• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. masyarakat bersama. Pengertian koperasai berdasarkan Undang-Undang No. 17

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. masyarakat bersama. Pengertian koperasai berdasarkan Undang-Undang No. 17"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

1.1 Definisi Koperasi

Koperasi merupakan badan usaha yang menghimpun masayarakat berkepentingan sama dan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat bersama. Pengertian koperasai berdasarkan Undang-Undang No. 17 Tahun 2012 pasal 1(1) yakni koperasi adalah badan hukum yang didiran oleh orang perseorangan atau badan hukum koperasi, dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai, prinsip koperasi. Sebagai salah satu pelaku ekonomi, koperasi merupakan organisasi ekonomi yang berusaha menggerakkan potensi sumber daya ekonomi demi memajukan kesejahteraan anggota. Hal ini membuktikan bahwa koperasi berbeda dengan badan usaha bukan koperasi.

Koperasi memiliki peran yang dikenal dengan suatu bentuk perusahaan yang berbeda dari perusahaan perseorangan Perseroan Terbatas (PT). Dalam UU sebagau alat perjuangan ekonomi untuk mempertinggi kesejahteraan rakyat, sebagai alat perdemokrasian ekonomi nasional, sebagai salah satu urad nadi perekonomian bangsa indonesia, sebagai alat pembina insan masyarakat untuk memperoleh kedudukan ekonomi Indonesia serta bersatu dalam mengatur tata laksana perekonomian rakyat (Aprilianti dan Amanah, 2014:2).

(2)

Pada perkembanganya koperasi berperan sebagai penggalang ekonomi rakyat serta memiliki jaringan usaha dan daya saing yang tangguh guna mengantisipasi berbagai peluang dan tantangan masa depan. Peradabannya koperasi mampu melakukan langkah – langkah ke depan dan terarah dan bisa melestarikan identitas koperasi agar dapat dilakukan seperti halnya yang dilakukan pelaku ekonomi lainnya. Koperasi tercermin sebagai wujud peran dan kedudukan pemerintah dalam sistem demokrasi di Indonesia. Berhasil tidaknya suatu koperasi tergantung bagaimana para anggota dapat bekerja secara efektif dan efisien dalam segi peningkatan keuangan koperasi dan menyusun data tersebut dalam laporan keuangan.

1.1.1 Landasan Hukum Asas Koperasi

Undang-Undang No. 17 Tahun 2012 Pasal 2 dan Pasal 3 menyebutkan bahwa koperasi berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta berdasarkan atas asas kekeluargaan. Hal ini ditegaskan dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 (1) yang berbunyi

“Perekonomian disusun sebagai usaha berdasar atas asas kekeluargaan”. Asas kekeluargaan dapat diartikan bahwa setiap anggota koperasi memiliki kesamaan hak dan kewajiban dalam segala hal serta diperlukan kesadaran dari setiap anggota untuk melakukan hal-hal yang dianggap berguna bagi seluruh anggota koperasi.

(3)

1.1.2 Tujuan, Fungsi, dan Peran Koperasi

Pasal 4 Undang-Undang No. 17 Tahun 2012 menjelaskan bahwa koperasi bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, sekaligus sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari tatanan perekonomian nasional yang demokratis dan berkeadilan. Untuk itu koperasi mempunyai fungsi dan peran untuk membangun dan dan mengembangkan potensi dan kemampuan usaha anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan ekonomi dan usahanya.

1.1.3 Nilai dan Prinsip Koperasi

Nilai dan prinsip koperasi tercantum dalam bab 3 Undang-Undang No. 17 Tahun 2012 tentag Perkoperasian. Nilai-nilai yang mendasari kegiatan operasional koperasi antara lain, kekeluargaan, menolong diri sendiri, bertanggung jawab, demokrasi, persamaan, berkeadilan dan kemandirian.

Sedangkan nilai diyakini anggota adalah kejujuran, keterbukaan, tanggung jawab, dan peduli terhadap orang lain.

1.1.4 Prinsip-prinsip yang dilaksanakan oleh koperasi sesuai dengan Pasal 6 (1) diantaranya sebagai berikut :

1. Keanggotaan koperasi bersifat suka rela dan terbuka 2. Pengawasan anggota dilaksanakan secara demokratis 3. Anggota berpartisipasi aktif dalam ekonomi koperasi

4. Koperasi merupakan adab usaha swadaya yang otonom dan independen

(4)

5. Koperasi menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi anggota, pengawas, pengurus, dan karyawan, serta memberikan informasikepada masyarakat tentang jati diri, kegiatan dan kemanfaatan koperasi.

