• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008, KAP (Kantor Akuntan Publik) merupakan sebuah organisasi untuk memberikan jasa secara profesional dengan memperoleh izin resmi yang talah disesuaikan dengan perundang-undangan. Dalam hal ini, seseorang yang mengabdikan dirinya di KAP (Kantor Akuntan Publik) disebut sebagai Akuntan yang selanjutnya merupakan seorang Auditor, yang berarti memiliki profesi untuk melaksanakan audit pada sebuah laporan keuangan perusahaan serta memberikan opini dalam penyampaian yang disajikan sesuai dengan SAK (Standar Akuntansi Keuangan).

Akuntan publik memiliki dua jasa profesional yaitu jasa yang bersifat audit dan jasa yang bersifat non audit. Jasa audit itu sendiri meliputi operasional audit, audit kepatuhan, dan adudit laporan keuangan. Sedangkan jasa non audit meliputi akuntansi, manajemen, kompilasi, keuangan, perpajakan, serta konsultasi yang disesuaikan dengan perundang-undangan yang berlaku.

Perundang-undangan mengenai akuntan publik telah resmi diatur berdasarkan putusan No. 5 Tahun 2011 yaitu mengenai Akuntan Publik, melalui keputusan Nomor 443/KMK.01/2011 terkait penerapan IAPI (Institut Akuntan Publik Indonesia) sebagai asosiasi profesi. Seluruh Akuntan Publik diharuskan untuk mendaftarkan diri sebagai anggota dari IAPI (Institut Akuntan Publik Indonesia). Selain itu, Akuntan Publik pun diharuskan lulus dalam Ujian Setrifikasi (USAP). Hal ini supaya Akuntan Publik dapat menjalankan profesinya dengan baik. Berdasarkan data keanggotaan IAPI pada tahun 2018 jumlah KAP di kota Bandung yaitu berjumlah 31 KAP, tahun 2017 berjumlah 30 KAP, maka jika dibandingkan dari tahun 2017 dan 2018 jumlah KAP mengalami peningkatan.

Dalam penelitian ini, peneliti memilih objek penelitian pada auditor KAP kota Bandung dengan pertimbangan karena adanya beberapa kasus pelanggaran.

(2)

2

Pada tahun 2017 Kantor Akuntan Publik Dr. H. E. Ristandi Suhardjadinata mendapatkan sanksi pembekuan izin sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 424/KM.1/2017 karena belum sepenuhnya mematuhi peraturan perundang-undangan tentang Akuntan Publik dengan tidak diperolehnya kertas kerja LAI yang seharusnya diterbitkan untuk klien PDAM Tirta Galuh Kabupaten Ciamis tahun buku 2013 dan PDAM Tirta Anom Kota Banjar tahun buku 2013. (www.pppk.kemenkeu.go.id)

Sebelumnya pada tahun 2007 KAP Dr. H. E. Ristandi Suhardjadinata juga pernah melakukan pelanggaran yaitu melakukan pelanggaran terhadap standar audit dalam pelaksanaan audit atas laporan keuangan pada PT.Dana Pensiun Pos Indonesia sehingga berdampak pada laporan auditor independen untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2007, dan pada tahun yang sama melakukan pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 3 ayat (1) Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor: 17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik, yaitu memberikan jasa audit umum atas laporan PT. Jasa Sarana selama 4 tahun berturut-turut tahun buku 2004-2007, yang bisa menyebabkan hasil laporan audit nya tidak independen karena telah melakukan audit dengan klien yang sama. (Astuti, 2017).

