• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN KUALITAS AIR BERDASARKAN PARAMETER FISIKA KIMIA DAN KELIMPAHAN MAKROZOOBENTHOS DI PANTAI WISATA INDAH KOTA SIBOLGA SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KAJIAN KUALITAS AIR BERDASARKAN PARAMETER FISIKA KIMIA DAN KELIMPAHAN MAKROZOOBENTHOS DI PANTAI WISATA INDAH KOTA SIBOLGA SKRIPSI"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)KAJIAN KUALITAS AIR BERDASARKAN PARAMETER FISIKA KIMIA DAN KELIMPAHAN MAKROZOOBENTHOS DI PANTAI WISATA INDAH KOTA SIBOLGA SKRIPSI Oleh:. MELANIA KOSTANTI 160302044. PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2021. Universitas Sumatera Utara.

(2) KAJIAN KUALITAS AIR BERDASARKAN PARAMETER FISIKA KIMIA DAN KELIMPAHAN MAKROZOOBENTHOS DI PANTAI WISATA INDAH KOTA SIBOLGA SKRIPSI Oleh:. MELANIA KOSTANTI 160302044. Skripsi Sebagai Salah Satu Diantara Beberapa Syarat untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2021. Universitas Sumatera Utara.

(3) PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI. Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama. : Melania Kostanti. NIM. : 160302044 Menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul “Kajian Kualitas Air. Berdasarkan Parameter Fisika Kimia dan Kelimpahan Makrozoobenthos di Pantai Wisata Indah Kota Sibolga” adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada Perguruan Tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.. Medan, April 2021. Melania Kostanti NIM. 160302044. Universitas Sumatera Utara.

(4) Universitas Sumatera Utara.

(5) ABSTRAK. KOSTANTI, MELANIA. Kajian Kualitas Air Berdasarkan Parameter Fisika Kimia dan Kelimpahan Makrozoobenthos di Pantai Wisata Indah Kota Sibolga. Dibimbing oleh IPANNA ENGGAR SUSETYA, S.Kel., M.Si. Pantai Wisata Indah merupakan salah satu pantai yang terletak di Kota Sibolga, Sumatera Utara yang cukup ramai dikunjungi oleh masyarakat dan memiliki aktivitas kapal, aktivitas wisata, aktivitas rumah tangga serta wilayah pantai tanpa aktivitas. Aktivitas tersebut diduga mempengaruhi kualitas perairan pantai dan kelimpahan makhluk hidup yang ada di dalamnya. Makrozoobenthos adalah sekelompok hewan yang hidup di dasar perairan dan memiliki kepekaan terhadap bahan pencemar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas air berdasarkan parameter fisika dan kimia serta kelimpahan dan keanekaragaman makrozoobenthos. Metode yang digunakan meliputi Indeks Pencemaran dan Kurva ABC. Penelitian ini dilakukan pada bulan September-Oktober 2020 dengan menggunakan metode purposive sampling yang dibagi menjadi 4 stasiun berdasarkan karakteristik yang berbeda di lokasi penelitian. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu kepadatan populasi pada stasiun I 23 ind/m2 , stasiun II memiliki kepadatan individu 36 ind/m2, stasiun III memiliki kepadatan populasi 8 ind/m2 dan stasiun IV memiliki kepadatan populasi 3 ind/m2. Indeks Keanekaragaman (H’) berkisar antara 1,22-2,05, nilai Indeks Keseragaman (E) berkisar antara 0,440,74 dan nilai Indeks Dominansi (C) berkisar antara 0,201-0,4. Menurut perhitungan Indeks Pencemaran dalam KepMen LH No. 115 tahun 2003 Pantai Wisata Indah Kota Sibolga berada dalam kategori “memenuhi baku mutu” dan berdasarkan Kurva ABC berada dalam kategori “tercemar sedang” karena kurva kepadatan relatif dan biomassa relatif saling tumpang tindih.. Kata kunci :. Pantai Wisata Indah, Makrozoobenthos, Indeks Pencemaran, Kurva ABC. i Universitas Sumatera Utara.

(6) ABSTRACT. KOSTANTI, MELANIA. Study of Water Quality Based on Physical Chemical Parameters and Abundance of Macrozoobenthos at Wisata Indah Beach, Sibolga City. Supervised by IPANNA ENGGAR SUSETYA, S.Kel., M.Si. Pantai Wisata Indah is one of the beaches located in Sibolga City, North Sumatra which is quite busy being visited by the community and has boat activities, tourism activities, household activities as well as inactivity beach areas. These activities are thought to affect the quality of coastal waters and the abundance of living creatures in them. Macrozoobenthos is a group of animals that live on the bottom of waters and are sensitive to contaminants. This study aims to determine the quality of water based on physical and chemical parameters as well as the abundance and diversity of macrozoobenthos. The methods used include the Pollution Index and The ABC Method. This research was conducted in September-October 2020 using a purposive sampling method which was divided into 4 stations based on different characteristics in the research location. The results obtained are population density at station I 23 ind / m2, station II has an individual density of 36 ind / m2, station III has a population density of 8 ind / m2 and station IV has a population density of 3 ind / m2. The Diversity Index (H ') ranges from 1.22-2.05, the Uniformity Index value (E) ranges from 0.44-0.74 and the Dominance Index (C) values ranges from 0.201-0.4. According to the calculation of the Pollution Index in the Minister of Environment Decree No. 115 of 2003 Pantai Wisata Indah Kota Sibolga is in the category of “good quality” and based on the ABC Curve it is in the “medium polluted” category because the relative density and biomass curves overlap each other. Keywords: Wisata Indah Beach, Macrozoobenthos, Pollution Index, The ABC Method. ii Universitas Sumatera Utara.

(7) RIWAYAT HIDUP Penulis lahir di Sibolga pada tanggal 10 Februari 1999 dari Bapak Kho Herianto dan Ibu Imelda. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Penulis mengawali pendidikan formal di SD RK 1 Sibolga pada tahun. 2004-2010,. pendidikan. menengah. pertama. ditempuh dari tahun 2010-2013 di SMP Triratna Sibolga. Penulis menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMA Triratna Sibolga dengan Jurusan IPA pada tahun 2013-2016. Penulis. melanjutkan. pendidikan. di. Program. Studi. Manajemen. Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui Jalur SBMPTN pada tahun 2016. Selain mengikuti perkuliahan, penulis menjadi Asisten Laboratorium Sistem Informasi Sumberdaya Perairan pada tahun 2019 dan 2020, serta Asisten Laboratorium Rancangan Percobaan pada tahun 2019 dan Laboratorium Pengkajian Stok Ikan pada tahun 2020. Penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Balai Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) Medan I pada tahun 2020. Dalam rangka menyelesaikan studi di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, penulis melaksanakan penelitian dengan judul “Kajian Kualitas Air Berdasarkan Parameter Fisika Kimia dan Kelimpahan Makrozoobenthos di Pantai Wisata Indah Kota Sibolga” dibimbing oleh Ibu Ipanna Enggar Susetya, S.Kel., M.Si dan diuji. oleh. Bapak. Zulham. Apandy. Harahap,. S.Kel.,. M.Si. dan. Ibu Khairunnisa, S.Pi, M.Si.. iii Universitas Sumatera Utara.

(8) KATA PENGANTAR. Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Kajian Kualitas Air Berdasarkan Parameter Fisika Kimia dan Kelimpahan Makrozoobenthos di Pantai Wisata Indah Kota Sibolga” sebagai syarat untuk memperoleh gelar S-1. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada: 1. Kedua orangtua tercinta, Bapak Kho Herianto dan Ibu Imelda serta adik penulis Miangelia Kostanti dan Mylioni Karina Kostanti yang telah mendukung dan mendoakan seluruh proses pendidikan penulis dari awal hingga skripsi ini selesai. 2. Ibu Ipanna Enggar Susetya, S.Kel., M.Si selaku dosen pembimbing serta dosen penguji penulis Bapak Zulham Apandy Harahap, S.Kel., M.Si dan Ibu Khairunnisa, S.Pi, M.Si. yang telah memberikan ilmu, masukan dan bimbingan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini. 3. Ibu Dr. Eri Yusni, M.Sc selaku Ketua Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan. 4. Kepada sahabat terbaik peulis selama perkuliahan, Theresia Gabriela Sinurat dan Yuliana Rameria Pardede yang telah banyak mendukung, memotivasi dan selalu ada saat penulis memerlukan bantuan untuk menyelesaikan skripsi ini.. 5. Sri Indah Karina Sembiring, Lidia Pratiwi Br. Kaban, Shalvia Jari Reformia Siahaan, Lactumi Sihombing, Reinhart Isidorus Lumban iv Universitas Sumatera Utara.

(9) Batu, Rizky Yonanda Lubis, Rantima Purba dan Fathurahman Ash Shadiq yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini dan memberikan suasana perkuliahan yang menyenangkan bagi penulis. 6. Sahabat-sahabat penulis Evelyn, Cindy, Shanny, Tria dan Cindy Valencia yang selalu mendukung penulis dan menghibur penulis dalam suka duka menyusun skripsi. 7. Teman-teman program studi Manajemen Sumberdaya Perairan yang selalu. berbagi. informasi. dan. memberi. dukungan. dalam. menyelesaikan skripsi. 8. Kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis namun tidak dapat disebutkan satu-persatu. Semoga skripsi ini berguna bagi pembaca dan pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya bidang Manajemen Sumberdaya Perairan.. Medan,. April 2021. Penulis. v Universitas Sumatera Utara.

(10) DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK............................................................................................... i. ABSTRACT ............................................................................................ ii. RIWAYAT HIDUP ................................................................................. iii. KATA PENGANTAR ............................................................................. iv. DAFTAR ISI ........................................................................................... vi. DAFTAR GAMBAR .............................................................................. ix. DAFTAR TABEL ................................................................................... x. DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xi. PENDAHULUAN Latar Belakang ................................................................................ 1. Rumusan Masalah ............................................................................ 3. Kerangka Pemikiran ........................................................................ 3. Tujuan Penelitian ............................................................................. 5. Manfaat Penelitian ........................................................................... 5. TINJAUAN PUSTAKA Pencemaran Kualitas Air ................................................................. 6. Parameter Fisika Kimia Penentu Kualitas Air ................................. 7. Suhu ................................................................................... 8. Total Suspended Solid (TSS).............................................. 8. Kecerahan .......................................................................... 9. pH ..................................................................................... 9. DO..................................................................................... 10. Fosfat................................................................................. 11. vi Universitas Sumatera Utara.