6. Koperasi melayani anggota secara prima dan memperkuat gerakan koperasi dengan bekerja melalui jaringan kegiatan pada tingkat lokal, nasional, regional, dan internasional.

7. Koperasi bekerja untuk pembangunan berkelanjutan bagi lingkungan dan masyarakat melalui kebijakan yang disepakati oleh anggota.

1.1.5 Bentuk dan Jenis Koperasi

Berdasarkan Undang – Undang No. 25 Tahun 1992 bahwa disebutkan koperasi dapat berbentuk koperasi primer dan skunder. Koperasi primer adalah koperasi yang didirikan oleh perorangan yang anggotanya paling sedikit 20 orang, sedangkan koperasi skunder adalah koperasi yang didiran oleh perorangan dan memiliki anggota dan didirkan oleh badan hukum. Menurut (Rudianto, 2010:5) berdasarkana PSAK No. 27 tahun 2007 koperasi dapat dikelompokkan ke dalam beberapa jenis koperasi yaitu :

1) Koperasi Simpan Pinjam

Koperasi simpan pinjam adalah koperasi yang bergerak dalam bidang pemupukan simpanan dana dari anggotanya untuk kemudian dipinjamkan kembali kepada para anggota yang memerlukan bantuan dana. Kegiatan koperasi simpan pinjam adalah menyediakan jasa penyimpanan dan peminjaman dana kepada anggota koperasi.

(5)

2) Koperasi Konsumen

Koperasi konsumen adalah koperasi yang anggotanya terdiri dari para konsumen akhir atau pemakai barang atau jasa. Kegiatan koperasi konsumen adalah melakukan pembelian bersama. Jenis barang atau jasa yang dilayani suatu koperasi konsumen sangat tergantung pada latar kebutuhan anggota yang akan dipenuhi.

3) Koperasi Pemasaran

Koperasi pemasaran adalah koperasi yang anggotanya terdiri dari para produsen atau pemilik barang atau penyedia jasa. Koperasi pemasaran dibentuk terutama untuk membantu para anggotanya memasarkan barang-barang yang mereka hasilkan. Jadi masing-masing anggota koperasi menghasilkan barang secara individual, sementara pemasaran barang-barang tersebut dilakukan oleh koperasi. Tujuan utama koperasi pemasaran adalah untuk menyederhanakan rantai tata niaga dan mengurangi sekecil mungkin keterlibatan para pedagang perantara dalam memasarkan produk-produk yang mereka hasilkan.

4) Koperasi Produsen

Koperasi produsen adalah koperasi yang para anggitanya tidak memiliki badan usaha sendiri tetapi bekerja sama dalam swadah koperasi untuk menghasilkan dan memasarkan barang atau jasa. Kegiatan utama koperasi produsen adalah menyediakan, mengoperasikan, dan mengelola sarana produksi berasama. Tujuan utam koperasi produsen adalah menyetukan kemampuan dan modal para anggotanya untuk menghasilkan barang atau jasa tertentu melalui suatu badab usaha yang mereka kelola dan mereka miliki sendiri.

(6)

1.2 Koperasi Simpan Pinjam “Mitra Dana”

Menurut (Rudianto, 2010) koperasi simpan pinjam adalah koperasi yang bergerak dalam bidang pemupukan simpanan dana anggotanya untuk kemudahan dipinjamkan kembali kepada anggota yang memerlukan bantuan dana. Menurut Undang-Undang No. 17 Tahun 2012 tujuan koperasi simpan pinjam yaitu meningkatkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, sekaligus sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari tatanan perekonimian nasional yang demokratis dan berkeadilan.

Koperasi Simpan Pinjam “Mitra Dana” merupakan koperasi yang bergerak dalam bidang simpan pinjam dengan Nomor Induk Koperasi (NIK) 3514110080040 yang dimana kegiatannya menghimpun dana dan menyalurkan dana kepada para anggotanya dengan bunga yang rendah. Koperasi Simpan

“Pinjam Mitra Dana” terletak di Jalan Karanglo No. 9 Rt 02 Rw 03 Kecamatan Sukorejo Kota Pasuruan Jawa Timur. Koperasi ini merupakan lembaga keuangan bukan bank yang memiliki kegiatan uasaha menerima simpanan dari anggotanya serta memberikan pinjaman uang kepada para anggota dengan bunga yang sangat rendah. Dengan adanya koperasi tersebut dapat menunjang ekonomi di kalangan masyarakat. Koperasi ini dikelola secara mandiri dan demokratis, serta para anggotanya bergabung secara suka rela tanpa paksaan.

