• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PEMBAHASAN. Prosedur pengembangan perangkat pembelajaran berbasis Problem Based

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV PEMBAHASAN. Prosedur pengembangan perangkat pembelajaran berbasis Problem Based"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

88 BAB IV PEMBAHASAN A. Hasil Pengembangan Produk Awal

Prosedur pengembangan perangkat pembelajaran berbasis Problem Based Learning pada materi segiempat dalam penelitian ini dilakukan menggunakan model ADDIE, yang terdiri dari tahap analisis (analysis), desain (design), pengembangan (development), implementasi (implementation), dan evaluasi (evaluation). Penjelasan mengenai masing-masing tahapan pengembangan beserta hasilnya adalah sebagai berikut.

1. Tahap Analisis (Analysis) a. Hasil Analisis Kebutuhan

Berdasarkan analisis awal yang telah dilakukan, kemampuan berpikir kreatif matematis siswa masih rendah. Hal ini terlihat dari hasil PISA. Selain itu, diperoleh kemandirian belajar siswa juga masih rendah. Hal tersebut berdasarkan pada hasil observasi pra-penelitian dan wawancara yang dilakukan kepada guru matematika dan siswa SMP N 1 Imogiri.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika dan observasi pra- penelitian di SMP Negeri 1 Imogiri diperoleh informasi bahwa dalam penyusunan RPP, guru lebih sering mengadaptasi dari MGMP dan mengunduh dari internet.

Metode yang digunakam dalam pembelajaran adalah metode ceramah, tanya- jawab, diskusi, demontrasi dan penugasan. Sedangkan pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah pendekatan scientifik namun dalam penerapannya guru masih banyak menggunakan metode ceramah.

(2)

89

Berdasarkan wawancara dengan guru, guru belum mencoba menggunakan pembelajaran berbasis masalah/ Problem Based Learning dan belum berfokus mengembangkan kemampuan berpikir kreatif. Salah satu indikator berpikir kreatif dalam pembelajaran adalah ketika siswa diberi soal, siswa dapat menyelesaikan dengan cara lain yang berbeda dengan temannya serta tidak mencontoh cara guru.

Namun masih banyak siswa yang mencotek jawaban dan cara temannya serta belajar model fotocopy yaitu siswa mencontoh bagaimana cara guru menyelesaikan soal. Sedangkan di kelas VIIG siswa sudah di dorong untuk mengembangkan kemandirian belajar, namun belum maksimal. Berdasarkan informasi guru, siswanya sudah ada yang mandiri namun masih ada pula yang belum mandiri.

Contohnya, dalam satu semester ada siswa yang sama sekali belum pernah mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan kelas, tidak berani berpendapat.

Sedangkan LKS yang digunakan dalam pembelajaran di SMP Negeri 1 Imogiri merupakan LKS yang dibeli dari suatu penerbit. LKS tersebut sudah baik namun belum memfasilitasi kemampuan khusus siswa misalnya kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Hal ini didukung oleh pendapat Sembiring (2010:

11) yang mengemukakan bahwa “bahan ajar yang tersedia di pasaran umumnya lebih menekankan prosedur dan sedikit sekali memberi peluang bagi siswa untuk mengembangkan kreativitasnya”. Dalam LKS tersebut disajikan materi, rumus, contoh soal dan penyelesaiannya, dari hal-hal tersebut siswa menghafal dan memahami konsep. Namun ketika ada soal yang berbeda dari contoh soal yang diajarkan guru ataupun berbeda dari contoh soal yang ada di LKS maka kebanyakan

(3)

90

siswa akan bingung dan mengalami kesulitan. Selain LKS, siswa juga dipinjami buku paket kurikulum 2013 dari sekolah.

Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa diperlukan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS yang dapat memfasilitasi kemampuan berpikir kreatif matematis dan kemandirian belajar belajar siswa. Salah satu perangkat pembelajaran yang dapat memfasilitasi hal tersebut adalah dengan pendekatan berbasis Problem Based Learning.

b. Hasil Analisis Kurikulum

Dalam penelitian ini, pengembangan perangkat pembelajaran dilakukan pada materi segiempat. Hasil dari analisis kurikulum pembelajaran menunujukan bahwa di SMP Negeri 1 Imogiri menggunakan Kurikulum 2013. Berdasarkan Permendikbud Nomor 58 Tahun 2013 tentang kurikulum SMP/MTs, cakupan kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar (KD) matematika SMP kelas VII pada materi segiempat disajikan pada Tabel 7. Sedangkan Indikator dan tujuan pembelajaran diperoleh dari kompetensi dasar. Kompetensi dasar tersebut dijabarkan dalam bentuk indikator pencapaian kompetensi. Kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi dapat dilihat pada Tabel 19 berikut.

(4)

91

Tabel 19. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi Materi Segiempat

Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi 3.14 Manganalisis berbagai

bangun datar segiempat (persegi, persegipanjang, belahketupat, jajargenjang, trapesium, dan layang- layang) dan segitiga berdasarkan sisi, sudut, dan hubungan antar sisi dan antar sudut.

3.14.1 Menganalisis sifat-sifat bangun datar segiempat berdasarkan sisi, sudut, dan hubungan antar sisi dan antar sudut..

3.14.2 Membedakan jenis-jenis trapesium (trapesium sembarang, trapesium siku-siku, trapesium samakaki).

3.14.3 Menganalisis sifat-sifat dari jenis-jenis trapesium (trapesium sembarang, trapesium siku-siku, trapesium samakaki).

3.14.4 Merumuskan pengertian bangun datar segiempat berdasarkan sifat yang telah diperoleh.

3.15 Menurunkan rumus untuk menentukan keliling dan luas segiempat (persegi, persegipanjang, belahketupat, jajargenjang, trapesium, dan layang-layang) dan segitiga.

3.15.1 Menurunkan rumus untuk menentukan keliling dan luas segiempat.

4.14 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bangun datar segiempat (persegi, persegipanjang, belahketupat, jajargenjang, trapesium, dan layang-layang) dan segitiga.

4.14.1 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bangun datar segiempat.

4.14.2 Menurunkan rumus untuk menentukan luas segiempat 4.15 Menyelesaikan masalah

kontekstual yang berkaitan dengan luas dan keliling segiempat (persegi, persegipanjang, belahketupat, jajargenjang, trapesium, dan layang-layang) dan segitiga.

4.15.1 Siswa mampu menyelesaikan masalah kontekstual yang berkaitan dengan keliling segiempat.

4.15.2 Menyelesaikan masalah kontekstual yang berkaitan dengan luas segiempat

(5)

92 c. Hasil Analisis Karakteristik Siswa

Siswa kelas VII yang pada umumnya berusia 11 tahun dalam perkembangan kogintif tergolong pada tahap operasional formal, dimana pada tahap perkembangan ini seorang siswa telah dapat menggunakan hipotesis dan prinsip- prinsip abstrak dan memanfaatkan penggunaan simbol-simbol meskipun keduanya belum menguasai sepenuhnya. Kemampuan siswa menggunakan hipotesis terlihat dari cara berpikir siswa dalam menyelesaikan persoalan atau permasalahan dengan menggunakan anggapan dasar yang relevan.

Temuan yang didapat ketika observasi di SMP Negeri 1 Imogiri kelas VII G dan VIII A, D, E adalah sebagai berikut.

1) Hasil pengamatan yang dilakukan selama proses pembelajaran matematika di SMP Negeri 1 Imogiri menunjukan untuk siswa kelas VII, ketika guru menawarkan kepada siswa untuk mempresentasikan apa yang mereka kerjakan, para siswa banyak yang ingin maju kedepan kelas, karena akan dapat poin aktif.

Sedangkan untuk yang kelas VIII masih pasif dalam pembelajaran dan banyak siswa yang sibuk sendiri.

2) Siswa masih terbiasa mengerjakan soal-soal rutin yang mirip dengan contoh- contoh soal yang diberikan guru atau contoh-contoh soal yang ada pada buku paket.

3) Kegiatan diskusi dan presentasi yang dilakukan belum menunjukkan suasana yang kondusif, atau tidak didapati sesama siswa saling bertukar pendapat dan pemikiran.

(6)

93

4) Siswa masih terbiasa mengerjakan soal-soal rutin yang mirip dengan contoh- contoh soal yang diberikan guru atau contoh-contoh soal yang ada pada buku paket.

5) Berdasarkan penuturan beberapa siswa, mereka akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal cerita dan soal-soal yang masih asing/ yang belum pernah mereka temui sebelumnya.

6) Berdasarkan informasi dari guru, kemampuan verbal dan kemampuan pemahaman siswa dalam membaca soal cerita masih rendah.

2. Tahap Desain (Design)

Tahap selanjutnya dalam penelitian ini adalah tahap perancangan/ desain.

Pada tahap ini dilakukan penyusunan perangkat pembelajaran berbasis Problem Based Learning yang berupa RPP dan LKS.

a. Penyusunan RPP

Hasil dari tahap desain adalah perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS berbasis Problem Based Learning. Draft RPP berbasis Problem Based Learning terdiri dari komponen:

1) Kolom identitas, meliputi: satuan pendidikan, mata pelajaran, kelas/ semester, materi pokok, alokasi waktu, pertemuan.

