Penanggungan dan Risiko bahwa penyedia bertangung jawab atas cidera tubuh, sakit atau kematian personilnya dan kehilangan atau kerusakan harta benda, cidera tubuh, sakit atau kematian pihak ketiga.21

Dalam pelaksanaan kontrak ini terdapat suatu perubahan kontrak, perubahan kontrak hanya dapat diubah melalui addendum kontrak. Perubahan yang dilakukan mengenai nilai kontrak, yakni dari nilai kontrak awal sebesar Rp. 5.894.110.000,- menjadi Rp. 5.863.970.000,- dimana perubahan itu hanya dapat dilaksanakan apabila disetujui oleh para pihak. Perubahan kontrak diatur dalam SSUK angka 34 mengenai Perubahan Nilai Kontrak diperbolehkan akibat adanya perubahan pekerjaaan perubahan jadwal pelaksanaan pekerjaan dan/atau penyesuaian harga. Dalam kontrak ini perubahan dilakukan karena setelah dilakukan rekayasa lapangan dengan melakukan pengelupasan permukaan tanah ternyata ada sebagian kondisi lapangan yang tidak memungkinkan dilakukan pemancangan. Addendum ini telah dibuat dengan Surat Perjanjian Kerja Konstruksi Harga Satuan No. 027/02/AD/PU- JK/RK/2015. Pembuatan addendum tersebut sesuai dengan ketentuan Pasal 1610 KUH Perdata. Berdasarkan uiraian di atas, dapat dikatakan pelaksanaan telah sesuai dengan ketentuan dalam KUH Perdata.

21 Hasil wawancara dengan Bapak Denny Septiawan, S.T. sebagai Ketua Pokja ULP Provinsi Sumatera Utara Tahun Anggaran 2015, tanggal 27 November 2017, pukul 13.15 WIB.

(20)

B. Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Pelaksanaan Perjanjian Pemborongan Pekerjaan antara Biro Perlengkapan Dan Pengelolaan Aset Setdaprovsu dengan PT. Hari Jadi Sukses

Dengan mengingat ketentuan-ketentuan mengenai perjanjian pemborongan yang terdapat dalam KUH Perdata hanya bersifat pelengkap, maka hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian pemborongan bisa diatur terperinci yang berdasarkan asas kebebasan berkontrak. Adapun hak dan kewajiban antara Biro Perlengkapan dan Pengelolaan Aset Setdaprovsu dengan PT. Hari Jadi Sukses dapat dilihat dalam surat perjanjian Nomor: 027/01/SP/PU-JK/RK/2015 tanggal 28 Mei 2015, sebagai berikut : 1. Hak dan Kewajiban Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) diatur dalam SSUK huruf

D No. 45 angka 1, antara lain :

Hak Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) yaitu :

a. meminta laporan-laporan secara periodik mengenai pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh penyedia;

b. mengenakan denda keterlambatan (apabila ada);

c. mengawasi dan memeriksa pekerjaan yang dilaksanakan oleh penyedia;

d. mengusulkan penetapan sanksi Daftar Hitam kepada PA/KPA (apabila ada);

Kewajiban Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) yaitu :

a. membayar pekerjaan sesuai dengan harga yang tercantum dalam kontrak yang telah ditetapkan kepada penyedia;

b. memberikan fasilitas berupa sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh pihak penyedia untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan sesuai ketentuan kontrak;

c. membayar uang muka (apabila diberikan);

d. memberikan instruksi sesuai jadwal;

e. membayar ganti rugi karena kesalahan yang dilakukan KPA;

2. Hak dan Kewajiban Penyedia diatur dalam SSUK huruf C No. 61, antara lain : Hak Penyedia yaitu :

a. menerima pembayaran sesuai pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan harga yang telah ditentukan dalam kontrak;

(21)

b. berhak meminta fasilitas-fasilitas dalam bentuk sarana dan prasarana dari KPA untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan sesuai ketentuan kontrak;

