• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Pajak Hotel Dan Kontribusinya Terhadap Pajak Daerah Di Kabupaten Semarang Tahun 2000-2004.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas Pajak Hotel Dan Kontribusinya Terhadap Pajak Daerah Di Kabupaten Semarang Tahun 2000-2004."

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PAJAK HOTEL DAN KONTRIBUSINYA

TERHADAP PAJAK DAERAH

DI KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2000-2004

SKRIPSI

Untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Pembangunan pada Universitas Negeri Semarang

Oleh Agus Rahmanto NIM 3353401047

FAKULTAS EKONOMI

EKONOMI PEMBANGUNAN

(2)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia

ujian skripsi pada :

Hari :

Tanggal :

Dosen pembimbing I Dosen Pembimbing II

Drs. St. Sunarto, M.S. Drs. Mudjijono, M.Si

NIP 130515743 NIP 130795079

Mengetahui :

Ketua Jurusan

Ekonomi Pembangunan

(3)

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas

Ekonomi, Universitas Negeri Semarang pada :

Hari :

Tanggal :

Penguji Skripsi

Drs. Bambang Pris, M.Si NIP 131993879

Dosen pembimbing I Dosen Pembimbing II

Drs. St. Sunarto, M.S Drs. Mudjijono, M.Si

NIP 130515743 NIP 130795079

Mengetahui :

Dekan Fakultas Ekonomi

(4)

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar karya

saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau

seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip

atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, Maret 2007

(5)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

1. “ Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apbila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan yang lain), dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap” (QS. Alam Nasyrah: 6-8)

2. “ Hargailah orang lain dengan begitu kamu akan berharga di depan orang lain”

Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT Karya ini kupersembahkan untuk :

1. Bapak dan Ibu tercinta yang telah memberikan pengorbanan dan kasih sayang yang tiada henti-hentinya.

2. Saudara-saudaraku yang tercinta atas dukungan yang diberikan dalam

(6)

SARI

Agus Rahmanto, 2007, Efektivitas Pajak Hotel Dan Kontribusinya Terhadap Pajak Daerah Di Kabupaten Semarang Tahun 2000-2004. Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang. 90 halaman.

Kata Kunci : Efektivitas Pajak Hotel, Kontribusi Pajak Hotel

Dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Pemerintahan Daerah, maka sistem dan mekanisme pengelolaan pemerintah khususnya bagi daerah akan mengalami perubahan-perubahan mendasar. Sebagai konsekuensi menjalankan otonomi daerah yang dimulai pada tahun 2001, maka masing-masing daerah dituntut untuk berupaya meningkatkan sumber Pendapatan Asli Daerah agar mampu membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan lebih meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Upaya peningkatan pendapatan asli daerah dapat dilakukan dengan intensifikasi maupun ekstensifikasi yang salah satunya dengan meningkatkan efektifitas pemungutan yaitu dengan mengoptimalkan potensi yang ada serta terus diupayakan menggali sumber-sumber pendapatan baru yang potensinya memungkinkan sehingga dapat dipungut pajak atau retribusinya. Penelitian ini bermaksud mengkaji kinerja pengelolaan Pajak Hotel berdasarkan profil hotel yang berada di Kabupaten Semarang meliputi jumlah kamar tiap hotel, standar harga kamar tiap hotel, Tingkat hunian tiap hotel terhadap kontribusi Pajak Hotel yang diberikan. Hasil penelitian diharapkan menambah pengetahuan tentang kinerja pendapatan Pemerintah Daerah dalam era Otonomi Daerah dan memberi masukan kepada dinas terkait dalam menetapkan target pendapatan Pajak Hotel di Kabupaten Semarang.

(7)

efektivitas Pajak Hotel dan analisis regresi sederhana untuk mengetahui kontribusi Pajak Hotel terhadap Pajak Daerah di Kabupaten Semarang.

Hasil penelitian dan pembahasan diperoleh, efektifitas pengelolaan Pajak Hotel di Kabupaten Semarang tahun 2000-2004 adalah sebagai berikut : (1) Efektivitas Pajak Hotel tahun 2000 adalah 43 % yang berarti tidak efektif, (2) Efektivitas Pajak Hotel tahun 2001 adalah 56,92 % yang berarti tidak efektif, (3) Efektivitas Pajak Hotel tahun 2002 adalah 66,46 % yang berarti cukup efektif, (4) Efektifitas Pajak Hotel tahun 2003 adalah 81,38 % yang berarti efektif, (5) Efektivitas Pajak Hotel tahun 2004 adalah 92,26 % yang berarti efektif. Kontribusi Pajak Hotel terhadap Pajak Daerah sebesar 10,9 % sisanya dipengaruhi oleh unsur Pajak Daerah yang lain. Kendala-kendala dalam pengelolaan pajak hotel adalah : (1) Keterbatasan pemahaman yang dimiliki Wajib Pajak tentang peraturan perpajakan terutama Pajak Daerah. (2) Terbatasnya masa tenggang waktu dalam membayar Pajak Hotel dan belum adanya tempat permanen yang mudah dijangkau Wajib Pajak.

Berdasarkan penelitian diatas penulis menyarankan bagi agar Pemda Kabupaten Semarang, Khususnya Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah dalam menetapkan Pajak Hotel agar pejabat yang berwenang harus senantiasa melakukan validasi data, sehingga dalam menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah kepada Wajib Pajak sudah benar-benar mencerminkan tagihan pajak yang sesuai dengan potensi riilnya. Disamping itu, DPKD juga melakukan sosialisasi mengenai arti pentingnya pajak bagi pembangunan sehingga Wajib Pajak sadar membayar pajak. Dalam mempermudah pembayaran Pajak Hotel pihak DPKD dapat membangun fasilitas tempat pembayaran yang mudah dijangkau oleh Wajib Pajak dimana dapat memberikan pelayanan secara intensif pada hari kerja.

(8)

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan

karuniaNya, sehingga skripsi dengan judul “Efektivitas Pajak Hotel Dan

Kontribusinya Terhadap Pajak Daerah Di Kabupaten Semarang Tahun 2000-2004”.

Dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun untuk menyelesaikan studi strata

1 (satu) guna meraih gelar Sarjana Ekonomi. Berkat bantuan berbagai pihak, penulis

mengucapkan terimakasih kepada :

1. Prof. Dr. H. Sudijono Sastroadsmodjo, M.Si. selaku Rektor Universitas

Negeri Semarang.

2. Drs. Agus Wahyudin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi UNNES.

3. Drs Bambang Prishardoyo, M.Si selaku Ketua Jurusan Ekonomi

Pembangunan FE UNNES.

4. Drs. St Sunarto M.S selaku dosen pembimbing I yang memberikan

bimbingan dan arahan yang tulus.

5. Drs. Mudjijono M.Si selaku dosen pembimbing II yang memberikan

bimbingan dan arahan yang tulus.

6. Drs Bambang Prishardoyo, M.Si selaku dosen penguji III yang telah

memberikan saran dan kritik dalam rangka perbaikan demi kesempurnaan

skripsi ini.

7. Bapak dan Ibu tercinta yang telah memberikan doa dan semangat serta

dorongan baik material maupun spiritual sehingga penulis dapat

(9)

8. Oviana N.U. atas kebersamaannya dalam melalui segala kesulitan hingga

skripsi dapat diselesaikan.

9. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2002 atas kebersamaannya

selama ini.

10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis yang telah

memberikan dukungan dan bantuan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Semarang, maret 2007

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...………... ….i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ...………ii

PENGESAHAN KELULUSAN ……….…………iii

PERNYATAAN ...………..iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ………...v

PRAKATA...………vi

SARI ……...………viii

DAFTAR ISI ………...…x

DAFTAR TABEL ...………..xii

DAFTAR GAMBAR ………xiv

DAFTAR LAMPIRAN ...………...xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ….……….………...……….……1

B. Penegasan Istilah ……….…………...………..3

C. Perumusan Masalah ……….…………...……….5

D. Tujuan Penelitian ...………. ………5

E. Manfaat Penelitian ….………..5

F. Sistematika Skripsi ………...6

BAB II LANDASAN TEORI A. Perpajakan …...……….7

B. Efektifitas Pengelolaan Pajak Hotel ...………17

C. Kontribusi Pajak Hotel Terhadap Pajak Daerah ...………..29

D. Kerangka Berpikir ………...………...31

BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi Dan Sampel ………..………...33

(11)

C. Metode Pengumpulan Data………..………...34

D. Metode Analisis Data ………...…….……….35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ………..42

1. Gambaran Umum Kabupaten Semarang ………...42

2. Efektifitas Pengelolaan Pajak Hotel ………..54

3. Kontribusi Pajak Hotel terhadap Pajak daerah ………..64

4. Kendala-kendala dalam Pengelolaan Pajak Hotel ……….…....65

B. Pembahasan ………66

1. Efektifitas Pengelolaan Pajak Hotel ……….……..66

2. Kontribusi Pajak Hotel terhadap Pajak daerah ………..66

3. Kendala-kendala dalam Pengelolaan Pajak Hotel ……….…....66

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...……….68

B. Saran ………..70

DAFTAR PUSTAKA ………71

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Tarif Tetap ………...………...15

2.2. Tarif Proporsional (sebanding) ……..………16

2.3. Tarif Progresif (meningkat) …….………..16

2.4. Tarif Degresif (menurun)………17

3.1. Tabel Klasifikasi Hotel……… ………...…………...34

3.2. Hasil Perhitungan Validitas Angket ………...………37

3.3. Hasil Perhitungan Reliabilitas Angket …………...……...……….38

3.4. Interprestasi Nilai r………….………40

4.1. Jenis Kelamin Petugas Pajak Hotel ………...……..………...49

4.2. Jabatan Petugas Pajak Hotel ………...…...50

4.3. Jenis Kelamin Pengusaha Hotel (Wajib Pajak) ….…...……..………51

4.4. Status Kepemilikan Usaha……….………..…..51

4.5. Klasifikasi Hotel ……..……….…………....…....52

4.6. Tarif Rata-rata Berdasarkan Jenis Kamar dan Jenis Hotel di Kabupaten Semarang………...……….………53

4.7. Data Target dan Realisasi Pendapatan Pajak Hotel dan Pajak Daerah di Kabupaten Semarang ………..………...55

4.8. Jumlah Hotel dan Jumlah Kamar Hotel di Kabupaten semarang Tahun 2000-2004 ………..………56

(13)