1.2. Latar Belakang Penelitian

Kinerja suatu Kantor Akuntan Publik yang berkualitas sangat ditentukan oleh kinerja para akuntannya. Menurut Wirakusuma (2017) Profesi akuntan memiliki peran yang sangat penting dalam penyediaan informasi keuangan yang handal bagi pemerintah, kreditor, investor, debitur, pemegang saham, karyawan, juga bagi masyarakat dan pihak-pihak lain yang berkepentingan. Auditor memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan jaminan atas kewajaran laporan keuangan. Auditor dituntut untuk dapat melakukan pemeriksaan sesuai dengan ketentuan dan standar aktif yang berlaku. Hal ini dimaksudkan agar auditor dalam bekerja mampu meningkatkan kinerjanya. Apabila dalam melaksanakan pemeriksaan auditor telah memenuhi standar audit yang berlaku maka akan menghasilkan kinerja yang baik. Dalam melaksanakan tugasnya, auditor harus mengikuti standar audit. Standar tersebut terdiri dari standar umum, standar pekerjaan lapangan, standar pelaporan

(3)

3 serta kode etik akuntan. Standar auditing merupakan pedoman bagi auditor dalam menjalankan tanggung jawab profesionalnya. Standar tersebut harus dipatuhi oleh akuntan publik yang beroperasi sebagai auditor independen (Arens, 2013).

Menurut Robbins (2008), Kinerja merupakan hasil evaluasi terhadap pekerjaan yang dilakukan dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan. Kinerja auditor sangat ditentukan dari hasil audit yang dapat diandalkan bagi pihak yang membutuhkan. Kinerja auditor yang tidak sesuai harapan merupakan sesuatu yang sangat tidak diinginkan dalam pelaksanaan audit. Akan tetapi, dalam kenyataan di lapangan menunjukkan adanya kesenjangan antara kinerja aktual auditor dengan kinerja yang diharapkan. Penerimaan tersebut tidak terlepas dari karakteristik individu yang ikut menentukan kinerja auditor. Keberadaan auditor juga tidak terlepas dari adanya kebutuhan manajemen mengenai pertanggungjawaban dan transparansi atas kinerja perusahaan. Auditor harus memediasi berbagai perbedaan kepentingan yang dimiliki oleh para pelaku bisnis dan masyarakat. Agar dapat menjalankan perannya, auditor harus selalu menjaga mutu dan kualitas jasa yang diberikannya kepada kliennya.

Menurut Wirakusuma (2017), Kinerja auditor dapat digunakan untuk menetapkan perbandingan hasil pelaksanaan tugas, tanggung jawab yang diberikan oleh organisasi pada periode tertentu dan relatif dapat digunakan untuk mengukur prestasi kerja atau kinerja organisasi. Pencapaian kinerja auditor yang lebih baik harus sesuai dengan standar dan kurun waktu tertentu, yaitu mutu menyelesaikan pekerjaan dengan bekerja berdasarkan pada seluruh kemampuan dan keterampilan serta pengetahuan yang dimiliki oleh auditor. Menurut Mindarti (2014), Faktor-faktor yang memengaruhi kinerja auditor dapat berupa Faktor-faktor individu dan lingkungan. Hal ini didasarkan pada teori atribusi yang menyatakan bahwa sumber perilaku individu bisa dari faktor internal (karakteristik individu) dan faktor eksternal (lingkungan).

Menurut Pramesti (2014), Keberhasilan dan kinerja seorang auditor dalam melakukan pemeriksaan keuangan sangat ditentukan oleh adanya time budget pressure, etika profesi, profesionalisme, komitmen organisasi. Pencapaian hasil kerja oleh auditor dalam menjalankan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang

(4)

4

diberikan merupakan salah satu dari batasan untuk menentukan apakah pekerjaan seorang auditor ini sudah baik atau bahkan sebaliknya. Dengan melihat pencapaian proses kinerja dan kejelasan dalam pelaksanakan tugas yang sudah diberikan maka kinerja auditor menjadi pembahasan penting, baik bagi klien ataupun publik. Kinerja auditor juga menjadi tolak ukur kesuksesan suatu tugas untuk mengatasi masalah yang terjadi pada beberapa kasus keuangan dan menjadi perhatian utama. Seorang auditor dituntut untuk memperoleh bukti yang objektif dan handal sehingga hasil pengauditan dapat dipertanggungjawabkan.

