• Tidak ada hasil yang ditemukan

2_s- flet[e$ E; H$ H. ET E$ g FH EF. s DH. x hh. e!u. e!h. tri. l'r No[* Elt. Boq. Hlr. Fls. Blp EIF. E'llr. ;i td FIE. IU l:r HEA. ci l' A lri. E l..

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "2_s- flet[e$ E; H$ H. ET E$ g FH EF. s DH. x hh. e!u. e!h. tri. l'r No[* Elt. Boq. Hlr. Fls. Blp EIF. E'llr. ;i td FIE. IU l:r HEA. ci l' A lri. E l.."

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

B@

e!H

EE

HH

3H

HH

e!U

tri

o

DX SH

FB

H

E

FJ

s

D

H

x

h H

Boq

flEt[E$

E;

H$

H

FH

EF

il

ET

E$

g

l'r

N

o

[*

00

2

_s-IU l:r

Fls HF

E

l..

Hlr

EH

e! lE

E'llr

Elt

A lri

;i

tD

Blp

FIE

HEA ci

l'

(2)

HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL DAN CARA

PEROLEHANNYA

Oleh

Tim Sentra HKI Unud

I Nym Mudana SH.,MH

Disampaikan dalam Kegiatan Seminar dan Worshop Hak Kekayaan

Intelektual yang dilaksanakan pada tanggal 15 November 2018 bertempat di

(3)

HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL

Hak Cipta/Copy Rights:

– Hak Cipta dan Hak Terkait.

Hak Kekayaan Industrial:

– Paten, Merek, Desain Industri, Desain Tata Letak

Sirkuit Terpadu,Rahasia Dagang, Perlindungan

Varietas Tanaman.

(4)

Inovasi dan Kreasi Harus dilindungi

HKI…..Mengapa ?

• HKI membutuhkan olah pikir dan kreatifitas

pencipta, inventor, atau kreator, pengambilan

dengan tidak memberikan kompensasi bagi

pemiliknya adalah suatu tindakan pelanggaran

karena melanggar ajaran moral yang baik.

• Alasan ekonomi; inovasi membutuhkan

tenaga,waktu, pikirannya bahkan biaya demi

sebuah karya atau penemuan yang berguna

untuk melindungi modal investasi dilakukan

dengan pemberian hak eksklusif terhadap

individu.

(5)

Inovasi dan Kreasi Harus dilindungi

HKI…..Mengapa ?

• Reward theory: dengan insentif berupa hak

eksklusif, merangsang indipidu lain untuk

berkreasi, diharapkan akhirnya meningkatkan

tingkat informasi dan inovasi yang tersedia di

masyarakat.

(6)

PATEN

Hak Eksklusif

Invensi

(7)

Paten tidak diberikan untuk Invensi tentang:

a.

proses atau produk yang pengumuman dan penggunaan atau

pelaksanaannya bertentangan dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku, moralitas agama, ketertiban umum, atau

kesusilaan;

b. metode pemeriksaan, perawatan, pengobatan dan/atau

pembedahan yang diterapkan terhadap manusia dan/atau hewan;

c. teori dan metode di bidang ilmu pengetahuan dan matematika;

atau

d. i. semua makhluk hidup, kecuali jasad renik;

ii. proses biologis yang esensial untuk memproduksi tanaman atau

hewan, kecuali proses non-biologis atau proses mikrobiologis.

(8)

INVENSI YANG DIBERI PATEN:

• Baru (novel)

• Langkah Inventif

(9)

JENIS PATEN (PATEN BIASA

DAN SEDERHANA

Keterangan.

Biasa. Sederhana.

1ATAU BEBERAPA INVENSI

JUMLAH

KLAIM

YANG MERUPAKAN SATUI

KESATUAN INVENSI

1 INVENSI

PERLIN

DUNGN

20TAHUN

10

TAHUN

YANG

DIPERIKSA

DALANM

PEMERIKSAAN

SUBSTANTIF

NOVALTY

LANGKAH INVENTIF &

DAN DAPAT

DITERAPKAN DALAM

INDUSTRI

KEBARIUAN/NOVELTY DAN

DAPAT DITERAPKAN

DALAM INDUSTRI

(10)

JENIS PATEN (BIASA DAN

SEDERHANA

Keterangan. Biasa. Sederhana.

(11)

CARA MEMPEROLEHNYA

Sistim first to file

Konstitutif

PENDAFTARAN

Memenuhi syarat administratif.

– Mengajukan permohonan

Mengajukan permohonan substantif.

Hasil berupa sertifikan Paten.

(12)

KEMENTRIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA R.I dibuat rangkap 4 DIREKTORAT JENDERAL HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL

Formulir Permohonan Paten

Diisi oleh petugas

Tanggal Pengajuan : Nomor Permohonan : Dengan ini saya/kami1)

: (71) Nama : Alamat 2) : Warga Negara : Telepon : NPWP :

Mengajukan permohonan paten/paten sederhana [ ]

Yang merupakan permohonan paten Internasional/PCT dengan nomor :

(74) melalui/tidak melalui*) Konsultan Paten

Nama Badan Hukum 3)

:

Alamat Badan Hukum2)

: Nama Konsultan Paten : Alamat 2)

: Nomor Konsultan Paten : Telepon / Fax :

[ ]

(54) dengan judul invensi : [ ]

Permohonan Paten ini merupakan pecahan Dari permohonan paten nomor :

(13)

(72) Nama dan kewarganegaraan para inventor : ………warga negara ……….. ………warga negara ……….. ………warga negara ……….. ………warga negara ……….. Diisi oleh petugas [ ]

(30) Permohonan paten ini diajukan dengan/tidak dengan *) hak prioritas 4)

Negara : Tgl. Penerimaan permohonan Nomor prioritas ………. ………. ………. ………. ………. ………. ………. ………. ……….

[ ]

Bersama ini saya lampirkan 5)

:

1 (satu) rangkap : [ ] surat kuasa

[ ] surat pengalihan hak atas penemuan [ ] bukti pemilikan hak atas penemuan [ ] bukti penunjukan negara tujuan (DO/EO) [ ] dokumen prioritas dan terjemahannya

[ ] Dokumen permohonan paten Internasional / PCT [ ] sertifikat penyimpanan jasad renik dan terjemahannya [ ] Dokumen lain (sebutkan) :

dan 3 (tiga) rangkap invensi yang terdiri dari :

[ ] uraian………. halaman [ ] klaim……….. buah [ ] abstrak [ ] gambar……… buah [ ] [ ] [ ] [ ] [ ] [ ] [ ] [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]

saya/kami usulkan, gambar nomor……….dapat menyertai abstrak pada saat dilakukan pengumuman atas permohonan paten (UU N0. 14 Tahun 2001)

[ ]

Demikian permohonan paten ini saya/kami ajukan untuk dapat diproses lebih lanjut

(14)

Pemohon,

(………..) 6)

Keterangan :

1) Jika lebih dari satu orang maka cukup satu saja yang dicantumkan dalam formulir ini sedangkan lainnya harap ditulis pada lampiran tambahan

2) Adalah alamat kedinasan/surat-menyurat.

3) Jika Konsultan Paten yang ditunjuk bekerja pada Badan Hukum tertentu yang bergerak dibidang konsultan paten maka sebutkan nama Badan Hukum yang bersangkutan.

4) Jika lebih dari ruang yang disediakan agar ditulis pada lampiran tambahan. 5) Berilah tanda silang pada jenis dokumen yang saudara lampirkan.

6) Jika permohonan paten diajukan oleh :

- Lebih dari satu orang, maka setiap orang ditunjuk oleh kelompok/group

- Konsultan Paten maka berhak menandatangani adalah konsultan yang terdaftar di Kantor Paten.

*) Coret yang tidak sesuai.

Form No. 001/P/HKI/2000

(15)

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama :

Warga negara : Alamat :

Dengan ini menyatakan bahwa pemohon pendaftaran Paten:

……….

Adalah inventor/pemilik invensi yang sah atas Paten tersebut yang akan didaftarkan di Direktorat Jendral HKI ( Ditjen HKI). HKI, Paten dengan Judul ……. tersebut tidak meniru invensi pihak lain/tidak sama dengan Paten sebelumnya.

Demikian pernyataan ini kami buat dengan sesungguhnya agar pihak-pihak yang berkepentingan maklum adanya dan dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Tempat dan tanggal : Yang menyatakan/menerangkan

(16)

SURAT PENGALIHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama :

Warga negara : Dengan ini menyatakan bahwa :

Saya/kami adalah inventor/pemilik yang sah atas paten (Judul Paten). Saya/kami setuju untuk menyerahkan seluruh hak paten dan segala kepentingan hak paten ini kepada :

Nama : Universitas Udayana. Alamat : Kampus Bukit Jimbaran.

Yang selanjutnya sebagai pemegang hak Paten ini selama 1 (satu) Tahun (2014-2015) dan selanjutnya sesuai kesepakatan,

Demikian pernyataan ini kami buat dengan sesungguhnya agar pihak-pihak yang berkepentingan maklum adanya dan dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Tempat dan tanggal : Yang menyatakan/menerangkan

(17)

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : ………..

Warga negara : Indonesia

Alamat : ……….