2) Kompetensi inti dan kompetensi dasar berdasarkan standar isi 3) Indikator dan tujuan pembelajaran

4) Materi pembelajaran

5) Pendekatan dan metode pembelajaran 6) Alat dan sumber pembelajaran

(7)

94 7) Kegiatan pembelajaran

8) Penilaian

b. Penyusunan LKS

Sementara hasil yang diperoleh pada tahap desain draft LKS berbasis Problem Based Learning terdiri dari:

1) Kerangka LKS SAMPUL

HALAMAN JUDUL KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

LKS 1 Sifat-Sifat Segiempat LKS 2 Keliling Segiempat LKS 3 Luas Segiempat DAFTAR PUSTAKA 2) Desain dan fitur LKS Judul LKS

Kata Pengantar Daftar Isi

Halaman pengantar Info unik

Permasalahan pada LKS Uji kompetensi

Proyek mandiri dan proyek kelompok

(8)

95 3) Referensi yang digunakan

Dalam pengembangan perangkat pembelajaran pada segiempat diperlukan beberapa referensi. Referensi yang digunakan adalah buku yang relevan dengan materi segiempat. Berikut adalah beberapa referensi yang digunakan sebagai acuan dalam pengembangan LKS.

a) Murdanu. (2003). Hand-out Geometri (Geometri Euclides secara deduktifaksiomatik). Yogyakarta: Jurusan Pendidkan Matematika. FMIPA UNY.

b) Wintarti, A., dkk. (2008). Contextual Teaching and Learning Matematika Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah Kelas VII Edisi 4. Jakarta:

Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

c) Soedjadi, R. & Moesono, D. (1996). Matematika untuk SMP Kelas 3.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

d) As’ari, A. R., dkk. (2016). Matematika Edisi Revisi 2016 untuk SMP/ Mts Kelas VII Semester 2. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud.

e) Sugiyono. (2003). Materi Perkuliahan Geometri. Yogyakarta: Jurusan Pendidkan Matematika. FMIPA UNY.

f) Wahyu. (2015). Buku Siap OSN Matematika SMP 2015 Edisi Revisi. Diakses dari http://8-spensasi.blogspot.co.id

g) Anonim. (2013). Contoh Soal dan Pembahasan Keliling dan Luas Jajargenjang. Diakses dari http://mafia.mafiaol.com

(9)

96

h) Jazuli, A. (2016). Pembahasan Matematika SMP UN 2014 No. 21-23. Diakses dari http://kakajaz.blogspot.co.id

i) Sasori, R. (2015). Latihan Soal UN SMP 2015: Keliling dan Luas Bangun Datar. Diakses dari http://mask-ulin.blogspot.com

j) Madematika. (2014). Latihan Soal UN SMP 2014 Keliling dan Luas Bangun Datar. Diakses dari http://www.madematika.net

k) Gambar-gambar pada LKS ini kebanyakan diperoleh dari aplikasi pinterest android atau bisa juga di akses dari http://id.pinterest.com/

Selain itu, dalam tahap ini dibuat rancangan instrumen yang digunakan untuk menilai kualitas produk yang telah dikembangkan meliputi lembar penilaian kevalidan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS), angket respons siswa dan guru, lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran, tes kemampuan berpikir berpikir kreatif matematis dan angket kemandirian belajar. Berikut adalah penjelasan penyusunan instrumen penilaian.

a. Instrumen penilaian perangkat pembelajaran

Instrumen penilaian perangkat pembelajaran terdiri dari lembar penilaian RPP dan lembar penilaian LKS. Lembar penilaian RPP menganut pada Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 disertai dengan langkah pembelajaran Problem Based Learning. Tabel 20 berikut adalah rincian aspek penilaian dan jumlah butir pernyataan dalam lembar penilaian RPP.

(10)

97

Tabel 20. Kisi-kisi Lembar Penilaian RPP

No Aspek Penilaian Jumlah Butir

1. Identitas mata pelajaran 4

2. Rumusan indikator kompetensi dasar dan

tujuan pembelajaran 3

3. Pemilihan materi 5

4. Model pembelajaran 4

5. Pemilihan sumber belajar / media pembelajaran 4

6. Kegiatan pembelajaran 6

7. Penilaian hasil belajar 3

8. Kebahasaan 2

Jumlah 31

Kisi-kisi lembar penilaian RPP, deskripsi lembar penilaian RPP dan lembar penilaian RPP secara rinci dapat dilihat pada Lampiran A.1, A.2 dan A.3.

Sementara itu, untuk lembar penilaian LKS disesuaikan dengan syarat LKS menurut Darmodjo & Kaligis (1992: 41) yang meliputi syarat didaktik, syarat konstruksi dan syarat teknis. Selain itu penilaian juga ditinjau dari materi/ isi disesuaikan dengan syarat LKS menurut menurut BSNP dalam Depdiknas (2008:

53). Tabel 21 berikut adalah rincian aspek penilaian dan jumlah butir pernyataan yang digunakan dalam lembar penilaian LKS.

Tabel 21. Kisi-kisi Lembar Penilaian LKS

No Aspek Penilaian Jumlah Butir

1. Kelayakan materi/ isi 10

2. Kesesuaian dengan syarat didaktis 8 3. Kesesuaian dengan syarat kontruksi 7 4. Kesesuaian dengan syarat teknis 13

Jumlah 38

Kisi-kisi lembar penilaian LKS, deskripsi lembar penilaian LKS dan lembar penilaian LKS secara rinci dapat dilihat pada Lampiran A.4, A.5 dan A.6.

(11)

98 b. Angket respons

Angket respons terdiri dari dua macam, yaitu angket respons siswa dan angket respons guru. Angket respons siswa merupakan angket yang digunakan untuk mengukur kepraktisan dari pengguna LKS. Angket respons siswa disusun berdasarkan aspek kemudahan dan keterbantuan. Angket respons siswa terdiri dari dua macam pernyataan, yaitu pernyataan positif dan negatif. Berikut adalah Tabel rincian komponen dan jumlah butir pernyataan angket respons siswa.

Tabel 22. Kisi-kisi Angket Respons Siswa

No Komponen Pernyataan

Jumlah Positif Negatif

1. Kemudahan 4 7 11

2. Keterbantuan 5 2 7

Jumlah 9 9 18

Kisi-kisi angket respons siswa dan angket respons siswa secara rinci dapat dilihat pada Lampiran A.15 dan A.16.

Sedangkan angket respons guru merupakan angket yang digunakan untuk mengukur kepraktisan dari pengguna perangkat pembelajaran. Angket respons guru disusun berdasarkan aspek respons terhadap LKS dan RPP. Tabel 23 dibawah ini adalah rincian komponen dan jumlah butir pernyataan angket respons guru.

Tabel 23. Kisi-kisi Angket Respons Guru

No Komponen Jumlah

1. RPP 6

2. LKS 8

3. Perangkat pembelajaran 5

Jumlah 19

Kisi-kisi angket respons guru dan angket respons guru secara rinci dapat dilihat pada Lampiran A.18 dan A.19.

(12)

99

c. Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran

Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran digunakan untuk mengetahui kepraktisan perangkat pembelajaran yang digunakan. Lembar ini berfungsi untuk memantau dan mengecek kembali pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan. Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran disusun berdasarkan aspek kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.

Lembar observasi dapat dilihat pada Lampiran A.21.

d. Tes kemampuan berpikir kreatif matematis 1) Penyusunan kisi-kisi

Penyusuanan soal tes kemampuan berpikir kreatif diawali dengan pembuatan kisi-kisi. Dalam kisi-kisi soal terdiri dari aspek yang diteliti didasarkan pada kesimpulan dari beberapa para ahli, sedangkan indikator didasarkan pada aspek-aspek tersebut. Kisi-kisi tes kemampuan berpikir kreatif matematis dapat dilihat pada Lampiran A.10.

2) Penyusunan soal tes kemampuan berpikir kreatif

Kisi-kisi yang telah dibuat digunakan sebagai acuan untuk menyusun soal tes kemampuan berpikir kreatif. Dalam menyusun soal digunakan beberapa referensi sebagai acuan agar soal sesuai dengan materi dan indikator yang sudah dibuat. Soal terdiri dari 4 soal uraian dengan rincian tiap aspek dapat dinilai dengan lebih dari satu soal dan tiap soal minimal menilai satu aspek. Selain itu, disusun juga kunci jawaban soal dan kriteria penskorannya. Soal tes kemampuan berpikir kreatif, kunci jawaban soal tes kemampuan berpikir kreatif dan kriteria penskoran

(13)

100

tes kemampuan berpikir kreatif dapat dan dilihat pada Lampiran A.11, A.12 dan A.13.

e. Angket kemandirian belajar 1) Penyusunan kisi-kisi

Penyusunan kisi-kisi angket kemandirian belajar berfungsi sebagai acuan dalam pembuatan pernyataan-pernyatan yang ada pada angket kemandirian belajar.

Kisi-kisi angket kemandirian belajar berisi indikator yang merupakan pengembangan dari tiap aspek yang sudah ditentukan. Butir angket terdiri dari pernyataan negatif dan positif, serta jumlah pernyataan pada tiap aspek. Kisi-kisi angket kemandirian belajar dapat dilihat pada Lampiran A.7.

