• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA MTs NEGERI 2 MEDAN MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN OPEN-ENDED

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA MTs NEGERI 2 MEDAN MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN OPEN-ENDED"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Peningkatan Kemampuan … (Suriyani, 224-234) 224

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA MTs NEGERI 2 MEDAN

MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN OPEN-ENDED

Suriyani1, Hasratuddin2, Asmin3

1 Suriyani, M.Pd adalah Alumni Pascasarjana Pendidikan Matematika UNIMED Medan

2 Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd adalah Dosen PPs UNIMED Medan

3 Prof. Dr. Asmin, M.Pd adalah Dosen PPs UNIMED Medan

Email: suryani.jahwa@yahoo.com Abstract

The aims of this research were: (1) to know the increasing in creative thinking abilities of students taught using the Open-Ended approach and taught using conventional teaching, (2) to know the increasing in student’s self-regulated learning taught using mathematics learning with the Open-Ended approach and taught by conventional learning, (3) to know the interaction between learning approaches and early mathematics ability of students to the improvement of students' creative thinking ability, and (4) to know the interaction between the learning approach and the ability of early mathematics to the increasing of student’s self-regulated learning. This research was conducted in MTs Negeri 2 Medan. This type of research was a quasi experimental design with non - equivalent control group. The population in this study consisted of all eighth grade students by taking a sample of four classes (two experimental classes and two control classes) through purposive sampling technique. The instrument used consisted of early mathematics ability tests, tests of creative thinking skills, and student’s self-regulated learning questionnaire. Statistical hypothesis testing in this research using Two Way ANOVA formula. The results showed that (1) there was increasing creative thinking skills of students taught using mathematics learning with the Open-Ended approach was better than those taught by conventional teaching, (2) there was increasing in student’s self-regulated learning taught using mathematics learning with the Open-Ended approach better than those taught with conventional teaching, (3) there was no interaction between learning approaches and early mathematics ability of students to the improvement of students' creative thinking ability, and (4) there was no interaction between learning approaches and early mathematics ability of students to the increasing of student’s self-regulated learning. Based on the research findings, the Open-Ended approach could be recommended as one of the learning approaches that used in primary schools to achieve competency creative thinking and self-regulated learning.

Keywords: Open-Ended Approach, Creative Thinking, and Self-Regulated Learning Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah: (1)untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa yang diajar menggunakan pendekatan Open-Ended dan yang diajar menggunakan pembelajaran konvensional, (2)untuk mengetahui peningkatan kemandirian belajar siswa yang diajar menggunakan pembelajaran matematika dengan pendekatan Open-Ended dan yang diajar dengan pembelajaran konvensional, (3) untuk mengetahui interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan kemampuan awal matematika siswa terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa, dan (4) untuk

(2)

Peningkatan Kemampuan … (Suriyani, 224-234) 225

mengetahui interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan kemampuan awal matematika terhadap peningkatan kemandirian belajar siswa. Penelitian ini dilaksanakan di MTs Negeri 2 Medan. Jenis penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan desain kelompok kontrol non-ekivalen. Populasi dalam penelitian ini terdiri dari seluruh siswa kelas VIII dengan mengambil sampel empat kelas (dua kelas eksperimen dan dua kelas kontrol) melalui teknik Purposive Sampling. Instrumen yang digunakan terdiri dari tes kemampuan awal matematika, tes kemampuan berpikir kreatif, dan angket kemandirian belajar. Pengujian hipotesis statistik dalam penelitian ini menggunakan rumus ANAVA Dua Jalan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa yang diajar menggunakan pembelajaran matematika dengan pendekatan Open-Ended lebih baik daripada yang diajar dengan pembelajaran konvensional, (2) peningkatan kemandirian belajar siswa yang diajar menggunakan pembelajaran matematika dengan pendekatan Open-Ended lebih baik daripada yang diajar dengan pembelajaran konvensional, (3) tidak terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan kemampuan awal matematika siswa terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa, dan (4) tidak terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan kemampuan awal matematika siswa terhadap peningkatan kemandirian belajar siswa. Berdasarkan temuan penelitian pendekatan Open-Ended dapat direkomendasikan menjadi salah satu pendekatan pembelajaran yang digunakan di sekolah utamanya untuk mencapai kompetensi berpikir kreatif dan kemandirian belajar.