1.3 Standar Akuntansi Koperasi

Standar akuntansi koperasi yang digunakan pada umumnya adalah Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK 27 Tahun 2007) mengatur sitem

(7)

akuntansi atas transaksi yang meliputu transaksi setoran anggota koperasi, transaksi usaha koperasi dengan anggotanya, transaksi yang spesifik pada koperasi dan penyajian dan pengungkapan laporan keuangan. Menurut (Rudianto, 2010 : 11) siklus akuntansi koperasi dimulai dengan meniliti dan memilih dokumen transaksi seperti nota, kwitansi, faktur, dan sebagainya. Setiap dokumen tersebut diteliti dan dipilah menurut jenis transaksinya, akuntan koperasi harus mencatatnya dalam buku jurnal.

Dalam buku jurnal harian, transaksi tersebut diringkas pencatataanya sesuai dengan nama akun setiap jenis transaksi. Dalam setiap periode tertentu seperti setiap seminggu sekal, ringkasan transaksi di buku jurnal tersebut lalu di posting (dipindah sesuai dengan jenis akun) ke buku besar. Pada akhir periode akuntansi, setiap akun dalam buku besar itu dihitung saldonya dan kemudian dijadikan dasar untuk menyusun neraca saldo.

1.4 Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP)

Sejak tahun 1991 ketika diadakan Seminar Prinsip Akuntansi Indonesia , IAI telah memikirkan apakah perlu dibuatkan dua perangkat standar akuntansi keuangan. Satu perangkat berlakuk bagi perusahaan berskala kecil dan menengah (Uasaha Kecil dan Menengah/UMKM). Pada waktu keputusannya adalah keputusannya lebih baik memutuskan waktu, tenaga, dan dana yang serba terbatas untuk merampungkan satu perangkat standar akuntansi yaitu mengubah PAI menjadi SAK.

(8)

Tapi perkembangan terakhir dengan makin giatnya dilakukan konvergensi IFRS, menjadi makin sulit bagi UMKM untuk menyusun laporan keuangannya berdasarkan SAK yang berkembang makin kompleks dan komprehensif, padahal banyak SAK yang tidak relevan bagi entitas yang tidak mengemban akuntanbilitas publik. Maka dalam kongres XIAI telah diputuskan untuk membentuk Komite Standar Akuntansi Keuangan ETAP di bawah koordinasi Dewan Standar Akuntansi Keuangan. Pada tahun 2009 telah berkasil disusun SAK Entitas Tanpa Akuntanbilitas Publik (ETAP), yang berlaku efektif 1 Januari 2011. (Kartikahadi, 2012 : 18).

SAK ETAP merupakan suatu standar independen yang menguraikan pedoman pelaporan keuangan untuk entitas usaha kecil dan menengah (SMEs).

Standar yang dapat diterapkan pada enritas usaha kecil menengah (SMEs) yang tidak mempunyai akuntanbilitas publik dan menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum bagi pengguna eksternal. Standar ini sama sekali tidak melengkapi ukuran kuantitatif seperti, pendapatan, pengeluaran, aset atau jumlah karyawan, untuk menentukan apakah standar dapat digunakan atau tidak. Standar ini menyatakan bahwa setiap yuruduksi perlu untuk menentukan entitas mana yang dapat menerapkan SAK ETAP (Lombard, 2012 : 1).

Sesuai surat edaran Deputi Kelembagaan Koperasi dan UKM Nomor : 200 / SE / Dept.1 / XII / 2011 tanggal 20 Desember 2011 bahwa sehubungan dengan perberlakuan IFRS, maka entitas koperasi dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangannya mengacu Standar Akuntansi Keuangan (SAK) Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (ETAP) yaitu diperuntukkan bagi entitas tanpa akuntabilitas

(9)

publik signifikan, pengaturannya lebih sederhana, mengatur transaksi umum yang tidak komplek. Tujuan laporan keuangan berdasarkan SAK ETAP yaitu menghasilkan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja, dan arus kas dari entitas yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan ekonomi oleh berbagai pengguna yang luas.

1.4.1 Tujuan Laporan Keuangan Berdasarkan SAK ETAP

Tujuan laporan keuangan berdasrakan SAK ETAP adalah menyediakan informasi posisi keuangan, kinerja keuangan, dan laporan arus kas suatu entitas yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi oleh siapapun yang tidak dalam posisi dapat meminta laporan keuangan khusus untuk memenuhi kebutuhan informasti tertentu. Dalam memenuhi kebutuhannya, laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship) atau pertanggungjawaban manjaemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya (IAI, 2013).

