• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLA INTERAKSI SOSIAL ANTAR PEDAGANG KAKI LIMA DI KAWASAN DANAU SITU GINTUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "POLA INTERAKSI SOSIAL ANTAR PEDAGANG KAKI LIMA DI KAWASAN DANAU SITU GINTUNG"

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Disusun oleh:

RUDYANSYAH JAMAL NIM : 11160150000052

PROGRAM STUDI TADRIS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2021 M/1441 H

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i

Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Uin Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini tentang interaksi sosial yang ada di masyarakat khususnya pedagang kaki lima, dimana banyak fenomena permasalahan pedagang kaki lima karena adanya interaksi langsung antar pedagang maupun dengan pihak lain seperti pemerintah dan masyarakat setempat. Dengan demikian penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pola interaski sosial yang terjadi antar para pedagang kaki lima di kawasan Danau Situ Gintung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kualitatif deksriptif.Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu teknik purposive sampling yang teknik pengambilan datanya dengan pertimbangan teretntu. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. subjek dari penelitian ini adalah para pedagang kaki lima di Kawasan Danau Situ Gintung. Teknik keabsahan data menggunakan Teknik triangulasi sumber. Teknik analisis data menggunakan model analisis interaktif yang terdiri dari reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukan bahwa pola interaksi sosial yang terjadi antar pedagang di pengaruhi dari beberapa aspek yaitu, kedekatan lapak, kedekatan tempat tinggal, kesamaan nasib, kesamaan profesi, serta kontak dan komunikasi antar pedagang.

Kata Kunci : Interaksi Sosial, Pedagang Kaki Lima, Danau Situ Gintung

(7)

ii

Sciences Tadris, Faculty of Tarbiyah and Teacher Training, Uin Syarif Hidayatullah Jakarta.

This research is about social interactions that exist in the community, especially street vendors, where there are many phenomena of street vendor problems due to direct interactions between traders and with other parties such as the government and local communities. Thus, this study aims to determine how the patterns of social interaction that occur between street vendors in the Situ Gintung Lake area. The method used in this research is descriptive qualitative.

The sampling technique used is the purposive sampling technique, which is the data collection technique with certain considerations. Data collection techniques in this study were observation, interviews, and documentation. the subjects of this study were street vendors in the Lake Situ Gintung area. The data validity technique used source triangulation technique. The data analysis technique uses an interactive analysis model consisting of data reduction, data presentation, and drawing conclusions. The results showed that the pattern of social interaction that occurred between traders was influenced by several aspects, namely, the proximity of the stall, the proximity of the residence, the similarity of fate, the similarity of the profession, as well as contact and communication between traders.

Keywords: Social Interaction, Street Vendors, Situ Gintung Lake

(8)

iii

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Pola Interaksi Sosial Antar Pedangang Kaki Lima Di Kawasan Danau Situ Gintung” dapat terselesaikan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana.

Shalawat dan salam saya ucapkan kepada nabi besar Muhammad SAW, yang telah membawa kebajikan dan tuntunan berkehidupan di dunia, sehingga kita dapat melihat indahnya dunia hingga saat kini.

Selanjutnya penulis ucapkan banyak terimakasih kepada kedua orang tua tercinta, Bapak M. Agus Jamal dan Ibu Suryanah serta keluarga yang tak henti- hentinya memberikan semangat, motivasi serta masukan-masukan yang berguna selama proses perkuliahan, serta sahabat-sahabat yang sangat saya cintai yang tiada lelah untuk saling mengingatkan untuk kemajuan serta sebagai penyemangat saat sedang malas.

Penulis sadar bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan yang harus disempurnakan dan penuh hambatan yang harus dilalui. Tanpa dukungan dari seluruh pihak yang telah membantu pastinya skripsi ini tidak dapat terselesaikan. Oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada:

1. Dr. Sururin, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial dan Bapak Andri Noor Ardiansyah, M.Si, selaku Sekertaris Jurusan Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Syarifulloh, M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang telah membantu peneliti selama perkuliahan dari awal semester sampai akhir

(9)

iv

bimbingan dan nasehat selama penulisan skripsi ini.

5. Seluruh dosen Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah memberikan ilmu selama penulis menuntut ilmu di bangku perkuliahan.

6. Kepada Para Pedagang Kaki Lima yang telah mengizinkan dan membantu saya dalam pelaksanaan penelitian

7. Kepada kedua orang tua, Bapak M. Agus jamal dan Ibu Suryanah beserta kedua adik saya, Raihan dan Santi , terimakasih atas seluruh doa dan dukungan moril maupun materil serta kasih ivating yang selalu mengiringi langkah penulis hingga saat ini.

8. Kepada Anty Rohmayanti yang setia menemani sampai saat ini, menjadi penyemangat serta motivasi untuk menyelesaikan skripsi.

9. Sahabat-sahabat saya. Hafiz, habib, arumi, Putri, fahmi teman-teman mahad syech an-nawawi, yang selalu menemani dan mau direpotkan dalam perkuliahan serta selalu membuat penulis semangat hingga saat ini.

10. Teman-teman Jurusan Tadris IPS angkatan 2016, khususnya teman-teman Kelas B konsen Sosiologi atas kekompakan dan keseruannya selama ini, baik di kelas maupun saat praktikum.

11. Kepada team Sepak Bola Uin Jakarta, yang telah memberikan pengalaman dan prestasi untuk Kampus Tercinta Uin Jakarta

12. Himpunan Mahasiswa Jurusan Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial, merupakan awal penulis belajar berorganisasi dan mendapatkan ilmu di luar perkuliahan.

13. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Tarbiyah, yang memberikan pengalaman berorganisasi selama penulis berkuliah.

14. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu untuk membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, semoga Allah SWT membalas semua kebaikan.

(10)

v

bermanfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

Jakarta, 18 Maret 2021

Rudyansyah jamal 11160150000052

(11)

vi LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK ... i

ABSTRACK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teoretik ... 8

B. Hasil Penelitian Yang Relevan ... 21

C. Kerangka Berfikir ... 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 28

B. Metode Penelitian ... 29

C. Sumber Data ... 29

D. Teknik Pengumpulan Data ... 30

E. Instrumen Penelitian ... 31

F. Teknik Pengambilan Sampel ... 33

G. Uji Keabsahan Data... 33

(12)

vii

B. Deskripsi umum informan penelitian ... 37 C. Pembahasan dan analisis ... 41

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 72 B. Implikasi ... 72 C. Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(13)

viii

Tabel 3.2 Pedoman Observasi ... 32

Table 3.3 Kisi-kisi Pedoman Wawancara ... 32

Table 3.4 Pedoman Dokumentasi ... 32

Tabel 4.1 Daftar Data Informan ... 37

(14)

ix

Gambar 4.1 Peta Danau Situ Gintung ... 36

(15)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masyarakat pada umumnya dapat diartirkan sebagai sekumpulan orang yang hidup disuatu wilayah yang memiliki aturan atau norma sebagai pengatur dalam hubungan satu sama lain. Pola hubungan antar individu dalam masyarakat tesebut pada dasarnya memiliki nilai-nilai yang dia akui bersama serta diabadikan dalam norma dan aturan yang pada umumnya tidak diverbalkan. Dengan demikian, masing-masing individu diharuskan untuk menjunjung tinggi nilai-nilai tersebut sehingga tercipta suatu hubungan sosial yang stabil.

Manusia sebagai mahluk sosial dalam kehidupanya sehari-hari pasti mempunyai berbagai kebutuhan-kebutuhan baik secara material maupun spiritual. Kebutuhan itu muncul dari dorongan alamiah yang dimiliki setiap manusia semenjak ia dilahirkan. Lingkungan hidup merupakan sarana dimana manusia berada sekaligus menyediakan kemungkinan-kemungkinan untuk dapat mengembangkan keutuhannya. Oleh karena itu, antara manusia dengan lingkungan hidup terdapat hubungan yang saling mempengaruhi. Hubungan sosial yang terjadi secara dinamis yang menyangkut hubungan antara individu dengan individu, individu derngan kelompok, kelompok dengan kelompok dan berhubungan satu dengan yang lain disebut inteaksi sosial.

Interaksi sosial adalah syarat utama bagi terjadinya aktivitas sosial dan hadirnya kenyataan sosial, kenyaaatan sosial sosial didasarkan pada motivasi individu dan tindakan-tindakan sosialnya. Ketika berinteraksi seorang individu atau kelompok sosial sebenenarnya tengah berusaha atau belajar bagaimana memahami tindakan sosial seorang individu atau kelompok sosial lain.

