• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSEDUR PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BINJAI NAMA : RISMA PARAMITHA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PROSEDUR PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BINJAI NAMA : RISMA PARAMITHA"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BINJAI

O L E H

NAMA : RISMA PARAMITHA NIM : 132600051

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini dengan baik.

Adapun maksud dan tujuan dari penulisan Laporan Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan studi pada Program Studi D-III Administrasi Perpajakan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Laporan Tugas Akhir ini berjudul “PROSEDUR PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BINJAI”

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu, memberikan dukungan, motivasi dan inspirasi kepada penulis sehingga Laporan Tugas Akhir ini selesai. Ucapan terimakasih disampaikan kepada :

1. Bapak Dr. Muryanto Amin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si selaku Ketua Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

(3)

4. Bapak Henri Sibarani, SE., Ak. M.Si selaku dosen pembimbing yang telah membantu serta membimbing penulis dalam menyusun dan menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini dari awal hingga selesai.

5. Bapak/IbuDosen Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU yang telah memberikan ilmu pengetahuan terutama di bidang perpajakan kepada penulis selama menjajaki masa kuliah.

6. Seluruh Bapak/Ibu Staff Pegawai Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU yang telah banyak membantu dan memberikan masukan selama masa perkuliahan sampai dengan selesainya Laporan Tugas Akhir ini.

7. Kepada pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai yaitu Kepala Seksi Pelayanan yang telah meluangkan waktuny a untuk menjawab pertanyaan dari penulis dan yang telah bersedia memberikan data-data yang diperlukan olehpenulis untuk menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.

8. Teristimewa kepada Orangtua tercinta ayah saya Alm. Misnan dan ibunda tercinta Nurfadilah, yang tidak pernah berhenti memberi dukungan, doa yang tiada henti, nesehat, kasih sayang dan apapun yang dibutuhkan penulis dalam menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini, yang selalu sabar menghadapi sikap penulis, membesarkan dan mendidik dengan kasih sayAng berlimpah kepada

(4)

penulis dalam menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini, Kepada Rara saraswaty, Sidik Rizka Wahyudi, Gita Afrilda Theresia Bangun, Nanda Pratama dan Yahya Kurnia, yang sudah menjadi teman terbaik penulis selama masa perkuliahan yang saling memberikan semangat selama penulisan Laporan Tugas Akhir. Kalian sudah seperti keluarga kedua bagi penulis dan penulis bangga memiliki kalian semua.

10. Kepada Muhammad Roby seseorang yang spesial yang sudah rela memberikan seluruh waktunya dan memberikan semangat, doa, dan dukungan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini.

11. Seluruh teman–teman seperjuangan dari Tax-A, Tax-B, dan Tax-C 2013 yang selama ini berjuang bersama selama masa perkuliahan.

12. Seluruh teman–teman dari organisasi IMPROSAJA (IkatanMahasiswa Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan) FISIP USU.

13. Seluruh mahasiswa Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU stambuk 2013 yang selamaini berjuang bersama dalam menuntut ilmu.

Pihak-pihak lain dan seluruh teman-teman yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu per satu lagi, penulis mengucapkan terimakasih atas bantuan dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.

(5)

kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan Laporan Tugas Akhir ini.

Akhir kata penulis berharap semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca.

Medan, Juni 2016

Penulis

Risma Paramitha

(6)

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan dan Manfaat ... 6

C. Uraian Teoritis ... 8

D. Ruang Lingkup ... 14

E. Tahapan atau Metode ... 15

F. Metode Pengumpulan Data ... 16

G. Sistematik Penulisan Laporan Tugas Akhir ... 17

BAB II GAMBARAN UMUM DAN LOKASI A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai ... 19

B. Visi dan Misi Direkturat Jenderal Pajak ... 23

C. Visi dan Misi serta Motto Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai ….…...24

D. Letak Geografis Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai... 25

E. Tugas dan Fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai ... 25

F. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai ... 27

G. Jumlah Pegawai di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai ... 33

(7)

... ... 36 B. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) ... 39 C. Jangka Waktu Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak ... 44 D. Pemberian Imbalan Bunga Keterlambatan Pengembalian Kelebihan

Pembayaran Pajak Penghasilan Orang Pribadi ... 45 BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI

A. Prosedur Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak Penghasilan Orang Pribadi ... 48 B. Kelebihan Pembayaran Pajak Penghasilan Orang Pribadi ... 52 C. Hambatan Yang Dihadapi didalam Proses Pengembalian Kelebihan

Pembayaran Pajak Penghasilan Orang Pribadi ... 53 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 56 B. Saran ... 56 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(8)

Tabel 2.2 Jumlah Pegawai berdasarkan Jabatan ... 34

Tabel 2.3 Jumlah Pegawai Berdasarkan Seksi ... 35 Tabel 4.1 Jumlah wajib pajak dan wajib pajak lebih bayar pada KPP Binjai ... 52

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang. Dalam menghadapi perkembangannya, Bangsa Indonesia dituntut untuk memberikan kemampuannya dalam hal ilmu pengetahuan dan Teknologi yang digunakan sebagai dasar untuk menghadapai perkembangan di era globalisasi saat ini.

Maka dari itu, Universitas Sumatera Utara sebagai salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Indonesia, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu-ilmu Politik program studi Diploma III Administrasi Perpajakan, mewajibkan mahasiswa untuk melaksanakan laporan Tugas Akhir. Yang diharapkan dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan keterampilan didunia kerja sesungguhnya.

Seperti negara-negara berkembang lainnya, Indonesia mempunyai masalah dengan poverty vicious circle (lingkaran setan kemiskinan). Untuk itu, Pemerintah dan masyarakat diminta untuk dapat memaksimalkan sumber pendapatan utama negara yaitu pajak dengan cara patuh dalam membayar pajak. Dengan besarnya penerimaan pajak yang diterima oleh negara, diharapkan negara dapat memutar roda perekonomian. Untuk meningkatkan penerimaan pajak perlu kesadaran dan kepedulian dari masyarakat di bidang perpajakan. Undang - Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan

(10)

Umum dan Tatacara Perpajakan yang sebagaimana telah diubah terakhir kali pada Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007.

Saat ini telah diupayakan bermacam potensi untuk meningkatkan penerimaan negara, baik dalam negeri maupun dari luar negeri. Namun seiring dengan berkembangnya analisis para praktisi ekonomi yang menyatakan bahwa mengandalkan pinjaman dari luar negeri merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang akan menjadi bumerang di kemudian hari potensi penerimaan pinjaman dari luar negeri akan semakin di kurangi.

Berdasarkan hal tersebut maka Indonesia akan lebih berusaha untuk meningkatkan potensi penerimaan negara dalam negeri, dan tidak dapat di pungkiri lagi bahwa pajak telah memberikan kontribusi terbesar dalam penerimaan negara.

Misalnya dalam APBN tahun 2013, penerimaan dari sektor pajak mencapai Rp 1.148,4 Triliun, yang terealisasi Rp 1072 Triliun. dalam APBN 2014 mancapai Rp 1.246,1 Triliun, yang terealisasi Rp 1143,3 Triliun. dalam APBN 2015 penerimaan dari sektor pajak mencapai Rp 1294 Triliun yang terealisasi Rp 1060 Triliun. dan dalam APBN 2016 yang sudah ditargetkan mencapai Rp 1360 Triliun dari total penerimaan negara.Dari besaran tersebut dapat dibayangkan, betapa pentingnya pajak bagi berjalannya sistem pemerintahan dan kemampuan Pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Melalui pajak, pemerintah dapat mengatur keseimbangan kehidupan perekonomian dan pemanfaatan dana untuk membangun prasarana yang dibutuhkan masyarakat. Semakin besar penerimaan negara dalam pembayaran

(11)

pajak, makin besar pula kemudahan dan pelayanan masyarakat yang mampu disediakan pemerintah secara langsung untuk mewujudkan pengabdian, kewajiban, dan peran serta dalam pembangunan dan kehidupan bernegara.