1.4.2 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan Dalam SAK ETAP menurut (Kartikahadi, 2013) antara lain sebagai berikut :

1. Dapat dipahami

Kualitas penting informasi keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pengguna. Pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadahi tentang aktivitas ekonomi, akuntansi dan bisnis serta kemauan untuk mempelajari informasi tersebut dengan ketekunan yang

(10)

wajar. Namun kepentingan agar laporan keuangan dapat dipahami tetapi tidak sesuai dengan informasi yang relevan harus diabaikan dengan pertimbangan bahwa informasi tersebut terlalu sulit untuk dapat dipahami oleh pengguna tertentu.

2. Relevan

Informasi harus relevan dengan kebutuhan pengguna untuk proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan jika dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna dengan cara membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, dan menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mreka di masa lalu.

3. Materialitas

Informasi dipandang material jika kelaian untuk mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapa mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna yang diambil atas dasar laporan keuangan. Materilitas tergantung pada besarnya pos atau kesalahan yang dinilai sesuai dengan situasi tertentu dari kelalaian dan mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat.

Namun dengan demikian tidak membuat atau membiarkan kesalahan untuk menyimpang secara tidak material dari SAK ETAP agar mencapai penyajian tertentu dari posisi keuangan, kinerja keuangan atau arus kas suatu entitas.

4. Keandalan

Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan harus andal.

Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari kesalahan material dan penyajian secara apa yang seharusnya disajikan atau secara wajar disajikan.

(11)

5. Substansi Mengungguli Bentuk

Subtansi dan realita ekonomi suatu transaksi atau kejadian tidak selalu sejalan dengan bentuk hukumnya. Dalam keadaan demeikian maka yang harus dutamakan adalah sustansinya bukan bentuk hukumnya.

6. Pertimbangan Sehat

Penyusunan laporan keuangan sering kali menhadapi ketidakpastian peristiwa atau keadaan tertentu, misalnya kolektibiliktas piutang, masa manfaat pabrik dan peralatan serta tuntunan atas jaminan garansi yang mungkin timbul. Dalam menghadapi ketidakpatian tersebut diperlukan pertimbangan sehat dengan penuh kehati-hatian dalam pemilihan metode, menghitung, dan melaporkannya. Aset, liabilitas, ekuitas, pendapatan, dan beban haruslah dilaporkan secara wajar, tidak terlalu rendah atau terlalu tinggi sehingga dapat menyesatkan atau menjadi tidak dapat diandalkan.

7. Kelengkapan

Agar dapat diandalkan, informasi haruslah disajikan secara lengkap dalam batasan relevandan biaya yang dapat dipertanggungjawabkan. Harus dihindarkan kelalaian mengungkapkan sesuatu yang relevan, baik karena kelalaian palagi dengan sengaja. Laporan posisi keuangan (neraca) melaporkan posisi keuangan pada suatu tanggal tertentu, laporan laba rugi dan laporan arus kas melaporkan kegiatan usaha entitas selama suatu periode masa lalu. Agar laporan keuangan dapat digunakan sebagai informasi untuk perencanaan, pengambilan keputusan yang menyangkut masa depan, kejadian, atau peristiwa berdampak penting atas usaha entitas yang terjadi

(12)

setelah tanggal neraca atau periode tahun usaha, bila diketahui saat penyusunan laporan keuangan, haruslah diungkapkan.

8. Dapat Dibandingkan

Perbandingan laporan keuangan untuk dua atau lebih periode yang akan dapat memberikan gambaran tentang perkembangan keadaan keuangan maupun kinerja suati entitas, sehingga lebih mampu memberikan gambaran tentang prospek entitas di masa depan. Perbandingan laporan keuangan dapat memberikan informasi keuangan secara efektif serta berguna untuk pengmbilan keputusan di masa depan. Sedangkan perbandingan laporan keuangan antar entitas akan memberikan masukan yang berguna bagi para calon investor dalam menentukan pilihan investasi yang dilakukan.