Dengan ini menyatakan bahwa saya/kami dosen/pegawai/mahasiswa Unud sebagai inventor ata paten dengan judul :

……… ………... akan menanggung sendiri/memohon biaya pemeliharaan paten untuk tahun 2015 kepada Unud * sepakat untuk diinventarisasi dan memberikan informasi yang diperlukan yang berkaitan denga paten yang didaftarkan untuk kepentingan Unud.

Demikian pernyataan ini kami buat dengan sesungguhnya agar pihak-pihak yang berkepentingan maklum adanya dan dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Denpasar, ……….

Yang menyatakan/menerangkan

(18)

Yang Sebaiknya Dilakukan Sebelum

Mengajukan Permohonan Pendaftaran Paten

• Penelusuran dan analisis

:

a

tas hasil

penelusuran

• Pembuatan gambar invensi (bila ada)

• Penulisan klaim

• Penulisan deskripsi

• Penulisan abstrak

(19)

Teknik pembuatan gambar

• Sangat efisien dan efektif dalam memberikan

informasi

– Satu gambar ≈ ribuan kata/pengertian

– Gambar dapat dianalogikan = peta

(20)

Teknik penulisan deskripsi

• Judul;

• Bidang Teknik Invensi;

• Latar Belakang Invensi;

• Uraian Singkat Invensi;

• Uraian Singkat

Gambar (bila ada);

• Uraian lengkap invensi;

• Klaim; dan

(21)

Judul invensi

– Singkat dan menggambarkan bidang teknik

– Tidak boleh berupa iklan/pujian

– Tidak boleh memuat merek dagang

Contoh judul yang salah:

POMPA AIR TANAH

“RAJA SEDOT”

POMPA AIR TANAH

“SANYO”

(22)

Bidang teknik invensi

– Mencakup pengertian dalam judul

– Biasanya ditulis dalam bentuk:

• “Invensi ini berhubungan dengan…..” atau

• “Invensi ini berkaitan dengan….”

(23)

Latar belakang invensi

– Mengungkapkan invensi/teknik terdahulu

[prior art ] terdekat

• Kelemahan-kelemahannya [permasalahannya]

– Mengungkapkan kelebihan-kelebihan invensi

– Diperlukan untuk pemahaman, penelusuran

(24)

Uraian lengkap invensi

– Informasi yang dijelaskan harus lengkap/

cukup sehingga memungkinkan orang

yang ahli dibidangnya dapat

melaksanakannya [a person skilled in the

art]

– Pengungkapan dikonsentrasikan pada

invensi (merupakan penjelasan dari

gambar bila ada)

(25)

• Klaim

Menggambarkan inti invensi yang dimintakan

perlindungan hukum, yang harus diuraikan secara jelas

dan harus didukung oleh deskripsi,

Tidak boleh memuat kalimat yang besifat atau berupa

acuan terhadap deskripsi atau gambar yang disertakan,

Tidak boleh berisi gambar atau grafik,

Boleh memuat tabel, rumus kimia, dan atau rumus

matematika.

Dapat ditambahkan tanda-tanda, baik berupa huruf atau

angka yang mengacu pada gambar yang ditulis secara

seragam di antara tanda kurung ( jika permohonan

disertai gambar)

(26)

Klaim

(Lanjutan)

• Berdasarkan kategorinya, klaim dari suatu

invensi dibedakan menjadi:

• Klaim produk (klaim yang kasat mata: alat,

komposisi, atau produk by proses),

• Klaim aktifitas (klaim yang non-kasat mata: sistem,

metode, proses)

(27)

Klaim

(Lanjutan)

• Berdasarkan jenisnya, klaim dari suatu

invensi ada dua jenis:

– Klaim mandiri, dan

– Klaim turunan

(28)

Abstrak

– Judul invensi;

– Ringkasan pengungkapan dari deskripsi, klaim

dan gambar, yang harus menunjukkan secara

jelas bidang teknik invensi, masalah teknis, dan

inti penyelesaian masalah

– Rumus kimia atau matematika yang diperlukan

untuk menjelaskan invensi (bila perlu)

(29)

-5

1

0

L111.r Beb.k.ug b\"eui

Pcralatan

wok rncrnasak

-'8ab dik

mal dan

pcralatan

R mcmpun

y

ai

k

dcmahan

...

1

5

Ri

Dglu.n"ffi

�·

Kl\-msi ioi adalab. untuk memecabkan masalah-masalah yang

tdab

& atas )"q

scmg

&jwipai .

20

25

...

2

.

5

cm

30

3

5

2

c

m

B

at

a

s

pe

nul

i

s

an

Lebar

K

erta

s

-

2

c

m

(30)

2cm

,o

'

,o

'

'

,

o

''

2 5 cm

,

o

''

1 Ivletode pembuatan produk X yang u,rd1n dan tahapan-tahapan seba-

benkut .

2 Ivletode tnenun.J.t klaim 1. di inana ••••••

3 Ivletode menun.J.t kla1m 1. d,. inana ••••••

4 Produk X yang d,.buat n=nun.J.t salah satu dan kla1m 1 sarnpai 3

(31)

2 ctn Abs1rak JUDUL C\"VEXSI

s

10 IS 20 2S

2.5

cm 30 3S

. ,Im'e.flsi ini berhubungan dengan peralatan dimana peralatan ini

terd1[1 dar1 ... ,.,... . . . .

Pera atan rm oapat mengehmmas1 dan meaghasilkan

2cm

(32)

. ' Jil

.

.iJD

SERTIFIKASI

Pasal 55

(33)

PERMOHONAN PEMERIKSAAN FORMALITAS S(3+2+1l PENGUMUMAN (3 bulan PS & 6 bulan PB) PEMERIKSAAN SUBSTANTIF <24 bl PS & <36 bl PB BANDING

i

P. NIAGA S24 bl PS & S36 bl PB

l

MA Ditentukan tgl penerimaan (TP) SlB bl setelah TP (PB) !S:3 bl setelah TP (PS)

Diajukan :5:3 bl sejak

kenutusan oenolakao

Diajukan SJ bl sejak putusan banding

(34)

HAK CIPTA

• Melindungi ciptaan yang merupakan hasil karya

pencipta yang menunjukkan keasliannya dalam

lapangan ilmu pengetahuan , seni atau sastra.

• Perlindungannya secara automaticly.

• Jangka waktu perlindungannya selama pencipta

masih hidup ditambah lima puluh tahun setelah

(35)

Lampiran I

Peraturan Menteri Kehakima Nomor: M.01-HC.03.01 Tahun

KepadaYth. :

Direktur Jenderal HKI Melalui Direktur Hak Cipta, Desain Industri, Desain Tata Let Sirkit Terpadu dan Rahasia Dag Di

Jakarta

PERMOHONAN PENDAFTARAN CIPTAAN

I. Pencipta

a. Nama : Prof. Dr. Nyoman Djinar Setiawina, SE., MS. b. Kewarganegaraan : Indonesia

c. Alamat : Jl. Pulau Batam II No. 14 Denpasar Bali.

II. Pemegang Hak Cipta

a. Nama : Prof. Dr. Nyoman Djinar Setiawina, SE., MS. b. Kewarganegaraan : Indonesia

c. Alamat : Jl. Pulau Batam II No. 14 Denpasar Bali.

III. Kuasa

a. Nama : - b. Kewarganegaraan : - c. Alamat : -

IV. Jenis dan Judul ciptaan

yang dimohonkan : Buku berjudul: Harapan Rasional EKONOMI MAKRO.

V. Tanggal dan tempat di-

umumkan untuk pertama kali di wilayah Indonesia atau di luar wila yah Indo-

nesia : 26 Pebruari 2016, Penerbit: Andi; Yogyakarta

VI. Uraian Ciptaan : (terlampir)

Denpasar 12 Pebruari 2018

Materai Rp.6.000,-

(36)

VI. Uraian Ciptaan :

Buku Harapan Rasional Ekonomi Makro ini ditulis sebagai upaya untuk memperkaya

perbendaharaan kepustakaan bidang ekonomi makro, khususnya untuk meningkatkan jumlah

masyarakat terpelajar yang memiliki kesadaran dan pengetahuan di bidang ekonomi dalam skala

luas. Penekanan utama dari materi buku ini adalah penjelasan mengenai konsep dan penerapan

serta perhitungan sebagai pendekatan maupun teori ekonomi yang berdampak langsung dalam

kehidupan masyarakat. Penulisan buku ini dapat diwujudkan berdasarkan hasil-hail penelitian

yang sudah dipublikasi pada berbagai jurnal, khususnya yang ada relevansinya dengan rencana

(37)

SURAT PERNYATAAN

Yang bertandatangan di bawahini :

Nama : Prof. Dr. N yoman Djinar Setiawina, SE., MS

Warganegara : Indonesia

Alamat : Jl. Pulau Batam II No. 14 Denpasar

Dengan ini men yatakan bahwa permohonan pendaftaran Ciptaan:

Buku dengan judul:

“Harapan Rasional EKONOMI MAKRO ”

Adalah pencipta/pemilik yang sah atas ciptaan tersebut yang akan didaftarkan di

Direktorat Hak Cipta Ditjen. HKI, Buku dengan Judul: Harapan Rasional EKONOM I

MAKRO tersebut tidak meniru hasil ciptaan pihak lain.