(11) Salinitas ............................................................................. 12. Amoniak Bebas ................................................................. 12. C-Organik dan Tekstur Substrat ......................................... 13. Kelimpahan Makrozoobenthos ......................................................... 15. Makrozoobenthos Sebagai Bioindikator ........................................... 16. Indeks Pencemaran .......................................................................... 18. Kurva ABC (Abudance and Biomass Comparison) .......................... 19. METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian .......................................................... 21. Alat dan Bahan ............................................................................... 21. Deskripsi Tiap Stasiun Penelitian ..................................................... 22. Prosedur Penelitian .......................................................................... 24. Analisis Data ................................................................................... 26. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Komposisi Makrozoobenthos ........................................................... 34. Kepadatan Populasi (K) dan Kepadatan Relatif (KR) Makrozoobenthos pada Setiap Stasiun Penelitian ............................ 35. Indeks Keanekaragaman (H’), Keseragaman (E) dan Dominansi (C) pada Setiap Stasiun Penelitian .................................. 37. Parameter Fisika dan Kimia Perairan ............................................... 38. Tekstur Substrat Pantai Wisata Indah ............................................... 39. Sifat Fisika dan Kimia Berdasarkan Metode Indeks Pencemaran (IP) di Pantai Wisata Indah Kota Sibolga ......................................... 40. Analisis Kurva ABC (Abundance and Biomass Comparison)........... 40. vii Universitas Sumatera Utara.

(12) Analisis Komponen Utama (Principal Component Analysis) dengan Keanekaragaman Makrozoobenthos ..................................... 43. Pembahasan Komposisi, Kepadatan (K) dan Kepadatan Relatif (KR) Makrozoobenthos ........................................................ 44. Indeks Keanekaragaman (H’), Keseragaman (E) dan Dominansi (C) ........................................................................... 48. Parameter Fisika dan Kimia Perairan ............................................... 50. Kondisi Perairan Berdasarkan Kurva Abudance and Biomass Comparison (ABC) ..................................................... 55. Analisis Metode Indeks Pencemaran di Pantai Wisata Indah Kota Sibolga .......................................................................... 57. Analisis Komponen Utama (Principal Component Analysis) dengan Keanekaragaman Makrozoobenthos ..................................... 59. Rekomendasi Pengelolaan ............................................................... 62. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan...................................................................................... 63. Saran ............................................................................................... 63. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN. viii Universitas Sumatera Utara.

(13) DAFTAR GAMBAR. No.. Teks. Halaman. 1. Kerangka Pemikiran ............................................................................ 4. 2. Peta Lokasi Penelitian ......................................................................... 21. 3. Stasiun I .............................................................................................. 22. 4. Stasiun II ............................................................................................. 23. 5. Stasiun III ........................................................................................... 23. 6. Stasiun IV ........................................................................................... 24. 7. Rata-rata Kepadatan Populasi Makrozoobenthos ................................. 35. 8. Kurva ABC Stasiun I .......................................................................... 41. 9. Kurva ABC Stasiun II ......................................................................... 42. 10. Kurva ABC Stasiun III ........................................................................ 42. 11. Kurva ABC Stasiun IV ........................................................................ 43. ix Universitas Sumatera Utara.

(14) DAFTAR TABEL. No. Teks Halaman 1. Satuan, Alat dan Metode Pengukuran Parameter Fisika, Kimia, Biologi dan Substrat ........................................................................... 25 2. Klasifikasi Kriteria Kualitas Air dengan Metode IPA (KepMen LH No. 115 th. 2003) ............................................................................... 31 3. Hubungan Koefisien Korelasi dan Interprestasi ................................. 33 4. Klasifikasi Makrozoobenthos ............................................................. 34 5. Kepadatan Relatif Makrozoobenthos .................................................. 36 6. Indeks Keanekaragaman (H’), Keseragaman (E) dan Dominasi (C) ..................................................................................... 37 7. Parameter Fisika Perairan Pada Stasiun I,II, III dan IV pada Bulan September dan Oktober di Perairan Pantai Wisata Indah .......... 38 8. Parameter Kimia Perairan pada Stasiun I,II, III dan IV pada Bulan September dan Oktober di Perairan Pantai Wisata Indah .......... 39 9. Analisis Substrat Dasar pada Stasiun I,II, III dan IV di Perairan Pantai Wisata Indah ........................................................................... 39 10. Kondisi Fisika dan Kimia Perairan Pantai Pantai Wisata Indah Kota Sibolga Berdasarkan Indeks Pencemaran ................................... 40 11. Nilai Korelasi PCA Parameter Fisika Kimia dengan Keanekaragaman Makrozoobenthos ............................................................................... 44 12. Nilai Korelasi PCA Parameter Fisika Kimia dengan Kelimpahan Makrozoobenthos ............................................................................... 44. x Universitas Sumatera Utara.

(15) DAFTAR LAMPIRAN. No.. Teks. Halaman. 1. Alat dan Bahan Penelitian ................................................................... 70. 2. Prosedur Kerja .................................................................................... 74. 3. Gambar Spesies Makrozoobenthos ...................................................... 76. 4. Penentuan Tekstur Substrat ................................................................. 79. 5. Perhitungan IP .................................................................................... 80. 6. Perhitungan Kurva ABC ..................................................................... 82. 7. Klasifikasi Makrozoobenthos .............................................................. 86. xi Universitas Sumatera Utara.

(16) 1. PENDAHULUAN. Latar Belakang Kualitas air yaitu sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat energi atau komponen lain di dalam air sesuai dalam Penjelasan Atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1990. Kualitas air dinyatakan dengan beberapa parameter yaitu parameter fisika seperti: Total Padatan Terlarut (TDS), Total Padatan Tersuspensi (TSS), dan sebagainya, parameter kimia (pH, Oksigen Terlarut (DO), BOD, kadar logam dan sebagainya), dan parameter biologi (Kandungan Bakteri Coliform, E-coli, keberadaan plankton, dan sebagainya). Pengukuran kualitas air dapat dilakukan dengan dua cara, yang pertama adalah pengukuran kualitas air dengan parameter fisika dan kimia, sedangkan yang kedua adalah pengukuran kualitas air dengan parameter biologi (Setyowati et al., 2015). Parameter tersebut berhubungan dengan kelangsungan hidup biota yang ada di dalam suatu perairan, termasuk makrozoobenthos. Menurut Khaeksi et al., (2015), makrozoobenthos merupakan sekelompok hewan yang hidup dan menetap di dasar perairan. Makrozoobenthos kerap dijadikan sebagai indikator kualitas suatu perairan. Penggunaan bioindikator pada saat ini menjadi sangat penting untuk dapat melihat hubungan antara lingkungan biotik dengan non-biotik. Bioindikator atau indikator ekologis itu sendiri merupakan kelompok organisme yang dapat dijadikan petunjuk bahwa keberadaan mereka dipengaruhi oleh adanya tekanan lingkungan akibat dari kegiatan manusia dan destruksi sistem biotik. Banyak dan beragamnya makrozoobenthos yang ada di suatu perairan menandakan perairan tersebut masih bersih dan tidak tercemar. Parameter seperti suhu, salinitas, DO, padatan tersuspensi total dan lain-lain jika tidak sesuai dengan. Universitas Sumatera Utara.

(17) 2. baku mutu dapat mengurangi jumlah makrozoobenthos karena ada beberapa makrozoobenthos yang tidak dapat beradaptasi dengan perubahan lingkungan perairannya. Perubahan kualitas air serta substrat yang ada di perairan pantai akibat aktivitas yang ada di sekitar pantai lainnya juga dapat mengancam kelestarian dan mengubah karakterisitik lingkungan pantai. Pantai Wisata Indah merupakan salah satu pantai di daerah barat pulau Sumatera yang memiliki komunitas makrozoobenthos. Pantai ini terletak di belakang Hotel Wisata Indah beralamat di Kelurahan Pasar Baru Kota Sibolga dan dekat dengan permukiman penduduk. Sejak dulu pantai ini sering dijadikan pusat wisata oleh penduduk sekitar, karena lokasinya yang berada di tengah kota dan dekat dengan hotel, serta cukup asri. Namun mulai banyaknya pengunjung serta dekatnya lokasi pantai dengan perumahan penduduk menyebabkan mulai terjadinya pencemaran. Pencemaran yang terjadi bersumber dari wisatawan yang membuang sampah plastik sisa konsumsi dan sampah dapur dari rumah penduduk ke laut. Menurut Hamuna et al., (2015) sejalan dengan pertambahan penduduk dan peningkatan kegiatan pembangunan sosial-ekonomi, nilai wilayah pesisir terus bertambah. Konsekuensi dari tekanan terhadap pesisir adalah masalah pengelolaan yang timbul karena konflik pemanfaatan akibat dari berbagai kepentingan di wilayah tersebut. Terdapat berbagai kegiatan di sepanjang pesisir laut dan adanya paradigma sebagian masyarakat pesisir yang menganggap laut sebagai tempat pembuangan sampah. Sampai saat ini penelitian di sekitar Pantai Wisata Indah masih mencakup bidang ekonomi, kebudayaan dan untuk bidang ekologi berfokus ke pulau-pulau. Universitas Sumatera Utara.

(18) 3. yang dekat dengan pantai Sibolga, seperti Pulau Poncan Gadang dan wilayah Pandaratan. Oleh karena itu dibutuhkan penelitian untuk mengetahui kondisi perairan pantai saat ini dan kelimpahan makrozoobenthos yang hidup didalamnya. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dan referensi bagi pihak pengelola dan masyarakat yang ingin mengelola dan merawat Pantai Wisata Indah. Rumusan Masalah Padatnya aktivitas wisata dan masyarakat di sekitar Pantai Wisata Indah Kota Sibolga menghasilkan limbah pencemar yang dapat mengganggu komunitas makrozoobenthos yang ada di pantai tersebut. Kualitas air di Pantai Wisata Indah sampai saat ini masih belum ada yang meneliti, sehingga belum diketahui secara pasti kondisi perairan pantainya. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan permasalahan yang terjadi dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana kualitas air berdasarkan parameter fisika kimia di Pantai Wisata Indah Kota Sibolga? 2. Bagaimana kelimpahan dan keanekaragaman makrozoobenthos di Pantai Wisata Indah Kota Sibolga? 3. Bagaimana. status. pencemaran. perairan. berdasarkan. metode. Indeks. Pencemaran dan kurva ABC (Abundance and Biomass Comparison) di Pantai Wisata Indah Kota Sibolga? Kerangka Pemikiran Pantai Wisata Indah Kota Sibolga merupakan perairan pesisir yang memiliki empat aktivitas penting yaitu aktivitas wisata, aktivitas kapal dan aktivitas rumah tangga, kemudian wilayah yang tanpa memiliki aktivitas khusus.. Universitas Sumatera Utara.