Kata Kunci: Pendekatan Open-Ended, Berpikir Kreatif, dan Kemandirian Belajar

A. Pendahuluan

Matematika memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari.

Berbagai bentuk simbol matematis digunakan manusia sebagai alat bantu dalam perhitungan, penilaian, pengukuran, perencanaan, dan peramalan. Cornelius (Mulyono, 2003:253) mengemukakan bahwa ada lima alasan mengapa matematika perlu dipelajari yaitu:” 1) matematika merupakan sarana berpikir yang jelas dan logis, 2) sarana memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, 3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, 4) sarana untuk mengembangkan kreativitas, dan 5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap budaya”. Secara singkat matematika merupakan mata pelajaran yang melatih anak untuk berpikir rasional, logis, cermat, jujur dan sistematis. Pola pikir yang demikian sebagai suatu yang perlu dimiliki siswa sebagai bekal dalam kehidupan sehari-hari.

Selain itu matematika juga memiliki beberapa tujuan penting yang termuat dalam Peraturan Menteri pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 22 Tahun 2006 tentang Standart Isi untuk satuan Pendidikan Dasar dan Menengah tentang tujuan tiap pelajaran.

Mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:1)Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah, 2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, 3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh, 4) mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. 5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin

(3)

Peningkatan Kemampuan … (Suriyani, 224-234) 226

tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah (Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006:140).

Berdasarkan tujuan dari pentingnya matematika dipelajari maka tidak salah jika proses pembelajaran matematika di kelas menjadi perhatian penting oleh para pelaku pendidikan, khususnya seorang guru. Namun kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa aktivitas dan kemampuan matematika siswa belum optimal. Aktivitas belajar siswa yang belum optimal terlihat dari sikap ketergantungan siswa terhadap guru dalam proses pembelajaran dan minat siswa untuk mengerjakan latihan baik di sekolah maupun di rumah, sedangkan kemampuan matematika siswa yang belum optimal dapat dilihat dari prestasi siswa baik di kelas maupun dalam kompetisi-kompetisi matematika tingkat local, nasional, dan internasional. Matematika sering dianggap sebagai mata pelajaran yang menjenuhkan dan sulit bagi siswa. Hal ini berakibat pada rendahnya hasil belajar siswa.

Padahal mau tidak mau matematika merupakan mata pelajaran yang wajib diberikan kepada siswa sejak Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas.

Pembelajaran matematika di beberapa sekolah di Indonesia sejauh ini masih didominasi pembelajaran konvensional dengan paradigma guru mengajar hanya berorientasi pada hasil belajar yang dapat diamati dan diukur. Siswa pasif dan guru cenderung memindahkan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa sehingga konsep, prinsip dan aturan-aturan sulit difahami oleh siswa. Pembelajaran seperti ini tentunya akan berakibat buruk pada prestasi belajar siswa-siswa sekolah di Indonesia, hal ini terbukti dari hasil The Program for International Student Assessment 2010, posisi Indonesia mengenaskan, kemampuan matematika siswa Indonesia yaitu hanya juara ketiga dari bawah. Indonesia hanya lebih baik daripada Kirgistan dan Panama. Kondisi itu bertahan sejak 2003. Artinya, selama sebelas tahun,kondisi itu stagnan atau tidak berubah (Latief, 2011). Demikian pula hasil Trends in Mathematics and Science Study (TIMSS) yang diikuti siswa kelas VIII Indonesia tahun 2011. Untuk bidang Matematika, Indonesia berada di urutan ke-38 dengan skor 386 dari 42 negara yang siswanya dites.

Skor Indonesia ini turun 11 poin dari penilaian tahun 2007 (Napitupulu, 2012).

Kenyataan ini menunjukkan kemampuan matematis yang dimiliki siswa di Indonesia jauh berada dibawah negara-negara lain. Apabila kita ingin bersaing dengan negara lain maka perlu perubahan pola pembelajaran dan pola pendidikan terutama pada pelajaran matematika dengan memberikan perlakuan-perlakuan serta penekanan-penekanan tertentu dalam pembelajaran. Salah satunya adalah kemampuan berpikir kreatif dan mempertimbangkan aspek afektif dalam diri siswa seperti halnya kemandirian belajar siswa.