Pajak penghasilan sesuai dengan pasal 1 Undang Undang Pajak Penghasilan No. 36 tahun 2008 adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima dalam tahun pajak. Oleh karena itu pajak penghasilan melekat pada subjeknya.Pajak penghasilan termasuk salah satu jenis pajak subjektif. Subjek pajak akan dikenai pajak apabila dia menerima atau memperoleh penghasilan. Dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan, subjek pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan disebut sebagai Wajib Pajak.

Saat ini negara Indonesia memakai sistem pemungutan pajak self assessment system yang menggantikan official assessment system. Self Assessment bertujuan agar wajib pajak dapat menghitung, membayar, dan melaporkan jumlah pajak yang terutang. Sedangkan tugas dari fiskus adalah sebagai pembina, pengawas, peneliti, dan memberikan sanksi kepada wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Namun kenyataannya masih banyak wajib pajak yang belum menyadari dan tidak sepenuhnya memahami peraturan perpajakan. Ketidakpahaman wajib pajak dengan aturan perpajakan mengakibatkan terjadinya kesalahan penerapan dalam aturan perpajakan, dan penentuan tarif yang berakibat pada pembayaran kewajiban perpajakan yang melebihi dari pajak yang seharusnya terutang.

(12)

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 10/PMK.03/2013 Pasal 2, permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang, dapat diajukan dalam hal:

1. Terdapat pembayaran pajak oleh Wajib Pajak yang bukan merupakan obyek pajak yang terutang atau yang seharusnya tidak terutang.

2. Terdapat kesalahan pemotongan atau pemungutan yang mengakibatkan pajak yang dipotong atau dipungut lebih besar daripada pajak yang seharusnya dipotong atau dipungut.

3. Terdapat kesalahan pemotongan atau pemungutan yang bukan merupakan obyek pajak; atau.

4. Terdapat kelebihan pembayaran pajak oleh Wajib Pajak yang terkait dengan pajak-pajak dalam rangka impor.

Kelebihan pembayaran pajak dapat terjadi karena perhitungan wajib pajak sendiri atau karena adanya pemeriksaan oleh Aparatur Pajak atau Fiskus. Kelebihan pembayaran pajak tersebut dapat diajukan dengan permohonan restitusi yang disampaikan dalam SPT tahunan. Dengan adanya permohonan restitusi dari wajib pajak tersebut, maka Kantor Pelayanan Pajak akan melakukan penelitian atau pemeriksaan, kemudian menetapkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) dalam jangka waktu 12 bulan sejak diterimanya surat permohonan.

(13)

Berdasarkan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-67/PJ/2009 tentang tata cara pengembalian pendahuluan kelebihan pajak bagi wajib pajak yang memenuhi persyaratan tertentu. Dalam hal pengembalian kelebihan pembayaran pajak penghasilan orang pribadi, wajib pajak berhak untuk meminta kembali kelebihan pembayaran pajak dengan catatan wajib pajak tersebut tidak mempunyai utang pajak. Apabila wajib pajak masih mempunyai utang pajak yang meliputi semua jenis pajak, kelebihan pembayaran tersebut harus diperhitungkan lebih dahulu dengan utang pajak tersebut. Dan jika masih terdapat sisa lebih, dapat dikembalikan kepada wajib pajak.

Permohonan untuk memperoleh pengembalian atas kelebihan pembayaran pajak harus diajukan atas suatu bukti pembayaran dan bukti pemotongan/pemungutan pajak. Bahwa guna meningkatkan pelayanan kepada wajib pajak dan memberikan kepastian hukum dalam rangka penghitungan dan pengembalian kelebihan pembayaran pajak yang meliputi pajak penghasilan, perlu dilakukan penyempurnaan terhadap ketentuan yang mengatur mengenai prosedur pengembalian kelebihan pembayaran pajak.

Tidak semua wajib pajak mengetahui prosedur pengembalian kelebihan pembayaran pajak yang benar, terkait dengan aspek formal dan materialnya.

Dengan adanya tulisan ini diharapkan wajib pajak dapat mengetahui bangaimana pengajuan kelebihan pembayaran pajak penghasilan. Apabila prosedur pengembalian atas kelebihan pembayaran pajak penghasilan sudah dikuasai, maka

(14)

kondisi-kondisi yang memungkinkan merugikan wajib pajak bisa terhindari.

Berdasarkan uraian di atas, penulis mengambil topik proposal Tugas Akhir dengan judul :Prosedur Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak Penghasilan Orang Pribadi Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai.

B. Tujuan dan Manfaat 1. Tujuan

Laporan Tugas Akhir ini bertujuan untuk :

1.1 Mengetahui prosedur pengembalian kelebihan pembayaran pajak penghasilan orang pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai.

1.2 Mengetahui kendala dalam melaksanakan prosedur pengembalian kelebihan pembayaran pajak penghasilan orang pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai.

1.3 Mengetahui solusi atau upaya dalam menangani kendala pelaksanaan pengembalian kelebihan pembayaran pajak penghasilan orang pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai.

2. Manfaat

2.1 Bagi Mahasiswa

a. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan di bidang perpajakan.

b. Belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja, sebab di dalam lingkungan kerja nantinya akan terdiri dari individu-individu yang berbeda

(15)

baik dari usia, pendidikan, pengalaman, kedudukan, dan lain-lain dalam suatu perusahaan.

c. Untuk menguji dan mengukur kemampuan yang dimiliki mahasiswa dalam menghadapi dunia kerja sebenarnya

d. Mengaplikasikan disiplin ilmu yang telah dipelajari ke dalam permasalahan yang timbul selama melaksanakan laporan Tugas Akhir.

2.2 Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

a. Sebagai sarana untuk mempererat kerja sama positif antara Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai dengan Program Studi Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

b. Sebagai bahan masukan bagi pimpinan dan karyawan untuk meningkatkan sumber daya manusia melalui pembangunan di bidang pendidikan.

2.3 Bagi Program Studi Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

a. Membuka interaksi antara Program Studi Administrasi Perpajakan dengan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai dalam memberikan uji nyata mengenai ilmu pengetahuan yang diterima mahasiswa melalui Laporan Tugas Akhir.

b. Meningkatkan kualitas sumber daya mahasiswa Program Studi Administrasi perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu PolitIk Universitas Sumatera Utara

(16)

a. Sebagai masukan dari semua pihak, baik masyarakat dan lembaga lainnya yang membutuhkan informasi, data, dan keterangan tentang pajak.

C. Uraian Teoritis

1. Pengertian Umum Tentang Pajak

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir kali didalam UU nomor 16 tahun 2009, pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapat imbalan secara langsung dan digunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Beberapa para ahli perpajakan mengemukakan pendapat yang berbeda mengenai pajak, tetapi pada dasarnya pendapat yang dikemukakan tersebut mempunyai maksud dan tujuan yang sama. Diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh :

1.1 Prof. DR. Rochmat Soemitro, S.H berpendapat bahwa :Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum(Mardiasmo, 2008:2).

1.2 Dr. N. J. Feldmann berpendapat bahwa :Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa (menurut norma- norma yang ditetapkan secara umum), tanpa adanya kontraprestasi, dan

(17)

semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum(Resmi, 2008:2).

2. Defenisi Umum Wajib Pajak (WP)

Pengertian Wajib Pajak adalah Orang Pribadi dan Badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang KUP)

Wajib Pajak tersebut terdiri dari :

Wajib Pajak Orang Pribadi

1. Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Mempunyai Penghasilan Dari Usaha.

2. Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Mempunyai Penghasilan Dari Pekerjaan Bebas.

3. Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Mempunyai Penghasilan Dari Pekerjaan.

3. Dasar Hukum

(18)

3.1 Undang-Undang No.6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang No.16 Tahun 2009.

3.2 Undang-Undang No.7 Tahun 1984 tentang Pajak Penghasilan (PPh) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang No.36 Tahun 2008.

3.3 Undang-Undang No.16 Pasal 11 dan 17 Tahun 2009 tentang prosedur Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak Pengahasilan Orang Pribadi baik yang menjalan usaha maupun pekerjaan bebas.