Kewajiban Penyedia antara lain :

a. melaporkan pelaksanaan secara periodik kepada KPA;

b. melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan jadwal pelaksanaan pekerjaan yang telah ditetapkan dalam kontrak;

c. melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan secara cermat, akurat dan penuh tanggung jawab dengan menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan, angkutan ke atau dari lapangan dan segala pekerjaan permanen maupun sementara yang diperlukan untuk pelaksanan, penyelesaian dan perbaikan pekerjaan yang dirinci dalam kontrak;

d. memberikan keterangan-keterangan yang diperlukan untuk pemeriksaan pelaksanaan yang dilakukan KPA;

e. meyerahkan hasil pekerjaan sesuai dengan jadwal penyerahan pekerjaan yang telah ditetapkan dalam kontrak;

f. mengambil langkah-langkah yang cukup memadai untuk melindungi lingkungan tempat kerja dan membatasi perusakan dan gangguan kepada masyarakat maupun miliknya akibat kegiatan penyedia;

Dalam Pasal 3 b Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi menyatakan bahwa salah satu tujuan pengaturan jasa konstruksi adalah mewujudkan tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi yang menjamin kesetaraan kedudukan antara pengguna jasa dan penyedia jasa dalam hak dan kewajiban, serta meningkatkan kepatuhan pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Berdasarkan peraturan tersebut, seharusnya kedudukan antara penyedia dan KPA haruslah setara ataupun sejajar. Namun opini yang selama ini ada, kedudukan KPA selaku pengguna jasa lebih tinggi daripada pihak penyedia sebab pemerintah lah yang membuat kontrak tersebut berdasarkan peraturan yang ada sedangkan penyedia hanya tinggal menandatanganinya.

Menurut salah satu panitia pengadaan barang/jasa pada Biro Perlengkapan dan Pengelolaan Aset Setdaprovsu, kedudukan penyedia jasa dan pengguna jasa idealnya

(22)

sudah seimbang sebab pada surat perjanjian di bagian mengingat terdapat poin bahwa para pihak telah menandatangai kontrak setelah meneliti secara patut dan dengan menandatangani kontrak maka para pihak sudah menyetujui isi kontrak tersebut. Jadi jika ada poin yang tidak penyedia terima, maka penyedia dapat tidak mendatangani kontrak tersebut.22

C. Upaya Penyelesaian Sengketa terhadap Wanprestasi dalam Pelaksanaan Perjanjian Pemborongan Pekerjaan antara Biro Perlengkapan Dan Pengelolaan Aset Setdaprovsu dengan PT. Hari Jadi Sukses

Pengenaan denda dan ganti rugi kepada pihak yang melakukan wanprestasi harus didahului dengan teguran dari pihak lawan. Namun jika terjadi perselisihan atau sengketa mengenai penetapan wanprestasi tadi, maka para pihak dalam kontrak dapat melakukan suatu musyawarah untuk mencapai mufakat.23

Sengketa konstruksi yang dimaksud disini adalah sengketa di bidang perdata yang menurut Pasal 5 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 dapat diselesaikan melalui Arbitrase atau Alternatif Penyelesaian Sengketa.24

Dalam SSKK huruf R tentang penyelesaian perselisihan dijelaskan bahwa jika perselisihan para pihak mengenai pelaksanaan kontrak tidak dapat diselesaikan secara damai maka para pihak menetapkan lembaga penyelesaian perselisihan tersebut di bawah sebagai Pemutus Sengketa ialah Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI)

22 Hasil wawancara dengan Bapak Denny Septiawan, S.T. sebagai Ketua Pokja ULP Provinsi Sumatera Utara Tahun Anggaran 2015, tanggal 27 November 2017, pukul 13.15 WIB.

23 Hasil wawancara dengan Bapak Denny Septiawan, S.T. sebagai Ketua Pokja ULP Provinsi Sumatera Utara Tahun Anggaran 2015, tanggal 27 November 2017, pukul 13.15 WIB.

24 Nazarkhan Yasin, Klaim Konstruksi dan Penyelesaian Sengketa Konstruksi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2004, hal. 83.

(23)

yang keputusannya mengikat kedua belah pihak yang bersengketa sebagai keputusan tingkat pertama dan terakhir. Para pihak setuju bahwa jumlah arbitrator adalah 3 (tiga) orang. Masing-masing pihak harus menunjuk seorang arbitrator dan kedua arbitrator yang ditunjuk oleh para pihak akan memilih arbitrator ketiga yang akan bertindak sebagai pimpinan arbitrator. Hal ini sesuai dengan Pasal 94 Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015.