Apakah terdapat kreativitas dalam matematika? Menurut Pehnoken (dalam Ali Mahmudin,2010:3), kreativitas tidak hanya terjadi pada bidang-bidang tertentu, seperti seni, sastra, atau sains, melainkan juga ditemukan dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk matematika. Pembahasan mengenai kreativitas dalam matematika lebih ditekankan pada prosesnya, yakni proses berpikir kreatif. Oleh karena itu, kreativitas dalam matematika lebih tepat diistilahkan sebagai berpikir kreatif matematis. Meski demikian, istilah kreativitas dalam matematika atau berpikir kreatif matematis dipandang memiliki pengertian yang sama, sehingga dapat digunakan secara bergantian.

Kreativitas pada intinya merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, baik dalam bentuk ciri-ciri aptitude maupun nonaptitude, baik dalam karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada, yang semuanya itu relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya (Reni, 2001:5). Sedangkan kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan berpikir seseorang dalam mengembangkan ide-ide atau gagasan yang bersifat lancar

(4)

Peningkatan Kemampuan … (Suriyani, 224-234) 227

(fluency), luwes (flexibility), orisinil (original), dan elaborasi (elaborasi). Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan Munandar (dalam Reni, 2001:19) yang menyatakan bahwa:”Berpikir divergen adalah kemampuan memberikan bermacam-macam jawaban berdasarkan informasi yang diberikan, dengan penekanan pada keragaman, jumlah dan kesesuaian”.

Dalam kegiatan pembelajaran, siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif dapat membantu siswa lainnya yang mengalami masalah dalam memahami materi pelajaran. Pengembangan kemampuan berpikir kreatif memang perlu dilakukan karena kemampuan ini merupakan salah satu kemampuan yang dikehendaki dunia kerja.Tidak diragukan lagi bahwa kemampuan berpikir kreatif juga menjadi penentu keunggulan suatu bangsa. Daya kompetitif suatu bangsa sangat ditentukan oleh kreativitas sumber daya manusianya. Pembelajaran matematika perlu dirancang sedemikian sehingga berpotensi mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Pengembangan kemampuan berpikir kreatif perlu dilakukan seiring dengan pengembangan cara mengevaluasi atau cara mengukurnya. Pentingnya kreativitas dalam matematika dikemukakan oleh Bishop (dalam A. Mahmudin, 2010:3) yang menyatakan bahwa seseorang memerlukan dua keterampilan berpikir matematis, yaitu berpikir kreatif yang sering diidentikkan dengan intuisi dan kemampuan berpikir analitik yang diidentikkan dengan kemampuan berpikir logis. Sementara Kiesswetter (dalam A. Mahmudin, 2010:3) menyatakan bahwa kemampuan berpikir fleksibel yang merupakan salah satu aspek kemampuan berpikir kreatif merupakan kemampuan penting yang harus dimiliki siswa dalam menyelesaikan masalah matematika. Pendapat ini menegaskan eksistensi kemampuan berpikir kreatif matematis. Oleh karena itu, berpikir kreatif dan matematika merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Matematika tumbuh dan berkembang berdasarkan pemikiran-pemikiran yang kreatif, serta kemampuan berpikir kreatif seseorang berkembang dengan baik sejauh mana seseorang tersebut mampu mencoba menghasilkan hal-hal yang baru untuk menyelesaikan masalah.

Namun sejauh ini kemampuan berpikir kreatif siswa masih memprihatinkan.

Temuan yang peneliti dapatkan dalam mengukur kemampuan berpikir kreatif siswa sangat mengecewakan. Ketika di lapangan peneliti mencobakan soal untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif pada siswa, hasilnya adalah kemampuan berpikir kreatif siswa masih rendah. Siswa yang diuji adalah siswa kelas IX MTsN 2 Medan. Peneliti mencoba menganalisis jawaban sebagaimana indikator dalam berpikir kreatif yaitu berpikir lancar (fluency), berpikir luwes (flexibility), berpikir orisinil (original), dan elaborasi (elaborasi) hasilnya adalah kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah secara kreatif masih rendah. Dari 45 siswayang diuji 95% siswa atau 43 orang siswa menjawab dengan cara yang tunggal yaitu luas permukaan satu batu bata kemudian hasilnya dikali jumlah batu bata yang ada, sedangkan sisanya menjawab dengan cara berbeda namun belum benar. Siswa belum dapat memberikan alternatif-alternatif pemecahan masalah dengan ragam cara yang berbeda. Perbedaan bentuk soal dengan contoh soal dan soal-soal yang biasa mereka selesaikan membuat siswa kebingungan dan malas untuk mengerjakannya. Sikap ketergantungan siswa pada guru membuat kebanyakan siswa meminta guru untuk memberikan contoh terlebih dahulu agar mereka bisa mengerjakan soal tersebut. Tentunya hal ini menunjukkan satu masalah lain yang bersamaan harus disoroti dalam pembelajaran matematika di kelas, yaitu kemandirian belajar siswa.