Semarang Tahun 2000-2004 ……...………..……….57

4.10. Perhitungan Potensi Pajak Hotel di Kabupaten Semarang Tahun

2000………60

4.11. Perhitungan Potensi Pajak Hotel di Kabupaten Semarang Tahun

2000..………...61

4.12. Perhitungan Potensi Pajak Hotel di Kabupaten Semarang Tahun

2002………..………...62

4.13. Perhitungan Potensi Pajak Hotel di Kabupaten Semarang Tahun

2003………..………...63

4.14. Perhitungan Potensi Pajak Hotel di Kabupaten Semarang Tahun

2004………..………...64

4.15. Jumlah Realisasi Pendapatan Pajak Hotel dan Pajak Daerah di

Kabupaten Semarang…..…….………...65

4.16. Efektivitas Pajak Hotel di Kabupaten Semarang Tahun 2000

(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1 Kurva Data Target Dan Realisasi Pendapatan Pajak Hotel Di Kabupaten

Semarang Tahun 2000-2004..……..……….2

2.1. Bagan Prosedur Pembayaran Pajak Hotel Pada DPKD Kabupaten

Semarang …………..……..……..……….……….22

2.2. Bagan Prosedur Penagihan Pajak Hotel Pada DPKD Kabupaten

Semarang ……..………...……….25

2.3. Bagan Kerangka Berpikir .………….…..………..…………...32

4.1 Jumlah Hotel di Kabupaten Semarang Tahun 2000-2004……....…....…58

4.1 Jumlah Kamar di Kabupaten Semarang Tahun 2000-2004…...58

4.1 Rata-rata Tarif Kamar/ Malam Tiap Jenis Hotel di Kabupaten Semarang

Tahun 2000-2004………..………...59

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran No. 1 Angket-angket Penelitian………...………..72

2 Perhitungan Kontribusi Pajak Hotel Terhadap Pajak Daerah……..91

3 Rekapitulasi Pendapatan Potensi Hotel………….………..92

4 Surat- surat penelitian………...….…………....119

5 Surat-surat Perpajakan………...………122

6 Data Target Dan Realisasi Pendapatan Daerah Tahun 2000-2004

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pemerintah Daerah berusaha mengembangkan dan meningkatkan perannya

dalam bidang ekonomi dan keuangan. Dalam rangka meningkatkan daya guna

penyelenggaraan pemerintah baik melalui birokrasi pemerintah, pembangunan

serta pelayanan kepada masyarakat, maka pemberlakuan otonomi daerah kepada

kabupaten/kota yang nyata dan bertanggungjawab merupakan kebijakan yang

harus kita sambut dengan positif. Dengan dikeluarkannya Undang-Undang

Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang

Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Pemerintahan

Daerah, maka sistem dan mekanisme pengelolaan pemerintah daerah akan

mengalami perubahan-perubahan mendasar. Otonomi bagi daerah akan

benar-benar diterapkan secara nyata dan bertanggungjawab dan tidak lagi hanya

semacam slogan belaka.

Sebagai konsekuensi menjalankan otonomi daerah yang dimulai pada tahun

2001, maka masing-masing daerah dituntut untuk berupaya meningkatkan

sumber Pendapatan Asli Daerah agar mampu membiayai penyelenggaraan

pemerintahan dan lebih meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Upaya

peningkatan Pendapatan Asli Daerah dapat dilakukan dengan ekstensifikasi

yang salah satunya dengan meningkatkan efektivitas pemungutan yaitu dengan

(17)

sumber-sumber pendapatan baru yang potensinya memungkinkan sehingga dapat

dipungut pajak atau retribusinya. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 18

tahun 1997 tentang Pajak Derah dan Retribusi Daerah, Pemerintah Kabupaten

Semarang mengelola 7 (Tujuh) jenis Pajak Daerah. Salah satu Pajak Daerah

tersebut menjadi topik bahasan dalam penulisan ini adalah Pajak Hotel. Menurut

Data Target dan Realisasi Pendapatan Pajak Hotel Di Kabupaten Semarang

Tahun 2000-2004 (dalam jutaan rupiah) menunjukan bahwa perkembangan

Pendapatan pajak Hotel dari tahun 2000 sampai tahun 2004 mengalami

peningkatan namun kalau kita bandingkan antara tahun 2000 sampai 2004

terjadi peningkatan sampai 65 % pada tahun 2001 sebesar Rp645,6 dari realisasi

pendapatan Pajak Hotel tahun 2000 sebesar Rp 409,9 kecenderungan

mengalami pertumbuhan yang menurun bahkan sampai 10 % pada tahun 2004

dari realisasi pendapatan Pajak Hotel tahun 2003 disamping itu pada tahun

2003 terdapat gap yang besar antara target dan realisasi. Untuk lebih jelasnya

(18)

Sumber : DPKD Kabupaten Semarang

Dari uraian diatas penulis membuat penulis tertarik untuk membuat

penelitian dengan judul “ EFEKTIVITAS PAJAK HOTEL DAN

KONTRIBUSINYA TERHADAP PAJAK DAERAH DI KABUPATEN

SEMARANG TAHUN 2000-2004“

B. Penegasan Istilah

Untuk memperoleh gambaran yang jelas terhadap masalah yang akan

diteliti, maka perlu dijelaskan istilah-istilah dalam judul skripsi guna

menghindari terjadinya salah persepsi. Istilah dalam judul penelitian meliputi: Gambar 1

Data Target dan Realisasi Pendapatan Pajak Hotel

Kabupaten Semarang tahun 2000-2004

0

2000 2001 2002 2003 2004

(19)

1. Efektivitas

Efektivitas adalah suatu keadaan yang terjadi sebagai akibat yang

dikehendaki kalau seseorang melakukan sesuatu perbuatan dengan

maksud tertentu dan memang dikehendakinya, maka orang itu dikatakan

efektif bila menimbulkan akibat atau mempunyai maksud sebagaimana

yang dikehendakinya (The Liang Gie,1997:108 dalam Halim Abdul,

2001: 158).

2. Pajak Hotel

Pajak Hotel adalah pajak tidak langsung yang dikenakan atas setiap jenis

usaha pelayanan penginapan atau perhotelan.

3. Kontribusi

Kontribusi berarti sumbangan (Kamus besar Bahasa Indonesia:592).

Yang dimaksud kontribusi disini adalah sumbangan Pajak Hotel

terhadap Pajak Daerah di Kabupaten Semarang.

4. Pajak Daerah

Pajak Daerah adalah pajak yang dipungut pemerintah daerah baik daerah

tingkat I maupun daerah tingkat II dan digunakan untuk membiayai

anggaran rumah tangga daerah masing-masing.

5. Tahun 2000-2004

Tahun 2004 menunjukan waktu penelitian pada periode tahun

(20)

C. Perumusan Masalah

Berdasakan uraian diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai

berikut :

1. Seberapa besar efektivitas pengelolaan Pajak Hotel di Kabupaten Semarang ?

2. Seberapa besar kontribusi Pajak Hotel terhadap Pajak Daerah di Kabupaten

Semarang ?

3. Kendala-kendala apa dalam pengelolaan Pajak Hotel di Kabupaten Semarang ?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui seberapa besar efektifitas Pajak Hotel di Kabupaten Semarang.

2. Mengetahui seberapa besar kontribusi Pajak Hotel terhadap Pajak Daerah di

Kabupaten Semarang.

3. Mengetahui kendala-kendala dalam pengelolaan Pajak Hotel di Kabupaten

Semarang.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menambah wawasan keilmuan bagi mahasiswa tentang Pajak Hotel.

2. Sebagai sumbangan pemikiran kepada pemerintah daerah dalam menentukan

kebijakan keuangan daerah.

3. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan dan informasi bagi

(21)

F. Sistematika Skripsi

Bagian awal skripsi berisi halaman judul, persetujuan pembimbing,

pengesahan kelulusan, pernyataan, motto dan persembahan, prakata, sari, daftar

isi, daftar tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran.

Bab I Pendahuluan

Pada bab pertama menerangkan mengenai latar belakang masalah,

perumusan masalah, penegasan istilah, tujuan, manfaat penelitian, dan

sistematika skripsi.

Bab II Landasan Teori

Bab ini menjelaskan Pajak, efektivitas Pajak Hotel, kontribusi Pajak Hotel

terhadap Pajak Daerah di Kabupaten Semarang, dan kerangka berpikir.

