• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM MEWUJUDKAN JAMINAN KESEHATAN CAKUPAN SEMESTA (UNIVERSAL HEALTH COVERAGE) DI DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM MEWUJUDKAN JAMINAN KESEHATAN CAKUPAN SEMESTA (UNIVERSAL HEALTH COVERAGE) DI DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN SKRIPSI"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

HASUNDUTAN

SKRIPSI

Oleh

WINNY LAURENT SIGALINGGING NIM. 141000389

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2019

(2)

HASUNDUTAN

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

WINNY LAURENT SIGALINGGING NIM. 141000389

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2019

(3)

i

(4)

ii Telah diuji dan dipertahankan

Pada tanggal: 15 Maret 2019

TIM PENGUJI SKRIPSI

Ketua : Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes.

Anggota : 1. Dr. Juanita, S.E., M.Kes.

2. dr. Fauzi, S.K.M.

(5)

iii

Pernyataan Keaslian Skripsi

Saya menyatakan dengan ini bahwa skripsi saya yang berjudul “Peran Pemerintah Daerah dalam Mewujudkan Jaminan Kesehatan Cakupan Semesta (Universal Health Coverage) di Daerah Kabupaten Humbang Hasundutan” beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Maret 2019

Winny Laurent Sigalingging

(6)

iv Abstrak

Jaminan Kesehatan Cakupan Semesta atau Universal Health Coverage (UHC) merupakan jaminan pemeliharaan kesehatan yang diperoleh bersifat menyeluruh yang memastikan setiap warga memiliki akses yang adil terhadap pelayanan kesehatan, dan ditargetkan tercapai 95% pada tahun 2019 di Indonesia. Kabupaten Humbang Hasundutan belum mencapai 95% kepesertaan JKN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaiman peran Pemerintah Daerah Kabupaten Humbang Hasundutan dalam mewujudkan Jaminan Kesehatan Cakupan Semesta (UHC) di daerah Kabupaten Humbang Hasundutan. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif dengan wawancara mendalam, observasi dan telaah dokumen sebagai cara untuk mengumpulkan data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sumber daya manusia masih kurang, koordinasi antar instansi belum terjalin dengan baik, monitoring dan evaluasi belum ada dilakukan secara khusus, kesadaran masyarakat masih kurang, dan pemerintah daerah terlalu memfokuskan perluasan kepesertaan terhadap peserta PBI. Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan pemerintah daerah tetap mengupayakan perluasan kepesertaan JKN peserta mandiri, menambah jumlah SDM dan memberikan pelatihan, memperbaiki koordinasi antar instansi dan pelaksanaan monitoring evaluasi.

Kata kunci: UHC, pemerintah daerah, JKN

(7)

v Abstract

Universal Health Coverage (UHC) is a comprehensive health protection give that ensures for every citizen has fair access to health services, and in Indonesia it is targeted to reach 95% by 2019. Kabupaten Humbang Hasundutan has not reached 95% of JKN membership. The purpose of the research was to knowing how the role of the Regional Government of Kabupaten Humbang Hasundutan in realizing the Universal Coverage Health Insurance (UHC) in the area of Humbang Hasundutan Regency. The research used qualitative method, by in- depth interviews, conducting observation. The results of the research showed that human resources were still lacking, coordination between agencies had not been well established, monitoring and evaluation had not yet been carried out specifically, public awareness was still lacking, and the regional government was too focused on expanding the participation of PBI membership. It was recommended that the regional government will continue to seek the expansion of JKN participation by independent participants, add health workers and provide training, improve coordination between agencies and implement evaluation monitoring.

Keywords: UHC, local government, JKN

(8)

vi

Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peran Pemerintah Daerah dalam Mewujudkan Jaminan Kesehatan Cakupan Semesta (Universal Health Coverage) di Daerah Kabupaten Humbang Hasundutan”. Skripsi ini adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini saya persembahkan untuk orang tua tercinta, R. Sigalingging (Almarhum) dan R. Butarbutar. Terima kasih atas doa, nasihat, kasih sayang, cinta tulus, perhatian serta segala dukungan dalam bentuk apapun yang telah Ayahanda dan Ibunda berikan kepada penulis setiap saat.

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum. selaku Rektor Universitas Sumatera Utara

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si., selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes., selaku Ketua Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sekaligus Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu

(9)

vii

dalam memberikan saran, dukungan, nasihat bimbingan serta arahan dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Dr. Juanita, S.E., M.Kes., selaku dosen penguji I skripsi yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan saran, arahan, serta motivasi kepada penulis dalam perbaikan dan penyelesaian skripsi ini.

5. dr. Fauzi, S.K.M., selaku dosen penguji II skripsi yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan kritik, saran dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

6. Pemerintah Daerah Kabupaten Humbang Hasundutan beserta jajarannya yang telah telah mengijinkan, meluangkan waktu dan membantu saya selama melakukan penelitian ini.

7. Seluruh dosen dan staf pegawai FKM USU terutama Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan yang telah banyak membantu saya, saya mengucapkan terimakasih setinggi-tingginya.

8. Terkhusus dan teristimewa untuk orang tua tercinta, R. Sigalingging dan R.

Butarbutar serta kakak tersayang Eva Sigalingging dan suaminya Jimmy Manurung yang senantiasa selalu memberikan dukungan moral dan materi yang tiada henti kepada penulis.

9. Semua keluarga besar, kakak, abang, dan semua keponakan saya yang telah memberikan dukungan doa, cinta, kasih sayang, dan perhatian. Saya mengucapkan terimakasih.

(10)

viii

10. Sahabat-sahabat yang saya sayangi, yang tidak henti-hentinya memberikan waktu, bantuan, motivasi, dukungan, dan kekuatan. Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya.

Penulis menyadari dalam skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dalam penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan berkat- Nya kepada kita semua dan semoga tulisan ini bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, Maret 2019

Winny Laurent Sigalingging

(11)

ix Daftar Isi

Halaman

Halaman Persetujuan i

Halaman Penetapan Tim Penguji ii

Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi iii

Abstrak iv

Abstract v

Kata Pengantar vi

Daftar Isi ix

Daftar Tabel xi

Daftar Gambar xii

Daftar Lampiran xiii

Daftar Istilah xiv

Riwayat Hidup xv

Pendahuluan 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 4

Manfaat Penelitian 4

Tinjauan Pustaka 5

Jaminan Kesehatan Nasional 5

Defenisi jaminan kesehatan nasional 5

Prinsip-prinsip jaminan kesehatan nasional 6

Kepesertaan jaminan kesehatan nasional 7

Pembayaran iuran jaminan kesehatan nasional 8

Pembiayaan jaminan kesehatan nasional 8

Pertanggung jawaban BPJS Kesehatan 9

Pelayanan jaminan kesehatan nasional 10

Manfaat jaminan kesehatan nasional 13 13

Peran Pemerintah Daerah di Bidang Kesehatan 13

Jaminan Kesehatan Cakupan Semesta (Universal Health Coverage) 14 14

Peran Pemerintah dalam Mewujudkan Jaminan Kesehatan Cakupan

Semesta (Universal Health Coverage) 15

Landasan Teori 20

Kerangka Berpikir 21

Metode Penelitian 22 22

Jenis Penelitian 22 22

Lokasi dan Waktu Penelitian 22 22

Subjek Penelitian 22 22

(12)

x

Definisi Konsep 23 23

Metode Pengumpulan Data 24 24

Metode Analisis Data 24

2

Hasil Penelitian dan Pembahasan 25 25

Gambaran Umum Lokasi Penelitian 25 25

Letak Geografis Kabupaten Humbang Hasundutan 25

Visi dan Misi Kabupaten Humbang Hasundutan 28

Visi 28 28

Misi 29 29

Moto 29 29

Karakteristik Informan 29 29

Upaya untuk Memastikan Seluruh Penduduk Ikut Program JKN 30

Kebijakan Mengenai Program JKN 32 32

Sarana dan Prasarana 34 34

Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Program JKN 36

Sumber Daya Manusia 41 4

Ketersediaan sumber daya manusia 41 41

Koordinasi antar Instansi 44 44

Kesadaran Masyarakat 49 49

Pengalokasian Anggaran 53 5

Keterbatasan Penelitian 56

Kesimpulan dan Saran 58 57

Kesimpulan 58 57

Saran 60 59

Daftar Pustaka 61 6

Lampiran 64 64

(13)

xi Daftar Tabel

No Judul Halaman

1 Karakteristik Informan 29

(14)

xii

Daftar Gambar

No Judul Halaman

1 Kerangka berpikir 21

(15)

xiii

Daftar Lampiran

Lampiran Judul Halaman

1 Pedoman Wawancara 64

2 Hasil Wawancara 70

3 Surat Izin Penelitian 87

4 Surat Pemberian Izin Penelitian 88

5 Surat Selesai Penelitian 89

(16)

xiv Daftar Istilah

APBD Anggaran Pembangunan Belanja Daerah APBN Anggaran Pembangunan Belanja Negara BPJS Badan Penyelenggara Jaminan Sosial BUMN Badan Usaha Milik Negara