Dalam 20 tahun terakhir ini aspek afektif mulai ditelaah para peneliti, selain itu dalam rumusan standar kompetensi lulusan pendidikan dasar dan menengah tahun 2013 dimensi afektif mendapat perhatian pertama dalam rumusannya. Dalam rumusan

(5)

Peningkatan Kemampuan … (Suriyani, 224-234) 228

tersebut dinyatakan bahwa siswa lulusan pendidikan dasar dan menengah hendaknya memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya. Maka tidak berlebihan jika aspek afektif seperti halnya kemandirian belajar menjadi sorotan untuk mendukung kemampuan kognitif para siswa.

Kemandirian belajar berkaitan dengan belajar mandiri namun bukanlah belajar sendiri atau memisahkan siswa dari siswa lainnya. Siswa boleh bertanya, berdiskusi ataupun meminta penjelasan dari orang lain. Kemandirian belajar akan terbentuk dari proses belajar mandiri. Hal yang terpenting dalam proses belajar adalah peningkatan kemampuan dan ketrampilan siswa dalam proses belajar tanpa bantuan orang lain, sehingga pada akhirnya siswa tidak tergantung pada guru, pembimbing, teman, atau orang lain dalam belajar. Tuntutan pengembangan kemandirian belajar yang tertulis dalam kurikulum matematika antara lain menyebutkan bahwa pelajaran matematika harus menanamkan sikap menghargai matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, minat dalam mempelajari matematika, sikap mandiri, ulet, dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Pentingnya sikap kemandirian siswa yang diharapkan dalam belajar matematika ternyata bertolak belakang dengan kenyataan yang diperoleh dari hasil wawancara peneliti dengan salah satu guru Ibu Hanizar Sari yang merupakan guru matematika MTsN 2 Medan, beliau mengatakan bahwa masih banyak siswa yang belum bisa menjadi pembelajar mandiri. Sebagai contoh, (1) siswa tidak melakukan persiapan sebelum menghadapi pembelajaran di sekolah, dan mempelajari materi hanya apabila akan dilaksanakan tes, (2) ketika mengerjakan suatu soal yang diterapkan pada persoalan nyata siswa cenderung sulit bila sebelumnya tidak diberi contoh soal yang sama bentuknya, (3) dan apabila diminta untuk maju ke depan kelas mengerjakan suatu soal siswa hanya menunggu teman yang lain untuk mengerjakannya. Berdasarkan fakta ini, disimpulkan tingkat kemandirian belajar matematika siswa masih rendah.

Kondisi yang terjadi dalam uji coba tersebut disebabkan pembelajaran matematika di sekolah masih menitik beratkan pada proses belajar berhitung yang sudah disiapkan rumus-rumusnya tanpa memperlihatkan aspek kemampuan siswa mengembangkan ide-ide yang dimilikinya, serta kemampuan siswa menghubungkan fakta-fakta dan memperkirakan jawaban serta solusinya. Pembelajaran matematika cenderung ditujukan pada pencapaian target materi atau sesuai buku yang digunakan sebagai buku wajib dengan berorientasi pada soal-soal ujian nasional (Utomo, 2012:2).

Salah satu langkah yang bisa dilakukan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan kemandirian belajar siswa adalah memilih pendekatan pembelajaran yang tepat dan berorientasi pada kompetensi siswa khususnya kemampuan befikir kreatif dan kemandirian belajar siswa, yaitu diperlukan suatu pendekatan dalam menyampaikan pembelajaran yang dapat meningkatkan sikap siswa atau membuat siswa berpikir positif terutama pada pembelajaran matematika. Guru dapat menyajikan pembelajaran yang bernuansa pemecahan masalah dan berpandangan konstruktivisme sebagai salah satu upaya meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis dan kemandirian belajar siswa. Pembelajaran yang seperti itu, diantaranya adalah pembelajaran matematika dengan pendekatan Open-Ended.