9. Tepat waktu

Suatu informasi yang terlambat akan tmenjadi tidak relevan. Dengan makin canggihnya teknologi informasi dan komunikasi serta makin dinamisnya dunia usaha dalam era globalisasi, ketepatan waktu penyajian informasi yang relevan bagi para pengambil keputuasan menjadi suatu tantangan yang harus dihadapi ileh pengolah informasi. Namun penyusunan laporan keuangan sangat tergantung pada kelancaran arus data, bukti, serta dokumen penduukung sebagai masukan proses akuntansi. Sering kali data tersebut harus menunggu dari pihak eksternal, misalnya rekening koran dari bank. Suatu data dari lapangan kadang-kadang pula memerlukan waktu untuk dapat diproses secara akurat, misalnya perhitungan fisik saldo akhir persediaan pada akhir tahun buku. Makin besar kegiatan usaha dan makin

(13)

luasa daerah operasi suatu entitas maka makin besar tantangan unuk memenuhi ketepatan laporan.

10. Keseimbangan antara Biaya dan Manfaat

Proses dan pengolahan data untuk menghasilkan informasi memerlukan biaya. Makin akurat, rinci, dan tepat waktu suatu informasi, maka biaya yang dibutuhkan juga akan makin besar. Tentunya tidak dapat dibenarkan bila biaya untuk menghasilkan informasi afalah jauh lebih besar dari manfaat yang dapat diharapkan dari informasi tersebut. Dalam hal ini harus diperhatikan pertimbangan materialitas.

1.4.3 Pengakuan Unsur-Unsur Laporan Keuangan

Menurut IAI (2013) dalam SAK ETAP, pengakuan laporan keuangan merupakan proses pembentukan suatu pos dalam laporan posisi keuangan atau laporan laba rugi yang memenuhi definisi suatu unsur dan memenuhi kriteria sebagai berikut :

1. Ada kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang terkait dengan pos tersebut akan mengalir ke dalam entitas.

2. Pos tersebut mempunyai nila atau biaya yang dapat diukur dengan andal.

Menurut IAI (2013) dalam SAK ETAP menyatakan bahwa entitas harus menyusun laporan keuangan dengan dasar akrual kecuali laporan arus kas. Dalam dasar akrual, pos-pos diakui sebagai aset, kewajiban, ekuitas, penghasilan, dan beban (unsur-unsur laporan keuangan) ketika memenuhi definisi dan kriteria pengakuan untuk pos-pos tersebut.

(14)

Berikut adalah penjelasan mengenai pengakuan setiap unsur-unsur laporan keuangan menurut SAK ETAP (Kartikahadi, 2012) :

1. Aset

Kriteria utama suatu aset adalah manfaat ekinomi di masa depan yang terwujud dalam aset tersebut yaitu potensi untuk memberikan sumbangan, baik langsung mapun tidak langsung arus kas atau setara kas kepada entitas. Potensi tersebut dapat berbentuk sesuatu yang produktif, dan dapat menghasilkan kas atau setara kas atau mapu mengurangi pengeluaran kas atau menurunkan biaya.

2. Kewajiban

Kewajiban diakui dalam laporan posisi keuangan jika kemungkinan pengeluaran sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban masa kni dan jumlah harus diselesaikan dapat diukur dengan andal.

3. Ekuitas

Penyajian ekuitas bertujuan agar laporan keuangan dapat memberikan informasi dengan jelas hak dan pembatasan yang ditetapkan menurut hukum atas ekuitas sehubungan dengan hak kepemilikan masing- masing pemilik modal dalam hubungannya dengan pembagian laba, deviden, maupun pengambilan modal.

4. Pengasilan

Penghasilan lebih atau laba (profit) sering kali digunakan sebagai ukuran kinerja (perfomance), perhitungan imblan investasi (return on

(15)

investment), maupun perhitungan laba persaham (earning per share).

Penghasilan (income) dan beban (expense) adalah 2 unsur yang menentukan perhitungan laba rugi suatu unit usaha. Pengakuan dan pengukuran penghasilan dan beban berkaitan erat dengan konsep modal dan pemeliharaan modal yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan.

5. Laba Rugi

Laba rugi merupakan selisih aritmatika antara penghasilan dan beban. Hal tersebut bukan merupakan suatu unsur terpisah dari lappran keuangan dan prinsip pengakuan yang terpisah tidak diperlakukan. SAK ETAP tidak mengijinkan pengakuan pos-pos dalam laporan posisi keuangan yang tidak memenuhi definisi aset atau kewajiban dengan mengabaikan apakah pos-pos tersebut merupakan hasil dari penerapan.

1.4.4 Pengukuran Unsur-Unsur Laporan Keuangan

Pengukuran adalah proses penepatan jumlah uang yang digunakan oleh entitas untuk mengukur aset, kewajiban, penghasilan, dan beban dalam laporan keuangan. Dasar pengukuran yang umum antara lain sebagai berikut : (IAI, 2013)

1. Biaya Historis

Aset adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar dari pembayaran yang diberikan untuk memperoleh aset pada saat perolehan.