Interaksi sosial akan berjalan dengan tertib dan teratur serta anggota masyarkat berfungsi dengan normal, yang perlu dilakukan bukan hanya kemampuan untuk bertindak susuai konteks sosialnya, seperti juga

(16)

memerlukan kemampuan untuk menilai secara objektif perilaku pribadi dipandang dari sudut sosial masyarakatnya.1

Kota Tangerang Selatan mempunyai suatu tempat yang menjadi daya tarik bagi masyarakat daerah sekitar maupun luar daerah, yaitu Danau Situ Gintung dengan menikmati keindahan dan sejuknya alam dengan pemandangan hijau serta danau yang cukup indah. Disana orang dapat menikmati sambil berolahraga dihari libur ataupun hari biasa untuk memenuhi kebutuhan tubuhnya. Dan ini yang menjadi alternatif bagi warga sekitar ataupun warga yang tinggal tidak terlalu jauh dengan kawasan Danau Situ Gintung untuk berjualan yang menjadi pekerjaan barunya. Ini merupakan kesempatan yang baik untuk menopang kehidupan sehari-hari, walaupun hasil tidak seberapa akan tetapi masih bisa untuk memenuhi kebutuhan pokok untuk sehari-hari.

Seseorang akan mengadakan hubungan atau interaksi sosial dengan orang lain dalam kehidupanya sehari-hari. Interaksi ini merupakan bentuk dari interaksi bidang sosial, ekonomi, politik, dan yang lainya. Interaksi yang sering dilakukan oleh individu salah satunya yaitu dibidang ekonomi tetapnya dikawasan Danau Situ Gintung yang menjadi tempat para pedagang makanan dan minuman menjual daganganya disekitar kawasan Danau Situ Gintung banyak sekali aneka makanan mulai dari jajanan ringan hingga jajan berat seperti warung nasi, begitu juga aneka macam jajanan minuman juga dijual disana.

Banyak pedagang yang berasal dari berbagai daerah maupun orang asli atau penduduk disana, tentunya menciptakan suatu interaksi sosial maupun hubungan kerja antar satu dengan yang lainya. Apalagi mereka menempati lokasi atau tempat yang sama dan berdekatan. Interaksi sosial yang terjadi antara pedagang mengakibatkan satu dengan yang lain dapat memberi pengaruh dalam bersikap dan perilaku dalam kegiatan ekonomi. Kegiatan ekonomi yang ada disana pada umumnya sama dengan kegiatan ekonomi yang

1 J.Dwi Narwoko, Bagong Suyatno, Sosiologi Teks Pengantar & Terapan,(Jakarta:

PRENADAMEDIA GROUP, 2004),hlm 20.

(17)

ada, hubungan kekerabatan dan ketetanggaan dengan dasar norma-norma yang berlaku di masyarakat. Karena memang ada yang berasal dari daerah yang sama maupun masyarakat setempat. Hubungan kerja dalam kegiatan pergadangan dikawasan Danau Situ Gintung juga lebih di dominasi oleh hubungan yang bersifat kerja sama, walaupun ada juga hubungan yang bersifat persaingan maupun konflik.

Dengan melihat fenomena yang ada di Indonesia, pemasalahan pedagang kaki lima ini memang sudah banyak terjadi, ini sebagai acuan peneliti untuk mengetahui apakah pemasalahan yang sama terjadi oleh para pedagang kaki lima di Kawasan danau Situ Gintung. Contoh fenomena yang terjadi di kota Bengkulu, Dimana Pemerintah Daerah Kota Bengkulu melakukan penertiban terhadap PKL yang berjualan di Pasar Panorama dengan cara menggusur dan mengusir pedagang. Setiap pagi pemerintah Daerah Kota Bengkulu mengerahkan Satpol PP untuk mengadakan razia pasar dan sekaligus melakukan pengusiran terhadap pedagang kaki lima. Saat dilakukan razia para pedagang kaki lima pergi dan memindahkan dagangan mereka, akan tetapi setelah Satpol PP pergi meninggalkan lokasi pasar, para PKL pun tetap kembali berdagang di tepi jalan dan memakai badan jalan.

Setiap pagi terjadi kemacetan lalu lintas di jalan raya depan pasar Panorama yang diakibatkan oleh banyaknya PKL yang berjualan memakai badan jalan2

Kemudian fenomena yang terjadi di Kota Bandung konflik yang terjadi antara Pedagang Kaki Lima (PKL) dengan Preman di Desa Hegarmanah Kecamatan Jatinangor. Konflik ini terjadi di karenakan Pemalakan yang dilakukan preman kepada PKL dengan mengatas namakan uang keamanan dan izin tempat berjualan di lingkungan jalan Desa Hegarmanah membuat PKL resah pasalnya selain preman meminta jatah yang jumlahnya sangat tidak wajar bagi pedagang kaki lima yakni berkisar antara 300.000 hingga 500.000 perodanya, selain itu preman tersebut kerap kali meminjam uang kepada pedagang tanpa mengembalikan serta

2 Liza valentina, “Konflik Pedagang Kaki Lima Pasar Panorama Dengan Pemerintah Daerah Kota Bengkuli Tahun 2014-2017”, Ilmu Pemerintahan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta. Pada tahun 2017

(18)

meminta barang dagangan tanpa membayar hal inilah yang membuat pedagang menjadi rugi. Hal ini yang membuat pedagang menjadi geram dan beberapa dari mereka yang berani melawan perbuatan preman tersebut. Sering terjadi konflik yang tidak bisa dihindari antara kedua belah pihak, pihak pedagang kaki lima yang berdagang lama di wilayah tersebut sering melawan hingga terjadi percekcokan yang berujung kontak fisik dan pengrusakan barang dagangan atau berujung pada pelaporan pedagang kepada polisi hal ini ditenggarai oleh sikap preman yang sering memintai jatah melebihi waktu yang di sepakati, tidak hanya kepada pedagang lama, pedagang barupun preman memperlakukan hal yang sama namun pedagang yang berjualan baru tersebut beberapa hanya menerima perlakuan preman terhadap dirinya.3

Kegiatan ekonomi yang sehat juga dapat mempertahankan pola hubungan kerja berdasarkan hubungan kekerabatan dan ketetanggaan dengan dasar norma-norma yang berlaku didalam masyarakat. Hubungan kerja dalam kegiatan perdagangan dikawasan Danau Situ Gintung juga lebih didominasi oleh hubungan yang bersifat kerja sama, walaupun ada juga hubungan yang bersifat persaingan dan konflik.

Dengan demikian tujuan dari kerja sama ini menurut Peter M Blau adalah mendapatkan reward (ganjaran) yang bersifat ekstrinsik maupun intrinsik. Reward ekstrinsik berfungsi sebagai alat bagi suatu ganjaran lain, seperti; uang, barang, dan jasa. Sedangkan reward intrinsik adalah yang berasal dari hubungan itu sendiri, misalnya; kasih sayang, kebanggaan dan kehormatan serta menciptakan hubungan yang harmonis serta kerukunan diantara para pedagang ini sebagai suatu masyarakat yang utuh4 ini menjadi hal yang positif bagi para pedagang yang ada dikawasn Danau Situ Gintung, kebersamaan yang ada yang menjadikan hubungan kerja yang baik satu sama lainnya.

3 Lina Harlina “ Konflik Antara Pedagang Kaki Lima Dengan Preman di Desa Hegarmanah Kecamatan Jati Nangor”. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Padjadjaran. Pada tahun 2017

4 George Ritzer dan Douglas J. Goodman.Teori Sosiologi Modern. ( Jakarta: KENCANA, 2010).Hlm 369.

(19)

Hubungan kerja ini mengharuskan para pedagang melakukan komunikasi dan kontak yang merupakan syarat utama terjadinya interaksi sosial pada tingkat selanjutnya akan menimbulkan hubungan kerja antara mereka yang ada akhirnya akan menciptakan suatu hubungan interaksi sosial yang kompleks. Interaksi sosial yang terjadi membuat satu pedagang dengan pedagang lainya dapat saling mempengaruhi. Interaksi sosial tersebut menghasilkan hubungan yang bersifat positif atau negatif. Hubungan yang bersifat positif dapat berupa hubungan kerja sama sedangkan hubungan yang bersifat negatif ini dapat berupa persaingan bahkan mungkin terjadinya konflik. Mengingat banyaknya pedagang yang yang berjual di kawasan Danau Situ Gintung, maka kemungkinan terjadinya interaksi sosial yang berupa kerja sama, persaingan maupun konflik tentu sangat besar dan sering terjadi.