(19) 4. Diduga aktivitas yang terdapat di Pantai Wisata Indah Kota Sibolga ini mengakibatkan perubahan kualitas perairan pantainya baik secara fisika, kimia dan biologi. Berdasarkan hal tersebut diperlukan analisa lingkungan perairan dengan menggunakan Indeks Pencemaran dan kurva ABC (Abundance and Biomass Comparison), kemudian hubungan antara keanekaragaman dan kelimpahan makrozoobenthos dengan parameter lingkungan pada Perairan Pantai Wisata Indah akan dianalisis dengan Analisis Komponen Utama PCA (Principal Component Analysis). Hasil penelitian akan digunakan sebagai acuan atau dasar untuk memberikan rekomendasi dan referensi bagi peneliti dan pengelolaan pantai. Berdasarkan hal tersebut kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1. Pantai Wisata Indah. Aktivitas Kapal. Tanpa Aktivitas. Aktivitas Wisata. Aktivitas Rumah Tangga Aktivitas Kapal. Aktivitas Analisis Lingkungan KapalPerairan. Parameter Fisika Kimia -Suhu -TSS -Kecerahan. -Ph -Salinitas -DO (Dissolved Oxygen) -Amoniak Bebas -Fosfat -C-organik. Keanekaragaman Makrozoobenthos -Kepadatan Populasi (K) -Kepadatan Relatif (KR) -Indeks Keanekaragaman (H’) - Indeks Keseragaman (E) - Indeks Dominansi (C) Kurva ABC. Indeks Pencemaran. -Salinitas -DO (Dissolved Oxygen) -Salinitas. Status Pencemaran Analisis Komponen Utama PCA Rekomendasi dan Referensi Pengelolaan. Gambar 1. Kerangka Pemikiran. Universitas Sumatera Utara.

(20) 5. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui kualitas air berdasarkan parameter fisika kimia di Pantai Wisata Indah Kota Sibolga. 2. Untuk mengetahui kelimpahan dan keanekaragaman makrozoobenthos di Pantai Wisata Indah Kota Sibolga. 3. Untuk mengetahui status pencemaran perairan berdasarkan metode Indeks Pencemaran dan kurva ABC (Abundance and Biomass Comparison) di Pantai Wisata Indah Kota Sibolga. Manfaat Penelitian Penelitian diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kelimpahan dan keanekaragaman makrozoobenthos dan status perairan di Pantai Wisata Indah Kota Sibolga bagi pihak yang membutuhkan baik dalam bidang pendidikan, masyarakat dan instansi tertentu yang memanfaatkan dan mengelola perairan tersebut.. Universitas Sumatera Utara.

(21) 6. TINJAUAN PUSTAKA. Pencemaran Kualitas Air Pencemaran di ekosistem perairan seperti yang terjadi di laut sering disebabkan oleh tertimbunnya zat polutan yang berasal dari kegiatan pertambakan, aktivitas pelabuhan, tumpahan minyak dari kapal, limbah rumah tangga dan kegiatan industri. Limbah-limbah yang tidak terdegradasi selanjutnya akan terakumulasi di perairan laut sehingga berdampak pada pencemaran lingkungan dan. menyebabkan. terganggunya. kehidupan. organisme. akuatik. (Guntur et al., 2017). Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 1999 dalam Hamuna et al., (2018) tentang Pengendalian Pencemaran dan/atau Pengrusakan Laut bahwa pencemaran laut adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan laut oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan laut tidak sesuai lagi dengan baku mutu dan/atau fungsinya. Bahan pencemar yang masuk ke wilayah pesisir dan laut bisa berasal dari berbagai sumber. Keadaan fisik bahan pencemar dari suatu sumber bisa berbeda dari sumber yang lain, dengan komposisi yang berbeda-beda pula. Dengan demikian dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan juga bervariasi. Kualitas air yaitu sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat, energi atau komponen lain di dalam air. Kualitas air dapat diketahui dengan melakukan pengujian tertentu terhadap air tersebut. Pengujian yang biasa dilakukan adalah uji kimia, fisik, biologi atau uji kenampakan (bau dan warna). Kualitas air dapat dinyatakan dengan beberapa parameter, yaitu parameter fisika (suhu, kekeruhan,. Universitas Sumatera Utara.

(22) 7. padatan terlarut dan sebagainya), parameter kimia (pH, oksigen terlarut, BOD, COD dan sebagainya) dan parameter biologi (keberadaan plankton, bakteri dan sebagainya) (Sahabuddin et al., 2014). Jenis dampak penting potensial untuk kualitas air laut adalah menurunnya kualitas kimia-fisika perairan laut. Dalam menetapkan kualitas air perlu diketahui parameter-parameter yang dapat memberikan gambaran terhadap kualitas air. Parameter-parameter ini baik secara sendiri-sendiri maupun bergabung dapat memberikan indikasi kualitas air (Siburian et al., 2017). Miskinnya jumlah jenis dan jumlah individu yang ditemukan pada masingmasing stasiun disebabkan karena terjadinya eksploitasi oleh masyarakat setempat dalam jumlah yang besar dengan intensitas eksploitasi yang tak terkendalikan khususnya bagi bivalvia yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Musnahnya populasi bisa diakibatkan oleh adanya kompetisi dan predasi, dimana kompetisi ini dapat berupa perebutan pencari makanan, ruang (tempat tinggal), reproduksi dan lain-lain (Akhrianti et al., 2014). Parameter Fisika Kimia Penentu Kualitas Air Kualitas air suatu perairan dapat diketahui dengan mengukur parameter fisika dan kimia. Parameter fisika antara lain meliputi suhu, parameter kimia antara lain salinitas, derajat keasaman atau pH, oksigen terlarut dan logam berat. Suhu merupakan salah satu variable yang menentukan reaksi kimia dan proses biologi, salinitas merupakan faktor penting bagi penyebaran biota laut, oksigen terlarut. dan. pH. merupakan. indikator. kesuburan. suatu. perairan. (Pratama et al., 2016).. Universitas Sumatera Utara.

(23) 8. Suhu Menurut Kepmenneg LH No. 51 Tahun 2004 Lampiran II di dalam Saraswati et al.,(2017), suhu perairan yang sesuai untuk kegiatan wisata bahari adalah suhu alamiah. Biota di perairan tropis umumnya hidup secara alami diambang batas atas suhu tertinggi, jika terjadi perubahan dari ambang batas atas akan mengganggu proses fisiologis yang dapat meyebabkan kematian biota. Kenaikan suhu menyebabkan terjadinya peningkatan konsumsi oksigen, namun di lain pihak juga mengakibatkan turunnya oksigen dalam air. Kenaikan suhu mengakibatkan: turunnya oksigen terlarut, kecepatan reaksi kimia meningkat, sehingga mahluk hidup di dalamnya akan mati (Setyowati et al., 2015). Total Suspended Solid (TSS) TSS dapat terdiri dari partikel organik, anorganik atau campurannya. Tingginya nilai TSS dalam suatu perairan dapat mempengaruhi kehidupan organisme yang hidup di perairan tersebut, terutama jenis benthos dan plankton (Siburian et al., 2017). Total Suspended Solid atau padatan tersuspensi adalah padatan yang menyebabkan kekeruhan air, tidak terlarut, dan tidak dapat mengendap. Padatan tersuspensi terdiri dari partikel yang ukuran maupun beratnya lebih kecil dari pada sedimen, seperti bahan organik tertentu, tanah liat dan lainnya. Partikel menurunkan intensitas cahaya yang tersuspensi dalam air umumnya terdiri dari fitoplankton, zooplankton, kotoran hewan, sisa tanaman dan hewan, kotoran manusia dan limbah industri (Ningrum, 2018). Pengaruh parameter TDS dan TSS terhadap lingkungan perairan sangat beragam, hal ini dipengaruhi oleh sifat kimia alamiah bahan tersuspensi tersebut.. Universitas Sumatera Utara.

(24) 9. Pengaruh peningkatan konsentrasi TDS dan TSS terhadap ikan, zooplankton maupun makhluk hidup lain yang ada di perairan adalah terjadinya penyumbatan insang oleh partikel-partikel yang menyebabkan afiksiasi, adanya pengaruh pada perilaku ikan dan penolakan terhadap air yang keruh, adanya hambatan makan serta peningkatan pencarian tempat berlindung (Mardhia dan Abdullah, 2018). Kecerahan Kecerahan merupakan tingkat transparansi perairan yang dapat diamati secara visual menggunakan secchi disk. Dengan mengetahui kecerahan suatu perairan kita dapat mengetahui sampai dimana masih ada kemungkinan terjadi proses asimilasi dalam air, lapisan-lapisan mana yang tidak keruh, dan yang paling keruh. Perairan yang memiliki nilai kecerahan rendah pada waktu cuaca yang normal dapat memberikan suatu petunjuk atau indikasi banyaknya partikelpartikel tersuspensi dalam perairan tersebut (Hamuna et al., 2018). Kecerahan merupakan parameter yang digunakan untuk menyatakan sebagian dari cahaya matahari yang menembus ke dalam air. Kecerahan suatu perairan dapat dipengaruhi oleh kekeruhan. Secara langsung, kekeruhan akan mempengaruhi komunitas hewan benthos pada perairan tersebut. Kekeruhan yang tinggi dapat mengakibatkan terganggunya sistem osmoregulasi, misalnya pernafasan dan daya lihat organisme akuatik (Khaeksi et al., 2015). pH Derajat. keasaman. (pH). dapat. memberikan. gambaran. tentang. keseimbangan asam dan basa yang secara mutlak ditentukan oleh besarnya konsentrasi ion hidrogen (H+) dalam perairan. Perairan laut umumnya mempunyai pH berkisar antara 6,5-9,0. Derajat keasaman sangat penting dalam menentukan. Universitas Sumatera Utara.

(25) 10. nilai guna perairan untuk kehidupan organisme dan keperluan lainnya, umumnya dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti aktivitas fotosintesa, suhu dan adanya anion. kation.. Berubahnya. nilai. pH. menimbulkan. perubahan. terhadap. keseimbangan kandungan karbon dioksida, bikarbonat dan karbonat di dalam air. Derajat keasaman (pH) yang ideal untuk kehidupan akuatik adalah berkisar 6,58,5 (Siburian et al., 2017). pH perairan adalah indikator penting penentuan kualitas air. Jika pH air lebih rendah dari 5 dan lebih tinggi dari 9 mengindikasikan perairan tersebut telah tercemar sehingga kehidupan biota air akan terganggu dan tidak layak digunakan. pH rata-rata yaitu berkisar 7,9 – 8,3 mendukung kehidupan cacing, karena pH optimum untuk pertumbuhan Annelida yakni antara 6 – 8. Pada pH netral atau nilai pH mendekati alkali merupakan kondisi yang paling menguntungkan untuk Tubificidae dan Lumbriculidae (Labbaik et al., 2018). DO Kondisi perairan dengan nilai oksigen terlarut diatas >5 mg/l tergolong dalam perairan yang baik menurut Baku Mutu Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004. Beberapa faktor seperti pergerakan arus dan proses percampuran massa air, fluktuasi suhu, penurunan salinitas mempengaruhi perubahan oksigen terlarut. Kadar oksigen mengalami kenaikan seiring tingginya salinitas dan adanya penurunan suhu (Pratama et al., 2016). Oksigen terlarut dalam air sangat penting untuk kelangsungan kehidupan organisme air. Oksigen terlarut juga penting digunakan untuk menguraikan atau mengoksidasi bahan-bahan organik dan anorganik pada proses aerobik dalam air. Sumber utama oksigen dalam perairan berasal dari udara melalui proses difusi dan. Universitas Sumatera Utara.