DJSN Direktur Jaminan Sosial Nasional DPRD Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

FKRTL Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan FKTP Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama

INA-CBG Indonesian Case Based Groups Jamkesda Jaminan Kesehatan Daerah JKN Jaminan Kesehatan Nasional Kemenkes Kementerian Kesehatan KIS Kartu Indonesia Sehat Mendagri Menteri Dalam Negeri PBI Penerima Bantuan Iuran Pemda Pemerintah Daerah

PMK Pembangunan Manusia dan Kebudayaan PNS Pegawai Negeri Sipil

RAPBD Rencana Anggaran Pembangungan Belanja Daerah RKPD Rencana Kerja Pembangunan Daerah

RPJMN Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional SJKN Sistem Jaminan Kesehatan Nasional

SJSN Sistem Jaminan Sosial Nasional UHC Universal Health Coverage UU Undang-Undang

UUD Undang-Undang Dasar WHO World Health Organization WNA Warga Negara Asing

(17)

xv Riwayat Hidup

Penulis bernama Winny Laurent Sigalingging berumur 23 tahun, dilahirkan di Siraituruk pada tanggal 25 Mei 1995. Penulis beragama Kristen Protestan, anak ke sembilan dari sembilan bersaudara dari pasangan Bapak Resman Sigalingging dan Ibu Riana Butarbutar.

Pendidikan formal dimulai di TK HKBP Siraituruk Tahun 2000.

Pendidikan sekolah dasar di SD Negeri 174559 Tahun 2001-2007, sekolah menengah pertama di SMP Swasta Budhi Dharma Balige Tahun 2007-2010, sekolah menengah atas di SMA Negeri 8 Kota Bengkulu Tahun 2010-2013, selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Medan, Agustus 2019

Winny Laurent Sigalingging

(18)

1 pendahuluan

Latar Belakang

Universal health coverage merupakan sistem kesehatan yang memastikan setiap warga dalam populasi memiliki akses yang adil terhadap pelayanan kesehatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif bermutu dengan biaya terjangkau. Cakupan universal mengandung dua elemen inti yakni akses pelayanan kesehatan yang adil dan bermutu bagi setiap warga, dan perlindungan risiko finansial ketika warga menggunakan pelayanan kesehatan (Mediakom Kementrian Kesehatan RI, 2015).

Data terakhir kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN-KIS) setelah 4 tahun implementasi per 31 Desember 2017 mencapai 187.982.949 (72,9%) peserta dari penduduk Indonesia, berarti masih ada sekitar 27,1% lagi masyarakat Indonesia yang belum menjadi peserta JKN-KIS. Ditargetkan pada tahun 2019 kepesertaan JKN-KIS ini bisa mencapai 95% penduduk Indonesia, hal ini tentunya selaras dengan kebijakan pemerintah dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2016 (BPJS Kesehata, 2018).

Kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional Provinsi Sumatera Utara sampai dengan Agustus 2018 adalah 10.288.528 (69,74%) jiwa dengan jumlah penduduk 14.753.286 jiwa. Maka masih terdapat masyarakat yang belum menjadi peserta JKN-KIS sebanyak 4.464.758 jiwa penduduk Provinsi Sumatera Utara. Artinya, Provinsi Sumatera Utara belum mencapai 95% kepesertaan JKN-KIS (BPJS, 2018).

Guna mewujudkan UHC pada tahun 2019, peran dan dukungan

(19)

pemerintah daerah (Pemda) sangat strategis dan menentukan dalam pengoptimalan program JKN-KIS ini, ada 3 peran penting Pemerintah Daerah dalam mendorong UHC ini yaitu dengan memperluas cakupan kepesertaan, meningkatkan kualitas pelayanan, dan peningkatan kepatuhan. Salah satu upaya Pemerintah Daerah dengan memperluas cakupan kepesertaan adalah dengan mengintegrasikan program Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) ke program JKN-KIS. Integrasi Jamkesda merupakan sinergitas penyelenggaraan jaminan kesehatan bagi penduduk yang didaftarkan oleh pemda dengan skema JKN-KIS yang dikelola oleh BPJS Kesehatan.

Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) menurut Asas Otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom (Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014).

Humbang Hasundutan sebagai salah satu daerah otonom di Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten Humbang Hasundutan memiliki luas wilayah administrasi dengan Luas Wilayah daratan: 233.769 Ha dan 1.494,91 Ha luas perairan (Danau Toba), terdiri dari 10 Kecamatan. Jumlah penduduk sampai dengan Desember 2017 adalah 195.845 jiwa (BPPD Doloksanggul, 2017).

Hasil survei pendahuluan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan,

(20)

didapatkan informasi bahwa Kabupaten Humbang Hasundutan per Desember 2018 mencapai 70,43% kepesertaan JKN dari 198.323 jumlah penduduk, dengan jumlah peserta PBI sebanyak 98.614 jiwa dan peserta non PBI sebanyak 41.066 jiwa peserta. Kepesertaan PBI terbagi berdasarkan sumber pendanaannya yaitu Jamkesda: 83.060 peserta, Provinsi: 5.004 peserta, Kabupaten: 10.550 peserta.

Jumlah peserta JKN sampai dengan Agustus 2018 adalah 138.378 jiwa, dan masyarakat yang belum menjadi peserta JKN berjumlah 57.523 jiwa. Untuk mengetahui bagaimana pemerintah daerah Kabupaten Humbang Hasundutan mengupayakan 95% kepesertaan JKN, maka saya tertarik untuk meneliti tentang

“Peran Pemerintah Daerah Dalam Mewujudkan Jaminan Kesehatan Cakupan Semesta (Universal Health Coverage) di Daerah Kabupaten Humbang Hasundutan”.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalah:

1. Bagaimana upaya Pemerintah Daerah dalam memperluas cakupan kepesertaan JKN di Kabupaten Humbang Hasundutan?

2. Bagaimana kualitas fasilitas kesehatan yang disediakan Pemerintah Daerah guna mencapai Jaminan Kesehatan Cakupan Semesta (Universal Health Coverage) di Kabupaten Humbang Hasundutan?

3. Bagaimana kesiapan Pemerintah Daerah Kabupaten Humbang Hasundutan dalam mewujudkan UHC?

Tujuan Penelitian

(21)

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana upaya Pemerintah Daerah dalam memperluas cakupan kepesertaan JKN di Kabupaten Humbang Hasundutan.

2. Untuk mengetahui bagaimana kualitas fasilitas kesehatan yang disediakan Pemerintah Daerah guna mencapai Jaminan Kesehatan Cakupan Semesta (Universal Health Coverage) di Kabupaten Humbang Hasundutan.

3. Untuk mengetahui bagaimana kesiapan Pemerintah Daerah Kabupaten Humbang Hasundutan dalam mewujudkan UHC.

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk memberikan informasi kepada pembaca tentang bagaimana Peran Pemerintah Daerah dalam mewujudkan Jaminan Kesehatan Cakupan Semesta (Universal Health Coverage) di daerah Kabupaten Humbang Hasundutan 2. Untuk memberikan saran kepada Pemerintah Daerah dalam mewujudkan

Jaminan Kesehatan Cakupan Semesta (Universal Health Coverage) di daerah Kabupaten Humbang Hasundutan.

(22)

5

Tinjauan Pustaka

Jaminan Kesehatan Nasional

Definisi jaminan kesehatan nasional. Sistem Jaminan Sosial Nasional adalah tata cara penyelenggaraan program Jaminan Sosial oleh Badan Penyelenggara Jamian Sosial (BPJS) Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.

Jaminan Sosial adalah bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. Dengan demikian, Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang di kembangkan di Indonesia merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Tujuannya adalah agar semua penduduk Indonesia terlindungi dalam sistem asuransi, sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak (Undang- undang No. 40, 2004).

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan jaminan perlindungan kesehatan yang diperuntukkan bagi seluruh rakyat Indonesia tanpa terkecuali.

Setiap penduduk Indonesia dan Warga Negara Asing (WNA) yang tinggal di Indonesia minimal enam bulan harus mendaftar sebagai peserta JKN. Ketentuan ini sesuai dengan prinsip pelaksanaan asuransi sosial yanng diadopsi oleh JKN, yaitu kepesertaan wajib. Secara teoritis jika seluruh penduduk telah terdaftar pada asuransi sosial, maka risiko sakit penduduk tersebut dapat diprediksi mendekati risiko sakit yang ideal dari suatu kumpulan. Dengan demikian, proyeksi pembiayaan kesehatan yang dihasilkan dapat mendekati kondisi aktual (Nisahairini, 2015).