Kewajiban dicatat sebagai kas atau setara kas yang diterima atau sebesar nilai wajar dari aset non kas yang diterima sebagai penukar dari kewajiban terjadinya kewajiban.

(16)

2. Nilai Wajar

Nilai wajar adalah jumlah yang dipakai untuk mempertukarkan aset atau untuk menyelesaikan suatu kewajiban antara pihak-pihak yang berkeinginan dan memiliki pengetahuan memadai dalam suatu transaksi dengan wajar.

2.4.5 Laporan Keuangan Lengkap Berdsarkan SAK ETAP

Dalam suatu laporan keuangan lengkap, suatu entitas menyajikan setiap laporan keuanagan dengan keunggulan yang sama. Berdasarkan SAK ETAP laporan keuangan entitas meliputi :

1. Laporan Posisi Keuangan

Laporan posisi keuangan menyajikan aset, kewajiban, dan ekuitas suatu entitas pada suatu tanggal tertentu-akhir periode pelaporan. Laporan posisi keuangan minimal mencakup pos-pos kas dan setara kas, piutang usaha dan piutang lainnya, persediaan, properti investasi, aset tetap, aset tidak berwujud, utang usaha dan utang lainnya, aset dan kewajiban pajak, kewajiban destimasi dan ekuitas. Entitas harus menyajikan aset lancar dan aset tidak lancar, kewajiban jangka pendek, kewajiban jangka panjang, sebagai suatu klasifikasi yang terpisah dalam laporan posisi keuangan, kecuali jika penyajian berdasarkan likuiditas memberikan informasi yang andaldan lebih relevan. Jika pengecualian tersebut ditetapkan maka aset dan kewajiban harus disajikan berdsarkan likuiditasnya ( IAI, 2013).

(17)

2. Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi menyajikan penghasilan dan beban entitas untuk suatu periode. Laporan laba rugi memasukkan semua pos penghasilan dan beban yang diakui dalam suatu periode kecuali SAK ETAP mensyaratkan lain. Pos-pos yang terdapat pada laporan laba rugi minimal mencakup pendapatan, beban keuangan, bagian laba atau rugi dari investasi yang menggunakan metode ekuitas, beban pajak, dan laba rugi neto. Entitas harus menyajikan pos, judul dan sub jumlah lainnya pada laporan lainnya pada laporan laba rugi jika penyajian tersebut relevan untuk memahami kinerja keuangan entitas.

3. Laporan Perubahan Ekuitas

Laporan perubahan ekuitas menyajikan laba rugi entitas untuk suatu periode, pos pendapatan dan beban yang diakui secara langsung dalam ekuitas untuk periode tersebut, pengaruh kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan yang diakui secara langsung dalam ekuitas untuk periode tersebut dan (tergantung pada format laporan perubahan ekuitas yang dipilih oleh entitas) jumlah investasi dan deviden di distribusikan ke pemilik ekuitas selama periode tersebut.

4. Laporan Arus Kas

Laporan arus kas menyajikan informasi perubahan historis atas kas dan setara kas entitas yang menunjukkan secara terpisah perubahan yang terjadi selama satu periode dari aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan (IAI, 2013).

(18)

Klasifikasi penyajian informasi dalam laporan arus kas : a. Aktivitas Operasi

Arus kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari aktivitas penghasil utama pendapatan entitas. Oleh karena itu arus kas tersebut pada umumnya berasal dari transaksi dan peristiwa yang mempengaruhi laba rugi.

b. Aktivitas Investasi

Arus kas dari investasi mencerminkan pengeluaran kas sehubungan dengan sumber daya yang berhubungan yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan.

c. Aktivitas Pendanaan

Contoh kas yang berasal dari aktivitas pendanaan seperti penerimaan kas dan penerbitan saham, pembayaran kas kepada para pemegang saham untuk menarik saham entitas, penerimaan kas dari penerbit pinjaman, wesel, dan hutang jangka pendek atau hutang jangka panjang, pelunasan pinjaman, dan pembayaran kas oleh lesse untuk mengurangi saldo kewajiban yang berkaitan dengan sewa pembiayaan (IAI, 2013).

5. Catatan Atas laporan Keuangan

Berdasarkan SAK ETAP menjelaskan bahwa catatan atas laporan keuangan berisi informasi sebagai tambahan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dan memberikan penjelasan naratif atau rincian jumlah

(19)

yang disajikan dalam laporan keuangan dan informasi pos-pos yang tidak memenuhi kriteria pengakuan dalam laporan keuangan.