Kelebihan pembelajaran dengan Open-Ended terletak pada cara penyelesaiannya maupun jawabannya yang tidak tunggal dalam memecahkan masalah. Menurut Hudiono (dalam Lambertus, 2013: 75) “Pendekatan Open-Ended dalam pembelajaran matematika bertujuan menciptakan suasana pembelajaran bagi siswa memperoleh pengalaman baru

(6)

Peningkatan Kemampuan … (Suriyani, 224-234) 229

melalui proses pembelajaran”. Inti pembelajaran Open-Ended adalah membangun kegiatan interaktif antara matematika dan siswa sehingga mengundang siswa untuk menjawab permasalahan melalui berbagai strategi. Pemecahan masalah matematis tersebut merupakan salah satu unsur daya matematis tingkat tinggi yang menuntut kemampuan berpikir kreatif matematis. Pendekatan Open-Ended menjanjikan suatu kesempatan kepada siswa untuk menginvestigasi berbagai strategi dan cara yang diyakininya sesuai dengan kemampuan mengelaborasi . Tujuannya tiada lain adalah agar kemampuan berpikir matematika siswa dapat berkembang secara maksimal dan pada saat yang sama kegiatan-kegiatan kreatif dari setiap siswa terkomunikasikan melalui proses belajar mengajar. Guru mengemas pembelajaran sekaligus memanfaatkan kesempatan untuk mengembamgkan materi pembelajaran lebih lanjut yang sedikit banyak telah dikenal oleh siswa sendiri. Dengan cara demikian siswa akan benar- benar merasa berkepentingan dan termotivasi tinggi untuk menyelesaikan permasalahan sendiri.

B. Metodologi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MTs Negeri 2 Medan Tahun Pelajaran 2013/2014 yang beralamat di Jalan Peratu Medan. Penelitian ini berbentuk kuasi eksperimen (eksperimen semu) dengan dua kelompok sampel, yaitu kelompok siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan Open-Ended dan kelompok siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.

Adapun desain penelitian sebagai berikut (modifikasi Ruseffendi,2005:53):

O1 X1 O2 :(kelompok eksperimen dengan pembelajaran Open-Ended) O1 X2 O2 :(kelompok kontrol dengan pembelajaran biasa)

Permasalahn yang diangkat dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir kreatif dan kemandirian belajar siswa yang rendah. Untuk mengatasi permasalahan tersebut diterapkan pembelajaran matematika dengan pendekatan Open-Ended.

Teknik validasi yang dilakukan adalah validasi isi yang dilakukan oleh para ahli dan validasi konstruk untuk melihat ketajaman tes dalam mengukur kemampuan yang telah dirumuskan dalam tujuan pembelajaran.

Teknik analisis data yang digunakan adalah Anava Dua Jalur untuk melihat peningkatan kemampuan berpikir kreatif dan kemandirian belajar siswa yang diajar dengan pendekatan Open-Ended dan pembelajaran konvensional. Selain itu analisis Anava Dua Jalur juga digunakan untuk melihat interaksi antara pembelajaran dan kemampuan awal matematika siswa terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif dan kemandirian belajar siswa.

C. Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan analisis seluruh data hasil penelitian yang diperoleh melalui dua instrument yaitu tes dan angket yang diberikan pada siswa kelas VIII-2, VIII-3, VIII-6, dan VIII-7 MTs Negeri 2 Medan dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif dan kemandirian belajar siswa yang diajar menggunakan pembelajaran matematika dengan pendekatan Open-Ended dan pembelajaran konvensional.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa rata-rata hasil pretes kemampuan berpikir kreatif matematis pada kelas eksperimen, yaitu kelas yang menggunakan pembalajaran matematika dengan pendekatan Open-Ended sebesar 3,831, sedangkan pada kelas kontrol, yaitu kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional sebesar 2,191. Di samping itu, rata-rata hasil postes kemampuan berpikir kreatifi pada kelas eksperimen sebesar 9,213, sedangkan pada kelas kontrol sebesar 4,561. Hal ini

(7)

Peningkatan Kemampuan … (Suriyani, 224-234) 230

menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Untuk mengukur besar peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis dilakukan perhitungan indeks gain pada kelas keperimen dan kelas kontrol dan diperoleh rata-rata indeks gain hasil tes kemampuan berpikir kreatif matematis pada kelas eksperimen sebesar 5,190, sedangkan pada kelas kontrol sebesar 2,261, sehingga peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis pada kelas ekperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Taraf signifikansi yang menunjukkan peningkatan kemampuan berpikir kreatif dapat dilihat pada tabel hasil analisis Anava Dua Jalur berikut ini:

Source Type III Sum

of Squares df Mean

Square F Sig.