(23)

Prinsip-prinsip jaminan kesehatan nasional. Menurut Kemenkes tahun 2013, Jaminan Kesehatan Nasional mengacu pada prinsip-prinsip Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) berikut:

a. Prinsip kegotongroyongan

Dalam SJSN, prinsip gotong royong berarti peserta yang mampu membantu peserta yang kurang mampu, peserta yang sehat membantu yang sakit atau yang berisiko tinggi, dan peserta yang sehat membantu yang sakit.

b. Prinsip nirlaba

Pengelola dana amanat oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah nirlaba bukan untuk mencari laba (for profit oriented). Sebaliknya, tujuan utama adalah untuk memenuhi sebesar-besarnya kepentingan peserta.

c. Prinsip portabilitas

Prinsip portabilitas Jaminan Sosial dimaksudkan untuk memberikan jaminan yang berkelanjutan kepada peserta sekalipun mereka berpindah pekerjaan atau tempat tinggal dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

d. Prinsip kepesertaan bersifat wajib

Kepesertaan wajib dimaksudkan agar seluruh rakyat menjadi peserta sehingga dapat terlindungi.

e. Prinsip dana amanat

Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan dana titipan kepada badan-badan penyelenggara untuk dikelola sebaik-baiknya dalam rangka mengoptimalkan dana tersebut untuk kesejahteraan peserta.

Dana jaminan sosial dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan program

(24)

dan untuk sebesar-besar kepentingan peserta.

Kepesertaan jaminan kesehatan nasional. Peserta JKN menurut Peraturan Presiden No. 82 Tahun 2018:

a. Peserta PBI: meliputi orang yang tergolong fakir miskin dan orang tidak mampu sebagai peserta Jaminan Kesehatan Nasional

b. Peserta adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran

c. Pekerja adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima gaji, upah, atau imbalan dalam bentuk lain.

d. Pekerja Penerima Upah yang selanjutnya disingkat PPU adalah setiap orang yang bekerja pada pemberi kerja dengan menerima gaji atau upah.

e. Pekerja Bukan Penerima Upah yang selanjutnya disingkat PBPU adalah setiap orang yang bekerja atau berusaha atas risiko sendiri.

f. Bukan Pekerja yang selanjutnya disingkat BP adalah setiap orang yang bukan termasuk kelompok PPU, PBPU, PBI Jaminan Kesehatan, dan penduduk yang didaftarkan Pemerintah.

g. Pejabat Negara, PNS, TNI/POLRI, Veteran, Perintis Kemerdekaan,

h. Pemberi Kerja adalah orang perseorangan, pengusaha, badan hukum atau badan lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja, atau penyelenggara negara yang mempekerjakan pegawai negeri dengan membayar gaji, upah, atau imbalan dalam bentuk lainnya.

Pembayaran iuran jaminan kesehatan nasional. Setiap peserta wajib membayar iuran yang besarnya ditetapkan berdasarkan persentaseh dari upah

(25)

(untuk pekerja penerimah upah) atau suatu jumlah nominal tertentu (bukan penerima upah dan PBI). Setiap Pemberi Kerja wajib memungut iuran dari pekerjanya, menambahkan iuran peserta yang menjadi tanggung jawabnya, dan membayarkan iuran tersebut setiap bulan kepada BPJS Kesehatan secara berkala (paling lambat tanggal 10 setiap bulan). Apabila tanggal 10 (sepuluh) jatuh pada hari libur, maka iuran dibayarkan pada hari kerja berikutnya. Keterlambatan pembayaran iuran JKN dikenakan denda administratif sebesar 2% (dua persen) perbulan dari total iuran yang tertunggak dan dibayar oleh Pemberi Kerja (Eka, 2014).

Peserta Bukan Penerima Upah dan Peserta bukan pekerja wajib membayar iuran JKN pada setiap bulan yang dibayarkan paling lambat tanggal 10 (sepuluh) setiap bulan kepada BPJS Kesehatan. (Kemenkes, 2013)

Pembiayaan jaminan kesehatan nasional. Subsistem pembiayaan kesehatan merupakan suatu proses yang terus menerus dan terkendali, agar tersedia dana kesehatan yang mencukupi dan berkesinambungan, bersumber dari pemerintah, swasta, masyarakat, dan sumber lainnya. Perencanaan dan pengaturan pembiayaan kesehatan dilakukan melalui penggalian dan pengumpulan berbagai sumber dana yang dapat menjamin kesinambungan pembiayaan pembangunan kesehatan, mengalokasikannya secara rasional, serta menggunakannya secara efisien dan efektif. Dalam hal pengaturan penggalian dan pengumpulan serta pemanfaatan dana yang bersumber dari iuran wajib, pemerintah harus melakukan sinkronisasi dan sinergisme antara sumber dana dan iuran wajib, dana APBN/APBD, dana dari masyarakat, dan sumber lainnya (Hapsara, 2013).

(26)

Pembayaran iuran bagi peserta PBI dibayar oleh pemerintah, bagi peserta pekerja penerima upah dibayar oleh pemberi kerja dan pekerja, bagi peserta pekerja bukan penerimah upah dan peserta bukan pekerja dibayar oleh peserta yang bersangkutan (Kemenkes, 2013).

Perubahan yang telah terjadi di kelembagaan pelayaan kesehatan dengan adanya desentralisasi pelayanan kesehatan menimbulkan perbedaan antara provinsi dan kabupaten/kota dalam hal statsus sumber pembiayaan yang kemudian mempengaruhi kemampuan pemerintah daerah dan pusat dalam membiayai pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, diperlukan suatu proses pemilahan prioritas dan penggalian dana dari berbagai sumber.

Pertanggungjawaban BPJS Kesehatan. BPJS Kesehatan wajib membayar fasilitas kesehatan atas pelayanan yang diberikan kepada peserta paling lambat 15 (lima belas) hari sejak dokumen klaim diterima lengkap. Besaran pembayaran kepada fasilitas kesehatan ditentukan berdasarkan kesepakatan antara BPJS Kesehatan dan asosiasi fasilitas kesehatan di wilayah tersebut dengan mengacu pada standar tarif yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. Dalam hal tidak ada kesepakatan atas besaran pembayaran, Menteri Kesehatan memutuskan besaran pembayaran atas program JKN yang diberi. Asosiasi fasilitas kesehatan ditetapkan oleh Menteri Kesehatan (Kemenkes, 2013)

Dalam JKN, peserta dapat meminta manfaat tambahan berupa manfaat yang bersifat nonmedis berupa akomodasi. Misalnya: peserta yang menginginkan kelas perawatan yang lebih tinggi daripada haknya, dapat meningkatkan haknya dengan mengikuti asuransi kesehatan tambahan, atau membayar sendiri selisi

(27)

antara biaya yang dijamin oleh BPJS Kesehatan dan biaya yang harus dibayar akibat peningkatan kelas perawatan, yang disebut dengan iur biaya (additional charge). Ketentuan tersebut tidak berlaku bagi peserta PBI (Kemenkes, 2013).

Sebagai bentuk pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugasnya, BPJS Kesehatan wajib menyampaikan pertanggungjawaban dalam bentuk laporan pengelolaan program dan laporan keuangan tahunan (periode 1 Januari sampai dengan 31 Desember). Laporan yang telah diaudit oleh akuntan publik dikirimkan kepada Presiden dengan tembusan kepada DJSN paling lambat tanggal 30 Juni tahun berikutnya. Laporan tersebut dipublikasikan dalam bentuk ringkasan eksekutif melalui media massa elektronik dan melalui paling sedikit 2 (dua) media massa cetak yang memiliki peredaran luas secara Nasional, paling lambat tanggal 31 Juli tahun berikutnya (Kemenkes, 2013).

Pelayanan jaminan kesehatan nasional. Menurut Perpres No. 82 Tahun 2018, Fasilitas Kesehatan adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan perorangan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau Masyarakat. Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama yang selanjutnya disingkat FKTP adalah Fasilitas Kesehatan yang melakukan pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat non spesialistik untuk keperluan observasi, promotif, preventif, diagnosis, perawatan, pengobatan, dan/atau pelayanan kesehatan lainnya. Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan yang selanjutnya disingkat FKRTL adalah Fasilitas Kesehatan yang melakukan pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat spesialistik atau sub spesialistik

(28)

yang meliputi rawat jalan tingkat lanjutan, rawat inap tingkat lanjutan dan rawat inap di ruang perawatan khusus.

Penilaian kegawatdaruratan medis Peserta wajib dilakukan untuk menjamin hak Peserta dalam menerima Pelayanan Kegawatdaruratan medis pada:

a. FKTP yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan;

b. FKRTL yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan tanpa disertai dengan surat rujukan dari FKTP; dan

c. Fasilitas Kesehatan yang tidak bekerja sama dengan BPJS Kesehatan.

