• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEANEKARAGAMAN DAN DISTRIBUSI IKAN DI PERAIRAN ESTUARI BELAWAN SUMATERA UTARA TESIS. Oleh JAMIATUN NUR SIMBOLON /BIO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KEANEKARAGAMAN DAN DISTRIBUSI IKAN DI PERAIRAN ESTUARI BELAWAN SUMATERA UTARA TESIS. Oleh JAMIATUN NUR SIMBOLON /BIO"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

KEANEKARAGAMAN DAN DISTRIBUSI IKAN DI PERAIRAN ESTUARI BELAWAN

SUMATERA UTARA

TESIS

Oleh

JAMIATUN NUR SIMBOLON 117030009/BIO

PROGRAM PASCASARJANA BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014

(2)

KEANEKARAGAMAN DAN DISTRIBUSI IKAN DI PERAIRAN ESTUARI BELAWAN

SUMATERA UTARA

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains dalam Program Studi Magister Ilmu Biologi

pada Program Pascasarjana Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara

Oleh

JAMIATUN NUR SIMBOLON 117030009/BIO

PROGRAM PASCASARJANA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

2014

(3)

PENGESAHAN TESIS

Judul Tesis : KEANEKARAGAMAN DAN DISTRIBUSI IKAN DI PERAIRAN ESTUARI BELAWAN SUMATERA UTARA

Nama Mahasiswa : JAMIATUN NUR SIMBOLON Nomor Induk Mahasiswa : 117030009

Program Studi : Magister Biologi

Fakultas :Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Menyetujui Komisi Pembimbing

Dr. Erni Jumilawaty, M.Si.

Ketua/Promotor Anggota/Co.Promotor Dr. Nursahara Pasaribu, M.Sc.

Ketua Program Studi, Dekan,

Prof. Dr. Syafruddin Ilyas, M.Biomed.

Dr. Sutarman, M.Sc.

Tanggal Lulus : 11 Pebruari 2014

(4)

PERNYATAAN ORISINALITAS

KEANEKARAGAMAN DAN DISTRIBUSI IKAN DI PERAIRAN ESTUARI BELAWAN

SUMATERA UTARA

TESIS

Dengan ini saya nyatakan bahwa saya mengakui semua karya tesis ini adalah hasil kerja saya sendiri kecuali kutipan dan ringkasan yang tiap satunya dijelaskan sumber dengan benar.

Medan, Pebruari 2014

JAMIATUN NUR SIMBOLON NIM : 117030009

(5)

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN

AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : JAMIATUN NUR SIMBOLON

NIM : 117030009

Program Studi : Magister Biologi Jenis Karya Ilmiah : Tesis

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non-Exclusive Royalty Free Right) atas Tesis saya yang berjudul :

KEANEKARAGAMAN DAN DISTRIBUSI IKAN DI ESTUARI ESTUARI BELAWAN SUMATERA UTARA

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non- Ekklusif ini, Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media, memformat, mengelola dalam bentuk data-base, merawat dan mempublikasikan Tesis saya tanpa izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis dan sebagai pemegang dan atau sebagai pemilik hak cipta.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya.

Medan, Pebruari 2014

JAMIATUN NUR SIMBOLON NIM : 117030009

(6)

Telah diuji pada

Tanggal 11 Pebruari 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Erni Jumilawaty, M.Si.

Anggota : 1. Dr. Nursahara Pasaribu, M.Sc.

2. Prof. Dr. Syafruddin Ilyas, M.Biomed.

3. Dr. Hesti Wahyuningsih, M.Si.

(7)

RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : JAMIATUN NUR SIMBOLON

Tempat dan Tanggal Lahir : Lubukpakam, 25 Mei 1970

Alamat Rumah : Jl. Tengku Imam Bonjol No. 17 Lubukpakam 20517

HP : 082360484843

E-mail : jnssman1lp@yahoo.co.id

Instansi Tempat Bekerja : SMA Negeri 1 Lubukpakam

Alamat Kantor : Jl. Dr. Wahidin No. 1 Lubukpakam 20511 Telepon/Faks. : 061-7952241 / 061-7952241

DATA PENDIDIKAN

SD : SD Negeri 101899 Lubukpakam Tamat : 1983 SMP : SMP Negeri 1 Lubukpakam Tamat : 1986 SMA : SMA Nusantara Lubukpakam Tamat : 1989 Strata-1 : FMIPA IKIP Negeri Medan Tamat : 1994

Strata-2 : FMIPA USU Tamat : 2014

RIWAYAT PEKERJAAN

Guru MTs. Negeri Gunung Sitoli Tahun : 1997 - 2001 Guru SMA Negeri 1 Lubukpakam Tahun : 2001 s/d sekarang

(8)

KATA PENGANTAR

Pertama-tama penulis panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmad dan karunia-Nyasehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul Keanekaragaman dan Distribusi Ikan di Perairan Estuari Belawan Sumatera Utara. Dengan selesainya tesis ini, perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada :

1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K) atas kesempatan yang diberikan kepada kami untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister.

2. Dekan Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara, Dr. Sutarman, M.Sc., atas kesempatan menjadi mahasiswa Program Magister pada Program Pascasarjana FMIPA Universitas Sumatera Utara.

3. Ketua Program Studi Magister Biologi, Prof. Dr. Syafruddin Ilyas, M.Biomed., sekaligus sebagai Dosen Penguji yang telah memberikan banyak arahan dan masukan dalam penyempurnaan penyusunan hasil penelitian, dan Sekretaris Program Studi Magister Biologi, Dr. Suci Rahayu, M.Si., beserta seluruh Dosen dan Staf Pengajar pada Program Studi Magister Biologi Program Pascasarjana Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara.

4. Terima kasih yang tak terhingga kami ucapkan kepada Komisi Pembimbing I, Dr. Erni Jumilawaty, M.Si., dan Komisi Pembimbing II, Dr. Nursahara Pasaribu, M.Sc. yang telah memberikan banyak dorongan, bimbingan, arahan, waktu dan perhatian yang besar selama penulis melaksanakan penelitian sampai selesainya tesis ini. Dr. Hesti Wahyuningsih, M.Si., sebagai Dosen Penguji yang telah memberikan banyak arahan dan masukan dalam penyempurnaan penyusunan hasil penelitian.

5. Gubernur Sumatera Utara dan kepala Bappeda Sumatera Utara yang telah memberikan beasiswa S2 kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan studi Pascasarjana Biologi Universitas Sumatera Utara.

6. Kedua orangtuaku tersayang Ayahanda Jafar Siddik Simbolon (Alm.) dan Ibunda Tarmi Br Sihotang (Alm.) atas segala do’a dan nasihatnya. Kakanda Rahmania Br Simbolon (Alm.), Zidah Br Simbolon, Bisma Br Simbolon (Alm), Abanganda Muhammad Abduh Simbolon dan Abdullah Simbolon yang telah memberikan do’a, semangat dan dukungan.

7. Keluarga Besar SMA Negeri 1 Lubukpakam, Kepala Sekolah Badaruddin Tarigan, M.Pd., rekan-rekan pendidik, tenaga kependidikan dan karyawan yang telah memberikan dorongan dan semangat dalam menyelesaikan perkuliahan.

8. Teman-teman S2 Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara yang telah meluangkan waktunya bagi penulis dalam menyelesaikan penelitian.

(9)

Akhir kata semoga Allah Yang Maha Kuasa senantiasa mencurahkan Rahmad dan hidayah-Nya pada kita dalam mengejar ilmu dan cita-cita dan semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih.

Medan, Pebruari 2014 Penulis

JAMIATUN NUR SIMBOLON NIM : 117030009

(10)

KEANEKARAGAMAN DAN DISTRIBUSI IKAN DI ESTUARI BELAWANSUMATERA UTARA

ABSTRAK

“Keanekaragaman dan Distribusi Ikan di Perairan Estuaria Belawan Sumatera Utara”telah diteliti.Metoda penentuan lokasi sampling untuk pengambilan sampel ikan adalah “Purposive Random Sampling” pada 4 (empat) stasiun pengamatan.

Pengambilan sampel ikan dilakukan sebanyak 30 kali ulangan untuk setiap stasiun. Dari hasil penelitian diperoleh ikan yang terdiri dari 16 famili, dan 18 genus. Kepadatan populasi tertinggi terdapat pada stasiun 1 sebesar 0,429ind/m2 dan kepadatan terendah terdapat pada stasiun 3 sebesar 0,226ind/m2.Keanekaragaman ikan tertinggi sebesar 2,705 (stasiun 1) dan keanekaragaman terendah sebesar 2,342 (stasiun 4). Secara keseluruhan keanekaragaman ikan tergolong sedang. Pola distribusi ikan tergolong acak.

Faktor fisik dan kimia air (kecepatan arus, Pospat, fraksi substrat dan liat) berpengaruh nyata terhadap keanekaragaman ikan.

Kata Kunci : distribusi, estuari Belawan, ikan, keanekaragaman.