Interaksi yang terjadi dapat membuat seseorang melakukan proses imitasi, sugesti, identifikasi, dan simpati. Interaksi sosial yang terjadi dalam intensitas yang tinggi bisa menularkan nilai-nilai dan norma yang ada dalam masyarakat.ini merupakan hasil dari pola masyarakat yang menjadi pelaku ekonomi yang ada didalam perkotaan. Dan ini makin membuat pelaku ekonomi semakin bersaing dengan inovasi dari apa yang mereka jual untuk mendapatkan hasil yang lebih dan juga membuat kreatif para pedagang dikawasan ini, tidak hanya itu para pedagang juga harus bersikap baik kepada sesama pedagang yang ada disekitarnya, dengan demikian semuanya hal-hal yang tidak baik atau menjadi masalah kemungkinan akan semakin kecil bahkan tidak ada sama sekali, Ini yang diharapkan agar semua menjadi kondusif.

Bedasarkan uraian tersebut peneliti ingin mengetahui bagaimana interaksi yang terjadi antara para pedagang yang terdapat di kawasan Danau Situ Gintung oleh karena itu dilakukan penelitian dengan judul POLA INTERAKSI SOSIAL ANTAR PEDAGANG KAKI LIMA DI KAWASAN DANAU SITU GINTUNG

(20)

B. Identifikasi Masalah

Bedasarkan latar belakang yang telah diuarikan diatas maka dapat diidentifikasikan masalah sebagai beirkut.

1. Pedagang yang berada di Danau Situ Gintung memberikan dampak dengan adanya hubungan yang bersifat persaingan maupun konflik.

2. Kedekatan personal antar pedagang memunculkan hubungan kerja yang dapat memberi pengaruh dalam bersikap dan berperilaku positif dan negatif dalam kegiatan ekonomi.

3. Terjadinya konflik yang melibatkan pedagang kaki lima dengan Pemerintah yang terjadi di Kota Bengkulu.

4. Terjadinya konflik yang terjadi di Kota Bandung yang melibatkan Pedagang kaki lima dengan Preman-preman jalanan.

C. Pembatasan Masalah

Bedasarkan identifikasi masalah diatas, maka penulis membatasi lingkup masalah dalam penelitian ini yaitu tentang Pedagang yang berada di Danau Situ Gintung memberikan dampak dengan adanya hubungan yang bersifat persaingan maupun konflik. Agar lebih spesik lagi, maka penulis membatasi kembali permasalahan yaitu tentang bagaimana persaingan antar Pedagang disana dan bagimana konflik yang terjadi antara pedagang disana dengan pemerintah setempat dan preman jalanan.

D. Rumusan Masalah

Bedasarkan pembatasan masalah diatas dan untuk lebih mempejelas pemasalahan yang akan diteliti, penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut. “Bagaimana pola interaksi sosial antar pedagang kaki lima di kawasan Danau Situ Gintung.

E. Tujuan Penelitian

Dengan apa yang telah diuraikan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pola interaksi sosial antar pedagang kaki lima di kawasan Danau Situ Gintung.

(21)

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis

a. Dapat memperkaya khasana ilmu pengetahuan pada bidang sosiologi b. Dapat dijadikan dasar literature bagi penelitian yang relevan dimasa

yang akan datang

c. Penelitian ini berguna sebagai sumbangan penemuan ilmiah tentang interaksi sosial pegadang di kawasan Danau Situ Gintung

d. Dapat memberi kontribusi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan 2. Manfaat prkatis

a. Bagi Universitas Islam Negeri Jakarta

Penelitian ini dijadikan acuan untuk penelitian-penelitian yang dilakukan selanjutnya. Hasil penelitian ini juga untuk menambah koleksi perpustakaan yang diharapkan bermanfaat sebagai bahan bacaan bagi mahasiswa atau pihak lain yang berkepentingan.

b. Bagi mahasiswa

Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan informasi dan menambah wawasan tentang interaksi sosial dalam masyarakat, khususnya mengenai pola interaksi sosial yang terjadi antar pedagang kaki lima di kawasan Danau Situ Gintung

c. Bagi pedagang

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber informasi dan pengetahuan bagi para pelaku usaha kecil yang berjualan di kawasan Danau Situ Gintung dengan mengetahui pola interaksi yang dilakukan guna pengembangan dan peningkatan usaha mereka.

d. Bagi pemerintah

Hasil penelitian ini dapat diharapkan informasi bagi pemerintah Tangerang Selatan untuk mengelola dan memberikan fasilitas yang baik bagi masyarakat yang berkunjung dan juga para pedagang yang ada di kawasan Danau Situ Gintung.

(22)

8 BAB II KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teoretik 1. Interaksi Sosial

Interaksi sosial adalah tindakan, kegiatan, atau praktik dari dua orang atau lebih yang masing-masing mempunyai orientasi dan tujuan.

Interaksi menghendaki adanya tindakan yang saling diketahui. Bukan masalah jarak, melainkan masalah saling mengetahui atau tidak. Menulis surat pada seorang teman merupakan interaksi sosial.1

Menurut Soerjono Soekanto “interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang dan perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara per orang dan kelompok”.2

a. Aspek-aspek interasi sosial

Setiap individu yang berhubungan dengan individu yang lain, baik hubungan sosial antara individu dengan individu, individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok, hubungan sosial itu memiliki aspek-aspek sebagai berikut

1) Adanya hubungan, Setiap interaksi tentu terjadi karena adanya hubungan antara individu dengan individu maupun antara individu dengan kelompok, serta hubungan antara kelompok dengan kelompok. Hubungan antara individu dengan individu ditandai antara lain dengan tegur sapa, berjabat tangan, dan bertengkar.

2) Ada individu, Setiap interaksi sosial menuntut tampilnya individu individu yang melaksanakan hubungan. Hubungan sosial itu terjadi karena adanya peran serta dari individu satu dan individu lain, baik secara person atau kelompok.

1 Nurani soyomukti, Pengantar Sosiologi, (Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2016).h.135.

2 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar,(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013).h.55.

(23)

3) Ada tujuan, Setiap interaksi sosial memiliki tujuan tertentu seperti mempengaruhi individu lain.

4) Adanya hubungan dengan struktur dan fungsi kelompok, Interaksi sosial yang ada hubungan dengan struktur dan fungsi kelompok ini terjadi karena individu dalam hidupnya tidak terpisah dari kelompok. Tiap-tiap individu memiliki fungsi dalam kelompoknya. Individu di dalam kehidupannya tidak terlepas dari individu yang lain, oleh karena itu individu dikatakan sebagai makhluk sosial yang memiliki fungsi dalam kelompoknya. 3

b. Syarat terjadinya interaksi sosial

Suatu interaksi sosial tidak mungkin terjadi apabila tidak memenuhi 2 syarat, yaitu:

a. Kontak sosial

Kata kontak sosial berasal dari bahasa latin con atau cum (yang artinya bersama-sama) dan tango (yang artinya menyentuh). Jadi arti secara harfiah adalah bersama-sama menyentuh. Secara fisik, kontak sosial baru terjadi apabila terjadi hubungan badaniah.

Sebagai gejala sosial itu perlu berarti suatu hubungan badaniah, karena orang dapat mengadakan hubungan dengan pihak lain tanpa menyentuhnya, seperti misalnya, dengan cara berbicara dengan pihak lain tersebut.

b. Komunikasi

Menurut Dedy Mulyana, komunikasi berasal dari kata bahasa latin communis yang berarti „sama‟. Kata komunikasi juga mirip dengan kata komunitas (community), yang juga menekankan kesamaan atau kebersamaan. Inti dari proses komunikasi adalah adanya pesan yang disampaikan, media apa yang digunakan, dan bagaimana pesan itu diterima oleh penerima pesan. Jadi, dalam proses interaksi sosial, ada dua pihak atau lebih yang saling

3 Slamet Santoso. Dinamika Kelompok. (Jakarta: Bumi Aksara. 2004).h.11.

(24)

menyampaikan atau menerima pesan, pertukaran pesan, dan apa media untuk menyampaikan pesan.

c. Fakto-faktor Pendorong Interaksi sosial

Ada beberapa faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya interaksi sosial antara lain: faktor imitasi, sugesti identifikasi, dan simpati.