Dalam pelaksanaan perjanjian jasa pemborongan penambahan kapasitas parkir kendaraan roda 2 kantor Gubernur Sumatera Utara, walaupun telah terjadi perubahan harga kontrak, tetapi tidak dapat dikatakan telah terjadi wanprestasi maupun sengketa karena adanya addendum kontrak dan jangka waktu pelaksanaannya tidak melebihi jangka waktu pelaksanaan yang terdapat dalam SSKK.

(24)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari apa yang penulis uraikan dalam bab–bab sebelumnya, maka penulis mengemukakan kesimpulan sebagai berikut :

1. Proses pelaksanaan perjanjian pemborongan pekerjaan Penambahan Kapasitas Parkir Kendaraan Roda 2 Kantor Gubernur Sumatera Utara antara Biro Perlengkapan dan Pengelolaan Aset Setdaprovsu dengan PT. Hari Jadi Sukses telah sesuai dengan ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku baik dalam KUH Perdata maupun Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah yang dimulai dengan tahap perencanaan terlebih dahulu sebelum kontrak dapat dilaksanakan, lalu dilakukan proses pelelangan umum dengan metode pascakualifikasi dan metode satu sampul melalui pengumuman oleh pemberi pekerjaan dengan memanfaatkan teknologi informasi berupa LPSE sebagai sarana penyelenggaraan sistem pelayanan pengadaan barang/jasa pemerintah secara elektronik guna pemilihan pemborong dalam proyek tersebut. Dari tahap pelelangan hingga pelaksanaan pekerjaan diselesaikan dengan tepat waktu sesuai dengan kontrak.

2. Hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian pemborongan pekerjaan antara lain, Biro Perlengkapan dan Pengelolaan Aset Setdaprovsu selaku pemberi pekerjaan berkewajiban melakukan pembayaran sesuai harga yang tercantum

(25)

dalam kontrak, memberikan fasilitas sarana dan prasarana yang dibutuhkan pemborong dalam pelaksanaan kontrak, memberikan instruksi sesuai jadwal dan membayar ganti rugi karena kesalahan yang dilakukan pemberi pekerjaan apabila ada. Adapun hak Biro Perlengkapan dan Pengelolaan Aset Setdaprovsu yaitu meminta laporan-laporan secara periodik mengenai pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh penyedia, mengawasi dan memeriksa pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan penyedia atau pemborong, mengenakan denda keterlambatan apabila ada, mengusulkan penetapan sanksi Daftar Hitam kepada PA/KPA apabila ada.

Sedangkan PT. Hari Jadi Sukses sebagai pihak penyedia berkewajiban melaporkan pelaksanaan pekerjaan secara periodik, melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan seusai jadwal yang ditetapkan dalam kontrak dengan penuh tanggung jawab, memberikan keterangan-keterangan dalam pemeriksaan pelaksanaan, menyerahkan hasil pekerjaan sesuai jadwal yang ditetapkan, mengambil langkah- langkah yang memadai untuk melindungi lingkungan tempat kerja dan berhak menerima pembayaran atas pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan harga yang telah ditentukan dan berhak meminta fasilitas-fasilitas dalam bentuk sarana dan prasarana dari KPA untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan. Dalam pelaksanaan kontrak para pihak melaksanakan kewajibannya dengan baik sehingga tidak menimbulkan suatu hambatan.

3. Penyelesaian sengketa terhadap wanprestasi dalam pelaksanaan perjanjian dilakukan melalui musyawarah untuk mencapai mufakat. Namun, apabila tidak berhasil, penyelesaian sengketa dapat dilakukan melalui BANI dengan pembentukan Panitia Arbitrase dimana arbitrator berjumlah tiga orang yang masing-masing pihak menunjuk arbitrator sendiri, lalu kedua arbitrator yang

(26)

ditunjuk oleh para pihak akan memilih arbitrator ketiga sebagai pimpinan mereka.