(11)

THE DIVERSITY AND DISTRIBUTION OF FISH IN AQUATICESTUARYBELAWANIN NORTH SUMATERA

ABSTRACT

The Diversity and Distribution of Fish in AquaticEstuaryBelawanin North Sumatra” has been studied. Four sampling stations are settled through purposive random with 30 replication for each station. There are 18 genera of fishes classfiying into 18 families found in the study site. The highest diversity is reconded from the first location with the number 0,429 ind/m2, while the lowest diversity is from the third location with the number 0,226 ind/m2.Thehighest diversity is 2,705 form first location, while the lowest diversity is from four the location with the number 2,342. Generally, the value of the diversity of fishes is categorized as moderate and fish distribution is categorized as random. Physical and chemical parameters of water (current velocity, phosphate, the fraction of dust clay) evidently correlated with the fish diversity.

Key words : distribution, divercity, estuary Belawan, fish.

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR i

ABSTRAK ii

ABSTRAK iii DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN ix

BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang 1

1.2. Permasalahan 2 1.3. Tujuan Penelitian 3

1.4. Hipotesis 3

1.5. Manfaat Penelitian 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4

2.1. Klasifikasi Biologi Ikan 4

2.2. Pengelompokan Ikan 5

2.2.1 Bedasarkan Jenis Makanannya 5

2.2.2 Berdasarkan Cara Makannya 5

2.3. Potensi Sumber Daya Ikan 6

2.4. Ekologi Ikan 7

2.4. Ekologi Wilayah Pesisir 8

2.5. Faktor Fisik-Kimia Air 8

BAB III BAHAN DAN METODA 15

3.1. Metoda Penelitian 15

3.2.Deskripsi Area 15

3.3. Pengambilan Sampel 16

3.4.Pengukuran Faktor Fisik-Kimia Perairan 16

3.5. Analisis Data 19

(13)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 22 4.1. Jenis-Jenis Ikan dan Klasifikasi 22 4.2.Kepadatan Individu (ind/100m2

Dan Frekuensi Kehadiran (FK %) ikan pada setiap stasiun penelitian

4.3. Indeks Keanekaragaman (H’) dan Indeks Keseragaman (E) 35 ), Kepadatan Relatif (KR %) 33

ikan pada masing-masing stasiun penelitian

4.4. Indeks Similaritas 37

4.5. IndeksDistribusi (Morista) 38

4.6. Faktor Fisik-Kimia Perairan 39

4.7. Analisis Korelasi 46

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 48

DAFTAR PUSTAKA 49

LAMPIRAN 52

(14)

DAFTAR TABEL NomorJudul Halaman Tabel

Tabel 3.4. Alat dan Satuan yang dipergunakan dalam Pengukuran 19 Faktor Fisik– Kimia PerairanAlat dan Satuan yang

dipergunakan dalam Pengukuran Faktor Fisik– Kimia Perairan

Tabel 4.1. Klasifikasi dan Jenis Ikan yang didapat pada Stasiu 22 Penelitian

Tabel 4.2. Kepadatan (ind/m2 Penelitian

), Kepadatan Relatif (KR %) dan33 Frekuensi Kehadiran (FK %) Ikan pada setiap Stasiun

Tabel 4.3. Indeks Keanekaragaman (H’) dan Indeks Keseragaman(E) 35 Ikan pada masing-masing Stasiun Penelitian

Tabel 4.4. Indeks Similaritas (IS) Ikan pada masing-masing 37 Stasiun Penelitian

Tabel 4.5. IndeksMorista pada SetiapStasiunPenelitian 38 Tabel 4.6. Rata-rata Nilai Faktor Fisik- Kimia yang diperoleh 39

Pada Setiap Stasiun Penelitian

Tabel 4.7. NilaiKorelasi yang diperolehantar parameter fisik-kimia 46 perairandenganKeanekaragamanIkan

(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Gambar Judul Halaman

Gambar 1. Ikan Selar Ekor Kuning (Caranx ) 24 Gambar 2. Ikan Kakap Putih (Latescalcalifer) 24

Gambar 3. Ikan Seriding (Ambassis ) 25

Gambar 4 Ikan Payus (Elops hawaiensis) 25

Gambar 5. Ikan Gabus Pasir (Butis ) 26

Gambar 6. Ikan Gelodok (Periophthalmus ) 26 Gambar 7. Ikan Geror-gerot (Pomadasys ) 27 Gambar 8. Ikan Todak/Julung-julung (Dermogenys ) 27

Gambar 9. Ikan Kekek (Leiognathus) 28

Gambar 10. Ikan Tanda-tanda (Lutjanus) 28

Gambar 11. Ikan Belanak (Mugil ) 29

Gambar 12. Ikan Tomok (Valamungil ) 29

Gambar 13. Ikan Keting (Pangasius) 30

Gambar 14. Ikan Sembilang (Paraplotosus) 30

Gambar 15. Ikan Gulama (Johnius) 31

Gambar 16. Ikan Ketang Rintik/kiper (Scatophagus ) 31 Gambar 17. Ikan Ketang Surat/baronang (Singanus ) 32

Gambar 18. Ikan Buntal (Tetraodon ) 32

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Halaman

Lampiran A Gambar Stasiun Penelitian 52

Lampiran B Peta Lokasi Penelitian 54

Lampiran C Jala Tebar 55

Lampiran D Bagan Kerja Metode Winkler untuk Mengukur DO 56 Lampiran E Bagan Kerja Metode Winkler untuk Mengukur BOD5 57 Lampiran F Bagan Kerja Kandungan Nitrat (NO3) 58 Lampiran G Bagan Kerja Analisa Fosfat (PO𝟑𝟑−𝟒𝟒 ) 59 Lampiran H Bagan Kerja Pengukuran Kadar Organik Substrat 60 Lampiran I Data Mentah Ikan yang Diperoleh 61

Lampiran J Contoh Perhitungan 65

Lampiran K Analisa Korelasi Person 67

(17)

KEANEKARAGAMAN DAN DISTRIBUSI IKAN DI ESTUARI BELAWANSUMATERA UTARA

ABSTRAK

“Keanekaragaman dan Distribusi Ikan di Perairan Estuaria Belawan Sumatera Utara”telah diteliti.Metoda penentuan lokasi sampling untuk pengambilan sampel ikan adalah “Purposive Random Sampling” pada 4 (empat) stasiun pengamatan.

Pengambilan sampel ikan dilakukan sebanyak 30 kali ulangan untuk setiap stasiun. Dari hasil penelitian diperoleh ikan yang terdiri dari 16 famili, dan 18 genus. Kepadatan populasi tertinggi terdapat pada stasiun 1 sebesar 0,429ind/m2 dan kepadatan terendah terdapat pada stasiun 3 sebesar 0,226ind/m2.Keanekaragaman ikan tertinggi sebesar 2,705 (stasiun 1) dan keanekaragaman terendah sebesar 2,342 (stasiun 4). Secara keseluruhan keanekaragaman ikan tergolong sedang. Pola distribusi ikan tergolong acak.

Faktor fisik dan kimia air (kecepatan arus, Pospat, fraksi substrat dan liat) berpengaruh nyata terhadap keanekaragaman ikan.

Kata Kunci : distribusi, estuari Belawan, ikan, keanekaragaman.

(18)

THE DIVERSITY AND DISTRIBUTION OF FISH IN AQUATICESTUARYBELAWANIN NORTH SUMATERA

ABSTRACT

The Diversity and Distribution of Fish in AquaticEstuaryBelawanin North Sumatra” has been studied. Four sampling stations are settled through purposive random with 30 replication for each station. There are 18 genera of fishes classfiying into 18 families found in the study site. The highest diversity is reconded from the first location with the number 0,429 ind/m2, while the lowest diversity is from the third location with the number 0,226 ind/m2.Thehighest diversity is 2,705 form first location, while the lowest diversity is from four the location with the number 2,342. Generally, the value of the diversity of fishes is categorized as moderate and fish distribution is categorized as random. Physical and chemical parameters of water (current velocity, phosphate, the fraction of dust clay) evidently correlated with the fish diversity.

Key words : distribution, divercity, estuary Belawan, fish.

(19)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perairan laut daerah tropis yang ada di Indonesia merupakan perairan yang memiliki keanekaragaman jenis biota yang kaya di dunia, diperkirakan tidak kurang dari 4.000 jenis hidup di Perairan Indonesia, dimana 10% diantaranya hidup di perairan tawar dan payau, sedangkan 90 % hidup di laut. Estuari di Belawan merupakan salah satu perairan estuari dalam wilayah provinsi Sumatera Utara yang di perkirakan juga menyimpan sejumlah jenis ikan yang melimpah.

Estuaria adalah perairan semi tertutup yang berhubungan bebas dengan laut, meluas ke sungai sejauh batas pasang naik dan bercampur dengan air tawar yang berasal dari drainase daratan (Supriharyono, 2000). Estuaria adalah suatu perairan semi tertutup yang berada di bagian hilir sungai dan masih berhubungan dengan laut sehingga memungkinkan terjadinya pencampuran air tawar dengan air laut. Kebanyakan estuaria didominasi oleh substrat berlumpur yang merupakan endapan yang dibawa oleh air tawar dan air laut. Partikel yang mengendap kaya akan bahan organik yang berperan sebagai cadangan makanan bagi organisme estuaria (Dahuri, 2004).