Seorang auditor harus memiliki keahlian khusus, dan memiliki tanggung jawab yang besar yaitu, bertanggung jawab kepada klien dan publik, karena pendapat dari auditor dalam laporan audit perusahaan dianggap benar dan mencerminkan keadaan keuangan yang di dalam perusahaan yang nantinya laporan audit akan berguna untuk publik. Auditor dapat diartikan sebagai seseorang yang memberikan dan menyatakan pendapat atas kewajaran dalam laporan keuangan dalam perusahaan atau organisasi, dan menyesuaikan laporan yang dibuat sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. Auditor adalah profesi dimana harus memiliki kemampuan yang berkualitas. Kemampuan seorang auditor dicerminkan dalam kinerja saat bekerja. Baik buruknya kinerja seorang auditor akan berdampak terhadap kepercayaan publik. Apabila dalam penyampaiannya, auditor bekerja namun tidak sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan maka bisa dipastikan auditor pada KAP tersebut akan dikenai sanksi karena telah melakukan pelanggaran.

Beberapa pelanggaran yang terjadi pada beberapa KAP di negeri ini menunjukkan kinerja auditor yang belum sepenuhnya baik. Seperti halnya yang terjadi pada beberapa KAP di Kota Bandung pada beberapa tahun belakangan. Contohnya pada kasus KAP JKL pada tahun 2014. Masalah tersebut bermula ketika KAP mengaudit perusahaan, dan KAP kurang memperoleh informasi dari klien mengenai kondisi perusahaan secara keseluruhan, mulai dari kepemilikan, pengelolaan, dan aktivitas lainnya. Auditor sangat sulit untuk memperoleh data dan akses yang memadai ke dalam perusahaan. Terdapat kelalaian yang dilakukan KAP dalam prosedur penerimaan klien, yaitu mengabaikan pengendalian mutu yang

(5)

5 harus dijadikan pedoman dalam menjalankan aktivitas KAP sehingga menyebabkan lamanya penyelesaian proses audit yang dilakukan. Anggaran waktu yang semula hanya 60 hari, berubah menjadi 150 hari kerja (Wulandari, 2017)

Contoh kasus lain yang menyampingkan kinerja terjadi pada salah satu Akuntan Publik yang merupakan CPA dari Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Ardi, Sukinto, dan Rekan yaitu Ben Ardi. Ben Ardi dikenai sanksi pada tanggal 29 Mei 2015 melalui surat keputusan Menteri Kuangan dengan Nomor 445/KM.1/2015 yaitu dibekukannya izin Akuntan Publiknya selama enam bulan karena yang bersangkutan belum sepenuhnya mematuhi Standar Audit (SA)-Standar Pofesional Akuntan Publik (SPAP) dalam pelaksanaan audit umum atas laporan klien PT. Bumi Citra Permai tahun buku 2013. Dari kasus tersebut mencerminkan bahwa auditor independen tidak memiliki kualitas audit yang baik, dikarenakan auditor independen mengabaikan poin-poin yang ada pada Standar Audit (SA)-Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dalam mengaudit laporan keuangan audit.

Pelanggaran yang terbilang baru terjadi pada tahun 2017 yaitu KAP Dr. H. E. Ristandi Suhardjadinata, M.M., Ak yang belum sepenuhnya mematuhi peraturan perundang-undangan. Sanksi pembekuan izin AP Dr. H. E. Ristandi Suhardjadinata, M.M., Ak dinyatakan melalui putusan Menteri Keuangan Nomor 424/KM.1/2017 karena belum sepenuhnya mematuhi peraturan perundang-undangan tentang Akuntan Publik dalam hal tidak diperoleh kertas kerja atau LAI yang diterbitkan untuk klien PDAM Tirta Galuh Kabupaten Ciamis tahun buku 2013 dan PDAM Tirta Anom Kota Banjar tahun buku 2013. Sanksi Pembekuan Izin Akuntan Publik Dr. Drs. H. E. Ristandi Suhardjadinata, M.M., Ak. yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 868/KM.1/2016 tanggal 3l Agustus 2016 dengan Nomor Registrasi AP.0215 untuk jangka waktu 6 (enam) bulan. (www.pppk.kemenkeu.go.id)