1) Imitasi

Imitasi merupakan suatu tindakan meniru orang lain yang di lakukan bermacam-macam bentuk. imitasi dapat mendorong seseorang untuk mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku dimasyarakat. Contoh imitasi sangat penting dalam proses interaksi sosial adalah anak belajar berbicara.

2) Sugesti

Sugesti berlangsung apabila seseorang memberi suatu pandangan/sikap yang berasal dari dirinya yang kemudian diterima oleh pihak lain. Artinya sugesti dan imitasi dalam hubunganya dengan inteaksi sosial hampir sama. Bedanya, dalam imitasi itu orang yang satu mengikuti sesuatu di luar dirinya, sedangkan sugesti seseorang memberikan padangan atau sikap dari dirinya yang lalu dterima oleh orang lain di luarnya.

3) Identifikasi

Identifikasi merupakan kecendrungan atau keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain. Kita ingin berinteraksi dengan orang lain saat kita mengidentifikasi diri kita dengannya, atau sebaliknya; seseorang yang sangat mencintai dan terlibat perasaan dengan orang lain biasanya mengidentifikasi diri dengan orang lain itu.

4) Simpati

Simpati adalah suatu proses ketika seseorang merasa menarik pada pihak lain. faktor utamanya adalah perasaan untuk memahami orang lain/pihak lain. Akan tetapi, simpati timbul tidak

(25)

atas dasar rasional, tetapi bedasarkan penilaian perasaan sebagaimana proses identifikasi.4

d. Macam-macam interaksi sosial

Macam-macam interaksi sosial merupakan upaya dari manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya dilaksanakan melalui proses sosial yang disebut interaksi sosial, yaitu hubungan timbal balik antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok dalam masyarakat. Terbagi kedalam tiga macam interaksi sosial dalam kenyataan sehari-hari.

1) Interaksi antara individu dan individu

Interaksi individu memberi pengaruh, rangsangan, atau stimulus kepada individu yang lainnya. Sedangkan individu yang terkena pengaruh akan memberikan reaksi, tanggapan atau respon.

Interaksi antara individu dan individu dapat berwujud dalam bentuk berjabat tangan, saling menegur, bercakap-cakap atau mungkin bertengkar.

2) Interaksi antara individu dan kelompok

Interaksi antara individu dan kelompok secara konkrit dapat dilihat seorang orator sedang berpidato di depan orang banyak.

Bentuk interaksi ini menunjukkan bahwa kepentingan seorang individu berhadapan dengan kepentingan kelompok.

3) Interaksi antara kelompok dan kelompok

Bentuk interaksi antara kelompok dan kelompok menunjukkan bahwa kepentingan individu dalam kelompok merupakan satu kesatuan, berhubungan dengan kepentingan individu dalam kelompok yang lain. Interaksi ini menunjukkan setiap tindakan individu merupakan bagian dari kepentingan kelompok. 5

4 Nurani soyomukti, Pengantar Sosiologi, (Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2016).h.323

5 Taufik Rahman D dkk. Panduan Belajar Sosiologi.(Bogor: Yudhistira. 2000).h.21-22.

(26)

e. Bentuk-bentuk interaksi sosial

Bentuk-bentuk interaksi sosial dapat berupa kerja sama dan juga persaingan, dan bahkan juga dapat berbentuk konflik. Keempat bentuk pokok dari interaksi sosial tersebut tidak merupakan suatu kontinuitas, didalam arti bahwa interaksi itu muncul dengan kerja sama yang kemudian menjadi persaingan serta memungkinkan menjadi pertikaian untuk akhirnya sampai pada akomodasi. Akan tetapi ada baiknya untuk menelaah proses-proses interaksi tersebut di dalam keberlangsunganya.6 Menurut Gillin dan Gillin menjelaskan bahwa ada dua golongan proses sosial yang merupakan akibat dari interaksi sosial,7 yaitu proses asosiatif dan proses disosiatif.

1) Proses Asosiatif

Asosiatif adalah sebuah proses terjadinya saling pengertian dan kerja sama secara timbal balik antara perorangan atau kelompok satu dengan yang lainnya, dimana proses ini menghasilkan pencapian tujuan bersama. Dan berikut ini merupakan macam- macam dari proses asosiatif, yaitu:

a. Kerja sama

Kerja sama adalah usaha bersama individu atau kelompok untuk mencapai suatu tujuan bersama. Bentuk-bentuk dari kerja sama yaitu:

 Bargaining: perjanjian mengenai pertukaran barang dan jasa.

 Koalisi: dua organisasi yang mempunyai tujuan yang sama dan bekerja sama untuk mewujudkan tujuan tersebut.

 Ko-optasi: kerja sama individu dan kelompok dalam sebuah organisasi atau negara untuk menciptakan suatu stabilitas.

6 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar,(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013).h.64.

7 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi (Jakarta: Kencana Prenada Media Gtoup,2009).h.58

(27)

 Join-venture: kerja sama antara dua perusahaan atau lebih dalam suatu proyek tertentu.

b. Akomodasi

Akomodasi bisa dimaknai dengan dua makna yang pertama adalah proses yang menunjukan pada keadaan seimbang dalam interaksi sosial antara individu dan antar kelompok dalam masyarakat terutama yang ada hubungannya dengan norma dan nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat tersebut. Dan yang kedua adalah menuju pada proses untuk meredakan suatu pertentangan yang terjadi di dalam masyarakat, proses akomodasi ini menuju pada tujuan dengan mencapai suatu kestabilan. Dan berikut ini merupakan bentuk- bentuk dari akomodasi, yaitu :

 Koersi, akomodasi dengan paksaan maupun kekerasan secara fisik ataupun psikologi.

 Kompromi, bentuk akomodasi dimana masing-masing pihak berkonflik saling mengurangi tuntutan agar dapat tercapai penyelesaian oleh pihak ketiga.

 Mediasi, akomodasi dengan menggunakan pihak ketiga yang netral.

 Konsiliasi, akomodasi melalui usaha mempertemukan keinginan dari pihak yang terlibat konflik.

 Stalemate, bentuk akomodasi dimana pihak yang berkonflik mempunyai kekuatan sama dan berhenti pada satu titik tertentu serta masing-masing pihak menahan diri.

 Ajudikasi, usaha akomodasi dengan jalan pengadilan.

c. Asimilasi

Asimilasi adalah suatu proses pencampuran dua atau lebih budaya yang berbeda akibat dari proses sosial, kemudian menghasilkan budaya sendiri yang berbeda dari budaya asalnya.

(28)

2) Proses Disosiatif

Proses disosiatif merupakan proses perlawanan yang dilakukan individu atau kelompok dalam proses sosial antara lain mereka pada suatu masyarakat. Bentuk-bentuk proses disosiatif adalah sebagai berikut:

 Persaingan, merupakan proses sosial, dimana individu atau kelompok berjuang dan bersaing untuk mencari keuntungan pada bidang-bidang kehidupan yang menjadi pusat perhatian umum dengan cara menarik perhatian publikatau mempertajam prasangka yang telah ada, namun tanpa menggunkan kekerasan dan ancaman.

 Kontravensi, adalah proses sosial yang berada antara persaingan dan pertikaian atau konflik. Kontravensi terjadi dimana ada pertentangan pada tataran konsep dan wacana, serta berusaha menggagalkan tujuan dari pihak lain.

 Konflik, adalah proses sosial dimana individu atau kelompok memiliki perbedaan dalam hal emosi, unsur budaya, perilaku, prinsip, ideologi, maupun kepentingan dengan pihak lain, pebedaan tersebut menjadi suatu pertikaian dimana pertikaian dapat menghasilkan ancaman dan kekerasan fisik.

2. Kelompok sosial

Kelompok sosial pada umumnya didefinisikan sebagai dua atau lebih orang yang memiliki suatu identitas bersama dan yang berinteraksi secara regular. Apapun bentuknya, kelompok sosial terdiri dari orang- orang yang memiliki kesadaran keanggotaan yang sama yang didasarkan pada pengalaman, loyalitas, dan kepentingan yang sama. Singkatnya, mereka sadar tentang individualitas mereka, sebagai anggota kelompok sosial secara spesifik disadari sebagai “kita”.