3.4 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 198/PMK.03/2013 Tentang Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak bagi wajib pajak yang memenuhi persyaratan tertentu.

3.5 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 10/PMK.03/2013 tentang Tata Cara Pengembalian Atas Kelebihan Pembayaran Pajak yang seharusnya tidak terutang.

3.6 Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor : SE-12/PJ/2014 tentang Tata Cara Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak bagi wajib pajak yang memenuhi persyaratan tertentu.

3.7 Peraturan Pemerintah nomor 74 tahun 2011 tentang Tata Cara Pelaksanaan Hak dan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan.

4. Fungsi Pajak

(19)

Pajak memiliki peranan yang signifikan dalam kehidupan bernegara, khususnya pembangunan. Pajak merupakan sumber pendapatan negara dalam membiayai seluruh pengeluaran yang dibutuhkan, termasuk pengeluaran untuk pembangunan. Sehingga pajak mempunyai beberapa fungsi, antara lain:

4.1 Fungsi Budgeteir

Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran- pengeluarannya.

4.2 Fungsi Reguler (mengatur)

Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.

5. Syarat pemungutan pajak

Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau perlawanan, maka pemungutan pajak harus memenuhi syarat sebagai berikut:

5.1 Adil

Sesuai dengan tujuan hukum, yakni mencapai keadilan undang-undang dan pelaksanaan pemungutan yang adil. Adil dalam perundang-undangan perpajakan diantaranya mengenakan pajak secara umum dan merata serta disesuaikan dengan kemampuan wajib pajak.

5.2 Yuridis

Sesuai dengan Pasal 23 UUD 1945 yang berbunyi “Pajak dan pungutan yang bersifat untuk keperluan Negara diatur dengan Undang-Undang,” ada

(20)

beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyusunan UU tentang pajak, yaitu sebagai berikut..

Pemungutan pajak dilakukan oleh Negara berdasarkan UU harus dijamin kelancarannya

Jaminan hukum bagi para wajib pajak untuk tidak diberlakukan secara umum

Jaminan hukum mengenai terjadinya kerahasiaan bagi para wajib pajak

5.3 Ekonomis

Pemungutan pajak tidak boleh mengganggu kelancaran kegiatan produksi perdagangan sehingga tidak menimbulkan kelesuan perekonomian masyarakat.

5.4 Finansial

Biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan sehingga lebih rendah dari hasil pemungutan.

5.5 Sederhana

Sistem pemungutan pajak yang sederhana akan memudahkan dan mendorong masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

6. Pengelompokan pajak

Pembagian pajak dapat dilihat berdasarkan golongan dan sifat. Berikut uraiannya

(21)

6.1 Menurut golongannya

a. Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipukul sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Misalnya pajak penghasilan (PPh).

b. Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain, misalnya Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

6.2 Menurut sifatnya

a. Pajak subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjektif, dalam arti memperhatikan keadaan diri wajib pajak, misalnya Pajak Penghasilan (PPh).

b. Pajak objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan diri wajib pajak, misalnya Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM).

7. Asas pemungutan pajak

7.1 Asas domisili (asas tempat tinggal) Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan wajib pajak yang bertempat tinggal diwilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Asas ini berlaku untuk wajib pajak dalam negeri.

7.2 Asas sumber

Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber di wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal wajib pajak.

(22)

8. Sistem pemungutan pajak

Sistem pemungutan pajak yaitu cara yang di gunakan untuk menghitung besarnya pajak seseorang yang harus di bayar kepada negara.Sistem pemungutan pajak ini ada 3 jenis yaitu

8.1 Official Assessment System, yaitu suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya jumlah pajak yang terhutang oleh wajib pajak.

8.2 Self assessment system, yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajib pajak dalam menentukan sendiri besarnya pajak yang terhutang.

8.3 With holding system, yaitu suatu sistem pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan) untuk memberikan besarnya pajak terutang oleh wajib pajak.

D. Ruang Lingkup

Adapun yang menjadi ruang lingkup dalam Laporan Tugas Akhir ini adalah : 1. Prosedur Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak Penghasilan Orang Pribadi

Pada Kantor pelayanan Pajak Pratama Binjai.

2. Kendala pelaksanaan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak Penghasilan Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai.

3. Upaya yang ditempuh Kantor Pelayanan Pajak pratama Binjai untuk mengatasi kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak Penghasilan Orang Pribadi.

(23)

E. Metode

Untuk memperoleh dan mengumpulkan data serta informasi yang sesuai, maka metode yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Tahap persiapan

Yaitu kegiatan yang harus dilakukan oleh mahasiswa sebelum melaksanakan Laporan Tugas Akhir meliputi kegiatan seperti: pengajuan judul, penentuan judul, menyusun proposal, penentuan dosen pembimbing, diskusi dan konsultasi dengan dosen pembimbing, dan pengajuan surat izin ke lokasi Laporan Tugas Akhir dibuat.

2. Studi Literatur

Yaitu kegiatan mencari data dan informasi dengan membaca landasan teori yang meliputi: buku-buku, undang-undang, dan bahan tertulis lainnya yang ada hubungannya dengan laporan Tugas Akhir.

3. Observasi Lapangan

Yaitu melakukan pengamatan langsung pada objek penelitian untuk mengetahui prosedur pengembalian kelebihan pembayaran pajak penghasilan orang pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai.

4. Pengumpulan Data

Pada waktu pelaksanaan Laporan Tugas Akhir, penulis mengumpulkan data yang diperlukan untuk menyusun laporan akhir. Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan data primer dan sekunder :

(24)

b. Data sekunder, merupakan data yang diperoleh dari referensi ilmiah seperti laporan, dokumen-dokumen dan jurnal-jurnal.

5. Analisis Data dan Evaluasi

Analisis data yang digunakan adalah analisa kualitatif, yaitu menjelaskan dengan kata-kata secara sistematis sehingga permasalahan dalam penelitian ini terungkap secara objektif.

F. Metode Pengumpulan Data

Dalam melaksanakan pengumpulan data ada 3 metode yang digunakan:

1. Wawancara

Yaitu kegiatan mengumpulkan data dengan melakukan wawancara dan mengajukan pertanyaan secara lisan kepada perseorangan untuk memperoleh data yang diperlukan.

2. Observasi

Pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis dengan mengadakan pengamatan langsung ditempat Laporan Tugas Akhir sehubungan dengan objek studi yang akan dispesialisasikan oleh penulis.

3. Daftar Dokumentasi (Documentation)

Dengan cara mengumpulkan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan mekanisme pendataan subjek pajak Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai,dan data-data lain yang berhubungan dengan objek pembahasan.

(25)

G. Sistematika Penulisan Laporan Tugas Akhir

Adapun yang menjadi sistematika dalam penyusunan laporan Tugas Akhir, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari latar belakang, tujuan dan manfaat, uraian teoritis, ruang lingkup, metode Penulisan Laporan Tugas Akhir, metode pengumpulan data dan sistematika penulisan laporan.

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK DAN LOKASI TUGAS AKHIR Pada bab ini diuraikan mengenai sejarah singkat berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai, visi dan misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai, Peta Wilayah dan Alamat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai, struktur organisasi,uraian tugas danfungsi dari seksi di Kantor Pajak Pajak Pratama Binjai.

BAB III PEMBAHASAN

Pada bab ini diuraikan ketentuan umum tentang prosedur pengembalian kelebihan pembayaran pajak orang pribadi, Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) pajak penghasilan orang pribadi, jangka waktu pengembalian kelebihan pembayaran pajak penghasilan orang pribadi, pemberian imbalan bunga keterlambatan pengembalian kelebihan pembayaran pajak penghasilan orang pribadi.

(26)

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI

Pada bab ini penulis menganalisis data yang sudah di kumpulkan, tentang prosedur pengembalian kelebihan pembayaran pajak penghasilan orang pribadi, kelebihan pembayaran pajak penghasilan orang pribadi dan badan lebih bayar,hambatan yang dihadapi didalam proses pengembalian kelebihan pembayaran pajak penghasilan orang pribadi, kesiapan petugas didalam menangani prosedur pengembalian kelebihan pembayaran pajak penghasilan orang pribadi.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini berisi kesimpulan dan saran-saran penulis sehubungan dengan uraian-uraian pada bab-bab sebelumnya.