2) Penyusunan pernyataan angket kemandirian belajar

Kisi-kisi yang telah dibuat kemudian digunakan sebagai acuan dalam penyusunan pernyataan pada angket kemandirian belajar. Pernyataan terdiri dari 13 butir pernyataan positif dan 13 butir pernyataan negatif. Skala yang digunakan adalah skala 5 (skala likert) yaitu Selalu (SL), Sering (SR), Kadang-Kadang (KK), Jarang (J), Tidak Pernah (TP). Angket kemanidrian belajar secara rinci dapat dilihat pada Lampiran A.8.

3. Tahap Pengembangan (Development)

Setelah pembuatan rancangan kemudian tahap selanjutnya adalah pengembangan. Tahap ini meliputi pengembangan perangkat pembelajaran, validasi dan revisi. Hasil dari tahap pengembangan yaitu.

(14)

101

a. Pengembangan rancangan perangkat pembelajaran 1) Pengembangan RPP

RPP dikembangkan dengan mengacu pada Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 dan sesuai dengan rancangan pada tahap perancangan/ desain. Berikut adalah hasil pengembangan RPP.

a) Kolom identitas dan alokasi waktu Identitas RPP terdiri atas nama sekolah, mata pelajaran, kelas/semester, alokasi waktu, nama guru dan peneliti. Berikut adalah tampilan kolom identitas RPP.

Gambar 2. Contoh Tampilan Identitas RPP b) Kompetensi inti dan kompetensi dasar yang digunakan.

Kompetensi inti dan kompetensi dasar ditentukan berdasarkan standar isi 2016. Kompetensi inti dan kompetensi dasar untuk materi segiempat dapat dilihat pada Tabel 7.

(15)

102 c) Indikator dan tujuan pembelajaran

Indikator dan tujuan pembelajaran diperoleh dari kompetensi dasar.

Kompetensi dasar tersebut dijabarkan dalam bentuk indikator pencapaian kompetensi. Kompetensi dasar dan indikator dapat dilihat pada Tabel 19. Selain merumuskan indikator, dirumuskan pula tujuan pembelajaran yang akan dicapai tiap pertemuan.

d) Materi pembelajaran

Berdasarkan kompetensi inti, kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi yang telah dirumuskan, dirancang enam RPP untuk tujuh pertemuan.

Materi pembelajaran untuk masing-masing pertemuan ditentukan berdasarkan indikator dan tujuan pembelajaran serta disesuaikan dengan alokasi waktu yang tersedia. Berikut adalah perancangan RPP berdasarkan alokasi waktu dan indikator:

(1) RPP 1 membahas tentang sifat-sifat segiempat; (2) RPP 2 membahas tentang pengertian dan masalah yang terkait dari sifat-sifat segiempat; (3) RPP 3 membahas tentang keliling segiempat (persegi, persegi panjang, belah ketupat, jajar genjang);

(4) RPP 4 membahas tentang keliling segiempat keliling segiempat (trapesium dan layang-layang); (5) RPP 5 membahas tentang luas segiempat; (6) RPP 6 membahas tentang luas gabungan bangun-bangun segiempat.

e) Pendekatan dan metode pembelajaran

Pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah pedekatan saintifik dan metode pembelajaran Problem Based Learning.

(16)

103 f) Kegiatan pembelajaran

Kegiatan pembelajaran dibagi menjadi tiga tahap yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Kegiatan pendahuluan terdiri dari menyiapkan peserta didik secara fisik dan psikis, menyampaikan tujuan pembelajaran, apersepsi dan motivasi. Kegiatan inti terdiri dari langkah pembelajaran berbasis Problem Based Learning. Langkah pembelajarannya yaitu:

(1) memberikan orientasi tentang permasalahnnya kepada siswa, (2) mengorganisasikan siswa untuk meneliti, (3) membantu investigasi mandiri ataupun kelompok, (4) mengembangkan dan mempresentasikan artefak dan exhibit, (5) membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah.

Kegiatan penutup terdiri dari membuat kesimpulan, merefleksikan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan, dan menutup kegiatan pembelajaran dengan berdo’a.

g) Penilaian

Penilaian yang dipakai dalam RPP yang dikembangkan adalah tes dalam bentuk uraian.

2) Pengembangan LKS

Hasil pengembangan LKS yaitu.

a. Sampul

Sampul LKS terdiri dari judul LKS, gambar/ilustrasi, sasaran LKS, nama penulis, dan identitas pemilik LKS. Desain atau tampilan sampul LKS ditunjukan pada Gambar 3 berikut.

(17)

104

Gambar 3. Tampilan Sampul LKS Depan dan Belakang b. Halaman judul

Halaman judul berisi tentang informasi LKS, yaitu nama penulis LKS, nama pembimbing, nama penyunting, nama desainer cover, email penulis dan software yang digunakan untuk membuat LKS. Halaman judul ditunjukan pada Gambar 4 berikut.

Gambar 4. Tampilan Halaman Judul LKS

(18)

105 c. Halaman Pengantar

Halaman pengantar terdiri dari subjudul LKS, topik yang akan dibahas, kompetensi dasar, tujuan pembelajaran, dan gambar ilustrasi terkait segiempat dalam kehidupan sehari-hari. Tampilan halaman pengantar terlihat sebagai berikut.

Gambar 5. Tampilan Halaman Pengantar LKS d. Info unik

Info unik terdiri dari informasi unik dalam kehidupan sehari-hari yang terkait dengan segiempat. Info unik digunakan untuk motivasi dalam pembelajaran.

Tampilan info unik terlihat sebagai berikut.

(19)

106

Gambar 6. Tampilan Info Unik Dalam LKS e. Permasalahan pada LKS

Permasalahan pada LKS berupa masalah awal yang diberikan kepada siswa untuk menggali konsep yang akan dielajari. Berikut adalah tampilan permasalahan pada LKS.

(20)

107

Gambar 7. Contoh Tampilan Permasalahan Awal f. Uji pemahaman

Uji pemahaman merupakan fitur yang digunakan untuk melatih pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. Berisi latihan soal yang digunakan untuk mengevaluasi pemahaman siswa.

Gambar 8. Contoh Tampilan Uji Pemahaman

(21)

108 g. Proyek mandiri

Proyek mandiri merupakan salah satu fitur pada LKS untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa ataupun kemampuan. Berisi tugas yang harus dikerjakan secara mandiri. Tampilan proyek mandiri ditunjukan pada Gambar 9 berikut.

Gambar 9. Contoh Tampilan Proyek Mandiri h. Proyek kelompok

Proyek kelompok merupakan salah satu fitur pada LKS untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa ataupun kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.

Berisi tugas yang harus dikerjakan secara berkelompok. Untuk pembahasan Tampilan proyek kelompok ditunjukan pada Gambar 10 berikut.

Gambar 10. Contoh Tampilan Proyek Kelompok

(22)

109 b. Validasi

Perangkat pembelajaran, angket kemandirian belajar, tes berpikir kreatif matematis dan angket respons yang sudah dikembangkan kemudian dikonsultasikan ke dosen pembimbing, untuk memperoleh saran dan masukan.

Setelah disetujui oleh dosen pembimbing, kemudian dilakukan validasi kepada tiga dosen. Validasi dilakukan oleh validator dengan mengisi lembar penilaian yang telah disediakan. Validasi dilakukan untuk mengoreksi kesalahan yang ada pada perangkat pembelajaran, angket kemandirian belajar, tes berpikir kreatif matematis dan angket respons. Selain itu, fungsi validasi yaitu mengetahui kualitas perangkat pembelajaran. Lembar yang digunakan untuk memvalidasi angket kemandirian belajar, tes berpikir kreatif matematis, angket respons siswa, dan angket respons guru dapat dilihat pada Lampiran A.9, A.14, A,17, dan A.20. Hasil validasi tes berpikir kreatif matematis, angket kemandirian belajar, angket respons guru dan angket respons siswa dapat dilihat pada Lampiran B.7, B.8, B.9 dan B10. Surat keterangan validasi dapat dilihat pada Lampiran C.2.

c. Revisi produk tahap 1

Setelah melakukan validasi ada beberapa revisi terhadap perangkat pembelajaran, angket kemandirian belajar, tes berpikir kreatif matematis, dan angket respons. Secara lengkap, revisi produk tahap 1 dapat dilihat pada bagian revisi produk.

4. Tahap Implementasi (Implementation)

Setelah perangkat pembelajaran direvisi dan dinyatakan layak diuji cobakan oleh validator, maka tahap selanjutnya adalah implemantasi dalam proses

(23)

110

pembelajaran. Implementasi dimaksudkan adalah melakukan uji coba menggunakan perangkat pembelajaran didalam proses pembelajaran. Uji coba dilakukan pada tanggal 3 April 2017 sampai dengan 24 Mei 2017 di SMP Negeri 1 Imogiri dengan subjek penelitian siswa kelas VII G yang berjumlah 29 siswa.

Jadwal pelaksanaan uji coba dapat dilihat pada Tabel 24 berikut.

Tabel 24. Jadwal Pelaksanaan Uji Coba Produk Pertemuan Jam

ke-

Tanggal

Pelaksanaan Materi

1 5 Senin, 3 April 2017

Angket awal kemandirian belajar, sifat-sifat segiempat

2 3-4 Selasa, 4 April 2017

Keliling segiempat (persegi, persegi panjang, belah ketupat, jajar genjang)

3 6-7 Rabu, 5 April 2017

Keliling segiempat keliling segiempat (trapesium dan layang-layang)

4 6 Senin, 10 April 2017

Luas segiempat 5 6-7 Rabu, 12 April

2017

Luas gabungan bangun- bangun segiempat.