Beberapa definisi kelompok yang dibuat oleh para ahli sosiolog, antara lain:

(29)

a. Joseph S. Roucek: suatu kelompok meliputi dua atau lebih manusia yang diantara mereka terdapat beberapa pola interaksi yang dapat dipahami oleh anggotanya atau orang lain secara keseluruhan.

b. Mayor Polka: kelompok sosial adalah satu grup, yaitu sejumlah orang yang ada antara hubungan satu sama lain dan hubungan itu bersifat sebagai sebuah struktur.

c. Wila Huky: kelompok merupakan suatu unit yang terdiri dari dua atau lebih, yang saling berinteraksi atau saling berkomunikasi.8

Beberapa sosiolog juga memberikan definisinya yang merupakan tipe-tipe kelompok sosial, yaitu:

a. Tonnies

Dari pandangan Tonnies dia membedakan kelompok sosial menjadi 2 jenis kelompok: Gemeinschaft dan Gesellschaft.

Gesellschaft merupakan kehidupan public, yang terdiri atas orang- orang yang kebetulan hadir bersama tetapi masing-masing tetap mandiri dan bersifat sementara dan semu. Dan Gemeinschaft merupakan kehidupan bersama yang intim, pribadi, dan esklusif, suatu ketertarikan yang dibawa sejak lahir. Tonnies membedakan Gemeinschaft menjadi 3 jenis, yaitu:9

 Gemeninschaft by blood, yaitu Gemeinschaft yang mendasarkan diri pada ikatan darah atau keturunan, didalm pertumbuhannya, masyarakat yang semcam ini makin lama makin menipis.

 Gemeinschaft of place (locality), yaitu Gemeinschaft yang mendasarkan diri pada tempat tinggal yang saling berdekataan sehingga memungkinkan untuk dapat saling tolong menolong.

 Gemeinschaft of mind, yaitu Gemeinschaft yang mendasarkan diri pada ideology atau pikiran yang sama.

8 Nurani soyomukti, Pengantar Sosiologi, (Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2016).h.297

9 Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi,( Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2000), hal.29.

(30)

b. Summer

Summer membedakan antara in group dan out group. In group merupakan kelompok sosial yang dijadikan tempat oleh individu indvidunya untuk mengidentifikasi dirinya. Out group merupakan kelompok sosial yang oleh individunya diartikan sebagai lawan dari in group jelasnya kelompok sosial di luar anggotanya disebut out group.

Sikap in group dan out grup dapat dilihat dari kelainan berwujud antagonisme atau antipati. Sikap in group dan out group merupakan dasar sifat etnosentrisme yang merupakan sikap bahwa setiap sesuatu yang merupakan produk kelompoknya dianggap paling baik dan benar.

c. Cooley

Cooley memperkenalkan konsep kelompok primer. Suatu klasifikasi lain yaitu perbedaan antara kelompok luar dan kelompok dalam, didasarkan pada pemikiran Summer. Summer mengemukakan bahwa kalangan anggota dalam dijumpai persahabatan, kerjasama, keteraturan, dan kedamaian sedangkan hubungan antara kelompok dalam dengan kelompok luar cenderung ditandai kebencian, permusuhan, perang, dan perampokan.10

Kesimpulan dari beberapa ahli ini, kelompok sosial terbentuk karena adanya interaksi sosial didalam suatu masyarakat. Pada penelitian ini kelompok sosial yang terlihat adalah kelompok sosial pedagang makan dan minuman. Dimana kelompok ini terbentuk atas dasar jenis pekerjaan, sehingga kelompok sosial pedagang tersebut di kategorikan sebagai in group, karena mereka bertetangga dekat juga saling mengenal satu sama lain daada juga yang berasal dari daerah lain. Selain itu juga kelompok sosial ini dapat dikategorikan sebagai kelompok Gesellschaft ikatan yang terjalin antara pedagang bersifat pokok dan biasanya berjalan dengan jangka waktu yang relatif pendek dan bersifat sementara.

10 Ibid, hal 91.

(31)

3. Interaksionisme Simbolik

Teori Interaksi Simbolik yang masih merupakan pendatang baru dalam studi ilmu komunikasi, yaitu sekitar awal abad ke-19 yang lalu.

Sampai akhirnya teori interaksi simbolik terus berkembang sampai saat ini, dimana secara tidak langsung interaksi simbolik merupakan cabang sosiologi dari perspektif interaksional.11

Interaksi simbolik menurut perspektif interaksional, merupakan salah satu perspektif yang ada dalam studi komunikasi, dapat dikatakan paling bersifat “humanis” (Ardianto. 2007: 40). Perspektif ini sangat menonjolkan keagungan dan maha karya nilai individu diatas pengaruh nilai-nilai yang ada selama ini. Perspektif ini menganggap setiap individu di dalam dirinya memiliki esensi kebudayaan, berinteraksi ditengah sosial masyarakatnya, dan menghasilkan makna “buah pikiran” yang disepakati secara kolektif. Setiap bentuk interaksi sosial yang dilakukan oleh setiap individu, akan mempertimbangkan sisi individu tersebut, inilah salah satu ciri dari perspektif interaksional yang beraliran interaksionisme simbolik.

Teori interaksi simbolik menekankan pada hubungan antara simbol dan interaksi, serta inti dari pandangan pendekatan ini adalah individu.

Banyak ahli di belakang perspektif ini yang mengatakan bahwa individu merupakan hal yang paling penting dalam konsep sosiologi. Mereka mengatakan bahwa individu adalah objek yang bisa secara langsung ditelaah dan dianalisis melalui interaksinya dengan individu yang lain.

Interaksi simbolik ada karena ide-ide dasar dalam membentuk makna yang berasal dari pikiran manusia (Mind) mengenai diri (Self), dan hubungannya di tengah interaksi sosial, dan bertujuan akhir untuk memediasi, serta menginterpretasi makna di tengah masyarakat (Society) dimana individu tersebut menetap. Seperti yang dicatat oleh Douglas (1970)12 makna itu berasal dari interaksi, dan tidak ada cara lain untuk membentuk makna, selain dengan membangun hubungan dengan individu

11 Ardianto,Filsafat Ilmu Komunikasi,(Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007),hal.40

12 Ibid, hal 136.

(32)

lain melalui interaksi. Definisi singkat dari ke tiga ide dasar dari interaksi simbolik, antara lain.

a. Pikiran (Mind) adalah kemampuan untuk menggunakan simbol yang mempunyai makna sosial yang sama, dimana tiap individu harus mengembangkan pikiran mereka melalui interaksi dengan individu lain.

b. Diri (Self) adalah kemampuan untuk merefleksikan diri tiap individu dari penilaian sudut pandang atau pendapat orang lain, dan teori interaksionisme simbolis adalah salah satu cabang dalam teori sosiologi yang mengemukakan tentang diri sendiri (The-Self) dan dunia luarnya.

c. Masyarakat (Society) adalah jejaring hubungan sosial yang diciptakan, dibangun, dan dikonstruksikan oleh tiap individu ditengah masyarakat, dan tiap individu tersebut terlibat dalam perilaku yang mereka pilih secara aktif dan sukarela, yang pada akhirnya mengantarkan manusia dalam proses pengambilan peran di tengah masyarakatnya.

“Mind, Self and Society” merupakan karya George Herbert Mead yang paling terkenal (Mead. 1934), dimana dalam buku tersebut memfokuskan pada tiga tema konsep dan asumsi yang dibutuhkan untuk menyusun diskusi mengenai teori interaksi simbolik. Tiga tema konsep pemikiran George Herbert Mead yang mendasari interaksi simbolik antara lain.

a. Pentingnya makna bagi perilaku manusia b. Pentingnya konsep mengenai diri

c. Hubungan antar individu dan masyarakat13

Tema pertama pada interaksi simbolik berfokus pada pentingnya membentuk makna bagi perilaku manusia, dimana dalam teori interaksi simbolik tidak bisa dilepaskan dari proses komunikasi, karena awalnya makna itu tidak ada artinya, sampai pada akhirnya di konstruksi secara

13Richard West dan Lynn H. Turner, Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi (jakarta: Salemba Humanika, 2008),hal.96

(33)

interpretatif oleh individu melalui proses interaksi, untuk menciptakan makna yang dapat disepakati secara bersama.