Demikian pern yataan ini kami buat dengan sesungguhn ya agar pihak -pihak yang

berkepentingan maklum adan ya dan dapat dipergunakan sebagaimana mestin ya.

Denpasar, 12 Februari 2018

Yang men yatakan /menerangkan:

(38)
(39)

SEKIAN

(40)

HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL DAN CARA

PEROLEHANNYA

Oleh

Tim Sentra HKI Unud

I Nym Mudana SH.,MH

Disampaikan dalam Seminar Dan Workshop HKI yang dilaksanakan pada tanggal 15 November 2018 bertempat di Kampus FKH UNUD

(41)

1

BAB I PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG.

Bisnis era globalisasi saat ini persaingan perdagangan tidak semata-mata didasarkan pada kualitas produk dan harga tetapi terfokus pada penguasaan Hak Kekayaan Intelektual (HKI). Oleh karenanya obyek perdagangan Internasional maupun nasional 70 % dikuasai oleh benda bergerak yang tidak berwujud yaitu Hak Kekayaan Intelektual.

Dalam upaya untuk dapat bersaing dalam perdagangan Internasional maka Indonesia telah menetapkan pembangunan ekonominya dengan mencanangkan perekonomian kreatif sebagai andalannya.

Sistem perekonomian kreatif pada dasarnya mengutamakan sumber daya manusia sebagai bahan pokok, oleh karenanya produk pada perekonomian kreatif tidak dapat dipisahkan dengan sentuhan Hak kekayaan Intelektual (HKI) berupa hasil olah pikir manusia yang menghasilkan idea atau gagasan-gagasan inovatif.

Disatu sisi berdasarkan jumlah pendaftaran Hak Kekayaan Intelektual di Dirjen HKI ternyata masih rendah, sehingga penting dilakukan peningkatan pemahaman tentang HKI.

1.2. Rumusan Masalah.

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka dalam tulisan makalah ini diperuntukkan untuk membahas beberapa masalah yang dirumuskan segabai beriut;

1. Apakah yang dimaksud dengan Hak Kekayaan Intelektual ?

(42)

2

BAB II PEMBAHASAN II.1. Ruang Lingkup Hak Kekayaan Intelektual

Hak Kekayaan intelektual (Intellectual Property Rights) dibagi dalam 2 cabang yaitu : 1. Hak Milik Perindustrian atau Industrial Property.

Dalam cabang ini termasuk antara lain Paten, Paten Sederhana atau Utility Model, Desain Produk Industri atau industrial Design, Merek atau Mark.

Obyek Hak Milik Perindustrian:

 Obyek Paten adalah penemuan dalam bidang teknologi;

 Obyek Paten Sederhana adalah penemuan sederhana dalam bidang teknologi;

 Obyek Merek adalah karya-karya berupa tanda yang diciptakan untuk membedakan barang-barang/produk satu dari yang lain tetapi yang sejenis.

 Obyek Desain Produk Industri adalah karya-karya yang pada dasarnya merupakan “pattern” yang digunakan untuk rnernbuat/mernproduksi barang secara berulang dan lebih banyak cenderung pada aspek estetika produk.

2. Hak Cipta atau Copyright.

Obyek Hak Cipta adalah ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra. II.2. Beberapa Konvensi Internasional Di Bidang HKI.

Berikut ini adalah beberapa konvensi internasional yang cukup penting dalam bidang HKI :

1. Paris Convention

Perjanjian atau konvensi internasional terpenting dalam cabang Hak Milik Perindustrian adalah Paris Convention for the Protection of Industrial Property (1883) yang telah beberapa

(43)

3

kali diubah.Jumlah anggota Paris Convention pada tanggal 1 Januari 1997 ada sebanyak 140 Negara. Indonesia menjadi anggota Paris Convention pada tahun 1979 berdasarkan Keppres RI No. 24 Tahun 1979 tanggal 10 Mei 1979, namun Indonesia mengajukan reservasi terhadap pasal-pasal 1 s/d 12 (pasal-pasal-pasal-pasal substantif) dan pasal-pasal 28 ayat 1. Selanjutnya reservasi tersebut tclah dicabut berdasarkan Keppres RI No. 15 Tahun 1997 tanggal 7 Mei 1997.

2. Borne Convention

Perjanjian atau konvensi multilateral terpenting dalam cabang Hak Cipta adalah Borne

Convention for the Protection of Literary and Artistic Works (1886) yang telah beberapa kali diubah.Jumlah anggota Borne Convention pada tanggal 2 Maret 1997 sebanyak 121 Negara.

Indonesia pernah menjadi anggota Berne Convention namun pada tahun 1959 Indonesia menyatakan keluar sebagai anggota Berne Convention, tetapi berdasarkan Keppres No. 18 Tahun 1997 tanggal 7 Mci 1997, Indonesia telah meratifikasi kembali menjadi anggota dan Borne

Convention.

3. Hague Agreement

Salah satu perjanjian multilateral lainnya di bidang Hak Kekayaan Intelektual dimana Indonesia menjadi anggota sejak tahun 1950 adalah The Hague Agreement (1925) Concerning

The International Deposit Of Industrial Designs. Jumlah anggota Hague Agreement pada 1 Januari 1997, 26 Negara.

4. Konvensi UPOV

Khusus mengenai perlindungan hukum terhadap varitas baru tanaman atau new plant

variety protection atau juga disebut plant breeder right terdapat suatu konvensi internasional yang dinamakan UPOV “Union Intemationale pour Ia Protection des Obtention Vegetales” atau

(44)

4

dalam tahun 1961 dan mulai berlaku dalam tahun 1968.Dalam tahun 1972 dan 1978 di Jenewa UPOV mengalani revisi.Dalam tahun 1991 “1978 Act” direvisi kembali.

Sampai saat ini (berdasarkan data keanggotaan pada tahun 1999), keanggotaan UPOV ada 44 negara.Indonesia belum menjadi anggota Konvensi ini, dan pada saat ini sedang mempersiapkan pengaturan mengenai perlindungan hukum terhadap varitas baru tanarnan.

5. Budapest Treaty

Budapest Treaty on the International Recognition of the Deposit of Microorganisms for the Purposes of Patent Procedures yang disepakati pada tanggal 28 April 1977. Jumlah anggota

Treaty ini pada tanggal 1 Januari 1997 ada 38 Negara (Indonesia tidak termasuk sebagai anggota).

Dalam Treaty tersebut dikenal adanya “International depository authority”, yaitu suatu lembaga yang berfungsi untuk menyimpan jasad renik yang mempunyai keistimewaan/sifat tertentu dan tidak umum. Adapun lembaga yang dapat memperoleh status sebagai “international

depository authority” adalah lembaga yang berada di negara anggota Konvensi yang dapat

memberikan jaminan kepada Direktur Jenderal WIPO bahwa lembaga yang bersangkutan dapat memenuhi dan akan terus memenuhi ketentuan-ketentuan yang diatur dalam Perjanjian ini. Pada tanggal 31 Januari 1997 terdapat 30 international depository authorities yaitu : 7 di United Kingdom, masing-masing 3 di Uni Soviet dan Republik Korea, 2 di Amerika Serikat, Cina, dan Italia serta masing-masing 1 di Jerman, Australia, Belgia, Republik Czech, Bulgaria, Perancis, Hongaria, Jepang, Negeri Belanda, Slovakia, dan Spanyol. Perjanjian Budapest dibentuk untuk membantu memecahkan masalah, khususnya bagi permintaan paten di bidang “penemuan mikrobiologi”.Penemuan di bidang ini besar sekali peranannya di bidang farmasi, khususnya.dalam produksi antibiotika, dan di bidang pangan, minuman, penanganan tumpahan

(45)

5

minyak bumi, energi alternatif, substitusi pupuk dan pemberantasan limbah beracun. Di sejumlah negara, pengajuan permintaan kepada kantor paten nasional yang hanya berupa suatu uraian tertulis saja secara lengkap tentang penemuan mikrobiologi seringkali dipandang masih kurang memadai, sehingga diperlukan juga adanya contoh mikro organisme itu sendiri, yang harus disimpan pada suatu lembaga penyimpanan khusus. Hal ini tentu bukan merupakan masalah yang sederhana, terlebih lagi seandainya pengajuan permintaan paten yang sama diinginkan dilakukan di beberapa negara secara serentak.

Untuk mengurangi kebutuhan penyimpanan di setiap negara tcmpat perlindungan dimintakan, Perjanjian ini menetapkan bahwa untuk memenuhi prosedur paten maka penyimpanan suatu mikro organisme dapat dilakukan pada salah satu lembaga penyimpanan yang diakui. Hal ini berlaku bagi semua negara anggota, termasuk kantor paten regional (misalnya: EPO).