Bab III Metode Penelitian

Bab ini berisi tentang Populasi dan Sampel penelitian, variabel penelitian,

metode pengumpulan data, dan metode analisis data.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab ini menjelaskan hasil penelitian dan pembahasan terhadap hasil

penelitian.

Bab V Penutup

Bab terakhir berisikan kesimpulan dan saran-saran bagi pengembangan

lebih lanjut hasil penelitian ini.

(22)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. PERPAJAKAN

1. Pengertian Pajak

Dalam suatu negara pastilah terdapat pemerintahan yang berperan

mengatur seluruh kepentingan masyarakat, dalam menjalankan roda

pemerintahan diperlukan biaya yang jumlahnya sangat besar untuk

memperlancar jalannya pemerintahan tersebut. Biaya itu berasal dari

pendapatan-pendapatan pemerintah, yang salah satunya bersumber dari

pajak.

Ada beberapa pengertian tentang pajak menurut para ahli dimana

memberikan definsi yang berbeda-beda.

Menurut Kesit pengertian Pajak adalah iuran wajib anggota masyarakat

kepada negara karena Undang-Undang, dan atas pembayaran tersebut

pemerintah tidak memberikan balas jasa yang langsung dapat ditunjuk.

(Prakosa, Kesit Bambang.2005:1).

Senada dengan itu Siti dalam bukunya berjudul “Perpajakan:Teori Dan

Kasus”, mengatakan pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat

maupun pemerintah daerah berdasarkan atau dengan kekuatan

undang-undang serta aturan pelaksanaannya, dimana diperuntukkan bagi

pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila dari pemasukannya masih

terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayai publict investment.

(23)

Sedangkan pengertian pajak menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

menyebutkan bahwa Pajak adalah pungutan wajib, biasanya berupa uang

yang harus dibayar oleh penduduk sebagai sumbangan wajib kepada

negara atau pemerintah sehubungan dengan pendapatan, pemilikan, harga

beli barang, dsb. (Kamus besar Bahasa Indonesia, 1989:658)

Dari pengertian-pengertian diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

unsur-unsur pajak adalah :

a. Iuran masyarakat kepada negara, dimana swasta atau pihak lain tidak

boleh memungut.

b. Berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dimana

mempunyai kekuatan hukum.

c. Tanpa balas jasa (prestasi) dari negara yang dapat langsung ditunjuk.

d. Untuk membiayai pengeluaran pemerintah.

e. Apabila terdapat surplus dipakai untuk membiayai public investment.

2. Fungsi Pajak

Terdapat 2 (dua) fungsi pajak, yaitu fungsi budgetair (sumber

keuangan negara) dan fungsi regulerrend (mengatur), (Resmi,

Siti.2004:2).

a. Fungsi Budgetair, yaitu sebagai sumber penerimaan kas negara.

b. Fungsi Mengatur, yaitu meminimalisir kemungkinan ekses negatif yang

akan timbul.

3. Pengelompokan Pajak

(24)

menjadi 3(tiga), yaitu pengelompokan menurut golongannya, menurut

sifatnya, dan menurut lembaga pemungutannya (Resmi, Siti.2004:6).

a. Pengelompokan pajak menurut golongannya

Menurut golongannya, pajak dikelompokan menjadi 2(dua) yaitu

Pajak Langsung dan Pajak Tidak Langsung (Resmi, Siti.2004:6).

1. Pajak Langsung

Adalah pajak yang beban pembayarannya harus ditanggung oleh

wajib pajak, tidak dapat dilimpahkan kepihak lain. Contoh : Pajak

Penghasilan.

2. Pajak tidak langsung

Adalah pajak yang beban pembayarannya dapat dilimpahkan

kepada orang lain. Pajak tidak langsung terjadi jika terdapat suatu

kegiatan, peristiwa, perbuatan yang menyebabkan terutangnya pajak,

misalnya terjadi penyerahan barang atau jasa. Contoh : Pajak

Pertambahan Nilai. Dimana beban Pajak Pertambahan Nilai dapt

dilimpahakan dari produsen ke konsumen.

b. Pengelompokan pajak menurut sifatnya

Menurut sifatnya, pajak dikelompokan menjadi 2(dua) yaitu Pajak

Subjektif dan Pajak Objektif (Resmi, Siti.2004:7).

1. Pajak Subjektif

Adalah pajak yang dalam pemungutannya memperhatikan

keadaan pribadi pembayarnya (subyeknya), seperti status perkawinan,

(25)

selanjutnya digunakan untuk menentukan besarnya penghasilan tidak

kena pajak.

Contoh : Pajak Penghasilan (PPh).

2. Pajak Objektif

Adalah pajak yang dalam pemungutannya memperhatikan

obyeknya baik berupa benda, keadaan, perbuatan, dan peristiwa yang

menyebabkan kewajiban membayar pajak, tanpa memperhatikan

keadaan pribadi subyek pajak (Wajib Pajak) maupun tempat tinggal.

Contoh : Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

c. Pengelompokan pajak menurut pemungutannya

Menurut pemungutannya, pajak dikelompokan menjadi 2(dua) yaitu

pajak Pusat dan pajak Daerah (Resmi, Siti.2004:8). Yaitu :

1. Pajak Pusat

Adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat yang

penyelenggaraannya dilaksanakan oleh departemen keuangan dan

hasilnya digunakan untuk pembiayaan rumah tangga negara pada

umumnya.

Contoh : Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak

Penjualan atas Barang Mewah,Pajak Bumi dan Bangunan.

2. Pajak Daerah

Adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah baik daerah

tingkat I maupun daerah tingkat II dan digunakan untuk membiayai

(26)

Contoh Pajak Daerah Tingkat I (Propinsi) : Pajak Kendaraan

Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Bea balik Nama

Tanah.

Contoh Pajak Daerah Tingkat II (Kotamadya/Kabupaten) : Pajak

Hotel dan Restoran, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Reklame.

4. Asas - Asas Pemungutan Pajak

Dalam proses pemungutan pajak baik yang dikelola pemerintah pusat

maupun pemerintah daerah selalu berpedoman pada asas-asas

pemungutan pajak (Resmi, Siti.2004:9). Yaitu antara lain :

a. Asas Domisili (Tempat tinggal)

Asas ini menyatakan bahwa negara berhak mengenakan pajak atas

seluruh penghasilan Wajib Pajak yang bertempat tinggal di wilayahnya,

baik yang berasal dari dalam negri maupun berasal dari luar negri.

b. Asas Kebangsaan

Asas ini menyatakan bahwa pengenaan pajak dihubungkan dengan

kebangsaan suatu negara. Contohnya pajak bangsa asing di Indonesia

dikenakan atas setiap orang asing yang bukan berkebangsaan Indonesia

yang bertempat tinggal di Indonesia

c. Asas sumber penghasilan

Asas ini menyatakan bahwa negara berhak mengenakan pajak atas

penghasilan yang bersumber diwilayahnya tanpa memperhatikan

(27)

5. Syarat – Syarat Pemungutan Pajak

Dalam pembayaran pajak agar tidak menimbulkan hambatan atau

perlawanan maka harus memenuhi beberapa syarat (Tarmudji,

Tarsis.2001:12), yaitu :

a. Pemungutan pajak harus adil (syarat keadilan).

b. Pemungutan pajak harus berdasarkan undang- undang (syarat yuridis).

c. Tidak menganggu perekonomian (syarat ekonomis).

d. Pemungutan pajak harus efisien (syarat finansial).

e. Sistem pemungutan pajak harus sederhana.

Disamping itu ada beberapa teori yang mendukung hak negara untuk

memungut pajak dari rakyatnya, sehingga secara teoritis pemungutan pajak

yang dilakukan negara itu dapat dibenarkan baik dipandang dari sisi

yuridis maupun sisi ilmiah (Prakosa, Kesit Bambang.2005:5).

a. Teori Asuransi

Pajak diasumsikan sebagai premi asuransi yang harus dibayar oleh

masyarakat (tertanggung) kepada negara (penanggung). Kelemahan teori

ini, jika rakyat mengalami kerugian seharusnya ada penggantian dari

negara kenyataannya tidak ada. Selain itu, besarnya pajak yang dibayar

dan jasa yang diberikan tidak ada hubungan langsung.

b. Teori Kepentingan

Pajak dibebankan atas dasar kepentingan (manfaat) bagi masing-masing

(28)

c. Teori Daya Pikul

Kesamaan beban pajak untuk setiap orang sesuai daya pikul

masing-masing orang. Ukuran daya pikul ini dapat berupa penghasilan dan

kekayaan atau pengeluaran seseorang. Teori ini dikenal sebagai Ability

to Pay Approach Theory.

d. Teori Bakti

Pajak (kewajiban asli) merupakan bukti tanda bakti sesesorang kepada

negaranya.

e. Teori Asas Daya Beli

Dasar pemungutan pajak, pada kepentingan masyarakat bukan pada

individu atau negara. Keadilan dipandang sebagai efek dari pemungutan

pajak.