(27)

BAB II

GAMBARAN UMUM OBJEK DAN LOKASI TUGAS AKHIR

A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai

Sebelum disebut Kantor Pelayanan Pajak (KPP), kantor ini bernama Kantor Inspeksi Pajak (KIP). Pada bulan Juni 1976, Kantor Inspeksi Pajak diubah menjadi Kantor Pelayanan Pajak yang saat itu dibagi menjadi 2 (dua) yaitu KPP Medan Utara dan KPP Medan Selatan.

Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara didirikan pada tanggal 1 April 1994 berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 758/KMK.01/1993 tanggal 03 Agustus 1993. Dalam rangka meningkatkan pelayanan bagi para wajib pajak wilayah Kotamadya Medan, Binjai dan sekitarnya maka Wilayah Kantor Pelayanan Pajak dibagi atas 3 (tiga) bagian, yaitu :

1. KPP Medan Utara.

2. KPP Medan Timur.

3. KPP Medan Barat.

Kemudian dengan SK Nomor 94//KMK.01/1994 tanggal 29 Maret 1994 terhitung mulai 1 April Kantor Pelayanan Pajak di Medan dipecah menjadi 4 (empat) Kantor Pelayanan Pajak, yaitu :

1. KPP Medan Utara.

2. KPP Medan Timur.

3. KPP Medan Barat.

(28)

4. KPP Medan Binjai.

Dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor 443/KMK.01/2001 tanggal 23 Juli 2001 perihal Kantor Pelayanan Pajak, jajaran Kantor Wilayah I Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara Bagian Utara (KANWIL I DJP SUMBAGUT) terhitung 1 Januari 2002 Kantor Pelayanan Pajak Medan diubah menjadi 6 (enam) Kantor Pelayanan Pajak, meliputi:

1. KPP Medan Timur, berdomisili di Jl. Diponegoro No. 30A Medan.

2. KPP Medan Kota, berdomisili di Jl. Diponegoro No. 30A Medan.

3. KPP Medan Barat, berdomisili di Jl. Sukamulia No. 17A Medan.

4. KPP Medan Polonia, berdomisili di Jl. Diponegoro No. 30A Medan.

5. KPP Medan Belawan, berdomisili di Jl. Asrama No. 7A Medan.

6. KPP Binjai, berdomisili di Jl.Jambi No.1 Rambung Barat Binjai.

Dengan adanya Keputusan Menteri Republik Indonesia Nomor 535/KMK.01/2001 tentang “Kordinator Pelaksana Direktorat Jenderal Pajak”, telah diadakan reorganisasi Direktorat Jendral Pajak, yang didalam keputusan tersebut telah berubahnya sebagian garis instruksi, dan juga terbentuknya Kantor-Kantor Pelayanan Pajak dan Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan. Kantor Pelayanan Pajak Binjai yang didirikan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 94/KMK-01/1994 tanggal 29 Maret 1994 memiliki wilayah kerja sebagai berikut :

a. Kotamadya Binjai b. Kabupaten Langkat

(29)

c. Kabupaten Deli Serdang a. Kec. Labuhan Deli b. Kec. Sunggal c. Kec. Pancur Batu d. Kec. Hamparan Perak e. Kec. Sibolangit f. Kotalimbaru

d. Kabupaten Tanah Karo

Pada tanggal 19 Mei 2008 berdasarkan Keputusan Direktorat Jenderal Pajak Nomor KEP-95/PJ./2008 tentang Penerapan Organisasi, Tata Kerja dan Saat Mulai Beroperasinya Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Nanggroe Aceh Darussalam dan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara II serta Kantor Pelayanan Pajak Pratama dan/atau Kantor Pelayanan, Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan di Lungkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara I, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Riau dan Kepulauan Riau, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Kalimantan Timur, dan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sulawesi Selatan Barat dan Tenggara, maka Kantor Pelayanan Pajak Binjai berubah nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai yang artinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai telah menjadi Kantor Pelayanan Pajak Modern dimana pelayanan perpajakan telah menjadi pelayanan satu atap. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai memiliki wilayah

(30)

1.) Kota Binjai

a. Kec. Binjai Timur b. Kec. Binjai Kota c. Kec. Binjai Utara d. Kec. Binjai Barat e. Kec. Binjai Selatan 2.) Kabupaten langkat

a. Kec. Pangkalan Susu b. Kec. Gebang

c. Kec. Hinai d. Kec. Secanggang e. Kec. Sawit Seberang f. Kec. Babaln

g. Kec. Sei Lepan h. Kec. Stabat i. Kec. Sirapit j. Kec. Binjai k. Kec. Besitang l. Kec. Tanjung Pura m. Kec. Wampu

n. Kec. Pematang Raya o. Kec. Brandan Barat

(31)

p. Kec. Kuala q. Kec. Selesai r. Kec. Bahorok s. Kec. Kutambaru t. Kec. Padang Tualang u. Kec. Sei Bingai v. Kec. Batang Serangan w. Kec. Salapian

Seiring perubahan organisasi Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak, pelayanan Perpajakan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di kota Binjai telah diserahkan Pemerintah Daerah terhitung mulai tanggal 1 Januari 2013.

B. Visi dan Misi Direktur Jenderal Pajak

1. Visi Direktorat Jenderal Pajak

Menjadi Institusi Penghimpun Penerimaan Negara yang Terbaik demi Menjamin Kedaulatan dan Kemandirian Negara.

2. Misi Direktorat Jenderal Pajak

Menjamin penyelenggaraan negara yang berdaulat dan mandiri dengan:

1. mengumpulkan penerimaan berdasarkan kepatuhan pajak sukarela yang tinggi dan penegakan hukum yang adil;

(32)

2. pelayanan berbasis teknologi modern untuk kemudahan pemenuhan kewajiban perpajakan;

3. aparatur pajak yang berintegritas, kompeten dan profesional; dan 4. kompensasi yang kompetitif berbasis sistem manajemen kinerja

C. Visi dan Misi serta Motto Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai Keberhasilan program modernisasi di lingkungan DJP, tidak hanya dapat membawa perubahan paradigma dan perubahan perilaku pegawai DJP, tetapi lebih jauh juga dapat memberikan dampak positif terhadap percepatan penerapan praktek-praktek good governance pada institusi pemerintah secara keseluruhan.

Untuk mencapai tujuan tersebut, Direktorat Jenderal Pajak telah mencanangkan visi dan misi sebagai pedoman dalam melakukan setiap kegiatan.

1. Visi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

“ MENJADI KANTOR PELAYANAN PENGHIMPUN PAJAK NEGARA TERBAIK DI LINGKUNGAN KANTOR WILAYAH DJP SUMAERA UTARA I ”

2. Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

1. Bekerja dengan menjunjung tinggi nilai-nilai Kementrian Keuangan

2. Menyelesaikan fungsi administrasi perpajakan dengan menerapkan Undang-Undang perpajakan secara adil

(33)

3. Memberikan pelayanan perpajakan terbaik bagi msyarakat khususnya di wilayah Kota Binjai dan Kabupaten Langkat 3. Motto Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

“ BINJAI “ yakni Bersih, Inisiatif, Jujur, Amanah, Ikhlas D. Letak Geografis Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai

Penentuan Lokasi KPP Pratama Binjai merupakan salah satu faktor terpenting dalam memberikan kemunculan pelayanan kepada Wajib Pajak. KPP Pratama Binjai terletak di jalan Jambi Nomor 1 Rambung Barat, Binjai Selatan.

Kantor Pemerintahan ini disesuaikan dengan rencana Tata Ruang Wilayah, kedekatan dengan lokasi wajib pajak, kedekatan dengan kantor pemerintahan, kedekatan dengan perbankan. Karena Kantor Pemerintah ini juga memudahkan pengawasan dan memberikan pelayanan terhadap wajib pajak dalam membayar pajak.