BPJS Kesehatan menjamin pelayanan gawat darurat medis yang dilakukan:

a. sesuai dengan kegawatdaruratan medis;

b. di ruang pemeriksaan atau Instalasi Gawat Darurat; dan

c. sesuai dengan tata laksana penanganan gawat darurat, dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pelayanan gawat darurat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 merupakan pelayanan kesehatan yang diberikan secepatnya untuk mencegah kematian, keparahan, dan/atau kecacatan sesuai dengan kemampuan Fasilitas Kesehatan.

Pelayanan gawat darurat medis diberikan oleh:

a. FKTP; atau

b. FKRTL, baik yang bekerjasama maupun tidak bekerjasama dengan BPJS Kesehatan

BPJS Kesehatan dalam menjamin pelayanan gawat darurat medis harus memenuhi syarat:

(29)

a. memenuhi kriteria sebagai pasien gawat darurat medis;

b. pelayanan dilakukan di ruang pemeriksaan atau Instalasi Gawat Darurat; dan c. pelayanan dilakukan sesuai laksana penanganan gawat darurat.

Pelayanan gawat darurat medis di FKRTL diberikan di FKRTL tanpa memerlukan surat rujukan dari FKTP maupun FKRTL. Fasilitas Kesehatan yang memberikan pelayanan gawat darurat medis yang termasuk dalam pelayanan yang dijamin dalam jaminan kesehatan nasional baik yang bekerjasama maupun yang tidak bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, dilarang meminta atau menarik biaya kepada Peserta.

Peserta yang memerlukan pelayanan kesehatan pertama-tama harus memperoleh pelayanan kesehatan pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP). Bila peserta memerlukan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan, maka hal itu harus dilakukan melalui rujukan oleh Fasilitas Kesehatan tingkat pertama, kecuali dalam keadaan kegawatdaruratan medis (Kemenkes, 2013).

Bila di suatu daerah belum tersedia Fasilitas Kesehatan yang memenuhi syarat guna memenuhi kebutuhan medis sejumlah peserta, BPJS Kesehatan wajib memberikan kompensasi, yang dapat berupa pengganti uang tunai, pengiriman tenaga kesehatan atau penyediaan Fasilitas Kesehatan tertentu. Penggantian uang tunai hanya digunakan untuk biaya pelayanan kesehatan dan transportasi (Kemenkes, 2013).

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan meliputi semua Fasilitas Kesehatan yang menjalin kerja sama dengan BPJS Kesehatan baik fasilitas kesehatan milik

(30)

Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan swasta yang memenuhi persyaratan melalui proses kredensialing dan rekredensialing (Kemenkes, 2013).

Manfaat jaminan kesehatan nasional. Menurut Peraturan Presiden No.

82 Tahun 2018, manfaat Jaminan Kesehatan Nasional ada 2 (dua) jenis, yaitu manfaat medis berupa pelayanan kesehatan dan manfaat non medis meliputi akomodasi dan ambulans.

Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif termasuk pelayaan obat dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan medis. Manfaat pelayanan promotif dan pelayanan preventif meliputi pemberian pelayanan: (1) penyuluhan kesehatan perorangan, (2) imunisasi dasar, (3) keluarga berencana, (4) skrining kesehatan. Meskipun yang dijamin dalam JKN bersifat komprehensif, masih ada manfaat yang tidak dijamin meliputi: (1) tidak sesuai prosedur, (2) pelayanan di luar fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS, (3) pelayanan bertujuan kosmetik, (4) general checkup, (5) pengobatan alternatif, (6) pengobatan untuk mendapatkan keturunan, (7) pengobatan impotensi, (8) pelayanan kesehatan saat bencana, dan (9) pasien bunuh diri/penyakit yang timbul akibat kesengajaan untuk menyiksa diri sendiri/narkoba (Perpres No. 82, 2018)

Peran Pemerintah Daerah di Bidang Kesehatan

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2018, Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab menyelenggarakan Pengawasan di Bidang Kesehatan. Penyelenggaraan Pengawasan di Bidang Kesehatan bertujuan untuk memastikan dilaksanakannya

(31)

ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan oleh masyarakat dan setiap penyelenggara kegiatan yang berhubungan dengan Sumber Daya di Bidang Kesehatan dan Upaya Kesehatan.

Pemerintah daerah berperan sebagai penanggung jawab, penggerak, pelaksana, dan pembina pembangunan kesehatan dalam lingkup wilayah kerja dan kewenangan masing-masing. Urusan kesehatan merupakan urusan pemerintah yang wajib diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/kota, berkaitang dengan pelayanan dasar. Penyelenggaraan urusan kesehatan tersebut perlu berpedoman terhadap norma, standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. Dalam hal ini, pemerintah menetapkan kebijakan berupa norma, standar, prosedur, dan kriteria yang digunakan sebagai acuan dalam penyelenggaraan urusan kesehatan di daerah (Hapsara, 2013).

Jaminan Kesehatan Cakupan Semesta (Universal Health Coverage)

Jaminan Kesehatan Cakupan Semesta atau Universal Health Coverage (UHC) merupakan jaminan pemeliharaan kesehatan yang diperoleh bersifat menyeluruh (Muninjaya, 2004).

Dewan Jaminan Sosaial nasional (DJSN) bersama 13 (tiga belas) Kementerian dan Lembaga, telah menyusun “Peta Jalan Menuju Cakupan Semesta JKN tahun 2012-2019”. Peta jalan tersebut memuat sasaran pokok beserta kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan yang akan dicapai oleh penyelenggaraan JKN pada tahun 2019. Dalam jangka waktu 8 (delapan) tahun, fokus penyelenggaraan JKN diutamakan pada penyiapan beroperasinya BPJS

(32)

Kesehatan. Pada lima tahun selanjutnya (2015-2019), fokus penyelenggaraan JKN tertuju pada perluasan kepesertaan menuju cakupan semesta, yang populer dikenal sebagai universal coverage (Eka, 2014).

Peran Pemerintah dalam Mewujudkan Jaminan Kesehatan Cakupan Semesta (universal health coverage). Sesuai Instruksi Presiden Nomor 8 Tahun 2017, para Bupati dan Walikota diintruksikan untuk:

1. Mengalokasikan anggaran dalam rangka pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional;

2. Memastikan seluruh penduduknya terdaftar dalam Program Jaminan Kesehatan Nasional;

3. Menyediakan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan sesuai standar kesehatan dan sumber daya manusia kesehatan yang berkualitas di wilayahnya masing-masing;

4. Memastikan Badan Usaha Milik Daerah untuk mendaftarkan dan memberikan data yang lengkap dan benar bagi para Pengurus dan Pekerja beserta anggota keluarganya dalam Program Jaminan Kesehatan Nasional;

5. Memastikan pembayaran iuran jaminan kesehatan bagi seluruh Pengurus dan Pekerjanya pada Badan Usaha Milik Daerah; dan

6. Memberikan sanksi administratif berupa tidak mendapatkan pelayanan publik tertentu berupa:

a. perizinan terkait usaha;

b. izin yang diperlukan dalam mengikuti tender proyek;

c. izin mempekerjakan tenaga kerja asing;

(33)

Guna mewujudkan UHC pada tahun 2019, peran dan dukungan pemerintah daerah (pemda) sangat strategis dan menentukan dalam pengoptimalan program JKN-KIS ini, ada 3 peran penting Pemerintah Daerah dalam mendorong UHC ini yaitu dengan memperluas cakupan kepesertaan, meningkatkan kualitas pelayanan, dan peningkatan kepatuhan.

a. Memperluas cakupan kepesertaan

Cakupan jaminan kesehatan masih bersifat parsial dan perlu perluasan untuk kelompok lainnya secara bertahap sesuai dengan tujuan peta jalan dalam mencapai cakupan semesta pada tahun 2019. Salah satu saluran penting dalam mencapai UHC pada tahun 2019 adalah keterlibatan dan koordinasi dari unit-unit Pemerintah Daerah guna membuat kebijakan untuk mendukung perluasan cakupan kepesertaan JKN, hal ini termasuk mengintegritaskan ratusan program JKN yang masih terpisah (berjalan sendiri), mengintegritaskan pelayanan kesehatan yang disediakan pemberi kerja kepada karyawannya dan cakupan sektor informal, menjangkau yang belum terjamin dan sektor informal, informalisasi pada keikutsertaan dan cakupan. (Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, 2015)

b. Meningkatkan kualitas pelayanan

Organisasi Kesehatan Dunia telah mengembangakan kerangka kerja konseptual dari enam sistem “blok bangunan” kesehatan untuk memberikan penilaian terhadap pelayanan kesehatan dan kesiapan sisi suplai dari empat sub- dimensi: ketersediaan pelayanan kesehatan umum, kesediaan pelayanan kesehatan umum, ketersediaan pelayanan kesehatan spesifik, dan kesiapan pelayanan

(34)

kesehatan spesifik.