(26) 11. hasil fotosintesis organisme di perairan tersebut. Dalam kondisi aerobik, oksigen berperan dalam mengoksidasi bahan organik dan anorganik dengan hasil akhir berupa nutrient yang dapat meningkatkan kesuburan perairan. Dalam kondisi anaerobik, oksigen yang dihasilkan akan mereduksi senyawa-senyawa kimia menjadi lebih sederhana dalam bentuk nutrien dan gas (Ningrum, 2018). Oksigen terlarut merupakan variabel kimia yang mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan biota air sekaligus menjadi faktor pembatas bagi kehidupan biota. Daya larut oksigen dapat berkurang disebabkan naiknya suhu air dan meningkatnya salinitas. Konsentrasi oksigen terlarut dipengaruhi oleh proses respirasi biota air dan proses dekomposisi bahan organik oleh mikroba. Pengaruh ekologi lain yang menyebabkan konsentrasi oksigen terlarut menurun adalah penambahan zat organik (buangan organik) (Siburian et al., 2017). Fosfat Fosfat (PO4-P) merupakan salah satu unsur esensial bagi metabolisme dan pembentukan protein. Fosfat merupakan zat hara yang dibutuhkan untuk proses pertumbuhan dan metabolisme fitoplankton dan organisme laut lainnya dalam menentukan kesuburan perairan, kondisinya tidak stabil karena mudah mengalami proses pengikisan, pelapukan dan pengenceran. Distribusi fosfat dari daerah lepas pantai ke daerah pantai menunjukkan konsentrasi yang semakin tinggi menuju ke arah pantai (Hamuna et al., 2018). Kadar nitrat dan fosfat masih mendukung kehidupan makrozoobenthos. Menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004 baku mutu kadar nitrat dan fosfat yang layak untuk mendukung hidup hewan bentik adalah 0,008-0,015 mg/L (Devi et al., 2018).. Universitas Sumatera Utara.

(27) 12. Salinitas Salinitas didefinisikan sebagai jumlah berat semua garam (dalam gram) yang terlarut dalam satu liter air, biasanya dinyatakan dalam satuan gram per liter. Sebaran salinitas di laut dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti sirkulasi air, penguapan, curah hujan dan aliran sungai. Pola gradien salinitas bervariasi bergantung pada musim, topografi muara, pasang surut dan jumlah air tawar (Simbolon, 2016). Salinitas permukaan laut dapat berkurang salah satunya dengan adanya masukan air tawar di muara sungai. Untuk wisata bahari, baku mutu air laut yang terdapat dalam KepmenLH 2004 adalah alami, dan diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <5% salinitas rata-rata musiman (Tanto et al., 2018). Amoniak Bebas Senyawa nitrogen dalam air laut terdapat dalam tiga bentuk utama yang berada dalam keseimbangan yaitu amoniak, nitrit dan nitrat. Jika oksigen normal maka keseimbangan akan menuju nitrat. Pada saat oksigen rendah keseimbangan akan menuju amoniak dan sebaliknya, dengan demikian nitrat adalah hasil akhir dari oksida nitrogen dalam laut. melalui analisis laboratorium. Peningkatan konsentrasi amoniak disebabkan adanya peningkatan pembusukan sisa tanaman atau hewan (Sudirman et al., 2013). Salah satu bahan kimia yang umum terkandung dalam limbah adalah amonia (NH3). Kadar amonia dalam air laut sangat bervariasi dan dapat berubah secara cepat. Amonia dapat bersifat toksik bagi biota jika kadarnya melebihi ambang batas maksimum. Sebagaimana diketahui bahwa amonia merupakan salah satu parameter pencemaran organik di perairan, jika konsentrasi amonia di. Universitas Sumatera Utara.

(28) 13. perairan terdapat dalam jumlah yang terlalu tinggi dapat diduga adanya pencemaran (Hamuna et al., 2018). C-Organik dan Tekstur Substrat Banyaknya limbah yang masuk kedalam perairan akan mengakibatkan penambahan bahan organik pada sedimen yang akan berpengaruh terhadap persebaran komposisi dan kelimpahan makrozoobenthos. Sedimen berpasir umumnya miskin zat hara dan begitu sebaliknya substrat yang lebih halus kaya akan unsur hara. Kandungan bahan organik berkaitan dengan ukuran butir sedimen. Semakin halus sedimen, maka akan semakin besar kemampuan butiran sedimen tersebut dalam mengikat bahan organik. Bahan organik di perairan terdapat sebagai partikel tersuspensi, bahan organik yang mengalami perubahan dan bahan organik yang berasal dari daratan dan terbawa oleh aliran sungai. Pada umumnya jenis sedimen lumpur lebih kaya akan unsur hara daripada sedimen pasir. Penyebaran dan kelimpahan gastropoda dan bivalvia berhubungan dengan besar kecilnya diameter butiran sedimen di dalam atau diatas gastropoda dan bivalvia berada (Kinasih et al., 2015). Pengamatan terhadap karakteristik fisika dan kimia serta tekstur sedimen dalam hubungannya dengan struktur komunitas makrozoobenthos sangat penting dilakukan karena sedimen atau substrat dasar perairan merupakan habitat bagi hewan dan tumbuhan yang hidup di dasar perairan. Tekstur sedimen sangat erat kaitannya dengan fraksi butiran sedimen. Kriteria bahan organik sedimen adalah sangat tinggi : >35%, tinggi : 17 – 35%, sedang : 7 – 17%, rendah : 3,5–7%, sangat rendah < 3,5% (Barus et al., 2019).. Universitas Sumatera Utara.

(29) 14. Karbon organik dalam perairan muncul dari materi hidup (fotosintesis tanaman atau dari bahan organik darat) dan juga sebagai konstituen dari banyak bahan limbah. Sifat C-organik yaitu tidak tahan terhadap suhu tinggi menjadikan kandungan karbon dalam air tergolong rendah bahkan tidak ada. Konsentrasi karbon organik yang rendah diperkirakan karena adanya proses sedimentasi Corganik yang tinggi dan pemanfaatan oleh organisme (Rizal et al., 2017). Bahan organik utama yang terdapat di dalam air asam amino, protein, karbohidrat dan lemak. Komponen lain seperti asam amino organik, hidrokarbon, vitamin dan hormon juga ditemukan di perairan, tetapi hanya 10% dari material organik tersebut yang mengendap sebagai substrat ke dasar perairan. Kadar bahan organik adalah salah satu hal yang sangat berpengaruh pada kehidupan makrozoobenthos tersebut. Tingginya kadar bahan organik pada suatu perairan umumnya akan mengakibatkan meningkatnya jumlah populasi hewan benthos. Sebagai organisme dasar, benthos menyukai substrat yang kaya akan bahan organik. Maka pada perairan yang kaya bahan organik, umumnya terjadi peningkatan populasi hewan benthos (Sumanto, 2019). Substrat dasar merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pola penyebaran hewan makrozoobentos termasuk bivalvia, karena selain berperan sebagai tempat tinggal juga berfungsi sebagai penimbun unsur hara, tempat berkumpulnya bahan organik serta tempat perlindungan organisme dari ancaman predator. Pendistribusian sedimen biasanya sangat ditentukan oleh pasang surut, gelombang, dan debit air serta interaksi faktor biofisik kelautan lainnya (Akhrianti et al., 2014).. Universitas Sumatera Utara.

(30) 15. Kelimpahan Makrozoobenthos Makrozoobenthos merupakan komunitas organisme yang sebagian atau seluruh siklus hidupnya berada di dasar perairan, baik yang merayap, sessil, maupun menggali lubang. Makrozoobenthos mempunyai peranan penting di perairan sebagai bioindikator lingkungan, bioturbasi sedimen, dan pemakan bahan organik (Indrawan et al., 2016). Kelimpahan dan keanekaragaman makrozoobenthos sangat bergantung pada toleransi dan tingkat sensitifnya terhadap kondisi lingkungannya. Kisaran toleransi dari makrozoobenthos terhadap lingkungan berbeda-beda. Kelimpahan dan keanekaragaman komunitas makrozoobenthos juga ditentukan oleh sifat fisika, kimia, dan biologi perairan. Sifat fisik perairan seperti kedalaman, kecepatan arus, warna, kekeruhan atau kecerahan dan suhu air. Sifat kimia perairan antara lain, kandungan gas terlarut, bahan organik, pH, kandungan hara, dan faktor biologi yang berpengaruh adalah komposisi jenis hewan dalam perairan diantaranya adalah produsen yang merupakan sumber makanan bagi hewan makrozoobenthos dan hewan predator yang akan mempengaruhi kelimpahan makrozoobenthos (Pelealu et al., 2018). Makrozoobenthos yang hidup pada ekosistem lamun berpengaruh terhadap struktur rantai makanan. Selain itu, keanekaragaman jenis makrozoobenthos di padang lamun dapat menggambarkan kemantapan dan kestabilan dalam ekosistem tersebut. Total bahan organik dan kepadatan tutupan lamun dapat mempengaruhi keberadaan struktur makrozoobenthos, kepadatan tutupan lamun yang tinggi memiliki kelimpahan makrozoobenthos yang tinggi dibandingkan dengan kepadatan tutupan lamun yang rendah (Indrawan et al., 2016).. Universitas Sumatera Utara.