Hal ini sesuai dengan tiga dari tujuh asumsi karya Herbert Blumer (1969) dimana asumsi-asumsi itu adalah sebagai berikut.

a) Manusia bertindak terhadap manusia lainnya berdasarkan makna yang diberikan orang lain kepada mereka.

b) Makna diciptakan dalam interaksi antar manusia.

c) Makna dimodifikasi melalui proses interpretif.14

Tema kedua pada interaksi simbolik berfokus pada pentingnya

“Konsep diri” atau “Self-Concept”. Tema interaksi simbolik ini menekankan pada pengembangan konsep diri melalui individu tersebut secara aktif, didasarkan pada interaksi sosial dengan orang lainnya. Tema ini memiliki dua asumsi tambahan, menurut LaRossan & Reitzes (1993) dalam West-Turner antara lain.

a. Individu-individu mengembangkan konsep diri melalui interaksi dengan orang lain.

b. Konsep diri membentuk motif yang penting untuk perilaku. 15

Tema terakhir pada interaksi simbolik berkaitan dengan hubungan antara kebebasan individu dan masyarakat, dimana asumsi ini mengakui bahwa norma-norma sosial membatasi perilaku tiap individunya, tapi pada akhirnya tiap individu-lah yang menentukan pilihan yang ada dalam sosial kemasyarakatannya. Fokus dari tema ini adalah untuk menjelaskan mengenai keteraturan dan perubahan dalam proses sosial. Asumsi-asumsi yang berkaitan dengan tema ini adalah.

a) Orang dan kelompok masyarakat dipengaruhi oleh proses budaya dan sosial.

b) Stuktur sosial dihasilkan melalui interaksi sosial.

14 Ibid, hal 99

15Ibid, hal 101

(34)

4. Tinjauan Tentang Pedagang

Pedagang merupakan orang atau kelompok yang mencari nafkah dengan cara menjual dan membeli barang yang memperoleh keuntungan.

Pedagang dalam sosiologi ekonomi membedakan pedagang berdasarkan penggunaan dan pengelolaan pendapatan yang dihasilkan dari perdagangan dan hubungannya dengan ekonomi keluarga. Dari studi sosiologi ekonomi tentang pedagang yang telah dilakukan seperti Geertz (1963) Mai dan Buchholt (1987) dan lain-lain dapat disimpulkan bahwa pedagang dibagi atas, yaitu:

a. Pedagang Profesional. Pedagang yang menganggap aktivitas perdagangan merupakan sumber utama dan satu-satunya bagi ekonomi keluarga.

b. Pedagang semi Profesional. Pedagang yang mengakui aktivitasnya untuk memperoleh uang, tetapi pendapatan dari hasil perdagangan merupakan sumber tambahan bagi ekonomi keluarga.

c. Pedagang Subsistensi. Merupakan pedagang yang menjual produk atau barang dan hasil aktivitas atas subsistensi untuk memenuhi ekonomi rumah tangga.

d. Pedagang Semu. Pedagang semu adalah orang yang melakukan kegiatan perdagangan karena hobi atau mendapatkan suasana baru atau mengisi waktu luang. Pedagang Jenis ini tidak mengharapkan kegiatan perdagangan sebagai sarana untuk memperoleh uang. Malahan mungkin saja sebaliknya, ia akan memperoleh kerugian dalam berdagang.16

Kemudian dengan lebih spesifik lagi ada beberapa pedapat para ahli mengenai definsi dari pedagang kaki lima atau PKL, yaitu:

a. Menurut bustaman (2003: 120) PKL adalah pedagang yang berada diluar pasar, yang berdagang dengan resmi oleh izin dinas pasar yang keberadaannya sangat memprihatinkan sehingga dapat mengakibatkan kemacetan lalu lintas.

16 Damsar, Sosiologi Ekonomi,( Jakarta: Rajawali Pers, 2002), hal. 95.

(35)

b. Menurut Buchari Alma (2005:141), PKL ialah setiap otang yang melakukan usaha dengan maksud memperoleh penghasilan yang sah, dilakukan secara tidak tepat, dengan kemampuan terbatas, berlokasi di tempat atau pusat-pusat konsumen, tidak memiliki ijin usaha.

c. Menurut Damsar (2002: 231) PKL adalah mereka yang sering berdagang disuatu pasar yang dianggap strategis untuk berdagang dan pedagang jenis ini cendrung akan selalu berpindah-pindah tempat untuk melakukan dagang. Dalam perkembangan selanjutnya PKL ini akan semakin luas, tidak hanya pedagang yang menempati trotoar atau sepanjang bahu jalan.17

Kesimpulanya PKL adalah pedagang yang memiliki modal atau omset yang kecil dengan latar belakang pendidikan rendah, cenderung menempati ruang publik (bahu jalan, taman, trotoar) untuk berdagang, usia mereka umumnya berada pada usia produktif dan berjualan di lokasi yang tidak resmi. Mereka juga dikenai pungutan atau retribusi meskipun sifatnya tidak resmi (sukarela).

Sesuai paparan di atas, dalam penelitian ini digunakan konsep pedagang adalah orang yang memperjualbelikan produk atau barang kepada konsumen baik secara langsung maupun tidak langsung. Pedagang yang diteliti dalam penelitian ini adalah pedagang-pedagang yang terdapat di kawasan Danau Situ Gintung.

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

Bedasarkan hasil penelitian terhadap penelitian-penelitian yang ada, penelitian yang berkaitan dengan penelitian yang telah disusun oleh penyusun, diantaranya:

1. Skripsi dari Retnowati mahasiswi Pendidikan Sosiologi (FIS) UNY pada tahun 2011. Penelitian yang berjudul “Bentuk Interaksi Antar Pedagang Aksesoris di Emperan Toko (Perko) Malioboro Yogyakarta”. Penelitian

17 I Wayan Sastrawam, “ Analisis fakto-faktor yang memperngaruhi pemilihan lokasi usaha pedagang kaki lima di pantai penimbangan kecamatan buleleng, kabupaten buleleng”, Vol.5 No.1, Tahun 2015, hal. 3

(36)

tersebut dilakukan di emperan Toko Malioboro Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat interaksi antar pedagang aksesoris di Malioboro. Bentuk interaksi yang terjalin meliputi asosiatif dan disosiatif. Bentuk asosiatif yaitu berbentuk kerjasama yang berupa tukar menukar barang dagangan dan menjagakan barang dagangan ketika pemilik sedang istirahat atau tidak ada di tempat. Bentuk disosiatif yaitu dengan adanya konflik antar pedagang aksesoris yang disebabkan adanya salah paham dari para pedagang dalam mendapatkan pembeli. Letak persamaan penelitian yaitu bidang kajian yang diteliti sama-sama mengenai interaksi sosial yang dilakukan pedagang, metode yang digunakan juga sama-sama menggunakan metode kualitatif dengan analisis deskriptif. Perbedaan penelitian terletak pada lokasi penelitian.

Jika penelitian yang dilakukan Retnowati dilakukan di emperan Toko Malioboro penelitian ini dilakukan di kawasan Danau Situ Gintung Perbedaan lain terletak pada kondisi pedagang. Pedagang di Malioboro bersifat heterogen karena berasal dari daerah yang berbeda-beda dan sebagian besar tidak saling mengenal, sehingga akan lebih memunculkan persaingan antar pedagang, sedangkan penelitian ini kondisi padagang bersifat homogen karena sebagian besar pedagang berasal dari daerah yang sama yaitu di kawasan Danau Situ Gintung sehingga para pedagang tentunya sudah saling mengenal satu sama lainnya dan akan memberikan keunikan tersendiri saat pedagang melakukan interaksi dengan pedagang lain.18

2. Skripsi dari Megawati mahasiswi Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau, pada tahun 2017. Penelitian yang berjudul “Interaksi Sosial Pedagang Kaki Lima Di Pasar Puan Maimun Kabupaten Karimun Kepulauan Riau”. Untuk mengetahui bagaimana interaksi sosial yang terjadi antara pedagang kaki lima, faktor-faktor yang mempengaruhi terciptanya interaksi sosial yang berlangsung dan terjalin

18 Retnowati,” “Bentuk Interaksi Antar Pedagang Aksesoris di Emperan Toko (Perko) Malioboro Yogyakarta” skripsi pada fakultas Pendidikan Sosiologi (FIS) UNY pada tahun 2011.