Kantor Akuntan Publik Dr. H. E.R. Suhardjadinata & Rekan juga melakukan pelanggaran terhadap standar audit dalam pelaksanaan audit atas laporan keuangan PT. Dana Pensiun Pos Indonesia (Danpenpos) untuk tahun buku 31 Desember 2007 yang berpotensi cukup signifikan terhadap laporan auditor independen. dan

(6)

6

melakukan pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 3 ayat (1) Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor: 17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik, yaitu memberikan jasa audit umum atas laporan PT. Jasa Sarana selama 4 tahun berturut-turut tahun buku 2004-2007, yang menyebabkan hasil laporan audit nya tidak independen karena telah melakukan audit dengan klien yang sama. Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor: KEP443/KM.6/200, Akuntan Publik Drs, E Ristandi dibekukan untuk jangka waktu 6 bulan (Astuti, 2017).

Menurut Oklivia dan Marlinah (2014), dalam menjalankan perannya, auditor haruslah bersikap secara profesional. Pada prosesnya, dalam menyelesaikan tugas audit, tekanan anggaran waktu digunakan sebagai pengukuran untuk mengefisiensikan kinerja auditor. Anggaran waktu yang sempit dilakukan untuk mendapatkan biaya audit yang minimal. Oleh karenanya, dalam mengaudit sebaiknya dapat terselesaikan tepat waktu atau selesai sebelum waktu yang telah disepakati. Semakin lama anggaran waktu dalam mengaudit, menunjukkan semakin buruk kinerja yang dilakukan oleh auditor. Pelanggaran yang terjadi pada KAP JKL pada tahun 2014 menunjukkan tidak terjadinya anggaran waktu penyampaian laporan keuangan dengan tepat. Anggaran waktu yang semula hanya 60 hari, berubah menjadi 150 hari kerja. Temuan tersebut disebabkan oleh rentang waktu waktu pelaksanaan tidak dalam waktu yang singkat. Menurut Riyanto (2012), tekanan time budget dapat mempengaruhi kinerja seorang auditor dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan prosedur audit, pengaruh tersebut ada yang bersifat positif dan negatif. Hasil penelitian Suprapta (2016) dan Iswari (2015) yang hasilnya menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan dari time budget pressure terhadap kinerja auditor yang memiliki arah negatif.

Selain dibutuhkannya time budget pressure, setiap auditor juga diharapkan memegang teguh etika profesi yang sudah ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Menurut Asriati & Hidayat (2018) tanpa etika, profesi akuntansi tidak akan ada karena fungsi akuntansi adalah penyedia informasi untuk proses pembuatan keputusan bisnis oleh para pelaku bisnis. Peraturan untuk melaksanakan kewajiban profesi tersebut dikenal sebagai kode etik. Kode etik ini harus dipenuhi dan ditaaati oleh semua orang yang mempunyai profesi tersebut. Biasanya kode etik

(7)

7 berisi tuntutan keahlian dan komitmen moral yang berada diatas tingkat ratarata tuntutan bagi orang kebanyakan dan sekaligus merupakan minimal yang harus dipenuhi dan tidak boleh dilanggar kalau ia masih mau tetap mengemban profesi tersebut. Etika professional ini lebih luas dari prinsip-prinsip moral. Contoh pelanggaran etika profesi dilakukan oleh Ben Ardi pada tahun 2015 yang tidak mematuhi Standar Audit (SA)-Standar Pofesional Akuntan Publik (SPAP) dalam pelaksanaan audit. Berkaitan dengan etika suatu auditor, dibutuhkan komitmen yang tinggi mengenai moral auditor dalam menjalankan profesinya yang tertuang dalam bentuk aturan secara khusus. Etika pada seorang auditor merupakan salah satu faktor yang berpengaruh pada kinerjanya sebagai seorang profesional. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Herawaty dan Susanto (2009), yang hasilnya menggambarkan bahwa kinerja auditor dipengaruhi oleh etika profesi.