6 3-4 Selasa, 16 Mei 2017

Angket akhir kemandirian belajar, tes kemampuan berpikir kreatif matematis

7 6-7 Rabu, 24 Mei 2017

Angket akhir kemandirian belajar, tes kemampuan berpikir kreatif matematis (tes susulan untuk 1 siswa yang belum melakukan tes) Pada tahap ini, peneliti mengujicobakan RPP dan LKS yang sudah dibuat.

Namun ada 1 RPP yang tidak berhasil diujicobakan, dikarenakan waktu yang diberikan untuk pembelajaran matematika pada materi segiempat 2 minggu (seharusnya 6 kali pertemuan), namun ternyata hari Selasa, 11 April 2017 siswa kelas VII libur dikarenakan untuk try out provinsi siswa kelas 1X sehingga RPP 2

(24)

111

tidak di ajarkan dan aktivitas yang ada di LKS terkait RPP 2 dijadikan tugas pada pertemuan pertama. Sebelum melakukan uji coba, peneliti melakukakan diskusi dan penjelasan terlebih dahulu dengan guru matematika sebagai pengguna. Adapun hal yang dibahas adalah penggunaan RPP dimana RPP yang digunakan adalah RPP berbasis Problem Based Learning, sehingga langkah pembelajaran berbeda dengan RPP yang biasa digunakan oleh guru. LKS yang digunakan adalah LKS berbasis Problem Based Learning sehingga materi pembelajaran diawali dengan masalah.

Proses pembelajaran pada kelas VII G dilakukan dengan mengacu pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang telah dibuat dan disesuaikan dengan pendekatan pembelajaran yang digunakan. Penelitian diawali dengan pemberian angket untuk mengukur tingkat kemandirian belajar awal. Selanjutnya, diakhir penelitian siswa diberikan soal tes kemampuan berpikir kreatif matematis yang terdiri dari 4 soal uraian dan angket akhir kemandirian belajar. Selama proses pembelajaran berlangsung dilakukan observasi oleh dua orang observer yaitu peneliti dan satu mahasiswa. Lembar observasi bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan proses pembelajaran menggunakan pendekatan pembelajaran yang sudah dirancang sebelumnya atau mengobservasi kegiatan atau aktivitas selama pembelajaran.

Kegiatan pembelajaran yang dilakukan adalah sebagai berikut.

Pembelajaran diawali dengan kegiatan pendahuluan, yaitu pembukaan. Pembukaan pembelajaran dengan mengucapkan salam, berdoa, serta mengecek kehadiran dan kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Setelah itu, guru membagikan LKS segiempat dengan saintifik berbasis Problem Based Learning. Setelah itu, guru

(25)

112

memberikan apersepsi dengan mengingat kembali materi yang berkaitan dengan materi yang diajarkan. Berikut adalah gambar contoh suasana saat guru memberikan apersepsi.

Gambar 11. Contoh Suasana Saat Apersepsi

Kegiatan pendahuluan dilanjutkan dengan motivasi. Kegiatan motivasi ini berupa pemberian motivasi oleh guru dengan memberikan gambaran manfaat dari mempelajari materi segiempat dan aplikasi materi tersebut dalam kehidupan siswa.

Motivasi yang akan disampaikan telah tersedia pada LKS bagian info unik serta pada powerpoint. Motivasi ini diharapkan agar siswa merasa tertarik untuk mempelajari materi segiempat dan akan lebih giat dalam belajar. Setelah kegiatan pendahuluan selesai, dilanjutkan dengan kegiatan inti. Kegiatan inti berupa langkah pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik berbasis Problem Based Learning. Berikut adalah penjelasan dari tiap langkah pembelajaran.

a. Memberikan orientasi tentang permasalahnnya kepada siswa

Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok, dalam 1 kelompok terdiri dari 3-4 orang. Pembagian kelompok berdasarkan tempat duduk terdekat dan guru juga memastikan bahwa di setiap kelompok ada siswa yang aktif. Selanjutnya

(26)

113

setelah siswa duduk berkumpul bersama kelompoknya, siswa diminta untuk mengamati masalah yang ada pada LKS. Hal ini dilakukan dengan membaca dan memahami masalah yang ada pada LKS. Dengan memberikan permasalahan diawal pembelajaran, tanpa mempelajari materi terlebih dahulu serta tidak diberikan contoh soal dan penyelesaiannya dimaksudkan supaya siswa berusaha menemukan konsep materi dan solusi permasalahan dengan cara mereka sendiri, sehingga diharapkan mampu mengembangkan kemampuan berpikir kreatif matematis dan kemandirian belajar siswa. Berikut adalah gambar siswa sedang mengamati masalah.

Gambar 13. Siswa Mengamati Masalah pada LKS

(27)

114 b. Mengorganisasikan siswa untuk meneliti

Setelah siswa mengamati masalah, kemudian siswa diminta mencari tahu apa yang diketahui. Selanjutnya, guru mengarahkan siswa untuk berdiskusi dan bertukar pendapat agar mampu menyelesaikan masalah dengan cepat dan tepat.

Guru juga memberi tahu bahwa walaupun dikerjakan secara berkelompok atau ada pembagian tugas namun setiap siswa tetap mengerjakan secara lengkap aktivitas pada LKS masing-masing dan setiap siswa harus paham apa yang di diskusikan/

dikerjakan oleh kelompoknya. Berikut adalah gambar saat guru mengorganisasikan siswa untuk meneliti.

Gambar 12. Suasana Saat Guru Mengorganisasikan Siswa untuk Meneliti c. Membantu investigasi mandiri ataupun kelompok

(28)

115

Pada kegiatan ini, siswa secara mandiri mencoba menyelesaikan permasalahan awal yang ada pada LKS terlebih dahulu tanpa bantuan dari temannya dibantu dengan cara menjawab aktivitas yang ada pada LKS. Setelah menemukan solusi dari permasalahannya kemudian mendiskusikannya bersama dengan teman sekelompoknya dan menyimpulkan hasil penyelesaian masalah.

Dalam kegiatan ini, diharapkan setiap siswa dapat ikut berperan aktif dalam kelompoknya dan saling memberikan tambahan atau pendapat untuk solusi dari permasalahan yang akan diselesaikan. Selain itu ada juga uji pemahaman yang harus diselesaikan siswa secara individu ataupun kelompok. Suasana saat diskusi berlangsung dapat dilihat pada gambar 13 di bawah ini.

Gambar 13. Siswa Mencoba Menyelesaikan Masalah

(29)

116

Di sisi lain guru juga mengawasi jalannya diskusi yang dilakukan oleh tiap kelompok. Jika ada kelompok yang belum mengerti dan menemukan solusinya maka guru memberikan bantuan secukupnya seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 14. Guru Mengawasi Diskusi

Gambar 15. Guru Memberikan Bantuan

(30)

117

d. Mengembangkan dan mempresentasikan artefak dan exhibit

Setelah semua kelompok berhasil menemukan penyelesaian masalahnya maka pembelajaran dilanjutkan dengan presentasi. Kegiatan ini dilakukan dengan menuliskan jawaban dari permasalahan yang ada pada papan tulis dan juga memberikan penjelasan secara lisan kepada siswa yang lain. Presentasi ini tidak dilakukan oleh semua kelompok melainkan hanya beberapa saja. Penentuan kelompok yang akan maju dilakukan dengan sukarela tanpa paksaan dari guru.

Tujuannya agar siswa bisa secara mandiri mempunyai inisiatif untuk maju ke depan kelas mempresentasikan hasil pekerjaan kelompoknya. Suasana saat siswa mengomunikasikan/ menyajikan solusi dapat dilihat pada gambar 16 di bawah ini.

Gambar 16. Siswa Mempresentasikan Hasil Penyelesaian Masalah dan Mengomunikasikan

e. Menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah

Pada kegiatan ini, siswa bersama dengan guru membahas hasil penyelesaian masalah dari kelompok yang sudah maju mempresentasikannya. Sebelum guru mengklarifikasi kebenaran dari hasil penyelesaian masalah kelompok yang maju,

(31)

118

guru mempersilakan siswa yang lain untuk memberikan tanggapan, pertanyaan, kritik, atau saran kepada temannya yang presentasi, bisa terkait dengan hasil penyelesaiannya, memaparkan cara atau jawaban yang berbeda, atau yang lainnya.

Tujuan dari pemaparan cara atau jawaban yang berbeda untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif matematis dikarenakan siswa akan mengetahui ada jawaban-jawaban atau cara-cara lain yang dapat digunakan sebagai solusi permasalahan tersebut. Jika sudah tidak ada siswa yang ingin menyampaikan pendapat mereka maka guru melakukan klarifikasi terhadap kebenaran dari hasil penyelesaian masalah yang sudah dipresentasikan dan memperkuat konsep yang dipelajari, dapat dilihat pada Gambar 17 berikut ini.