(37)

antara pedagang kaki lima di Pasar Puan Maimun Kabupaten Karimun, maka penulis melakukan pengumpulan data dengan menggunakan teknik observasi dan wawancara mendalam dengan responden. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Interaksi Sosial serta Teori Struktural Fungsional. Metode yang digunakan adalah Kualitatif Deskriptif. Letak persamaan penelitian yaitu bidang kajian yang diteliti sama-sama mengenai interaksi sosial yang dilakukan pedagang, metode yang digunakan juga sama-sama menggunakan metode kualitatif dengan analisis deskriptif.19 Letak persamaan penelitian yaitu bidang kajian yang diteliti sama-sama mengenai interaksi sosial yang dilakukan pedagang, metode yang digunakan juga sama-sama menggunakan metode kualitatif dengan analisis deskriptif. Perbedaan penelitian terletak pada lokasi penelitian. Jika penelitian yang dilakukan Megawati dilakukan di Pasar Puan Maemun penelitian ini dilakukan di kawasan Danau Situ Gintung 3. Skripsi dari Ary Sulistiono mahasiswa Universitas Maritim Raja Ali Haji

Tanjungpinang, pada tahun 2017. Penelitian dengan Judul “Interaksi Antar Pedagang Kaki Lima Jalan Gambir Kota Tanjungpinang”. Penelitian ini termasuk penelitian pendekatan kualitatif dan jenis deskriptif, pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode observasi, wawancara, dokumentasi. Kemudian data yang telah terkumpul berupa kata-kata dianalisis denga teknik analisis deskriptif kualitatif. Adapun hasil temuan dalam penelitian yaitu bahwa interaksi yang terjadi dijalan Gambir kota Tanjungpinang dilihat dari keberadaan kelompoknya, bentuk interaksi yang terjadi adanya kerjasama, persaingan, dan pertikaian atau konflik dan bentuk persaingannya berupa persaingan ekonomi.20 Letak persamaan penelitian yaitu bidang kajian yang diteliti sama-sama mengenai interaksi sosial yang dilakukan pedagang, metode yang

19 Megawati, “Interaksi Sosial Pedagang Kaki Lima Di Pasar Puan Maimun Kabupaten Karimun Kepulauan Riau”. Skripsi pada Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau, Pekanbaru.2017

20 Ari sulistiono, “Interaksi Antar Pedagang Kaki Lima Jalan Gambir Kota Tanjungpinang” skripsi pada Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjung Pinang, 2017

(38)

digunakan juga sama-sama menggunakan metode kualitatif dengan analisis deskriptif. Perbedaan penelitian terletak pada lokasi penelitian.

penelitian yang dilakukan Ary Sulistiono dilakukan di Jalan Gambir Tanjung Pinang penelitian ini dilakukan di kawasan Danau Situ Gintung.

4. Jurnal dari Merliya Merliya, Ikhwan Ikhwan yang berjudul “Pola Interaksi Sosial Pedagang dengan Nelayan di Pasar Ikan Pantai Purus Padang Kecamatan Padang Barat”, pada tahun 2019. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola interaksi sosial pedagang ikan di pasar ikan pantai Purus Padang Kecamatan padang Barat. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan tipe studi kasus. Penelitian kualitatif ini menggunakan teknik pemilihan informan yaitu purposive sampling dengan jumlah informan yaitu 20 orang. Pengumpulan data dalam penelitian dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan studi dokumentasi yang dianalisis dengan teknik analisis data yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman.

Hasil penelitian menunjukan bahwa pola interaksi sosial pedagang dengan nelayan yaitu hubungan Patron-Klien.Hubungan patron-klien terjadi antara pedagang dengan nelayan pemilik kapal.Dimana yang bertindak sebagai patron yaitu pedagang, sedangkan yang menjadi klien yaitu nelayan, meskipun nelayan dalam hal ini sebagai pemilik kapal, namun hasil tangkapan yang sedikit yang disebabkan karena nelayan masih menggunakan alat tangkap tradisional membuat nelayan masih bergantung kepada pedagang.21

5. Jurnal dari Hetwin Fantiya, Dr. Luh Putu Sendratari, M. Hum, Dr. I Ketut Margi, M.Si yang berjudul “Interaksi Sosial Pedagang Kaki Lima di Tengah Masyarakat Multikultur Dan Potensinya Sebagai Media Pembelajaran Sosiologi di SMA”, pada tahun 2019. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Interaksi sosial PKL (Pedagang Kaki Lima) etnis Bali dengan etnis non-Bali; (2) Interaksi sosial PKL non-Bali dengan masyarakat sekitar; (3) Interaksi sosial PKL non-Bali dengan

21 Merliya, dkk, “Pola Interaksi Sosial Pedagang dengan Nelayan di Pasar Ikan Pantai Purus Padang Kecamatan Padang Barat” jurnal perspektif: jurnal Kajian Sosiologi dan Pendidikan, Vol 2, No 4, tahun 2019

(39)

keluarga dikampung halaman; dan (4) Aspek-aspek yang dijadikan sebagai media pembelajaran Sosiologi pada Bab Individu, Kelompok dan Hubungan Sosial. Konsep yang digunakan untuk menjawab rumusan masalah tersebut yakni interaksi sosial, sektor informal, dan PKL.

Pendekatan yang digunakan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan jenis penelitian etnografi, dengan langkah: penentuan informan yang terdiri dari PKL, pembeli, tukang parkir, Ketua dagang, Ketua Lingkungan Kelurahan Banjar Tegal dan Desa Pakraman Banyuasri.

Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, dan studi dokumen. Analisis data dilakukan dengan langkah reduksi, penyajian, dan kesimpulan.22

C. Kerangka Berfikir

Interaksi sosial adalah tindakan, kegiatan, atau praktik dari dua orang atau lebih yang masing-masing mempunyai orientasi dan tujuan. Interaksi menghendaki adanya tindakan yang saling diketahui. Interaksi social dibagi menjadi 2 proses sosial yaitu Asosiatif dan Disosiatif, dimana asosiatif merupakan bentuk proses sosial yang bersifat positif sedangkan disosiatif merupakan proses sosial yang bersifat negatif, kemudian dari 2 proses sosial tersebut dibagi lagi menjadi beberapa bagian proses sosial yaitu dari asosiatif terdapat kerjasama, akomodasi dan asimilasi kemudian dari disosiatif terdapat konflik, persaingan dan kontravensi. Dari asosiatif peneliti menjadikan indikator penelitian dari proses kerjasama dan akomodasi, dan dari disosiatif menggunakan proses persaingan, konflik dan kontravensi. lima bentuk proses sosial ini menjadi indikator untuk mengetahui bagaimana kelompok sosial berperan penting dari keberlangsungan para pedagang.

Kelompok sosial pada umumnya didefinisikan sebagai dua atau lebih orang yang memiliki suatu identitas bersama dan yang berinteraksi secara regular. Apapun bentuknya, kelompok sosial terdiri dari orang-orang yang

22 Hetwin Fantiya, dkk, “Interaksi Sosial Pedagang Kaki Lima di Tengah Masyarakat Multikultur Dan Potensinya Sebagai Media Pembelajaran Sosiologi di SMA”, jurnal Sosiologi dan Perpustakaan, Vol 1, No 1, Tahun 2019

(40)

memiliki kesadaran keanggotaan yang sama yang didasarkan pada pengalaman, loyalitas, dan kepentingan yang sama. Dilihat dari kategori kelompok sosial terdapat istilah in group, kemudian didefinisikan kelompok ini terbentuk atas dasar jenis pekerjaan, maka kelompok sosial pedagang lah yang sesuai dengan definisi tersebut. Pedagang merupakan orang atau kelompok yang mencari nafkah dengan cara menjual dan membeli barang yang memperoleh keuntungan. pedagang dibagi menjadi 4 bagian yaitu Pedagang Profesional, Pedagang semi Profesional, Pedagang Subsistensi, Pedagang Semu. Dari empat ini menurut peneliti pedagang profesional yang menjadi indikator penelitian ini karena akan selaras dengan pedagang kaki lima dimana aktivitas berdagang ini yang di jadikan sumber utama penghasilan untuk keluarga mereka. Kemudian dari semua aspek yang telah diamati oleh peneliti makan pedagang kaki lima di kawasan Danau Situ Gitunglah yang menjadi objek penelitian karena peneliti bertujuan untuk mengetahui untuk mengetahui bagaimana pola interaksi sosial antar pedagang kaki lima di kawasan Danau Situ Gintung.