6. Perjanjian Kerjasama Paten (Patent Cooperation Treaty / PCT)

Perjanjian Kerjasama Paten ditujukan untuk menyederhanakan prosedur administratif yang berkaitan dengan pendaftaran permintaan paten secara internasional. Berdasarkan Keppres No. 16 Tahun 1997 tanggal 7 Mei 1997, Indonesia telah meratifikasi menjadi anggota PCT. Sistem PCT merupakan sistem “pengajuan/pendaftaran” paten, bukan merupakan sistem “pemberian” paten dan dirancang untuk memungkinkan diprosesnya permintaan paten menurut 2 (dua) tahapan yaitu :

1) tahap internasional, mencakup pengajuan pcrmintaan internasional, penclusuran internasional, publikasi internasional dan pemeriksaan preliminer internasional, dan 2) tahap nasional, saat diambilnya keputusan untuk pemberian/penolakan paten secara

(46)

6

Sistem ini memungkinkan sebuah permintaan paten diajukan secara serentak pada sejumlah negara dan pengajuan permintaan itu akan merupakan ekuivalensi pengajuan permintaan paten pada masing-masing negara anggota yang dituju sebagaimana yang dinyatakan dalam permintaan paten itu. Permintaan paten internasional cukup diajukan dalam satu bahasa (yang diakui secara internasional), di kantor paten negara asal, dan selanjutnya cukup memenuhi satu ketentuan mengenai persyaratan formalitas.

Manfaat yang diperoleh dari pemakaian sistem PCT dapat diringkaskan sebagai berikut :  Sebelum memasuki tahap nasional, satu permintaan paten, yang diajukan dalam satu

bahasa, pada satu kantor paten, dapat (cukup untuk) menggantikan pengajuan paten yang banyak.

 Dimungkinkan untuk mengajukan permintaan paten pada saat terakhir (sebelum berakhirnya masa pengajuan dengan hak prioritas).

 Tanggal penerimaan permintaan internasional dapat dianggap sebagai tanggal penerimaan permintaan nasional di semua kantor paten yang dituju.

 Persyaratan formal yang seragam dapat diterima oleh semua kantor yang dituju.

 Pengendalian pemrosesan terhadap permintaan paten dapat lebih mudah dilakukan dari negara asal.

 Untuk membantu mengambil keputusan perlu tidaknya melanjutkan pemrosesan permintaan paten, para pemohon dapat memanfaatkan laporan penelusuran yang memberikan indikasi tentang peluang mereka untuk memperoleh paten.

 Seringkali, pemohon tidak perlu memutuskan untuk memasuki tahap nasional atas permintaan patennya sampai 30 bulan sejak tanggal prioritas permintaan, yang berarti 30 bulan sejak tanggal penerimaan paten di negara asal.

(47)

7

7. Konvensi Keanekaragaman Hayati (Convention on Biological Diversity)

Konvensi ini telah diratifikasi oleh Pemerintah Indonesia melalui Undang-undang Nomor 5 Tahun 1994. Tujuan utama dari Konvensi ini adalah mengatur/mengupayakan :

 Terjaminnya kelestarian sumberdaya hayati,

 penggunaan setiap komponen sumberdaya hayati, dan pembagian yang seimbang dan adil atas keuntungan yang diperoleh dari penggunaan dimaksud;

 akses untuk memperoleh sumberdaya genctik, pengalihan tcknologi, dan hak/kcwajiban terkait, serta pendanaannya.

Sebagaimana dimaklumi, Konvensi ini umumnya hanya mngatur hal-hal yang bersifat umum dan normatif dan tidak mengatur mengenai sanksi yang dapat dikenakan dengan tidak dipenuhinya ketentuan dalam Konvensi dimaksud.

Pada saat ini, Pemerintah sedang menelaah peratifikasian beberapa Protokol yang merupakan ketentuan lebih lanjut dari Konvensi ini.Beberapa diantaranya adalah Protokol Cartagena dan Protokol Kyoto.

8. Perjanjian mengenai Aspek-aspek yang berkaitan dengan perdagangan bagi hak atas kekayan intelektual (TRIPS)

Sebagaimana yang telah diketahui, Konvensi ini :

1) Diratifikasi oleh Pemerintah Indonesia dengan Undang-undang Nomor: 7 Tahun 1994; 2) mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 1995 (bagi Indonesia, ketentuan yang terkait akan

mulai diberlakukan sejak 1 Januari 2000);

3) mengaitkan Kekayaan Intelektual (Intellectual Property/ IP) dengan hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang diatur dalam ketentuan GATT;

(48)

8

 mengurangi hambatan-hambatan terhadap perdagangan;  mendorong inovasi teknologi;

 menciptakan iklim lebih baik untuk pengalihan dan penyebarluasan teknologi;

 menyediakan keseimbangan antara hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang lebih baik antara produsen dan pemakai;

 menyediakan langkah-langkah penegakan yang efektif tanpa menciptakan kendala-kendala untuk perdagangan yang sah.

Perjanjian TRIP tersebut, menuntut adanya ketentuan/standar-standar perlindungan minimal sehubungan dengan : hak cipta dan hak-hak yang terkait; merek dagang termasuk merek jasa; indikasi geografis termasuk nama asal; desain produk industri;. paten, perlindungan bagi varietas tanaman; sirkuit terpadu (integrated circuits); dan rahasia dagang.

II.3. Penyelenggaraan Sistem HKI Di Indonesia

Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (Ditjen HKI) mempunyai peranan yang penting dalam upaya mewujudkan sistem HKI yang baik sebagaimana yang diharapkan oleh masyarakat, baik yang berasal dari dunia industri dan perdagangan, maupun dari institusi yang bergerak di bidang penelitian dan pengembangan. Sementara ini tugas dan fungsi utama Ditjen HKI adalah menyelenggarakan sistem pengadministrasian hak cipta, paten, dan merek.

Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual, yang semula adalah Direktorat Jenderal hak Cipta, Paten, dan Merek (Ditjen HCPM) dibentuk pada tahun 1988. Sebelumnya, pengadministrasian perlindungan HKI dikelola oleh unit lain yang berada di lingkungan Departemen Kehakirnan RI. Di Indonesia, sistem perlindungan Merek telah

(49)

9

dimulai sejak tahun 1961, sistem perlindungan Hak Cipta dimulai sejak tahun 1982, sedangkan sistem Paten baru dimulai sejak tahun 1991. Beberapa waktu yang lalu (7 Mei 1997) ketiga peraturan-perundang-undangan tersebut telah diubah untuk menyesuaikan dengan kebutuhannya.

II.4.Ketentuan Umum Tentang Paten

Sebagaimana yang telah diketahui, Paten sebagai salah satu hak khusus di bidang “Intelectual Property Rights” yang diberikan oleh Negara kepada yang berhak atas suatu penemuan hanya dapat diberikan apabila yang bersangkutan mengajukan permintaannya secara resmi kepada Negara.Permintaan paten tersebut harus dilengkapi dengan persyaratan-persyaratan yang telah diatur, baik dalam bentuk Undang-undang, Peraturan Pemerintah dan Keputusan-keputusan Menteri.

Dalam kaitannya dengan pengajuan permintaan paten, selain aturan-aturan pokok tertulis dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun 1989 tentang Paten dan Undang-undang Nomor 13 Tahun 1997 tentang Perubahan Undang-undang Nomor 6 Tahun 1989 tentang Paten (yang keseluruhannya selanjutnya disebut sebagai Undang-undang Paten) sementara ini (sambil menunggu ditetapkannya peraturan pelaksanaan yang baru) perlu pula diperhatikan aturan lebih lanjut yang terdapat dalam :

1) Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 1991 tentang Tata Cara Permintaan Paten; 2) Keputusan Menteri Kehakiman R.I. Nomor M.06-HC.02.01 Tahun 1991, tentang

Pelaksanaan Pengajuan Permintaan Paten;

3) Keputusan Menteri Kehakiman R.I. Nomor M.04-HC.02.10 Tahun 1991, tentang Persyaratan. Jangka Waktu Dan Tata Cara Pembayaran Biaya Paten;

(50)

10

4) Keputusan Menteri Kehakiman RI. Nornor M.01-HC.02.10 Tahun 1991, tentang Paten Sederhana.

Secara umum, dapat dikatakan bahwa ada 2 jenis persyaratan yang harus dipenuhi oleh suatu permintaan paten, yaitu persyaratan formal dan persyaratan substantif.Dengan demikian dikenal 2 jenis pemeriksaan yaitu pemeriksaan formal dan substantif.Yang pertama mencakup pemeriksaan atas kelengkapan administratif dan fisik yang harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum menjalani pemeriksaan yang kedua. Sedangkan yang kedua mencakup pemeriksaan atas: kebaruan suatu penemuan, ada/tidak ada langkah inventif, dan dapat/tidaknva penemuan tersebut diterapkan dalam industri.

II.4.1. Karakteristik Sistem Paten Terdapat 2 jenis paten yaitu :

 Paten (yang dapat diajukan secara konvensional atau melalui PCT).  Paten Sederhana.

3 hal pokok yang diatur dalam Paris Conventionmencakup : a) National Treatment, yang mengatur bahwa :

 dijaminnya pemberian perlindungan HKI yang sama kepada warga negara anggota

Paris Convention lainnya, seperti yang diberikan kepada warga negaranya sendiri;  warga negara dan negara bukan anggota Paris Convention juga mendapatkan

perlindungan yang sama jika yang bersangkutan bertempat tinggal atau memiliki usaha yang nyata di bidang industri atau perdagangan di suatu negara anggota Paris

Convention.