E. Tugas dan Fungsi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai adalah instansi 25ertical Direktorat Jendral Pajak yang berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada kepala Kanwil DJP Sumut I. Tugas dan fungsi masing-masing akan diuraikan dalam setiap seksi, dimana Kantor Pelayanan Pajak Pratama mempunyai tugas pokok melaksanakan kegiatan operasional pelayanan perpajakan dalam daerah wewenangnya, berdasarkan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak

(34)

a. Tugas

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 62/PMK.01/2009 tanggal Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai mempunyai tugas melaksanakan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan Wajib Pajak di bidang PPh, PPN, PPn BM, PBB dan Pajak Tidak langsung lainnya dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

b. Fungsi

Dalam melaksanakan tugas, Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai memiliki fungsi:

a. Pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi perpajakan, penyajian informasi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, serta penilaian objek Pajak Bumi dan Bangunan;

b. Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan;

c. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya;

d. Penyuluhan perpajakan;

e. Pelaksanaan registrasi Wajib Pajak;

f. Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak;

g. Pelaksanaan pemeriksaan pajak;

h. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak;

i. Pelaksanaan konsultasi perpajakan;

j. Pelaksanaan intensifikasi dan ekstensifikasi;

(35)

k. Pembetulan ketetapan pajak;

l. Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan

m. Pelaksanaan administrasi Kantor Pelayanan Pajak.

F. Struktur Organisasi di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai Struktur Organisasi adalah suatu bagan yang menggambarkan sistematis mengenai penetapan tugas-tugas, fungsi dan wewenang serta tanggung jawab masing-masing dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Tujuannya yaitu untuk membina keharmonisan kerja agar pekerjaan dapat dilaksanakan dengan teratur dan baik untuk mencapai tujuan yang diharapkan secara maksimal.

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai menerapkan struktur organisasi lini dan staff. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai dipimpin oleh seorang kepala kantor yang secara operasional bertanggung jawab kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak.

Untuk mencapai organisasi yang lebih baik sesuai dengan pangkat dan jabatan, dengan mengetahui tugas dan tanggung jawab masing-masing setiap bagian akan berinteraksi dan beroperasi secara harmonis dengan keteraturan pasti dengan wadah struktur organisasi.

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai terdiri dari sembilan seksi yang masing-masing seksi dipimpin Kepala Seksi. Khusus untuk Seksi Pengawasan dan Konsultasi, selain Kepala Seksi dan Pelaksana, seksi ini juga memiliki Account Representative atau biasa disingkat dengan AR.

(36)

Untuk dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsi sesuai Keputusan Menteri Keuangan No.94/KMK.01/1994 Tanggal 29 Maret 1994, Maka pembagian tugas dan wewenang masing-masing seksi dalam Struktur Organisasi KPP Pratama Binjai adalah:

1. Kepala Kantor

Tugas dari seorang kepala kantor adalah mengkoordinasikan pelaksanaan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan Wajib Pajak di bidang Pajak Penghasilan, Pajak tidak langsung lainnya dan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) berdasarkan Undang-Undang yang berlaku .

2. Sub Bagian Umum Dan Kepatuhan Internal Berikut ini adalah tugas dari Sub Bagian Umum : a. Penerimaan dan penyampaian dokumen di KPP.

b. Pemprosesan dan penatausahaan dokumen masuk di Sub bagian umum.

c. Pelaksanaan pelantikan, sumpah dan serah terima jabatan serta pengambilan sumpah Pegawai Negeri Sipil (PNS).

d. Permintaan pengujian kesehatan pegawai.

e. Pembuatan kartu tanda pengenal pemeriksa.

f. Pelaksanaan pembayaran tagihan melalui mekanisme langsung kepada rekanan.

g. Pemusnahan dokumen, penyusunan laporan berkala KPP dan pembuatan laporan tahunan.

(37)

h. Penyusunan laporan/daftar realisasi anggaran belanja.

i. Pelaksanaan tugas kepatuhan internal 3. Seksi Pelayanan

Berikut ini adalah tugas dari Seksi Pelayanan : a. Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

b. Penatausahaan surat, dokumen dan laporan Wajib Pajak pada Tempat Pelayanan Terpadu (TPT).

c. Perubahan identitas Wajib Pajak.

d. Penyelesaian permohonan pengukuhan pengusaha kena pajak.

e. Penerbitan surat teguran penyampaian SPT Masa dan SPT tahunan PPh.

f. Pelaksanaan pemenuhan permintaan konfirmasi dan klarifikasi.

g. Penyelesaian pemindahan Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak lama.

4. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)

Berikut ini adalah tugas dari Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI):

a. Pemprosesan dan penatausahaan dokumen masuk di seksi PDI.

b. Penatausahaan alat keterangan.

c. Pembentukan bank data.

d. Pembuatan dan penyampaian Surat Perhitungan (SPH) kirim ke Kantor Pelayanan Pajak lainnya.

e. Penyusnan rencana penerimaan pajak berdasarkan potensi pajak, perkembangan ekonomi dan keuangan.

(38)

f. Penerbitan STP Bunga Penagihan, Surat Teguran Penagihan, Surat Paksa dan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP) serta Surat Keputusan Pencabutan Sita.

g. Pembuatan Usulan Pencegahan dan Penyanderaan terhadap wajib pajak tertentu.

5. Seksi Pengawasan dan Konsultasi (I,II,III,IV)

Seksi Pengawasan dan Konsutasi atau yang biasa disebut seksi Waskon, terbentuk setelah Kantor Pelayanan Pajak melakukan modernisasi, dimana pembagian seksi berorientasi pada fungsi seksi. Fungsi umum dari seksi waskon adalah melakukan pengawasan dan konsultasi terhadap wajib pajak dalam menjalankan kewajiban perpajakannya.

Pada KPP Pratama Binjai seksi ini dibagi menjadi 4 bagian yaitu: Seksi Waskon I, Waskon II, Waskon III, dan Waskon IV. Tugas dari keempat seksi tersebut pada dasarnya sama, yang membedakan hanyalah pembagian wilayah kerjanya.

Hal ini bertujuan mempermudah dan membantu tugas fungsi KPP Pratama Binjai. Berikut ini adalah tugas dari Seksi Pengawasan dan Konsultasi (I,II,III,IV) :

a. Pemprosesan dan penatausahaan dokumen masuk di seksi pengawasan dan konsultasi.

b. Penerbitan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak (SPMKP) c. Penerbitan Surat Perintah Membayar Imbalan Bunga (SPMIB) d. Penyelesaian permohonan perubahan metode pembukuan

(39)

e. Penetapan Wajib Pajak patuh

f. Penyelesaian permohonan pembetulan ketetapan Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah di KPP Penyelesaian permohonan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi PBB di KPP.

6. Seksi Ekstensifikasi dan Penyuluhan

Berikut ini adalah tugas dari Seksi Ekstensifikasi:

a. Pemprosesan dan penatausahaan dokumen masuk di Seksi Ekstensifikasi.

b. Pendaftaran objek pajak baru dengan penelitian kantor.

c. Penerbitan surat himbauan untuk ber-NPWP.

d. Pendaftaran objek pajak baru dengan penelitian lapangan.

e. Penyelesaian permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB) pemotongan PPh atas bunga deposito dan tabungan serta diskonto SBI yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan.

f. Penyelesaian permohonan penundaan pengembalian Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) dan mutasi sebagian atau seluruhnya objek dan subjek pajak PBB.

g. Penerbitan daftar nominatif untuk usulan Surat Perintah Pemeriksaan Pajak (SP3) PSL, Ekstensifikasidan lain-lain.

7. Seksi Pemeriksaan

(40)

a. Pemrosesan dan penatausahaan dokumen masuk di seksi pemeriksaan.

b. Penyelesaian usulan pemeriksaan.

c. Penyelesaian usulan pemeriksaan bukti permulaan.

d. Pemeriksaan kantor.

e. Penyelesaian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan Lebih Bayar.

f. Penatausahaan laporan pemeriksaan pajak dan nota perhitungan.

g. Pengamatan KPP, pemeriksaan kantor, pemeriksaan lapangan dan penyelesaian usulan pemeriksaan dan lain-lain.