6. Sistem Pemungutan Pajak

Sistem pemungutan pajak menurut kewenangan pungut dan

menetapkan besarnya penetapan pajak (Resmi, Siti.2004:10).

a. Official Assesment system

Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi kewenangan aparatur

perpajakan untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap

tahunnya sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan yang

berlaku. Dalam sistem ini, inisiatif dan kegiatan menghitung serta

memungut pajak sepenuhnya ditangan aparatur perpajakan. Dengan

demikian berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak banyak

(29)

aparatur perpajakan).

b. Self assesment system

Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang Wajib

Pajak untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap

tahunnya sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan yang

berlaku. Dalam sistem ini, inisiatif dan kegiatan menghitung serta

memungut pajak sepenuhnya ditangan Wajib Pajak. Wajib Pajak

dianggap mampu menghitung pajak, mampu memahami peraturan

perpajakan yang sedang belaku, dan mempunyai kejujuran yang tinggi,

serta menyadari akan arti pentingnya membayar pajak. Dengan demikian

berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak banyak

bergantung pada Wajib Pajak sendiri (peranan dominan ada pada Wajib

Pajak).

c. With Holding System

Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada

pihak ketiga yang ditunjuk untuk menentukan besarnya jumlah pajak

yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan ketentuan undang-undang

perpajakan yang berlaku. Penunjukan pihak ketiga ini bisa dilakukan

dengan undang-undang perpajakan, keputusan presiden dan peraturan

lainnya untuk memotong dan memungut pajak, menyetorkan dan

mempertanggungjawabkan melalui sarana perpajakan yang tersedia.

Dengan demikian berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak

(30)

7. Tarif Pajak

Untuk menghitung besarnya pajak terutang diperlukan dua unsur yaitu :

tarif pajak dan dasar pengenaan pajak (Resmi, Siti.2004:2). Yaitu :

a. Tarif Tetap

Tarif tetap adalah tarif berupa jumlah atau angka yang tetap, berapapun

besarnya dasar pengenaan pajak.

Contoh :

Tabel 2.1. Tarif Tetap

Dasar Pengenaan Pajak Tarif Pajak Pajak Terutang

Rp 1.000.000,00

Rp 2.000.000,00

Rp 3.000.000,00

Rp 10.000.000,00

Rp 1.00.000,00

Rp 1.00.000,00

Rp 1.00.000,00

Rp 1.00.000,00

Rp 1.00.000,00

Rp 1.00.000,00

Rp 1.00.000,00

Rp 1.00.000,00

Di Indonesia, tarif tetap diterapkan pada bea materai. Pembayaran

dengan menggunakan cek atau bilyet giro untuk berapapun jumlahnya

dikenakan pajak Rp 6000,00

b. Tarif Proporsional (sebanding)

Tarif Proporsional adalah tarif berupa persentase tertentu yang sifatnya

tetap terhadap berapapun dasar pengenaan pajaknya. Semakin besar

dasar pengenaan pajak maka akan semakin besar pula jumlah pajak yang

(31)

Contoh :

Tabel 2.2. Tarif Proporsional (Sebanding)

Dasar Pengenaan Pajak Tarif Pajak Pajak Terutang

Rp 1.000.000,00

Rp 2.000.000,00

Rp 3.000.000,00

10 %

10 %

10 %

Rp 1.00.000,00

Rp 2.00.000,00

Rp 3.00.000,00

c. Tarif Progresif (Meningkat)

Tarif progresif adalah tarif berupa persentase tertentu yang semakin

meningkat dengan semakin meningkatnya dasar pengenaan pajak.

Contoh :

Tabel 2.3. Tarif Progresif (Meningkat)

Dasar Pengenaan Pajak Tarif Pajak Pajak Terutang

Rp 10.000.000,00

Rp 40.000.000,00

Rp 60.000.000,00

Rp 80.000.000,00

15 %

25 %

35 %

45 %

Rp 1.500.000,00

Rp 10.000.000,00

Rp 21.000.000,00

Rp 36.000.000,00

Tarif proporsional dibedakan menjadi tiga yaitu:

1. Tarif Progresif-Proporsional, merupakan tarif berupa persentase

tertentu yang semakin meningkat dengan meningkatnya dasar

(32)

2. Tarif Progresif-Progresif, merupakan tarif berupa persentase tertentu

yang semakin meningkat dengan meningkatnya dasar pengenaan

pajak, dan kenaikan persentase tersebut juga semakin meningkat.

3. Tarif Progresif-Degresif, merupakan tarif berupa persentase tertentu

yang semakin meningkat dengan meningkatnya dasar pengenaan

pajak, dan kenaikan persentase tersebut semakin menurun.

d. Tarif Degresif (Menurun)

Tarif degresif atau menurun adalah tarif berupa persentase tertentu yang

semakin menurun dengan semakin meningkatanya dasar pengenaan

pajak.

Contoh :

Tabel 2.4. Tarif Degresif (Menurun)

Dasar Pengenaan Pajak Tarif Pajak Pajak Terutang

Rp 20.000.000,00

Rp 30.000.000,00

Rp 50.000.000,00

Rp 70.000.000,00

Rp 90.000.000,00

10 %

9 %

8 %

7 %

6 %

Rp 2.000.000,00

Rp 2.700.000,00

Rp 4.000.000,00

Rp 4.900.000,00

Rp 5.400000,00

B. EFEKTIVITAS PENGELOLAAN PAJAK HOTEL

1. Obyek Dan Dasar Pengenaan Pajak Hotel Di Kabupaten Semarang

Obyek Pajak Hotel berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Semarang

(33)

perhotelan. Sedangkan yang dikecualikan adalah pelayanan tinggal diasrama

dan pondok pesantren.

Jadi pada dasarnya Pajak Hotel adalah pajak tidak langsung yang dipungut

atas pelayanan hotel kepada pembeli, dimana pembeli baik pribadi atau badan

yang melakukan pembayaran kepada hotel. Dimana pajak ini bersifat objektif

yaitu menekankan pada pelayanan yang disediakan hotel, termasuk :

a. Fasilitas penginapan atau fasilitas tinggal jangka pendek.

b. Pelayanan penunjang sebagai kelengkapan fasilitas penginapan atau fasilitas

tinggal jangka pendek yang sifatnya memberi kemudahan dan kenyamanan.

c. Fasilitas olah raga dan hiburan yang disediakan khusus untuk tamu hotel dan

bukan untuk umum.

d. Jasa persewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di hotel.

e. Penjualan makanan dan minuman ditempat disertai dengan fasilitas

penyantapan.

Dasar pengenaan Pajak Hotel adalah jumlah pembayaran yang dibayar oleh

pembeli kepada pengusaha hotel atau penginapan. Cara pengenaan pajak hotel

adalah sebagai berikut:

a. setiap pengusaha hotel diwajibkan melakukan pengenaan pajak kepada setiap

orang atau badan yang menjadi konsumen hotel

b. pengenaan pajak dilaksanakan dengan cara menambah pungutan pajak

sebesar tarif pajak (yaitu sebesar 10%) terhadap setiap pembayaran yang

(34)

c. Apabila pengusaha hotel tidak bisa melaksanakan pengenaan pajak kepada

konsumen, maka pajak ditanggung pengusaha hotel.

2. Hak Dan Kewajiban Pengusaha Hotel Yang Sudah Ditetapkan sebagai Wajib

Pajak

Pengusaha hotel atau penginapan merupakan pengusaha yang wajib yang

mendaftarkan diri untuk dikukuhkan menjadi Wajib Pajak dan kepadanya

diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Dan ada hak maupun kewajiban

yang harus dipenuhi oleh Pengusaha Hotel (Perda Kabupaten Semarang No 19

Tahun 2002).

a. Hak Sebagai Pengusaha Hotel

Pengusaha Hotel mempunyai hak diantaranya untuk pembetulan, pembatalan

dan penghapusan pajak. Untuk penghapusan pajak dapat terjadi karena

hal-hal sebagai berikut :

1. Apabila Wajib Pajak menghentikan usahanya.

2. Apabila Wajib Pajak dalam keadaan pailit atau bangkrut yang dibuktikan

dengan penutupan usahanya.

Dalam hal pembetulan, pembatalan, dan penghapusan pajak, Wajib Pajak

dapat dilakukan dengan cara pengajuan Surat Permohonan kepada kepala

DPKD dan apabila dalam jangka waktu paling lama 15 (lima belas) hari sejak

diterimanya Surat Permohonan Kepala DPKD sudah harus memberikan

keputusan, jika belum ada keputusan berarti permohonan tersebut dianggap

(35)

b. Kewajiban Sebagai Pengusaha Hotel

Pengusaha Hotel atau Penginapan yang sudah ditetapkan sebagai Wajib Pajak

mempunyai kewajiban sebagai berikut :

1. Melaporkan data pendapatan dan pajak tiap bulan kepada DPKD paling

lambat 5 (lima) bulan berikutnya dari bulan yang dilaporkan dengan cara

menyerahkan isian formulir Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD).

2. Memporporasikan semua nota pembayaran yang dipergunakan, dan hanya

mempergunakan nota pembayaran yang sudah diporporasikan dalam

transaksi pembayaran.

3. Menerima dan memberikan keterangan yang dapat dipertanggungjawabkan

kepada petugas DPKD serta menunjukan semua bukti pembukuan.

4. Membayar lunas pajak paling lambat 15 (lima belas) hari dari sejak

diterima Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD).

1. Prosedur Penyetoran Pajak Hotel Pada DPKD Kabupaten Semarang

Pada proses penyetoran Pajak Hotel dilakukan melalui Bendahara Khusus

Penerima (BKP) DPKD, Bank pembangunan Daerah atau Kantor Pos,

tergantung tempat dimana yang terdekat dan mudah dicapai oleh Wajib pajak

yang bersangkutan, ataupun dengan cara petugas DPKD datang ke tempat

Wajib Pajak yang harus didasarkan pada kesepakatan antara DPKD dengan

Wajib Pajak, dimana nantinya petugas DPKD yang menerima penyetoran harus

sudah menyetorkan ke pemegang kas DPKD dalam waktu 1 x 24 jam atau

(36)

Prosedur penyetoran Pajak Hotel adalah sebagai berikut:

1. Wajib Pajak menyetorkan pajak terhutang ke pemegang Kas DPKD dengan

menunjukan SKPD.