Gambar 17. Guru Membahas dan Mengevaluasi Hasil Presentasi Siswa Diakhir pembelajaran, guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan mengenai materi yang dipelajari hari itu dan merefleksikan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan dengan cara menjawab secara lisan pertanyaan dari guru atau memberikan kuis untuk mengecek pemahaman siswa tentang materi yang sudah

(32)

119

dipelajari. Dari 5 kali pertemuan guru tidak berhasil memberikan kuis. Dilanjutkan dengan pemberian tugas individu/ kelompok. Pemberian tugas ini juga dilakukan untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif matematis dan kemandirian belajar siswa terkait dengan aspek bertanggung jawab, tidak bergantung pada orang lain serta aspek mempunyai inisiatif. Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan salam dan berdoa. Selain itu, agar siswa tahu apakah proyek mandiri dan proyek kelompok yang telah mereka kerjakan benar atau tidak maka diakhir pembelajaran siswa diberi kesempatan memfotocopy LKS yang sudah ada kunci jawabannya dikarenakan tidak ada waktu untuk membahas tugas ketika pembelajaran berlangsung.

Selama proses uji coba berlangsung ada beberapa catatan yang didapat.

Berikut ini merupakan catatan selama proses uji coba perangkat pembelajaran berlangsung.

a. Pertemuan ke 1

Dilaksananakan pada hari Senin tanggal 3 April 2017, siswa diberikan LKS segiempat berbasis Problem Based Learning. Tiap anak menerima 1 buah LKS.

Pertemuan ini mempelajari tentang sifat-sifat segiempat. Semua materi tersebut terkandung dalam kasus 1 pada LKS 1. Pembelajaran berlangsung dengan baik dan tertib. Hanya saja ada siswa yang malas menulis sehingga dalam mengisi Tabel pengelompokan bangun segiempat sesuai dengan sifat yang dimilikinya pada kasus 1 nama bangun disingkat dan siswa belum sempat menulis pada Tabel kesimpulan sifat-sifat dari segiempat karena keterbatasan waktu yang tersedia yaitu 1 jam pelajaran dan waktu masih dipotong untuk upacara. Sehingga guru berinisiatif

(33)

120

untuk kekurangan pengisian Tabel dijadikan sebagai PR. Sementara untuk proyek mandiri 1 dan uji pemahaman 1 tidak dijadikan tugas namun akan dibahas guru ketika les sore. Sebelum pembelajaran ditutup guru menugaskan siswa untuk mengerjakan kasus 2 dan uji pemahaman 2 yang ada pada LKS dikumpulkan pada pertemuan berikutnya. Seharusnya kasus 2 dan uji pemahaman 1 digunakan sebagai aktivitas ketika pertemuan kedua tanggal 4 April 2017, namun karena tanggal 11 April 2017 ada try out provinsi untuk kelas IX sehingga menyebabkan siswa kelas VII libur. Oleh karena itu, materi LKS dan RPP 2 yang seharusnya dilaksanakan pada pertemuan kedua menjadi tidak dilaksanakan.

(34)

121 b. Pertemuan ke 2

Dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 4 April 2017. Pada pertemuan ini materi yang dibahas adalah materi pada LKS 2 yaitu keliling segiempat (persegi, persegi panjang, belah ketupat, jajar genjang). Sebelum masuk pada materi, guru meminta siswa mengumpulkan tugas yang diberikan pada pertemuan sebelumnya.

Pembelajaran dilakukan dengan diskusi antar siswa dan dalam pertemuan ini ada 4 kasus yang harus diselesaikan. Dikarenakan kebanyakan siswa kesulitan ketika ada soal cerita, guru memberikan pancingan agar siswa dapat memahami maksud permasalahan pada tiap kasus. Selain itu, karena ada 4 kasus guru dibantu observer memberikan bantuan kepada kelompok-kelompok yang kesulitan. Apalagi ketika menyelesaikan kasus 6, banyak siswa yang bingung dalam memahami masalah tersebut (dalam hal ukuran kawat), sehingga guru memberikan bantuan yaitu guru membuat alat peraga sederhana dengan 2 lembar kertas hvs yang dilipat untuk mengilustrasikan suatu pagar yang dibuat dari lembaran kawat harmonika galvanis.

Pada akhir pertemuan guru memberikan tugas berupa proyek kelompok 1.

c. Pertemuan ke 3

Dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 5 April 2017, materi yang dipelajari adalah materi pada LKS 2 yaitu keliling segiempat keliling segiempat (trapesium siku-siku dan layang-layang). Siswa diberikan satu permasalahan yaitu mencari keliling trapesium siku-siku dan layang-layang, namun sebelum mencari keliling, siswa diminta untuk membentuk 2 trapesium dan 2 layang-layang dari tusuk gigi yang disediakan. Siswa secara berkelompok memasang-masangkan lidi dan membentuk bangun tersebut diatas hvs dan setelah itu ditempel. Dikarenakan siswa

(35)

122

membuat trapesium siku-siku namun sudutnya tidak siku-siku dan lidi yang disediakan sengaja dibatasi sehingga menyebabkan beberapa siswa membentuk trapesium siku-siku dan layang-layang yang tidak sesuai dengan teorinya.

Gambar 18. Contoh Trapesium Dari Lidi yang Dibuat oleh Siswa d. Pertemuan ke 4

Dilaksanakan pada hari Senin tanggal 10 April 2017, materi yang dipelajari adalah materi pada LKS 3 yaitu luas segiempat. Permasalahan dalam pembelajaran ini adalah menemukan rumus luas bangun-bangun segiempat dengan bantuan alat peraga berupa triagram yang terbuat dari kertas berpetak. Pembelajaran berlangsung dengan lancar, namun beberapa siswa bukannya menemukan rumus luas bangun-bangun segiempat tetapi mereka malah menghitung luas triagram dari bangun-bangun segiempat. Selain itu, ada 3 siswa yang duduk di belakang ketika pembelajaran mereka membuka laptop untuk browsing dan youtobe. Pada akhir pertemuan guru memberikan tugas berupa proyek kelompok 3.

(36)

123 e. Pertemuan ke 5

Dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 12 April 2017, materi yang dipelajari adalah lanjutan materi pada LKS 3 yaitu luas segiempat. Pembelajaran berjalan dengan baik dan lancar. Saat mempresentasikan hasil penyelesaian masalah dan mengevaluasi proses mengatasi masalah, banyak siswa yang maju ke depan kelas untuk menyampaikan pendapatnya karena adanya banyak perbedaan jawaban.

Namun ada juga dua siswa yang melakukan diskusi dan evaluasi sambil bermain laptop. Pada akhir petemuan, diberikan tugas untuk mengerjakan latihan mandiri 3.

f. Pertemuan ke 6

Pada tanggal 16 Mei 2017 diadakan tes kemampuan berpikir kreatif matematis. Tes ini digunakan untuk mengukur keefektifan perangkat pembelajaran ditinjau dari kemampuan berpikir kreatif. Dihadiri oleh seluruh 28 dari 29 siswa kelas VIIG, dikarenakan 1 siswa sakit. Selama tes berjalan dengan tertib dan baik.

Berikut adalah suasana saat tes kemampuan berpikir kreatif matematis berlangsung.

Gambar 19. Suasana Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

(37)

124 g. Pertemuan ke 7

Pada tanggal 24 Mei 2017 diadakan tes susulan kemampuan berpikir kreatif matematis untuk 1 siswa yang tidak bisa mengikuti tes pada tanggal 16 Mei 2017.

Tes dilakukan di perpustakaan SMP Negeri 1 Imogiri dan berjalan dengan tertib dan baik. Berikut adalah suasana saat tes susulan kemampuan berpikir kreatif matematis berlangsung.

Gambar 20. Seorang Siswa Sedang Tes Susulan Kemampuan Berpikir Kreatif 5. Tahap Evaluasi (Evaluation)

Pada tahap ini dilakukan analisis kualitas perangkat pembelajaran yang meliputi aspek kevalidan, aspek kepraktisan dan aspek keefektifan. Berikut adalah hasil analisis dari ketiga aspek tersebut.

a. Analisis kevalidan

Kevalidan perangkat pembelajaran ditinjau dari hasil lembar penilaian perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS. Hasil penilaian dari validator diperoleh rata-rata skor pada terhadap perangkat pembelajaran berupa RPP adalah 4,41. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka RPP yang dikembangkan telah

(38)

125

valid, dengan kategori sangat baik. LKS yang dikembangkan telah valid untuk digunakan, yakni dengan rata-rata skor 4,33 dengan kategori sangat baik.

b. Analisis kepraktisan

Berdasarkan data hasil angket respons siswa, diperoleh rata-rata skor 4,24.

Sementara hasil angket respons guru menunjukan rata-rata skor 4,42. Berdasarkan pedoman klasifikasi penilaian perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan masuk dalam kategori sangat baik. Sedangkan hasil observasi keterlaksananaan pembelajaran selama proses pembelajaran menggunakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan menunjukan persentase rata-rata 95%. Berdasarkan klasifikasi keterlaksanaan pembelajaran yang telah dikembangkan, pelaksanaan pembelajaran menggunakan perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan memenuhi kriteria sangat baik. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran dinyatakan praktis.Selain itu, saran yang diberikan guru digunakan sebagai bahan pertimbangan revisi tahap 2. Secara lengkap, revisi produk tahap 2 dapat dilihat pada bagian revisi produk.

c. Analisis keefektifan

Keefektifan perangkat pembelajaran ditinjau dari hasil tes berpikir kreatif matematis dan angket kemandirian belajar. Berdasarkan data uji menggunakan IBM SPSS Statistics 21 diperoleh kesimpulan bahwa perangkat pembelajaran berbasis Problem Based Learning tidak efektif ditinjau dari kemampuan berpikir kreatif matematis dan pengembangan perangkat pembelajaran berbasis Problem Based Learning efektif ditinjau dari kemandirian belajar siswa.