Tujuan Indonesia untuk mencapai UHC pada tahun 2019 melalui program JKN akan membutuhkan fasilitas kesehatan yang sesuai dengan perkembangan saat ini untuk memastikan bahwa semua orang Indonesia dapat menggunakan pelayanan kesehatan promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, dan paliatif yang mereka butuhkan dan juga ada kualitas yang cukup untuk menjadikan pelayanan tersebut efektif.

Pelayanan kesehatan dan kesiapan sisi suplai adalah elemen sistem kesehatan yang mendasar dan penting yang pada akhirnya bertujuan untuk meningkatkan keluaran kesehatan dan mendukung pengembangan kualitas sumberdaya manusia.

c. Peningkatan kepatuhan

Pemerintah Indonesia mendukung UHC sebagai tujuan penting untuk pengembangan sistem pembiayaan kesehataan. Pengalaman global menunjukkan sebagian besar reformasi terhadap Jaminan Kesehatan Semesta telah dilaksansakan secara bertahap, dimulai dengan PNS, sektor formal dan kelompok miskin. Namun cakupan sektor informal lebih sulit dijangkau dan berkembang lebih lama di kelompok penduduk menengah bawah yang dikategorikan berpenghasilan rendah. Masuknya sektor informal dalam skema berbasis iuran di mana banyak bekerja disektor informal yang memiliki penghasilan yang tidak stabil dan reguler, seperti petani yang harus menunggu panen untuk mendapatkan penghasilan. Kondisi ini mengakibatkan terhambatnya proses pengumpulan iuran yang reguler dan berpotensi menyebabkan tingginya angka drop-out (Idris, 2015).

(35)

Guna mewujudkan UHC pada tahun 2019, salah satu langkah strategis yang perlu diambil oleh Pemerintah Daerah (Pemda) adalah melakukan integrasi Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) ke dalam program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) – Kartu Indonesia Sehat (KIS) yang dikelola BPJS Kesehatan.

Dengan demikian maka seluruh Jamkesda diharapkan sudah berintegrasi ke dalam program JKN-KIS (BPJS, 2016).

Pemda sendiri selama ini memang telah menjadi tulang punggung implementasi program strategis nasional, termasuk di dalamnya program JKN- KIS. Setidaknya ada tiga peran penting Pemda dalam upaya mengoptimalkan program JKN-KIS, diantaranya memperluas cakupan kepesertaan, meningkatkan kualitas pelayanan, serta meningkatkan tingkat kepatuhan. (BPJS, 2016).

Data hingga November 2016, baru 378 Kabupaten/Kota yang sudah melakukan hal tersebut. Artinya masih ada 136 Kabupaten/Kota lagi yang belum mengintegrasikan program Jamkesda mereka. Mendagri menyampaikan, sudah menjadi kewajiban Pemerintah untuk dapat memberikan kehidupan yang sehat dan sejahtera bagi seluruh masyarakat Indonesia (BPJS, 2016).

Demi mewujudkan hal tersebut, pemerintah menyelenggarakan program JKN-KIS sesuai dengan amanat UU Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Masih ada beberapa permasalahan dalam penyelenggaraan program di bidang kesehatan yang harus menjadi perhatian.

Contohnya infrastruktur yang belum merata dan memadai. Karena dari 9.599 puskesmas dan 2.184 rumah sakit rujukan di seluruh Indonesia, sebagian besarnya masih berpusat di kota-kota besar. Termasuk juga 187 kecamatan di wilayah

(36)

perbatasan juga masih belum terpenuhi sejumlah puskesmas yang seharusnya menjadi skala prioritas pembangunan kesehatan di negara (BPJS,2016).

Dari total belanja APBD secara nasional yang mencapai Rp 1.073 Triliun, belanja urusan kesehatan sudah mencapai 15,1% atau Rp 126,89 Triliun.

Sementara total belanja pemerintah kabupaten/kota di seluruh Indonesia sudah mencapai Rp 629,3 Triliun. Untuk belanja urusan kesehatan di kabupaten sudah 16,84% atau Rp 79,1 Triliun. Dan untuk pemerintah kota belanja kesehatannya mencapai 17,21% atau Rp 19,2 Triliun.Untuk mendukung program JKN-KIS, Kepala Daerah setidaknya harus memastikan alokasi pembiayaan jaminan kesehatan bagi fakir miskin dan orang yang tidak mampu, khususnya dalam APBD (BPJS, 2016).

Tidak ada sanksi hukum bagi pemda yang belum terintegrasi ke JKN.

Namun Mendagri bisa melakukan koreksi terhadap RAPBD provinsi setiap tahun.

RAPBD yang dibahas bersama gubernur dengan DPRD ada skala prioritas, salah satunya adalah bidang kesehatan. Selain integrasi Jamkesda, seluruh kepala daerah diharapak mendukung kelancaran pelaksanaan program JKN dengan mengalokasikan minimal 10 persen APBD untuk bidang kesehatan termasuk juga untuk memperbaiki kualitas layanan kesehatan yang mudah dijangkau, nyaman dan dapat diterima oleh masyarakat (BPJS, 2016).

Faskes yang tersedia dan bekerja sama dengan BPJS Kesehatan harus mudah diakses oleh masyarakat terutama dari sisi lokasi atau jarak tempuh maupun biaya. Pemda diminta memperhatikan infrastruktur layanan kesehatan yang belum memadai. Dari 9599 puskemas di seluruh Indonesia, dan 2186 rumah

(37)

sakit rujukan, sebagian besar masih berpusat di kota besar. Termasuk jumlah puskesmas di 187 kecamatan di wilayah perbatasan belum terpenuhi. Sebagian besar masyarakat pun masih sulit mengakses fasilitas kesehatan, karena jarak tempuh yang sangat jauh, utamanya di pulau terpencil dan perbatasan (BPJS, 2016).

Beberapa persoalan yang muncul dalam pelaksanaan program JKN di lapangan juga harus menjadi perhatian pemda. Banyaknya keluhan dari masyarakat mengenai layanan JKN perlu direspon pemda, seperti jumlah puskesmas yang belum memadai, kualitas fasilitas kesehatan belum memenuhi standar, ketersediaan SDM dan kurangnya jumlah dokter di sejumlah daerah (Kemenkes, 2017).

Landasan Teori

Pelaksanaan Jaminan Kesehatan nasional merupakan pengembangan Jaminan Kesehatan yang sekarang sudah ada yaitu BPJS/KIS. Pengalaman pelaksanaan jaminan kesehatan yang sekarang sudah ada menjadi bahan referensi sekaligus bahan pembelajaran dalam pelaksanaan Jaminan Kesehatan Cakupan Semesta pada tahun 2019. Pelaksanaan UHC tersebut tidak lepas dari peran pemerintah daerah dalam upaya mendukung optimalisasi program tersebut.

Implementasi monitoring dan evaluasi menjadi salah satu tanggungjawab pemda untuk melihat hasil kinerja termasuk indikator dan targetnya. Hubungan antara fungsi sistem kesehatan, tujuan pembiayaan, ketersediaan sumber daya manusia dan fasilitas yang harus memadai merupakan hal yang harus diperhatikan oleh pemda. Pemerintah juga perlu memperhatikan kesinambungan beberapa

(38)

indikator pelaksanaan JKN seperti, sumber dana, infrastruktur, output berupa pelayanan dan intervensi, keluaran berupa cakupan intervensi dan dampak program tersebut.

Kerangka Berpikir

Untuk mempermudah pemahaman dalam menganalisa Peran Pemerintah Daerah dalam mewujudkan UHC di Kabupaten Humbang Hasundutan, berikut kerangka pikir yang dibuat peneliti untuk mempermudah cara berpikir dan pemaparan hasil penelitian ini:

Gambar 1. Kerangka berpikir

Pemerintah Daerah

Monitoring dan Evaluasi Tingkat Daerah

Pengalokasian Anggaran

Koordinasi Antar Instansi

Fasilitator

- SDM

(39)

22

Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif dengan wawancara mendalam terhadap informan agar diketahui secara jelas dan mendalam tentang peran Pemerintah Daerah dalam mewujudkan UHC di daerah Kabupaten Humbang Hasundutan.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di daerah Kabupaten Humbang Hasundutan.

Alasan pemilihan lokasi karena berdasarkan wawancara dengan Kepala Seksi bagian Jaminan Kesehatan Dinas Kesehatan Humbang Hasundutan pada bulan Agustus 2018, diketahui bahwa kepesertaan JKN di Kabupaten Humbang Hasundutan masih 72%. Sedangkan target untuk mewujudkan UHC kepesertaan JKN harus 100% di seluruh Indonesia. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2018 sampai dengan selesai.