2. Wajib Pajak membayar lunas pajak terhutang sesuai dengan jumlah yang

ditetapkan dalam SKPD.

3. Wajib Pajak mendapatkan tanda bukti penyetoran pajak berupa Surat Setor

Pajak Daerah (SSPD).

Dalam jangka waktu paling lama 15 (lima belas) hari sejak diterimanya

SKPD, Wajib Pajak sudah harus menyetorkan pajak terutang ke pemegang Kas

DPKD, jika Wajib Pajak tidak menyetorkan kewajibannya dalam batas waktu

yang telah ditentukan, maka dapat dikenakan bunga pajak sebesar 2 % (dua

persen).

Prosedur penyetoran Pajak Hotel melalui Bendaharawan Khusus Penerima

(BKP) DPKD sebagai berikut:

1. Bendaharawan pembantu Khusus Penerima (BKP)/ loket penyetoran

menerima uang disertai dengan SKPD, selanjutnya SKPD divalidasi/ cap

aslinya dikembalikan kepada Wajib Pajak yang bersangkutan.

2. Berdasarkan SKPD yang telah divalidasi dengan Kas Register atau cap

dicatat dan dijumlahkan dalam buku pembantu penerima sejenis “via BKP

untuk selanjutnya dibukukan dalam buku kas umum”.

3. Bendaharawan Khusus Pembantu Penerima pada setiap selesai jam

penyetoran (loket ditutup) membuat “Laporan Harian BPKP” dan serah

(37)

4. Petugas BPKP menyetorkan uang ke Bank Pembangunan Daerah secara

harian disertai bukti setoran bank.

5. BKP secara periodikal menyiapkan laporan realisasi penerima dan

penyetoran uang yang ditandatangani oleh DPKD.

6. Mendistribusikan

a. Media setoran yang telah divalidasi ke Seksi Pembukuan.

b. Buku Pembantu Penerimaan Sejenis ke Seksi Pembukuan dan Seksi

Penagihan.

c. Laporan Realisasi Penerimaan dan Penyetoran Uang ke Bupati, Kepala

DPKD, Seksi Perencanaan, dan Pengendalian Operasional Buku .

d. Buku Kas Umum ke Bupati.

Sehingga secara umum prosedur pembayaran pajak hotel dapat dibuat bagan

sebagai berikut

2.1 Bagan Prosedur Pembayaran Pajak Hotel Pada DPKD Kabupaten

Semarang

Pengusaha Hotel Baru Seksi

Pendaftaran

Seksi Penetapan

Bendaharawan Khusus Penerima/ Pemegang Kas DPKD/ Petugas Pajak

Selesai Wajib

(38)

2. Prosedur Penagihan Pajak Hotel Pada DPKD Kabupaten Semarang

Penagihan adalah pelaksanaan penegakan hukum terhadap Wajib Pajak

yang tidak mematuhi peraturan, dalam hal ini melunasi pajak yang terhutang

sampai batas waktu yang ditetapkan dalam Surat Ketetapan Pajak Daerah.

Tujuan dari pelaksanaan penagihan ialah sebagai usaha penegakan hukum

agar Wajib Pajak memenuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan peratuan

yang berlaku dan surat teguran terakhir, Wajib Pajak dikenakan denda pajak

sebesar 2 % perbulan. Kegiatan penagihan terdiri dari :

1. Penagihan pasif

Yaitu dimulai dari proses peringatan, Surat Teguran I, Surat Teguran II, Surat

Teguran III.

2. Penagihan aktif

Yaitu meliputi proses paksa, penyitaan, sampai dengan lelang bagaimana

tertuang dalam Undang-Undang Nomor 19 tahun 1959 tentang penagihan

pajak dengan Surat Paksa.

Proses prosedur penagihan Pajak Hotel adalah :

1. Setelah jangka waktu 15 (lima belas) hari sejak diterima SKPD, ternyata

Wajib Pajak belum melaksanakan pembayaran hutang pajak secara lunas

maka kepala DPKD dapat melaksanakan penagihan dengan memberikan

Surat Teguran I kepada Wajib Pajak.

2. Dalam jangka 7 (tujuh) hari setelah pemberian Surat Teguran I Wajib Pajak

belum melaksanakan pembayaran hutang pajak secara lunas maka Kepala

(39)

3. Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah pemberian Surat Teguran II Wajib

Pajak belum melaksanakan pembayaran hutang pajak secara lunas maka

Kepala DPKD dapat memberikan Surat Teguran terakhir kepada Wajib

Pajak.

4. Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah pemberian Surat Teguran terakhir

Wajib Pajak belum melaksanakan pembayaran hutang pajak secara lunas

maka Kepala DPKD dapat memerintahkan kepada Petugas DPKD untuk

melaksanakan penagihan seketika sesuai ketentuan yang berlaku.

5. Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah dilaksanakan penagihan seketika

dan sekaligus Wajib Pajak belum melaksanakan pembayaran hutang pajak

secara lunas maka kepala DPKD dapat menerbitkan surat paksa sesuai

dengan Undang-Undang yang berlaku.

Dalam hal melaksanakan pembayaran hutang pajak yang dilaksanakan

penagihan dengan Surat Teguran I, Surat Teguran II, Surat Teguran III, Wajib

pajak dikenakan bunga pajak sebesar 2 % (dua persen) perbulan.

Sehingga secara umum bagan prosedur penagihan pajak hotel dapat dibuat

(40)

2.2 Bagan Penagihan Pajak Hotel Pada DPKD Kabupaten Semarang

3. Efektivitas Pajak Hotel

Efektivitas adalah suatu keadaan yang terjadi sebagai akibat yang

dikehendaki kalau seseorang melakukan sesuatu perbuatan dengan maksud

tertentu dan memang dikehendakinya, maka orang itu dikatakan efektif bila

menimbulkan akibat atau mempunyai maksud sebagaimana yang

dikehendakinya (The Liang Gie,1997:108 dalam Halim Abdul, 2001: 158)

Sedangkan menurut Jone dan Pendlebury , adalah suatu ukuran keberhasilan

atau kegagalan dari organisasi dalam mencapai suatu tujuan (Halim

Abdul,2001:156). Selanjutnya efektivitas harus dinilai atas tujuan yang bisa

dilaksanakan dan bukan atas konsep tujuan yang maksimum. Jadi efektivitas

menurut ukuran seberapa jauh organisasi berhasil mencapai tujuan yang layak Teguran I

Teguran II S

E L E S A I Teguran III

Penagihan Seketika

Surat Paksa

L U N A S Wajib Pajak belum

(41)

dicapai (Richard M Steers dalam Magdalena Yamin, 1985 : 5 dalam Halim

Abdul, 2001:158).

Untuk mencapai efektivitas pengelolaan hotel maka diperlukan manajemen

hotel yaitu salah satunya adalah pemasaran, agar tingkat hunian kamar

meningkat. Pemasaran terdiri dari tiga unsur penting yaitu produk, harga, dan

promosi (A. Yoeti, Oka.1999:5).

a. Produk

Produk hotel disini meliputi pelayanan sewaktu pertama datang,

membawakan barang, memberi infomasi, menyediakan kamar tidur,

menyediakan makan dan minuman, dan sebagainya. Namun demikian produk

yang dinikmati tergantung permintaan dan keinginan tamu sendiri atau

tergantung orangnya.

Tamu hotel memerlukan produk berdasarkan manfaatnya. Contoh manfaat

menginap suatu hotel termasuk juga kebutuhan untuk mendapat pelayanan,

keamanan, kenyamanan, ketenangan, dan hibuaran.

b. Harga

Masalah harga atau tarif kamar suatu hotel ditetapkan berdasarkan biaya yang

diperlukan untuk menyiapkan pelayanan untuk pemakaian kamar yang

bersangkutan, dengan memperhatikan harga pasar yang terjadi dalam

persaingan dalam periode tertentu.

Harga persaingan ditentukan oleh dua macam produk hotel yaitu Limted

Service Hotel seperti Hotel Melati, dan Full Service Hotel seperti Hotel

(42)

Dalam pemasaran hotel kita mengenal apa yang disebut dengan istilah Yield

Management, yaitu proses penjualan kamar yang sama dengan harga yang

berbeda. Hal ini dapat dilakukan berdasarkan permintaan yang diperkirakan

akan meningkat (Peak Season) atau permintaan akan menurun (Off season).

c. Promosi

Menarik tamu menginap di hotel dan menggunakan fasilitas hotel, adalah

tujuan utama kegiatan promosi yang dilakukan suatu hotel. Kegiatan promosi

itu dibagi dalam empat kegiatan yaitu :

1. Advertising

Adalah suatu kegiatan promosi yang dibayar melalui media cetak atau

medi elektronik, poster, spanduk, dan banyak media lainnya.

2. PublicRelation

Adalah suatu kegiatan promosi yang dilakukan oleh pejabat hotel sendiri

dengan menggunakan teknik-teknik pendekatan kepada masyarakat secara

luas dengan bermacam-macam kegiatan yang berkaitan dengan operasional

hotel.