8. Seksi Penagihan

Berikut ini adalah tugas dari Seksi Penagihan :

a. Pemprosesan dan penatausahaan dokumen masuk di seksi penagihan.

b. Menjawab konfirmasi data tunggakan Wajib Pajak.

c. Penyelesaian permohonan penundaan pembayaran pajak.

d. Penagihan pajak seketika dan sekaligus.

e. Penerbitan dan penyampaian surat teguran penagihan.

f. Penghapusan piutang pajak.

g. Penerbitan STP bunga penagihan, Surat Teguran Penagihan, Surat Paksa dan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP) serta Surat Keputusan Pencabutan Sita.

9. Kelompok Jabatan Fungsional

(41)

Pejabat Fungsional terdiri atas Perjabat Fungsional Pemeriksaan dan Pejabat Fungsional Penilai yang bertanggung jawab secara langsung kepada Kepala KPP Pratama dalam melaksanakan pekerjaannya, Pejabat Fungsional pemeriksa berkoordinasi dengan Seksi Pemeriksaan.

G. Jumlah Pegawai Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai

Aspek kepegawaian yang mendukung operasional Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai sebagai berikut:

Tabel 2.1

Jumlah Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah

Laki-laki Perempuan

62 28

Jumlah 90

Sumber: KPP Pratama Binjai

(42)

Tabel 2.2

Jumah Pegawai Bedasarkan Jabatan

Jabatan Jumlah

Kepala Kantor Kasubag/Kasi Fungsional pemeriksa

Fungional Penilai Account Representative

Pelaksana

1 10

5 1 29 39 Sumber: KPP Pratama Binjai

(43)

Tabel 2.3

Jumlah Pegawai Berdasarkan Seksi

Seksi Jumlah

Subbag Umum dan Kepatuhan Internal Seksi Pelayanan

Seksi PDI Seksi Waskon I Seksi Waskon II Sekasi Waskon III

Seksi Penagihan

Sekai Ekstensifikasi & Penyuluhan Seksi Pemeriksaan

Fungsional

9 10

8 5 8 8 6 9 2 6 Sumber: KPP Pratama Binjai

(44)

BAB III

GAMBARAN DATA TENTANG PROSEDUR PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK

A. Ketentuan Umum Tentang Prosedur Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak

1. Dasar Hukum Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak (restitusi)

Yang menjadi dasar hukum pengembalian kelebihan pembayaran pajak adalah :

a. Undang-Undang No. 6 tahun 1983 sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No 16 tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-40/PJ/2009 tentang tata cara pengembalian pendahuluan kelebihan pajak bagi wajib pajak yang memenuhi persyaratan tertentu.

c. Peraturan Direktur Jenderal Pajak PER-7/PJ/2011 tentang Tata Cara Pengembalian Kelebihan pembayaran pajak.

d. Peraturan menteri keuangan Nomor 16/PMK.03/2011 tentang Tata cara Penghitungan dan pengembalian kelebihan Pembayaran pajak.

e. Peraturan Direktur Jenderal Pajak PER-7/PJ/2011 tentang Tata Cara Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak.

f. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 10 /PMK.03/2013 tanggal 2 Januari 2013 tentang Tata Cara Pengembalian Kelebihan Pembayaran

(45)

Pajak yang seharusnya tidak terutang.

g. Surat Edaran Terkait :

- Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-46/PJ/2012 tanggal 01 November 2012 tentang Kebijakan Pelaksanaan Verifikasi.

- Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor : SE-12/PJ/2014 tentang tata cara pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak bagi wajib pajak yang memenuhi persyaratan tertentu.

- Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-67/PJ/2009 tentang pengantar peraturan direktorat jenderal pajak Nomor PER-40/PJ/2009 tentang tata cara pengembalian pendahuluan kelebihan pajak bagi wajib pajak yan memenuhi persyaratan tertentu.

2. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar

a. SKPLB diterbitkan tanpa ada permohonan dari WP

Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar diatur dalam Undang-Undang No. 16 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 16 tahun 2009.

Menurut pasal 17 Surat ketetapan pajak lebih bayar diterbitkan untuk :

1. Pajak Penghasilan apabila jumlah kredit pajak lebih besar dari pada

(46)

2. Pajak Pertambahan Nilai apabila jumlah kredit pajak lebih besar daripada jumlah pajak yang terutang. Jika terdapat pajak yang dipungut oleh pemungut pajak pertambahan nilai. Jumlah pajak yang terutang dihitung dengan cara jumlah pajak keluaran dikurangi dengan pajak yang dipungut oleh Pemungut Pajak Pertambahan Nilai tersebut.

3. Pajak Penjualan atas Barang Mewah apabila jumlah pajak yang dibayar lebih besar daripada pajak yang terutang.

Surat Ketetapan Pajak tersebut diterbitkan setelah dilakukan pemeriksaan atas surat pemberitahuan yang disampaikan wajib pajak yang menyatakan kurang bayar, nihil, atau lebih bayar yang tidak disertai dengan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak.

Apabila setelah menerima Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar Wajib Pajak menghendaki pengembalian kelebihan pembayaran pajak, Wajib Pajak mengajukan permohonan tertulis sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. 6 tahun 1983 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 16 Tahun 2009 dalam Pasal 11 ayat (2).

(47)

b. SKPLB diterbitkan karena ada permohonan Wajib Pajak

Berdasarkan permohonan Wajib Pajak, Direktur Jenderal Pajak, setelah meneliti kebenaran pembayaran pajak, menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar apabila terdapat pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

c. SKPLB diterbitkan karena ada data baru

Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar masih dapat diterbitkan lagi apabila berdasarkan hasil pemeriksaan dan/atau data baru ternyata pajak yang lebih dibayar jumlahnya lebih besar daripada kelebihan pembayaran pajak yang telah ditetapkan.

B. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)

Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar adalah Surat Ketetapan Pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak yang terutang atau tidak seharusnya terutang. Jenis SKPLB terdiri dari: SKPLB PPH Orang Pribadi dan Badan dan SKPLB PPN/PPnBM Orang Pribadi dan Badan.

1. Untuk Pajak Penghasilan, jumlah kredit pajak lebih besar dari jumlah pajak yang terutang, atau telah dilakukan pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang.

2. Untuk Pajak Pertambahan Nilai, jumlah kredit pajak lebih besar dari

(48)

tidak terutang. apabila terdapat pajak terutang yang yang dipungut oleh pemungut Pajak Pertambahan Nilai, maka yang dimaksud dengan jumlah pajak yang terutang adalah jumlah pajak keluaran setelah dikurangi pajak yang dipungut oleh pemungut Pajak Pertambahan Nilai tersebut.

3. Untuk Pajak Penjuan atas Barang Mewah, jumlah pajak yang dibayar lebih besar dari jumlah pajak yang terutang atau telah dilakukan pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang.

Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar diatur dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir kali dalam Undang-Undang No.

16 Tahun 2009 dimana Direktorat Jendral Pajak, setelah melakukan pemeriksaan, menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar apabila jumlah kredit pajak atau jumlah pajak yang dibayar lebih besar daripada jumlah pajak yang terutang atau telah dilakukan pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang.

Direktorat Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan atas permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak, selain permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak dari wajib pajak kriteria tertentu dan wajib pajak persyaratan tertentu, harus menerbitkan surat ketetapan pajak paling lama 12 bulan sejak surat permohonan diterima secara lengkap,

kecuali untuk kegiatan tertentu ditetapkan lain dengan keputusan Direktorat Jendral Pajak.

Apabila setelah melampaui jangka waktunya, Direktorat Jenderal Pajak tidak memberi suatu keputusan, permohonan pengembalian kelebihan pembayaran

(49)

pajak dianggap dikabulkan dan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar harus diterbitkan paling lama 1 bulan setelah jangka waktu tersebut berakhir. Dan apabila Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar terlambat diterbitkan dari waktu yang telah ditetapkan, maka kepada wajib pajak diberikan imbalan bunga sebesar 2%

(dua persen) per bulan dihitung sejak berakhirnya jangka waktu sampai dengan saat diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar.