(31) 16. Kelimpahan dihitung untuk mendapatkan gambaran berapa jumlah makrozoobenthos dalam satuan meter persegi (m2). Apabila nilai indeks keanekaragaman. masuk. dalam. kategori. rendah. maka. hal. tersebut. mengindikasikan bahwa perairan tersebut telah tercemar. Kandungan pasir pada substrat berbanding lurus dengan kelimpahan makrozoobenthos, semakin tinggi kandungan pasir maka akan semakin tinggi kelimpahan makrozoobenthos (Ulfa et al., 2018). Hiatula chinensis bisa ditemukan pada habitat yang berarus kuat tepatnya pada substrat berpasir, dan kerikil pada zonasi terdepan wilayah pesisir pantai yang berdekatan dengan daratan. Ukuran butiran yang besar (kerikil) sangat terkait dengan kondisi dinamika perairan pada area studi. Besarnya. energi. gelombang laut yang menyebar hingga ketepian pantai akan mempengaruhi ukuran sedimen yang ada. Energi ini dipengaruhi oleh kecepatan angin, kondisi topografi dasar perairan dan luas penyebarannya. Gelombang yang besar juga berpengaruh terhadap proses pencucian sedimen yang mana sedimen yang berukuran kecil akan tercuci kembali ke laut dan hanya sedikit saja yang mengendap di dasar substrat (Akhrianti et al., 2014).. Makrozoobenthos Sebagai Bioindikator Selain pendekatan kualitas fisika kimia tingkat kualitas air dapat ditentukan melalui pendekatan biologi dengan menganalisis struktur komunitas organisme yang hidup di dalam perairan tersebut. Komunitas organisme yang dapat digunakan sebagai pendekatan dalam menduga kualitas perairan tempat organisme itu berada umumnya ialah makrozoobenthos. Makrozoobenthos memiliki sifat yang relatif menetap dengan pergerakan yang sangat terbatas. Universitas Sumatera Utara.

(32) 17. sehingga akan terkena dampak langsung apabila terjadi perubahan kualitas air (Rachman et al., 2016). Makrozoobenthos merupakan sekelompok hewan yang hidup dan menetap di dasar perairan. Makrozoobenthos kerap dijadikan sebagai indikator kualitas suatu perairan. Penggunaan bioindikator pada saat ini menjadi sangat penting untuk dapat melihat hubungan antara lingkungan biotik dengan non-biotik. Bioindikator atau indikator ekologis itu sendiri merupakan kelompok organisme yang dapat dijadikan petunjuk bahwa keberadaan mereka dipengaruhi oleh adanya tekanan lingkungan akibat dari kegiatan manusia dan destruksi sistem biotik (Khaeksi et al., 2015). Perubahan ekosistem perairan akan berdampak juga terhadap kehidupan biota air seperti perubahan struktur komunitas makrozoobenthos, di mana penurunan kelimpahan dan komposisi organisme tersebut biasanya merupakan indikator adanya gangguan ekologi yang terjadi pada suatu perairan. Makrozoobenthos organisme yang dapat digunakan sebagai indikator pencemaran, Selain itu makrozoobenthos juga berperan sebagai biomonitoring dari suatu perairan karena hidupnya yang cenderung menetap pada sedimen dasar perairan, baik substrat lunak maupun substrat keras, dan memiliki sifat kepekaan terhadap beberapa bahan pencemar (Sihombing et al., 2018). Makrozoobenthos merupakan kelompok biota yang hidupnya menetap (sesil) dan juga merupakan deposit feeder (pengakumulasi) serta filter feeder (penyaring) yang dapat mengakumulasi suatu bahan pencemar di dalam tubuhnya. Makrozoobenthos merupakan salah satu komunitas biota yang sering dipakai sebagai bioindikator pencemaran di suatu perairan. Hal ini berdasarkan cara hidup. Universitas Sumatera Utara.

(33) 18. makrozoobenthos yang hidup menetap (sesil) dan tingkat mobilitasnya rendah sehingga dapat digunakan untuk menduga kualitas suatu perairan dimana komunitas organisme tersebut berada (Ulfa et al., 2018). Indeks Pencemaran Berdasarkan Sudirman et al., (2013) Indeks pencemaran adalah nilai yang telah ditentukan besarannya sesuai badan airnya misalnya sungai, danau, laut. Analisis kualitas air menggunakan kreteria mutu air berdasarkan kelas II yang ada dalam lampiran Perda Provinsi Jatim Nomor 2 Tahun 2008. Sedangkan status mutu air mengunakan metode Pollution Index (PI) berdasarkan KepmenLH No. 115 Tahun 2003. Nilai Indeks Pencemaran (IP) dapat digunakan untuk mengetahui nilai kualitas air sungai untuk suatu peruntukan tertentu dan sebagai dasar dalam memperbaiki kualitas air jika terjadi pencemaran. Perhitungan indeks pencemaran dilakukan dengan menggunakan persamaan:. Pij = √. 2 M. 2 R. (𝐶𝑖 ⁄𝐿𝑖𝑗 ) +(𝐶𝑖 ⁄𝐿𝑖𝑗 ) 2. Dimana Lij : konsentrasi parameter kualitas air yang dicantumkan dalam Baku Peruntukan Air (j), dan Ci : konsentrasi parameter kualitas air (i), PIj adalah Indeks Pencemaran bagi peruntukan (j), dengan (Ci/Lij)R : nilai Ci/Lij rata-rata dan (Ci/Lij)M : nilai Ci/Lij maksimum (Mahyudin et al., 2015). Baku mutu air laut adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi atau komponen yang ada atau harus ada dan atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya di dalam air laut (Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: 51 Tahun 2004). Pencemaran air menurut Peraturan. Universitas Sumatera Utara.

(34) 19. Pemerintah Nomor : 82 Tahun 2001 adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Tingkat pencemaran di pelabuhan menjadi penting untuk diketahui agar pengelolaan kawasan tersebut lebih terencana serta meminimalisir dampak bencana (Sudirman et al., 2013). Pengelolaan kualitas air atas dasar Indeks Pencemaran (IP) ini dapat memberi masukan pada pengambil keputusan agar dapat menilai kualitas badan air untuk suatu peruntukan serta melakukan tindakan untuk memperbaiki kualitas jika terjadi penurunan kualitas akibat kehadiran senyawa pencemar. Indeks Pencemaran mencakup berbagai kelompok parameter kualitas yang independen dan bermakna (Sahabuddin et al., 2014). Kurva ABC (Abudance and Biomass Comparison) Data kelimpahan dan biomassa spesies yang terdiri dari komunitas bentik lautan dapat dieksploitasi secara luas, yang mana bertujuan untuk menaksir tingkatan kondisi perairan yang dianggap terganggu. Kurva ABC atau kdominance curves yang mengindikasikan perairan tersebut dalam kondisi masih baik dan layak untuk kehidupan hewan makrozoobenthos dimana kurva biomassa yang terletak diatas kurva kelimpahan individu. Sedangkan apabila perairan tersebut terindikasi tercemar ditunjukkan dengan kurva kelimpahan individu diatas kurva biomassa, biasanya sebagian besar komunitas terganggu dihuni oleh sejumlah besar individu kecil. Yang terakhir adalah untuk perairan terganggu dimana. kedua. kurva. ini. bersinggungan. atau. saling. memotong. (Hafizulhag et al., 2017).. Universitas Sumatera Utara.

(35) 20. Apabila kurva K-Dominance untuk biomassa terletak diatas kurva untuk jumlah individu spesies, maka perairan dikatakan tidak tercemar. Bila kurva KDominance untuk biomassa dan jumlah individu spesies saling berhimpitan maka perairan dikatakan tercemar sedang dan sebaliknya jika kurva K-Dominance untuk jumlah individu spesies berada diatas kurva biomassa spesies maka perairan dikatakan tercemar berat. Data ranking per satuan luas (ind/m2) dan biomassa per satuan luas (g/m2) diplotkan pada sumbu X dalam bentuk logaritma, sedangkan sumbu Y diplotkan data persentase kumulatif dominan dari jumlah individu per satuan luas dan biomassa per satuan (Labbaik et al., 2018). Status atau kualitas makrozoobenthos dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori, yaitu: baik, jika kurva biomassa per satuan luas berada di atas kurva jumlah individu per satuan luas. Sedang, jika kurva biomassa per satuan luas dan kurva jumlah individu per satuan luas saling tumpang tindih. Buruk, jika kurva biomassa per satuan luas berada di bawah kurva jumlah individu per satuan luas. Analisis regresi dan korelasi dengan menggunakan SPSS versi 16.00 digunakan untuk menentukan hubungan antara konsentrasi total padatan tersuspensi (TSS) dengan kelimpahan dan keanekaragaman makrozoobenthos (Khaeksi et al., 2015). Parameter biologi (makrozoobenthos) dianalisis dengan kurva Abundance and Biomass Comparison. (ABC).. Indeks. dominansi digunakan untuk. memperoleh informasi mengenai famili yang mendominansi dalam suatu komunitas. Menghitung indeks dominansi digunakan rumus Simpson dengan kriteria apabila nilai D mendekati 0 (nol) maka tidak ada jenis yang mendominansi, sedangkan apabila nilai D mendekati 1 (nol) maka ada jenis yang mendominansi (Yasir, et al., 2015).. Universitas Sumatera Utara.

(36) 21. METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan September dan Oktober 2020 dari pukul 10.00 WIB hingga selesai di 4 stasiun yang ada di Pantai Wisata Indah Kota Sibolga. Untuk parameter kualitas air serta sampel makrozoobenthos akan diteliti secara in situ, sementara parameter fisika dan kimia yang tidak dapat diukur langsung diteliti di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Kelas I Medan, jl. K. H. Wahid Hasyim 15 dan untuk sampel substrat diuji di Pusat Penelitian Kelapa Sawit jl. Brigjen Katamso no. 51, Kec. Medan Kota, Kota Medan, Sumatera Utara.. Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Alat dan Bahan Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sekop, GPS, termometer, refraktometer, secchi disk, pH meter, DO meter, saringan, kotak sterofoam, gunting, timbangan analitik, milimeter blok, penggaris, saringan ukuran 0,5 mm, alat tulis dan kamera (Lampiran 1).. Universitas Sumatera Utara.

(37) 22. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi aquades, plastik ukuran 1 kg, tali, meteran gulung, kertas label, botol sampel, sampel dan air bersih (Lampiran 1) Deskripsi Tiap Stasiun Penelitian Stasiun I Lokasi stasiun ini dekat dengan pelabuhan kapal wisata serta sedikit ditumbuhi lamun. Lokasi ini berada pada koordinat 98o46’29” BT dan 1o44’23” LU (Gambar 3).. Gambar 3. Lokasi Stasiun I Stasiun II Stasiun ini berjarak ±50 m dari stasiun pertama. Lokasi ini merupakan lokasi tanpa aktivitas khusus dan ditumbuhi lamun. Lokasi ini berada pada koordinat 98o46’29” BT dan 1o44’24” LU (Gambar 4).. Universitas Sumatera Utara.

(38) 23. Gambar 4. Lokasi Stasiun II Stasiun III Lokasi ini berjarak ±50m dari lokasi stasiun II. Stasiun ini kerap didatangi oleh para wisatawan serta sedikit dipengaruhi oleh aktivitas perhotelan. Lokasi ini berada pada koordinat 98o46’28” BT dan 1o44’26” LU (Gambar 5).. Gambar 5. Lokasi Stasiun III Stasiun IV Stasiun ini berjarak ±50m dari stasiun III. Kegiatan pada lokasi ini banyak didominasi oleh aktivitas rumah tangga dan kapal nelayan. Lokasi ini berada pada koordinat 98o46’26” BT dan 1o44’26” LU (Gambar 6).. Universitas Sumatera Utara.