(51)

11

Penemuan yang sama lingkupnya, yang diajukan di negara-negara lain yang merupakan anggota Paris Convention, dianggap diajukan pada tanggal yang sama dengan tanggal diajukannya permintaan paten yang pertama, sejauh pengajuannya di negara-ncgara lain tersebut tidak lebih dari 12 (dua belas) bulan terhitung sejak tanggal diajukannya pcrmintaan paten yang pertama tersebut.

c) Common Rules, yang antara lain mengatur :

 Dijaminnya kebebasan dari setiap negara dalam menetapkan keputusan mengcnai dapat atau tidaknya suatu penemuan diberi paten;

 Harus diakui dan dicantumkannya nama penemu dalam dokumen yang terkait :  Pemeriksaan formalitas/administrative

 Publikasi sebelum pemeriksaan substantif  Pemeriksaan substantif yang ditunda  Kesempatan rnenyanggah dari pihak ketiga  Pemeriksaan substantif, meliputi :

 kebaruan (novelty),  inventiveness,  applicability to industry.  Pemberian/penolakan paten  Banding  Lisensi

(52)

12

Pada umumnya, pemrosesan permintaan paten yang bermula dari pengajuan permintaan paten sampai pada pemberian paten mengikuti aturan/pola yang sama di kebanyakan kantor paten nasional, dengan beberapa perbedaan kecil berkenaan dengan pentahapan dan waktu. Beberapa kelompok yang berperan pada tahap/proses pemberian paten dapat dikategorikan dalam lima kelompok, yaitu :

 Penemu atau para penerima dari suatu penemuan yang dimintakan perlindungannya;  (Para) pemohon (yang mengajukan permintaan paten). Pemohon mungkin berupa

sebuah badan hukum atau seorang atau lebih, yang biasanya adalah penemu atau para penemunya;

 Pemilik paten, kadang-kadang disebut pemegang paten yang tidak selalu merupakan pemohon paten;

 Kantor paten nasional yang merupakan institusi pemerintah tempat permintaan paten diajukan, dan yang memutuskan apakah suatu paten akan diberikan atau tidak;

 Masyarakat, baik sebagai satu kesatuan atau perorangan. Anggota masyarakat mempunyai hak tertentu, misalnya, dalam keadaan tertentu di beberapa negara, mereka berhak mengajukan toposisi (gugatan/keberatan) terhadap pemberian suatu paten. Di Indonesia, hak dan kewajiban penemu, pemohon, pemilik paten, Kantor Paten, dan masyarakat diatur oleh Undang-Undang Paten dan Peraturan-peraturan pelaksanaannya.

Sebelum mengajukan permintaan, calon pemohon harus memutuskan apakah ia akan mengajukan permintaannya pada saat itu. Keputusannya bergantung pada jawaban-jawaban atas beberapa pertanyaan.Misalnya, apakah penemuan itu dapat dipertimbangkan kelayakannya untuk memperoleh paten oleh Kantor Paten?Apakah penemuan itu mungkin mempunyai nilai ekonomis yang membenarkan/memungkinkannya mengeluarkan biaya-biaya yang berkaitan

(53)

13

dengan pemrosesan dan pemeliharaan paten?Atau apakah lebih penting untuk merahasiakan penemuan, jika memang mungkin untuk merahasiakannya, daripada memperoleh paten?

Segera setelah keputusan untuk mengajukan permintaan diambil, spesifikasi yang diperlukan untuk melengkapi permintaan harus disusun.Setelah permintaan disiapkan, permintaan tersebut harus diajukan kepada Kantor Paten.Tanggal diterimanya permintaan itu dan ditetapkannya tanggal penerimaan permintaan paten (filing date) oleh Kantor Paten sangatlah penting dan mempunyai makna hukum.

II.4.3. Prosedur Pra-Pemberian

Langkah-langkah dan penjabaran berikut ini merupakan tahapan yang harus dilalui oleh permintaan paten yang diajukan kepada Kantor Paten Indonesia:

 pemeriksaan formalitas;  publikasi; dan

 pemeriksaan mengenai substansi.

Segera setelah pemintaan diajukan, Kantor Paten memeriksa apakah permintaan itu memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh perundang-undangan paten.Pemeriksaan ini disebut “pemeriksaan formalitas”.Harap pemeriksaan ini dibedakan dan pemeriksaan substantif yang menelaah syarat-syarat kelayakan untuk mendapat paten (sifat kebaruan, langkah inventif, dapat diterapkan dalam industri).

Sebagaimana yang dipersyaratkan dalam Pasal 30 Undang-undang Paten, suatu dokumen permintaan paten harus terdiri dari :

a) Surat permintaan untuk memperoleh hak paten, b) Uraian penemuan,

(54)

14

d) Gambar penemuan (satu atau lebih bila ada), e) Abstrak penemuan;

f) Surat kuasa apabila perrnintaan paten dilakukan melalui konsultan paten,

g) Surat pernyataan pengalihan/penyerahan hak atas penemuan dan penemu kepada orang yang mengajukan permintaan paten,

h) Dokumen prioritas apabila diajukan dengan hak prioritas.

Jika selama pemeriksaan formalitas, Kantor Paten Indonesia berpendapat bahwa persyaratan-persyaratan formal belum dipenuhi, maka pemohon akan diberitahu dan diberi waktu tiga bulan untuk memperbaiki kekurangan-kekurangannya. Jika kekurangan persyaratan tersebut tidak dipenuhi dalam waktu yang ditetapkan, maka permintaan paten yang bersangkutan dianggap ditarik kembali. Jika Kantor Paten berpendapat bahwa suatu permintaan paten tidak mengandung rahasia atau tidak lagi mengandung kekurangan-kekurangan formal apapun, Kantor Paten akan mengumumkan permintaan paten tersebut. Undang-undang Paten mengatur bahwa permintaan paten diumumkan segera setelah 18 bulan sejak permintaan itu diajukan.

Tahapan berikutnya adalah pemeriksaan substantif.Indonesia menganut sistem pemeriksaan yang ditunda.Hal ini berarti bahwa pemeriksaan substantif atas suatu permintaan paten tidak dimulai secara otomatis, tetapi hanya dilakukan atas permintaan khusus untuk melaksanakannya.Si pemohon harus mengajukan permintaan untuk pemeriksaan substantif.Ketentuan terakhir menetapkan bahwa pengajuan permintaan substantif dapat dilakukan segera setelah diajukannya permintaan paten tetapi dimulainya pemeriksaan substantif paling cepat dapat dilakukan enam bulan setelah tanggal diumumkannya permintaan paten tersebut oleh Kantor Paten. Paling lambat dalam waktu 36 bulan setelah tanggal penerimaan permintaan paten, permintaan pemeriksaan substantif harus diajukan. Jika tidak diajukan

(55)

15

permintaan untuk melaksanakan pemeriksaan substantif dalam waktu yang ditentukan, maka permintaan paten yang terkait akan dianggap ditarik kembali.

Maksud dilaksanakannya pemeriksaan substantif di kebanyakan negara ialah untuk memastikan bahwa permintaan itu memenuhi syarat-syarat tertentu mengenai kelayakan untuk diberi paten. Pada intinya, ini adalah untuk mencegah pemberian paten bila :

a) terdapat ketentuan khusus dalam perundang-undangan yang mengecualikan penemuan itu dan perlindungan paten;

b) penemuan itu tidak baru, tidak melibatkan langkah inventif dan/atau tidak dapat diterapkan dalam industri;

c) penemuan itu tidak diungkapkan secara jelas dan lengkap dalam dokumen yang diajukan; atau

d) permintaan paten yang bersangkutan tidak memenuhi persyaratan fisik yang ditetapkan. Secara lebih spesifik persyarataan/substantif untuk mendapatkan Paten dapat dibahas dalam uraian berikut.

Umumnya diakui bahwa paten untuk suatu penemuan hanya dapat diberikan bila penemuan itu baru, meliputi langkah inventif, dan dapat diterapkan oleh industri.Bila penemuan yang diajukan untuk mernperoleh paten memenuhi ketiga syarat tersebut, maka penemuan itu dapat dikategorikan sebagai “layak diberi paten”.Ketiga syarat tersebut dikenal scbagai syarat-syarat substantif untuk kelayakan paten.Mereka disebut “substantif‟ karena menyangkut inti, pokok, mengenai pemecahan teknis yang diklaim sebagai penemuan dalam permintaan paten.Persyaratan substantif lainnya yang harus dipenuhi oleh suatu permintaan paten ialah bahwa uraiannya harus memenuhi standar kejelasan, dan cukup rinci, klaim yang diajukan harus didukung oleh uraian dan sesuai dengan ketentuan mengenai kesatuan penemuan.

(56)

16

Ada dua persyaratan lain yang juga harus dipenuhi untuk memungkinan pemberian paten bagi suatu penemuan, yaitu :

 materi pokok dan penemuan yang diklaim harus merupakan bagian dari suatu bidang teknologi yang perlindungan patennya dimungkinkan;

 materi pokok tidak boleh bertentangan dengan ketertiban umum atau moralitas.

Menurut peraturan yang berlaku dewasa ini materi-materi pokok berikut tidak layak untuk mendapat paten :

a) penemuan-penemuan yang jika diumumkan, dipakai, diterapkan atau diproduksi akan bertentangan dengan hukum, ketertiban umum atau moralitas;

b) metode pemeriksaan, perawatan, pengobatan atau pembedahan yang diterapkan bagi tubuh manusia atau hewan (produk-produk yang dipakai dalam metode itu dapat dipatenkan);

c) teori-teori ilmu pengetahuan dan cara-cara matematika.