(39)

126 B. Hasil Uji Coba Produk

1. Validasi Ahli

Tahap ini dilakukan sebelum dilaksanakan uji coba lapangan yaitu dengan cara menyerahkan produk pengembangan kepada dosen ahli untuk di koreksi dan diberi skor berkaitan dengan kevalidan produk pengembangan. Validator yang menilai adalah tiga dosen prodi pendidikan matematika UNY, yaitu bapak Dr. Ali Mahmudi, M.Pd., ibu Endang Listiyani, M.S. dan ibu Dr. Heri Retnawati, M.Pd.

Berikut ini merupakan hasil penilaian terhadap masing-masing perangkat pembelajaran ditinjau dari aspek kevalidan.

1) Kevalidan RPP

Penilaian kevalidan RPP oleh tiga validator, hasil penilaian secara rinci dapat dilihat pada Lampiran B.1, B.2 dan B.3. Tabulasi hasil penilaian RPP dapat dilihat pada Lampiran B.17. Secara singkat, hasil penilaian RPP dapat dilihat dart Tabel 25 berikut ini.

Tabel 25. Hasil Penilaian RPP Aspek Penilaian Skor

Maksimal

Rata-rata

skor Klasifikasi Identitas Mata Pelajaran 5,00 4,56 Sangat baik Rumusan Indikator

Kompetensi Dasar dan Tujuan Pembelajaran

5,00 4,78 Sangat baik

Pemilihan Materi 5,00 4,33 Sangat baik

Model Pembelajaran 5,00 4,33 Sangat baik

Pemilihan Sumber belajar /

Media Pembelajaran 5,00 4,22 Sangat baik Kegiatan Pembelajaran 5,00 4,30 Sangat baik Penilaian Hasil Belajar 5,00 4,22 Sangat baik

Kebahasaan 5,00 4,50 Sangat baik

Kesimpulan 4,41 Sangat baik

(40)

127

Penilaian oleh validator terhadap RPP yang dikembangkan menunjukan rata-rata skor 4,41. Berdasarkan pedoman klasifikasi penilaian, perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan masuk dalam kategori sangat baik. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa RPP dinyatakan valid dengan derajat kevalidan yang sangat baik dan layak digunakan dalam proses pembelajaran.

2) Kevalidan LKS

Penilaian kevalidan LKS oleh tiga validator, hasil penilaian secara rinci dapat dilihat pada Lampiran B.4, B.5 dan B.6. Penilaian LKS oleh validator ditinjau dari empat aspek, yaitu aspek kesesuaian materi/isi, syarat didaktik, syarat konstruksi, dan syarat teknis. Tabulasi hasil penilaian LKS dapat dilihat pada Lampiran B.18. Secara umum, hasil penilaian LKS dapat dilihat dalam Tabel 24 berikut ini.

Tabel 26. Hasil Penilaian LKS Aspek Penilaian Skor

Maksimal

Rata-

rata skor Klasifikasi Kelayakan materi/ isi 5,00 4,27 Sangat baik Kesesuaian dengan syarat

didaktis 5,00 4,33 Sangat baik

Kesesuaian dengan syarat

kontruksi 5,00 4,33 Sangat baik

Kesesuaian dengan syarat

teknis 5,00 4,37 Sangat baik

Kesimpulan 4,33 Sangat baik

Penilaian oleh validator terhadap LKS yang dikembangkan menunjukan rata-rata skor 4,33. Berdasarkan pedoman klasifikasi penilaian perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan masuk dalam kategori sangat baik. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa LKS dinyatakan valid dengan derajat kevalidan yang sangat baik dan layak digunakan dalam proses pembelajaran.

(41)

128 2. Uji Coba Lapangan

Uji coba lapangan dilakukan untuk memperoleh data kepraktisan dan keefektifan perangkat pembelajaran berbasis Problem Based Learning. Data kepraktisan perangkat pembelajaran berupa data angket respons siswa, data angket respons guru dan data hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran. Data keefektifan perangkat pembelajaran berbasis Problem Based Learning yaitu data tes berpikir kreatif matematis dan data angket kemandirian belajar.

a. Analisis kepraktisan

Penilaian kepraktisan perangkat pembelajaran berdasarkan angket respons siswa, angket respons guru, dan observasi keterlaksanaan pembelajaran. Berikut ini merupakan hasil yang diperoleh.

1) Angket Respons Siswa

Angket respons siswa digunakan untuk mengetahui respons siswa terhadap LKS yang telah digunakan. Angket tersebut diberikan setelah dilaksanakan pembelajaran menggunakan LKS berbasis Problem Based Learning. Siswa diberi angket respons yang ditinjau dari aspek kemudahan dan keterbantuan. Contoh hasil pengisian angket respons siswa dapat dilihat pada Lampiran B.12. Tabulasi data angket respons siswa dapat dilihat pada Lampiran B.20. Secara umum, hasil angket respons siswa ditunjukan pada Tabel 27 berikut.

Tabel 27. Hasil Penilaian Respons Siswa Aspek Penilaian Skor

Maksimal

Rata-rata

Skor Klasifikasi

Kemudahan 5,00 4,21 Sangat baik

Keterbantuan 5,00 4,31 Sangat baik

Kesimpulan 4,26 Sangat baik

(42)

129

Respons siswa sebagai pengguna LKS yang dikembangkan menunjukan rata-rata skor 4,26. Berdasarkan pedoman klasifikasi penilaian perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan masuk dalam kategori sangat baik. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa LKS dinyatakan praktis dengan derajat kepraktisan yang sangat baik.

2) Angket Respons Guru

Angket respons yang diberikan kepada guru selaku pengguna RPP dan LKS.

Angket tersebut diberikan setelah guru selesai menggunakan perangkat pembelajaran. Angket respons berisi pernyataan tentang kepraktisan RPP dan LKS secara keseluruhan. Hasil pengisian angket respons guru dapat dilihat pada Lampiran B.11. Sedangkan tabulasi hasil pengisian data pengisian angket respons guru dapat dilihat pada Lampiran B.19. Secara umum, hasil angket respons guru ditunjukan pada Tabel 28 berikut.

Tabel 28. Hasil Penilaian Respons Guru Aspek Penilaian Skor

Maksimal

Rata-rata

Skor Klasifikasi

RPP 5,00 4,4 Sangat baik

LKS 5,00 4,43 Sangat baik

Kesimpulan 4,42 Sangat baik

Respons guru sebagai pengguna perangkat pembelajaran yang dikembangkan menunjukan rata-rata skor 4,42. Berdasarkan pedoman klasifikasi penilaian perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan masuk dalam kategori sangat baik. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran dinyatakan praktis dengan derajat kepraktisan yang sangat baik

(43)

130 3) Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran

Observasi keterlaksanaan pembelajaran dilakukan untuk menilai kepraktisan RPP. Observer pada penelitaian ini adalah peneliti dan satu mahasiswa pendidikan matematika yang melakukan observasi terhadap pembelajaran menggunakan perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan. Hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran dapat dilihat pada Lampiran B.16. Tabulasi hasil keterlaksanaan pembelajaran dapat dilihat pada Lampiran B.24. Secara singkat, hasil keterlaksanaan pembelajaran dapat dilihat pada Tabel 29 berikut.

Tabel 29. Hasil Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Pertemuan

ke-

Observer 1

Observer 2

Persentase

rata-rata Klasifikasi

1 87,5% 87,5% 87,5% Baik

2 93,75% 93,75% 93,75% Sangat baik

3 100% 100% 100% Sangat baik

4 93,75% 93,75% 93,75% Sangat baik

5 100% 100% 100% Sangat baik

Kesimpulan 95% Sangat baik

Hasil observasi keterlaksananaan pembelajaran selama proses pembelajaran menggunakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan menunjukan persentase rata-rata 95%. Berdasarkan klasifikasi keterlaksanaan pembelajaran yang telah dikembangkan, pelaksanaan pembelajaran menggunakan perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan memenuhi kriteria sangat baik.

b. Analisis Keefektifan

Analisis keefektifan dilakukan untuk menentukan kualitas perangkat pembelajaran yang dikembangkan ditinjau dari kemampuan berpikir kreatif matematis dan kemandirian belajar. Berikut adalah uraian dari analisis keefektifan tersebut.

(44)

131

1) Analisis keefektifan ditinjau dari kemampuan bferpikir kreatif matematis Data diperoleh dari tes kemampuan berpikir kreatif matematis yang dilaksanakan pada akhir pembelajaran. Contoh hasil tes kemampuan berpikir kreatif matematis dapat dilihat pada Lampiran B.15. Perangkat pembelajaran dikatakan efektif ditinjau dari kemampuan berpikir kreatif matematis jika rata-rata nilai tes kemampuan berpikir kreatif matematis siswa lebih dari 70 dan banyaknya siswa yang mencapai nilai lebih dari 70, lebih dari 75%. Tabulasi hasil tes kemampuan berpikir kreatif matematis dapat dilihat pada Lampiran B.28.