(39) 24. Gambar 6. Lokasi Stasiun IV Prosedur Penelitian Metode yang digunakan dalam penentuan lokasi penelitian adalah purposive sampling yang dibagi menjadi 4 stasiun pada Pantai Wisata Indah yang berdasarkan keterwakilan karakteristik yang berbeda di lokasi penelitian. Pemilihan stasiun didasarkan karena adanya perbedaan aktivitas yang ada. Stasiun I dekat dengan pelabuhan kapal wisata, stasiun II tanpa aktivitas khusus, stasiun III memiliki aktivitas wisata dan stasiun IV dekat dengan perumahan penduduk sehingga terdapat aktivitas rumah tangga dan terdapat kapal-kapal nelayan milik penduduk. Pengukuran Parameter Fisika dan Kimia Pengukuran parameter fisika dan kimia dilakukan bersamaan dengan pengambilan sampel makrozoobenthos. Pengukuran dilakukan dengan 3 kali pengulangan kemudian dicatat. Parameter yang diukur dapat dilihat pada tabel 1.. Universitas Sumatera Utara.

(40) 25. Tabel 1. Satuan, Alat Dan Metode Pengukuran Parameter Fisika, Kimia, Biologi, dan Substrat. Parameter. Satuan. Metode Analisis/ Alat. Lokasi. Suhu. °C. Termometer. In situ. Kecerahan. cm. Secchi disk. In situ. TSS (Total Suspended Solid). mg/l. Uji Lab (Spektrofotometri). Ex situ. pH. -. pH meter. In situ. DO (Dissolved Oxygen). mg/l. DO meter. In situ. Salinitas. ‰. Refraktometer. In situ. Amoniak Bebas (NH3 N). mg/l. Uji Lab (Spektrofotometri). Ex situ. Fosfat (PO4 –P). mg/l. Uji Lab (Spektrofotometri). Ex situ. Tekstur. %. Uji Lab (Hydrometri). Ex situ. C-organik. %. Uji Lab (Spektrofotometri). Ex situ. Ind/m². Transek 1 x 1 m2. In situ. Fisika. Kimia. Substrat. Biologi Makrozoobenthos Pengambilan Sampel Pengambilan sampel dilakukan dengan metode kuadrat/plot berpetak dengan menempatkan kuadrat secara sistematis menurut garis transek. Panjang transek adalah 10 meter dengan ukuran kuadrat 1 m x 1 m. Banyaknya plot yang digunakan pada setiap stasiun transek adalah 3 plot. Jarak dari plot 1 ke plot lain ialah 3 meter. Jumlah transek dalam satu stasiun adalah 3 transek, sehingga jumlah keseluruhan plot dalam satu lokasi adalah 9 plot berbeda. Jarak antar stasiun yaitu 50 m. Sampel yang didapatkan diambil dengan menggunakan metode hand sorting dan untuk sampel berupa Polychaete diambil dengan menggali sedimen dengan kedalaman ±10 cm lalu disaring dengan ayakan. Universitas Sumatera Utara.

(41) 26. berukuran 0,5mm (Mahfud et al., 2013) selanjutnya dibersihkan dengan akuades dan dimasukkan ke dalam plastik dan botol sampel. Identifikasi Makrozoobenthos Identifikasi. makrozoobenthos. dilakukan. dengan. mengamati. makrozoobenthos yang didapat di setiap plot dengan menimbang berat benthos dengan menggunakan timbangan digital dan identifikasi jenis makrozoobenthos dilakukan dengan menggunakan buku identifikasi Carpenter dan Niem (1998) dan buku identifikasi Polychaete Fauchald (1977). Analisis Data Data yang diperoleh kemudian diolah dengan menghitung kepadatan populasi,. Indeks. Diversitas/Keanekaragaman. Shannon-Wiener,. Indeks. Keseragaman, Indeks dominansi, Indeks Pencemaran, Analisis Kurva ABC (Abundance dan Biomass Comparison) sebagai berikut: Kepadatan Populasi (K) Kepadatan populasi merupakan jumlah individu dari suatu spesies yang terdapat dalam satu satuan luas atau volume. Krebs (1989) menyatakan bahwa penghitungan kepadatan populasi dapat dilakukan dengan menggunakan rumus berikut : K=. 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑑𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ. Universitas Sumatera Utara.

(42) 27. Kepadatan Relatif (KR) Menurut Odum (1996) kepadatan realatif dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: KR =. 𝑘𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑥 100% 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠. Keterangan: KR : Kelimpahan relatif Indeks Keanekaragaman (H’) Shannon-Wiener Indeks keanekaragaman menggambarkan keadaan makrozoobenthos secara matematis agar memudahkan dalam mengamati keanekaragaman populasi dalam suatu komunitas. Dalam perhitungan ini digunakan Indeks Diversitas Shanon Wiener menurut Sudarso dan Wardiatno (2015) yaitu: 𝑛. H ′ = − ∑ 𝑝𝑖 ln 𝑝𝑖 𝑖=1. Keterangan : Hꞌ : Indeks Keanekaragaman pi : Jumlah individu masing-masing jenis (i=1,2,3...n) Ln : Logaritma natural Pi : Σ ni/N (perhitungan jumlah individu suatu jenis dengan keseluruhan jenis) Kriteria nilai H’ H’ > 3 = Keanekaragaman tinggi 1 < H’ > 3 = Keanekaragaman sedang H’ < 1 = Keanekaragaman rendah. Universitas Sumatera Utara.

(43) 28. Indeks Keseragaman (E) Untuk. mengetahui. keseimbangan. komunitas. digunakan. indeks. keseragaman, yaitu jumlah individu antar spesies dalam suatu komunitas. Indeks keseragaman (E) menurut Sudarso dan Wardiatno (2015) sebagai berikut: E=. 𝐻′ 𝐻 𝑀𝑎𝑘𝑠. Keterangan : E : Indeks keseragaman H’ : Indeks keanekaragaman max : Jumlah spesies Kriteria Indeks Keseragaman sebagai berikut : e <0,4 : keseragaman populasi kecil 0,4 > e > 0,6 : keseragaman populasi sedang e > 0,6 : keseragaman populasi tinggi Indeks keseragaman berkisar antara 0 sampai 1, semakin mendekati 0 semakin kecil keseragaman populasi, artinya penyebaran jumlah individu setiap spesies tidak sama dan kekayaan individu yang dimiliki masing masing spesies sangat berbeda. Semakin mendekati nilai satu, maka penyebarannya cenderung merata dan kemerataan antara spesies relatif merata atau jumlah individu masingmasing spesies relatif sama. Indeks Dominansi (C) Menghitung dominansi jenis tertentu dalam suatu komunitas digunakan Indeks Dominansi Simpson Odum (1996) menggunakan rumus sebagai berikut : 𝐶 = ∑ 𝑛𝑖 2 [. 𝑁. ]. Universitas Sumatera Utara.

(44) 29. Keterangan : C : Indeks dominansi Simpson ni : Jumlah individu tiap jenis N : Jumlah total individu i : 1,2,…… dan seterusnya Kategori indeks dominansi : C mendekati 0 ( C < 0,5) : tidak ada jenis yang mendominansi C mendekati 1 ( C > 0,5) : ada jenis yang mendominansi. Penentuan Status Mutu Air dengan Metode Indeks Pencemaran Perhitungan IP sesuai dengan pedoman yang ada pada Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 115 tahun 2003 dilakukan sesuai dengan prosedur berikut: 1. Menghitung harga Ci/Lij untuk tiap parameter pada setiap lokasi pengambilan sampel dengan Ci adalah konsentrasi hasil pengukuran dan Lij adalah baku mutu yang harus dipenuhi dalam PP No. 82 Tahun 2001 untuk peruntukan air kelas II. 2. Jika nilai konsentrasi parameter yang menurun menyatakan tingkat pencemaran meningkat, misal DO. Tentukan nilai teoritik atau nilai maksimum Cim (misal untuk DO, maka Cim merupakan nilai DO jenuh). Dalam kasus ini digunakan Persamaan (1), nilai Ci/Lij hasil pengukuran digantikan oleh nilai Ci/Lij hasil perhitungan.. (. 𝐶𝑖 𝐿𝑖𝑗. )=. 𝐶𝑖𝑚−𝐶𝑖(ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛) 𝐶𝑖𝑚−𝐿𝑖𝑗. (1). Jika nilai baku mutu Lij memiliki rentang, maka : - untuk Ci < Lij rata-rata digunakan Persamaan (2).. Universitas Sumatera Utara.

(45) 30. (. 𝐶𝑖 𝐿𝑖𝑗. ) baru =. [𝐶𝑖−𝐿𝑖𝑗(𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎)] [𝐿𝑖𝑗 (𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚)−𝐿𝑖𝑗(𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎)]. (2). - untuk Ci > Lij rata-rata digunakan Persamaan (3).. (. 𝐶𝑖 𝐿𝑖𝑗. ) baru =. [𝐶𝑖−𝐿𝑖𝑗(𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎)] [𝐿𝑖𝑗 (𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚)−𝐿𝑖𝑗(𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎)]. (3). Jika dua nilai (Ci/Lij) berdekatan dengan nilai acuan 1,0, misal C1/L1j = 0,9 dan C2/L2j = 1,1 atau perbedaan yang sangat besar, misal C3/L3j = 5,0 dan C4/L4j = 10,0. Dalam contoh ini tingkat kerusakan badan air sulit ditentukan. Cara untuk mengatasi kesulitan ini adalah: (1) Penggunaan nilai (Ci/Lij) hasil pengukuran kalau nilai ini lebih kecil dari 1,0. (2) Penggunaan nilai (Ci/Lij) baru jika nilai (Ci/Lij) hasil pengukuran lebih besar dari 1,0 dengan perhitungan nilai (Ci/Lij) baru dapat dilihat pada Persamaan (4). 𝐶𝑖. (𝐶𝑖). ( 𝐿𝑖𝑗 ) baru = 1 + 𝑃. log (𝐿𝑖𝑗) ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛. (4). P merupakan konstanta dan nilainya ditentukan dengan bebas dan disesuaikan dengan hasil pengamatan lingkungan dan atau persyaratan yang dikehendaki untuk suatu peruntukan (biasanya digunakan nilai 5). 3. Menentukan nilai rata-rata dan nilai maksimum dari keseluruhan Ci/Lij ((Ci/Lij)R dan (Ci/Lij)M). 4. Menentukan harga PIj atau IP dengan Persamaan (5).. Pij = √. 2 M. 2 R. (𝐶𝑖 ⁄𝐿𝑖𝑗 ) +(𝐶𝑖 ⁄𝐿𝑖𝑗 ) 2. (5). Klasifikasi kriteria kualitas air dengan metode IP dapat dilihat pada Tabel 2. Universitas Sumatera Utara.