Ketentuan-ketentuan dalam Undang-undang Paten ini telah diselaraskan dengan ketentuan yang diatur dalam Perjanjian TRIP‟s.

Pertimbangan pertama agar suatu penemuan dapat dianggap layak untuk dipatenkan, adalah bahwa penemuan itu harus merupakan hal yang baru syarat kebaruan.Kebaruan merupakan syarat mutlak dalam pemeriksaan substansi.Suatu penemuan dapat dikatakan baru jika penemuan tersebut tidak diantisipasi oleh prior art.Penjelasan “Prior Art” secara sederhana ialah semua pengetahuan yang telah ada sebelum tanggal penerimaan suatu permintaan paten (filing date) atau tanggal prioritas permintaan paten yang bersangkutan, baik melalui pengungkapan tertulis ataupun lisan.Penetapan prior art biasanya didasarkan pada adanya perbedaan antara publikasi yang dicetak dan pengungkapan lainnya, seperti pengungkapan lisan

(57)

17

dan pemakaian sebelumnya.Disamping itu, juga didasarkan pada tempat/lokasi dilakukannya publikasi atau pengungkapan dimaksud. Pengungkapan suatu penemuan dapat dikategorikan menjadi bagian dari prior art apabila penyampaiannya dilakukan melalui tiga cara, yaitu :

a) melalui penguraian penemuan dalam bentuk tulisan yang diterbitkan atau dipublikasikan dalam bentuk nyata lainnya;

b) melalui penguraian penemuan dengan kata-kata lisan yang diucapkan di depan umum, pengungkapan seperti itu disebut pengungkapan lisan;

c) melalui pemakaian penemuan di depan umum, atau dengan menempatkan masyarakat dalam situasi sehingga setiap anggota masyarakat dapat memakainya, pengungkapan seperti itu merupakan “pengungkapan melalui pemakaian”.

Suatu dokumen dapat menggugurkan kebaruan penemuan apapun yang diklaim jika dokumen itu memuat materi pokok dengan gamblang (secara eksplisit).Materi pokok yang dikemukakan dalam klaim suatu permintaan paten yang sedang diperiksa, dengan demikian dibandingkan unsur dcmi unsur dengan isi setiap publikasi. Tidak adanya kebaruan hanya dapat ditetapkan jika publikasi itu sendiri memuat semua hal yang dinyatakan dalam klaim itu, atau dengan perkataan lain, jika publikasi itu mengantisipasi materi pokok klaim itu.Gugurnya aspek kebaruan dapat juga terjadi walaupun pengungkapan materi pokok dalam publikasi dilakukan tidak secara gamblang (hanya implisit) dalam arti bahwa dengan melaksanaan “petunjuk sebagaimana yang diungkapkan dalam publikasi itu, seorang dengan kemahiran biasa dalam bidang ini tanpa diragukan akan mencapai hasil yang mencakup hal-hal yang diklaim atas suatu penemuan. Secara umum, Kantor Paten hanya akan menyatakan gugurnya kebaruan dengan alasan ini bila tidak ada keraguan mengenai dampak praktis dan “petunjuk” dan pengungkapan-pengungkapan yang telah ada sebelumnya.

(58)

18

Sehubungan dengan syarat substantif kedua bagi kelayakan mendapat paten, yaitu persyaratan langkah inventif (juga disebut “ketidak-tampakan secara nyata”/ non-obvious), di banyak negara, pertanyaan apakah penemuan itu akan “tampak nyata bagi seseorang yang mempunyai kemahiran biasa di bidang itu” atau tidak, merupakan hal yang paling sulit untuk diputuskan dalam pemeriksaan mengenai substansi. Menurut ketentuan yang berlaku, suatu penemuan meliputi suatu langkah inventif jika penemuan itu tidak tampak nyata bagi seseorang yang mempunyai kemahiran yang lazim di bidang teknis.Adanya persyaratan ini dalam perundang-undangan paten didasarkan pada alasan bahwa perlindungan seharusnya tidak diberikan bagi sesuatu yang sudah diketahui sebagai bagian dari prior art, atau bagi sesuatu yang oleh seseorang dengan ketrampilan biasa dapat menyimpulkan bahwa keberadaannya dapat diduga/tampak nyata muncul sebagai akibat dari prior art yang ada sebelumnya.Orang yang mempunyai ketrampilan biasa di bidang itu ialah orang dengan pendidikan teknis dan pengalarnan praktis yang sesuai.Istilah “ketrampilan biasa” atau “keahlian yang lazim” dimaksudkan untuk mengecualikan (tidak melibatkan) ahli terbaik di bidang tertentu yang dapat ditemukan.Dengan pembatasan tersebut maka orang itu cukup mempunyai tingkat ketrampilan di bidang tertentu yang umum dicapai di negara yang bersangkutan.

Hendaknya dicatat bahwa aspek kebaruan dan langkah inventif merupakan kriteria yang terpisah.Kebaruan ada jika ada perbedaan antara penemuan dan prior art. Pertanyaan, “apakah ada langkah inventif ?“ hanya timbul jika ada kebaruan. Persyaratan “langkah inventif‟ menyiratkan bahwa tidaklah cukup seandainya suatu penemuan yang diklaim itu baru, atau berbeda dan apa yang telah ada dalam prior art. Perbedaan itu harus mencakup pula dua ciri khas.Pertama, harus merupakan hal yang bersifat inventif, yaitu hasil dari suatu pemikiran yang kreatif, dan harus berupa suatu pentahapan langkah yang tampak (dapat diaman).Dengan

(59)

19

demikian, harus ada perbedaan yang tampak dengan jelas antara prior art dan penemuan yang diklaim. Itulah sebabnya, di beberapa yurisdiksi, hal tersebut dikategorikan sebagai suatu “peningkatan” atau “kemajuan” dari prior art. Kedua, peningkatan atau kemajuan itu harus merupakan sesuatu yang bermakna dan mutlak bagi penemuan itu.Untuk mengkaji sifat perbedaan yang selanjutnya dapat dikategorikan merupakan langkah inventif, perlu dipertimbangkan prior art yang ada sebagai suatu kesatuan. Penilaian terhadap perbedaan yang mungkin ada itu seyogyanya dilakukan dengan rnempertimbangkan tiga aspek yang menandai semua jenis penemuan sebagai berikut ini :

 masalah apa yang akan dipecahkan;

 bagaimana pemecahan terhadap rnasalah itu;

 adanya hasil yang terjamin dengan diterapkannya pemecahan itu.

Jika masalah yang akan dipecahkan telah diketahui atau jelas, pemeriksaan akan dilakukan terhadap kebaruan/keaslian upaya pemecahan masalah yang diklaim. Selanjutnya, jika tidak juga ditemukan adanya langkah yang bersifat inventif dalam pemecahan itu, pertanyaannya menjadi apakah hasil yang dicapai itu merupakan sesuatu yang dapat diduga (tampak nyata) sebelumnya atau tidak, atau apakah hasil yang dicapai itu merupakan sesuatu yang mengejutkan, entah karena sifatnya atau karena jangkauannya. Dengan kata lain, pertanyaan-pertanyaan yang harus diajukan untuk menilai langkah inventif adalah sebagai berikut :

“Apakah seseorang dengan ketrampilan biasa di bidang ini : - mampu mengajukan/mendefinisikan permasalahannya, - memecahkannya dengan cara sebagaimana yang diklaim, dan - dapat meramalkan/memperkirakan hasilnya ?„

(60)

20

Jika jawaban terhadap masing-masing pertanyaan itu adalah “ya”, maka penemuan yang bersangkutan dapat dianggap tidak mengandung langkah inventif.Di lain pihak, jika terdapat jawaban tidak” pada salah satu pertanyaan tersebut, maka penemuan yang bersangkutan dapat dianggap mengandung langkah inventif.