Corrected Model 613.975a 5 122.795 11.750 .000

Intercept 2064.075 1 2064.075 197.501 .000

KELOMPOK 316.189 1 316.189 30.254 .000

KEMAMPUAN 127.181 2 63.590 6.085 .003

KELOMPOK *

KEMAMPUAN 13.796 2 6.898 .660 .518

Error 1797.570 172 10.451

Total 5087.815 178

Corrected Total 2411.545 177

Tabel 1. Rangkuman Uji Anova Dua Jalan Data Gain Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa

Dari tabel di atas dapat dilihat taraf signifikan pada kelompok pembelajaran adalah 0,000 < 0,05, sehingga Ho di tolak atau terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa yang diajar menggunakan pembelajaran matematika dengan pendekatan Open-Ended dan pembelajaran konvensional. Pada kolom taraf signifikan interaksi antara kelompok pembelajaran dengan kemampuan awal matematika siswa terlihat bahwa taraf signifikannya adalah 0,518 > 0,05, sehingga Ho diterima atau tidak terdapat interaksi antara pembelajaran dengan kemampuan awal matematika terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa.

Sedangkan berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa rata-rata hasil pretes kemandirian belajar siswa pada kelas eksperimen, yaitu kelas yang menggunakan pembelajaran matematika dengan pendekatan Open-Ended sebesar 96,179, sedangkan pada kelas kontrol, yaitu kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional sebesar 101,573. Di samping itu, rata-rata hasil postes kemandirian belajar pada kelas eksperimen sebesar 106,752, sedangkan pada kelas kontrol sebesar 107,966. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kemandirian belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Untuk mengukur besar peningkatan kemandirian belajar siswa selanjutnya dilakukan perhitungan indeks gain pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dan diperoleh rata-rata indeks gain hasil pengisian angket skala kemandirian belajar pada kelas eksperimen sebesar 9,905, sedangkan pada kelas kontrol sebesar 5,687, sehingga peningkatan kemandirian belajar siswa pada kelas ekperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Peningkatan kemandirian belajar dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

(8)

Peningkatan Kemampuan … (Suriyani, 224-234) 231

Source Type III Sum

of Squares df Mean

Square F Sig.

Corrected Model 813.864a 5 162.773 1.311 .262

Intercept 8023.325 1 8023.325 64.609 .000

KELOMPOK 546.413 1 546.413 4.400 .037

KEMAMPUAN 18.867 2 9.433 .076 .927

KELOMPOK *

KEMAMPUAN 2.458 2 1.229 .010 .990

Error 21359.591 172 124.184

Total 32993.271 178

Corrected Total 22173.456 177

Tabel 2. Rangkuman Uji Anova Dua Jalur Data Gain Kemandirian Belajar Siswa Dari tabel di atas dapat dilihat taraf signifikan pada kelompok pembelajaran adalah 0,037 < 0,05, sehingga Ho di tolak atau terdapat perbedaan peningkatan kemandirian belajar siswa yang diajar menggunakan pembelajaran matematika dengan pendekatan Open-Ended dan pembelajaran konvensional. Pada kolom taraf signifikan interaksi antara kelompok pembelajaran dengan kemampuan awal matematika siswa terlihat bahwa taraf signifikannya adalah 0,990>0,05, sehingga Ho diterima atau tidak terdapat interaksi antara pembelajaran dengan kemampuan awal matematika terhadap peningkatan kemandirian belajar siswa.

D. Penutup

Berdasarkan rumusan masalah, hasil penelitian, dan pembahasan seperti yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran matematika dengan pendekatan Open-Ended dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan kemandirian belajar siswa. Secara terperinci dapat disimpulkan sebagai berikut

1) Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis antara siswa yang menggunakan pembelajaran matematika dengan pendekatan Open-Ended dan pembelajaran konvensional. Peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang menggunakan pembelajaran matematika dengan pendekatan Open-Ended lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan menggunakan pembelajaran konvensional.

2) Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran dengan kemampuan awal siswa terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa. Perbedaan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa disebabkan karena faktor pendekatan pembelajaran bukan kemampuan awal matematika siswa.

3) Terdapat perbedaan peningkatan kemandirian belajar antara siswa yang menggunakan pembelajaran matematika dengan pendekatan Open-Ended dan pembelajaran konvensional. Peningkatan kemandirian belajar siswa antara yang menggunakan pembelajaran matematika dengan pendekatan Open-Ended lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.

4) Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran dan kemampuan awal matematika siswa terhadap peningkatan kemandirian belajar siswa. Perbedaan peningkatan kemandirian belajar siswa disebabkan karena faktor pendekatan pembelajaran bukan kemampuan awal matematika siswa.

(9)

Peningkatan Kemampuan … (Suriyani, 224-234) 232

DAFTAR PUSTAKA

Adawiyah, Robiatul. 2012. Pengembangan Model Konseling Behaviour Dengan Teknik Modeling Untuk Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa SMPN 4 Wanasari Brebes. Jurnal Bimbingan Konseling 1 (1) (2012) ISSN 2252. Diakses tanggal 10 April 2013).

Aqib, Zainal. 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SMP, SMA, SMK. Bandung:

Yrama Widya.

Akbar Hawadi, Reni, dkk. 2001. Kreativitas. Jakarta: Gramedia.

Arikunto, S. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Asmin dan Abil. 2012. Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar dengan Analisis Klasik dan Modern.Medan: LARISPA.

Ayu Khalistin, Rizky dan Erry Hidayanto. 2012. Penerapan Pendekatan Pembelajaran Open-Ended untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Kelas VII-A SMP Negeri 1 Batu pada Materi Segi Empat. Jurnal Pendidikan Matematika Volume 3 Nomor 3, 3 Januari 2012. Diakses tanggal 30 Desember 2013).

Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006. Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Menengah Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMP/MTs. Jakarta:

Badan Standar Nasional Pendidikan. Diakses tanggal 12 Januari 2014.

Bao, Lei. 2006. Theoritical Comparisons of Average Normalized Gain Calculation.

Department of Physics, The Ohio State University, 191 W. Woodruff Avenue, Columbus, Ohio 43210, Am. J. Phys. 74 _10_, October 2006. Diakses tanggal 20 Desember 2013).

Bosch, Nancy. 2008. Rubric for Creative Thinking Skills Evaluation from Nancy Bosch.

Diakses tanggal 11 Mei 2014.

DePorter, Bobbi. 2000. Quantum Learning Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Kaifa

Intan Sari, Etika. 2010. Meningkatkan Kemandirian Siswa dalam Belajar Matematika melalui Pendekatan Open Ended.Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah. Diakses tanggal 20 April 2014.

KEMENDIKBUD. 2013. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Diakses tanggal 9 Mei 2014.

Khairina. 2012. Penerapan Pendekatan Pembelajaran Open Ended untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kreatif dan Penalaran Matematis Siswa Sekolah Menengah Atas. Tidak diterbitkan: Medan: PPs UNIMED.

(10)

Peningkatan Kemampuan … (Suriyani, 224-234) 233

Kosasih. 2012. Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kreatif Dan Komunikasi Matematis Siswa SMP Melalui Pmbelajaran Dengan Pendekatan Open-Ended. Universitas Pendidikan Indonesia. Diakses 7 Maret 2013).

Lambertus, dkk. 2013. Penerapan Pendekatan Open-Ended untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik Siswa SMP. Jurnal Pendidikan Matematika Volume 4 Nomor 1 Januari 2013. Diakses tanggal 30 Desember 2013.

Latief. 2011. 76,6 Persen Siswa SMP "Buta" Matematika. Diakses tanggal 12 Maret 2013) Mahmudin, Ali. 2010. Mengukur Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis. Makalah

Konfrensi Nasional Matematika XV. UNIMA Manado 30 Juni-3 Juli 2010.

Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Diakses tanggal 25 Agustus 2013.

Masganti dan Usiono. Senam Otak dan Pembelajaran. Fakultas Tarbiyah IAINSU:P4TK.

Mulyono, A. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta Napitupulu, Ester Lince. 2012. Prestasi Sains dan Matematika Indonesia Menurun. Diakses

tanggal 12 Maret 2013).