(46) 31. Tabel 2. Klasifikasi Kriteria Kualitas Air dengan Metode IPA (KepMenLH No. 115 Th. 2003) Nilai IPA. Keterangan Kondisi. 0 ≤ PIj ≤ 1,0. Memenuhi Baku Mutu (kondisi baik). 1,0 < PIj ≤ 5,0. Cemar ringan. 5,0 < PIj ≤ 10. Cemar sedang. PIj > 10. Cemar berat. Analisis Kurva Abundance and Biomass Comparison (ABC) Menurut Clarke dan Warwick (1994), analisis kurva ABC digunakan untuk mengetahui kondisi perairan dengan menganalisis jumlah total individu per satuan luas dan biomassa (berat kering) total per satuan luas. Kurva ABC (Abundance and Biomass Comparison) dapat dilakukan dengan rumus sebagai berikut : Kelimpahan (K) =. Jumlah Individu (Ind) Luas (m2 ). Kelimpahan Relatif (KR) =. Biomassa =. K suatu jenis K Total. 𝑥 100%. Jumlah Individu (gr) Luas (m2 ). Biomassa Relatif (BR) =. B suatu jenis B Total. 𝑥 100%. Metode kurva ABC (Abudance and Biomass Comparison) digunakan untuk mengetahui kondisi lingkungan dengan analisis jumlah total individu persatuan luas (kelimpahan) dan berat per satuan luas (Yasir et al., 2015).. Universitas Sumatera Utara.

(47) 32. Menurut Khaeksi et al., (2015), berdasarkan kurva ABC yang diperoleh, status perairan dan kualitas makrozoobenthos dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori, yaitu: 1. Baik, apabila jika kurva biomassa per satuan luas berada di atas kurva jumlah individu per satuan luas. 2. Sedang, apabila jika kurva biomassa per satuan luas dan kurva jumlah individu per satuan luas saling tumpang tindih. 3. Buruk, apabila jika kurva biomassa per satuan luas berada di bawah kurva jumlah individu per satuan luas. Analisis Komponen Utama PCA (Principal Component Analysis) Analisis Komponen Utama (AKU) Principal Component Analysis (PCA) merupakan metode analisis multivariat yang bertujuan memperkecil dimensi variabel asal sehingga diperoleh variabel baru (komponen utama) yang tidak saling berkorelasi tetapi menyimpan sebagian besar informasi yang terkandung pada variabel asal. Keuntungan menggunakan Principal Component Analysis (PCA) yaitu dapat tertata secara bersih, dapat digunakan untuk segala kondisi penelitian, dapat dipergunakan tanpa mengurangi jumlah variabel asal dan. Universitas Sumatera Utara.

(48) 33. memiliki. kesimpulan. yang. lebih. akurat. dibandingkan. metode. lain. (Yordani et al., 2011). Interpretasi dari besarnya nilai hubungan antara keanekaragaman dan kelimpahan makrozoobenthos dengan parameter lingkungan pada Perairan Pantai Wisata Indah dapat diklasifikasikan menurut Vaus (2002) pada tabel 3 Tabel 3. Hubungan Koefisien Korelasi dan Interprestasi Nilai Korelasi. Interpretasi. 0,00. Tidak Ada Hubungan. 0,01 – 0,09. Hubungan Kurang Berarti. 0,10 – 0,29. Hubungan Lemah. 0,30 – 0,49. Hubungan Moderat. 0,50 – 0,69. Hubungan Kuat. 0,70 – 0,89. Hubungan Sangat Kuat. >0,90. Hubungan Mendekati Sempurna. Universitas Sumatera Utara.

(49) 34. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil Komposisi Makrozoobenthos Adapun Makrozoobenthos yang ditemukan di Pantai Wisata Indah Kota Sibolga terdiri atas 4 filum, yaitu filum Mollusca, Annelida, Sipuncula dan Echinodermata. Jumlah makrozoobenthos yang didapat pada stasiun I yaitu 68 individu, stasiun II yaitu 109 individu, stasiun III yaitu 24 individu dan stasiun IV sebanyak 10 individu. Klasifikasi makrozoobenthos dapat dilihat pada tabel 4 dan Lampiran 7. Tabel 4. Klasifikasi Makrozoobenthos Famili. Genus. Archasteridea. Archaster. Nereidae. Nereis. Sipunculidae. Sipuncula. Veneridae. Meretrix. Mactroidea. Mactromeris. Donacidae. Donax. Naticidae. Polinices. Trochidae. Trochus. Cerithiidae. Clypeomorus. Spesies. Stasiun. Jumlah. I. II. III. IV. +. +. -. -. 8. Nereis sp.. -. +. -. -. 2. Sipuncula sp.. -. +. -. -. 1. +. +. -. -. 7. -. +. -. -. 1. +. +. +. +. 94. +. +. -. -. 4. +. +. -. -. 2. +. +. +. +. 42. Archaster typicus. Meretrix meretrix Mactromeris polynyma Donax cuneatus Polinices mammilla Trochus niloticus Clypeomorus petrosa. Universitas Sumatera Utara.

(50) 35. Famili. Genus. Stasiun. Spesies. Phasianellidae Phasianella. Potamididae. Cerithidea. Strombidae. Strombus. Buccinidae. Engina. Mitridae. Mitra. Olividae. Olivia. Muricidae. Ergalatax. Phasianella solida Cerithidea cingulata Strombus gibberulus. II. III. IV. +. +. +. +. 13. +. +. -. -. 6. +. +. +. +. 13. -. +. -. -. 1. +. +. -. -. 3. -. +. -. -. 1. +. +. +. +. 13. Engina concinna Mitra doliolum Olivia olivia Ergalatax margariticola. Jumlah. I. Keterangan : (+) ditemukan ; (-) tidak ditemukan Kepadatan Populasi (K) dan Kepadatan Relatif (KR) Makrozoobenthos pada Setiap Stasiun Penelitian Berdasarkan rata-rata Makrozoobenthos yang diperoleh tiap stasiun maka. ind/m2. didapat nilai yang dapat dilihat pada gambar 7. 40 35 30 25 20 15 10 5 0 STI. ST2. ST3. ST4. Stasiun. Gambar 7. Rata-rata Kepadatan Populasi Makrozoobenthos. Universitas Sumatera Utara.

(51) 36. Gambar 6 menunjukkan bahwa stasiun I memiliki kepadatan populasi yaitu 23 ind/m2 , stasiun II memiliki kepadatan individu 36 ind/m2, stasiun III memiliki kepadatan populasi 8 ind/m2 dan stasiun IV memiliki kepadatan populasi 3 ind/m2. Oleh karena itu stasiun II memiliki kepadatan populasi tertinggi yaitu 36 ind/m2 dan stasiun IV memiliki kepadatan populasi terendah yaitu 3 ind/m2. Tabel 5. Kepadatan Relatif Makrozoobenthos No. Nama Spesies. Jumlah. Kepadatan Relatif (%) St I. St II. St III. St IV. 1. Archaster typicus. 8. 4.4. 4.6. 0.0. 0.0. 2. Polinices mammilla. 4. 2.9. 1.8. 0.0. 0.0. 3. Trochus niloticus. 2. 1.5. 0.9. 0.0. 0.0. 4. Olivia olivia. 1. 0.0. 0.9. 0.0. 0.0. 5. Engina concinna. 1. 0.0. 0.9. 0.0. 0.0. 6. Ergalatax margariticola. 13. 5.9. 5.5. 8.3. 10.0. 7. Phasianella solida. 13. 4.4. 7.3. 4.2. 10.0. 8. Cerithidea cingulata. 6. 2.9. 3.7. 0.0. 0.0. 9. Mitra doliolum. 3. 1.5. 1.8. 0.0. 0.0. 10. Strombus gibberulus. 13. 5.9. 5.5. 8.3. 10.0. 11. Clypeomorus petrosa. 42. 17.6. 20.2. 29.2. 10.0. 12. Nereis sp.. 2. 0.0. 1.8. 0.0. 0.0. 13. Sipuncula sp.. 1. 0.0. 0.9. 0.0. 0.0. 14. Donax cuneatus. 94. 51.5. 37.6. 50.0. 60.0. 15. Mactromeris polynyma. 1. 0.0. 0.9. 0.0. 0.0. 16. Meretrix meretrix. 7. 1.5. 5.5. 0.0. 0.0. 211. 100. 100. 100. 100. Total. Universitas Sumatera Utara.

(52) 37. Berdasarkan data tabel diatas diketahui bahwa kepadatan relatif tertinggi berada pada stasiun II dan kepadatan terendah berada pada stasiun IV. Adapun spesies yang paling banyak ditemukan yaitu Donax cuneatus dan yang paling sedikit ditemukan yaitu Olivia Olivia, Engina concinna, Sipuncula sp. dan Mactromeris polynyma. Indeks Keanekaragaman (H’), Keseragaman (E) dan Dominansi (C) pada Setiap Stasiun Penelitian Analisis. keseragaman. makrozoobenthos. dapat. ditentukan. dengan. menggunakan Indeks Keanekaragaman (H’) berkisar antara 1,22-2,05 termasuk dalam kategori sedang, nilai Indeks Keseragaman (E) berkisar antara 0,44-0,74 dengan kategori kecil dan nilai Indeks Dominansi (C) berkisar antara 0,201-0,4 dengan tidak ada jenis yang mendominasi. Nilai Indeks Keanekaragaman (H’), Indeks Keseragaman (E) dan Indeks Dominansi (C) makrozoobenthos pada setiap stasiun dapat dilihat di tabel 6. Tabel 6. Indeks Keanekaragaman (H’), Keseragaman (E) dan Dominasi (C). Stasiun. H’. E. C. I. 1,65. 0,59. 0,31. Kategori. Sedang. Sedang. TAD. II. 2,1. 0,74. 0,20. Kategori. Sedang. Tinggi. TAD. III. 1,25. 0,45. 0,35. Kategori. Sedang. Sedang. TAD. IV. 1,23. 0,44. 0,4. Kategori. Sedang. Sedang. TAD. Keterangan : (TAD) tidak menunjukan adanya jenis yang mendominansi. Universitas Sumatera Utara.