Di perairan estuaria terdapat 3 komponen fauna yaitufauna laut, fauna air tawar dan fauna payau. Jumlah spesies organisme yang mendiami estuaria jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan organisme yang hidup di perairan tawar dan laut. Hal ini disebabkan oleh fluktuasi kondisi lingkungan, sehingga hanya spesies yang memiliki kekhususan fisiologi yang mampu bertahan hidup di estuari (Agussalim, 2012). Salah satu diantaranya adalah ikan-ikan belanak (Mugilidae).

Keanekaragaman ikan dalam suatu perairan menunjukkan bagaimana kondisi lingkungan perairan tersebut. Selanjutnya (Supriharyono, 2000),

(20)

menjelaskan bahwa sifat fisik-kimia perairan yang khas menunjukkan kondisi lingkungan yang bervariasi sehingga menyebabkan organisme yang hidup diperairan tersebut memiliki kekhasan pula.

Ikan merupakan sumber protein tinggi yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Sumber daya hayati perikanan Indonesia mempunyai andil yang besar untuk menyediakan makanan berprotein tinggi.Ikan merupakan salah satu organisma akuatik yang rentan terhadap perubahan lingkungan, terutama yang diakibatkan pembuangan limbah cair atau padat ke badan air sebagai hasil aktifitas manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Limbah - limbah hasil buangan yang dihasilkan oleh berbagai aktifitas manusia tersebut mempengaruhi kualitas perairan, baik fisik, kimia, maupun biologi. Karena ini turut mempengaruhi kehidupan dan penyebaran ikan dalam suatu perairan (Rifai et al., 1983).Namun sejauh ini belum diketahui keanekaragaman dan distribusi ikan di estuaria mangrove Belawan, Sumatera Utara,oleh itu karena perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui secara ilmiah tentang keanekaragaman dan distribusi ikan serta kaitannya dengan faktor fisik dan kimia.

Keanekaragaman dan distribusi ikan di estuari Belawan tidak terlepas dari kondisi ekosistemnya dalam menyediakan ruang untuk reproduksi, tumbuh dan berkembang biak, dan lumbung makanan berbagai spesies ikan. Kondisi biofisik estuari erat kaitannya dengan proses alamiah dan aktivitas manusia seperti pemukiman, indsutri dan pariwisata. Sampai saat ini penelitian tentang distribusi dan keanekaragaman ikan di estuari Sumatera Utara masih sangat sedikit, khususnya di estuari Belawan. Informasi ini penting untuk mengetahui keberadaan ikan sebagai data dan informasi jenis-jenis ikan di estuari Belawan.

1.2 Permasalahan

Adanya berbagai aktivitas masyarakat seperti pemukiman, industri dan kawasan wisata mengakibatkan perubahan faktor-faktor lingkungan akan berdampak terhadap keberadaan populasi biota yang hidup di dalamnya, khususnya ikan.

Sejauh ini belum diketahui bagaimanakah keanekaragaman maupun distribusi

(21)

1.3 TujuanPenelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui keanekaragaman dan distribusi ikan di estuaria Belawan, Sumatera Utara.

b. Untuk mengetahui hubungan antara faktor fisik-kimia perairan dengan keanekaragaman ikan di estuaria Belawan, Sumatera Utara.

1.4 Hipotesis

a. Terdapat perbedaan keanekaragaman dan distribusi ikan pada setiap stasiun penelitiandi estuaria Belawan, Sumatera Utara.

b. Ada hubungan faktor fisik-kimia perairan dengan keanekaragaman ikan di estuaria Belawan, Sumatera Utara.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk :

a. Memberikan informasi tentang keanekaragaman dan distribusi ikan di estuaria Belawan, Sumatera Utara.

b. Sumber informasi pada masyarakat dan instansi terkait untuk mengelola kawasan estuaria Belawan, Sumatera Utara.

(22)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Klasifikasi dan Biologi Ikan

Ikan termasuk hewan yang bersifat poikiloterm, serta selalu membutuhkan air untuk hidupnya, karena ikan merupakan hewan air yang mengalami kehidupan sejak lahir atau menetas dari telurnya sampai akhir hidupnya di air. Selanjutnya dijelaskan bahwa air merupakan habitat ikan yang erat kaitannya dengan pembentukan struktur tubuh ikan, proses pernafasan, cara pergerakan, cara memperoleh makanan, reproduksi dan segala hal yang diperlukan bagi ikan (Odum, 1996).

Tubuh ikan terdiri atas caput, truncus, dan caudal. Batas yang nyata antara caput dan truncus disebut tepi caudal operculum dan sebagai batas antara truncus dan ekor disebut anus. Kulit terdiri atas dermis dan epidermis. Dermis terdiri dari jaringan pengikat yang dilapisi dari sebelah luar oleh epitelium. Diantara sel – sel epitelium terdapat kelenjar uniselluler yang mengeluarkan lendir yang manyebabkan kulit ikan menjadi licin (Rifai et al.,1983).

Ikan termasuk vertebrata akuatik dan bernafas dengan insang (beberapa jenis bernafas melalui alat tambahan berupa modifikasi gelembung renang/gelembung udara). Mempunyai otak yang terbagi menjadi region-region.

Otak dibungkus dalam tulang kranium (tulang kepala) yang berupa kartilago (tulang rawan) atau tulang sejati. Memiliki sepasang mata. Kecuali ikan-ikan siklostomata, mulut ikan disokong oleh rahang. Telinga hanya terdiri dari telinga dalam, berupa saluran-saluran sirkular, sebagai organ keseimbangan (equilibrium). Sirkulasi mengangkut aliran seluruh darah dan jantung melalui insang lalu keseluruh bagian lain. Tipe ginjal adalah pronefros dan mesonefros (Brotowidjojo, 1993).

(23)

2.2. Pengelompokan Ikan

Menurut Mujiman (1995), ikan dikelompokkan berdasarkan jenis makanan dan cara makan, sebagai berikut:

2.2.1 Berdasarkan Jenis Makanannya :

a. Ikan Herbivora, yaitu ikan yang makanan pokoknya terutama berasal dari tumbuh – tumbuhan (nabati ) seperti : ikan tawes (Punctius javanikus), ikan nilem (Osteochhillus hasseltii), ikan sepat siam (Tricogastes pectoralis).

b. Ikan Karnivora, yaitu ikan yang makanan pokoknya terutama terdiri dari hewan – hewan lainnya. Contohnya ikan gabus (Ophicephalus striatus), ikan kakap (Lates calcarifer), ikan lele (Clarias batracus).

c. Ikan Omnivora, yaitu ikan yang makanan pokoknya terdiri dari tumbuhan dan hewan. Seperti ikan mas (Cyprinus carpio), ikan mujair (Tillapia mossambica), dan ikan gurami (Osphronemus goramy).

d. Ikan pemakan plankton, yaitu ikan yang sepanjang hidupnya makanan pokoknya terdiri dari plankton baik fitoplankton maupun zooplankton. Ikan pemakan plankton hanya menyukai bahan – bahan yang halus dan berbutir, sehingga tulang tapis insangnya mengalami modifikasi wujud alat penyaring gas berupa lembaran-lembaran halus yang panjang, seperti ikan ternang (Cypsilurus sp), ikan lemuru (Clupea iciogaster).

e. Ikan pemakan detritus, yaitu ikan yang makanan pokoknya terdiri dari hancuran sisa – sisa makanan organik yang sudah membusuk di dalam air yang berasal dari hewan atau tumbuhan, misalnya ganggang, bakteri. Seperti ikan belanak (Mugil sp).

2.2.2 Berdasarkan Cara Makannya

a. Ikan predator. Ikan ini disebut juga ikan buas dimana dia menerkam mangsanya hidup-hidup. Ikan ini dilengkapi dengan gigi rahang yang kuat.

Seperti ikan tuna (Thunus albaceros).

b. Ikan gracier, yaitu ikan yang mengambil makanannya dengan jalan menggerogotinya. Seperti ikan mujahir (Tillapia mossambica), ikan nilem (Osteochhillus hasseltii)

(24)

c. Ikan stainer, ikan yang mengambil makanannya dengan jalan menggeser dengan mulut yang terbuka, biasanya makanannya berupa plankton. Seperti ikan lemuru (Clupea iciogaster).

d. Ikan sucker, yaitu ikan yang mengambil makanannya dengan jalan mengisap lumpur atau berpasir di dasar perairan. Seperti ikan mas (Cyprinus carpio).

e. Ikan parasit, yaitu ikan yang mengambil makanannya dari tubuh hewan besar lainnya. Seperti ikan belut laut (Simenchelys parasiticus).