Tugas utamanya dalah memelihara citra perusahaan dimata tamu dan

masyarakat secara luas. Bila ada hal-hal yang dapat menimbulkan dampak

negatif terhadap hotel, maka Public Relation bertanggungjawab untuk

meluruskannya dengan meralat di surat kabar atau melakukan Press

Release dengan wartawan atau wawancara kalau diperlukan.

3. SalesPromotion

(43)

bagian penjualan dalam melakukan tugas-tugas penjualan yang menjadi

kewajibannya. Kegiatan yang biasa dilakukan untuk kegiatan promosi ini

antara lain menggunakan alat bantu antara lain : video tapes, slide

presentasi, Company Newsletter seperti brosur, leaflet, dan lain-lain.

4. Personalselling

Adalah salah satu kegiatan promosi yang dilakukan dengan jalan melakukan

bujukan kepada calon tamu dengan harapan dapat memutuskan kepastian

akan membeli produk hotel yang ditawarkan. Contoh dari Personal Selling

antara lain adalah : Sales Presentations, Rate Quatations, Business

Luncheon dan sebagainya.

Apabila konsep efektivitas dikaitkan dengan pemungutan pajak hotel, maka

efektivitas yang dimaksudkan dapat mengetahui seberapa besar realisasi

penerimaan pajak hotel, berhasil mencapai potensi yang seharusnya dicapai

pada suatu periode tertentu (Halim Abdul, 2001:158).

Sehingga besarnya efektifitas pengelolaan pajak hotel dapat diketahui

dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

0 0 100 Hotel

Pajak Potensi

Hotel Pajak Penerimaan Realisasi

×

Untuk menghitung potensi Pajak Hotel, digunakan formula sebagai berikut :

Potensi Pajak Hotel = AxBxCxD

Keterangan :

A : Jumlah kamar

B : Rata-Rata tarif kamar

(44)

D : Tingkat hunian kamar

Sedangkan untuk mengetahui tingkat hunian kamar dilakukan dengan

menghitung jumlah kamar yang dihuni / dipakai tamu (room night occupied)

dibagi dengan banyaknya kamar yang tersedia/ dapat dipakai (room night

available) dikalikan 100%.

Dengan perhitungan diatas dapat diketahui besarnya efektivitas pengelolaan

Pajak Hotel, dengan asumsi bahwa semakin besar angka efektifitas yang

diperoleh, maka semakin tinggi tingkat efektifitasnya. Angka efektifitas ini

menunjukkan kemampuan memungut dan mengukur apakah tujuan aktivitas

pemungutan dapat dicapai. Dengan demikian, semakin besar efektivitas

menunjukan semakin efektif aktivitas pemungutannya. Artinya, semakin besar

kemampuan memungutnya dan tujuan aktivitas pemungutan semakin mendekati

untuk dapat dicapai (Prakosa Kesit Bambang, 2005:144).

C. KONTRIBUSI PAJAK HOTEL TERHADAP PAJAK DAERAH

Menurut Dinas Pariwisata Kabupaten Semarang, berdasarkan klasifikasi

hotel di Kabupaten Semarang terdapat beberapa jenis- jenis hotel yang dapat

dijelaskan sebagai berikut :

1. Hotel berbintang adalah usaha yang menggunakan suatu bangunan atau

sebagian bangunan yang disediakan secara khusus, dan setiap orang dapat

menginap, makan, serta memperoleh pelayanan dan fasilitas lainnya

dengan pembayaran dan telah memenuhi prasyarat sebagai hotel

berbintang yang telah ditentukan oleh Direktorat Jenderal Pariwisata antara

(45)

yang diberikan, kualifikasi tenaga kerja dan kesejahteraan karyawan, serta

sarana rekreasi atau olahraga yang disediakan seperti lapangan tennis,

kolam renang, dan diskotek. Ciri khusus hotel berbintang adalah

mempunyai restoran yang berada dibawah manajemen hotel tersebut. Hotel

berbintang dirinci menjadi bintang 1 dan bintang 2.

2. Hotel Melati adalah usaha yang menggunakan suatu bangunan atau

sebagian bangunan yang disediakan khusus, dimana setiap orang dapat

menginap, makan serta memperoleh pelayanan dan fasilitas lainnya dengan

pembayaran dan belum dapat memenuhi persyaratan sebagai hotel bintang

seperti yang telah dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pariwisata tetapi

telah memenuhi kriteria sebagai hotel melati yang dikeluakan oleh Dinas

Pariwisata Daerah. Hotel melati dirinci menjadi Melati 1, Melati 2, Melati

3.

3. Pondok Wisata adalah usaha jasa pelayanan penginapan bagi umum yang

dilakukan perorangan dengan menggunakan sebagian dari tempat

tinggalnya (dengan pembayaran harian).

Masing-masing klasifikasi akomodasi memberikan kontribusi

penerimaan pada pajak daerah yang besarnya tidak sama, karena dipengaruhi

besarnya pendapatan Pajak Hotel tiap bulan pada masing-masing klasifikasi

akomodasi. Oleh karena itu akan dicari besarnya kontribusi Pajak Hotel

(46)

D. KERANGKA BERPIKIR

Salah satu sumber dari Pendapatan Asli Daerah adalah Pajak Daerah. Salah

satu upaya dari Pemerintah Daerah dalam meningkatkan Pajak Daerah adalah

mengefektifkan sektor pendapatan Pajak Hotel. Dimana faktor-faktor yang

mempengaruhi adalah tingkat hunian hotel, jumlah kamar, rata-rata tarif hotel,

rata-rata jumlah pengunjung, dan jumlah hari. Semua fator-faktor tersebut

termasuk dalam potensi Pajak Hotel. Apabila potensi Pajak Hotel tersebut dapat

direalisasikan dengan jumlah nominal hampir sama dengan realisasi pendapatan

Pajak Hotel yang diterima maka Pajak Hotel tersebut telah efektif.

Dengan efektifnya pengelolaan Pajak Hotel maka dihasilkan pendapatan

Pajak Hotel yang maksimal, dimana diharapkan memberikan kontribusi yang

tinggi terhadap Pajak Daerah. Sehingga Pendapatan Asli Daerah yang tinggi

dapat membiayai pembangunan daerah secara maksimal.

Oleh karena itu efektivitas pengelolaan Pajak Hotel dan kontribusi

pendapatan Pajak Hotel sangat diperlukan untuk meningkatkan Pajak Daerah.

(47)

Gambar 2.3. Bagan Kerangka Berpikir Kontribusi pajak hotel

- Realisasi pendapatan Pajak Hotel

- Realisasi pendapatan Pajak Daerah

Klasifikasi hotel: - Bintang 1 - Bintang 2 - Melati 1 - Melati 2 - Melati 3 - Pondok Wisata

Pajak Daerah

Efektifitas pendapatan Pajak Hotel

- Realisasi penerimaan Pajak Hotel

(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Populasi Dan Sampel Penelitian

Populasi adalah sekumpulan kasus yang perlu memenuhi syarat-syarat

tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian. Kasus-kasus tersebut dapat

berupa orang, barang, binatang, hal atau peristiwa (Mardalis, 2003:53). Populasi

dalam penelitian ini adalah semua hotel di Kabupaten Semarang termasuk hotel

pondok wisata, melati 1, melati 2, melati 3, bintang 1, dan bintang 2. Yang

berjumlah 172 hotel (diambil berdasarkan rata-rata tiap tahun). Dimana

mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

1. Fasilitas penginapan atau fasilitas tinggal jangka pendek.

2. Pelayanan penunjang sebagai kelengkapan fasilitas penginapan atau fasilitas

tinggal jangka pendek yang sifatnya memberi kemudahan dan kenyamanan.

3. Fasilitas olah raga dan hiburan yang disediakan khusus untuk tamu hotel dan

bukan untuk umum.

4. Jasa persewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di hotel.

5. Penjualan makanan dan minuman ditempat disertai dengan fasilitas

penyantapan.

Sampel adalah sebagian dari seluruh individu yang menjadi obyek penelitian

(Mardalis, 2003:55). Tujuan penentuan sampel adalah untuk memperoleh

keterangan mengenai obyek penelitian dengan cara mengamati hanya sebagian

(49)

acak (Stratified Random Sample) karena dalam data penelitian terdapat data

bertingkat dan jumlah masing-masing klasifikasi hotel tidak proporsional.

Tabel 3.1. Klasifikasi Hotel

No Klasifikasi Hotel Populasi Sampel %

1

Pondok Wisata Melati 1

Sumber : Data primer yang diolah

B. Variabel Penelitian

Variabel adalah obyek penelitian yang bervariasi (Arikunto, 2002 : 94).

Yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Efektifitas pengelolaan Pajak Hotel. Dengan indikatornya : Realisasi

Pendapatan Pajak Hotel dan potensi Pendapatan Pajak Hotel Pondok Wisata,

Melati 1, Melati 2, melati 3, Bintang 1, Bintang 2.

2. Kontribusi Pajak Hotel terhadap Pajak Daerah. Dengan indikatornya : Realisasi

Pendapatan Pajak Hotel (variabel bebas atau X), dan Realisasi pendapatan Pajak

Daerah (variabel terikat atau Y).

3. Kendala-kendala dalam pengelolaan Pajak Hotel di Kabupaten Semarang.

C. Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang akan digunakan dalam penelitian, peneliti

menggunakan metode :

1. Metode Angket (kuesioner)

(50)

informasi dari responden dalam arti laporan tentang dirinya atau hal-hal yang ia

ketahui(Arikunto, 2002 : 94).