Tabel 30. Data Statistik Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

No Keterangan Hasil

1 Banyak siswa 29

2 Rata-rata nilai 78,83

3 Standar deviasi 12,43637

4 Nilai tertinggi 94,61

5 Nilai terendah 53,15

6 Nilai maksimal yang mungkin 100

7 Nilai minimal yang mungkin 0

Dari Tabel 30 terlihat bahwa rata-rata nilai tes kemampuan berpikir kreatif matematis sudah lebih dari 70. Tingkat kemampuan berpikir kreatif matematis dipengaruhi oleh beberapa aspek. Persentase hasil nilai dari masing-masing aspek berpikir kreatif matematis pada siswa disajikan pada Tabel 31 berikut.

Tabel 31. Persentase Hasil Nilai dari Setiap Aspek Berpikir Kreatif Matematis

No Aspek Persentase (%)

1 Kelancaran 83,10

2 Kebaruan 73,73

3 Keluwesan 79,66

Dari Tabel 31 terlihat bahwa kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dalam aspek kebaruan memiliki persentase yang paling kecil yaitu 73,73%. Secara lebih

(45)

132

rinci, daftar nilai tes yang dihitung pada masing-masing aspek kemampuan berpikir kreatif matematis tercantum pada Lampiran 28.

Perolehan nilai berpikir kreatif matematis yang dicapai oleh masing-masing siswa dikategorikan sesuai dengan nilai yang diperoleh. Berikut Tabel 32 menyajikan persentase siswa sesuai perolehan nilai berpikir kreatif matematis dalam berbagai kategori.

Tabel 32. Persentase Nilai Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Klasifikasi Persentase Banyak

siswa 85 < 𝑋 ≤ 100 (Sangat

Baik)

37,93% 11

70 < 𝑋 ≤ 85 (Baik) 37,93% 11

55 < 𝑋 ≤ 70 (Cukup) 17,24% 5

40 < 𝑋 ≤ 55 (Kurang) 6,90% 2

𝑋 ≤ 40 (Sangat Kurang) 0% 0

Jumlah 100% 29

Dengan memperhatikan Tabel 32 di atas, persentase nilai terbanyak pada kategori baik dan sangat baik sebesar 37,93%. Selain itu, dapat dilihat juga persentase perolehan siswa yang mencapai kategori minimal baik sebanyak 75,86%. Perolehan nilai kemampuan berpikir kreatif matematis dan kategori setiap siswa dapat dilihat pada Lampiran 28.

a. Pengujian normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data yang diuji berdistribusi normal atau tidak. Hasil uji normalitas kemampuan berpikir kreatif matematis menggunakan SPSS Statistics 21disajikan pada Tabel berikut.

(46)

133

Tabel 33. Hasil Uji Normalitas Data Tes Berpikir Kreatif Matematis One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Berpikir Kreatif Matematis

N 29

Normal Parametersa,b

Mean 78,8290

Std.

Deviation

12,43637 Most Extreme

Differences

Absolute ,139

Positive ,102

Negative -,139

Kolmogorov-Smirnov Z ,749

Asymp. Sig. (2-tailed) ,628

Dari Tabel 33 diatas, terlihat bahwa hasil kemampuan berpikir kreatif matematis memiliki nilai signifikansi 0,628. Hal ini menunjukan bahwa signifikansi > α, dengan 𝛼 = 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa data yang digunakan berasal dari populasi berdistribusi normal.

b. Pengujian hipotesis keefektifan ditinjau dari kemampuan berpikir kreatif matematis.

1) Uji 1

Uji 1 bertujuan untuk mengetahui untuk mengetahui rata-rata nilai tes kemampuan berpikir kreatif matematis apakah lebih dari 70. Hipotesis dari pengujian ini adalah sebagai berikut.

𝐻0 ∶ 𝜇 ≤ 70 Rata-rata nilai tes kemampuan berpikir kreatif matematis siswa tidak lebih dari 70

𝐻0 ∶ 𝜇 > 70 Rata-rata nilai tes kemampuan berpikir kreatif matematis siswa lebih dari 70

(47)

134

Uji 1 dalam penelitian ini menggunakan uji One Sample T-Test dengan bantuan program IBM SPSS Statistics 21. Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 34 berikut.

Tabel 34. Hasil Analisis Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis dengan One Sample T-Test

One-Sample Statistics

N Mean Std.

Deviation

Std. Error Mean Berpikir Kreatif

Matematis

29 78,8290 12,43637 2,30938 One-Sample Test

Test Value = 70 t Df Sig. (2-

tailed)

Mean Difference

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

Berpikir Kreatif Matematis

3,82 3

28 ,001 8,82897 4,0984 13,5595

Berdasarkan Tabel 34 di atas diperoleh

𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑖𝑔𝑛𝑖𝑓𝑖𝑘𝑎𝑛

2 = 0,001

2 = 0,0005 <∝= 0,05. Dengan demikian, H0 ditolak, sehingga H1 diterima. Artinya, Rata-rata nilai tes kemampuan berpikir kreatif matematis siswa lebih dari 70.

2) Uji 2

Uji 2 bertujuan untuk mengetahui banyaknya siswa yang mencapai nilai lebih dari 70, lebih dari 75%.

Hipotesis dari pengujian ini adalah sebagai berikut.

𝐻0 ∶ 𝑝 ≤ 75% Banyaknya siswa yang mencapai nilai lebih dari 70, kurang dari atau sama dengan 75%

𝐻1 ∶ 𝑝 > 75% Banyaknya siswa yang mencapai nilai lebih dari 70, lebih dari 75%

(48)

135

Uji 2 dalam penelitian ini menggunakan uji One Sample Binomial Test dengan program IBM SPSS Statistics 21. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel 35. Hasil Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis dengan One Sample Binomial Test

Berdasarkan Tabel 35 di atas diperoleh

𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑖𝑔𝑛𝑖𝑓𝑖𝑘𝑎𝑛 = 0,500 >∝= 0,05. Dengan demikian, H0 diterima. Artinya, Banyaknya siswa yang mencapai nilai lebih dari 70, kurang dari atau sama dengan 75%.

Berdasarkan uji 1 dan uji 2 maka dapat disimpulkan bahwa pengembangan perangkat pembelajaran berbasis Problem Based Learning tidak efektif ditinjau dari kemampuan berpikir kreatif matematis, dikarenakan salah satu kriteria tidak terpenuhi yaitu kriteria banyaknya siswa yang mencapai nilai lebih dari 70, lebih dari 75%.

2) Analisis keefektifan ditinjau dari kemandirian belajar

Data diperoleh dari angket kemandirian belajar. Perangkat pembelajaran dikatakan efektif ditinjau dari kemandirian belajar, jika rata-rata skor akhir kemandirian belajar lebih dari rata-rata skor awal kemandirian belajar dan rata-rata skor kemandirian belajar siswa minimal mencapai kategori baik, yaitu 88,38.

Contoh hasil pengisian angket kemandirian awal dan akhir belajar dapat dilihat pada Lampiran B.13 dan B.14. Hasil angket kemandirian awal dan akhir tiap aspek secara rinci dapat dilihat pada Lampiran B.21 dan B.22.

(49)

136

Tabel 36. Data Statistik Kemandirian Belajar Siswa

No Keterangan Angket Awal Angket Akhir

1 Banyak siswa 29 29

2 Rata-rata skor 89,97 102,45

3 Standar deviasi 7,780 8,029

4 Skor tertinggi 114 116

5 Skor terendah 77 89

6 Skor maksimal yang mungkin 130 130

7 Skor minimal yang mungkin 26 26

Dari Tabel 36 di atas terlihat bahwa skor kemandirian belajar siswa mengalami peningkatan. Demikian halnya dengan skor terkecil dan terbesar juga mengalami peningkatan. Standar deviasi skor angket akhir lebih besar daripada standar deviasi skor angket awal.

Peningkatan kemandirian belajar siswa juga dapat dilihat melalui persentase pada setiap aspek kemandirian belajar. Adapun hasil persentase setiap aspek dapat dilihat pada Tabel 37 di bawah ini.

Tabel 37. Persentase Kemandirian Siswa Tiap Aspek

Aspek Angket Awal Angket

Akhir Tidak bergantung kepada orang lain 70,57% 80,38%

Mempunyai inisiatif 65,02% 73,79%

Bertanggung jawab 74,83% 83,91%

Berdasarkan Tabel 37 diatas, diketahui bahwa persentase tiap aspek kemandirian belajar siswa mengalami peningkatan. Peningkatan terbesar dialami oleh aspek tidak bergantung pada orang lain yaitu sebesar 9,81%. Sedangkan peningkatan paling kecil terjadi pada aspek mempunyai inisiatif, yaitu sebesar 8,78%. Secara lebih rinci, daftar skor angket kemandirian belajar awal dan akhir yang dihitung pada masing-masing aspek kemandirian belajar tercantum pada Lampiran B.23.