Penerbitan SPMKP disebabkan oleh 2 hal : 1. Dari Pemeriksaan dan SKPLB

2. Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak dengan Syarat Tertentu.

Tata Cara Penyelesaian Permohonan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak bagi wajib dengan persyaratan tertentu sesuai dengan pasal 17D Undang-Undang KUP. juga diatur didalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 193/PMK.03/2007 dan Surat Edaran SE-12/PJ/2014 tentang Tata Cara Penyelesaian Permohonan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak bagi wajib pajak dengan persyaratan tertentu.

Direktorat Jenderal Pajak setelah melakukan penelitian atas permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak dari wajib pajak kriteria tertentu, menerbitkan Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak paling lama 3 bulan sejak permohonan diterima secara lengkap untuk Pajak Penghasilan, dan paling lama 1 bulan sejak permohonan diterima secara lengkap

(50)

Ketetapan Pajak dalam jangka waktu 5 tahun setelah melakukan pemeriksaan terhadap wajib pajak yang telah memperoleh pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan, Direktorat Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar ditambah dengan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah kekurangan pembayaran pajak.

Adapun yang dimaksud dengan kriteria tertentu adalah : 1. Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan

2. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali tunggakan pajak yang telah memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak.

3. Laporan keuangan diaudit oleh akuntan publik atau lembaga pengawasan keuangan pemerintah dengan pendapat wajar tanpa pengecualian selama 3 tahun berturut-turut.

4. Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan berdasarkan putusan pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hokum.

Direktorat Jenderal Pajak setelah melakukan penelitian atas permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak dari wajib pajak yang memenuhi persyaratan tertentu, menerbitkan surat keputusan pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak paling lama 3 bulan sejak permohonan diterima secara lengkap untuk pajak penghasilan, dan paling lama 1 bulan sejak

(51)

permohonan diterima secara lengkap untuk Pajak Pertambahan Nilai.

Wajib Pajak yang memenuhi persyaratan tertentu yang dapat diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak adalah:

1. Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas

2. Wajib Pajak Orang Pribadi yang menjalankan usaha bebas atau pekerjaan bebas dengan jumlah peredaran usaha dan jumlah lebih bayar sampai dengan jumlah tertentu.

3. Wajib Pajak Badan dengan jumlah peredaran usaha dan jumlah lebih bayar sampai dengan jumlah tertentu

4. Pengusaha Kena Pajak yang menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa pajak Pertambahan Nilai dengan jumlah penyerahan dan jumlah lebih bayar sampai dengan jumlah tertentu.

Apabila Direktorat Jenderal Pajak terlambat mengembalikan kelebihan pembayaran yang semestinya dilakukan, maka WP berhak menerima bunga 2% per bulan maksimum 24 bulan.

Pengembalian kelebihan pembayaran pajak terjadi apabila jumlah pajak yang telah dibayar lebih besar dari jumlah pajak yang seharusnya. Wajib pajak dapat melakukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak melalui 2 cara yaitu :

1. Dengan melalui Surat Pemberitahuan (SPT)

(52)

C. Jangka Waktu Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak

Kelebihan pembayaran pajak setelah diperhitungkan dengan utang pajak dikembalikan kepada wajib pajak dalam jangka waktu 1 bulan :

1. Untuk Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar, dihitung sejak tanggal diterimanya permohonan tertulis dalam hal pengembalian kelebihan pembayaran pajak.

2. Untuk Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar, dihitung sejak tanggal penerbitan.

3. Untuk Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak, dihitung sejak tanggal penerbitan

4. Untuk surat keberatan, surat keputusan pembetulan, surat keputusan pengurangan sanksi administrasi, surat keputusan penghapusan sanksi administrasi, surat keputusan pengurangan ketetapan pajak, surat keputusan pembatalan ketetapan pajak, atau surat keputusan pemberian imbalan bunga, dihitung sejak tanggal penerbitan.

5. Untuk putusan banding dihitung sejak diterimanya putusan banding oleh kantor Direktorat Jenderal Pajak yang berwenang melaksanakan putusan pengadilan, atau

6. Untuk putusan peninjauan kembali dihitung sejak diterimanya putusan peninjauan kembali oleh kantor Direktorat Jenderal Pajak yang berwenang melaksanakan putusan pengadilan sampai dengan saat diterbitkan Surat Keputusan Pengembalaian Kelebihan Pembayaran

(53)

Pajak.

D. Pemberian Imbalan Bunga Keterlambatan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak Penghasilan Orang Pribadi

Bunga atas keterlambatan pengembalian kelebihan pembayaran pajak tata cara perhitungan dan pemberian imbalan bunga ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan nomor 195/PMK.03/2007.

Untuk menciptakan antara hak dan kewajiban bagi wajib pajak melalui pelayanan yang lebih baik, bahwa setiap keterlambatan dalam pengembalian kelebihan pembayaran pajak dari jangka waktu yang sudah ditentukan, kepada wajib pajak yang bersangkutan diberikan imbalan bunga 2% (dua persen) perbulan dihitung sejak jangka waktu 1 bulan sampai dengan diterbitkannya Surat Keputusan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak.

Imbalan bunga diberikan kepada wajib pajak dalam hal terdapat :

1. Diberikan imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) perbulan atas keterlambatan pengembalian kelebihan pembayaran pajak dilakukan setelah jangka waktu satu bulan sejak diterimanya permohonan atau diterbitkannya SKPLB sampai dengan saat dilakukan pengembalian kelebihan (Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir kali dalam Undang-Undang No. 16 tahun 2009).

Imbalan bunga diberikan kepada wajib pajak sebagaimana dimaksud diatas adalah sebesar 2% (dua persen) per bulan dari jumlah kelebihan

(54)

a. Batas waktu penerbitan SPMKP sampai dengan tanggal penerbitan SPMKP

b. Batas waktu penerbitan SPMIB sampai dengan diterbitkannya SPMIB.

2. Diberikan imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) perbulan karena SKPLB diterbitkan setelah jangka waktu selambat-lambatnya satu bulan setelah 12 bulan sejak permohonan diterima (pasal 17B ayat 3 Undang-Undang No.16 tahun 2009).

Imbalan bunga yang diberikan kepada wajib pajak sebesar 2% (dua persen) perbulan dari jumlah kelebihan pembayaran pajak, dihitung sejak

a. Jangka waktu 12 bulan berakhir untuk SKPLB

b. Jangka waktu 3 bulan berakhir untuk Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak (SKPPKP) Pajak Penghasilan;

atau

c. Jangka waktu 1 bulan berakhir untuk Surat Keputusan Pengembalian

Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak (SKPPKP) pajak pertambahan nilai. Sampai dengan tanggal penerbitan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) atau Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak (SKPPKP).

3. Diberikan imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) perbulan dari jumlah kelebihan pembayaran pajak, untuk paling lama 24 bulan, dihitung sejak berakhirnya jangka waktu 12 bulan setelah diterimanya secara lengkap surat permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak sampai dengan saat

(55)

diterbitkannya SKPLB (pasal 17B ayat 4 Undang-Undang No. 16 tahun 2009) Catatan :

Bagian dari bulan dihitung penuh 1 bulan.

Besarnya bunga yang diberikan, dihitung dengan rumus : 2% x Masa Bunga x Dasar Bunga

Keterangan :

1. 2% adalah tingkat bunga

2. Masa bunga dihitung sejak lewat jangka waktu satu bulan dari tanggal diterbitkannya SPMKP.

Dasar bunga adalah jumlah pajak yang dikembalikan sebagaimana tercantum dalam SPMKP.

(56)

BAB IV

ANALISIS DAN EVALUASI

A. Prosedur Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak Penghasilan Orang Pribadi

Apabila setelah diadakan perhitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang dengan jumlah kredit pajak menunjukkan jumlah selisih lebih yaitu jumlah kredit pajak lebih besar dari pada jumlah pajak yang terutang atau telah dilakukan pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang, wajib pajak berhak untuk meminta kembali kelebihan pembayaran pajak tersebut, dengan catatan wajib pajak tersebut tidak mempunyai utang pajak.