Subjek Penelitian

Informan dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Teknik ini menggunakan penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu yaitu informan yang memiliki kapasitas dalam menjawab pertanyaan terkait dengan peran Pemerintah Daerah dalam UHC di daerah Kabupaten Humbang Hasundutan. Teknik ini dipilih juga karena tidak membutuhkan generalisasi dalam penelitiannya (Sugiyono, 2012). Informan dalam penelitian ini adalah:

a. Kepala Dinas Kesehatan Humbang Hasundutan

(40)

b. Kepala Seksi Jaminan Kesehatan Dinas Kesehatan Humbang Hasundutan c. Yang bertanggungjawab sebagai Pemimpin BPJS Cabang Sibolga

d. Asisten Pemerintahan Kabupaten Humbang Hasundutan Definisi Konsep

Definisi konsep dalam penelitian ini adalah peran Pemerintah daerah dalam mencapai UHC dengan meninjau hal-hal berikut:

1. Monitoring dan evaluasi tingkat daerah yang dilakukan oleh Pemerintah daerah merupakan hal penting untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan program UHC. Dengan monitoring dan evaluasi, Pemda dapat mengetahui apa saja perubahan positif dan juga kekurangan dalam pelaksanaan program UHC tersebut.

2. Dalam bidang kesehatan, pemerintah juga berperan sebagai fasilitator, maka untuk mengetahui kesiapan suatu daerah dalam menghadapi UHC, perlu diketahui bagaimana kesiapan Pemda dalam menyediakan berbagai fasilitas kesehatan.

3. Koordinasi antar instansi menjadi salah satu tolak ukur penilaian pelaksanaan program UHC. Dalam mewujudkan UHC tidak hanya dibebankan kepada Dinas Kesehatan, tetapi melibatkan Instansi lainnya seperti Rumah Sakit, Puskesmas, Perusahaan Swasta yang menyediakan asuransi kesehatan, dan berbagai instansi lainnya.

4. Anggaran adalah hal terpenting dalam mewujudkan suatu program termasuk UHC. Dalam bidang kesehatan ada beberapa sumber pendanaan. Maka dari

(41)

itu penelitian ini perlu meninjau bagaimana pengalokasian anggaran dalam mewujudkan UHC di daerah Kabupaten Humbang Hasundutan.

Metode Pengumpulan Data

Data primer diperoleh melalui wawancara dan observasi. Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam (indepth interview) kepada informan. Menurut Hamidi (2010) teknik wawancara (interview) dipilih jika peneliti yang menginginkan data berupa cerita rinci dan bahasa hasil konstruksi dari para responden, misalnya tentang pengetahuan, pengalaman, pendapat atau pandangan hidup. Data sekunder diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan yang berhubungan dengan kepesertaan program Jaminan Kesehatan Nasional.

Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif. Menurut Miles dan huberman, analisis data kualitatif dilakukan secara simultan dengan proses pengumpulan data, interpretasi data dan dibuat matriks untuk mempermudah dalam melihat data secara sistematis Ringkasan ini kemudian diuraikan kembali dalam bentuk narasi dan melakukan penyimpulan terhadap analisa yang telah didapat secara menyeluruh (Hamidi, 2010).

(42)

25

Hasil dan Pembahasan

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kabupaten Humbang Hasundutan sebagai salah satu daerah otonom di Provinsi Sumatera Utara memiliki potensi sumber daya yang cukup besar yang harus dikembangkan untuk mewujudkan tujuan utama dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum dan daya saing daerah secara keseluruhan dengan memanfaatkan posisi geografis yang cukup strategis dan potensi demografi (sumber daya manusia) serta mengoptimalkan potensi sumber daya alam dan faktor-faktor lingkungan strategis lainnya.

Letak geografis Kabupaten Humbang Hasundutan. Luas Kabupaten Humbang Hasundutan adalah 235.264,37 Ha yang terdiri dari daratan seluas 233.769,46 Ha dan perairan Danau Toba seluas 1.494,91 Ha. Perhitungan luasan ini berdasarkan kepada :

1. Permendagri 77 Tahun 2016 tentang Tentang Batas Daerah Kabupaten Humbang Hasundutan dengan Kabupaten Tapanuli Tengah Provinsi Sumatera Utara;

2. Permendagri Nomor 20 Tahun 2017 Tentang Batas Daerah Kabupaten Humbang Hasundutan dengan Kabupaten Tapanuli Utara Provinsi Sumatera Utara;

3. Permendagri Nomor 21 Tahun 2017 Tentang Batas Daerah Kabupaten Humbang Hasundutan dengan Kabupaten Samosir Provinsi Sumatera Utara;

(43)

4. Permendagri Nomor 27 Tahun 2017 Tentang Batas Daerah Kabupaten Humbang Hasundutan dengan Kabupaten Pakpak Bharat Provinsi Sumatera Utara;

Secara administratif, Kabupaten Humbang Hasundutan diapit oleh 4 (empat) kabupaten dengan batas-batas sebagai berikut:

- Sebelah Utara : Kabupaten Samosir

- Sebelah Timur : Kabupaten Tapanuli Utara - Sebelah Selatan : Kabupaten Tapanuli Tengah - Sebelah Barat : Kabupaten Pakpak Bharat

Sesuai Peraturan Daerah Kabupaten Humbang Hasundutan Nomor 1 Tahun 2018 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2016-2036, Kabupaten Humbang Hasundutan memiliki luas wilayah administrasi dengan Luas Wilayah daratan: 233.769 Ha dan 1.494,91 Ha luas perairan (Danau Toba), terdiri dari 10 Kecamatan, 1 (satu) Kelurahan dan 153 Desa dengan dengan batasbatas wilayah sebagai berikut:

1. Sebelah Utara dengan Kabupaten Samosir;

2. Sebelah Selatan dengan Kabupaten Tapanuli Tengah;

3. Sebelah Timur dengan Kabupaten Tapanuli Utara;

4. Sebelah Barat dengan Kabupaten Pakpak Bharat.

Secara Geografis, Kabupaten Humbang Hasundutan terletak pada bagian tengah Sumatera Utara pada jajaran Bukit Barisan, dan terletak garis 2o 1'-2o 28' Lintang Utara. 98o 10o-98o 58' Bujur Timur.

Kabupaten Humbang Hasundutan terdiri dari 10 kecamatan yaitu:

(44)

1. Baktiraja 2. Dolok Sanggul 3. Lintong Nihuta 4. Onan Ganjang 5. Pakkat

6. Paranginan 7. Parlilitan 8. Pollung 9. Sijama Polang 10. Tarabintang

Kabupaten Humbang Hasundutan terdiri dari 1 Rumah Sakit dan 12 Puskesmas yaitu:

1. Rumah Sakit Umum Daerah Dolok Sanggul

Daftar nama-nama Puskesmas di Daerah Kabupaten Humbang Hasundutan:

1. Puskesmas Pakkat

2. Puskesmas Onan Ganjang 3. Puskesmas Bonandolok 4. Puskesmas Matiti 5. Puskesmas Saitnihuta 6. Puskesmas Sigompul 7. Puskesmas Paranginan 8. Puskesmas Bakti Raja 9. Puskesmas Huta Paung 10. Puskesmas Parlilitan

(45)

11. Puskesmas Hutagalung 12. Puskesmas Tarabintang

Rasio Tenaga Kesehatan Program Sumber Daya Manusia Kesehatan, rasio tenaga kesehatan per 100.000 penduduk belum memenuhi target. Sampai dengan tahun 2017, rasio tenaga kesehatan masih belum mencapai target per 100.000 penduduk sesuai tahun 2017, seperti untuk dokter spesialis 7 per 100.000 penduduk (target 9 per 100.000 penduduk), dokter umum sebesar 21 per 100.000 penduduk (target 30 per 100.000 penduduk), dokter gigi sebesar 5 per 100.000 penduduk (target 11 per 100.000 penduduk), perawat sebesar 124 per 100.000 penduduk (target 158 per 100.000 penduduk), sedangkan bidan sebesar 173 per 100.000 penduduk lebih dari target 75 per 100.000 penduduk.

Visi dan Misi Kabupaten Humbang Hasundutan

Visi. Mewujudkan Humbang Hasundutan yang Hebat dan Bermentalitas Unggul.

Humbang Hasundutan yang "HEBAT"

H = Humbang Hasundutan Na Martuhan jala maduma (Peningkatan Keimanan Kesejahteraan dan Kualitas SDM dan Sumber Daya Alam) E = Eme Na Godang Tano Na Bidang (Mewujudkan Ketahanan Pangan) B = Bahen Murah Arga Ni Pupuk (Penyediaan Saprodi dan Alsintan) A = Asa Sinur Na Pinahan Gabe Na Niula (Peningkatan Ekonomi Kerakyatan) T = Ture Dalan Tu Huta Sahat Tu Balian Asa Langku Na Ni Ula Dohot Tiga-Tiga (Peningkatan Kualitas Infrastruktur).