Apabila cara tersebut tidak berhasil, maka kepada pihak yang wanprestasi dapat dikenakan denda maupun sanksi sesuai ketentuan dalam kontrak yang mana prosesnya dapat melalui pengadilan.

B. Saran

1. Kepada pemborong sebaiknya berperan aktif dalam proses pelaksanaan perjanjian pemborongan dengan menanyakan hal-hal apa yang tidak dimengerti, terutama pada tahap aanwijzing (penjelasan) maupun proses pelelangan, sehingga pemborong tidak mengalami kesulitan dalam pelaksanaan perjanjian nantinya, dapat memahami klausula-klausula yang terdapat dalam kontrak karena mengingat kontrak pengadaan barang/jasa pemerintah dibuat dalam bentuk kontrak baku dimana pihak pemborong hanya tinggal menandatangani kontrak yang telah disediakan oleh instansi terkait.

2. Kepada pihak yang memborongkan pekerjaan sebaiknya memberikan penjelasan yang lengkap kepada pemborong tentang bagaimana proses pelaksanaan perjanjian dengan prinsip iktikad baik agar tercipta keseimbangan dalam kontrak demi tercapainya prinsip pengadaan barang/jasa pemerintah yang efisien dan efektif transparan, terbuka, bersaing, adil atau tidak diskriminatif, dan akuntabel sesuai sesuai Pasal 5 Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015.

(27)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Ali, Zainuddin, 2009, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta.

Djumialdji, F.X., 1996, Hukum Bangunan sebagai Dasar-Dasar Hukum dalam Proyek dan Sumber Daya Manusia, Rineka Cipta, Jakarta.

Purwosusilo, H., 2014, Aspek Hukum Pengadaan Barang dan Jasa, Kencana, Jakarta.

Marzuki, Peter Mahmud, 2010, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

Simamora, Y. Sogar, 2014, Hukum Kontrak (Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah di Indonesia), Kantor Hukum Wins & Partners, Surabaya.

Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, 2009, Penelitian Hukum Normatif : Suatu Tinjauan Singkat, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Subekti, R., 2014, Aneka Perjanjian, cet. 11, Citra Aditya Bhakti, Bandung.

Suratman & H. Philips Dillah, 2013, Metode Penelitian Hukum, Alfabeta, Bandung.

Syahrum dan Salim, 2013, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Cipta Pustaka Media, Bandung.

Yahya, Marzuqi & Endah Fitri Susanti, 2012, Buku Pintar Pengadaan Barang & Jasa Pemerintah, Laskar Aksara, Jakarta.

Yasin, Nazarkhan, 2004, Klaim Konstruksi dan Penyelesaian Sengketa Konstruksi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

B. Peraturan Perundang-Undangan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Kontruksi

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

Referensi

Dokumen terkait

Kelemahan dalam pasal ini adalah, tidak disebutkannya bentuk perjudian apa yang diperbolehkan tersebut, ataukah sama bentuk perjudian sebagaimana yang

memperoleh kompensasi atas kerugian yang diderita maka konsumen dapat menuntut pertanggungjawaban secara perdata kepada pelaku usaha. Terdapat dua bentuk pertanggungjawaban

Sumber data dalam penelitian ini adalah hasil wawancara dengan Bapak Ahmad Tarkalil sebagai Kepala Bagian Humas yang dilaksanakan pada 28 Oktober 2019 dan data

Tujuan penelitian ini adalah memperkenalkan metoda uji small punch untuk studi awal sifat-sifat mekanik material meliputi kuat luluh, kuat tarik, temperatur transisi ulet ke

Meskipun hak ulayat diatur dalam UUPA, pihak Keraton tidak memilih status hak ulayat sebab melalui hak ulayat Keraton hanya bisa memberikan tanah dalam jangka waktu tertentu

Dari data hasil penelitian pada siklus I pertemuan ke 2 dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan metode pengajaran berbasis proyek/tugas diperoleh nilai rata-rata

Hari Jadi Sukses telah sesuai dengan ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku baik dalam KUH Perdata maupun Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 tentang Perubahan Keempat

Meskipun Koperasi Kredit Harapan Kita Kota Medan adalah Koperasi yang masih menimbulkan faktor kekeluargaan, Koperasi Harapan Kita Kota Medan lebih ,mengambil