(50)

137

Tabel 38. Klasifikasi Jumlah Skor Angket Kemandirian Belajar

Siswa

Angket Awal Angket Akhir Jumlah

Skor Klasifikasi Jumlah

Skor Klasifikasi

R1 95 Baik 104 Baik

R2 88 Cukup 110 Sangat Baik

R3 92 Baik 115 Sangat Baik

R4 79 Cukup 90 Baik

R5 88 Cukup 98 Baik

R6 80 Cukup 89 Baik

R7 82 Cukup 93 Baik

R8 99 Baik 111 Sangat Baik

R9 92 Baik 107 Baik

R10 89 Baik 101 Baik

R11 91 Baik 110 Sangat Baik

R12 83 Cukup 93 Baik

R13 97 Baik 106 Baik

R14 102 Baik 109 Baik

R15 89 Baik 95 Baik

R16 77 Cukup 89 Baik

R17 83 Cukup 98 Baik

R18 86 Cukup 100 Baik

R19 84 Cukup 98 Baik

R20 94 Baik 106 Baik

R21 99 Baik 109 Baik

R22 84 Cukup 95 Baik

R23 114 Sangat Baik 116 Sangat Baik

R24 96 Baik 101 Baik

R25 90 Baik 103 Baik

R26 87 Cukup 111 Sangat Baik

R27 89 Baik 112 Sangat Baik

R28 87 Cukup 94 Baik

R29 93 Baik 108 Baik

Rata-Rata Skor 89,97 Baik 102,45 Baik

Dari Tabel 38 di atas tampak bahwa rata-rata skor pada angket kemandirian mengalami peningkatan. Rata-rata skor angket awal termasuk dalam klasifikasi baik dan rata-rata skor akhir kemandirian belajar termasuk dalam klasifikasi baik.

Untuk mengetahui lebih lanjut, berikut Tabel klasifikasi kemandirian belajar.

(51)

138

Tabel 39. Persentase Skor Kemandirian Belajar

Klasifikasi

Persentase jumlah

skor angket Banyak siswa Awal Akhir Awal Akhir x̅ > 109,14 (Sangat Baik) 3,45% 24,14% 1 7 88,38 < x̅ ≤ 109,14 (Baik) 51,72% 75,86% 15 22 67,62 < 𝑥̅ ≤ 88,38 (Cukup) 44,83% 0% 13 0

Dengan memperhatikan Tabel 39 di atas, terlihat bahwa persentase siswa yang mencapai klasifikasi sangat baik meningkat sebesar 20,69%. Sedangkan siswa yang mencapai klasifikasi baik meningkat sebesar 24,14%. Hal ini berarti semua siswa sudah mencapai klasifikasi baik pada angket kemandirian belajar akhir.

a. Pengujian normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data yang diuji berdistribusi normal atau tidak. Untuk menguji normalitas dengan menggunakan menggunakan SPSS. Hasil uji normalitas data angket kemandirian belajar awal dan akhir disajikan pada Tabel 40 dan Tabel 41 berikut.

Tabel 40. Hasil Uji Normalitas Data Angket Kemandirian Belajar Awal One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Kemandirian Awal

N 29

Normal Parametersa,b

Mean 89,97

Std.

Deviation

7,780 Most Extreme

Differences

Absolute ,101

Positive ,101

Negative -,050

Kolmogorov-Smirnov Z ,544

Asymp. Sig. (2-tailed) ,928

(52)

139

Tabel 41. Hasil Uji Normalitas Data Angket Kemandirian Belajar Akhir One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Kemandirian Akhir

N 29

Normal Parametersa,b

Mean 102,45

Std.

Deviation

8,029

Most Extreme Differences

Absolute ,119

Positive ,099

Negative -,119

Kolmogorov-Smirnov Z ,642

Asymp. Sig. (2-tailed) ,805

Dari Tabel 40 dan Tabel 41 diatas terlihat bahwa rata-rata skor awal kemandirian belajar dan rata-rata skor akhir kemandirian belajar memiliki nilai signifikansi 0.928 dan 0,805. Hal ini menunjukan bahwa nilai signifikansi > 𝛼, dengan 𝛼 = 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa data yang digunakan berasal dari populasi berdistribusi normal.

b. Pengujian hipotesis keefektifan ditinjau dari kemandirian belajar 1) Uji 1

Uji 1 bertujuan untuk mengetahui adanya peningkatan rata-rata skor awal kemandirian belajar dan akhir. Hipotesis dari pengujian ini adalah sebagai berikut.

𝐻0 ∶ 𝜇𝑎𝑘≤ 𝜇𝑎𝑤 Rata-rata skor akhir kemandirian belajar tidak lebih besar daripada rata-rata skor awal kemandirian belajar

𝐻1 ∶ 𝜇𝑎𝑘 > 𝜇𝑎𝑤 Rata-rata skor akhir kemandirian belajar lebih besar daripada rata- rata skor awal kemandirian belajar

Uji 1 dalam penelitian ini menggunakan uji Paired SamplesT-Test dengan bantuan program IBM SPSS Statistics 21. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 42 berikut.

(53)

140

Tabel 42. Hasil Analisis Angket Kemandirian Belajar dengan Paired Samples T- Test

Paired Samples Test

Paired Differences t df Sig.

(2- tailed

) Mean Std.

Deviati on

Std.

Error Mean

95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper Pair

1

Kemandirian Akhir - Kemandirian Awal

12,48 3

5,481 1,018 10,398 14,568 12,2 64

28 ,000

Berdasarkan Tabel 42 di atas diperoleh

𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑖𝑔𝑛𝑖𝑓𝑖𝑘𝑎𝑛

2 = 0,000 <∝= 0,05. Dengan demikian, H0 ditolak, sehingga H1

diterima. Artinya, rata-rata skor akhir kemandirian belajar lebih besar daripada rata- rata skor awal kemandirian belajar.

2) Uji 2

Uji 2 bertujuan untuk mengetahui rata-rata skor akhir kemandirian belajar lebih atau tidak lebih dari 88,38. Hipotesis dari pengujian ini adalah sebagai berikut.

𝐻0 ∶ 𝜇 ≤ 88,38 Rata-rata skor akhir kemandirian belajar tidak lebih dari 88,38 𝐻1 ∶ 𝜇 > 88,38 Rata-rata skor akhir kemandirian belajar lebih dari 88,38

Uji 2 dalam penelitian ini menggunakan uji One Sample T-Test dengan program IBM SPSS Statistics 21. Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 43 dibawah ini.

Tabel 43. Hasil Analisis Kemandirian Belajar dengan One Sample T-Test One-Sample Statistics

N Mean Std.

Deviation

Std. Error Mean Kemandirian

Akhir

29 102,45 8,029 1,491

(54)

141

One-Sample Test Test Value = 88.38 t df Sig. (2-

tailed)

Mean Difference

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

Kemandirian Akhir

9,43 5

28 ,000 14,068 11,01 17,12

Berdasarkan Tabel 43 di atas diperoleh

𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑖𝑔𝑛𝑖𝑓𝑖𝑘𝑎𝑛

2 = 0,000 <∝= 0,05. Dengan demikian, H0 ditolak, sehingga H1

diterima. Artinya, rata-rata skor akhir kemandirian belajar lebih dari 88,38.

Berdasarkan uji 1 dan uji 2 maka dapat disimpulkan bahwa pengembangan perangkat pembelajaran berbasis Problem Based Learning efektif ditinjau dari kemandirian belajar.

C. Revisi Produk

1. Revisi Produk Setelah Validasi

Kegiatan revisi dilakukan agar perangkat pembelajaran dan instrumen yang telah dikembangkan layak diujicobakan setelah divalidasi oleh validator. Ada beberapa masukan dan saran dari validator terhadap perangkat pembelajaran dan instrumen yang dikembangkan. Berikut adalah masukan dan saran dari validator.

Berikut adalah beberapa revisi yang telah dilakukan.

a. Revisi RPP

1) Mengubah urutan kegiatan pembagian kelompok, awalnya pembagian kelompok dilakukan setelah kegiatan mengamati permasalahan, kemudian diubah menjadi sebelum kegiatan mengamati permasalahan.

2) Menambahkan komponen penilaian pada setiap RPP yang memiliki alokasi waktu 2 jam pertemuan.

Referensi

Dokumen terkait

Pekerjaan yang tidak sesuai prosedur, merusak konsitensi dan integritas data. Yang pada akhirnya

Tingkat harga yang melambung sampai 100% atau lebih dalam setahun (hiper inflasi), menyebabkan masyarakat lebih menyukai menyimpan kekayaannya dalam bentuk aset seperti emas,

 penyakit yang yang stabil stabil dan dan kondisi kondisi yang yang agak agak sedikit sedikit buruk. Sementa Sementa ra ra yang yang lain lain memiliki

Modul Bimbel Kami selalu disesuikan dengan Kurikulum yang ada di sekolah, sehingga kegiatan Bimbingan tidak sia-sia karena soal-soal yang kita sediakan hampir sama dengan

Sumber data adalah empat siswa kelas X MIPA 1 SMA Negeri 3 Palangka Raya tahun ajaran 2018/2019 yang dipilih sebagai subjek penelitian yaitu ; satu siswa berkemampuan rendah, dua

Pencahayaan merupakan salah satu unsur untuk mendapatkan suatu kenyamanan. Pencahayaan yang baik memungkinkan manusia untuk melihat objek sekitar secara jelas. Pada

Setelah membaca teks tentang “Membantu Sesama”, siswa mampu menyajikan gagasan utama dan gagasan pendukung setiap paragraf dari teks tulis dalam bentuk peta pikiran dengan

79% dari anggota online dating secara online setuju bahwa online dating adalah cara yang baik untuk bertemu orang-orang, dan 70% dari mereka setuju bahwa itu membantu orang