Menurut Futri dan Juliarsa (2014), selain time budget pressure dan etika profesi, selanjutnya faktor yang dapat mempengaruhi kinerja auditor adalah profesionalisme. Profesionalisme merupakan faktor penting yang mengacu pada kemampuan serta sikap profesional seorang auditor. Hall dalam Tjandrawinata (2013), mengemukakan bahwa gambaran tentang Profesionalisme seorang auditor tercermin dalam lima hal yaitu pengabdian pada profesi, kewajiban sosial, kemandirian, kepercayaan terhadap peraturan profesi dan hubungan dengan rekan seprofesi. Contoh kasus yang menggambarkan profesionalisme adalah pelanggaran yang terjadi pada KAP Dr. H. E. Ristandi Suhardjadinata, M.M., Ak yang belum sepenuhnya mematuhi peraturan perundang-undangan. Pelanggaran tersebut terjadi dikarenakan auditornya tidak memiliki profesionalisme yang baik dalam menjalankan tugasnya, sehingga bekerja tidak sesuai dengan peraturan. Kemampuan auditor didefiniskan pada berbagai macam bidang, yaitu pada pengetahuan, lingkungan dan keadaan, teknis, maupun teknologi. Profesionalisme seorang auditor yang bagus dapat menyebabkan kinerja menjadi tinggi. Hal ini seperti yang telah dinyatakan oleh Gautama dan Arfan (2010), yang menyatakan bahwa kinerja auditor dipengaruhi secara signifikan oleh profesionalisme dengan arah positif.

(8)

8

Faktor keempat yang berpengaruh juga terhadap kinerja adalah komitmen organisasi. Menurut Robbins dalam Mindarti (2014), komitmen organisasi adalah suatu keadaan dimana seseorang karyawan memihak organisasi tertentu serta tujuan-tujuan dan keinginannya untuk mempertahankan keanggotaan dalam organisasi tersebut. Seorang auditor yang memiliki komitmen yang tinggi terhadap organisasinya akan mempengaruhi motivasinya untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan organisasinya sehingga dapat meningkatkan kinerja auditor. Contoh kasus pelanggaran mengenai komitmen organisasi adalah yang terjadi pada KAP Dr. H. E. Ristandi Suhardjadinata, M.M., Ak yang melakukan pelanggaran dan mendapatkan sanksi pembekuan usaha sampai dua kali. Dalam hal ini, tidak tercermin komitmen organisasi yang baik sehingga pelanggaran terus terulang. Tinggi rendahnya komitmen seseorang berpengaruh terhadap kinerja yang diberikan orang tersebut. Apabila komitmen auditornya tinggi, maka menyebabkan kinerja auditornya pun tinggi juga. Hal ini seperti yang telah dibuktikan oleh Jaramillo, Mulki, dan Marshall (2005) yang menunjukkan bahwa kinerja dipengaruhi secara signifikan oleh komitmen organisasi, pengaruh yang diberikan adalah kuat dengan arah yang positif.

Berdasarkan uraian fenomena yang melatarbelakangi penelitian ini, peneliti tertarik untuk melakukan analisa mengenai “Pengaruh Time Budget Pressure, Etika Profesi, Profesionalisme, dan Komitmen Organisasi terhadap Kinerja Auditor pada Kantor Akuntan Publik di Kota Bandung”.

1.3. Perumusan Masalah

Pada profesi auditor, kinerja berkaitan dengan kualitas audit. Tingkat kinerja yang rendah dapat meningkatkan potensi kesalahan, legal liability, dan kurangnya kredibilitas. Bagi auditor, evaluasi kinerja penting untuk meningkatkan efektivitas, promosi dan masa jabatan. Kinerja berarti seberapa baik seorang auditor profesional mampu memenuhi persyaratan kerja yang ada. Kinerja seorang auditor dalam suatu organisasi digambarkan melalui penilaian yang diharapkan bisa meningkatkan kepercayaan publik. Penelitian ini akan berfokus terhadap Etika auditor,

(9)

9 Profesionalisme, Time Budget Pressure, Komitmen Organisasi untuk menilai kinerja yang dilakukan oleh auditor dalam melakukan pekerjaannya.