2.3. Potensi Sumber Daya Ikan

Menurut Mallawa (2006), Indonesia sebagai negara kepulauan (Archipelagic State) memiliki potensi sumber daya ikan yang sangat besar dan memiliki keanekaragaman perairan 27,2 % dari seluruh flora dan fauna yang ada di dunia yang meliputi 44,7 % ikan, 40,0 % mollusca, 23,8 % amphibia, 12,0 % mamalia, dan 8,6 % rumput laut. Potensi sumber daya perikanan tangkap di Indonesia memiliki peranan penting dalam penyediaan pangan, kesempatan kerja, perdagangan, kesejateraan, dan rekreasi. Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 995/Kpts/IK.210/9/1999 tentang Potensi Sumberdaya Ikan dan Jumlah Tangkapan yang diperbolehkan, sumberdaya ikan di wilayah perikanan Indonesia dikelompokkan menjadi 6 kelompok sumberdaya Ikan yaitu :

a. Sumber daya ikan pelagis besar.Sumber daya ikan pelagis besar tersebar di semua wilayah pengelolaan perikanan di Indonesia.Ikan pelagis besar biasanya dapat ditemukan dekat terumbu karang atau tubiran di mana arus hangat dekat pantai, di laut terbuka, misalnya tuna ( Thunnus spp.) dan cucut (Sphyrna spp.) b. Sumber daya ikan pelagis kecil. Ikan pelagis kecil merupakan sumber neritik

yang penyebarannya terutama di perairan dekat pantai, di daerah di mana terjadi proses penaikan massa air.Ikan pelagis kecil dapat ditemukan di tubiran karang dan selalu berpindah tempat, contohnya kembung (Rasstreliger spp.) dan ikan terbang (Cypsilurus spp.).

c. Sumber daya ikan demersal. Ikan demersal merupakan jenis ikan yang habitatnya berada di bagian dasar perairan, biasanya berenang tidak

(25)

berkelompok (soliter), misalnya kakap merah (Lutjanidae) dan gerot-gerot (Pomadasyidae).

d. Sumber daya udang peneid dan jenis krustasea lainnya.Sumber daya udang dan krustasea lainnya merupakan komoditas ekspor sektor perikanan, misalnya udang putih (Penaeus merguiensis) dan udang windu ( Penaeus monodon) e. Sumber daya ikan karang konsumsi. Ikan karang konsumsi diminati oleh pasar

dalam negeri maupun luar negeri. Jenis ikan karang konsumsi yang banyak dieksploitasi seperti kerapu (Epinephellus spp.) dan lencam (Lethtrinus spp.) f. Sumber daya cumi-cumi. Cumi-cumi merupakan sumber daya perikanan non

ikan yang penting, dapat di tangkap di seluruh perairan Indonesia. Jenis cumi- cumi yang banyak di tangkap seperti Loligo edulis dan Loligo ujii.

2.4.Ekologi Ikan

Ikan sebagai hewan air memiliki beberapa mekanisme fisiologi yang tidak dimiliki oleh hewan darat. Perbedaan habitat menyebabkan perkembangan organ- organ ikan disesuaikan dengan kondisi lingkungan. Misalnya sebagai hewan yang hidup di air, baik itu perairan tawar maupun di perairan laut menyebabkan ikan harus dapat mengetahui kekuatan maupun arah arus, karena ikan dilengkapi dengan organ yang dikenal sebagai linea lateralis. Organ ini tidak ditemukan pada hewan darat. Contoh lain, perbedaan konsentrasi antara medium tempat hidup dan konsentrasi cairan tubuh memaksa ikan melakukan osmoregulasi untuk mempertahankan konsentrasi cairan tubuhnya akibat difusi dan osmose. Bila hal itu tidak dilakukan maka ikan laut dapat menjadi ikan kering yang asin, sedangkan ikan air tawar dapat mengalami kematian akibat kelebihan air (Fujaya, 2002).

Menurut Rifai et al, (1983), penyebaran ikan diperairan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan yang dapat digolongkan menjadi empat macam, yaitu: faktor biotik, abiotik, faktor teknologi dan kegiatan manusia. Faktor biotik yaitu faktor alam yang hidup atau jasad hidup, baik tumbuh-tumbuhan maupun hewan. Dan faktor abiotik mencakup faktor fisik dan kimia, yaitu cahaya, suhu, arus, garam-garam organik, angin,pH, oksigen terlarut, salinitas dan BOD.

Perubahan salinitas akan mempengaruhi penyebaran ikan secara horizontal,

(26)

misalnya didaerah estuaria, diperairan yang banyak dipengaruhi oleh air tawar dari sungai-sungai yang bermuara di pantai yang fluktuasi salinitasnya relatif besar. Sedangkan teknologi dan kegiatan manusia berupa hasil teknologi dan kegiatan-kegiatan lain baik yang sifatnya memperburuk lingkungan, seperti pabrik-pabrik yang membuang limbahnya ke perairan maupun yang memperbaiki lingkungan seperti pelestarian pesisir.

2.5. Ekologi Wilayah Pesisir

Wilayah pesisir adalah daerah pertemuan antara darat dan laut; ke arah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik kering ataupun terendam air, yang masih dipengaruhi sifat – sifat seperti pasang surut, angin laut dan perembesan air asin, sedangkan ke arahlaut wilayah pesisir mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses – proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran (Soegiarto, 2005).

Pada kawasan pesisir terdapat zona pantai yang merupakan daerah terkecil dari semua daerah yang terdapat di samudra dunia, berupa pinggiran sempit.

Wilayah ini disebut zona interdidal (Nybaken, 1992). Ekosistem pesisir merupakan ekosistem yang dinamis dan mempunyai kekayaan habitat yang beragam di darat maupun di laut serta saling berinteraksi antara habitat tersebut.

Selain punya potensi yang besar, wilayah pesisir juga merupakan ekosistem yang paling mudah terkena dampak kegiatan manusia. Umumnya kegiatan pembangunan secara langsung maupun tidak langsung berdampak merugikan terhadap ekosistem pesisir (Dahuri, 2004).

2.6.Faktor Fisik-Kimia Air

Dalam studi Ekologi pengukuran faktor lingkungan abiotik penting dilakukan untuk mengetahui faktor yang besar pengaruhnya terhadap keberadaan dan kepadatan populasi organisme yang diteliti. Faktor fisika di air antara lain adalah temperatur, cahaya, kecerahan, arus dan daya hantar listrik. Adapun faktor kimia

(27)

air antara lain kadar oksigen terlarut, pH, alkalinitas, kesadahan, BOD, COD, unsur-unsur dan zat organik terlarut (Suin, 2002).

a. Suhu

Pada permukaan laut, air murni berada dalam keadaan cair pada suhu tertinggi 100 dan suhu terendah 0 °C. Di permukaan laut, air laut membeku pada suhu – 1,9

°C. Perubahan suhu dapat memberi pengaruh besar kepada sifat-sifat air laut lainnya dan kepada biota laut (Romimohtarto dan Juwana, 2001).

Suhu juga mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kelarutan oksigen di dalam air, apabila suhu air naik maka kelarutan oksigen di dalam air menurun (Sastrawijaya, 1991). Ikan-ikan tropis tumbuh baik pada suhu 25 °C – 32

°C. Suhu juga mempengaruhi sirkulasi air, sebaran biota (ikan), daur kimia dan sebaran sifat-sifat fisik air lainnya (Romimohtarto danJuana, 2001).

Suhu mempengaruhi aktivitas metabolisme organisme, karena itu penyebaran organisme baik di lautan maupun di perairan tawar dibatasi oleh suhu perairan tersebut. Suhu sangat berpengaruh terhadap kehidupan dan pertumbuhan ikan. Secara umum laju pertumbuhan meningkat sejalan dengan kenaikan suhu, dan dapat menekan kenaikan ikan bahkan menyebabkan kematian bila kenaikan suhu sampai ekstrem (drastis). Kisaran suhu optimum bagi kehidupan ikan adalah 25ºC -52 °C. Bila suhu rendah ikan akan kehilangan nafsu makan, sebaliknya bila suhu terlalu tinggi ikan akan stres dan bahkan mati kekurangan oksigen. Bila suhu rendah maupun terlalu tinggi dapat membahayakan ikan, karena beberapa patogen berkembang baik pada suhu tersebut (Kordi, 2004).

b. Derajat Keasaman (pH)

Derajat keasaman merupakan ukuran konsentrasi ion hidrogen yang menunjukkan suasana asam suatu perairan. Air dikatakan basa apabila pH > 7 dan dikatakan asam apabila pH < 7. Secara ilmiah pH perairan dipengaruhi oleh konsentrasi karbondioksida dan senyawa yang bersifat asam. Pada siang hari fitoplankton dan tanaman air mengkonsumsi CO2 dalam proses fotosintesis yang menghasikan O2,

(28)

dalam air mengkonsumsi O2 dalam proses respirasi yang menghasilkan CO2

Sastrawidjaya (1991), menyatakan bahwa pH turut mempengaruhi kehidupan ikan, pH air yang mendukung bagi kehidupan ikan berkisar 6,5- 7,5.

pH air kurang dari 6 atau lebih dari 8,5 perlu diwaspadai karena mungkin ada pencemaran, hal ini juga dapat menyebabkan terjadinya gangguan metabolisme dan respirasi ikan.