Nuraini. 2012. Pengaruh Penerapan Pendekatan Open-Ended tehadap Tingkat Kreativitas, Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika, dan Sikap Siswa SMP di Aek Kanopan. PPs UNIMED.

Prasetyo, Bambang dan Lina M Jannah. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Priyo Utomo, Dwi. 2012. Model Pembelajaran Kooperatif: Teori yang Mendasari dan Prakteknya dalam pembelajaran di Sekolah Dasar. UMM Scientific Journal, Pebruari 2012, P. 2, 4. Diakses 22 Pebruari 2013).

Realin Setiamihardja, Kusmiyati. 2007. Pendekatan Open Ended dalam Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Dasar, No. 8 oktober 2007.

Diakses tanggal 15 Maret 2014.

Ruseffendi, E.T. 2005. Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito.

Sari, Yunita, dkk. 2013. Penerapan Pendekatan Open-Ended dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Matematis Siswa Ditinjau dari Respon Siswa terhadap Pembelajaran Tahun Ajaran 2011/2012.

Jurnal Pendidikan Matematika Solusi Vol.1 No.1 Maret 2013. Diakses tanggal esem er ).

Sudjana. 2005. Metoda Statistika .Bandung: Tarsito.

Sugiyono. 2013. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Supriadi, Dedi. 1994. Kreativitas, Kebudayaan, dan Perkembangan IPTEK. Bandung:

Alfabeta.

Tahar, Irzan dan Enceng. 2006. Hubungan Kemandirian Belajar dan Hasil Belajar pada Pendidikan Jarak Jauh. Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh, Volume. 7, Nomor 2, September 2006, 91-101. iakses tanggal esem er ).

(11)

Peningkatan Kemampuan … (Suriyani, 224-234) 234

Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, Konsep, Landasan, dan IMplementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Jakarta: Kencana.

Uhti. 2011. Pembelajaran Kooperatif dengan Pendekatan Open Ended untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Sekolah Menengah. PROSIDING ISBN : 978 – 979 – 16353 – 6 – 3. Diakses tanggal 1 Januari 2014.

Uno, H. B. 2008. Perencanan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Wahidmurni. 2010. Evaluasi Pembelajaran (Kompetensi dan Praktik). Yogyakarta:

Nuha Litera.

Walpole & Myers. 1995. Ilmu Peluang dan Statistika untuk insinyurdanilmuwan.

Bandung. Penerbit ITB.

Zimmarman. 2008. Investigating Regulation and Motivasion :Historical Background, Methodology Development, and Future Prospects. Amecan Educational Research Journal. Manth 2008, Vol. 45, No. 1 pp. 166-183. Diakses tanggal 11 Februarii 2013.

Gambar

Tabel  1.  Rangkuman  Uji  Anova  Dua  Jalan  Data  Gain  Kemampuan  Berpikir  Kreatif  Siswa
Tabel 2. Rangkuman Uji Anova Dua Jalur Data Gain Kemandirian Belajar Siswa  Dari  tabel  di  atas  dapat  dilihat  taraf  signifikan  pada  kelompok  pembelajaran  adalah  0,037  &lt;  0,05,  sehingga  Ho  di  tolak  atau  terdapat  perbedaan  peningkatan

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya belajar adalah suatu proses usaha yang melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari proses

Tidak/belum pernah sekolah adalah mereka yang tidak pernah/ belum pernah terdaftar dan tidak pernah/belum pernah aktif mengikuti pendidikan di suatu jenjang pendidikan

Penerapan Kegiatan Spray Painting Dalam Meningkatkan Kreativitas Seni Rupa Anak Usia Dini Di Kelompok B Kelas Anggur TK PGRI Lembang.... Peningkatan Kreativitas Seni

Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh faktor sosiodemografi (umur, pendidikan, status pernikahan), (dorongan peer atau reference group ), struktural

Lampiran 3.Uji Korelasi pada Komponen Produksi Tandan Buah Segar bulanan Kebun Sei Baruhur pada Tanaman Berumur 5, 7,dan 9 Tahun selama 3

(1) Dengan tidak mengurangi kewadjiban untuk memperoleh izin menurut peraturan- peraturan lain jang berlaku, maka kepada pemegang Kuasa Pertambangan jang telah

Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme , digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya

Hak cipta merupakan istilah yang populer di dalam masyarakat, walaupun demikian pemahaman tentang ruang lingkup pengertiannya tidaklah sama pada setiap orang karena berbedanya