(46)

Misi. Meningkatkan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia dan Sumber Daya Alam, meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik, meningkatkan kedaulatan pangan dan ekonomi kerakyatan, meningkatkan ketersediaan infrastruktur dan pengembangan wilayah.

Motto

1. Bekerja keras 2. Bekerja cerdas 3. Bekerja serius Karakteristik Informan

Informan dalam penelitian ini berjumlah 5 orang informan yaitu, Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Dolok Sanggul, Kepala Seksi Pelayanan dan Jaminan Kesehatan, Kepala Dinas Kesehatan, Kasubag Bina Kesehatan Bagian Kesejahteraan Sosial Sekretariat Daerah,Kabid SDM Umum dan Komunikasi Publik BPJS Cabang Sibolga.

Tabel 1

Karakteristik Informan

Kode Responden

Umur (tahun)

Pendidikan Identitas

Informan 2 Informan 3

40 S1 Kepala Seksi Pelayanan dan Jaminan Kesehatan

60 S2 Kepala Dinas Kesehatan

(bersambung)

(47)

Tabel 1

Karakteristik Informan

Kode Responden Umur (tahun)

Pendidikan Identitas

Informan 4 36 S1 Kasubag Bina Kesehatan Bagian Kesejahteraan Sosial Sekretariat Daerah

Informan 5 40 S2 Kabid SDM Umum dan Komunikasi

Publik BPJS Cabang Sibolga

Beberapa aspek yang dikategorikan sebagai hal yang mempengaruhi peran Pemerintah dalam mewujudkan UHC adalah: Monitoring dan Evaluasi pelaksanaan program JKN, sumber daya manusia, koordinasi antar instansi, kesadaran masyarakat,dan pengalokasian anggaran.

Upaya Untuk Memastikan Seluruh Penduduk Ikut Program JKN

Sesuai Intruksi Presiden Nomor 8 Tahun 2017, Pemerintah Daerah diintruksikan untuk memastikan seluruh penduduknya terdaftar dalam program JKN. Berikut hasil wawancara mendalam dengan Kepala Seksi Pelayanan dan Jaminan Kesehatan Dinas Kesehatan Humbang Hasundutan.

“paling melalui sosialisasi lah dek. Terus kami juga berusaha menambah kuota peserta PBI.

Dari hasil wawancara di atas, diperoleh informasi bahwa Dinas Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan sudah melakukan upaya untuk memastikan seluruh penduduk untuk ikut serta program JKN. Namun hanya sekedar himbauan saja, tidak untuk mewajibkan. Karena belum ada Peraturan Daerah untuk mewajibkan seluruh penduduk untuk ikut serta program JKN.

(48)

Kutipan tersebut diatas didukung dengan pernyataan dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan yang menyatakan:

”saat ini kita sudah mencapai 70.43%. PBI dan non PBI. Banyak ya upaya yang sudah kita lakukan. Sosialisasi sudah kita buat. Fasilitas pun semua sudah kita lengkapi. Jadi kita ga asal-asal mau UHC ya. Semua fasilitas kesehatan sudah kita perintahkan biar sesuai prosedur kerjanya.

Dari hasil wawancara di atas, diperoleh informasi bahwa hasil himbauan yang dilakukan Pemerintah Daerah salah satunya melalui sosialisasi, kepesertaan JKN di Kabupaten Humbang Hasundutan saat ini sudah mencapai 70.43%

kepesertaan JKN baik PBI dan non PBI. Fasilitas Pelayanan Kesehatan juga sudah dilengkapi dan berjalan sesuai prosedur, hal ini merupakan saah satu bentuk pertanggungjawaban Pemda atas himbauan yang dilakukan kepada masyarakat.

Pemda melakukan himbauan agar masyarakat ikut serta program JKN, maka Pemda juga menyediakan Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang sesuai dengan standart.

Kutipan tersebut diatas didukung dengan pernyataan dari Kasubag Bina Kesehatan Bagian Kesejahteraan Sosial Sekretariat Daerah Kabupaten Humbang Hasundutan yang menyatakan:

“sekarang kami sudah upayakan ya, memang target kan 2019 ini udah harus 95%. Tapi saat ini kami udah sekitar 70% kok.

Dari hasil wawancara di atas diperoleh informasi bahwa, Pemda Kabupaten Humbang Hasundutan sudah melakukan upaya untuk perluasan kepesertaan JKN. Meskipun belum mencapai 95%, tetapi Kabupaten Humbang Hasundutan saat ini sudah mencapai sekitar 70% kepesertaan JKN.

Dari beberapa pernyataan di atas, diperoleh informasi bahwa Pemda

(49)

Kabupaten Humbang Hasundutan sudah melakukan beberapa upaya untuk memastikan atau menghimbau seluruh penduduknya agara ikut serta dalam program JKN. Beberapa upaya yang sudah dilakukan yaitu, melalui sosialisasi, melengkapi fasilitas kesehatan sebagai bentuk pertanggungjawaban Pemda dari himbauan yang telah dilakukan.

Kebijakan Mengenai Program JKN

Pemerintah Daerah dalam Bidang Kesehatan Berperan sebagai regulator untuk membuat regulasi, peraturan, atau kebujakan di Daerah masing-masing sesuai kondisi dan kebutuhan masing-masing. Berikut hasil wawancara mendalam dengan Kepala Seksi Pelayanan dan Jaminan Kesehatan Dinas Kesehatan Humbang Hasundutan.

“belum ada, saat ini kami hanya mengikuti apa yang diperintahkan dari atas dek”.

Dari hasil wawancara di atas diperoleh informasi bahwa, Pemda Kabupaten Humbang Hasundutan belum ada membuat Perda khusus mengenai pelaksanaan program JKN di Kabupaten Humbang Hasundutan. Saat ini Pemda Humbang Hasundutan hanya mengikuti intruksi dan peraturan yang berlaku.

Kutipan tersebut diatas didukung dengan pernyataan dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan yang menyatakan:

“belum ada. Peraturannya masih sama dengan apa yang dikeluarkan di undang-undang.

Dari hasil wawancara di atas, diperoleh informasi bahwa di Kabupaten Humbang Hasundutan sudah ada Perda mengenai pelaksanaan Program JKN di Kabupaten Humbang Hasundutan. Tetapi Perda tersebut sesuai dengan peraturan

(50)

dari Pemerintah Pusat.

Kutipan tersebut diatas didukung dengan pernyataan dari Kasubag Bina Kesehatan Bagian Kesejahteraan Sosial Sekretariat Daerah Kabupaten Humbang Hasundutan yang menyatakan:

“sampai saat ini belum ada. Kita masih mengikuti apa peraturan atau perintah dari atas”.

Dari hasil wawancara di atas, diperoleh informasi bahwa di Kabupaten Humbang Hasundutan belum ada Perda khusus mengenai pelaksanaan program JKN di Kabupaten Humbang Hasundutan. Saat ini Pemda Kabupaten Humbang Hasundutan masih mengikuti peraturan atau perintah dari Pemerintah Pusat.

Kutipan tersebut diatas didukung dengan pernyataan dari Kabid SDM Umum dan Komunikasi Publik BPJS Cabang Sibolga yang menyatakan:

“yang saya tau sampai saat ini belum ada laporan ke kami soal kebijakan dari Humbang.

Dari hasil wawancara di atas, diperoleh informasi bahwa belum ada kebijakan atau Perda dari Kabupaten Humbang Hasundutan Mengenai program JKN di Kabupaten Humbang Hasundutan.

Dari beberapa pernyataan di atas, diperoleh informasi bahwa di Kbaupaten Humbang Hasundutan belum ada Perda atau kebijakan khusus mengenai pelaksanaan program JKN. Saat ini Pemda melaksanakan program JKN sesuai dengan peraturan dan undang-undang yang berlaku.

Sarana dan Prasarana

Presiden menekankan kepada Gubernur untuk meningkatkan pembinaan dan pengawasan kepada Bupati dan Walikota dalam melaksanakan JKN,

(51)

mengalokasikan anggaran untuk pelaksanaan JKN, memastikan Bupati dan Walikota mengalokasikan anggaran, dan mendaftarkan seluruh penduduknya sebagai peserta JKN, menyediakan sarana dan prasarana, serta SDM kesehatan di wilayahnya. Berikut hasil wawancara mendalam dengan Kepala Dinas Kesehatan Humbang Hasundutan.