1.5 Penelitian Terdahulu

Agar lebih memperkuat penelitian ini maka akan diambil acuan sebagai perbandingan dari penelitian terdahulu yang dilakukan oleh :

Siagian & Pangemanan (2016) peneliti meneliti tentang analisis penyajian laporan keuangan berdasarkan dengan SAK ETAP pada Koperasi Karyawan Bank Sulut Go. Berdasarkan hasil penelitian tersebut analisis hasil Koperasi Karyawan PT. Bank Sulut Go mengenai penyajian laporan keuangan berdasarkan SAK ETAP dapat disimpulkan bahwa dalam penyajian laporan keuangan masih terdapat beberapa ketidaksesuaian dengan kaidah penyajian laporan keuangan menurut SAK ETAP. Adapun hal-hal yang membuat koperasi ini memiliki kekurangan dalam penyajian laporan keuangan berdasarkan SAK ETAP adalah karena minimnya pengetahuan mengenai SAK ETAP tersebut.

Yuliza & Afrijal (2016)peneliti meneliti tentang analisis penerapan SAK ETAP pada Koperasi di Universitas Pasir Penganngaran. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa koperasi UPP belum memahami akuntansi koperasi yang seharusnya ditetapkan oleh koperasi, kemudian laporan keuangan koperasi UPP disusun secara bersama-sama oleh ketua, sekertaris dan bendahara pada koperasi tersebut. Adanya faktor ketidaksesuaian latar belakang pendidikan dan kurangnya pelatihan juga menyebabkan proses pelaporan keuangan pada koperasi UPP juga menjadi kendala.

(20)

Simatupang & Purba (2018) penelitian ini meneliti tentang analisis SAK ETAP dalam penyajian laporan keuangan pada Koperasi Pegawai Negeri SMPN 7 Pematang Siantar. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa laporan yang disajikan oleh Koperasi Pegawai Negeri SMPN 7 Pematang Siantar belum sesuai dengan SAK ETAP. Jenis dan format laporan keuangan yang disajikan Koperasi Pegawai Negeri SMPN 7 Pematang Siantar hanya sebatas neraca dan perhitungan sisa hasil usaha (laporan laba rugi).

Huvat (2017)penelitian meneliti tentang analisis penerapan standar akuntansi keuangan entitas tanpa akuntanbilitas publik (SAK ETAP) pada Koperasi CU (Credit Union) Daya Lestari di Samarinda. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa Koperasi CU Daya Lestari telah menerapkan standar akuntansi keuangan pada tahun 2015. Secara umum Koperasi CU daya Lestari Samarinda telah menerapkan SAK ETAP pada laporan keuangan dengan tingkat kesesuaian sebesar 94%. Komponen –komponen yang masih belum sesuai deangan SAK ETAP terdiri atas laporan pajak penghasilan, aset dan kewajiban pajak dan beban pajak. Hal –hal yang tidak sesuai itu telah dijelaskan pada laporan keuangan Koperasi CU Daya Lestari Samarinda yang menyatakan bahwa koperasi belum terdaftar sebagai wajib pajak.

Rolos et al., (2016) penelitian ini meneliti tentang analisis penerapan standar akuntansi keuangan entitas tanpa akuntabilitas publik (SAK ETAP) dalam penyajian laporan keuangan pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) Gelora Pendidikan Kota Tomohon. Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam penyajian laporan keuangnnya pada KPRI Gelora

(21)

Pendidikan Kota Tomohon masih terdapat beberapa ketidaksesuaian dengan kaidah penyajian laporan keuangan menurut SAK ETAP. Adapun hal-hal yang membuat koperasi ini memiliki kekurangan dalam penyusunan laporan keuangannya, sesuai kenyataan pihak manajer koperasi dikarenakan oleh beberapa faktor antara lain; kurangnya tenaga kerja yang terampil dalam bidang akuntansi, kurangnya sosialisasi dari pemerintah dan pihak-pihak terkait tentang SAK ETAP, dan kurangnya pengetahuan laporan keuangan yang sesuai dengan SAK ETAP.

Sendow et al., (2020) peneliti ini meneliti tentang analisis penerapan SAK ETAP pada koperasi di Kabupaten Minahasa. Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa bentuk penyajian laporan keuangan pada koperasi di kabupaten Minahasa telah menyajikan laporan keuangan dengan perbandingan tahun sebelumnya secara konsisten menyajikan laporan keuangan tiap periode.