Syarat terakhir dan ketiga syarat kelayakan untuk dapat diberi paten adalah dapat diterapkan dalam industri.Suatu penemuan agar layak diberi paten harus merupakan sesuatu yang dapat diterapkan untuk tujuan-tujuan praktis. Dengan kata lain, suatu penemuan tidak dapat teoritis semata-mata. Penemuan itu harus dapat dilaksanakan dalam praktek.Jika penemuan itu dimaksudkan sebagai produk atau bagian dari produk, maka produk itu harus mampu dibuat. Jika penemuan dimaksudkan sebagai proses atau bagian dari proses, proses itu harus mampu dijalankan atau digunakan dalam praktek. Hanya sebagian kecil penemuan yang memenuhi persyaratan langkah inventif, dapat dikategorikan sebagai tidak memenuhi ketentuan kelayakan untuk diterapkan dalam industri. Salah satu contoh “penemuan” yang dapat dikategorikan tidak memenuhi pesyaratan ini adalah alat atau proses yang dirancang untuk beroperasi dengan cara yang jelas bertentangan dengan hukum fisika yang sudah lama diakui, misalnya, mesin yang dapat bergerak sepanjang masa. Persyaratan substantif terakhir untuk kelayakan pemberian paten yang perlu pula dipertimbangkan adalah apakah penemuan itu telah diungkapkan secara memadai. Perlu diketahui, suatu permintaan paten harus memuat uraian tertulis mengenai penemuan yang mengungkapkan secara lengkap cara pemakaian penemuan, termasuk penjelasan mengenai cara melaksanakan penemuan yang dapat dimengerti oleh orang yang mempunyai ketrampilan di bidang itu. Walaupun kerangka prior art diungkapkan secara umum dalam uraian, namun unsur kebaruan yang terkait, inti penemuan yang bersangkutan, harus diuraikan secara rinci.Hal tersebut mencakup pula penjelasan tentang proporsi dan teknik yang terkait, sehingga

(61)

21

memungkinkan orang-orang yang mempunyai ketrampilan di bidang itu untuk membuat dan memakai penemuan itu.Petunjuk operasional atau contoh-contoh penemuan perlu dikemukakan dalam uraian itu.Contoh-contoh dan bagian-bagian dalam penguraian tersebut harus secara jelas mencakup lingkup penemuan yang diklaim.Persyaratan bahwa uraian yang diungkapkan harus sedemikian rupa sehingga orang yang mempunyai ketrampilan di bidang itu dapat memahami penemuan tersebut, memungkinkan adanya penyajian uraian yang sederhana (tidak rumit) karena dapat dianggap bahwa pembacanya seseorang yang telah mempunyai latar belakang pengetahuan yang cukup memadai sehingga tidak diperlukan adanya uraian dasar penemuan yang terlalu bertele-tele.

Jika dan ketika proses pemeriksaan substantif mencapai kesimpulan yang menguntungkan bagi si pemohon, Kantor Paten akan memberi paten terhadap permintaan yang terkait. Hal ini tentunya akan melibatkan tindakan lebih lanjut bagi Kantor Paten.

II.4.4. Prosedur pasca pemberian

Pertama, bila paten diberikan, penjelasan rinci tentang paten akan dicatat dalam Daftar Paten. Daftar itu biasanya memuat data bibliografis seperti nomor paten, nania dan alamat pemohon/pernegang paten, nama penemu, nomor permintaan paten, tanggal penerimaan permintaan paten, rincian data lebih lanjut bagi permintaan paten yang diajukan dengan hak prioritas, dan judul penemuan. Daftar itu tidak memuat informasi teknis apapun.

Kedua.Kantor Paten mengumumkan dalam Berita Resmi Paten, sebagai acuan dalam pemberian paten yang mencakup data bibliografis yang ditetapkan.Ketiga.Sertifikat atau Surat Paten diterbitkan bagi pemohon, dan merupakan dokumen sah yang menctapkan/menjamin kepemilikan patennya.Terakhir, di kebanyakan negara, Kantor Paten mengumumkan dokumen paten itu sendiri dalam bentuk cetakan. Selanjutnya, Kantor Paten membuat salinan dokumen

(62)

22

paten dan menyediakannya antara lain bagi perpustakaan Kantor Paten, sebagai sumber informasi teknologi, dan bagi pihak ketiga yang memerlukan dengan mernbayar biaya yang ditetapkan.

II.4.5. Pengadministrasian Sistem Paten

Pengadministrasi sistem paten di suatu negara yang memungkinkan penerapan Undang-undang paten secara efektif dapat dikelompokkan dalam tiga kategori utama yaitu :

a) suatu badan yang pengelolaannya merupakan bagian dan aparat pemerintah, yaitu Kantor Paten nasional;

b) suatu badan atau beberapa badan yang terletak di luar aparat pemerintah tetapi yang membutuhkan pengawasan atau pengaturan pemerintah, yaitu agen atau pengacara paten; dan

c) pengadilan atau badan khusus untuk menangani peninjauan kembali.

Peranan Kantor Paten dan fungsi agen/pengacara paten dalam administrasi sistem paten akan dijabarkan dalam uraian berikut.

II4.6.Kantor Paten

Fungsi utama suatu Kantor Paten nasional ialah untuk mengelola perundang-undangan mengenai perlindungan hukum bagi penemuan. Pada umumnya semua Kantor Paten nasional menjalankan tugas pokok sebagai berikut :

 menerirna permintaan-permintaan;

 mengklasifikasi informasi teknis dalam permintaan-permintaan paten untuk memudahkan penelusuran kembali;

(63)

23

 mengadministrasikan biaya-biaya yang terkait;  melakukan publikasi atas permintaan paten;  memberikan atau menolak paten-paten;  melaksanakan pemeliharaan paten.

Pembagian Kantor Paten dalam bidang-bidang, pada umumya dimaksudkan untuk melaksanakan kegiatan yang mengarah pada pemrosesan permintaan, pemberian dan pemeliharaan paten.Fungsi-fungsi yang diuraikan berikut ini dimaksudkan untuk memberikan sekedar gambaran tentang berbagai bidang itu.

II.4.7. Pemeriksaan Paten

Bidang ini bertanggungjawab terhadap berbagai fungsi yang berkaitan dengan pemeriksaan substantif termasuk penelusuran permintaan paten dalam rangka pemberian suatu paten.Di sebagian besar Kantor Paten, bidang ini ditempati oleh sarjana teknik atau ilmu pengetahuan.Kelompok ini merupakan unit yang terbesar, dan merupakan bagian inti Kantor Paten. Di negara-negara yang mempunyai sistem “petty-patent” atau “utility model”, bidang ini juga bertanggungjawab untuk menangani pemeriksaan substantif yang terkait.

II.4.8. Dokumentasi Dan Informasi

Bidang ini bertanggungjawab untuk serangkaian kegiatan yang berkaitan dengan pelayanan di bidang dokumentasi dan berbagai kegiatan berkaitan dengan penyebarluasan informasi yang terkandung dalam dokumen paten.Bidang ini juga bertanggungjawab mengelola dan mengkoordinasikan seksi-seksi yang menangani informasi paten dan dokumentasi dari pusat-pusat informasi hak milik industri lainnya. Contoh-contoh kegiatan yang dilaksanakan oleh bidang ini termasuk :

(64)

24

 pemeliharaan dan perawatan sistem klasifikasi, baik pada lingkup nasional maupun sistem klasifikasi paten internasional (IPC);

 menyediakan pelayanan konsultasi untuk menentukan pola penelusuran yang efektif;  mengelola unit penerangan yang akan memberikan penjelasan bagi masyarakat/umum

yang membutuhkan;

 mengadaptasi dan mengemas informasi tentang hak milik industri;

 bertanggungjawab untuk menyiapkan program-program pendidikan dan peningkatan kesadaran masyarakat, untuk menyelenggarakan seminar-seminar dan ceramah-ceramah, untuk menjalin hubungan-hubungan kerja dengan kelompok-kelompok milik industri, dsb.;

 melaksanaan penelusuran bagi pihak ketiga;

 memelihara hubungan kerja dengan lembaga-lembaga Penelitian & Pengembangan, perguruan-perguruan tinggi dan organisasi-organisasi lain sejenisnya.

II.4.9. Pelayanan Penunjang

Bidang ini bertanggungjawab atas penyediaan berbagai bentuk pelayanan yang diperlukan untuk mendukung bidang pemeriksaan. Contoh dari pelayanan penunjang itu diantaranya adalah :

 melakukan penerimaan permintaan paten dan menjalankan pemeriksaan formalitas untuk memastikan bahwa permintaan yang diajukan memenuhi persyaratan administratif dan fisik yang ditetapkan, dan bahwa biaya yang diperlukan telah dibayarkan dalam batas waktu yang ditetapkan, dst;

 mempersiapkan dan melaksanakan publikasi permintaan dan pemberian paten, menyusun Berita Resmi Paten, menyiapkan laporan statistik yang diperlukan, dsb.;

(65)

25

 memelihara Daftar Paten termasuk mencatat pengalihan hak, pelisensian, perubahan informasi bibliografis, dsb;

 memelihara berkas untuk keperluan penelusuran, mengelola ruangan penelusuran, perpustakaan, dan di negara-negara yang mempunyai kantor cabang/regional, juga memelihara kantor-kantor tersebut; *menyediakan dukungan administrasi untuk melaksanakan fungsi pemeriksaan;

 menyediakan pelayanan untuk penggandaan/pengadaan dokumen, baik untuk dijual bagi yang memerlukan atau untuk pertukaran informasi dengan Kantor-Kantor Paten lain, dsb.;

 mengadministrasikan biaya pemeliharaan/perpanjangan, dsb.

Bidang Pelayanan-Pelayanan Penunjang biasanya dipecah menjadi sejumlah sub-kelompok fungsional.

1. Banding

Bidang ini, terdiri dari tenaga-tenaga ahli di bidang pemeriksaan paten, dan berkompeten untuk menangani banding yang berkaitan dengan permintaan paten yang ditolak karena tidak memenuhi persyaratan substantif sebagaimana diuraikan di atas.

2. PCT

Sebagai negara anggota Perjanjian Kerjasama Paten (PCT), maka Kantor Paten di Indonesia pun dilengkapi dengan unit yang bertanggungjawab untuk mengelola kegiatan sebagaimana yang diatur berdasarkan Perjanjian ini. Kegiatan tersebut antara lain mencakup fungsinya sebagai Kantor Penerima untuk permintaan-permintaan paten internasional maupun sebagai Kantor yang dituju untuk mengelola permintaan paten berdasarkan Tahap I atau Tahap II sebagaimana yang diatur dalam Perjanjian tersebut.