Bila wajib pajak masih mempunyai utang pajak yang meliputi semua jenis pajak baik di pusat maupun cabang-cabangnya, kelebihan pembayaran tersebut harus diperhitungkan terlebih dahulu dengan utang pajak tersebut dan bila masih terdapat sisa lebih dikembalikan kepada wajib pajak.

1. Prosedur Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak tersebut adalah :

a. Wajib Pajak menyampaikan permohonan pengembalian pembayaran pajak. Wajib Pajak mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak ke KPP terdaftar melalui TPT.

b. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu menerima Surat Permohonan kemudian meneliti kelengkapan persyaratannya sesuai dengan ketentuan.

dalam hal Surat Permohonan beserta persyartannya belum lengkap, dimohon kepada Wajib Pajak untuk melengkapinya. apabila Surat

(57)

Permohonan belum lengkap, petugas Tempat Pelayanan Terpadu akan mencetak BPS dan LPAD. BPS akan diserahkan kepada Wajib Pajak sedangkan LPAD akan digabungkan dengan Surat Permohonan beserta kelengkapannya. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu Kemudian merekam Surat Permohonan dan dilanjutkan dengan meneruskan surat permohonan beserta kelengkapannya ke Account Representative.

c. Account Representative akan memproses pengembalian kelebihan pembayaran pajak. Account Representative akan memproses pengembalian kelebihan pembayaran pajak apabila terdapat pajak lebih bayar sebagaimana tercantum dalam SKPLB.

Kemudian Account Representative meminta informasi utang pajak ke seksi penagihan, dalam hal wajib pajak yang bersangkutan terdaftar juga di KPP lain. Account Representative meminta informasi utang pajak ke KPP lokasi wajib pajak terdaftar dengan membuat juga surat pengantar.

d. Seksi Penagihan dan/atau KPP lain menindaklanjuti konfirmasi utang pajak dan dan menyampaikan nota konfirmasi utang pajak berdasarkan SOP Tata Cara Menjawab Konfirmasi Data Tunggakan Wajib Pajak paling lama 2 hari sejak diterimanya Nota Konfirmasi oleh Seksi Penagihan atau sejak diterima faksimili konfirmasi utang pajak oleh KPP lain.

e. Account Representive kemudian meneliti surat jawaban dan data tungakan

(58)

terdapat kelebihan pembayaran pajak masih tersisa, proses dilanjutkan dengan melengkapi data Nothit, konsep SKPKPP, dan konsep- konsep SPMKP. Data kemudian diproses melalui case management.

Account Representative kemudian mencetak dan memaraf Nothit SKPKPP, kemudian menyampaikannya kepada kepala seksi pengawasan dan konsultasi. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi meneliti, memaraf Nothit SKPKPP, memberikan persetujuan (approve) pada sistem atas penerbitan SKPKPP dan SPMKP dan menyampaikan Nothit SKPKPP kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak.

f. Kepala Kantor Pelayanan Pajak memaraf Nothit SKPKPP dan memberikan persetujuan (approve) pada sistem atas penerbitan SKPKPP dan SPMKP.

Kepala seksi pelayanan menerima Nothit SKPKPP dan menugaskan pelaksana seksi pelayanan untuk mencetak dokumen pesetujuan.

Pencetakan Surat Keputusan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak( SKPKPP) dan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak (SPMKP), jika setelah melakukan perhitungan dengan utang pajak yang lain dan apabila masih terdapatr sisa kelebihan pembayaran pajak, maka kelebihan tersebut akan dikembalikan dengan menerbitkan Surat Keputusan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak ( SKPKPP) perjenis pajak dan permasa pajak atau tahun pajak. Atas dasar SKPKPP, kepala KPP atas nama Menteri Keuangan menerbitkan SPMKP per jenis pajak dan per masa pajak atau tahun pajak. Dalam jangka waktu satu

(59)

bulan sejak permohonan diterima atau diterbitkanya SKPLB. SKPKPP dan SPMKP di cetak oleh pelaksana seksi pelayanan.

SPMKP dibuat dalam rangkap 4 dengan peruntukan sebagai berikut:

Lembar ke-1 dan lembar ke-2 untuk KPPN

Lembar ke-3 untuk Wajib Pajak yang bersangkutan; dan Lembar ke-4 untuk KPP yang menerbitkan SPMKP

Adapun lembar ke-2 yang diserahkan kepada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara dikembalikan kepada Kantor Pelayanan Pajak yang menerbitkan SPMKP

h. Setelah SKPKPP dan SPMKP diteliti dan di paraf oleh kepala seksi pelayanan kemudian konsep tersebut disampaikan kepada kepala KPP.

Kepala KPP menyetujui dan menandatangani SKPKPP dan SPMKP.

kemudian SKPKPP dan SPMKP ditatausahakan di seksi pelayanan dan kemudian disampaikan kepada wajib pajak dan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) melalui Sub. Bagian Umum. KPP wajib menyampaiakan SPMKP dan SKPKPP ke KPPN dengan ketentuan paling lama 2 hari kerja sebelum jangka waktu 1 (satu) bulan sejak permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak sehubungan diterbitkannya SKPLB diterima. SPMKP dibebankan pada mata anggaran pengembalian pendapatan pajak tahun anggaran berjalan yaitu pada mata anggaran yang sama dengan mata anggaran penerimaan semula. SPMKP

(60)

B. Kelebihan Pembayaran Pajak Penghasilan Orang Pribadi Tabel 4.1

Jumlah Wajib Pajak dan Kelebihan Pembayaran Pajak pada KPP Pratama Binjai

Sumber: KPP Pratama Binjai

Dapat dilihat pada tabel 4.1 jumlah wajib Pajak mengalami penurunan pada tahun 2014 yaitu 9493 wajib pajak. Dan mengalami peningkatan kembali pada tahun 2015 yaitu sebanyak 11806 wajib pajak orang pribadi. Dalam hal wajib pajak lebih bayar, meskipun pada tahun 2014 jumlah wajib pajak orang pribadi mengalami penurunan, namun jumlah wajib pajak penghasilan orang pribadi mengalami kenaikan, yaitu sebanyak 36 wajib pajak dari total jumlah wajib pajak penghasilan orang pribadi. Dan pada tahun 2015, dari 11806 wajib pajak orang pribadi ada 5 orang wajib pajak lebih bayar dalam hal pajak penghasilan orang pribadi.

Tahun Pajak Jumlah Wajib Pajak

Wajib Pajak Lebih Bayar

Pemeriksaan Penelitian

2013 10542 28 2 26

2014 9493 36 1 35

2015 11806 5 5 -

Referensi

Dokumen terkait

In this study, we investigated the cytotoxic effect of protein fraction isolated from Mirabilis jalapa L in HeLa and Raji cells, which represent different kind of cancer cells,

Orang perseorangan, kelompok orang, dan/atau badan hukum yang melakukan pelanggaran terhadap harga eceran tertinggi dan spesifikasi buku teks pelajaran sebagaimana dimaksud

ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014.. PARTAI

Mengubah Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2008 Tentang Harga Eceran Tertinggi Buku Teks Pelajaran yang Hak Ciptanya Dibeli oleh Departemen

Penelitian ini belum banyak dilakukan di Sumatera Utara, oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran kejadian infeksi pada pasien hidrosefalus setelah

Kata mobu juga berkaitan dengan prakeselamatan karena pada konsep mobu ini orang mengalami keselamatan yang bersifat sementara, tidak kekal.. Disini naidi dimi (harapan) akan

Tidak terjadi perbedaan ketinggian dan pigmentasi skar hipertrofik yang signifikan sebelum dan sesudah diberikan ekstrak lidah buaya Ekstrak lidah buaya topikal

It was better to apply 2.50% chi- tosan and one-layer plastic wrapping to both mangosteen fruits of stage 0 and 2 because the three combinations lengthened fruit shelf-life to 21.20