, suasana ini menyebabkan kandungan air menurun (Cahyono, 2000).

c. Penetrasi Cahaya

Kecerahan adalah sebagian cahaya yang diteruskan ke dalam air. Dengan mengetahui kecerahan cahaya suatu perairan, kita dapat mengetahui sampai dimana masih ada kemungkinan terjadi proses asimilasi dalam air, lapisan-lapisan manakah yang tidak keruh, yang agak keruh, dan paling keruh. Air yang tidak terlampau keruh dan tidak pula terlampau jernih baik untuk kehidupan ikan.

Kekeruhan yang baik adalah kekeruhan yang disebabkan oleh jasad renik atau plankton. Nilai kecerahan yang baik untuk kehidupan ikan adalah lebih dari 45 cm atau lebih. Karena bila kecerahan kurang dari 45 cm, batas pandangan ikan akan berkurang (Kordi, 2004).Penetrasi cahaya sering kali dihalangi oleh zat yang terlarut dalam air, lumpur, potongan tamanan yang mengendap dan populasi organisme misalnya fitoplankton sehingga membatasi zona fotosintesis dimana habitat akuatik dibatasi oleh kedalaman (Odum, 1994).

d. Salinitas

Salinitas didefenisikan sebagai jumlah garam yang terlarut dalam gram per kilogram air laut, jika zat padat telah dikeringkan sampai beratnya tetap pada 480

°C, dan jumlah klorida dan bromide yang hilang diganti dengan sejumlah klor yang ekivalen dengan berat kedua halida yang hilang. Singkatnya, salinitas adalah berat dalam gram per kilogram air laut (Romimohtarto danJuwana, 2001).

Perubahan salinitas akan mempengaruhi penyebaran ikan secara horizontal, misalnya di daerah estuaria, diperairan yang banyak dipengaruhi air

(29)

relatif besar. Garam-garam anorganik yang terkandung dalam perairan mempengaruhi tingkat kadar garam perairan itu. Garam-garam yang terlarut dalam air berpengaruh tidak langsung terhadap penyebaran ikan. Respon ikan berbeda-beda, ikan yang sangat toleran terhadap perubahan kadar garam disebut euryhalin, sedangkan yang toleransinya rendah disebut stenohalin (Rifai et al., 1983).

e. Kecepatan Arus

Arus merupakan faktor pembatas pada aliran air, arus yang tertentu dan berkesinambungan adalah ciri utama habitat lotik. Arus merupakan faktor yang penting dalam susunan struktur komunitas setempat pada ekosistem lotik.

Kecepatan arus ditentukan oleh kemiringan, kekasaran, kedalaman, dan kelebaran dasarnya (Hynes, 1972). Berdasarkan kecepatan arus,Welch (1952) mengelompokkan sungai menjadi berarus sangat deras (>100 cm/detik), arus cepat (50-100 cm/detik), arus sedang (25-50 cm/detik), arus lambat (10-25 cm/detik), dan arus sangat lambat (>10 cm/detik).

Arus di daerah pesisir, terutama disebabkan oleh kegiatan pasang surut dan aliran sungai, pada bagian muara terjadi masukan air tawar secara terus menerus, sebagian air tawar ini bergerak ke bagian hilir memasuki daerah pesisir dan bercampur dengan air laut, yang akhirnya sebagian besar akan mengalir keluar estuari atau menguap mengimbangi air berikutnya yang masuk kebagian muara.

Pengaruh utama dari adanya arus dan aksi ombak didaerah pesisir terhadap ikan, akan memaksa ikan melakukan ruaya baik secara vertikal maupun horizontal, (Alaerts dan Santika, 1984).

f. Kedalaman

Kedalaman suatu perairan akan membatasi penetrasi cahaya matahari yang secara langsung membatasi kehidupan biota dasar. Penyinaran cahaya matahari berkurang secara cepat sesuai dengan makin tingginya kedalaman lautan (Nybakken, 1992). Tingkat kedalaman yang sangat tinggi akan mengurangi penyerapan cahaya matahari oleh badan air, dimana cahaya matahari sangat

(30)

dibutuhkan oleh tumbuh-tumbuhan hijau dalam proses fotosintesis yang akan menghasilkan oksigen yang sangat diperlukan bagi pertumbuhan hewan khususnya makrozoobentos. Pada daerah yang dalam tingkat kecerahan menentukan mutu perairan sebagai daerah asuhan bentos, tetapi pada tingkat kedalaman 15–40 meter masih tergolong baik sebagai habitat makrozoobentos (Hutabarat dan Evans, 1984).

g. Dissolved Oxygen (DO)

Oksigen terlarut merupakan suatu faktor yang paling penting dalam ekosistem air, terutama sekali dibutuhkan untuk proses respirasi bagi sebagian besar organisme air. Umumnya kelarutan oksigen dalam air terbatas. Dibandingkan dengan kadar oksigen di udara yang mempunyai konsentrasi sebanyak 21% volum air yang hanya mampu menyerap oksigen sebanyak 1% volum saja. Apabila oksigen di dalam air terdapat dalam bentuk terlarut disebut sebagai keadaan aerob, terdapat dalam bentuk tidak terlarut tetapi berkaitan dengan unsur-unsur lain seperti NO2

dan NO3

Hewan darat dan hewan air sama-sama memerlukan oksigen untuk proses kehidupannya. Namun, kandungan oksigen di udara dan di air sangat berbeda.

Kandungan oksigen di air hanya 5% atau kurang dibanding kandungan oksigen di udara. Rendahnya kandungan oksigen dalam air menyebabkan hewan air harus memompa sejumlah besar air ke permukaaan insang untuk mengambil oksigen.

Bersamaan dengan itu, insang juga harus mengeluarkan ion-ion berlebih yang masuk ke dalam tubuh. Semua ini memerlukan energi metabolik (Fujaya, 2002).

, disebut dalam keadaan anoksik. Apabila tidak terdapat sama sekali oksigen dalam air, baik yang terlarut maupun yang membentuk ikatan dengan unsur lain disebut keadaan anaerob. Kelarutan oksigen di dalam air sangat dipengaruhi oleh faktor temperatur dan jumlah garam terlarut di dalam air (Barus, 2004).

Oksigen diperlukan oleh ikan untuk menghasilkan energi yang sangat penting bagi pencernaan dan asimilasi makanan, pemeliharaan keseimbangan osmotik dan aktivitas lainnya. Jika persediaan oksigen terlarut di perairan sangat

(31)

yang hidup di air, karena akan mempengaruhi kecepatan makan dan pertumbuhan ikan (Fujaya, 2002). Menurut Wardana (1995), kandungan oksigen terlarut minimum 2 mg/ O2

h. Biological Oxygen Demand (BOD

sudah cukup mendukung kehidupan organisme perairan secara normal.

5

BOD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme di dalam lingkungan air untuk mendegradasi bahan buangan yang ada dalam air lingkungan. Pada umumnya air lingkungan atau air dalam mengandung mikroorganisme yang dapat memakan, memecah, menguraikan bahan buangan organik. Penguraian bahan organik melalui proses oksidasi oleh mikroorganisme di dalam air lingkungan adalah proses alamiah yang mudah terjadi apabila air lingkungan mengandung oksigen yang cukup (Michael, 1994).

)

i. Nitrat (NO3 Komponen nitrit (NO

-N)

2) jarang ditemukan pada badan air permukaan karena langsung dioksidasi menjadi nitrat (NO3). Di wilayah perairan neritik yang relatif dekat dengan buangan industri umumnya nitrit bisa dijumpai, mengingat nitrit sering digunakan sebagai inhibitor terhadap korosi pada air proses dan pada sistem pendingin mesin. Bila kadar nitrit dan fospat terlalu tinggi bisa menyebabkan perairan bersangkutan mengalami keadaan eutrof sehingga terjadi blooming dari salah satu jenis fitoplankton yang mengeluarkan toksin. Kondisi seperti itu bisa merugikan hasil kegiatan perikanan pada daerah perairan tersebut (Wibisono, 2005).

j. Posfat ( PO4

Banyaknya unsur hara mengakibatkan tumbuh suburnya tumbuhan, terutama makrophyta dan fitoplankton. Fitoplankton dapat menghasilkan energi dan molekul yang kompleks jika tersedia bahan nutrisi. Nutrisi yang paling penting adalah nitrit dan fospat (Nybakken, 1992). Fospat merupakan unsur penting dalam air. Fospat terutama berasal dari sedimen yang selanjutnya akan terfiltrasi dalam air tanah dan akhirnya masuk kedalam sistem perairan terbuka. Selain itu juga

)

(32)

dapat berasal dari atmosfer bersama air hujan masuk ke sistem perairan (Barus, 2004).

k. Fraksi Substrat

Menurut Agusnar (2007), sedimen adalah padatan yang dapat langsung mengendap jika air didiamkan beberapa waktu. Padatan yang mengendap tersebut terdiri dari partikel-partikel padatan yang umumnya mempunyai ukuran relatif besar dan berat sehingga dapat mengendap dengan sendirinya. Padatan terendap biasanya terdiri dari pasir dan lumpur.

l. Kandungan Organik Substrat

Menurut Seki (1982), komponen organik utama yang terdapat didalam air adalah asam amino, protein, karbohidrat, dan lemak. Sedangkan komponen lain seperti hidrokarbon vitamin, dan hormon juga ditemukan dalam perairan. Tetapi hanya 10% dari material organik tersebut yang mengendap sebagai substrat kedasar perairan. Kedaaan substrat dalam air juga penting diketahui. Kehidupan organisme air ada juga ketergantungannya dengan bahan dan ukuran partikel dasar badan air. Dengan mengetahui bahan dasar dan ukuran partikel dasar perairan akan didapat informasi yang mungkin dapat menunjukkan tipe fauna yang hidup didasar badan air tersebut (Suin, 2002).