Angket yang digunakan peneliti menggunakan bentuk pilihan ganda dan bentuk

isian. Dimana hasil angket yang diperoleh digunakan untuk mengetahui

kendala-kendala dalam pengelolaan Pajak Hotel.

2. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang berupa sumber

tertulis buku, direktori, dan data-data lain yang berkaitan dengan penelitian.

Dokumen yang dimaksud adalah meliputi data target dan realisasi Pajak Daerah

dan Pajak Hotel di Kabupaten semarang, serta data potensi pendapatan Pajak

Hotel di Kabupaten Semarang.

D. Metode Analisis Data

Metode penelitian yang akan digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah

metode penelitian Deskriptif Persentase, yaitu untuk mengetahui persentase

dengan menjelaskan variabel melalui pengukuran obyektif dan analisis numerikal

(Maradalis, 2003:83). Analisis Statistik Regresi Sederhana yaitu mengembangkan

suatu persamaan untuk meramalkan sesuatu variabel dari variabel kedua yang

telah diketahui (Arikunto, Suharsimi.2002:264).

1. Uji Validitas Dan Reliabilitas

a. Uji Validitas Angket

Untuk mengetahui apakah data yang diperoleh itu dapat terjamin

kesahihannya/valid, maka diperlukan adanya pengujian validitas dari

(51)

jawaban angket yang diberikan kepada responden dapat dikatakan valid atau

tidak.

Dalam pengujian validitas ini sebagai patokannya atau pedoman indikator

tersebut, penulis memakai ukuran r tabel 0,632 untuk angket Petugas Pajak

dan r tabel 0,444 untuk angket Wajib Pajak. Apabila nilai r lebih besar dari

nilai tabel, maka angket tersebut dapat dikatakan valid.

Sedangkan rumus yang diperlukan untuk mengetahui valid tidaknya nilai

r yaitu :

( )( )

( )

{

∑ ∑

}

{

∑ ∑

( )

}

=

− −

2 2 2

2 X N Y Y

X N

Y X XY N

xy

r

Keterangan :

r : Koefisien korelasi antar indikator

N : Jumlah sampel

X : Skor indikator

Y : Total skor indikator dalam konsep yang sama

Dari perhitungan yang telah dilakukan (lampiran 1), diperoleh berbagai

nilai r untuk masing-masing butir pertanyaan yang dapat dilihat pada tabel

(52)

Tabel 3.2. Hasil Perhitungan Validitas Angket

Kendala Pertanyaan r r tabel Keterangan

Internal

Sumber : Data primer yang diolah

Dari tabel hasil perhitungan validitas angket kendala-kendala dalam

pengelolaan Pajak Hotel ternyata koefisien korelasi r menunjukan lebih

besar dari r tabel. Sehingga angket tersebut dapat dikatakan valid.

b. Uji Reliabilitas Angket

Untuk mengetahui apakah data yang diperoleh itu dapat dipercaya dalam

keterandalannya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data, maka

diperlukan adanya pengujian reliabilitas dari masing-masing angket. Dalam

(53)

diberikan kepada responden dapat dipercaya (diandalkan) atau tidaknya.

Dalam pengujian reliabilitas ini sebagai patokannya atau pedoman

indikator tersebut penulis memakai ukuran r tabel artinya bahwa apabila nilai

r lebih besar dari nilai tabel, maka angket tersebut dapat dikatakan reliabel.

Sedangkan rumus yang diperlukan untuk mengetahui reliabel tidaknya

nilai r yaitu :

Keterangan :

r11 : Koefisien Reliabel

k : Konstanta

σ

b : Varian Butir

σ

t : Varian Total

Dari perhitungan yang telah dilakukan (lampiran 1), diperoleh berbagai

nilai r untuk masing-masing indikator yang dapat dilihat pada tabel sebagai

berikut :

Tabel 3.3. Hasil Perhitungan Reliabilitas Angket

No Kendala Responden R r tabel Keterangan

Sumber : Data Primer yang diolah

Dari tabel hasil perhitungan reliabilitas angket kendala-kendala dalam

pengelolaan Pajak Hotel ternyata koefisien Reliabilitas R menunjukan lebih

(54)

2. Efektivitas Pengelolaan Pajak Hotel

Efektifitas pengelolaan pajak hotel dapat diketahui berdasarkan

perbandingan antara jumlah realisasi penerimaan Pajak Hotel dengan potensi

Pajak Hotel yang ada.

Jadi untuk menghitung efektivitas pengelolaan Pajak Hotel digunakan

rumus sebagai berikut

% 100 Hotel

Pajak Potensi

Hotel Pajak Penerimaan Realisasi

×

Untuk menghitung Potensi Pajak hotel digunakan formula sebagai berikut

:

Potensi Pajak Hotel = A x B x C x D

Keterangan :

A : Jumlah kamar

B : Rata-rata tarif kamar

C : Jumlah hari

D : Tingkat hunian

Untuk mengetahui ukuran kriteria efektivitas digunakan interprestasi nilai r

sebagai dasar untuk menentukan nilai efektivitas yang diperoleh. Interprestasi r

(55)

Tabel 3.4. Interprestasi Nilai r

Besarnya Nilai r Interprestasi

Antara 0,80 sampai dengan 1,00

Antara 0,60 sampai dengan 0,80

Antara 0,40 sampai dengan 0,60

Antara 0,20 sampai dengan 0,40

Antara 0,00 sampai dengan 0,20

Tinggi

Cukup

Agak Rendah

Rendah

Sangat Rendah

3. Kontribusi Pajak Hotel terhadap Pajak Daerah

Metode analisis statistik data digunakan untuk mengetahui kontribusi

Pajak Hotel terhadap Pajak Daerah di Kabupaten Semarang. Metode analisis

yang digunakan adalah analisis regresi dengan satu prediktor, dengan

perhitungan sebagai berikut :

a. Koefisien Determinasi

( )( )

Keterangan :

r2 :KoefisienDeterminasi antara Y dengan X

∑xy : Jumlah produk prediktor X dan kriterium Y

∑X : Jumlah prediktor X (pendapatan Pajak Hotel)

∑Y : Jumlah kriterium Y (pendapatan Pajak Daerah)

n : Cacah kasus

(56)

Dalam perhitungan tersebut sekaligus dicari R dengan mengalikan r2

dengan 100%, sehingga dapat diketahui besarnya sumbangan efektif Pajak

(57)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

1.Gambaran Umum Kabupaten Semarang a. Letak Geografi

Sebagai salah satu Kabupaten di Propinsi Jawa Tengah, Kabupaten

Semarang secara geografi berada pada 1100 14’ 54,75” sampai dengan 1100

39’ 3” Bujur Timur dan 70 3’ 75”- 70 30’ Lintang Selatan.

Batas- Batas administrasi Kabupaten Semarang adalah sebelah utara

berbatasan dengan Kota Semarang dan Kabupaten Demak. Sebelah selatan

berbatasan dengan Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Magelang. Sebelah

timur berbatasan dengan Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Grobogan.

Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Temanggung dan Kabupaten

Kendal. Ditengah-tengah wilayah Kabupaten Semarang terdapat Kota

Salatiga.

Rata-rata ketinggian tempat di Kabupaten Semarang antar kecamatan

berbeda. Daerah terendah terletak di desa Candi Rejo Kecamatan Ungaran

dan daerah tertinggi terdapat di Desa Batur Kecamatan Getasan.

Beberapa mata air sungai dan daerah yang dilalui sungai yang ada di

Kabupaten Semarang, diantaranya :

1. Kaligarang, daerah yang di lalui Kecamatan Ungaran dan Kecamatan

Bergas.

(58)

Banyubiru, dan sebagian Kecamatan Ambarawa, Kecamatan Bawen,

Kecamatan Tuntang, dan Kecamatan Getasan.

3. Kali Tuntang, daerah yang dilalui Kecamatan Bringin, Kecamatan

Pringapus, dan Kecamatan Bawen.

4. Kali Senjoyo, daerah yang dilalui sebagian Kecamatan Tuntang,

Kecamatan Pabelan, Kecamatan Bringin, Kecamatan Tengaran, dan

Kecamatan Getasan.

5. Selain itu masih banyak lagi sungai yang melalui daerah-daerah di

wilayah Kabupaten Semarang seperti : Laban, Babon, Dolok, Klampok,

Bodri, Progo, Cemoro, dan lain-lain.

Nama, letak gunung dan nama pegunungan antara lain :

1. Gunung Ungaran letaknya meliputi wilayah Kecamatan Ungaran,

Bawen, Ambarawa, dan Sumowono.

2. Gunung Telomoyo letaknya meliputi wilayah Kecamatan Banyu Biru

dan Getasan.

3. Gunung Merbabu letaknya meliputi wilayah Kecamatan Getasan dan

Tengaran.

4. Pegunungan Sewakul terletak di wilayah Kecamatan Ungaran.

5. Pegunungan Kalong terletak di wilayah Kecamatan Ungaran.

6. Pegunungan Pasokan, Kredo, Tengis terletak di wilayah Kecamatan

Pabelan.

(59)

Kecamatan Suruh.