“Fasilitas Pelayanan Kesehatan semua sudah kita lenkapi. Kalau kau lihat semua Puskesmas di Humbang ini, udah mantap semua bangunannya. Udah hampir kayak rumah sakit. Jadi kita ga asal-asal mau UHC ya. Benar-benar kita siapkan dulu semua dari kita. Rumah Sakit pun kita punya kok, klinik juga ada.

Semua sudah kita perintahkan biar sesuai prosedur kerjanya”.

Dari hasil wawancara di atas, diperoleh informasi bahwa sarana dan prasarana fasilitas kesehatan di Kabupaten Humbang Hasundutan sudah memadai dan sesuai standart yang berlaku. Terdapat 1 Rumah Sakit milik Pemerintah, 11 Puskesmas milik Pemerintah, dan ada beberapa Klinik milik swasta.

Kutipan tersebut diatas didukung dengan pernyataan dari Kasubag Bina Kesehatan Bagian Kesejahteraan Sosial Sekretariat Daerah Kabupaten Humbang Hasundutan yang menyatakan:

“Fasilitas kesehatan kita sudah memadai, sudah sesuai standart. Apalagi karena adanya akreditasi kemaren kan. Jadi semua kita upayakan semaksimal mungkin”.

Dari hasil wawancara di atas, diperoleh informasi bahwa fasilitas kesehatan di Kabupaten Humbang Hasundutan sudah memadai dan sesuai dengan standart yang berlaku. Hal tersebut didukung oleh pelaksanaan akreditasi bidang kesehatan sehingga mengharuskan setiap fasilitas dan pelayanan kesehatan harus sesuai dengan peraturan dan standart minimal yang berlaku.

(52)

Dari beberapa pernyataan di atas, diperoleh informasi bahwa sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan di Kabupaten Humbang Hasundutan sudah memadai dan sesuai standart. Hal ini didukung dengan diadakannya akreditasi pada bidang kesehatan yang mewajibkan seluruh fasilitas dan pelayanan kesehatan harus sesuai dengan standart yang telah ditentukan oleh Kemenkes.

Dengan adanya himbauan kepada masyarakat untuk ikut serta program JKN, kunjungan masyarakat ke fasilitas kesehatan tentunya semakin meningkat. Maka Pemerintah Daerah juga mengupayakan fasilitas yang memadai dan sesuai standart agar dapat diakes dengan mudah dan adil oleh masyarakat.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Trisna (2017) yang menyatakan bahwa, RSUD Hasanuddin Damrah Manna Bengkulu Selatan merupakan Rumah Sakit kelas C yang sudah dilengkapi dengan berbagai sarana dan prasarana. Berdasarkan hasil penelitian maka sarana prasaran yang disediakan RSUD Hasanuddin Damrah Manna Bengkulu Selatan telah mengalami perkembangan, dimana tidak hanya dari sisi jumlah namun juga kualitas yang disediakan. Namun dalam perkembangan pasien BPJS yang makin meningkat menyebabkan kebutuhan untuk mengembangkan sarana prasarana tersebut. Salah satu faktor yang dianggap harus segera mendapatkan perhatian penting seiring dengan lonjakan pasien akibat kepersertaan BPJS adalah kondisi sarana dan prasarana. Dengan demikian dibutuhkan mekanisme pengelolaan rumah sakit yang memperhatikan pengembangan sarana prasarana yang ada di RSUD Hasanuddin Damrah.

(53)

Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Program JKN

Monitoring, pengendalian, evaluasi, yang di dalamnya termasuk penilaian kinerja organisasi dan pelaporan merupakan suatu fungsi manajemen yang harus menjadi pendukung kompetensi seorang manajer kesehatan. Monitoring, pengendalian, dan evaluasi diperlukan untuk mengetahui dan menjamin kemajuan suatu program atau kegiatan pelayanan, dan untuk menilai hasil akhir dari suatu program ataupun kegiatan pelayanan. Sedang pelaporan adalah sarana untuk informasi dan pertanggung jawaban pelaksanaan program.Pemerintah Daerah melakukan monitoring dan evaluasi untuk mengetahui perkembangan program JKN di Kabupaten Humbang Hasundutan yang telah dilaksanakan.

Berikut hasil wawancara mendalam dengan Kepala Seksi Pelayanan dan Jaminan Kesehatan Dinas Kesehatan Humbang Hasundutan.

“wajib itu dek, kami sekali 3 bulan itu koordinasi lintas sektoral. Kami bahas disitu semua termasuk BPJS itu. Kami evaluasi lah, baru sama-sama kita cari dan tentutakan solusinya. Ga ada tim khusus sih, ya paling dari kami sama dari puskes. Setelah siap kegiatan jarang sih kami kumpul membicarakan apa yang kurang. Karena itu tadi dek, kami kan kurang orang, jadi kami mengejar waktu kali lah”.

Dari hasil wawancara di atas, diketahui bahwa Dinas Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan rutin melakukan pertemuan yaitu koordinasi lintas sektoral yang diadakan sekali di dalam 3 bulan, yang bertujuan untuk melakukan evaluasi kegiatan atau program yang dilakukan setiap bidang.

Kemudian dari evaluasi tersebut akan dicari solusi untuk permasalahan yang ditemukan. Dijelaskan juga bahwa tidak ada tim khusus untuk melakukan monitoring dan evaluasi tersebut, hanya bebera ari Dinkes dan perwakilan setiap

(54)

Puskesmas. Pelatihan dan pembinaan juga tidak ada dilakukan.

Kutipan tersebut diatas didukung dengan pernyataan dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan yang menyatakan:

“iya pasti ada lah, laporannya itu kami terima, pas rapat, kami bahas satu persatu semua permasalahannya. Ngga lah.. sejauh ini belum pernah kami turun tiba-tiba, laporannya beres kok. Tim khusus ga ada, bagaimana di intruksikan dari atas, sementara ini itu yang kami ikuti. Lagian kan karena ada akreditasi itu jadi semua langsung kita perbaiki. Yang kurang kita perbaiki. Jadi saya sendiri udah tau betul lah bagaimana kondisi fasilitas kesehatan di sini. Itu maka saya rasa ga perlulah mendadak-mendadak turun ke lapangan”.

Dari hasil wawancara diatas ketahui bahwa Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan menyatakan adanya monitoring dan evaluasi yang telah dilakukan. Salah satunya melaului hasil laporan dari setiap bidang yang ada di Dinkes, kemudian hasil laporan tersebut dibahas satu-persatu ketika diadakan rapat. Mengenai monitoring ke lapangan secara langsung belum pernah dilakukan karena laporan dari setiap bidang selalu sesuai.

Dijelaskan juga bahwa tidak ada tim khusus untuk monitoring dan evaluasi. Dinkes Kabupaten Humbang Hasundutan sampai saat ini masih mengikuti bagaimana intruksi dari Pemerintah. Persiapan akreditas juga sangat berpengaruh dengan ketersediaan SDM dan fasilitas kesehatan di Humbang Hasundutan, karena untuk mencapai akreditas, fasilitas dipenuhi sesuai standart dan menyeluruh. Maka tidak perlu untuk monitoring secara langsung ke lapangan, karena menurut Informan 3 semua fasilitas sudah terpenuhi sesuai standart.

Kutipan tersebut diatas didukung dengan pernyataan dari Kasubag Bina Kesehatan Bagian Kesejahteraan Sosial Sekretariat Daerah Kabupaten Humbang

Gambar

Gambar 1. Kerangka berpikir

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini dimaksudkan untuk menampung dinamika pemanfaatan ruang mikro dan sebagai dasar antara lain transfer of development rights (TDR) dan air rights yang

Saputri,Margareta dengan judul faktor- faktor yang mempengaruhi Struktur modal industri manufaktur yang terdatar di Bursa Efek Indonesia dengan hasil

Cara menemukan atau menyusun pengetahuan memerlukan kajian atau pemahaman tentang metode-metode.Oleh karena itu, perlu adanya pemahaman untuk membedakan

Az európai házi méh „M” melyben megjelenik az Apis mellifera iberica és Apis meilifera mellifera, az afrikai „A” és az észak mediterrán „C” melybe

Setelah dilakukan berbagai macam tahap dalam penelitian ini maka disimpulkan bahwa hasil yang diperoleh pada penelitian ini adalah adanya hubungan positif yang signifikan

Perbedaan yang paling penting antara garis sejajar dan tidak seimbang, adalah bahwa semua lembaran pola harus diletakkan pada arah yang sama untuk meyakinkan garis yang tidak

a) Menyiapkan peserta didik agar menjadi manusia produktif, maupun bekerja mandiri, mengisi lowongan pekerjaan yang ada di dunia usaha dan industri sebagai tenaga

Tampilan halaman file manager berfungsi untuk melihat semua berkas yang terdapat pada komputer target seperti ditunjukkan pada Gambar 12. Gambar 12 Tampilan Jendela