Kepercayaan yang besar dari pemakai laporan keuangan audit dan jasa lainnya yang diberikan oleh akuntan publik inilah yang akhirnya mengharuskan akuntan publik memperhatikan kinerja audit yang dilakukannya. Adanya kasus kecurangan yang dilakukan oleh akuntan publik khususnya di kota Bandung menjadi perhatian khusus dari masyarakat tentang fungsi dari akuntan publik itu sendiri. Hal ini sangat penting untuk diperhatikan, karena hasil audit yang dilakukan oleh auditor diperlukan oleh banyak pihak yang memiliki kepentingan dan juga bisa digunakan sebagai pengambilan keputusan. Jika disajikan tidak sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan hal ini dapat berakibat tidak baik karena bisa menyesatkan dan merugikan pemakai laporan keuangan hasil audit tersebut.

1.4. Pertanyaan Penelitian

Latar belakang berisi fenomena dan masalah yang terjadi pada KAP di kota Bandung. Sehubungan dengan latar belakang serta perumusan masalah diatas, maka pertanyaan yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana karakteristik responden di Kantor Akuntan Publik (KAP) kota Bandung?

2. Bagaimana time budget pressure, etika profesi, Profesionalisme, Komitmen Organisasi, dan Kinerja Auditor pada Kantor Akuntan Publik di Kota Bandung? 3. Bagaimana pengaruh secara simultan Time Budget Pressure, Etika Profesi, Profesionalisme, dan Komitmen Organisasi terhadap Kinerja Auditor pada Kantor Akuntan Publik di Kota Bandung?

4. Bagaimana pengaruh secara parsial dari:

a. Time Budget Pressure terhadap Kinerja Auditor pada Kantor Akuntan Publik di Kota Bandung?

b. Etika Profesi terhadap Kinerja Auditor pada Kantor Akuntan Publik di Kota Bandung?

c. Profesionalisme terhadap Kinerja Auditor pada Kantor Akuntan Publik di Kota Bandung?

(10)

10

d. Komitmen Organisasi terhadap Kinerja Auditor pada Kantor Akuntan Publik di Kota Bandung?

1.5. Tujuan Penelitian

Perumusan masalah dirancang untuk menentukan fokus penelitian yang akan dituju. Dengan merujuk pada perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui karakteristik responden di Kantor Akuntan Publik (KAP) kota Bandung.

2. Untuk mengetahui Time Budget Pressure, Etika Profesi, Profesionalisme, Komitmen Organisasi, dan Kinerja Auditor pada Kantor Akuntan Publik di Kota Bandung.

3. Untuk mengetahui pengaruh secara simultan dari Time Budget Pressure, Etika Profesi, Profesionalisme, dan Komitmen Organisasi terhadap Kinerja Auditor pada Kantor Akuntan Publik di Kota Bandung.

4. Untuk mengetahui pengaruh secara parsial dari:

a. Time Budget Pressure terhadap Kinerja Auditor pada Kantor Akuntan Publik di Kota Bandung.

b. Etika Profesi terhadap Kinerja Auditor pada Kantor Akuntan Publik di Kota Bandung.

c. Profesionalisme terhadap Kinerja Auditor pada Kantor Akuntan Publik di Kota Bandung.

d. Komitmen Organisasi terhadap Kinerja Auditor pada Kantor Akuntan Publik di Kota Bandung.

1.6. Manfaat Penelitian 1.6.1. Aspek Teoritis

1. Bagi akademis, penelitian tentang kinerja auditor diharapkan bisa bermanfaat bagi berkembangnya dunia ilmu pengetahuan serta menambah informasi untuk yang akan melakukan penelitian selanjutnya.

(11)

11 2. Bagi yang akan melakukan penelitian selanjutnya mengenai kinerja auditor, penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai referensi untuk menambah literatur penelitian.