8. Pegunungan Rong terletak di wilayah Kecamatan Tuntang.

9. Pegunungan Sodong terletak di wilayah Kecamatan Tengaran.

10. Pegunungan Pungkruk terletak di wilayah Kecamatan Bringin.

11. Pegunungan Mergi terletak di wilayah Kecamatan Bergas.

b. Luas penggunaan lahan

Secara administratif Kabupaten Semarang terbagi menjadi 17 kecamatan

dan terdiri dari 235 desa/ kelurahan. Luas wilayah Kabupaten Semarang

pada tahun 2004 tercatat sebesar 95.020.674 Ha atau sekitar 2,92 % dari luas

wilayah Propinsi Jawa Tengah. Luas yang ada terdiri dari 24.456 Ha (25,74

%) lahan sawah dan 70.564.674 Ha (74,26 %) bukan lahan sawah.

Ditinjau dari segi kegunaan, bukan lahan sawah digunakan sebagai

pekarangan dan bangunan sebesar 19.671.589 Ha (27,877 %), 28.285 Ha

untuk tegalan dan kebun (40,083 %), 26 Ha untuk tambak/ kolam (0,037 %),

perkebunan rakyat/ swasta sebesar 5.069 ha (7,183 %), 11.609 Ha untuk

hutan rakyat (16,452 %), 2.623 Ha untuk rawa (3,717 %) dan lain-lain tanah

kering sebesar 3.281,085 Ha (4,651 %).

Menurut penggunaan lahan sawah, luas lahan sawah berpengairan irigasi

teknis sebesar 5.499 Ha, irigasi setengah teknis sebesar 4.002 Ha, irigasi

sederhana sebesar 7.917 Ha serta tadah hujan sebesar 6.045 Ha.

c. Keadaan Iklim

Curah hujan tertinggi selama tahun 2004 terdapat di Kecamatan tengaran

(60)

sebanyak 210 hari.

d. Wilayah Administratif

Wilayah Kabupaten Semarang secara administrasi pada tahun 2004 terbagi

dalam 17 kecamatan wilayah tersebut terdiri dari 208 desa, 27 kelurahan, 1523

rukun warga dan 6302 rukun tetangga.

Jumlah prasarana desa sampai tahun 2004 mencapai 5262 yang terdiri dari

prasarana perhubungan 311 buah, pendidikan dan kesehatan sebanyak 48 buah,

perekonomian sebanyak 26 buah, sosial sebanyak 141 buah.

e. Kepegawaian

Banyaknya PNS dilingkungan pemerintah kabupaten semarang keadaan

desember 2004 sebanyak 10051 orang.

Jumlah pegawai menurut pendidikan yang ditamatkan adalah tamat/tidak

amat SD sebanyak 465 orang ( 4,63%) SMP sebanyak 500 orang ( 4,97%),

SMU sebanyak 3019 ( 30,04 %), diploma/sarjana muda sebanyak 3606 orang

(35,88%) sarjana strata 1 sebanyak 2372 orang ( 23,60% ) dan sarjana strata 2

sebanyak 89 orang ( 0,88 % )

f. Pertahanan Sipil

Anggota pertahanan sipil ( hansip) peranan yang penting dalam menjaga

ketertiban dan keamanan dilingkungan masyarakat. Jumlah anggota hansip

dikabupaten semarang pada tahun 2004 sebanyak 7153 orang, terbagi dalam

jenis kelamin laki-laki sebanyak 6778 orang (84,76 % ) dan jenis kelamin

wanita sebanyak 375 orang ( 5,24 % ).

(61)

sebanyak 5033 orang ( 70,36 % ) SLTP sebanyak 1664 orang ( 23,26 % ) SMU

sebanyak 456 orang ( 6,38 % ). Sedangkan berdasarkan klasifikasi

kemampuan, semua anggota hansip menjadi anggota limas ( 100 % ).

g. Pertanahan

Berdasarkan data dari kantor kabupaten semarang pada tahun 2004 telah

membuat akta PPAT sebanyak 4079 buah, sebagian besar berupa hak milik

yaitu sebesar 84,09 % dan hak guna bangunan 15,91%.

h. Pemilihan Umum

Pemilu legislatif yang dilaksanakan 5 april 2004 di kabupaten semarang

terdapat 641.281 pemilih yang tersebar di 2566 TPS ( tempat pemungutan

suara) perolehan suara yang sah untuk DPR, DPRD I dan DPRD II dalam

pemilu 5 april 2004 dikabupaten semarang menghasilkan 24 partai, dengan

suara terbesar di lima partai berturut-turut diperoleh PDIP, Partai GOLKAR,

Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai kebangkitan Bangsa (PKB),

Partai Amanat Nasional (PAN).

i. Penduduk

Berdasarkan hasil registrasi penduduk akhir tahun 2004 yang telah

disesuaikan dengan hasil P4B, jumlah penduduk Kabupaten Semarang tahun

2004 adalah sebesar 891.951 orang dengan laju pertumbuhan penduduk

sebesar 5,57 %.

Dari hasil angka registrasi tersebut, diperoleh rasio jenis kelamin penduduk

Kabupaten Semarang masih dibawah 100 yaitu sebesar 98,34. hal ini

(62)

jumlah penduduk laki-laki. Seiring dengan pertumbuhan penduduk, jumlah

rumahtangga juga mengalami dari 223.835 pada tahun 2003 menjadi 230.354

pada tahun 2004, dengan rata-rata anggota rumahtangga 4 orang baik pada

tahun 2003 maupun 2004.

Sejalan dengan kenaikan penduduk maka kepadatan penduduk dalam

kurun waktu lima tahun (2000-2004) cenderung mengalami kenaikan, pada

tahun 2004 tercatat sebesar 939 jiwa setiap kilometer persegi. Jumlah

penduduk yang terus bertambah setiap tahun tidak diimbangi dengan

pemerataan penyebaran penduduk di tiap kecamatan. Kepadatan penduduk di

kecamatan yang wilayahnya sebagian besar perkotaan mempunyai kepadatan

penduduk yang tinggi dibandingkan dengan kecamatan yang wilayahnya

masih merupakan daerah perdesaan. Wilayah terpadat tercatat di Tengaran,

Ambarawa, dan Ungaran, masing-masing dengan kepadatan 1.272, 1.550,

1.687 jiwa/ km.

j. Ketenagakerjaan

Salah satu modal utama dalam perkembangan roda pembangunan adalah

tenaga kerja. Sejalan dengan berlangsungnya proses demografi, jumlah dan

komposisi tenaga kerja akan terus mengalami perubahan.

Berdasarkan data dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten

Semarang, banyaknya pencari kerja yang terdaftar selama tahun 2004

berjumlah 17.159 orang. Pemohon perpanjangan dan pemberian ijin bekerja

bagi warga negara asing (WNA) selama tahun 2004 mengalami penurunan

(63)

bekerja sebanyak 2 orang.

k. Mata Pencaharian

Mata pencaharian penduduk di Kabupaten Semarang pada umumnya masih

bekerja dibidang pertanian, hal ini menunjukan bahwa potensi wilayah

Kabupaten Semarang sebagian besar masih merupakan lahan pertanian.

Selain itu juga ada jasa akomodasi yang menunjang sektor pariwisata yaitu

hotel dan bentuk jasa akomodasi lainnya yang sejenis. Jumlah hotel yang ada

di Kabupaten Semarang pada tahun 2004 sebesar 183 hotel yang tersebar di

Kecamatan Getasan, Tuntang, Ambarawa, Bawen, Bergas, dan

Ungaran.Banyaknya kamar hotel 2688 kamar dan perkiraan jumlah tamu tahun

2004 sebanyak 439.278 orang. Bila dibandingkan tahun 2003 maka jumlah

hotel di Kabupaten Semarang mengalami peningkatan sebesar 1,10 %,

sebaliknya banyaknya kamar meningkat 0,41 %, sedang perkiraan jumlah tamu

mengalami penurunan sebesar 13,04 %

Sebelum mengadakan pembahasan dan pengujian terlebih dahulu akan

penulis sajikan gambaran mengenai diri responden dari hasil penelitian, yang

dapat dilihat sebagai berikut :

a. Petugas Pajak Hotel

Dalam penelitian ini Petugas Pajak merupakan unit analisis dimana

subjek penelitian adalah petugas pajak dan objek penelitian adalah

kendala-kendala dalam pengelolaan pajak hotel sedangkan sumber data adalah

Gambar

Gambar 1
Tabel 2.1. Tarif Tetap
Tabel 2.2. Tarif Proporsional (Sebanding)
Tabel 2.4. Tarif Degresif (Menurun)
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Dalam penelitian ini alat analisis yang digunakan adalah korelasi dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh varibel independen (X) yaitu kualitas komunikasi interpersonal antara

Tabel s_Tool juga memiliki hubungan many-to-many dengan tabel s_ Metode_Pengukuran dan tabel s_Objek_Ukur, hal ini berarti kemungkinan suatu alat ukur dapat digunakan untuk

a) Menyelidiki apa yang telah diketahui siswa. Berdasarkan peta konsep yang dihasilkan oleh para siswa, guru dapat mengetahui sejauh mana pengetahuan para siswa tentang

Yang sering ditakutkan oleh kebanyakan orang yaitu nyeri dada yang berhubungan dengan penyakit jantung hanya 15% dari semua keluhan nyeri pada dada sebelah kiri.. Informasi

Faktor-faktor Yang Memengaruhi Penemuan Makna Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Hidup Lebih Lama Dari Prognosis Medis ... Faktor Sosial

Dengan tes uji chi square, diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara penyajian berita perkosaan dalam menggambarkan posisi perempuan pada

Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa diharapkan memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang bentuk, fungsi dan jenis berbagai waditra gamelan Bali (Gong Kebyar), serta