(33)

BAB 3

BAHAN DAN METODA

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di perairan estuari Belawan Propinsi Sumatera Utara, pada bulan Mei 2013 – Juli 2013.

3.2 Metode Penelitian

Metoda yang digunakan dalam penentuan lokasi sampling untuk pengambilan sampel ikan adalah ”Purposive Random Sampling” pada 4 (empat) stasiun pengamatan. Pada masing-masing stasiun dilakukan 30 kali ulangan pengambilan sampel.

3.3 Deskripsi Area a.Stasiun 1

Stasiun 1 berada di kawasan yang berdekatan dengan objek wisata Cyba Island, di sekitar tempat ini tumbuhan di dominasi oleh Avicennia spp.Secara geografis terletak pada 03˚46’28,5” LU dan 098˚38’00,0” BT.

b. Stasiun 2

Stasiun 2berada di Simpang III, merupakan kawasan alami, di sekitar tempat ini tumbuhan di dominasi oleh Nypha fruticans. Secara geografis terletak pada 03˚44’26,0” LU dan 098˚39’09,6” BT.

c. Stasiun 3

Stasiun 3 berada di Titi II, merupakan kawasan yang berdekatan dengan industri meubel dan furniture PT Cipta Prima dan PT Canang Indah.Secara geografis terletak antara 03˚45’32,9” LU dan 098˚40’06,6” BT. Disekitar tempat ini tumbuhan mangrove didominasi oleh Avicennia spp.

d. Stasiun 4

(34)

Stasiun 4 berada di Lingkungan XX, daerah yang berdekatan pemukiman penduduk. Di sekitar tempat terdapat tumbuhan mangrove Sonneratia spp., Avicennia spp., dan Achantus spp. Secara geografis terletak pada 03˚45’00,8” LU dan 098˚38’57,7” BT.

3.4 Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel ikan dilakukan dengan menggunakan jala tebar dengan diameter 3 meter dan luas mata jala 1,5 cm. Pengambilan sampel ikan dilakukan sebanyak 30 kali ulangan pada masing-masing stasiun pengamatan Ikan yang didapat diambil beberapa ekor (3-5) dari setiap jenis ikan yang didapat dan dimasukkan kedalam botol sampel yang berisi alkohol 70% sebagai pengawet.

Sampel yang diawetkan kemudian dibawa ke Laboratorium Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan, Departemen Biologi FMIPA USU, untuk diidentifikasi dengan menggunakan buku identifikasi seperti Saanin (1968) dan Kottelat et al., (1993).

3.5 Pengukuran Faktor Fisik-Kimia Perairan Faktor fisik dan kimia perairan yang diukur mencakup:

a. Suhu Air

Sampel air diambil dari perairan dengan menggunakan ember, kemudiandituang ke dalam erlenmeyer dan diukur suhu dengan menggunakan termometer airraksa yang dimasukkan ke dalam air ± 3 menit kemudian dibaca skalanya.

b. Derajat Keasaman Air (pH)

pH diukur dengan menggunakan pH meter dengan cara memasukkan pH meter ke dalam sampel air yang diambil dari dasar perairan sampai pembacaan pada alat konstan dan dibaca angka yang tertera pada pH meter tersebut.

(35)

c. Penetrasi Cahaya

Diukur dengan menggunakan keping Seechi yang dimasukkan kedalam badan air sampai keping Seechi tidak terlihat, kemudian diukur panjang tali yang masuk kedalam air.

d. Salinitas

Pengukuran salinitas dilakukan dengan menggunakan refraktometer, diambil sampel air sebanyak satu tetes lalu diteteskan pada permukaan alat refraktometer tersebut dan dilihat batas akhir pada skala.

e. Oksigen Terlarut/DO ( Dissolved Oxygen)

DO diukur dengan metoda Winkler. Sampel air diambil dari dasar perairan dan dimasukkan ke dalam botol Winkler kemudian dilakukan pengukuran oksigen terlarut (Bagan kerja Lampiran C).

f. Biological Oxygen Demand (BOD5 Pengukuran BOD

)

5 dilakukan dengan menggunakan metoda winkler. Sampel air yang diambil dari perairan dimasukkan ke dalam botol Winkler (Bagan kerja Lampiran D).

g. Kecepatan Arus

Kecepatan arus diukur dengan menggunakan stopwatch, yaitu dengan menghitung kecepatan air berjalan dalam satu meter setiap detiknya dengan menggunakan gabus.

h. Kedalaman

Kedalaman air diukur menggunakan tali penduga yang diberi pemberat.

i. Nitrat (NO3)

(36)

Sampel air diambil sebanyak 5 ml, kemudian ditetesi dengan 1 ml NaCl selanjutnya ditambahkan 5 ml H2SO4 75 % dan 4 tetes asam Brucine Sulfat Sulfanik. Larutan ini dipanaskan selama 25 menit pada suhu 950C kemudian didinginkan selanjutnya kandungan nitrat dapat diukur dengan spektrofotometer pada γ = 410 nm (bagan Kerja Lampiran E).

j. Fosfat (PO4

Sampel air diambil sebanyak 5 ml, kemudian ditetesi dengan reagen Amstrong sebanyak 2 ml selanjutnya ditambahkan 1 ml asam askorbat. Larutan didiamkan selama 20 menit kemudian konsentrasi Posfat dapat diukur dengan spektrofotometer pada γ = 880 nm (bagan Kerja Lampiran F).

)

k. Fraksi Substrat

Fraksi substrat diukur dengan mengambil contoh substrat menggunakan Ekman Grab. Substrat yang terambil pada Ekman Grab selanjutnya diambil sebanyak 100 g, kemudian dibawa ke Laboratorium Ilmu tanah Fakultas Pertanian USU untuk dianalisa fraksi substratnya.

l. Kandungan Organik Substrat

Pengukuran kandungan organik substrat dilakukan dengan metode analisis abu, dengan cara substrat diambil, ditimbang sebanyak 100 gr dan dimasukkan ke dalam oven dengan temperatur 45°C sampai beratnya konstan (2-3 hari), substrat yang kering digerus di lumping dan dimasukkan kembali ke dalam oven dan dibiarkan selama 1 jam pada temperatur 45ºC agar substrat benar-benar kering.

Kemudian ditimbang5 gr dan diabukan dalam tanur dengan temperatur 600°C selama 3 jam. Kemudian substrat yang tertinggal ditimbang berat akhirnya dan dihitung kandungan organik substrat dengan rumus:

KO = A - B A

x 100 %

(37)

dimana: KO = Kandungan Organik A = Berat Konstan Substrat B = Berat Abu

Analisa kandungan organik substrat dilakukan di Laboratorium Kimia Pusat Penelitian Lingkungan Universitas Sumatera Utara Medan (Lampiran G).

Secara keseluruhan pengukuran faktor fisik kimia beserta satuan dan alat yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4Alat dan Satuan yang dipergunakan dalam Pengukuran Faktor Fisik– Kimia Perairan

No Parameter

Fisik – Kimia Satuan Alat Tempat

Pengukuran

1. Suhu Air oC Termometer Air Raksa In – situ

2. pH Air - pH meter In – situ

3. Penetrasi cahaya cm Keping Secchi In – situ

4. Salinitas Air Refraktometer In –situ

5. DO mg/l Metoda Winkler In –situ

6. BOD5 mg/l Metoda Winkler Laboratorium

7. Kecepatan Arus cm/dtk Gabus In –situ

8. Kedalaman m Tali dan pemberat In –situ

9. Nitrat (NO3-N) mg/l Metoda Refluks Laboratorium

10 Posfat ( PO4 ) mg/l Metoda Refluks Laboratorium

11. Fraksi Substrat; Pasir %

Oven dan Tanur Laboratorium

Debu %

Liat %

12. Kandungan O.Substrat % Oven dan Tanur Laboratorium

3.6 Analisis Data

Data ikan yang diperoleh dihitung nilai kepadatan populasi, kepadatan relatif, frekuensi kehadiran, indeks diversitas Shannon-Wienner, indeks ekuitabilitas, indeks similaritas, indeks morista dan analisis kolerasi (Krebs1983 ; Michael1984) sebagai berikut:

a. Kepadatan Populasi (K)

Jala Luas

angan spesies/Ul suatu

individu Jumlah

K=

(38)

b. Kepadatan relatif (KR)

% 100 jenisx seluruh kepadatan

jumlah

jenis suatu kepadatan KR=

c. Frekuensi Kehadiran (FK)