1.6.2. Aspek Praktis

1. Bagi pihak KAP, dapat dijadikan sebagai suatu acuan untuk menganalisai variabel yang berpengaruh terhadap kinerja auditor. 2. Bagi pihak auditor, dapat dijadikan acuan dalam meningkatkan kinerja.

1.7. Ruang Lingkup Penelitian 1.7.1. Lokasi dan Objek Penelitian

Penelitian ini memilih lokasi berdasarkan objek penelitian yang diambil. Lokasi yang dijadikan objek oleh peneliti adalah 31 KAP yang terdaftar pada IAPI tahun 2018 di Kota Bandung.

1.7.2. Waktu dan Periode Penelitian

Penelitian ini terbatas pada waktu, tidak dilakukan secara berkala. Waktu penelitian dilakukan dengan menyebarkan kuesioner hingga perekapan yang diselesaikan dalam waktu tiga bulan yaitu mulai dari bulan Januari 2018 s.d Maret 2019.

1.7.3. Variabel yang digunakan

Variabel dependen yang diteliti ini adalah Kinerja Auditor (Y). Sedangkan variabel independen yang akan diteliti yaitu Time Budget Pressure (X1), Etika Profesi (X2), Profesionalisme (X3), dan Komitmen Organisasi (X4). Dalam penelitian ini, pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen akan dipaparkan secara rinci.

1.8. Sistematika Penulisan

Penelitian digambarkan berdasarkan rancangan kerangka model penyusunan tugas akhir. Untuk mempermudah menggambarkan materi penelitian, maka peneliti menyusun penulisan secara sistematis seperti berikut:

(12)

12

Bagian yang menggambarkan objek penelitian, fenomena yang melatarbelakangi penelitian, rumusan permasalahan, tujuan yang diteliti, manfaat penelitian, serta ruang lingkup yang meliputi variabel yang diteliti, lokasi dan objek penelitian, serta waktu penelitian.

BAB II HIPOTESIS DAN KERANGKA BERPIKIR

Bagian yang menggambarkan rangkuman tinjauan pustaka yang dijadikan dasar penelitian, penelitian yang relevan yang dijadikan acuan oleh peneliti, model dan kerangka berpikir teoritis yang membahas pola pikir yang menggambarkan masalah penelitian dan pedoman untuk pengujian, serta perumusan hipotesis.

BAB III METODE PENELITIAN

Bagian yang membahas mengenai pendekatan dan metode yang digunakan, pengumpulan data yang dibutuhkan, menguraikan operasionalisasi variabel untuk mempermudah merancang kuesioner, populasi dan sampel, teknik pengujian data, serta teknik analisis yang sesuai.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bagian yang membahas mengenai langkah-langkah analisis serta interpretasi hasil data yang diperoleh dan pembahasan dari hasil penelitian.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bagian terakhir yang membahas mengenai simpulan peneliti yang diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan serta rekomendasi yang sesuai dengan hasil yang diteliti.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan fenomena yang telah dijelaskan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dalam satu karya ilmiah berupa Laporan Tugas Akhir

Berdasarkan uraian tersebut penulis tertarik melakukan penelitian dan kajian lebih dalam tentang pengukuran kepuasan pelanggan untuk kemudian dijadikan sebagai

Berdasarkan fenomena tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh mengenai stres kerja dan pengaruhnya terhadap kinerja karyawan PT Indonusa

Berdasarkan fenomena dan uraian diatas, penulis termotivasi untuk melakukan penelitian ini karena ingin mengetahui apakah Good Corporate Governance (GCG) bisa

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik melakukan penelitian lebih lanjut dengan judul : “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas dan Leverage Terhadap

Berdasarkan fenomena dan berbagai penelitian di atas, peneliti memutuskan untuk membuat penelitian dengan judul ” Analisis Pengaruh Inflasi, Growth dan Earning

Melihat adanya fenomena tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh pendapatan bunga, pendapatan non-bunga, dan diversifikasi pendapatan

Karena dari permasalahan dan fenomena yang didapat pengalaman dan etika adalah hal yang tepenting dalam auditjudgment, muncul pertanyaan seberapa tinggi tingkat