(53) 38. Parameter Fisika dan Kimia Perairan Berdasarkan hasil pengukuran terhadap nilai rata-rata parameter fisika dan kimia pada Perairan Pantai Pantai Wisata Indah Kota Sibolga dapat dilihat pada tabel 7 dan 8. Tabel 7.. Parameter Fisika Perairan pada Stasiun I,II, III dan IV pada Bulan September dan Oktober di Perairan Pantai Wisata Indah Rata-rata Hasil. Parameter. Satuan. Pengukuran/Analisis. Baku Mutu* St I. St II. St III. St IV. Parameter Fisika Kecerahan. m. Coral: >5. 3,8. 4,13. 3,34. 3,36. 21,5. 17,8. 19,6. 18,48. 31. 31. 31. 31,6. Mangrove:Lamun: >3 Padatan Tersuspensi Total. mg/l. Coral: 20 Mangrove: 80 Lamun: 20. Suhu. 0. C. Mangrove: 28-32 Lamun: 28-30. Universitas Sumatera Utara.

(54) 39. Tabel 8.. Parameter Kimia Perairan pada Stasiun I,II, III dan IV pada Bulan September dan Oktober di Perairan Pantai Wisata Indah Rata-rata Hasil. Parameter. Satuan. Pengukuran/Analisis. Baku Mutu* I. II. III. IV. Parameter Kimia pH. -. 7-8,5. 7,7. 7,75. 7,8. 7,6. Salinitas. ‰. Coral: 33-34. 29,8. 30,4. 29,8. 30. 5,23. 4,6. Mangrove: s/d 34 Lamun: 33-34 Oksigen Terlarut (DO). mg/l. >5. 5,8. 5,9. Amonia Total (NH3-N). mg/l. 0,3. <0,01. <0,010 <0,010 <0,010. Fosfat (PO4-P). mg/l. 0,015. 0,059. 0,058. 0,1. Sumber: *Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51 tahun 2004 Tekstur Substrat Pantai Wisata Indah Hasil penelitian yang diperoleh bahwa hasil tekstur substrat yang didapat pada Pantai Pantai Wisata Indah Kota Sibolga yaitu berpasir (Lampiran 4). Hasil analisis substrat dapat dilihat pada tabel 9. Tabel 9.. Analisis Substrat Dasar pada Stasiun I,II, III dan IV di Perairan Pantai Wisata Indah. Stasiun. Fraksi. C-. USDA. Organik(%). Pasir(%). Debu(%). Liat(%). I. 0,29. 97. 3. 0. Berpasir. II. 0,27. 97. 3. 0. Berpasir. III. 0,11. 98. 2. 0. Berpasir. IV. 0,08. 98. 2. 0. Berpasir. Universitas Sumatera Utara. 0,085.

(55) 40. Sifat Fisika dan Kimia Berdasarkan Metode Indeks Pencemaran di Pantai Wisata Indah Kota Sibolga Sifat fisika kimia air yang diperoleh dengan menggunakan Metode Indeks Pencemaran memperoleh hasil yaitu memenuhi baku mutu. Hal ini dapat dilihat pada tabel 10 dan Lampiran 5. Tabel 10.. Kondisi Fisika dan Kimia Perairan Pantai Pantai Wisata Indah Kota Sibolga berdasarkan Indeks Pencemaran. Stasiun. Indeks Pencemaran. Keterangan. September. Oktober. I. 0,373. 0,48. Memenuhi Baku Mutu. II. 0,365. 0,358. Memenuhi Baku Mutu. III. 0,658. 0,467. Memenuhi Baku Mutu. IV. 0,71. 0,497. Memenuhi Baku Mutu. Analisis Kurva ABC (Abundance and Biomass Comparison) Analisis kualitas air yang ditentukan dengan parameter biologi perairan dapat digambarkan menggunakan kurva ABC. Analisis kurva ABC digunakan untuk mengetahui kondisi lingkungan dengan menganalisis total kepadatan relatif (%) dan biomassa relatif dari makrozoobenthos (%). Pada stasiun I jenis-jenis makrozoobenthos dari rangking 1 sampai dengan 11 (Lampiran 6) membentuk kurva ABC yang terdiri atas 11 spesies yaitu Archaster typicus, Polinices mammilla, Trochus niloticus, Ergalatax margariticola, Phasianella solida, Cerithidea cingulate, Mitra doliolum, Strombus gibberulus, Clypeomorus petrosa, Donax cuneatus dan Meretrix meretrix. Adapun nilai kelimpahan relatif stasiun I berkisar antara 1,47-51,47 % dan biomassa relatif antara 0,83-60,7 %. Nilai ini. Universitas Sumatera Utara.

(56) 41. membentuk kurva ABC, dimana hasil yang didapat dikategorikan tercemar sedang karena kelimpahan relatif dan biomassa saling tumpang tindih. Hasil kurva ABC. Persentase Kumulatif (%). (Gambar 8).. 70 60 50 40 30. KR. 20. BR. 10 0 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9 10 11. Rangking. Gambar 8. Kurva ABC pada Stasiun I Pada stasiun II jenis-jenis makrozoobenthos dari rangking 1 sampai dengan 16 (Lampiran 6) membentuk kurva ABC yang terdiri atas keseluruhan spesiesyang didapat yaitu Archaster typicus, Olivia Olivia, Engina concinna, Nereis sp., Sipuncula sp., Mactromeris polynyma, Polinices mammilla, Trochus niloticus, Ergalatax margariticola, Phasianella solida, Cerithidea cingulate, Mitra doliolum, Strombus gibberulus, Clypeomorus petrosa, Donax cuneatus dan Meretrix meretrix. Adapun nilai kelimpahan relatif stasiun II berkisar antara 0,9137,6 % dan biomassa relatif antara 0,35-54,6 %. Nilai ini membentuk kurva ABC, dimana hasil yang didapat dikategorikan tercemar sedang karena kelimpahan relatif dan biomassa saling tumpang tindih. Hasil kurva ABC (Gambar 9).. Universitas Sumatera Utara.

(57) Persentase Kumulatif (%). 42. 60 50. 40 30. KR. 20. BR. 10 0. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516 Rangking. Gambar 9. Kurva ABC pada Stasiun II Pada stasiun III jenis-jenis makrozoobenthos dari rangking 1 sampai dengan 5 (Lampiran 6) membentuk kurva ABC yang terdiri atas 5 spesies yang didapat yaitu Ergalatax margariticola, Phasianella solida, Strombus gibberulus, Clypeomorus petrosa dan Donax cuneatus. Adapun nilai kelimpahan relatif stasiun III berkisar antara 4,1-50 % dan biomassa relatif antara 3,01-67,8 %. Nilai ini membentuk kurva ABC, dimana hasil yang didapat dikategorikan tercemar sedang karena kelimpahan relatif dan biomassa saling tumpang tindih. Hasil kurva. Persentase Kumulatif (%). ABC (Gambar 10). 80 70 60 50 40 30 20 10 0. KR BR. 1. 2. 3. 4. 5. Rangking. Gambar 10. Kurva ABC pada Stasiun III. Universitas Sumatera Utara.

(58) 43. Pada stasiun IV jenis-jenis makrozoobenthos dari rangking 1 sampai dengan 5 (Lampiran 6) membentuk kurva ABC yang terdiri atas 5 spesies yang didapat yaitu Ergalatax margariticola, Phasianella solida, Strombus gibberulus, Clypeomorus petrosa dan Donax cuneatus. Adapun nilai kelimpahan relatif stasiun IV berkisar antara 10-60 % dan biomassa relatif antara 4,3-74,07 %. Nilai ini membentuk kurva ABC, dimana hasil yang didapat dikategorikan tercemar sedang karena kelimpahan relatif dan biomassa saling tumpang tindih. Hasil kurva. Persentase Kumulatif (%). ABC (Gambar 11). 80 70 60 50 40 30 20 10 0. KR BR. 1. 2. 3. 4. 5. Rangking. Gambar 11. Kurva ABC pada Stasiun IV. Analisis Komponen Utama (Principal Component Analysis) Keanekaragaman Makrozoobenthos Pengukuran indikator fisika dan kimia perairan yang telah dilakukan menggunakan PCA (Principal Component Analysis) dengan menginterpretasikan hubungan variable parameter fisika kimia perairan yang diukur dengan keanekaragaman dan kelimpahan makrozoobenthos yang didapatkan. Hasil yang diperoleh dari nilai korelasi antar parameter sebagai berikut :. Universitas Sumatera Utara.

(59) 44. Tabel 11. Nilai Korelasi PCA Parameter Fisika Kimia dengan Keanekaragaman Makrozoobenthos Variabel Keanekaragaman Interpretasi Keanekaragaman. 1. Mendekati Sempurna. Kecerahan. 0,996. Mendekati Sempurna. Padatan Tersuspensi Total. -0,193. Lemah. Suhu. -0,543. Kuat. pH. 0,279. Lemah. Salinitas. 0,730. Sangat Kuat. Oksigen Terlarut (DO). 0,855. Sangat Kuat. Amonia Total (NH3-N). 1. Mendekati Sempurna. Fosfat (PO4-P). -0,864. Sangat Kuat. C-ORGANIK. 0,867. Sangat Kuat. Tabel 12. Nilai Korelasi PCA Parameter Fisika Kimia dengan Kelimpahan Makrozoobenthos Variabel Kelimpahan Interpretasi Kelimpahan. 1. Mendekati Sempurna. Kecerahan. 0,988. Mendekati Sempurna. Padatan Tersuspensi Total. -0,091. Lemah. Suhu. -0,645. Kuat. pH. 0,371. Moderat. Salinitas. 0,730. Sangat Kuat. Oksigen Terlarut (DO). 0,916. Mendekati Sempurna. Amonia Total (NH3-N). 1. Mendekati Sempurna. Fosfat (PO4-P). -0,849. Sangat Kuat. C-ORGANIK. 0,905. Mendekati Sempurna. Pembahasan Komposisi, Kepadatan (K) dan Kepadatan Relatif (KR) Makrozoobenthos Dari hasil pengumpulan sampel makrozoobenthos tiap stasiun memiliki perbedaan yang cukup jauh, dimana pada stasiun I ditemukan 68 individu, stasiun. Universitas Sumatera Utara.

Gambar

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian  Alat dan Bahan
Gambar 3. Lokasi Stasiun I  Stasiun II
Gambar 4. Lokasi Stasiun II  Stasiun III
Gambar 6. Lokasi Stasiun IV  Prosedur Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menyelesaikan studi di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, penulis melaksanakan penelitian dengan judul skripsi “

Untuk menyelesaikan studi di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, penulis melaksanakan penelitian dengan judul skripsi

Untuk menyelesaikan studi di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Penulis melaksanakan penelitian dengan judul

Untuk menyelesaikan studi di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, penulis melaksanakan penelitian dengan judul

Untuk menyelesaikan studi Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian di Universitas Sumatera Utara, penulis melaksanakan penelitian sebagai skripsi dengan

Untuk menyelesaikan studi di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, penulis melaksanakan penelitian dengan judul

Untuk menyelesaikan studi di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Penulis melaksanakan penelitian dengan judul

Untuk menyelesaikan studi di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, penulis melaksanakan penelitian dengan judul