FK = x100%

ulangan total

Jumlah

jenis suatu ditempati yang

ulangan Jumlah

Dimana nilai FK : 0-25% : kehadiran sangat jarang 25%-50% : kehadiran jarang

50%-75% : kehadiran banyak

75%-100% : kehadiran sangat banyak

d. Indeks Keanekaragaman/ Diversitas Shannon-Wiener (H’)

−∑

= pi ln pi H'

dimana :

H’ =Indeks Diversitas Shannon-Wiener digunakan untuk menghitung keanekaragaman ikan

Pi = proporsi spesies ke-i Ln = logaritma Nature

Pi = ∑ ni / N (Perhitungan jumlah individu suatu jenis dengan keseluruhan jenis)

e. Indeks Equitabilitas / Indeks Keseragaman (E)

max H (E) = H'

dimana :

H’ = indeks diversitas Shannon-Wienner H max = keanekaragaman spesies maximum

= ln S (dimana S banyaknya spesies dengan nilai E berkisar antara 0-1

(39)

f. Indeks Similaritas (IS)

% 100 b x a

c IS 2

= +

dimana:

a = jumlah spesies pada lokasi a b = jumlah spesies pada lokasi b

c = jumlah spesies yang sama pada lokasi a dan b

Bila: IS = 75 % - 100 % : sangat mirip IS = 50 % -75 % : mirip IS =25 % - 50 % : tidak mirip

IS < 25 % : sangat tidak mirip g. Indeks Distribusi(Morista)

(

N 1

)

N

N n X

Id

2

= ∑

dimana: n = jumlah ulangan

N = jumlah total individu dalam total plot

∑ X2 = kuadrat jumlah individu per plot untuk total plot

Kriteria pola distribusi dikelompokkan sebagai berikut:

Jika: Id = 0 (distribusi diacak) Id < 1 (distribusi normal) Id > 1 (distribusi bergerombol)

h. Analisis Korelasi

Analisis korelasi dianalisis menggunakan Analisis Korelasi Pearson dengan metode komputerisasi SPSS Ver.16.00. Analisis Korelasi digunakan untuk melihat hubungan antara faktor fisik-kimia dengan keanekaragaman ikan.

(40)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Jenis-jenis Ikan dan Klasifikasi

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di estuari mangrove Belawan, Sumatera Utara didapatkan jenis ikan yang terdiri dari 16 famili, 18 genus (Tabel 4.1).

Tabel 4.1 Klasifikasi dan Jenis Ikan yang didapat pada Stasiun Penelitian

Famili Genus Nama Lokal Stasiun Habitat

Khas 1 2 3 4

1. Carangidae 1. Caranx 1. Selar ekor kuning √ √ - - Pelagis 2. Centroponidae 2. Lates 2. Kakap putih √ - √ - Demersal 3. Chandidae 3.Ambassis 3. Serinding √ √ √ √ Pelagis

4. Chanidae 4. Elops 4. Payus √ √ - - Pelagis

5. Eleotrididae 5. Butis 5. Gabus pasir √ √ √ √ Demersal 6. Gobiodei 6. Periophthalmus 6. Gelodok √ √ √ √ Demersal 7. Haemulidae 7. Pomadasys 7. Gerot-gerot √ √ √ √ Demersal 8. Hemiramphidae 8. Dermogenys 8. Todak - √ √ √ Pelagis 9. Leiognathidae 9. Leiognathus 9. Kekek √ √ - √ Pelagis 10. Lutjanidae 10. Lutjanus 10. Tanda-tanda √ √ √ √ Demersal 11. Mugilidae 11. Mugil 11. Belanak √ √ √ √ Pelagis

12. Valamugil 12. Tomok √ √ - - Pelagis 12. Pangasiidae 13. Pangasius 13. Keting √ √ √ √ Demersal 13. Plotosidae 14. Paraplotosus 14. Sembilang √ √ √ √ Demersal 14. Sciaenidae 15. Johnius 15. Gulama √ √ √ - Demersal 15. Singanidae 16. Scatophagus 16. Ketang rintik √ √ √ √ Pelagis

17. Siganus 17. Ketang surat √ √ √ √ Pelagis 16.Tetraodontidae 18. Tetraodon 18. Buntal √ - - - Demersal

Pada tabel 4.1 dapat dilihat bahwa ikan yang ditemukan pada 4 stasiun penelitian sebanyak 16 famili dan 18 genus. Jenis ikan yang ditemukan pada setiap stasiun penelitian yaitu ikan serinding, gabus pasir, gelodok, gerot-gerot, tanda-tanda, belanak, keting, sembilang, ketang rintik dan ketang surat. Jenis ikan yang ditemukan pada 3 stasiun penelitian yaitu ikan todak, ikan kekek, dan ikan gulama. Ikan yang ditemukan pada 2 stasiun penelitian yaitu ikan selar ekor kuning, ikan kakap putih, ikan payus, dan ikan tomok. MenurutZahid et al, (2011) komunitas ikan yang mendiami estuari biasanya merupakan kombinasi antara

(41)

spesies air tawar, penetap, dan spesies air laut, di mana penelitian tersebut dilakukan di estuari Mayangan Jawa Barat.

Ikan serinding ditemukan pada 3 stasiun penelitian dengan jumlah jenis terbanyak. Hasil penelitian Genisa et al., (1988) di Perairan Ujung Watu, Jepara telah menemukan ikan sebanyak 48 jenis yang mewakili 29 suku. Ambassis gymnocephalus dari suku Ambassidae (serinding) yang merupakan jenis menonjol yang hasil tangkapannya sebanyak 304 spesimen, disusul oleh Arius sagor dari suku Aridae (manyung) sebanyak 104 spesimen, kemudian urutan ketiga Mugil sp dari suku Mugillidae (belanak) sebanyak 67 spesimen.Wahyudewantoro (2009) melakukan penelitian pada 5 stasiun penelitian di muara sungai di Taman Nasional Ujung Kulon, memperoleh hasil anggota dari famili Chandidae atau ikan serinding (Ambassis spp.) dijumpai hampir di seluruh stasiun penelitian, kecuali di S. Pinang Gading. Kelompok ikan serinding secara umum berukuran kecil dengan warna keperakan dan trasparan. Di lapangan, pergerakan ikan ini relatif cepat (lincah), dan sesekali terlihat berenang membentuk kelompok-kelompok kecil di tepi sungai.

Ikan yang hanya di temukan pada 1 stasiun penelitian yaitu ikan buntal. Hal ini diduga karena ikan buntal ( Tetraodon spp.) tergolong ikan jenis perenang lambat yang bersifat karnivor, dan sebaran ikan demersal dapat dibatasi oleh kedalaman perairan.Menurut Koronuma dan Abe, (1972), Keadaan badannya yang bisa menggembung yaitu dengan jalan memasukkan udara dan air. Ikan ini hidup di laut, muara sungai dan perairan tawar.

Ciri-ciri Umum ikan yang didapat:

1. Caranx (Ikan Selar ekor kuning)

Panjang total berkisar antara 9,8-15,2 cm, panjang standar 8,5-13,5 cm,tinggi badan 2,9-7,8cm.Posisi mulut terminal, tidak bersungut, bentuk badan fusiform, sepasang pinnae pectoralis, sepasang pinnae abdominalis dengan posisi subabdominal, pinnae dorsalis 2 dengan letak terpisah, memiliki pinna analis , pinna caudalis berbentuk forked/furcate.

(42)

Gambar 1. Ikan selar ekor kuning

2. Latescalcalifer(Ikan Kakap putih)

Panjang total berkisar antara 16,0-18,5cm, panjang standar 13,7-15,0 cm,tinggi badan 4,0-5,2 cm. Posisi mulut terminal, tidak bersungut, bentuk badan compressiform, sepasang pinnae pectoralis, sepasang pinnae abdominalis dengan posisi thoracic, pinnae dorsalis 2 dengan letak terpisah , memiliki pinna analis, pinna caudalis berbentuk rounded.

Gambar 2. Ikan kakap putih

3. Ambassis(Ikan Serinding)

Panjang total berkisar antara 6,3-8,9 cm, panjang standar 5,0-6,5 cm,tinggi

(43)

compressiform, sepasang pinnae pectoralis, sepasang pinnae abdominalis dengan posisi jugular, pinnae dorsalis 2 letaknya terpisah, memiliki pinna analis, pinna caudalis berbentuk forked/furcate.

Gambar 3. Ikan Serinding

4. Elopshawaiensis (Ikan payus)

Panjang total berkisar antara 15-24,5cm, panjang standar 11,3-20,0 cm,tinggi badan 2,5-3,5 cm.Posisi mulut terminal, tidak bersungut, bentuk badan anguilliform, sepasang pinnae pectoralis, sepasang pinnae abdominalis dengan posisi subabdominal, pinnae dorsalis tunggal, memiliki pinna analis , pinna caudalis berbentuk forked/furcata.