(66)

26

3. Otomasi

Bidang ini bertanggungjawab untuk mengelola berbagai kegiatan yang berkaitan dengan komputerisasi dan otornasi dari semua kegiatan di bidang hak milik industri. Kegiatan yang dicakup antara lain : menyusun perencanaan sistem otomasi, melaksanakan penelitian dan pengembangan, pengujian sistem-sistem, menegosiasikan kontrak pengadaan perangkat keras dan lunak, melaksanakan dan mengawasi pembelian dan pemeliharaan perlengkapan, merancang sistem yang sesuai, menyiapkan pemakai, melaksanakan konsultasi dsb.

4. Penyusunan Program Dan Penelitian

Bidang ini bertanggungjawab untuk mengelola program dan kegiatan yang luas dan kompleks sifatnya.

Beberapa kegiatan yang dicakup antara lain adalah melaksanakan :  pelatihan intern untuk tenaga profesional dan tenaga lainnya;  perencanaan dan penetapan kebijakan;

 revisi-revisi hukum dan regulasi;  urusan internasional;

 kontrak kerjasama pelayanan;  pengelolaan pelayanan;  pengawasan keuangan

 pengelolan kepegawaian dan rumah-tangga;

 penyiapan peraturan yang berkaitan dengan konsultan paten dan pemeliharan Daftar Konsultan;

 pembinaan hubungan ekstern dengan kelompok-kelompok profesional yang berkepentingan.

(67)

27

5. Konsultan Paten

Konsultan paten, umumnya menangani semua hal di bidang milik industri, sejauh dimungkinkan/diatur oleh undang-undang nasional yang memberi ijin bagi mereka untuk berpraktek, dan jasanva berkaitan dengan ketiga jenis aktifitas berikut ini :

a. pengajuan dan pemrosesan permintaan paten, baik untuk penemuan maupun untuk “utility model” bila dimungkinkan, dan pemeliharaannya;

b. memberi saran dalam hal-hal yang berkaitan dengan hak atas paten, pemberian lisensi,

know-how dan pengalihan teknologi; c. melaksanakan litigasi di bidang paten.

Fungsi utama konsultan paten adalah menyediakan jasa/pelayanan yang bersifat profesional bagi masvarakat pada umumnya dan bagi industri pada khususnya. Jasa/pelayanan tersebut mencakup  pemberian saran di tahap awal mengenai penjelasan dan definisi mengenai berbagai

jenis perlindungan yang tersedia;

 pelayanan dan pemrosesan untuk memperoleh hak dimaksud;

 mewakili dan memberi saran dalam tahap pemeliharaan dan pelaksanaan hak dan dalam tahap penyelesaian konflik-konflik yang mungkin timbul sehubungan dengan usaha untuk memperoleh hak itu atau sehubungan dengan telah diperolehnya hak itu. Kantor Paten menyediakan suatu register atau daftar serupa yang mencatat orang-orang yang memenuhi syarat untuk berpraktek atas nama para penemu atau klien lainnya di hadapan Kantor Paten nasional. Tujuan diadakannya register itu ialah untuk menunjukkan bahwa hanya mereka yang namanya terdaftar di situ sajalah yang boleh dan dapat memperkenalkan dirinya kepada masyarakat sebagai “konsultan paten terdaftar”. Bagi negara-negara yang menganut sistem register konsultan paten, pendaftaran seseorang dalam register itu biasanya dilakukan

(68)

28

setelah melalui ujian tertentu. Akan tetapi, untuk pertama kalinya, biasanya diberlakukan sejumlah ketentuan transisi yang memungkinkan mereka yang telah berfungsi scbagai pengacara paten selama beberapa tahun sebelum register itu dimulai, dapat dicantumkan namanya dalam register itu tanpa ujian.Tentunya, hal tersebut dilakukan setelah bukti-bukti yang mendukung tentang pengalaman mereka dapat ditunjukkan.

II.4.10. Hak Dan Kewajiban Pemilik Paten

Seorang pemilik paten memperoleh hak eksklusif, yang dapat ditegakkan melalui hukum, untuk memutuskan siapa yang boleh dan siapa yang tidak boleh mengeksploitasi penemuannya yang dipatenkan. Ia tetap mempunyai hak tersebut selama masa berlaku paten, dengan syarat ia membayar biaya-biaya perpanjangan atau perneliharaan yang sebagaimana yang telah ditetapkan. Perjanjian TRIP‟s mengatur bahwa: ”Suatu paten akan memberi kepada pemiliknya hak-hak eksklusif sebagai berikut :

a) bila materi pokok suatu paten merupakan produk, untuk mencegah pihak ketiga yang tidak mempunyai ijin dan pemilik untuk melakukan tindakan-tindakan : pembuatan, pemakaian, penawaran untuk menjual, penjualan, atau pengimporan produk tersebut untuk tujuan-tujuan sebagaimana tersebut di atas;

b) bila materi pokok suatu paten merupakan proses, untuk mencegah pihak-pihak ketiga yang tidak mempunyai izin pemilik melakukan tindakan memakai proses itu, dan tindakan pemakaian, penawaran untuk menjual, penjualan, atau pengimporan untuk tujuan-tujuan tersebut atas produk yang diperoleh langsung melalui proses itu.

Perjanjian TRIP‟s juga menetapkan bahwa pemilik paten mempunyai hak untuk menunjuk seseorang untuk melaksanakan patennya, atau mengalihkannya melalui suksesi, dan untuk

(69)

29

mengadakan perjanjian lisensi.Perundang-undangan di bidang paten biasanya membatasi hak-hak pemilik paten. Hal ini sama sekali tidak ada kaitannya dengan masalah keabsahan patennya.

Pada sebagian besar sistem paten (termasuk di Indonesia), pemilik paten wajib melaksanakan penemuan yang dipatenkannya, baik dengan melaksanakannya sendiri, atau dengan memberikan lisensi kepada orang lain untuk melaksanakannya, jika ia ingin mempertahankan monopolinya. Lisensi wajib dapat diberikan kepada pihak ketiga jika mereka dapat membuktikan bahwa penemuan yang dipatenkan tidak dilaksanakan atau belum memenuhi kebutuhan yang ada di negara itu secara memadai.

Pembatasan hukum lain atas hak pemilik paten untuk melaksanakan penemuannya sendiri ialah dengan dimungkinkannya pelaksanaan penemuan yang dipatenkan tersebut oleh Pemerintah atau oleh pihak ketiga yang diberi kuasa oleh Pemerintah. Hal ini hanya dapat dilaksanakan dalam keadaan tertentu, dengan syarat-syarat yang ditetapkan melalui perjanjian atau melalui pengadilan.Inisiatif untuk menegakkan suatu paten terletak pada pemilik paten.Dialah yang paling berkepentingan untuk mendeteksi adanya pelanggaran dan untuk meminta perhatian (mengingatkan) pihak pelanggar.Dalam banyak yurisdiksi, terdapat peraturan yang ketat, yang rnenetapkan bahwa pemilik paten tidak diperkenankan untuk mengancam dengan tindakan hukum tanpa memberi kesempatan bagi pihak lawan untuk menyampaikan tanggapan/pembelaannya, termasuk untuk menuntut adanya ganti rugi jika ancaman itu ternyata tidak beralasan.

Pemilik paten dapat menggunakan tindakan hukum dengan mengajukan tuntutan karena adanya pelanggaran dan akan mengupayakan adanya keputusan pengadilan untuk menghentikan tindak pelanggaran. Sebaliknya, sebagai reaksi dari pihak pelanggar yang ingin menempuh jalur

Referensi

Dokumen terkait

h) Dokumen prioritas apabila diajukan dengan hak prioritas. Jika selama pemeriksaan formalitas, Kantor Paten Indonesia berpendapat bahwa persyaratan- persyaratan formal

Dari ketiga bahan media yang digunakan yaitu serbuk sabut kelapa, serbuk gergaji dan tanah terlihat bahwa tanaman mawar yang menggunakan media serbuk sabut kelapa maupun

Melihat nilai kisaran hematokrit yang diperoleh pada anak burung maleo dan dibandingkan dengan nilai lasaran hematokrit berbagai jenis burung di atas dapat dikatakan nilai

• Fungsi yang digunakan untuk mengambil nilai terendah dari suatu range dalam program pengolah angka adalah ……

Informasi terkait adanya penambahan informasi terbuka pada Daftar Informasi Publik (Kepala) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian (Kepala) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian Maret

Hasil yang diperoleh dari pembinaan tenaga pendidikan yaitu tenaga pendidikan yang diikutsertakan pada pelatihan tutor memiliki pemahaman yang lebih mendalam

Mencari solusi untuk setiap potongan kecil mungkin memberikan perspektif yang lebih baik dari mana untuk menentukan bagaimana potongan elemen kembali bersama-sama

Stleta &amp;rtgada itu lr iega bcrpcrarpn : iir lGfrSat I fuhmn Pcnt*dblrrn lgrs taier aagar I. ' rii ecnfubll tlsdrtrn bEt