(41)

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir

Interaksi sosial

Disosiatif

Persaingan Kontravensi Konflik Asosiatif

Kerjasama Akomodasi

Kelompok Sosial

Pedagang

Pedagang kaki lima Pedagang kaki lima

(42)

28 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian tentang “Pola Interaksi Sosial antar Pedagang Kaki Lima di Kawasan Danau Situ Gintung” ini mengambil lokasi penelitian di kawasan Danau Situ Gintung tepatnya di dekat lampu perempatan Gintung Ciputat Timur, Danau Situ Gintung. Dipilihnya lokasi ini didasarkan oleh alasan Teoritis dan alasan Praktis. Alasan teoritis dipilihnya kawasan Danau Situ Gintung, Ciputat timur, Danau Situ Gintung sebagai objek dan tempat penelitian yaitu untuk mengetahui pola interaksi antar pedagang yang sangat menarik bagi peneliti dan sesuai tujuan dari penelitian yang dimaksud. Terkait alasan praktis dipilihnya lokasi ini disesuaikan pertimbangan dari peneliti mengenai jangkauan tempat, waktu, biaya dan tenaga.

Penelitan ini memerlukan jangka waktu 17 bulan terhitung dari bulan febuari 2020 sampai dengan juli 2021 ini dikarenakan adanya wabah covid 19 maka waktu yang diperlukan lebih lama karena menyesuaikan dengan kondisi di kawasan Danau Situ Gintung sebagai tempat penelitian.

Tabel 3.1

Alokasi Waktu Penelitian

No Jenis Kegiatan Tahun 2020-2021

Feb Mar Sep Nov Des Jan Feb Mei Jul 1

Penyusunan proposal skripsi

2

Penyusunan instrumen penelitian 3

Pengumpulan data

penelitian 4

Pengolahan dan analisis data penelitian

(43)

5

Penyusunan laporan penelitian 6 Penyusunan

Bab IV dan V 7 Kelengkapan

Lampiran 8 Sidang

munaqosah 9 Revisi Skripsi

B. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Kualitatif. Menurut juju sudjana, evaluasi menggunakan pendekatan kualitatif adalah prosedur yang menghasilkan data deksriptif berupa narasi kata-kata tertulis atau lisan dari fakta-fakta yang ditanyakan atau diamati.1

Dengan pendekatan metode penelitian ini bersifat deskriptif yang dimana penelitian deskriptif adalah mengambarkan secara objektif menganalisis data-data yang diperoleh, dan kemudian memakai studi kasus dengan bentuk intrinsik yang menekankan pada pemahaman (verstehen) yang mendalam terhadap kasus tunggal yang disebabkan kasus tersebut menarik.2 C.

Sumber Data

Sumber data adalah salah satu yang paling vital dalam penelitian.

Kesalahan dalam menggunakan atau memahami sumber data, maka data yang diperoleh juga akan meleset dari yang diharapkan. Oleh karena itu, peneliti harus mampu memahami sumberdata mana yang digunakan dalam penelitianya.3

1 DJuju Sudjana, Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), hlm.212-213

2 Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif Dan Kuantitatif (Yogyakarta: Erlangga, 2009).

3 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial & Ekonomi ( Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013). Hal. 129.

(44)

Sumber data dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari hasil wawancara peneliti terhadap para pedagang kaki lima yang berjualan di kawasan Danau Situ Gintung dengan pengamatan bagaimana kegiatan sehari- hari para pedagang tersebut, dan semua dicatat di dalam data tertulis.

Selain sumber data diperoleh dari hasil wawancara dan pengamatan, sumber data tertulis lainya juga diperlukan seperti data dari buku, internet, dan juga foto-foto sebagai sumber data lainya yang juga sebagai bukti bahwa peneliti telah melakukan penelitian.

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diinginkan dan relevan dengan penelitian ini maka digunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

a. Observasi (pengamatan)

Metode observasi adalah metode pegumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian, data penelitian tersebut diamati oleh peneliti. Dalam arti bahwa dihimpun melalui pengamatan peneliti melalui pengunaan pancaindra.4

b. Wawancara

Metode wawancara juga biasa disebut dengan metode interview.

Metode wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden atau orang yang di wawancarai.5

Wawancara dilakukan dengan bertatap muka langsung dengan pedagang kaki lima di kawasan danau Situ Gintung, Instrumen yang digunakan adalah perekam suara dan pedoman wawancara. Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan guna mencari informasi bagaimana interkasi sosial yang terjadi antar pedagang kaki lima di kawasan Danau Situ Gintung.

4 ibid. hal. 142.

5 ibid. hal. 133.

(45)

c. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumen dapat berbentuk tulisan, gambar, atau karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain.

Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni yang dapat berupa gambar, patung, film, dan lain-lain. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.6 Hasil penelitian dari observasi atau wawancara akan lebih dapat dipercaya apabila didukung dengan adanya dokumentasi seperti foto- foto yang berguna melengkapi data.

E.

Instrumen Penelitian

Peneliti berperan sebagai instrumen kunci dalam penelitian, para peneliti kualitatif mengumpulkan sendiri data melalui studi dokumentasi, observasi, dan wawancara. Kehadiran peneliti dalam penelitian ini dilakukan sesuai kesepakatan dengan objek penelitian dalam rangka mengumpulkan data dan informasi berkenan dengan fokus penelitian. Untuk memudahkan tugas peneliti sebagai instrumen kunci, maka peneliti menggunakan acuan berupa pedoman observasi, pedoman wawancara, dan daftar dokumen yang dibutuhkan sebagai usaha menggali informasi dari sumber data penelitian.7

Instrumen penelitian dapat disebut sebagai alat pengumpul data.

Perlunya alat untuk pengumpulan data seperti pedoman wawancara untuk setiap informan, panduan observasi, dan form isian dokumentasi. Peneliti mengumpulkan data dilapangan dengan menggunakan teknik observasi, wawancara, serta studi dokumentasi.8

6 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.(Bandung:

Alfabeta.2009). hal 240

7 Creswell John w, Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, Dan Mixed (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016)

8 Sanapiah Faisal, Format-Format Penelitian Sosial (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007).

(46)

1. Pedoman Observasi

Tabel 3.2 Pedoman Observasi

No Aspek yang Diamati Keterangan

1

Mengamati letak Pedagang-pedagang yang berjualan di kawasan Danau Situ Gintung

2 Mengamati aktivitas saat membuka warung atau Dagangannya

3 Mengamati interaksi yang terjadi antar sesama Pedagang

2. Pedoman Wawancara

Table 3.3

Kisi-Kisi Pedoman Wawancara

No Aspek Masalah Sub Aspek Masalah Keterangan

1 Pedagang Latar belakang berdagang

dikawasan Danau Situ Gintung No 1-5

2 Kontravensi Komunikasi dan hubungan antar

pedagang No 6-8

3 Kerjasama Bentuk kerja sama antar pedagang No 9-10

4 Persaingan Bentuk persaingan antar pedagang No 11-12

5 Konflik Koflik yang terjadi antar pedagang No 13-14

6 Akomodasi Bentuk akomodasi yang lakukan

antar pedagang No 15-16

3. Pedoman Dokumentasi

Tabel 3.4

Pedoman Dokumentasi

No Indikator Keterangan

1. Letak Pedagang

2. Foto bersama Pedagang

Gambar

Gambar 4.1   Peta Danau Situ Gintung ....................................................
Gambar 2.1    Kerangka Berfikir
Tabel 3.2  Pedoman Observasi
Gambar 4.1  Peta Danau Situ Gintung
+5

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan ke tiga peramalan (forecast) kebutuhan akan sumber daya manusia dalam perencanaan sumber daya manusia diatas dapat diartikan bahwa perencanaan sumber

Pengaruh Struktur Kepemilikan dan Dividend Payout Ratio Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Non Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia),

Hal tersebut ditunjukkan dengan hasil analisis data menggunakan analisis Wilcoxon Signed Rank Test program SPSS dengan nilai Z = -3,408, p = 0,001 (p < 0,05), yang

Tulisan ini telah menunjukkan hasil perhitungan aliran daya untuk sistem IEEE 30 bus dengan menggunakan metode jaringan syaraf buatan yang dikenal radial basis

Field NIS merupakan field kunci ( primary key) yang digunakan untuk memanggil field-field yang sudah dientrikan dan tersimpan kedalam data base. Pada tampilan menu

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.317 dengan signifikansi 0.000 (sig < 0.05), hal ini menunjukkan bahwa variabel compliance pada konformitas teman sebaya secara

Pada hasil penelitian ini didalam rumpang wilayah Resort Citelang pada tingkat pancang ditemukan sebanyak 12 jenis pakan badak jawa dengan jenis Sulangkar (Leea

“Aktivitas belajar matematika siswa tidak sama pada tiap kelas, secara umum dapat dibedakan antara MIA dan IIS yang berlaku pada siswa Kelas X dan kelas XII untuk kurikulum 2013.