Hal ini menunjukkan adanya langkah-langkah untuk meningkatkan pemahaman dan implementasi SAK ETAP (seperti pelatihan dan pendampingan dalam penyusunan laporan keuangan berbasis dan sebagai upaya untuk penyajian laporan keuangan koperasi yang komporabel dan diandalkan.

Nurdiansyah & Setiawan (2018) peneliti meneliti tentang analisis penerapan SAK ETAP dalam penuyusunan laporan keuangan (studi kasus pada Kopkar PDAM Tirta Sanita). Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa bentuk penyajian laporan keuangan sudah sesuai dengan SAK ETAP dengan membandingkan data yang ada dengan teori serta ketentuan yang berlaku dengan menganalisis penerapan SAK ETAP pada Kopkar PDAM Tirta Sanita).

(22)

Frasawi & Morasa (2016) peneliti meneliti tentang analisis pelaporan keuangan berdasrkan SAK ETAP pada Koperasi Unit Desa (KUD) Sejahtera di Kota Sorong. Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam penyajian laporan keuangan menurut kaidah SAK ETAP yaitu pada Laporan Laba Rugi dan Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK) beum menyajikan secara penuh. Kekurangan dalam penyajian laporan keuangan tersebut yaitu minimnya pengetahuan mengenai SAK ETAP sendiri dan kurangnya manajemen akan pentingnya laporan keuangan.

Sekarwati & Mazidah (2018) peneliti meneliti tentang analisis penerapan standar akuntansi keuangan entitas tanpa akuntabilitas publik (SAK ETAP) pada laporan keuangan pada koperasi karyawan industri kemasan semen gresik (iksg).

Berdasarkan analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa Kopkar IKSG belum sepenuhnya menerapkan SAK ETAP pada laporan keuangan yang dibuat. Hal ini dapat ditunjukkan dengan analisa berikut :

1. Pada Asset, pos asset sesuai dengan yang disyaratkan oleh SAK ETAP, kecuali pada pos properti; investasi, asset tidak berwujud. Hal ini, dikarenakan dalam KopKar IKSG memang tidak mempunyai asset dan kewajiban seperti yang dijelaskan dalam SAK ETAP.

2. Sedangkan untuk pos lainnya yang telah diterangkan dalam SAK ETAP.

Pada pos kewajiban, KopKar IKSG sudah mengklasifikasikannya menurut kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang sesuai dengan ketentuan penyajian kewajiban yang ada dalam SAK ETAP.

(23)

3. Untuk ekuitas, KopKar IKSG sudah menerapkan perhitungan dan pengakuan yang ada dalam SAK ETAP pada bab ekuitas untuk koperasi.

Untuk laba rugi, informasi yang disajikan dalam laporannya sudah mencakup minimal pos-pos yang disyaratkan oleh SAK ETAP.

4. Untuk pengakuan dan pengukuran pendapatannya laporan arus kas yang dibuat oleh KopKar IKSG tidak sesuai dengan ketetapan SAK ETAP yang harus menunjukkan perubahan kas berdasarkan aktivitas operasi, aktivitas investasi, dan aktivitas pendanaan.

Referensi

Dokumen terkait

Tata Usaha pada UPTD Tindak Darurat Dinas Cipta Karya dan Tata Kota Samarinda Eselon

Hasil dari penelitian ini dimaksudkan untuk menambah referensi pada proses perancangan kapal tipe trimaran asimetris dengan kendala yang masih mampu dikendalikan atau

Jika penelitian yang sebelumnya lebih menekankan kepada peranan Kiai dalam radikalisme, program deradikalisasi terorisme BNPT, dan juga upaya serta strategi dalam

Dalam pilkada yang ada maupun pemilu secara umum maka azas ini (JURDIL serta LUBER) hanyalah sebuah slogan belaka, karena pada dasarnya Money Politics merupakan sebuah sistem

Kegiatan Magang di KAP akan dilaksanakan pada periode Januari- Maret bagi mahasiswa yang sudah menyelesaikan seluruh mata kuliah wajib program studi Akuntansi dan

Pencapaian indikator keenam , jumlah teknologi spesifik lokasi telah tercapai sebesar 100%, dari target 250 teknologi. Adapun output yang dihasilkan berupa: 55 paket

Pada penghentian aset keuangan secara keseluruhan, selisih antara nilai tercatat dengan jumlah yang akan diterima dan semua kumulatif keuntungan atau kerugian yang telah diakui di

Tokoh yang diteliti pada penelitian ini adalah tokoh dewa Enerudalam komik One Piece yang dibandingkan dengan tokoh dewa Raijin yang ada dalam mitologi Jepang karena