Gambar 4. Ikan Payus

5. Butis(Ikan Gabus pasir)

Memiliki panjang total berkisar antara 13,9-26,0 cm, panjang standar 10,2-20,5 cm, tinggi badan 2,0-4,5 cm.Posisi mulut superior, tidak bersungut, bentuk badan fusiform, sepasang pinnae pectoralis, sepasang pinnae abdominalis

(44)

dengan posisi thoracic, pinnae dorsalis 2 letaknya terpisah, memiliki pinna analis, pinna caudalis berbentuk rounded.

Gambar 5. Ikan Gabus pasir

6. Periophthalmus(Ikan Gelodok)

Panjang total berkisar antara 15,5-21,0cm, panjang standar 12,1-18,0 cm,tinggi badan 2,0-4,2 cm. Posisi mulut terminal, tidak bersungut, bentuk badan anguilliform, sepasang pinnae pectoralis, sepasang pinnae abdominalis dengan posisi thoracic, pinnae dorsalis 2 dengan letak terpisah, memiliki pinna analis, pinna caudalis berbentuk rounded.

Gambar 6. Ikan Gelodok

7. Pomadasys(Ikan Gerot-gerot)

Panjang total berkisar antara 8,4-12,8 cm, panjang standar 7,0-10,2 cm, tinggi badan 2,5-5,4 cm. Posisi mulut terminal, tidak bersungut, bentuk badan

(45)

fusiform, sepasang pinnae pectoralis, sepasang pinnae abdominalis dengan posisi subabdominal, pinnae dorsalis tunggal, memiliki pinna analis, pinna caudalis berbentuk forked/furcate.

Gambar 7. Ikan Gerot-gerot

8. Dermogenys(Ikan Todak)

Panjang total berkisar antara 11,2-19,5 cm, panjang standar 9,0-16,5 cm,tinggi badan 1,5-3,0 cm. Posisi mulut superior, tidak bersungut, bentuk badan anguilliform, sepasang pinnae pectoralis, tidak terdapat pinnae abdominalis, pinna dorsalis tunggal terletak di belakang, memiliki pinna analis, pinna caudalis berbentuk forked/furcate.

Gambar 8. IkanTodak

(46)

9. Leiognathus (Ikan Kekek )

Panjang total berkisar antara 7,40-8,30 cm, panjang standar 7,0-5,5cm,tinggi badan 2,6-3,1 cm. Posisi mulut terminal, tidak bersungut, bentuk badan compressifer, sepasang pinnae pectoralis, sepasang pinnae abdominalis dengan posisi thoracic, pinnae dorsalis tunggal, memiliki pinna analis, pinna caudalis berbentuk forked/furcate.

Gambar 9.Ikan Kekek

10. Lutjanus (Ikan Tanda-tanda)

Panjang total berkisar antara 13,4-16,5 cm, panjang standar 9,2-12,8 cm, tinggi badan 3,0-4,5 cm. Posisi mulut terminal, tidak bersungut, bentuk badan compressifer, sepasang pinnae pectoralis, sepasang pinnae abdominalis dengan posisi thoracic, pinnae dorsalis tunggal, memiliki pinna analis, pinna caudalis berbentuk forked/furcate.

Gambar 10. Ikan Tanda-tanda

(47)

11. Mugil(Ikan Belanak)

Panjang total berkisar antara 11,3-16,5 cm, panjang standar 9,5-14,5cm,tinggi badan 2,1-3,3 cm.Posisi mulut terminal, tidak bersungut, bentuk badan fusiform, sepasang pinnae pectoralis, sepasang pinnae abdominalis dengan posisi subabdominalis, pinna dorsalis 2 letaknya terpisah, memiliki pinna analis, pinna caudalis berbentuk forked/furcate.

Gambar 11. Ikan Belanak

12. Valamugil(Ikan Tomok)

Panjang total berkisar antara 20,5-29,3cm, panjang standar 17-23,5 cm,tinggi badan 5,8-6,2 cm. Posisi mulut terminal, tidak bersungut, bentuk badan fusiform, sepasang pinnae pectoralis, sepasang pinnae abdominalis dengan posisi subabdominal, pinnae dorsalis 2 dengan letak terpisah, memiliki pinna analis , pinna caudalis berbentuk forked/furcate.

Gambar 12. Ikan Tomok

(48)

13. Pangasius(Ikan keting)

Panjang total berkisar antara 13,8-19,3 cm, panjang standar 9,9,7-17,5 cm,tinggi badan 3,0-5,7 cm. Posisi mulut terminal, sungut 3 pasang, bentuk badan fusiform, sepasang pinnae pectoralis dengan bagian depan berduri keras, sepasang pinnae abdominalis dengan posisi abdominal, pinnae dorsalis 2 letaknya terpisah dengan bagian depan berduri keras, memiliki pinna analis, pinna caudalis berbentuk forked/furcate.

Gambar 13. Ikan Keting 14. Paraplotosus(Ikan Sembilang)

Panjang total berkisar antara 11,4-18,2 cm, panjang standar 10,2-16,0 cm,tinggi badan 1,8-2,4 cm. Posisi mulut terminal, sungut 4 pasang, bentuk badan anguilliforn, sepasang pinnae pectoralis dengan bagian depan berduri keras, sepasang pinnae abdominalis dengan posisi subabdominal, pinnae dorsalis 2 letaknya terpisah , ada duri keras di depan sirip pertamanya, sirip keduanya menyatu dengan pinna caudalis, pinna analis menyatu dengan sirip ekor, pinna caudalis berbentuk pointed.

(49)

15. Johnius(Ikan Gulama)

Panjang total berkisar antara 17,4-19,8 cm, panjang standar 12,2-16,9 cm, tinggi badan 4,7-5,2 cm. Posisi mulut terminal, tidak bersungut, bentuk badan compressifer, sepasang pinnae pectoralis, sepasang pinnae abdominalis dengan posisi thoracic, pinnae dorsalis tunggal sangat berlekuk, memiliki pinna analis, pinna caudalis berbentuk rounded.

Gambar 15. Ikan Gulama

16. Scatophagus(Ikan Ketang rintik/kiper)

Panjang total berkisar antara 4,2-15,7 cm, panjang standar 3,5-13,5 cm, tinggi badan 2,5-9,0 cm. Posisi mulut terminal, tidak bersungut, bentuk badan compressifer, sepasang pinnae pectoralis, sepasang pinnae abdominalis dengan posisi thoracic, pinnae dorsalis tunggal, memiliki pinna analis, pinna caudalis berbentuk truncate.

Gambar 16. Ikan Ketang rintik/Kiper

(50)

17. Siganus(Ikan Ketang Surat/Baronang)

Panjang total berkisar antara 11,0-12,5 cm, panjang standar 8,8-10,0 cm,tinggi badan 3,5-5,0 cm. Posisi mulut terminal, tidak bersungut, bentuk badan compressifer, sepasang pinnae pectoralis, sepasang pinnae abdominalis dengan posisi thoracic, pinnae dorsalis tunggal, memiliki pinna analis, pinna caudalis berbentuk forked/furcate.

Gambar 17. Ikan Ketang Surat/baronang

18. Tertraodon(Ikan Buntal)

Panjang total berkisar antara 11,5-12,8 cm, panjang standar 9,5-10,5 cm,tinggi badan 3,5-4,5 cm. Posisi mulut terminal, tidak bersungut, bentuk badan globiform, sepasang pinnae pectoralis, sepasang pinnae abdominalis dengan posisi subabdominal, pinnae dorsalis tunggal, memiliki pinna analis , pinna caudalis berbentuk truncate.

Gambar 18. Ikan Buntal

Gambar

Tabel 4.1 Klasifikasi dan Jenis Ikan yang didapat pada Stasiun Penelitian
Gambar 1. Ikan selar ekor kuning
Gambar 3. Ikan Serinding
Gambar 5. Ikan Gabus pasir
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jadi, modul interaktif adalah suatu sarana yang dapat memberikan informasi dan sarana tersebut dapat berinteraksi atau berhubungan langsung dengan penggunanya.Jika kegiatan

DPA - SKPD 2.2 Rekapitulasi Dokumen Pelaksanaan Anggaran Belanja Langsung Menurut Program dan Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah. DPA - SKPD 2.2.1 Rincian Dokumen

HTML merupakan bahasa pokoknya, PHP adalah bahasa server-side yang membuat website menjadi dinamis dan juga sebagai penghubung bahasa HTML ke aplikasi MySQL, dan MySQL berguna

Web ini merupakan kumpulan informasi dari buku-buku kehamilan, dimana dalam buku itu penulis kurang puas akan tampilan yang kurang menarik, sehingga penulis mencoba membuat

Daftar Rumah Sakit yang akan digunakan untuk tempat

Pada bulan April 2015 indeks harga yang dibayar petani (Ib) mengalami kenaikan sebesar 0,86 persen dibandingkan bulan sebelumnya.Menaiknya nilai Ib disebabkan oleh

Cara penggalangan sumber dana untuk dana operasional pendidikan, riset, pengabdian masyarakat, dan dana invesitasi untuk menunjang penyelenggaraan Program Studi

Panitia Pengadaan Barang/Jasa Sekretariat Presiden. Bidang Pers Media